• Tidak ada hasil yang ditemukan

Psychological Adaptation of Nifas Mothers Who have Babies with Congenital Abnormality

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Psychological Adaptation of Nifas Mothers Who have Babies with Congenital Abnormality"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU NIFAS YANG

MEMILIKI BAYI DENGAN KELAINAN

KONGENITAL

DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

OLEH

SARI E NADEAK

091101056

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

Title : Psychological Adaptation of Nifas Mothers Who have Babies with Congenital Abnormality

Name : Sari Eprina Nadeak Std. ID Number : 091101056

Study Program : Nursing Academic Year : 2013

Abstract

A woman who undergoes psychological adaptation during the post-partum will take the risk of undergoing psychological hindrance. Post-partum depression has negative influence on stress in caring babies (Misri, et.al. 2010). One of the conditions which influence parents’ attitude toward babies is their apprehensiveness about their babies’ abnormality such as congenital abnormality. The samples comprised 18 respondents, taken by using total sampling technique through interviews and observation of mothers’ behavior. The result of the study showed that all mothers’ psychological adaptation was adaptive (100%) although there were some evaluation items which indicated maladaptive condition. It is recommended that the future researchers consider something which can influence the ability of mothers’ psychological adaptation to the birth of babies with congenital abnormality, level of serious disease, occupation, fund resource, and so on.

(4)

Judul : Adaptasi Psikologis Ibu Nifas yang Memiliki Bayi dengan Kelainan Kongenital

Nama : Sari Eprina Nadeak

NIM : 091101056

Jurusan : Keperawatan Tahun Akademik : 2013

Abstrak

Wanita yang mengalami kesulitan adaptasi psikologi pada masa postpartum beresiko mengalami gangguan psikologis. Depresi postpartum berpengaruh negatif terhadap stres dalam pengasuhan bayi (Misri, dkk, 2010). Salah satu kondisi yang mempengaruhi sikap orang tua terhadap bayi adalah gelisah akan kenormalan bayinya seperti kelainan kongenital. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui adaptasi psikologis ibu nifas yang memiliki bayi dengan kelainan kongenital. Dengan teknik total sampling, didapat sampel penelitian sebanyak 18 responden melalui wawancara dan observasi perilaku ibu. Didapatkan adaptasi psikologis ibu semuanya adaptif (100,0%), namun terdapat beberapa item penilaian yang menunjukkan kondisi maladaptif. Penelitian selanjutnya sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi kemampuan adaptasi psikologis ibu terhadap kelahiran bayi kelainan kongenital seperti jenis kelainan kongenital, tingkat keparahan penyakit, pekerjaan, sumber dana, dan lain-lain.

(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungan dan berkatNya yang selalu menyertai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Adaptasi Psikologi Ibu yang Memiliki Anak dengan Kelainan Kongenital di RSUP Adam Malik”.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini, oleh sebab itu penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun. Penulis berharap agar penelitian ini bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan ilmu dan praktik keperawatan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ellyta Aizar, S.Kp selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan arahan selama pembuatan skripsi ini, sehingga skripsi penelitian ini dapat selesai dengan baik

3. Siti Saidah, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat. selaku dosen penguji I yang memberikan saran dan krtitiknya dalam perbaikan penulisan skripsi ini

4. Nur Asiah, S.Kp, Ns selaku dosen penguji II yang memberikan saran dan krtitiknya dalam perbaikan penulisan skripsi ini

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

(7)

7. Sahabat-sahabat terkasih yang telah memberikan kritik, saran dan dukungannya serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi bantuan dalam terlaksananya penelitian dan penulisan skripsi ini

Medan, 19 Juli 2012

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR SKEMA ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Tujuan Penelitian ... 4

3. Pertanyaan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

1. Periode Postpartum ... 5

1.1 Adaptasi Psikologi Ibu Postpartum/Nifas ... 5

1.2 Pencapaian Peran Ibu ... 9

1.3 Kondisi yang Mempengaruhi Sikap Orang Tua terhadap Bayi ... 10

1.4 Gangguan Psikologis Nifas ... 12

1.5 Perilaku Orang Tua Adaptif dan Maladaptif ... 15

2. Kelainan Kongenital ... 17

2.1 Definisi ... 17

2.2 Etiologi ... 17

2.3 Patofisiologi ... 19

(9)

1. Kerangka Konseptual ... 27

2. Definisi Operasional ... 27

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 29

1.Desain Penelitian ... 29

2. Populasi dan Sampel ... 29

3. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 30

4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 30

5. Instrumen Penelitian ... 31

6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 32

7. Pengumpulan Data ... 32

1.2.1 Adaptasi Psikologis Ibu Nifas yang Memiliki Bayi dengan Kelainan Kongenital ... 38

1.2.1.1 Pemberian makanan ... 38

1.2.1.2 Istirahat/tidur ... 39

1.2.1.3 Stimulasi & perawatan bayi ... 39

1.2.1.4 Persepsi diri & keadaan emosional ibu ... 40

1.2.1.5 Observasi perilaku ibu ... 40

2. Pembahasan ... 41

2.1 Demografi ... 41

2.2 Adaptasi psikologis ibu nifas yang memiliki bayi dengan kelainan kongenital ... 44

2.2.1 Pemberian makanan ... 44

2.2.2 Istirahat/tidur ... 44

(10)

2.2.4 Persepsi diri & keadaan emosional ibu ... 45

2.2.5 Observasi perilaku ibu ... 46

2.2.6 Adaptasi psikologis ibu nifas yang memiliki bayi dengan kelainan kongenital ... 46

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

1. Kesimpulan ... 47

2. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perilaku Orang Tua Adaptif dan Maladaptif ... 13

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 26

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Demografi Responden (n=18) ... 36

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentasi pemberian makanan (n=18) ... 38

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentasi istirahat/tidur (n=18) ... 39

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi & persentasi stimulasi & perawatan diri (n=18) . 39

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentasi persepsi diri dan keadaan emosional ibu (n=18) ... 40

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi dan persentasi hasil observasi perilaku (n=18).... 40

Tabel 5.7 Adaptasi Psikologis Ibu Nifas yang Memiliki Bayi dengan Kelainan Kongenital di RSUP H. Adam Malik (n=18) ... 40

(12)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka Penelitian ... 26

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penelitian Lampiran 2 Inform Consent Lampiran 3 Kuisioner Penelitian Lampiran 4 Taksasi Dana Lampiran 5 Lembar Konsultasi Lampiran 6 Ethical Clearance

Lampiran 7 Format Audiens Sidang Skripsi Mahasiswa Reguler Semester VII Lampiran 8 Surat Survei Awal

Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian

(14)

Title : Psychological Adaptation of Nifas Mothers Who have Babies with Congenital Abnormality

Name : Sari Eprina Nadeak Std. ID Number : 091101056

Study Program : Nursing Academic Year : 2013

Abstract

A woman who undergoes psychological adaptation during the post-partum will take the risk of undergoing psychological hindrance. Post-partum depression has negative influence on stress in caring babies (Misri, et.al. 2010). One of the conditions which influence parents’ attitude toward babies is their apprehensiveness about their babies’ abnormality such as congenital abnormality. The samples comprised 18 respondents, taken by using total sampling technique through interviews and observation of mothers’ behavior. The result of the study showed that all mothers’ psychological adaptation was adaptive (100%) although there were some evaluation items which indicated maladaptive condition. It is recommended that the future researchers consider something which can influence the ability of mothers’ psychological adaptation to the birth of babies with congenital abnormality, level of serious disease, occupation, fund resource, and so on.

