• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PERGESERAN MUSIK PENGIRING KESENIAN LEMPAR SELENDANG (Studi Pada Sanggar Seni Way Tippon Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja Basa Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PERGESERAN MUSIK PENGIRING KESENIAN LEMPAR SELENDANG (Studi Pada Sanggar Seni Way Tippon Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja Basa Bandar Lampung)"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PERGESERAN MUSIK

PENGIRING KESENIAN LEMPAR SELENDANG

(Studi Pada Sanggar Seni Way Tippon Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan

Raja Basa Bandar Lampung)

Oleh

Herwin Septa Reza

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA ILMU KOMUNIKASI

Pada

Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

THE YOUTH PERCEPTION TO THE SHIFT OF THROWING SHAWL ART MUSIC

(A Study in Way Tippon Art Workshop in Gedung Meneng Village of Raja Basa Sub District in Bandar Lampung)

By

Herwin Septa Reza

Music to accompany art of throwing shawl contents of music instruments supporting throwing shawl traditional ceremony which is recognized by Lampung people and people in North Sumatera. This kind of music in throwing shawl art has changed from a music which is identical to traditional music instruments to a modern music by using more modern music instruments. Perception of people about this shift of music accompanying throwing shawl ceremony would be different. These are caused by some functional and structural factors that constitute the perceptions. Some of them area necessity, mental preparedness, emotional situation, and background of people. Structural stimuli comes from physical stimuli and nervous effect caused by each of individual nervous system.

The problem statement in this research is “how does the youth perception of Way Tippon art workshop in Gedung Meneng village of Raja Basa sub district to the shift of throwing shawl traditional art music?” The objective of this research was

to find out youth perception about the shift of throwing shawl traditional music. This was a qualitative research by taking primary and secondary informants. Data were collected with interviews and documentations. Data were analyzed qualitatively with stages of data reduction, data presentation, data verification and conclusion drawing.

The results showed that the youth perception in Way Tippon art workshop to the shift of throwing shawl traditional music included perception on the shawl throwing meaning, perception of stages of throwing shawl from past and present, perception to music shift used in this throwing shawl art in past and present, and different impression of this music and the way it is presented to accompany throwing shawl art from one informant to another. These differences were caused byinformant’s background status.

(3)

youth perceptions to throwing shawl art music were differences in knowledge about this music, situation, and condition between one informant to another. The researcher recommends that youths in Way Tippon art workshop should be more selective in selecting music genre to accompany the throwing shawl art performance. Educator of this art workshop should provide insights about music that accompany throwing shawl art for the youth. Government should monitor mass media broadcasting actively especially television that broadcast modern music for the sake of music popularity and business without considering effects of that broadcast programs to traditional and original music and music instruments of Indonesia.

(4)

ABSTRAK

PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PERGESERAN MUSIK PENGIRING KESENIAN LEMPAR SELENDANG

(Studi Pada Sanggar Seni Way Tippon Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja Basa Bandar Lampung)

Oleh

Herwin Septa Reza

Musik pengiring lempar selendang merupakan alat atau instrumen untuk mendukung acara lempar selendang yang dikenal oleh warga masyarakat Lampung dan Sumatera bagian selatan. Alat musik pengiring kesenian lempar selendang yang telah mengalami perubahan dari suatu alat yang identik dengan alat musik tradisional kini telah berubah dengan menggunakan alat musik yang lebih modern.

Persepsi setiap orang terhadap pergeseran musik pengiring kesenian lempar selendang tentunya berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh perbedaan berbagai faktor fungsional dan faktor struktural yang membangun perseepsi. Beberapa faktor fungsional di antaranya adalah kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosi dan latar belakang seseorang. Sementara itu faktor struktural dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu setiap orang.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah Persepsi Pemuda/ pemudi

(5)

Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dengan mengambil informan yang terdiri dari informan primer dan sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan dokumenntasi. Analisa data dilakukan secara kualitatif, dengan tahapan reduksi data, penyajian data dan verifikasi data atau penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa persepsi pemuda sanggar seni way tippon terhadap pergeseram musik pengiring kesenian lempar selendang yang meliputi persepsi terhadap makna lempar selendang, persepsi terhadap tahapan lempar selendang dulu dan kini, persepsi terhadap pergeseran musik yang digunakann saat dulu dan kini, persepsi yang menyebabkan pergeseran musik kesenian lempar selendang, kesan yang melekat pada musik pengiring dan penyajian musik pengiring kesenian lempar selendang berbeda-beda antara satu informan dan informan lainnya. perbedaan tersebut disebabkan karena perbedaan latar belakang status informan.

Faktor struktural yang membentuk persepsi pemuda sanggar way tippon terhadap pergeseran musik pengiring kesenian lempar selendang meliputi perbedaan kebutuhan terhadap jenis musik pengiring lempar selendang sebagai hiburan, kesiapan mental untuk mendengar musik pengiring kesenian lempar selendang, suasana emosional pasa saat mendengar dan melihat musik pengiring kesenian lempar selendang dan latar belakang informan. Sementara itu faktor fungsional yang membentuk persepsi pemuda terhadap musik pengiring kesenian lempar selendang adalah perbedaan pengetahuan terhadap musik pengiring lempar selendang dan persepsi pemuda pada musik pengiring lempar selendang didasarakan pada situasi dan kondisi yang tidak sama antara informan satu dengan lainnya.

(6)

mengenai musik pengiring kesenian lempar selendang, bagi pemuda/ pemudi agar tetap dapat megikuti acara lempar selendang. Selain itu pemerintah hendaknya semakin aktif dalam mengawasi tayangan media massa khususnya televisi dalam menayangkan acara musik modern demi popularitas dan bisnis industri musik tanpa mempertimbangkan dampak tayangan tersebut terhadap eksistensi musik dan alat musik asli/ tradisional indonesia.

(7)

PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PERGESERAN MUSIK

PENGIRING KESENIAN LEMPAR SELENDANG

(Studi Pada Sanggar Seni Way Tippon Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan

Raja Basa Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh

Herwin Septa Reza

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(8)
(9)
(10)
(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada 18 September 1988, penulis bernama lengkap Herwin Septa Reza. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Alm. Firdaus, SH dan Ibu Himariati, S.Pd.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal TK Aisyiyah Bustanul Athfal 1994, SMP Negeri 22 Bandar Lampung 2002, dan SMA Utama 2 Bandar Lampung 2006, pada tahun yang sama Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Bandar Lampung (UNILA).

(12)

MOTO

Haya

‘Alal Falah (Marilah Meraih Kemenangan).

(Lafadz Adzan)

Manusia yang tidak berharap untuk menang telah sedikit kalah.

(Jose Joaquin Olmedo)

Anda tidak boleh menciptakan pengalaman, anda harus

menghadapinya.

(13)

PERSEMBAHAN

Teriring rasa syukur kepada Allah SWT

Kupersembahkan karya kecil dan yang sangat berharga ini sebagi buktiku untuk ibu orang tuaku tersayang

Dengan kesabaraan, tetesan keringat dan kasih sayangnya yang selalu mendo’akan disetiap

langkahku,

Juga mengajariku arti hidup dan mampu menghantarkan ku ke jenjang pendidikan lebih tinggi.

