ABSTRAK
PENGARUH KETERAMPILAN METAKOGNISI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MELALUI
METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY Oleh
Silvia Irmayani
Sampai saat ini mata pelajaran IPA fisika masih dianggap sulit oleh siswa.
Dari anggapan tersebut akan mempengaruhi keterampilan metakognisi dan
minat belajar dari dalam diri siswa dan akan berdampak pada rendahnya
hasil belajar IPA fisika siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
(1) Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap minat belajar fisika siswa
melalui pembelajaran discovery, (2) Pengaruh keterampilan metakognisi
terhadap hasil belajar fisika siswa melalui pembelajaran discovery.
Penelitian ini merupakan studi kasus eksperimen dengan menggunakan satu
kelas sebagai sampel. Penelitian dilakukan secara langsung dalam kegiatan
pembelajaran pada siswa kelas VIIIA SMPN 5 Negeri Agung Way Kanan.
Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas, yaitu keterampilan
metakognisi, dua variabel terikat, yaitu hasil belajar dan minat siswa dan
satu variabel moderator yaitu metode discovery, dengan langkah-langkah
pembelajaran discovery antara lain mengidentifikasi kebutuhan siswa,
seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan
dan memperjelas tugas/problema yang dihadapi siswa serta peranan
masing-masing siswa; mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;
mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan;
memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan; membantu
siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa; memimpin analisis
sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan
mengidentifikasi masalah; merangsang terjadinya interaksi antara siswa
dengan siswa; membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil
penemuannya. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
One-Shot Case Study. Data keterampilan metakognisi, minat belajar, dan hasil
belajar siswa diperoleh dari nilai angket, dan hasil posttest.
Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap minat belajar dan hasil
belajar fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery
dianalisis dengan menggunakan regresi sederhana. Hasil analisis data dalam
bentuk persamaan regresi adalah (1) pengaruh keterampilan metakognisi
terhadap minat belajar , Y = 41,089 + 0,128 X dengan nilai signifikansi
0,357, (2) pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil beajar, Y =
49,420 + 0,610 X dengan nilai signifikansi 0,012. Kesimpulan dalam
penelitian ini adalah (1) tidak terdapat pengaruh keterampilan metakognisi
terhadap minat belajar fisika siswa melalui pembelajaran discovery, (2)
terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar fisika
siswa melalui pembelajaran discovery.
Kata kunci: keterampilan metakognisi, minat belajar, hasil belajar, metode pembelajaran discovery
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Adiluwih, Pringsewu pada tanggal 19 Oktober 1991,
sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Silas
Sukirno,S.Pd dan Ibu Siti Rohayani.
Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1996 di SDS Bhakti Baradatu,
Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan dan tamat pada tahun 2001.
Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Baradatu, Way
Kanan hingga tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di
SMA Xaverius Pringsewu, Pringsewu dan tamat pada tahun 2009. Pada tahun
yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa reguler program studi Pendidikan
Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di
Universitas Lampung.
Pada tahun 2012, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di
SMPN 1 Sido Mulyo, Desa Sido Rejo, Kecamatan Sido Mulyo, Kabupaten
Lampung Selatan dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di tempat yang
sama. Pada tahun 2014 penulis melaksanakan penelitian di SMP N 5 Negeri
MOTO
“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”
(Thomas Alfa Edison)
“Perjuangkan dan pertahankan sesuatu yang layak untuk kita perjuangkan” (Silvia Irmayani)
“Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya namun awal dari kita untuk terus bangkit dan berjuang”
PERSEMBAHAN
Penulis persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasih
penulis kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta yang sudah bersusah payah mendidik, memperhatikan,
dan selalu menantikan keberhasilan penulis. Terima kasih untuk segala cinta,
kasih sayang, pengorbanan, serta doa yang selalu diberikan. Semoga Tuhan
senantiasa memberikan kesehatan kepada kalian dan kesempatan kepada
penulis untuk dapat selalu membahagiakan kalian.
2. Suami tersayang Erwin Mareta dan anakku Allodia Ervia Putri tersayang yang
selalu memberi cinta, kesetiaan, doa, dan dukungan penuh untuk
keberhasilan penulis.
3. Adik-adik tersayang Rio Fabian Utama, Yolla Rona Mustika, dan Denino
Maranata yang selalu menghibur, memotivasi, serta memberikan dukungan
untuk keberhasilan penulis.
4.
Keluarga Besar yang selalu mendukung keberhasilan penulis.SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika.
4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc., selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
5. Ibu Viyanti, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing II
atas keikhlasannya memberikan bimbingan, saran, dan motivasi.
6. Bapak Dr. Undang Rosidin, M. Pd., selaku pembahas yang banyak
memberikan kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif..
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.
8. Bapak Silas Sukirno, S.Pd. selaku Kepala SMPN 5 Negeri Agung Way Kanan
beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
9. Ibu Sri Rosmawati, S.Pd., selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas VIII B
10.Teman-teman seperjuangan P.Fisika 2009 A dan B serta kakak dan adik
tingkat di Program Studi Pendidikan Fisika atas bantuan dan
kebersamaannya.
11.Kawan tersayang, Mike, Ria, Nely, dan Cece yang selalu memberikan
semangat, dukungan, canda tawa, mendengarkan segala keluh kesah penulis,
memberikan nasehat, dan perhatian. Terima kasih atas segala yang telah kalian
berikan, kalian tidak akan pernah terganti. Semoga tali persaudaraan ini tetap
terjaga selamanya.
12.Teman-teman KKN dan PPL yang selalu menghibur dan mendukung penulis.
Terima kasih untuk kebersamaan dan silaturahmi yang terjaga sampai saat ini
dan kapanpun.
