• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resume Dan Perang Salib 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Resume Dan Perang Salib 1"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERANG SALIB

( Masa-Masa Perang Salib)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah- Resume ‘Sejarah

Peradaban Islam’

Semester 1

Magister Ilmu Agama Islam dan Magister Pendidikan Agama

Islam

Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta

Dosen : Dr. Muhammad Hariyadi, MA

(2)

Perang Salib

Masa-masa perang salib

Dapat dilihat bahwa masa-masa perang salib terjadi pada beberapa periode yang berbeda dari pemerintahan Islam, diantara masa-masa tersebut ialah : 1. Masa Dinasti Abbasiyah, 2. Masa Dinasti Ayubiyah, dan 3. Masa Dinasti Mamluk

Akan tetapi berdasarkan adanya faktor yang menyatukan semua periode tersebut, yakni antara Islam dan Salibis, yang diarungi oleh kaum muslimin di negeri Syam dan Mesir menghadapi kekuatan Franka dan kaum Nashrani yang merupakan penduduk dari kedua wilayah itu, perang ini menjadi isu utama yang terjadi pada masa periode itu, hal ini membuat semua gerakan penaklukan dan jihad difokuskan untuk menghadapi perang salib.

Penaklukan baru dihentikan, dan kaum muslimin berada dalam dua kondisi; kondisi pertama adalah mempertahankan negeri mereka dari serangan pasukan salib, dan kondisi kedua adalah kondisi yang lebih baik, yakni merebut kembali wilayah-wilayah kaum muslimin yang telah dirampas oleh pasukan salib.

Meskipun serangan salib pertema terhadap wilayah negara Islam dilakukan pada saat khilafah Abbasiyah masih eksis di Baghdad, akan tetapi pada hakikatnya eksistensi ini hanya formalitas saja, karena saat itu telah muncul banyak kerajaan dan negara kecil yang terkadang juga saling bertikai.

Perang Salib Pertama dan Kejatuhan Baitul Maqdis

Pasukan salib bergerak untuk pertama kalinya dari Eropa setelah seruan dari Paus Urban II. Dan kemudian sruan ini disebarluaskan ke seluruh penjuru Eropa oleh Peter the Hermit. Lalu bergabunglah dibelakangnya sekelompok besar orang-orang Eropa yang gelombang pertama dari mereka diperkirakan berjumlah sekitar lima belasribu orang, kemudian jumlah mereka semakin bertambah menjadi dua puluh lima ribu orang. Pasukan ini dipimpin oleh Peter the Hermit sendiri, namun mengalami kekalahan bangsa Saljuk.

(3)

jatuh ditangan pasukan salib. Sebagai imbalannya, pasukan salib membiarkan Bani Fathimiyah merebut baitul Maqdis dari Bani Saljuk yang masih setia dengan Dinasti Abbasiyah sebagai simbol perlawanan pembangkangan terhadap Bani Abbasiyah. Namun pada akhirnya nanti pasukan salib berhasil merebut Baitu Maqdis dari tangan Bani Fathimiyyah, pada hari Jum’at, tahun 429 H / 15 Juni 1099 M.

Dimulainya Jihad Melawan Perang Salib

Tidak diragukan lagi bahwa secara umum kaum muslimin merasa sangat terpengaruh oleh peristiwa jatuhnya Baitul Maqdis ke tangan pasukan salib dan tegaknya kerajaan-kerajaan salib diwilayah Syam juga memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap seluruh wilayah negeri Syam tanpa terkecuali. Karena, akibat dari itu adalah sebagian gubernur terpaksa harus membuat perjanjian damai dengan mereka, bahkan terkadang harus memberikan Jizyah kepada mereka. Dengan wilayah yang dikuasainya, praktis pasukan salib juga menguasai jalur-jalur utama yang berada diwilayah Syam, sehingga orang-orang tidak lagi merasa aman dalam perjalanan mereka melintasi Syam.

