• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE DEVELOPING OF THE TEACHING MATERIAL STUDENTS MATHEMATICS WORKSHEET GRADE VII SMPN 4 TULANG BAWANG TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "THE DEVELOPING OF THE TEACHING MATERIAL STUDENTS MATHEMATICS WORKSHEET GRADE VII SMPN 4 TULANG BAWANG TENGAH"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

ii

SMPN 4 TULANG BAWANG TENGAH By

SUHARIYANTO

The objektives of this research are 1) to discribe ability and condition of teaching material mathematics students worksheet has gotten in mathematic learning; 2) to get the teaching material students mathematics worksheet for junior high school that is suitably to characteristics and needs of students; 3) to find the average scores of formatif test students have studied by teaching material students mathematics worksheet to compare with the average scores of formatif test students have studied by parcel book; 4) to discribe the efectivity, eficiency and attraction usage of teaching material students mathematics worksheet for junior high school in learning.

The method of this research is development research method. This development research consisted of two phases with seven steps. The first phase consisted of four steps: 1) collecting the first informations, 2) planning, 3) developing design of the first product, 4) the first try out (validation). While the second phase consisted of three steps: 1) revision of the design, 2) the field try out, 3) revision of the field try out result.

The research conclusions are 1) the potency and conditions of teaching material students mathematics worksheet for junior high school students in SMPN 4 Tulang Bawang Tengah not to suitably with characteristics and need of students; 2) the product of teaching material students mathematics worksheet for junior high school is proper and good for use in junior high school mathematics learning grade VII because that is suitably with characteristics and need of students; 3) the average scores of formatif test students that learning with teaching material students mathematics worksheet were better comparison with the average scores of formatif test students that learning with parcel book that is 4,88; 4) the product of developing teaching material students mathematics worksheet for junior high school was effective, efisience and has attraction for being used in mathematics learning of junior high school grade VII.

(2)

iii

SMPN 4 TULANG BAWANG TENGAH Oleh

SUHARIYANTO

Tujuan penelitian ini adalah: 1) mendeskripsikan potensi dan kondisi bahan ajar LKS matematika yang sudah dimanfaatkan pada pembelajaran matematika; 2) menghasilkan bahan ajar LKS matematika SMP yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa; 3) mengetahui perbedaan nilai rata-rata tes formatif pada siswa yang belajar menggunakan bahan ajar LKS matematika dibanding dengan nilai rata-rata tes formatif pada siswa yang belajar menggunakan buku paket; 4) mendiskripsikan efektifitas, efisiensi dan daya tarik penggunaan bahan ajar LKS matematika SMP dalam pembelajaran.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian pengembangan. Penelitian dan pengembangan ini dilakukan dalam dua tahap dengan tujuh langkah. Tahap pertama terdiri dari 4 langkah yaitu: 1) pengumpulan informasi data awal, 2) perencanaan, 3) pengembangan desain produk awal, 4) uji coba awal (validasi). Sedangkan tahap yang kedua terdiri dari 3 langkah yaitu: 5) revisi desain, 6) uji coba lapangan, 7) revisi produk hasil uji coba lapangan.

Kesimpulan penelitian ini adalah: 1) potensi dan kondisi bahan ajar buku paket dan LKS yang telah dimanfaatkan pada pembelajaran matematika di SMPN 4 Tulang Bawang Tengah belum sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik; 2) produk bahan ajar LKS matematika SMP hasil pengembangan layak dan baik untuk digunakan dalam pembelajaran matematika SMP kelas VII karena sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik; 3) nilai rata-rata tes formatif pada siswa yang belajar menggunakan bahan ajar LKS matematika lebih besar dibanding dengan nilai rata-rata tes formatif pada siswa yang belajar menggunakan buku paket yaitu sebesar 4,88; 4) produk pengembangan bahan ajar LKS matematika SMP efektif, efisien dan memiliki daya tarik untuk digunakan dalam pembelajaran matematika SMP kelas VII.

Kata Kunci : LKS matematika,efektifitas, efisiensi,daya tarik.

(3)

(Tesis)

Oleh

SUHARIYANTO 0823011085

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai gelar MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(4)

ii (Tesis)

Oleh

SUHARIYANTO 0823011085

PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(5)

iv

Judul Tesis : Pengembangan Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa

Matematika Kelas VII SMPN 4 Tulang Bawang Tengah Nama Mahasiswa : Suhariyanto

M P M : 0823011085

Program Studi : Teknologi Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyetujui 1. Komisi Pembimbing

Dr. Caswita, M.Si. Dr. Lilik Sabdaningtyas, M.Pd.

NIP 196710041993031004 NIP 195610051983032002

2. Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

(6)

v 1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Caswita, M.Si. ...

Sekretaris : Dr. Lilik Sabdaningtyas, M.Pd. ...

Penguji Anggota : 1. Dr. Adelina Hasyim, M.Pd. ...

2. Dr. Herpratiwi, M.Pd. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman. M.Si. NIP. 19600315 198503 1003

3. Direktur Program Pasca Sarjana

Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. NIP. 19530528 198103 1002

(7)

vi

Dengan ini saya menyatakan yang sebenarnya bahwa:

1. Tesis dengan judul "Pengembangan Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa Matematika Kelas VII SMPN 4 Tulang Bawang Tengah" adalah karya saya sendiri dan tidak ada penjiplakan/pengutipan atas karya penulis lain dengan cara yang tidak sesuai dengan norma, kaidah atau etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik.

2. Hak intelektual atas karya ilmiah ini saya serahkan sepenuhnya kepada Universitas Lampung

Terhadap pernyataan ini, apabila dikemudian hari ternyata ditemukan adanya ketidak benaran, saya bersedia dituntut dan biberikan sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku.

Bandar Lampung, februari 2013 Penulis

Suhariyanto

(8)

sebagai anak ke tujuh dari tujuh bersaudara, dari pasangan H. Syukur dan Hj. Siti Rahmah (almarhum). Pendidikan sekolah dasar tamat pada tahun 1982 di SD Negeri 1 Jatidatar Kec. Seputih Mataram Kab. Lampung Tengah. Pendidikan SLTP tamat pada tahun 1985 di SLTP Negeri 6 Tanjung Karang Kodya. Bandar Lampung. Pendidikan SMA tamat pada tahun 1988 di SMA Negeri 5 Bandar Lampung. Pada tahun 1988 melanjutkan pendidikan di FKIP Universitas Lampung Jurusan Pendidikan Matematika tamat pada tahun 1993. Sejanjutnya pada tahun 2008 melanjutkan pendidikan program pasca sarjana pada Jurusan Teknologi Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

Pada tahun 1995 diangkat sebagai guru PNS dan ditugaskan di SMPN 4 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat. Pada tahun 2011 mendapat tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah di SMPN 4 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat sampai dengan sekarang.

(9)

sebagai anak ke tujuh dari tujuh bersaudara, dari pasangan H. Syukur dan Hj. Siti Rahmah (almarhum). Pendidikan sekolah dasar tamat pada tahun 1982 di SD Negeri 1 Jatidatar Kec. Seputih Mataram Kab. Lampung Tengah. Pendidikan SLTP tamat pada tahun 1985 di SLTP Negeri 6 Tanjung Karang Kodya. Bandar Lampung. Pendidikan SMA tamat pada tahun 1988 di SMA Negeri 5 Bandar Lampung. Pada tahun 1988 melanjutkan pendidikan di FKIP Universitas Lampung Jurusan Pendidikan Matematika tamat pada tahun 1993. Sejanjutnya pada tahun 2008 melanjutkan pendidikan program pasca sarjana pada Jurusan Teknologi Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

Pada tahun 1995 diangkat sebagai guru PNS dan ditugaskan di SMPN 4 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat. Pada tahun 2011 mendapat tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah di SMPN 4 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat sampai dengan sekarang.