13.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Tuhan melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta
berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar lampung, Juni 2014 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI... i
DAFTAR TABEL ... ii
DAFTAR GAMBAR ... iii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 3
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis ... 6
1. Metakognisi ... 6
2. Hasil Belajar ... 10
3. Minat Belajar Siswa ... 13
4. Metode Pembelajaran Discovery ... 14
B. Kerangka Berpikir ... 18
C. Anggapan Dasar ... 22
D. Hipotesis Penelitian ... 23
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
C. Desain Penelitian ... 25
D. Variabel Penelitian ... 26
F. Instrumen Penelitian ... 26
G. Teknik Pengumpulan Data ... 27
H. Analisis Instrumen ... 28
I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 33
1. Tehnik Analisis Data... 33
2. Pengujian Hipotesis... 35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 38
1. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 38
2. Data Hasil Penelitian ... 41
3. Hasil Uji Analisis Data ... 44
a. Hasil Uji Normalitas ... 44
b. Hasil Uji Linearitas ... 45
c. Hasil Uji Regresi Linear Sederhana ... 46
d. Hasil Uji Hipotesis ... 49
B.Pembahasan ... 51
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55
B. Saran ... 55
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1. Hasil Uji Validitas Soal Keterampilan Metakognisi... 30
3.2. Hasil Uji Validitas angket Minat Belajar siswa. ... 30
3.3. Hasil Uji Validitas Soal Hasil Belajar ... 31
3.4 Nilai Kisaran Alpha Chronbach’s... 32
3.5. Hasil Uji Reliabilitas Soal Keterampilan Metakognisi, Minat Belajar dan Hasil Belajar... 32
3.6 Kategori Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa... 34
3.7 Tingkat Hubungan Berdasarkan Interval Kolerasi... 36
4.1. Data Keterampilan Metakognisi …... 41
4.2. Distribusi Frekuensi Data Nilai Keterampilan Metakognisi ... 41
4.3. Data Minat Belajar Siswa ... 42
4.4. Distribusi Frekuensi Data Minat Belajar Siswa... 43
4.5. Data Hasil Belajar Siswa ... 43
4.6. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Siswa... 44
4.7. Hasil Uji Normalitas Data Keterampilan Metakognisi, Minat Belajar dan Hasil Belajar Siswa... ... 45
4.8. Hasil Uji Linieritas Data Keterampilan Metakognisi, Minat Belajar dan Hasil Belajar Siswa... 46
4.9. Hasil Uji Regresi sederhana Pengaruh Keterampilan Metakognisi terhadap Minat Belajar siswa ... 47
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Digram Kerangka Pikir Penelitian ... 22
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran Fisika sebagai salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan bagian dari mata pelajaran yang menuntut siswa untuk
berinteraksi langsung dengan sumber belajar, tidak hanya memahami
konsep-konsep ilmu pengetahuan saja, namun perlu penggabungan pengalaman
melalui serangkaian kegiatan ilmiah sebagai langkah-langkah menuju
pemahaman terhadap konsep yang nantinya akan menumbuhkan minat
belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil wawancara yang sudah dilakukan di SMPN 5 Negeri
Agung Way Kanan hanya sekitar 40% siswa yang lulus KKM tanpa remidial.
Hal tersebut menandakan bahwa hasil belajar siswa untuk mata pelajaran IPA
Fisika masih sangat kurang, hal ini disebabkan karena guru masih
menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran. Sebagai
pendamping siswa, guru perlu pandai memilih metode yang digunakan dalam
proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru
seharusnya dapat meningkatkan minat belajar, sehingga hasil belajar siswa
2
Hasil belajar dikatakan berhasil jika ditunjang dengan proses pembelajaran
yang membutuhkan suatu keterampilan. Salah satu keterampilan yang
dibutuhkan adalah Keterampilan Metakognisi. Keterampilan Metakognisi
merupakan daya pikir dalam menyelesaikan masalah atau soal-soal sehingga
siswa itu mampu mengetahui seberapa besar kesalahan atau kebenaran siswa
dalam menyelesaikan masalah. Dapat pula di katakan bahwa metakognisi
merupakan suatu daya berpikir tingkat tinggi. Sehingga siswa dapat
mengetahui kemampuan dan modalitas belajar yang dimiliki dan strategi
belajar terbaik untuk belajar efektif, keterampilan metakognisi yang
berkembang dengan baik membuat siswa mampu menyadari kekuatan dan
kelemahannya dalam belajar sehingga dalam pembelajaran IPA fisika
keterampilan metakognisi sangat berperan penting dalam meningkatkan hasil
belajar dan minat siswa.
Siswa sebaiknya dilatih untuk menggembangkan keterampilan
metakognisinya dalam belajar. Cara melatih keterampilan metakognisi siswa
salah satunya yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran discovery
atau penemuan. Metode pembelajaran discovery adalah metode mengajar
yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui
pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dengan metode
discovery ini siswa dapat belajar untuk menemukan konsep sehingga
kemampuan berfikirnya terasah dan di harapkan dengan metode ini siswa
3
kuat untuk belajar dan apabila siswa memiliki minat yang kuat maka
diharapkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti meneliti tentang “Pengaruh
peningkatan metakognisi terhadap hasil belajar siswa dan minat belajar
melalui model pembelajaran discovery”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar
fisika siswa melalui pembelajaran discovery?
2. Bagaimanakah pengaruh keterampilan metakognisi terhadap minat belajar
fisika siswa melalui pembelajaran discovery?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap minat belajar fisika siswa
melalui pembelajaran discovery.
2. Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar fisika siswa
melalui pembelajaran discovery.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Dapat menjadi alternatif baru bagi guru dalam menambah wawasan
4
keterampilan metakognisi dan dengan adanya kemampuan keterampilan
metakognisi siswa memiliki minat belajar yang semakin besarsi sehingga
hasil belajarpun akan meningkat.
2. Dapat digunakan menjadi tolak ukur hasil belajar fisika sehingga siswa
dapat melihat hasil yang telah dicapainya dan dapat lebih meningkatkan
minat dan hasil belajar lebih baik.
