• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTRUMEN PENILAIAN OTENTIK PETASAN GALAU PADA MATA PELAJARAN PRAKARYA KEWIRAUSAHAAN DI SMK NEGERI SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INSTRUMEN PENILAIAN OTENTIK PETASAN GALAU PADA MATA PELAJARAN PRAKARYA KEWIRAUSAHAAN DI SMK NEGERI SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

AUTHENTIC ASSESSMENT INSTRUMENT PETASAN GALAU IN ENTREPRENEURSHIP SUBJECT AT SMK NEGERI SUKOHARJO

KABUPATEN PRINGSEWU

By

ENDAH FEBRIANA MARYANTI

The aims of research are: (1) to produce software instrument authentic assessment by peers techniques in entrepreneurship subject, and (2) to analyze the effectiveness of software PETASAN GALAU usage. This research is the research and development (R and D) which are divide into three steps; preliminary, developing, and evaluating. Subject of evaluation involved 1 expert in evaluation education, 2 expert in technologi of education, and 1 expert in social studies, 2 teachers for personal evaluation, 9 students for small group evaluation, and 2 classes for field trial at SMK Negeri Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Data were collected using questionnaire and observation sheet which has analyzed descriptively and quantitatively. The results of research and development (1) a product called software PETASAN GALAU as an instrument for authentic assesment in entrepreneurship subject, (2) an effective product used as an assessment instrument with average value 3,55 by very effective criteria. The psycomotoric scores of the students meet the criteria very effective on the concurrent validity 0,955 for XI TKJ 1 and 0,902 for XI TKJ 2.

(2)

ABSTRAK

INSTRUMEN PENILAIAN OTENTIK PETASAN GALAU PADA MATA PELAJARAN PRAKARYA KEWIRAUSAHAAN DI SMK NEGERI

SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU

Oleh

ENDAH FEBRIANA MARYANTI

Tujuan penelitian ini adalah (1) menghasilkan software instrumen penilaian otentik dengan teknik penilaian antarteman pada mata pelajaran Prakarya Kewirausahaan, dan (2) menganalisis tingkat efektivitas penggunaan software PETASAN GALAU. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development) yang meliputi tiga tahapan yaitu pendahuluan, pengembangan dan evaluasi. Subjek uji coba melibatkan 1 orang ahli evaluasi pendidikan, 2 orang ahli teknologi pendidikan, dan 1 orang ahli pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, 2 orang guru untuk uji satu-satu, 9 orang peserta didik untuk uji coba kelompok kecil, serta 2 kelas untuk uji lapangan di SMK Negeri Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Data dikumpulkan menggunakan angket dan observasi yang dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian dan pengembangan adalah (1) produk software PETASAN GALAU sebagai instrumen penilaian otentik pada mata pelajaran Prakarya Kewirausahaan, (2) produk efektif digunakan sebagai instrumen penilaian dengan nilai rata-rata 3,55 sehingga memenuhi kriteria sangat efektif. Hasil nilai keterampilan peserta didik memenuhi kriteria sangat baik pada validitas konkuren dengan koefisien korelasi sebesar 0,955 untuk kelas XI TKJ 1 dan 0,902 untuk kelas XI TKJ 2.

(3)

INSTRUMEN PENILAIAN OTENTIK PETASAN GALAU PADA MATA PELAJARAN PRAKARYA KEWIRAUSAHAAN DI SMK NEGERI

SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU

Oleh

ENDAH FEBRIANA MARYANTI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(4)

INSTRUMEN PENILAIAN OTENTIK PETASAN GALAU PADA MATA PELAJARAN PRAKARYA KEWIRAUSAHAAN DI SMK NEGERI

SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU (Tesis)

OLEH

ENDAH FEBRIANA MARYANTI

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(5)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Perbedaan Penilaian Tradisional dengan Penilaian Otentik ... 36

2.2 Kerangka Pikir ... 60

3.1 Langkah-langkah penggunaan metode Research and Development oleh Borg and Gall ... 65

3.2 Alur Penelitian dan Pengembangan Software PETASAN GALAU ... 68

3.3 Pola One-Shot Case Study ... 88

4.1 Lembar penilaian sebelum dikembangkan ... 103

4.2 Desain Produk Awal ... 105

4.3 Menu Utama ... 109

4.4 Menu Mata Pelajaran ... 110

4.5 Menu Lembar Observasi 1 dan 2 ... 111

4.6 Menu Hasil Observasi 1 dan 2 ... 112

4.7 Menu Nilai Akhir ... 112

4.8 Menu Petunjuk ... 113

4.9 Menu Konversi ... 114

4.10 Lembar Observasi sebelum direvisi ... 120

(6)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Angket Reviu Ahli Pada Produk PETASAN GALAU ... 157

2. Perbaikan Pada PETASAN GALAU ... 158

3. Angket Reviu Ahli Teknologi Pendidikan Pada Produk PETASAN GALAU ... 159

4. Angket Reviu Praktisi Teknologi Pendidikan Pada Software PETASAN GALAU ...160

5. Angket Uji Coba Perorangan Terhadap Software PETASAN GALAU ... 161

6. Angket Uji Coba Perorangan Terhadap Software PETASAN GALAU ... 162

7. Angket Uji Coba Kelompok Kecil (Tinggi) ... 163

8. Angket Uji Coba Kelompok Kecil (Sedang) ... 164

9. Angket Uji Coba Kelompok Kecil (Rendah) ... 165

10. Hasil Uji Coba Kelompok Kecil ... 166

11. Hasil Uji Coba Lapangan Tanpa Penggunaan Software PETASAN GALAU ... 167

12. Hasil Uji Coba Lapangan Dengan Penggunaan Software PETASAN GALAU ... 168

13. Penguatan Hipotesis dengan t-test ... 169

14. Lembar Observasi Manual (sebelum dikembangkan) ... 170

15. Tampilan Produk Awal dan Akhir ... 171

16. Dokumentasi Foto ... 172

(7)

xiv

19. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 183

20. Uji Validitas ... 184

21. Uji Reliabilitas ... 186

22. Hasil Analisis Validitas Konkuren ... 187

23. Rubrik Penilaian Keterampilan Personal Selling ... 188 CD-R Software PETASAN GALAU

(8)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Kegiatan Penilaian Peserta Didik Oleh Guru di SMKN Sukoharjo

Tahun pelajaran 2013/2014 ... 5

1.2 Penerapan Penilaian Ranah Keterampilan di SMKN Sukoharjo ... 6

2.1 Hasil Penelitian Yang Relevan ... 61

3.1 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 77

3.2 Harga Koefisien Korelasi ... 80

3.3 Tingkat Besarnya Reliabilitas ... 82

3.4 Kisi-kisi Reviu Ahli dan Praktisi Pendidikan ... 83

3.5 Kisi-kisi Reviu Ahli Evaluasi Pembelajaran ... 86

3.6 Kisi-kisi Uji Coba Perorangan ... 87

3.7 Kisi-kisi Uji Coba Kelompok Kecil ... 87

3.8 Kriteria Tingkat Kelayakan ... 88

3.9 Kisi-kisi Uji Lapangan ... 89

3.10 Harga Koefisien Korelasi ... 90

3.11 Hasil Uji Normalitas pada Uji Lapangan ... 91

3.12 Hasil Uji Homogenitas ... 92

3.13 Kriteria Tingkat Efektivitas ... 93

3.14 Tahap Uji Coba Produk ... 95

4.1 Sarana dan Prasarana Sekolah ... 99

(9)

xiv

Pengembangan Software Instrumen Penilaian ... 104

4.4 Hasil Analisis Kebutuhan Data Pengembangan Produk ... 104

4.5 Saran dan Masukan Ahli Evaluasi Pembelajaran ... 106

4.6 Hasil Evaluasi Software PETASAN GALAU Oleh Ahli Evaluasi Pembelajaran ... 115

4.7 Hasil Evaluasi Software PETASAN GALAU Oleh Ahli Teknologi Pendidikan ... 117

4.8 Hasil Evaluasi Software PETASAN GALAU Oleh Praktisi Teknologi Pendidikan ... 118

4.9 Saran Ahli Evaluasi Pembelajaran, Teknologi Pendidikan dan Praktisi Teknologi Pendidikan ... 119

4.10 Saran dan Masukan Dosen Ahli Pendidikan IPS ... 120

4.11 Hasil Uji Coba Perorangan ... 122

4.12 Hasil Uji Lapangan Tanpa Software PETASAN GALAU ... 124

4.13 Hasil Penggunaan Software PETASAN GALAU ... 125

4.14 Kesimpulan Hasil Uji t Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 126

4.15 Perbedaan Instrumen PETASAN GALAU dengan Lembar Observasi Manual ... 144

(10)
(11)
(12)



Sometimes The

Door Closes For Us

So We Might Turn

and See An Open

Gate To A Wider

Field Of

Opportunity

(Brendon Burchard)

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Madiun, Jawa Timur pada tanggal 10 Februari 1981, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Drs. Raghito AS dan Ibu Rr. Sri Rahayu HD.

