FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIC
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2006-2010
(Skripsi)
Oleh
Yudi Okta Suharso
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIC DI
BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2006-2010 Oleh
Yudi Okta Suharso
Salah satu keputusan penting yang dihadapi oleh manajer keuangan dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal. Ukuran perusahaan, profitabilitas dan likuiditas merupakan faktor – faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan struktur modal. Permasalahannya adalah “Apakah ukuran perusahaan, profitabilitas dan likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan Food and Beverage yang go public di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) Periode 2006 – 2010 ?
Penelitian ini dilakukan dengan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, Pofitabilitas dan Likuiditas terhadap struktur modal perusahaan. Perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di BEI dan periode penelitian yang digunakan yaitu pada tahun 2006 – 2010. Alat uji yang digunakan yaitu alat uji regresi berganda untuk melihat besarnya kontribusi masing-masing variabel bebas baik secara simultan maupun parsial dalam mempengaruhi variabel terikat.
Hasil pengujian menunjukkan secara parsial ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, tetapi profitabilitas berpengaruh positif signifikan, dan likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Sementara secara bersama-sama Ukuran perusahaan, Profitabilitas dan Likuiditas terbukti berpengaruh signifikan terhadap struktur modal DER. Kemampuan prediksi dari ketiga variabel tersebut terhadap DER sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya R square sebesar 0,201 atau 20.1%, sedangkan sisanya sebesar 79.9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.
ABSTRACT
FACTORS AFFECTING CAPITAL STRUCTURE IN FOOD AND BEVERAGE TO GO PUBLIC IN INDONESIA STOCK EXCHANGE (IDX)
PERIOD 2006-2010
by
Yudi Okta Suharso
One of the major decisions faced by financial managers in relation to the continuity of operation of the company is making funding decisions or capital structure. Company size, profitability and liquidity are factors - factors that affect capital structure decisions. The problem is "Is firm size, profitability and liquidity affect the capital structure of the Food and Beverage companies that go public on the Indonesia Stock Exchange (BEI) The period from 2006 to 2010?
The research was conducted with the aim to determine the effect of firm size, Pofitabilitas and Liquidity on the company's capital structure. The Company is a sample of Food and Beverage company is listed on the Stock Exchange and used the study period in 2006 to 2010. Test equipment used is regression testing tool to see the contribution of each independent variable either simultaneously or partially in influencing the dependent variable.
The test results show a partial measure of the company had no significant effect of capital structure, but a significant positive effect of profitability, liquidity and a significant negative effect on capital structure. Together while the company size, profitability and liquidity proved to significantly influence the capital structure of DER. Predictive ability of these three variables to the DER as indicated by the large R square of 0.201 or 20.1%, while the rest of 79.9% influenced by other factors not included in the research model.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 20 Oktober 1988, putra
bungsu dari pasangan Ayahanda Ani Suhari dan Ibunda Waryuni.
Penulis menyelesaikan Taman Kanak-Kanak (TK) Xaverius Bandar Lampung
Tahun 1994, Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Pahoman Bandar Lampung Tahun
2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Negeri 18 Bandar
Lampung Tahun 2003, Sekolah Lanjutan Tingkat Akhir (SLTA) di Arjuna Bandar
Lampung Tahun 2006.
Pada Tahun 2006, Penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Fakultas Ekonomi
Jurusan Manajemen Universitas Lampung. Pada Tahun 2010 Penulis melakukan
penelitian pada perusahaan-perusahaan food and beverage yang go public di
MOTO
To get a success, your courage must be greater than your fear.”
Untuk mendapatkan kesuksesan, keberanianmu harus lebih besar daripada
ketakutanmu.
Semangat adalah sebetulnya kepingan-kepingan bara kemauan yang kita sisipkan
pada setiap celah dalam kerja keras kita, untuk mencegah masuknya kemalasan
dan penundaan.
fa inna ma’al ‘usri yusra
karena sesungguhnya bersama segala kesukaran, ada kemudahan yang besar.
PERSEMBAHAN
Bismillahhirrohmannirrohim
Dengan mengucap Puji syukurku kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunianya, kupersembahkan karya sederhana ini untuk:
Ibu Waryuni, Ibunda terbaik untukku
Bapak Any Suhari, Ayahanda terhebat bagiku
Dirimu yang selalu terlihat nyata ketika mata ini terpejam, dan Siapapun yang
percaya bahwa aku selalu melakukan yang terbaik untuk mereka
KATAPENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada
Perusahaan-Perusahaan Food and Beverage Yang Go Public Di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode 2006-2010” adalah salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P Harianto selaku Rektor Universitas Lampung
2. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Lampung
3. Ibu Hj. Aida Sari, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Lampung trimakasih atas ilmu dan saran yang
di berikan.
4. Ibu Yuningsih, S.E., M.M selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Manajeman
Fakultas Ekonomi Universitas Lampung
5. Bapak Hidayat Wiweko, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Utama yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan bimbingan dan
6. Bapak Prakarsa Panji Negara, S.E., M.Si.. selaku Dosen Pendamping yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan bimbingan dan
arahan selama penulisan skripsi ini.
7. Bapak M. Syatibi CH, S.E. Selaku Dosen Penguji saya ucapkan terimakasih.
8. Bapak Mustafid, S.E., M.M selaku Pembimbing Akademik
9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung atas
sumbangsih pemikiran dan ilmu selama menjadi mahasiswa. Serta seluruh
karyawan dan staff di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung
yang telah membantu penulis selama menjadi mahasiswa.
10.Ibundaku tercinta Waryuni, terima kasih atas segala pengorbanan, kasih
sayang, kepercayaan, air mata akan doa dan sujud, dan setiap kesabarannya
tidak pernah putus sepanjang masa dan tak ternilai harganya.
11.Ayahanda Ani Suhari atas atas dukungan, doa, perhatian, kasih sayang serta
hal-hal lain yang tak kan bisa penulis lupakan.
12.Kakak-kakak ku tersayang Mindarsih, Supri, Waluyo, Purwanto, Arif
Rachroso, dan Waras Tuti yang selalu membuat ku tetap tesenyum dan
tertawa.
13.Seseorang yang ku sayangi Elly Kurnia Wati dan anaku tersayang M. Zhafran
Aldrino terimakasih, kalian adalah inspirasi dan penyemangat yang selalu ada
di dalam keadaan apapun.