3. Sebagai referensi bagi peneliti lain untuk penelitian yang sama.
E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Keterampilan metakognisi merupakan keterampilan tentang strategi-strategi
kognitif yang meliputi strategi-strategi belajar, mengintregrasikan
pengetahuan, memahami konsep sampai pemecahan permasalahan dalam
pembelajaran. Indikator keterampilan metakognisi yang dinilai dalam
penelitian ini adalah keterampilan siswa dalam mengatur dan mengontrol
aktivitas kognisinya dalam belajar dan berpikir.
2. Hasil belajar adalah hasil belajar berupa nilai yang dicapai oleh siswa setelah
mengikuti kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu tertentu. Dalam
penelitian ini hasil belajar yang diteliti adalah hasil belajar aspek kognitif
(pengetahuan) .
3. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Indikator minat dalam penelitian ini
adalah perasaan senang, perhatian, rasa ingin tahu, dan usaha yang dilakukan.
5
4. Metode pembelajaran discovery metode mengajar yang mengatur
pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan
yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan,
sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.
5. Materi pokok dalam penelitian ini adalah Sifat-sifat Cahaya dan
Hubungannya dengan Berbagai Bentuk Cermin dan Lensa.
6. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII SMPN Negeri Agung Way
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. Metakognisi
Banyak para ahli yang menyatakan mengenai arti dari metakognitif ini.
Menurut pandangan Flavell dalam Jonassen (2000: 14) mengatakan bahwa
Metacognition consists of both metacognitive knowledge and metacognitive experiences or regulati on. Metacognitive knowledge refers to acquired knowledge about cognitive processes, knowledge that can be used to control cognitive processes (Metakognisi terdiri dari kedua pengetahuan metakognisi dan pengalaman metakognisi atau regulati on. Pengetahuan metakognitif mengacu pada pengetahuan yang diperoleh tentang proses kognitif, pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengontrol proses kognitif)
Dalam pandangannya metakognisi itu berisi pengetahuan metakognisi dan
pengalaman metakognitif. Pengetahuan metakognitif mengacu pada
bagaimana seseorang memeroleh pengetahuan tentang proses kognitif, yaitu
pengetahuan yang dapat digunakan orang tersebut untuk mengontrol proses
kognitifnya. Jadi jelas dalam hal ini metakognisi adalah sesuatu aktivitas
abstrak, yang kasat mata dan terkadang tidak disadari telah dimiliki oleh
7
Sedang pengalaman metakognitif adalah hasil langkah dan tahapan olah
pikirnya selama ini dalam menyelesaikan masalah -masalah yang dihadapinya
(regulation).
Menurut pendapat di atas metakognisi merupakan daya pikir dalam
menyelesaikan masalah atau soal-soal sehingga siswa itu mampu mengetahui
seberapa besar kesalahan atau kebenaran dia dalam menyelesaikan masalah .
Jadi ini merupakan suatu proses mental yang dialami oleh para siswaDapat
pula di katakan bahwa metakognisi merupakan suatu daya berpikir tingkat
tinggi
Sementara itu Flavell dalam Jonassen (2000: 14) lebih jauh mengatakan
bahwa
metacognitive knowledge devide into three categories :.knowledge of person variables, task variables and strategy variables (metakognisi pengetahuan dibagi menjadi tiga kategori: pengetahuan tentang variabel
orang, variabel tugas dan variabel strategi).
Banyak para ahli yang memperdebatkan arti dari metakognisi ini. Akantetapi
walaupun terdapat beberapa perbedaan antara definisi, semua pada prinsipnya
menekankan pada sebuah peran metakognitif, yaitu proses eksekutif dan
proses mengatur kognitif. Menurut Anderson & Krathwohl (dalam
Sukmadinata & As’ari, 2006: 26) menyatakan bahwa,
8
bagaimana mendekati tugas belajar yang diberikan, pemantauan pemahaman, dan mengevaluasi kemajuan penyelesaian tugas adalah metakognisi di alam.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diartikan bahwa metakognisi mengacu
pada berpikir tingkat tinggi yang merupakan proses kognitif yang dilibatkan
secara aktif selama proses belajar. Aktivitas-aktivitas belajar seperti
merencanakan bagaimana cara melakukan pendekatan terhadap tugas yang
diberikan, memonitor pengertian, mengevaluasi kemajuan ke arah
penyelesaian tugas adalah merupakan kemampuan metakognitif yang alami.
Oleh karena itu, ternyata metakognisi memainkan peranan yang sangat
penting dalam kesuksesan belajar siswa. Mengembangkan kemampuan
metakognitif ternyata penting sekali untuk mempelajari aktivitas dan belajar
dan untuk membantu siswa menentukan bagaimana mereka dapat belajar lebih
baik dalam memanfaatkan sumber daya kognitif mereka yaitu dengan cara
mempertajam kemampuan metakognitifnya.
Menurut pendapat di atas metakognitif merupakan daya berpikir tingkat tinggi
disini metakognisi seseorang berpengaruh penting terhadap kesuksesan dalam
memecahkan suatu masalah. Metakognisi ini satu tingkat lebih tinggi dari
berpikir kritis sehingga seseorang yang memiliki metakognisi tinggi biasanya
memiliki kemampuan memecahkan masalah yang baik. Jadi metakognisi
disini memerankan peranan yang amat penting karena dengan peningkatan
kemampuan metakognisi ini seorang siswa dapat dengan mudah memecahkan
9
Suherman (2001: 95), mengemukakan bahwa:
Pengetahuan metakognisi merupakan pengetahuan yang diperoleh siswa tentang proses-proses kognitif yaitu pengetahuan yang bisa digunakan untuk mengontrol proses-proses kognitif. Pengalaman metakognisi melibatkan strategi atau pengaturan metakognisi. Strategi metakognisi merupakan proses yang berurutan yang digunakan untuk mengontrol aktivitas kognitif dan memastikan bahwa tujuan kognitif telah dicapai. Proses ini terdiri dari: (1) Perencanaan; (2) Pemantauan; (3) Evaluasi.
