BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL SKANDAL, PSIKOANALISA SIGMUN FREUD DAN BIOGRAFI PENGARANG
2.1 Definisi Novel
Novel adalah karangan prosa yang lebih panjang dari cerita pendek dan
menceritakan kehidupan seseorang dengan lebih mendalam dengan menggunakan
bahasa sehari-hari serta banyak membahas aspek kehidupan manusia "Kata novel
berasal dari bahasa latin novellas, yang terbentuk dari kata novus yang berarti baru
atau new dalam bahasa inggis. Karena novel adalah bentuk karya sastra yang
datang dari karya sastra lainnya seperti puisi dan drama. Ada juga yang
mengatakan bahwa novel berasal dari bahasa Italia novella yang artinya sama
dengan bahasa latin.
Novel juga diartikan sebagai suatu karangan atau karya sastra yang lebih
pendek daripada roman, tetapi jauh lebih panjang daripada cerita pendek, yang
isinya hanya mengungkapkan suatu kejadian yang penting, menarik dari
kehidupan seseorang (dari suatu episode kehidupan seseorang) secara singkat dan
yang pokok-pokok saja. Juga perwatakan pelaku-pelakunya digambarkan secara
garis besar saja, tidak sampai pada masalah yang sekecil-kecilnya. Dan kejadian
yang digambarkan itu mengandung suatu konflik jiwa yang mengakibatkan
adanya perubahan nasib".
Menurut Sumardjo (1999 : 11) novel adalah genre sastra yang berupa
mudah menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya. Walau bersifat imajiner
namun ada juga karya fiksi atau novel yang berdasarkan dari pada fakta.
Pengertian Novel menurut para ahli:
1. Novel menurut Nurgiyantoro (1995 : 5) adalah karya fiksi yang
mengungkapkan aspek aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan
dengan halus.
2. Novel menurut Drs. Rostamaji,M.Pd, Agus priantoro, S.Pd
(http://taniats.blogspot.com/2013/11/pengertian-novel-menurut-para-pakar.html)
Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu unsur intrinsik
dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh
dalam kehadiran sebuah karya sastra.
3. Novel menurut Paulus Tukam, S.Pd
sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsic.
4. Novel menurut Wellek dan waren dalam Nurgiyantoro (1995 : 3) adalah
bahwa novel sebagai karya fiksi haruslah tetap merupakan cerita menarik, tetap
merupakan bangunan struktur yang koheren dan tetap mempunyai tujuan estetik.
2.2 Unsur-unsur Novel
Novel mempunyai unsur-unsur yang turut membangun novel menjadi
cerita yang menarik, unsur tersebut dibagi menjadi 2 ( dua ) yaitu (1) unsur
2.2.1 Unsur Instrinsik
Unsur instrinsik dalam sebuah novel terdiri dari :
a. Tema
Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya
sastra dan yang terkandung di dalam teks. Sebagai unsur semantris dan yang
menyangkut persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan. Tema disaring dari
motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan
hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik dan situasi tertentu. Tema dalam banyak hal
bersifat mengikat kehadiran dan ketidakhadiran peristiwa, konflik, situasi tertentu,
termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain, karena hal-hal tersebut haruslah
bersifat mendukung kejelasan tema yang ingin disampaikan.
b. Setting/latar
Latar/setting yang disebut juga sebagai landas tumpu menyarankan pada
pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Senada dengan pendapat diatas menyatakan bahwa setting merupakan latar
belakang yang membantu kejelasan jalan cerita. Setting ini meliputi waktu,
tempat, sosial budaya. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas.
Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca. Menciptakan
suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi.
(1) Latar tempat
Latar tempat menyusun pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi.
(2) Latar waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa –
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
(3) Latar sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya sastra.
c. Penokohan
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
diotampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan mencakup masalah siapa tokoh
cerita, bagaimana perwatakannya, bagaimana penempatan dan pelukisannya
dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada
pembaca.
d. Alur/Plot
Alur/Plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur dibedakan
menjadi 2 (dua) bagian yaitu pertama alur maju ( progesif ) yaitu apabila peristiwa
bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita.
kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung. Plot/alur menampilkan
kejadian-kejadian yang mengandung konflik maupun menarik bahkan mencekam
pembaca.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang ( point of view ) merupakan strategi, teknik, siasat yang
secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.
