POTENSI MAKAM KERAMAT PANJANG SEBAGAI TEMPAT
TUJUAN WISATA ZIARAH DI PULAU KAMPAI
KECAMATAN PANGKALAN SUSU
KERTAS KARYA
OLEH
FADLY HERNAWAN
102204023
PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Kertas Karya
: POTENSI MAKAM KERAMAT
PANJANG SEBAGAI TEMPAT
TUJUAN WISATA ZIARAH DI PULAU
KAMPAI KECAMATAN PANGKALAN
SUSU
Oleh
: FADLY HERNAWAN
NIM
: 102204023
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dekan,
NIP. 19511013 197603 1 001
Dr. Syahron Lubis, M.A
PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA
Ketua,
LEMBAR PERSETUJUAN
POTENSI MAKAM KERAMAT PANJANG SEBAGAI
TEMPAT TUJUAN WISATA ZIARAH DI PULAU KAMPAI
KECAMATAN PANGKALAN SUSU
OLEH
FADLY HERNAWAN
102204023
Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,
ABSTRAK
Sama halnya seperti aktivitas pariwisata, kegiatan ziarah juga telah lama dilakukan oleh manusia. Bahkan suatu perjalanan dengan tujuan untuk berziarah telah menjadi aktivitas keagamaan yang dilakukan sejak peradaban manusia dimulai. Namun pada saat itu kegiatan ziarah belum dipandang sebagai suatu aktivitas wisata. Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman,kegiatan ziarah, terutama bagi para pelaku bisnis pariwisata , dengan tanpa mengabaikan unsur keagamaan telah dipandang sebagai suatu aktivitas wisata yang mampu mendatangkan keuntungan ekonomis dalam proses dan pelaksanaan aktivitas ziarah itu sendiri. Di Indonesia, sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai keagamaan dan memiliki banyak peninggalan situs sejarah keagamaan memiliki potensi yang besar dalam pengembangan bisnis pariwisata berbasis keagamaan. Dalam lah ini perlu kiranya dilakukan suatu upaya yang serius dalam mengembangkan suatu objek wisata ziarah terutama selain mengedepankan keuntungan ekonomisnya, para pelaku bisnis pariwisata baik dari pihak pemerintah maupun swasta juga harus mampu menjaga nilai-nilai keagamaan yang terkandung didalamnya agar kegiatan ziarah yang merupakan suatu kegiatan keagamaan yang sakral tidak mengalami perubahan nilai dan eksistensinya.
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmannirrahim.
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada ALLAH SWT., karena berkat
rahmad dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini
dengan judul “Potensi Makam Keramat Panjang Sebagai Tempat Tujuan Wisata Ziarah Di Pulau Kampai Kecamatan Pangkalan Susu”.
Dalam menyelesaikan kertas karya ini, banyak dukungan dan bantuan baik
dari segi moril, doa dan materi yang penulis peroleh dari berbagai pihak selama
menjalankan perkuliahan dan sampai selesainya. Penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih teristimewa kepada kedua orang tua yang tercinta, Ayahanda Syafrizal Awaludin dan Ibunda Syafrida yang selama ini telah membesarkan, menjaga, mendidik dan memberikan segenap kasih sayang yang tulus dan murni kepada
penulis.
Dalam kesempatan yang berharga ini, penulis tidak lupa mengucapkan rasa
terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Arwina Sufika, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pariwisata
3. Bapak Mukhtar Madjid, S.Sos, S.Par, M.A., selaku dosen pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengoreksi
kertas karya ini.
4. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, MSP, selaku dosen pembaca yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk membaca serta mengoreksi kertas karya ini.
5. Bapak Solahuddin Nasution, SE, M.S.P., selaku Koordinator Praktek Bidang
Keahlian Usaha Wisata yang telah dengan sabar membimbing dan
mengarahkan penulis.
6. Seluruh Dosen program studi Diploma III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis
selama masa perkuliahan, dan Para Staff Pegawai dan Pegawai Perpustakaan
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh karyawan SRIWIJAYA AIR khususnya di Polonia Internasional
Airport dan di bagian pelayanan yang telah membimbing penulis selama
praktek kerja lapangan.
8. Seluruh karyawan PT. Sukses Inti Sejahtera yang telah memberi izin selama
praktek kerja lapangan.
9. Buat Paman dan Ibu penulis serta anak-anaknya, Om Iwan, Bu Sri, M.Lutfi,
Fariz Irwan, dan Rizky Irwan. Terima kasih atas perhatian dan pengertiannya.
10.Buat adik-adik penulis yang tercinta, Fikri Alridho dan Amira Anindya Putri.
Semoga kalian kedepannya bisa sukses dan terima kasih atas dukungannya
11.Buat teman- teman seperjuangan Pariwisata 2010, Dian (Ajo), Arif (The Gel),
Imam (Brai), Bayu (Beye), Radzi, Indra, Yusuf (Ipank) dan lain-lain.
12.Buat sahabat-sahabat penulis, Yuda (Pak Coy), Josua, Eka, Farid, Pramu,
Edwin, Refte. Kalian adalah sahabat terhebat yang pernah ada.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penyusunan kertas karya ini, baik ditinjau dari segi pengalaman, penyusunan, materi
maupun teknik penulisan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat konstruktif demi penyempurnaan kertas karya ini.