Abangku dan adik-adikku Herman Agus Fita

Hendri Kurnia Hervin Mario Wardana

(14)

SANWACANA

Alhamdulillah Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang atas ridho dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul: “PERSEPSI PEMUDA TERHADAP PERGESERAN MUSIK PENGIRING KESENIAN LEMPAR SELENDANG” (Studi pada Sanggar Seni Way Tippon Kelurahan

Gedung Meneng, Kecamatan Raja Basa Bandar Lampung) skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Ilmu Komunikasi pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Abdul Syani, M.I.P selaku Pembimbing Utama, terima kasih atas segala bimbingan, masukan, inspirasi dan motivasi hidup serta saran yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini mulai dari awal hingga akhir. Penulis mohon maaf apabila banyak melakukan kesalahan baik kata maupun perbuatan selama proses bimbingan berlangsung.

(15)

masukan selama penulis menyelesaikan skripsi ini dan membuat skripsi ini menjadi lebih baik.

5. Bapak Drs. Sarwoko, M.Si, selaku Penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam proses perbaikan penyususan skripsi ini.

6. Ibu Dhanik Sulistyarini, S.Sos, Mcommn&Mediast selaku Pembimbing Akademik. 7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Lampung umumnya

dan Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi khususnya, terima kasih atas segala pengalaman hidup dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama duduk di bangku perkulihan. 8. Kepada seluruh staf surat kabar Rakyat Lampung, terima kasih atas sambutan yang baik

selama penulis melakukan PKL.

9. Sanggar Way Tippon Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja Basa terima kasih atas partisipasi dan bantuannya terlebih untuk para informan yang menjadi narasumber dalam penelitian ini.

10. Keluarga kecilku yang penuh warna, Ibu, abang serta adik-adikku terima kasih kalian

sudah memberikan Do’a, motivasi dan menguatkan semangatku.

11. Terima kasih atas setiap cinta yang hadir dan telah memberikan semangat dan doa selama penulisan skripsi ini berjalan.

12. Sahabat-sahabatku Resky “jenbol”, Anton, Geomi, Razak, Anja, Uan, Iman, Dodi “doy”, Kiki Syailendra, Mei, Andhika CIT “tole”, Bram, bang Oji, Fuad, Tiwi, Tina, Retno,

(16)

13. Anak-anak komunikasi 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 terima kasih atas sharing dan masukan-masukan nya.

14. Semua pihak dam teman-temanku yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu hingga selesainya penulisan skripsi ini, terima kasih.

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bandar lampung, November 2014

Penulis,

(17)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Persepsi ... 8

B. Tinjauan Pemuda... 14

C. Tinjauan Komunikasi Tradisional ... 16

D. Tinjauan Kesenian ... 18

E. Tinjauan Lempar Selendang ... 20

F. Landasan Teori... 24

G. Kerangka Pikir ... 26

H. Bagan Kerangka Pikir ... 28

III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 29

B. Defenisi Konsep ... 30

C. Fokus Penelitian ... 32

D. Informan Penelitian ... 33

E. Jenis Data ... 34

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G. Teknik Pengolahan Data ... 36

(18)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Berdirinya Kelurahan Gedung Meneng ... 37

B. Potensi Kelurahan Gedung Meneng ... 39

C. Potensi Penduduk ... 40

D. Struktur Organisai Way Tippon ... 44

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Informan ... 45

B. Persepsi Pemuda Terhadap Pergeseran Musik Pengiring Kesenian Lempar Selendang ... 47

a. Persepsi Terhadap Makna Lempar Selendang ... 47

b. Persepsi Terhadap Tahapan Lempar Selendang Dahulu dan Kini ... 53

c. Persepsi Terhadap Pergeseran Musik Yang di Gunakan Dahulu dan Kini ... 59

d. Persepsi Yang Menyebabkan Pergeseran Musik Pengiring Kesenian Lempar Selendang ... 64

e. Kesan Yang Melekat Pada Musik Pengiring dan Penyajian Musik Pengiring Kesenian Lempar Selendang ... 70

C. Pembahasan ... 78

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 95 DAFTAR PUSTAKA

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Nama Pejabat Kelurahan Gedung Meneng ... 38

Tabel 2. Kepala Desa (Lurah) Yang Pernah Memangku Jabatan Sebagai Kepala desa ( Lurah) ... 39

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 41

Tabel 4. Jumlah Penuduk Berdasarkan Agama Yang Dianut ... 42

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 42

Tabel 6. Jumlah Sarana Ibadah di Kelurahan Gedung Meneng ... 43

Tabel 7. Sarana Pendidikan di Kelurahan Gedung Meneng ... 43

Tabel 8. Identitas Informan Penelitian ... 45

Tabel 9. Persepsi Informan Terhadap Pergeseran Musik Pengiring Lempar Selendang ... 76

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Bagan Kerangka Fikir ... 28 Gambar 2. Persepsi Informan Terhadap Makna Lempar Selenang ... 50 Gambar 3. Persepsi Terhadap Tahapan Lempar Selendang Dulu dan Kini ... 56 Gambar 4. Persepsi Terhadap Pergeseran Musik Yang di Gunakan

Dulu dan Kini ... 62 Gambar 5. Persepsi Yang Menyebabkan Pergeseran Musik Pengiring

Kesenian Lempar Selendang ... 67 Gambar 6. Kesan Yang Melekat Pada Musik Pengiring dan Penyajian

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia terutama dalam aktivitas bermasyarakat, komunikasi juga dapat mengubah perilaku manusia secara bertahap melalui tingkat pembelajaran dan pengenalan terhadap lingkungannya. Hal inilah yang mendasari bahwa setiap manusia akan selalu memerlukan orang lain, tidak terlepas dari kodratnya sebagai makhluk sosial yang dalam perkembangannya selalu membutuhkan manusia lain untuk melangsungkan berbagai kegiatannya diberbagai bidang kehidupan. Termasuk juga kebutuhan untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi dan bergabung di dalam masyarakat.

(22)

2

Bentuk komunikasi kesenian dapat berupa kesenian tradisional dan kesenian modern. Lempar selendang merupakan tradisi yang turun menurun hingga sekarang masih tetap dipertahankan dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah, seperti tradisi upacara pernikahan adat. Salah satu profesi yang seharusnya mengerti tentang kesenian dan makna lempar selendang ini adalah pemuda anggota sanggar seni Way Tippon.

Diungkapkan oleh Heri Gunawan salah satu pemuda anggota sanggar di Raja

Basa. Ia berpendapat bahwa “seorang anggota sanggar memang seharusnya

mengerti dan memahami akan beragam kesenian-kesenian yang ada dan jenis musik yang boleh dan tidak boleh digunakan dalam upacara adat. Karena seorang anggota sanggar tidak hanya bertanggung jawab untuk kelangsungan acara saja, melainkan bertanggung jawab pula dalam keserasian musik yang digunakan

dalam acara upacara tersebut.”

(23)

3

generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.

Zaman modern sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-sistem nilai seni dan budaya yang kemudian sistem-sistem tersebut terkikis oleh sistem-sistem nilai yang lain yang bertentangan dengan nilai seni dan budaya. Kurangnya peminat masyarakat khususnya pemuda kaum remaja untuk meneruskan kegiatan lempar selendang. Mengingat pentingnya kesenian lempar selendang untuk tetap ada yaitu agar generasi muda dapat berusaha meneruskan budaya tersebut. Dalam perkembangannya, budaya lempar selendang kini menggunakan jenis alat musik VCd/CD.