(10)

vii

MOTTO

(11)

viii

Karya ini kupersembahkan untuk:

Istriku (Farida, S.Pd)

Anak-anakku (Taqiyyah Fathin Harda, Hanifah Farras Harda, Afif Farhan Habibulloh)

Ayah, Ibu (Alm), Ayah/Ibu mertua, dan semua keluarga besarku yang senantiasa memberi

motivasi untuk tetap semangat.

Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.

(12)

xi

2.1.4 Komponen Belajar dan Pembelajaran ... 21

2.1.5 Tujuan Pembelajaran Matematika ... 24

2.1.6 Bahan Ajar ... 26

3.3 Langkah-Langkah Penelitian ... 47

3.4 Langkah-Langkah Proses Pengembangan ... 48

3.5 Metode Penelitian Tahap I ... 50

3.5.1 Populasi dan Sampel ... 50

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.5.3 Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian ... 52

(13)

xii

3.6.1 Rancangan Eksperimen Untuk Menguji Produk ... 61

3.6.2 Populasi dan Sampel ... 63

3.6.3 Teknik Pengumpulan Data ... 64

3.6.4 Kisi-Kisi dan Instrumen Penelitian ... 65

3.6.5 Teknik Analisis Data ... 66

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Tahap I ... 71

4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal Pemanfaatan Bahan Ajar LKS ... 71

4.1.2 Perencanaan ... 72

4.1.3 Pengembangan Produk ... 73

4.1.4 Validasi dan Uji Coba Awal ... 78

4.2 Hasil Penelitian Tahap II ... 84

4.2.1 Revisi Desain Produk ... 84

4.2.2 Uji Coba Lapangan ... 89

4.2.3 Revisi Produk Hasil Uji Coba Lapangan ... 96

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 97

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 98

5.2 Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Langkah-langkah Metode Penelitian Pengembangan ... 46

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Analisis Kebutuhan ... 52

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Uji Coba Ahli ... 53

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Uji Coba Terbatas (siswa) ... 54

Tabel 3.5 Kisi Kisi Instrumen Tes Formatif ... 65

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 44

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan ... 47

Gambar 3.2 Skema Pengembangan Bahan Ajar ... 49

Gambar 4.1 Tampilan Cover Bahan Ajar LKS Matematika SMP ... 76

Gambar 4.2 Tampilan Bahan Ajar LKS Matematika SMP ... 77

Gambar 4.3 Tampilan penulisan tujuan sebelum revisi ... 85

Gambar 4.4 Tampilan penulisan tujuan setelah revisi ... 86

Gambar 4.5 Tampilan gambar sebelum direvisi ... 87

Gambar 4.6 Tampilan Gambar setelah direvisi ... 87

Gambar 4.7 Tampilan Cover Sebelum Direvisi ... 88

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan ilmu pengetahuan yang universal mempunyai arti penting dalam mendasari perkembangan teknologi modern dan berbagai disiplin ilmu lain serta memajukan pola pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini tidak terlepas dari landasan perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Oleh sebab itu penguasaan matematika yang kuat sejak dini sagat dibutuhkan dalam menciptakan kemajuan teknologi di masa yang akan datang.

(17)

mengembangkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram dan media lain.

Kendala yang sering terjadi dalam pembelajaran matematika berkisar pada karateristik matematika yang abstrak, masalah media, masalah siswa dan guru. Meskipun pola pikir matematika adalah deduktif aksiomatik, akan tetapi dalam kegiatan pembelajarannya seorang guru dapat menyampaikan metematika melalui pendekatan induktif dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang ada (by utilyzation) atau mengembangkan sumber belajar (by development) sehingga

dapat memperkaya sumber belajar yang sudah ada.

Seorang pendidik pada hakikatnya adalah seorang fasilitator yang memberikan peluang berinisiatif bagi siswa dan memotivasi siswa untuk tertarik pada materi pelajaran. Seorang pendidik harus mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif untuk belajar mandiri (self-directed learning).Dalam kenyataanya masih banyak persoalan yang menjadi beban pengelolaan pendidikan dan pembelajaran, terutama pembelajaran matematika, salah satunya mengenai bahan pelajaran Matematika.

(18)

penyajian tersebut, siswa yang belajar akan siap menerima pelajaran dilihat dari segi perkembangan intelektualnya. Itulah sebabnya sajian matematika yang diberikan kepada siswa berbeda-beda sesuai jenjang pendidikan dan perkembangan intelektual anak. Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai kebutuhan maka seorang pendidik harus mampu merancang bahan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter peserta didik.

Keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya kurikulum, bahan ajar, metode mengajar dan bimbingan serta evaluasi yang baik. Penggunaan metode serta bahan ajar yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran.

(19)

pembelajaran dan membuat bahan ajar matematika yang sesuai. Sehingga pelajaran matematika tidak lagi menjadi pelajaran yang jenuh dan membosankan bagi siswa.

SMPN 4 Tulang Bawang Tengah merupakan sekolah negeri dengan jumlah siswa kelas VII sebanyak 208 siswa yang terdiri dari 7 kelas paralel. Dalam proses pembelajaran matematika, guru dan para siswa menggunakan buku paket yang dibagikan dari sekolah. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa proses pembelajaran matematika masih kurang berhasil dan belum mencapai target seperti yang diharapkan. Pelajaran matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit, jenuh, dan membosankan. Rata-rata prestasi belajar dan hasil belajar siswa bidang studi matematika masih rendah dibawah target yang diharapkan. Berbagai kendala dan hambatan dalam proses pembelajaran matematika masih banyak kita hadapi. Pada penggunaan buku paket siswa merasa kesulitan dalam memahami uraian materi dan konsep yang dijabarkan pada buku tersebut. Soal-soal yang terdapat pada buku tersebut sulit untuk dipahami, sehingga siswa kesulitan dalam mengerjakannya. Selain itu juga jenis soalnya kurang sesuai dengan soal-soal yang diujikan dalam ulangan harian, ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS).

Hasil angket pada penelitian pendahuluan yang diberikan kepada 35 siswa kelas VII di SMPN 4 Tulang Bawang Tengah memberikan fakta sebagai berikut:

(20)

2) siswa tidak tertarik/senang/termotivasi mengikuti pembelajaran matematika sebanyak 19 anak (54%);

3) siswa menggunakan buku paket dalam mempelajari konsep segitiga dan segi empat sebanyak 29 anak (83%);

4) siswa kesulitan dalam memahami dan mempelajari konsep segitiga dan segi empat pada buku paket sebanyak 24 anak (69%);

5) buku paket yang digunakan tidak menarik untuk dipelajari sebanyak 21 anak (60%).

6) materi konsep segitiga dan segi empat yang ada dalam buku paket tidak sesuai dengan materi yang diajarkan sebanyak 20 anak (57%)

Penggunaan bahan ajar yang kurang sesuai menjadikan siswa merasa kurang semangat, kurang berminat dan tidak termotivasi dalam mengikuti pelajaran, serta mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Sistem pembelajaran yang monoton dan kurang bervariasi juga membuat siswa bosan dan tidak termotivasi mengikuti proses pembelajaran. Selain itu lingkungan yang tidak mendukung serta sarana dan prasarana yang kurang lengkap juga membuat siswa kurang persiapan dalam mengikuti proses pembelajaran.