Metakognisi pada dasarnya adalah kemampuan belajar bagaimana seharusnya
belajar dilakukan yang didalamnya dipertimbangkan dan dilakukan
aktivitas-aktivitas sebagai berikut menurut Project (2008: 1):
(1) Mengembangkan suatu rencana kegiatan belajar; (2)
Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya berkenaan dengan kegiatan belajar; (3) Memanfaatkan teknologi modern sebagai sumber belajar; (4) Memimpin dan berperan serta dalam diskusi dan pemecahan masalah kelompok; (5) Belajar dari dan mengambil manfaatkan
pengalaman orang-orang tertentu yang telah berhasil dalam bidang tertentu; (6) Memahami faktor-faktor pendukung keberhasilan belajarnya.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat katakan bahwa keberhasilan seseorang
dalam belajar dapat dipengaruhi oleh kemampuan metakognisinya. Jika setiap
kegiatan belajar dilakukan dengan mengacu pada indikator dari learning how
to learn sebagaimana disebutkan di atas maka hasil optimal akan mudah
dicapai. Pengetahuan metakognisi didapat dari pengetahuan tentang kognisi
10
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu pencapaian usaha belajar yang dilakukan siswa
dalam aktivitas belajar yang menentukan tingkat keberhasilan pemahaman
siswa. Henry E. Garret dalam Sagala (2007: 13) berpendapat bahwa belajar
merupakan proses berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan
maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan
cara beriinteraksi terhadap suatu perangsang tertentu.
Menurut pendapat di atas dapat diartikan bahwa klasifikasi belajar seperti di atas,
menunjukkan bahwa untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran salah satunya dapat
dilihat dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa setelah melakukan proses
pembelajaran. Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan.
Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil jika hasil belajar yang diperoleh oleh
siswa dapat meningkat atau mengalami perubahan.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 20) berpendapat bahwa ”
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan
hasil yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan
kemampuan dari masing- masing individu. Hasil belajar menunjukkan berhasil
tidaknya suatu kegiatan pembelajaran yang dicerminkan melalui angka atau skor
setelah melakukan tes maupun non tes. Menurut Dalyono (2005: 55) faktor-faktor
11
berasal dari dalam diri) meliputi kesehatan, intelegensi, bakat, minat, motivasi dan
cara belajar, (b) faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) meliputi lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.
Untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan, maka seorang siswa harus
bisa mengelola faktor-faktor ini dengan baik terutama faktor yang berasal dari
dalam dirinya.
Menurut Bloom dalam Sardiman (2004: 23-24) bahwa ada tiga ranah hasil
belajar, yaitu:
a) Kognitif: Knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai), application (menerapkan).
b)Affective: Receiving (sikap menerima), responding (member respon), Valuing (menilai), organization (organisasi),
characterization (karakterisasi).
Psychomotor: initiatory level, pre-routine level, routinized level.
Hasil belajar tersebut bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun
sikap. Oleh karena itu seseorang yang melakukan aktivitas belajar akan
memperoleh perubahan dalam dirinya dan memperoleh pengalaman baru,
maka individu itu dikatakan telah belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari nilai
yang diperoleh setelah tes dilakukan.
Menurut Bloom, dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 21):
12
organisasi, dan pembentukan pola hidup;(c) Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan, dan kreativitas.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diartilkan bahwa hasil belajar merupakan
hasil yang telah diperoleh setelah siswa menerima pengetahuan, dimana hasil
belajar yang dimaksud mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Menurut Arikunto (2007: 95),yaitu menyatakan bahwa
hasil belajar untuk ranah psikomotor dibagi menjadi beberapa aspek keterampilan pokok, yaitu melakukan percobaan, menganalisis hasil percobaan, menghubungkan percobaan dengan teori, mempresentasikan hasil, dan memecahkan prediksi pertanyaan.
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor
yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar, yaitu berasal dari dalam diri
orang yang belajar maupun dari luar dirinya. Berdasarkan pendapat Slameto
(2003: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat
dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor intern dan faktor ekstern yaitu:
(1) Faktor intern: faktor jasmaniah,keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kedua, kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar dan faktor psikologis,ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor
psikologis. Faktor- faktor itu meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan; (2) Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar antara lain: faktor lingkungan keluarga,faktor
13
Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari penyebab-penyebab
terhambatnya pembelajaran.
3. Minat Belajar
Menurut Slameto (2003: 180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat
pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar diri. Minat merupakan ketertarikan atau perasaan
senang terhadap sesuatu . Minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap
belajar Minat terhadap pelajaran dapat merangsang siswa untuk menambah
kegiatan belajar.Hal itu sesuai dengan pendapat Slameto (2003: 57) yang
menyatakan bahwa “minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan”.
Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa minat adalah suatu ketertarikan
dimana apabila suatu ketertarikan tersebut terhadap pelajaran maka akan
berpengaruh besar terhadap kegiatan belajarnya. Minat juga selalu
berhubungan dengan rasa senang dan sangat besar pengaruhnya terhadap
belajar karena bahan ajar yang menarik minat siswa akan lebih mudah di
pelajari oleh siswa.
Menurut pendapat Slameto (2006: 24) menyatakan bahwa
14
di luar diri . Semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut akan semakin besar minat
Berdasarkan pendapat di atas dapat diartikan bahwa minat adalah suatu rasa
lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa adanya
perintah. Minat dapat membantu seseorang untuk mempelajari sesuatu karena
adanya ketertarikan dari dalam diri.
4. Metode Pembelajaran Discovery
Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund, discovery
adalah proses mental dimana siswa memampu mengasimilasikan sesuatu
konsep atau prinsip.
Proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur membuat
kesimpulan dan sebainya. Suaut konsep misalnya: segi tiga, pans, demokrasi
dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan prisnsip antara lain ialah:
logam apabila dipanaskan akan mengemabang. Dalam teknik ini siswa
dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru
hanya membimbing dan memberikan instruksi.
Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang
mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui
pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam
15
dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan
konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa
konsep atau prinsip.
Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan
pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum sampai pada
generalisasi. Sedangkan Bruner menyatakan bahwa anak harus berperan aktif
didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas itu perlu dilaksanakan
melalui suatu cara yang disebut discovery. Discovery yang dilaksanakan siswa
dalam proses belajarnya, diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau
prinsip.
Discovery ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu
konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati,
mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa
dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru
hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran
discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses
kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri
dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang
16
pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing
dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil,
prosedur, algoritma dan semacamnya.
Tiga ciri utama belajar menemukan, yaitu: (1) mengeksplorasi dan
memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan
menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk
menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Blake dalam Herdy (2010: 179) membahas tentang filsafat penemuan yang
dipublikasikan oleh Whewell. Whewell mengajukan model penemuan dengan
tiga tahap, yaitu: (1) mengklarifikasi; (2) menarik kesimpulan secara induksi;
(3) pembuktian kebenaran (verifikasi).
Menurut Herdy (2010: 179) Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah
sebagai berikut:
1. identifikasi kebutuhan siswa;
2. seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan
generalisasi pengetahuan;
3. seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;
4. membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta
peranan masing-masing siswa;
5. mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;
6. mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan;
7. memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan;
8. membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;
9. memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang
mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;
17
11.membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil
penemuannya.
Hamalik (2006: 187) menyatakan bahwa metode discovery paling baik bila
dilaksanakan dalam kelompok belajar yang kecil, namun dapat juga
dilaksanakan dalam kelompok belajar yang lebih besar. Metode discovery
dapat dilaksanakan dalam bentuk komunikasi satu arah atau komunikasi dua
arah yaitu:
(1) Sistem satu arah (ceramah reflektif) Struktur penyajian sistem satu arah dalam bentuk usaha merangsang siswa melakukan proses
discovery di depan kelas. Guru mengajukan suatu masalah, dan kemudian memecahkan masalah tersebut melalui langkah-langkah discovery; (2) Sistem dua arah (Discovery terbimbing) Sistem dua arah melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa melakukan discovery, sedangkan guru membimbing mereka ke arah yang tepat/benar. Gaya pengajaran demikian, oleh Cagne disebut sebagai guidd discovery. Dalam sistem ini, guru perlu memiliki keterampilan memberikan bimbingan.
Pendapat di atas dapat diartikan bahwa metode discovery dapat dilaksanakan
dalam komunikasi satu arah dan dua arah. Pada komunikasi satu arah, guru
memberikan masalah kepada siswa, selanjutnya guru memecahkan masalah
itu dengan menggunakan langkah-langkah discovery, sedangkan pada
komunikasi dua arah guru memberikan masalah dan siswa dapat memecahkan
masalah dengan menggunakan langkah-langkah discovery, serta guru
membimbing siswa tersebut.
Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh Herdy (2010:
179) sebagai berikut:
(1) Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan
18
memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat; (3) menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat; (4) siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks; (5) metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Berdasarkan keunggulan metode discovery tersebut dapat dikatakan bahwa
siswa yang aktif dalam belajar sehingga hasil belajar tersebut dapat bertahan
lama dan mudah diingat, hasil belajar dengan metode discovery ini
mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya dan dapat
meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir. Metode
discovery ini melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk
menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain karena
metode ini melatih siswa lebih banyak belajar secara sendiri. Tetapi metode
ini juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya membutuhkan waktu
belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima. Untuk
mengurangi kelemahan metode ini maka diperlukan bantuan guru. Bantuan
guru dapat dengan dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan
memberikan informasi secara singkat kepada siswa.
B. Kerangka Berpikir
Metakognitif merupakan daya berpikir tingkat tinggi disini metakognisi
seseorang berpengaruh penting terhadap kesuksesan dalam memecahkan suatu
19
kemampuan memecahkan masalah yang baik sedangkan akhir-akhir ini Salah
satu metode belajar yang banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah
maju adalah metode discovery. Metode discovery ini menuntut siswa untuk
mengasah kemampuan metakognisinya Hal ini disebabkan karena metode ini:
(1) merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif; (2)
dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka
hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah
dilupakan siswa; (3) pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian
yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi
lain; (4) dengan menggunakan strategi discovery anak belajar menguasai salah
satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri; (5) siswa belajar
berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri,
kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata.
Beberapa keuntungan belajar discovery yaitu: (1) pengetahuan bertahan lama
dan mudah diingat; (2) hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang
lebih baik dari pada hasil lainnya; (3) secara menyeluruh belajar discovery
meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. Secara
khusus belajar penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa
untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh Suherman
(2001: 179) sebagai berikut:
1.siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan
20
2.siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses
menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat;
3.menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong
ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat;
4.siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih
mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks;
5.metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Selain memiliki beberapa keuntungan, metode discovery (penemuan) juga
memiliki beberapa kelemahan, diantaranya membutuhkan waktu belajar yang
lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima.Untuk mengurangi
kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan guru.Bantuan guru dapat
dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan
informasi secara singkat.Pertanyaan dan informasi tersebut dapat dimuat
dalam lembar kerja siswa (LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum
pembelajaran dimulai.