14.Teman-teman Ekonomi Manajeman 2006, Asep, Sunu, Riesky, Donny, dan
teman-teman Manajemen yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
15.Teman-teman seperjuangan, Sheila lofita, Obi, Ossy, Nisa, Rina dan
16.Almamater hijauku Universitas Lampung
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 05 Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ... v
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan... 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6
1.4 Kerangka Berpikir ... 7
1.5 Hipotesis ... 10
II. LANDASAN TEORI ... 11
2.1 Manajemen Keuangan ... 11
2.2 Struktur Modal ... 13
2.2.1 Pengertian Struktur Modal ... 13
2.2.2 Komponen Struktur Modal ... 15
2.2.3 Arti Pentingnya Struktur Modal ... 19
2.3 Teori Struktur Modal... 20
2.3.1 The Trade off Model ... 20
2.3.2 Balancing Theory ... 22
2.3.3 Pecking Order Theory ... 24
2.3.4 Debt to Equity Ratio (DER) ... 26
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Modal ... 27
III. METODE PENELITIAN ... 37
3.2 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 40
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 41
3.5 Teknik Pengujian Hipotesis ... 44
3.5.1 Hipotesis ... 44
4.1.2 Deskriptif Data Variabel Dependent Independent ... 51
4.2.2.1 Uji F atau Pengaruh secara Simultan ... 59
4.2.2.2 Uji T atau Pengaruh secara Parsial ... 60
4.3 Pembahasan ... 62
4.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal ... 62
4.3.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal ... 63
4.2.3 Pengaruh Likuiditas Terhadap Struktur Modal ... 64
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
5.1 Kesimpulan ... 66
5.2 Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 35
Tabel 3.1 Devinisi Operasional Variabel ... 39
Tabel 3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 41
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 50
Tabel 4.2 Data Rata-rata Struktur Modal (DER) per Tahun ... 51
Tabel 4.3 Data Rata-rata Ukuran Perusahaan per Tahun ... 52
Tabel 4.4 Data Rata-rata Profitabilitas per Tahun ... 52
Tabel 4.5 Data Rata-rata Likuiditas per Tahun ... 53
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas ... 55
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas ... 56
Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi ... 57
Tabel 4.9 Hasil Regresi Berganda Untuk Uji F ... 59
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK
Halaman
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir ... 10
Grafik 4.1 Hasil Uji Normalitas ... 54
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masalah klasik dalam urusan pengembangan setiap perusahaan adalah pendanaan.
Tentunya hal ini tanpa mengurangi perhatian terhadap masalah-masalah lain yang
pada gilirannya menuntut setiap perusahaan untuk bisa membaca dengan baik
segala situasi internalnya baik di bidang pemasaran, produksi, sumber daya
manusia dan keuangan. Semua dilakukan untuk mengantisipasi persaingan yang
semakin ketat oleh berbagai perusahaan-perusahaan lain yang ingin melakukan
pengembangan terhadap perusahaannya.
Perusahaan yang menginginkan agar dapat hidup dan terus berkembang selalu
membutuhkan modal untuk dapat membiayai kegiatan operasional perusahaan.
Tingginya biaya modal menjadi pertimbangan tersendiri bagi manajemen untuk
menggunakan modal sendiri atau modal asing.
Sumber pembiayaan perusahaan adalah semua perkiraan yang terdapat pada sisi
kanan neraca, dari hutang dagang hingga laba ditahan, gambaran ini lebih dikenal
dengan struktur keuangan. Struktur keuangan suatu perusahaan secara umum
dapat dibagi ke dalam dua kelompok yaitu sumber pembiayaan jangka pendek dan
sumber pembiayaan jangka panjang. Sumber pembiayaan jangka pendek adalah
sumber pembiayaan yang jatuh tempo pelunasannya kurang dari dua belas bulan,
2
tempo pelunasannya lebih dari dua belas bulan. Sumber pembiayaan jangka
panjang dapat berupa pinjaman maupun setoran ekuitas (equity) dari pemilik
perusahaan.
Struktur pembiayaan jangka panjang biasa dikenal sebagai struktur modal, yaitu
pembiayaan aktiva-aktiva jangka panjang perusahaan yang berasal dari
kombinasi: hutang jangka panjang, saham preferen, saham biasa dan laba ditahan,
yang sifatnya lebih permanen (Teuku Mirza, 1996). Bila sumber pembiayaan dari
pinjaman berarti kewajiban pada pihak ketiga (kreditor), bila dari setoran modal
(equity), berarti kewajiban perusahaan adalah pada pemilik perusahaan.
Suatu perusahaan jika dalam memenuhi kebutuhan dananya mengutamakan
pemenuhan dengan sumber dari dalam perusahaan, maka secara langsung
perusahaan tersebut akan mengurangi ketergantungannya kepada pihak luar.
Modal asing hanya digunakan sebagai pelengkap apabila dana yang diperlukan
kurang mencukupi. Oleh karena itu, para manajer keuangan dengan tetap
memperhatikan cost of capital perlu menentukan apakah kebutuhan dana
perusahaan akan dipenuhi dengan modal sendiri ataukah dipenuhi dengan modal
asing.
Perusahaan makanan dan minuman (Food and Beverage) adalah perusahaan yang
bergerak di bidang industri makan dan minuman. Di Indonesia, perusahaan Food
and Beverage berkembang pesat, yang dapat di deteksi dari jumlah perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Peningkatan jumlah perusahaan Food and
3
Alasan pemilihan sektor industri Food and Beverage sebagai topik penelitian
adalah karena saham tersebut merupakan saham-saham yang paling tahan krisis
ekonomi dibanding sektor lain karena dalam kondisi krisis atau tidak, sebagian
besar produk makanan dan minuman tetap dibutuhkan. Di sisi lain didasarkan atas
prediksi bahwa perusahaan makanan dan minuman merupakan perusahaan yang
sangat dibutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari sehingga sangat kecil
kemungkinan untuk rugi (ICMD,2000).
Keputusan pendanaan keuangan perusahaan akan sangat menentukan
kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya dan juga akan
berpengaruh terhadap risiko perusahaan itu sendiri. Jika perusahaan
meningkatkan leverage maka perusahaan ini dengan sendirinya akan
meningkatkan risiko keuangan perusahaan. Sebaliknya, perusahaan harus
memperhatikan masalah pajak, karena sebagian peneliti berpendapat bahwa
penggunaan modal yang berlebihan akan menurunkan tingkat Profitability (R.
Burns dan J. Walker, 1991). Untuk itu sebagai manajer tidak sepenuhnya
mendanai perusahaannya dengan modal tetapi juga disertai penggunaan dana
melalui hutang baik itu hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang
karena terkait dengan sifat penggunaan dari hutang tersebut yaitu bersifat
mengurangi pajak.
Berdasarkan Balance Theory (Myers, 1984 ; Bringham, 1999) perusahaan
mendasarkan diri pada keputusan suatu struktur modal yang optimal. Struktur
modal optimal dibentuk dengan menyeimbangkan keuntungan dari penghematan
4
Pecking Order Theory mengatakan bahwa perusahaan lebih cenderung memilih
pendanaan yang berasal dari internal dari pada eksternal perusahaan. Penggunaan
dana internal lebih didahulukan dibandingkan dengan penggunaan dana yang
bersumber dari eksternal. Urut-urutan yang dikemukakan oleh teori ini dalam hal
pendanaan adalah pertama laba ditahan diikuti dengan penggunaan hutang dan
yang terakhir adalah penerbitan ekuitas baru (Myers, 1984). Pemilihan urutan
pendanaan ini menunjukkan bahwa pendanaan ini didasarkan dari tingkat cost of
fund dari sumber-sumber tersebut yang juga berkaitan dengan tingkat risiko suatu
investasi.
