• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur Terhadap Ketidakikutseraan Dalam Program Keluarga Berencana Di Desa Salaon Dolok Kabupaten Samosir Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur Terhadap Ketidakikutseraan Dalam Program Keluarga Berencana Di Desa Salaon Dolok Kabupaten Samosir Tahun 2013"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP KETIDAKIKUTSERTAAN DALAM PROGRAM

KELUARGA BERENCANA DI DESA SALAON DOLOK KABUPATEN SAMOSIR

8. Apakah ibu pernah menjadi akseptor KB? 1. Ya

2. Tidak

9. Apakah ibu masih menjadi Peserta KB? 1. Ya

2. Tidak .

10.Apa alasan ibu tidak ber-KB? a. Belum punya anak

b. Masih ingin punya anak c. Ingin punya anak laki-laki d. Ingin punya anak perempuan e. Alasan kesehatan

f. Dilarang suami

(5)

g. Lain-lain, sebukan………

B Pengetahuan tentang Program KB

(Jawaban bisa lebih dari 1)

1. Menurut ibu, pengertian KB adalah?

a. Suatu usaha dengan kesadaran sendiri membatasi kelahiran untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga (idealnya 2 anak).

b. Salah satu usaha untuk meningkatkan kesuburan reproduksi wanita.

c. Usaha pencegahan kehamilan yang hanya dilakukan oleh wanita.

2. Menurut ibu, apakah tujuan KB?

a. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anaknya serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran.

b. Untuk ikut serta menggunakan alat kontrasepsi. c. Untuk mewujudkan peningkatan jumlah akseptor KB. 3. Menurut ibu, apakah manfaat pemakaian kontrasepsi?

a. Untuk mencegah dan mengatur jarak kehamilan, serta mengakhiri kesuburan.

b. Untuk meningkatkan kesuburan wanita c. Untuk memperbaiki organ reproduksi wanita. 4. Syarat kontrasepsi yang baik adalah

a. Aman/tidak berbahaya b. Mahal

c. Rumit

5. Yang termasuk alat kontrasepsi yang digunakan wanita adalah

a. Kondom b. Vasektomi c. Implant

(6)

untuk digunakan?

a. Pil KB dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) b. Vasektomi

c. Tubektomi

7. Menurut ibu apa efek samping dari ber KB?

a. Rasa nyeri/mules, kelainan haid, perubahan berat badan (gemuk).

b. Mengganggu dalam hubungan seksual. c. Badan menjadi kurus.

8. Vasektomi dan Tubektomi merupakan metode kontrasepsi dengan tujuan

a. Untuk menunda kehamilan

b. Untuk mengakhiri kesuburan/tidak hamil lagi c. Untuk menjarangkan kehamilan

10. Apa saja alat/metode kontrasepsi yang digunakan laki-laki? a. Kondom dan MOP/Tubektomi

b. IUD c. Pil KB

11.Dalam upaya pencegahan kehamilan sebaiknya dilakukan oleh?

a. Suami b. Istri

c. Suami dan istri

12.Alat kontrasepsi yang paling praktis dan mudah didapatkan tanpa harus konsultasi ke dokter adalah

(7)

c. Implant

2. Menurut ibu, dengan mengikuti program KB berpengaruh terhadap keadaan ekonomi keluarga ?

1. Setuju 2. Tidak setuju

3. Menurut ibu, penggunaan kontrasepsi sangat bertentangan dengan pendapat keluarga, agama, dan adat istiadat ?

1. Setuju memiliki penghasilan tinggi, bagaimana menurut Ibu? 1. Setuju

2. Tidak setuju

6. Hanya istri yang boleh menggunakan alat kontrasepsi 1. Setuju

2. Tidak setuju

7. Salah satu manfaat penggunaaan kontrasepsi adalah meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana 1. Setuju

2. Tidak setuju

D Ketersediaan Alat Kontrasepsi

(Pilih satu jawaban saja)

(8)

tersedia di sarana kesehatan? 1. Ya

2. Tidak

2. Apakah jenis alat kontrasepsi yang diinginkan selalu tersedia di sarana kesehatan?

1. Ya 2. Tidak

3. Jika Tidak, dimana ibu mendapatkan alat kontrasepsi? 1. Klinik swasta

2. Praktek Dokter/Bidan 3. Apotek

4. Lain-lain, sebutkan ……….

E Keterjangkauan Pelayanan KB

(Pilih satu jawaban saja)

1. Berapakah jarak rumah ibu ke sarana kesehatan? 1. ≤ 2,5 km

2. > 2,5 km

2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan guna mencapai tempat tersebut?

1. ≤ 30 menit 2. > 30 menit

3. Jenis alat transportasi apa yang ibu gunakan untuk mencapai tempat tersebut?

1. Jalan kaki 2. Sepeda

3. Sepeda motor 4. Mobil

4. Apakah ibu mengeluarkan biaya untuk memperoleh pelayanan KB?

1. Ya 2. Tidak

(9)

(sebutkan nominalnya dalam rupiah) 1. s/d 100.000,-

2. 100.000 s/d 200.000,- 3. > 200.000,-

F Dukungan Petugas Kesehatan

(Pilih satu jawaban saja)

1. Apakah petugas kesehatan melakukan penyuluhan tentang KB dan kontrasepsi?

1. Ya 2. Tidak

3. Apakah petugas kesehatan menyarankan anda untuk ikut KB?

1. Ya 2. Tidak

4. Apakah petugas kesehatan menjelaskan terlebih dahulu tentang tujuan, manfaat KB dan efek sampingnya?

1. Ya 2. Tidak

5. Apakah petugas memberikan kesempatan/kebebesan dalam memilih kontrasepsi?

1. Ya 2. Tidak

6. Apakah petugas kesehatan menyarankan anda untuk melakukan konsultasi dan pemeriksaan?

1. Ya 2. Tidak

7. Apakah pelayanan yang diberikan petugas kesehatan memuaskan ?

1. Ya 2. Tidak

(10)

2. Petugas tidak mampu member informasi seperti yang diharapkan

3. Alat/fasilitas tidak lengkap 4. Biaya terlalu mahal

5. Lain-lain, sebutkan

G Pengambil Keputusan

1. Siapakah yang mengambil keputusan keikutsertaan dalam Program KB

1. Suami 2. Istri

3. Musyawarah suami-istri 4. Mertua/orangtua

(11)
(12)

Frekuensi Kelompok Kasus

Statistics

Umur Pendidikan umur suami pend. Suami jumlah anak

N Valid 35 35 35 35 35

pengetahuan sikap ketersediaan Keterjangkauan

N Valid 35 35 35 35

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid rendah 28 80,0 80,0 80,0

tinggi 7 20,0 20,0 100,0

(13)

umur suami

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 25-30 tahun 3 8,6 8,6 8,6

31-40 tahun 21 60,0 60,0 68,6

> 40 tahun 11 31,4 31,4 100,0

Total 35 100,0 100,0

pend. Suami

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid rendah 19 54,3 54,3 54,3

tinggi 16 45,7 45,7 100,0

Total 35 100,0 100,0

jumlah anak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <=2 orang 15 42,9 42,9 42,9

>2 orang 20 57,1 57,1 100,0

Total 35 100,0 100,0

tingkat pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid baik 8 22,9 22,9 22,9

buruk 27 77,1 77,1 100,0

Total 35 100,0 100,0

Sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid baik 10 28,6 28,6 28,6

buruk 25 71,4 71,4 100,0

(14)

Ketersediaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tersedia 13 37,1 37,1 37,1

tidak tersedia 22 62,9 62,9 100,0

Total 35 100,0 100,0

Keterjangkauan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Terjangkau 9 25,7 25,7 25,7

tidak terjangkau 26 74,3 74,3 100,0

Total 35 100,0 100,0

dukungan petugas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Mendukung 14 40,0 40,0 40,0

tidak mendukung 21 60,0 60,0 100,0

Total 35 100,0 100,0

Pengambil Keputusan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid baik 9 25,7 25,7 25,7

buruk 26 74,3 74,3 100,0

(15)

