• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBENTUKAN KEPUTUSAN PEMBELIAN MELALUI WORD OF MOUTH, COUNTRY OF ORIGIN, DESAIN DAN FITUR PRODUK (Studi pada Produk Smartphone OPPO)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBENTUKAN KEPUTUSAN PEMBELIAN MELALUI WORD OF MOUTH, COUNTRY OF ORIGIN, DESAIN DAN FITUR PRODUK (Studi pada Produk Smartphone OPPO)"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PEMBENTUKAN KEPUTUSAN PEMBELIAN MELALUI WORD OF

MOUTH, COUNTRY OF ORIGIN, DESAIN DAN FITUR PRODUK

(STUDI PADA PRODUK SMARTPHONE OPPO)

Oleh FERDY ARIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh word of mouth, country of origin, desain dan fitur produk terhadap keputusan pembelian pada smartphone OPPO. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei, populasi penelitian ini adalah seluruh konsumen produk smartphone OPPO di Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung dengan jumlah sampel sebanyak 50 responden. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel nonprobability sampling dengan metode accidental sampling. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil analisis data menunjukan bahwa secara parsial terdapat dua variabel independen yaitu, word of mouth dan fitur yang memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada smartphone OPPO. Sedangkan variabel country of origin dan desain tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen. Secara simultan, empat variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y). Kesimpulan: word of mouth dan fitur produk memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen pada produk smartphone OPPO.

(2)

ABSTRACT

ESTABLISHMENT OF CONSUMER PURCHASE DECISION BYWORD OF

MOUTH, COUNTRY OF ORIGIN, DESIGN AND FEATURES

(STUDIES ON OPPO SMARTPHONE PRODUCT)

By

FERDY ARIAN

The purpose of this research was to find out and analyze the influence of word of mouth, country of origin, design and features on consumer buying decision in OPPO smartphone product. The type of this research is survey research, and the population is 50 respondents of Tanjung Senang, Bandar Lampung whos wear OPPO is brand smartphone. Technique of this research nonprobability sampling with accidental sampling method and analized using multiple linier regression. The result show that partially two independent variables which word of mouth and features have significant influence on buying decision of OPPO smartphone. Meanwhile, country of origin dan design has no significant effect on buying decison. Simultaneously, the four independent variables together have significant effects to dependent variable. Conclusion: word of mouth and features have significant influence on consumer buying decision in the OPPO smartphone product.

(3)

PEMBENTUKAN KEPUTUSAN PEMBELIAN MELALUI

WORD OF MOUTH, COUNTRY OF ORIGIN,

DESAIN DAN FITUR PRODUK

(Studi pada Produk Smartphone OPPO)

Oleh

Ferdy Arian

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA ADMINISTRASI BISNIS

pada

Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Ferdy Arian dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 8 Agustus 1992. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Ayahanda Ir. Faisol A. Rifa’i dan Ibunda Maryani Boestam. Penulis menempuh

pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Al-Azhar Way Halim yang diselesaikan pada tahun 1998, dan di lanjutkan di SD Al-Kautsar Rajabasa yang diselesaikan tahun 2004. Pendidikan di lanjutkan di SMP Al-Kautsar Rajabasa yang diselesaikan tahun 2007, lalu pada tahun 2010 penulis menyelesaikan pendidikan tingkat menengah atas di SMA Negeri 5 Bandar Lampung.

(8)

MOTTO

Karena hidup hanya sekali,

Maka jadikanlah hidupmu penuh arti,

Jangan di sia-siakan,

Ukirlah hal-hal yang bermakna,

(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah atas segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat

serta hidayah-Nya

Dengan penuh ketulusan penulis persembahkan karya kecil ini untuk kedua orang tua

tercinta yang selalu mendoakan serta menyertai setiap langkah selama hidup,

Ayahku Ir. Faisol A. Rifa’i dan Ibuku Maryani Boestam

Serta Almamater tercinta,

(10)

SANWACANA

Assalamuala’ikum Wr. Wb

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan Skripsi dengan judul “PEMBENTUKAN KEPUTUSAN PEMBELIAN MELALUI WORD OF MOUTH, COUNTRY OF ORIGIN, DESAIN DAN FITUR PRODUK (Studi pada Produk Smartphone OPPO)”.

Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis di Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa proses penulisan dan penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, khususnya yang berada pada Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Untuk itu, sebagai wujud rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

(11)

4. Bapak Drs. Pairulsyah, M.H, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Suripto, S.Sos., M.A.B., selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan selaku Dosen Penguji pada ujian Skripsi ini. Terima kasih atas bimbingan, kritik dan saran selama penyusunan Skripsi ini.

6. Bapak Ahmad Rifai S.Sos., M.Si., selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

7. Ibu Dr. Baroroh Lestari, S.Sos., M.A.B, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis serta bersedia meluangkan waktu untuk penulis dalam proses penyusunan Skripsi ini.

8. Bapak Hartono, S.Sos., M.A., selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis serta bersedia meluangkan waktu untuk penulis dalam proses penyusunan Skripsi ini.

9. Ibu Mertayana selaku staff Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Lampung yang telah banyak membantu penulis.

10. Seluruh Dosen dan staff Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Lampung, terima kasih atas pengajaran dan ilmu yang telah diberikan selama ini kepada penulis.

(12)

kesuksesan sehingga mampu menyelesaikan Skripsi ini.

12. Adik kecilku Cerelia Xenaya, terima kasih telah memberikan motivasi serta do’a dalam proses menyelesaikan Skripsi ini. Semoga Ceril menjadi orang yang sukses di dunia dan akhirat.

13. Rekan seperjuangan Administrasi Bisnis 2010, Nikko Prima S, Ruslan Gani Okta, Mustaqim, Rahmat Andi Soebardi, Rizky Yuliansyah, Riandini Tarana Putri L, Amanda Zavhi Tania, Annisa Noerlita, Hari Candra, Agung Fatria, Zutama Rinaldo, Saut Samuel, Wahyudi Jufan, Fahmi Ariestyan, Prayoga Pangestu Alga, Dodi Saputra, Sunarto, Solihin, Dayu Eka Irawan, Rifatunnisa, Intria Prigustiwi, Terra Eka Yusticia, Marianun, Kusuma Woroasri, Annisa Fabiolla, Dian Novitasari, Nurmala, Weni, Fauziah, Novi Elita, Fermansyah, Ari Hariyanto, Yoga Aditia serta teman-teman Administrasi Bisnis 2010 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu terima kasih.

14. Teman-teman Administrasi Bisnis 2009, Ardian, Alfred, Tama, May Roni, Ikbal, Bely, Dicky, Romario, Aziz dan teman-teman 2009 lainnya, teman-teman Administrasi Bisnis 2011, Vivi, Damar, Danis, Jufri, Niko, Umam, Oci, Vito dan adik-adik tingkat lainnya terima kasih untuk kalian semua.

(13)

Kabupaten Pringsewu, terima kasih untuk 40 hari yang berkesan.

17. Seluruh teman-teman penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu serta

semua pihak yang telah membantu dan mendo’akan penyelesaian Skripsi ini.

18. Almamater tercinta, atas kisah hidup yang didapatkan semasa bangku perkuliahan.

Akhir Kata, Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi besar harapan semoga Skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat semuanya, Amin. Sekali lagi terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Skripsi ini.