Metode discovery (penemuan) yang mungkin dilaksanakan pada siswa SMP
adalah metode penemuan terbimbing.Hal ini dikarenakan siswa SMP masih
memerlukan bantuan guru sebelum menjadi penemu murni. Oleh sebab itu
metode discovery (penemuan) yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah metode discovery (penemuan) terbimbing (guided discovery)
Pada kenyataannya fisika di sekolah masih dianggap sebagai pelajaran yang
21
dikarenakan dalam pembelajaran, guru mengajarkan fisika langsung kepada
konsep tanpa memulainya dengan aplikasi yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari.Bahkan selama ini ada guru yang tidak mengajarkan aplikasi fisika
sehingga rasa ketertarikan terhadap fisika rendah, yang nantinya
mengakibatkan minat belajar dan penguasaan konsep fisika rendah.
Selain itu strategi yang digunakan guru dalam proses pembelajaran tidak
berganti-ganti, maka tidak ada salahnya jika dicobakan metode discovery yang
akan dipadukan dengan soal-soal yang mengarah pada daya pikir tingkat
tinggi. Disini akan diberikan berupa penugasan (latihan soal), observasi
lingkungan dan proyek.Sehingga melatih siswa untuk mandiri,meransang
untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan
membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi.
Karena banyaknya metode yang digunakan dalam latihan soal untuk
mengasah metakognisi siswa dengan metode discovery, maka diharapkan
siswa akan merasa senang dalam belajar, selain itu kebiasaan mencari dan
mengolah data sendiri diharapkan akan membangkitkan rasa ingin tahu siswa
sehingga minat belajar akan tinggi.
Latihan soal untuk mengasah metakognisi siswa juga merangsang siswa untuk
belajar lebih banyak, sehingga siswa akan mendapatkan kesempatan untuk
menguasai konsep lebih luas dan siswa akan lebih tahu kekurangan dalam
mempelajari materi yang di ajarkan. Maka dengan pemberian soal untuk
22
akan meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa dan juga peningkatan
hasil belajar siswa. Selain itu dengan minat belajar yang tinggi juga
diharapkan akan meningkatkan hasil belajar siswa atau sebaliknya.
Kerangka pemikiran tersebut tertuang pada bagan berikut ini:
Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir Penelitian
Keterangan :
KP = pembelajaran dengan menggunakan metode discovery X = keterampilan metakognisi siswa
Y1 = minat belajar siswa
Y1 = hasil belajar siswa
r1 = Pengaruh tingkat keterampilan metakognisi terhadap minat
belajar siswa
r2 = Pengaruh tingkat keterampilan metakognisi terhadap hasil
belajar siswa
C. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam pelaksanaan penelitian ini, yaitu:
1. Semua siswa kelas VIII A semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yang
menjadi objek penelitian mempunyai kemampuan akademis yang relatif
sama dalam mata pelajaran fisika.
2. Siswa memiliki kemampuan metakognisi,minat dan hasil belajar yang
23
3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemampuan metakognisi terhadap
minat dan hasil belajar siswa dengan metode discovery diabaikan.
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka teoretis dan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan
oleh peneliti, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Hipotesis pertama
H0 : Tidak ada pengaruh keterampilan metakognisi terhadap minat belajar
siswa dengan menggunakan metode discovery.
H1 : Ada pengaruh keterampilan metakognisi terhadap minat belajar siswa
dengan menggunakan metode discovery.
Hipotesis kedua
H0 : Tidak ada pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar
fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery.
H1 : Ada pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar fisika
24
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2013/2014 di SMPN5 Negeri Agung Way kanan.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu metode pengambilan
sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat
oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah
diketahui sebelumnya (Arikunto, 2010: 183) yang diambil merupakan
siswa kelas VIII SMPN 5 Negeri Agung Way Kanan pada tahun
pelajaran 2013/2014. Jumlah kelas VIII SMPN 5 Negeri Agung yaitu 5
Kelas.Pemilihan kelas sampel dengan metode discovery yaitu teknik
penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Pemilihan kelas
eksperimen didahului dengan melakukan observasi dan melihat
hasil-hasil tes para siswa. Kelas eksperimen yang dipilih adalah kelas yang
memiliki sebaran tipe belajar yang relatif merata untuk masing-masing
tipe belajar. Setelah dilakukan proses pengidentifikasian maka
25
sebaran tipe belajar paling merata, sehingga diputuskan untuk memilih
kelas tersebut sebagai kelas eksperimen
C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kuasi eksperimen dengan menggunakan satu
kelas sebagai sampel. Penelitian dilakukan secara langsung dalam kegiatan
pembelajaran pada siswa kelas VIIIA. Penelitian ini terdiri dari satu variabel
bebas yaitu keterampilan metakognisi, dua variabel terikat yaitu hasil belajar
dan minat siswa dan satu variabel moderator yaitu metode discovery. Desain
yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-Shot Case Study. Secara
prosedur rancangan desain penelitian pola seperti ditunjukkan pada gambar
3.1. berikut:
Gambar 3.1 Desain Eksperimen One-Shot Case Study
Keterangan: X = perlakuan O = nilai observasi hasil perlakuan (ujian akhir)
(Sugiyono, 2010: 110)
Kelas yang menjadi sampel diberikan angket minat untuk melihat minat siswa
pada sebelum pembelajaran, kemudian diberikan perlakuan yaitu
pembelajaran dengan metode discovery melalui keterampilan metakognisi.
Setelah pembelajaran, siswa diberikan angket minat. Hasil tes akhir tersebut
26
D. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini ada tiga yaitu variabel bebas, variabel terikat dan
veriabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah keterampilan
metakognisi (X), variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y1), dan minat
siswa(Y2) dan pembelajaran dengan metode discovery dalam penelitian ini
bertindak sebagai variabel moderator (variabel antara).
E. Data Penelitian
Data penelitian berupa data kuantitatif yang diperoleh dari:
1. Data keterampilan metakognisi
2. Data minat belajar
3. Data hasil belajar siswa
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
1) Lembar kerja kelompok (LKK)
Lembar kerja kelompok digunakan untuk mengarahkan siswa dalam kerja
kelompok yang berupa kegiatan eksperimen.