Pendidikan formal yang telah diselesaikan oleh penulis adalah.

1. Sekolah Dasar Negeri Kedung Rejo V Sidoarjo, Jawa Timur selesai pada tahun 1993.

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri V Samarinda, Kalimantan Timur selesai pada tahun 1996.

3. Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bandar Lampung selesai pada tahun 1999. 4. S1 Ekonomi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

selesai pada tahun 2004.

(14)

Kupersembahankan hasil jerih payahku ini kepada suami terkasih

Puryanto Djojo, kedua orang tua tersayang, kreshna BEJ

(15)
(16)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat karunia, rahmat dan hidayahNya tesis penelitian pengembangan ini berhasil diselesaikan. Tesis yang berjudul Instrumen Penilaian Otentik PETASAN GALAU Pada Mata Pelajaran Prakarya Kewirausahan Di SMK Negeri Sukoharjo Kabupaten Pringsewu” ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Pascasarjana Magister Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung. Penulis menyadari terselesainya tesis ini atas pertolongan Allah SWT dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., Selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. H. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Unila;

3. Bapak Dr. H. Edy Purnomo, M. Pd., selaku pembimbing I atas motivasi dan bimbingannya;

4. Ibu Dr. Pujiati, M. Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini;

(17)

6. Bapak Dr. H. Pargito, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan IPS dan pembahas 2 yang telah membantu membimbing serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan tesis ini;

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Pendidikan IPS FKIP Unila, terima kasih kepada ilmu yang telah diberikan kepada penulis;

8. Bapak Drs. Adi Purwanto, M M, selaku Kepala SMK Negeri Sukoharjo Kabupaten Pringsewu dan dewan guru yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian di SMKN Sukoharjo.

9. Puryanto Djojo, suamiku dan Kreshna BEJ anakku tersayang. Terimakasih atas semua dukungan yang telah diberikan untuk “Mimi”; doa, senyum, airmata, tawa, kasih sayang dan semua pengorbanan kalian untukku yang tiada pernah bisa kubalas dengan hal apapun. Semoga kelak Allah meridhokan jannah-Nya. Amin Allahumma Amin;

10. Seluruh keluarga, Ibuku Rr. Sri Rahayu HD dan Bapakku Drs. Raghito AS, Kakak-kakakku Eranovendra MH., Uwo Yuyun Arei, MH., Mbak Deny Puspita, dan dua keponakan cantikku Dhea dan Dinda. Terima kasih atas dukungan, do’a dan motivasinya selama ini;

(18)

12. Seluruh rekan M IPS angkatan 2013 terimakasih atas kebersamaannya selama ini. Suka dan duka kita bersama saat mencari ilmu untuk masa depan kita kelak dan tentunya untuk mencapai ridho Allah SWT;

13. Anak-anak didikku di SMK N 1 Sukoharjo Kabupaten Pringsewu terutama kelas X TKJ 1, XI TKJ 1 dan XI TKJ 2. Kalian yang terbaik!.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan doa yang diberikan kepada penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, 2015 Penulis,

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

COVER... i

ABSTRAK ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 21

(20)

2.1.3 Ontologi dan Epistimologi Mata Pelajaran Prakarya

2.1.9 Relevansi antara Penilaian Otentik, Instrumen Penilaian dan Teknik Penilaian Teman Sebaya ... 51

2.1.10 Pengunaan software PETASAN GALAU dalam Penilaian Ranah Keterampilan Peserta Didik di Sekolah Menengah Kejuruan ... 52

2.2 Pengembangan Instrumen Penilaian Otentik Dengan Teknik Teman Sebaya Tiga Siswa Dalam Satu Grup (PETASAN GALAU)... 55

2.2.1 Karakteristik Software Yang Baik ... 56

2.2.2 Efektivitas Penggunaan Software PETASAN GALAU... 57

2.3 Kerangka Pikir ... 59

2.4 Hasil Penelitian Yang Relevan... 61

2.5 Hipotesis ... 63

3.7 Tahap Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 94

(21)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 97

4.1 Profil Sekolah ... 97

4.1.1 Sejarah Berdirinya SMK Negeri Sukoharjo ... 97

4.1.2 Visi dan Misi SMK Negeri Sukoharjo ... 98

4.1.3 Sarana dan Prasarana ... 98

4.2 Hasil Penelitian dan Pengembangan ... 99

4.2.1 Penelitian dan Pengumpulan Informasi... 100

4.2.2 Revisi Produk Awal ... 106

4.3 Analisis Data Hasil Uji Coba Produk, Saran dan Revisi Produk ... 114

4.3.1 Hasil Telaah Ahli ... 115

1. Hasil Reviu Ahli Evaluasi Pembelajaran ... 115

2. Hasil Reviu Ahli Teknologi Pendidikan... 116

3. Hasil Reviu Praktisi Teknologi Pendidikan ... 117

4.3.2 Revisi Pada Indikator Lembar Observasi ... 119

4.3.3 Hasil Uji Coba Perorangan ... 121

4.3.4 Hasil Uji Coba Kelompok Kecil ... 123

4.3.5 Revisi Produk Akhir ... 123

4.3.6 Hasil Uji Lapangan ... 123

4.4 Hasil Kajian Produk Akhir... 126

4.5 Pembahasan ... 129

4.5.1 Keunggulan Produk Hasil Pengembangan ... 144

4.5.2 Keterbatasan Penelitian Produk Hasil Pengembangan ... 145

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 148

5.1 Kesimpulan ... 148

5.2 Implikasi ... 150

5.3 Saran ... 151

(22)

Bab ini terdiri atas beberapa sub bab (1) latar belakang masalah, (2) identifikasi masalah, (3) pembatasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian, (6) spesifikasi produk, (7) manfaat penelitian, dan (8) ruang lingkup penelitian. Secara lebih rinci dapat diuraikan sebagai berikut.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam mewujudkan sumber daya manusia yang tangguh untuk menghadapi persaingan. Termasuk pendidikan kejuruan harus menyiapkan peserta didik atau sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan keterampilan kerja. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu institusi yang menyiapkan sumber daya manusia, dituntut mampu menghasilkan lulusan yang mengisi tenaga kerja kelas menengah sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan dunia industri. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan kualifikasi vokasional sesuai dengan bidang pekerjaannya, memiliki daya adaptasi dan daya saing yang tinggi.

(23)

Kurikulum pendidikan kejuruan secara spesifik memiliki karakter yang mengarah kepada pembentukan kecakapan lulusan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan tertentu. Kecakapan tersebut telah diakomodasi dalam kurikulum SMK yang meliputi kelompok Normatif, Adaptif dan Produktif. Kelompok adaptif yaitu mata pelajaran yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja, serta mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi dan Prakarya Kewirausahaan masuk dalam mata pelajaran kelompok adaptif sehingga wajib membentuk peserta didik yang cakap beradaptasi pada lingkungan sosial dan pekerjaan.