(15)

Judul : Adaptasi Psikologis Ibu Nifas yang Memiliki Bayi dengan Kelainan Kongenital

Nama : Sari Eprina Nadeak

NIM : 091101056

Jurusan : Keperawatan Tahun Akademik : 2013

Abstrak

Wanita yang mengalami kesulitan adaptasi psikologi pada masa postpartum beresiko mengalami gangguan psikologis. Depresi postpartum berpengaruh negatif terhadap stres dalam pengasuhan bayi (Misri, dkk, 2010). Salah satu kondisi yang mempengaruhi sikap orang tua terhadap bayi adalah gelisah akan kenormalan bayinya seperti kelainan kongenital. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui adaptasi psikologis ibu nifas yang memiliki bayi dengan kelainan kongenital. Dengan teknik total sampling, didapat sampel penelitian sebanyak 18 responden melalui wawancara dan observasi perilaku ibu. Didapatkan adaptasi psikologis ibu semuanya adaptif (100,0%), namun terdapat beberapa item penilaian yang menunjukkan kondisi maladaptif. Penelitian selanjutnya sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi kemampuan adaptasi psikologis ibu terhadap kelahiran bayi kelainan kongenital seperti jenis kelainan kongenital, tingkat keparahan penyakit, pekerjaan, sumber dana, dan lain-lain.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Periode postpartum merupakan masa transisi dan perubahan peran pada ibu baru dan keluarganya. Masa postpartum terdiri dari adaptasi fisiologis dan adaptasi psikologis. Adaptasi fisiologis meliputi; sistem reproduktif, sistem kardiovaskuler, sistem gastrointestinal, sistem urinaria, sistem muskuloskeletal, sistem integumen, sistem neurologi, dan sistem endokrin. Adaptasi psikologis merupakan penerimaan akan bayi serta adaptasi peran sebagai ibu dalam merawat dan memberikan kasih sayang ibu dan anak.

Adaptasi psikologis pada masa nifas ada 3 fase yaitu; taking in, taking hold, dan letting go (Rubin, 1960 dalam McKinney, 2000). Beberapa perspektif wanita pada masa transisi menjadi orang tua yaitu sebagai masa yang melelahkan, penuh dengan stres, dan gangguan suasana perasaan (baby blues). Kelelahan yang terjadi setelah melahirkan merupakan masalah yang terjadi pada semua wanita.

(17)

Wanita yang mengalami kesulitan adaptasi psikologi pada masa postpartum akan mengalami gangguan psikologis. Beberapa gangguan psikologi yang dapat terjadi yaitu postpartum blues/baby blues, depresi postpartum, postpartum psikosis dan postpartum gangguan kecemasan.

Postpartum blues merupakan depresi ringan yang terjadi pada hari 1-10 setelah persalinan dan biasanya berlangsung tidak lebih dari 2 minggu. Intervensi postpartum blues adalah dukungan dan empati dari keluarga, teman dekat, dan tenaga kesehatan.

Penelitian Macmudah, Setyowati, Rahmah, & Rahmawati (2012) kemungkinan terjadinya postpartum blues di Kota Semarang (RSUD Tugurejo Semarang, RSU Kota Semarang, RS Roemani Semarang, RSI Sultan Agung Semarang) pada 80 ibu bulan Mei-Juni 2010 adalah sebesar 67,5 % dan tidak ada pengaruh antara persalinan dengan komplikasi terhadap kemungkinan terjadinya postpartum blues.

Penelitian Edhborg, Nasreen, dan Kabir (2010) pada 674 wanita di Bangladesh bahwa gejala depresi ibu selama 2-3 bulan setelah melahirkan menunjukkan dampak negatif terhadap ikatan emosional ibu dengan bayi. Hasil Penelitian Misri, dkk (2010) menyatakan bahwa depresi postpartum memiliki pengaruh yang negatif terhadap stres dalam pengasuhan bayi.

(18)

Salah satu kondisi yang mempengaruhi sikap orang tua terhadap bayi adalah gelisah akan kenormalan bayinya seperti kelainan kongenital. Orang tua tidak hanya khawatir akan biaya tambahan dalam perawatan bayi tetapi juga mengenai kemampuan mereka untuk merawat bayi setelah meninggalkan rumah sakit (Hurlock, 1980).

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 mengestimasikan Angka Kematian Balita (AKABA) 44 per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatal 19 per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2011). Kematian bayi baru lahir di Indonesia terutama disebabkan oleh prematuritas (32%), asfiksia (30%), infeksi (22%), kelainan kongenital (7%), lain-lain (9%) (Depkes, 2010).

Penelitian Indrasanto dan Effendi di RSAB Harapan Kita (2001-2005) terdapat 315 bayi dengan kelainan kongenital dari 16.490 kelahiran (1,92%). Penelitian Siahaan (2012) di RSUD Pirngadi tahun 2007-2011 terdapat 119 bayi menderita kelainan kongenital.

Penelitian Tambunan (2012) di RSUP Adam Malik selama Januari-Juli 2011 terdapat 75 bayi menderita kelainan kongenital. Survei awal yang dilakukan oleh peneliti diperoleh data kasus kelainan kongenital pada bulan Januari-Juli 2012 sebanyak 70 bayi.

(19)

bahwa takut mereka dikatakan sebagai penyakit jiwa dan dianggap sebagai ibu yang tidak layak (McIntosh, 1993 dalam McKinney 2000).

Perawat harus proaktif untuk mengidentifikasi wanita dengan gangguan perasaan dan kecemasan selama periode postpartum, sehingga dapat memfasilitasi intervensi dini dan merujuk pada psikiater (McKinney, 2000). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran adaptasi ibu nifas yang memiliki bayi dengan kelainan kongenital di RSUP Haji Adam Malik Medan.

2. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran adaptasi psikologis ibu nifas yang memiliki bayi dengan kelainan kongenital di RSUP Haji Adam Malik.

3. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana gambaran adaptasi psikologis ibu nifas yang memiliki anak dengan kelainan kongenital?

4. Manfaat Penelitian

4.1Praktek Keperawatan

(20)

4.2Penelitian Keperawatan

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Periode Postpartum

Postpartum/nifas/puerperium, istilah puerperium (puer artinya anak, parere artinya kembali ke semula) merujuk pada masa enam minggu antara terminasi persalinan dan kembalinya organ reproduksi ke kondisi sebelum hamil (Griffin, 2011). Ibu baru memulai pemulihan fisiologi, hubungan dengan bayi yang sesungguhnya dan adaptasi psikologi menjadi ibu (Simpson & Creehan, 2001).

Adaptasi fisiologi meliputi sistem reproduktif, sistem kardiovaskular, sistem gastrointestinal, sistem urinaria, sistem muskuloskeletal, sistem integumen, sistem neurologi, dan sistem endokrin. Adaptasi psikologi akan dijelaskan di bawah ini:

1.1Adaptasi Psikologi Ibu PostPartum/Nifas

(22)

melakukan intervensi untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Rubin, 1960 dalam McKinney, 2000).

a. Fase Taking-In

Selama fase taking-in, ibu difokuskan pada kebutuhannya akan cairan, makanan, dan tidur yang menyembuhkan sebagai utama. Perawat yang kurang berpengalaman dapat dibingungkan oleh perilaku pasif ibu seperti menerima atau mendapat perhatian dan perawatan fisik. Ibu juga menerima dan mengerti secara rinci tentang bayi, tetapi ibu kelihatan senang mengijinkan orang lain dalam mengambil keputusan.