Frekuensi Kelompok Kontrol

Statistics

Umur Pendidikan umur suami pend. Suami jumlah anak

N Valid 35 35 35 35 35

pengetahuan sikap ketersediaan keterjangkauan

N Valid 35 35 35 35

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid rendah 17 48,6 48,6 48,6

tinggi 18 51,4 51,4 100,0

(16)

umur suami

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 25-30 tahun 4 11,4 11,4 11,4

31-40 tahun 15 42,9 42,9 54,3

> 40 tahun 16 45,7 45,7 100,0

Total 35 100,0 100,0

pend. Suami

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid rendah 29 82,9 82,9 82,9

tinggi 6 17,1 17,1 100,0

Total 35 100,0 100,0

jumlah anak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <=2 orang 4 11,4 11,4 11,4

>2 orang 31 88,6 88,6 100,0

Total 35 100,0 100,0

tingkat pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid baik 28 80,0 80,0 80,0

buruk 7 20,0 20,0 100,0

Total 35 100,0 100,0

Sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid baik 28 80,0 80,0 80,0

buruk 7 20,0 20,0 100,0

Total 35 100,0 100,0

Ketersediaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tersedia 23 65,7 65,7 65,7

tidak tersedia 12 34,3 34,3 100,0

(17)

Keterjangkauan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid terjangkau 20 57,1 57,1 57,1

tidak terjangkau 15 42,9 42,9 100,0

Total 35 100,0 100,0

dukungan petugas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid mendukung 25 71,4 71,4 71,4

tidak mendukung 10 28,6 28,6 100,0

Total 35 100,0 100,0

Pengambil Keputusan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid baik 20 57,1 57,1 57,1

buruk 15 42,9 42,9 100,0

(18)

Crosstabs

Umur * Masih ikut KB Crosstabulation

Masih ikut KB

Continuity Correctionb 11,200 1 ,001

Likelihood Ratio 13,283 1 ,000

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,50. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Umur (resiko rendah (20-35 tahun) / resiko tinggi (<20 dan >35 tahun))

,160 ,057 ,451

For cohort Masih ikut KB = ya ,400 ,228 ,703

(19)

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Umur (resiko rendah (20-35 tahun) / resiko tinggi (<20 dan >35 tahun))

,160 ,057 ,451

Pendidikan * Masih ikut KB Crosstabulation

Masih ikut KB

Continuity Correctionb 6,222 1 ,013

Likelihood Ratio 7,726 1 ,005

(20)

Risk Estimate

jumlah anak * Masih ikut KB Crosstabulation

Masih ikut KB

Continuity Correctionb 7,224 1 ,007

(21)

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,50. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for jumlah anak (<=2

orang / >2 orang)

,172 ,050 ,593

For cohort Masih ikut KB = ya ,346 ,141 ,850 For cohort Masih ikut KB = tidak 2,013 1,332 3,043

N of Valid Cases 70

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent tingkat pengetahuan * Masih

ikut KB

70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%

tingkat pengetahuan * Masih ikut KB Crosstabulation

Masih ikut KB

Total ya tidak

tingkat pengetahuan Baik Count 28 8 36

% of Total 40,0% 11,4% 51,4%

Buruk Count 7 27 34

% of Total 10,0% 38,6% 48,6%

Total Count 35 35 70

(22)

Chi-Square Tests

Continuity Correctionb 20,645 1 ,000

Likelihood Ratio 24,327 1 ,000

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,00. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

sikap * Masih ikut KB Crosstabulation

(23)

Chi-Square Tests

Continuity Correctionb 16,637 1 ,000

Likelihood Ratio 19,619 1 ,000

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,00. b. Computed only for a 2x2 table

(24)

ketersediaan * Masih ikut KB Crosstabulation

Continuity Correctionb 4,632 1 ,031

Likelihood Ratio 5,800 1 ,016

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,00. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for ketersediaan

(25)

Case Processing Summary

keterjangkauan * Masih ikut KB Crosstabulation

Masih ikut KB

Continuity Correctionb 5,887 1 ,015

Likelihood Ratio 7,266 1 ,007

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,50. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for keterjangkauan

(terjangkau / tidak terjangkau)

3,852 1,401 10,590

For cohort Masih ikut KB = ya 1,885 1,177 3,020 For cohort Masih ikut KB = tidak ,489 ,271 ,883

(26)

Crosstabs

dukungan petugas * Masih ikut KB Crosstabulation

Masih ikut KB

Continuity Correctionb 5,790 1 ,016

Likelihood Ratio 7,135 1 ,008

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,50. b. Computed only for a 2x2 table

(27)

Risk Estimate

G1K * Masih ikut KB Crosstabulation

Masih ikut KB

Continuity Correctionb 5,887 1 ,015

Likelihood Ratio 7,266 1 ,007

(28)

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for G1K (baik /

buruk)

3,852 1,401 10,590

For cohort Masih ikut KB = ya 1,885 1,177 3,020 For cohort Masih ikut KB = tidak ,489 ,271 ,883

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S. 2006. Prosedur Penelitan Satuan Pendekatan Pratik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, A. 2006. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan Aplikasi Prinsip

Lingkaran Pemecahan Masalah. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

BKKBN, 1999. Tingkat dan Perkembangan Pemakaian Alat Kontrasepsi

Menurut Parameter Demografi Sosioekonomi di Indonesia Tahun 1994-1997, Jakarta.

________.2005. Badan Kebijakan Program Keluarga Berencana Nasional, Jakarta

.

________. 2007. Kamus Istilah Program Keluarga Berencana Nasional, Jakarta.

________. 2010.Badan Pelayanan Kontrasepsi & Pengendalian Lapangan

Program KB Nasional, Jakarta.

Bertrand, J. 1980. Audience Research for Improving Family Planning

Comunication Program, Communication Laboratory Community &

Family Study Center, University of Chicago.

Buku Catatan Laporan Kependudukan. 2010.

Data Kependudukan Ronggur Nihuta Tahun 2013.

Depkes RI, 2007. Profil Kesehatan Indonesia2005, Jakarta

Green, L., and Kreuter M.W. 2005. Health Program Planing: An Educational

and Ecological Approach. Fourth Edition, Mc Graw Hll, New York.

Hatmadji, S.H., 2004. Fertilitas (Kelahiran) dalam Dasar-dasar Demografi. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Hartanto, Hanafi.2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

(30)

Pustaka SinarHarapan.

Hutauruk, A., 2006. Hubungan Karakteristik Wanita Usia Subur (WUS) dan

Kualitas Pelayanan KB dengan Utilisasi Pelayanan KB di

Kabupaten Tapanuli TengahTahun 2006. Tesis. Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. Rihama. Keraf. 2001. Ilmu Pengetahuan, Jakarta :Kanisius.

Mantra, I.B., 2006. Demografi Umum. Edisi 2. Penerbit Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Manuaba, I.B.G., 1988. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Melionolimayanti, dkk. 2007. http://forbetterhealth.wordpress.com, diakses tanggal 8 Desember 2013.

Notoatmodjo, S. 2012. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

________. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. ________. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam.2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan, Jakarta :Selemba Medika.

Pardosi, T.I., 2005. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat

Kemandirian Akseptor KB Aktif dalam Pemanfaatan Program KB Mandiri di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Kec. Medan Baru Kodya Medan Tahun 2005. Skripsi. Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas SumateraUtara, Medan.

Pinem,Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Penerbit Trans Info Media: Jakarta.

Prihastuti, I., 2004. Alkon Hilang, Anak Tak Terbilang, LP3Y dan STARH, Yogyakarta.

(31)

Purba, Juanita Tatarini. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian

alat Kontrasepsi pada Istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008. Tesis Medan: Sekolah Pasca

Sarjana Universitas Sumatra Utara

(http://repository.usu,ac.id/handle/123456789/17651) diakses tanggal 05 Januari 2013.

Purwoko (2000). Tesis Penerimaan Vasektomi dan Sterilisasi Tuba. Fakultas Kedokteran Undip.Semarang

Rinda Ika Maiharti. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, dan

Pendapatan dengan Metode Kontrasepsi pada PUS di Kecamtan

Jenu dan Kecamatan Jatiroto Kabupaten Tuban.

Skripsi.Surabaya: UNESA

Riyanto, Agus. 2009. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, Yogyakarta: Jazamedia.