Usaha-usaha yang telah dilakukan tersebut diharapkan akan memberi kemajuan dan peningkatan kualitas kegiatan sanggar Way Tippon . Hal-hal lain yang juga mendukung dalam memajukan kesenian lempar selendang diantaranya penambahan personil atau pemain serta jumlah anggota yang bergabung, pergantian pengurus/generasi setiap periode yang ditentukan, pengembangan variasi dan pergeseran musik yang dapat menjadikan hiburan sanggar Way Tippon semakin dikenal dan diminati. Dalam pergeseran musik seni lempar selendang diharapkan akan menjadi upaya membangun persepsi para pemuda terhadap kesenian lempar selendang yang merupakan budaya yang dapat punah. Di daerah Lampung punya acara atau tradisi setiap kali ada warga yang menikahkan anaknya (pernikahan).

(24)

4

dalam bahasa Lampung, atau bisa di sebut juga dengan “lempar selendang”. Acara

ini di laksanakan biasanya setelah acara pernikahan selesai, kalaupun misalnya ada hiburan lain di acara pernikahan itu, acara muda mudi bisa di laksanakan keesokkan harinya, waktunya malam hari setelah waktu magrib. Acara muda muda ini seakan wajib di adakan. Tujuannya adalah silaturahim, mengumpulkan kebahagian dan semangat untuk muda-mudi yang belum menikah, bisa juga jadi ajang perkenalan atau perjodohan.

Masyarakat adat Lampung merupakan masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai adat budaya dan tradisi, adat budayanya pun sangat khas. Sampai saat ini masih dapat kita jumpai upacara-upacara adat seperti Upacara Adat dalam menyambut Tamu Agung, Pengangkatan Raja, Nyambai Agung dan Pernikahan. Upacara adat Pernikahan ini salah satunya adalah tari selendang/lempar selendang, yaitu sebuah tarian menggunakan kain selendang oleh Muli Mekhanai yang diringi oleh musik tradisional Gong dan Rebana. Secara bergantian Muli Mekhanai mencari pasangan hingga terbentuk dua pasangan lalu barulah tarian dimulai, proses pergantian antar muli mekhanai satu dengan yang lainnya adalah saat dihentikannya alunan musik ditengah pasangan muli mekhanai yang sedang menari lalu mereka masing-masing memilih dan memberikan selendang untuk penari selanjutnya secara berpasangan dan demikian seterusnya.

(25)

5

terjadi ditengah-tengah masyarakat Lampung yang masih memegang teguh nilai nilai keluhuran adat budaya.

Sementara itu kegiatan kesenian lempar selendang yang dilaksanakan oleh masyarakat dengan latar belakang etnik, budaya, dan usia yang beragam, dari segi kelompok usia. Dengan demikian kemungkinan persepsi yang muncul dari kelompok usia ini juga berbeda.

Penulis menitikberatkan untuk meneliti lebih jauh tentang kesenian lempar selendang, sebagai salah satu kesenian budaya Lampung. Adapun alasan pemilihan kesenian ini karena menurut Pra-Riset yang diketahui anggota sanggar Way Tippon memberikan pilihannya untuk mengikuti kegiatan kesenian lempar selendang. Hal ini disebabkan karena kesenian lempar selendang dapat menjalin silaturahim, mengumpulkan kebahagian dan semangat untuk muda-mudi yang belum menikah, bisa juga jadi ajang perkenalan atau perjodohan.

(26)

6

Berdasarkan Pra-Riset Peneliti, alasan memilih pemuda dan pemudi anggota Sanggar Seni Way Tippon Kelurahan gedung meneng Kecamatan Raja Basa Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut :

1. Alasan memilih Sanggar Seni Way Tippon sebagai objek penelitian, karena menurut pengamatan peneliti tentang kesenian lempar selendang ini terjadi proses komunikasi di bidang kesenian tradisional dalam perkembangannya semakin terkikis oleh hiburan baru yang lebih modern.

2. Pemuda dan pemudi yang tergabung dalam Sanggar Way Tippon rata-rata berpendidikan. Pendidikan yang dimiliki anggota sanggar sangat penting karena akan mempengaruhi seseorang untuk berfikir dan bertindak. Pendidikan juga berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam mengolah informasi dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan.

3. Alasan lain pengambilan Sanggar Seni Way Tippon Kelurahan gedung meneng Kecamatan Raja Basa Kota Bandar Lampung adalah atas pertimbangan akomodasi, dana, waktu dan fasilitas yang dimiliki oleh penulis.

Mengingat pentingnya permasalahan diatas, maka penulis melakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan tentang persepsi pemuda terhadap pergeseran musik pengiring kesenian lempar selendang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian diatas, maka pokok dalam penelitian di atas adalah :

(27)

7

Kesenian Lempar Selendang meliputi persepsi terhadap makna lempar selendang, tahapan lempar selendang dulu dan kini, pergeseran musik yang digunakan dulu dan kini, penyebab pergeseran musik pengiring kesenian lempar selendang, kesan pada musik pengiring dan penyajian musik kesenian lempar selendang.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan Persepsi Pemuda di Raja Basa Kelurahan Gedung Meneng Bandar Lampung Terhadap Pergeseran Musik Pengiring Kesenian Lempar Selendang.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara Teoritis hasil penelitian diharapkan ini dapat menjadi bahan masukan dalam mengkaji komunikasi kesenian lempar selendang, dan sebagai sumbangan yang berarti bagi Jurusan Ilmu Komunikasi.

(28)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Menurut Desdereto, yang dikutip oleh Jalaluddin Rahmat (1999 : 51)

menyatakan bahwa “Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi atau pesan”.

Kemudian Mar’at (1984 : 21-22), memberikan penjelasan persepsi sebagai

berikut: “Persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari

komponen kognisi. Aspek kognisi merupakan aspek penggerak perubahan karena informasi yang diterima akan menentukan perasaan dan kemauan berbuat. Jadi jelas bahwa komponen kognisi akan berpengaruh terhadap predisposisi seseorang untuk bertindak, terhadap suatu objek, yang merupakan jawaban atas pernyataan atas apa yang dipikirkan dan apa yang persepsikan

tentang objek tersebut”.

Selanjutnya menurut Pringgodigdo, A.K. (1991 : 866) Persepsi diartikan,

(29)

9

indera penglihatan, indera peraba, dan sebagainya sehingga akhirnya

bayangan itu dapat disadari”.

Kemudian Tim Penyusun kamus, Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa Indonesia (1997) Persepsi didefinisikan sebagai berikut :

1) Tanggapan atau penerimaan langsung dari suatu serapan

2) Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indra.

Selanjutnya menurut C.P. Chaplin (1989 : 358), persepsi diberi pengertian yang meliputi :

1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indra.

2) Kesadaran dari proses-proses organis.

3) (Tichener) satu kelompok pengindraan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman-pengalaman masa lalu.

4) Variable yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan untuk melakukan pembedaan diantara perangsang-perangsang.

5) Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu.

Selanjutnya William James yang dikutip oleh Isbandi Rukminto Adi (1994 : 105-106), menyatakan bahwa, “Persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita peroleh dari lingkungan yang diserap oleh indera kita serta sebagian lainnya dari pengolahan ingatan (memory) kita (diolah kembali berdasarkan

(30)

10

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan dilihat dari isinya maka persepsi adalah kemampuan seseorang membeda-bedakan antara objek yang satu dengan objek yang lain. Dalam proses tersebut didahului dengan pandangan dan pegangan yang berasal dari komponen kognisi sehingga seseorang dapat dinyatakan dalam prilaku terhadap objek tertentu.

2. Proses Terjadinya Persepsi 1) Sensasi (Sensasion)

Sensasi merupakan tahap paling awal dalam penerimaan informasi. Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis atau konseptual dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.