Tugas utama ibu pada fase ini adalah mengintegrasikan pengalaman persalinannya kepada kenyataan. Sehingga ibu menceritakan rincian persalinan dan kelahiran bayinya berulang-ulang. Ibu dapat menghabiskan banyak waktu di telepon untuk menjelaskan persalinan dan kelahiran bayinya. Ibu mengulangi pengalamannya pada pengunjung dan mencoba untuk mengumpulkan semua rincian dari orang yang terlibat. Proses ini membantu ibu menyadari bahwa masa hamil telah selesai, bayi telah lahir, dan sekarang anak itu seorang individu yang terpisah darinya.

(23)

Wanita ini membutuhkan perhatian dan perawatan peka yang memperhitungkan kebutuhan khusus seperti untuk menghilangkan rasa sakit dan hubungan berkelanjutan dengan bayi mereka (McKinney, 2000).

b. Fase Taking-Hold

Ibu menjadi lebih mandiri pada fase taking-hold. Ibu memperlihatkan perhatiannya dalam hal mengurus fungsi tubuhnya dan menerima tanggung jawab dalam perawatan dirinya sendiri. Ketika ibu merasa lebih nyaman dan dapat mengatur tubuhnya, ibu merubah perhatiannya dari kebutuhan dirinya sendiri ke penampilan bayi. Ibu menerima informasi mengenai perilaku yang beragam yang ditunjukkan oleh bayi baru lahir.

Selama fase taking-hold, ibu dapat menyatakan kecemasannya akan kemampuannya sebagai ibu. Ibu mungkin membandingkan keterampilan perawatan bayinya dengan para perawat. Perawat harus berhati-hati untuk tidak mengambil peran sebagai ibu melainkan mengijinkan ibu untuk melakukan perawatan sebanyak mungkin dan memuji setiap usaha yang dilakukan, meskipun perawatan yang dilakukan ibu dengan canggung.

(24)

c. Fase Letting-Go

Fase letting-go merupakan waktu pelepasan bagi ibu dan sering pada ayah. Jika ini anak pertama, pasangan suami istri harus meninggalkan peran sebelumnya sebagai keluarga tanpa anak dan membenarkan akan kehilangan gaya hidup yang tidak memikirkan apapun. Banyak wanita juga harus menyerah akan harapan idealnya dalam pengalaman melahirkan. Misalnya, mungkin mereka berencana untuk melahirkan normal dengan anestesi minimal atau tidak sama sekali, tetapi malahan mereka diharuskan melahirkan secara caesar atau anestesi lokal.

Di samping itu, beberapa ibu (dan ayah) dikecewakan oleh ukuran, jenis kelamin, atau karakteristik bayi yang tidak “sesuai” dengan khayalan bayi sewaktu hamil. Mereka harus melepaskan bayi dalam khayalan mereka dan menerima bayi yang nyata. Kehilangan ini sering menimbulkan perasaan sedih yang mungkin tidak kelihatan bila tidak diperiksa atau tidak diakui.

Kedua orang tua dapat mengambil makna, bagaimanapun, jika diberikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan yang tidak diharapkan dan untuk menyadari perasaan tersebut merupakan hal yang wajar. Jika ibu yang terlalu muda atau kehamilan yang tidak terencana, mungkin perasaan kehilangan dan kesedihan yang akut terjadi (McKinney, 2000).

Fase ini berakhir pada minggu keenam setelah melahirkan dan pada fase ini keluarga telah menyesuaikan diri dengan bayi (Bobak, 2001).

(25)

Pencapaian peran ibu adalah sebuah proses dimana ibu dapat mencapai kepercayaan dirinya akan kemampuan merawat bayinya dan merasa nyaman dengan identitasnya sebagai ibu. Proses itu dimulai selama hamil dan berlanjut selama beberapa bulan setelah kelahiran. Transisi menjadi peran sebagai ibu atau ayah memiliki 4 tahap (Mercer, 1985 dalam McKinney, 2000):

a. Tahap antisipasi/menunggu, dimulai selama kehamilan ketika wanita hamil memilih seorang dokter atau perawat dan bidan. Pada tahap antisipasi merupakan waktu untuk persiapan psikologi peran sebagai ibu serta banyak yang mengikuti kelas bersalin untuk mempersiapkan pengalaman melahirkan. b. Tahap formal, dimulai dengan kelahiran bayi dan berlanjut kira-kira 6 sampai

8 minggu. Selama fase ini, perilaku sebagian besar dikendalikan oleh orang lain: tenaga kesehatan, teman dekat, atau orang tua. Tugas utama bagi orang tua selama tahap ini untuk dikenali dengan bayi mereka sehingga mereka dapat menghubungkan perawatan dan isyarat dari bayi.

c. Tahap informal, dimulai orang tua setelah mempelajari respon yang tepat terhadap isyarat atau signal bayi mereka. Ibu mulai berespon menurut kebutuhan unik bayi daripada mengikuti buku atau arahan tenaga kesehatan. d. Tahap personal, dicapai ketika orang tua merasakan harmoni dalam peran

mereka, melihat bayi sebagai orang utama dalam kehidupan mereka, percaya diri, memiliki keterikatan dan kasih sayang terhadap bayi, dan telah mendalami peran sebagai orang tua. Orang tua menerima dan merasa nyaman dengan peran sebagai orang tua (Mercer, 2004).

1.3Kondisi yang mempengaruhi sikap orang tua terhadap bayi

(26)

Orang tua yang sudah berpengalaman merawat anak-anaknya yang terdahulu, dengan mengikuti kursus-kursus yang diberikan dalam klinik sebelum kelahiran atau pernah menjaga anak-anak yang terdahulu ataupun anak-anak tetangga, lebih yakin dalam melaksanakan peran orang tua daripada mereka yang tidak mampu mempunyai pengalaman tersebut.

b. Pengalaman melahirkan

Sikap ibu terhadap bayi akan lebih menyenangkan kalau pengalaman melahirkan relatif lebih mudah daripada pengalaman melahirkan yang lama, sulit, dan disertai dengan komplikasi fisik. Sikap ayah juga dipengaruhi oleh pengalaman melahirkan dari istrinya.

c. Kondisi fisik ibu setelah melahirkan

Semakin cepat kesehatan ibu pulih setelah melahirkan, semakin menyenangkan sikapnya terhadap bayi dan semakin yakin ia pada kemampuan untuk melaksanakan peran ibu secara memuaskan.

d. Cemas tentang biaya

(27)

e. Cacat

Kalau diduga atau ternyata bahwa bayi menderita cacat, sikap orang tua akan diwarnai oleh kekecewaan, kegelisahan, tentang normal tidaknya bayi di masa datang dan tentang biaya-biaya tambahan yang diakibatkan kecatatan itu.

f. Penyesuaian diri bayi pascanatal

Semakin cepat dan semakin baik penyesuaian diri bayi pada lingkungan pascanatal maka sikap orang tua akan semakin menyenangkan.