Langkah utama kaum meslimin utama dalam melakukan perlawanan pasukan salin, dilakukan oleh seorang seorang bansawan Turman yang bernama Kamasytakin bin Dasyman, yang ayahnya seorang gubernur yang sangat loyal terhadap Sultan Saljuk Alp Arsalan. Sebelumnya ia telah menjadikan kota Anatolia hingga wilayah utara malatya sebagai pusat kekuasannya, hingga kemudian ia berhasil memperluas wilayahnya dengan merebut wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Roma Bizantium. Lalu ia juga berhasil mengalahkan pasukan salib yang dipimpin oleh Bohemond. Dan Kamasytakin bahkan mampu menjadikan Bohemond sebagai tawanan perang dan juga beberapa perwira yang ikut bersamanya.peristiwa ini terjadi pada bulan Ramadhan tahun 493 H. Atas keberhasilan mengalakan pasukan Bohemond ini, dapat memberikan motivasi kepada sejumlah gubernur muslim lainnya untuk menyerang beberapa tempat dan pos-pos militer pasukan salib lainnya yang terletak diantara kota Aleppo dan Antiokhia.

Jihad Yang Dipimpin Oleh Imaduddin Zanki

Imaduddin Zanki adalah salah seorang komandan dan panglima Mosul yang terkenal pada masa kepemimpinan Maudud bin Tuntakin, yang merupakan seorang Atabey atau gubernur Mosul atas nama Bani Saljuk. Ia diangkat menjadi pemimpin Mosul pada tahun 521 H, ketika Mosul mengalami kekosongan pemimpin.

(4)

pasuka Islam yang kuat diwilayah Irak dan Syam yang membentang dari Mosul hingga Aleppo (Halb). Selama masa kepemimpinannya Imaduddin Zanki berhasil mencatatkan tinta emas dalam sejarah Islam melawan pasukan salib, diantaranya :

1. Pada Tahun 524 H, Zanki berhasil merobohkan benteng Atsarib yang berada di sekitar kota Aleppo, sebuah benteng terkuat pasukan salib di Antiokhia 2. Pada tahun 527 H, dipimpin Anwar, seorang wakil Zanki behasil

mementahkan dua serangan pasukan salib atas Aleppo

3. Pada Tahun 530 H Berhasil merebut kota Aleppo dan benteng Ba’rin, salah satu usaha terpenting Zanki

4. Pada Tahun 531 H, berhasil mempertahankan kota Aleppo dari serangan pasukan salib Romawi

5. Pada Tahun 533 H, Zanki berhasil merebut kembali benteng-benteng kaum muslimin yang pernah dikuasai oleh Romawi di negeri Syam.

6. Penaklukkan Edessa (Raha) : Jumadil Akhir 539 H, sebagai fase baru dan terbesar dalam jihad kaum muslimin sebagai pertama kalinya meruntuhkan kerajaan salib terbesar dan paling utama.

Imaduddin Zanki rahimahullah syahid pada tanggal 5 Rabiul Akhir 541 H, setelah berhasil melewati tahun-tahun yang penuh jihad dan pengorbanan.

Perjuangan Nuruddin Mahmud

Nuruddin Mahmud bin Imaduddin Zanki, gubernur Mosul, adalah satu diantara putra ayahnya yang menjadi kaki tangan ayahnya semasa hidupnya dan sangat diandalkannya dalam menjalankan segala urusannya. Bersama kakaknya, Saifuddin Zanki, penguasa utama kota Mosul yang menjadi pusat utama pemerintahan ayahnya, mereka meneruskan perjuangan jihad melawan pasukan salib seperti yang pernah dilakukan ayahnya dulu. Namun tak lama kemudian, Saifuddin wafat tahun 544 H, sehingga Nuruddin memegang kekuasaan tertinggi diwilayah Aleppo dan wilayah-wilayah lainnya tanpa harus tunduk kepada siapapun.

Nuruddin rahimahullah, merupakan sosok pemimpin yang tawadhu’ dan bersikap lemah lembut kepada para ulama’, kaum fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan, serta banyak berinfak untuk mereka. Selama kepemimpinannya, beliau mencapai kegemilangan dalam melawan pasukan salib. Beberapa wilayah telah dikuasainya, yang sebelumnya dikuasai pasukan salib, diantaranya : penaklukkan kota Artha, Antiokhia ( 542 H / 1147 M), penaklukkan kota Damaskus ( 549 H), penangkapan dan pembunuhan Jocelyn, salah seorang komandan perang salib dan sekaligus pemimpin benteng Tal Basyir (546 H), dan masih banyak lagi penaklukkan-penaklukkan dimasa kepemimpinannya.