Saifudin,A. 2002. Buku Panduan Ajuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Sakhnan, R., 2001. Faktor yang Berhubungan dengan Keikutsertaan Ibu PUS

dalam Program KB Pada Suku Talang Mamak di Desa Seberial Indragiri Hulu Propinsi Riau Tahun 2000. Tesis. Program

Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Sarwono, Prawirohardjo. 2005 A. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Sarwono, S., 2007. Sosiologi Kesehatan: Beberapa Konsep Beserta

Aplikasinya,Cetakan Keempat, Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Satyavada, A., and Adamchak, D.J. 2000. Determinants of Current Use of

Contraception and Children Ever Born in Nepal. Social Biology.

Sensus Penduduk Tahun 2010. www.majalahforum.com, 19 Oktober 2013 jam

(32)

Siswosudarmo, dkk. 2001. Teknologi Kontrasepsi. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.

Soekanto, S., 2006. Sosiologi Suatu Pengantar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Stright, Barbara. 2004. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta: ECG. Syamsiah. 2002. Peran Dukungan Suami Istri dalam Pemilihan Alat

Kontrasepsi Pada Peserta KB di Soak Kab. Musi Banyuasin Sumatera Selatan tahun 2002. Skripsi Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

UU No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat analitik observasional dengan menggunakan desain case control yaitu penelitian analitik

yang menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif (Saryono, 2010). Sebagai kasus adalah pasangan usia subur yang tidak mengikuti program KB dan kontrol adalah pasangan usia subur yang mengikuti program KB.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Salaon Dolok Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir, dengan alasan di Desa Salaon Dolok masih dijumpai PUS yang tidak mengikuti program KB sebanyak 47 pasangan dari 101 PUS (46,5% PUS tidak mengikuti program KB).

3.2.2 Waktu Penelitiam

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2013 – Januari 2014

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah pasangan usia subur yang ada di Desa Salaon Dolok sebanyak 101 pasangan (Data kependudukan Ronggur Nihuta tahun 2013).

3.3.2 Sampel

(34)

a. Kelompok Kasus yaitu data istri pasangan usia subur yang tidak mengikuti program KB di Desa Salaon Dolok.

Dengan kriteria iklusi yang telah ditetukan yaitu:

1. Responden berumur 20-35 tahun yang telah memiliki anak ≥ 2 dan tidak mengikuti KB

2. Responden berumur <20 tahun dan >35 tahun yang tidak mengikuti program KB

Kriteria ini dibuat dengan asumsi kelompok umur tersebut merupakan golongan isteri yang sebaiknya mengikuti program KB sesuai dengan tujauan program KB sendiri yaitu istri yang berumur <20 tahun (untuk menunda kehamilan) dan berumur >35 tahun (untuk mengakhiri kesuburan).

b. Kelompok Kontrol yaitu data istri pasangan usia subur yang mengikuti program KB di desa Salaon Dolok.

Dengan kriteria iklusi yang telah ditetukan yaitu:

1. Responden berumur 20-35 tahun yang telah memiliki anak ≥ 2 dan mengikuti program KB.

2. Responden berumur <20 tahun dan >35 tahun yang mengikuti KB.

Besarnya sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus (Lameshow,et.al, 1997):

� = � √ + � √ +

Keterangan:

n = Besarnya sampel

Zα = Nilai baku normal berdasarkan α yang ditentukan (α= 0,05) = 1,96

(35)

P1 = Proporsi PUS ikut KB = 0,54 P2 = Proporsi PUS tidak ikut KB = 0,47

P = + = 0,5

Q = 1 – P = 0,5

� = , √ , + ,, − , √ , = , . , + ,, . ,

� = , + ,, = ,,

� = , ≈

Berdasarkan perhitungan besar sampel, maka sampel minimal yang dibutuhkan untuk PUS yang tidak ikut KB dan PUS yang ikut KB masing-masing 33 responden. Dari 101 PUS yang ada di Desa Salaon Dolok ada 47 pasangan yang tidak mengikuti KB. Maka dari itu jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 35 untuk kelompok kasus dan 35 untuk kelompok kontrol.

Sampel yang akan diteliti diambil dengan menggunakan penarikan sampel acak sederhana (simple random sampling) yaitu dengan menggunakan system cabut undi.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dengan hasil pengumpulan data terhadap responden melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner penelitian yang sudah dipersiapkan untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi pasangan usia subur terhadap ketidakikutsertaan PUS dalam program KB di Desa Salaon Dolok Kabupaten Samosir.

(36)

Puskesmas Ronggur Nihuta, data Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir, instansi lain dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berupa data jumlah penduduk, Jumlah KK, Jumlah PUS dan jumlah Peserta KB.

3.5 Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya (Hidayat, 2007).

Variabel bebas (independent variable) adalah faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi, keterjangkauan pelayanan KB), dan faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan, pengambil keputusan), sedangkan variabel terikat (dependent variabel) adalah keikutsertaan dalam program KB.

1. Keikutsertaan dalam program KB adalah realisasi responden untuk ikut serta dalam program KB sebagai suatu cara atau metode untuk mencegah atau menjarangkan kehamilan maupun untuk mengakhiri kehamilan.

2. Umur adalah jumlah tahun hidup responden pada saat wawancara yang dihitung ulang dari ulang tahun terakhir (dibulatkan pada yang lebih mendekati).

(37)

4. Jumlah anak adalah banyaknya anak hidup yang dimiliki oleh responden pada saat penelitian.

5. Pengetahuan adalah pengertian/pemahaman responden tentang program KB yang mencakup arti, tujuan/manfaat, jenis kontrasepsi, efek samping.

6. Sikap adalah kecenderungan responden untuk memberikan penilaian atau pendapat tentang setuju atau tidak setuju dalam kaitannya dengan keputusan untuk mengikuti progam KB yang menyangkut sikap terhadap NKKBS. 7. Ketersediaan alat kontrasepsi adalah ada atau tidak adanya alat kontrasepsi di

puskesmas yang dibutuhkan oleh responden sesuai dengan keinginannya. 8. Keterjangkauan pelayanan KB adalah kemudahan untuk mendapatkan akses

terhadap pelayanan KB dilihat dari segi jarak, waktu tempuh, dan biaya yang dikeluarkan oleh responden.

9. Dukungan petugas kesehatan adalah pendapat atau persepsi responden terhadap keterlibatan petugas kesehatan dalam memberikan informasi penjelasan lengkap tentang program KB.

10.Pengambil keputusan adalah orang yang menentukan responden untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan yaitu keikutsertaan dalam program KB.

3.6 Aspek Pengukuran dan Instrumen

3.6.1 Aspek Pengukuran

Variabel dependen

(38)

1. Tidak ikut program KB Variabel independen

1. Umur, dikategorikan menjadi 2 kelompok berdasarkan konsep tinggi rendahnya resiko yang dihadapi oleh ibu pada waktu hamil dan bersalin. 1. Resiko rendah: 20-35 tahun.

2. Resiko tinggi: <20 dan >35tahun.

2. Pendidikan, berdasarkan program pendidikan wajib belajar 9 tahun di kategorikan menjadi 2 kelompok yaitu:

1. Rendah, jika ijazah terakhir SLTP

2. Tinggi, jika ijazah terakhir minimal SLTA.

3. Jumlah anak, dikelompokkan atas 2 kategori berdasarkan tujuan program KB yaitu:

0. ≤ 2 orang.

