• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS POLA KOMUNIKASI KELOMPOK TERHADAP PENGUASAAN TEKNIK GERAK TARI TRADISIONAL PADA ANAK (Studi Pada Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS POLA KOMUNIKASI KELOMPOK TERHADAP PENGUASAAN TEKNIK GERAK TARI TRADISIONAL PADA ANAK (Studi Pada Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung)"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

Analysis of Group Communication Model in Mastery the Technical Traditional Dance to Children

(A Case Study at Dance Studio Sasana Budaya Bandar Lampung)

By

FITRIA HANI APRINA

This research background is in dance, each dancer must be able to communicate with her group and reachs an understanding and masters the same techniques to achieve a goal. The purpose of this study is: To determine the group communication model in shaping the child’s mastery of the technique of dance movement, then to determine, describe, and explain model communication that occurs between teaching team and children in the group dance studio Sasana Budaya Bandar Lampung, and the last to analyze the effectiveness of group communication model towards mastery of children to understanding dance.

This research uses descriptive qualitative method. Informants in this study were taken by using purposive (intentional). This study also uses group achievement theory. Results showed that the group communication is role to support the understanding of the child in mastering dance. On the analysis of the results of the research has been explained that communication model in the study are : wheel pattern and star pattern. Both patterns are shown to be effective in helping children to exchange information with teachers or other children dancers and resulting understanding and mastery of dance technique.

(2)

PENGUASAAN TEKNIK GERAK TARI TRADISIONAL PADA ANAK (Studi Pada Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung)

Oleh

FITRIA HANI APRINA

Latar belakang penelitian ini adalah dalam seni tari, setiap penari harus mampu berkomunikasi secara kelompok dengan baik dan mencapai suatu kesepahaman dan penguasaan teknik yang sama agar tercapainya suatu tujuan. Tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui peran komunikasi kelompok dalam membentuk penguasaan anak terhadap teknik gerakan tari, kemudian untuk mengetahui, menggambarkan dan menjelaskan pola komunikasi yang terjadi antara tim pengajar dan anak dalam kelompok sanggar tari Sasana Budaya Bandar Lampung, dan yang terakhir untuk menganalisa tingkat efektifitas pola komunikasi kelompok sanggar Sasana Budaya terhadap penguasaan anak dalam memaknai gerak tari.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Informan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik purposive (disengaja). Penelitian ini juga menggunakan Teori Pencapaian Kelompok. Hasil penelitian menunjukan bahwa komunikasi kelompok berperan untuk menunjang pemahaman anak dalam menguasai gerak tari. Pada analisis hasil penelitian telah dijelaskan bahwa pola komunikasi kelompok dalam sanggar ada dua, yaitu : pola roda dan pola bintang. Kedua pola tersebut terbukti efektif dalam membantu anak-anak saling bertukar informasi dengan pengajar atau penari anak lainnya sehingga tercapailah kesepahaman dan penguasaan terhadap teknik gerak tari.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Kota Metro pada tanggal 22 April 1992 dan diberi nama Fitria Hani Aprina. Penulis merupakan puteri kedua dari pasangan M. Haika, BE. dan Rani Junaida, S.IP. dan juga sebagai anak bungsu dari dua bersaudara. Sejak kecil penulis dibesarkan di Kota Metro.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi Kota Metro tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) Pertiwi Teladan Kota Metro pada tahun 2004, Sekolah Menegah Pertama (SMP) Negeri 1 Kota Metro pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Kota Metro pada tahun 2010.

(8)

Berakal dengan hidup sederhana lebih menyelamatkan daripada berharta

tanpa berakal.

(penulis)

Don’t Walk, Run!

(9)

PERSEMBAHAN

Seiring dengan ungkapan penuh rasa syukur kepada Allah SWT,

Kupersembahkan Karya Kecilku ini Untuk :

Ayah dan Ibu tercinta, atas semua kasih sayang, pengorbanan, kesabaran,

didikan, nasehat, bimbingan, panutan, motivasi serta doa yang tidak

pernah putus yang menuntun dan mengasihiku hingga sekarang,

Titahku tersayang, Annesya Novrika Anggraini, semoga semua harapan

dan impian terkabul, menjadi orang sukses dan menjadi kakak yang

melindungi serta menjadi panutan,

(10)

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT berkat rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pola Komunikasi Kelompok Dalam Penguasaan Teknik Gerak Tari Tradisional Pada Anak (Studi Pada Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung). Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin terselesaikan. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT. atas segala kebesaran, kuasa, kesempatan serta petunjuk yang diberikan. Engkau lah Rahmatan lil Alamin. Serta Nabi Muhammad SAW. Semoga kami bisa meneladani akhlak dan perbuatanmu.

(11)

3. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

5. Ibu Andi Windah, S.I.Kom, MComn&MediaSt., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu, memberikan banyak sekali masukan, saran serta bimbingannya. Bapak Toni Wijaya, S.Sos, MA., selaku Dosen Penguji yang telah bersedia membahas skripsi dan meluangkan waktunya. Dengan sabar membimbing, memberi masukan, saran, kritik serta selalu membantu penulis.

6. Keluarga besar Sanggar Sasana Budaya Bandar Lampung. Kak Andi dan Mba Indah. Serta delapan informan penari anak Anindya, Sattiya, Adelia, Jemima, Yeni, Rheasilva, Nirbita dan Amelia.

7. Seluruh staff, administrasi dan karyawan FISIP Unila, khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu penulis.

(12)

selesai. Semoga kamu cepat menyusul dan kita bisa sukses bersama. To be right me and you as ‘we’ is far from easy. Keluarga Siregar. Tante Juna, Cece,

Nenek, Uncu yang kasih semangat untuk segera wisuda. Adik-adik manis nan super Raja, Reza, Alel dan Abay. Terima kasih atas kehangatan keluarga kalian.

10.Keluarga Sanggar Kartini Club. Bunda Candra, Mba Ajeng, Mba Ayu dan Lina. Teman dan penari senior yang juga turut memberikan semangART Kak Ucil, Mba Nova, Ayu Silvia, Mba Sisil, Mba Ning.

11.Sahabat-sahabat SD-SMP. Fina, Miranti, Mentari, Hanna, Devi, Dyta, Arnet, Mahasti, Rendra, Erdit, Gindha dan Riyan. Sahabat SMA. Yunice, Tyas, Ridha, Dafi, Risky dan Fery. Terima kasih atas doa dan semangatnya. Peluk dari jauh!

12.Kakak tingkat Komunikasi. Kak Momon (Ghufron), Kak Boengky, Kak Mia, Kak Dendi dan seluruh senior. Para favorite Kom10. Siti Fatimah (Terima kasih semangat dan canda tawanya selama ini. Manusia yang bisa tau selain

Leni, kalo gw lagi ‘unmood’. Yuk jangan nyerah, kamu juga pasti bisa Cips!),

(13)

kaya bidadari surga dan selalu perfectionist. Terlalu baik jadi orang dan sabar banget sama gw. Pokoknya Dina bisa, pasti bisa. Jangan nyerah.), Ani Annisa Lasmah (Miss Korea, all k-pop, dvd berjalan. Apapun itu dia berbakat jadi penyanyi. Smart, tapi rada jutek walaupun sebenernya dia baik dan royal sekali. Primbon jelek terhadap yang kribo-kribo. Ciye kompre!.), Hesty Prihastuti (Nyonya moody. Bete dikit kena semprot. Tapi hatinya made in ibu peri. Baik banget dan sabar sekali karena udah jadi penolong gw pepancean urus syarat-syarat kompre yang sealaihim tanpa ngeluh. Semangat nyah, November kan ya? Ayolah?), Amalia Nurdin (Suara nyaring, tapi gw selalu dibuat ngakak sama anak ini. Mak lo juga semangat, gak ada yang gak bisa. Terus dikerjain biar kita wisuda bareng.), Fina Yulanda (Si kurus tinggi. Semangat ya dul, hasil keliling kita ngitarin Sukarame dan berurusan dengan para bocah metal itu jangan sampe sia-sia. Go wisuda go!), Pratama Dio Ananto (Laki-laki baik calon uztad. Nolong tanpa pamrih selalu buat tenang dan menenangkan. Ngajarin ilmu agama sekaligus ilmu aneh. Hehe. Cepet kerjain sekelik. Biar langsung ta’aruf sama ukhti idaman.), Oemar Madri Bafadhal (Omes. Yang kribo-kriwel. Melankolis. Cowo branded, super hi-tech, baik dan selalu kasih obrolan ringan tapi smart. Langgeng sama etong

(14)

apapun itu jangan nyerah duluan ya. Tantangan pasti selalu bisa ditaklukan. Semangat di, pasti selesai.), Emirullyta Harda Ninggar (Hai Ata, terima kasih untuk ghibahan-ghibahan yang suka buat ketawa jumpalitan. Semangat ya ta, film aja dianalisis apalagi perasaan doi? Hehe!), Putri Baiq, Tita, Shinta, Beatrixc, Obit, Dewi, Rina, Vie, Tia, Deka, Putri, Atode, Waskito, Aji, Adi, Sigit, Pandu, Ardika, Ahong, Azul (Kaka Micky), Jerican, Jeri Pratama, Chandra, Kak Adit serta anak-anak lain yang gak disebut terima kasih untuk semuanya.