Menurut Ferri & John (1979) struktur keuangan dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain klasifikasi industri, ukuran perusahaan, risiko bisnis (business risk), &
operating leverage. Rajan & Zinggales (1995) mengatakan bahwa ada beberapa
faktor yang berhubungan dengan leverage perusahaan yaitu tangibility asset, the
market to book ratio (investment opportunity), ukuran perusahaan (firm size) &
Profitability perusahaan. Wald (1999) mengatakan bahwa struktur modal
berhubungan dengan tingkat long term debt / asset ratio, risiko perusahaan,
Profitability, firm size & growth. Penelitian yang dilakukan Ghosh, Cai & Li
(2000) bahwa asset size, beban research & development, beban periklanan, beban
penjualan & koefisien variasi dari cash flow digunakan dalam memprediksi
faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal.
Sofiati (2001) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa Profitability
mempengaruhi struktur modal secara positif signifikan dan juga menyatakan
5
dan Hadri Kusuma (2002), dalam penelitiannya tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur yang go publik di BEI
menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan, pertumbuhan aktiva, Profitability dan
struktur kepemilikan berpengaruh positif, sementara risiko bisnis berpengaruh
negative terhadap struktur modal secara signifikan. Hasa Nurrohim (2008) dalam
penelitiannya mengenai pengaruh Profitability, fixed asset ratio, control
kepemilikan dan Tangibility Assets (FTA) terhadap struktur modal mendapatkan
hasil bahwa secara bersama-sama variabel tersebut berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal, secara parsial hanya Profitability dan kontrol
kepemilikan yang berpengaruh signifikan,dan Profitability yang paling signifikan
pengaruhnya terhadap struktur modal, Ozkan (2001) menemukan bahwa
Profitability, growth mempunyai pengaruh yang negatif, dan liquidity mempunyai
pengaruh yang positif terhadap struktur modal.
Dari beberapa penelitian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi struktur modal yang berkenaan dengan masalah
pendanaan. Faktor-faktor tersebut antara lain klasifikasi industri, tangibility asset,
liquidity ratio, the market to book ratio (invesment opportunity), risiko
perusahaan, Profitability, ukuran perusahaan (firm size) & pertumbuhan (growth).
Dari beberapa faktor penentu struktur modal yang telah disimpulkan oleh
beberapa peneliti sebelumnya, penulis memilih faktor-faktor yang dianggap
sangat dominan dalam mempengaruhi struktur modal. Faktor-faktor yang akan
diangkat dalam penelitian ini, antara lain: Ukuran Perusahaan (Firm Size),
6
Penelitian ini mencoba menjelaskan bagaimana pengaruh Ukuran Perusahaan
(Firm Size), Profitabilitas (Profitability) dan Likuiditas (liquidity) terhadap
struktur modal (debt equity ratio) pada Perusahaan Food and Beverage yang go
public di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2006 - 2010.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
menganalisis dan menelitinya ke dalam bentuk skripsi dengan judul: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2006-2010.
1.2 Permasalahan
Sesuai dengan latar belakang di atas, maka masalah penelitian adalah sebagai
berikut:
“Apakah Ukuran Perusahaan (Firm Size), Profitabilitas (Profitability) dan
Likuiditas (liquidity) berpengaruh terhadap struktur modal yang di proksikan
dengan debt equity ratio, baik secara parsial maupun simultan?”
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini maka
tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan (Firm
Size), Profitabilitas (Profitability) dan Likuiditas (liquidity) terhadap struktur
modal yang di proksikan dengan debt equity ratio baik secara parsial maupun
7
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:
1. Perusahaan Makanan dan Minuman.
Meskipun penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan, namun
penulis berharap semoga penelitian ini memberi manfaat bagi perusahan makanan
dan minuman, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dan informasi yang dapat membantu manajemen dalam memberikan
keputusan tentang sumber pembelanjaan mana yang akan digunakan dalam
membiayai investasi yang akan dilakukan oleh perusahaan.
2. Investor
Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi manajer dan investor dalam
menentukan alternatif pendanaan dan aspek-aspek yang mempengaruhinya, serta
sebagai salah satu masukan mengenai kinerja perusahaan sehingga
mempertimbangkan kebijakan calon investor dalam menanamkan modalnya.
3. Pembaca dan pihak-pihak lainnya
Menambah referensi bukti empiris sebagai rekomendasi penelitian yang dilakukan
di Indonesia di masa yang akan datang.
1.5 Kerangka Berfikir
8
Ukuran perusahaan adalah Ukuran yang menggambarkan besar kecilnya suatu
perusahaan yang ditujukan pada total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata
penjualan dan rata – rata total aktiva (Sujianto, 2001). Ukuran perusahaan adalah
rata–rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa
tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap,
maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan
lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan
menderita kerugian (Brigham dan Houston 2001).
Semakin besar ukuran perusahaan suatu perusahaan, maka kecenderungan untuk
menggunakan dana eksternal juga akan semakin besar (Rajan dan Zingales, 1995
dalam Agus Sartono dan Ragil Sriharto, 1999). Hal ini dikarenakan perusahaan
besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan
dananya adalah dengan menggunakan dana eksternal. Oleh karena itu perusahaan
besar akan lebih berani untuk mengeluarkan atau menerbitkan saham baru dalam
pemenuhan kebutuhan dananya jika dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan
berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal.
1.5.2 Profitabilitas (profitability)
Profitabilitas adalah Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam
periode tertentu (Riyanto, 1990). Brigham dan Weston (2001), mengatakan bahwa
perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan
9
membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan
secara internal.
Perusahaan yang mempunyai profit tinggi, akan menggunakan hutang dalam
jumlah rendah, dan sebaliknya. Fenomena ini didukung oleh hasil penelitian
Titman dan Wessels (1988 yang menggunakan debt ratio untuk menggambarkan
struktur modal, bahwa ada hubungan negatif antara profitability dengan debt
ratio. Penelitian di atas didukung pula oleh penelitian dari Mutamimah (2003)
terhadap perusahaan-perusahaan non finansial yang go public di pasar modal
Indonesia untuk tahun 1999 dan 2000, yang menunjukkan bahwa profitabilitas
mempengaruhi struktur modal perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Laili
Hidayat (2001), Bhaduri (2002), Ozkan (2001) serta Sekar Mayang sari (2001)
juga mendukung hasil penelitian kedua penelitian tersebut, dan berdasarkan hal itu
dapat dikatakan profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
struktur modal.
1.5.3 Likuiditas (liquidity)
Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan didalam membayar hutang jangka pendek yang telah jatuh tempo.
Perusahaan yang dapat segera mengembalikan utang-utangnya akan mendapat
kepercayaan dari kreditur untuk menerbitkan utang dalam jumlah yang besar.
Bambang Riyanto (1995) menyatakan bahwa kebutuhan dana untuk aktiva lancar
pada prinsipnya dibiayai dengan kredit jangka pendek. Sehingga semakin likuid
10
menemukan bahwa ada hubungan positif antara likuiditas perusahaan dengan
leverage. Dalam penelitian Ozkan, likuiditas mempunyai dinyatakan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal.