(21)

Berdasarkan kondisi dan permasalahan tersebut dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran matematika maka perlu dilakukan satu solusi alternatif pengembangan Bahan Ajar LKS Matematika yang sesuai dengan kebutuhan siswa, sehingga dapat dengan mudah mempelajari materi pelajaran yang diberikan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :

1. Prestasi belajar dan hasil belajar siswa bidang studi matematika masih rendah. 2. Siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran matematika;

3. Siswa kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran matematika; 4. Pelajaran matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit, jenuh, dan

membosankan;

5. Bahan Ajar (buku paket) yang digunakan tidak efektif dan kurang sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan karakteristik peserta didik.

6. Siswa kesulitan dalam mempelajari dan memahami konsep dan materi pada Bahan Ajar (buku peket) yang digunakan.

(22)

1.3 Pembatasan Masalah

Dari Identifikasi Masalah tersebut maka dalam penelitian ini diambil batasan masalah sebagai berikut:

1. Potensi dan kondisi Bahan Ajar LKS Matematika yang sudah dimanfaatkan pada pembelajaran Matematika.

2. Pengembangan Bahan Ajar LKS Matematika SMP yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa.

3. Perbedaan nilai rata-rata Tes formatif pada siswa yang belajar menggunakan Bahan Ajar LKS Matematika dibanding dengan nilai rata-rata Tes formatif pada siswa yang belajar menggunakan Buku Paket.

4. Efektifitas penggunaan Bahan Ajar LKS Matematika SMP dalam pembelajaran.

5. Efisiensi penggunaan Bahan Ajar LKS Matematika SMP dalam pembelajaran.

6. Daya tarik penggunaan Bahan Ajar LKS Matematika SMP dalam pembelajaran

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

(23)

2. Bagaimanakah mengembangkan Bahan Ajar LKS Matematika SMP yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa.

3. Bagaimana perbedaan nilai rata-rata Tes formatif pada siswa yang belajar menggunakan Bahan Ajar LKS Matematika dibanding dengan nilai rata-rata Tes formatif pada siswa yang belajar menggunakan Buku Paket.

4. Bagaimanakah efektifitas penggunaan Bahan Ajar LKS Matematika SMP dalam pembelajaran.

5. Bagaimanakah efisiensi penggunaan Bahan Ajar LKS Matematika SMP dalam pembelajaran

6. Bagaimanakah daya tarik penggunaan Bahan Ajar LKS Matematika SMP dalam pembelajaran.

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan potensi dan kondisi Bahan Ajar LKS Matematika yang sudah dimanfaatkan pada pembelajaran Matematika

2. Menghasilkan Bahan Ajar LKS Matematika SMP yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa.

(24)

4. Mendiskripsikan efektifitas penggunaan Bahan Ajar LKS Matematika SMP dalam pembelajaran.

5. Mendiskripsikan efisiensi penggunaan Bahan Ajar LKS Matematika SMP dalam pembelajaran.

6. Mendiskripsikan daya tarik penggunaan Bahan Ajar LKS Matematika SMP dalam pembelajaran.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Praktis

1.1.1.1 Bagi Siswa:

- untuk mendapatkan layanan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

- untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam bidang studi matematika.

1.1.1.2Bagi Guru

- sebagai wahana dan sarana untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam upaya mewujudkan guru yang profesional.

- sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan mutu pembelajaran Matematika.

1.1.1.3Bagi Sekolah

(25)

- sebagai sarana untuk mewujudkan guru yang profesional dan mampu meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

- sebagai sarana guna meningkatkan kompetensi dan kualitas sumber daya guru dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah.

1.6.2 Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis yaitu: 1. Sebagai sarana untuk mengembangkan bahan ajar LKS Matematika yang

sesuai dengan prosedur, prinsip, teori dan konsep teknologi pendidikan dalam kawasan pengembangan dan pemanfaatan bahan ajar.

2. Memberi kesempatan kepada peneliti untuk melanjutkan ke penelitian selanjutnya;

3. Dapat digunakan sebagai pijakan empirik untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang sejenis pada bidang yang sama;

4. Memperkaya khasanah referensi karya ilmiah tentang Bahar Ajar Matematika.

1.7 Pentingnya Pengembangan

(26)

1. Melengkapi Bahan Ajar LKS Matematika SMP;

2. Menyediakan bahan ajar yang dilengkapi dengan contoh-contoh soal, latihan dan aplikasi

3. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa, interaktif dan mudah dipelajari.

Dengan bahan ajar LKS Matematika ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan siswa dalam memahami dan mempelajari materi yang diajarkan. Bahan Ajar LKS Matematika ini diharapkan dapat dipelajari dengan mudah oleh para siswa baik secara mandiri, belajar kelompok ataupun untuk pembelajaran di kelas.

1.8 Spesifikasi Produk

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada analisis kebutuhan maka dalam penelitian pengembangan ini akan menghasilkan sebuah produk yaitu berupa Bahan Ajar LKS Matematika SMP. Bahan Ajar LKS Matematika SMP ini akan didesain secara simpel dan sederhana sehingga materinya mudah untuk dipelajari oleh para siswa, baik secara mandiri, berkelompok maupun untuk proses pembelajaran dikelas. Bahan Ajar LKS Matematika SMP ini digunakan dalam proses pembelajaran sebagai suplemen. Bahan ajar LKS Matematika SMP ini berguna untuk memperkaya dan memperdalam pemahaman siswa tentang konsep-konsep geometri, khususnya materi segitiga dan segi empat

Sistematika modul bahan ajar tersebut terdiri dari:

(27)

2. Peta Konsep, yang berisi tentang Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator serta tujuan yang harus dicapai dan dikuasai siswa;

3. Uraian materi yang disusun secara sistematis berdasarkan peta konsep; 4. Contoh-contoh soal, latihan dan evaluasi, agar siswa dapat memahami dan

mendalami materi pokok yang disajikan

Secara spesifik materi Bahan Ajar LKS Matematika SMP yang akan dihasilkan yaitu dalam bentuk buku dengan materi berupa:

(28)

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran

Menurut Slameto dalam Suyono (2010:10) mengatakan bahwa Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya.

Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa belajar merupakan perubahan pengetahuan atau prilaku seseorang yang terjadi melalui proses yang memberikan pengalaman kepada pebelajar sehingga pengetahuan atau prilakunya berubah.

Menurut Gagne dalam Pribadi. (2009:13) mengatakan bahwa “Learning is a

natural process that leads to changes in what we know, what we can do, and how

we behave. Belajar juga dipandang sebagai proses alami yang dapat membawa perubahan pada pengetahuan, tindakan dan perilaku seseorang.

(29)

dilakukan oleh individu. Proses belajar pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi personal.

Menurut Budiningsih (2007:81) Belajar adalah pengolahan informasi yang mementingkan proses dari pada hasil belajar. Proses belajar penting, namun ada yang lebih penting yaitu sistem informasi yang akan diproses dan yang akan dipelajari oleh peserta didik.

Smith Mark (2009:2) menyatakan bahwa dari sudut pandang pendidikan, belajar terjadi apabila terdapat perubahan dalam hal kesiapan pada diri seseorang dalam berhubungan dengan lingkungannya. Setelah melakukan proses belajar biasanya seseorang akan menjadi lebih respek dan memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap objek, makna, dan peristiwa yang dialami. Melalui belajar, seseorang akan menjadi lebih responsif dalam hal melakukan tindakan.