2.2.2. Unsur Ekstrinsik
Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang
dan lain-lain diluar unsur intrinsik. Unsur ekstrinsik yaitu unsur-unsur yang ada di
luar tubuh karya sastra. Perhatian terhadap unsur-unsur ini akan membantu
keakuratan penafsiran isi suatu karya sastra. Unsur Ekstrinsik novel adalah
unsur-unsur yang berada di luar karya sastra (novel), tetapi secara tidak langsung
mempengaruhi sistem organisme karya sastra. Secara lebih spesifik, unsur
ekstrinsik sebuah novel bisa dibilang sebagai unsur yang membangun sebuah
novel. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik novel tetap harus diperhatikan sebagai
sesuatu yang penting.
2.3 Klasifikasi Novel
Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling populer di dunia.
Bentuk karya sastra ini yang paling banyak beredar, karena daya komunikasinya
kompleks, mencakup berbagai pengalaman kehidupan yang dipandang aktual,
namun semuanya tetap saling berkaitan.
Menurut Sumardjo dalam Suroto (1989 : 27), Novel terdiri dari dua jenis
yaitu novel populer dan novel serius.
1. Novel populer
Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak
penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Ia menampilkan masalah
yang aktual dan menzaman, namun hanya sampai pada tingkat permukaan.
Novel populer tidak menampilkan permasalah kehidupan secara intens dan
tidak berusaha meresapi masalah kehidupan, karena akan dapat membuat novel
menjadi berat dan dapat berubah menjadi novel serius.
Ciri-ciri novel populer yaitu:
1. Temanya selalu menceritakan kisah asmara belaka tanpa masalah lain
yang lebih serius
2. Novel populer terlalu menekankan plot cerita sehingga mengabaikan
karakterisasi, problem kehidupan dan unsur-unsur novel lainnya.
3. Biasanya cerita disampaikan dengan gaya emosional, cerita disusun
dengan tujuan meruntuhkan air mata pembaca, akibatnya novel demikian
4. Masalah yang dibahas kadang-kadang juga artifisial, tidak nyata dalam
kehidupan. Isi cerita hanya mungkin terjadi dalam cerita itu sendiri, tidak
dalam kehidupan nyata.
5. Karena cerita ditulis intuk konsumsi massa, maka pengarang rata-rata
tunduk oada hukum konvensional
6. Bahasa yang dipakai adalah bahasa yang aktual, yang hidup dikalangan
muda-mudi kontemporer, dan Indonesia pengaruh gaya berbicara serta
gaya bahasa sehari-hari Jakarta sangat dalam novel jenis populer ini.
2. Novel Serius (novel sastra)
Novel serius atau novel sastra harus dianggap memberikan serba
kemungkinan. Jika ingin memahami novel sastra diperlukan daya konsentrasi
yang tinggi dan disertai kemauan untuk itu.
Pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditampilkan di dalam
noveljenis ini disoroti dan diungkapkan sampai ke inti hakikat kehidupan yang
bersifat universal.
Ciri-ciri novel serius yaitu:
1. Dalam temu : karya sastra tidak hanya berputar-putar dalam masalah cerita
asmara muda-mudi belaka, ia membuka diri terhadap semua masalah yang
penting untuk menyenpurnakan hidup manusia. Masalah cerita dalam
karya sastra kadang hanya penting untuk menyusun plot cerita, sedang
2. Jalan cerita memang penting, tetapi merupakan bukan daya tarik
utamanya. Cerita itu selalu diimbangi bobot yang lain, seperti
karakterisasi, setting cerita, tema dan sebagainya.
3. Karya sastra tidak hanya berhenti digejala permukaan saja, tetapi selalu
mencoba memahami secara mendalam dan mendasar suatu masalah.
4. Kejadian atau pengalaman yang diceritakan di dalam karya sastra bisa
dialami atau sudah dialami dan akan terus dialami oleh manusia mana saja
dan kapan saja. Karya sastra membucarakan hal-hal yang universal dan
nyata, bukan kejadian yang artifasial dan bersifat kebetulan.
5. Sastra selalu bergerak, selalu segar dan selalu baru. Ia tidak mau berhenti
pada konvensialisme , penuh inovasi.
6. Bahasa yang dipakai adalah bahasa standar dan bukan mode sesaat.
2.4 Setting Novel Skandal
Novel Skandal merupakan salah satu hasil karya fiksi. Novel ini ditulis
oleh penulis terkenal Shusaku endo. Di dalam novel Skandal memiliki latar
tempat waktu dan sosial.
2.3.1. Setting Tempat
Setting tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Dalam hal ini, lokasi tempat berlangsungnya
cerita dalam novel “Skandal” adalah kota kawasan mesum di Shinjuku, Tokyo :
Jepang tepatnya di Jalan Takeshita, Jalan Sakura, disebutkan dimana tokoh utama
dan Nyonya Naruse, serta Kobari. Di Nagasaki, Isahaya, Obama, Kuchinotsu, dan
Kazusa, disebutkan di sanalah tokoh utama Suguro berwisata bersama Istrinya
untuk menenangkan pikiran, dan melupakan sejenak masalah-masalah yang
Suguro hadapi.
2.3.2 Setting Waktu
Setting waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya
peristiwa-peristiwa yangdiceritakan dalam sebuah karya fiksi. Setting waktu mengacu pada
saat terjadinya peristiwa, meliputi hari, tanggal, bulan, tahun, bahkan zaman
tertentu yang melatarbelakangi cerita tersebut. Dalam hal ini, Shusaku Endo
sebagai pengarang novel“Skandal” menyebutkan secara spesifik nama hari, yaitu
hari Jumat, Sabtu,Minggu, seperti yang tertulis dalam cuplikan berikut:
Cuplikan halaman 103
[...Hari Sabtu petang istrinya datang untuk membersihkan kantor.
”Aku pergi berbelanja sebentar ke Omote sando” kata Suguro padanya....]
Cuplikan halaman 104
[...”Aku tidak keberatan kau menginap di sini... Tetapi besok hari Minggu.”..]
Cuplikan hal 273
[...Jumat.Malam sebelumnya, dalam berita cuaca di televisi diprakirakan
kemungkinan salju akan turun;...]
Cuplikan hal 317
[...Hari Minggu.Karena hari minggu setelah paskah, gereja penuh dari biasanya...]
Namun tanggal dan bulan tidak dijelaskan dalam novel ”Skandal” karya Shusaku
Dalam novel Skandal, Shusaku Endo menggambarkan setting waktu dari
cerita jika dilihat dari latar belakang pengarang, cerita Skandal menggambarkan
waktu padazaman Modern yaitu abad ke-19.
2.3.3 Setting Sosial
Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencangkup berbagai masalah dalam
lingkup yang kompleks, dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi
keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap, dan lain-lain. Disamping
itu, latar social juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.
Dalam novel ”Skandal” digambarkan kehidupan pengarang di jepang yang
selalu dekat dengan Pers dan penggemarnya. Dan dalam novel ini digambarkan
latar sosial, yaitu banyaknya perilaku-perilaku menyimpang dalam seks bagi
masyarakat Jepang, yaitu adanya perilaku sadomasokhis dimana sepasang atau
sesama jenis melakukan hubungan seks dengan melakukan kekerasan fisik, dan
bagi yang melakukan hubungan seperti itu akan merasa puas atau bergairah
hingga merasa ingin mati. Latar sosial tokoh utama Suguro digambarkan Shusaku
Endo dengan status sebagai Pengarang novel yang kawakan di Jepang.
2.4. Psikoanalisa Sigmun Freud Dalam Kajian Sastra
Sumbangan Freud dalam teori psikologi kpribadian substansial sekaligus
kontroversial. Teori psikoanalisa, menjadi teori yang paling komprehensif
diantara teori kpribadian lainnya, namun juga mendapat tanggapan yang paling
dalam mendeskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan, yakni: struktur
kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian, banyak
diikuti oleh pakar kepribadian yang lain.
Psikologi adalah kajian menguraikan kejiwaan dan meneliti alam bawah
sadar pengarang. Sedangkan Hubungan antara sastra dan psikologi karena
munculnya istilah psikologi sastra yang membahas tentang hukum-hukum
psikologi yang diterapkan pada karya sastra, misalnya karakter tokoh-tokoh dalam
suatu karya sastra diciptakan pengarang berdasarkan kondisi psikologis yang
dibangun oleh pengarangnya
Menurut Sigmun Freud psikologi dan sastra memiliki hubungan yang erat.
Dia juga mengungkapkan bahwa hubungan sastrawan dengan gejala psikologis,
baik yang terlihat maupun yang terungkap akan dituangkan lewat dalam karya
sastra. Hal ini semua akan dilihat dari pendekatan psikoanalisis.
Teori Psikoanalisis Freud menjdi paradigma psikologi kepribadian, dan
terapkan psikoanalisis dalam terapi jiwa menjadi primadona sampai sekarang.
Terinya mencoba memotret manusia, baik fisik maupun fsikisnya. Sumbangan
utama Freud adalah menyadarkan bahwa proses tak sadar mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap tingkah laku.
Psikoanalisis dalam karya sastra berguna untuk menganalisis secara
psikologis tokoh-tokoh dalam drama dan novel (Ade Fitriani, 2013 : 27).
Terkadang pengarang secara tidak sadar maupun sadar dapat memasukkan teori
Psikologis yang dianutnya. Psikoanalisis juga dapat menganalisis jiwa pengarang
Prinsip-prinsip psikoanalisis ini adalah sebagai berikut:
a) Lapisan kejiwaan yang paling dalam (rendah) adalah lapisan bawah sadar
(libido) atau daya hidup, yang berbentuk dorongan seksual dan
perasaan-perasaan lain yang mendorong manusia mencari kesenangan dan
kegairahan.
b) Pengalaman-pengalaman sewaktu bayi dan kanak-kanak banyak
mempengaruhi sikap hidup di masa dewasa.
c) Semua buah pikiran, betapapun kelihatannya tidak berarti, masih tetap
penting bila dihubungkan dengan daerah bawah sadar.
d) Konflik emosi pada dasarnya adalah konflik antara perasaan bawah sadar
dengan keinginan-keinginan yang muncul dari luar.
e) Emosi itu sendiri bersifat dwirasa, tidak ada emosi dari satu jenis, benci
dan sayang saling bercampur.
f) Sebagian konflik dapat diselesaikan atau disembunyikan dengan cara yang
dapat diterima. Apabila dia mampu keluar dari konflik itu disebut dengan
sublimasi,
tetapi bila ia gagal ia akan menyerupai neurosis yaitu konflik emosi di
dasar jiwa.
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga model struktural yang berupa:
a) Id
Id adalah sistem kpribadian yang asli, dibawa sejak lahir. dari Id ini
kemudian akan muncul Ego dan Super Ego. Saat dilahirkan, Id berisi
drive. Id berhubungsn erat dengan proses psikis yang digunakan untuk
mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya.
b) Ego
Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan
transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan yang objektif.
Ego disebut eksekutif kepribadian, karena Ego mengkontrol
pintu-pintu kearah tindakan, memilih segi-segi lingkungan dimana dia akan
melakukan respon, dan memutuskan insting-insting manakah yang
akan dipuaskan dan bagaimana caranya.
c) Super Ego
Super Ego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang
beroperasi memakai prinsip idealistik. Super Ego berkembang dari
Ego, dan seperti Ego dia tidak mempunyai energi sendiri. Super Ego
adalah wewenang moral dari kepribadian, ia mencerminkan yang ideal
dan memperjuangkan kesempurnaah bukan kenikmatan.
Dinamika kepribadian ditentukan oleh cara energi psikis didistribusikan
dan dipakai oleh Id, Ego dan Super Ego. Pada mulanya, seluruh energi psikis
menjadi milik Id dan dipakai untuk memenuhi hasrat (wishfulfillment) melalui
aksi refleks, proses primer. Energi itu diinvestasikan (cathects) kepada suatu
obyek untuk memuaskan hasrat.
Ego tidak mempunyai energi sendiri, sehingga harus menarik energi dari
Id. Berangsur-angsur semakin banyak energi Id yang dapat diambil oleg Ego,
karena Ego lebih berhasil dari pada Id dalam mereduksi tegangan. Proses
mencocokkan gambaran mental dari Id dengan kenyataan aktual. Id berprinsip
bahwa obyek nyata harus sama dengan gambaran atau fantasi mengenai obyek
yang diinginkan, sedang Ego berprinsip gambaran obyek bisa berbeda dengan
obyek nyata, gambaran itu harus dikonfrontasi dengan kenyataan dan peluang
untuk memperolehnya.
Seperti Ego, Super Ego mendapat energi dari Id melalui proses identifikasi.
Id tetap menerima kepuasaan melalui identifikasi yang dilakukan Super Ego,
dalam bentuk pilihan menerima Ego ideal dan conscience. Trjadilah perpindahan
dari Id ke Super Ego. Apa yang dikerjakan oleh Super Ego seringkali meski tidak
selalu bertentangan dengan implus-implus Id. Ini terjadi karena aturan moral itu
mewakili usaha masyarakat untuk mengkontrol dan mencegah pengungkapan
dorongan primitif, terutama dorongan seksual dan agresi. Orang yang “baik”
adalah yang dapat mengkontrol diri agar tidak melanggar aturan, dan mengekang
implus-implus primitifnya. Super Ego juga bisa bertentangan dengan Ego, ketika
rasional pragmatis dari Ego melanggar moralitas dan tidak mempertimbangkan
nilai-nilai kesempurnaan.
2.6. Biografi Pengarang
Shusaku Endo dilahirkan di Tokyo pada tahun 1923. Ketika berumur tiga
tahun, keluarganya pindah ke Manchuria yang waktu itu diduduki Jepang.
Orangtuanya kemudian bercerai, dan ia bersama ibunya kembali ke Jepang.
Ibunya yang beragama Katolik membesarkan Endo dalam agama yang sama.
Endo pun dibaptis menjadi Katolik ketika ia berusia 12 tahun.Setelah lulus dari
Prancis selama dua setengah tahun di Lyon. Pengalaman ini kelak dituangkan
dalam beberapa novelnya. Salah satunya novel berjudul Shiroi Hito(The White
Man), yang mendapat penghargaan bergengsi Akutagawa Prize, yang merupakan
penghargaan pertama dari sekian banyak penghargaan yang kelak diperolehnya
dalam dunia sastra. Ia juga diangkat menjadi anggota Nihon Geijutsuin, sebuah
Akademi Seni Jepang yang sangat bergengsi.Walaupun Shusaku Endo sudah
meninggal pada tahun 1996, sampai sekarang sejumlah bukunya masih
diterjemahkan kedalam berbagai bahasa di dunia. Salah satu novelnya yang
banyak dibicarakan adalah Silence(Hening), yang rencananya akan diangkat
kelayar lebar.
Sebagai pengarang, Shusaku Endo adalah salah satu dari sedikit pengarang
Jepang yang menulis dari persfektif yang unik sebagai seorang Jepang dan
Katolik (pemeluk Kristen di Jepang kurang dari 1%). Buku-bukunya
mencerminkan bayak pengalamannya dalam membahas jalinan moral kehidupan.
Iman Katoliknya dapat dilihat dalam kadar tertentu di setiap bukunya, yang sering
kali merupakan ciri khas dari karya-karyanya. Kebanyakan tokoh novel Shusaku
Endo bergumul dengan dilema moral yang rumit sebagai orang Katolik, dan
piliha-pilihan mereka sering kali membawa hasil yang bercampur tragedi.
Kebanyakan dari tokoh-tokohnya bergumul dengan dilema moral yang
rumit, dan pilihan-pilihan mereka seringkali membawa hasil yang bercampur
tragedi. Dalam hal ini karyanya seringkali dibandingkan dengan karya