Bandar Lampung, 8 Juni 2015 Penulis,

(14)
(15)
(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Worldwide Smartphone Sales to End Users by Vendor in 2Q13 ... 4

Operasional Variabel ... 46

Pemberian Bobot Nilai Untuk Variabel Penelitian ... 47

Hasil Uji Validitas ... 50

Hasil Uji Reliabilitas ... 51

Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61

Data Responden Berdasarkan Usia ... 62

Data Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 63

Data Responden Berdasarkan Penghasilan ... 64

Rekapitulasi Distribusi Frekuensi Penilaian Responden Pada Variabel Word Of Mouth ... 66

Rekapitulasi Distribusi Frekuensi Penilaian Responden Pada Variabel Country Of Origin ... 69

Rekapitulasi Distribusi Frekuensi Penilaian Responden Pada Variabel Desain . 72 Rekapitulasi Distribusi Frekuensi Penilaian Responden Pada Variabel Fitur ... 75

Rekapitulasi Distribusi Frekuensi Penilaian Responden Pada Variabel Keputusan Pembelian ... 78

Hasil Uji Multikoliniearitas ... 83

(17)

DAFTAR GAMBAR

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(19)

handphone telah menjadi bagian konsumsi primer bagi hampir semua kalangan masyratakat. Namun dalam beberapa tahun ini vendor-vendor global handphone telah mengembangkan produknya menjadi smartphone.

Menurut Kotler (1996:6) bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan serta inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. Sedangkan menurut Stanton (1985:7) adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang bertujuan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pemasaran utama adalah menciptakan mendatangkan laba dengan membangun hubungan yang searah, senilai dengan para pelanggan.

(20)

Kelemahan smartphone dahulu adalah harganya yang relatif mahal, sehingga tidak bisa berkembang pesat di pasaran. Baru setelah lahirnya Operasi Sistem Android banyak bermunculan perusahaan-perusahaan yang memproduksi smartphone dengan harga yang relatif lebih murah bila dibandingkan dengan pendahulunya. Dari mulai perusahaan yang sudah lama bergelut di bidang Teknologi Mobile seperti Samsung, Sony, LG, Motorola, hingga perusahaan-perusahaan lokal China berlomba-lomba memproduksi perangkat smartphone. Melihat respon masyarakat yang sangat tinggi terhadap perangkat mobile smartphone itu lah yang melatar belakangi OPPO Electronic Corp, Ltd ikut andil dalam meramaikan pasar smartphone.

Menurut Rangkuti (2002) bahwa merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan fitur, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek terbaik akan memberikan jaminan kualitas. Namun pemberian nama atau merek pada suatu produk hendaknya tidak hanya merupakan suatu simbol, melainkan atribut, manfaat, nilai, budaya, kepribadian, dan pemakai. Merek telah menjadi elemen krusial yang berkontribusi terhadap kesuksesan sebuah organisasi pemasaran, perusahaan bisnis maupun nirlaba, pemanufaktur, maupun penyedia jasa, dan organisasi lokal maupun global. (Tjiptono, 2005)

(21)

Pada bulan April tahun 2013 OPPO untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di pasar Indonesia secara resmi. Sebelum memasarkan produknya ke Indonesia, OPPO terlebih dahulu melebarkan sayapnya ke beberapa negara seperti Amerika, Vietnam, Thailand, Rusia, dan Qatar. Sejak saat itu OPPO terus melakukan promosi dalam rangka memperkenalkan kualitas brandnya melalui iklan TV, Internet, Media Cetak dll.

Tabel 1 Worldwide Smartphone Sales to End Users by Vendor in2Q13

Company 2Q13 Units 2Q13 Market Share (%) peningkatan setiap tahunnya, dengan besar persentase 4,1% di kuartal kedua tahun 2012 dan 4,3% di kuartal kedua tahun 2013. Walaupun smartphone besutan Samsung yang mendominasi pasar penjualan smartphone, tetapi terjadinya peningkatan kenaikan pertumbuhan pada smartphone OPPO ini membuktikan bahwa smartphone besutan OPPO Electronic Corp, Ltd ini memiliki persepsi positif bagi konsumen.

(22)

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah Word of Mouth berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada produk smartphone OPPO?

2. Apakah Country of Origin berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada produk smartphone OPPO?

3. Apakah desain produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada produk smartphone OPPO?

4. Apakah fitur produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada produk smartphone OPPO?

5. Apakah Word of Mouth, Country of Origin, desain dan fitur produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada produk smartphone OPPO?

C. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh Word of Mouth terhadap keputusan pembelian pada produk smartphone OPPO.

2. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh Country of Origin terhadap keputusan pembelian pada produk smartphone OPPO.

3. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh desain produk terhadap keputusan pembelian pada produk smartphone OPPO.

(23)

5. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh Word of Mouth, Country of Origin, desain dan fitur produk terhadap keputusan pembelian pada produk smartphone OPPO.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat berguna dalam mengembangkan pengetahuan mengenai pembentukan keputusan pembelian terhadap word of mouth, country of origin, desain, dan fitur produk smartphone OPPO.

2. Kegunaan Praktis

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemasaran

1. Pengertian Pemasaran

Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Hal tersebut disebabkan karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan perusahaan, di mana secara langsung berhubungan dengan konsumen. Maka kegiatan pemasaran dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang berlangsung dalam kaitannya dengan pasar. Kotler (2001) mengemukakan definisi pemasaran berarti bekerja dengan pasar sasaran untuk mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksud memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan pemasaran merupakan kunci kesuksesan dari suatu perusahaan.

(25)

memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

2. Bauran Pemasaran

Strategi pemasaran sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan progran-program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran. Menurut Hammel dan Prahalad dalam Suyanto (2007) menyatakan bahwa tujuan dari strategi tidak hanya meniru produk, proses dan metode pesaing, melainkan mengembangkan untuk menciptakan peluang masa yang akan datang dan mengeksploitasinya. Strategi pemasaran dapat terpenuhi dengan penyediaan suatu sarana yang disebut dengan Marketing Mix. Marketing Mix ini merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan.

(26)

(produk), Price (harga), Place (tempat) dan Promotion (promosi). Variabel pemasaran dalam setiap 4P ditunjukan dalam gambar di bawah ini:

Komponen 4P bauran pemasaran

Menurut Morrison dalam Dewi (2010) menyatakan bahwa konsep Marketing Mix diperluas menjadi 8P, dengan penambahan People, Packaging, Partnership, dan Programming. Jadi Marketing Mix secara keseluruhan terdiri dari 8p, yaitu:

1. Product (produk)

Menurut Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Keputusan tentang produk ini mencakup penentuan bentuk penawaran secara fisik, merknya, pembungkus, garansi dan servis sesudah penjualan. Pengembangan produk dapat dilakukan setelah menganalisa kebutuhan dan keinginan pasarnya. Jika msalah ini telah diselesaikannya, maka keputusan-keputusan tentang harga, distribusi dan promosi dapat diambil.

2. Price (Harga)

(27)

yang meliputi harga referensi (reference price), inferensi kualitas berdasarkan harga (price quality inferences) dan petunjuk harga (price clues). Pada setiap produk atau jasa yang ditawarkan, bagian pemasaran berhak menentukan harga pokoknya. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan harga tersebut antara lain biaya, keuntungan, praktik saingan dan perubahan keinginan pasar. Kebijaksanaan harga ini menyangkut pula penetapan jumlah potongan, mark-up, mark-down, dan sebagainya.

3. Place (Distribusi)

Ada tiga aspek pokok yang berkaitan dengan keputusan-keputusan tentang distribusi (tempat). Aspek tersebut adalah :

a. Sistem transportasi perusahaan, termasuk dalam sistem ini antara lain keputusan tentang pemilihan alat transportasi (pesawat udara, kereta api, kapal, truk, pipa), penetuan jadwal pengiriman, penentuan rute yang harus ditempuh dan seterusnya.

b. Sistem penyimpanan, dalam sistem ini bagian pemasaran harus menentukan letak gudang, jenis peralatan yang dipakai untuk menangani material maupun peralatan lainnya.

(28)

4. Promotion (Promosi)

Menurut Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa promosi adalah berbagai cara untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung tentang suatu produk atau brand yang dijual.