2) Perhatian (Attention)

Dalam menentukan perhatian ini ada 2 faktor yang harus dijadikan pertimbangan, yaitu :

a. Faktor situasional disebut juga sebagai determinan perhatian yang bersifat eksternal atau menarik perhatian. Stimulan diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol seperti gerakan, intensitas dan perulangan.

(31)

11

Menurut Sendjaja (1994: 55), persepsi mensyaratkan tiga hal yaitu: a. Orang yang mempersepsi

b. Objek persepsi

c. Suatu persepi atau makna yang merupakan hasil dari tindakan persepi.

Persepsi meliputi proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi mengenai lingkungannya. Proses pemahaman ini melalui penglihatan, pendengaran, dan penciuman. Dengan demikian persepsi merupakan suatu proses pengamatan terhadap sesuatu objek yang terdiri dari:

a. Stimulasi pada alat ngindra (sensory stimulation

Pada tahap ini, alat-alat indra distimulassi atau dirangsang akan keberadaan sesuatu hal, akan tetapi meskipun manusia memiliki kemampuan pengindran untuk merasakan Stimulus, manusia tidak selalu menggunakannya, sebagai contoh pada saat seseorang melamun. b. Stimulasi terhadap alat indra di atur

(32)

12

c. Stimulasi alat indra ditafsirkan-dievaluasi

Langkah ketiga adalah penafsiran-evaluasi kedua istilah tersebut digabungkan guna menegaskan bahwa keduanya tidak dapat dipisahkan. Langkah ketiga ini merupakan proses subyektif yang melibatkan evaluasi dari pihak penerima. Penafsiran tersebut tidak semata-mata dirasakan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan tentang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada saat tersebut dan lain sebagainya.

Selanjutnya menurut Sendjaja (1994: 55), sifat-sifat persepsi adalah:

a. Persepsi adalah pengalaman

Untuk mengartikan makna dari seseorang, objek atau peristiwa, kita harus memiliki dasar untuk melakukan interpretasi. Dasar ini biasanya kita temukan pada pengalaman masa lalu kita dengan oran, objek atau persitiwa tersebut atau dengan hal-hal yang menyerupainya. Tanpa landasan pengalaman sebagai pembanding, tidak mungkin untuk mempersepsikan suatu makna sebab ini akan membawa kita pada suatu kebingungan.

b. Persepsi adalah selektif

(33)

13

c. Persepsi adalah penyimpulan

Proses psikologi dari persespi mencakup penarikan kesimpulan melalui suatu proses induksi secara logis. Interpretasi yang dihasilkan melalui persepsi pada dasarnya adalah penyimpulan atas informasi yang tidak lengkap. Dengan kata lain, mempersepsikan makna adalah melompat kepada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarakan atas data yang dapat ditangkap oleh indra kita.

d. Persepsi tidak akurat

Setiap persepsi yang kita lakukan akan mengundang kesalahan dalam kadar tertentu. Hal ini antara lain disebakan oleh pengaruh pegalaman masa lalu, selektivitas dan penyimpulan. Biasanya ketidak akuratan ini terjadi karena penyimpulan yang terlalu mudah atau menyama ratakan. e. Persepsi adalah evaluatif

(34)

14

B. Tinjauan Pemuda

1. Pengertian Pemuda

Komunikasi dibidang budaya akan lebih terkait dengan para pemuda yang menjadi sasaran pokok objek penelitian. Untuk mengetahui pengertian Pemuda sering dijumpai kesamaan pengertian antara Remaja dan pemuda hal ini disebabkan kesamaan kriteria antara remaja dan pemuda. Berikut pengertian pemuda dari beberapa pendapat.

Dilihat dari sudut pandang Psikologik dan Pedagogik, H.A.R Tilaar

menyebutkan “Pemuda ialah suatu masa yang identik dengan sifat pemberontak berani tetapi pendek akal, dinamik tetapi serampangan, penuh gairah tetapi sering berbuat yang aneh-aneh. Pendek kata Pemuda identik dengan romantik, masa yang menarik tetapi juga perlu dikasihani setidaknya

dari kacamata orang dewasa”. (LP3S : 1974 : 21).

Dari segi Demografi, dan dari sudut kependudukan serta pandangan ekonomi dan yang tercantum dalam penetapan inter regional seminar an the traning of frofesural volountary yout leader(Denmark, 1969) maka Pemuda seperti yang

dikutip M. Yasin adalah “Putera-puteri yang telah masuk usia kerja antara

10-25 tahun” (LP3S : 1974 : 21).

2. Kelompok Pemuda

(35)

15

1) Dari segi budaya dan fungsional

Berdasarkan dari segi ini, maka dikenal isilah anak-anak, remaja, dan dewasa kriterianya :

a. Anak ialah mereka yang berumur antara 0–12 tahun b. Remaja ialah mereka berumur 13–18 tahun

c. Dewasa ialah mereka yang berumur 18–22 tahun 2) Dilihat dari segi ideologi politik

Berdasarkan ideologi politik maka generasi muda adalah calon pengganti terdahulu dalam hal ini yaitu : yang berumur 18 – 30 tahun, dan kadang-kadang juga hingga 40 tahun.

3) Dilihat dari segi umur, lembaga, dan ruang lingkup tempat pemuda.

Berdasarkan pengertian ini maka pengertian pemuda terbagi menjaditiga kategori yaitu :

a. siswa berumur antara 6–18 tahun masih berada di bangku sekolah b. Mahasiswa 18–25 tahun dan berada di perguruan tinggi

c. Pemuda di luar sekolah dan perguruan tinggi dan berumur 15 – 30 tahun.

(36)

16

C. Tinjauan Komunikasi Tradisional

1. Pengertian Komunikasi Tradisional

Komunikasi tradisional menurut Effendy (1989 : 375) adalah gaya atau cara berkomunikasi yang berlangsung lama secara turun temurun pada suatu masyarakat tertentu yang berbeda dari masyarakat lainnya, disebabkan ciri-ciri khas masyarakat bersangkutan beserta tata nilai kebudayaan suatu masyarakat desa sangat ditentukan oleh faktor budaya setempat.

2. Bentuk Komunikasi Tradisional

Menurut Arni Muhammad dalam (Joewono, 1998 : 122) komunikasi tradisional adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang sifatnya masih tradisional, misalnya bahasa daerah, budaya daerah, kesenian daerah, dan lain-lain. Berdasarkan definisi tersebut, maka bentuk komunikasi tradisional dapat berupa bahasa daerah, budaya daerah ataupun simbol-simbol budaya daerah dengan menggunakan media yang bersifat tradisional.

2. Sifat-Sifat Media Tradisional

(37)

17

Media tradisional dikenal juga sebagai media rakyat. dalam pengertian yang lebih sempit, media ini sering juga disebut sebagai media rakyat. dalam hubungan ini, Coseteng dan Fernandes dalam (Jahi, 1999 : 101)

mendefinisikan media tradisional sebagai “bentuk verbal, gerakan, lisan dan visual yang dikenal atau dipertunjukkan oleh mereka dengan maksud menghibur, memaklumkan, menjelaskan, mengajar dan mendidik”.

Sejalan dengan definisi ini, maka media rakyat tampil dalam bentuk nyanyian rakyat, tarian rakyat, musik instrumental rakyat, drama rakyat, pidato rakyat yaitu semua kesenian rakyat apakah berupa produk sastra visual ataupun pertunjukkan yang diteruskan dari generasi ke generasi Glovel dalam (Jahi, 1999 : 10) oleh karena sifat-sifat di atas, media ini berfungsi sebagai pembawa pesan yang lebih baik daripada media lainnya bagi kesejahteraan seluruh warga masyarakat dalam berbagai aspek pembangunan sosial, ekonomi dan budaya. Kesejahteraan ini diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia di daerah pedesaan secara menyeluruh.