Meyer dalam Smith (2009:2) mengemukakan pengertian belajar sebagai: Perubahan yang relatif permanen dalam pengetahuan dan perilaku seseorang yang diakibatkan oleh pengalaman. Pengalaman yang sengaja didesain untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang akan menyebabkan berlangsungnya proses belajar.

Definisi belajar yang dikemukakan oleh Meyer dalam Smith (2009: 5) mencakup beberapa konsep penting yang meliputi:

1. Durasi perubahan perilaku bersifat relatif permanen;

(30)

3. Penyebab terjadinya perubahan pengetahuan dan perilaku adalah pengalaman yang dialami oleh peserta didik, bukan pertumbuhan atau perkembangan.

Pengertian belajar adalah sebuah proses aktif belajar dan relatif permanen yang diciptakan agar peserta didik memiliki kompetensi untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap (perubahan tingkah laku) dengan mengolah informasi sebagai sumber belajar.

Teori belajar Gestalt dalam Sulatra (2011;14) menyebutkan bahwa belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam situasi permasalahan. Belajar terjadi karena kemampuan menangkap makna dan keterhubungan antara komponen yang ada di lingkungan. Dalam kontek ini guru dituntut untuk mendesain pembelajaran yang memungkinkan pebelajar untuk berinteraktivitas dalam membangun makna dari keterhubungan antara komponen-komponen yang ada.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Pada pasal 1 ayat 20 disebutkan bahwa “pembelajaran

adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada

suatu lingkungan belajar”.

(31)

tersebut adalah dari (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (2) proses kognitif yang dilakukan oleh si pembelajar. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan dan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.

Selanjutnya menurut Suyitno dalam Sulatra (2011;15) berpendapat bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Pembelajaran adalah upaya guru menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.

(32)

Menurut Slavin (2008;8) Pembelajaran adalah sebuah perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman. Definisi lain tentang pembelajaran dikemukakan oleh Smith dan Ragan (2003:12) yang mengemukakan bahwa pembelajaran adalah pengembangan dan penyampaian informasi dan kegiatan yang diciptakan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan yang spesifik.

Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan dan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.

(33)

kemampuan dan kompetensi dalam merancang dan mengembangkan sumber belajar yang diperlukan.

Dick dan Carey (2005:205) mendefinisikan pembelajaran sebagai rangkaian peristiwa atau kegiatan yang disampaikan secara terstruktur dan terencana dengan menggunakan sebuah atau beberapa jenis media. Proses pembelajaran mempunyai tujuan yaitu agar peserta didik dapat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut proses pembelajaran perlu dirancang secara sistematik.

(34)

2.1.2 Teori Belajar dan Pembelajaran

Budiningsih. (2007;58) mengatakan bahwa belajar menurut teori Konstruktivisme adalah suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini dilakukan oleh peserta didik sendiri. Maka peserta didik harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna sesuatu yang dipelajarinya. Para guru merancang pembelajaran dan mengembangkan progran-program pembelajaran ini berperan untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya belajar.

Menurut Sagala (2006;88) mengatakan bahwa konstruktivisme merupakan landasan berfikir (folosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit-demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba. Manusia harus mengkonstruksikan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

(35)

Menurut Magnesen dalam Prawiradilaga (2008;24) mengatakan bahwa belajar terjadi dengan: membaca sebanyak 10%, mendengar 20%, melihat 30%, melihat dan mendengar sebanyak 50%, mengatakan 70%, dan mengatakan sambil mengerjakan sebanyak 90%.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut berarti penggunaan Lembar Kerja Siswa sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa maka siswa dapat belajar dengan mengkontruksikan pengetahuan yang dimilikinya untuk membangun pengetahuan baru. Selain dari itu penggunaan Lembar Kerja Siswa juga akan merangsang siswa untuk belajar secara berkelompok dan bekerjasama dengan siswa yang lain.

2.1.3 Teori Desain

Menurut Gagne dalam Prawiradilaga (2008;15) mengatakan bahwa desain pembelajaran membantu proses belajar seseorang di mana proses belajar itu sendiri memiliki tahapan segera dan jangka panjang. Proses belajar terjadi karena adanya kondisi-kondisi belajar internal maupun eksternal. Kondisi internal adalah kemampuan dan kesiapan diri pebelajar, sedangkan kondisi eksternal adalah pengaturan lingkungan yang didesain.

(36)

Menurut Dick & Carey dalam Prawiradilaga (2008;16) menegaskan penggunaan konsep pendekatan sistem sebagai landasan pemikiran suatu desain pembelajaran. Pendekatan sistem terdiri atas analisis, disain, pengembangan, implementasi dan evaluasi.

Menurut Suparman (2001;40) berpendapat bahwa pentahapan proses dari beberapa model pendekatan sistem adalah :

1.Definisi Masalah dan Organisasi, yang meliputi tiga langlah yaitu a. Identifikasi masalah

b. Analisis latar (setting) c. Organisasi pengelolaan

2.Analisis dan penembangan sistem, yang meliputi tiga langkah yaitu: a. Identifikasi tujuan

b. Penentuan metode c. Penentuan prototipe

3.Evaluasi, yang meliputi tiga langkah yaitu:

a. Melaksanakan Tes atau uji coba Prototipe b. Menganalisis hasil uji coba

c. Implementasi atau uji coba ulang

2.1.4 Komponen Belajar dan Pembelajaran

(37)

belajar yang lain. Komponen pembelajaran meliputi komponen kurikulum, materi/bahan ajar, metode, media (alat pembelajaran), evaluasi, peserta didik, dan adanya pendidik/guru.

Kurikulum sebagai desain pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum harus menggunakan landasan yang kuat dan kokoh.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. ( UU N0 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Breen dan Candlin dalam Nunan (1989:87) mengatakan bahwa peran guru adalah sebagai fasilitator dalam proses yang komunikatif, bertindak sebagai partisipan, dan yang ketiga bertindak sebagai pengamat.

Peserta didik adalah istilah yang digunakan untuk seseorang yang mengikut suatu program pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, di bawah bimbingan seorang atau beberapa guru. Peserta didik adalah inti dari proses belajar mengajar. Brown (2008:115) menekankan pentingnya perhatian pada

motivasi belajar peserta didik. “The foreign language learner who is intrinsically

meeting in needs in learning the language will positively motivated to learn. When

students are motivated to learn, they usually pay attention, become actively

(38)

Metode ialah upaya untuk menerapkan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang tersusun dapat tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Stategi menunjuk pada sebuah perencaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode merupakan cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian suatu strategi pembelajaran dapat dilaksanakan dengan menggunakan berbagai metode.

Menurut Hutchinson dalam Husamah (2010;13-14) Materi juga merupakan salah satu faktor penentu keterlibatan peserta didik. Adapun karakteristik dari materi yang bagus adalah:

1) adanya teks yang menarik;

2) adanya kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta meliputi kemampuan berpikir peserta didik;

3) memberi kesempatan peserta didik untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah mereka miliki;

4) materi yang dikuasai baik oleh peserta didik maupun guru.

Dalam proses pembelajaran, materi harus didesain sehingga cocok untuk mencapai tujuan dengan memperhatikan komponen-komponen yang lain, terutama komponen anak didik yang merupakan sasaran pembelajaran. Pemilihan materi harus benar-benar dapat memberikan kecakapan dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.

(39)

menghubungkan antara guru dengan peserta didik. Media dapat digunakan untuk membantu dan mendukung terciptanya proses pembelajaran yang efektif, efesien, dan menarik.