Demikianlah harapan penulis dan semoga kertas karya ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Medan, Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK...i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...v
BAB I : PENDAHULUAN...1
1.1Alasan Pemilihan Judul...1
1.2Batasan Masalah...2
1.3Tujuan Penulisan...3
1.4Metode Penelitian...3
1.5Sistematika Penulisan...4
BAB II : URAIAN TEORITIS 2.1 Situs Sejarah…...5
2.1.1 Pengertian Situs Sejarah...5
2.1.2 Nilai Historis/Sejarah...6
2.2 Kebudayaan...8
2.2.1 Defenisi Kebudayaan...8
2.2.2 Nilai Budaya………...12
2.2.3 Pengertian Dinamika Kebudayaan...14
2.2.4 Budaya Sebagai Objek Wisata...19
2.2.5 Wisata Budaya dan Perubahan Nilai………..21
2.2.6 Upaya Pelestarian Budaya………..22
3.1 Sejarah Kecamatan Pangkalan Susu………..24
3.2 Letak Geografis Kecamatan Pangkalan Susu………26
3.3 Objek Wisata di Kecamatan Pangkalan Susu………27
BAB IV : POTENSI MAKAM KERAMAT PANJANG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN WISATA ZIARAH DI PULAU KAMPAI KECAMATAN PANGKALAN SUSU
4.1 Potensi Makam Keramat Panjang Sebagai Objek Wisata……….31
4.2 Daya Tarik Wisata Makam Keramat Panjang…..………...31
4.3 Pengelolaan Objek Wisata Makam Keramat Panjang………...33
BAB V : PENUTUP
5.1 Kesimpulan...35
5.2 Saran...36
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Sama halnya seperti aktivitas pariwisata, kegiatan ziarah juga telah lama dilakukan oleh manusia. Bahkan suatu perjalanan dengan tujuan untuk berziarah telah menjadi aktivitas keagamaan yang dilakukan sejak peradaban manusia dimulai. Namun pada saat itu kegiatan ziarah belum dipandang sebagai suatu aktivitas wisata. Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman,kegiatan ziarah, terutama bagi para pelaku bisnis pariwisata , dengan tanpa mengabaikan unsur keagamaan telah dipandang sebagai suatu aktivitas wisata yang mampu mendatangkan keuntungan ekonomis dalam proses dan pelaksanaan aktivitas ziarah itu sendiri. Di Indonesia, sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai keagamaan dan memiliki banyak peninggalan situs sejarah keagamaan memiliki potensi yang besar dalam pengembangan bisnis pariwisata berbasis keagamaan. Dalam lah ini perlu kiranya dilakukan suatu upaya yang serius dalam mengembangkan suatu objek wisata ziarah terutama selain mengedepankan keuntungan ekonomisnya, para pelaku bisnis pariwisata baik dari pihak pemerintah maupun swasta juga harus mampu menjaga nilai-nilai keagamaan yang terkandung didalamnya agar kegiatan ziarah yang merupakan suatu kegiatan keagamaan yang sakral tidak mengalami perubahan nilai dan eksistensinya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Pariwisata adalah sumber devisa negara yang bisa menghasilkan keuntungan
selain dari hasil migas dan non migas juga selain itu pariwisata juga merupakan aset
yang sangat diunggulkan. Saat ini pariwisata sangat merosot dikarenakan hal-hal
yang membuat para wisatawan terutama wisatawan asing takut untuk dating ke
Indonesia karena masalah keamanan yang masih menjadi persoalan yang rumit
sampai sekarang. Tetapi saat ini pariwisata di Indonesia perlahan lahan mulai bangkit
dari keterpurukan. Daerah-daerah yang selama ini menjadi tempat tujuan wisata di
Indonesia mulai bangkit salah satunya di Provinsi Sumatera Utara, karena di Provinsi
Sumatera Utara memiliki daerah-daerah tujuan objek wisata yang bisa dikunjungi
oleh wisatawan asing maupun wisatawan lokal.
Salah satu daerah yang mungkin bisa dikunjungi di Provinsi Sumatera Utara
adalah di daerah Kabupaten Langkat. Kabupaten Langkat merupakan salah satu
Kabupaten terbesar di Provinsi Sumatera Utara yang dihuni oleh masyarakat dari
berbagai suku, agama, bahasa yang hidup berdampingan. Kabupaten Langkat juga
memiliki banyak objek wisata, salah satunya adalah makam-makam keramat yang
sangat diminati dan sangat sering dikunjungi oleh wisatawan asing maupun
makam-makam keramat disebabkan karena masyarakat Indonesia masih sangat
percaya dengan hal-hal mistis sehingga banyak makam-makam tua yang di
keramatkan dan dipercaya akan mendatangkan berkah bagi mereka yang datang dan
berdoa di makam tersebut.
Salah satu makam keramat yang terkenal di Kabupaten Langkat adalah
Makam Keramat Panjang yang terletak di desa Pulau Kampai, Kecamatan Pangkalan
Susu. Makam Keramat Panjang di desa Pulau Kampai ini memiliki keunikan
tersendiri dibandingkan makam-makam keramat lainnya yang masih dijaga sampai
saat ini. Keunikan makam ini terletak pada ukurannya yang panjang hingga mencapai
8 meter sehingga dengan keunikan tersebut menjadi daya tarik bagi wisatawan yang
ingin secara langsung melihat keunikan makam Keramat Panjang ini.
Berdasarkan hal di atas, maka penulis mengambil lokasi penelitian di Makam
Keramat Panjang yang terletak di desa Pulau Kampai, Kecamatan Pangkalan Susu,
karena penulis ingin mengetahui potensi yang ada dan penelitian tersebut digunakan
untuk membuat kertas karya. Judul kertas karya tersebut adalah “POTENSI MAKAM
KERAMAT PANJANG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN WISATA ZIARAH DI
PULAU KAMPAI KECAMATAN PANGKALAN SUSU”.
1.2 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penulisan kertas karya ini adalah sebagai
1. Bagaimana potensi Makam Keramat Panjang di Desa Pulau Kampai
Kecamatan Pangkalan Susu
2. Bagaimana Makam Keramat Panjang sebagai daya tarik wisata di Desa Pulau
Kampai Kecamatan Pangkalan Susu
3. Bagaimana pengelolaan Makam Keramat Panjang sebagai objek wisata di
Desa Pulau Kampai Kecamatan Pangkalan Susu
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah :
1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya
Program pendidikan Diploma III Jurusan Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui sejauh mana potensi makam keramat panjang sebagai
tempat tujuan wisata ziarah di Pulau Kampai Pangkalan Susu.
1.4 Metode Penulisan
Dalam menyusun kertas karya ini penulis mengumpulkan data dengan dua
1. Studi pustaka (library research), yaitu pengumpulan data/teori dengan membaca buku-buku perkuliahan dan bahan yang ada sangkut pautnya dengan
kepariwisataan, serta yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
2. Studi lapangan (field research), yaitu metode yang dilakukan dengan secara langsung kelapangan, guna memperoleh data-data dan informasi dengan
mengadakan wawancara langsung ke narasumber.
1.5Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan kertas karya
ini adalah dengan urutan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang pemdahuluan dalam kertas karya yang
meliputi alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, tujuan
penelitian, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : URAIAN TEORITIS
Bab ini menjelaskan tentang uraian teoritis yang mencakup pengertian
situs sejarah, nilai historis/sejarah, definisi kebudayaan, nilai budaya,
dinamika kebudayaan, budaya sebagai objek, dan upaya pelestarian.
BAB III : GAMBARAN UMUM KECAMATAN PANGKALAN SUSU
Bab ini membahas tentang gambaran umum, sejarah, letak geografis
BAB IV : POTENSI MAKAM KERAMAT PANJANG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN WISATA ZIARAH DI PULAU KAMPAI KECAMATAN PANGKALAN SUSU
Bab ini membahas tentang potensi wisata Makam Keramat Panjang , daya tarik wisata Makam Keramat Panjang, dan pengelolaan objek
wisata Makam Keramat Panjang.
BAB V : PENUTUP
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Situs Sejarah
2.1.1 Pengertian Situs Sejarah
Situs memiliki berbagai pengertian yang berbeda karena selain dibidang
computer dan internet, di dalam dunia sejarah juga terdapat istilah situs. Bila dalam
dunia computer dan internet situs merupakan sebuah website, sebuah alamat yang
bisa kita kunjungi dan berisi informasi tertentu tentang pemilik website, maka kata
situs dalam dunia sejarah berhubungan dengan tempat atau area atau wilayah.
Menurut William Haviland (dalam Warsito 2012 : 25) mengatakan bahwa
“tempat-tempat dimana ditemukan peninggalan-peninggalan arkeologi di kediaman
makhluk manusia pada Zaman dahulu dikenal dengan nama situs. Situs biasanya
ditentukan berdasarkan survey suatu daerah.”