13.Teman-teman Wisma Juwita. Noni Yulia Marna, Kak Fani, Kak Erin, Muti si k-popers, Siti si lugu, Febe, Made, Kadek.

Dari semuanya, penulis mengucapkan sanjungan terima kasih serta juga maaf dengan semua kekurangan dan kesalahan yang pernah dilakukan. Semoga Allah SWT. selalu melindungi, merekatkan, menjaga ikatan persahabatan dan persaudaraan kita, serta memberikan kebaikan di setiap hela nafas hingga akhir nanti. Amiinnnn…

Bandar Lampung, 23 September 2014

Penulis,

(15)

xii

2.7 Tinjauan Tentang Pengertian Penguasaan ... 27

2.8 Penguasaan Teknik Gerak Tari ... 28

2.9 Proses Komunikasi Dalam Tari ... 30

2.10 (Group Achievement Theory) Teori Pencapaian Kelompok... 33

(16)

III. METODE PENELITIAN 4.1 Profil Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung ... 49

4.1.1 Sejarah Terbentuknya Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung ... 49

4.1.2 Struktur Organisasi Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung ... 51

4.1.3 Tujuan Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung ... 53

4.2 Keanggotaan Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung ... 53

4.3 Aktivitas Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung ... 54

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Informan... 58

5.2 Komunikasi Kelompok di Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung ... 64

5.3 Pola Komunikasi Kelompok Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung ... 68

5.4 Penguasaan Teknik Gerak Tari Tradisional Pada Anak ... 72

5.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 74

5.5.1 Komunikasi Kelompok Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung ... 74

5.5.2 Pola Komunikasi Kelompok Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung ... 78

5.5.3 Penguasaan Teknik Gerak Tari Tradisional Pada Anak ... 81

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 88

6.2 Saran ... 90

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Logo Sanggar ... 51

Gambar 2. Tim Pengajar (Kak Andi) ... 59

Gambar 3. Tim Pengajar (Mba Indah) ... 60

Gambar 4. Informan Penari Anak 1 ... 60

Gambar 5 Informan Penari Anak 2 ... 61

Gambar 6 Informan Penari Anak 3 ... 61

Gambar 7 Informan Penari Anak 4 ... 62

Gambar 8 Informan Penari Anak 5 ... 62

Gambar 9 Informan Penari Anak 6 ... 63

Gambar 10 Informan Penari Anak 7 ... 63

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan kutipan dari Kathleen K. Reardon dalam buku “Interpersonal Communication Where Minds Meet” (1987), komunikasi berasal dari bahasa latin

communis atau common dalam bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi

berarti kita sedang berusaha untuk mencapai kesamaan makna, ‘commonness’. Kendala utama dalam berkomunikasi adalah kita sering mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang sama. Oleh karena itu, komunikasi seharusnya dipertimbangkan sebagai aktifitas dimana tidak ada tindakan atau ungkapan yang diberi makna secara penuh, kecuali jika diinterpretasikan oleh partisipan komunikasi yang terlibat. (Sendjaya, 2007: 4)

(20)

informasi, pemeliharaan diri, atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.

Dalam dunia seni, khususnya sanggar tari, komunikasi mempunyai arti penting demi tercapainya kesamaan makna yang dimaksud oleh komunikator (tim pengajar) kepada komunikan (murid). Kehadiran tari dalam kehidupan manusia kiranya sudah sangat lama, dan memiliki fungsi yang berbeda-beda tergantung dari masyarakat tempat tari itu tumbuh.

Pengertian tari menurut Wahyudianto dalam Pengetahuan Tari (2008: 9) merupakan bagian dari kesenian, dan kesenian adalah produk manusia membudaya. Ini menunjukkan bahwa tari adalah produk manusia, melalui olahan tubuhnya yang bergerak dalam ruang dengan kekuatan unsur genetiknya. Biasanya tarian sering dilakukan oleh kelompok secara bersamaan, sehingga melahirkan gerak massal yang selaras dan mempunyai nilai estetika. Oleh karena itu, komunikasi kelompok sangat dibutuhkan dalam seni tari.

(21)

3

menunjang komunikasi verbal mereka dengan mencontohkan gerak tarian dengan menggerakan anggota tubuh.

Berdasarkan pra survey yang telah dilakukan sebelumnya di sanggar tari “Sasana

Budaya” Bandar Lampung, anak-anak memiliki minat yang cukup besar dalam dunia tari. Sejak usia dini mereka sudah mulai bisa menangkap, memahami, serta mengaplikasikan dan merealisasikan gerak yang diajarkan oleh guru mereka. Serta lewat sanggar tari yang mereka naungi, anak-anak sudah mulai mengenal apa itu komunikasi kelompok, siapa itu ketua dan siapa anggota.

William Umboh, seorang koreografer tari anak-anak di Jakarta, mengatakan pada dasarnya anak-anak suka menari. Mereka hanya tidak mengerti konsep gerakannya. Anak-anak cukup kooperatif, karena pada dasarnya anak suka mendengarkan musik. Banyak anak yang suka menari karena menari bisa dijadikan alat melatih kepekaan dan kepercayaan diri. (Sumber : http://areamagz.com/article/read/2013/09/2, diakses tanggal 18 Februari 2014 jam 1:36 WIB)

(22)

Latar belakang terciptanya penelitian ini adalah, penulis tertarik dengan fakta bahwa dalam seni tari, setiap penari harus mampu berkomunikasi dengan baik dan mencapai suatu kesepahaman dan penguasaan teknik yang sama agar tercapainya suatu tujuan. Walaupun berbeda suku, budaya, ras, usia dan agama jika sudah didalam suatu kelompok tari, maka mereka adalah satu. Artinya setiap individu mempunyai tujuan lewat hobi yang sama, yaitu menari.

Penari anak-anak memiliki kepekaan yang berbeda dari orang dewasa. Mereka mudah menangkap dan menyerap dengan baik, tetapi pada dasarnya anak-anak tidak jauh dari dunia bermain. Disaat belajar sekalipun anak-anak tidak bisa sepenuhnya serius dan berkonsentrasi. Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk meneliti sejauh apa usaha tim pengajar mengkomunikasikan maksud dari gerak tari yang akan disampaikan kepada anak-anak. Sehingga anak-anak bisa menerima dan mengaplikasikan gerakan tersebut selaras dengan tujuan dan makna dari gerak tarian.

Alasan penulis memilih sanggar tari “Sasana Budaya” Bandar Lampung sebagai lokasi penelitian berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu:

(23)

5

2. Berdasarkan hasil pra survey dan berdasarkan informasi yang diperoleh dari media online Radar Lampung, sanggar tari “Sasana Budaya” Bandar Lampung tercatat telah banyak memiliki prestasi pada event lomba tari, yang bisa disimpulkan bahwa sanggar ini cukup produktif dan terbilang efektif dalam menjalankan komunikasi dalam kelompoknya. (Sumber : http://www.radarlampung.co.id/read/pendidikan, diakses tanggal 18 Februari 2014 jam 1:34 WIB)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana peran komunikasi kelompok dalam membentuk penguasaan anak terhadap teknik gerakan tari?

2. Bagaimanakah pola komunikasi antara tim pengajar dan anak dalam

kelompok sanggar tari “Sasana Budaya” Bandar Lampung?

(24)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peran komunikasi kelompok dalam membentuk penguasaan anak terhadap teknik gerakan tari.

2. Untuk mengetahui, menggambarkan dan menjelaskan pola komunikasi yang

terjadi antara tim pengajar dan anak dalam kelompok sanggar tari “Sasana

Budaya” Bandar Lampung.