Gambar 1.1. Kerangka Berfikir
1.6 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan, maka
hipotesis yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut:
“Ukuran Perusahaan (Firm Size) Profitabilitas (Profitability) dan Likuiditas
(liquidity) berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan
food and beverage yang go public di BEI selama periode 2006 - 2010”. Ukuran Perusahaan
(Firm Size)
Struktur Modal (Debt Equity Ratio) Perusahaan Food and Beverage
Laporan Keuangan
Profitabilitas (Profitability)
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Keuangan
Dalam suatu organisasi, pengaturan kegiatan keuangan sering disebut sebagai
manajemen keuangan. Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan,
analisis dan kegiatan pengendalian kegiatan keuangan. Walaupun berbeda-beda
dari suatu perusahaan dengan perusahaan lain tetapi semuanya memiliki dasar
yang sama. Riyanto (2001) mendefinisikan manajemen keuangan sebagai
keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana
dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut. Pelaksana dari manajemen
keuangan adalah manajer keuangan. Sebagai contoh perusahaan memerlukan
berbagai kekayaan atau aktiva untuk operasinya. Untuk itu perusahaan perlu
mencari dana untuk membiayai kebutuhan operasional tersebut.
Fungsi utama dari manajer keuangan adalah merencanakan, mencari dan
memanfaatkan dana dengan berbagai cara untuk memaksimumkan efisiensi (daya
guna) dari operasi-operasi perusahaan. Hal ini memerlukan pengetahuan akan
pasar uang darimana modal diperoleh dan bagaimana keputusan-keputusan yang
tepat di bidang keuangan harus dibuat dan efisiensi dalam operasi perusahaan
12
keuangan yang luas dan cara-cara menggunakan uang tersebut sewaktu
melakukan pilihan.
Tujuan manajemen keuangan telah terlihat dalam proses penilaian yag dilakukan
oleh pasar uang. Tujuan utama manajemen keuangan adalah memaksimumkan
kekayaaan pemegang saham. Tingkah laku pasar keuangan harus dipakai dalam
menentapkan tujuan-tujuan perusahaan yang bersifat membela kepentingan
pemegang saham.
Manajemen keuangan dalam kegiatannya harus mengambil keputusan tentang
(Suad Husnan, 2000) :
1. Penggunaan dana, disebut sebagai keputusan investasi
2. Memperoleh dana, disebut sebagai keputusan pendanaan
3. Pembagian laba, disebut kebijakan deviden.
Keputusan investasi akan tercermin pada sisi aktiva perusahaan. Dengan demikian
akan mempengaruhi struktur kekayaan perusahaan, yaitu perbandingan antara
aktiva lancar dan aktiva tetap. Sebaliknya keputusan pendanaan dan kebijakan
dividen akan tercermin dalam sisi pasiva perusahan. Apabila hanya
memperhatikan dana yang tertanam dalam jangka waktu lama maka perbandingan
itu dikatakan sebagai struktur modal.
Keputusan pendanaan dan kebijakan dividen mempengaruhi srtuktur modal
tersebut. Keputusan yang diambil oleh manajer keuangan tersebut ditunjukkan
oleh nilai perusahaan. Nilai perusahaan pada dasarnya sama dengan nilai pasar
13
Apabila besarnya nilai hutang konstan maka setiap peningkatan nilai saham
dengan sendirinya akan meningkatkan nilai perusahaan. Namun bila nilai hutang
berubah maka struktur modal akan berubah pula. Perubahan dalam struktur modal
akan menguntungkan bagi pemegang saham jika nilai perusahaan meningkat.
Untuk itu penting bagi manajemen keuangan untuk memahami kondisi
perusahaan dan lingkungan keuangan yang dihadapinya, dimana lingkungan
keuangan merupakan faktor-faktor eksternal keuangan yang mempengaruhi
keputusan keuangan yang diambil.
2.2 Struktur Modal
2.2.1 Pengertian Struktur Modal
Dalam menjalankan kegiatan operasinya, setiap perusahaan menghadapi masalah
dari mana dana diperoleh dan untuk apa dana tersebut digunakan. Sumber dana
suatu perusahaan dapat di lihat di sisi pasiva dari neraca perusahaan, sedangkan
penggunaan dana dapat di lihat pada sisi aktiva dari neraca perusahaan. Untuk
setiap penggunaan dana, haruslah ada sumbernya. Dalam arti yang lebih luas,
aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan menunjukkan penggunaan bersih dari
dana, sedangkan hutang dan modal sendiri mencerminkan sumber dananya
(Husnan:2001). Hutang yang dimaksudkan disini adalah hutang jangka pendek
maupun hutang jangka panjang. Keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan
usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana
14
Pada hakikatnya masalah pembelanjaan perusahaan adalah menyangkut masalah
keseimbangan keuangan di dalam perusahaan. Dengan demikian pembelanjaan
berarti mengadakan keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang dibutuhkan,
beserta mencari susunan kualitatif dari aktiva dan pasiva tersebut dengan
sebaik-baiknya. Pemilihan susunan kualitatif dari aktiva akan menentukan struktur
kekayaan perusahaan, sedangkan pemilihan susunan kualitatif dari pasiva akan
menentukan struktur keuangan dan struktur modal perusahaan (Riyanto, 2001).
Menurut Weston dan Copeland (199), keputusan untuk memilih sumber
pembiayaan merupakan keputusan bidang keuangan yang paling penting bagi
perusahaan. Rasio hutang jangka panjang terhadap modal sendiri (long term debt
to equity ratio) menggambarkan struktur modal perusahaan dan rasio hutang
terhadap modal ini akan menentukan besarnya leverage keuangan yang digunakan
perusahaan.
Menurut Weston dan Brigham (1994), struktur modal merupakan kombinasi atau
bauran segenap pos yang masuk ke dalam sisi kanan neraca sumber modal
perusahaan. Pengertian struktur modal dibedakan dengan struktur keuangan,
dimana struktur modal merupakan pembelanjaan permanen yang mencerminkan
antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri, sedangkan struktur keuangan
mencerminkan perimbangan antara seluruh hutang (baik jangka pendek maupun
jangka panjang) dengan modal sendiri.
Struktur modal menurut Atmaja (dalam Murwatiningsih,2004), merupakan
perbandingan antara modal sendiri modal hutang perusahaan (biasanya hutang
15
perbandingan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri yang digunakan
oleh perusahaan.
Struktur atau komposisi modal harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat
menjamin tercapainya stabilitas finansial perusahaan. Memang tidak ada ukuran
yang pasti mengenai jumlah dan komposisi modal dari tiap–tiap perusahaan, tetapi
pada dasarnya pengaturan terhadap struktur modal dalam setiap perusahaan harus
berorientasi pada tercapainya stabilitas finansial dan terjaminnya kelangsungan hidup
perusahaan.
Dari pengertian–pengertian yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan
tentang struktur modal yaitu perbandingan atau perimbangan antara hutang jangka
panjang dengan modal.
2.2.2 Komponen Struktur Modal
Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen
(Riyanto, 2002) yaitu:
1. Modal Sendiri (Shareholder Equity)
Modal Sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang
tertanam dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu lamanya. Modal
sendiri berasal dari sumber intern maupun extern, sumber intern didapat dari
keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan, sedangkan sumber extern
berasal dari modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Komponen Modal
sendiri terdiri dari:
16
Saham adalah tanda bukti kepemilikan suatu Perseroan Terbatas (P.T),
dimana modal saham terdiri dari:
- Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang
ditanamkan oleh investor, dengan memiliki saham ini berarti ia membeli
prospek dan siap menanggung segala risiko sebesar dana yang
ditanamkan.
- Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen bentuk komponen modal jangka panjang yang merupakan
kombinasi antara modal sendiri dengan hutang jangka panjang.
b) Laba Ditahan
Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang tidak dibayarkan sebagai
deviden.