g. Tangisan bayi

Bayi yang terus menangis dan tanpa disertai sebab-sebab yang jelas akan mendorong berkembangnya sikap yang kurang menyenangkan tidak saja pada orang tua tetapi juga pada semua anggota keluarga

h. Kebencian orang tua pada perawatan, privasi, dan biaya pengeluaran

Kalau orang tua menghadapi kenyataan bahwa perawatan bayi menuntut lebih banyak pekerjaan, menimbulkan kekurangan dan harus mengeluarkan biaya lebih banyak daripada yang dibayangkan sebelumnya. Sikap mereka kepada bayi akan kurang menyenangkan dibandingkan dengan kalau mereka telah mempersiapkan diri utnuk menghadapi kondisi yang biasanya dihadapi orang tua

i. Gelisah tentang kenormalan bayi

(28)

bayinya tetapi juga mengenai kemampuan mereka untuk merawatnya setelah meninggalkan rumah sakit.

j. Gelisah tentang kelangsungan hidup bayi

Kalau bayi harus lebih lama tinggal di rumah sakit daripada biasanya dan harus diberi perhatian khusus, orang tua menjadi gelisah tentang kelangsungan hidup bayi. Kalau bayi berhasil hidup, orang tua cenderung sangat melindungi (Hurlock, 1980).

1.4Gangguan Psikologis Nifas

Penelitian pada ibu primipara disurvei selama periode postpartum terdapat 63% kejadian gangguan depresi awal dan durasi panjang. Kebanyakan ibu primipara tidak mencari bantuan karena merasa merupakan reaksi yang normal. Alasan ibu tidak bicara pada tenaga kesehatan mengenai perasaannya karena takut akan dikatakan mengalami gangguan mental dan tidak mampu menjadi ibu (McIntosh, 1993 dalam Lippincott, 2001). Ada 4 gangguan psikologis pada masa nifas yaitu: postpartum blues, postpartum depression, postpartum psychosis, dan postpartum

anxiety disorders.

a. Postpartum blues

(29)

tidak stabil, dan kecemasan. Gejala tidak berhubungan dengan peristiwa, dan kondisi ini tidak serius mempengaruhi kemampuan ibu dalam merawat bayi. Biasanya, ibu berkata, “Saya tidak tahu kenapa saya menangis; saya tidak merasa sedih.”

Penyebab tidak diketahui, namun secara umum diterima bahwa postpartum blues terkait dengan fluktuasi hormonal yang terjadi selama kehamilan, kelahiran dan periode postpartum. Kondisi kelemahan fisik pada ibu serta kondisi fisik bayi akan menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran pada ibu yang dapat mengganggu kondisi psikologis ibu, mengganggu proses bonding dan attachment yang pada akhirnya menstimulus terjadinya postpartum blues (Bobak, 2005 dalam Macmudah, Setyowati, Rahmah, & Rahmawati, 2012). Postpartum blues dapat membatasi diri ibu, ibu mendapatkan pemulihan ketika empati dan dukungan diberikan oleh keluarga dan tenaga kesehatan.

Postpartum blues harus dibedakan dari depresi postpartum dan postpartum psikosis. Dikarenakan depresi postpartum dan postpartum psikosis membutuhkan terapi untuk pemulihannya (Simpson & Creehan, 2001). Menurut Suryani (2010), gejala postpartum blues adalah menangis tanpa sebab, sensitif, mudah tersinggung, cemas tanpa sebab, kesepian, kurang percaya diri akan kemampuan sebagai ibu, dan merasa kurang menyayangi anaknya.

b. Postpartum depression

(30)

keadaan cemas, kelelahan, gangguan tidur, perubahan nafsu makan, memiliki ide bunuh diri, perasaan bersalah, kekhawatiran yang berlebihan pada bayi, sulit berkonsentrasi dan sakit kepala yang hebat (Beck, 1998 dalam Hutagaol 2010).

Depresi postpartum terjadi 10%-15% pada wanita selama hamil dan setelah melahirkan (McKinney, 2000). Penatalaksanaan depresi postpartum pemberian obat-obatan antidepresan, anti kecemasan, psikoterapi, konseling, dan dukungan kelompok (Simpson & Creehan, 2001).

c. Postpartum psychosis

Gangguan psikiatrik yang lebih serius dapat terjadi setelah kelahiran bayi yaitu postpartum psikosis dan merupakan keadaan psikiatri yang bahaya. Postpartum psikosis adalah kondisi yang jarang terjadi pada wanita postpartum dengan frekuensi 1:1000 (McKinney, 2000).

Tanda dan gejala postpartum psikosis adalah gangguan tidur, kebingungan, gelisah, mudah marah, halusinasi, delusi, berpotensi bunuh diri atau membunuh bayi. Penatalaksanaan postpartum psikosis adalah perawatan di rumah sakit (Simpson & Creehan, 2001).

d. Postpartum anxiety disorder

(31)

mual, pusing, takut akan kematian atau gila, mati rasa pada jari, dan menggigil atau kepanasan yang kadang-kadang timbul (Simpson & Creehan, 2001).

1.5Perilaku Orang Tua Adaptif dan Maladaptif

Tabel 2.1 Perilaku Orang Tua Adaptif dan Maladaptif

Perilaku Adaptif Maladaptif

1.Pemberian

a.Memberikan jumlah dan tipe makanan yang tepat

b.Menyendawakan bayi saat sedang dan setelah

menyusui

c.Mempersiapkan makanan yang tepat

d.Memberi makanan/ menyusui secara teratur sesering mungkin yang dibutuhkan bayi

a.Menyediakan lingkungan yang tenang dan rileks untuk bayi tidur

b.Memiliki jadwal istirahat a.Berbicara pada bayi dan

membuat suara-suara lain yang mirip dengan suara bayi

b.Memberikan stimulasi sentuhan pada waktu yang bervariasi dan tidak hanya ketika bayi lapar dan menangis

c.Memberikan permainan yang sesuai dengan usia d.Posisi bayi yang nyaman

ketika digendong

e.Bayi tampak puas dengan penanganan orang tuanya f. Melihat bayi yang tetap

kering, hangat, dan tidak

a. Membuat jenis makanan yang tidak tepat atau jumlah makanan yang tersedia tidak memadai b. Tidak menyendawakan

bayi, meskipun orang tua mengetahui bahwa itu wajib dilakukan

c. Mempersiapkan makanan yang tidak tepat

d. Tergesa-gesa atau menunda menyusui bayi

a.Tidak menyediakan lingkungan yang tenang dan rileks

b.Tidak memiliki jadwal istirahat

a. Berbicara agresif atau tidak sama sekali dengan bayi

b.Bermain dengan agresif pada bayi atau tidak menyentuh bayi

c. Memberikan permainan yang tidak sesuai dengan usia

d.Tidak menggendong bayi atau mengganggu

kenyamanan bayi ketika digendong

(32)