5. People

Menurut Dewi (2011) menyatakan bahwa people merupakan penyedia barang dan jasa yang melayani konsumen. People sedikitnya memiliki tiga hal yaitu service personnel, the product themselves dan local resident. Dalam hal ini pelatihan, pengendalian kualitas, standardisasi kualifikasi dan sertifikasi kompetensi menjadi bagian yang penting dalam menentukan keberhasilan suatu pemasaran.

6. Packaging

(29)

7. Programming

Menurut Morrison (2010) menyatakan bahwa Programming adalah suatu teknik yang berkaitan dengan packaging, yaitu pengembangan aktivitas tertentu, acara, atau program untuk menarik dan meningkatkan pembelanjaan, atau memberikan nilai tambah pada paket atau produk. Packaging memiliki kaitan dengan packaging yang melibatkan event special aktivitas atau program suatu produk untuk membuatnya lebih beraneka ragam dan menarik.

8. Partnership

Suatu hubungan yang dijalin dengan usaha yang sejenis maupun usaha tidak sejenis yang menciptakan benefit dari pihak-pihak tersebut.

3. Perilaku Konsumen

(30)

Pengertian perilaku konsumen ini sering dikacaukan dengan pengertian perilaku pembeli (buyer behavior). Padahal perilaku pembeli itu sendiri mengandung dua pengertian, yang pertama adalah bila diterapkan pada perilaku konsumen lebih menunjukkan kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlihat dalam pertukaran uang (atau kekayaan lain) dengan barang-barang dan jasa-jasa serta dalam proses pengambilan keputusan yang menentukan kegiatan pertukaran itu. Pengertian kedua, mempunyai arti yang lbih khusus, yaitu perilaku langganan (customer behavior), yang sering digunakan sebagai sebutun yang labih inklusif dibandingkan perilaku konsumen. Penerapan yang lebih inklusif ini tampak pada pembelian oleh lembaga-lembaga, organisasi-organisasi industri, dan bermacam-macam tingkat penjualan kembali oleh pedagang besar ataupun pedagang eceran. Perilaku pembelian oleh organisasi-organisasi industri dan lembaga-lembaga lainnya dalam beberapa aspek berbeda dengan perilaku pembelian individu, tetapi tidak semuanya. Karena pembelian yang dilakukan juga ditentukan oleh individu-individu yang memainkan peranannya dalam pekerjaannya diorganisasi atau lembaga tersebut (Dharmmesta&Handoko, 2008).

(31)

B. Word of Mouth

Word of Mouth communication adalah komunikasi yang dilakukan melalui pembicaraan dari mulut ke mulut dengan cara menceritakan pengalaman atau keunggulan dari suatu produk. Awalnya istilah ini khusus disebut dengan komunikasi lisan tetapi sekarang mencakup semua jenis komunikasi manusia, seperti tatap muka, telepon, email, dan pesan teks.

Menurut Ristiyanti (2005), Word of Mouth adalah proses di mana yang didapatkan seseorang tentang suatu produk baik dari interaksi social maupun dari pengalaman konsumsi yang diteruskan kepada orang lain. Sehingga dengan menggunakan Word of Mouth pemasar dapat menekan biaya promosi dan juga lebih dipercaya karena sumber komunikasinya teman atau keluarga yang sudah pasti tidak mendapat imbalan apapun dari perusahaan.

Word of Mouth telah dianggap sebagai salah satu kekuatan yang paling kuat dipasar. Di dalam kenyataannya, pilihan konsumen biasanya dipengaruhi oleh Word of Mouth (Guinalu, 2008). Promosi melalui mulut ke mulut yang dilakukan oleh teman atau kerabat ini kredibilitasnya tinggi, jadi lebih bersifat persuasif atau mempengaruhi daripada promosi melalui iklan. Karena jelas orang lebih mempercayai temannya yang lebih dulu mencoba suatu produk daripada hanya janji-janji yang tersirat didalam sebuah iklan.

(32)

disebarkan melalui banyak individu ke banyak individu. Word of Mouth communication ini sangat berkaitan erat dengan pengalaman penggunaan suatu produk atau jasa. Dalam pengalaman penggunaan produk itu akan timbul rasa puas jika perusahaan dapat menciptakan produk dan pelayanan yang diberikan mampu memenuhi harapan konsumen, dan sebaliknya akan merasa tidak puas jika penggunaan produk tidak sesuai dengan harapan sebelumnya.

Berdasarkan pendapat Sernovitz (2006), Word of Mouth terdiri dari 2 jenis, yaitu:

1. Organic Word of Mouth adalah pembicaraan yang bersemi secara alami dari kualitas positif dari perusahaan Anda.

2. Amplified Word of Mouth adalah pembicaraan yang dimulai oleh kampanye yang disengajakan untuk membuat orang-orang berbicara.

Menurut Silverman (2001), Word of Mouth begitu kuat karena hal-hal berikut:

1. Kepercayaan yang bersifat mandiri

Pengambil keputusan akan mendapatkan keseluruhan, kebenaran yang tidak diubah dari pihak ketiga yang mandiri.

2. Penyampaian pengalaman

(33)

1. Word of Mouth Marketing

Menurut Sernovitz (2006) definisi WOM Marketing adalah tindakan yang dapat memberikan alasan supaya semua orang lebih mudah dan lebih suka membicarakan produk Anda, ada 4 hal agar orang lain membicara produk atau jasa dalam Word of Mouth Marketing yaitu:

1. Be Interesting, menciptakan suatu produk atau jasa yang menarik yang mempunyai perbedaan, terkadang walaupun perusahaan menciptakan poduk sejenis mereka akan mempunyai karakteristik yang tersendiri atau berbeda agar menarik dibicarakan seperti packagingnya, guarantee dari produk atau jasa tersebut.

(34)

3. Earn Trust and Respect, perusahaan harus mendapatkan kepercayaan dan rasa hormat dari pelanggan. Tanpa adanya kepercayaan, orang enggan merekomendasikan produk atau jasa yang perusahaan berikan karena ini akan membahayakan citra harga dirinya. Komitmen terhadap informasi yang berikan, dan buat mereka juga yakin untuk membicara tentang produk atau jasa yang telah kita berikan kepada semua orang yang mereka kenal.

4. Make it Easy, perusahaan harus membuat hal itu mudah buat orang lain untuk membicarakan produk yang ditawarkan, yaitu temukan cara agar mereka menyampaikan perihal mengenai produk atau jasa tersebut dengan singkat seperti pesan singkat agar semua orang mudah mengingatnya.

Ada 3 alasan atau motivasi orang mau membicarakan produk atau perusahaan Anda yaitu (Sernovitz, 2006):

1. They Like You and Your Stuff, yaitu mereka berbicara karena perusahaan melakukan atau menjual sesuatu yang mereka inginkan untuk dibicarakan, mereka menyukai anda atau produk anda. Mereka merasa senang dan bangga dapat merekomendasikan produk atau jasa yang telah kita berikan kepada konsumen tersebut.

(35)

3. They Feel Connected to the Group yaitu setelah merekomendasikannya mereka merasa menjadi satu bagian dari sebuah keluarga besar pemakai produk yang sama. Pelanggan tetap maupun baru yang berpengalaman tentang pelayanan suatu perusahaan akan mulai berinteraksi dengan pelanggan yang lain. Penilaian akan terjadi pada tahap penilaian dimana pelanggan akan memutuskan untuk kembali atau tidak. Tanggapan positif atau negatif akan mempengaruhi apakah pelanggan lain akan menggunakan pelayanan yang diberikan. Komunikasi dari mulut ke mulut akan menyebabkan efek ganda dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain dan dari satu situasi ke situasi yang lain. Bagaimanapun juga tanggapan yang negatif akan mengakibatkan efek yang lebih hebat daripada tanggapan yang positif. Pelanggan yang tidak puas akan menyampaikan ketidakpuasannya dua kali daripada pelanggan yang puas. Efek negative dari ketidakpuasan pelanggan akan menentukan kelangsungan dari suatu perusahaan, sementara efek positif dari kepuasan pelanggan berakibat lebih kecil terhadap kelangsungan perusahaan. Suatu perasaan yang sangat puas terjadi karena konsumen merasa puas dengan apa yang ia harapkan, dimana orang yang merasa sangat puas akan memberikan suatu effects seperti pembelian berulang dan penyebaran positive Word of Mouth kepada konsumen lain nya.