Lebih lanjut William Haviland (dalam Warsito 2012 : 25) juga mengatakan
bahwa “artefak adalah sisa-sisa alat bekas suatu kebudayaan zaman prehistori yang di
gali dari dalam lapisan bumi. Artefak ialah objek yang dibentuk atau diubah oleh
manusia.”
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Situs diketahui
karena adanya artefak. Ahli erkeologi mempelajari peninggalan-peninggalan yang
sejarah adalah tempat dimana terdapat informasi tentang peninggalan-peninggalan
bersejarah.
2.1.2 Nilai Historis/Sejarah
Berbicara tentang nilai historis atau nilai sejarah, terlebih dahulu kita harus
mengetahi tentang sejarah itu sendiri. Istilah sejarah berarti pariwisata, kejadian atau
apa yang terjadi di masa lampau. Lebih dari itu sejarah selalu berarti sejarah manusia.
Peristiwa atau kejadian alam dimana lampau seperti proses terjadinya bumi
tidak termasuk pengertian sejarah. Pengertian sejarah sebagai peristiwa ini
menyangkut makna dasar dari istilah sejarah. Dengan demikian makna dasar sejarah
adalah peristiwa, kejadian, aktivitas manusia yang terjadi pada masa lampau.
Menurut R.G Collingwood (dalam Daliman 2012 : 2) mengatakan “sejarah
sebagai kisah atau rerum gestarum (kisah dari peristiwa yang telah terjadi). Sejarah sebagai kisah adalah sejarah dalam pengertian subjektif. Sejarah sebagai kisah adalah
rekaan hasil rekonstruksi manusia.”
Serupa dengan Bertens (dalam Daliman 2012 : 2) mengatakan bahwa “sejarah
sebagai kisah ini sebagai sejarah yang dicatat atau sejarah yang tersurat.”
Dalam pengertian sejarah di atas, ada batasan yang menjadi pedoman tentang
makna sejarah. Bahwa sejarah adalah sebuah peristiwa yang pernah terjadi dimasa
lalu, dimana rangkaian peristiwa tersebut disusun berdasarkan urutan waktu, proses
kejadian serta disertai keterangan tempat dimana sebuah kejadian terjadi. Hal inilah
kisah sejarah merupakan sebuah kondisi nyata yang sudah pernah dialami oleh
seseorang dimasa lalu pada suatu waktu. Sementara, fiksi hanyalah sebuah kisah yang
berisi imajinasi dari seorang penulisnya. Dan kisah yang ada didalam fiksi bisa jadi
bukan merupakan kisah nyata. Kisah sejarah ini bisa menjadi penghias dari kisah
fiksi.
Sebagai contoh, guru sejarah yang mampu berkisah tentang peristiwa yang
harus diketahui oleh siswanya akan menjadi guru yang sangat dinanti. Sejarah yang
dikisahkan itu akan berbumbu. Bumbu yang sedap inilah yang akan membuat kisah
sejarah menjadi suatu rangkaian yang indah urutan yang akan dikenal dan diambil
pelajarannya.
Pelajaran dan pengertian sejarah sudah diberikan kepada seseorang sejak
duduk dibangku sekolah dasar. Hal ini karena dalam pelajaran sejarah, terdapat nilai
penting yang bermanfaat dalam menentukan pemahaman dan pola pikir seseorang.
Beberapa nilai penting dalam mempelajari sejarah ialah diantaranya adalah dengan
sejarah, kita bisa memiliki gambaran dan pengetahuan tentang proses kehidupan yang
terjadi dimasa lampau termasuk pada zaman purbakala.
Dalam sejarah, seseorang bisa mendapatkan pemahaman dan ilmu
pengetahuan tentang perilaku manusia dimasa lampau. Kehidupan masa lampau itu
sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan dimasa yang akan datang. Sebab dengan
belajar dari sejarah, seseorang akan bisa memiliki media untuk mencapai kehidupan
2.2 Kebudayaan
2.2.1 Defenisi Kebudayaan
Budaya merupakan suatu hasil karya cipta dan olah pikir manusia yang
diwujudkan dalam bentuk gagasan, aktivitas dan artefak (kebendaan) kebudayaan
pada setiap kelompok masyarakat tertentu memiliki suatu ciri dan keunikan tertentu
yang membedakanya denga kebudayaan dari kelompok masyarakat yang lain. Secara
etimologi budaya yang dalam bahasa inggris disebut culture berasal dari Bahasa Latin yaitu Colere yang memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang.
Istilah kebudayaan yang kita kenal di Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta
yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal, dan diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia
Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan beberapa pendapat para ahli mengenai
kebudayaan diantaranya:
1. Edward B. Taylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya
terka
dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota
2. R. Linton
Kebudayaan adalah konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah
laku, yang unsur pembentukanya didukung dan diteruskan oleh anggota
masyarakat tertentu.
3. W.H. Kelly dan C. Klockhohn
Kebudayaan adalah pola hidup yang tercipta dalam sejarah, yang eksplisit,
implisit, rasional, irasional, dan nonrasional, yang terdapat pada setiap waktu
sebagai pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia.
4. William H. Haviland
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama
oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan
melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di terima oleh semua
masyarakat.
5. Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan relajar.
6. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia
terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti
didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
Menurut Koentjaraningrat ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu:
a. Sistem religi
b. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial
c. Sistem pengetahuan
d. Bahasa
e. Kesenian
f. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi
g. Sistem peralatan hidup atau teknologi
Menurut J.J. Hoenigman (dalam Wiranata, 2011 : 103) bila dikelompokan
secarawujudnya kebudayaan dibedakan menjadi tiga,yaitu:
1. Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan
ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya
abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam
kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat
tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari
kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para
2. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem
sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling
berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut
pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi
dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau
hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret
diantara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang
satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud
kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya
(artefak) manusia.
Setiap kelompok masyarakat memiliki ciri dan keunikan budaya nya sendiri.
Ciri dan keunikan yang berbeda ini merupakan identitas bagi suatu kelompok
masyarakat yang membedakanya dengan masyarakat lainya. Di lain hal, perbedaan
kebudayan yang ada pada setiap kelompok masyarakat bukan lah menjadi suatu
berinteraksi dan membaur tanpa harus meninggalkan nilai-nilai kebudayaan yang
masing-masing mereka miliki.
Seiring perkembangan zaman dan semakin pesatnya perkembangan teknologi
secara perlahan tantpa disadari bentuk-bentuk kebudayaan lama mulai ditinggali
bahkan oleh masyarakatnya sendiri sehingga tradisi yang dulunya dianggap suatu
keharusan bahkan pada saat sekarang ini menjadi suatu yang aneh dan dianggap bagi
masyarakat generasi modern sakarang ini.