3. Untuk menganalisa tingkat efektifitas pola komunikasi kelompok sanggar

“Sasana Budaya” terhadap penguasaan anak dalam memaknai gerak tari.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu :

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu komunikasi, khususnya terhadap kajian komunikasi kelompok serta diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan peran komunikasi kelompok yang terdapat dalam gerakan tari.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran terhadap penelitian-penelitian terdahulu. Dari hasil penelusuran penelitian terdahulu, diperoleh beberapa masalah yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, yaitu:

(26)

2) Pola Komunikasi Antara Pemain Asing dan Pemain Lokal Dalam Tim Softball. Penelitian ini dilakukan oleh Boengky Pramudya Wijaya, S.I.Kom. Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Fisip Universitas Lampung pada tahun 2011. Hasil penelitiannya adalah pemahaman mengenai cara berkomunikasi dan berinteraksi antara pemain asing dan pemain lokal dalam sebuah tim softball, yang ternyata

mereka semua tidak “pandang bulu” dalam berkomunikasi, komunikasi

yang terjadi antara pemain asing dan pemain lokal tersebut tidak hanya menggunakan bahasa verbal, yang berupa bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, tetapi juga menggunakan bahasa non verbal, pola komunikasi yang terjadi antara pemain asing dan pemain lokal di luar lapangan adalah pola bintang, dan hambatan yang terjadi dalam interaksi dan komunikasi antara pemain asing dan pemain lokal tersebut adalah masalah miss-understanding dalam penggunaan kata dan bahasa.

Dari kedua hasil penelitian terdahulu seperti pemaparan di atas, terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, yaitu pola komunikasi kelompok dan pemahaman teknik yang terbentuk melalui komunikasi verbal dan nonverbal. Akan tetapi dari kedua penelitian tersebut tidak ada yang benar-benar sama dengan masalah yang akan diteliti.

(27)

9

(28)
(29)

11

Adapun titik perbedaan pada penelitian yang akan penulis lakukan adalah: peneliti pertama dan kedua fokus pada Komunikasi Antarpribadi, sedangkan penelitian yang akan saya lakukan fokus pada Komunikasi Kelompok. Dari pemaparan di atas telah jelas mengenai perbedaan dan persamaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan hasil penelitian-penelitian yang sudah dilakukan.

Oleh karena itu penelitian yang berjudul “Analisis Pola Komunikasi Dalam

Kelompok Tari Terhadap Pemahaman Teknik Gerak Tari Tradisional Pada Anak” dapat dilakukan karena masalah yang akan diteliti bukan duplikasi dari penelitian–penelitian yang sebelumnya

2.2 Tinjauan Tentang Pola Komunikasi

Menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia (2002: 885) pola adalah suatu sistem kerja atau cara kerja sesuatu, sedangkan menurut kamus antropologi pola adalah rangkaian unsur- unsur yang sudah mantap mengenai suatu gejala dan dapat dipakai sebagai contoh dalam menggambarkan atau mendeskripsikan gejala itu sendiri. (Suyoto,1985: 327)

(30)

1. Intrapersonal Communication yakni proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa proses pengolahan informasi, melalui pancaindra dan sistem syaraf misalnya berfikir, merenung, mengingat- ingat sesuatu, menulis surat dan menggambar.

2. Interpersonal Communication yaitu komunikasi yang di lakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lain, misalkan percakapan tatap muka, diantara dua orang, surat menyurat pribadi, dan percakapan melalui telepon. Corak komunikasi juga lebih bersifat pribadi, dalam arti pesan atau informasi yang disampaikan hanya untuk ditujukan untuk kepentingan pribadi para pelaku komunikasi yang terlibat.

3. Komunikasi dalam kelompok yaitu kegiatan komunikasi yang berlangsung antara suatu kelompok, pada tingkatan ini setiap individu masing- masing berkomunikasi sesuai dengan pesan dan kedudukannya dalam kelompok bukan bersifat pribadi

(31)

13

5. Komunikasi organisasi adalah mencakup kegiatan organisasi dalam suatu organisasi dan komunikasi antar organisasi, bedanya komunikasi kelompok adalah bahwa sifat komunikasi ini lebih formal dan lebih mengutamakan prinsip-prinsip efisiensi dalam melaksanakan kegiatan komunikasinya.

6. Komunikasi dengan masyarakat luas yaitu pada tingkat kegiatan ini komunikasi ditujukan pada masyarakat luas.

2.3Jenis Pola Komunikasi

Pola komunikasi merupakan model dari proses komunikasi, sehingga dengan adanya berbagai dari proses komunikasi akan dapat ditemukan pola yang cocok dan mudah di gunakan dalam komunikasi. Menurut Canggara (dalam Rakhmat, 2012) pola komunikasi terdiri dari pola komunikasi primer, pola komunikasi sekunder, pola komunikasi linear dan pola komunikasi sirkular.

1) Pola komunikasi Primer

(32)

Bahasa sangat penting dalam berkomunikasi antar manusia , karena bahasa tersebut akan dapat mengungkapkan maksud tertentu. Selain itu dengan bahasa juga menimbulkan dua macam pengertian, yaitu makna denotatif yang berarti makna sesungguhnya dan makna konotatif yang memiliki makna ganda dan terkadang bersifat emosional atau evaluatif yang mengarahkan ke arah negatif.

Sedangkan lambang nonverbal digunakan dalam proses komunikasi dengan menggunakan anggota badan yang meliputi bibir, kepala, tangan,dan jari. Selain itu lambang non verbal dapat berupa gambar, bagan, tabel sebagai alat penyampai pesan. Tetapi kelemahan cara ini lambang non verbal hanya sebagai pembantu, sehingga belum dicapai secara efektif.

2) Pola komunikasi Sekunder

(33)

15

3) Pola Komunikasi Linear

Linear disini mengandung makna lurus, yang berarti perjalanan dari satu titik ke titik lain secara lurus, penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Dalam proses komunikasi ini pesan yang disampaikan akan efektif apabila ada perencanaan sebelum melaksanakan komunikasi. Komunikasi linier dalam prakteknya hanya ada pada komunikasi bermedia, tetapi dalam komunikasi tatap muka juga dapat dipraktekkan, yaitu apabila komunikasi pasif.

(34)

4) Pola Komunikasi Sirkular

Sirkular secara harfiah berarti bulat, bundar, atau keliling. Dalam proses sirkular itu terjadinya feedback atau umpan balik. Dalam pola komunikasi yang seperti ini proses komunikasi berjalan terus yaitu adanya umpan balik antara komunikator dan komunikan. Dengan adanya umpan balik tersebut komunikator akan mengetahui komunikasi berhasil atau gagal yaitu umpan baliknya positif atau negatif. Dengan mengetahui umpan balik itu pula akan diperoleh hasil komunikasi yang lebih baik.

Dalam pola komunikasi sirkular ini umpan balik memang dapat terjadi secara langsung, tetapi dengan mengetahui umpan balik secara langsung ini pula, terutama umpan balik negatif yang mengakibatkan berlanjut atau tidak komunikasi yang telah dijalani. Pola komuniksi sirkular ini dasarkan pada perspektif interaksi yang menekankan bahwa komunikator atau sumber memberi respon secara timbal balik pada komunikator lainnya.

(35)

17

Dalam proses ini pelaku komunikasi baik komunikator maupun komunikan mempunyai kedudukan yang sama, sehingga proses komunikasi dapat dimulai dan berakhir dimana saja. Dengan adanya proses komunikasi yang terjadi secara sirkular, akan memberi pengertian bahwa komunikasi perjalannya secara memutar.

Pola komunikasi kelompok juga terbagi menjadi 4 macam yang terdiri dari (Widjaja,2000: 102) :

1. Pola roda: seseorang dapat berkomunikasi pada banyak orang

Contoh ilustrasi :

Seseorang, biasanya pemimpin, menjadi fokus perhatian. Ia dapat berhubungan dengan semua anggota kelompok, tetapi setiap anggota kelompok hanya bisa berhubungan dengan pemimpinnya.

2. Pola rantai: seseorang berkomunikasi pada seseorang yang lain dan seterusnya

B

A C

D E

(36)

Contoh ilustrasi :

A dapat berkomunikasi dengan B, B dapat berkomunikasi dengan dengan C, C dapat berkomunikasi dengan dengan D, dan begitu seterusnya.

3. Pola lingkar: hampir sama dengan pola rantai namun orang terakhir berkomunikasi pada orang pertama

Contoh ilustrasi :

Setiap orang hanya dapat berkomunikasi dengan dua orang, di samping kiri dan kanannya. Dengan perkataan lain, dalam model ini tidak ada pemimpin.

