• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Sistem Pendukung Keputusan untuk Menentukan Obat Herbal Berdasarkan Penyakit Menggunakan Logika Fuzzy Metode Tsukamoto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Sistem Pendukung Keputusan untuk Menentukan Obat Herbal Berdasarkan Penyakit Menggunakan Logika Fuzzy Metode Tsukamoto"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK

MENENTUKAN OBAT HERBAL BERDASARKAN PENYAKIT

MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

METODE TSUKAMOTO

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar

Sarjana Komputer

ARIES FATAHILLAH

091421059

PROGRAM STUDI S1 EKSTENSI ILMU KOMPUTER

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

(2)

PERSETUJUAN

Judul

: PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG

KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN OBAT

HERBAL BERDASARKAN PENYAKIT

MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY METODE

TSUKAMOTO

Kategori

: SKRIPSI

Nama

: ARIES FATAHILLAH

Nomor Induk Mahasiswa

: 091421059

Program Studi

: S1 EKSTENSI ILMU KOMPUTER

Departemen

: ILMU KOMPUTER

Fakultas

: ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI

INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan,

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2

Pembimbing 1

Ade Candra, S.T, M.Kom

Drs. Marihat Situmorang, M.Kom

NIP. 197909042009121002

NIP. 196312141989031001

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Ilmu Komputer FASILKOM USU

Ketua

Dr. Poltak Sihombing, M.Kom

(3)

PERNYATAAN

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK

MENENTUKAN OBAT HERBAL BERDASARKAN PENYAKIT

MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

METODE TSUKAMOTO

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa

kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan,

ARIES FATAHILLAH

(4)

PENGHARGAAN

Alhamdulillahirobbil’alamin penulis ucapkan kepada Sang Khaliq Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan

dalam waktu yang telah ditetapkan.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang wajib diselesaikan guna meraih

gelar Sarjana Komputer pada program studi Ekstensi S1 Ilmu Komputer Universitas

Sumatera Utara. Adapun judul yang diangkat penulis dalam skripsi ini adalah

perancangan sistem pendukung keputusan untuk menentukan obat herbal berdasarkan

penyakit dengan menggunakan logika

fuzzy

metode tsukamoto. Tidak dapat dipungkiri

bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak luput dari campur tangan banyak pihak

yang telah memberikan bantuan dan motivasi penulis. Maka, dalam kesempatan ini,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Bapak Drs. Marihat Situmorang, M.Kom dan Bapak Ade candra, S.T, M.Kom,

selaku dosen pembimbing yang telah memberikan panduan dan penuh kepercayaan

kepada penulis untuk meyelesaikan skripsi ini.

2.

Bapak Syahril Efendi, S.Si, MIT selaku dosen penguji beserta Ibu Maya Silvi

Lydia, B.Sc., M.Sc., yang telah memberikan panduan ringkas, padat dan

profesional kepada penulis guna menyempurnakan skripsi ini.

3.

Keluarga tercinta, Ayahanda Nazlan S. Lubis, Ibunda Farida, serta abangda Arief

F. Lubis dan adinda tercinta Arifin F. Lubis dan Dahlina Lubis yang selalu

memberikan doa, dukungan, perhatian, kasih sayang yang tulus, pengorbanan yang

tidak ternilai harganya serta dukungan moril maupun materil selama kehidupan

(5)

4.

Sahabat-sahabat terbaik, Chandra P. Tarigan dan Adrian F. Batubara yang selama

ini telah berbagi doa, semangat, suka maupun duka dengan penulis, serta

sahabat-sahabat lain yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu per satu.

5.

Semua pihak yang terlibat langsung ataupun tidak langsung yang tidak dapat

penulis ucapkan satu per satu yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan limpahan karunia kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuan, perhatian serta kerja samanya kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk

itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna

penyempurnaan di masa yang mendatang.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pribadi

penulis, keluarga, masyarakat, organisasi dan negara.

Medan, Februari 2012

(6)

ABSTRAK

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sistem yang dapat membantu seseorang

dalam mengambil keputusan yang akurat dan tepat sasaran. Banyak permasalahan

yang dapat diselesaikan dengan menggunakan SPK, salah satunya adalah pemilihan

obat herbal. Obat herbal atau bisa juga disebut dengan obat tradisional merupakan

obat yang berasal dari tumbuhan yang dalam prosesnya tidak menggunakan zat kimia,

sehingga aman untuk dikonsumsi. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam

membangun SPK diantaranya metode tsukamoto. Fuzzy tsukamoto digunakan sebagai

model yang diterapkan untuk menghitung nilai α

–predikat dan menghasilkan nilai

bobot akhir untuk setiap alternatif yang kemudian akan dibandingkan terhadap standar

ketetapan yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil akhir dalam penelitian ini adalah

penentuan obat herbal yang telah disesuaikan dengan kondisi penyakit penderita.

Penentuan tersebut didapat dari proses pengurutan nilai gizi terbaik hasil perhitungan

dengan menggunakan fuzzy tsukamoto.

(7)

DESIGN DECISION SUPPORT SYSTEM FOR DETERMINING THE HERBAL

MEDICINE BY DISEASE USING TSUKAMOTO METHODS

OF FUZZY LOGIC

ABSTRACT

Decision Support System (DSS) is a system that can assist someone in taking accurate

decisions and on target. Many problems can be solved by using the DSS, one of which

is a selection of herbal medicines. Herbal medicine or it could be called traditional

medicine is a drug derived from plants are in the process does not use chemicals, so it

is safe for consumption. There are several methods that can be used in building a DSS

such as Tsukamoto method. Tsukamoto Fuzzy used as a model applied to calculate the

value of

α

-predicate and the final weight value for each alternative will then be

compared against a standard provision that had been predetermined. The final results

in this study is the determination of herbal medicine that has been adapted to the

conditions of patient illness. Determination is obtained from the sequencing of the

best nutritional value calculated by using the Tsukamoto fuzzy.

Keywords: decision support systems, fuzzy logic, methods of Tsukamoto, herbal

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan

ii

Pernyataan

iii

Penghargaan

iv

Abstrak

vi

Abstract

vii

Daftar Isi

viii

Daftar Tabel

xi

Daftar Gambar

xii

Bab 1

Pendahuluan

1

1.1 Latar Belakang

1

1.2 Rumusan Masalah

3

1.3 Batasan Masalah

3

1.4 Tujuan Penelitian

4

1.5 Manfaat Penelitian

4

1.6 Metode Penelitian

4

1.7 Sistematika Penulisan

5

Bab 2

Landasan Teori

7

2.1 Sistem Pendukung Keputusan

7

2.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan

7

2.1.2 Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan

8

2.1.3 Konsep Pengambilan Keputusan

8

2.1.3.1 Pengertian Keputusan

8

2.1.3.2 Pengertian Pengambilan Keputusan

9

2.1.4 Fase-fase Proses Pengambilan Keputusan

10

2.1.4.1 Fase Intelegensi

11

2.1.4.1.1 Identifikasi Masalah (Peluang)

11

2.1.4.1.2 Klasifikasi Masalah

12

(9)

2.1.4.2 Fase Desain

13

2.1.4.2.1 Memilih Sebuah Prinsip Pilihan

13

2.1.4.2.2 Mengembangkan Alternatif-alternatif

13

2.1.4.2.3 Mengukur Hasil Akhir

13

2.1.4.3 Fase Pilihan

14

2.1.4.4 Fase Implementasi

15

2.1.5 Karakteristik dan Kemampuan SPK

15

2.1.6 Keuntungan Sistem Pendukung Keputusan

17

2.1.7 Komponen Sistem Pendukung Keputusan

17

2.2 Logika Fuzzy

18

2.2.1 Pengertian Logika Fuzzy

18

2.2.2 Himpunan Fuzzy

19

2.2.3 Fungsi Keanggotaan

20

2.2.4 Sistem Inferensi Fuzzy

20

2.2.5 Metode Tsukamoto

21

2.2.5.1 Penentuan Nilai Gizi

22

Bab 3

Analisis dan Perancangan Sistem

24

3.1 Analisis

24

3.1.1Analisis Kebutuhan Fungsional dan Non-Fungsional

24

3.1.2 Pemodelan

26

3.1.2.1 Model Data

26

3.1.2.1.1 Basis Data (

Database

)