(36)

ketidakpastian yang melekat dalam layanan keputusan pembelian (Steffes&Burgee, 2008). Word of Mouth memiliki pengaruh yang kuat pada persepsi produk dan jasa, yang menyebabkan perubahan penilaian, peringkat nilai, dan kemungkinan pembelian. Penelitian menemukan bahwa WOM lebih penting di tahap akhir proses pembelian seperti meyakinkan konsumen dan mengurangi ketidakpastian pasca pembelian (Sweeney&Soutar, 2007). Suatu penelitian menunjukkan bahwa 89% konsumen Indonesia lebih mempercayai rekomendasi dari teman dan keluarga pada saat memutuskan untuk membeli sebuah produk. Hal tersebut terungkap dalam penelitian yang dilakukan Onbee Marketing Research (anak perusahaan Octovate Consulting Group) bekerjasama dengan Majalah SWA kepada 2000 konsumen di lima kota besar Indonesia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Onbee Marketing Research juga menunjukkan bahwa rata-rata konsumen Indonesia akan menceritakan hal-hal positif tentang sebuah merek kepada tujuh orang. Sementara hal-hal negatif diceritakan kepada 11 orang. Selain itu, hasil riset juga menunjukkan bahwa sebuah brand memerlukan enam rekomendasi positif untuk menetralisir hanya satu pemberitaan negative dari seorang konsumen. Sikap konsumen ini menunjukkan bahwa program Word of Mouth marketing yang efektif di Indonesia akan cepat membangun kredibilitas sebuah brand, yang berhujung pada rekomendasi brand tersebut oleh satu konsumen ke konsumen lainnya.

2. Indikator Word of Mouth

(37)

melihat hubungan antara lawan bicara anda 12 mengenai produk X dan tindakan anda setelah melakukan pembicaraan mengenai produk X tersebut.

Indikator lawan bicara anda meliputi :

• Keahlian lawan bicara

• Kepercayaan terhadap lawan bicara

• Daya tarik lawan bicara

• Kejujuran lawan bicara

• Objektivitas lawan bicara

• Niat lawan bicara

Tindakan anda setelah melakukan pembicaraan meliputi :

• Konsumsi pesan

• Pencarian informasi

• Konversi

• Penyampaian kembali

• Penciptaan ulang pesan

C. Country of Origin

(38)

Country of Origin sangat berperan penting dalam persepsi kualitas produk, oleh karena itu mempengaruhi pilihan produk konsumen. Dalam ekonomi global, kebanyakan merek-merek di pasar dunia luas dan image merek dapat dikaitkan secara teliti dengan image dari suatu negara. Beberapa negara memiliki image yang positif yang memberi merek-merek dari negara suatu manfaat.

Kajian mengenai negara asal suatu produk telah banyak diteliti oleh para peneliti sebelumnya. Kajian ini membahas tentang asal dari suatu produk tersebut lahir atau diproduksinya. Menurut Czinkota dan Ronkainen dalam Listiana (2012) penelitian mengenai COO telah berlangsung sejak tahun 1965, Nagashima merupakan penggagas pertama mengenai COO pada tahun 1960, sedangkan penelian mengenai dampak dari Country of Origin atau COO Effect pertama kali dilakukan oleh Schooler pada tahun 1965, COO atau negara asal di pahami sebagai akibat yang muncul pada persepsi konsumen yang di pengaruhi oleh lokasi dimana suatu produk dihasilkan.

Bahkan Kotler dan Keller (2008) menjelaskan mengenai persepsi negara asal adalah asosiasi mental serta keyakinan yang dipengaruhi oleh negara. Negara asal itu sendiri menurut Keller et al., dalam Insch dan McBride (2004) merupakan syarat ekstrinsik yang penting terutama ketika pembeli kurang peduli untuk mengetahui mengenai produk asing. Ellerman dan Rosyidi (2009) Country Image yang sesuai dengan produk terkait dapat memberi keuntungan bagi perusahaan. Beberapa peneliti seperti Badri et al., dalam Listiana (2012) mempunyai pemahaman yang relatif sama tentang definisi Country of Origin, yaitu efek COO

(39)

1. Dampak Dari Country of Origin

Lahirnya suatu produk di suatu negara juga dapat menimbulkan dampak baik positif maupun negatif, secara langsung maupun tidak langsung. Seperti pendapat yang diungkapkan oleh:

Chen dan Su (2012) mengatakan bahwa efek dari COO pada sebuah industri adalah mengenai persepsi dan evaluasi konsumen yang telah menjadi fenomena yang paling banyak dipelajari dalam bidang bisnis internasional, pemasaran dan perilaku konsumen sejak tahun 1960-an. Efek COO pada kenyataannya dapat memengaruhi konsumen utnuk merasakan perbedaan mengenai persepsi mereka terhadap produk itu sendiri baik dari keunggulannya atau kelemahan produk tersebut. Yim et al., (2008) juga mengungkapkan bahwa banyak penelitian yang telah di lakukan mengenai bagaimana dampak COO dalam persepsi kualitas konsumen, sikap konsumen terhadap produk serta niat pembelian mereka. Secara langsung maupun tidak langsung persepsi mengenai negara asal dapat memengaruhi keputusan konsumen. Jika merek suatu produk di anggap berhasil pada tahap global, maka dapat menimbulkan kredibilitas dan peratian pada produk itu sendiri.

Beberapa studi yang dilakukan oleh Kotler dan Keller (2008) dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

(40)

b. Semakin positif mengenai citra suatu negara, maka label “made ini” semakin ditunjukkan.

c. Efek dari negara asal akan bervariasi sesuai dengan jenis produk yang dihasilkan oleh negara tersebut.

d. Persepsi mengenai negara asal dapat menimbulkan anggapan mengenai baik buruknya produk secara keseluruhan. Sebagai contoh Hongkong beranggapan bahwa produk amerika adalah produk yang bergengsi.

Ahmed et al., dalam Susanto dan Winata (2012) mengatakan bahwa konsumen mempunyai persepsi tertentu mengenai lokasi atau negara tempat suatu produk dihasilkan. Terkadang negara asal dapat memengaruhi keputusan konsumen untuk tidak membeli suatu produk jika asal negara produk tersebut memiliki kesan yang negatif. Jika hal tersebut terjadi maka perusahaan dapat melakukan upaya dengan cara bekerjasama pada perusahaan asing yang memiliki reputasi positif pada tempat yang berbeda dalam memproduksi produk mereka. Hal ini di dukung oleh pernyataan:

(41)

juga dilakukan demi mencari biaya produksi dan tenaga ahli dengan mengeluarkan biaya serendah mungkin. Ahmed dan d’ Astous dalam Yim et al., (2008) mengatakan bahwa pada pasar global, para peneliti telah membedakan negara yang memproduksi, mendesain dan di mana bagian-bagian komponen dibuat. Listiana (2012) juga menjelaskan beberapa istilah-istilah yang lahir dari konsep Country of Origin adalah Country of Design, Country of Manufacture, Country of Assembly, dan Country of Part.