(5)

Jihad Shalahuddin al-Ayyubi

Shalahuddin adalah termasuk salah seorang prajurit Kurdi yang ikut mendampingi pamannya Asaduddin Syirkuh dalam melakukan serangan ke Mesir pada tahun 558 H, dan ia ikut memperlihatkan perjuangan yang mengagumkan saat menghadapi pengepungan yang dilakukan oleh pasukan salib terhadap Alexandria pada tahun 562 H. Pada masa-masa awal, ia belum memiliki apapun yang menjadikannya istimewa dan lebih unggul dibanding para komandan Nuruddin yang lainnya. Dan pada saat pamannya, Asaduddin Syirkuh meninggal, ia dipilih menggantikan pamannya sebagai menteri.

Keberhasilan pertama saat Shalahuddin menjadi menteri, ia berhasil menghancurkan pusat-pusat pasukan yang sebelumnya masih tunduk ke Dinasti Fathimiyah. Kebahagiaan membuncah di seluruh pelosok dunia Islam, ketika informasi mengenai runtuhnya Dinasti fathimiyah menyebar, karena pada tahun-tahun terakhirnya dinasti ini lebih memilih untuk menjalin kerja sama dengan pasukan salib daripada harus mengulur bantuan kepada pasukan muslimin. Dan orang yang paling bergembira mendengar hal ini adalah Nuruddin Mahmud rahimahullah, yang segera mengirimkan banyak utusan ke Baghdad dan tempat-tempat lainnya unyuk membawa kabar gembira ini.

Sejak memegang tampuk kekuasaan di Mesir, Shalahuddin telah banyak memikirkan jihad melawan pasukan salib, dan merencanakan serangan pertamanya akan ditujukan di daerah pesisir pantai mereka, namun pasukan salib telah mendahuluinya sebelum pasukan muslimin menyerang mereka.

Penyatuan Dua Front; Mesir dan Syam

Shalahudin adalah seorang pemimpin yang setia kepada Nuruddin Mahmud. Setelah Nuruddin meninggal, beliau yang menggantikan posisi kepemimpinannya dan mengambil alih seluruh tanggung jawabnya. Namun demikian, ia tetap menjaga agar tidak ada benturan dengan gubernur lainnya, khususnya da diantara mereka yang telah memberikan kesetiaannya kepada raja Shalih Ismail bin Nuruddin, yang saat itu masih kecil. Disisi lain Shalahuddin merupakan seorang politisi, dan ia sangat menjaga keutuhan barisan dan jangan sampai ada perpecahan didalamnya. Untuk menghindari diri dari pertikaian, beliau membuat suatu ketentuan diwilayahnya bahwa didalam khutbah harus diselipkan do’a untuk Shalih Ismail bin Nuruddin, yang menjadi tanda kesetiaan dan persatuan.

Penggalangan Kekuatan Untuk Berjihad

(6)

Beberapa langkah Shalahuddin dalam menggalan kekuatan untuk berjihad, dimulai dengan mendidik sejumlah panglima pasukan terpercaya yang dapat ia andalkan dalam banyak urusan yang berbeda, ia tak segan mencukupi kebuyuhan mereka dengan harta agar mereka dapat nyaman berjuang dan bekerja sama dengannya. Disamping itu, beliau juga berusaha memberi perhatian yang cukup besar terhadap usaha unyuk memadamkan pemberontakan bangsa Armenia yang sering menebar ketakutan terhadap kaum muslimin. Selain itu, Shalahuddin juga memiliki perhatian besar terhadap berbagai macam senjata yang muncul pada masanya, dan kemudian ia mendorong kaum muslimin untuk membuatnya, dsb

Aktifitas Jihad di Laut

Dalam kesibukannya menyiapkan kekuatan militer kaum muslimin didarat serta mempersiapkan semua sarana pertahanan yang dibutuhkan disana, beliau tidak lupa untuk membangun kekuatan militer yang dibutuhkan dilaut, karena hal itu menurutnya sangat penting dalam perang menghadapi dan menghadang armada laut pasukan salib yang sering membawa sejumlah pasukan besar tambahan dalam jumlah yang sangat besar prajurit Franka dari Eropa, dengan cara merusak kapal-kapal mereka yang berada dipelabuhan Alexandria, agar tidak bisa dimanfatkan lagi oleh musuh, lalu juga armada laut Shalahuddin sering berkeliling dilaut Romawi untuk memotong jalur antara Eropa dengan pasukan salib yang ada di Syam, selain itu beliau juga mengirimkan armada laut Islam untuk menyerang pasuka salib yang sering mengganggu kapal dagang muslim dan kapal para jamaah haji yang ditenggelamkannya, dan melancarkan serangan kepada kapal-kapal pasukan salib yang membawa bantuan pasukan tambahan dan senjata dari Eropa.