4. Persepsi diri atau keadaan emosional orang tua

lapar

g.Menunjukkan inisiatif untuk menyelesaikan masalah bayi

a. Biasanya

mempertahankan persepsi dan harapan yang realistis pada bayi

b.Menunjukkan persepsi realistis akan

kemampuannya sebagai ayah dan ibu

c. Menunjukkan ketertarikan dalam memahami atau berdiskusi tentang kelahiran anaknya d.Menunjukkan sikap

bersahabat sikap yang netral dengan anak yang lain

e. Secara umum puas sebagai orang tua f. Mampu/ingin meminta

nasehat pada orang lain sebagai dukungan sosial ketika dibutuhkan

f. Tidak peduli pada bayi yang lapar, kedinginan, dan kotor

g. Kurang inisiatif dan tidak mencoba memenuhi kebutuhan bayi

a. Mengembangkan persepsi distorsi dan harapan yang tidak realistis pada bayi b.Mempertahankan harapan

yang tidak realistis akan kemampuannya sebagai orang tua

c. Tidak mampu/tidak mau mendiskusikan tentang kelahiran anaknya

d.Menunjukkan permusuhan atau serangan dengan anak yang lain

e. Tidak puas sebagai orang tua

f. Tidak mampu untuk berelaksasi dan memenuhi kebutuhan emosional yang adekuat

g. Terisolasi dan tanpa dukungan sosial yang adekuat

h.Mengalami depresi

(Simpson & Creehan, 2001)

(33)

Kelainan Kongenital

2.1 Definisi

Kelainan kongenital atau kelaianan bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik (Indrasanto dan Effendi, 2008). Kejadian kelainan kongenital pada bayi kurang bulan 2 kali lebih banyak dibandingkan bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi kecil untuk masa kehamilan kejadian tersebut sampai 10 kali lebih besar (Centers for desease control and prevention, 1991 dalam Neonatologi 2010).

2.2 Etiologi

Berdasarkan etiologi kelainan bawaan dapat dibedakan menjadi:

a. Faktor genetik

Kelainan karena faktor genetik adalah kelainan bawaan yang disebabkan oleh kelainan pada unsur pembawa keturunan yaitu gen. Kelainan bawaan yang disebabkan oleh faktor genetik dikelompokkan ke dalam kelainan akibat mutasi gen tunggal, kelainan aberasi kromosom, dan kelainan multifaktorial (gabungan genetik dan pengaruh lingkungan).

(34)

bawaan x-linked recessive antara lain: diabetes insipidus, buta warna, distrofi muskularis Duchene, hemofilia, iktiosis, serta retinitis pigmentosa. Kelainan bawaan x-linked dominant sangat sedikit jenisnya, antara lain rakitis yang resisten terhadap pengobatan vitamin D.

Kelainan pada kromosom dibagi atas kelainan aberasi numerik dan kelainan aberasi struktural. Kelainan pada struktur kromosom seperti delesi, translokasi, inverse dan lain sebagainya, ataupun perubahan pada jumlahnya (aberasi kromosom numerik/aneuploidi) yang biasanya berupa trisomi, monosomi,tetrasomi dan lain sebagainya. Kelainan bawaan berat (biasanya merupakan anomali multipel) sering kali disebabkan aberasi kromosom.

Aberasi numerik timbul karena terjadinya kegagalan proses replikasi dan pemisahan sel anak yang disebut juga non-disjunction. Sedangkan aberasi struktural terjadi apabila kromosom terputus, kemudian dapat bergabung kembali atau hilang.

Contoh aberasi kromosom antara lain: sindrom trisomi 21, sindrom trisomi 18, sindrom trisomi 13, sindrom Turner dan sindrom Klinefelter. Sejumlah gambaran yang lazim ditemukan pada anak dengan kelainan kromosom, antara lain bentuk muka yang khas, telinga tidak normal, kelainan jantung dan ginjal, kaki dan tangan tidak normal, guratan-guratan simian, guratan tunggal pada jari kelima, serta lahir dengan berat badan lahir rendah.

(35)

b. Kelainan yang Disebabkan oleh Faktor Non-Genetik

Merupakan kelainan faktor non-genetik yang disebabkan oleh obat-obatan, teratogen, dan radiasi. Teratogen adalah obat, zat kimia, infeksi penyakit ibu, yang berpengaruh pada janin sehingga menyebabkan kelainan bentuk atau fungsi pada bayi yang dilahirkan. Beberapa contoh teratogen termasuk rubella, cytomegalovirus, toxoplasmosis, alkohol, fenitoin (hidantoin), talidomid, warfarin, klorokuin, litium dan Natrium valproat.

Meskipun berbagai obat-obatan seperti aspirin, parasetamol, sefalosporin, dan aminoglikosida, dinyatakan tidak teratogen, keamanannya pada kehamilan belum diketahui, dan bila mungkin sebaiknya dihindari.

2.3Patofisiologi

Berdasarkan patogenesis, kelainan kongenital diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Malformasi

Malformasi adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau ketidaksempurnaan dari satu atau lebih proses embriogenesis. Perkembangan awal dari suatu jaringan atau organ tersebut berhenti, melambat atau menyimpang sehingga menyebabkan terjadinya suatu kelainan struktur yang menetap. Kelainan ini mungkin terbatas hanya pada satu daerah anatomi, mengenai seluruh organ, ataupun mengenai berbagai sistim tubuh yang berbeda.

(36)

pembentukan organ. Sebagai contoh penyimpangan pada arkus brakhialis pertama dan kedua akan menyebabkan terjadinya mikrotia (telinga kecil).

Malformasi dapat digolongkan menjadi malformasi mayor dan minor. Malformasi mayor adalah suatu kelainan yang apabila tidak dikoreksi akan menyebabkan gangguan fungsi tubuh serta mengurangi angka harapan hidup. Sedangkan malformasi minor tidak akan menyebabkan problem kesehatan yang serius dan mungkin hanya berpengaruh pada segi kosmetik.

Malformasi pada otak, jantung, ginjal, ekstremitas, saluran cerna termasuk malformasi mayor, sedangkan kelainan daun telinga lipatan pada kelopak mata, kelainan pada jari, lekukan pada kulit (dimple), ekstra puting susu adalah contoh dari malformasi minor (Kosim, 2010).

b. Deformasi

Deformasi terbentuk akibat adanya tekanan mekanik yang abnormal sehingga merubah bentuk, ukuran atau posisi sebagian dari tubuh yang semula berkembang normal, misalnya kaki bengkok atau mikrognatia (mandibula yang kecil). Tekanan ini dapat disebabkan oleh keterbatasan ruang dalam uterus ataupun faktor ibu yang lain seperti primigravida, panggul sempit, abnormalitas uterus seperti uterus bikornus, kehamilan kembar. Deformitas juga dapat timbul akibat faktor janin seperti presentasi abnormal atau oligohidramnion. Sebagian besar deformasi mengenai sistim tulang rawan, tulang dan sendi.

(37)

yang terkena dan secara bertahap akan menghilang setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun. Kadang diperlukan pengobatan untuk mengembalikan ke konfigurasi normal tulang dan sendi.

Deformasi yang disebabkan oleh setiap faktor yang membatasi gerakan janin akan menyebabkan kompresi dalam jangka panjang dan mengakibatkan postur yang tidak normal. Penyebabnya bisa intrinsik (penyakit neuromuskular, kelainan jaringan penunjang, kelainan susunan saraf pusat) atau ekstrinsik (primigravida, ibu bertubuh kecil, kehamilan kembar). Deformasi yang sering terdapat pada bayi baru lahir adalah talipes, dislokasi sendi panggul kongenital, skoliosis kongenital, plagiosefali, tortikolis, dan mandibula tidak simetris (Connor M & Smith MF dalam Kosim, 2010).

c. Disrupsi

Defek struktur juga dapat disebabkan oleh destruksi pada jaringan yang semula berkembang normal. Berbeda dengan deformasi yang hanya disebabkan oleh tekanan mekanik, pada disrupsi dapat disebabkan oleh iskemia, perdarahan atau perlekatan. Kelainan akibat disrupsi biasanya mengenai beberapa jaringan yang berbeda. Perlu ditekankan bahwa baik deformasi maupun disrupsi biasanya mengenai struktur ynag semula berkembang normal dan tidak menyebabkan kelainan intrinsik pada jaringan yang terkena.