Semua istilah tersebut menjelaskan bahwa banyak perusahaan internasional tidak lagi melakukan keseluruhan proses produksinya di negara merek produk tersebut lahir. Tetapi setiap bagian proses produksi dilakukan di negara yang berbeda, tetapi tetap mengacu pada negara asalnya. Contohnya seperti jepang yang melakukan desain produknya dan komponen bahan baku yang di datangkan dari Jepang yang kemudian di rakit di Indonesia. Dari penjelasan diatas mengenai lahirnya istilah Country of Origin dapat dijelaskan sebagai berikut:

2. Negara Asal Perakitan Produk (Country of Manufacture)

Lahirnya istilah baru tentang negara asal, berikut adalah penjelasan mengenai negara asal peraktan produk, yaitu:

(42)

Manufacture (COM) dan Country Of Design (COD). Ulgado dan Lee dalam Fetscherin dan Toncar (2009) juga mengatakan bahwa penggunaan label Country of manufakture untuk menunjukkan bahwa lokasi perakitan produk memengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitan produk. Dalam kasus meek produk global yang terkenal menurut Pappu et al., dalam Fetscherin dan Toncar (2009) persepsi konsumen terhadap kualitas dan keputusan pembelian mereka tidah hanya dipengaruhi oleh nama merek tetapi juga dipengaruhi dimana produk itu di produksi atau di rakit bahkan dampak dari negara asal perakitan produk pasa persepsi konsumen terhadap kualitas produk yang dibuat di negara tertentu telah ada sejak tahun 1980-an.

Chen dan Su (2012) juga menjelaskan contoh persepsi konsumen pada kualitas produk merek Elan Slovenia jauh lebih tinggi atau positif apabila produk tersebut dirakit oleh negada Slovenia dibanding saat dibuat di Jerman. Asal negara juga mempengaruhi sikap konsumen terhadap produk yang diproduksis itu sendiri, ketika negara yang memiliki kesan buruk maka perssepsi konsumen terhadap produk yang dihasilkan oleh negara tersebutpun akan buruk, hal ini didukung oleh pernyataan:

(43)

mengatakan bahwa citra merek suatu produk dapat diperbaiki dengan cara memindahkan lokasi pabrik yang memiliki citra positif.

3. Negara Asal Desain (Country Of Design)

Selain negara asal perakitan atau produksi negara asal juga memengaruhi konsumen dalam mengevaluasi suatu produk, hal ini didukung oleh pernyataan:

Chao dalam Rosyidi (2009) mengatakan bahwa konsumen dalam mengevaluasi sebuah produk selain dipengaruhi oleh harga, juga dipengaruhi oleh Country Of design dan Country Of Assembly dan Country Of Manufakture. Negara asal desain atau Country of design dari suatu produk itu di perseprikan sebagai frase

“ di desain ’’ oleh ia juga mengatakan Country Of Design dan Country Of

Assembly juga berpengaruh terhadap kualitas yang di persepsikan pada produk sepatu di Spanyol.

(44)

Negara asal desain atau Country of Design ditemukan cenderung memiliki arti yang lebih penting dibandingkan Country Of Assembly atau Country Of Manufakture terhadap evaluasi kualitas produk televisi, jika negara Meksiko yang merancang dan merakit televisi, perssepsi negatif yang akan dimunculkan oleh konsumen tehadap produk. Dalam studi sebelumnya yang dilakukan namun, persepsi negatif ini mungkin dapat dikurangi dengan pembuatan desain asal jepang karena konsumen tampaknya lebih peduli mengenai Country Of Design dibandingkan Country Of Assembly dalam penilaian produk.

Ahmed dan d’Astou dalam Rosyidi (2009) mengatakan bahwa lokasi

pendesaian produk lebih menguntungkan serta dapat mengurangi penilaian negatif terhadap negara Meksiko dalam perakitan produk, bahkan pada penelitian yang menggunakan produk T Shirt dengan sampel mahasiswa di China, menyimpulkan bahwa Country Of Design dan Country Of Assembly mempunyai pengaruh terhadap kualitas yang dipersepsikan.

4. Negara Asal Komponen Produk (Country Of Part)

Selain negara asal perakitan produk dan negara asal desain juga terdapat negara asal komponen produk, pengertiannya yaitu:

(45)

b. Insch dan McBride dalam Yim et al., (2007) juga mengatakan bahwa Country of Parts (COP) juga adalah negara dimana bagian-bagian atau komponen produk dibuat.

c. Insch dan McBride (2004) mengatakan Country of Part (COP) merupakan negara dimana mayoritas bahan yang digunakan dalam produk berasal atau sebagian besan komponen produk dibuat.

Berbagai studi diatas telah menegaskan bahwa setiap lokasi produksi memiliki berbagai tingkat pengaruh pada persepsi konsumen terhadap kualitas produk, hal ini menjadi jelas bahwa penguraian Country of Origin membentuk bagian-bagian yang lebih spesifik seperti negara asal desain, negara asal perkitan dan negara asal komponen produk sangat penting mengingat pasar global saat ini.

D. Desain

Desain adalah jantung produk. Desain yang baik tidak hanya mempunyai andil dalam penampilan produk tetapi juga dalam manfaatnya. Produk yang di desain dengan baik maka akan memenangkan perhatian dan penjualan. Desain yang baik dapat menarik minat, meningkatkan performa produk, menekan biaya produksi, dan memberikan keunggulan kompetitif yang kuat pada produk di dalam pasar sasaran (Kotler&Armstrong, 1994).

(46)

Karena desain produk dapat mempengaruhi konsumen dalam kepuasan pemakaian produk tersebut, baik dalam kenyamanan atau prestice yang akan didapat konsumen setelah membeli produk tersebut. Sehingga saat ini desain dapat menjadi unsur yang mempengaruhi konsumen untuk mengambil keputusan dalam pembelian.

E. Fitur

Kotler dan Armstrong (2008) menjelaskan bahwa manfaat produk dikomunikasikan dan dihantarkan oleh atribut produk melalui kualitas, fitur dan gaya serta desain produk. Menurut Parsons (2010) dalam Matti (2011), fitur adalah faktor penentu utama keputusan pembelian konsumen.

Fitur menurut Kotler dan Armstrong (2008) didefinisikan sebagai sarana kompetitif untuk mendifferensiasikan produk perusahaan dengan pesaing. Melalui fitur, perusahaan dapat menciptakan differensiasi produknya dari produk pesaing. Sebagian besar produk yang ditawarkan dengan fitur berbeda dapat melengkapi fungsi dasar produk.

(47)

F. Keputusan Pembelian

Kotler dan Armstrong (2008) mendefinisikan keputusan pembelian sebagai sebuah proses dimana konsumen mengenal masalahnya, mencari informasi mengenai produk atau merek tertentu dan mengevaluasi seberapa baik masing-masing alternatif tersebut dapat memecahkan masalahnya yang kemudian mengarah kepada keputusan pembelian. Dalam model perilaku konsumen Kotler (2007) terdapat 6 keputusan yang dilakukan oleh konsumen, yaitu pilihan produk, pilihan merek, pilihan dealer, jumlah pembelian, saat yang tepat melakukan pembelian, dan metode pembayaran. Dalam penelitian yang dilakukan Chen Ching-Yaw (2011) didapat indikator motivasi pembelian yang digunakan untuk mengukur variabel keputusan pembeliannya.

Menurut Kotler (2002), keputusan pembelian adalah tindakan dari konsumen untuk mau membeli atau tidak terhadap produk. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk atau jasa, biasanya konsumen selalu mempertimbangkan kualitas, harga dan produk sudah yang sudah dikenal oleh masyarakat Sebelum konsumen memutuskan untuk membeli, biasanya konsumen melalui beberapa tahap terlebih dahulu yaitu, (1) pengenalan masalah, (2) pencarian informasi. (3) evaluasi alternatif, (4) keputusan membeli atau tidak, (5) perilaku pascapembelian. Pengertian lain tentang

Keputusan pembelian menurut Schiffman dan Kanuk (2000) adalah “the selection

(48)

Berdasarkan definisi diatas disimpulkan bahwa keputusan pembelian adalah tindakan yang dilakukan konsumen untuk melakukan pembelian sebuah produk. Oleh karena itu, pengambilan keputusan pembelian konsumen merupakan suatu proses pemilihan salah satu dari beberapa alternatif penyelesaian masalah dengan tindak lanjut yang nyata. Setelah itu konsumen dapat melakukan evaluasi pilihan dan kemudian dapat menentukan sikap yang akan diambil selanjutnya.