(24)

Penerapan pendekatan pembelajaran ini diharapkan mampu memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik di dalam penguasaan seluruh kompetensi yang harus dikuasai sesuai Standar Kompetensi Nasional, sehingga mereka mampu mengikuti uji level pada setiap akhir semester untuk Kelas X dan XI serta uji kompetensi untuk kelas XII yang dilaksanakan oleh pihak industri sebagai institusi pasangan. Standar kompetensi keberhasilan peserta didik kejuruan meliputi standar keberhasilan di sekolah (In-school success standards) dan standar keberhasilan di luar sekolah (Out-of school success standards). Kriteria untuk menentukan keberhasilan peserta didik di sekolah harus pada penilaian sebenarnya atau kemampuan melakukan suatu pekerjaan maka standar keberhasilan sekolah harus berhubungan erat dengan keberhasilan yang diharapkan dalam pekerjaan. Kriteria yang digunakan oleh guru wajib mengacu pada standar atau prosedur kerja yang telah ditentukan oleh dunia kerja. Standar keberhasilan di luar sekolah berkaitan dengan pekerjaan atau kemampuan kerja yang biasanya dilakukan oleh dunia usaha atau dunia industri sehingga mengacu pada standar kompetensi sesuai bidang keahlian atau produk yang diterapkan oleh masing-masing industri. Pengabungan kedua standar tersebut akan menghasilkan sistem evaluasi atau penilaian yang komprehensif sesuai kebijakan link and match, yaitu kecenderungan membentuk pendidikan yang lebih konkrit sebagai program pengembangan sumber daya manusia.

(25)

Pelaksanaan penilaian dapat dilakukan secara langsung pada saat peserta didik melakukan aktivitas belajar, maupun secara tidak langsung melalui bukti hasil belajar sesuai dengan kriteria kinerja (performance criteria). Oleh karena itu sistem penilaian SMK menitikberatkan pada penilaian hasil belajar berbasis kompetensi (competency based assessment).

SMK Negeri Sukoharjo Kabupaten Pringsewu merupakan satuan pendidikan yang selalu berupaya menerapkan pendidikan dan pelatihan yang berbasis kompetensi. Upaya-upaya yang dilakukan antara lain adalah upaya meningkatkan kemampuan dan kompetensi guru (pendidik) melalui kegiatan pelatihan di lingkungan sekolah dan di luar sekolah. Tenaga pendidik di SMKN Sukoharjo pada tahun ajaran 2014-2015 berjumlah 52 orang dengan kualifikasi S2 (5 orang), S1 (43 orang) dan D III (4 orang). Mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan diampu oleh dua (2) orang guru. Jumlah peserta didik seluruhnya 832 orang yang tersebar pada kelas X sebanyak 288 orang (5 kompetensi keahlian), kelas XI 304 orang (5 kompetensi keahlian) dan kelas XII sebanyak 240 orang (4 kompetensi keahlian).

(26)

Tabel 1.1 Kegiatan Penilaian Pada Peserta Didik Oleh Guru di SMKN Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014

Ranah Jenis Teknik Instrumen yang

digunakan

Waktu Pengetahuan Tes Tulis Lembar soal uraian /

pilihan berganda Sumber: Hasil survei di SMKN Sukoharjo, Kab. Pringsewu (Juli 2014)

Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa penilaian ranah keterampilan di SMKN Sukoharjo belum baik karena belum memenuhi standar penilaian pendidikan. Penilaian ranah keterampilan pada standar penilaian pendidikan seharusnya benar-benar mengukur kompetensi peserta didik secara langsung dalam kerja nyata (otentik) bukan hanya melalui uji tertulis saja.

(27)

Mata pelajaran produktif seperti otomotif, komputer, perbaikan mesin kendaraan ringan dan teknik pemanfaatan tenaga listrik telah sering kali melaksanakan penilaian keterampilan terutama untuk mendapat nilai uji kompetensi pada kelas XII. Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi yang telah dilengkapi rubrik sesuai indikator yang harus dicapai peserta didik. Namun format lembar observasi ini masih manual berupa naskah ketikan yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Pringsewu sehingga membutuhkan waktu cukup lama untuk mendapat hasil nilai akhir.

Hasil survei pendahuluan tentang pendapat atau respon guru dalam menerapkan penilaian ranah keterampilan sebagai acuan untuk melakukan analisis kebutuhan terdapat disajikan pada Tabel 1.2 berikut.

Tabel 1.2 Penerapan Penilaian Ranah Keterampilan di SMKN Sukoharjo Mata Pelajaran

Guru Penilai Tim (Guru dan Ahli

dari dunia industri) Sumber: Hasil Survei di SMKN Sukoharjo, Kab. Pringsewu (Agustus 2014)

(28)

Salah satunya guru harus mempersiapkan setiap instrumen dengan rubrik tersendiri sesuai dengan Kompetensi Dasar yang akan dicapai. Kemudian bagaimanakah pendidik mampu melakukan kegiatan evaluasi dan pelaporan hasil belajar secara baik dan benar? Maka diperlukan kreativitas dan inovasi dari guru terutama mata pelajaran Prakarya Kewirausahaan untuk menyusun instrumen yang tepat pada ranah keterampilan. Inovasi perlu dilakukan mengingat belum ada petunjuk teknis ataupun instrumen terstandar yang diberikan pemerintah bagi mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan.

(29)

Uraian tersebut menguatkan alasan untuk melakukan penelitian tentang pengembangan software instrumen penilaian otentik ranah keterampilan aspek kinerja, presentasi projek dan presentasi produk dengan teknik penilaian teman sebaya pada pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan di SMK Negeri Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu. Software yang dikembangkan diberi nama PETASAN GALAU. Nama yang disematkan tersebut merupakan akronim dari penilaian teman satu angkatan tiga dalam satu. Secara lebih detail dapat dijelaskan sebagai berikut: PE akronim dari penilaian, TA akronim dari teman, SAN akronim dari satu angkatan, GA akronim dari tiga dan LAU akronim dari dalam satu.

(30)

Tim penilai (teman sebaya) akan memberikan nilai untuk testee sesuai dengan nilai yang dipilih sesuai rentang skala likert 1-5.

Lembar observasi dipilih sebagai instrumen yang mengukur peserta didik pada ranah keterampilan karena memiliki beberapa keunggulan. Lien dalam Nasoetion (2004 : 1.29) menyebutkan kebaikan lembar observasi sebagai berikut.

1. Mengamati pekerjaan peserta didik sehari-hari dalam rangka penerapan prinsip dan prosedur merupakan kajian yang berkesinambungan mengenai kemajuan dalam pembelajaran. Ini merupakan dorongan bagi peserta didik dalam mencapai sasarannya.

2. Melalui pengamatan, pendidik memperoleh masukan dalam pembelajaran tanpa menggangu waktu belajar.

3. Jika pengamatan dapat dilaksanakan secara objektif dan reliable disbanding dengan alat ukur lain maka hasil pengamatan akan dapat menentukan kemampuan peserta didik secara tepat.

4. Perangkat observasi dapat digunakan sebagai alat tambahan yang efektif pada tes perbuatan dan ujian tertulis lainnya.

5. Perangkat observasi akan turut serta mengembangkan ranah afektif (bekerjasama, inisiatif, antusiasme dan sebagainya) sejalan dengan tumbuhnya mata pelajaran terkait.

(31)

1. Guru melakukan apersepsi kepada seluruh peserta didik mengenai prosedur, teknik penilaian dan alat bantu yang akan digunakan

2. Peserta didik yang akan dinilai (testee) telah benar-benar siap untuk dinilai dengan cara guru telah memberitahukan satu minggu sebelum penilaian dilaksanakan

3. Setiap testee akan dinilai oleh dua orang (tim penilai) yang memiliki nomor urut presensi dibawahnya

4. Tim penilai akan duduk bersama menghadap penyaji dengan alat bantu berupa laptop ataunotebookyang telah disediakan guru

5. Tim penilai akan mengisi lembar observasi otomatis hanya dengan memberi tandachecklist (v) pada kolom yang tersedia

6. Setelah selesai, testee dapat melihat hasil akhir yang diperolehnya sehingga dapat menentukan sendiri apakah menerima atau menolak. Bila menolak maka testee harus melakukan remedial.

7. Remedial dilakukan oleh guru setelah semua peserta didik selesai dinilai.

1.2 Identifikasi Masalah

(32)

Guru sering terjebak dalam penilaian aspek pengetahuan yang sekedar menghafal saja sehingga belum mencapai pembelajaran yang mengembangkan peserta didik secaraholistik dan edukatif. Bila melakukan penilaian aspek kinerja belum memiliki rubrik hingga nilai yang diperoleh peserta didik belum akuntabel. Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penilaian otentik ranah keterampilan belum sesuai dengan PERMENDIKBUD Nomor 66 Tahun 2013.