Komponen modal sendiri ini merupakan modal perusahan yang dipetaruhkan
untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko – risiko kerugian lainnya.
Modal sendiri ini tidak memperlukan jaminan atau keharusan untuk pembayaran
kembali dalam setiap keadaan maupun tidak adanya kepastian tentang jangka
waktu pembayaran kembali modal sendiri. Oleh karena itu, tiap–tiap perusahaan
harus mempunyai jumlah minimum modal yang diperlukan untuk menjamin
kelangsungan hidup perusahaan.
Modal sendiri yang bersifat permanen akan tetap tertanam dalam perusahaahn dan
dapat diperhuitungkan pada setiap saat untuk memelihara kelangsungan hidup dan
17
dana perusahaan yang paling tepat untuk diinvestasikan pada aktiva tetap yang
bersifat permanen dan investasi – investasi yang menghadapi risiko kerugian yang
relative kecil, karena suatu kerugian atau kegagalan dari investasi tersebut dengan
alasan apapun merupakan tindakan membahayakan bagi kontinuitas kelangsungan
hidup perusahaan.
2. Modal Asing / Hutang Jangka Panjang (Long Term Debt)
Modal asing atau hutang jangka panjang adalah hutang jangka waktunya
adalah panjang umumnya lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang
ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan
(ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan karena kebutuhan modal untuk
keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Komponen - komponen
hutang jangka panjang ini terdiri dari:
a) Hutang hipotik (mortgage)
Hutang hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang yang dijamin dengan
aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan).
b) Obligasi (bond)
Obligasi adalah sertifikat yang menunjukan pengakuan bahwa perusahaan
meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya kembali dalam
jangkawaktu tertentu. Pelunasan atau pembayaran kembali obligasi dapat
diambil dari penyusutan aktiva tetap yang dibelanjai dengan pinjaman
obligasi tersebut dan dari keuntungan.
Modal asing hutang jangka panjang di lain pihak, merupakan sumber dana bagi
18
lama jangka waktu semakin ringan syarat-syarat pembayaran kembali hutang
tersebut akan mempermudah dan memperluas bagi perusahaan untuk
mendayagunakan sumber dana yang berasal dari asing atau hutang jangka panjang
tersebut. Meskipun demikian, hutang tetap harus dibayar pada waktu yang sudah
ditetapkan tanpa memperhatikan kondisi finansial perusahaan pada saat itu dan
harus sudah disertai dengan bunga yang sudah diperhitungkan sebelumnya,
dengan demikian seandainya perusahaan tidak mampu membayar kembali hutang
dan bunga, maka kreditur dapat memaksa perusahaan dengan menjual asset yang
dijadikan jaminannya. Oleh karena itu, kegagalan membayar hutang atau
bunganya akan mengakibatkan perusahaan kehilangan kontrol terhadap
perusahaannya seperti halnya sebagian atau keseluruhan modal yang ditanamkan
dalam perusahaan, begitu pula sebaliknya para kreditur dapat kehilangan control
sebagian atau keseluruhan dana pinjaman dan bunganya, karena segala macam
bentuk yang ditanamkan dalam perusahaan selalu dihadapkan pada risiko
kerugian.
Struktur Modal pada dasarnya merupakan suatu pembiayaan permanen yang
terdiri dari modal sendiri dan modal asing, dimana modal sendiri terdiri dari
berbagai saham dan laba ditahan. Penggunaan modal asing akan menimbulkan
beban yang tetap dan besarnya penggunaan modal asing ini menurunkan leverage
keuangan yang digunakan perusahaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar proporsi modal asing
atau hutang jangka panjang dalam struktur modal perusahaan akan semakin besar
19
hutang jangka panjang beserta bunga pada jatuh tempo. Bagi kreditur hal ini
berarti bahwa kemungkinan turut serta dana yang mereka tanamkan dalam
perusahaan untuk dipertaruhkan pada kerugian juga semakin besar.
2.2.3 Arti Pentingnya Struktur Modal
Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai operasi perusahaan, yang
bisa dipenuhi dari pemilik modal sendiri maupun dari pihak lain berupa hutang.
Dana tersebut mempunyai biaya modal yang harus ditanggung oleh perusahaan.
Struktur modal akan menentukan biaya modal. Biaya modal adalah balas jasa
yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada masing–masing pihak yang
menanamkan dananya di dalam perusahaan.
Dalam kaitannya dengan biaya modal, baik modal sendiri maupun hutang perlu
diperinci lebih lanjut, karena tiap–tiap jenis sumber modal mempunyai
konsekuensi tersendiri, baik jenis, cara perhitungan maupun ada atau tidaknya
keharusan untuk dibayarkan. Sumber modal dimaksudkan di sini terbatas pada
modal tetapnya saja, yaitu hutang jangka panjang, modal saham preferen dan
modal saham biasa. Keputusan untuk menggunakan tiap–tiap jenis sumber modal
tersebut atau mengkombinasikannya, senantiasa dihadapkan pada berbagai
pertimbangan baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang mencakup tiga
unsur penting, yaitu:
a. Sifat keharusan untuk membayarkan balas jasa atas penggunaan modal
kepada pihak yang menyediakan dana tersebut, atau sifat keharusan untuk
20
b. Sampai seberapa jauh kewenangan dan campur tangan pihak penyedia
dana itu dalam pengelolaan perusahaan.
c. Risiko yang dihadapi perusahaan.
Arti pentingnya struktur modal pada umumnya diperlukan dalam
perusahaan, yaitu :
1. Pada waktu mengorganisir atau mendirikan perusahaan baru.
2. Pada waktu membutuhkan tambahan modal baru untuk pengluasan atau
ekspansi.
3. Pada waktu dijalankan penyusunan kembali struktur modal
(recapitalization), pada waktu mengadakan perubahan–perubahan yang
fundamental dalam struktur modal (debt readjustment) dan pada waktu
dijalankan perbaikan – perbaikan dari keseluruhan struktur modal
(financial reorganization) yang terpaksa harus dilakukan, karena
perusahaan yang bersangkutan telah nyata–nyata dalam keadaan
insolvable atau adanya ancaman insolvency, perubahan–perubahan
tersebut dimaksudkan agar supaya perusahaan tersebut untuk selanjutnya
dapat bekerja dengan basis finansial yang lebih kuat.
2.3 Teori Struktur Modal 2.3.1 The Trade off Model
Teori Trade off menjelaskan adanya hubungan antara pajak, resiko kebangkrutan
dan penggunaan hutang yang disebabkan keputusan struktur modal yang diambil
perusahaan (Brealey dan Myers,1991). Teori ini merupakan keseimbangan antara
21
Asumsi dasar yang digunakan dalam teori trade off adalah adanya informasi
asimetris yang menjelaskan keputusan struktur modal yang diambil oleh suatu
perusahaan, yaitu adanya informasi yang dimiliki oleh pihak manajemen suatu
perusahaan dimana perusahaan dapat menyampaikan informasi kepada publik.
Menurut Teuku Mirza (1996) Teori ini menyatakan bahwa struktur modal yang
optimal diperoleh pada saat terjadinya keseimbangan antara keuntungan tax shield
of leverage dengan financial destress dan agency cost of leverage.