1. > 2 orang. 4. Pengetahuan

Pengetahuan diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner dengan pemberian bobot. Jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak 12 buah dan responden bisa menjawab lebih dari satu jawaban sesuai dengan pilihan yang telah tersedia. Masing-masing jawaban yang benar diberi nilai 2 dan jawaban yang tidak tahu diberi nilai 1, sehingga total skor maksimal adalah 24 dan skor minimal adalah 12 (Arikunto, 2006). Berdasarkan skor kemudian variabel pengetahuan dikategorikan menjadi 2 yaitu:

(39)

5. Sikap

Diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner dengan pemberian bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 5 buah, jika responden menjawab setuju diberi nilai 2 dan jika menjawab Tidak Setuju diberi nilai 1, sehingga nilai minimal adalah 5 dan nilai maksimal 10. Berdasarkan skor kemudian variabel sikap dikategorikan menjadi 2 yaitu:

1. Baik : skor bila jawaban responden benar > 75% dari total skor yang diperoleh

2. Buruk: bila jawaban responden benar > 75% dari total skor yang diperoleh.

6. Ketersediaan alat kontrasepsi adalah

0. Tersedia, jika responden menjawab alat kontrasepsi tersedia dan sesuai dengan keinginan.

1. Tidak tersedia, jika responden menjawab alat kontraspsi tidak selalu tersedia dan tidak sesuai dengan keinginan.

7. Keterjangkauan pelayanan KB

Keterjangkauan pelayanan kontrasepsi adalah kemudahan akses terhadap pelayanan kontrasepsi dari segi jarak, waktu tempuh, dan biaya. Ketersediaan alat kontrasepsi adalah ada atau tidaknya alat kontrasepsi yang diinginkan oleh responden di puskesmas. Untuk itu pada variabel ini berisi 3 pertanyaan berkaitan tentang jarak, waktu tempuh dan biaya. Kemudian variabel ini dibagi menjadi

(40)

8. Dukungan petugas kesehatan

Untuk mengukur dukungan petugas kesehatan adalah dengan memberikan skor 2 untuk jawaban Ya dan skor 1 untuk jawaban Tidak. Jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak 6 pertanyaan, sehingga skor minimal adalah 6 dan skor maksimal adalah 12, berdasarkan skor kemudian variabel dukungan petugas kesehatan dibagi menjadi:

1. Mendukung, apabila total skor responden> 75% 2. Tidak mendukung, apabila total skor responden ≤ 75% 9. Pengambilan keputusan dalam keluarga

1. Baik, jika yang mengambil keputusan terhadap keikutsertaan dalam program KB adalah musyawarah suami dan istri.

2. Tidak baik, jika yang mengambil keputusan terhadap keikutsertaan dalam program KB adalah salah satu pihak atau orang lain diluar suami-istri.

3.6.2 Instrumen

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data menggunakan kuisioner dan ceklist yang berisi pertanyaan tentang faktor-faktor yang memengaruhi PUS tidak mengikuti program KB.

3.7 PengolahandanAnalisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

(41)

1. Pemeriksaan Data (editing)

Data yang sudah terkumpul dalam isian kuesioner diperiksa apakah jawaban semua pertanyaan sudah terisi, tulisanaya cukup jelas, relevan dengan pertanyaan dan konsisten dengan jawaban.

2. Pengkodean Data (coding)

Pemberian kode yang dimaksudkan untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data, yaitu dengan memberikan kode pada pertanyaan penelitian kuesioner.

3. Pemasukan Data (entry)

Tahapan ini dilakukan dengan cara memeskan data ke dalam komputer untuk diolah dan dianalisis melalui program SPSS.

4. Pengecekan Data (cleaning)

Adalah pengecekan data yang sudah dientry, apakah ada kesalahan atau tidak.

3.7.2 Analisa Data

Hasil data yang telah diteliti dikumpulkan selanjutnya diolah dan diperiksa dengan menghitung Odds Ratio (OR) serta diuji kemaknaannya.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang distribusi frekuensi masing-masing variabel independen yang meliputi faktor predisposisi, pendukung dan pendorong serta faktor dependen yaitu keikutsertaan dalam program KB.

2. Analisis Bivariat

(42)

pengetahuan, sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi dan keterjangkauan pelayanan KB), faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan ,dan pengambil keputusan dalam keluarga) dengan variabel dependen (keikutsertaan dalam program KB) dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Hasil perhitungan dapat menunjukkan ada

tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti yaitu dengan melihat nilai P, bila nilai P <0,05 maka terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel dengan variabel lain.

Selain itu dilakukan juga perhitungan OR untuk melihat estimasi resiko terjadinya outcome, sebagai pengaruh adannya variabel independen.

Bila OR> 1 artinya merupakan faktor penyebab terjadinya outcome. Bila OR = 1 artinya bukan sebagai faktor penyebab kejadian.

(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak Geografis

Desa Salaon Dolok berada di wilayah administratif Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir yang dibagi menjadi 3 Dusun, yaitu Dusun Martabe, Dusun Merdeka, dan Dusun Dame.

Batas-batas wilayah Desa Salaon Dolok adalah:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Parhorasan Kecamatan Pangururan - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sijambur Kecamatan Ronggur Nihuta - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Salaon Tonga-tonga Kecamatan

Ronggur Nihuta

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Simanindo.

4.1.2. Demografi

Jumlah penduduk Salaon Dolok menurut pendataan Tim Perumus RPJM-Desa/KPMD tahun 2014 sebanyak 1053 jiwa yang terdiri dari 509 laki-laki dan 544 perempuan, jumlah KK sebanyak 230, dan PUS sebanyak 101.

Distribusi penduduk berdasarkan luas wilayah, jumlah rumah tangga, jumlah dan kepadatan penduduk menurut dusun dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Luas Wilayah, Jumlah Rumah Tangga, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Dusun

(44)

4.2 Hasil Analisis

Hasil penelitian ini digambarkan secara berurutan. Pertama analisis univariat meliputi distribusi frekuensi dari faktor-faktor yang diteliti. Kemudian analisis bivariat untuk mengetahui bagaimana hubungan faktor-faktor yang diteliti dengan kesertaan PUS dalam mengikuti Program KB

4.2.1 Analisis Univariat

Dalam penelitian dilakukan penyepadanan antara kasus dan kontrol yang dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Proporsi responden Berdasarkan Karakteristik Umur Istri, Pendidikan Istri, Umur Suami, Pendidikan Suami, Jumlah anak pada PUS di Desa Salaon Dolok

No. Variabel

(45)

Tinggi) (tidak tamat SD,SD, SLTP) berjumlah 28 orang (80%), umur suami terbanyak ada pada kelompok umur 31-40 tahun berjumlah 21 orang (60%), pendidikan suami rendah (tidak tamat SD,SD,SLTP) berjumlah 19 orang (54,3%), dan jumlah anak >2 berjumlah 20 orang (57,1%)

Kelompok kontrol dengan faktor umur resiko tinggi (20-35 tahun ) berjumlah 25 orang (71,4%), pendidikan istri rendah (idak tamat SD, SD, SLTP) berjumlah 17 orang (48,6%), umur suami terbanyak ada pada kelompok umur >40 tahun (45,7%), pendidikan suami rendah (tidak tamat SD, SD, SLTP) berjumlah 29 orang (82,9%), dan jumlah anak >2 berjumlah 31 orang (88,6%).

Hasil penelitian univariat dari alasan kelompok yang tidak mengikuti program KB dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3. Distribusi Proporsi responden Pada Kelompok Kasus Berdasarkan Alasan Tidak Mengikuti KB

(46)

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa alasan responden tidak mengikuti KB yaitu; masih ingin punya anak sebanyak 15 orang 42,9%, ingin punya anak laki-laki sebanyak 6 orang (17,1%), ingin punya anak perempuan sebanyak 3 orang (8,6%), dan dilarang suami sebanyak 11 orang (31,4%).

Hasil penelitian univariat dari berbagai variabel independent, yaitu pengetahuan, sikap, ketersediaan alat kontrasepsi keterjangkauan pelayanan KB, dukungan petugas kesehatan, dan pengambil keputusan dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Variabel Independen Keikutsertaan PUS dalam Program KB di Desa Salaon Dolok

Variabel Independen Kasus Kontrol

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

1. Pengetahuan

3 Ketersediaan alat kontrasepsi - Tersedia

4 Keterjangkauan pelayanan KB - Terjangkau

5 Dukungan petugas kesehatan - Mendukung

(47)

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa kelompok kasus dangan faktor pengetahuan buruk berjumlah 27 orang (77,1%), sikap buruk berjumlah 25 orang (71,4%), ketersediaan alat kontrasepsi sebanyak 22 orang menyatakan tidak tersedia (62,9%) keterjangkauan alat kontrasepsi sebanyak 26 orang menyatakan tidak terjangkau (74,3%), dukungan petugas kesehatan sebanyak 21 orang menyatakan tidak mendukung (60%), dan pengambil keputusan buruk sebanyak 26 (74,3%).

Kelompok kontrol dengan faktor pengetahuan buruk berjumlah 7 orang (20%), sikap buruk berjumlah 7 orang (20%), ketersediaan alat kontrasepsi sebanyak 12 orang menyatakan tidak tersedia (34,3%) keterjangkauan alat kontrasepsi sebanyak 15 orang menyatakan tidak terjangkau (42,9%), dukungan petugas kesehatan sebanyak 10 orang menyatakan tidak mendukung (28,6%), dan pengambil keputusan buruk sebanyak 15 (42,9%).

4.2.2 Analisis Bivariat

Untuk menentukan kemaknaan hubungan antara kasus dan kontrol dengan variabel yang diteliti dilakukan uji Chi-squere.

4.2.2.1 Hubungan Umur dengan keikutsertaan PUS dalam berKB

(48)

Tabel 4.5. Distribusi Proporsi Kasus dan Kontrol Berdasarkan Umur Istri

Pada tabel 4.5 diketahui bahwa diantara responden yang memiliki rentang umur resiko rendah (20-35 tahun) yang tidak mengikuti program KB sebesar 25 orang (71,4%), sedangkan responden yang mengikuti program KB sebesar 10 orang (28,6%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara umur resiko rendah dengan ketidakikutsertaan PUS dalam berKB yaitu orang yang memiliki umur resiko rendah secara bermakna proporsinya lebih besar pada kasus dibandingkan dengan kontrol. Dari uji statistik juga diperoleh nilai OR 0,160 (OR<1) menunjukkan bahwa PUS yang memiliki umur resiko rendah merupakan faktor proteksi atau pelindung yang memungkinkan PUS tidak mengikuti program KB, pada tingkat kepercayaan 95% diyakini nilai OR pada interval 0,057-0,451.

4.2.2.2 Hubungan Pendidikan dengan keikutsertaan PUS dalam berKB

Tabel 4.6. Distribusi Proporsi Kasus dan Kontrol Berdasarkan Tingkat Pendidikan Istri dengan Keikutsertaan PUS, Nilai P, OR, CI 95% di Desa Salaon Dolok

Pendidikan Kasus Kontrol

P. OR CI 95%

(49)

stasistik diperoleh nilai P= 0,006 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan ketidakikutsertaan PUS dalam berKB yaitu orang yang memiliki tingkat pendidikan rendah secara bermakna proporsinya lebih besar pada kasus dibandingkan dengan kontrol. Dari hasul uji statistik juga diperoleh nilai OR 0,236 (OR<1) menunjukkan bahwa PUS yang tingkat pendidikannya rendah merupakan faktor proteksi atau pelindung yang memungkinkan PUS tidak mengikuti program KB pada tingkat kepercayaan 95% diyakini nilai OR pada interval 0,082-0,682.

4.2.2.3 Hubungan Jumlah anak dengan keikutsertaan PUS dalam berKB

Tabel 4.7. Distribusi Proporsi Kasus dan Kontrol Berdasarkan Jumlah Anak dengan Keikutsertaan PUS, Nilai P, OR, CI 95% di Desa Salaon Dolok

Jumlah Anak Kasus Kontrol

P. OR CI 95%

n % n %

≤ 2 orang 15 42,9 4 11,4

0,003 0,172 0,50-0,593 >2 orang 20 57,1 31 88,6

Jumlah 35 100 35 100

(50)

interval 0,50-0593.

4.2.2.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan keikutsertaan PUS dalam berKB

Tabel 4.8. Distribusi Proporsi Kasus dan Kontrol Berdasarkan Tingkat Pengetahuan dengan Keikutsertaan PUS, Nilai P, OR, CI 95% di Desa Salaon Dolok

Tingkat Pengetahuan

Kasus Kontrol

P. OR CI 95%

n % n %

Baik 8 22,9 28 80

0.000 13,500 4,301-42,375

Buruk 27 77,1 7 20

Jumlah 35 100 35 100

(51)

4.2.2.5 Hubungan Sikap dengan keikutsertaan PUS dalam berKB

Tabel 4.9. Distribusi Proporsi Kasus dan Kontrol Berdasarkan Sikap dengan Keikutsertaan PUS, Nilai P, OR, CI 95% di Desa Salaon ketidakikutsertaan PUS dalam berKB yaitu responden yang bersikap buruk secara bermakna proporsinya lebih besar pada kasus dibandingkan dengan kontrol. Hasil uji stastistik juga diperoleh nilai OR 10,000 (OR>1) menunjukkan bahwa PUS yang bersikap buruk kemungkinan 10,000 kali lebih besar tidak mengikuti program KB dibandingkan dengan PUS yang bersikap Baik. Pada tingkat kepercayaan 95% diyakini nilai OR pada interval 3,308-30,230.

4.2.2.6 Hubungan Ketersediaan alat kontrasepsi dengan keikutsertaan PUS dalam berKB

Tabel 4.10. Distribusi Proporsi Kasus dan Kontrol Berdasarkan Ketersediaan Alat Kontrasepsi dengan Keikutsertaan PUS, Nilai P, OR, CI 95% di Desa Salaon Dolok

(52)

hasil uji statistik diproleh nilai P= 0,017 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan alat kontrasepsi dengan ketidakikutsertaan PUS dalam berKB yaitu responden yang menjawab tidak tersedia secara bermakna proporsinya lebih besar pada kelompok kasus dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dari hasil uji statistik juga diperoleh nilai OR 3,244 (OR>1) menunjukkan bahwa PUS yang menjawab tidak tersedia kemungkinan 3,244 kali lebih besar tidak mengikuti program KB dibandingkan dengan PUS yang menjawab Tersedia. Pada tingkat kepercayaan 95% diyakini nilai OR pada interval 1,219-8,629.

4.2.2.7 Hubungan Keterjangkauan pelayanan KB dengan keikutsertaan PUS

dalam berKB

Tabel 4.11. Distribusi Proporsi Kasus dan Kontrol Berdasarkan

Keterjangkauan Pelayanan KB dengan Keikutsertaan PUS, Nilai P, OR, CI 95% di Desa Salaon Dolok

(53)

terjangkau kemungkinan 3,852 kali lebih besar tidak mengikuti program KB dibandingkan dengan PUS yang menjawab pelayanan KB terjangkau. Pada tingkat kepercayaan 95% diyakini nilai OR pada interval 1,401-10,590.

4.2.2.8 Hubungan Dukungan petugas kesehatan dengan keikutsertaan PUS dalam berKB

Tabel 4.12. Distribusi Proporsi Kasus dan Kontrol Berdasarkan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Keikutsertaan PUS, Nilai P, OR, CI 95% di Desa Salaon Dolok

Dukungan petugas

(54)

4.2.2.9 Hubungan Pengambil keputusan dengan keikutsertaan PUS dalam berKB

Tabel 4.13. Distribusi Proporsi Kasus dan Kontrol Berdasarkan Pengambil Keputusan dengan Keikutsertaan PUS, Nilai P, OR, CI 95% di Desa Salaon Dolok

Pengambil keputusan

Kasus Kontrol

P. OR CI 95%

n % n %

Baik 9 25,7 20 57,1

0,008 3,852 1,401-10,590

Buruk 26 74,3 15 42,9

Jumlah 35 100 35 100

(55)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Faktor-faktor yang Memengaruhi PUS tidak Mengikuti Program KB 5.1.1. Hubungan Umur dengan Ketidakikutsertaan PUS dalam berKB

Hasil analisis bivariat diperoleh variabel umur yang beresiko rendah (20-35 tahun) pada kelompok kasus sebesar 71,4%,sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 28,6%. Bila dilihat dari uji statistik nilai P= 0,000 (<0,05) OR: 0,160 (OR<1), berarti secara statistik ada perbedaan yang signifikan antara umur ibu dengan ketidakikutsertaan PUS dalam mengikuti program KB. Dalam penelitian ini kelompok umur rendah (20-35 tahun) merupakan faktor proteksi atau pelindung untuk tidak mengikuti program KB. Umur yang masih muda menjadi hambatan untuk mengikuti KB ditambah lagi keinginan untuk memiliki anak lagi dalam keluarga.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh “ Ida

Ayu Gede Ika Swastiti (2004) “Faktor-faktor yang berhubungan dengan

pengambilan keputusan untuk mengikuti program keluarga berencana oleh istri pasangan usia subur di RW 07 Kelurahan Grogol Kecamatan Limo Kodya

Depok” dengan analsis statistik yang digunakan Chi square diperoleh nilai p

-Value 0,000 berarti P< 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara Umur dengan pengambilan keputusan untuk mengikuti program keluarga berencana oleh pasangan usia subur.