1. Tahap-tahap proses keputusan pembelian (Kotler, 2005) :

1. Pengenalan Masalah

Proses pembeli dimulai dengan pengenalan masalah atau kebutuhan. Pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan sebenarnya dan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli atau dari luar. Para pemasar perlu mengenal berbagai hal yangdapat menggerakkan kebutuhan atau minat tertentu dalam konsumen. Para pemasar perlu meneliti konsumen untuk memperoleh jawaban, apakah kebutuhan yang dirasakan atau masalah yang timbul, apa yang menyebabkan semua itu muncul, dan bagaimana kebutuhan atau masalah itu menyebabkan seseorang mencari produk tertentu ini.

2. Pencarian Informasi

(49)

tidak berusaha untuk memperoleh informasi lebih lanjut atau sangat aktif mencari informasi sehubungan dengan kebutuhan itu.

3. Penilaian Alternatif

Setelah melakukan pencarian informasi sebanyak mungkin tentang banyak hal, selanjutnya konsumen harus melakukan penilaian tentang beberapa alternatif yang ada dan menentukan langkah selanjutnya. Penilaian ini tidak dapat dipisahkan dari pengaruh sumber-sumber yang dimiliki oleh konsumen (waktu, uang dan informasi) maupun risiko keliru dalam penilaian.

4. Keputusan Membeli

Setelah tahap-tahap awal tadi dilakukan, sekarang tiba saatnya bagi pembeli untuk menentukan pengambilan keputusan apakah jadi membeli atau tidak. Jika keputusan menyangkut jenis produk, bentuk produk, merk, penjual, kualitas dan sebagainya. Untuk setiap pembelian ini, perusahaan atau pemasar perlu mengetahui jawaban atas pertanyaan yang menyangkut perilaku konsumen, misalnya: berapa banyak usaha yang harus dilakukan oleh konsumen dalam pemilihan penjualan (motif langganan/patronage motive), faktor-faktor apakah yang menentukan ksan terhadap sebuah toko, dan motif langganan yang sering menjadi latar belakang pembelian konsumen.

5. Perilaku setelah pembelian

(50)

memiliki ketidakpuasan setelah melakukan pembelian, karena mungkin harga barang dianggap terlalu mahal, atau mungkin karena tidak sesuai dengan keinginan atau gambaran sebelumnya dan sebagainya. Untuk mencapai keharmonisan dan meminimumkan ketidakpuasan pembeli harus mengurangi keinginan-keinginan lain sesudah pembelian, atau juga pembeli harus mengeluarkan waktu lebih banyak lagi untuk melakukan evaluasi sebelum membeli.

2. Peranan Konsumen Dalam Keputusan Pembelian

Menurut Swastha dan Handoko (2011) berpendapat bahwa lima peran individu dalam sebuah keputusan membeli, yaitu:

1. Pengambilan inisiatif (initiator): individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu atau yang mempunyai kebutuhan atau keinginan tetapi tidak mempunyai wewenang untuk melakukan sendiri. 2. Orang yang mempengaruhi (influencer): individu yang mempengaruhi

keputusan untuk membeli baik secara sengaja maupun tidak sengaja. 3. Pembuat keputusan (decider): individu yang memutuskan apakah akan

membeli atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana membelinya, kapan dan dimana membelinya.

4. Pembeli (buyer): individu yang melakukan pembelian yang sebenarnya. 5. Pemakai (user): individu yang menikmati atau memakai produk atau jasa

(51)

Sebuah perusahaan perlu mengenai peranan tersebut karena semua peranan mengandung implikasi guna merancang produk, menentukan pesan dan mengalokasikan biaya anggaran promosi serta membuat program pemasaran yang sesuai dengan pembeli.

G. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Tsario (2011) dengan judul Pengaruh Gaya Hidup (Lifestyle) dan Word of Mouth terhadap Keputusan Pembelian Smartphone, yang merupakan penelitian dengan tujuan untuk menguji pengaruh gaya hidup dan word of mouth terhadap keputusan pembelian smartphone di Jakarta. Responden dalam penelitian ini berasal dari 200 responden yang pernah membeli smartphone. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel gaya hidup dan word of mouth memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan membeli smartphone.

(52)

pada brand, country of design dan country of assembly yang di persepsikan rendah ; secara signifikan niat beli pada brand, country of design dan country of assembly yang di persepsikan tinggi lebih tinggi daripada niat beli pada brand, country of design dan country of assembly yang di persepsikan rendah : dan secara signifikan niat beli pada merek brand rendah, country of design dan country of assembly yang di persepsikan lebih tinggi dari pada niat beli pada brand, country of design dan country of assembly yang di persepsikan rendah.

H. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, penelitian ini dibentuk dari adanya saling ketergantungan antar variabel yang dianggap penting untuk diteliti. Penelitian ini menggunakan variabel Word of Mouth, Country of Origin, Desain dan Fitur produk. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Word of Mouth, Country of Origin, Desain, dan Fitur Produk terhadap Keputusan Pembelian pada produk smartphone OPPO empat unsur (variabel x) yang mempengaruhi pembelian ulang (variabel y) adalah:

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Word of Mouth

Country of Origin

Desain

Fitur

(53)

I. Pengembangan Hipotesis

1. Hubungan Word of Mouth dengan Keputusan Pembelian

Kotler & Keller (2007) mengemukakan bahwa Word of Mouth Communication (WOM) atau komunikasi dari mulut ke mulut merupakan proses komunikasi yang berupa pemberian rekomendasi baik secara individu maupun kelompok terhadap suatu produk atau jasa yang bertujuan untuk memberikan informasi secara personal.

Komunikasi dari mulut ke mulut merupakan salah satu saluran komunikasi yang sering digunakan oleh perusahaan yang memproduksi baik barang maupun jasa karena komunikasi dan mulut ke mulut (Word of Mouth) dinilai sangat efektif dalam memperlancar proses pemasaran dan memberikan keuntungan kepada perusahaan.

Menurut Kotler dan Keller (2007), saluran komunikasi personal yang berupa ucapan atau perkataan dari mulut ke mulut (word of mouth) dapat menjadi metode promosi yang efektif karena pada umumnya disampaikan dari konsumen oleh konsumen dan untuk konsumen, sehingga konsumen atau pelanggan yang puas dapat menjadi media iklan bagi perusahaan. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

(54)

2. Hubungan Country of Origin dengan Keputusan Pembelian

Negara asal (Country of Origin) mengacu pada negara dimana suatu merek dihubungkan, dan biasanya merupakan negara asal merek tersebut. Country of Origin, sama seperti halnya juga harga dan nama merek, memiliki pengaruh dalam penilaian suatu produk, konsumen cenderung memiliki kesan tertentu terhadap suatu produk yang dihasilkan di suatu negara. Label “made in” menjadi sifat (atribut) yang penting bagi konsumen dalam proses penilaian produk. Hal ini menunjukkan bahwa negara asal produk mempunyai peran yang sangat penting dalam kegiatan pemasaran. Selain itu bagi perusahaan sendiri, hal ini penting untuk mendapat perhatian terutama terdapatnya perbedaan sikap dari konsumen dalam menilai berbagai negara itu untuk mengembangkan praktek pemasaran yang efektif.

Studi Nagashima (1977), menunjukkan bahwa konsumen memiliki image tersendiri dalam pikirannya terhadap spesifik kategori produk tertentu. Orang Jepang memiliki kesan bahwa Jerman adalah negara yang memproduksi mobil mewah, negara Perancis terkenal sebagai negara pembuat kosmetik, dan Negara Amerika terkenal akan komputer dan pesawat terbangnya. Oleh karena itu dapat disimpulkan terdapat pengaruh country of origin terhadap produk khusus yang sangat bervariasi antar tiap negara.

(55)

manufakturnya atau melalui joint venture di negara yang memiliki reputasi yang baik. Penelitian yang dilakukan oleh Chike Okechuku adalah terhadap dua kategori produk yaitu TV dan Radio kaset player, dengan tingkatan profil gabungan atribut produk yang mempengaruhi keputusan pembelian meliputi : nama merek, negara asal, harga, kualitas gambar, kualitas penerimaan, dan garansi dari produk. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa untuk produk TV, negara asal merupakan faktor yang sangat penting bagi responden Amerika sedangkan responden Kanada dan Jerman mementingkan merek dan kualitas gambar sedangkan responden Belanda mementingkan merek. Untuk produk radio menunjukkan bahwa merek merupakan faktor penting untuk responden Amerika dan Belanda, Jerman mementingkan merek dan negara asal sedangkan responden Kanada sangat terpengaruh terhadap negara asal. Dari hasil penelitian itu lah terlihat bahwa negara asal merupakan satu dari tiga factor penting yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian suatu produk. Walaupun terlihat bahwa pengaruh country of origin sangat besar untuk dua kategori produk tersebut, namun secara aktual terkadang hal tersebut tidak berlaku terhadap tingkat laku pembelian konsumen. Hali ini dapat di jelaskan karena penelitian yang dilakukan berkaitan dengan sikap konsumen bukan tingkah laku pembeliannya. Dalam hal ini, tingkah laku pembelian konsumen tergantung apakah mereka memperhatikan negara asal produk seperti label

”made in” pada saat pembelian.

(56)

untuk negara yang memiliki kesan baik. Untuk produk kategori seperti otomotif dan barang elektronik, pemasar penting untuk memberikan informasi mengenai country of origin kepada konsumen karena konsumen kerap menghubungkan produk terhadap country of origin spesifik. Hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Country of Origin (X2) terhadap Keputusan Pembelian (Y).

3. Hubungan Desain Produk terhadap Keputusan Pembelian

Desain adalah jantung produk. Desain yang baik tidak hanya mempunyai andil dalam penampilan produk tetapi juga dalam manfaatnya. Produk yang di desain dengan baik maka akan memenangkan perhatian dan penjualan. Desain yang baik dapat menarik minat, meningkatkan performa produk, menekan biaya produksi, dan memberikan keunggulan kompetitif yang kuat pada produk di dalam pasar sasaran (Kotler&Armstrong, 1994).

(57)

mengambil keputusan dalam pembelian. Maka hipotesis yang dapat diajukan adalah:

H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Desain Produk (X3) terhadap Keputusan Pembelian (Y).

4. Hubungan Fitur Produk dengan Keputusan Pembelian

Fitur menurut Kotler dan Armstrong (2008) didefinisikan sebagai sarana kompetitif untuk mendifferensiasikan produk perusahaan dengan pesaing. Melalui fitur, perusahaan dapat menciptakan differensiasi produknya dari produk pesaing. Sebagian besar produk yang ditawarkan dengan fitur berbeda dapat melengkapi fungsi dasar produk (Kotler&Keller, 2007).

Kotler dan Armstrong (2008) menjelaskan bahwa manfaat produk dikomunikasikan dan dihantarkan oleh atribut produk melalui kualitas, fitur, dan gaya serta desain produk. Menurut Parsons K (2010) dalam Matti H (2011), pembelian telepon seluler fitur adalah faktor penentu utama keputusan pembelian konsumen.

Banyak penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa fitur mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, Thompson (2011), Matti (2011), dan Agung (2008) dimana dari ketiga penelitian tersebut didapat hasil fitur berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

(58)

Berdasarkan teori, tinjauan literature serta kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Word of Mouth (X1) terhadap Keputusan Pembelian (Y).

H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Country of Origin (X2) terhadap Keputusan Pembelian (Y).

H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Desain Produk (X3) terhadap Keputusan Pembelian (Y).

H4 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Fitur Produk (X4) terhadap Keputusan Pembelian (Y).

(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Berdasarkan metode penelitian, jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian survei. Penelitian survei menurut Dane dalam Mamang (2010) adalah penelitian yang mengumpulkan data pada saat tertentu. Sementara menurut Deming dalam Mamang (2010) adalah penelitian yang tidak melakukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus) terhadap variabel-variabel yang diteliti. Adapun tujuandari penelitian survei adalah mengidentifikasi secara terukur keadaan sekarang untuk dibandingkan dan menentukan hubungan sesuatu yang hidup di antara kejadian spesifik. Pendekatan survei dalam penelitian ini dilakukan dengan penyebaran kuisioner kepada individu sebagai responden.

B. Populasi dan Sampel

a. Populasi

(60)

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen produk Smartphone OPPO di Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Ukuran sampel dalam penelitian ini merujuk kepada pendapat Roscoe dalam Sugiyono (2009) adalah sebagai berikut:

a) Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai 500 orang.

b) Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-swasta, dan lain-lain), maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30 orang.

c) Bila didalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti.

d) Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 sampai 20.

(61)

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode nonprobability sampling. Nonprobability sampling adalah teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan atau peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2009). Sedangkan teknik yang digunakan adalah accidental sampling yaitu siapa saja konsumen yang menggunakan Smartphone OPPO.

C. Definisi Konseptual

Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah:

1. Word of Mouth

Word of Mouth adalah proses di mana yang didapatkan seseorang tentang suatu produk baik dari interaksi sosial maupun dari pengalaman konsumsi yang diteruskan kepada orang lain. Sehingga dengan menggunakan Word of Mouth pemasar dapat menekan biaya promosi dan juga lebih dipercaya karena sumber komunikasinya teman atau keluarga yang sudah pasti tidak mendapat imbalan apapun dari perusahaan. (Ristiyanti, 2005)

2. Country of Origin

(62)

3. Desain

Desain adalah jantung produk. Desain yang baik tidak hanya mempunyai andil dalam penampilan produk tetapi jua dalam manfaatnya. Produk yang di desain dengan baik maka akan memenangkan perhatian dan penjualan. Desain yang baik dapat menarik minat, meningkatkan performa produk, menekan baiaya produksi, dan memberikan keunggulan kompetitif yang kuat pada produk di dalam pasar sasaran. (Kotler&Armstrong, 1994)

4. Fitur

Fitur merupakan sarana kompetitif untuk mendifferensiasikan produk perusahaan dengan pesaing dengan tujuan dapat menciptakan differensiasi produknya dari produk pesaing. Sebagian besar produk yang ditawarkan dengan fitur berbeda dapat melengkapi fungsi dasar produk. (Kotler&Armstrong, 2008)

5. Keputusan Pembelian

(63)

D. Definisi Operasional

Definisi opersional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dan atau kontrak dengan cara memberikan arti atau melakukan spesifikasi kegiatan maupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur kostak atau variabel (Mamang, 2010).

Tabel 2 Operasional Variabel

Variabel Definisi Variabel Indikator Skala

X1 Word Of

mouth

Tindakan konsumen memberikan informasi kepada konsmen lain dari seorang kepada orang lain nonkomersial baik merek, produk smartphone OPPO

Asosiasi mental serta keyakinan yang dipengaruhi oleh negara dan sangat berperan penting dalam persepsi kualitas produk smartphone OPPO

X3 Desain Rancangan yang menjadi dasar pembuatan smartphone OPPO. Desain yang baik tidak hanya mempunyai andil dalam penampilan OPPO dengan pesaing dengan tujuan dapat menciptakan differensiasi produk

merupakan suatu proses pemilihan salah satu dari beberapa alternatif penyelesaian masalah dengan tindak lanjut yang nyata

a. Pemilihan produk

b. Kepercayaan terhadap suatu produk

(64)

c. Gaya hidup

d. Rekomendasi dari kerabat terdekat

E. Skala Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan skala Likert sebagai skala pengukurannya. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2009). Skala Likert berhubungan dengan terhadap suatu jawaban pada setiap indikator instrument, menggunakan skala Likert mempunyai nilai gradasi dari yang tertinggi sampai yang terendah, yaitu:

Tabel 3 Pemberian Bobot Nilai untuk Variabel Penelitian

No Pertanyaan Skor

1 Sangat setuju 5

2 Setuju 4

3 Ragu-ragu 3

4 Tidak setuju 2

5 Sangat tidak setuju 1

F. Jenis dan Sumber Data

a. Data Primer

(65)

dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yaitu pengguna smartphone OPPO.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dalam penelitian ini melalui data teoritis yang diambil dari buku-buku perpustakaan, literatur-literatur dan juga internet.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan:

1. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009). Kuesioner dibuat dengan kategori multiple choice dengan menggunakan skala likert, dimana setiap butir pertanyaan dibagi menjadi 5 skala ukur yaitu sangat setuju (skor 5), setuju (skor 4), netral (skor 3), tidak setuju (skor 2), sangat tidak setuju (skor 1).

(66)

H. Pengujian Instrumen Data

1. Uji Validitas

Menurut Ghozali (2002) uji validitas adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diukur, karena suatu alat ukur yang valid mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya suatu alat ukur yang kurang valid memiliki validitas rendah. Menurut Sugiyono (2007) validitas dapat diketahui dengan menggunakan rumus Product Moment Coeficient of Correlation sebagai berikut:

rxy =

N∑XY− ∑X (∑Y)

N∑X2 (X)2 NY2 (Y)2

Keterangan :

rxy = Koefisien Korelasi antara variabel X dan variabel Y

n = Banyaknya sampel

x = Skor faktor

y = Skor total

dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

(67)

Penelitian ini menguji validitas instrumen dari 20 item pernyataan yang valid dengan menggunakan data yang terkumpul dari 30 responden yang diperoleh dari penyebaran kuesioner dengan r kritis 0,349 apabila korelasi < 0,349 maka dapat disimpulkan bahwa item pernyataan tersebut tidak valid. Hasil perhitungan validitas untuk semua item pernyataan dalam kuesioner dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut:

Tabel 4 Hasil Uji Validitas

No Item Nilai r Hitung Nilai r Tabel Keterangan

1 0,836 0,349 Valid

(68)

pernyataan dalam penelitian ini dapat digunakan dalam penyebaran kuesioner untuk pengambilan data.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merujuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk di gunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas menggunakan teknik Alpha Crombach dengan rumus sebagai berikut:

��� = �−1 1−∑

2

�2

Keterangan:

rii = Reliabiltas Instumen

k = Banyaknya butir pertanyaan dan soal

∑α 2 = ∑ varians butir pertanyaan αt2

= Varians total

Menurut Ghozali (2002), instrumen penelitian dikatakan reliabel jika memiliki nilai Alpha Crombach> 0.60. Jika nilainya lebih kecil dari 0.60 maka kuesioner penelitian ini tidak reliable. Hasil uji reliabilitas pada penelitian ini dapat dlihat pada tabel 3.3 berikut:

Tabel 5 Hasil Uji Reliabilitas

No Variabel Cronbach alpha Keterangan

1 X1 0,825 Reliabel

(69)

3 X3 0,779 Reliabel

4 X4 0,757 Reliabel

5 Y 0,766 Reliabel

Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 5 di atas menunjukan bahwa nilai interpretasi untuk kelima variabel dalam penelitian ini adalah reliable, yaitu dengan nilai Cronbach alpha lebih dari 0,6. Nilai interpretasi keempat variabel tersebut adalah word of mouth (X1) = 0,825, country of origin (X2) = 0,764, desain (X3) = 0,779, fitur (X4) = 0,757 dan keputusan pembelian (Y) = 0,766. Dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipercaya dan diandalkan untuk digunakan dalam penelitian ini.

I. Uji Asumsi Klasik

Model regresi yang baik harus bebas dari penyimpangan data (Ghozali, 2002). Terdapat beberapa asumsi klasik, berikut adalah asumsi klasik menurut Wijaya (2011) uji asumsi klasik dibagi menjadi yaitu uji multikolinieritas, uji hetroskedastisitas, dan uji normalitas.

1. Uji Normalitas

(70)

sekitar garis diagonal, dan mengikuti arah garis berarti model regrsi dikatakan memenuhi asumsi normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa varians variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedistisitas. Metode regresi yang baik tidak terjadinya homoskedistisitas dan heteroskedastisitas. Untuk melihat ada atau tidaknya hetroskodastisitas dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Dan cara meganalisisnya adalah:

a. Dengan melihat titik-titik pola, jika pola teratur maka terdapat heteroskedastisitas.

b. Jika terdapat pola yang tidak jelas, dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 10 pada sumbu Y, maka tidak terjadinya heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas merupakan uji yang di tunjukkan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Independent). Metode regresi yang baik seharusnya tidak terjadinya multikolinieritas.untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinieritas adalah:

(71)

b. Atau multikolinieritas juga dapat dilihat dari VIF, jika VIF < 10 maka tingkat kolinieritasnya masih dapat di toleransi.

c. Nilai Eigen Value berjumlah satu atau lebih, jika variabel bebas mendekati 0 menunjukkan adanya multikolinieritas.

J. Teknik Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009). Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai suatu data. Dalam penelitian ini menggambarkan penilaian dan analisis jawaban responden.

2. Uji Regresi Linier Berganda

(72)

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4

Keterangan :

Y = Keputusan Pembelian X1 = Word of Mouth X2 = Country of Origin X3 = Desain

X4 = Fitur

a = nilai konstanta b = koefisien regresi

3. Uji Determinasi

Koefisien determinasi (��) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel dependent. Jika�� semakin besar (mendekati satu) maka pengaruh variabel bebas adalah besar terhadap variabel terikat. Sedangkan, jika R2 kecil maka pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat sangat kecil (Ghozali, 2006). Koefisien determinasi menunjukkan besarnya

konstribusi variabel independent terhadap variabel dependent. �� dapat dirumuskan sebagai berikut Sugiyono (2009):

�2 = 1∑ 1 + 2∑ 2 + 3∑ 3 + 4∑ 4

∑ 2

Keterangan:

Gambar

Tabel 1 Worldwide Smartphone Sales to End Users by Vendor in 2Q13
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Tabel 3 Pemberian Bobot Nilai untuk Variabel Penelitian
Tabel 5 Hasil Uji Reliabilitas
+2

Referensi

Dokumen terkait

ENHANCING STUDENTS’ READING COMPREHENSION BY USING RECIPROCAL TEACHING TECHNIQUE (A Classroom Action Research on the Eleventh Grade of SMA Negeri 1 Banyudono in the

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah membangun jaringan VoIP di kampus dengan menghubungkan VoIP server pada jaringan wireless LAN, menggunakan softphone

[r]

Menurut Anda, selama ini bagaimanakah harga yang ditawarkan showroom ini dibandingkan pesaing.. Harga yang kami berikan ya mengikuti harga-harga di

(2008) yang berjudul the strategic Planning environment Performance relationship revisited in Manufacturing SME menyebutkan bahwa analisis lingkungan internal dan

Pengujian secara serentak atau uji F menunjukkan bahwa hipotesis alternatif ditolak sehingga tidak terdapat pengaruh managerial ownership, institutional ownership dan

Penilaian terhadap jumlah analgetik pertolongan secara klinis terlihat bahwa kombinasi tramadol-parasetamol mempunyai efek analgetik lebih lemah dibanding dengan

Hasil pengujian yang telah dilakukan yaitu proses pemilihan Program Studi Teknik Informatika pada PTS di Lombok, maka dapat dianalisa bahwa sistem ini telah