26

3.1.2.1.1.1 Tabel admin

26

3.1.2.1.1.2 Tabel contact

27

3.1.2.1.1.3 Tabel galery

27

3.1.2.1.1.4 Tabel asupan_gizi

28

3.1.2.1.1.5 Tabel kriteria_penyakit

28

(10)

3.1.2.2.1

Data Flow Diagram

(DFD)

36

3.1.2.3

Flowchart

Sistem

39

3.2 Perancangan Antarmuka (

interface

)

42

3.2.1 Rancangan Tampilan Halaman Utama

42

3.2.2 Rancangan Tampilan Konsultasi

43

3.2.3 Rancangan Tampilan Guest Book

43

3.2.4 Rancangan Tampilan Contact Us

44

3.2.5 Rancangan Tampilan Admin

44

Bab 4

Implementasi dan Pengujian

45

4.1 Implementasi

45

4.2 Persiapan Teknis

45

4.3 Tampilan Sistem Pendukung Keputusan

46

4.3.1 Menu Utama

46

4.3.2 Tampilan Halaman Konsultasi

48

4.3.3 Tampilan Halaman Guest Book dan Contact Us

49

4.3.4 Menu Admin

50

4.4 Pengujian

51

4.4.1 Penentuan Status Gizi

51

4.4.2. Penentuan Angka Kecukupan Gizi (AKG)

52

4.4.3 Penentuan Kondisi Penyakit

53

4.4.4 Hasil

53

Bab 5

Kesimpulan dan Saran

55

5.1 Kesimpulan

55

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Rumus Angka Kecukupan Gizi (AKG)

22

2.2

Rumus Basal Metabolic Rate (BMR) 23

2.3 Kebutuhan Energi 23

3.1 Admin

26

3.2 Contact

27

3.3 Galery

27

3.4 Asupan_gizi

28

3.5 Kriteria_penyakit

28

3.6 Penyakit

29

3.7 Daftar Penyakit dan Obat

29

3.8 Tamu

30

3.9 User

30

3.10 Interval Nilai Kategori Penyakit (Lanjut Usia)

31

3.11 Interval Nilai Kategori Penyakit (Dewasa)

31

3.12 Interval Nilai Kategori Penyakit (Anak-Anak)

31

3.13 Interval Nilai Kategori Penyakit (Remaja)

31

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1

Pengambilan Keputusan / Proses Pemodelan SPK

10

2.2 Model Konseptual SPK

18

3.1 Struktur Hierarki Tiap Kriteria

33

3.2 DFD level 0 (Diagram Konteks)

37

3.3 DFD level 1

37

3.4 DFD level 2 (Login dan Konsultasi)

38

3.5

Flowchart

Perhitungan a-predikat

39

3.6

Flowchart

Perhitungan Nilai Rata-Rata Terbobot

40

3.7

Flowchart

Penentuan Kategori Penyakit dan Penentuan Obat

41

3.8 Rancangan Halaman Utama

42

3.9 Rancangan Halaman Konsultasi

43

3.10 Rancangan Halaman Guest Book

43

3.11 Rancangan Halaman Contact Us

44

3.12 Rancangan Halaman Admin

44

4.1 Tampilan Halaman Utama

47

4.2 Tampilan Form Konsultasi

48

4.3 Tampilan Form Guest Book

49

4.4 Tampilan Form Contact Us

49

4.5 Tampilan Halaman Admin

50

4.6 Registrasi

51

4.7 Status Gizi

52

4.8 Angka Kecukupan Gizi

52

4.9 Kondisi Penyakit

53

(13)

ABSTRAK

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sistem yang dapat membantu seseorang

dalam mengambil keputusan yang akurat dan tepat sasaran. Banyak permasalahan

yang dapat diselesaikan dengan menggunakan SPK, salah satunya adalah pemilihan

obat herbal. Obat herbal atau bisa juga disebut dengan obat tradisional merupakan

obat yang berasal dari tumbuhan yang dalam prosesnya tidak menggunakan zat kimia,

sehingga aman untuk dikonsumsi. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam

membangun SPK diantaranya metode tsukamoto. Fuzzy tsukamoto digunakan sebagai

model yang diterapkan untuk menghitung nilai α

–predikat dan menghasilkan nilai

bobot akhir untuk setiap alternatif yang kemudian akan dibandingkan terhadap standar

ketetapan yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil akhir dalam penelitian ini adalah

penentuan obat herbal yang telah disesuaikan dengan kondisi penyakit penderita.

Penentuan tersebut didapat dari proses pengurutan nilai gizi terbaik hasil perhitungan

dengan menggunakan fuzzy tsukamoto.

(14)

DESIGN DECISION SUPPORT SYSTEM FOR DETERMINING THE HERBAL

MEDICINE BY DISEASE USING TSUKAMOTO METHODS

OF FUZZY LOGIC

ABSTRACT

Decision Support System (DSS) is a system that can assist someone in taking accurate

decisions and on target. Many problems can be solved by using the DSS, one of which

is a selection of herbal medicines. Herbal medicine or it could be called traditional

medicine is a drug derived from plants are in the process does not use chemicals, so it

is safe for consumption. There are several methods that can be used in building a DSS

such as Tsukamoto method. Tsukamoto Fuzzy used as a model applied to calculate the

value of

α

-predicate and the final weight value for each alternative will then be

compared against a standard provision that had been predetermined. The final results

in this study is the determination of herbal medicine that has been adapted to the

conditions of patient illness. Determination is obtained from the sequencing of the

best nutritional value calculated by using the Tsukamoto fuzzy.

Keywords: decision support systems, fuzzy logic, methods of Tsukamoto, herbal

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Penyakit merupakan suatu masalah yang mengganggu aktifitas kita sehari-hari. Ketika

kita mengidap suatu penyakit, terkadang kita takut untuk mengkonsumsi obat-obatan

kimia dikarenakan selain pemakaiannya harus sesuai dengan dosis yang telah

dianjurkan, juga memiliki efek samping. Sehingga, banyak orang beralih ke

obat-obatan herbal. Obat herbal selain mudah didapat dan harganya lebih terjangkau dari

obat-obatan kimia, obat herbal tidak memiliki efek samping sehingga aman untuk

dikonsumsi.

Obat herbal atau bisa juga disebut dengan obat tradisional adalah obat yang

berasal dari tumbuhan yang diproses sedemikian rupa sehingga menjadi serbuk, pil

atau cairan yang dalam prosesnya tidak menggunakan zat kimia. Bagian dari obat

herbal yang bisa dimanfaatkan adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga.

Bentuk obat herbal yang banyak dijual dipasar dalam bentuk kapsul, serbuk, cair dan

tablet.

Keputusan merupakan kegiatan memilih suatu strategi atau tindakan dalam

pemecahan suatu masalah. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu dihadapkan

pada permasalahan dalam pengambilan suatu keputusan. Hal ini disebabkan oleh

(16)

2. Pengambilan keputusan dalam berbagai tingkat risiko yang dipilih.

3. Pengambilan keputusan dalam kondisi ketidakpastian, ada alternatif solusi

masalah yang tidak diketahui dengan jelas.

Untuk mengantisipasi permasalahan dalam pengambilan keputusan, diperlukan

suatu sistem yang mendukung solusi atas suatu masalah secara efektif dan efesien.

Sistem tersebut disebut dengan Sistem Pendukung Keputusan.

Logika

fuzzy

adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input ke

dalam suatu ruang output. Dalam logika

fuzzy

, nilai kebenaran suatu pernyataan

berkisar dari sepenuhnya benar sampai dengan sepenuhnya salah. Dengan teori

himpunan

fuzzy

, suatu objek dapat menjadi anggota dari banyak himpunan dengan

derajat keanggotaan yang berbeda dalam masing-masing himpunan.

Fuzzy tsukamoto digunakan sebagai model yang diterapkan untuk menghitung

nilai α

–predikat dan menghasilkan nilai bobot akhir untuk setiap alternatif yang

kemudian akan dibandingkan terhadap standar ketetapan yang telah ditentukan

sebelumnya. metode tsukamoto merupakan suatu bentuk model pendukung keputusan

dimana hirarki fungsional lebih mudah dimengerti dan tidak terlalu luas. Sehingga,

penjabaran sistem tidak menyulitkan penulis dalam menerapkan metode.