4. Pola bintang: semua anggota berkomunikasi dengan semua anggota A

B

C

D E

A

B

C D

(37)

19

Contoh ilustrasi :

Disebut juga jaringan komunikasi semua saluran/all channel, setiap anggota dapat berkomunikasi dengan semua anggota kelompok yang lain.

2.4Tinjauan Tentang Tari

2.4.1 Tari Sebagai Seni Estetika

Dari sekian banyak kesenian yang ada di Indonesia, tari adalah salah satu cabang seni yang merupakan bagian yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Hadirnya tari di lingkungan kehidupan manusia bersamaan dengan peradaban manusia tersebut. Sebagai ekspresi seni, tari dapat menjadi sebuah media komunikasi melalui media gerak.

(38)

Kehadiran tari dalam kehidupan manusia kiranya sudah sangat lama, dan memiliki fungsi yang berbeda-beda tergantung dari masyarakat tempat tari itu tumbuh. Maka tidak heran apabila banyak ahli-ahli dalam bidang kesenian khususnya seni tari yang membuat pengertian atau definisi tentang tari dengan penjabaran yang berbeda namun memiliki makna yang hampir sama.

Adapun pengertian tari menurut Pangeran Suryodiningrat, dalam Heni rohayani (2007: 2) : “tari adalah gerakan-gerakan dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu”.

Sedangkan Edy Sedyawati dkk (1986: 73-74), mengemukakan tentang beberapa definisi tari sebagai berikut :

a. Tari adalah gerak-gerak ritmis, baik sebagian atau seluruhnya, dari anggota badan yang terdiri dari pola individual atau berkelompok disertai ekspresi atau sesuatu ide tertentu.

b. Tari adalah paduan pola-pola di dalam ruang yang disusun atau dijalin menurut aturan pengisian waktu tertentu.

c. Tari adalah gerakan spontan yang dipengaruhi oleh emosi yang kuat. d. Tari adalah paduan gerak-gerak indah dan ritmis yang disususun

sedemikian rupa sehingga memberi kesenangan kepada pelaku dan penghayatnya.

(39)

21

Dari beberapa definisi tari yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa tari adalah rangkaian gerak yang dibuat dengan pola tertentu dan memiliki unsur estetis. Tari mempunyai kedudukan yang kuat dalam kehidupan manusia sebagai media komunikasi dalam wujud gerak untuk menyampaikan pesan atau maksud tertentu.

Sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia, tari pun ikut melangkah dan berkembang. Manusia menciptakan tari sesuai dengan ungkapan hidup, dan jika manusia masih mampu untuk mengungkapkan ungkapan hidup dalam wujud gerak, maka tari akan tercipta dan terus berkembang.

(Sumber: http://irfanpandu.blogspot.com/2012/10/pengertian-tari.html, Penulis Irfan Pandu, diakses tanggal 26 November 2013 jam 00.00 WIB)

2.4.2 Tari Tradisional dan Budaya

Seni tradisi merupakan seni yang dihasikan oleh masyarakat secara turun-temurun. Kehadiran kesenian terbentuk atas dasar dukungan masyarakat dalam membentuk serta menciptakan kesenian baru sebagai suatu upaya pemenuhan kebutuhan yang dimiliki oleh masyarakat sebagai penyangga dari keberadaan

kesenian. Sal Murgiyanto mengatakan adalah “tradisi merupakan akar

(40)

Secara etimologis istilah tradisional berasal dari bahasa Inggris tradition yang berarti adat atau kebiasaan secara turun temurun melalui proses pewarisan dari generasi ke generasi sebagai warisan budaya yang luhur. Tradisi merupakan hasil cipta dan karya manusia. Rusliana (1983: 7) dalam buku pengantar Ethnologi I mengatakan :

“Tradisional merupakan pola alihan dari bahasa Inggris tradition menunjukan pengertian yang sama, yaitu adat istiadat artinya tari tradisi merupakan tarian sebagai warisan budaya leluhur yang hidup dan tetap berpijak sesuai dengan adat

kebiasaan yang berlaku pada masyarakat dalam berbagai kegunaan.”

Kelangsungan sebuah tradisi sangat bergantung dari adanya penyegaran atau inovasi yang terus menerus dari para pendukungnya dalam mengembangkan keunikan perorangan, detail, kebiasaan, persepsi intern dan ekstern. Tari tradisi Indonesia mulai ada gejalanya setelah Indonesia merdeka sebagai refleksi kebebasan manusia di segala bidang.

(41)

23

Dengan kata lain, setiap budaya memiliki konsep tersendiri yang menunjukkan bahwa aspek-aspek itu tersusun secara terpadu sehingga membentuk suatu tari atau koreografi yang khas.

2.5 Anak dan Perkembangan Kejiwaan

Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani Psychology yang merupakan gabungan dan kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Secara harafiah psikologi diartikan sebagaiilmu jiwa. Istilah psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan karena jiwa itu merupakan objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak dapat dimungkiri keberadaannya. Dalam beberapa dasawarsa ini istilah jiwa sudah jarang dipakai dan diganti dengan istilah psikis.

Ada banyak ahli yang mengemukakan pendapat tentang pengertian psikologi, diantaranya:

1. Pengertian Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990), Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.

(42)

3. Pengertian Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.

Sedangkan yang dimaksud dengan psikologi anak adalah cabang psikologi yang mempelajari perubahan dan perkembangan stuktur jasmani, perilaku, dan fungsi mental manusia yang dimulai sejak terbentuknya makhluk itu melalui pembuahan hingga menjelang mati.

Psikologi anak sebagai pengetahuan yang mempelajari persamaan dan perbedaan fungsi-fungsi psikologis sepanjang hidup. Serta mempelajari bagaimana proses berpikir pada anak-anak, memiliki persamaan dan perbedaan, dan bagaimana kepribadian seseorang berubah dan berkembang.

Masa Kanak-kanak Awal (Early Chilhood)

(43)

25

Masa Kanak-kanak Akhir (Later Chilhood)

Akhir masa kanak-kanak atau masa anak sekolah ini berlangsung dari umur 6 tahun sampai umur 12 tahun. Selanjutnya Kohnstam menamakan masa kkanak akhir atau masa anak sekolah ini dengan masa intelektual, dimana anak-anak telah siap untuk mendapatkan pendidikan di sekolah dan perkembangannya berpusat pada aspek intelek. Adapun Erikson menekankan masa ini sebagai masa

timbulnya “sense of accomplishment” dimana anak-anak pada masa ini merasa siap untuk menerima tuntutan yang dapat timbul dari orang lain dan melaksanakan atau menyelesaikan tuntutan itu. Kondisi inilah kiranya yang menjadikan anak-anak masa ini memasuki masa keserasian untuk mengenyam dunia pendidikan.

2.6Perkembangan Seni Pada Anak

(44)

Sejak dalam kandungan, anak usia dini sebenarnya telah memiliki rasa kepekaan terhadap seni dan estetika. Oleh sebab itu, terkadang ada wanita yang sedang hamil merasa anak dalam perutnya menjadi tenang setelah diperdengarkan musik karya Mozart. Selain itu, menurut para ahli, sedini mungkin orang tua atau para pendidik anak usia dini dapat mengasah rasa keindahan dan kemampuan seni anak. (Ernawulan Syaodih, Materi Pokok Bimbingan Konseling Untuk Anak Usia Dini, 2011: 2.26)

Kemampuan anak untuk merasakan dan melakukan berbagai keterampilan atau kemampuan seninya dapat ditimbulkan dan dikembangkan sejak dini melalui pelatihan dan bimbingan yang terarah sambil disesuaikan dengan karakteristik belajar anak usia dini yaitu bermain sambil belajar.

Tujuan tari diberikan kepada anak : Umum :

1. Penanaman dan pemupukan jiwa berkebudayaan nasional dalam arti luas. 2. Penanaman dan pengembangan rasa estetiskepada anak.