(38)

18

jangkauan pengaruh media massa, dan yang menuntut partisipasi aktif dalam proses komunikasi.

D. Tinjauan Kesenian

1. Pengertian Kesenian

Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia, kesenian juga mempunyai fungsi lain. Misalnya, mitos berfungsi menentukan norma untuk perilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nilai kebudayaan. Secara umum, kesenian dapat mempererat ikatan solidaritas suatu masyarakat.

Kesenian adalah suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan dimana kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan biasanya berwujud benda-benda hasil manusia. Kuntjaraningrat

(39)

19

1. Faktor-faktor Lahirnya Kesenian

Seni dapat lahir dan berkembang karena pada umumnya manusia senang pada keindahan. Sampai dengan sekarang telah terdapat banyak macam seni yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa cabang seni. Pengelompokkan tersebut berdasarkan pada media yang dipakai untuk mengungkapkannya. Macam-macam cabang seni adalah:

1) Seni suara, yaitu seni yang diungkapkan dengan media suara. Misalnya seni

musik, seni vokal, seni baca Al Qur’an.

2) Seni gerak, yaitu seni yang diungkapkan dengan media gerak. Misalnya seni tari, seni pantomim, senam irama.

3) Seni sastra, yaitu seni yang diungkapkan dengan media bahasa. Misalnya seni prosa, seni puisi.

4) Seni rupa, yaitu seni yang diungkapkan dengan media rupa. Misalnya seni lukis, seni patung, seni bangunan.

5) Seni drama, yaitu seni yang memperagakan suatu cerita dengan media suara, gerak dan rupa. Misalnya seni lenong, seni ludruk, seni opera.

(40)

20

Pengertian atau Definisi Kesenian diambil dari kata Seni yang berarti Proses dari manusia (menciptakan) atau intisari ekspresi dari kreativitas yang mengandung unsur keindahan dan keelokan, orang yang menciptakan sebuah kreativitas seni disebut Seniman.

Definisi atau pengertian kesenian adalah bagian dari kebudayaan yang ada hubungannya dengan unsur keindahan dan keelokan, unsur itu adanya dalam batin dipikiran manusia yang termasuk unsur keindahan itu dan bisa juga definisi atau pengertian kesenian adalah proses penciptaan unsur-unsur yang membuat hati senang, puas buat melengkapi sisi bathin kehidupan manusiawi.

E. Tinjauan Lempar Selendang

1. Sejarah Lahirnya Lempar Selendang

Upacara adat pernikahan ini salah satunya adalah tari selendang/lempar selendang, yaitu sebuah tarian menggunakan kain selendang oleh muli mekhanai yang diringi oleh musik tradisional gong dan rebana. Secara bergantian muli mekhanai mencari pasangan hingga terbentuk dua pasangan lalu barulah tarian dimulai, proses pergantian antar muli mekhanai satu dengan yang lainnya adalah saat dihentikannya alunan musik ditengah pasangan muli mekhanai yang sedang menari lalu mereka masing-masing memilih dan memberikan selendang untuk penari selanjutnya secara berpasangan dan demikian seterusnya.

(41)

21

selendang/lempar selendang, yaitu sebuah tarian menggunakan kain selendang oleh muli mekhanai yang diringi oleh musik tradisional gong dan rebana. Secara bergantian muli mekhanai mencari pasangan hingga terbentuk dua pasangan lalu barulah tarian dimulai, proses pergantian antar muli mekhanai satu dengan yang lainnya adalah saat dihentikannya alunan musik ditengah pasangan muli mekhanai yang sedang menari lalu mereka masing-masing memilih dan memberikan selendang untuk penari selanjutnya secara berpasangan dan demikian seterusnya.

Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Dahulu di Lampung Barat hanya ada alat musik gong dan rebana dan belum ada VCD Player maka sekarang sudah ada VCDPlayer yang lebih canggih, sehingga alat-alat musik tradisional tadi ditinggalkan dan digantikan dengan alat musik yang lebih canggih dan lebih mudah digunakan, kondisi yang demikian mau tidak mau berpengaruh terhadap kesenian tradisonal kita, padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya.

(42)

22

2. Makna Lempar Selendang

Makna banyak yang terkandung dalam kesenian lempar selendang ini, selain makna keberamanaan, makna silaturhami, ajang perjodohan. Setiap jenis musik yang dilaksanakan dalam acara-acara sesuai dengan alunan musik yang dipakai dalam acara tersebut. misalnya dalam acara pernikahan maka yang digunakan adalah alat musik tradisional sedangkan pada saat acara muda-mudi digunakan alat musik modern VCD/CD.

Makna simbolik lempar selendang ini bersifat objektif, artinya arti simbolik yang terkandung di dalamnya sudah menjadi tradisi yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat yang diteruskan dari gener.

3. Tahapan Kegiatan Seni Lempar Selendang

(43)

23

Pada saatnya acara lempar selendang akan dilaksanakan mula-mula kepala

bujang atau pembawa acara “jenang” akan berpidato, yang bermaksud

menyampaikan tata acara dari kegiatan lempar seledang dan tata tertib yang harus dipatuhi perserta atau pemuda yang mengikuti acara tersebut, baik prilaku, bahasa, serta busana yang layak dipakai. Setelah pembawa acara menyampaikan pidato tata acara dan tata tertib peraturan kegiatan lempar selendang yang akan dilaksankaan, barulah pemuda/pemudi yang siap dan bersedia mengikuti peraturan tersebut dipersilahkan untuk memasuki rungan acara.

Kemudian tahapan selanjutnya di dalam ruangan muda/mudi melakukan surat menyurat antara mereka sebagai awal mula perkenalan antara mereka dengan diiringi musik lempar selendang. Lalu lempar seledang dilakukan setelah kegiatan surat menyurat dilakukan sebagai tahap perkenalan selanjut antara mereka. Setelah beberapa rangkaian acara dilakukan masuklah pada tahapan

kegiatan membakar rokok “sesuahan khuku”, yang mana pemuda yang telah melakukan perkenalan pada kegiatan sebelumnya meminta untuk rokok yang pemuda “mekhanai”punya dibakarkan oleh pemudi “muli”. Setelah kegiatan sesuahan khuk berakhir masuklah tahapan meminum kopi ngupi dan

makan-makanan khas lampung “cucur, rengginang,dodol, dll”. Dengan telah berakhirnya beberapa kegiatan tahapan lempar selendang, tibalah untuk pemuda/pemudi makan bersama “mengan bersama”. Lalu pembawa acara

(44)

24

F. Landasan Teori

Teori persepsi yang melandasi penelitian ini ialah teori mengenai faktor-faktor yang menentukan persepsi yang dikemukakan oleh David Krech dan Ricard S. Crutchfield dalam Rakhmat (1994:4), yang terdiri dari faktor fungsional dua faktor struktural, yaitu sebagai berikut :

1. Faktor Fungsional

Faktor Fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain yang termasuk dari faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik yang memberikan respon pada stimuli tersebut.

Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama : persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek- objek yang mendapatkan tekanan dalam persepsi kita biasanya objek- objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi mereka memberikan contoh pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasanan emosional dan latar belakang budaya terhadap persepsi. Pengruh kebudayaan terhadap persepsi. Sudah merupakan disiplin tersendiri dalam psikologi antar budaya (croos cultural psychology) dan komunikasi antar budaya (intercultural communication).