Rahayu, F (2011) pada skripsinya yang berjudul perancangan sistem pendukung

keputusan pendataan rumah tangga miskin dengan menggunakan logika

fuzzy

metode

tsukamoto menyatakan dalam menentukan kategori rumah tangga miskin mempunyai

banyak kriteria dan sifatnya pasti dan tidak pasti. Logika

fuzzy

metode tsukamoto bisa

digunakan untuk menyelesaikan permasalahan multikriteria. Sistem akan memperoses

kriteria-kriteria rumah tangga miskin yang dimasukkan oleh pengguna dan kemudian

dihasilkanlah kategori dari rumah tangga sipengguna.

Tampubolon, M. V (2010) dalam skripsinya tentang sistem pendukung keputusan

(17)

medis. Sistem yang dibangun bekerja dengan memasukkan data pemeriksaan untuk

diproses sampai menghasilkan suatu keputusan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis berinisiatif untuk membuat

sebuah sistem pendukung keputusan untuk menentukan obat herbal berdasarkan

penyakit menggunakan logika

fuzzy

metode tsukamoto, guna menjawab masalah

diatas.

1.2.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini :

1.

Bagaimana menerapkan proses logika

fuzzy

metode tsukamoto kedalam sistem

terkomputerisasi.

2.

Bagaimana membangun sebuah sistem yang bisa membantu pengguna dalam

memilih obat herbal berdasarkan penyakit yang diderita.

3.

Bagaimana menentukan bobot nilai hasil proses yang sesuai untuk

dibandingkan dengan standar nilai yang telah ditentukan.

1.3.

Batasan Masalah

Pembatasan masalah dalam suatu penelitian sangat diperlukan agar tidak menyimpang

dari apa yang diinginkan, penelitian lebih terarah, serta memudahkan dalam

pembahasan sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.

Batasan-batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1.

Hasil sistem hanya merupakan penginformasian untuk membantu pengguna

(18)

4.

Obat herbal yang direkomendasikan oleh sistem hanya berasal dari

buah-buahan.

5.

Perangkat lunak dijalankan pada

Platform Windows

.

6.

Pembuatan perangkat lunak ini menggunakan bahasa pemrograman PHP dan

MySQL.

1.4.

Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk :

Membangun sebuah sistem menggunakan logika

fuzzy

metode tsukamoto yang bisa

membantu pengguna dalam memilih obat herbal berdasarkan penyakit yang diderita

dengan membandingkan bobot nilai hasil proses dengan standar nilai yang telah

ditentukan untuk menetapkan obat herbal yang sesuai dengan penyakit.

1.5.

Manfaat Penelitian

Sistem Pendukung Keputusan ini diharapkan dapat :

1.

Membantu pengguna untuk mengambil keputusan dalam pemilihan obat.

2.

Memberikan informasi sebagai penanggulangan penyakit yang diderita.

1.6.

Metode Penelitian

Metode-metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini, antara lain:

1.

Studi Literatur

Mempelajari referensi atau sumber-sumber yang berkaitan dengan sistem yang

(19)

2.

Analisis

a)

Tipe penyakit yang sering diderita pengguna.

b)

Obat herbal yang sesuai dengan penyakit.

c)

Kesesuaian penggunaan obat dengan penyakit.

3.

Perancangan Sistem

Pada tahap ini dilakukan perancangan alur kerja sistem pendukung keputusan.

4.

Implementasi

Mengimplementasikan rancangan yang telah dibuat pada tahap perancangan

sistem ke dalam perangkat lunak komputer dengan menggunakan bahasa

pemrograman PHP, MySQL dan HTML.

5.

Pengujian

Menguji kinerja program, apakah program berjalan dengan baik atau belum.

Jika belum, maka akan dilakukan perbaikan pada tahap implementasi.

6.

Dokumentasi

Pada tahap ini penulis melakukan penulisan hasil sistem yang telah dibangun

kedalam sebuah laporan.

1.7.

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab, masing-masing bab diuraikan

sebagai berikut:

BAB I

PENDAHULUAN

(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang uraian singkat mengenai teori-teori yang

digunakan dalam pembuatan sistem pendukung keputusan.

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini berisikan uraian dan penjelasan mengenai analisis dan

perancangan sistem dalam melakukan proses pemilihan keputusan

dengan menggunakan logika fuzzy metode tsukamoto.

BAB IV

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

Bab ini membahas tentang implementasi dan pengujian dari

perancangan sistem pendukung keputusan yang telah dirancang pada

bab sebelumnya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan yang diambil dari pengerjaan skripsi dan

(21)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1.

Sistem Pendukung Keputusan

2.1.1.

Pengertian Sistem Pendukung Keputusan

Sistem Pendukung Keputusan (SPK), secara umum didefinisikan sebagai sebuah

sistem yang mampu memberikan kemampuan baik kemampuan pemecahan masalah

maupun kemampuan pengkomunikasian untuk masalah semi-terstruktur. Secara

khusus, SPK didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mendukung kerja seorang

manajer maupun sekelompok manajer dalam memecahkan masalah semi-terstruktur

dengan cara memberikan informasi ataupun usulan menuju pada keputusan tertentu

[2].

Pembuatan keputusan merupakan fungsi utama seorang manajer atau

administrator. Kegiatan pembuatan keputusan meliputi pengidentifikasian masalah,

pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi dari alternatif-alternatif tersebut

dan pemilihan alternatif keputusan yang terbaik. Kemampuan seorang manajer dalam

membuat keputusan dapat ditingkatkan apabila ia mengetahui dan menguasai teori dan

teknik pembuatan keputusan. Dengan peningkatan kemampuan manajer dalam

pembuatan keputusan diharapkan dapat ditingkatkan kualitas keputusan yang

dibuatnya, dan hal ini tentu akan meningkatkan efisiensi kerja manajer yang

(22)

2.1.2.

Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan

Pada awalnya Turban dan Aronson [12], mendefinisikan sistem penunjang keputusan

(

Decision Support Systems

– DSS) sebagai sistem yang digunakan untuk mendukung

dan membantu pihak manajemen melakukan pengambilan keputusan pada kondisi

semi terstruktur dan tidak terstruktur. Pada dasarnya konsep DSS hanyalah sebatas

pada kegiatan membantu para manajer melakukan penilaian serta menggantikan posisi

dan peran manajer.

Konsep DSS pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an oleh

Michael Scott Morton, yang selanjutnya dikenal dengan istilah “

Management

Decision System”

. Konsep DSS merupakan sebuah sistem interaktif berbasis

komputer yang membantu pembuatan keputusan memanfaatkan data dan model untuk

menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat tidak terstruktur dan semi terstruktur.

DSS dirancang untuk menunjang seluruh tahapan pembuatan keputusan, yang dimulai

dari tahapan mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, menentukan

pendekatan yang digunakan dalam proses pembuatan keputusan sampai pada kegiatan

mengevaluasi pemilihan alternatif.

2.1.3.

Konsep Pengambilan Keputusan

2.1.3.1.

Pengertian Keputusan

Beberapa definisi keputusan yang dikemukakan para ahli dijelaskan sebagai berikut

[1] :

1.

Menurut Ralph C. Davis

Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Suatu

keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan

harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam

hubungannya dengan perencanaan. Keputusan dapat pula berupa tindakan

(23)

2.

Menurut Mary Follet

Keputusan adalah suatu atau sebagai hukum situasi. Apabila semua fakta dari

situasi itu dapat diperolehnya dan semua yang terlibat, baik pengawas maupun

pelaksana mau mentaati hukumnya atau ketentuannya, maka tidak sama dengan

mentaati perintah. Wewenang tinggal dijalankan, tetapi itu merupakan wewenang

dari hukum situasi.

3.

Menurut James A.F.Stoner

Keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif. Definisi ini mengandung

tiga pengertian, yaitu:

a)

Ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan.

b)

Ada beberapa alternatif yang harus dan dipilih salah satu yang terbaik.

c)

Ada tujuan yang ingin dicapai, dan keputusan itu makin mendekatkan pada

tujuan tertentu.

4.

Menurut Prof. Dr. Prajudi Atmosudirjo, SH

Keputusan adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu

masalah atau problema untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna

mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif.

Dari pengertian-pengertian keputusan diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yag

dilakukan melalui pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif.

2.1.3.2.