Perkembangan Gerakan Jihad di Darat

Kerajaan-kerajaan yang didirikan oleh pasukan salib sebagian besarnya berada didalam lingkup daratan dunia Islam yang terletak di negeri Syam. Sebab itulah maka benturan dan peperangan yang terjadi antara kaum muslimin dan pasukan salib sebagian besarnya terjadi didarat. Al-Quds adalah tujuan yang paling utama dari Shalahuddin al-Ayyubi sejak awal kepemimpinannya. Ia berpendapat, jika keberadaan al-Quds ditangan pasukan salib akan membuat mereka berfikir dapat merebut wilayah-wilyah lainnya, dan bahkan bisa sampai kepada pemikiran untuk menguasai Hijaz sendiri. Namun jika ia bisa mengusir mereka dari sana, maka itu akan menghilangkan harapan mereka untuk dapat mempertahankan wilayah-wilayah yang mereka kuasai di negeri Syam. Untuk tujuan itulah ia terjun langsung atau mendelegasikan panglima-panglima pasukannya yang lain untuk memimpin banyak pertempuran didarat menghadapi musuhnya sebagai langkah awal untuk keraih kemenangan terbesarnya, yaitu merebut baitul Maqdis kembali.

Langkah-langkah Awal Untuk Menaklukkan Baitul Maqdis

(7)

dinegeri Syam, Jazirah, dan sejumlah wilayah lainnya. Perluasan ini berarti bertambahnya jumlah kekuatan dan prajurit yang akan bergabung didalam barisan pasukan Shalahuddin, yang tentunya membuat musuh semakin ketakutan, dan juga berarti bahwa keberadaan mereka di Baitul Maqdis dan wilayah lainnya akan semakin berakhir.

Perang Hiththin

Dalam sejarah perang salib, erang Hiththin merupakan perang terpenting yang terjadi antara kaum muslimin dengan pasukan salib. Karena perang inilah yang menjadi langkah pembuka terpenting bagi kaum muslimin untuk merebut kembali Baitul Maqdis. Perang ini pecah pada Jum’at pagi 24 Rabiul Akhir 539 H. Pertemuran ini terus berlanjut sepanjang siang dan kemudian berhenti saat senja. Peperangan ini dimenangkan kaum muslimin, dan juga berhasil ditangkapnya raja Baitul Maqdis, Guy De Lusignan dan juga dihadirkan pula Reynauld, pemimpin kota Karak, yang telah melakukan banyak penghianatan terhadap kaum muslimin pada masa perjanjian, lalu Shalahuddin membunuh Raynauld dengan tangannya sendiri, sedangkan raja Guy De Lusignan dibebaskan.

Penaklukkan Baitul Maqdis

Tepat setelah perang Hiththin, jalan menjadi terbuka lebar dihadapan Shalahuddin dan menuju langsung Baitul Maqdis. Karena pada saat itu raja Baitul Maqdis dan sebagian besar panglimanya telah menjadi tawanannya. Langkah pertama, ia mengfokuskan diri untyk menguasai beberapa daerah yang berada disekitar Baitul Maqdis, dan berhasil menaklukkannya.Kemudian empat hari setelah itu, Shalahudin rahimahullah berhasil menaklukkan kota Akko melalui pengepungan, sehingga penduduknya yang saat itu tidak mempunyai pertahanan harus rela kota itu diserahkan kepada Shalahuddin. Lalu shalahuddin terus melanjutkan untuk merebut sejumlah daerah dan benteng yang berada disekitar kota Akko, dan ia berhasil menaklukkan lebih dari sembilan benteng.

Setelah itu, Shalahuddin melanjutkan perjalanan jihadnya menuju Ashkelon yang merupakan pusat militer yang paling penting dan juga terkuat. Namun karena minimnya jumlah prajurit dan kurangnya bala bantuan, akhirnya pasuka salib mau menyerahkan kota itu. Lalu Shalahuddin memanggil armada laut Islam dari Mesir untuk melindungi wilayah pesisir pantai yang sangat strategis tersebut.