Namun disisi lain, hal ini menjadi daya tarik bagi masyarakat modern untuk
dipelajari dan diteliti atau sekedar menikmati keunikan bentuk kebudayaan tradisional
yang masih bertahan ditengah arus modernisasi. Sehingga dengan demikian hal ini
menjadikan kebudayaan sebagai salah satu dari bentuk aktifitas wisata dengan
menyuguhkan segala bentuk keunikan dari kebudayaan sebagai atraksi wisata.
2.2.2 Nilai Budaya
Nilai-nilai budaya merupakan nilai-nilai yang telah disepakati dan tertanam
dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar
pada suatu kebisaan, kepercayaan, simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang
dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang
terjadi atau sedang terjadi. Nilai-nilai budaya akan tampak pada symbol-simbol,
slogan, moto, visi misi, sesuatu yang Nampak sebagai acuan pokok suatu lingkungan
Suatu nilai apabila sudah membudaya pada diri seseorang, maka nilai itu akan
dijadikan sebagai pedoman atau petunjuk didalam bertingkah laku. Hal ini dapat
dilihat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya budaya gotong-royong, budaya malas,
dan lain-lain. Jadi secara universal, nilai itu merupakan sebagai pendorong bagi
seseorang dalam mencapai tujuan tertentu.
Menurut Thodorson (dalam Warsito 2012 : 98) mengemukakan bahwa nilai
merupakan sesuatu yang abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip-prinsip umum
dalam bertindak dan bertingkah laku. Ketertarikan orang atau kelompok terhadap
nilai menurut Theodorson relative sangat kuat bahkan bersifat emosional. Oleh sebab
itu, nilai dapat dilihat sebagai tujuan kehidupan manusia itu sendiri.
Sedangkan yang dimaksud dengan nilai budaya itu sendiri menurut beberapa
ahli yakni Koentjaraningrat (dalam Warsito 2012 : 99) adalah nilai budaya terdiri
dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar warga
masyarakat dalam hal-hal yang mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada
dalam suatu masyarakat dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena
itu, nilai budaya yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam mengambil
alternative, cara-cara, alat-alat dan tujuan-tujuan pembuatan yang tersedia.
Menurut Clyde Kluckholn (dalam Warsito 2012 : 99) mendefinisikan nilai
budaya sebagai konsepsi umum yang terorganisasi, yang mempengaruhi perilaku
yang berhubungan alam, kedudukan manusia dalam alam, hubungan orang dengan
orang dan tentang hal-hal yang diingini dan tidak diingini yang mungkin berkaitan
Sementara itu Sumaatmadja (dalam Koentjaraningrat 2000 : 180) mengatakan
bahwa “pada perkembangan, penerapan budaya dalam kehidupan, berkembang pula
nilai-nilai yang melekat dimasyarakat yang mengatur keserasian, keselarasan, serta
keseimbangan. Nilai tersebut dikonsepsikan sebagai nilai budaya.”
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dikatakan bahwa setiap individu
dalam melaksanakan aktivitas sosialnya selalu berdasarkan serta berpedoman pada
nilai-nilai atau sistem nilai yang ada dan hidup dalam masyarakat itu sendiri. Artinya
nilai-nilai itu sangat banyak mempengaruhi tindakan dan perilaku manusia, baik
secara individual, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk,
benar salah, patut atau tidak patut. Nilai budaya adalah suatu bentuk konsepsi umum
yang dijadikan pedoman atau petunjuk didalam bertingkah laku baik secara
individual, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar
salah, patut atau tidak patut.
2.2.3 Pengertian Dinamika Kebudayaan
Manusia dan kebudayaan merupakan suatu sekatuan yang tidak dapat
dipisahkan, karena manusia adalah pendukung keberadaan suatu kebudayaan.
Kebudayaan pada suatu masyarakat harus senantiasa memiliki fungsi yang dapat
menunjang pemenuhan kebutuhan bagi para anggota pendukung kebudayaan.
Kebudayaan harus dapat menjamin kelestarian kehidupan biologis, memelihara
ketertiban, serta memberiran motivasi kepada pendukungnya agar dapat terus
Tidak ada kebudayaan yang bersifat statis. Setiap individu dan setiap generasi
melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan semua desain kehidupan sesuai dengan
kepribadian mereka dan sesuai dengan tuntutan zamannya. Terkadang diperlukan
banyak penyesuaian dan banyak tradisi masa lampau yang ditinggalkan karena tidak
sesuai dengan tuntutan zaman baru. Generasi baru tidak hanya mawariskan suatu
edisi kebudayaan baru, melainkan suatu versi kebudayaan yang direvisi.
Kebudayaan pun mengalami perubahan. Perubahan tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor. Pertama, perubahan yang disebabkan oleh perubahan dalam lingkungan alam misalnya, perubahan iklim, kekurangan bahan makanan, atau
berkurangnya jumlah penduduk. Semua ini memaksa orang untuk beradaptasi.
Mereka tidak dapat mempertahankan cara hidup yang lama, tetapi harus
menyesuaikan diri terhadap situasi yang baru.
Kedua, perubahan disebutkan oleh adanya kontak dengan suatu kelompok
masyarakat yang memiliki norma-norma dan teknologi yang berbeda. Kontak budaya
bisa terjadi secara damai, bisa juga tidak, bisa dengan sukarela, bisa juga dengan
terpaksa, bisa bersifat timbal-balik, bisa juga secara sepihak.
Ketiga, perubahan yang terjadi karena discovery (penemuan) dan invention (penciptaan bentuk baru).
Menurut Pasurdi Suparlan (dalam Rafael 2007 : 51) Discovery adalah suatu
bentuk penemuan baru yang merupakan persepsi mengenai hakikat suatu gejala atau
hakikat hubungan antara dua gejala atau lebih. Discovery biasanya membuka
bahwa bukan matahari yang mengelilingi bumi, melainkan bumilah yang
mengelilingi matahari membawa perubahan besar dalam pemahaman manusia tentang
alam semesta. Invention adalah penciptaan bentuk baru dengan mengkombinasikan
kembali pengetahuan dan materi-materi yang ada. Misalnya penciptaan mesin uap,
satelit,dan sebagainya.
Keempat, perubahan yang terjadi karena suatu masyarakat atau suatu bangsa mengadopsi beberapa elemen kebudayaan material yang telah dikembangkan bangsa
lain ditempat lain. Pengadopsian elemen-elemen yang bersangkutan dimungkinkan
oleh apa yang disebut difusi, yakni proses persebaran unsure-unsur kebudayaan dari
masyarakat yang satu ke masyarakat yang lain melalui difusi, misalnya teknologi
computer yang dikembangkan oleh bangsa barat diadopsi oleh berbagai bangsa
didunia. Gejala ini menunjukkan adanya interdependensi erat antara kebudayaan yang
satu dengan kebudayaan yang lainnya. Pengadopsian semacam ini membawa
perubahan-perubahan sosial secara mendasar, karena elemen kebudayaan material
semacam computer, mobil, televisi dan lainnya itu bisa mengubah seluruh sistem
organisasi sosial.