2.1.5 Tujuan Pembelajaran Matematika

Dalam Standar Isi Kurikulum Matematika SMP (2006;2) dinyatakan bahwa Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

(40)

Sedangkan menurut GBPP Matematika Depdikbud dalam Amalia (2011;20) tujuan khusus pembelajaran matematika di SMP adalah agar:

1) siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika.

2) siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan menengah.

3) siswa memiliki keterampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

4) siswa memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis, cermat, dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika

Menurut Suyitno dalam Sulatra (2011;17), matematika memiliki empat ciri yang sangat penting dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas yakni 1) matematika memiliki objek kajian yang abstrak,

2) matematika mendasarkan diri pada kesepakatan-kesepakatan, 3) matematika sepenuhnya menggunakan pola pikir deduktif, dan 4) matematika dijiwai dengan kebenaran konsistensi.

Meskipun pola pikir matematika adalah deduktif aksiomatik, akan tetapi dalam kegiatan pembelajarannya seorang guru dapat menyampaikan metematika melalui pendekatan induktif.

(41)

aturan diberikan kepada siswa melalui langkah demi langkah. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan pendidikan harus dicapai melalui penyusunan kurikulum, yang termasuk di dalamnya adalah tujuan ,isi dan bahan pelajaran, serta strategi yang digunakan untuk pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Agar tujuan pendidikan untuk membangun manusia holistic tercapai, maka prinsip pendidikan harus mengacu kepada prinsip-prinsip pembelajaran yang dapat mengarahkan proses pembelajaran secara efektif.

Para siswa akan bekerja lebih keras, mengerti lebih banyak, dan terlibat lebih aktif di kelas ketika mereka belajar dalam suasana kelas yang kondusif, di mana mereka merasa diterima, disukai, dan dihormati oleh guru dan teman-temannya.

2.1.6 Bahan Ajar

2.1.6.1 Pengertian Bahan Ajar

Menurut Prawiradilaga (2008:38) mengatakan bahwa: ”Bahan ajar dalam sistim disain pembelajaran adalah satu-satunya yang berwujud (Tangible) dari seluruh komponen dasar disain pembelajaran. Modul bahan ajar adalah format materi

(42)

Selanjutnya Prawiradilaga (2008:43) juga mengemukakan bahwa: ”Disain pembelajaran materi ajar menitikberatkan bagaimana suatu topik yang menjadi

bagian dari suatu materi atau mata ajaran disampaikan kepada pebelajar.”

Suryantara (2011;1) mengatakan bahwa: Bahan ajar dapat didefinisikan sebagai segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud dapat berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Bahan ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar juga dapat diartikan sebagai seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.

Dari beberapa pengertian diatas dapat diartikan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan informasi, alat dan teks yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Bahan ajar atau materi kurikulum (curriculum material) adalah isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami oleh siswa dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional material) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.

(43)

sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.”

Paulina dalam Yuni (2012;1) menyebutkan bahwa bahan ajar sebagai bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Sedangkan Andi Prastowo dalam Yuni (2012;1) menyatakan pemahaman bahan ajar sebagai segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

University of Wollongong NSW 2522 Australia, dalam Yuni (2012;1) mengatakan

bahwa “Bahan ajar atau teaching-material, terdiri atas dua kata yaitu teaching atau mengajar dan material atau bahan. Teaching (melaksanakan pembelajaran) diartikan sebagai proses menciptakan dan mempertahankan suatu lingkungan belajar yang efektif. Sedangkan material merupakan bahan/alat atau sumber yang yang dapat dipakai dalam teaching.”

(44)

digunakan sebagai pedoman atau panduan baik oleh pendidik atau instruktur dalam rangka proses pembelajaran serta memberikan materi kepada peserta didik.

2.1.6.2 Penyusunan Bahan Ajar

Menurut Sudrajat (2008;1) juga menjelaskan bahwa dalam menyusun bahan ajar terdapat prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c) kecukupan. Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.

Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi:

1) mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, 2) mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar,

3) memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi., dan

4) memilih sumber bahan ajar.

Menurut Sukitman (2011;17) tujuan penyusunan bahan ajar adalah : 1) Membantu siswa dalam mempelajari sesuatu,

(45)

4) Agar kegiatan pembelajaran lebih menarik.

Suryantara, (2011;2) mengatakan bahwa ciri-ciri bahan ajar adalah: 1) Menimbulkan minat baca,

2) Ditulis dan dirancang untuk siswa, 3) Menjelaskan tujuan instruksional,

4) Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel,

5) Struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi akhir yang akan dicapai, 6) Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih,

7) Mengakomodasi kesulitan siswa, 8) Memberikan rangkuman,

9) Gaya penulisan komunikatif dan semi formal, 10)Kepadatan berdasar kebutuhan siswa,

11)Dikemas untuk proses instruksional,

12)Mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari siswa, 13)Menjelaskan cara mempelajari bahan ajar.

Selanjutnya Herman (2012;4) menarik kesimpulan bahwa:

“selain runtut dan lengkap topiknya, serta memperhatikan tingkat kesulitan,

(46)

2.1.6.3 Bentuk dan Jenis Bahan Ajar

Suryantara (2011;1) mengatakan bahwa Bentuk-bentuk bahan ajar dapat berupa: 1. Bahan cetak seperti: hand out, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur,

leaflet, wallchart,

2. Audio Visual seperti: video/film,VCD 3. Audio seperti: radio, kaset, CD audio, PH 4. Visual: foto, gambar, model/maket.

5. Multi Media: CD interaktif, computer Based, Internet

Suryantara (2011;5) mengatakan bahwa Jenis jenis bahan ajar meliputi: 1) Lembar informasi (information sheet), 2) Operation sheet, 3) Jobsheet, 4) Worksheet, 5) Handout, 6) Modul.

Herman (2012;3) mengatakan bahwa Bahan ajar berbentuk buku akan memiliki ragangan (outline) yang lebih terarah (memiliki sistematika penyajian) di samping memungkinkan siswa dan guru menyadari tingkat kesulitan pelajaran. Buku harus memenuhi kebutuhan siswa (lengkap), memuat topik-topik secara runtut, serta memperhatikan tingkat kesulitan, terutama tingkat kesulitan gramatikal (graded grammar) untuk memenuhi kebutuhan siswa akan kemampuan berkomunikasi

secara tertata.

(47)

4) Informasi pendukung, 5) Latihan-latihan, 6) Petunjuk kerja, 7) Penilaian

2.1.7 Lembar Kerja Siswa

2.1.7.1 Pengertian LKS

Depdiknas dalam Darusman. (2008:17) menyatakan bahwa LKS adalah lembaran yang berisikan pedoman bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan yang terprogram.

Jadi LKS merupakan salah satu sumber belajar yang berbentuk lembaran yang berisikan materi secara singkat, tujuan pembelajaran, petunjuk mengerjakan pertanyan-pertanyaan dan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab siswa.

(48)

Sedangkan Shadiq dalam Andayani. (2005:9) mendefinisikan LKS sebagai lembaran duplikat yang dibagikan guru kepada siswa di suatu kelas untuk melakukan kegiatan atau aktivitas belajar mengajar. Lembaran ini berisi petunjuk, tuntunan pertanyaan dan pengertian agar siswa dapat mempeluas serta memperdalam pemahamannya terhadap materi yang dipelajari.