2. Panduan penilaian otentik ranah keterampilan belum ada. 3. Instrumen penilaian terstandar oleh pemerintah belum ada.

4. Teknik yang digunakan masih dominan dari hasil pengamatan guru. 5. Rubrik atau indikator harus dipersiapkan sendiri oleh guru.

6. Teknologi komputer digunakan hanya untuk menginput nilai karena hasil penilaian dengan lembar observasi masih dianalisis dan dihitung kembali secara manual.

7. Pihak penilai masih dominan dilakukan oleh guru secara individu. 8. Hasil penilaian belum dimanfaatkan untuk melakukan program remedial.

1.3 Pembatasan Masalah

Pengembangan software intrumen penilaian otentik PETASAN GALAU ini akan berfokus pada dua hal berikut.

(33)

Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi dengan pemanfaatan teknologi komputer yang memiliki tiga standarisasi rubrik atau indikator yakni tahap persiapan, pelaksanaan, dan penutup. Tim penilai atau observer adalah dua orang teman sebaya dalam satu kelas sehingga pekerjaan guru dalam melakukan penilaian menjadi lebih efisien.

2. Melihat efektivitas penggunaan software instrumen PETASAN GALAU dalam

proses penilaian otentik aspek keterampilan di SMK Negeri Sukoharjo Kabupaten

Pringsewu Tahun Pelajaran 2014/2015.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah mengembangkan software PETASAN GALAU sebagai instrumen dan teknik penilaian otentik yang mampu membantu guru Prakarya dan Kewirausahaan dalam proses penilaian aspek keterampilan peserta didik di SMK Negeri Sukoharjo?

(34)

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut.

1. Menghasilkan software PETASAN GALAU sebagai instrumen dan teknik penilaian otentik bagi guru Prakarya dan Kewirausahaan dalam melaksanakan proses penilaian aspek keterampilan peserta didik di SMK Negeri Sukoharjo. 2. Mengetahui efektivitassoftwareinstrumen PETASAN GALAU dalam proses

penilaian aspek keterampilan mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan di SMK Negeri Sukoharjo.

1.6 Spesifikasi Produk

Produk software berupa pengembangan instrumen penilaian yang akan dibuat dalam penelitian ini memiliki spesifikasi sebagai berikut.

1. Instrumen penilaian berupa lembar observasi otomatis berbasis program komputer excel dengan rubrik dan standar nilai skala likert 1-5

2. Produk diharapkan dapat dengan mudah dan cepat digunakan oleh guru dalam kegiatan penilaian aspek keterampilan untuk mengukur unjuk kerja peserta didik.

3. Software dapat dengan mudah diaplikasikan pada komputer dengan spesifikasi minimal menggunakan window XP sehingga file dapat disimpan langsung pada perangkat lunak atau dicopy (dipindahkan) dengan menggunakan CD-room dan flash disc.

(35)

1.7 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: (1) sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan dalam pembelajaran IPS di satuan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Kejuruan; (2) sebagai bahan kajian mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan dalam meningkatkan kualitas proses penilaian peserta didik; (3) sebagai pedoman untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam rangka memperkaya teknik dan instrumen evaluasi pembelajaran di masa yang akan datang.

2. Secara praktis, (1) bagi pendidik hasil pengembangan software instrumen PETASAN GALAU dapat digunakan sebagai alternatif penilaian otentik aspek keterampilan dalam proses evaluasi sumatif; (2) bagi sekolah, memberikan sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan proses penilaian; (3) bagi peserta didik, PETASAN GALAU dapat meningkatkan minat dan partisipasi pada setiap kegiatan belajar.

1.8 Ruang Lingkup Penelitian

1.8.1 Subjek Penelitian

(36)

1.8.2 Objek Penelitian

Objek penelitian pengembangan ini adalah software PETASAN GALAU sebagai instrumen penilaian otentik aspek keterampilan yang dipadukan dengan teknik penilaian teman sebaya.

1.8.3 Tempat Penelitian

Penelitian dan pengembangan produk instrumen PETASAN GALAUdilaksanakan di SMK Negeri Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Dasar pertimbangan dipilihnya tempat ini karena merupakan sekolah tempat mengajar dengan harapan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya meningkatkan kreativitas dan kemampuan berinovasi dalam kegiatan pembelajaran termasuk kegiatan penilaian.

1.8.4 Waktu Penelitian

Penelitian pengembangan software PETASAN GALAU dilaksanakan dalam proses pengambilan nilai keterampilan aspek kinerja praktik personal sellingpada kelas XI TKJ 1 dan 2 semester genap di SMKN Sukoharjo Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2014/2015.

1.8.5 Ilmu

Pendidikan IPS (Social Studies) dalam Sapriya (2008 : 92): “Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis ataupsikologis untuk tujuan pendidikan”.

(37)

Makna synthetic discipline, bahwa Pendidikan IPS bukan sekedar mensintesiskan konsep-konsep yang relevan antara ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu sosial, tetapi juga mengkorelasikan dengan masalah-masalah kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan. Pendidikan IPS (social studies) memuat tiga sub tujuan, yaitu: sebagai pendidikan kewarganegaraan, sebagai ilmu yang konsep dan generalisasinya dalam disiplin ilmu-ilmu sosial, dan sebagai ilmu yang menyerap bahan pendidikan dari kehidupan nyata dalam masyarakat kemudian dikaji secara reflektif.

Penelitian ini dikhususkan pada mata pelajaran Prakarya Kewirausahaan yang masuk dalam rumpun mata pelajaran pendidikan IPS. Social studies dalam National Council for the Social Studies (NCSS) memiliki konsep atau tema, yaitu (1)culture; (2)time, continuity and change; (3)people, places and environments; (4) individual development and identity; (5) individuals, group, and institutions; (6) power, authority and govermance; (7) production, distribution and consumption; (8) science, technology and society; (9) global connections, dan; (10) civic ideals and practices. Sebagai social studies Prakarya Kewirausahaan dalam prakteknya banyak mengajarkan membuat produk, bagaimana menjualnya dan membaca perilaku konsumen serta produsen hal ini sesuai dalam tema ke tujuh yaitu production, distribution and consumption yang merupakan garis besar pembahasan ekonomi.

(38)

NCSS merumuskan Pendidikan IPS bertujuan memberi informasi dan pengetahuan (knowledge and information), nilai dan tingkah laku (attitude and values), dan tujuan keterampilan (skill): sosial, bekerja dan belajar, kerja kelompok, dan keterampilan intelektual (Jarolimek dkk, 1993: 5-8). Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pembelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat. 2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode

yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

3. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

(39)

5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat sebagai pengembangan keterampilan pembuatan keputusan.

6. Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.

7. Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi.

8. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya “to prepare students to be well-functioning citizens in a democratic society’

dan mengembangkan kemampuan siswa mengunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.

9. Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang diberikan.

Sejalan dengan tujuan pendidikan IPS, mata pelajaran Prakarya Kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan yang mengulas tentang kegiatan ekonomi mempunyai tujuan selain memberikan pengetahuan pada peserta didik juga bertujuan menanamkan nilai dan keterampilan hidup (life skill) dan mengembangkan kemampuan siswa mengunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya. Dalam pendidikan IPS terdapat lima tradisi yang dirujuk sebagai tujuan inti dalam pembelajarannya, yaitu.

1. Ilmu pengetahuan sosial sebagai transmisi kewarganegaraan (Social Studies as citizenship transmission),

2. Ilmu pengetahuan sosial sebagai ilmu-ilmu social (Social Studies as social sciences)

(40)

4. Ilmu pengetahuan sosial sebagai kritik kehidupan social (Social Studies as social criticism)

5. Ilmu pengetahuan sosial sebagai pengembangan pribadi individu (Social Studies as personal development of the individual)

(Sapriya 2008 : 13-14)

Berdasarkan kelima tradisi tersebut, pengembangan software instrumen PETASAN GALAU pada mata pelajaran Prakarya Kewirausahaan ini termasuk dalam tiga tradisi IPS yaitu tradisi kedua, ketiga dan kelima yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Materi pemasaran (personal selling) yang diberikan sebelum proses penilaian dengan PETASAN GALAU dilaksanakan, merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Studies as social sciences). Konsep keilmuan Prakarya Kewirausahaan senantiasa berkembang dibentuk oleh kebutuhan masyarakat yang berubah begitu pesat, sekaligus juga harus berperan aktif dalam menentukan tingkat dan arah perubahan masyarakat.