3. Memberi bimbingan kemampuan anak mengungkapkan rasa estetisnya. 4. Tercapainya ketajaman cipta, halusnya rasa, kuatnya kemauan serta

kemerdekaan jiwa. Khusus :

1. Memberi tempat penyaluran ekspresi gerak. 2. Membina apresiasi seni.

(45)

27

Dari tujuan tersebut jelas bahwa tujuan mempelajari gerak tari berkaitan dengan budi pekerti dan perilaku anak. Untuk itulah anak jangan dipaksakan menerima materi yang tidak sesuai dengan tingkat usia yang dimiliki. Hal ini akan sangat berbahaya bagi perkembangan psikologis anak dalam menapak masa depan. Tari dalam tataran ini harus mampu merangsang dan mengembangkan imajinasi serta memberikan kebebasan bagi anak-anak untuk menemukan sesuatu. (Murgiyanto, 1993: 22)

2.7 Tinjauan Tentang Pengertian Penguasaan

Penguasaan berasal dari kata kuasa yang berarti memiliki kewenangan. Secara hakiki pengertian penguasaan relatif sama dengan penguasaan atas sesuatu obyek. Definisi penguasaan adalah kewenangan untuk mengelola suatu obyek. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008), penguasaan adalah pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan, kepandaian. Menurut Harjanto (2008) bahwa ranah kognitif meliputi enam sub ranah yang disusun mulai dari sederhana yaitu ingatan lalu dilanjutkan pada pemahaman, penerapan, analisis, sintetis, dan evaluasi. Sedangkan pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap pengertian dari sesuatu obyek. Dalam hal ini tidak cukup hanya sampai mengetahui tetapi juga memahamai konsep tersebut dengan baik.

(46)

Jadi ranah penguasaan sudah merupakan integrasi antara pengetahuan dan pemahaman. Dengan demikian konsep penguasaan tari dapat diartikan kemampuan dalam penguasaan materi tari sebagai gambaran keterampilan yang dimiliki seseorang.

(Sumber: http://diglib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-23015-BAB%2520II%2520, diakses tanggal 26 April 2014 jam 22:00 WIB)

2.8 Penguasaan Teknik Gerak Tari

Sebagai praktisi seni tari, sudah menjadi sebuah keharusan untuk memahami dan menguasai dengan baik dan benar mengenai teknik dan filosofi dari tari itu sendiri. Dengan pembelajaran dan informasi dari sumber-sumber terpercaya, lambat laun tari akan menjadi sebuah kebutuhan dan disiplin dalam setiap praktisi yang memiliki pemahaman dalam setiap jiwa. Pengetahuan-pengetahuan inilah yang harus diberikan kepada masyarakat luas dan memberikan edukasi yang benar tentang tari mulai dari sejarah dan filosofi yang terkait di dalamnya.

(47)

29

Gerak di dalam tari adalah gerak yang indah. Yang dimaksudkan dengan gerak yang indah adalah gerak yang telah diberi sentuhan seni. Gerak-gerak keseharian yang telah diberi sentuhan seni akan menghasilkan gerak yang indah. Misalnya gerak berjalan, lari, mencangkul, menimba air di sumur, memotong kayu dan sebagainya, jika diberi sentuhan emosional yang mengandung nilai seni, maka gerak-gerak keseharian tersebut akan tampak lain. Gerakan tari yang indah membutuhkan proses pengolahan atau penggarapan terlebih dahulu, pengolahan unsur keindahannya bersifat stilatif dan distortif : (Wahyudianto, 2008: 17)

1. Gerak Stilatif

Gerak yang telah mengalami proses pengolahan (penghalusan) yang mengarah pada bentuk-bentuk yang indah.

2. Gerak Distorsif

Pengolahan gerak melalui proses perombakan dari aslinya dan merupakan salah satu proses stilasi.

(48)

2.9 Proses Komunikasi Dalam Tari

Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, jalan hidup manusia dilakukan tentu saja dengan cara berkelompok. Pada hakikatnya, bila manusia berada dalam keadaan sendiri atau hidup sendiri, yang akan terjadi adalah perasaan tidak berarti yang membuat hidup terasa sulit, terutama untuk dapat bertahan hidup dalam atmosfer dunia yang penuh dengan saling keterkaitan.

Manusia dalam hidupnya, memiliki kepentingan untuk selalu memenuhi kebutuhannya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan biologis seperti makan dan minum, serta memenuhi kebutuhan psikologis seperti kesuksesan dan kebahagiaan, manusia membutuhkan komunikasi antara yang satu dengan yang lain. Para pakar psikologi berpendapat, kebutuhan utama manusia terkait dengan kegiatan yang dilakukan untuk menghadirkan jiwa yang sehat. Pada proses kegiatan tersebut,manusia membutuhkan hubungan sosial yang baik dan benar, khususnya bersifat ramah. Kebutuhan ini dapat terpenuhi dengan sempurna bila manusia membina komunikasi yang baik dengan manusia lainnya.

(49)

31

Melalui bahasa tubuh (gerak), seni tari merupakan media komunikasi. Tari menjadi simbol pencerahan. Melalui perayaan ritual maupun hiburan, di dalamnya terkandung spirit akan identitas yang merupakan perwujudan dari suatu filosofi, nilai dan bentukan sejarah, serta tradisi dan budaya tertentu. Seni tari merupakan salah satu wahana ekspresi, sebuah proses harmonisasi tubuh dan pikiran melalui gerakan.

Menurut Onong Uchjana Effendy, proses komunikasi pada intinya terbagi menjadi empat tahap, salah satunya terjadi secara sirkular. Proses komunikasi secara sirkular adalah terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus komunikan ke komunikator. Sirkular secara harfiah berarti bulat atau bundar. (Effendy, 2007: 15)

Konsep umpan balik ini sangat penting dalam proses komunikasi, karena dengan terjadinya umpan balik komunikator dapat mengetahui apakah komunikasinya itu berhasil atau gagal, dengan kata lain apakah umpan baliknya itu positif atau negatif. Komunikasi kelompok ini dilakukan secara tatap muka langsung. Dalam situasi tatap muka, komunikator akan mengetahui tanggapan komunikan pada saat komunikator sedang menyampaikan pesannya. Umpan balik atau feedback jenis ini dinamakan immediate feedback (umpan balik seketika atau umpan balik langsung).

(50)

Prosesnya terjadi pada saat briefing atau pemberian arahan dan pemahaman sebelum dan setelah latihan tari, seorang pengajar akan menyampaikan pesannya berupa arahan kepada beberapa anggota lainnya kemudian para anggota akan menanggapi pesan tersebut dengan mengajukan beberapa pertanyaan jika merasa kurang jelas. Proses ini akan terus berlangsung hingga timbul sebuah pemahaman baik dari para anggota maupun dari pengajar itu sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa keberhasilan komunikasi kelompok dalam suatu kelompok tari salah satunya yaitu dengan mengadakan briefing sebelum dan sesudah latihan tari. Hal ini dikarenakan, pada saat briefing terjadi proses komunikasi antara pengajar dan penari anak. Dari situ dapat diketahui bagaimana feedback itu dapat berlangsung segera sehingga pada akhir briefing akan mencapai evaluasi yang diinginkan.

(51)

33

2.10 Group Achievment Theory (Teori Pencapaian Kelompok)

Berkaitan dengan produktivitas kelompok atau upaya-upaya untuk mencapainya melaui pemeriksaan masukan dari anggota (member input), variabel-variabel yang perantara (mediating variable), dan keluaran dari kelompok (group output). Masukan dari anggota kelompok dapat diidentifikasi sebagai perilaku, interaksi dan harapan-harapan (expectation) yang bersifat individu. Sedangkan variabel-variabel perantara merujuk pada struktur formal dan struktur peran dari kelompok seperti status atau norma dan tujuan-tujuan kelompok. Dan yang dimaksud dengan keluaran atau output kelompok adalah pencapaian atau prestasi dari tugas atau tujuan kelompok. Produktivitas dari suatu kelompok dapat dijelaskan melalui konsekuensi perilaku, interaksi dan harapan-harapan (input variable) mengarah pada struktur formal dan struktur peran (mediating variables) yang sebaliknya variable ini mengarah dari produktivitas, semangat dan keterpaduan (group achievement). (Djuarsa, 1994: 113)

Menurut Stogdill (1959) menganggap bahwa teori-teori tentang kelompok pada umumnya didasarkan pada konsep tentang interaksi yang memiliki kelemahan teoritis tertentu. Maka dari itu, Stogdill mengajukan teori prestasi (pencapaian) kelompok. Teori ini menyertakan masukan (input), variable media, dan prestasi (output) dari suatu kelompok.

(52)

Proses terjadinya dalam kelompok dimana dimulai dari masuikan ke keluaran melalui variable-variabel media. Dalam teori ini akan terdapat umpan balik (feedback).

Faktor yang mempengaruhi suatu kelompok, yaitu : a. Masukan dari anggota

Kelompok adalah suatu sistem interaksi yang terbuka. Struktur dan kelangsungan sistem sangat bergantung pada tindakan-tindakan anggota dan hubungan antara anggota.

Tiga elemen penting yang termasuk dalam masukan anggota :

1. Interaksi sosial, hubungan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang terdiri atas aksi dan reaksi antara anggota-anggota kelompok yang berinteraksi.