Kemp dalam Amalia (2011;22) menyatakan bahwa LKS merupakan lembar kegiatan yang memberikan petunjuk-petunjuk belajar tentang topik atau materi pelajaran yang telah dipilih dan disertai dengan pertanyaan atau latihan. Sebaliknya jawaban yang benar juga biasanya dilampirkan.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat simpulkan bahwa Lembar Kegiatan Siswa (student work sheet) adalah suatu lembaran kerja bagi siswa yang disusun secara terprogram yang berisi tugas dan tersaji untuk didiskusikan, dijawab atau dikerjakan oleh siswa. Lembar kegiatan siswa ini berisi petunjuk serta langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas.

2.1.7.2 Jenis-Jenis LKS

Menurut Sadiq dalam Widiyanto. (2008:14) mengatakan bahwa LKS dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu Lembar Kerja Siswa Tak Berstruktur dan Lembar Kerja Siswa Berstruktur

(49)

untuk mempercepat pembelajaran, memberi dorongan belajar pada tiap individu, berisi sedikit petunjuk, tertulis atau lisan untuk mengarahkan kerja peserta didik.

Lembar kerja siswa berstruktur memuat informasi, contoh dan tugas-tugas. LKS ini dirancang untuk membimbing peserta didik dalam satu program kerja atau mata pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan pembimbing untuk mencapai sasaran pembelajaran. Pada LKS telah disusun petunjuk dan pengarahannya, LKS ini tidak dapat menggantikan peran guru dalam kelas. Guru tetap mengawasi kelas, memberi semangat dan dorongan belajar dan memberi bimbingan pada setiap siswa. LKS berstruktur diharapkan dapat dimanfaatkan siswa sebagai sumber belajar dengan atau tanpa bimbingan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran tapi bukan berarti peran guru digantikan melainkan guru sebagai pengawas dan motivator.

2.1.7.3 Tujuan dan Kegunaan LKS

Menurut Trianto, (2009: 230) LKS harus disusun dengan tujuan dan prinsip yang jelas. Tujuan dari penyusunan LKS yaitu meliputi:

1) Memberikan pengetahuan dan sikap serta ketrampilan yang perlu dimiliki siswa,

(50)

Sedang prinsip penyusunan LKS meliputi:

1) Tidak dinilai sebagai dasar perhitungan rapor, tetapi hanya diberi penguat bagi yang berhasil menyelesaikan tugasnya serta diberi bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan,

2) Mengandung permasalahan, 3) Sebagai alat pembelajaran,

4) Mengecek tingkat pemahaman, pengembangan dan penerapannya,

5) Semua permasalahan sudah dijawab dengan benar setelah selesai pembelajaran.

Subagyo dalam Nur Farida (2005:15) berpendapat bahwa dengan penggunaan LKS siswa dilatih untuk mandiri, berani mengungkapkan isi hati serta belajar mengembangkan logika berpikir dan penalarannya. Lembar kegiatan siswa merupakan suatu usaha untuk membimbing siswa secara terstruktur yang kegiatannya memberikan daya tarik terhadap siswa. Pemakaian LKS akan menimbulkan interaksi antara guru dan siswa yang akan menimbulkan kemungkinan adanya diskusi. Siswa tidak hanya sekedar mendengar informasi dan menerima konsep dari guru, tetapi siswa dibimbing untuk menemukan suatu konsep dan mengaplikasikannya pada soal-soal yang berhubungan dengan konsep yang mereka dapatkan.

Menurut Tim Instruktur PKG dalam Andayani, (2005:10), kegunaan LKS dalam pengajaran matematika adalah :

(51)

2) Dapat mempercepat pengajaran dan mempersingkat waktu penyajian materi pelajaran sebab LKS ini dapat disiapkan diluar jam pelajaran

3) Memudahkan penyelesaian tugas perorangan, kelompok, atau klasikal karena tidak setiap peserta didik dapat memahami persoalan pada keadaan bersamaan 4) Mengoptimalkan penggunaan alat bantu pengajaran yang terbatas

5) Membangkitkan minat belajar peserta didik jika LKS disusun secara menarik

Menurut Hartati (2003;21) LKS memiliki beberapa keunggulan, yaitu sebagai berikut:

1) Membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan

2) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal di dalam jiwa tersebut

3) Dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa

4) Mampu mengarahkan cara belajar siswa, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar giat

5) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan masing-masing

(52)

2.1.7.4 Syarat-syarat Penyusunan LKS

Menurut Jones dalam Andayani, (2005:9) Untuk membuat atau menyusun sebuah LKS yang baik, ada beberapa petunjuk yang harus diperhatikan. LKS yang akan diberikan kepada peserta didik, haruslah:

1) Dapat menampung keragaman kemampuan siswa di kelas 2) Bahasanya cukup dimengerti (tidak terlalu sulit)

3) Format dan gambar harus jelas (mudah dipahami) 4) Mempunyai tujuan yang jelas

5) Memiliki isian yang memerlukan pemikiran dan pemprosesan infromasi 6) Tetap memiliki gambaran umum (global disamping gambaran detail)

Menurut Amalia (2011;23) mengatakan bahwa LKS yang baik harus memenuhi berbagai persyaratan misalnya persyaratan didaktik dan konstruksi. Persyaratan didaktik artinya harus memenuhi asas belajar mengajar yang efektif. Sedangkan persyaratan konstruksi artinya syarat-syarat yang berkenaan dengan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran dan kejelasan yang pada hakikatnya harus dapat dimengerti oleh pengguna yaitu peserta didik. Oleh karena itu agar LKS memenuhi syarat dan tujuan yang diharapkan, maka formatnya harus sesuai dengan tingkat kemampuan dan penalaran siswa. Kesesuaian format LKS sangatlah penting sebab hal ini dapat mempengaruhi motivasi dan minat belajar siswa.

(53)

1) Memperhatikan adanya perbedaan individu 2) Tekanan pada pemahaman konsep

3) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa.

4) Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada anak

5) Pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa dan bukan ditentukan oleh bahan pelajaran

Selanjutnya Darmojo dan Kaligis dalam Ernawati (2011;20-22) menyatakan syarat konstruksi sebuah LKS adalah:

1) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak. 2) Menggunakan struktur kalimat yang jelas.

3) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak. 4) Menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka.

5) Tidak mengacu pada sumber diluar kemampuan siswa.

6) Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menuliskan maupun menggambarkan hal-hal yang ingin disampaikan pada LKS.

7) Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. 8) Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata.

9) Dapat digunakan untuk siswa baik yang lambat maupun cepat dalam hal penguasaan materi.

(54)

11)Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya.

Selanjutnya Darmojo dan Kaligis dalam Ernawati (2011;22) menyatakan syarat-syarat teknis dalam penyusunan LKS yaitu:

1) Tulisan

- Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi.

- Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah.

- Gunakan tidak lebih dari 10 kata dalam sepuluh baris.

- Gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa.

- Usahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan gambar serasi. 2) Gambar

- Gambar yang baik dalam LKS adalah yang dapat menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS.

3) Penampilan

- Penampilan dibuat menarik. Kemenarikan penampilan LKS akan menarik perhatian siswa, tidak menimbulkan kesan jenuh dan membosankan. LKS yang menarik adalah LKS yang memiliki kombinasi antara gambar, warna dan tulisan yang sesuai.

(55)

angka-angka dan grafik, foto-foto dan ilustrasi yang membutuhkan pemikiran khusus dari seorang individu yang bisa menggabungkan elemen-eleman ini, sehingga mereka dapat menghasilkan sesuatu yang khusus, sangat berguna, mengejutkan atau subversif atau sesuatu yang mudah diingat.