2. Proses penilaian yang melibatkan peserta didik baik sebagai testee dan tim penilai sesuai dengan tradisi Ilmu pengetahuan sosial sebagai refleksi inquiri (Social Studies as reflective inquiry). Kharakteristik peserta didik secara psikologis cenderung menuntut pendekatan inkuiri pada proses pembelajaran yang mereka alami.

(41)

Di sisi lain, adanya perbedaan bakat, kemampuan, dan minat masing-masing individu dapat diterima oleh peserta didik yang berbeda kharakteristiknya. Oleh karena itulah para pelaku pendidikan dituntut untuk bisa menemukan dan mengaplikasikan pendekatan pembelajaran dengan berbagai metode dan strategi pembelajarannya, serta media dan sumber belajarnya yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

(42)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Pada bab ini akan diuraikan beberapa subbab yang terdiri atas (1) tinjauan pustaka, (2) pengembangan software PETASAN GALAU (3) kerangka pikir (4) hipotesis, dan (5) hasil penelitian yang relevan. Secara lebih jelas akan

diuraikan sebagai berikut.

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Teori Pembelajaran Bruner

(43)

22

22 Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan dapat bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.Teori instruksi menurut Bruner hendaknya mencakup.

1. Pengalaman-pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar, ditinjau dari segi aktivasi, pemeliharaan dan pengarahan.

2. Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal, ditinjau dari segi cara penyajian, ekonomi dan kuasa.

3. Perincian urutan-urutan penyajian materi pelajran secara optimal, dengan memperhatikan faktor-faktor belajar sebelumnya, tingkat perkembangan anak, sifat materi pelajaran dan perbedaan individu.

4. Bentuk dan pemberian reinforsemen.

Selanjutnya Bruner (1996) membagi pembelajaran dalam tiga tahapan, yaitu. 1. enactive, dimana seorang peserta didik belajar tentang dunia melalui

tindakannya pada objek, siswa melakukan aktifitas-aktifitasnya dalam usahanya memahami lingkungan.

2. iconic, dimana belajar terjadi melalui penggunaan model dan gambar

(44)

23 Teori belajar menurut J.S. Bruner tidak jauh berbeda dengan teori J. Piaget. Menurut teori J.S. Bruner langkah yang paling baik belajar adalah dengan melakukan penyusunan presentasinya, karena langkah permulaan belajar konsep, pengertian akan lebih melekat bila kegiatan-kegiatan yang menunjukkan representasi (model) konsep dilakukan oleh siswa sendiri dan antara pelajaran yang lalu dengan yang dipelajari harus ada kaitannya. Ada tiga tahapan penerapan teori belajar penemuan Bruner (Nasoetion, 2004) dalam pembelajaran yaitu: 1. Tahap Informasi (tahap penerimaan materi). Sajikan sejumlah informasi atau

pengetahuan sehingga menambah atau melengkapi memori yang telah dimiliki.

2. Tahap Transformasi (tahap pengubahan materi). Informasi dianalisis, diubah atau ditransformasi kebentuk yang lebih abstrak atau konseptual untuk digunakan pada hal-hal yang lebih luas.

3. Tahap Evaluasi (tahap penilaian materi). Menilai informasi dan pengetahuan yang telah ditransformasikakan sehingga dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain. intuisinya.

(45)

24

24 Akan tetapi kendala yang di hadapi pendidik di kelas ketika menerapkan metode tersebut di pengaruhi oleh latar belakang pendidikan pendidik itu sendiri.

Keberhasilan dalam menyampaikan sebuah materi di dalam kelas itu tergantung pada pendidik yang mengajar mata pelajaran yang bersangkutan. Pendidik dituntun memiliki kompetensi mendidik dan mengajar yang mumpuni hingga mampu menyajikan pembelajaran yang aktif, kreatif, gembira dan berbobot.

2.1.2 Konsep Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif mampu menghantarkan peserta didik menjadi pribadi yang kreatif. Dyers (2009 : 2), memberi pendapat bahwa hasil signifikan pembelajaran lebih tercapai bila pembelajaran dilakukan dengan basis atau dasar kreativitas. Selanjutnya Dyers mengungkapkan kemampuan kreativitas dapat diperoleh melalui; Observing (mengamati), Questioning (menanya), Experimenting (mencoba), Associating (menalar), dan Networking (membentuk jejaring).

Karakteristik penting setiap penerapan konsep belajar aktif harus diintegrasikan sehingga menghasilkan satu model yang memungkinkan peserta didik mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan produk yang bersumber pada pemahaman mereka terhadap konsep yang sedang dikaji. Beberapa karakteristik konsep pembelajaran tersebut diuraikan dalam Partnership for 21st century skills, education & competitive, a resource and policy guide (2008 : 10) berikut.

(46)

25 Keterlibatan ini difasilitasi melalui pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan eksplorasi dari konsep bidang ilmu yang sedang dikaji serta menafsirkan hasil ekplorasi tersebut. Peserta didik diberi kebebasan untuk menjelajahi berbagai sumber yang relevan dengan topik/konsep/masalah yang sedang dikaji. Eksplorasi ini akan memungkinkan peserta didik melakukan interaksi dengan lingkungan dan pengalamannya sendiri sebagai media untuk mengkonstruksi pengetahuan.

2. Communicating and collaborating. Peserta didik didorong untuk menemukan/mengkonstruksi sendiri konsep yang sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara, seperti observasi, diskusi, atau percobaan. Dengan cara ini, konsep tidak ditransfer oleh pendidik kepada peserta didik tetapi dibentuk sendiri oleh peserta didik berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang terjadi ketika melakukan komunikasi dan kolaborasi. Dengan perkataan lain, peserta didik didorong untuk membangun makna dari pengalamannya, sehingga pemahamannya terhadap fenomena yang sedang dikaji menjadi meningkat.

(47)

26

26 4. Taking charge of financial, health and civic responsibilities.

Peserta didik diberi kesempatan untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas bersama (warga negara yang baik). Kesempatan ini diberikan melalui kegiatan eksplorasi, interpretasi, dan rekreasi (finansial dan kesehatan). Di samping itu, peserta didik juga mendapat kesempatan untuk membantu temannya dalam menyelesaikan satu tugas. Kebersamaan, baik dalam eksplorasi, interpretasi, serta rekreasi dan pemajangan hasil merupakan arena interaksi yang memperkaya pengalaman.

5. Creativity and entrepreneurial thinking. Dalam konteks pembelajaran, kreativitas dapat ditumbuhkan dengan menciptakan suasana kelas yang memungkinkan peserta didik dan pendidik merasa bebas mengkaji dan mengeksplorasi topik-topik penting kurikulum. Pendidik mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik berpikir keras, kemudian mengejar pendapat peserta didik tentang ide-ide besar dari berbagai perspektif. Pendidik juga mendorong peserta didik untuk menunjukkan atau mendemonstrasikan pemahamannya tentang topik-topik penting dalam kurikulum menurut caranya sendiri secara bertanggung jawab dan berani mengambil resiko.

(48)

27 Hingga hasil belajar dapat mengendap lebih lama dalam benak peserta didik dan mampu mengambil keputusan yang baik bila menghadapi persoalan dalam hidupnya kelak.

Pendidik diminta melakukan penilaian otentik dalam proses pembelajaran secara berkesinambungan baik sebelum, saat dan sesudah pembelajaran berlangsung. Aspek penilaian pun tak hanya pada pengetahuan saja namun harus meliputi ketiga ranah pembelajaran menyeluruh yaitu keterampilan, sikap dan pengetahuan. Porsi penilaian sikap memiliki persentase terbesar diikuti keterampilan dan pengetahuan. Bila penilaian otentik selalu dilakukan pada ketiga aspek ini diharapkan peserta didik akan terbangun menjadi manusia yang seutuhnya.

