• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER 002

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER 002"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

1. Analisis perbedaan pandangan ontologi hokum (legal ontology) sebagai dasar pandangan agama atau filsafat terhadap system hukum dan penalaran hokum (legal reasoning) antara civil law system dan common law system menurut chaim parelmann?

Sistem hukum di Indonesia banyak dipengaruhi oleh Belanda yang telah menancapkan pilar-pilar ketentuan yang mengikat antara masyarakat dengan penguasa maupun masyarakat dengan masyarakat sendiri. Sistem hukum yang dimaksud adalah sistem hukum Eropa atau disebut juga sistem hukum Romawi Jerman. Adapun sumber dari sistem hukum Eropa atau Romawi Jerman ini adalah hukum Romawi kuno yang dikembangkan di benua Eropa (Eropa Kontinental) oleh negara-negara seperti Prancis, Spanyol, Portugis dan lain-lain. Berkembangnya sistem hukum Romawi Jerman adalah berkat usaha dari Napoleon Bonaparte yang berusaha menyusun Code Civil atau Code Napoleon dengan sumber berasal dari hukum Romawi. Sistem hukum ini pertama kali berkembang dalam hukum perdatanya atau private law atau civil law, yaitu hukum yang mengatur hubungan sesama anggota masyarakat. Oleh karena itu, sistem hukum Romawi Jerman ini lebih terkenal dengan nama sistem hukum civil law.

(2)

perundang-undangan. Sedangkan penalaran hukum adanya legalisti, deduktif, untuk menjustifikasi perundang-undangan, putusan hakim dan doktrin hukum. Dalam sistem common law ini dalam ontology hukum terdapat jurisprudensi atas dasar asas preseden serta penalaran hukum ini adanya analogi induktif putusan hakim terdahulu.

2. Menurut dalil keempat filsafat hukum dari meuwissen bahwa tema utama filsafat hukum adalah hubungan antara hukum dan etika atau moral. Analisis hubungan antara hukum dan moral dari sudut pandang kajian sumber hukum materiil dan sumber hukum formil?

Meuwissen Mengemukakan ada Lima Dalil dari Filsafat Hukum yang Terkait dengan Teori Hukum dan Dogmatik Hukum, yakni:

a) Filsafat hukum adalah filsafat. Karena itu, ia merenungkan semua masalah fundamental dan masalah marginak yang berkaitan dengan gejalan hukum.

b) Tiga tataran abstraksi refleksi teoretikal atas gejala hukum, yakni ilmu hukum, teori hukum dan filsafat hukum. Filsafat hukum berada pada tataran tertinggi dan meresapi semua bentuk pengembanan hukum teoretikal dan pengembanan hukum praktikal. c) Pengembanan hukum praktikal atau penanganan hukum secara nyata dalam kenyataan kehidupan sungguh-sungguh mengenal tiga bentuk: pembentukan hukum, penemuan hukum dan bantuan hukum. Di sini terutama Ilmu hukum dogmatika menunjukkan kepentingan praktikalnya secara langsung.

(3)

melakukan hal ini dari sudut titik pandang yang berbeda. Hukum adalah suatu momen dari etika.

e) Dalil kelima: filsafat hukum adalah refleksi secara sistematikal tentang “kenyataan” dari hukum. “kenyataan hukum” harus dipikirkan sebagai realisasi (perwujudan) dari Ide hukum (cita-hukum). Dalam hukum positif kita selalu bertemu dengan empat bentuk: aturan hukum, putusan hukum, figur hukum (pranata hukum), lembaga hukum. Lembaga hukum terpenting adalah Negara. Tetapi hanya kenyataan hukum, juga filsafat hukum harus direfleksikan secara sistematikal. Filsafat hukum adalah sebuah “system terbuka” yang didalamnya semua tema saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Filsafat hukum berusaha mengungkapkan hakikat hukum dengan menemukan landasan terdalam dari keberadaan hukum sejauh yang mampu dijangkau akal budi manusia. Masalah pokonya, sebagai filsafat, adalah masalah marginal berkenaan dengan hukum. Objek formalnya adalah hukum dipandang dari dua pertanyaan fundamental yang saling berkaitan (dwi tunggal pertanyaan inti).

Hukum dan moral dalam beberapa hal saling memperkuat:

a) Hukum juga melarang perbuatan immoral, contoh: perkosaan, pornografi, aborsi dan euthanasia

b) Hukum menentukan persyaratan/unsur moral dalam perbuatan hukum tertentu yaitu perbuatan melanggar hokum (1365 KUHPerd). Syarat sahnya perjanjian (1320 KUHPerd).

c) Moralitas hukum dalam beberapa asas-asas. Contoh: asas kepatutan, kejujuran dan asas itikad baik.