2.1.7.5 Struktur LKS

Arsyad (2004: 30) Secara umum struktur LKS meliputi: (a) judul, mata pelajaran, semester, tempat; (b) petunjuk belajar; (c) kompetensi yang akan dicapai; (d) indikator; (e) informasi pendukung; (f) tugas dan langkah kerja; dan (g) penilaian.

Menurut Abadi, Hartono, Junaedi dalam Widiyanto, (2008:4) langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penulisan LKS adalah sebagai berikut:

1) melakukan analisis kurikulum yang meliputi SK, KD, indikator dan materi pembelajaran;

2) menyusun peta kebutuhan LKS; 3) menentukan judul LKS;

4) menulis LKS; dan

5) menentukan alat penilaian.

2.2Kajian Penelitian yang Relevan

(56)

mendapatkan pembelajaran menggunakan media LKS lebih baik dari pada pengingkatan penguasaan materi siswa yang mendapatkan pembelajaran tanpa media LKS; prestasi belajar matematika siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan media LKS lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mendapatkan pembelajaran tanpa media LKS.

2) Ernawati (2011) dalam penelitiannya upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Depok dengan menggunakan LKS berbasis PMR melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan panjang garis singgung lingkaran menyimpulkan bahwa kemampuan siswa kelas VIII A SMP N 2 Depok dari setiap langkah memecahkan masalah Matematika pada pokok bahasan panjang garis singgung lingkaran mengalami peningkatan

3) Sitti Maesuri Patahuddin dkk (2009) dalam karya tulisnya yang berjudul pengembangan LKS berbasis ICT pada pembelajaran matematika SMP RSBI menyatakan bahwa keberadaan LKS berbasis ICT tampak membantu proses pembelajaran matematika siswa. Penggunaan LKS pada saat pembelajaran matematika dengan internet tentu tidak menjadi satu keharusan namun upaya mengantisipasi apa yang akan terjadi pada siswa ketika diminta belajar dengan internet harus dipertimbangkan.

(57)

menyimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa setelah menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam pemecahan masalah matematika secara keseluruhan dikatagorikan baik.

5) Umi Farikah (2011) dalam penelitiannya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization) dengan media LKS terhadap prestasi belajar Matematika pada materi faktorisasi suku aljabar siswa kelas VIII semester 1 SMP Negeri 2 Gajah kabupaten Demak menyimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif TAI dengan media LKS lebih efektif untuk mengajarkan materi faktorisasi suku aljabar dari pada model pembelajaran konvensional.

2.3 Kerangka Berpikir

Berdasarkan pada landasan teori yang telah diuraikan menyatakan bahwa Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Evektifitas kegiatan pembelajaran Matematika SMP sangat berperan dalam peningkatan mutu dan hasil belajar siswa. Berbagai masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran Matematika mengakibatkan rendahnya prestasi belajar matematika siswa.

(58)

yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa agar pembelajaran dapat berlangsung maksimal dan efektif. Bahan ajar sangat diperlukan guna membantu guru dan peserta didik dalam memahami mempelajari kompetensi yang diharapkan.

Dengan menggunakan bahan ajar yang sesuai kebutuhan ini guru akan lebih mudah menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, sebaliknya siswa juga akan lebih mudah dalam memahami dan menerima materi pelajaran yang disampaikan guru. Untuk memenuhi kebutuhan akan tersedianya bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa maka dipandang perlu adanya pengembangan bahan ajar Matematika yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa tersebut.

(59)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis

Berdasarkan tujuan pada penelitian pengembangan ini adalah untuk mengetahui terdapat perbedaan prestasi belajar pada pembelajaran menggunakan modul bahan ajar Matematika terhadap prestasi belajar matematika, maka hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha : Nilai rata-rata hasil tes formatif pada siswa yang belajar menggunakan Bahan Ajar LKS Matematika lebih besar dibanding dengan Nilai rata-rata hasil tes formatif pada siswa yang belajar menggunakan Buku Paket.

Masalah pembelajaran

Sarana

pembelajaran Bahan Ajar

Pengembangan Bahan Ajar Produk Bahan

Ajar Pembelajaran

yang Efektif

(60)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu proses ilmiah tentang pengumpulan dan penganalisaan informasi atau data yang dilakukan secara sistematis untuk mendapatkan pemecahan dari suatu masalah tertentu. Selanjutnya jenis penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development). Penelitian dan Pengembangan merupakan penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.

(61)

sampai diperoleh/dicapai kriteria efektivitas dan kualitas tertentu atau mencapai standar tertentu. Maksud dari penelitian pengembangan adalah menjembatani jurang pemisah yang sering ditemui antara penelitian pendidikan dengan praktik pendidikan sehari-hari.

Pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan pengembangan yang berupa bahan ajar untuk mata pelajaran matematika SMP Kelas VII semester Genap dengan materi Bangun Datar Segi Tiga dan Segi Empat. Bahan ajar LKS Matematika SMP yang akan dikembangkan merupakan sebuah buku yang dapat digunakan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran tatap muka di kelas dan dapat pula digunakan oleh siswa untuk belajar secara mandiri maupuk berkelompok.

Langkah-langkah dalam penelitian dan pengembangan menurut Borg and Gall dan Sugiyono dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.1 Langkah-langkah metode penelitian pengambangan

BORG AND GALL SUGIYONO

1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi 2. Tahap perencanaan;

3. Tahap awal pengembangan produk; 4. Tahap uji coba awal;

5. Tahap revisi produk; 6. Tahap uji lapangan;

7. Tahap revisi produk hasil uji lapangan; 8. Tahap uji operasional produk;

9. Tahap akhir revisi produk;

10.Implementasi dan diseminasi produk

(62)

3.2 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di SMPN 4 Tulang Bawang Tengah kelas VII semester genap tahun pelajaran 2011/2012

3.3 Langkah-langkah Penelitian

Dari sepuluh langkah-langkah penelitian pengembangan menurut Borg and Gall dan Sugiyono, pada penelitian ini dibatasi hanya dari langkah pertama sampai dengan langkah ketujuh. Hal ini disebabkan karena keterbatasan subjek penelitian.

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan

Analisis perilaku awal dan karakteristik serta analisis kebutuhan siswa

Perancangan isi, desain dan pola produk bahan ajar LKS Matematika SMP

Perencanaan oleh tim ahli dan uji cobakelompok kecil

Uji Coba Awal (Validasi) 4

Melakukan review dan perbaikan bahan ajar Matematika SMP

Revisi Desain Produk 5

Pelaksanaan dan Evaluasi penilaian evektifitas penggunaan Bahan Ajar terhadap proses pembelajaran

Uji Coba Lapangan 6

Revisi Akhir Produk Bahan Ajar Matematika

(63)

3.4 Langkah-langkah Proses Pengembangan

Proses pengembangan Bahan ajar LKS Matematika SMP dilakukan dengan melalui beberapa tahapan yaitu sebagai berikut :

1) Melakukan kajian terhadap Standar Kompetensi (SK)

2) Menetapkan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam Standar Isi atau silabus yang akan disusun bahan ajarnya;

3) Mengidentifikasi dan merumuskan indikator untuk menentukan materi pokok (yang merupakan sub kompetensi) yang mencakup komponen pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk pencapaian KD;

4) Menyusun Bahan Ajar Draf I (Prototipe), dengan langkah-langkah: - Menetapkan judul bahan ajar;

- Tetapkan tujuan yaitu kemampuan yang harus dicapai oleh siswa setelah selesai mempelajari satu bahan ajar tersebut.