Model ini secara implisit menyatakan bahwa perusahaan yang tidak menggunakan
pinjaman sama sekali dan perusahaan yang menggunakan pembiayaan
investasinya dengan pinjaman seluruhnya adalah buruk. Keputusan terbaik adalah
keputusan yang moderat dengan mempertimbangkan kedua intrumen pembiayaan.
The Trade off Model memang tidak dapat digunakan untuk menentukan modal
yang optimal secara akurat dari suatu perusahaan. Tapi melalui model ini
memungkinkan dibuat tiga kesimpulan tentang pengunaan leverage.(Teuku
Mirza,1996)
1. Perusahaan dengan resiko usaha yang lebih rendah dapat meminjam lebih
besar tanpa harus dibebani oleh expected cost of financial distress sehingga
diperoleh keuntungan pajak karena penggunaan yang hutang lebih besar.
2. Perusahaan yang memiliki tangible asset dan marketable assets seperti real
estate seharusnya dapat menggunakan hutang yang lebih besar daripada
perusahaan yang memiliki nilai terutama dari intangible assets seperti
22
mudah umtuk kehilangan nilai apabila terjadi financial distress,
dibandingkan standart assets dan tangible assets.
3. Perusahaan-perusahaan di negara yang tingkat pajaknya tinggi seharusnya
memuat hutang yang lebih besar dalam struktur modalnya daripada
perusahaan yang membayar pajak pada tingkat yang lebih rendah, karena
bunga yang dibayar diakui pemerintah sebagai biaya sehingga mengurangi
pajak penghasilan.
2.3.2 Balancing Theory
Model struktur modal dalam lingkup Balancing theories (Myers,1984 dan Bayles
and Diltz,1994) disebut sebagai teori keseimbangan yaitu menyeimbangkan
komposisi hutang dan modal sendiri. Teori ini pada intinya yaitu
menyeimbangkan antara manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat
penggunaan hutang. Sejauh manfaat masih besar ,hutang akan ditambah. Tetapi
bila pengorbanan karena menggunakan hutang sudah lebih besar maka hutang
tidak lagi ditambah. Pengorbanan karena menggunakan hutang tersebut bisa
dalam bentuk biaya kebangkrutan (Bankruptcy cost) dan biaya keagenan (agency
cost). Biaya kebangkrutan antara lain terdiri dari legal fee yaitu biaya yang harus
dibayar kepada ahli hukum untuk menyelesaikan klaim dan distress price yaitu
kekayaan perusahaan yang terpaksa dijual dengan harga murah sewaktu
perusahaan dianggap bangkrut. Semakin besar kemungkinan terjadi kebangkrutan
dan semakin besar biaya kebangkrutan, semakin tidak menarik menggunakan
hutang. Hal ini disebabkan karena adanya biaya kebangkrutan, biaya modal
23
memperoleh manfaat penghematan pajak dari penggunaan hutang yang besar
berdampak oleh kenaikan biaya modal sendiri yang tajam, sehingga berakhir
dengan menaikkan biaya perusahaan.
DeAngelo dan Masulis (1980) juga membahas mengenai biaya kebangkrutan saat
membuktikan dampak perubahan komposisi hutang terhadap harga saham.
Mereka menunjukkan bahwa abnormal returns pada hari pegumuman dari
perusahaan–perusahaan yang meningkatkan proporsi penggunaan hutang, ternyata
positif. Sedangkan perusahaan yang menurunkan leverage ternyata memperoleh
abnormal returns yang negatif pada hari pengumuman dan sehari setelahnya.
Abnormal returns yang positif berarti bahwa keuntungan yang diperoleh para
pemodal lebih besar dari keuntungan yang seharusnya. Abnormal returns yang
positif bagi perusahaan yang meningkatkan proporsi penggunaan hutang berarti
bahwa peningkatan leverage dinilai memberikan manfaat bagi pemodal dalam
bentuk penghematan pajak. Disamping itu mereka juga menunjukkan bahwa
nampaknya manfaat dari penghematan pajak lebih dari kerugian karena
kemungkinan munculnya biaya kebangkrutan (Suad Husnan, 1998).
Biaya lain yang timbul adalah biaya keagenan yaitu biaya yang muncul kerena
perusahaan menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik
perusahaan (pemegang saham) dan kreditor. Ada kemungkinan pemilik
perusahaan yang menggunakan hutang melakukan tindakan yang merugikan
kreditor, sebagai misal perusahaan melakukan investasi pada proyek-proyek
beresiko tinggi. Biaya keagenan ini antara lain terdiri dari biaya kehilangan
24
memberikan kredit, dan biaya memonitor perusahaan uantuk menjamin
perusahaan menaati perjanjian yang dibebankan pada perusahaan dalam bentuk
bunga hutang yang lebih tinggi (Lukas Setia Atmaja, 1999). Pembahasan
mengenai masalah keagenan ini juga dilakukan oleh Jensen dan Meckling (1976).
Contoh lain yang mengadakan pembahasan mengenai balancing theories seperti
Kraus dan Litzenberger (1972), Kim (1982), Ross (1985), dan Leland (1994) pada
intinya membuktikan bahwa peningkatan DER sesungguhnya menyebabkan
peningkatan biaya yang berkaitan dengan leverage dimana peningkatan nilai
perusahaan pada akhirnya akan berhenti. Masih dalam lingkup balancing theories,
model optimal yang dinamik dari Fisher, Heinkel, dan Zechner (1989), serta
Mauer dan Triantis (1994) tidak mendukung struktur modal yang statis. Meskipun
demikian, kebijakan pendanaan dinamik yang optimal masih dicirikan dengan
tradeoff, antara manfaat corporate tax shield dari hutang dan biaya hutang (Robert
M. Hull, 1999).
Penggunaan hutang yang semakin besar akan meningkatkan keuntungan dari
penggunaan hutang tersebut, namun semakin besar pula biaya kebangkrutan dan
biaya keagenan bahkan lebih besar. Dengan memasukkan pertimbangan biaya
kebangkrutan dan biaya keagenan ke dalam model MM dengan pajak,
disimpulkan bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan tapi
hanya sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan hutang justru akan
menurunkan nilai perusahaan karena kenaikan keuntungan dari penggunaan
hutang tidak sebanding dengan kenaikan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan.
25
2.3.3 Pecking Order Theory
Pada tahun 1984 Myers dan Majluf mengemukakan mengenai teori ini, mereka
menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan dimana para manajer pertama kali
akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, kemudian hutang, dan modal
sendiri eksternal sebagai pilihan terakhir (J. Fred Weston dan Thomas E.
copeland, 1995). Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan
mempunyai urut-urutan preferensi dalam memilih sumber pendanaan.
Perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang
sedikit. Hal tersebut disebabkan karena mereka memerlukan external financing
yang sedikit. Perusahaan-perusahaan yang kurang profitable cenderung
mempunyai hutang yang lebih besar karena alasan dana internal yang tidak
mencukupi kebutuhan dan karena hutang merupakan sumber eksternal yang
disukai. Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri
karena pertimbangan biaya emisi hutang jangka panjang yang lebih murah
dibanding dengan biaya emisi saham.