(4)

3. Analisis perkembangan metode penafsiran hukum dan kontruksi hukum dalam “penemuan hukum” (rechtvinding) menurut kajian filsafat hukum. Bandingkan antara pandangan meuwissen (dalam bukunya rechtsbeofefening, rechtswettenschap, rechtstheorie, en rechtsphilosofie = pengembangan hokum, ilmu hukum, teori hokum dan filsafat hukum) dan pandangan B. Arief Sidharta, dalam essay nya berjudul “penemuan hokum dalam kajian filsafat hukum” dalam pendulum antinomy hukum: antologi 70 Tahun valerine J.L. Kriekhoof?

Di samping metode penemuan hukum oleh hakim berupa interpretasi hukum dan konstruksi hukum, perlu dikemukakan suatu metode penemuan hukum yang lain yang dapat dipergunakan oleh hakim dalam praktik peradilan sehari-hari sebagai alternatif metode penemuan hukum baru oleh hakim yang berdasarkan pada interpretasi teks hukum. Metode penemuan hukum ini dinamakan hermeneutika hukum. Hermeneutika hukum sebenarnya bukan sesuatu yang berdiri sendiri, sebaliknya justru lebih tepat bila digunakan untuk memecahkan berbagai persoalan hermeneutis dan menemukan kesatuan hermeneutis masa lalu, dimana para ahli hukum dan teolog bertemu dengan mereka yang mengkaji ilmu-ilmu humaniora.

(5)

menimbulkan akibat hukum bagi situasi individual (putusan-putusan hakim, ketetapan, pembuatan akta oleh notaris, dan sebagainya). Dengan demikian dalam penemuan hukum yang penting adalah bagaimana mencarikan atau menemukan hukumnya untuk peristiwa konkret (in-concreto).

Menurut pandangan B.Arief Sidharta. Dalam metode konstruksi hukum ada 4 (empat) metode yang digunakan oleh hakim pada saat melakukan penemuan hukum, yaitu:

a) Argumentum Per Analogiam (analogi) merupakan metode penemuan hukum dimana hakim mencari esensi yang lebih umum dari sebuah peristiwa hukum atau perbuatan hukum yang baik yang telah diatur oleh undang-undang maupun yang belum ada peraturan nya;

b) Argumentum a Contrario, yaitu dimana hakim melaku-kan penemuan hukum dengan pertimbangan bahwa apabila undang-undang menetapkan hal-hal tertentu untuk peristiwa tertentu, berarti peraturan itu terbatas pada peristiwa tertentu itu dan bagi peristiwa di luarnya berlaku kebalikannya;

c) Penyempitan/Pengkonkretan hukum (rechtsverfijning) bertujuan untuk mengkonkretkan/menyempitkan suatu aturan hukum yang terlalu abstrak, pasif, serta sangat umum agar dapat diterapkan terhadap suatu peristiwa tertentu;

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan tersebut, puisi- puisi karya Sapardi Djoko Damono yang membahas konsep cinta ini merupakan bagian dari pembelajarana akan kesadaran manusia

Melihat keadaan bahwa tidak hanya kebudayaan tradisional, tetapi kebudayaan pop Jepang juga diakui sebagai salah satu soft-power yang dapat digunakan dalam diplomasi, penulis

Cahaya Abadi Indah adalah strategi tipe 5 atau best-value focus yang memproduksi suatu produk kepada sejumlah kecil konsumen dengan nilai tambah terbaik, karena perusahaan

Materi Pokok Ruang Lingkup Alokasi Waktu pelaksanaan demokrasi di Indonesia sejak orde lama, orde baru, dan reformasi pelaksanaan demokrasi yang berkembang di Indonesia.

Perilaku suatu unsur baik pada organisme maupun pada sistem ekologis tidak dapat diterangkan hanya dengan melalui jumlah kadar total unsur tersebut dalam sampel yang bersesuaian

Dengan demikian regresi berganda ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu Indeks Pembangunan Manusia sebagai

Adapun cara kerja sistem tolok ukur ini pada tataran praktik, ialah dengan melihat tuntutan- tuntutan sebelumnya yang telah terbukti di pengadilan, terutama pada bagian jumlah

(dalam Erford, 2004) menyarankan bahwa “ Konselor sekolah yang menggunakan program bimbingan dan konseling komprehensif agar lebih efektif seyogyanya diberikan