Setelah itu, barulah pasukan Shalahudin menuju Baitul Maqdis. Dan saat itu disana telah berkumpul sisa-sisa pasukan salib yang dipimpin oleh Uskup Baitul Maqdis dan Gubernur Ramallah, dan turut bergabung sisa-sisa prajurit yang selamat dari perang Hiththin, serta oarang-orang yang pindah ke sana dari wilayah-wilayah yang dikuasai kaum muslimin.

(8)

dilindungi dengan bangunan benteng yang sangat tinggi, disana dijaga oleh prajurit pejuang yang berjumlah enam puluh ribu orang, yang sebagian besar orang-orang kuat dan berpengalaman.

Maka pada hari Jum’at 20 Rajab, sebelum fajar menyingsing, kaum muslimin telah menghujani sisi bagian utara al-Quds dengan lontaran Manjaniq, begitu juga pasukan salib memasang Manjaniq didalam benteng. Kedua pasukan memperlihatkan semangat juang yang sangat tinggi. Jika kaum nashrani telah bertekat mempertahankan al-Quds karena alasan keagamaan, maka kaum muslimin yang berjuang mati-matian juga bertekad merebut kembali kota itu karena alasan keagamaan pula, dan bahkan lebih kuat.

Akhirnya pasukan perang salib merasa putus asa terhadap usaha pertahanan yang mereka lakukan. Mereka juga mulai merasa bahwa al-Quds akan segera dirampas kaum muslimin dari tangan mereka, yang juga tak mau meninggalkannya. Saat itulah mereka membuka jalur negosiasi dengan Shalahuddin untuk menyerahkan kota. Karena merasa khawatir jika kaum muslimin akan membunuh mereka, sebagai mana pasuka salib pernah membunuh kaum muslimin saat merebut al-Quds, mereka mulai mengancam akan membakar kota, lalu membunuh semua tawanan kaum muslimin yang ada ditangan mereka, lalu melulu lantakkan masjid Shakharah serta menghancurkan semua bagian yang masih tersisa dari Masjidil Aqsha, lalu membunuh semua penduduknya, setelah itu barulah mereka keluar dari kota dan bertempur mati-matian mengahdapi kaum muslimin.

Menyikapi ancaman ini, Shalahuddin segera bermusyawarah dengan para ulama’ dan panglima perangnya.mereka menyarankan untuk memberi jaminan keamanan kepada penduduk kota dengan syarat membayar tebusan sejumlah tertentu, barulah mereka diizinkan untuk keluar meninggalkan kota. Mereka diberi waktu tenggat 40 hari bagi siapa saja mau meninggalkan kota itu dengan syarat-syarat tersebut.

Pada hari jum’at tanggal 27 Rajab 583 H, bertepatan tanggal 12 Oktober 1187 M, kota al-Quds akhirnya diserahkan kepada kaum muslimin. Hari penyerahan kota tersebut merupakan hari yang sangat bersejarah, dimana suara takbir, tahmid, dan tahlil membahana diseluruh penjuru al-Quds. Hari bersejarah lainnya, yakni Jum’at pertama, sekitar satu minggu setelah penaklukkan al-Quds, kaum muslimin melaksanakan sholat Jum’at dimasjidl Aqsho. Banyak kaum muslimin meneteskan air mata saat menyaksikan besarnya jumlah mereka yang berkumpul saat itu.

Pasca Ditaklukkannya baitul Maqdis

(9)

bersiap-siap pergi ke Baitul Maqdis dan merebut kembali kota al-Quds kepangkuan mereka.

Pada bulan Jumadil Akhir tahun 585 H, merupaka usaha serangan pertama pasukan salib ke kota Akko sejak Baitul Maqdis jatuh ke tangan kaum muslimin. Dan akhirnya kota Akko jatuh kembali ke tangan pasukan salib pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 587 H / 1191 M.