(49)

28

28 Usaha atau bisnis di masa sekarang ini harus mampu bersaing dengan bisnis atau organisasi lainnya dalam pasar tertentu menurut standar persaingan dunia dalam segala aktivitas, departeman dan pelayanan. Kriteria persaingan itu mencakup praktik dan kehebatan dari perangkat untuk transpormasi perusahaan seperti pekerjaan yang fleksibel, standar penilaian, managemen kualitas dan lain sebagainya. Proses perubahan dalam suatu organisasi kelas dunia dilakukan dengan cara yang menguntungkan karyawan dan organisasi. Bisnis yang dijalankan harus selalu dipersiapkan untuk menghadapi perubahan yang tidak terhindarkan, hal ini perlu dilakukan untuk mengembangkan bisnis atau wirausaha yang kita jalankan dalam menghadapi persaingan global.

(50)

29 Hingga keterampilan tersebut bermuara pada apresiasi teknologi terbarukan, hasil ergonomis dan aplikatif dalam memanfaatkan lingkungan sekitar dengan memperhatikan dampak ekosistem, manajemen dan ekonomis.

(51)

30

30 Tasrif (2008 : 2) menuliskan tujuan Ilmu Pengetahuan sosial yakni mengembangkan tiga kemampuan dasar peserta didik dalam merespon masalah-masalah sosial yang timbul di dalam masyarakat. Pertama, berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan kepentingan peserta didik dan ilmu pengetahuan. Kedua, berorientasi pada pengembangan diri peserta didik dan kepentingan masyarakat. Ketiga, berorientasi pada pengembangan pribadi peserta didik baik untuk kepentingan diri sendiri, masyarakat maupun ilmu pengetahuan. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial tersebut cukup jelas menggambarkan bahwa mata pelajaran Prakarya Kewirausahaan merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Sosial. Dimana Prakarya dan Kewirausahaan mengajarkan kepada peserta didik untuk berkarya dengan pengetahuan dan informasi yang telah terkonsep, mengembangkan karyanya untuk kepentingan diri sendiri demi peningkatan kompetensi pengetahuan, serta karya yang dihasilkan harus memiliki nilai keterjualan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

(52)

31 Melalui wawancara, survei dan observasi langsung pada masyarakat sekitar, peserta didik Prakarya Kewirausahaan akan belajar tentang manusia dan aspek kehidupannya, terutama dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Aspek kehidupan, interaksi sosial antara peserta didik, masyarakat dan sekolah akan menjadi sinergi utuh membentuk kompetensi yang membekali peserta didik pada kehidupan nyata sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik.

2.1.4 Definisi, Pendekatan, Jenis dan Fungsi Penilaian

Penilaian (assessment) dideskripsikan oleh Griffin & Nix dalam Widoyoko (2012 : 2-3) sebagai semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok. Lebih lanjut Popham (Widoyoko, 2012 : 3) mendefinisikan assessment dalam konteks pendidikan sebagai sebuah usaha secara formal untuk menentukan status peserta didik berkenaan dengan kepentingan pendidikan. Arikunto (2013 : 3) menulis bahwa menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk; penilaian bersifat kualitatif. Berdasarkan berbagai uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian atau assessment dapat diartikan sebagai usaha formal untuk menentukan atau mengambil keputusan terhadap sesuatu (unjuk kerja individu atau kelompok) yang bersifat kualitatif dengan ukuran baik atau buruk.

(53)

32

32 Pada penilaian yang mengacu kepada norma, interpretasi hasil penilaian peserta didik dikaitkan dengan hasil penilaian seluruh peserta didik yang dinilai dengan alat penilaian yang sama. Jadi hasil seluruh peserta didik digunakan sebagai acuan. Sedangkan, penilaian yang mengacu kepada kriteria atau patokan, interpretasi hasil penilaian bergantung pada apakah atau sejauh mana seorang peserta didik mencapai atau menguasai kriteria atau patokan yang telah ditentukan. Kriteria atau patokan itu dirumuskan dalam kompetensi atau hasil belajar dalam kurikulum berbasis kompetensi seperti halnya pada Sekolah Menengah Kejuruan.

Dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada berbagai macam, yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik, penilaian selektif, penilaian penempatan, pre test dan post test. Seluruh jenis penilaian tersebut memiliki subjek, aspek dan waktu yang berbeda namun berfungsi untuk (Arikunto, 2008). 1. Penilaian berfungsi selektif. Digunakan sebagai cara penilaian untuk

mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya.

2. Penilaian berfungsi diagnostik. Ditujukan untuk mengetahui kelemahan peserta didik dan akan diketahui pula sebab-sebab kelemahan itu sehingga dapat ditentukan cara untuk mengatasinya.

3. Penilaian berfungsi sebagai penempatan. Digunakan untuk menentukan dengan pasti kelompok mana yang sesuai dengan kemampuan peserta didik. 4. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan. Fungsi ini

dimaksudkan untuk mengetahui suatu program pembelajaran berhasil diterapkan kepada peserta didik. Jadi dapat disimpulkan bahwa penilaian berfungsi sebagai alat ukur keberhasilan dalam proses belajar.

2.1.5 Penilaian Otentik

(54)

33 Kegiatan penilaian merupakan tindak lanjut dari adanya ujian (tes) dan pelaksanaan pengukuran sehingga membuahkan hasil pengukuran. Tujuannya untuk mengetahui tercapai atau tidaknya kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara memberikan sebuah tes atau non tes baik yang bersifat formatif maupun sumatif. Proses penilaian yang dilakukan pendidik untuk mengukur tingkat ketercapaian atau keterserapan materi harus menggunakan acuan kriteria atau standar kompetensi yang memenuhi syarat (Pargito, 2011 : 1-2) berikut:

1. mengembangkan matriks kompetensi belajar (learning competency matriks) yang menjamin pengalaman belajar yang terarah

2. mengembangkan penilaian otentik berkelanjutan (continous authentic assessment) yang menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi.

Pencapaian dan penguasan kompetensi oleh peserta didik tidak dapat dinilai pada satu kali tes saja namun harus secara berkesinambungan dalam setiap proses pembelajaran berlangsung. Penilaian langsung dan berkesinambungan inilah yang dikenal luas sebagai penilaian otentik atau authentik assessment. Penilaian otentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

(55)

34

34 Dalam kehidupan akademik keseharian, frasa assessment authentik dan penilaian otentik sering dipertukarkan. Akan tetapi, frasa pengukuran atau pengujian otentik, tidak lazim digunakan. Secara konseptual assessment authentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan asesmen autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, pendidik menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.

Berikut ini dikemukakan beberapa definisi untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif mengenai arti asesmen otentik.

Penilaian otentik oleh Pargito (2011 :1-3) disebutkan sebagai proses pengumpulan informasi oleh pendidik tentang perkembangan dan pencapaian belajar yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai.

Authentic assessement menurut Maulana dalam tesis Agus (2013 : 21) merupakan penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap aktivitas-usaha peserta didik, penilaian portofolio, penilaian subjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai teknik penilaian.

(56)

35 Mueller (2012 : 1), penilaian autentik merupakan: a form of assessment in which students are asked to perform real-world tasks that demonstrate meaningful application of essential knowledge and skills. Menurut Stiggins dalam Mueller (2012 : 2), "Performance assessments call upon the examinee to demonstrate specific skills and competencies, that is, to apply the skills and knowledge they have mastered." Sedangkan Wiggins dalam Mueller (2012 : 2), menyebut assessment authentic sebagai "Engaging and worthy problems or questions of importance, in which students must use knowledge to fashion performances effectively and creatively. The tasks are either replicas of or analogous to the kinds of problems faced by adult citizens and consumers or professionals in the field.".

(57)

36

36 Dalam kegiatan itu, baik materi pembelajaran maupun penilaiannya terlihat atau bahkan memang alamiah. Jadi, penilaian model ini menekankan pada pengukuran kinerja, doing something, melakukan sesuatu yang merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan yang telah dikuasai secara teoretis. Penilaian otentik lebih menuntut pembelajar mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan, dan strategi dengan mengkreasikan jawaban atau produk. Peserta didik tidak sekedar diminta merespon jawaban seperti dalam tes tradisional, melainkan dituntut untuk mampu mengkreasikan dan menghasilkan jawaban yang dilatarbelakangi oleh pengetahuan teoretis.