2. Hasil perbuatan yang dapat diaplikasikan dalam bentuk kerja sama, berencana, menilai, berkomunikasi, membuat keputusan. 3. Harapan, kesediaan untuk mendapatkan suatu penguat, fungsi dari

harapan ini adalah sebagai dorongan (drive), perkiraan tentang menyenangkan atau tidaknya hasil, dan perkiraan tentang kemungkinan hasil itu akan benar-benar terjadi.

b. Variabel media

(53)

35

1. Struktur formal (struktur formal mencakup fungsi dan status dimana kelompok terdiri atas individu-individu yang masing-masing membawa harapan dan perbuatannya sendiri).

2. Struktur peran (struktur peran mencakup tanggung jawab dan otoritas dimana individu yang menduduki posisi tertentu hampir tidak berpengaruh pada status dan fungsi posisi tersebut).

c. Prestasi kelompok

Prestasi kelompok merupakan tujuan dari kelompok. Tiga unsur yang menentukkan prestasi kelompok :

1. Produktivitas (derajat perubahan harapan tentang nilai-nilai yang dihasilkan oleh perilaku kelompok).

2. Moral (derajat kebebasan dari hambatan-hambatan dalam kerja kelompok menuju tujuannya).

3. Kesatuan (tingkat kemampuan kelompok untuk mempertahankan struktur dan mekanisme operasinya dalam kondisi yang penuh tekanan (stress) ). (Sarlito Wirawan, 2002)

Input variable dalam penelitian ini berupa interaksi antara tim pengajar kepada

(54)

Keluaran atau output kelompok yang dimaksud adalah pencapaian atau prestasi dari tugas atau tujuan kelompok. Berdasarkan pra survey yang telah dilakukan

pada sanggar tari “Sasana Budaya” Bandar Lampung telah terbukti adanya pencapaian dan tujuan kelompok atau prestasi-prestasi yang sudah diraih. Oleh karena itu penulis menggunakan metode Group Achievement Theory dalam penelitian ini.

2.11 Kerangka Pikir

Komunikasi dibutuhkan dimana saja termasuk dalam tari, apalagi dalam kelompok tari. Komunikasi kelompok menjadi salah satu faktor dalam sukses atau tidaknya prestasi suatu kelompok tari. Komunikasi kelompok membuat hubungan antar pengajar dan anggota terjalin dengan baik. Komunikasi ini dapat terjadi di dalam maupun di luar sanggar. Apabila komunikasi kelompok dapat berjalan dengan lancar, maka kondisi suatu kelompok tari akan baik pula.

Dalam penelitian ini menggunakan teori pencapaian kelompok (group achievement theory).

 Teori ini berkaitan dengan produktivitas kelompok atau upaya untuk mencapainya melalui pemeriksaan masukan dari anggota (member input), variabel perantara, dan keluaran dari kelompok.

(55)

37

Seperti yang telah dibahas dalam latar belakang bahwa anak merupakan peminat yang cukup besar dalam tari. Hal ini berdasarkan pra survey yang telah dilakukan pada sanggar tari “Sasana Budaya” Bandar Lampung. Anak-anak menyukai tari karena mereka bisa mengekpresikan diri dan menyalurkan bakat dan hobi mereka dalam dunia seni.

(56)

Bagan 1. Kerangka Pikir

Penguasaan Teknik Pada Gerak Tari

Komunikator

Guru Tari

Komunikan

Anggota Anak

Pola KomunikasiKelompok

Group Achievement Theory

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

(58)

Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperimen.

Seperti pendapat yang dikemukakan Bogdan dan Taylor (1975) dalam Maleong

(2002: 3) yang menyatakan “metode kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisan maupun tertulis dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan kata lain, penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena merupakan penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.

(59)

41

3.2Definisi Konsep

Untuk menghindari penyimpangan dan memberi arah dalam menafsirkan konsep-konsep yang ada, maka dalam penelitian ini dirumuskan definisi konsep-konseptual sebagai berikut :

1. Komunikasi Kelompok

Komunikasi Kelompok adalah interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Komunikasi kelompok yang yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu aktivitas interaksi yang selalu dilakukan sebelum dan sesudah menari sebagai sarana penyampaian pesan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar, prinsip, teknik-teknik dan berbagai pengetahuan lainnya, biasanya dalam bentuk percakapan langsung dan bisa juga dalam bentuk kelompok kecil.

2. Pola Komunikasi Kelompok

(60)

Pola komunikasi kelompok juga terbagi menjadi 4 macam yang terdiri dari pola roda, pola rantai, pola lingkar dan pola bintang. (Widjaja,2000: 102)

3. Penguasaan Teknik Gerak Tari

Penguasaan merupakan suatu obyek yang berhubungan dengan pembelajaran lebih tertuju pada materi yang bersifat teoritis maupun praktek dan merupakan suatu proses atau cara untuk memahami suatu bidang pengetahuan atau keterampilan tertentu. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan penguasaan yaitu proses perbuatan yang diawali dengan proses mengetahui kemudian mengerti dengan baik dan benar berbagai pesan yang disampaikan yang berisi pengetahuan dasar, teknik-teknik dan tata cara, serta berbagai pengetahuan lainnya mengenai seni tari, serta dapat mempraktekannya kembali.

3.3Fokus Penelitian

(61)

43

Penelitian ini akan difokuskan pada :

1. Komunikasi kelompok sanggar tari “Sasana Budaya” Bandar Lampung, dengan indikator penilaian jumlah interaksi antara pengajar dan penari anak, proses penyampaian pesan tari kepada penari anak, dan mengetahui sejauh mana komunikasi verbal dan non verbal dalam proses mengajar.

2. Pola komunikasi kelompok sanggar tari “Sasana Budaya” Bandar Lampung, dengan indikator penilaian peran pemimpin terhadap keaktifan penari anak, dan sistem komunikasi penari anak kepada pengajar.

3. Penguasaan teknik gerak tari pada anak di sanggar tari “Sasana Budaya” Bandar Lampung, dengan indikator penilaian feedback penari anak kepada pengajar, frekuensi dapat mengulang gerakan tanpa bimbingan dari pengajar, dan mengetahui kendala dalam proses mengajar.

3.4 Penentuan Informan

(62)

Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah anggota (guru dan penari anak)

dari sanggar tari “SasanaBudaya” Bandar Lampung dengan kriteria sebagai berikut : 1. Informan memiliki pengetahuan yang cukup banyak mengenai teknik-teknik

tari serta mampu mempraktekkan teknik-teknik tersebut dengan baik dan benar.

2. Informan memiliki pengaruh didalam sanggar tari dan memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik.

3. Informan merupakan anggota yang aktif mengikuti latihan dan aktivitas tari.

Berdasarkan kriteria yang disebutkan diatas dan hasil pra survey yang dilakukan penulis, maka yang menjadi informan dalam penelitian ini terdapat 10 orang.

Alasan pemilihan informan dalam penelitian ini adalah :

1. Dua orang pengajar yang mempunyai kewajiban dalam menginformasikan dan mengajarkan teknik-teknik tari kepada murid, memiliki pengaruh di dalam sanggar tari karena memegang peranan penting dalam keberlangsungan sanggar tari tersebut, dan selalu aktif mengikuti setiap kegiatan sanggar tari.

(63)

45

Dengan kriteria anak yang duduk dikelas 4-5 SD (berdasarkan tinjauan pustaka masa anak sekolah ini salah satunya berlangsung dari umur 10 – 11 tahun), dan minimal telah menjadi anggota sanggar selama 3 – 8 tahun.

Tabel 2. Kriteria Informan dan telah menjadi anggota selama 3-8 tahun

(64)

3.5 Jenis Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara yang diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sebagai data pendukung data primer dari literatur dan dokumen serta data yang diambil dari sanggar tari dengan permasalahan dilapangan yang terdapat pada lokasi penelitian berupa bahan bacaan, bahan pustaka, dan laporan-laporan penelitian.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data diantaranya :

1. Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan berkaitan dengan bentuk

komunikasi kelompok dalam sanggar tari “Sasana Budaya”. Wawancara ini

(65)

47

2. Observasi

Yaitu pengumpulan data yang penting dalam penelitian ilmiah dengan melakukan pengamatan, pencatatan, serangkaian perilaku dan sebagainya secara langsung. Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan mengamati

secara langsung ke objek penelitian yaitu sanggar tari ”Sasana Budaya”.

Observasi dapat dilakukan saat penari sedang menjalani latihan atau perlombaan.