(56)

Analisa BKKBN tentang SDKI 2002/2003 mengatakan bahwa umur dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun sangat beresiko terhadap kehamilan dan melahirkan sehingga berhubungan erat dengan pemakaian alat kontrasepsi. Faktor umur sangat berpengaruh terhadap aspek reproduksi manusia terutama dalam pengaturan jumlah anak yang dilahirkan dan waktu persalinan, yang kelak berhubungan pula dengan kesehatan ibu. Umur juga berpengaruh terhadap kesertaan PUS dalam mengikuti KB, makin tua umur istri maka istri akan menggunakan alat KB yang mempunyai efektifitas lebih tinggi (BKKBN, 1999)

5.1.2. Hubungan Pendidikan dengan Ketidakikutsertaan PUS dalam berKB

Pada analisis bivariat diperoleh nilai P= 0,006 (<0,05) OR:0,236 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan ketidakikutsertaan PUS dalam berKB. Pada hasil analisis dapat dilihat bahwa variabel tingkat pendidikan rendah (tidak tamat SD, tamat SD, tamat SLTP) pada kasus sebesar 80% sedangkan pada kelompok kontrol 48,6%. Nilai OR 0,236 (OR<1) menunjukan bahwa pendidikan merupakan faktor yang melindungi (proteksi) untuk tidak mengikuti program KB pada istri pasangan usia subur.

(57)

sebagai alasan pentinguntuk melakukan KB, sehingga semakin meningkatnya pendidikan semakin tinggi proporsi mereka yang mengetahui dan menggunakan kontrasepsi untuk membatasi jumlah anaknya.

Hal ini sesuai dengan pendapat Soekanto (2006) yang mengatakan pendidikan juga memengaruhi pola pikir pragmatis dan juga rasional terhadap adat kebiasaan., dengan pendidikan yang tinggi seseorang dapat lebih mudah menerima ide atau masalah baru.

Selain tingkat pendidikan yang rendah, kesertaan PUS mengikuti program KB juga dihubungkan dengan alasan responden yang masih menginginkan anak atau jenis kelamin tertentu sehingga meskipun telah memiliki anak 2 orang responden belum mengikuti program KB.

5.1.3. Hubungan Jumlah anak dengan Ketidakikutsertaan PUS dalam berKB

Pada analisi bivariatt dieperoleh nilai P= 0,003 (<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak dengan ketidakikutsertaan PUS dalam berKB yaitu diperoleh bahwa diantara responden yang memiliki jumlah anak ≤ 2 yang tidak mengikuti program KB sebesar 15 orang (42,9%), sedangkan yang mengikuti program KB sebesar 4 orang (11,4%). PUS yang memiliki jumlah anak ≤2 secara bermakna proporsinya lebih besar pada kelompok kasus dibandingkan dengan kelompok kontrol. Nilai OR 0,172 (OR<1) menunjukkan bahwa jumlah anak menjadi faktor proteksi atau pelindung PUS tidak mengikuti program KB.

(58)

persalinan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Mantra (2006) yang mengatakan bahwa kemungkinan seorang istri untuk menambah kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri mungkin memutuskan untuk berKB setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur anak yang masih hidup.

Jawaban yang diberikan responden tentang alasan tidak mengikuti KB yaitu; masih ingin punya anak sebanyak 15 orang 42,9%, ingin punya anak laki-laki sebanyak 6 orang (17,1%), ingin punya anak perempuan sebanyak 3 orang (8,6%), dan dilarang suami sebanyak 11 orang (31,4%). Hal ini menunjukan bahwa 2 orang anak masih dianggap kurang atau belum cukup. Dari keterangan responden diketahui bahwa mereka merasa cukup mempunyai anak jika telah memiliki 3 – 5 orang anak terutama anak laki-laki.

Masyarakat di daerah penelitian pada umumnya bekerja di sektor pertanian yang memerlukan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja untuk mengelolanya. Hal ini mungkin salah satu penyebab yang berpengaruh terhadap banyaknya jumlah anak yang dimiliki, anak merupakan sumber daya yang diharapkan dapat membantu orangtua dalam bekerja dan berusaha.

Menurut Hatmadji (2004) yang mengutip pendapat Leibenstein, anak dilihat dari dua segi kegunaannya yaitu (utility) dan biaya (cost). Kegunaannya ialah memberikan kepuasan, dapat memberikan balas jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta merupakan sumber yang dapat menghidupi orang tua di masa depan. Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan anak adalah biaya dari mempunyai anak tersebut.

(59)

Pengetahuan responden dalam penelitian ini terkait denganpengertian danpemahaman responden mengenai program KB yang mencakup pengertian, tujuan dan manfaat, jenis kontrasepsi dan efek samping kontrasepsi. Pada analisis bivariat diperoleh nilai P= 0,000 (<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan ketidakikutsertaan PUS dalam berKB yaitu orang yang memiliki tingkat pengetahuan buruk secara bermakna proporsinya lebih besar pada kasus dibandingkan dengan kontrol. Nilai OR 13,500 (CI 95%:4,301-42,375) menunjukkan bahwa PUS yang tingkat pengetahuan buruk kemungkinan berpeluang 13,500 kali lebih besar tidak mengikuti program KB. Dapat dilihat persentase responden dengan pengetahuan buruk sebesar 77,1% pada kelompok kasus, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 20%.

Pengetahuan responden yang baik tentang pengertian KB tujuan, manfaat, dan efek samping suatu metode kontrasepsi akan mempengaruhi dalam keikutsertaan dalam berKB, termasuk keleluasaan atau kebebasan pilihan, kecocokan, plihan efektif tidaknya, kenyamanan dan keamanan, juga dalam memilih tempat pelayanan yang lebih sesuai dan lengkap karena wawasan sudah lebih baik, sehingga dengan demikian kesadaran mereka tinggi untuk terus memanfaatkan pelayanan.

(60)

Demikian pula yang dikemukakan dalam teori Lawrence Green yakni faktor keputusan konsumen untuk menggunakan alat kontrasepsi tertentu, tidak lepas darifaktor perilaku masing-masing individu. Perilaku individu tersebut disebabkan oleh faktor penyebab perilaku, yang salah satunya adalah pengetahuan, dimana faktor ini menjadi dasar atau motivasi bagi individu dalam mengambil keputusan (Notoatmodjo, 2007).

Penelitian Prihastuti (2005) menunjukkan bahwa informasi yang diberikanpetugas kepada akseptor tentang metode KB-nya masih kurang memadai, sehingga akseptor tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang kontrasepsi. Hal inilah yang berdampak pada rendahnya pemanfaatan pelayanan KB. Sejalan dengan penelitian Pardosi (2005) yang mengatakan bahwa secara statistik diperoleh hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tingkat kemandirian akseptor KB aktif dalam pemanfaatan program KB mandiri LIMAS (Sig=0,001).

(61)

5.1.5. Hubungan Sikap dengan Ketidakikutsertaan PUS dalam berKB

Pada analisis bivariat diperoleh nilai P= 0,000 (<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan ketidakikutsertaan PUS dalam berKB yaitu responden yang bersikap buruk secara bermakna proporsinya lebih besar pada kasus dibandingkan dengan kontrol. Nilai OR 10,000 (CI 95%:3,308-30,230) menunjukkan bahwa PUS yang bersikap buruk kemungkinan memiliki peluang 10,000 kali lebih besar tidak mengikuti program KB. Dari analisis penelitian diketahuai bahwa jumlah responden dengan sikap buruk sebesar 71,4% pada kelompok kasus dan pada kelombok kontrol sebesar 20%.

Sikap responden yang mayoritas tidak baik berhubungan pula dengan pendidikan yang lebih banyak pada kategori pendidikan dasar dan tingkat pengetahuan yang juga mayoritas pada kategori rendah, sehingga berpengaruh terhadap pola pikir dan bertindak termasuk dalam pemakaian alat kotrasepsi. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Contohnya adalah seperti sikap setuju atau tidaknya mereka terhadap informasi alat kontrasepsi dan KB, pengertian alat kontrasepsi dan manfaatnya, serta kesediaannya mendatangi tempat pelayanan, fasilitas dan sarananya, juga kesediaan mereka memenuhi kebutuhan sendiri. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pardosi (2005) yang mengatakanbahwa diperoleh hubungan yang bermakna antara sikap dengan tingkat kemandirian akseptor KB aktif dalam pemanfaatan program KB mandiri LIMAS (Sig=0,000).