Pengertian Pengambilan Keputusan

Beberapa definisi pengambilan keputusan yang dikemukakan para ahli dijelaskan

(24)

2.

Menurut S.P. Siagian

Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat

alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan

merupakan tindakan yang paling tepat.

3.

Menurut James A.F. Stoner

Pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu

tindakan sebagai cara pemecahan masalah.

Dari pengertian-pengertian pengambilan keputusan diatas, dapat disimpulkan bahwa

pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari

beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu

cara pemecahan masalah

2.1.4.

Fase-Fase Proses Pengambilan Keputusan

proses pengambilan keputusan meliputi tiga fase utama yaitu inteligensi, desain, dan

kriteria. Kemudian ditambahkan fase keempat yakni implementasi [12]. Gambaran

konseptual pengambilan keputusan dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Pengambilan Keputusan / Proses Pemodelan SPK

(25)

Proses pengambilan keputusan dimulai dari fase inteligensi. Realitas diuji, dan

masalah diidentifikasi dan ditentukan. Kepemilikan masalah juga ditetapkan.

Selanjutnya pada fase desain akan dikonstruksi sebuah model yang merepresentasikan

sistem. Hal ini dilakukan dengan membuat asumsi-asumsi yang menyederhanakan

realitas dan menuliskan hubungan di antara semua variabel. Model ini kemudian di

validasi dan ditentukanlah kriteria dengan menggunakan prinsip memilih untuk

mengevaluasi alternatif tindakan yang telah diidentifikasi. Proses pengembangan

model sering mengidentifikasi solusi-solusi alternatif dan demikian sebaliknya.

Selanjutnya adalah fase pilihan yang meliputi pilihan terhadap solusi yang

diusulkan untuk model (tidak memerlukan masalah yang disajikan). Solusi ni diuji

untuk menentukan viabilitasnya. Begitu solusi yang diusulkan tampak masuk akal,

maka kita siap untuk masuk kepada fase terakhir yakni fase implementasi keputusan.

Hasil implementasi yang berhasil adalah dapat dipecahkannya masalah riil.

Sedangkan kegagalan implementasi mengharuskan kita kembali ke fase sabelumnya.

2.1.4.1.

Fase Intelegensi

Inteligensi dalam pengambilan keputusan meliputi

scanning

(Pemindaian) lingkungan,

baik secara intermiten ataupun terus-menerus. Inteligensi mencakup berbagai aktivitas

yang menekankan identifikasi situasi atau peluang-peluang masalah.

2.1.4.1.1.

Identifikasi Masalah (Peluang)

Fase inteligensi dimulai dengan identifikasi terhadap tujuan dan sasaran

(26)

seseorang berusaha menentukan apakah ada suatu masalah, mengidentifikasi

gejala-gejalanya, menentukan keluasannya, dan mendefinisikannya secara eksplisit.

Eksistensi masalah dapat ditentukan dengan memonitor dan menganalisis tingkat

produktivitas organisasi. Ukuran produktivitas dan konstruksi sebuah model

didasarkan pada data riil.

Menentukan apakah masalah benar-benar ada, dimana masalah tersebut, dan

seberapa signifikan, dapat dilakukan setelah investigasi awal selesai dilakukan. Poin

kunci adalah apakah sistem informasi melaporkan masalah atau hanya melaporkan

gejala-gejala dari sebuah masalah.

2.1.4.1.2.

Klasifikasi Masalah

Klasifikasi masalah adalah konseptualisasi terhadap suatu masalah dalam rangka

menempatkannya dalam suatu kategori yang dapat didefinisikan, barangkali mengarah

kepada suatu pendekatan solusi standar. Pendekatan yang penting mengklasifikasikan

masalah-masalah sesuai tingkat strukturisasi pada masalah tersebut.

2.1.4.1.3.

Kepemilikan Masalah

Menentukan kepemilikan masalah merupakan hal penting pada fase inteligensi.

Sebuah masalah ada di dalam sebuah organisasi hanya jika seseorang atau beberapa

kelompok mengambil tanggung jawab untuk mengatasinya dan jika organisasi punya

kemampuan untuk memecahkannya.

Ketika kepemilikan masalah tidak ditentukan, maka seseorang tidak

melakukan tugasnya atau masalah akan diidentifikasi sebagai masalah orang lain.

Oleh karena itu, penting bagi seseorang untuk secara sukarela “memilikinya” atau

menugaskannya kepada orang lain. Fase inteligensi berakhir dengan pernyataan

(27)

2.1.4.2.

Fase Desain

Fase desain meliputi penemuan atau mengembangkan dan menganalisis tindakan yang

mungkin untuk dilakukan. Hal ini meliputi pemahaman terhadap masalah dan menguji

solusi yang layak.

2.1.4.2.1.

Memilih Sebuah Prinsip Pilihan

Prinsip pilihan adalah sebuah kriteria yang menggambarkan akseptabilitas dari sebuah

solusi (kemampuan untuk data diterima). Pada sebuah model, prinsip tersebut adalah

sebuah variabel hasil. Memilih sebuah prinsip pilihan bukanlah bagian dari fase

pilihan, namun melibatkan bagaimana kita membangun sasaran pengambilan

keputusan kita dan bagaimana sasaran tersebut disatukan ke dalam suatu model.

2.1.4.2.2.

Mengembangkan Alternatif-Alternatif

Bagan signifikan dari proses pembangunan model adalah menghasilkan berbagai

alternatif. Pencarian terhadap berbagai alternatif biasanya terjadi setelah kriteria untuk

mengevaluasi alternatif dilakukan. Sekuensi ini dapat mengurangi pencarian alternatif

dan usaha yang dikeluarkan untuk mengevaluasinya, namun mengidentifikasi

alternatif-alternatif potensial kadang-kadang dapat membantu mengidentifikasi

kriteria.

2.1.4.2.3.

Mengukur Hasil Akhir

(28)

dengan jumlah keluhan, dengan tingkat loyalitas terhadap sebuah produk, atau dengan

rating hasil survei.

2.1.4.3.

Fase Pilihan

Pilihan merupakan tindakan pengambilan keputusan yang kritis. Fase pilihan adalah

fase di mana dibuat suatu keputusan yang nyata dan diambil suatu komitmen untuk

mengikuti suatu tindakan tertentu. Batas antara fase pilihan dan desain sering tidak

jelas karena aktivitas tertentu dapat dilakukan selama kedua fase tersebut dank arena

orang dapat sering kembali dari aktivitas pilihan ke aktivitas desain. Sebagai contoh,

seseorang dapat menghasilkan alternatif baru selagi mengevaluasi alternatif yang ada.

Fase pilihan meliputi pencarian, evaluasi, dan rekomendasi terhadap suatu solusi yang

tepat untuk model. Sebuah solusi untuk sebuah model adalah sekumpulan nilai

spesifik untuk variabel-variabel keputusan dalam suatu alternatif yang telah dipilih.

Memecahkan sebuah model tidak sama halnya dengan memecahkan masalah

yang direpresentasikan oleh model. Solusi untuk model menghasilkan sebuah solusi

yang direkomendasikan untuk masalah. Masalah dianggap dipecahkan hanya jika

solusi yang direkomendasikan sukses diterapkan.

Pemecahan sebuah model pengambilan keputusan melibatkan pencarian

terhadap suatu tindakan yang tepat. Pendekatan pencarian melibatkan teknik analitik

(memecahkan suatu formula), algoritma (prosedur langkah-demi-langkah), heuristik

(aturan utama), dan

blind search

(menembak didalam gelap, idealnya dalam suatu cara

yang logis).

Masing-masing alternatif harus dievaluasi. Jika suatu alternatif mempunyai berbagai

tujuan, maka semua tujuan harus diuji dan seimbang jika dihadapkan dengan yang

lainnya. Analisis sensitifitas digunakan untuk menentukan ketangguhan sembarang

alternatif yang diberikan (sedikit perubahan dalam perameter idealnya mendorong ke

(29)

2.1.4.4.

Fase Implementasi

Pada hakikatnya implementasi suatu solusi yang diusulkan untuk suatu masalah

adalah inisiasi terhadap hal baru, atau pengenalan terhadap perubahan.