Mempertahankan Kota Baitul Maqdis dan Perjanjian Ramallah

Al-Quds adalah kota yang paling menyita Shalahuddin. Ia sangat yakin bahwa pasukan salib tidak merebut kota Akko kecuali sebagai jalan dan langkah awal untuk merebut kembali al-Quds. Kerena itulah yang membuat Shalahuddin berpikir, bagaimana cara mempertahankan dan menghalangi pasukan salib untuk mendekatinya. Maka ketika di Baitul Maqdis, Shalahuddin segera memulai membangun benteng pertahanannya dengan mendatangkan para pekerja untuk menganggkat batu-batu besar serta melakukan penggalian disejumlah tempat berbeda, bahkan Shalahudin sendiri ikut bekerja bersama panglima perangnya, ulama’ dan hakim.

Pasukan salib sudah tiba didekat Baitul Maqdis dibawah pimpinan raja Richad the Lion Heart. Namun karena merasa sangat sulit bagi mereka menguasai Baitul Maqdis, maka mereka menarik diri dari pengepungan al-Quds, sementara Shalahuddin tetap melakukan aksi militernya melawan pasuka salib, sehingga memaksa raja Inggris melakukan perjanjian damai pada bula Sya’ban 588 H, perjanjian ini dikenal dengan perjanjian Ramallah. Masa perjanjiannya 3 tahun.

Pada tanggal 29 Shafar, tahun 589 H, Shalahuddin rahimahullah akhirnya wafat menghadap Rabbul Alamiin, selama hidupnya ia lewati dengan berjihad membela agama Islam.

Gerakan Jihad pasca Wafatnya Shalahuddin

Wafatnya Slahahuddin rahimahullah, kepemimpinan mengalami kekosongan. Namun Shalahuddin tidak sendirian dimedan perang, panji jihad tetap berkibar setelah kepergiaannya.

(10)

Serangan Pasukan Salib (Yang ke-5) Terhadap Mesir

Pada tahun 614 H, gelombang pasukan salib yang kelima datang melalui jalur laut ke negeri Syam, pasukan ini berasa dari Jerman, Hongaria, Austria dan seluruh negeri Eropa. Keberangkatan ini diawasi oleh Paus Henry III, mereka ingin menyerang dan menguasai Mesir dan daerah-daerah Syam lainnya. Karena mereka beranggapan bahwa, Baitul Maqdis bisa direbut kembali jika Mesir sudah berhasil mereka kuasai. Akan tetapi mereka kalah perang dan harga diri mereka telah jatuh, sehingga mereka meminta jaminan untuk keluar dari Mesir tanpa syarat apapun, namun ditolak. Mereka boleh keluar dari Mesir dengan syarat harus menyerahkan 20 orang bangsawan mereka sebagai jaminan bagi kaum muslimin agar pasukan salib benar-benar menarik diri, dan akhirnya syarat itu pun disetujui.

Raja Al-Kamil dan Penyerahan baitul Maqdis

Pada masa Baitul Maqdis dibawah kepemimpinan raja al-Kamil, adalah masa sejarah yang sangat kelam dan sangat menyakitkan bagi semua kaum muslimin, khususnya penduduk Baitul Maqdis. Pada masa ini Baitul Maqdis diserahkan kembali kepada pasuka Franka, melalui perjanjian raja al-Kamil dan raja Jerman, Fedrick II yang sebelumnya mereka mempunyai hubungan diplomatik ntara raja Kamil dan raja Fedrick. Selama hubungan itu, raja Fedrick membujuk secara halus dan memberi hadiah kepada raja al-kamil agar mau menyerahkan Baitul Maqdis kembali ke tangan mereka, tanpa adanya perang dan mau merendahkan dirinya kepada raja al-kamil. Akhirnya raja Kamil pun terbujuk. Padahal para ulama’ dan kaum muslimin sudah memberikan penolakkan atas sikap raja al-Kamil ini, dan mengecam keputusannya. Karena pembebasan kota Baitul Maqdis ini merupakan prestasi terbesar kaum muslimin dibawah kepemimpinan Shalahuddin

Perang Terakhir Dinasti Al-Ayyubi Melawan Pasukan Salib

Pada tahun 637 H, baitul Maqdis berhasil kembali direbut oleh kaum muslimin dari pasukan salib, setelah wafatnya raja al-kamil pada tahun 635 H. Namun karena ada perselisihan diantara Dinasti Ayyubiyah, antara gubernur damaskus, Shalih Ismail dan gubernur Mesir, Shalih Ayyub, mengakibatkan Baitul Maqdis kembali dikuasai oleh Pasukan salib pada tahun 638 H, oleh gubernur Damaskus sebagai syarat untuk bekerja sama dengan pasukan salib memusuhi Shalih Ayyub. Namun tak berapa lama, pada tahun 642 H, baitul Maqdis berhasil direbut kembali oleh kaum muslimin, dan Allah menghinakan orang-orang yang menjadikan sekutu pasukan salib dengan kekalahan perang.