Model asymmetric information signaling ini menyatakan bahwa tingkat informasi
yang berbeda antara insiders/pihak manajemen dan Outsiders/ pihak pemodal
(pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak daripada pihak
pemodal) sedemikian rupa hingga insiders bertindak sebagai penyampai informasi
mengenai nilai perusahaan pada outsiders. Model tersebut memprediksi bahwa
perubahan bauran antara hutang dan modal sendiri suatu perusahaan memuat
26
Leland dan Pyle (1977) membuktikan bahwa pengumuman penawaran saham
menyebabkan perubahan proporsi kepemilikan insiders diharapkan berpengaruh
positif terhadap return saham. Ross (1977) menyatakan bahwa peningkatan
leverage memuat informasi yang positif berkaitan dengan kapasitas perusahaan
untuk menyediakan hutang dalam jumlah yang lebih besar. Sebaliknya penurunan
leverage memberikan signal informasi yang negatif. Fama(1985) menyatakan
bahwa perusahaan yang mengumumkan kesepakatan hutang dengan bank
memberikan signal informasi yang positif. Hal ini disebabkan karena bankers
mengetahui rahasia informasi yang negatif selama proses peminjaman.
Sebaliknya, perusahaan yang mengumumkan pengurangan hutang dari bank
memuat informasi insiders yang tidak menguntungkan dari tindakan bankers.
Lucas dan McDonald (1990) menyatakan bahwa pasar menduga adanya
overvaluation pada saham saat manajer mengumumkan penawaran saham. Signal
negatif yang diterima outsiders dapat dikurangi bila keunggulan informasi yang
dimiliki oleh insiders dikurangi (Robert M Hull,1999). Karena adanya asimetri
informasi, pada awal dekade 1960-an Gordon Donaldson juga menyimpulkan
bahwa perusahaan lebih senang mengunakan dana dengan urutan: (1) Laba
ditahan dan dana dari depresiasi (2) Hutang dan (3) Penjualan saham baru.
2.3.4 Debt to Equity Ratio (DER)
Struktur modal dalam penelitian ini diukur dari Debt to Equity ratio (DER)
dikarenakan DER mencerminkan besarnya proporsi antara total debt (total hutang)
27
Total debt merupakan total liabilities (baik utang jangka pendek maupun jangka
panjang); sedangkan total shareholders’equity merupakan total modal sendiri
(total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan.
Rasio ini menunjukkan komposisi dari total hutang terhadap total ekuitas.
Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang semakin besar
dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban
perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). (Ang, 1997).
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Modal
Menurut Riyanto (1992), struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor yang utama adalah :
1. Tingkat bunga
Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal adalah
sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang berlaku pada waktu itu. Tingkat
bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan ditarik, apakah
perusahaan akan mengeluarkan saham ataukah obligasi.
2. Stabilitas dari earnings
Suatu perusahaan yang mempunyai earnings yang stabil akan selalu dapat
memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing.
Sebaliknya perusahaan yang mempunyai earnings yang tidak stabil dan
unpredictable akan menanggung risiko tidak dapat membayar beban bunga pada
28
3. Susunan dari aktiva
Kebanyakan perusahaan manufaktur dimana sebagian besar dari modalnya
tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan
modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing
sifatnya adalah sebagai pelengkap. Sementara itu, perusahaan yang sebagian besar
dari aktivanya adalah aktiva lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan
dananya dengan hutang jangka pendek.
4. Kadar risiko dari aktiva
Tingkat atau kadar risiko dari setiap aktiva didalam perusahaan adalah tidak sama.
Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva didalam perusahaan, makin
besar derajat risikonya. Dengan perkembangan dan kemajuan teknologi serta ilmu
pengetahuan yang tiada henti, dalam artian ekonomis dapat mempercepat tidak
digunakannya suatu aktiva, meskipun dalam artian teknis masih dapat digunakan.
5. Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan
Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sangat besar, maka dirasakan perlu bagi
perusahaan tersebut untuk mengeluarkan beberapa golongan sekuritas secara
bersama-sama, sedangkan bagi perusahaan yang membutuhkan modal yang tidak
begitu besar cukup hanya mengeluarkan satu golongan sekuritas saja.
6. Keadaan pasar modal
Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena adanya
29
para investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam saham. Oleh
karena itu, dalam rangka mengeluarkan atau menjual sekuritas-nya, perusahaan
harus menyesuaikan dengan keadaan pasar modal tersebut.
7. Sifat manajemen
Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh langsung dalam pengambilan
keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana.
8. Besarnya suatu perusahaan
Perusahaan yang lebih besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih
berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk
membiayai pertumbuhan penjualannya dibandingkan perusahaan yang lebih kecil.
Sedangkan menurut Sartono (2001), dalam penentuan struktur modal, perlu
diperhatikan beberapa faktor yang dianggap dominan, yaitu:
1. Tingkat Penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relative stabil berarti memiliki aliran kas yang
relatif stabil pula, maka dapat menggunakan hutang lebih besar daripada
perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil.
2. Struktur Aktiva
Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan
30
akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan
perusahaan kecil.
3. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana
untuk pembiayaan ekspansi.
4. Skala Perusahaan
Perusahaan besar akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding
dengan perusahaan kecil.
Selain itu, menurut Brigham dan Houston (2001) dalam penentuan struktur modal,
ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal yang optimal.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Stabilitas Penjualan.
Jika penjualan relatif stabil, perusahaan dapat secara aman menggunakan hutang
lebih tinggi dan berani menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
2. Struktur Aktiva.
Apabila aktiva perusahaan cocok digunakan untuk dijadikan agunan kredit
perusahaan tersebut cenderung menggunakan banyak hutang.
3. Leverage operasi.
Jika hal–hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil
cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena ia akan
31
4. Tingkat Pertumbuhan.
Perusahaan–perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan lebih cepat, akan
membutuhkan dana dari sumber ekstern yang lebih besar.
5. Profitabilitas.
Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi, menggunakan
hutang yang relatif kecil. Laba ditahannya yang tinggi sudah memadai membiayai
sebagian besar kebutuhan pendanaan.
6. Pajak.
Bunga merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak perusahaan, sedangkan
deviden tidak. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pajak perusahaan, semakin
besar keuntungan dari penggunaan pajak, semakin besar daya tarik penggunaan
hutang.
7. Pengendalian.
Pengaruh hutang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen bisa
mempengaruhi struktur modal.
8. Sifat Manajemen.
Sifat manajemen akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan mengenai
cara pemenuhan kebutuhan dana.
32
Tanpa memperhatikan analisis para manajer atas faktor–faktor leverage yang tepat
bagi perusahaan mereka, sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai
peringkat seringkali mempengaruhi keputusan struktur keuangan.
10.Keadaan Pasar Modal.
Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan dalam menjual sekuritas harus
menyesuaikan dengan pasar modal tersebut.
11.Kondisi Internal Perusahaan.
Apabila perusahaan memperoleh keuntungan yang rendah sehingga tidak menarik
bagi investor, maka perusahaan lebih menyukai pembelanjaan dengan hutang
daripada mengeluarkan saham.
12.Fleksibilitas Keuangan.
Seorang manajer pendanaan yang pintar adalah selalu dapat menyediakan modal
yang diperlukan untuk mendukung operasi.