Definisi implementasi sedikit rumit karena implementasi merupakan sebuah

proses yang panjang dan melibatkan batasa-batasan yang tidak jelas. Pendek kata,

implementasi berarti membuat suatu solusi yang direkomendasikan bisa bekerja, tidak

memerlukan implementasi suatu sistem komputer.

2.1.5.

Karakteristik dan Kemampuan SPK

Ada beberapa karakteristik dari SPK [12], diantaranya adalah sebagai berikut:

1.

Mendukung seluruh kegiatan organisasi

2.

Mendukung beberapa keputusan yang saling berinteraksi

3.

Dapat digunakan berulang kali dan bersifat konstan

4.

Terdapat dua komponen utama, yaitu data dan model

5.

Menggunakan baik data ekternal maupun internal

6.

Memiliki kemampuan

what-if analysis

dan

goal seeking analysis

7.

Menggunakan beberapa model kuantitatif

Selain itu, Turban juga memiliki kemampuan yang harus dimiliki oleh sebuah sistem

pendukung keputusan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1.

Menunjang pembuatan keputusan manajemen dalam menangani masalah semi

terstruktur dan tidak terstruktur.

(30)

5.

Menunjang tahap-tahap pembuatan keputusan antara lain

intelligence, design,

choice

dan

implementation.

6.

Menunjang berbagai bentuk proses pembuatan keputusan dan jenis keputusan.

7.

Kemampuan untuk melakukan adaptasi setiap saat dan bersifat fleksibel.

8.

Kemudahan melakukan interaksi sistem.

9.

Meningkatkan efektivitas dalam pembuatan keputusan daripada efisiensi.

10.

Mudah dikembangkan oleh pemakai akhir.

11.

Kemampuan pemodelan dan analisis dalam pembuatan keputusan.

12.

Kemudahan melakukan pengaksesan berbagai sumber dan format data.

Disamping berbagai kemampuan dan karakteristik seperti dikemukakan di atas, sistem

pendukung keputusan memiliki juga keterbatasan, antara lain:

1.

Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat

dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya

mencerminkan persoalan yang sebenarnya.

2.

Kemampuan suatu sistem pendukung keputusan terbatas pada pengetahuan

dasar serta model dasar yang dimilikinya.

3.

Proses-proses yang dapat dilakukan oleh sistem pendukung keputusan

biasanya tergantung juga pada kemampuan perangkat lunak yang

digunakannya.

4.

Sistem pendukung keputusan tidak memiliki intuisi seperti yang dimiliki oleh

manusia. Karena sistem pendukung keputusan hanya suatu kumpulan

perangkat keras, perangkat lunak dan sistem operasi yang tidak dilengkapi oleh

kemampuan berpikir.

Secara implisit, sistem pendukung keputusan berlandaskan pada kemampuan dari

(31)

2.1.6.

Keuntungan Sistem Pendukung Keputusan

Beberapa keuntungan penggunaan SPK antara lain adalah sebagai berikut [11] :

1.

Mampu mendukung pencarian solusi dari berbagai permasalahan yang

kompleks

2.

Dapat merespon dengan cepat pada situasi yang tidak diharapkan dalam

konsisi yang berubah-ubah

3.

Mampu untuk menerapkan berbagai strategi yang berbeda pada konfigurasi

berbeda secara cepat dan tepat

4.

Pandangan dan pembelajaran baru

5.

Sebagai fasilitator dalam komunikasi

6.

Meningkatkan kontrol manajemen dan kinerja

7.

Menghemat biaya dan sumber daya manusia (SDM)

8.

Menghemat waktu karena keputusan dapat diambil dengan cepat

9.

Meningkatkan efektivitas manajerial, menjadikan manajer dapat bekerja lebih

singkat dan dengan sedikit usaha

10.

Meningkatkan produktivitas analisis

2.1.7.

Komponen Sistem Pendukung Keputusan

Adapun komponen-komponen dari SPK adalah sebagai berikut.:

1.

Data

Management

Termasuk

database

, yang mengandung data yang relevan untuk berbagai situasi

dan diatur oleh

software

yang disebut

Database Management System

(DBMS).

(32)

3.

Communication

User dapat berkomunikasi dan memberikan perintah pada DSS melalui subsistem

ini. Ini berarti menyediakan antarmuka.

4.

Knowledge Management

Subsistem optional ini dapat mendukung subsistem lain atau bertindak atau

bertindak sebagai komponen yang berdiri sendiri. Untuk dapat lebih jelas

[image:32.595.172.492.257.510.2]

memahami model konseptual SPK, perhatikan gambar 2.2.

Gambar 2.2. Model Konseptual SPK

Sumber: (Irfan Surbakti, 2002).

2.2.

Logika

Fuzzy

2.2.1.

Pengertian Logika

Fuzzy

(33)

dengan jalan memungkinkan komputer untuk berperilaku sedikit lebih seksama dan

logis daripada yang dibutuhkan metode komputer konvensional. Pemikiran di balik

pendekatan ini adalah pengambilan keputusan tidak sekadar persoalan hitam dan putih

atau benar dan salah, namun kerap kali melibatkan area abu-abu, dan hal itu

dimungkinkan.

2.2.2.

Himpunan

Fuzzy

Himpunan

fuzzy

merupakan suatu grup yang mewakili suatu kondisi atau keadaan

tertentu dalam suatu variabel

fuzzy

. Pada himpunan tegas (

crisp

), nilai keanggotaan

suatu item x dalam suatu himpunan A, yang sering ditulis dengan µA[x], memiliki dua

kemungkinan, yaitu : Satu (1), yang berarti bahwa suatu item menjadi angota dalam

suatu himpunan atau Nol (0), yang berarti bahwa suatu item tidak menjadi anggota

dalam suatu himpunan. Pada himpunan

fuzzy

nilai keanggotaan terletak pada rentang 0

sampai 1. Apabila x memiliki nilai keanggotaan

fuzzy

µA[x] = 0 berarti x tidak

menjadi anggota himpunan A, demikian pula apabila x memiliki nilai keanggotaan

fuzzy

µA[x] = 1 berarti x menjadi anggota penuh pada himpunan A. Kemiripan antara

keanggotaan

fuzzy

dengan probabilitas terkadang menimbulkan kerancuan, karena

memiliki nilai pada interval [0,1], namun interpretasi nilainya sangat berbeda.

Keanggotaan

fuzzy

memberikan suatu ukuran terhadap pendapat atau keputusan,

sedangkan probabilitas mengindikasikan proporsi terhadap keseringan suatu hasil

bernilai benar dalam jangka panjang. Himpunan

fuzzy

memiliki 2 atribut, yaitu :

a.

Linguistik

, yaitu penamaan suatu group yang mewakili suatu keadaan atau kondisi

tertentu dengan menggunakan bahasa alami, seperti : Muda, Parobaya, Tua.

(34)

2.2.3.

Fungsi Keanggotaan

Fungsi keanggotaan adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input

data ke dalam nilai keanggotaan yang memiliki nilai interval antara 0 dan I. Salah satu

cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai keanggotaan adalah dengan

melalui pendekatan fungsi. Salah satu representasi fungsi keanggotaan dalam

fuzzy

yang akan dipakai adalah represntasi linier. Pada representasi linear, pemetaan input

ke derajat keanggotaannya digambarkan sebagai suatu garis lurus. Bentuk ini paling

sederhana dan menjadi pilihan yang baik untuk mendekati suatu konsep yang kurang

jelas. Ada dua keadaan himpunan

fuzzy

yang linear. Pertama, kenaikan himpunan

dimulai pada nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan nol [0] bergerak ke

kanan menuju ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan lebih tinggi.

Kedua, merupakan kebalikan yang pertama. Garis lurus dimulai dari nilai

domain dengan derajat keanggotaan tertinggi pada sisi kiri, kemudian bergerak

menurun ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan lebih rendah.

2.2.4.

Sistem Inferensi

Fuzzy

Sistem inferensi

fuzzy

merupakan proses pengolahan data dalam bentuk

crisp input

yang melalui beberapa tahapan dalam sistem

fuzzy

untuk menghasilkan data dalam

bentuk

crips output

. Terdapat tiga metode sistem inferensi

fuzzy

, yaitu : Mamdani,

Sugeno dan Tsukamoto.

Tahap sistem inferensi

fuzzy

yang harus dilalui, yaitu :

a.

Nilai Input

Berupa masukan dalam bentuk nilai pasti

(crisp).

b.