(45)

25

dari psikofisik yang berkaitan persepsi objek. Para psikolog sosial menerapkan konsep ini untuk menjelaskan persepsi sosial. Adapun faktor- faktor fungsional meliputi :

1) Kebutuhan sesaat dan kebutuhan menetap pada diri seseorang akan mempengaruhi atau menentukan persepsi seseorang. Dengan demikian, kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi.

2) Kesiapan mental, suasana mental seseorang akan mempengaruhi atau menentukan persepsi seseorang.

3) Suasana emosi, suasana emosi seseorang baik dalam keadaan baik, sedih, bahagia, gelisah maupun marah akan sangat mempengaruhi persepsinya terhadap suatu objek rangsangan.

4) Latar belakang budaya, latar belakang budaya seseorang berasal, akan mempengaruhi dan menentukan persepsi seseorang pada suatu rangsangan.

2. Faktor Struktural

Faktor Struktural semata-mata berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syarat yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu. Krech dan Cruthfield dalam Rakhmat (2005: 59- 60), merumuskan dalil persepsi :

1) Bahwa medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti dan manusia akan mengorganisikan tentang sebuah objek yang diterimanya enggan menginterpretasikan konteks petunjuknya.

(46)

26

struktur keseluruhan akan memberikan efek kontras atau asimilasi terhadap sub struktur.

3) Bahwa objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai saatu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur.

Dalam konteks penelitian ini, dari kedua faktor tersebut yang akan dikaji hanya pada faktor fungsional yaitu kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosi dan latar belakang budaya. Alasan pemilihan faktor ini adalah untuk pembatasan pembahasan agar tidak meluas dan berbagai faktor fungsional tersebut sesuai dengan kajian penelitan mengenai persepsi pemuda terhadap pergeseran musik pengiring kesenian lempar selendang asi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah, seperti kesenian lempar selendang. Hal ini disebabkan karena kesenian lempar selendang dapat menjalin silahturahim, mengumpulkan kebahagiaan dan semangat untuk muda-mudi yang belum menikah, bisa juga jadi ajang perkenalan atau perjodohan.

G. Kerangka Pikir

(47)

27

informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah, seperti tradisi upacara pernikahan adat.

(48)

28

Gambar Bagan

Bagan Kerangka Pikir

Ket: Pergeseran Alat Musik Kesenian Lempar Selendang

Kesenian Lempar

Selendang

Pergeseran Alat

Musik

Tradisional

-

Gong

-

Rebana

-

Gamolan

-

Gambus

Modern

-

Tape

-

VCD

-

MP3

(49)

2

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah kualitatif, menurut Denzin dan Lincoln (2006:46) Penelitian kualitatif adalah :

Qualitative research involves an interpretative approach to the world. Thus means that qualitative researchers study thing in their meanings people being to

them.”

(Penelitian kualitatif menekankan pada interprestasi dalam kerangka pendekatan naturalistis. Tujuan dari seorang peneliti kualitatif adalah mempelajari sesuatu pada gambaran yang sesuai dengan kenyataan, menekankan pada interprestasi untuk memahami pemahaman orang lain atau informan tentang dunia mereka).

Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller dalam moelong (2001:2), mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manuasia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan peristilahnya.

(50)

30

instrument penelitian dalam metode kualitatif ialah si peneliti sendiri. Jadi peneliti harus terjun sendiri kelapangan secara aktif. Teknik pengumpulan data yang sering digunakan ialah observasi partisipasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik angket tidak digunakan dalam pengumpulan data.

Data yang didapat dari penelitian ini adalah berupa data yang disajikan dalam bentuk kata verbal, bukan dalam angka. Data muncul dalam kata yang berbeda dengan maksud yang sama. Data kata verbal yang beragam tersebut perlu diolah agar menjadi ringkas sistematis. Menurut Moeleong (2001:3), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Guna mendapat informasi yang lebih mendetail dan memadai mengenai permasalahan yang diamati, maka dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif. Dengan pendekatan ini, peneliti dapat menjajaki secara lebih mendalam objek yang akan diteliti.

B. Defenisi Konsep

(51)

31

memudahkan peneliti untuk mengoperasionalkan konsep yang dipakai tersebut dilapangan. Defenisi konsep penelitian ini adalah:

1. Persepsi

Persepsi adalah proses dengan mana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita. Persepsi sebagi pengalaman tentang objek, persitiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

2. Pemuda

Pemuda adalah remaja awal yang akan mencapai tingkat kedewasaan yang identik dengan rasa ingin tahu yang tinggi, mengenai pelajaran dan pengalaman dalam berbagai aspek kehidupan seni, sosial, budaya, dan agamanya. Dalam penelitian ini pemuda dilihat dari segi ideologi politik yang dimana generasi muda adalah calon pengganti terdahulu, yang berumur 18-30 tahun, dan kadang-kadang juga mencapai 40 tahun.

3. Musik

(52)

32

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dianggap penting, karena dengan adanya fokus penelitian akan membatasi studi untuk mengarahkan penelitian. Menurut Moeloeng (2002:113) mengemukakan bahwa fokus penelitian dimaksudkan untuk memfokuskan dan membatasi pengumpulan data dapat dipandang kemanfaatnya sebagai reduksi data yang sudah diantisipasi. Adanya pemfokusan akan menghindari pengumpulan data yang serampangan dan hadirnya data yang melimpah ruah. Perumusan masalah dan fokus penelitian saling terkait karena permasalahan penelitian dijadikan acuan bagi fokus penelitian, meskipun fokus dapat berubah dan berkurang berdasarakan data yang ditemukan di lapangan.

Fokus penelitian dalam penelitian ini menitikberatkan pada persepsi pemuda sanggar seni Way Tippon Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja Basa Bandar Lampung terhadap pergeseran alat musik pengiring kesenian lempar selendang, dengan beberapa subfokus sebagai berikut:

1. Persepsi pemuda terhadap pergeseran alat musik kesenian lempar selendang, terdiri dari:

(a) Persepsi terhadap makna lempar selendang

(b) Persepsi terhadap tahapan lempar selendang dahulu dan kini

(c) Persepsi terhadapan pergeseran alat musik yang digunakan dulu dan kini (d) Persepsi yang menyebabkan pergeseran alat musik pengiring kesenian

lempar selendang

(53)

33

2. Faktor fungsional yang membentuk persepsi pemuda dalam mencitrakan pergeseran alat musik kesenian lempar selendang, terdiri dari:

(a) Kebutuhan, yaitu kebutuhan pemuda terhadap hiburan kesenian lempar selendang

(b) Kesiapan mental, yaitu suasana mental seseorang ketika melihat atau mendengar alat musik pengiring kesenian lempar selendang

(c) Suasana emosi, yaitu suasana emosi seseorang ketika melihat dan mendengar alat musik pengiring kesenian lempar selendang

(d) Latar belakang budaya, yaitu pengaruh latar belakang budaya seseorang yang mempengaruhi persepsinya terhadap pergeseran alat musik kesenian lempar selendang.

D. Informan Penelitian

Menurut Moeloeng (2005:121), penelitian kualitatif pada umumnya mengambil jumlah informan yang lebih kecil dibandingkan dengan bentuk penelitian lainnya. unit analisa dalam penelitian ini adalah individu atau perorangan. Untuk memperoleh informasi yang diharapkan, penelitian terlebih dahulu menentukan informan yang akan dimintai informasinya.