Selain teori diatas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal,
masih banyak lagi yang mengemukakan pendapatnya tentang hal tersebut. Dari
beberapa faktor yang dipilih oleh mereka, pada umumnya mempunyai kesamaan
dengan latar belakang alasan yang hampir sama pula. Penulis membatasi
penelitian ini dengan mengambil beberapa faktor saja yaitu Ukuran Perusahaan
(Firm Size), Profitabilitas (Profitability), dan Likuiditas (Liquidity).
2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu
33
dijadikan jaminan (collateral value of assets), penghematan pajak selain
hutang (non-debt tax shield), pertumbuhan (growth), keunikan
(uniqueness), jenis industri (industry classification), ukuran perusahaan
(firm size), volatilitas pendapatan (earning volatility) dan keuntungan
(profitability). Hasil penelitian ini adalah aset yang dijadikan jaminan
(collateral value of assets), penghematan pajak selain hutang (non-debt tax
shield), pertumbuhan (growth), dan volatilitas pendapatan (earning
volatility) terbukti tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur
modal perusahaan. Sedangkan faktor-faktor yang lain terbukti berpengaruh
secara signifikan terhadap struktur modal perusahaan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ghosh et al. (2000) dengan judul “Faktor -Faktor Penting yang Mempengaruhi Struktur Modal di Industri
Manufaktur di Amerika Serikat tahun 1982-1992. Variabel-variabel yang
digunakan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal
adalah ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan asset, non-debt tax shield,
rasio aktiva tetap, profit margin, beban riset dan pengembangan, beban
periklanan, beban penjualan dan risiko bisnis. Jumlah perusahaan yang ada
dalam penelitian ini adalah 362 perusahaan sampel yang dibagi kedalam
19 industri. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tingkat pertumbuhan
dari asset, rasio aktiva tetap, beban riset dan pengembangan dan beban
periklanan cukup kuat mempengaruhi struktur modal. Selain itu, penelitian
ini membuktikan bahwa terdapat hubungan antara risiko perusahaan
34
3. Pada tahun 2001, Ozkan telah melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Penelitian dilakukan selama periode
1984-1996 dengan sampel 390 perusahaan. Penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur modal. Hasil penelitian menyebutkan bahwa ukuran perusahaan
mempunyai hubungan positif terhadap struktur modal, tingkat non-debt
tax shield mempunyai hubungan negatif terhadap struktur modal,
likuiditas perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap struktur
modal, yang terakhir bahwa Profitability perusahaan berpengaruh negatif
terhadap keputusan struktur modal perusahaan.
4. Dengan menggunakan debt equity ratio sebagai variabel terikat,
Brailsford (2001) melakukan penelitian yang berkaitan dengan struktur modal. Ukuran perusahaan, klasifikasi industri, pertumbuhan,
profitabilitas, total intengible, depresiasi dan deviden yang dibayar
digunakan sebagai variabel bebas. Klasifikasi industri terbukti mempunyai
pengaruh positif terhadap struktur modal. Sedangkan yang mempunyai
pengaruh negatif adalah pertumbuhan dan profitabilitas.
5. Bhaduri (2002) juga menggunakan debt equity ratio sebagai variable terikat. Dengan assets structure, non-debt tax shield, firm size, growth,
financial disterss, signalling, uniqueness dan cash flow sebagai variabel
bebas. Variabel yang terbukti berpengaruh secara signifikan adalah firm
35
6. Penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur
modal pada perusahaan menufaktur yang ada di Bursa Efek Jakarta” juga
pernah dilakukan oleh Rizal (2002) dengan periode penelitian tahun 1995-1998. Dalam penelitian tersebut sebagai variabel independennya adalah
Tangibility assets, likuiditas perusahaan, Market to Book Value (MBV),
Size, Growth, dan provitabilitas. Hasil dari penelitian tersebut adalah
Profitability, growth, dan tangibility assets mempunyai pengaruh yang
negatif terhadap struktur modal. Sedangkan MBV dan size berpengaruh
positif terhadap struktur modal.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Januarino Aditya (2006) dengan judul
“Studi Empiris Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada
Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta Periode Tahun
2000-2003”. Data yang digunakan merupakan data periode tahun 2000-2003.
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Januarino ini sebagai variabel
independennya adalah tangibility assets, firm size, operating leverage,
Profitability, likuiditas, dan growth sales. Hasil dari penelitian tersebut
adalah tangiable asset, firm size, operating laverage, growth sales
memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal sedangkan Profitability
dan likuiditas memiliki pengaruh negatif.
Penelitian–penelitian diatas dapat diringkas dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti Variabel Kesimpulan
1. Titman and Wessel (1988)
- collateral value of assets - non-debt tax shield - growth
36
- beban riset dan pengembangan - beban periklanan
- beban penjualan - risiko bisnis
Tingkat pertumbuhan dari asset, rasio aktiva tetap, beban riset dan pengembangan dan beban profitabilitas dan non debt tax shield berpengaruh negatif
secara signifikan adalah firm size, growth, uniqueness dan cash flow.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian
Penelitian melibatkan 4 variabel yang terdiri atas 1 variabel terikat dan 3 variabel
bebas. Variabel bebas tersebut adalah: Ukuran Perusahaan (Firm Size),
Profitabilitas (Profitability) dan Likuiditas (liquidity). Variabel terikatnya adalah
Struktur Modal.
3.1.1 Variabel Dependen (Y)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah struktur modal.
Indikator struktur modal dalam peneltian ini yaitu rasio Debt to equity (DER),
secara matematis di formulasikan sebagai berikut:
Rumus:
dimana, DER = Total Debt to Total Equity Ratio
TL = Total Liabilities
Equity = Total Equit
3.1.2 Variabel Independen (X)
Variabel independen (variabel bebas) dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel
yaitu sebagai berikut: TL Equity
38
3.1.2.1 Ukuran Perusahaan / Firm Size (X1)
Definisi dari ukuran perusahaan menurut Riyanto (1999:313), yaitu: "Besar
kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai total penjualan, atau
nilai total aktiva". Menurut undang-undang No.9 tahun 1995 tentang usaha kecil
point b, menjelaskan bahwa “perusahaan yang memiliki hasil penjualan tahunan
paling banyak Rp.1.000.000.000.000,- (satu milyar rupiah) digolongkan
kelompok usaha kecil”. Dengan adanya ketentuan ini, maka dapat dinyatakan
bahwa perusahaan yang memiliki hasil penjualan tahunan di atas satu milyar
rupiah dapat dikelompokkan ke dalam industri menengah dan besar.
Maka di dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran perusahaan mengacu
pada pendapat Riyanto dan juga mengacu pada undang-undang No.9 tahun 1995,
dimana ukuran perusahaan diproxy dengan nilai logaritma natural dari total
penjualan. Secara sistematis dapat diformulasikan sebagai berikut:
Rumus:
dimana, Firm Size = Ukuran Perusahaan
Ln TR = Logaritma natural dari Total Penjualan
3.1.2.2 Profitabilitas / Profitability (X2)
Profitabilitas adalah Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.
Profitabilitas dalam penelitian ini akan diproksikan dengan return on assets
(ROA). Return on assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan
aktiva yang dimiliki. Secara sistematis dapat diformulasikan sebagai berikut: