• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MELALUI

METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY Oleh

Silvia Irmayani

Sampai saat ini mata pelajaran IPA fisika masih dianggap sulit oleh siswa.

Dari anggapan tersebut akan mempengaruhi keterampilan metakognisi dan

minat belajar dari dalam diri siswa dan akan berdampak pada rendahnya

hasil belajar IPA fisika siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

(1) Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap minat belajar fisika siswa

melalui pembelajaran discovery, (2) Pengaruh keterampilan metakognisi

terhadap hasil belajar fisika siswa melalui pembelajaran discovery.

Penelitian ini merupakan studi kasus eksperimen dengan menggunakan satu

kelas sebagai sampel. Penelitian dilakukan secara langsung dalam kegiatan

pembelajaran pada siswa kelas VIIIA SMPN 5 Negeri Agung Way Kanan.

Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas, yaitu keterampilan

metakognisi, dua variabel terikat, yaitu hasil belajar dan minat siswa dan

satu variabel moderator yaitu metode discovery, dengan langkah-langkah

pembelajaran discovery antara lain mengidentifikasi kebutuhan siswa,

seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan

(2)

dan memperjelas tugas/problema yang dihadapi siswa serta peranan

masing-masing siswa; mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;

mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan;

memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan; membantu

siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa; memimpin analisis

sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan

mengidentifikasi masalah; merangsang terjadinya interaksi antara siswa

dengan siswa; membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil

penemuannya. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah

One-Shot Case Study. Data keterampilan metakognisi, minat belajar, dan hasil

belajar siswa diperoleh dari nilai angket, dan hasil posttest.

Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap minat belajar dan hasil

belajar fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery

dianalisis dengan menggunakan regresi sederhana. Hasil analisis data dalam

bentuk persamaan regresi adalah (1) pengaruh keterampilan metakognisi

terhadap minat belajar , Y = 41,089 + 0,128 X dengan nilai signifikansi

0,357, (2) pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil beajar, Y =

49,420 + 0,610 X dengan nilai signifikansi 0,012. Kesimpulan dalam

penelitian ini adalah (1) tidak terdapat pengaruh keterampilan metakognisi

terhadap minat belajar fisika siswa melalui pembelajaran discovery, (2)

terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar fisika

siswa melalui pembelajaran discovery.

Kata kunci: keterampilan metakognisi, minat belajar, hasil belajar, metode pembelajaran discovery

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Adiluwih, Pringsewu pada tanggal 19 Oktober 1991,

sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Silas

Sukirno,S.Pd dan Ibu Siti Rohayani.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1996 di SDS Bhakti Baradatu,

Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan dan tamat pada tahun 2001.

Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Baradatu, Way

Kanan hingga tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di

SMA Xaverius Pringsewu, Pringsewu dan tamat pada tahun 2009. Pada tahun

yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa reguler program studi Pendidikan

Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di

Universitas Lampung.

Pada tahun 2012, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di

SMPN 1 Sido Mulyo, Desa Sido Rejo, Kecamatan Sido Mulyo, Kabupaten

Lampung Selatan dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di tempat yang

sama. Pada tahun 2014 penulis melaksanakan penelitian di SMP N 5 Negeri

(8)

MOTO

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”

(Thomas Alfa Edison)

“Perjuangkan dan pertahankan sesuatu yang layak untuk kita perjuangkan” (Silvia Irmayani)

“Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya namun awal dari kita untuk terus bangkit dan berjuang”

(9)

PERSEMBAHAN

Penulis persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasih

penulis kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta yang sudah bersusah payah mendidik, memperhatikan,

dan selalu menantikan keberhasilan penulis. Terima kasih untuk segala cinta,

kasih sayang, pengorbanan, serta doa yang selalu diberikan. Semoga Tuhan

senantiasa memberikan kesehatan kepada kalian dan kesempatan kepada

penulis untuk dapat selalu membahagiakan kalian.

2. Suami tersayang Erwin Mareta dan anakku Allodia Ervia Putri tersayang yang

selalu memberi cinta, kesetiaan, doa, dan dukungan penuh untuk

keberhasilan penulis.

3. Adik-adik tersayang Rio Fabian Utama, Yolla Rona Mustika, dan Denino

Maranata yang selalu menghibur, memotivasi, serta memberikan dukungan

untuk keberhasilan penulis.

4.

Keluarga Besar yang selalu mendukung keberhasilan penulis.

(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika.

4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc., selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

5. Ibu Viyanti, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing II

atas keikhlasannya memberikan bimbingan, saran, dan motivasi.

6. Bapak Dr. Undang Rosidin, M. Pd., selaku pembahas yang banyak

memberikan kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif..

7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.

8. Bapak Silas Sukirno, S.Pd. selaku Kepala SMPN 5 Negeri Agung Way Kanan

beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

9. Ibu Sri Rosmawati, S.Pd., selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas VIII B

(11)

10.Teman-teman seperjuangan P.Fisika 2009 A dan B serta kakak dan adik

tingkat di Program Studi Pendidikan Fisika atas bantuan dan

kebersamaannya.

11.Kawan tersayang, Mike, Ria, Nely, dan Cece yang selalu memberikan

semangat, dukungan, canda tawa, mendengarkan segala keluh kesah penulis,

memberikan nasehat, dan perhatian. Terima kasih atas segala yang telah kalian

berikan, kalian tidak akan pernah terganti. Semoga tali persaudaraan ini tetap

terjaga selamanya.

12.Teman-teman KKN dan PPL yang selalu menghibur dan mendukung penulis.

Terima kasih untuk kebersamaan dan silaturahmi yang terjaga sampai saat ini

dan kapanpun.

13.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Tuhan melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta

berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga

skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar lampung, Juni 2014 Penulis

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis ... 6

1. Metakognisi ... 6

2. Hasil Belajar ... 10

3. Minat Belajar Siswa ... 13

4. Metode Pembelajaran Discovery ... 14

B. Kerangka Berpikir ... 18

C. Anggapan Dasar ... 22

D. Hipotesis Penelitian ... 23

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

C. Desain Penelitian ... 25

D. Variabel Penelitian ... 26

(13)

F. Instrumen Penelitian ... 26

G. Teknik Pengumpulan Data ... 27

H. Analisis Instrumen ... 28

I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 33

1. Tehnik Analisis Data... 33

2. Pengujian Hipotesis... 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 38

1. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 38

2. Data Hasil Penelitian ... 41

3. Hasil Uji Analisis Data ... 44

a. Hasil Uji Normalitas ... 44

b. Hasil Uji Linearitas ... 45

c. Hasil Uji Regresi Linear Sederhana ... 46

d. Hasil Uji Hipotesis ... 49

B.Pembahasan ... 51

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 55

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Hasil Uji Validitas Soal Keterampilan Metakognisi... 30

3.2. Hasil Uji Validitas angket Minat Belajar siswa. ... 30

3.3. Hasil Uji Validitas Soal Hasil Belajar ... 31

3.4 Nilai Kisaran Alpha Chronbach’s... 32

3.5. Hasil Uji Reliabilitas Soal Keterampilan Metakognisi, Minat Belajar dan Hasil Belajar... 32

3.6 Kategori Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa... 34

3.7 Tingkat Hubungan Berdasarkan Interval Kolerasi... 36

4.1. Data Keterampilan Metakognisi …... 41

4.2. Distribusi Frekuensi Data Nilai Keterampilan Metakognisi ... 41

4.3. Data Minat Belajar Siswa ... 42

4.4. Distribusi Frekuensi Data Minat Belajar Siswa... 43

4.5. Data Hasil Belajar Siswa ... 43

4.6. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Siswa... 44

4.7. Hasil Uji Normalitas Data Keterampilan Metakognisi, Minat Belajar dan Hasil Belajar Siswa... ... 45

4.8. Hasil Uji Linieritas Data Keterampilan Metakognisi, Minat Belajar dan Hasil Belajar Siswa... 46

4.9. Hasil Uji Regresi sederhana Pengaruh Keterampilan Metakognisi terhadap Minat Belajar siswa ... 47

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Digram Kerangka Pikir Penelitian ... 22

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran Fisika sebagai salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

merupakan bagian dari mata pelajaran yang menuntut siswa untuk

berinteraksi langsung dengan sumber belajar, tidak hanya memahami

konsep-konsep ilmu pengetahuan saja, namun perlu penggabungan pengalaman

melalui serangkaian kegiatan ilmiah sebagai langkah-langkah menuju

pemahaman terhadap konsep yang nantinya akan menumbuhkan minat

belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil wawancara yang sudah dilakukan di SMPN 5 Negeri

Agung Way Kanan hanya sekitar 40% siswa yang lulus KKM tanpa remidial.

Hal tersebut menandakan bahwa hasil belajar siswa untuk mata pelajaran IPA

Fisika masih sangat kurang, hal ini disebabkan karena guru masih

menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran. Sebagai

pendamping siswa, guru perlu pandai memilih metode yang digunakan dalam

proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru

seharusnya dapat meningkatkan minat belajar, sehingga hasil belajar siswa

(17)

2

Hasil belajar dikatakan berhasil jika ditunjang dengan proses pembelajaran

yang membutuhkan suatu keterampilan. Salah satu keterampilan yang

dibutuhkan adalah Keterampilan Metakognisi. Keterampilan Metakognisi

merupakan daya pikir dalam menyelesaikan masalah atau soal-soal sehingga

siswa itu mampu mengetahui seberapa besar kesalahan atau kebenaran siswa

dalam menyelesaikan masalah. Dapat pula di katakan bahwa metakognisi

merupakan suatu daya berpikir tingkat tinggi. Sehingga siswa dapat

mengetahui kemampuan dan modalitas belajar yang dimiliki dan strategi

belajar terbaik untuk belajar efektif, keterampilan metakognisi yang

berkembang dengan baik membuat siswa mampu menyadari kekuatan dan

kelemahannya dalam belajar sehingga dalam pembelajaran IPA fisika

keterampilan metakognisi sangat berperan penting dalam meningkatkan hasil

belajar dan minat siswa.

Siswa sebaiknya dilatih untuk menggembangkan keterampilan

metakognisinya dalam belajar. Cara melatih keterampilan metakognisi siswa

salah satunya yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran discovery

atau penemuan. Metode pembelajaran discovery adalah metode mengajar

yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh

pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui

pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dengan metode

discovery ini siswa dapat belajar untuk menemukan konsep sehingga

kemampuan berfikirnya terasah dan di harapkan dengan metode ini siswa

(18)

3

kuat untuk belajar dan apabila siswa memiliki minat yang kuat maka

diharapkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.

Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti meneliti tentang “Pengaruh

peningkatan metakognisi terhadap hasil belajar siswa dan minat belajar

melalui model pembelajaran discovery”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar

fisika siswa melalui pembelajaran discovery?

2. Bagaimanakah pengaruh keterampilan metakognisi terhadap minat belajar

fisika siswa melalui pembelajaran discovery?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap minat belajar fisika siswa

melalui pembelajaran discovery.

2. Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar fisika siswa

melalui pembelajaran discovery.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Dapat menjadi alternatif baru bagi guru dalam menambah wawasan

(19)

4

keterampilan metakognisi dan dengan adanya kemampuan keterampilan

metakognisi siswa memiliki minat belajar yang semakin besarsi sehingga

hasil belajarpun akan meningkat.

2. Dapat digunakan menjadi tolak ukur hasil belajar fisika sehingga siswa

dapat melihat hasil yang telah dicapainya dan dapat lebih meningkatkan

minat dan hasil belajar lebih baik.

3. Sebagai referensi bagi peneliti lain untuk penelitian yang sama.

E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Keterampilan metakognisi merupakan keterampilan tentang strategi-strategi

kognitif yang meliputi strategi-strategi belajar, mengintregrasikan

pengetahuan, memahami konsep sampai pemecahan permasalahan dalam

pembelajaran. Indikator keterampilan metakognisi yang dinilai dalam

penelitian ini adalah keterampilan siswa dalam mengatur dan mengontrol

aktivitas kognisinya dalam belajar dan berpikir.

2. Hasil belajar adalah hasil belajar berupa nilai yang dicapai oleh siswa setelah

mengikuti kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu tertentu. Dalam

penelitian ini hasil belajar yang diteliti adalah hasil belajar aspek kognitif

(pengetahuan) .

3. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau

aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Indikator minat dalam penelitian ini

adalah perasaan senang, perhatian, rasa ingin tahu, dan usaha yang dilakukan.

(20)

5

4. Metode pembelajaran discovery metode mengajar yang mengatur

pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan

yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan,

sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.

5. Materi pokok dalam penelitian ini adalah Sifat-sifat Cahaya dan

Hubungannya dengan Berbagai Bentuk Cermin dan Lensa.

6. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII SMPN Negeri Agung Way

(21)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Metakognisi

Banyak para ahli yang menyatakan mengenai arti dari metakognitif ini.

Menurut pandangan Flavell dalam Jonassen (2000: 14) mengatakan bahwa

Metacognition consists of both metacognitive knowledge and metacognitive experiences or regulati on. Metacognitive knowledge refers to acquired knowledge about cognitive processes, knowledge that can be used to control cognitive processes (Metakognisi terdiri dari kedua pengetahuan metakognisi dan pengalaman metakognisi atau regulati on. Pengetahuan metakognitif mengacu pada pengetahuan yang diperoleh tentang proses kognitif, pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengontrol proses kognitif)

Dalam pandangannya metakognisi itu berisi pengetahuan metakognisi dan

pengalaman metakognitif. Pengetahuan metakognitif mengacu pada

bagaimana seseorang memeroleh pengetahuan tentang proses kognitif, yaitu

pengetahuan yang dapat digunakan orang tersebut untuk mengontrol proses

kognitifnya. Jadi jelas dalam hal ini metakognisi adalah sesuatu aktivitas

abstrak, yang kasat mata dan terkadang tidak disadari telah dimiliki oleh

(22)

7

Sedang pengalaman metakognitif adalah hasil langkah dan tahapan olah

pikirnya selama ini dalam menyelesaikan masalah -masalah yang dihadapinya

(regulation).

Menurut pendapat di atas metakognisi merupakan daya pikir dalam

menyelesaikan masalah atau soal-soal sehingga siswa itu mampu mengetahui

seberapa besar kesalahan atau kebenaran dia dalam menyelesaikan masalah .

Jadi ini merupakan suatu proses mental yang dialami oleh para siswaDapat

pula di katakan bahwa metakognisi merupakan suatu daya berpikir tingkat

tinggi

Sementara itu Flavell dalam Jonassen (2000: 14) lebih jauh mengatakan

bahwa

metacognitive knowledge devide into three categories :.knowledge of person variables, task variables and strategy variables (metakognisi pengetahuan dibagi menjadi tiga kategori: pengetahuan tentang variabel

orang, variabel tugas dan variabel strategi).

Banyak para ahli yang memperdebatkan arti dari metakognisi ini. Akantetapi

walaupun terdapat beberapa perbedaan antara definisi, semua pada prinsipnya

menekankan pada sebuah peran metakognitif, yaitu proses eksekutif dan

proses mengatur kognitif. Menurut Anderson & Krathwohl (dalam

Sukmadinata & As’ari, 2006: 26) menyatakan bahwa,

(23)

8

bagaimana mendekati tugas belajar yang diberikan, pemantauan pemahaman, dan mengevaluasi kemajuan penyelesaian tugas adalah metakognisi di alam.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diartikan bahwa metakognisi mengacu

pada berpikir tingkat tinggi yang merupakan proses kognitif yang dilibatkan

secara aktif selama proses belajar. Aktivitas-aktivitas belajar seperti

merencanakan bagaimana cara melakukan pendekatan terhadap tugas yang

diberikan, memonitor pengertian, mengevaluasi kemajuan ke arah

penyelesaian tugas adalah merupakan kemampuan metakognitif yang alami.

Oleh karena itu, ternyata metakognisi memainkan peranan yang sangat

penting dalam kesuksesan belajar siswa. Mengembangkan kemampuan

metakognitif ternyata penting sekali untuk mempelajari aktivitas dan belajar

dan untuk membantu siswa menentukan bagaimana mereka dapat belajar lebih

baik dalam memanfaatkan sumber daya kognitif mereka yaitu dengan cara

mempertajam kemampuan metakognitifnya.

Menurut pendapat di atas metakognitif merupakan daya berpikir tingkat tinggi

disini metakognisi seseorang berpengaruh penting terhadap kesuksesan dalam

memecahkan suatu masalah. Metakognisi ini satu tingkat lebih tinggi dari

berpikir kritis sehingga seseorang yang memiliki metakognisi tinggi biasanya

memiliki kemampuan memecahkan masalah yang baik. Jadi metakognisi

disini memerankan peranan yang amat penting karena dengan peningkatan

kemampuan metakognisi ini seorang siswa dapat dengan mudah memecahkan

(24)

9

Suherman (2001: 95), mengemukakan bahwa:

Pengetahuan metakognisi merupakan pengetahuan yang diperoleh siswa tentang proses-proses kognitif yaitu pengetahuan yang bisa digunakan untuk mengontrol proses-proses kognitif. Pengalaman metakognisi melibatkan strategi atau pengaturan metakognisi. Strategi metakognisi merupakan proses yang berurutan yang digunakan untuk mengontrol aktivitas kognitif dan memastikan bahwa tujuan kognitif telah dicapai. Proses ini terdiri dari: (1) Perencanaan; (2) Pemantauan; (3) Evaluasi.

Metakognisi pada dasarnya adalah kemampuan belajar bagaimana seharusnya

belajar dilakukan yang didalamnya dipertimbangkan dan dilakukan

aktivitas-aktivitas sebagai berikut menurut Project (2008: 1):

(1) Mengembangkan suatu rencana kegiatan belajar; (2)

Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya berkenaan dengan kegiatan belajar; (3) Memanfaatkan teknologi modern sebagai sumber belajar; (4) Memimpin dan berperan serta dalam diskusi dan pemecahan masalah kelompok; (5) Belajar dari dan mengambil manfaatkan

pengalaman orang-orang tertentu yang telah berhasil dalam bidang tertentu; (6) Memahami faktor-faktor pendukung keberhasilan belajarnya.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat katakan bahwa keberhasilan seseorang

dalam belajar dapat dipengaruhi oleh kemampuan metakognisinya. Jika setiap

kegiatan belajar dilakukan dengan mengacu pada indikator dari learning how

to learn sebagaimana disebutkan di atas maka hasil optimal akan mudah

dicapai. Pengetahuan metakognisi didapat dari pengetahuan tentang kognisi

(25)

10

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu pencapaian usaha belajar yang dilakukan siswa

dalam aktivitas belajar yang menentukan tingkat keberhasilan pemahaman

siswa. Henry E. Garret dalam Sagala (2007: 13) berpendapat bahwa belajar

merupakan proses berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan

maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan

cara beriinteraksi terhadap suatu perangsang tertentu.

Menurut pendapat di atas dapat diartikan bahwa klasifikasi belajar seperti di atas,

menunjukkan bahwa untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran salah satunya dapat

dilihat dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa setelah melakukan proses

pembelajaran. Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan

kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan.

Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil jika hasil belajar yang diperoleh oleh

siswa dapat meningkat atau mengalami perubahan.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 20) berpendapat bahwa ”

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan

hasil yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan

kemampuan dari masing- masing individu. Hasil belajar menunjukkan berhasil

tidaknya suatu kegiatan pembelajaran yang dicerminkan melalui angka atau skor

setelah melakukan tes maupun non tes. Menurut Dalyono (2005: 55) faktor-faktor

(26)

11

berasal dari dalam diri) meliputi kesehatan, intelegensi, bakat, minat, motivasi dan

cara belajar, (b) faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) meliputi lingkungan

keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

Untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan, maka seorang siswa harus

bisa mengelola faktor-faktor ini dengan baik terutama faktor yang berasal dari

dalam dirinya.

Menurut Bloom dalam Sardiman (2004: 23-24) bahwa ada tiga ranah hasil

belajar, yaitu:

a) Kognitif: Knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,

merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai), application (menerapkan).

b)Affective: Receiving (sikap menerima), responding (member respon), Valuing (menilai), organization (organisasi),

characterization (karakterisasi).

Psychomotor: initiatory level, pre-routine level, routinized level.

Hasil belajar tersebut bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun

sikap. Oleh karena itu seseorang yang melakukan aktivitas belajar akan

memperoleh perubahan dalam dirinya dan memperoleh pengalaman baru,

maka individu itu dikatakan telah belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari nilai

yang diperoleh setelah tes dilakukan.

Menurut Bloom, dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 21):

(27)

12

organisasi, dan pembentukan pola hidup;(c) Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan, dan kreativitas.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diartilkan bahwa hasil belajar merupakan

hasil yang telah diperoleh setelah siswa menerima pengetahuan, dimana hasil

belajar yang dimaksud mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotor.

Menurut Arikunto (2007: 95),yaitu menyatakan bahwa

hasil belajar untuk ranah psikomotor dibagi menjadi beberapa aspek keterampilan pokok, yaitu melakukan percobaan, menganalisis hasil percobaan, menghubungkan percobaan dengan teori, mempresentasikan hasil, dan memecahkan prediksi pertanyaan.

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor

yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar, yaitu berasal dari dalam diri

orang yang belajar maupun dari luar dirinya. Berdasarkan pendapat Slameto

(2003: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat

dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor intern dan faktor ekstern yaitu:

(1) Faktor intern: faktor jasmaniah,keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kedua, kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar dan faktor psikologis,ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor

psikologis. Faktor- faktor itu meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan; (2) Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar antara lain: faktor lingkungan keluarga,faktor

(28)

13

Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan

hasil belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari penyebab-penyebab

terhambatnya pembelajaran.

3. Minat Belajar

Menurut Slameto (2003: 180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa

ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat

pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri

dengan sesuatu di luar diri. Minat merupakan ketertarikan atau perasaan

senang terhadap sesuatu . Minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap

belajar Minat terhadap pelajaran dapat merangsang siswa untuk menambah

kegiatan belajar.Hal itu sesuai dengan pendapat Slameto (2003: 57) yang

menyatakan bahwa “minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan”.

Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa minat adalah suatu ketertarikan

dimana apabila suatu ketertarikan tersebut terhadap pelajaran maka akan

berpengaruh besar terhadap kegiatan belajarnya. Minat juga selalu

berhubungan dengan rasa senang dan sangat besar pengaruhnya terhadap

belajar karena bahan ajar yang menarik minat siswa akan lebih mudah di

pelajari oleh siswa.

Menurut pendapat Slameto (2006: 24) menyatakan bahwa

(29)

14

di luar diri . Semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut akan semakin besar minat

Berdasarkan pendapat di atas dapat diartikan bahwa minat adalah suatu rasa

lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa adanya

perintah. Minat dapat membantu seseorang untuk mempelajari sesuatu karena

adanya ketertarikan dari dalam diri.

4. Metode Pembelajaran Discovery

Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund, discovery

adalah proses mental dimana siswa memampu mengasimilasikan sesuatu

konsep atau prinsip.

Proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti,

menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur membuat

kesimpulan dan sebainya. Suaut konsep misalnya: segi tiga, pans, demokrasi

dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan prisnsip antara lain ialah:

logam apabila dipanaskan akan mengemabang. Dalam teknik ini siswa

dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru

hanya membimbing dan memberikan instruksi.

Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang

mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh

pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui

pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam

(30)

15

dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep

dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan

konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan,

menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa

konsep atau prinsip.

Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan

pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum sampai pada

generalisasi. Sedangkan Bruner menyatakan bahwa anak harus berperan aktif

didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas itu perlu dilaksanakan

melalui suatu cara yang disebut discovery. Discovery yang dilaksanakan siswa

dalam proses belajarnya, diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau

prinsip.

Discovery ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu

konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati,

mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,

mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa

dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru

hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran

discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses

kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri

dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.

Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang

(31)

16

pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing

dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil,

prosedur, algoritma dan semacamnya.

Tiga ciri utama belajar menemukan, yaitu: (1) mengeksplorasi dan

memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan

menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk

menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.

Blake dalam Herdy (2010: 179) membahas tentang filsafat penemuan yang

dipublikasikan oleh Whewell. Whewell mengajukan model penemuan dengan

tiga tahap, yaitu: (1) mengklarifikasi; (2) menarik kesimpulan secara induksi;

(3) pembuktian kebenaran (verifikasi).

Menurut Herdy (2010: 179) Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah

sebagai berikut:

1. identifikasi kebutuhan siswa;

2. seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan

generalisasi pengetahuan;

3. seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;

4. membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta

peranan masing-masing siswa;

5. mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;

6. mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan;

7. memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan;

8. membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;

9. memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang

mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;

(32)

17

11.membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil

penemuannya.

Hamalik (2006: 187) menyatakan bahwa metode discovery paling baik bila

dilaksanakan dalam kelompok belajar yang kecil, namun dapat juga

dilaksanakan dalam kelompok belajar yang lebih besar. Metode discovery

dapat dilaksanakan dalam bentuk komunikasi satu arah atau komunikasi dua

arah yaitu:

(1) Sistem satu arah (ceramah reflektif) Struktur penyajian sistem satu arah dalam bentuk usaha merangsang siswa melakukan proses

discovery di depan kelas. Guru mengajukan suatu masalah, dan kemudian memecahkan masalah tersebut melalui langkah-langkah discovery; (2) Sistem dua arah (Discovery terbimbing) Sistem dua arah melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa melakukan discovery, sedangkan guru membimbing mereka ke arah yang tepat/benar. Gaya pengajaran demikian, oleh Cagne disebut sebagai guidd discovery. Dalam sistem ini, guru perlu memiliki keterampilan memberikan bimbingan.

Pendapat di atas dapat diartikan bahwa metode discovery dapat dilaksanakan

dalam komunikasi satu arah dan dua arah. Pada komunikasi satu arah, guru

memberikan masalah kepada siswa, selanjutnya guru memecahkan masalah

itu dengan menggunakan langkah-langkah discovery, sedangkan pada

komunikasi dua arah guru memberikan masalah dan siswa dapat memecahkan

masalah dengan menggunakan langkah-langkah discovery, serta guru

membimbing siswa tersebut.

Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh Herdy (2010:

179) sebagai berikut:

(1) Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan

(33)

18

memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat; (3) menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat; (4) siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks; (5) metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.

Berdasarkan keunggulan metode discovery tersebut dapat dikatakan bahwa

siswa yang aktif dalam belajar sehingga hasil belajar tersebut dapat bertahan

lama dan mudah diingat, hasil belajar dengan metode discovery ini

mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya dan dapat

meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir. Metode

discovery ini melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk

menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain karena

metode ini melatih siswa lebih banyak belajar secara sendiri. Tetapi metode

ini juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya membutuhkan waktu

belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima. Untuk

mengurangi kelemahan metode ini maka diperlukan bantuan guru. Bantuan

guru dapat dengan dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan

memberikan informasi secara singkat kepada siswa.

B. Kerangka Berpikir

Metakognitif merupakan daya berpikir tingkat tinggi disini metakognisi

seseorang berpengaruh penting terhadap kesuksesan dalam memecahkan suatu

(34)

19

kemampuan memecahkan masalah yang baik sedangkan akhir-akhir ini Salah

satu metode belajar yang banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah

maju adalah metode discovery. Metode discovery ini menuntut siswa untuk

mengasah kemampuan metakognisinya Hal ini disebabkan karena metode ini:

(1) merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif; (2)

dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka

hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah

dilupakan siswa; (3) pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian

yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi

lain; (4) dengan menggunakan strategi discovery anak belajar menguasai salah

satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri; (5) siswa belajar

berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri,

kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata.

Beberapa keuntungan belajar discovery yaitu: (1) pengetahuan bertahan lama

dan mudah diingat; (2) hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang

lebih baik dari pada hasil lainnya; (3) secara menyeluruh belajar discovery

meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. Secara

khusus belajar penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa

untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.

Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh Suherman

(2001: 179) sebagai berikut:

1.siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan

(35)

20

2.siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses

menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat;

3.menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong

ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat;

4.siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih

mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks;

5.metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.

Selain memiliki beberapa keuntungan, metode discovery (penemuan) juga

memiliki beberapa kelemahan, diantaranya membutuhkan waktu belajar yang

lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima.Untuk mengurangi

kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan guru.Bantuan guru dapat

dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan

informasi secara singkat.Pertanyaan dan informasi tersebut dapat dimuat

dalam lembar kerja siswa (LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum

pembelajaran dimulai.

Metode discovery (penemuan) yang mungkin dilaksanakan pada siswa SMP

adalah metode penemuan terbimbing.Hal ini dikarenakan siswa SMP masih

memerlukan bantuan guru sebelum menjadi penemu murni. Oleh sebab itu

metode discovery (penemuan) yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah metode discovery (penemuan) terbimbing (guided discovery)

Pada kenyataannya fisika di sekolah masih dianggap sebagai pelajaran yang

(36)

21

dikarenakan dalam pembelajaran, guru mengajarkan fisika langsung kepada

konsep tanpa memulainya dengan aplikasi yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari.Bahkan selama ini ada guru yang tidak mengajarkan aplikasi fisika

sehingga rasa ketertarikan terhadap fisika rendah, yang nantinya

mengakibatkan minat belajar dan penguasaan konsep fisika rendah.

Selain itu strategi yang digunakan guru dalam proses pembelajaran tidak

berganti-ganti, maka tidak ada salahnya jika dicobakan metode discovery yang

akan dipadukan dengan soal-soal yang mengarah pada daya pikir tingkat

tinggi. Disini akan diberikan berupa penugasan (latihan soal), observasi

lingkungan dan proyek.Sehingga melatih siswa untuk mandiri,meransang

untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan

membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi.

Karena banyaknya metode yang digunakan dalam latihan soal untuk

mengasah metakognisi siswa dengan metode discovery, maka diharapkan

siswa akan merasa senang dalam belajar, selain itu kebiasaan mencari dan

mengolah data sendiri diharapkan akan membangkitkan rasa ingin tahu siswa

sehingga minat belajar akan tinggi.

Latihan soal untuk mengasah metakognisi siswa juga merangsang siswa untuk

belajar lebih banyak, sehingga siswa akan mendapatkan kesempatan untuk

menguasai konsep lebih luas dan siswa akan lebih tahu kekurangan dalam

mempelajari materi yang di ajarkan. Maka dengan pemberian soal untuk

(37)

22

akan meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa dan juga peningkatan

hasil belajar siswa. Selain itu dengan minat belajar yang tinggi juga

diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa atau sebaliknya.

Kerangka pemikiran tersebut tertuang pada bagan berikut ini:

Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir Penelitian

Keterangan :

KP = pembelajaran dengan menggunakan metode discovery X = keterampilan metakognisi siswa

Y1 = minat belajar siswa

Y1 = hasil belajar siswa

r1 = Pengaruh tingkat keterampilan metakognisi terhadap minat

belajar siswa

r2 = Pengaruh tingkat keterampilan metakognisi terhadap hasil

belajar siswa

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam pelaksanaan penelitian ini, yaitu:

1. Semua siswa kelas VIII A semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yang

menjadi objek penelitian mempunyai kemampuan akademis yang relatif

sama dalam mata pelajaran fisika.

2. Siswa memiliki kemampuan metakognisi,minat dan hasil belajar yang

(38)

23

3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemampuan metakognisi terhadap

minat dan hasil belajar siswa dengan metode discovery diabaikan.

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka teoretis dan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan

oleh peneliti, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Hipotesis pertama

H0 : Tidak ada pengaruh keterampilan metakognisi terhadap minat belajar

siswa dengan menggunakan metode discovery.

H1 : Ada pengaruh keterampilan metakognisi terhadap minat belajar siswa

dengan menggunakan metode discovery.

Hipotesis kedua

H0 : Tidak ada pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar

fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery.

H1 : Ada pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar fisika

(39)

24

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran

2013/2014 di SMPN5 Negeri Agung Way kanan.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu metode pengambilan

sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat

oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah

diketahui sebelumnya (Arikunto, 2010: 183) yang diambil merupakan

siswa kelas VIII SMPN 5 Negeri Agung Way Kanan pada tahun

pelajaran 2013/2014. Jumlah kelas VIII SMPN 5 Negeri Agung yaitu 5

Kelas.Pemilihan kelas sampel dengan metode discovery yaitu teknik

penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Pemilihan kelas

eksperimen didahului dengan melakukan observasi dan melihat

hasil-hasil tes para siswa. Kelas eksperimen yang dipilih adalah kelas yang

memiliki sebaran tipe belajar yang relatif merata untuk masing-masing

tipe belajar. Setelah dilakukan proses pengidentifikasian maka

(40)

25

sebaran tipe belajar paling merata, sehingga diputuskan untuk memilih

kelas tersebut sebagai kelas eksperimen

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kuasi eksperimen dengan menggunakan satu

kelas sebagai sampel. Penelitian dilakukan secara langsung dalam kegiatan

pembelajaran pada siswa kelas VIIIA. Penelitian ini terdiri dari satu variabel

bebas yaitu keterampilan metakognisi, dua variabel terikat yaitu hasil belajar

dan minat siswa dan satu variabel moderator yaitu metode discovery. Desain

yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-Shot Case Study. Secara

prosedur rancangan desain penelitian pola seperti ditunjukkan pada gambar

3.1. berikut:

Gambar 3.1 Desain Eksperimen One-Shot Case Study

Keterangan: X = perlakuan O = nilai observasi hasil perlakuan (ujian akhir)

(Sugiyono, 2010: 110)

Kelas yang menjadi sampel diberikan angket minat untuk melihat minat siswa

pada sebelum pembelajaran, kemudian diberikan perlakuan yaitu

pembelajaran dengan metode discovery melalui keterampilan metakognisi.

Setelah pembelajaran, siswa diberikan angket minat. Hasil tes akhir tersebut

(41)

26

D. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini ada tiga yaitu variabel bebas, variabel terikat dan

veriabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah keterampilan

metakognisi (X), variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y1), dan minat

siswa(Y2) dan pembelajaran dengan metode discovery dalam penelitian ini

bertindak sebagai variabel moderator (variabel antara).

E. Data Penelitian

Data penelitian berupa data kuantitatif yang diperoleh dari:

1. Data keterampilan metakognisi

2. Data minat belajar

3. Data hasil belajar siswa

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah:

1) Lembar kerja kelompok (LKK)

Lembar kerja kelompok digunakan untuk mengarahkan siswa dalam kerja

kelompok yang berupa kegiatan eksperimen.

2) Lembar angket minat siswa

Lembar angket minat siswa dapat berupa seluruh kegiatan dan aktualisasi

yang dilakukan oleh siswa selama pembelajaran berlangsung.

3) Keterampilan metakognisi dan hasil belajar menggunakan instrumen

(42)

27

yang dimiliki siswa digunakan soal yang berisi pertanyaan yang sesuai

dengan indikator keterampilan metakognisi. Tes ini digunakan pada saat

ujian setelah siswa diberi perlakuan/ observasi (ujian akhir).

G. Tehnik Pengumpulan Data

1. Data Keterampilan Metakognisi Siswa

Untuk memperoleh data keterampilan metakognisi siswa tes diberikan kepada

siswa dalam bentuk soal uraian yang telah disesuaikan dengan indikator

metakognisi untuk mendapatkan data mengenai keterampilan metakognisi

yang dimiliki siswa (sampel). Sebelum diberikan kepada sampel, soal terlebih

dahulu diuji cobakan kemudian dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas

butir soal tersebut. Setelah diuji validitas dan reliabilitasnya, kemudian soal

diberikan kepada siswa yang diambil sebagai sampel.

Adapun hasil pengumpulan datanya dapat dilihat pada Lampiran .

2. Data Minat Belajar Siswa

Untuk memperoleh data minat siswa disediakan angket dalam bentuk skala

Likert yang didalamnya terdapat pilihan jawaban selalu, sering,

kadang-kadang, sesekali, dan tidak pernah. Dalam angket terdapat kisi-kisi yang

terdiri dari empat indikator, yaitu :

1) Perasaan senang

2) Perhatian

3) Rasa ingin tahu

(43)

28

Untuk penilaian kuantitatif, maka jawaban itu perlu dapat diberi skor,

misalnya:

1. Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5

2. Setuju/sering/positif diberi skor 4

3. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3

4. Sesekali/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2

5. Tidak setuju/tidak pernah/diberi skor 1

(Sugiyono, 2010: 135)

Adapun hasil pengumpulan datanya dapat dilihat pada Lampiran .

3. Data Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa diperoleh dengan memberikan tes akhir yang berupa

soal uraian siswa kelas VIIIA IPA fisika pada materi pembelajaran cahaya.

Adapun hasil pengumpulan datanya dapat dilihat pada Lampiran .

H. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih

dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.

a) Uji Validitas

Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk

mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang

digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya

(44)

29

sesuai dengan kriteria umum, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes

tersebut dengan kriterium.

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment

yaitu:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

(Arikunto, 2008: 72)

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih

dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika

korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut

dinyatakan tidak valid. Dan jika rhitung > rtabel dengan α = 0,05 maka koefisien

korelasi tersebut signifikan.

Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta

korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas

yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat

jika r = 0,3.

(Masrun dalam Sugiyono, 2010: 188)

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program

SPSS 17.0 dengan kriterium uji bila correlated item – total correlation lebih

besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construct yang kuat

(valid). Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan komputer program

(45)

30

1) Keterampilan metakognisi

Validitas soal diolah menggunakan komputer dengan program SPSS. Hasil

uji validitas soal keterampilan metakognisi disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Soal Keterampilan Metakognisi

Nomor Soal Pearson Correlation Keterangan

1 0,616 Valid

Berdasarkan Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa semua butir soal memiliki nilai

Pearson Correlation > 0,33 sehingga semua butir soal valid.

2) Minat belajar siswa

Hasil uji validitas angket minat belajar siswa disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Angket Minat Belajar Siswa

Nomor Soal Pearson Correlation Keterangan

(46)

31

Berdasarkan Tabel 3.2 dapat dilihat bahwa semua butir soal memiliki nilai

Pearson Correlation > 0,33 sehingga semua butir soal valid.

3) Hasil Belajar Siswa

Hasil validitas soal hasil belajar disajikan pada Tabel 3.3. berikut ini

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Soal Hasil Belajar

Berdasarkan Tabel 3.3 dapat dilihat bahwa semua butir soal memiliki nilai

Pearson Correlation > 0,33 sehingga semua butir soal valid.

2) Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali

untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada

pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung

reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

Nomor Soal Pearson Correlation Keterangan

1 0,678 Valid

2 0,338 Valid

3 0,916 Valid

4 0,779 Valid

5 0,843 Valid

6 0,633 Valid

7 0,829 Valid

8 0,437 Valid

9 0,685 Valid

(47)

32

Menurut Sayuti (2010: 30), kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai

nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang dilihat

pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Nilai Kisaran Alpha Chronbach‘s

Nilai Alpha Cronbach’s Keterangan 0,00 – 0,20 Kurang Reliabel 0,21 – 0,40 Agak Reliabel 0,41 – 0,60 Cukup Reliabel

0,61 – 0,80 Reliabel

0,81 – 1,00 Sangat Reliabel

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang

sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor

setiap nomor soal.

Uji reliabilitas soal dilakukan menggunakan komputer program SPSS. Hasil

reliabilitas soal keterampilan metakognisi, angket minat belajar serta hasil

belajar siswa disajikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Soal Keterampilan Metakognisi, Minat Belajar dan Hasil Belajar

N o.

Kategori Soal Cronbanch’s Alpha

N of Items 1. Keterampilan metakognisi 0.728 10

2. Minat Belajar 0.853 15

(48)

33

Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai Cronbach’s Alpha pada

keterampilan metakognisi sebesar 0,728. Nilai Cronbach’s Alpha tersebut

berada di antara 0,61 sampai dengan 0,80 maka dapat disimpulkan bahwa alat

ukur dalam penelitian tersebut adalah reliabel. Sedangkan nilai Cronbach’s

Alpha minat belajar sebesar 0,853, dan hasil belajar sebesar 0,869. Nilai-nilai

Cronbach’s Alpha tersebut berada di antara 0,81 sampai dengan 1,00 maka

dapat disimpulkan bahwa alat ukur dalam penelitian tersebut adalah sangat

reliabel.

I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Teknik Analisis Data

Data Keterampilan Metakognisi

Untuk menganalisis data keterampilan metakognisi siswa diambil dengan

menggunakan lembar pengumpulan tes keterampilan metakognisi IPA fisika

pada materi pembelajaran cahaya yang berbentuk soal uraian pada aspek

kognitif yang diperoleh dalam bentuk posttest.

Data Minat Belajar Siswa

Untuk data minat siswa berupa angket yang mencakup empat indikator yaitu

Perasaan senang,perhatian, rasa ingin tahu, dan Usaha yang dilakukan

Proses analisis untuk data minat belajar siswa adalah dengan menggunakan

rumus:

(49)

34

Setelah penskoran dilakukan, kemudian menentukan kategorinya dengan

ketentuan :

Proses analisis untuk hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

a. Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari

setiap soal.

b. Persentase pencapaian hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

Adapun kategori hasil belajar ranah kognitif siswa disajikan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Kategori Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa

Nilai Kategori

(50)

35

2. Pengujian Hipotesis

a. Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal,

dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik kolmogrov smirnov.

Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

Ho : data tidak terdistribusi secara normal.

H1 : data terdistribusi secara normal.

Dasar dari pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan

program pada komputer yaitu menggunakan program SPSS 17,0 dengan

metode kolmogrov smirnov berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai

, nilai yang digunakan adalah 0,05 dengan pedoman

pengambilan keputusan sebagai berikut:

1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka H0 diterima

dengan artian bahwa data tidak terdistribusi secara normal.

2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka H1 diterima

dengan artian bahwa data terdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai

hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan

sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Pengujian

dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan metode Test for

Linearity pada taraf signifikan 0, 05. Dua variabel dikatakan mempunyai

(51)

36

c. Uji Korelasi

Pada penelitian ini, untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara

variabel dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan uji

Korelasi Bivariate. Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya

hubungan itu, maka dapat digunakan pedoman seperti pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199

Analisis korelasi dapat dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinasi,

dengan cara mengkuadratkan koefisien yang ditemukan, untuk melihat

pengaruh dalam bentuk persentase.

d. Uji Regresi Linear Sederhana

Uji regresi linear sederhana dilakukan untuk menghitung persamaan regresinya.

Dengan menghitung persamaan regresinya maka dapat diprediksi seberapa tinggi nilai

variabel terikat jika nilai variabel bebas diubah-ubah serta untuk mengetahui arah

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat apakah positif atau negatif.

(52)

37

Dengan:

∑ ∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑

∑ ∑

Priyatno (2010: 55)

Untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel dilakukan dengan

menggunakan program SPSS 17.0 dengan uji Reggression Linear.

Adapun hipotesis yang telah diuji adalah

1) Hipotesis pertama

Ho : Tidak terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap minat belajar

IPA fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery.

H₁ : Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap minat belajar IPA

fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery.

2) Hipotesis kedua

Ho : Tidak terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar

IPA fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery.

H₁ : Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar IPA

fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas:

a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.

b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas  < 0,05 maka HO

(53)

56

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Tidak terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap minat belajar

siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery.

2. Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar siswa

yang pembelajarannya menggunakan metode discovery.

B. Saran

Berdasarkan simpulan disarankan sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan keterampilan metakognisi dengan metode

discovery dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru di sekolah sebagai

upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Pembelajaran menggunakan keterampilan metakognisi dengan metode

discovery sebaiknya dilaksanakan dengan cara guru harus mempersiapkan

diri dan mempersiapkan perangkat pembelajaran, alat yang akan digunakan

saat eksperimen, alokasi waktu yang sesuai, serta siswa yang harus berada

dalam kondisi yang kondusif, sehingga seluruh proses pembelajaran akan

(54)

56

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Aritonang, K.T. 2008. Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur. No. 10 Tahun ke-7.

Basith, A. 2010. Hubungan Keterampilan Metakognisi dan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA pada Siswa Kelas IV SD dengan Strategi Pembelajaran Jigsaw dan Tink Pair Share (TPS). Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

________________. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hamalik, Umar . 2006. Perancangan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Herdy. 2010. Common Tex Book Strategi Pembelajaran Matematika

Kontemporer. Artikel Pendidikan. Diunduh pada tanggal 23 Oktober 2012 dari http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/metode-pembelajaran-discovery-penemuan

Jonassen, D. 2000. Toward a Design Theory of Problem Solving To Appear in Educational Technologi : Research and Depelopement.

http://www.coe.missouri.edu/~jonassen/PSPaper%20 final.pdf

(55)

57

Priyatno. 2010. Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media.

Project, Taccasu. 2008. Metacognition. Artikel Pendidikan. Diunduh pada tanggal 23 September 2012dari

http://www.hku.hk/cepc/taccasu/ref/metacognition.html

Riduwan, 2005. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Muda. Bandung: Alafabeta.

Sagala, 2007. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sardiman, A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Saregar, Antomi. 2010. ”Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Optik Geometri

melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM). Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

_______. 2003. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS). Jakarta: Bumi Aksara

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suherman. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Jurusan Pendidikan Matematika UPI. Bandung.

Sukarto. 2008. Metode Pembelajaran Inkuiri dan Discovery. Dalam http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2098069-metode-pembelajaran-inkuiri-dan-discovery/. Diunduh pada tanggal 14 Februari 2011.

Sukmadinata & As’ari. 2006. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi. Makalah. UPI Bandung.

Yusuf, Amiril. 2010. ”Peningkatan Minat, Aktivitas dan Penguasaan Konsep

Fisika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournaments)”. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Zhang, L. J. (2001). Awareness in reading: EFL students' metacognitive

Gambar

Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 3.1 Desain Eksperimen  One-Shot Case Study
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Soal Keterampilan Metakognisi
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Soal Hasil Belajar
+3

Referensi

Dokumen terkait

Komplikasi dari dislipidemia dapat menyebabkan kerusakan dari jaringan ginjal akbiat dari stress oksidatif.Ekstrak air daun sirsak (Annona muricata L. ) mempunyai

Mengetahui gen yang terlibat dalam biosintesis senyawa bioaktif akan memungkinkan ekspresi mereka dalam organisme pembawa yang sesuai dan produksi

Dari penyusunan instrumen tes kemampuan analisis grafik materi Gerak untuk SMP kelas VII semester genap tahun ajaran 2011/2012 dihasilkan seperangkat soal yang

UPAYA PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA SEBAGAI CIVIC CULTURE PADA PERKAWINAN SUKU BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menjalankan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menggantikan Kurikulum Berbasis Isi (KBI) Perubahan kurikulum pendidikan

Perencanaan cash flow yang baik akan dapat memperlihatkan profit maksimal yang mungkin akan didapatkan oleh kontraktor dengan memperhatikan faktor seperti bagaimana

Dengan adanya PTK ini diharapkan dapat memperbaiki proses dan hasil pembelajaran sehingga PTK dapat dipandang sebagai suatu langkah atau tindakan yang dapat

• Agar Puskesmas dapat memberikan pelayanan yang optimal dan aman bagi pasien dan masyarakat yang dilayani perlu dilakukan analisis kebutuhan tenaga dan diupayakan untuk