Kriteria informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(54)

34

2. Informan yang secara penuh aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi sasaran dan perhatian.

3. Informan merupakan subyek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah ataau dikemas terlebih dahulu.

Adapun kriteria informan dalam penelitian ini adalah :

(a) Beranggotakan sebagai anggota Sanggar Way Tippon di Raja Basa kelurahan Gedung Meneng Bandar Lampung.

(b) Memiliki pengetahuan mengenai kesenian lempar selendang dan kemampuan berkomunikasi ihwal sesuatu informasi yang dibutuhkan peneliti.

Adapun informan atau orang- orang tersebut antara lain :

1. Pembinaan Anggota Sanggar Seni Way Tippon yaitu Zubaidi 2. Penggiat Kesenian Sanggar Way Tippon yaitu Veriawan Utama, SH

3. Anggota Sanggar Seni Way Tippon, yaitu Novriansyah, Reflin Marlindo (Informan Laki- laki) dan Selvi (Informan Wanita)

E. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah :

(55)

35

2. Data sekunder, yakni data yang diambil secara tidak langsung kepada sumber-sumbernya. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui studi pustaka atau berbagai buku, laporan ataupun dokumen arsip-arsip yang berhubungan dengan penelitian ini.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode dalam pengumpulan data, yaitu :

1. Observasi

Observasi yaitu pengamatan secara langsung terhadap subyek penelitian, Observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui secara langsung persepsi pemuda tentang kesenian lempar selendang.

2. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Yaitu melakukan wawancara langsung dengan subyek penelitian mengenai pokok bahasan penelitian. wawancara mendalam dilakukan dengan menggunakan wawancara yang diajukan kepada informan di Raja Basa kelurahan Gedung Meneng, dengan tujuan mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai bagaimana persepsi pemuda tentang kesenian lempar selendang.

3. Dokumentasi

(56)

36

G. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara ataau rumusan tertentu. Menurut Moeloeng (2005:136-137), pengolahan data penelitian kualitatif meliputi:

1. Editing adalah mengedit data untuk memeriksa kembali data yang telah diperoleh pada pelaksanaan penelitian baik data hasil wawancara, dokumentasi maupun observasi.

2. Kodingadalah mengkode data dengan cara memberi kode-kode tertentu pada data lapangan, baik data hasil wawancara, dokumentasi maupun observasi. Kode yang digunakan penelitian ini adalah kode nama-nama informan dan kelompok informan.

3. Interpretasi data adalah memberikan interpretasi atau penjabaran berbagai data yang diperoleh sesuai dengan fokus penelitian dan menguraikan jawaban informasi dalam bentuk deskripsi kalimat sesuai pembahasan msing-masing.

H. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini, teknik analis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif yaitu menganalisis data dengan cara menjelaskan dalam bentuk kalimat logis. Analisis data ini dilakukan bersamaan dengan jalannya penelitian. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga alur kegiatan yaitu :

1. Reduksi Data

(57)

37

dipilah-pilah dan digolongkan sedemikian rupa serta membuang data yang tidak perlu sehingga dapat ditarik kesimpulan finalnya.

2. Penyajian Data

Alur kedua dari kegiatan analisis yaitu penyajian data. Dari hasil wawancara yang telah direduksi, selanjutnya disajikan dalam bentuk narasi deskriptif hasil penelitian. Selain itu juga digunakan berbagai tabel untuk lebih mempermudah dalam memahami hasil penelitian.

3. Menarik Kesimpulan

(58)

38

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Berdirinya Kelurahan Gedung Meneng

Kelurahan Gedung Meneng berdiri pada tahun 1768 yang munculnya berasal pemecahan dari desa Kotabumi, sehingga Batang Hari ± 10 tahun dan membangun sebuah desa yang dinamakan “jejur”. Setelah itu meneruskan

perjalannya menuju Muara Putih kembali ke Rajabasa ± 15 tahun dan melanjutkan perjalanan kembali ke Rajabasa ± 25 tahun.

Kelurahan Gedung Meneng merupakan kelurahan induk di Kecamatan Rajabasa berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2001 tanggal 3 Oktober 2001 tentang penggabungan, penghapusan dan pemekaran wilayah Kecamatan dan Kelurahan dalam Kota Bandar Lampung. Semula Kelurahan dalam wilayah Kota Bandar Lampung berjumlah 84 kelurahan dan 9 kecamatan, dan sejak tanggal 29 Desember 2001 Kota Bandar Lampung menjadi 98 kelurahan dari 13 Kecamatan, dan Kelurahan Gedung Meneng masuk dalam Kecamatan Rajabasa.

(59)

39

Dengan ditetapkan dan disahkannya Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2001 tanggal 3 Oktober 2001, tentang pemekaran wilayah Kecamatan dan Kelurahan dalam wilayah Kota Bandar Lampung maka Kelurahan Gedung Meneng termasuk didalam Kecamatan Rajabasa dan pejabat Lurahnya adalah Khoirunas berdasarakan surat keputusan Wali Kota Bandar Lampung Nomor. 821.23/03/12/2001 tanggal 1 Februari 2001.

Selanjutnya sejak tanggal 29 September 2001 dilantik Asnari, SE menjadi Lurah di Kelurahan Gedung Meneng berdasarakan surat keputusan Wali Kota Bandar Lampung Nomor : 821.23/10/III.25/2011 tanggal September 2011. Untuk menunjang pelaksanaan pemerintah Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Rajabasa di dukung pegawai yang berjumlah 9 orang dengan susunan personil yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Nama Pejabat Kelurahan Gedung Meneng

No Nama Personil Jabatan

1 Asnari, SE Lurah 2 Megawati BR Sembiring, SH Sekertaris

3 Rosyana, S.Sos Kasi Pemerintahan 4 Efendi Husin Kasi Trantib 5 Titin Apriyana, SE Kasi Pembangunan 6 Sugiyanti, S.Sos Kasi Pemmas 7 Mukdar Staf

8 Samsu Pohan, BSc Staf

9 Tri H Staf

10 Rendi Kurniawan Staf

(60)

40

Tabel 2. Kepala Desa (Lurah) Yang Penah Memangku Jabatan Sebagai Kepala Desa (Lurah)

(Sumber: Monografi Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung 2011)

B. Potensi Kelurahan Gedung Meneng 1. Luas dan Batas Wilayah

Kelurahan Gedung Meneng memiliki luas sekitar 227 Hektar yang terdiri dari daerah dataran dan sebagian besar lahan pekarangan. Kemudian sebagian lain untuk perumahan atau pemukiman.

2. Batas Wilayah

(61)

41

d. Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan Labuhan Ratu

3. Kondisi Geografis

a. Ketinggian tanah dari permukaan laut : 400 m b. Banyak curah hujan : 2. 500 mm

c. Topografi : Daratan min/th

d. Suhu udara rata- rata : 25-33 cc

4. Orbisitas

a. Jarak dari pemerintahan Kecamatan : 4 Km b. Jarak dari Ibukota Bandar Lampung : 6 Km c. Jarak dari Ibukota Provinsi : 8 Km d. Jarak dari Ibukota Negara : 300 Km 4. Pertanahan

a. Tanah Kas Kelurahan : - buah–ha

b. Tanah Bersertifikat : 950 buah 174. 6 ha c. Tanah yang belum bersertifikat : - buah 52. 4 ha

C. Potensi Penduduk 1. Demografi

(62)

42

sentra pendidikan tinggi, seperti adanya kampus Universitas Lampung dan Perguruan Tinggi lainnya.