Komposisi Fuzzy

(35)

c.

Aturan - aturan (rules)

Aturan-aturan yang akan dijadikan dasar untuk mencari nilai dari

crisp output

yang akan dihasilkan

d.

Dekomposisi Fuzzy

Merupakan proses merubah kembali data yang dijadikan

fuzzy

ke dalam

bentuk

crisp

kembali.

e.

Nilai output

Merupakan hasil akhir yang dapat dipakai untuk pengambilan keputusan

Namun terkadang sistem

fuzzy

dapat berjalan tanpa harus melalui komposisi

atau dekomposisi

fuzzy

. Nilai output dapat diestimasi secara langsung dari nilai

keanggotaan yang berhubungan dengan antesedennya.

2.2.5.

Metode Tsukamoto

Pada metode Tsukamoto, setiap konsekuen pada aturan yang berbentuk

If-Then

harus

direpresentasikan dengan suatu himpunan

fuzzy

dengan fungsi keanggotaan yang

monoton. Sebagai hasilnya,

output

hasil inferensi dari tiap-tiap aturan diberikan secara

tegas

(crips)

berdasarkan a-predikat

(fire strength).

Hasil akhimya diperoleh dengan

menggunakan rata-rata terbobot.

a-predikat => µ[x] : -nilai 1, jika x = nilai terbesar

- (x – nilai terkecil) dibagi (nilai terbesar – nilai terkecil)

-nilai 0, jika x = nilai terkecil

(36)

2.2.5.1.

Penentuan Nilai Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui beberapa cara antara lain pemeriksaan

biokimia, pemeriksaan klinis, pemeriksaan biofisik dan antropometri. Antropometri

merupakan metode yang paling sering digunakan dalam penilaian status gizi. Metode

ini menggunakan parameter berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Melalui kedua

parameter tersebut, dapat dilakukan penghitungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan

rumus sebagai berikut :

Sumber: (Ika Ratnawati, SKM, MKKK, 2011)

Angka Kecukupan Gizi (AKG) setiap individu akan berbeda sesuai dengan kondisi

masing-masing. Untuk mengukur AKG bagi orang dewasa secara cepat, kebutuhan

kalori/energi dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Tabel 2.1. Rumus Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Prinsip untuk menentukan Angka Kecukupan Energi didasarkan pada pengeluaran

energi dimana komponen

Basal Metabolic Rate

merupakan komponen utama. Nilai

BMR ditentukan oleh berat dan susunan tubuh serta umur dan jenis kelamin. Secara

sederhana nilai BMR dapat ditaksir dengan menggunakan rumus regresi linier sebagai

(37)
[image:37.595.133.502.141.263.2]

Tabel 2.2.

Rumus Basal Metabolic Rate

(BMR)

Dengan komposisi makanan sehari 60% dari sumber karbohidrat, 20% dari protein

dan 20% dari lemak.

Widya Karya Pangan dan Gizi VI tahun 1998, menetapkan AKG bagi orang dewasa

secara nasional berdasarkan kebutuhan energi/kalori dari protein, sebagai berikut:

Tabel 2.3. Kebutuhan Energi

[image:37.595.131.501.432.488.2]
(38)

BAB 3

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1.

Analisis

Dalam membangun sebuah sistem, tahap analisis perlu dilakukan guna mengetahui

kebutuhan yang diperlukan untuk membangun sistem tersebut. Analisis sistem yang

dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari analisis kebutuhan sistem pendukung

keputusan seperti analisis kebutuhan fungsional dan non-fungsional.

3.1.1.

Analisis Kebutuhan Fungsional dan Non-Fungsional

Kebutuhan fungsional dari sistem merupakan suatu hal yang sangat diperlukan, karena

semua proses yang akan dilakukan oleh sistem didasarkan dari penganalisasian

kebutuhan fungsional ini.

Salah satu kebutuhan fungsional yang terdapat pada sistem yang akan

dibangun ini adalah fitur dimana pengguna bisa melakukan konsultasi terhapat

penyakit yang diderita oleh pengguna tersebut. Dimana fitur ini akan memberikan

beberapa kriteria yang harus dipilih, guna mendapatkan hasil yang sesuai. Pada

halaman admin, sistem menyediakan fitur pembaharuan data untuk memudahkan

administrator untuk mengelola data yang sesuai.

a.

Fitur konsultasi

Pada fitur ini pengguna diharuskan untuk mengikuti 3 tahapan pemrosesan,

(39)

-

Penentuan status gizi

Pada tahap ini pengguna diminta untuk mengisi beberapa kriteria, seperti

umur, tinggi badan, dan berat badan. Kriteria-kriteria tersebut digunakan

untuk menghitung nilai dari Indeks Masa Tubuh (IMT) sebagai penilaian

status gizi.

-

Penentuan angka kecukupan gizi (AKG)

Pada tahap ini akan dilalukan perhitungan berat badan ideal pengguna,

dimana berat badan ideal ini akan digunakan untuk menentukan nilai dari

proses perhitungan

Basa Metabolic Rate

(BMR) dan kemudian hasil

perhitungan BMR tersebut akan digunakan kembali untuk mengitung nilai

Angka Kecukupan Gizi (AKG) pengguna.

-

Penentuan kondisi penyakit

Pada tahap ini pengguna diminta kembali untuk mengisi beberapa kriteria

sebagai proses perhitungan tahap berikutnya. Adapun kriteria yang

diberikan seperti lama mengidap penyakit, aktivitas, olah-raga, dan

konsumsi sayur.

b.

Fitur pembaharuan (

edit

)

Fitur ini hanya ditujukan untuk administrator, dikarenakan fitur ini berfungsi

untuk pembaharuan data dimana data-data tersebut sangat berpengaruh

terhadapat proses penentuan konsultasi penyakit.

Kebutuhan fungsional biasanya terdiri dari beberapa pemodelan sistem, adapun yang

termasuk dalam pemodelan tersebut adalah model data dan model proses.

Selain kebutuhan fungsional, kebutuhan non-fungsional juga merupakan suatu hal

yang penting. Dimana kebutuhan non-fungsional merupakan tahapan dimana

pembangun sistem mulai menganalisis bagaimana kinerja dan perfoma bisa berjalan

(40)

3.1.2.

Pemodelan

3.1.2.1.

Model Data

Pada model data secara umum terdiri atas beberapa tahap pemodelan, antara lain

meliputi :

a.

Basis Data (

database

)

b.

Entity Relationship Diagram

(ERD)

3.1.2.1.1.

Basis Data (

Database

)

Database dapat disebut juga sebagai sebuah tempat penyimpanan data yang terstruktur

agar dapat diakses dengan cepat dan mudah. Membangun sebuah database merupakan

langkah awal pembuatan aplikasi.

Dalam perancangan sistem pendukung keputusan ini, penulis membuat 8 tabel

pada database SPK. Tabel-tabel tersebut adalah tabel admin, tabel contact, tabel

galery, tabel asupan_gizi, tabel kriteria_penyakit, tabel penyakit, tabel tamu dan tabel

user. Pembuatan database dan tabel-tabel mempergunakan fasilitas MySQL atau

phpmyadmin

yang terdapat dalam software XAMPP.

3.1.2.1.1.1.

Tabel Admin

Tabel admin terdiri atas nama dan password dari administrator. Berikut adalah

[image:40.595.121.506.649.729.2]

atribut-atribut yang dibuat dalam tabel admin :

Tabel 3.1 Admin

Field

Type

Keterangan

username

varchar

nama Admin

(41)

3.1.2.1.1.2.

Tabel

Contact

Tabel contact berisikan data diri dan isi pesan dari pengguna. Berikut adalah

[image:41.595.125.507.243.371.2]

atribut-atribut

yang dibuat dalam tabel contact :

Tabel 3.2

Contact

Field

Type

Keterangan

nama

varchar

nama pengguna

email

varchar

email pengguna

alamat

varchar

alamat pengguna

pesan

varchar

isi pesan

tglkirim

datetime

tanggal kirim pesan

3.1.2.1.1.3.

Tabel

Gallery

Tabel gallery berisikan gambar dan informasi dari obat herbal yang berasal dari

buah-buahan. Berikut adalah atribut-atribut

yang dibuat dalam tabel gallery :

Tabel 3.3 Gallery

[image:41.595.123.508.576.643.2]

Field

Type

Keterangan

gambar

varchar

nama file gambar

(42)

3.1.2.1.1.4.