Penilaian tradisional menurut Mueller (2012 : 5) merupakan jenis tes yang memaksakan pilihan jawaban, misalnya tes pilihan berganda, mengisi kata-kata yang hilang atau kosong, memilih benar-salah, menjodohkan, dan teknik lain yang telah biasa digunakan dalam pendidikan dalam beberapa dekade lalu. Karakteristik dari penilaian semacam ini adalah bahwa peserta didik hanya terbiasa menggunakan hapalan atau mengulang informasi untuk memenuhi lembar jawabannya yang tentu saja dengan standar yang diberikan oleh masing-masing pendidik. Selanjutnya Mueller memberikan perbedaan antara penilaian tradisional dengan penilaian otentik yang dapat disajikan dalam Gambar 2.1 berikut.

Traditional --- Authentic Selecting a Response --- Performing a Task Contrived --- Real-life

Recall/Recognition --- Construction/Application Teacher-structured --- Student-structured Indirect Evidence --- Direct Evidence

(58)

37 Pada gambar 2.1 jelas terlihat perbedaan utama diantara kedua model penilaian tersebut yang dapat dijabarkan sebagai berikut.

Selecting a Response to Performing a Task.

Pada model tradisional, peserta didik biasa diberikan beberapa pilihan huruf a, b, c atau benar-salah dan diminta untuk memilih jawaban yang paling benar. Sebaliknya, penilaian otentik meminta peserta didik untuk mendemonstrasikan pengetahuannya dengan mendemonstrasikan secara aplikatif.

Contrived to Real-life.

Disini peserta didik akan belajar bagaimana memilih berbagai alternatif dalam kehidupan atau pembelajaran yang nyata. Tes tradisional hanya menawarkan berbagai pilihan yang bisa dipilih peserta didik dalam waktu relatif singkat. Penilaian otentik lebih kepada pengambilan keputusan siswa dari berbagai pilihan yang dapat ditunjukkan secara langsung hingga lebih bermanfaat pada kehidupan sehari-hari.

(59)

38

38 Penilaian otentik menggali lebih dalam bagaimana peserta didik menganalisa, mensintesis, dan menerapkannya sesuai dengan yang sudah dipelajari serta mengambil makna dari setiap proses pembelajaran yang telah dilalui.

Teacher-structured to Student-structured.

Saat mengisi sebuah penilaian tradisisonal, peserta didik hanya akan menunjukkan kemampuan sekedar mengikuti arahan pendidik yang membuat soal. Perhatian dan fokus peserta didik terbatas pada jawaban yang tertera pada lembaran soal. Sebaliknya, penilaian otentik memperbolehkan peserta didik untuk memilih dan mengkonstruksi jawabannya berdasarkan bukti nyata sesuai kemampuan nalarnya. Walaupun seorang peserta didik tidak dapat memilih sendiri topik yang akan dipelajari, setidaknya mereka telah memiliki kemampuan penerimaan perbedaan yang sangat baik. Sayangnya, penilaian ini masih sering terlalu dikontrol oleh pendidik untuk menghindari kerugian. Sama halnya bagi peserta didik, penilaian ini memiliki kelemahan dan kekuatan sehingga pendidik harus berpikir masak-masak dalam memilih dan mendesain sebuah penilaian.

Indirect Evidence to Direct Evidence.

(60)

39 Sebagai solusi terbaik adalah penilaian otentik yang secara langsung dapat mengetahui kebutuhan peserta didik dengan bukti langsung di kelas. Kompetensi peserta didik dapat terbangun dengan sendirinya dari berbagai penugasan yang diberikan pendidik, seperti berargumen, cara mengkritik teman, atau berpikir analisis dengan mengamati sebuah tuliusan. Kegiatan semacam ini yang akan mengembangkan keahlian dan kemampuan yang diperlukan pada dunia nyata. Nasoetion (2004 : 1.7), menuliskan bahwa pendidik dapat melakukan kegiatan penilaian otentik melalui:

1. penampilan keterampilan peserta didik atau mendemonstrasikan bagaimana peserta didik menerapkan ilmu pengetahuan

2. melakukan simulasi atau bermain peran

3. rekaman portofolio atau item strategis yang terpilih

4. paparan atau kompetensi yang dapat peserta didik tunjukkan.

Menerapkan model penilaian otentik berpotensi mendatangkan berbagai manfaat dan keuntungan. Hart (2008) memaparkan sebagai berikut.

a. Students assume an active role in the assessment process. This shift in emphasis may result in reduced test anxiety and enhanced self-esteem. b. Authentic assessment can be successfully used with students of varying

cultural backgrounds, learning styles, and academic ability.

c. Tasks used in authentic assessment are more interesting and reflective of students' daily lives.

d. Ultimately, a more positive attitude toward school and learning may envolve. e. Authentic assessment promotes a more student-centered approach to

teaching.

f. Teachers assume a larger role in the assessment process than through traditional testing programs. This involvement is more likely to assure the evaluation process reflects course goals and objectives.

g. Authentic assessment provides valuable information to the teacher on student progress as well as the success of instruction.

(61)

40

40 Merujuk pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa penerapan penilaian otentik memiliki banyak keuntungan diantaranya.

1. Peserta didik berperan aktif dalam proses penilaian. Pada fase ini dapat mengurangi rasa cemas, tidak mengalami ketakutan mendapatkan nilai jelek yang dapat menggganggu harga dirinya.

2. Penilaian otentik berhasil digunakan dengan peserta didik dari berbagai latar belakang budaya, gaya belajar, dan kemampuan akademik.

3. Tugas yang digunakan dalam penilaian otentik lebih menarik dan mencerminkan kehidupan sehari-hari peserta didik.

4. Sikap yang lebih positif terhadap sekolah dan belajar dapat berkembang. 5. Penilaian otentik mempromosikan pendekatan yang lebih berpusat pada

peserta didik.

6. Pendidik memegang peran lebih besar dalam proses penilaian dibandingkan melalui program pengujian tradisional. Keterlibatan pendidik lebih besar untuk memastikan apakah proses evaluasi telah mencerminkan tujuan dan sasaran program.

7. Penilaian otentik menyediakan informasi yang berharga kepada pendidik pada kemajuan peserta didik serta keberhasilan instruksi.

8. Orang tua akan lebih mudah memahami penilaian otentik daripada persentil abstrak, perangkingan dan pengukuran pada tes terstandar lainnya.

(62)

41 10. Penilaian otentik membawa cara baru untuk merasakan bahwa peserta didik

sedang belajar dan dievaluasi.

11. Perubahan paradigma pendidik terhadap pekerjaannya terutama kegiatan penilaian. Seluruh baik dalam bentuk pekerjaan maupun dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik harus diidentifikasi secara jelas di awal.

12. Peserta didik dapat memulai sesuatu yang baik mulai dari skala kecil dari awal. (Hart, 2008)

2.1.6 Penilaian Teman Sebaya

(63)

42

42 b) memperoleh umpan balik mengenai kemampuannya dari kelompok teman

sebaya

c) mempelajari bahwa apa yang mereka lakukan itu lebih baik, sama baik, atau kurang baik, dibandingkan remaja-remaja lainnya.

Lebih lanjut, Santrock (2007 : 57) mengemukakan, “relasi” yang baik diantara teman-teman sebaya dibutuhkan bagi perkembangan sosial yang normal di masa remaja. Isolasi sosial, atau ketidakmampuan untuk “terjun” dalam sebuah jaringan

sosial berkaitan dengan berbagai bentuk masalah dan gangguan. Piaget dan Sullivan (Santrock, 2007 : 57) menekankan bahwa melalui interaksi dengan teman-teman sebaya, anak-anak dan remaja mempelajari modus relasi yang timbal balik secara simetris. Anak-anak mengeksplorasi prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan melalui pengalaman mereka ketika menghadapi perbedaan pendapat dengan teman-teman sebaya. Sebaliknya, terdapat sejumlah ahli teori yang menekankan pengaruh negatif dari teman-teman sebaya bagi perkembangan anak dan remaja. Bagi beberapa remaja, pengalaman ditolak atau diabaikan dapat membuat mereka merasa kesepian dan bersikap bermusuhan. Namun bila terjadi interaksi yang positif dengan teman-teman sebaya yang berlangsung di luar rumah seperti lingkungan tempat tinggal, sekolah atau komunitas hobi akan membawa dampak positif bagi jiwa dan kematangan sosial.