Kelima, perubahan yang terjadi karena suatu bangsa memodifikasi cara
hidupnya dengan mengadopsi suatu pengetahuan atau kepercayaan baru, atau karena
perubahan dalam pandangan hidup dan konsepsinya tentang realitas. Perubahan ini
biasanya berkaitan dengan munculnya pemikiran atau konsep baru dalam bidang
filsafat, ilmu pengetahuan dan agama. Kebudayaan dan peradaban bangsa-bangsa
membawa perubahan dalam seluruh karakter suatu kebudayaan, sebagaimana tampak
dalam transformasi peradaban kuno oleh agama Kristen, dan transformasi masyarakat
bangsa Arab oleh agama Islam. Dalam contoh tersebut para Nabi dan reformator
religious memiliki suatu pandangan baru tentang realitas kehidupan.
Berikut ini beberapa pendapat ahli mengenai definisi kebudayaan yakni :
Sir Edward B. Taylor (dalam Rafael Raga Maran 2007 : 26) Taylor
menggunakan kata kebudayan untuk menunjuk “keseluruhan kompleks dari ide dan
segala sesuatu yang dihasilkan manusia dalam pengalaman historisnya.” Termasuk
disini ialah pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hokum, kebiasaan, dan
kemampuan serta perilaku lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
Robert H. Lowie (dalam Rafael Raga Maran 2007 : 26) kebudayaan adalah
segala sesuatu yang diperoleh individu dari masyarakat mencakup kepercayaan,
adat-istiadat, norma-norma, kebiasaan merupakan keahlian yang diperoleh bukan karena
kreativitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang didapat
melalui pendidikan formal atau informal.
Clyde Kluckhohn (dalam Rafael Raga Maran 2007 : 26) mendefinisikan
“kebudayaan sebagai total dari cara hidup suatu bangsa, warisan sosial yang diperoleh
individu dari grupnya.”
Gillin (dalam Rafael Raga Maran 2007 : 26) beranggapan bahwa “kebudayaan
terdiri dari kebiasaan-kebiasaan yang berpola dan secara fungsional saling bertautan
Keesing (dalam Rafael Raga Maran 2007 : 26) mengemukakan kebudayaan
adalah “totalitas pengetahuan manusia, pengalaman yang terakumulasi dan yang
ditransmisikan secara sosial” atau singkatnya “kebudayaan adalah tingkah laku yang
diperoleh melalui proses sosialisasi.”
Koentjaraningrat (dalam Rafael Raga Maran 2007 : 26) “kebudayaan adalah
keseluruhan system gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.”
Parsudi Suparlan (dalam Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarok 2000 : 28)
menjelaskan bahwa kebudayaan adalah serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk,
resep-resep, rencana-rencana dan strategi-strategi yang terdiri atas serangkaian
model-model kognitif yang dimiliki manusia dan yang digunakan secara selektif
dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud dalam tingkah laku dan
tindakan-tindakannya.
Menurut Soerjono Soekanto (dalam Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarok
2000 : 29) rasa yang meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah-kaidah dan
nilai-nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam
arti luas. Agama, ideologi, kebatinan, dan kesenian yang merupakan hasil jiwa
ekspresi manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat termasuk didalamnya.
Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berfikir orang-orang yang hidup
bermasyarakat yang antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan. Cipta
bisa berbentuk teori murni dan bisa juga telah tersusun sehingga dapat langsung
Rohaniah. Semua karya, rasa, dan cipta semua dikuasai oleh karya orang-orang yang
menentukan kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan sebagian besar atau
seluruh masyarakat.
Dari definisi yang dijabarkan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian kebudayaan yang mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi system idea tau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat. Kebudayaan juga dapat digambarkan untuk melukiskan cara khas
manusia beradaptasi dengan lingkungannya, yakni cara manusia manusia membangun
alam guna memenuhi keinginan-keinginan serta tujuan-tujuan dalam kehidupannya.
2.2.4 Budaya Sebagai Objek Wisata
Dari uraian mengenai suberdaya pariwisata yang telah di bahas sebelumnya,
keunikan kebudayaan merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan
sebagai salah satu atraksi objek wisata. Kegiatan wisata ini kita kenal dengan wisata
budaya.
Wisata budaya merupakan suatu kegiatan wisata yang berorientasi pada
Sebagai negara yang memiliki kekayaan dan keragaman budaya, indonesia memiliki
potensi yang besar dalam mengembangkan parwisata khususnya wisata budaya.
Ada banyak objek budaya yang dapat dimanfaatkan sebagai atraksi wisata
diantaranya adalah :
1. Upacara Adat
Mencakup segala bentuk kegiatan upacara adat yang terdapat pada masyarakat
lokal de daerah wisata budaya.
2. Kesenian Aradisional
Mencakup segala bentuk kesenian asli dari budaya masyrakat setempat, dapat
berupa seni tari, musik, kerajinan tangan.
3. Benda-Benda peninggalan sejarah
Dapat berupa patung arca, rumah adat, peralatan sehari-hari, pakaian, peralatan
kesenian dan lain sebagainya.
4. Sitim Religi
Mencakup sistim kepercayaan norma-norma yang berlaku di dalam suatu
kebudayaan tertentu.
Selain untuk sekedar menikmati atraksi dan keunikan dari kegiatan wisatanya,
Pengembangan suatu objek wisata budaya merupakan salah satu bentuk pendidikan
budaya yang bertujuan untu melestarikan budaya dengan cara mengenalkan kepada
masyarakat mengenai suatu kebudayaan sehingga dapat dipahami dan dicintai
masyarakat. Sehingga kelansungan dari keberadaan suatu budaya akan dapat
Seperti halnya sebuah industri, keberadaan suatu objek wisata di suatu daerah
tertentu sudah pasti diharapkan mampu memberikan kotribusi positif terutama bagi
kesejahteraan masyarakat setempat dan pemerintah. Seperti terbukanya lapangan
pekrjaan bagi masyarakat setempat.
Namun demikian, aktifitas wisata yang menggunakan budaya sebagai atraksi
wisatanya terkadang juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
budaya itu sendiri. Terutama di daerah tujuan wisata budaya. Ini disebabkan oleh
adanya interaksi yang dilakukan secara langsung oleh wisatawan dan masyarakat di
daerah objek wisata budaya. Selain itu juga disebabkan oleh tuntutan pasar pariwisata
itu sendiri yang pada akhirnya memaksa ekspresi kebudayaan lokal untuk
dimodifikasi agar dapat menarik wisatan untuk datang berkunjung.