Kedatangan Gelombang Pasukan Salib Yang Ke Tujuh dan Yang Terakhir

(11)

berangkat dari Eroapa pada tahun 647 H. Dibawah komando raja Prancis Louis IX, peperangan ini terjadi diluarkota. Pada awalnya mereka berhasil menang melawan pasukan kaum muslimin, dan pada akhirnya pasukan salib harus kembali kalah pada pasukan muslimin, bersamaan ditangkapnya raja Louis IX. Dan pada saat pertempuran berlangsung, raja Shalih Ayyubi meninggal dunia karena sakit.

Perjuangan Raja-Raja Dinasti Mamalik Melawan Pasukan Salib

Dinasti Ayyubiyah mulai berakhir setelah Turan Syah, seorang putra raja Shalih Ayyubi meninggal dunia tanpa sebab yang jelas, sehingga kekuasan Mesir jatuh ketangan orang-orang Mamalik. Pada saat itu, sultan yang paling menonjol adalah sultan Saifuddin Qutuz dan azh-Zhahir Baibars. Pada masa ini pula, pasukan muslim dihadapkan dengan perlawanan pasukan salib dan pasukan mongol yang bersekutu untuk memerangi pasukan muslim dan merebut wilayah kekuasaan kaum muslim.

Pada masa Dinasti Mamluk ini, kaum muslimin berhasil merebut kota Antiokhia tahun 666 H / 1268 M, dan menguasai beberpa wilayah Syam dan Armenia. Dan juga berhasil menyatukan Syam dan Mesir dibawah wilayah kekuasaannya.

Azh-Zhair Baibar meninggal dunia pada tahun 676 H, yang sebelumnya meninggal terlebih dahulu, Saifuddin Qurthuz.

Jatuhnya Benteng Terakhir Dari Pertahanan Pasukan Salib

Perang antara kaum muslimin dengan pasukan salib mulai memasuki tahap akhir pada periode yang dikenal dengan perang salib pada masa azh-Zhahir Baibars dan kemudian pada masa sultan an-Nashir Qawalun yang memimpin tidak lama setelah wafatnya Baibars.

Prestasi terbesar dalam sejarah kepemimpinan Raja an-Nashir Qawalun adalah perebutan dan pembebasan kembali kota Tripoli pada tahun 688 H dan kota Akko pada tanggal 17 Rabiul Akhir 690 H, oleh kaum muslimin dari tangan pasukan salib. Dan membunuh dan menawan pasukan salib yang berada dikota, sementara yang berhasil selamat dari kejaran kaum muslimin, mereka melarikan diri menuju laut Eropa. Namun saat itu banyak pula diantara mereka tenggelam dilaut.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah beberapa kali tes alat psikologi yang berbeda, dan menunjukkan kecenderungan yang berbeda, baru saya menyadari bahwa tipe kecenderungan saya bekerja,

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.. (3)

Menyadari itu, ibu rumah tangga akan menghasilkan dan menjaga pekerja-pekerja yang lebih sehat dari isteri bekerja, kanak-kanak yang terdidik menjadi lebih baik dari yang

Untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar peserta didik yaitu melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan mengambil judul “Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasi

 Tumor parotis juga dapat diobati dengan obat tradisional atau disembuhkan dengan meminum rebusan daun sirsak. anker merupakan penyakit yang mematikan dan pengobatan nya

Oleh karena itu, pencegahan pelecehan seksual pada anak dapat dilakukan dengan menunjukkan kepada siswa bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh atau

Adanya mekonium saja tidak mampu untuk menegakkan suatu diagnosis hipoksia janin. Mekonium adalah cairan berwarna hijau tua yang secara normal dikeluarkan oleh bayi

Wenning [2], koordinator pada Program Pendidikan Fisika di Illinois State University, USA, mengembangkan sebuah intrumen khusus untuk mengukur literasi sains siswa