2) Lembar angket minat siswa
Lembar angket minat siswa dapat berupa seluruh kegiatan dan aktualisasi
yang dilakukan oleh siswa selama pembelajaran berlangsung.
3) Keterampilan metakognisi dan hasil belajar menggunakan instrumen
27
yang dimiliki siswa digunakan soal yang berisi pertanyaan yang sesuai
dengan indikator keterampilan metakognisi. Tes ini digunakan pada saat
ujian setelah siswa diberi perlakuan/ observasi (ujian akhir).
G. Tehnik Pengumpulan Data
1. Data Keterampilan Metakognisi Siswa
Untuk memperoleh data keterampilan metakognisi siswa tes diberikan kepada
siswa dalam bentuk soal uraian yang telah disesuaikan dengan indikator
metakognisi untuk mendapatkan data mengenai keterampilan metakognisi
yang dimiliki siswa (sampel). Sebelum diberikan kepada sampel, soal terlebih
dahulu diuji cobakan kemudian dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas
butir soal tersebut. Setelah diuji validitas dan reliabilitasnya, kemudian soal
diberikan kepada siswa yang diambil sebagai sampel.
Adapun hasil pengumpulan datanya dapat dilihat pada Lampiran .
2. Data Minat Belajar Siswa
Untuk memperoleh data minat siswa disediakan angket dalam bentuk skala
Likert yang didalamnya terdapat pilihan jawaban selalu, sering,
kadang-kadang, sesekali, dan tidak pernah. Dalam angket terdapat kisi-kisi yang
terdiri dari empat indikator, yaitu :
1) Perasaan senang
2) Perhatian
3) Rasa ingin tahu
28
Untuk penilaian kuantitatif, maka jawaban itu perlu dapat diberi skor,
misalnya:
1. Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5
2. Setuju/sering/positif diberi skor 4
3. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3
4. Sesekali/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2
5. Tidak setuju/tidak pernah/diberi skor 1
(Sugiyono, 2010: 135)
Adapun hasil pengumpulan datanya dapat dilihat pada Lampiran .
3. Data Hasil Belajar Siswa
Data hasil belajar siswa diperoleh dengan memberikan tes akhir yang berupa
soal uraian siswa kelas VIIIA IPA fisika pada materi pembelajaran cahaya.
Adapun hasil pengumpulan datanya dapat dilihat pada Lampiran .
H. Analisis Instrumen
Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih
dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.
a) Uji Validitas
Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk
mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
29
sesuai dengan kriteria umum, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes
tersebut dengan kriterium.
Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment
yaitu:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
(Arikunto, 2008: 72)
Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih
dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika
korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut
dinyatakan tidak valid. Dan jika rhitung > rtabel dengan α = 0,05 maka koefisien
korelasi tersebut signifikan.
Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta
korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas
yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat
jika r = 0,3.
(Masrun dalam Sugiyono, 2010: 188)
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program
SPSS 17.0 dengan kriterium uji bila correlated item – total correlation lebih
besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construct yang kuat
(valid). Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan komputer program
30
1) Keterampilan metakognisi
Validitas soal diolah menggunakan komputer dengan program SPSS. Hasil
uji validitas soal keterampilan metakognisi disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Soal Keterampilan Metakognisi
Nomor Soal Pearson Correlation Keterangan
1 0,616 Valid
Berdasarkan Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa semua butir soal memiliki nilai
Pearson Correlation > 0,33 sehingga semua butir soal valid.
2) Minat belajar siswa
Hasil uji validitas angket minat belajar siswa disajikan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Angket Minat Belajar Siswa
Nomor Soal Pearson Correlation Keterangan
31
Berdasarkan Tabel 3.2 dapat dilihat bahwa semua butir soal memiliki nilai
Pearson Correlation > 0,33 sehingga semua butir soal valid.
3) Hasil Belajar Siswa
Hasil validitas soal hasil belajar disajikan pada Tabel 3.3. berikut ini
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Soal Hasil Belajar
Berdasarkan Tabel 3.3 dapat dilihat bahwa semua butir soal memiliki nilai
Pearson Correlation > 0,33 sehingga semua butir soal valid.
2) Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada
pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung
reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:
∑
Nomor Soal Pearson Correlation Keterangan
1 0,678 Valid
2 0,338 Valid
3 0,916 Valid
4 0,779 Valid
5 0,843 Valid
6 0,633 Valid
7 0,829 Valid
8 0,437 Valid
9 0,685 Valid
32
Menurut Sayuti (2010: 30), kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai
nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang dilihat
pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Nilai Kisaran Alpha Chronbach‘s
Nilai Alpha Cronbach’s Keterangan 0,00 – 0,20 Kurang Reliabel 0,21 – 0,40 Agak Reliabel 0,41 – 0,60 Cukup Reliabel
0,61 – 0,80 Reliabel
0,81 – 1,00 Sangat Reliabel
Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang
sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor
setiap nomor soal.
Uji reliabilitas soal dilakukan menggunakan komputer program SPSS. Hasil
reliabilitas soal keterampilan metakognisi, angket minat belajar serta hasil
belajar siswa disajikan pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Soal Keterampilan Metakognisi, Minat Belajar dan Hasil Belajar
N o.
Kategori Soal Cronbanch’s Alpha
N of Items 1. Keterampilan metakognisi 0.728 10
2. Minat Belajar 0.853 15
33
Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai Cronbach’s Alpha pada
keterampilan metakognisi sebesar 0,728. Nilai Cronbach’s Alpha tersebut
berada di antara 0,61 sampai dengan 0,80 maka dapat disimpulkan bahwa alat
ukur dalam penelitian tersebut adalah reliabel. Sedangkan nilai Cronbach’s
Alpha minat belajar sebesar 0,853, dan hasil belajar sebesar 0,869. Nilai-nilai
Cronbach’s Alpha tersebut berada di antara 0,81 sampai dengan 1,00 maka
dapat disimpulkan bahwa alat ukur dalam penelitian tersebut adalah sangat
reliabel.