Tabel Asupan_Gizi

Tabel asupan_gizi berisikan nilai-nilai ketetapan untuk penentuan pengkonsumsian

obat. Berikut adalah atribut-atribut

yang dibuat dalam tabel asupan_gizi :

Tabel 3.4 Asupan_Gizi

Field

Type

Keterangan

sedikit

varchar

Penggunaan obat

banyak

varchar

Penggunaan obat

sangat_banyak

varchar

Penggunaan obat

3.1.2.1.1.5.

Tabel Kriteria_Penyakit

Tabel kriteria_penyakit terdiri dari dua jenis yang dibedakan berdasarkan jenis

kelamin, yaitu pria dan wanita. Tabel ini berisikan nilai-nilai ketetapan untuk

penentuan penyakit. Berikut adalah atribut-atribut

yang dibuat dalam tabel

kriteria_penyakit :

Tabel 3.5 Kriteria_Penyakit

Field

Type

Keterangan

tidak_parah

varchar

Kriteria penyakit

mendekati_parah

varchar

Kriteria penyakit

parah

varchar

Kriteria penyakit

(43)

3.1.2.1.1.6.

Tabel Penyakit

Tabel penyakit berisikan nama penyakit dan kesesuaian obat dengan panyakit. Berikut

adalah atribut-atribut

yang dibuat dalam tabel penyakit :

Tabel 3.6 Penyakit

Field

Type

Keterangan

penyakit

varchar

nama penykait

[image:43.595.120.543.392.620.2]

obat

varchar

nama obat

Tabel 3.7 Daftar Penyakit dan Obat

No

Nama

Penyakit

Obat

1

Sariawan

anggur,jambu biji,mentimun,jeruk manis,

belimbing,tomat,ceremai

2

Sembelit

melon,pepaya,pisang,ceremai,bisbul,pear,mentimun,sirsak

3

Asam Urat

melon,buah naga,pisang,jeruk manis,strawbery,sirsak

4

Ambien

jeruk nipis,pepaya,sirsak,tomat

(44)

3.1.2.1.1.7.

Tabel Tamu

Tabel tamu berisikan komentar-komentar dari pengguna. Berikut adalah atribut-atribut

[image:44.595.123.508.220.326.2]

yang dibuat dalam tabel tamu :

Tabel 3.8 Tamu

Field

Type

Keterangan

nama

varchar

nama pengguna

email

varchar

email pengguna

komentar

varchar

isi komentar

tglkirim

datetime

tanggal kirim pesan

3.1.2.1.1.8.

Tabel

User

[image:44.595.125.504.500.693.2]

Tabel

user

berisikan data diri dan aktivitas dari pengguna. Berikut adalah

atribut-atribut

yang dibuat dalam tabel user :

Tabel 3.9

User

Field

Type

Keterangan

nama

varchar

nama pengguna

email

varchar

email pengguna

Jenis _kelamin

varchar

jenis kelamin pengguna

umur

varchar

umur pengguna

penyakit

varchar

nama penykait

lama_penyakit

varchar

lama penyakit

aktivitas

varchar

aktivitas pengguna

(45)

Table 3.10. Interval Nilai Kategori Penyakit (Lanjut Usia)

kategori

Wanita

Pria

Tidak Parah

0.89 < rata-rata terbobot

≤

1

0.56 < rata-rata terbobot

≤

1

Mendekati Parah 0.81 < rata-rata terbobot

≤

0.89 0.48 < rata-rata terbobot

≤

0.56

Parah

0.73 < rata-rata terbobot

≤

0.81 0.4 < rata-rata terbobot

≤

0.48

Sangat Parah

rata-rata terbobot

≤

0.73

rata-rata terbobot

≤

0.4

Table 3.11. Interval Nilai Kategori Penyakit (Dewasa)

kategori

Wanita

Pria

Tidak Parah

0.9 < rata-rata terbobot

≤

1

0.56 < rata-rata terbobot

≤

1

Mendekati Parah 0.8 < rata-rata terbobot

≤

0.9

0.46 < rata-rata terbobot

≤

0.56

Parah

0.7 < rata-rata terbobot

≤

0.8

0.36 < rata-rata terbobot

≤

0.46

Sangat Parah

rata-rata terbobot

≤

0.7

rata-rata terbobot

≤

0.36

Table 3.12. Interval Nilai Kategori Penyakit (Anak-Anak)

kategori

Wanita

Pria

Tidak Parah

0.79 < rata-rata terbobot

≤

1

0.45 < rata-rata terbobot

≤

1

Mendekati Parah 0.69 < rata-rata terbobot

≤

0.79 0.35 < rata-rata terbobot

≤

0.45

Parah

0.59 < rata-rata terbobot

≤

0.69 0.25 < rata-rata terbobot

≤

0.35

Sangat Parah

rata-rata terbobot

≤

0.59

rata-rata terbobot

≤

0.25

Table 3.13. Interval Nilai Kategori Penyakit (Remaja)

kategori

Wanita

Pria

Tidak Parah

rata-rata terbobot

≥

1

0.67 < rata-rata terbobot

≤

1

(46)

3.1.2.1.2.

Entity Relationship Diagram

(ERD)

Data pengunjung akan disimpan pada tabel user, pengunjung juga bisa menanyakan

informasi kepada admin yang datanya akan disimpan pada tabel contact. Tabel tamu

berfungsi untuk menyimpan komentar dari pengunjung.

Relasi tabel penyakit, bmr dan akg terjadi pada saat proses konsultasi penyakit

dilakukan. Tabel vit beralasi dengan tabel_nutrisi dan info, dimana data dari

masing-masing tabel akan digunakan sebagai proses penentuan obat herbal yang sesuai

(47)

Ketetapan Nilai A

lternatif dan α

-predikat

Struktur hierarki dari permasalahan penentuan obat herbal dengan kriteria-kriteria

yang telah ditentukan, yakni ada 10 kriteria dapat dilihat paga gambar berikut :

[image:47.595.149.519.207.591.2]

Gambar 3.1 Struktur Hierarki Tiap Kriteria

Penyakit

Rata-rata terbobot

Penentuan

obat herbal

Kriteria 1

Kriteria 2

Kriteria 3

Kriteria 5

Kriteria 4

Kriteria 6

Kriteria 8

Kriteria 9

Kriteria 10

(48)
[image:48.595.137.519.161.733.2]

Ketetapan nilai alternatif terhadap setiap data beserta nilai

α

–predikatnya yang akan

diterapkan pada sistem.

Table 3.14. Nilai Tiap Kriteria

No

Kriteria yang

digunakan

alternatif

α

-predikat

1

Umur (k1)

IF

1.

A=10

2.

A=20

3.

A=30

4.

A=40

THEN

(x – 10)/30

2

Lama mengidap

penyakit (k2)

IF 1.

(b<1) and (b>7)

2.

(b>7) and (b<31)

3.

(b>31)

THEN

(x – 1)/30

3

Jenis kelamin

(k3)

IF 1.

Wanita

2.

Pria

THEN C = 0

C = 1

4

Kondisi penyakit

(k4)

IF 1.

D=10

2.

D=20

3.

D=30

4.

D=40

THEN

(x – 10)/30

5

Aktivitas (k5)

IF 1.

E=10

2.

E=20

3.

E=30

THEN

(x – 10)/20

6

Olah raga (k6)

IF 1.

F=10

2.

F=20

3.

F=30

THEN

(x – 10)/20

7

Asupan gizi (k7)

IF

-

THEN

-

8

Konsumsi sayur

(k8)

IF 1.

Tidak

2.

Ya

THEN H = 0

H = 1

9

Alergi (k9)

IF

-

THEN

-

10 Hamil (k10)

IF 1.

Tidak

2.

Ya

THEN J = 0

(49)

Keterangan :

1.

Untuk k1, a adalah nilai untuk data kriteria ke-1. Terdiri atas 4 alternatif

berdasarkan umur, yaitu :

-

A = 10, merepresentasikan lanjut usia, yaitu umur 50 tahun keatas.

-

A = 20, merepresentasikan dewasa, yaitu umur 19 – 50 tahun.

-

A = 30, merepresentasikan anak-anak, yaitu umur 7 – 12 tahun.