3. Dokumentasi dan Studi Pustaka

Yaitu penggunaan bahan dokumenter yang diperoleh dari tempat latihan atau perlombaan ataupun dari penari itu sendiri berupa data yang relevan dengan penelitian dan pengumpulan data dari berbagai literatur pendukung.

3.7 Teknik Analisis Data

(66)

Data yang diperoleh dari lapangan dilakukan analisis melalui tahap-tahap sebagai berikut :

Tahap Pertama : Kategorisasi dan mereduksi data, yaitu melakukan pengumpulan terhadap informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian, selanjutnya data dikelompokkan sesuai dengan topik masalah.

Tahap Kedua : Data yang dikelompokkan selanjutnya disusun yang disesuaikan dan diklarifikasi untuk mempermudah peneliti dalam menguasai data dan tidak terbenam dalam setumpuk data.

Tahap Ketiga : Melakukan interpretasi data yaitu menginterpretasikan atau menafisirkan informasi terhadap masalah yang diteliti.

(67)

49

BAB IV GAMBARAN UMUM

4.1 Profil Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung

4.1.1 Sejarah Terbentuknya Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung

Seiring dengan pesatnya perkembangan disegala bidang, maka berbagai dampak pembangunan juga mempengaruhi masyarakat di daerah, khususnya bagi generasi muda di daerah Lampung. Terutama berhubungan dengan hal seni dan budaya yang berasal dari luar negeri dimana budaya tersebut kurang sesuai dengan kondisi negara kita.

(68)

Saat ini telah banyak berdiri sanggar-sanggar tari di Bandar Lampung. Bahkan sekolah atau jurusan di Perguruan Tinggi juga telah mengembangkan studi pendidikan tari yang bertujuan untuk mengembangkan dan melestarikan budaya daerah tanpa meninggalkan kekhasan budaya Lampung itu sendiri.

Proses terbentuknya Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung berawal dari pemilik sanggar yaitu pasangan suami istri, Ahmad Afandi dan Indah Afriyani. Secara kebetulan keduanya merupakan alumni penari Kota Bandar Lampung. Pada suatu hari, ada sekelompok anank yang ingin private tari dengan mereka, lambat laun semakin banyak kelompok anak yang meminta private tari untuk event tertentu. Banyaknya desakan dari wali murid anak-anak yang mereka bina, oleh karena itu pada tanggal 05 April 2006 didirikan Sanggar Tari Sasana Budaya yang bersifat independen dan tidak berafiliasi dengan salah satu partai manapun.

Semakin hari semakin banyak anak-anak yang minat bergabung dalam sanggar mereka. Sehingga mereka putuskan diawal tahun 2009 latihan tari berdomisili di PKOR Wayhalim Bandar Lampung, Gedung A. Tetapi untuk kepentingan lain-lain sanggar ini beralamatkan di Jalan Teratai 21 Kedaton Bandar Lampung 35148. Telepon : 0721-707536 No. Hp : 085669700481; 085669752183; 085768359275

(69)

51

Logo yang terlihat sederhana ini diharapkan dapat mewakili identitas sanggar dan menghantar visi serta misi sanggar dalam menggapai sukses.

Berikut gambar logo Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lamppung :

4.1.2 Struktur Organisasi Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung

(70)

Bagan 2. Struktur Organisasi Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung

Pembina

Drs. M. Hisyam Siswoyo

Ketua Ahmad Afandi

Wakil Ketua Eka Mutia Mirza

Sekretaris Sri Handayani

Bendahara Indah Afriyani

Widyastuti

Seksi Pelatihan Yuliana

Seksi Humas Hanna Difetra Al-Fath

(71)

53

4.1.3 Tujuan Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung

Dalam sebuah organisasi atau komunitas pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut sangat penting sebagai bukti eksistensi dan target pencapaian dari organisasi atau komunitas. Hal ini menjadi pedoman bagi organisasi atau komunitas untuk menjalankan eksistensinya di masyarakat. Begitu juga dengan Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung, dalam setiap aktivitasnya memiliki tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan dari Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung, yaitu :

1. Mengarahkan anak-anak sejak dini untuk menyenangi seni dan budaya, baik yang menyangkut seni tari maupun musik tradisional daerah Lampung, disamping memupuk rasa percaya diri.

2. Mengarahkan dan membekali anak-anak sejak dini agar tidak terjerumus kedalam tindakan yang negatif, seperti minuman keras dan narkoba.

3. Melestarikan budaya daerah guna menunjang budaya nasional.

4.2Keanggotaan Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung

(72)

Banyaknya pencapaian prestasi yang diraih, membuat Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung dikenal banyak orang. Awal berdiri, sanggar hanya memiliki 10 anggota. Lalu bertambah menjadi 30 anak dalam waktu dua bulan. Sampai sekarang di tahun 2014 Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung mempunyai anggota kurang lebih sebanyak 450 (empat ratus lima puluh) orang mulai dari tingkat TK, SD, SMP, SMA, Mahasiswa, sampai dengan masyarakat umum.

4.3Aktivitas Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung

Kegiatan utama di Sanggar Sasana Budaya Bandar Lampung ini adalah mengadakan latihan rutin. Para anggota diberikan pelajaran dan pelatihan seni musik yang meliputi berbagai macam musik tradisional Lampung dan seni tari oleh para pelatih yang sudah berpengalaman dengan tujuan untuk mempelajari dan menguasai teknik serta gerakan tari. Kegiatan latihan rutin ini juga menjadi sarana untuk membina hubungan diantara sesama anggota sekaligus sarana menyalurkan bakat tari.

Waktu pelatihan satu minggu 3 kali, yaitu :

a. Hari Selasa pukul 14.00–16.00 WIB (istirahat 5-10 menit) bertempat di Gedung A PKOR Wayhalim

b. Hari Jumat pukul 14.00–16.00 WIB (istirahat 5-10 menit) bertempat di Gedung A PKOR Wayhalim

(73)

55

Aktivitas rutin ini dimulai dari olah tubuh (pemanasan). Hal ini dilakukan agar anak-anak relaks dan menghindari cidera saat menari. Dimulai dari melemaskan otot-otot tangan, jari, badan hingga kaki serta melakukan gerakan tari sederhana seperti ukel, mendak dan bit. Dilanjutkan dengan pengenalan gerakan, seorang pelatih (Kak Andi) berdiri didepan dan mencontohkan gerakan tanpa musik lalu anak-anak mengikuti. Tahap selanjutnya mengulangi gerakan dengan musik bersama pelatih. Terakhir, pengulangan gerakan tanpa pelatih dan sesi tanya jawab seputar gerakan yang belum mengerti.

Berbagai kegiatan telah diikuti baik dalam rangka festival, lomba, pentas seni maupun pada acara resmi yang bersifat daerah maupun nasional. Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung pernah mengikuti Festival Nasional Tari Kreasi Anak-Anak 2013 di Surabaya Jawa Timur dan mendapat predikat Juara Umum. Dan pada bulan Mei 2014, anak-anak mengikuti audisi Indonesia Mencari Bakat (IMB) di Jakarta. Sayangnya mereka belum beruntung untuk dapat lolos ke tahap yang lebih lanjut. Selain kegiatan tersebut, Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung dari awal berdiri hingga sekarang telah banyak berpartisipasi dalam lomba tari.

(74)

Tabel 3. Daftar Prestasi Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung

No. Prestasi

1. Juara Harapan II Modern Dance Lotus 2007 2. Juara II Tari Dangdut Melayu HUT PKKBI 3. Festival Teluk Stabas 2008

4. Juara II Modern Dance SDB Fair Banten Expo 2008 5. Juara I Tari Daerah 2008

6. Festival Tari Melayu Nusantara di Palembang 2008 7. Juara I Festival Tari Anak Ceria 2009

8. Juara Harapan I Modern Dance Millenium 2009 9. Festival Teluk Stabas 2009 Banten Expo 2009 10. Juara III Tari Kreasi Modern 2010

11. Juara I Lomba Tari Tradisi 2010 12. Pembukaan Festival Krakatau 2010 13. Festival Legian Beach Bali 2010 14. Penutupan Lampung Fair 2012

15. Juara II Modern Dance Sophie Paris 2011 16. Penutupan Lampung Fair 2012

(75)

57

21. Pendukung Acara Pemilihan Top Model 2012 22. Juara Harapan II Modern Dance 2012

23. Juara Harapan III Tari Kreasi 2012 24. Juara Harapan I Tari Kreasi 2012 25. Juara Harapan II Modern Dance 2012 26. Juara Harapan III Modern Dance 2012 27. Juara Harapan I Modern Dance Anak 2012 28. Juara Harapan II Modern Dance Anak 2012 29. Juara Harapan III Modern Dance Anak 2012 30. Juara II Lomba Tari Tradisi 2013

31. Juara I Tari Kreasi 4-6 Tahun 2013

32. Juara III Dance Competition Ramayana 2013

(76)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dengan informan yaitu pengajar dan penari anak, maka didapatkan kesimpulan dari analisis pola komunikasi kelompok dalam penguasaan teknik gerak tari tradisional pada anak sebagai berikut :

1. Komunikasi kelompok yang dilakukan oleh pengajar dan penari anak dapat membentuk penguasaan teknik gerak tari tradisional. Komunikasi kelompok digunakan untuk menyampaikan pesan dan memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan untuk membentuk penguasaan teknik gerak tari yang diharapkan.