I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Teknik Analisis Data
Data Keterampilan Metakognisi
Untuk menganalisis data keterampilan metakognisi siswa diambil dengan
menggunakan lembar pengumpulan tes keterampilan metakognisi IPA fisika
pada materi pembelajaran cahaya yang berbentuk soal uraian pada aspek
kognitif yang diperoleh dalam bentuk posttest.
Data Minat Belajar Siswa
Untuk data minat siswa berupa angket yang mencakup empat indikator yaitu
Perasaan senang,perhatian, rasa ingin tahu, dan Usaha yang dilakukan
Proses analisis untuk data minat belajar siswa adalah dengan menggunakan
rumus:
34
Setelah penskoran dilakukan, kemudian menentukan kategorinya dengan
ketentuan :
Proses analisis untuk hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
a. Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari
setiap soal.
b. Persentase pencapaian hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:
∑
Adapun kategori hasil belajar ranah kognitif siswa disajikan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Kategori Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa
Nilai Kategori
35
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji Normalitas
Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal,
dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik kolmogrov smirnov.
Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:
Ho : data tidak terdistribusi secara normal.
H1 : data terdistribusi secara normal.
Dasar dari pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan
program pada komputer yaitu menggunakan program SPSS 17,0 dengan
metode kolmogrov smirnov berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai
, nilai yang digunakan adalah 0,05 dengan pedoman
pengambilan keputusan sebagai berikut:
1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka H0 diterima
dengan artian bahwa data tidak terdistribusi secara normal.
2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka H1 diterima
dengan artian bahwa data terdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai
hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan
sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan metode Test for
Linearity pada taraf signifikan 0, 05. Dua variabel dikatakan mempunyai
36
c. Uji Korelasi
Pada penelitian ini, untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara
variabel dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan uji
Korelasi Bivariate. Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya
hubungan itu, maka dapat digunakan pedoman seperti pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Tingkat hubungan berdasarkan interval korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Analisis korelasi dapat dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinasi,
dengan cara mengkuadratkan koefisien yang ditemukan, untuk melihat
pengaruh dalam bentuk persentase.
d. Uji Regresi Linear Sederhana
Uji regresi linear sederhana dilakukan untuk menghitung persamaan regresinya.
Dengan menghitung persamaan regresinya maka dapat diprediksi seberapa tinggi nilai
variabel terikat jika nilai variabel bebas diubah-ubah serta untuk mengetahui arah
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat apakah positif atau negatif.
37
Dengan:
∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑
∑ ∑
Priyatno (2010: 55)
Untuk memudahkan dalam menguji hubungan antara variabel dilakukan dengan
menggunakan program SPSS 17.0 dengan uji Reggression Linear.
Adapun hipotesis yang telah diuji adalah
1) Hipotesis pertama
Ho : Tidak terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap minat belajar
IPA fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery.
H₁ : Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap minat belajar IPA
fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery.
2) Hipotesis kedua
Ho : Tidak terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar
IPA fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery.
H₁ : Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar IPA
fisika siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery.
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas:
a. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.
b. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO
56
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Tidak terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap minat belajar
siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery.
2. Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap hasil belajar siswa
yang pembelajarannya menggunakan metode discovery.
B. Saran
Berdasarkan simpulan disarankan sebagai berikut:
1. Pembelajaran menggunakan keterampilan metakognisi dengan metode
discovery dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru di sekolah sebagai
upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Pembelajaran menggunakan keterampilan metakognisi dengan metode
discovery sebaiknya dilaksanakan dengan cara guru harus mempersiapkan
diri dan mempersiapkan perangkat pembelajaran, alat yang akan digunakan
saat eksperimen, alokasi waktu yang sesuai, serta siswa yang harus berada
dalam kondisi yang kondusif, sehingga seluruh proses pembelajaran akan
56
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Aritonang, K.T. 2008. Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur. No. 10 Tahun ke-7.
Basith, A. 2010. Hubungan Keterampilan Metakognisi dan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA pada Siswa Kelas IV SD dengan Strategi Pembelajaran Jigsaw dan Tink Pair Share (TPS). Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
________________. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hamalik, Umar . 2006. Perancangan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Herdy. 2010. Common Tex Book Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Artikel Pendidikan. Diunduh pada tanggal 23 Oktober 2012 dari http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/metode-pembelajaran-discovery-penemuan
Jonassen, D. 2000. Toward a Design Theory of Problem Solving To Appear in Educational Technologi : Research and Depelopement.
http://www.coe.missouri.edu/~jonassen/PSPaper%20 final.pdf
57
Priyatno. 2010. Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media.
Project, Taccasu. 2008. Metacognition. Artikel Pendidikan. Diunduh pada tanggal 23 September 2012dari
http://www.hku.hk/cepc/taccasu/ref/metacognition.html
Riduwan, 2005. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Muda. Bandung: Alafabeta.
Sagala, 2007. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sardiman, A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Saregar, Antomi. 2010. ”Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Optik Geometri
melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM). Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
_______. 2003. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS). Jakarta: Bumi Aksara
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suherman. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Jurusan Pendidikan Matematika UPI. Bandung.
Sukarto. 2008. Metode Pembelajaran Inkuiri dan Discovery. Dalam http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2098069-metode-pembelajaran-inkuiri-dan-discovery/. Diunduh pada tanggal 14 Februari 2011.
Sukmadinata & As’ari. 2006. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi. Makalah. UPI Bandung.
Yusuf, Amiril. 2010. ”Peningkatan Minat, Aktivitas dan Penguasaan Konsep
Fisika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournaments)”. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Zhang, L. J. (2001). Awareness in reading: EFL students' metacognitive