-

A = 40, merepresentasikan remaja, yaitu umur 13 – 18 tahun.

2.

Untuk k2, b adalah nilai untuk data kriteria ke-2. Rentang nilai dimulai dari

1 sampai 31 dan untuk nilai diatas 31 secara otomatis diberikan nilai 1.

3.

Untuk k3, c adalah nilai untuk data kriteria ke-3. Terdiri atas 2 alternatif

berdasarkan daya tahan tubuh, yaitu :

-

Wanita = 0

-

Pria = 1

4.

Untuk k4, d adalah nilai untuk data kriteria ke-4. Terdiri atas 4 alternatif

berdasarkan kondisi penyakit, yaitu :

-

D = 10, merepresentasikan sangat parah.

-

D = 20, merepresentasikan parah.

-

D = 30, merepresentasikan mendekati parah.

-

D = 40, merepresentasikan tidak parah.

5.

Untuk k5, e adalah nilai untuk data kriteria ke-5. Terdiri atas 3 alternatif

berdasarkan aktifitas keseharian, yaitu :

-

E = 10, merepresentasikan santai.

-

E = 20, merepresentasikan normal.

-

E = 30, merepresentasikan sibuk.

(50)

7.

Untuk k7, g adalah nilai untuk data kriteria ke-7. Merupakan hasil dari

perhitungan rata-rata terbobot dari kriteria sebelumnya.

8.

Untuk k8, h adalah nilai untuk data kriteria ke-8. Terdiri atas 2 alternatif

berdasarkan konsumsi sayur-sayuran, yaitu :

-

Tidak = 0

-

Ya = 1

9.

Untuk k9, i adalah nilai untuk data kriteria ke-9. Merupakan kategori yang

menentukan agar tidak mengkonsumsi suatu obat herbal.

10.

Untuk k10, j adalah nilai untuk data kriteria ke-10. Terdiri atas 2 alternatif

berdasarkan kehamilan wanita, yaitu :

-

Tidak = 0

-

Ya = 1

Dikarenakan proses perhitungannya menggunakan bilangan

fuzzy

maka rentang

nilai

α

–predikat berkisar dari 0 sampai 1.

Nilai rata-rata terbobot merupakan proses perhitungan dengan menggunakan rumus

mean

, yaitu penjumlahan nilai

α

–predikat tiap kriteria (

α

-predikat 1 + … +

α

-predikat

n), kemudian dibagikan dengan jumlah data kriteria (n). perhitungan rata-rata terbobot

dapat dilihat sebagai berikut :

Bobot =

α

-

predikat 1 + α

-

predikat 2 + …. + α

-predikat n

n

3.1.2.2.

Model Proses

3.1.2.2.1.

Data Flow Diagram

(DFD)

Diagram alir data (

data flow diagram

) merupakan sebuah teknis grafis yang

menggambarkan aliran informasi dan transformasi saat data bergerak dari input

menjadi output. DFD menunjukkan hubungan antar data pada sistem dan proses pada

(51)

Admin

0

Sistem Pendukung

Keputusan

User

Admin login Edit_penyakit

Edit admin

Hasil_edit_user Hasil edit admin Hasil_edit_penyakit Admin login valid

Data_komentar Hasil_konsultasi Data_konsultasi Tanya_jawab Kritik_saran Info_obat

Admin

User

1.0 Login 2.0 Konsultasi 3.0 Contact us 4.0 Guest book Admin Penyakit Kriteria_penyakit Kriteria_obat User contact Tam Data_komentar Data_tanya_jawab

Data user , penyakit

Username password Login_ Username password Username_password_valid Data_penyakit Data_kriteria_obat

Data_user , penyakit Data_kriteria_penyakit Tanya_jawab Kritik_saran Data_komentar Kritik_saran Data_konemtar Tanya_jawab Data_user , penyakit , konsultasi

[image:51.595.93.519.61.243.2]

Data_hasil_konsultasi

Gambar 3.2 DFD Level 0 (Diagram Konteks)

Data_tanya_jawab

[image:51.595.112.557.274.789.2]
(52)

∩

3.1.2.3.

Flowchart

Sistem

Admi

1.0 Login 1.1 Edit penyakit 1.2 Edit admin 1.3 Edit user

User

2.1 Data penyakit 2.2 Penentuan α-predikat tiap kriteria 2.3 Penentuan nilai rata-rata terbobot 2.4 Penentuan obat herbal

Penyakit

Admi

Contact

Tamu

User

User

Penyakit

Kriteria_penyak

Kriteria_ob

Hasil_edit_ penyakit User_password login_admin_vali d Data_admin_ganti Data_penyakit login_admin_vali d Edit_data_penyakit

Data_user, komentar , tanya_jawab Edit_admin tanya_jawab tanya_jawab Edit_data_user Hasil_edit_user Edit_komentar Hasil_edit_komentar Tanya_jawab, Hasil_edit_komentar, Hasil_edit_user

Data_analisis1, data_analisis2

Nama, umur, jenis_kelamin, email

[image:52.595.109.530.78.801.2]
(53)

Flowchart

atau diagram alir dapat digunakan untuk memudahkan perancang sistem

dalam mengimplementasikan sistem ke dalam program. Hal ini dikarenakan

flowchart

digunakan untuk menjelaskan bagaimana cara kerja sistem dari tahap awal hingga

tahap akhir. Adapun

flowchart

yang akan dirancang antara lain

flowchart

perhitungan

a-predikat kriteria,

flowchart

perhitungan nilai rata-rata terbobot dengan menggunakan

metode

mean

dan

flowchart

penentuan kategori penyakit untuk kesesuaian obat

dengan menggunakan aturan

if-then

dari metode

fuzzy

tsukamoto.

Berikut ini adalah

flowchart

untuk masing-masing proses tersebut.

a.

Perhitungan

α

-predikat.

Flowchart

ini digunakan untuk setiap kriteria yang ada, guna mendapatkan

nilai

α

-predikat yang akan digunakan untuk proses perhitungan selanjutnya.

Selesai Input nilai kriteria

Hitung nilai α–predikat dari nilai kriteria

Nilai kriteria = nilai alternatif terbesar (a)

b < Nilai kriteria < a

Nilai kriteria = nilai alternatif terkecil (b)

Output Nilai α–predikat = 0

Output Nilai

α–predikat = 1

Output Nilai α–predikat = (Nilai kriteria – b)/(a-b)

Output Nilai

α–predikat = 0

Y

T

Y

Y

T

T

(54)

b.

Perhitungan nilai rata-rata terbobot.

Flowchart

ini merupakan proses kelanjutan dari perhitungan

α

-predikat.

Dimana setiap nilai

α

-predikat akan dijumlahkan dan kemudian akan dibagi

dengan banyaknya kriteria yang ada.

Selesa

Input n kriteria

Hitung jumlah nilai α

–

Gambar

Gambar 2.2. Model Konseptual SPK
Tabel 2.3. Kebutuhan Energi
Tabel 3.1 Admin
Tabel 3.2 Contact
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kesibukannya menyiapkan kekuatan militer kaum muslimin didarat serta mempersiapkan semua sarana pertahanan yang dibutuhkan disana, beliau tidak

Hadits ketiga dalam kitab Qurrat al-Uyun diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud, sedang dalam kitab sumbernya, nama Ibnu Mas’ud tidak tercantum sebagai sanad maupun mukharrij hadits,

Peneltian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan grading kanker payudara dan Lymphovascular Invasion (LVI) terhadap metastasis pada kelenjar getah bening

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan positif antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa melanjutkan ke Sekolah Menengah

Kebiasaan pemupukan petani di Desa Trayu berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan petani sebagaimana disajikan pada Tabel 3 terlihat bahwa penggunaan pupuk NPK ter-

Adapun hasil penelitian yang dilakukan Nayudin menunjukan bahwa peraturan Bupati Purwakarta tentang Desa Berbudaya menganduk nilai-nilai Islami, yaitu mengenai

9 tahun 1975, pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkannya menurut agama Islam dilakukan oleh pegawai pencatat , sebagaimana dimaksud dalam undang- undang nomor

Penentuan jumlah lokasi titik ukur dan jumlah sensor suhu yang digunakan adalah seperti diuraikan pada bagian 6.1.. 4.3.Selama proses kalibrasi berlangsung suhu ambien tidak