2. Sosial Ekonomi

Sebagian besar penduduk Gedung Meneng bermata pencaharian pedagang, dan Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Laki- laki Perempuan Jumlah

1 Pegawai Negeri Sipil 1.593 1.364 2.957 2 TNI 50 2 52 8 Lain -lain 2.735 4.102 6.837

Jumlah 6.562 6.879 13.441

(Sumber: Monografi Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung 2011)

3. Sosial Budaya

(63)

43

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Yang Dianut

No Agama Jumlah

(Sumber: Monografi Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung 2011)

Adapun komposisi penduduk Kelurahan Gedung Meneng menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah

(Sumber: Monografi Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung 2011)

a. Sarana Ibadah

(64)

44

Tabel 6. Jumlah Sarana Ibadah di Kelurahan Gedung Meneng No Tempat Ibadah Jumlah

1 Masjid 16 2 Mushola 2 3 Gereja

-Jumlah 18

(Sumber: Monografi Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung 2011)

b. Sarana Pendidikan

Tempat pendidikan merupakan sarana yang sesuai yang sangat mendukung untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan juga sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat. Jumlah sarana pendidikan di Kelurahan Gedung Meneng dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Sarana Pendidikan di Kelurahan Gedung Meneng

No Jumlah Pendidikan Gedung Guru Murid

1 Taman Kanak-kanak 3

(65)

45

Struktur Organisasi Sanggar Seni Way Tippon

Ketua Umum

Wakil Ketua Umum

Sekertaris Umum Bendahara Umum

Koordinator Pembinaan Anggota Koordinator Penggiat Kesenian

(66)

✁6

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Persepsi pemuda sanggar seni Way Tippon terhadap pergeseran musik pengiring kesenian lempar selendang Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja Basa Bandar Lampung terhadap persepsi pemuda terhadap pergeseraan musik pengiring kesenian lempat selendang yang meliputi:

(a) Persepsi terhadap makna lempar selendang, pemuda yang mengutamakan nilai moral memaknakan lempar seledang sebagai bentuk kerja sama/gotong royong antara pemuda, tetapi inforan lain memaknakan lempar seledang sebagai ajang perjodohan dan hiburan.

(b) Persepsi terhadap tahapan lempar seledang, tahapan yang awal mula terdiri dari pidato pembawa acara/ jenang, mempersiapkan muli dan mekhanai, surat menyurat, lempar selendang, sesuahan khuku, mengan bua/ kue, ngupi, mengan dan terakhir penutupan yang disampaikan oleh jenang. Tahapan-tahapan tersebut ada beberapa yang telah ditiadakan, akan tetapi pemuda berpendapat yang terpenting adalah bagaimana agar acara lempar selendang tetap ada.

(67)

97

tradisional yang mereka anggap kuno dan kuran praktisdibanding vcd dan mp3.

(d) Persepsi terhadap pergeseran musik, pemuda mempersepsikan pergeseran adalah hal yang wajar dan sah-sah saja.

(e) Persepsi terhadap kesan penyajian musik, pada awal kesenian lempar seledang sangat kental nuansa adat Lampung dimana alat musik tradisional masih dipakai.

Namun penulis mengambil suatu kesimpulan pemuda sanggar seni Way Tippon mempersepsikan pergeseran musik kesenian lempar selendang sebagai suatu yang wajar dan dapat dimaklumi. Demi memenuhi kebutuhan konsumsi musik pemuda saat ini yang lebih cenderung menyukai alunan musikyang menggunakan tape dan vcd.

2. Faktor struktural yang membentuk persepsi pemuda terhadap musik pengiring lempar selendang meliputi perbedaan kebutuhan terhadap alat musik pengiring lempar selendang sebagai hiburan, kesiapan mental untuk mendengar dan melihat musik pengiring lempar selendang, suasana emosional pada saat melihat atau mendengar musik pengiring lempar selendang dan latar belakang budaya informan.

(68)

98

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran-saran yang dapat diberikan sebagai berikut:

1. Bagi pemuda dan pemudi sanggar Way Tippon disarankan untuk lebih selektif dalam memilih genre musik lempar selendang sebagai alunan musik pengiring kesenian lempar selendang, sebab tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan genre musik dewasa ini terlalu beragam jenisnya. Pemuda diharapkan dapat memilih genre musik yang di dalamnya liriknyaterutama mengandung unsur penyampaian pesan pendidikan dan moral.

2. Kepada para pembinaan dan penggiat anggota sanggar untuk dapat menambah wawasan lagi mengenai musik pengiring kesenian lempar selendang agar musik yang digunakan tidak hanya musik gong dan rebana saja sehingga dapat diminati oleh masyarakat terutama kalangan pemuda.

3. Bagi muda-mudi agar tetap mengikuti kegiatan acara lempar selendang untuk dapat mengingat tradisi dan menjalin silahturahmi sesama anggota sanggar terutama dikalangan masyarakat luas.

(69)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukhminto. 1998. Psikologi Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Raja Grafindo, Jakarta.

Effendy, Onong Uchjana. Prof. 2002. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. PT Citra Aditya. Bandung.

Endraswara, Suwardi. 2005. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan. Pustaks Widyatama. Yogyakarta.

Koentjaraningrat. 1985. Pengantar Ilmu Antropologi. Aksara Baru Bandung. Moleong, Lexy J. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. P.T. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rakhmat, Jalaludin. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sarwono, Sarlito Wirawan. 1993. Pengantar Umum Psikologi. Bulan Bintang, Jakarta.

Sendjaja, S. Djuarsa. 1999. Teori Komunikasi. Universitas Terbuka. Jakarta.

Singarimbun, Masri, dan Sofian Effendy. 1988. Metode Penelitian Survey. Lp3Es. Jakarta.

Uchjana, Onong.2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sumber Lain

Chaplin. C.P. 1989. Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta.

Gambar

Gambar Bagan
Tabel 1. Nama Pejabat Kelurahan Gedung Meneng
Tabel 2. Kepala Desa (Lurah) Yang Penah Memangku Jabatan Sebagai KepalaDesa (Lurah)
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa pengertian pendidikan umum adalah proses pengembangan dan pembinaan kepribadian secara utuh yang diselenggarakan dalam

Tipe lain dari komunikasi orang ke rang sering disebut dengan nama komunikasi peer to peer, untuk membedakannya dari model client server. Dalam bentuk ini,

Pengaruh iradiasi sinar gamma pada tanaman bawang merah dalam peubah amatan bobot segar umbi dan bobot kering umbi, pertumbuhan dan hasil umbi tanaman kontrol lebih baik

Penelitian sebelumnya mendasari untuk diteliti lebih lanjut bagaimana sifat rheology dari bahan-bahan cementitious secara individual dan juga kombinasinya dilihat dari kebutuhan

Subarsono, A.G., 2009, Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi, Cetakan Keempat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.. Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Kualitatif,

Apabila Penyedia Jasa tidak dapat menghadiri sesuai waktu yang ditentukan di atas dan tidak dapat membuktikan Keaslian Dokumen yang telah disampaikan dalam Penawaran dan Daftar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara kualitas pelayanan yang diberikan Bank Permata Syariah dengan yang diharapkan oleh nasabah dan

rendah. Penentuan besar tarif sewa bis pariwisata menurut teori. Membuat taksiran biaya-biaya yang akan terjadi dalam satu tahun.. Taksiran biaya yang disajikan ini berdasarkan