2.2.5 Wisata Budaya dan Perubahan Nilai
Gejala pariwisata sesungguhnya tidak terlepas dari kebudayaan sebuah
masyarakat. Pada prosesnya, aktifitas pariwisata terutama yang berorientasi pada
kebudayaan akan terjadi kontak kebudayaan dari hasil interaksi wisatawan dengan
masyarakat setempat. Perbedaan kebudayaan yang dimiliki wisatawan dengan
kebudayaan masyarakat pada daerah yang dikunjunginya juga mempengaruhi
interaksi yang terjadi antara wisatawan dan masyarakat setempat. Ketika seorang
wisatawan berkunjung kesuatu daerah maka proses interaksi yang terjadi antara
seseorang atau suatu kelompok wisatawan mengenai kebudayaan masyarakat di
daerah yang dikunjunginya sehingga dengan sengaja atau tidak wisatawan akan
meniru dan membawa nilai-nilai kebudayaan yang dianggap baik dan sesuai dengan
kebudayaan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari. Dan begitu juga
sebaliknya yang terjadi pada masyarakat daerah tujuan wisata.
Namun dalam hal ini, terkadang interaksi yang terjadi antara wisatawan
dengan masyarakat setempat tidak hanya melahirkan suatu nilai positif yang baru
terhadap suatu kebudayaan. Ketiak mampuan wisatawan maupun masyarakat
setempat yang diakibatkan oleh kurangnya pemahaman dalam menilai dan meniru
suatu kebudayaan akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan
kebudayaan terutama di daerah tujuan wisata. Karna ketidak mampuan itu secara
tidak lansung nilai-nilai budaya yang tidak sesuai dengan suatu kebudayaan secara
tidak sengaja tanpa disadari mulai dibiasankan dalam kehidupan sehari-hari baik bagi
wisatawan maupun masyarakat di daerah tujuan wisata. Sehingga pada akhirnya nilai
dasar dari kebudayaan yang dimiliki terutama pada masyarakat setempat lambat laun
akan memudar dan bahkan dapat mengalami kepunahan.
2.2.6 Upaya Pelestarian Budaya
Kelestarian nilai-nilai kebudayaan sangatlah berperan penting dalam menjaga
tatanan kehidupan masyarakat pada satu daerah dimana budaya tersebut berkembang.
Bahkan upaya pelestarian budaya ini menjadi salah satu program penting pemerintah
kerja nya, pemerintah terus berupaya menyadarkan masyarakat akan pentingnya
menjaga dan melestarikan nilai-nilai kebudayaan. Hal ini terbukti dengan adanya
peraturan dan undang-undang yang dikeluarkan pemerintah mengenai kebijakan
upaya pelestarian kebudayaan.
Adapun peraturan dan undang-undang tersebut diantaranya yaitu:
a. Peratuaran Pemerintah No 10 Tahun 1993 Tentang Pelaksanaa UU No 5
Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya
b. Peraturan Bersama Mentri Dalam Negri Dan Mentri Kebudayaan Dan
Pariwisata No 42 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pelestarian Budaya
c. Undan-undang Republik Indonesia No 11 Tahun 2010 Tentang Cagar
BAB III
GAMBARAN UMUM KECAMATAN PANGKALAN SUSU 3.1 Sejarah Kecamatan Pangkalan Susu
Kecamatan Pangkalan Susu merupakan salah satu dari beberapa kecamatan
yang ada di Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Secara terperinci dan mendetail,
sejarah kelahiran dan pertumbuhan maupun perkembangan Kecamatan Pangkalan
Susu tidak diperoleh dengan pasti, namun berdasarkan keterangan yang dikumpul dan
diperoleh dari para orang tua (M.Jali Hg dan Ramli), dapat dikumpulkan
keterangan-keterangan yang di anggap cukup memadai untuk menjadi bahan penulis.
Lebih kurang pada tahun 1890 dan pada waktu itu suasana Pangkalan Susu
masih hutan semak belukar dan pemerintahannya tunduk kepada sultan Langkat di
Tanjung Pura, seseorang yang bernama Tengku Nyak Pekan, telah membuka hutan di
kampong Sei Bemban(sekarang Pulau Kampai), selain menanam lada dan menanam
potensi pertanian lainnya. Merasa perlu memperluas area pertaniannya, maka Tengku
Nyak Pekan bersama keluarganya membuka hutan pula di Pangkalan Soesoe,
sehingga area pertanian diwarnai dengan tumbuhnya pohon lada yang cukup banyak.
Pada tahun 1917, salah satu anak dari Tengku Nyak Pekan yang bernama Kobat,
diangkat oleh Sultan Langkat menjadi ketua dan memimpin di daerah Pangkalan
Soesoe. Dalam perkembangannya , maka Pangkalan Soesoe mulai didatangi para
pendatang dari pesisir/luar untuk mencoba berusaha dibidang pertanian. Pada saat itu
belum ada transportasi darat sehingga para pendatang menelusuri laut dan pantai
Perahu-perahu dan sagor(sampan) mereka ikatkan disebuah pohon rindang
ditepi pantai, selanjutnya lokasi penambatan perahu ini mereka sebut dengan
PANGKALAN dan pohon rindang tempat diikatnya dan ditambatkan sagor(sampan)
tersebut mereka namakan SOERSOER.
Dari hari kehari pertambahan jumlah pendatang semakin banyak untuk
membuka hutan sebagai lahan pertanian. Menurut ceritanya baik dari pemerintah
Belanda maupun masyarakat setempat sendiri, menyebut SOERSOER merasa agak
sulit sehingga sering terucap SOESOE. Pada akhirnya oleh Pemerintah Belanda
ditetapkan menjadi PANGKALAN SUSU hingga sampai sekarang ini. Pada bagian
lain di Pangkalan Berandan pada saat itu berkedudukan seorang Controller yang
membawahi 4 (empat) orang Datuk beserta daerahnya yaitu :
• Datuk Lepan
• Datuk Besitang/Pangkalan Susu
• Datuk Pulau Kampai
Setelah Indonesia Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, dihapuskanlah
pemerintahan Swa Praja atau Zeltbestuur yang diperintah oleh Sultan/Raja-Raja di
Kerisidenan Sumatera Timur, termasuk di Pangkalan Susu. Maka disusunlah
pemerintahan sipil di Wilayah Kerisidenan Sumatera Timur yang terdiri dari 6 (enam)
Kabupaten Langkat dengan bupatinya bernama Bapak Alm.Adna Noer Lubis,
diresmikan tepatnya tanggal 12 April 1946. Dengan dibentuknya Negara Kesatuan
pejabat Pimpinan pemerintahan disemua kabupaten termasuk kabupaten Langkat
yang berkedudukan di Binjai dengan membawahi 3 (tiga) kewedanan termasuk
didalamnya Kecamatan Pangkalan Susu sebagai bahagian dari Kecamatan di
Kewedanan Teluk Haru sehingga dengan demikian dapatlah dianggap bahwa
kehadiran dan tumbuhnya Kecamatan Pangkalan Susu dimulai pada saat tersebut
diatas.
3.2 Letak Geografis Kecamatan Pangkalan Susu
Kota Pangkalan Susu termasuk kedalam wilayah Kabupaten Langkat,
Sumatera Utara. Pangkalan Susu merupakan satu dari 23 Kecamatan yang ada di
Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Wilayah Kecamatan Pangkalan Susu tersebar di
3 (tiga) titik di daratan Sumatera Utara dan pulau-pulau sekitar Teluk Ara seperti
Pulau Sembilan, Pulau Panjang, Pulau Krapu, Pulau Mesjid, Pulau Rawa dan Pulau
Kera. Luas Kecamatan Pangkalan Susu mencapai 151,35 km2 dengan jumlah
penduduk pada tahun 2012 sebanyak 41.923 jiwa, sehingga kepadatan penduduknya
mencapai 227 jiwa per km2.