(64)

43 Teman sebaya adalah kelompok baru yang memiliki ciri, norma dan kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan keluarga. Dimana kelompok teman sebaya ini merupakan lingkungan sosial yang pertama dimana anak bisa belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan merupakan anggota keluarganya. Lingkungan pertemanan akan menuntut anak untuk memiliki kemampuan baru dalam menyesuaikan diri dan dapat dijadikan dasar dalam interaksi sosial yang lebih besar.

Begitu juga dalam pembelajaran, interaksi dengan teman sebaya di dalam kelas selama ini masih sebatas melakukan kerja kelompok dan berdiskusi saja. Padahal proses pembelajaran merupakan satu kesatuan yang tak dapat terpisahkan. Maka, kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari proses belajar-mengajar. Kegiatan penilaian oleh teman sebaya harus sesuai dengan prinsip-prinsip penilaian. Purwanto (2012 : 72) menyebutkan ada enam (6) prinsip penilaian.

1. Didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif, 2. Harus dibedakan antara penskoran dan penilaian,

3. Memperhatikan dua macam orientasi, yakni norms-referenced dan criterion- referenced,

4. Kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari proses belajar-mengajar,

5. Penilaian harus bersifat komparabel, dan

6. Sistem penilaian yang digunakan hendaknya jelas bagi peserta didik dan bagi pengajar sendiri.

(65)

44

44 Topping dalam Orsmond (2004 : 8) mendefinisikan penilaian teman sebaya sebagai “an arrangement for peers to consider te level, value, worth, quality of

successfulnees of the products or outcomes of learning of others of similiar status”. Sedangkan Wikipedia dari berbagai sumber mendefinisikan peer assessment sebagai a process whereby students or their peers grade assignments or tests based on a teacher’s benchmarks. The practice is employed to save teachers time and improve students' understanding of course materials as well as improve their metacognitive skills”(http://en.wikipedia.org/wiki/Peer_assessment)

(66)

45 Keuntungan lainnya adalah bahwa bahasa yang digunakan oleh peserta didik adalah bahasa pergaulan sehari-hari, bukan bahasa sekolah. Penilaian sebaya membutuhkan beberapa waktu bagi peserta didik untuk saling membantu memperbaiki pekerjaan mereka, atau proses yang lebih lama dan menganalisa bersama dengan lebih lengkap. Emosi peserta didik juga harus terkendali bila harus menerima kritik atau masukan dari teman. Kerjasama kolaboratif sangat diperlukan disini. Baik antar individu, teman dengan grup, grup dengan grup dan pendidik dengan seluruh peserta didik dalam kelas tersebut. Komentar yang santun dan positif pada setiap komentar dan kritikan pada teman harus diutamakan. Pengalaman dinilai langsung oleh teman merupakan hal yang signifikan bagi perkembangan mental peserta didik.

2.1.7 Penilaian dan Pengukuran Psikomotorik

Tipe hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu. Harrow dalam Arikunto (2013 : 135) merumuskan garis besar taksonomi penilaian psikomotorik meliputi:

a. gerakan refleks yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar b. keterampilan pada gerakan dasar

c. kemampuan perseptual seperti: membedakan visual, membedakan auditif atau motoris lainnya

d. kemampuan bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan e. gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan

yang kompleks

f. kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non discoursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

(67)

46

46 Rogers (Sudjana, 2012 : 31) berpendapat bahwa seseorang yang telah menguasai tingkat kognitif perilakunya sudah bisa diramalkan sehingga seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya. Hasil belajar tipe ini ada yang tampak pada proses belajar mengajar berlangsung adapula yang baru tampak kemudian dalam praktek kehidupannya.

Itulah sebabnya hasil belajar psikomotorik sifatnya lebih luas dan lebih sulit dipantau namun memiliki nilai yang sangat berarti bagi kehidupan peserta didik karena dapat secara langsung mempengaruhi perilakunya. Pengukuran ranah psikomotor dapat dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan (performance), unjuk kerja atau demonstrasi. Software Penilaian Teman Satu Angkatan Tiga Dalam Satu (PETASAN GALAU) dikembangkan sebagai instrumen penilaian unjuk kerja (performance) peserta didik mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan jenjang Sekolah Menengah Kejuruan khusus pada materi pemasaran sub materi personal selling.

(68)

47 Pakar pendidikan sepakat bahwa untuk mengukur ranah psikomotorik sebaiknya dilakukan dengan pengamatan (observasi). Alat penilaian atau instrumen yang digunakan biasanya berupa matriks atau lembar observasi dengan indikator atau rubrik sesuai dengan aspek keterampilan yang akan diukur. Matrik atau rubrik dapat diukur dengan menggunakan alternatif skala Likert dengan nilai 1 sampai dengan 5 atau berupa skala kriteria Sangat Baik, Baik, Kurang Baik dan Tidak Baik.

2.1.8 Instrumen Penilaian

(69)

48

48 Instrumen yang digunakan harus memenuhi persyaratan yakni substansi kompetensi, konstruksi instrumen yang digunakan memenuhi persyaratan teknis, dan penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan perkembangan peserta didik.Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui tingkat wawasan dan produktivitas dan kreativitas Prakarya dan Kewirausahaan bagi peserta didik. Penguasaan kompetensi dasar tertentu berdasarkan indikator ketercapaian. Selain itu, penilaian juga bertujuan:

a. mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik,

b. mengukur perkembangan kompetensi peserta didik; mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik,

c. mengetahui hasil pembelajaran; mengetahui pencapaian kurikulum, d. mendorong peserta didik belajar dan mengembangkan diri,

e. sebagai umpan balik bagi pendidik untuk memperbaiki proses pembelajaran.

Bentuk Instrumen Penilaian yang mengacu pada standar penilaian PERMENDIKBUD Nomor 66 Tahun 2013 bahwa pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan SMA/SMK dapat memanfaatkan berbagai bentuk instrumen penilaian. Disesuaikan dengan metode, strategi pembelajaran dan ketercapaian kompetensi yang didasarkan pada indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Bentuk instrumen tersebut dapat berupa:

a. pertanyaan lisan, yang berfungsi sebagai penilaian formatif selama pembelajaran berlangsung,

Gambar

Tabel 1.1 Kegiatan Penilaian Pada Peserta Didik Oleh Guru di SMKN SukoharjoTahun Pelajaran 2013/2014
Tabel 1.2 Penerapan Penilaian Ranah Keterampilan di SMKN Sukoharjo
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Yang Relevan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi, terdapat beberapa skill dan aura yang memiliki karakteristik yang sama pada beberapa class yang berbeda, sehingga diperlukan komposisi yang tepat

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa permainan real-time strategy dalam lingkup strategi yang digunakanya dapat dimodelkan menjadi sebuah decision tree yang membantu

Ayat-ayat yang telah disebutkan menerangkan bahwa perbuatan kaum Nabi Luth yang hanya melakukan hubungan seksual kepada sesama laki-laki melepaskan syahwatnya hanya

Intervensi keperawatan pada klien dengan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (prosedur bedah) antara lain : lakukan pengkajian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran pemilihan jodoh oleh orang tua atau kerabat, faktor yang melatarbelakangi serta dampak dari pemilihan jodoh oleh orang

Dalam penelitian ini bahan utama yang akan digunakan yaitu bahan pengikat (matrik) mengunakan Thermosetting yang jenisnya resin epoksi karena bahan tersebut mempunyai

hal tersebut dapat dibuktikan dengan tanggapan peserta didik terhadap penggunaan metode langsung dalam pembelajaran bahasa Arab adalah peserta didik yang menjawab paham

Perubahan fisik pada masa puber mempengaruhi semua bagian tubuh, baik eksternal maupun internal, sehingga juga mempengaruhi keadaan fisik dan psikologis remaja