(62)

seseorang terhadap objek dan struktur sikap seseorang merupakan komponen yang saling menunjang, yaitu komponen kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun ketiga komponen tersebut tidak selalu saling berinteraksi untuk membentuk sikap yang utuh (total attitude) dan sikap biasanya didasarkan atas pengetahuannya. Jika individu hanya mempunyai satu atau dua komponen saja, maka sikap untuk menghasilkan perilaku yang diharapkan belum tentu terbentuk.

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatuobjek adalah perasaan mendukung (favorable), maupun perasaan tidak mendukung (unfavorable) pada objek tersebut. Sikap memiliki tiga komponen yaitu kognitifyaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan terhadap obyek sikapnya,afektif yaitu berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang dan konatif yangmerupakan kesiapan untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya. Sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan.Dalam sikap yang positif reaksiseseorang cenderung untuk mendekati obyek sedangkan dalam sikap yang negatiforang cenderung untuk menjauhi atau menghindari obyek (Azwar, 2003).

5.1.6. Hubungan Ketersediaan alat kontrasepsi dengan

Ketidakikutsertaan PUS dalam berKB

(63)

peluang 3,244 kali lebih besar tidak mengikuti program KB. Dari analisis diketahu bahwa jumlah responden yang mengatakan pelayanan KB tidak tersedia sebesar 62,9% pada kelompok kasus dan pada kelompok kontrol sebesar 34,3%.

Berdasrkan informasi yang diperoleh dari Puskesmas Ronggur Nihuta ternyata tidak semua jenis/metode kontrasepsi tersedia. Implant dan IUD tidak tersedia karena harganya cukup mahal, dan kalaupun ada pembagian dari Dinas Kesehatan Kabupaten jumlahnya sangat sedikit dan hanya diberikan pada acara tertentu yang berhubungan dengan KB dan kesehatan. Sedangkan suntik KB kadang tidak tersedia sehingga akseptor KB mendapatkannya di praktek dokter atau bidan.

Menurut Kartono dalam Hutauruk (2006), PUS tidak memanfaatkan pelayanan KB karena penyedia pelayanan KB tidak menyediakan semua metode kontrasepsi. Petugas cenderung memprioritaskan dan membatasi suatu metode tertentu karena keterbatasan persediaan. Konsumaen tidak dapat memilih metode yang sesuai dengan tujuan kontrasepsinya karena alat tidak tersedia sehingga faktor ini akan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan KB

Hasil penelitian Purba (2009) menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan alat kontrasepsi dan keterjangkauan pelayanan kontrasepsi dengan pemakaian alat kontrasepsi dengan hasil uji (p < 0,05).

(64)

5.1.7. Hubungan Keterjangkauaan pelayanan KB dengan Ketidakikutsertaan PUS dalam berKB

Menurut Depkes RI (2007), pemanfaatan pelayanan kesehatan berhubungan dengan akses geografis, yaitu fasilitas pemanfaatan pelayanan kesehatan. Ini berhubungan dengan lokasi tempat pelayanan dengan lokasi klien yang dapat diukur dengan jarak, waktu tempuh, dan biaya tempuh.

Pada analisis bivariat nilai P= 0,008 (< 0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara keterjangkauan pelayanan KB dengan ketidakikutsertaan PUS dalam berKB yaitu responden yang menjawab pelayanan KB tidak terjangkau secara bermakna proporsinya lebih besar pada kasus dibandingkan dengan kontrol. Nilai OR 3,852 (CI 95%:1,401-10,590) menunjukkan bahwa PUS yang menjawab pelayanan KB tidak terjangkau berpeluang 3,852 kali lebih besar tidak mengikuti program KB. Pada kelompok kasus sebesar 74% responden menjawab tidak terjangkaunya pelayanan KB dan kelompok kontrol sebesar 42,9% yang mengatakan tidak terjangkau.

(65)

pelayanan KB, dan biaya Pelayanan KB melalui pertemuan kelompok atau paguyuban dengan melibatkan

PLKB kecamatan, TOMA, TOGA.

Mengutip studi dari Anne R. Pebley dan James W Breckett dalam Rinda (2012:110) wanita yang telah mengetahui tentang pelayanan kontrasepsi, perbedaan jarak dan waktu bukan menjadi hal yang penting lagi dalam menggunakan kontrasepsi, dan mempunyai hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan metode kontrasepsi yang digunakan.

5.1.8. Hubungan Dukungan petugas kesehatan dengan Ketidakikutsertaan PUS dalam berKB

Pada analisis bivariat nilai P= 0,008 (<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan ketidakikutsertaan PUS dalam berKB yaitu responden yang menjawab petugas kesehatan tidak mendukung secara bermakna proporsinya lebih besar pada kasus dibandingkan dengan kontrol. Nilai OR 3,750 (CI 95%:1,383-10,169) menunjukkan bahwa PUS yang menjawab petugas kesehatan tdak mendukung memiliki peluang 3,750 kali lebih besar tidak mengikuti program KB. Dari hasil penelitian diketahui 60% responden pada kelompok kasus mengatakan tidak mendukung, sedangkan pada kelompok kontrol 28,6% yang mengatakan tidak mendukung.

(66)

pemakaian alatkontrasepsi. Calon akseptor yang masih ragu-ragu dalam pemakaian alat kontrasepsi akhirnya memutuskan untuk memakai alat kontrasepsi setelah mendapat doronganmaupun anjuran dari petugas kesehatan. Petugas kesehatan merupakan pihak yang mengambil peran dalam tahap akhir proses pemakaian alat kontrasepsi.

Hasil penelitian Purba (2009) di Kecamatan Rambah Samo bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan terhadap pemakaian alat kontrasepsi oleh PUS. Petugas Kesehatan memiliki peran penting dalam tahap akhir pemakaian alat kontrasepsi. Calon akseptor yang masih ragu dalam pemakaian alat kontrasepsi akhirnya memutuskan untuk memakai alat kontrasepi setelah mendapat informasi dari petugas kesehatan.

Depkes RI (2007) dalam Purba (2009) mengatakan bahwa tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pemakaian alat kontrasepsi.

(67)

5.1.9. Hubungan Pengambil keputusan dengan Ketidakikutsertaan PUS dalam berKB

Pada analisis bivariat nilai P= 0,008 (<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pengambil keputusan dengan ketidakikutsertaan PUS dalam berKB yaitu responden yang pengambil keputusannya buruk secara bermakna proporsinya lebih besar pada kasus dibandingkan dengan kontrol. Nilai OR 3,852 (CI 95%:1,401-10,590) menunjukkan bahwa PUS yang pengambil keputusannya buruk memiliki peluang 3,852 kali lebih besar tidak mengikuti program KB. Dari hasil penelitian diketahui 74,3% pada kelompok kasus pengambilan keputusan yang dilakukan buruk, sedangkan pada kelompok kontrol 15% buruk dalam pengambilan keputusan.

Sarwono (2007) menyatakan bahwa ikatan suami dan istri yang kuat akan sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami/istri sangat membutuhkan dukungan dari pasangan. Hal ini disebabkan orang yang paling bertanggung jawab terhadap keluarga adalah pasangan itu sendiri.

(68)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian, dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi PUS terhadap ketidakikutsertaan dalam program KB di Desa Salaon Dolok :

1. Ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan ketidakikutsertaan PUS dalam berKB (P= 0,000 (<0,05) dengan OR: 0,160) artinya PUS yang memiliki umur resiko rendah adalah faktor proteksi atau pelindung untuk tidak mengikuti program KB.

2. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan ketidakikutsertaan PUS dalam berKB (P= 0,006 (<0,05) dengan OR: 0,236) artinya PUS dengan tingkat pengetahuan rendah merupakan faktor proteksi atau pelindung untuk tidak mengikuti program KB.

3. Ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak dengan ketidakikutsertaan PUS dalam berKB (P= 0,003 (<0,05) dengan OR: 0,172) artinya PUS dengan jumlah anak ≤2 merupakan faktor proteksi atau pelindung untuk tidak mengikuti program KB .

(69)

5. Ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan ketidakikutsertaan PUS dalam berKB (P= 0,000 (<0,05) dengan OR: 10,000) yang artinya PUS yang bersikap buruk memiliki peluang kemungkinan 10,000 kali tidak mengikuti program KB.

6. Ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan alat kontrasepsi dengan ketidakikutsertaan PUS dalam berKB (P= 0,017 (<0.05) dengan OR: 3,244) yang berarti PUS yang menjawab tidak tersedia memiliki peluang 3,244 kali tidak mengikuti program KB.

7. Ada hubungan yang bermakna antara keterjangkauan pelayanan KB dengan ketidakikutsertaan PUS dalam berKB (P= 0,008 (< 0,05) dengan OR: 3,852) yang artinya PUS yang menjawab pelayanan KB tidak terjangkau memiliki peluang 3,852 kali tidak mengikuti program KB.

8. Ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan ketidakikutsertaan PUS dalam berKB (P= 0,008 (<0,05) dengan OR: 3,750) yang berarti PUS yang menjawab petugas kesehatan tdak mendukung kemungkinan 3,750 kali tidak mengikuti program KB.

9. Ada hubungan yang bermakna antara pengambil keputusan dengan ketidakikutsertaan PUS dalam berKB (P= 0,008 (<0,05) dengan OR: 3,852) yang berarti bahwa PUS yang pengambil keputusannya buruk kemungkinan 3,852 kali tidak mengikuti program KB.

6.2. Saran

(70)

dikemukakan, yaitu :

1. Diharapkan pada pihak kesehatan dan petugas KB agar memotivasi pasangan usia subur untuk mengikuti program KB dengan cara pendekatan kepada pasangan usia subur dengan melibatkan berbagai pihak terkait seperti: TOGA dan TOMA.

2. Perlunya meningkatkan akses pelayanan KB dengan penyediaan tempat pelayanan KB yang mudah dijangkau masyarakat khususnya masyarakat Desa Salaon Dolok.

(71)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Determinan dalam pelaksanaan Program KB

Menurut Saroha Pinem (2009) ada beberapa faktor yang meyebabkan PUS tidak mengikuti program KB antara lain:

a. Segi Pelayanan

Hingga saat ini pelayanan KB masih kurang berkualitas terbukti dari peserta KB yang berhenti menggunakan alat kontrasepsi masih banyak dengan alasan efek samping, kesehatan dan kegagalan pemakaian. Kegagalan pemakaian menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan. Pelayanan terhadap kelompok unmet need (wanita yang tidak terpenuhi kebutuhan KB nya) masih belum ditangani dengan serius, khususnya terhadap unmet need yang bertujuan untuk membatasi kelahiran.

b. Segi Ketersediaan Alat Kontrasepsi

(72)

c. Segi Penyampaian Konseling maupun KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)

Pada saat ini, kebijakan program lebih mengedepankan pilihan kontrasepsi

yang “rasional, efektif dan efisien”. Tetapi pilihan kontrasepsi secara

rasional ini nampaknya belum tersosialisasi dengan baik karena proses informed choice belum dilaksanakan dengan baik.

d. Hambatan Budaya

Di beberapa daerah masih ada masyarakat yang akrab dengan budayanya

“banyak anak banyak rezeki, tiap anak membawa rezekinya

sendiri-sendiri” atau “anak sebagai tempat bergantung dihari tua”.Selain itu ada juga budaya yang mengharuskan keluarga memiliki anak laki-laki maupun anak perempuan dalam satu keluarga. Hal ini terbukti dari adanya sekelompok wanita yang sudah memiliki anak, namun tetap tidak bersedia menggunakan alat kontrasepsi. Kemungkinan diantara mereka belum memiliki anak dengan jenis kelamin yang mereka inginkan.

e. Kelompok wanita yang tidak ingin anak lagi tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi (unmet need)

Menurut Mahmood (1991) dalam BKKBN dan UNFPA (2005) penyebab adanya kelompok wanita unmet need antara lain berkaitan dengan masalah keuangan, aspek kejiwaan, medis, waktu dan biaya pelayanan, resiko kesehatan dan hambatan sosial.

f. Kelompok Hard Core

(73)

Menurut Bertrand (1980) sendiri, faktor-faktor yang memengaruhi keikutsertaan dalam ber KB adalah sebagai berikut:

1. Faktor sosio-demografi

Penerimaan KB lebih banyak pada mereka yang memiliki standard hidup yang lebih tinggi. Indikator status sosio-demografi termasuk pendidikan yang dicapai, pendapatan keluarga dan status pekerjaan, juga jenis rumah, gizi (di negara-negara sedang berkembang) dan pengukuran pendapatan tidak langsung lainnya.

Beberapa faktor demografi tertentu juga memengaruhi penerimaan KB di beberapa negara, misalnya di banyak negara sedang berkembang, penggunaan kontrasepsi lebih banyak pada wanita yang berumur akhir 20-30 an yang sudah memiliki anak tiga atau lebih. Faktor sosial lain yang juga memengaruhi adalah suku dan agama.

2. Faktor sosio-psikologi

Sikap dan keyakinan merupakan kunci penerimaan KB, banyak sikap yang dapat menghalangi KB. Beberapa faktor sosio-psikologi yang penting antara lain adalah ukuran keluarga ideal, pentingnya nilai anak laki-laki, sikap terhadap KB, komunikasi suami-isteri, persepsi terhadap kematian anak. Sikap dan kepercayaan tersebut perlu untuk mencegah isu yang berhubungan termasuk segi pelayanan dan efek samping alat kontrasepsi.

3. Faktor yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan

(74)

yang berhubungan dengan pelayanan KB antara lain keterlibatan dalam kegiatan yang berhubungan dengan KB, pengetahuan tentang sumber kontrasepsi, jarak ke pusat pelayanan dan keterlibatan dengan media massa.

Secara ringkas faktor-faktor tersebut dapat dilihat seperti pada gambar berikut:

Gambar 2.1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi keikutsertaan PUS dalam ber KB

Menurut affandi dalam Mutiara (1998), faktor-faktor yang memengaruhi pemakaian kontrasepsi adalah:

a. Faktor pola perencanaan keluarga

Adalah mengenai penentuan besarnya jumlah keluarga yang menyangkut waktu yang tepat untuk mengakhiri kesuburan. Dalam perencanaan keluarga harus

Faktor sosio-demografi

c. Jarak ke pusat pelayanan

d. Paparan dengan media massa Faktor sosio-psikologi a. Ukuran keluarga ideal

b. Pentingnya nilai anak laki-laki

c. Sikap terhadap KB

d. Komunikasi suami-isteri

e. Persepsi terhadap kematian anak

Gambar

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Luas Wilayah, Jumlah Rumah Tangga, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Dusun
Tabel 4.2.  Distribusi Proporsi responden Berdasarkan Karakteristik Umur Istri,  Pendidikan Istri, Umur Suami, Pendidikan Suami, Jumlah
Tabel 4.3. Berdasarkan Alasan Tidak Mengikuti KB
Tabel 4.4.  Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Variabel Independen Keikutsertaan PUS dalam Program KB di Desa Salaon Dolok Kasus Kontrol
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menggunakan data primer, yaitu data yang diperoleh dari wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang dibuat sendiri oleh penulis berdasarkan konsep teoritis untuk

Pada penelitian ini, digunakan data primer yang didapat langsung dari responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan alat pengumpulan data berupa

Pengumpulan data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner meliputi identitas responden, kualitas kebugaran

Data primer diperoleh dari hasit wawancara dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan langsung yang terdiri atas : (1) Keadaan umum keluarga responden; (2) Sumberdaya

Data primer yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, yaitu karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden dengan berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sebagai acuan pewawancara

Data primer diperoleh dengan cara (1) pengisian kuesioner yang telah dipersiapkan langsung dilakukan oleh responden yang diteliti, dipandu oleh enumerator, (2) wawancara

Data primer Data primer merupakan data langsung yang diperoleh dari responden penelitian dengan menggunakan alat pengukuran berupa kuesioner.. Kuesioner merupakan metode pengumpulan