- Menetapkan garis-garis besar atau outline bahan ajar yang akan dikembangkan;

- Mengembangkan materi pada garis-garis besar bahan ajar tersebut;

- Memeriksa dan menganalisis ulang draft bahan ajar yang telah dihasilkan; 5) Melakukan kajian Bahan Ajar Draft I yang telah dihasilkan oleh guru sebagai

sejawat serta siswa sebagai pengguna bahan ajar tersebut. 6) Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji coba awal :

- Menyusun instrumen pendukung uji coba.

(64)

- Mengumpulkan kembali draf bahan ajar dan instrumen uji coba.

- Menganalisis dan menyimpulkan hasil uji coba serta masukan yang didapatkan melalui instrumen yang telah dikumpulkan.

7) Melakukan perbaikan terhadap bahan ajar (draf II) berdasarkan masukan yang didapatkan dari istrument hasil uji coba.

8) Melakukan validasi bahan ajar (draf II) oleh ahli materi, kurikulum, bahasa serta ahli bahan ajar. Dengan tujuan untuk memperoleh pengakuan atau pengesahan kesesuaian bahan ajar dengan kebutuhan siswa (peserta didik), sehingga bahan ajar tersebut layak dan cocok digunakan dalam pembelajaran. 9) Menyempurnakan bahan ajar dengan melakukan revisi atau perbaikan draf

akhir bahan ajar berdasarkan masukan dari kegiatan uji coba dan validasi. 10)Kegiatan revisi draft akhir bahan ajar bertujuan untuk melakukan finalisasi

atau penyempurnaan akhir yang komprehensif terhadap bahan ajar, sehingga bahan ajar siap untuk digunakan.

Gambar 3.2. Skema Pengembangan Bahan Ajar Analisis

SK dan KD Indikator

Materi Pokok

Bahan Ajar

Draf I Kaji I

Bahan Ajar

Draf II Kaji II

(65)

3.5 Metode Penelitian Tahap I

3.5.1 Populasi dan Sampel

3.5.1.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 4 Tulang Bawang Tengah Kab. Tulang Bawang Barat tahun pelajaran 2011/2012. Jumlah siswa kelas VII SMPN 4 Tulang Bawang Tengah yaitu 211 siswa yang terdiri dari 7 kelas paralel. Dari 7 kelas paralel tersebut dibedakan ke dalam 2 kelompok (Cluster) yaitu 2 kelas unggulan yang terdiri dari 56 siswa dan 5 kelas reguler yang terdiri dari 155 siswa.

Dua kelas unggulan yang dimaksud masing-masing yaitu kelas 7.A dengan jumlah siswa sebanyak 28 siswa dan kelas 7.B dengan jumlah siswa sebanyak 28 siswa. Siswa-siswi yang berada pada 2 kelas unggulan tersebut memiliki kemampuan dasar akademik yang relatif sama, yaitu dari hasil seleksi siswa-siswi pada Sekolah Dasar yang memiliki prestasi akademik peringkat pertama sampai dengan peringkat kelima.

(66)

3.5.1.2 TeknikSampling

Pada penelitian ini sampel ditentukan oleh peneliti berdasarkan pertimbangan masalah, tujuan, hipotesis, metode dan instrumen penelitian, serta pertimbangan waktu, tenaga dan biaya. Sampel yang dipilih diupayakan memiliki kedekatan sifat dan karakteristik dengan populasi sehingga diharapkan bisa representatif, artinya sampel dapat menggambarkan atau mewakili sifat dan karakteristik populasi.

Dalam penelitian tahap 1 ini teknik sampling yang digunakan adalah sampel kelompok (cluster sampling). Untuk pengumpulan Informasi data awal diambil sampel sebanyak 35 siswa yang diambil secara acak masing-masing 5 siswa dari seluruhnya 7 kelas paralel yang ada.

Untuk validasi desain dimbil 3 orang pakar/dosen pasca sarjana FKIP UNILA. Dan untuk uji coba teman sejawat diambil 3 orang guru bidang studi matematika. Pada uji coba satu-satu (one by one) sampel diambil secara acak sebanyak 3 siswa. Sedangkan untuk uji coba kelompok kecil (small group) sampel diambil secara acak sebanyak 10 siswa. Selanjutnya untuk uji coba terbatas kelompok kelas (class group) dipilih satu kelas sebagai sampel.

3.5.2 Teknik Pengumpulan data

(67)

dan tim ahli. Data tersebut diambil pada saat dilakukan langkah ke-1 yaitu pengumpulan informasi data awal dan langkah ke-4 yaitu uji coba validasi kelompok kecil. Angket dan wawancara yang dilaksanakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mencari informasi data awal tentang analisis kebutuhan siswa dalam pembelajaran Matematika. Data dan informasi tersebut digunakan sebagai acuan dalam pengembangan materi bahan ajar LKS Matematika LKS Matematika. Sedangkan uji coba validasi kelompok kecil dan tim ahli digunakan untuk melakukan reviev atau perbaikan terhadap prototipe bahan ajar LKS Matematika yang telah dirancang.

3.5.3 Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Analisis Kebutuhan

No Aspek Indikator Jumlah

Butir 1 Masalah yang dihadapi

dalam mengikuti

2.1Menggunakan bahan ajar

(buku paket) dalam pembelajaran 2.2Kesulitan dalam Mempelajari bahan

ajar (buku paket)

2.3Bahan ajar (buku paket) menarik untuk dipelajari.

(68)

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Uji Coba Ahli Kesesuaian standar kompetensi

dan kompetensi dasar. 2 5 – 6 Kesesuaian materi dengan Tujuan 5 7 – 11 Kesesuaian apersepsi dan tes

kemampuan awal 4 12 – 15 Menggunakan jenis dan ukuran

font yang baik 3 8 – 10

Menggunakan warna yang baik 3 11 – 13 Menggunakan desain grafis 3 14 – 16 Ilustrasi gambar menarik, jelas dan

sesuai kebutuhan 4 17 – 20

3 Kaidah Penulisan Menggunakan kalimat yang efektif

dan efisien 1

21 (Uraian) Penulisan sesuai dengan kaidah

EYD 1

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Berpikir
Tabel 3.1  Langkah-langkah metode penelitian pengambangan
Gambar 3.1   Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan
Gambar 3.2.  Skema Pengembangan Bahan Ajar
+5

Referensi

Dokumen terkait

Surat Pernyataan bahwa perusahaan yang bersangkutan dan manajemennya tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut dan tidak sedang dihentikan kegiatan usahanya dibubuhi

Dikaitkan dengan usulan perubahan fungsi dan peruntukkan kawasan hutan yang dilakukan melalui penyusunan RTRW Provinsi, maka integrasi KLHS yang dilakukan di tengah bahkan di akhir

Keterkaitan antara faktor yang satu dengan faktor yang lainnya dan terjadi di permukaan bumi tersebar tidak merata, dapat dipelajari dengan menggunakan prinsip ..... korologi

Hak Cipta Komisi

Maka alternatif yang disarankan adalah menggunakan tiang pancang walaupun dari harga material lebih mahal dibandingkan pondasi rakit tetapi pada pondasi tiang

Traders shrugged at USDA confirmation that private exporters sold 132,000 tonnes

Pada kesempatan ini penulis ingin mencoba membuat web site âhuniankuâ dengan menggunakan Visual Interdev 6, dimana pembuatannya menggunakan metode studi pustaka yaitu

Menurut laporan penyelenggaraan tahapan pemilu tahun 2014 KPU Kabupaten Malinau terdapat permasalahan terkait logistik pemilu tahun 2014 di Kabupaten Malinau, yaitu