Batas-batas wilayah Kecamatan Pangkalan Susu yaitu :
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pematang Jaya dan
Kecamatan Besitang.
• Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka.
• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka dan Kecamatan
• Dan di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Berandan Barat
dan Kecamatan Besitang.
Kota Pangkalan Susu meliputi 11 Desa atau Kelurahan, antara lain ialah Desa
Alur Cempedak, Kelurahan Beras Basah, Kelurahan Bukit Jengkol, Desa Pangkalan
Siata, Desa Paya Tampak, Desa Pintu Air, Desa Pulau Kampai, Desa Pulau Sembilan,
Desa Sei Meran, Desa Sei Siur, dan Desa Tanjung Pasir.
3.3 Objek Wisata di Kecamatan Pangkalan Susu
Kecamatan Pangkalan Susu memiliki beberapa objek wisata yang bisa
dikunjungi oleh masyarakat, diantaranya yaitu :
1. Pantai Berawe
Pantai Berawe terletak din Pulau Kampai Kecamatan Pangkalan Susu.
Hamparan pasir putih yang menghadap ke Selat Malaka ini cukup
indah dan nyaman untuk kegiatan wisata bahari. Jilatan ombak laut
yang seperti tak pernah letih menggapai bibir pantai disertai semilir
angin membuat suasasna pantai ini begitu memukau dan mempesona.
Objek wisata ini berjarak lebih kurang 96 km dari Medan atau sekitar
53 km dari Stabat ibu kota kabupaten Langkat. Pengunjung dapat
melalui perjalanan dengan menggunakan bus umum jurusan Medan –
Pangkalan Susu dari terminal Pinang Baris, mereka dapat melanjutkan
Waktu tempuh dari pelabuhan Pangkalan Susu menuju lokasi ini lebih
kurang 45 menit. Selanjutnya anda dapat menikmati keindahan pantai
ini sepuasnya. Disamping Pantai Berawe, pulau ini dikenal sebagai
penghasil terasi berkualitas tinggi yang sangat terkenal di Sumatera
Utara. Terasi ini merupakan produk industry rumah tangga masyarakat
setempat. Para pengunjung pulau kampai juga tidaj akan pulang
dengan tangan kosong. Mereka dapat membeli souvenir berupa barang
kerajinan tangan yang terbuat dari kerang laut.
2. Wisata Mangrove
Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat juga terdapat
kawasan hutan bakau (mangrove) yang dijadikan objek wisata.
Gagasan menjadikan hutan bakau (mangrove) ini sebagai objek wisata
karena di Indonesia sekarang ini sedang dikembangkan sebagai objek
yang mulai diminati wisatawan lokal maupun luar negri, seperti Anyar
Mangrove di daerah Gunung Anyar Rungkut, Jawa Timur.
Langkah awal akan menata kembali kawasan mangrove yang sudah
ada, tetapi selama ini sudah rusak dan berkurang akibat dirambah dan
dijarah, dan ini harus di tata agar hutan mangrove tetap lestari.
Untuk lokasi pengembangan mangrove dipilih kawasan Beras Basah di
Kecamatan Pangkalan Susu yang berbatasan langsung dengan desa
Tanjung Pasir yang sedang membangun Pembangkit Listrik Tenaga
Rencana terpadu yang akan dilakukan adalah membuat zona
pembibitan dan pengembang biakan flora dan fauna, budidaya bakau,
tengar, mata buaya, budidaya biota laut ikan, kepiting, dan udang. Juga
pemanfaatan budidaya tiram mutiara, ternak lebah madu, rumput laut,
lokasi memancing ikan dengan tanaman bira, dan berbagai potensi
lainnya guna mendukung hutan mangrove sebagai objek wisata.
3. Makam Keramat Panjang
Objek Wisata lainnya yang terdapat di Kecamatan Pangkalan Susu
yaitu Makam Keramat Panjang. Makam keramat Panjang merupakan
objek Wisata Ziarah yang terletak di Pulau Kampai Kecamatan
Pangkalan Susu. Objek Wisata ini begitu banyak diminati karena
keunikan dan keanehannya. Keunikannya terletak pada ukuran Makan
tersebut yang panjang hampir 8 (delapan) meter.
Untuk pembahasan lebih lanjut mengenai Makam Keramat Panjang
sebagai tempat tujuan wisata ziarah di Pulau Kampai Pangkalan Susu,
BAB IV
POTENSI MAKAM KERAMAT PANJANG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN WISATA ZIARAH DI PULAU KAMPAI KECAMATAN PANGKALAN SUSU 4.1 Potensi Makam Keramat Panjang Sebagai Objek Wisata
Makam Keramat Panjang merupakan salah satu makam keramat yang berada
di Kabupaten Langkat. Selain itu, Makam Keramat Panjang yang terletak di Desa
Pulau Kampai ini juga memiliki potensi yang sangat besar. Bukan hanya sekedar
tempat untuk berziarah, Makam Keramat Panjang ini juga dapat memberikan
pendidikan-pendidikan tentang sejarah Makam Keramat Panjang ini kepada
pengunjungnya. Dengan adanya wisata ziarah ini, para pengunjung dapat mengetahui
berbagai sejarah yang terdapat pada Makam Keramat Panjang serta asal-usul dari
Makam tersebut.
Dengan adanya wisata ziarah Makam Keramat Panjang ini, masyarakat pun
dapat diberdayakan sehingga dapat memberikan income bagi masyarakat setempat.
Masyarakat diberdayakan untuk menjadi juru kunci dan juga sebagai pengurus
makam sehingga makam tersebut pun tetap terjaga. Dengan potensi yang ada, secara
tidak langsung dapat memasarkan serta memperkenalkan Desa Pulau Kampai
terutama Makam Keramat Panjang yang didukung oleh beberapa objek wisata lainnya
yaitu objek wisata Pantai Berawe dan tempat pengolahan terasi.
4.2 Daya Tarik Wisata Makam Keramat Panjang
Sebagai salah satu Makam Keramat, tentunya Makam Keramat Panjang yang
wisatawan didalam daerah maupun yang berada di luar daerah. Kebanyakan dari
pengunjung berasal dari Kecamatan Pangkalan Susu, Kecamatan Pangkalan
Berandang, Kecamatan Besitang dan daerah-daerah lainnya. Apalagi pada saat musim
hari libur, banyak sekali pengunjung yang mendatangi Makam tersebut sehingga
banyak para pengunjung yang hari antri untuk masuk dan melihat Makam Keramat
Panjang tersebut. Motivasi para pengunjung yang datang pun sangat berbeda-beda
dalam mendatangi Makam Keramat ini. Ada yang datang hanya untuki sekedar
melilah-lihat saja, ada yang datang hanya untuk sekedar berdoa, dan ada pula yang
datang dengan tujuan untuk berziarah.