(38)

d. Displasia

Patogenesis lain yang penting dalam terjadinya kelainan kongenital adalah displasia. Istilah displasia dimaksudkan dengan kerusakan (kelainan struktur) akibat fungsi atau organisasi sel abnormal, mengenai satu macam jaringan di seluruh tubuh. Pada sebagian dari kelainan ini terdapat penyimpangan biokimia di dalam sel, biasanya mengenai kelainan produksi enzim atau sintesis protein. Sebagian besar disebabkan oleh mutasi gen. Karena jaringan itu sendiri abnormal secara intrinsik, efek klinisnya akan menetap atau semakin memburuk. Ini berbeda dengan ketiga mekanisme patogenesis yang terdahulu.

Malformasi, deformasi dan disrupsi menyebabkan efek dalam kurun waktu yang jelas, meskipun kelainan yang ditimbulkannya mungkin berlangsung lama, tetapi penyebabnya relatif berlangsung singkat. Displasia dapat terus menerus menimbulkan perubahan kelainan seumur hidup. Contohnya Thanatophoric dysplasia.

2.4Gejala Klinis

a. Kelainan tunggal (single-system defects)

(39)

Kelainan ini meningkat angka kejadiannya pada beberapa keluarga dan suku, tetapi tidak mengikuti pola hukum Mendel seperti pada kelainan yang disebabkan oleh mutasi gen mayor. Secara klinik (mungkin juga secara patogenesis) kelainan yang berdiri sendiri (isolated) ini identik dengan kelainan serupa yang merupakan bagian dari suatu sindrom.

b. Asosiasi (Association)

Asosiasi adalah kombinasi kelainan kongenital yang sering terjadi bersama-sama. Istilah asosiasi untuk menekankan kurangnya keseragaman dalam gejala klinik antara satu kasus dengan kasus yang lain. Sebagai contoh “Asosiasi VACTERL” (vertebral anomalies, anal atresia, cardiac malformation, tracheoesophageal fistula, renal anomalies, limbs defect). Sebagian besar anak dengan diagnosis ini, tidak mempunyai keseluruhan anomali tersebut, tetapi lebih sering mempunyai variasi dari kelainan diatas.

Nilai utama dari asosiasi adalah untuk memikirkan akan adanya berbagai kelainan tersembunyi yang harus dicari. Angka kejadian ulang kondisi ini sangat kecil dan prognosisnya tergantung pada derajat beratnya kelainan dan juga pada kemungkinan apakah kelainan tersebut dapat dikoreksi atau tidak. Perkembangan mental biasanya tidak terganggu, tetapi pertumbuhan mungkin agak terlambat.

c. Sekuensial (Sequences)

(40)

intrauterine dan akan menimbulkan deformitas seperti tungkai bengkok dan kontraktur pada sendi serta menekan wajah (Potter Facies).

Oligohidramnion juga berefek pada pematangan paru sehingga pematangan paru terhambat. Oleh sebab itu bayi baru lahir dengan “Potter Sequence” biasnya lebih banyak meninggal karena distres respirasi dibandingkan karena gagal ginjal. Sebagian besar penyebab dari sekuensial tidak diketahui, kemungkinan disebabkan oleh multifaktorial.

d. Kompleks (Complexes)

Kompleks adalah gambaran akan adanya pengaruh berbahaya yang mengenai bagian utama dari suatu regio perkembangan embrio, yang mengakibatkan kelainan pada berbagai struktur yang berdekatan yang mungkin sangat berbeda asal embriologinya tetapi mempunyai letak yang sama pada titik tertentu saat perkembangan embrio.

Beberapa kompleks oleh kelainan vaskuler. Penyimpangan pembentukan pembuluh darah pada saat embriogenesis awal, dapat menyebabkan kelainan pembentukan struktur yang diperdarahi oleh pembuluh darah tersebut. Sebagai contoh, absennya sebuah arteri secara total, dapat menyebabkan tidak terbentuknya sebagian atau seluruh tungkai yang sedang berkembang.

Penyimpangan arteri pada masa embrio mungkin akan mengakibatkan hipoplasia dari tulang dan otot yang diperdarahinya. Contoh dari kompleks, termasuk hemifacial microsomia, sacral agenesis, sirenomalia, Poland Anomaly, Moebius

(41)

e. Sindrom

Kelainan dapat timbul secara tunggal (single), atau dalam kombinasi tertentu. Bila kombinasi tertentu dari berbagai kelainan ini terjadi berulang-ulang dalam pola yang tetap, pola ini disebut suatu sindrom. Istilah “syndrome” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “berjalan bersama”. Pada pengertian yang lebih sempit, sidrom bukanlah suatu diagnosis, tetapi hanya sebuah label yang tepat.

(42)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual pada penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adaptasi psikologi ibu nifas yang memiliki anak dengan kelainan kongenital di RS H. Adam Malik Medan. Adapun yang termasuk adaptasi psikologi ibu nifas adalah fase taking-in, fase taking hold, dan fase letting-go.

Skema. 3.1 Kerangka Penelitian Adaptasi Psikologi Ibu Nifas yang Memiliki Bayi dengan Kelainan Kongenital.

Bayi dengan Kelainan Kongenital

Adaptasi Psikologi Ibu Nifas:

1.Perilaku orang tua adaptif & maladaptif - Pemberian makanan/menyusui

- Istirahat / tidur

- Stimulasi dan perawatan bayi

- Persepsi diri atau keadaan emosional ibu 2.Observasi perilaku ibu

Mencium, berbicara/bermain, menyentuh, menyusui/memberi susu, menggendong, memeluk, memandikan/mengelap bayi, kontak mata ibu-bayi, ekspresi ibu bertemu bayi, serta antusias/komentar positif tentang bayi.

Status:

(43)

2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi operasional variabel penelitian

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

c.Stimulasi dan

perawatan bayi

d.Persepsi diri

dan keadaan emosional ibu e.Observasi

perilaku ibu

pemberian ASI ekslusif, frekuensi, asupan makanan, posisi nyaman menyusui, menyendawakan bayi dan menjaga kebersihan payudara Mempersiapkan, Menjaga ruangan, dan kebersihan tempat tidur bayi

Menyentuh, berbicara, menggendong,

memperhatikan bayi serta menyediakan mainan bayi

Perasaan ibu setelah melahirkan bayi

(44)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran adaptasi psikologi ibu nifas yang memiliki anak dengan kelainan kongenital di RSUP H. Adam Malik.

2. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah semua ibu postpartum yang memiliki bayi dengan kelainan kongenital yang dirawat inap dan jalan di RSUP H. Adam Malik Medan. Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti didapatkan data pada bulan Januari-Juli 2012 sebanyak 70 bayi dengan kelainan kongenital.

Teknik sampel yang digunakan adalah Total sampling yakni penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan karena jumlah populasi yang relatif sedikit (Setiadi, 2007). Jumlah sampel selama dilakukan penelitian adalah 18 responden.