2. Terdapat dua pola komunikasi yang terjalin dalam aktivitas sanggar, yaitu : a. Pola roda. Pola ini terjadi saat proses mengajar dimulai. Digunakan

(77)

89

b. Pola bintang. Pola ini terjadi saat sesi evaluasi (tanya jawab) berlangsung. Dimana semua anggota baik pengajar maupun penari anak dapat berkomunikasi dengan siapa saja tanpa ada batasan siapa pemimpin dan siapa anggota.

3. Terdapat 4 manfaat komunikasi kelompok dalam sanggar a. Sebagai penguat pesan dan penjelas pesan.

b. Sebagai media tukar menukar informasi, pikiran, pengalaman dan pengetahuan tentang tari.

c. Sebagai media untuk membina hubungan pertemanan dan kekeluargaan.

d. Mengatasi konflik-konflik pribadi yang dapat merusak hubungan pertemanan dan kekeluargaan yang berimbas pada kekompakan saat menari secara berkelompok.

(78)

5. Efektivitas komunikasi kelompok dalam menganalisis pola komunikasi kelompok terhadap penguasaan teknik gerak tari tradisional pada anak selalu mengacu pada teori pencapaian kelompok. Didalamnya terdapat komponen-kompenen yang menentukan suatu pencapaian dalam kelompok. Dengan kerjasama yang baik, maka akan tercipta penguasaan terhadap gerak tari yang sempurna, sehingga penguasaan yang sempurna akan menghantarkan tercapainya prestasi-prestasi yang membanggakan. Hal tersebut sudah menjadi bukti bahwa pola yang ada dalam sanggar sangat efektif dalam mencapai penguasaan tari pada anak.

6.2 SARAN

Saran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kajian komunikasi kelompok dalam sanggar tari diharapkan agar lebih objektif dalam melihat sudut pandang masalah dari segi positif dan negatif. Sehingga penelitian ini menjadi bijaksana dengan melihat kelebihan dan kekurangan dari komunikasi kelompok itu sendiri.

(79)

91

Kata atau kalimat-kalimat yang menjelaskan tentang suatu gerak memudahkan anak untuk menangkap dan menggerakan tubuh mereka. Selain visual yang mereka lihat dari contoh gerak tubuh pengajar, anak menangkap media audio berupa suara yang membantu menerjemahkan gerakan tersebut. Sehingga dapat mendukung penguasaan teknik gerak tari tradisional pada anak.

3. Kepada tim pengajar disarankan untuk mengembangkan lagi kekuatan komunikasi anak-anak. Penari anak usia SD sudah memiliki kemampuan untuk berbicara dan mengutarakan ide-ide yang mereka punya. Pencapaian prestasi yang diperoleh selama ini atas tujuan dan gagasan pokok dari tim pengajar. Adakalanya sewaktu-waktu tim pengajar mengadakan forum terbuka, agar penari anak berani mengkomunikasikan ide-ide kreatifnya. Selain melatih anak berkomunikasi dalam forum, metode ini juga memberikan sumbangsih kepada sanggar, sebagai pencapaian-pencapaian baru yang bersumber dari penari anak.

(80)

Hubungan yang terjalin saat mengobrol bersama-sama menumbuhkan rasa saling mengerti dan memahami satu sama lain. Ini sangat membantu guna menghindari konflik.

5. Kepada penari anak penulis sarankan untuk memanfaatkan waktu istirahat yang tersisa dengan berkumpul dengan teman-teman lainnya. Membicarakan dan mendiskusikan gerakan. Sambil latihan bersama, bergerak bersama-sama. Hal ini bisa membantu sebagai pengingat tambahan, menggantikan waktu latihan yang terpecah konsentrasinya karena kondisi yang gaduh.

(81)

DAFTAR PUSTAKA

Djuarsa Sendjaja, Ph.D. dkk. 1992. Teori Komunikasi Materi Pokok IKOM 4230/ 3 SKS. Modul 1-9.

Ernawulan Syaodih, Mubiar Agustin. 2011. Materi Pokok Bimbingan Konseling

Untuk Anak Usia Dini; 1-9/

PAUD4406/ 3 SKS/ --b Cet. 6; Ed 1 ---. Jakarta. Universitas Terbuka.

Littlejohn, Stephen W. dan Foss, Karen A. 2009. Teori Komunikasi (Theories of Human Communication, 9th ed). Salemba Humanika.

Moleong, Lexi. J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Morisson. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, Edisi Pertama Cet. 1. Januari 2013. Kencana.

Morisson dan Andy Corry W. 2009. Teori Komunikasi. Bogor. Ghalia Indonesia. Mulyana, Dedy. 2005. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Pawit M. Yusup; editor. Rini Rachmatika. 2009. Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan, – Ed 1. Cet 1. Jakarta. Bumi Aksara. Xviii. 492 hlm; 23.

Rakhmat, Jalaludin. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya, Hal. 159.

Rakhmat, Jalaluddin. 1995. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi; Perspektif, Ragam, dan Aplikasi – Cet. 1. Jakarta.Rineka Cipta.

(82)

Sumber Internet :

(http://areamagz.com/article/read/2013/09/2, diakses tanggal 18 Februari 2014 jam 1:36 WIB)

(http://diglib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-23015-BAB%2520II%2520, diakses tanggal 26 April 2014 jam 22:00 WIB)

(http://digilib.unpas.ac.id/download.php?id=1852, diakses tanggal 25 November 2013 jam 00:10 WIB)

(http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=85697) (http://eprints.undip.ac.id/38452/2/Bab_1.pdf)

(http://staff.uny.ac.id/system/files/penelitian/B-13.PENELITIAN.pdf) (http://thesis.binus.ac.id/doc/bab3/bab%203_10-124.pdf)

(http://www.radarlampung.co.id/read/pendidikan, diakses tanggal 18 Februari 2014 jam 1:34 WIB)

(http://www.tabloid-nakita.com/mobile/read/1197/yuk-menari, dikases tanggal 18 Februari 2014 jam 1:35 WIB)

www.academia.edu/4422523/BAB_III_METODE_PENELITIAN_3.1._Lokasi_P enelitian, diakses tanggal 14 Maret 2014, jam 1:44 WIB

Sumber Skripsi :

Irfandi, Ghufron. 2011. Skripsi. Peran Komunikasi Antarpribadi Dalam Membentuk Pemahaman Teknik Pada Gerakan Parkour. Bandarlampung. Universitas Lampung.

Gambar

Tabel 2. Kriteria Informan
Tabel 3. Daftar Prestasi Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penggunaan publik wifi sangat rentan terhadap attacker. Salah satu cara yang dapat dimanfaatkan oleh attacker untuk melakukan eksploitasi dan menyebarkan malware

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, Majelis Hakim berkesimpulan bahwa gugatan Penggugat tidak melawan hukum dan telah terbukti bahwa antara

Dalam rekrutmen guru harus memenuhi S1, pencarian guru sesuai yang dibutuhkan (analisis jabatan), maupun beradaptasi, serta berkopetensi. Sebagaimana di MTs YMPI Putihdoh telah

Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyajikan sistem informasi geografis terkait posisi spasial dan informasi tentang sebaran Sekolah Menengah Atas

Tujuan dalam proses pengembangan perangkat lunak ini yaitu mengembangkan sebuah rancangan perangkat lunak agar dapat mengelola data-data makan karyawan menggunakan

Pembayaran dividen yang tinggi oleh perusahaan dianggap bahwa perusahaan mempunyai prospek keuntungan yang baik sehingga dapat memberikan informasi yang positif

impacts and how we responds to it; arranged participation action plans to cope with climate change impacts and improving community resillience, to integrate the