Karena Makam tersebut merupakan Makam yang Keramat, tentunya ada tata
cara yang harus dipatuhi oleh pengunjung sebelum memasuki area Makam Keramat
Panjang tersebut. Sebagai tempat yang selalu dikunjungi pengunjung, maka di
Makam ini ditetapkan peraturan dan tata tertib untuk para pengunjung yang datang ke
Makam tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan bagi
para pengunjung yang ingin berziarah di lingkungan Makam. Peraturan dan tata tertib
tersebut antara lain :
1. Pengunjung harus berprilaku dan berbusana yang sopan.
2. Melepas sandal/sepatu demi kebersihan Makam.
3. Meminta izin terlebih dahulu kepada penjaga Makam
Setelah beberapa peraturan tersebut dipenuhi, barulah para pengunjung diperbolehkan
Peraturan ini diberlakukan oleh warga setempat agar Makam Keramat
Panjang ini tetap bersih dan tetap terjaga keutuhannya. Sehingga para pengunjung
yang datang ke Makam tersebut merasa nyaman dan khusyuk saat melakukan ziarah.
Oleh sebab itu diperlukan kesadaran bagi setiap pengunjung yang datang untuk selalu
mentaati peraturan yang telah diberlakukan di Area Makam Keramat Panjang. Agar
minat serta daya tarik terhadap Makam Keramat Panjang ini semakin meningkat dan
dapat memberdayakan masyarakat setempat yang tinggal disekitar area Makam
Keramat Panjang tersebut.
4.3 Pengelolaan Objek Wisata Makam Keramat Panjang
Seiring banyaknya para pengunjung yang datang ke Makam ini, tentu saja
para pengelola makam harus senantiasa menjaga dan merawat Makam Keramat
Panjang ini agar selalu bersih sehingga membuat para pengunjung yang datang
merasa nyaman untuk melakukan aktivitas ziarah. Hal itulah yang ditanyakan penulis
kepada kepala desa setempat bapak Buyung Amir. Bapak Buyung Amir menjelaskan
bahwa kenyamanan para pengunjung merupakan hal yang paling utama.
Oleh sebab itu, pada setiap minggunya pengelola dengan rutin membersihkan
area pemakaman tersebut dengan dibantu oleh warga setempat. Makam ini pun sudah
pernah beberapa kali di renovasi dengan mengganti keramik-keramik yang rusak
sehingga makam tersebut tetap utuh. Dana yang digunakan untuk merenovasi makam
tersebut didapat melalui iuran warga yang khusus ditujukan untuk Makam ini. Serta
ada sebagian dana yang didapat melalui sumbangan-sumbangan dari para pengunjung
Walaupun kebanyakan masyarakat setempat sangat peduli dengan Makam
tersebut, ternyata ada beberapa masyarakat setempat yang tidak pedeuli dengan
kebersihan Makam. Bapak Buyung Amir menjelaskan terkadang ada juga warga yang
dengan sengaja membuang sampah di Area makam tersebut dan ada juga yang
sekedar untuk duduk-duduk tetapi masih menggunakan sandal. Bapak Buyung Amir
mengharapkan kesadaran dari semua masyarakat Pulau Kampai agar senantiasa
peduli dengan peninggalan bersejarah ini. Agar kedepannya Makam ini selalu utuh
dan terjaga sehingga semakin banyak pengunjung yang datang serta sedikit
banyaknya membantu perekonomian masyarakat Pulau Kampai. (Buyung
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Makam Keramat Panjang merupakan salah satu makam keramat yang berada
di Kabupaten Langkat. Makam Keramat Panjang ini juga memiliki potensi yang
sangat besar sehingga banyak dikunjungi oleh wisatawan. Selain untuk tempat
berziarah, Makam Keramat Panjang ini pun juga dapat memberikan
pendidikan-pendidikan sejarah kepada para pengunjungnya sehingga para pengunjung juga
mengetahui asal usul dari Makam Keramat Panjang tersebut. Masyarakat pun
diberdayakan dengan adanya makam ini sehingga dapat memberikan income kepada
masyarakat setempat.
Makam Keramat Panjang ini mempunyai keunikan tersendiri dari pada
makam-makam keramat yang lain pada umumnya. Sehingga daya tarik wisatawan
untuk mengunjungi makam ini sangat tinggi. Motivasi para pengunjung yang datang
ke Makam Keramat Panjang ini pun berbeda-beda. Ada yang hanya untuk sekedar
melihat-lihat saja, ada yang datang untuk berdoa, dan tentunya ada juga yang untuk
melakukan ziarah.
Seiring banyaknya pengunjung yang mendatangi Makam Keramat Panjang
ini, tentunya pengelola makam senantiasa harus rutin membersihkan serta merawat
makam agar tetap selalu utuh. Oleh sebab itu, pihak pengelola dengan dibantu oleh
masyarakat setempat selalu rutin untuk sekedar membersihkan makam tersebut
menarik lebih banyak lagi wisatawan yang akan mengunjungi Makam Keramat
Panjang tersebut
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dirangkum dan dari beberapa permasalahan yang
ditemukan, maka penulis menyarankan agar :
1. Harus ada koordinasi yang lebih jelas antara pemerintah dan masyarakat Pulau
Kampai mengenai pengelolaan objek wisata di desa Pulau Kampai.
2. Melalui koordinasi antara pihak pemerintah dan masyarakat agar sesegera
mungkin dapat membentuk struktur yang jelas mengenai pengelolaan objek
wisata desa Pulau Kampai.
3. Pemerintah daerah harus memberikan bantuan dan subsidi serta bekerja sama
dengan masyarakat desa Pulau Kampai dalam hal pengelolaan dan
pemeliharaan objek wisata desa Pulau Kampai.
4. Melalui kegiatan wisata, masyarakat harus mampu mempertahankan dan
melestarikan nilai-nilai kearifan budaya masyarakat desa Pulau Kampai.
5. Masyarakat desa Pulau Kampai harus kritis dan selektif dalam menerima
DAFTAR PUSTAKA
Herimanto dan Winarto 2012. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta : Bumi Aksara. Marpaung, Happy 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Alfabeta.
Pinata, I Gde dan Putu G. Gayatri 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta : Andi. Pinata, I Gde dan Ketut Surya Diarta 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta :
Andi.
Suwantoro, Gamal 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi.
Wiranata, I Gde A. B. 2011. Antropologo Budaya. Bandung : PT Citra Aditya Bangkit.
Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa.
LAMPIRAN
Narasumber
Nama : Buyung Amir
Alamat : Desa Pulau Kampai
Umur : 41 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Kepala Desa Pulau Kampai
Nama : Nurul Fahmi
Alamat : Desa Pulau Kampai
Umur : 44 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Kepala Dusun I Desa Pulau Kampai
Nama : Azwar
Alamt : Desa Pulau Kampai
Umur : 41 Tahun
Agama : Islam