(45)

3. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan selama 24 Mei – 20 Juli 2013. Lokasi penelitian ini dipilih dengan pertimbangan bahwa rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit rujukan provinsi Sumatera Utara dan diharapkan memiliki jumlah sampel yang banyak serta belum pernah dilakukan penelitian tentang adaptasi psikologi ibu yang memiliki bayi dengan kelainan kongenital.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin untuk melakukan penelitian dari RSUP Adam Malik Medan. Setelah mendapat izin dari RSUP Haji Adam Malik Medan, peneliti mendatangi responden untuk menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Kemudian peneliti meminta kesediaan responden untuk menjadi responden, apabila bersedia maka responden mengisi lembar persetujuan menjadi responden (Informed consent).

Informasi yang didapat dari responden dijamin kerahasiaannya oleh peneliti (Confidentiality) dengan tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan (Anonimity).

5. Instrumen Penelitian

(46)

Instrumen berupa kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian. Data demografi responden penelitian yang meliputi: usia, anak ke berapa, postpartum/nifas hari ke berapa, agama, pendidikan, penghasilan keluarga, dukungan suami, jenis kelamin bayi, dan jenis kelainan kongenital bayi. Data demografi responden hanya digunakan untuk menguraikan karakteristik responden.

(1) Kuisioner perilaku orang tua adaptif dan maladaptif, sebanyak 37 pernyataan yang terdiri dari pernyataan adaptif (25) dan pernyataan maladaptif (12). Pengukuran variabel ini dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari 4 bentuk pilihan jawaban. Selanjutnya mengubah skor kualitatif menjadi skor kuantitatif dengan cara:

a. Untuk pernyataan adaptif 1, 2, 3, 6, 7, 8, 9, 14, 15, 16, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 34, 35, 36 dan 37, jawaban “S” bernilai 4, jawaban “SR” bernilai 3, jawaban “JR” bernilai 2, jawaban “TP” bernilai 1.

b. Untuk pernyataan maladaptif 4, 5, 10, 11, 12, 13, 17, 18, 19, 24, 30, dan 33, jawaban “S” bernilai 1, jawaban “SR” bernilai 2, jawaban “JR” bernilai 3, dan jawaban “TP” bernilai 4.

(47)

Lembar observasi perilaku ibu akan diisi oleh peneliti dengan melihat langsung pada saat ibu dan bayi bertemu. Apabila perilaku pada lembar observasi tidak dapat dilihat oleh peneliti dalam waktu yang lama, maka peneliti dapat melakukan wawancara pada keluarga dan menanyakan apakah perilaku tersebut pernah dilakukan atau sebaliknya.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid jika instrumen itu mampu mengukur apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu (Setiadi, 2007). Validitas yang dilakukan adalah validitas isi yaitu sampai sejauh mana instrumen tersebut dapat mewakili faktor yang diteliti.

Validitas isi tidak memakai prosedur statistik tetapi diuji oleh ahli yang menguasai topik studi tersebut (Dempsey & Dempsey, 2002) .Validitas isi dilakukan oleh 2 orang dosen ahli yaitu 1 dosen Keperawatan Maternitas dan 1 dosen Keperawatan Jiwa.

Reliabilitas instrumen adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi, 2007). Uji reliabilitas instrumen ini dilakukan dengan menggunakan komputerisasi untuk menggunakan uji Cronbach’s Alpha. Polit & Hungler (1997) menjelaskan bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai reliabilitas lebih dari 0.70.

(48)

(Dahlan, 2011). Uji reliabilitas tidak dilakukan dalam penelitian ini dikarenakan sulitnya menemui responden dan minimnya jumlah responden berdasarkan hasil survei awal.

7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimulai setelah peneliti memperoleh surat izin pelaksanaan penelitian dari Fakultas Keperawatan USU dan RSUP H. Adam Malik Medan. Peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan penelitian dan bertanya tentang diagnosis bayi maupun gejalanya bila sesuai kriteria inklusi maka diminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden yang telah disediakan. Responden yang bersedia akan diwawancarai oleh peneliti selama ± 15 menit dan diobservasi selama ± 30 menit serta diberi kesempatan bertanya apabila ada pernyataan yang tidak atau kurang dipahami. Setelah responden selesai menjawab semua pernyataan, peneliti memeriksa kembali kelengkapan jawaban responden dan menyesuaikannya dengan jumlah kuesioner yang terkumpul.

Peneliti kemudian melakukan tahap terminasi (perpisahan) dengan responden dan mengucapkan terima kasih. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul semuanya, peneliti melapor kembali ke RSUP H. Adam Malik untuk mendapatkan surat keterangan telah selesai melakukan penelitian.

8. Analisa Data

(49)

Selanjutnya memasukkan (entry) data ke dalam komputer, sebelum analisis data dilakukan pengecekan data untuk menghindari kesalahan dalam pemasukan data (cleaning). Kemudian data disimpan ke komputer (saving) untuk siap dianalisis dan diolah dengan menggunakan komputer dan dianalisa secara deskriptif yaitu statistik univariat.

(50)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai adaptasi psikologis ibu nifas yang memiliki bayi dengan kelainan kongenital di RSUP H. Adam Malik. Penelitian ini dilaksanakan pada 24 Mei – 20 Juli 2013 di ruangan perinatologi RSUP H. Adam Malik dengan jumlah responden sebanyak 18 orang.

1. Hasil Penelitian

1.1 Data demografi responden

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Demografi Responden (n=18)

(51)

Hirschprung disease Penyakit jantung bawaan Hidrosefalus 9. Keluaga yang menunggu bayi

(selain ibu) suami

suami dan nenek suami dan anak suami, nenek, anak dll

9 Luar Kota Medan

8 10

44,4 55,6

Dari tabel 5.1 menunjukkan bahwa mayoritas ibu berusia 20-35 tahun yaitu 17 orang (94,4%), dengan suku terbanyak adalah suku Jawa (50,0%) dan suku yang paling sedikit adalah Melayu (5,6%). Mayoritas ibu beragama Islam (83,3%) dengan pendidikan terakhir mayoritas SMA yaitu 9 orang (50,0%). Jenis kelamin bayi yang mengalami kelainan kongenital terbanyak adalah laki-laki (72,2%) dengan jenis kelainan kongenital tersering adalah Hirschprung’s disease (38,9%) disusul penyakit jantung bawaan (33,3%).

(52)

1.2Analisa Univariat

Analisa univariat dimaksudkan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dan persentasi adaptasi psikologis ibu nifas yang memiliki bayi dengan kelainan kongenital.

1.2.1 Adaptasi Psikologis Ibu Nifas yang Memiliki Bayi dengan Kelainan Kongenital

Analisa univariat adaptasi psikologis ibu nifas ditinjau dari 5 aspek yakni pemberian makanan, istirahat/tidur, stimulasi dan perawatan bayi, persepsi diri dan keadaan emosional orang tua serta hasil obsevasi perilaku ibu sebagai berikut:

1.2.1.1Pemberian makanan

Pemberian makanan dibagi ke dalam kategori adaptif dan maladaptif. Untuk melihat distribusi frekuensi dan persentasi masing-masing kategori pemberian makanan dapat dilihat pada tabel 5.2 di bawah ini:

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentasi pemberian makanan (n=18)

No Pemberian Makanan

f %

1 Adaptif 14 77,8%

2 Maladaptif 4 22,2

(53)

1.2.1.2Istirahat/tidur

Istirahat/ tidur dibagi ke dalam kategori adaptif dan maladaptif. Untuk melihat distribusi frekuensi dan persentasi masing-masing kategori istirahat/tidur dapat dilihat pada tabel 5.3 di bawah ini:

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentasi istirahat/tidur (n=18)

No Istirahat/ tidur

f %

1 Adaptif 13 72,2

2 Maladaptif 5 27,8

Pada tabel 5.3 dapat dilihat data yang terbanyak adalah responden dengan istirahat/tidur termasuk dalam kategori adaptif sebanyak 13 orang (72,2%).

1.2.1.3Stimulasi dan perawatan bayi

Stimulasi dan perawatan bayi dibagi ke dalam kategori adaptif dan maladaptif. Untuk melihat distribusi frekuensi dan persentasi masing-masing kategori stimulasi dan perawatan diri dapt dilihat pada tabel 5.4 di bawah ini:

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentasi stimulasi dan perawatan diri (n=18)

No Stimulasi & Perawatan bayi

f %

1 Adaptif 15 83,3

2 Maladaptif 3 16,7

(54)

1.2.1.4Persepsi diri dan keadaan emosional ibu

Persepsi diri dan perawatan bayi dibagi ke dalam kategori adaptif dan maladaptif. Untuk melihat distribusi frekuensi dan persentasi masing-masing kategori persepsi dan keadaan emosional ibu dapat dilihat pada tabel 5.5 di bawah ini:

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentasi persepsi diri dan keadaan emosional ibu (n=18)

No Persepsi &

Pada tabel 5.5 dapat dilihat data bahwa semua responden dengan persepsi dan keadaan emosional ibu merupakan adaptif (100,0%).

1.2.1.5 Observasi Perilaku Ibu

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi dan persentasi hasil observasi perilaku ibu (n=18)

No Perilaku ibu f %

1 Adaptif 18 100,0

2 Maladaptif 0 0

Pada tabel 5.6 dapat dilihat data bahwa semua responden dari hasil observasi perilaku ibu merupakan adaptif (100,0%). Sehingga secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa semua ibu memiliki adaptasi psikologis yang adaptif.

Tabel 5.7 Adaptasi Psikologis Ibu Nifas yang Memiliki Bayi dengan Kelainan Kongenital di RSUP H. Adam Malik (n=18)

No Adaptasi psikologis ibu

f %

(55)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 18 ibu dengan menggunakan 2 kategori yaitu adaptif dan maladaptif, didapat hasil semua ibu memiliki adaptasi

psikologis yang adaptif (100,0%), meskipun terdapat beberapa penilaian yang

menunjukkan kriteria maladaptif.

2. Pembahasan

2.1 Demografi

Pada penelitian ini didapat mayoritas ibu yang melahirkan bayi dengan kelainan kongenital berada pada kelompok usia reproduksi sehat (20-35 tahun) yaitu sebanyak 17 orang ibu atau (94,4%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Siahaan (2012) yang menyatakan bahwa mayoritas umur ibu yang melahirkan bayi dengan kelainan kongenital adalah 20-35 tahun (84,3%).

Peneliti berasumsi bahwa ada faktor lain selain usia yang dapat mempengaruhi kelainan kongenital. Asumsi ini diperkuat dengan pernyataan Manuaba (1998) bahwa kejadian kongenital dapat disebabkan oleh faktor usia, genetik, mekanis, infeksi, obat, gizi dan kelainan hormon.

Berdasarkan suku, mayoritas ibu dengan suku Jawa (50,0%), hal ini berkaitan dengan jumlah suku pendatang terbanyak di Sumatera Utara pada umumnya (33,4%) bersuku Jawa (Bappeda Sumatera Utara, 2009). Mayoritas ibu beragama Islam (83,3%), hal ini dapat terjadi karena jumlah penduduk di Sumatera Utara mayoritas beragama Islam (65,45%) (Bappeda Sumatera Utara, 2009).

(56)

(Friedman, 1998). Peneliti berasumsi bahwa hal ini berkaitan dengan tingkat pendidikan ibu yang sebagian besar berada pada tingkat pendidikan SMA atau dapat dikatakan cukup baik, yang mungkin akan mempengaruhi pengetahuan dalam perawatan bayinya. Sehingga secara tidak langsung mempengaruhi adaptasi psikologis ibu yang adaptif.

Dari 17 bayi yang mengalami kelainan kongenital, sebanyak 13 orang (72,2%) adalah laki-laki dan selebihnya adalah perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian Siahaan (2012) di RSUD Pirngadi Medan menyatakan jenis kelamin tertinggi adalah laki-laki (54,9%). Hal serupa juga dikemukakan oleh penelitian Nugraha (2010) di RSIA Sri Ratu Medan menyatakan jenis kelamin tertinggi yaitu laki-laki 60,0%. Demikian juga penelitian Prabawa (1998) di RSUP Dr. Kariadi Semarang menyatakan bahwa jenis kelamin tertinggi yaitu laki-laki 65,2%.

Jenis kelainan kongenital mayoritas merupakan Hirschprung’s disease (38,9%) dan penyakit jantung bawaan (33,3%). Hal ini sejalan penelitian Siahaan, (2012) di RSUD Pirngadi Medan menyatakan jenis kelainan kongenital tertinggi adalah sistem gastrointestinal (66,7%). Hal ini berbeda dengan penelitian Indrasanto di RSAB Harapan Kita tahun 2001-2005 jenis kelainan kongenital tertinggi adalah pada sistem cardio-torax (36,86%). Kelainan yang termasuk dalam sistem cardo-torax yaitu penyakit jantung bawaan.

(57)

lama dirawat 26 hari berjumlah 1 bayi adalah penyakit jantung bawaan dengan jenis kelamin perempuan.

Angka kejadian bayi dengan kelainan kongenital tertinggi pada multipara sebanyak 10 orang (55,6%). Berdasarkan teori, pada umumnya ibu dengan paritas tinggi, memiliki kemungkinan terjadinya abnormalitas pada kehamilan berikutnya (Admin, 2009 dalam Mukharomah, 2011).

Keluarga yang menunggu bayi (selain ibu) sebagian besar adalah suami (50,0%). Suami dan keluarga yang menunggu bayi di rumah sakit ketika ibu ada maupun tidak ada di rumah sakit merupakan bentuk dukungan sosial bagi ibu. Dukungan sosial dari suami dan keluarga membuat ibu mampu mempunyai adaptasi psikologis yang adaptif. Hal ini sejalan dengan penelitian Ratnawati, dkk (2013) menyatakan bahwa dukungan sosial suami dapat menurunkan kejadian Postpartum blues di wilayah kerja Puskesmas Gribig Kecamatan Kedungkandang Malang.

(58)

2.2Adaptasi Psikologis Ibu Nifas yang Memiliki Bayi dengan Kelainan Kongenital

Adaptasi psikologis ibu nifas ditinjau dari beberapa aspek yaitu pemberian makanan, istirahat/tidur, stimulasi dan perawatan bayi, persepsi diri dan keadaan emosional ibu, dan observasi perilaku ibu.

2.2.1 Pemberian makanan

Adaptasi psikologis mengenai pemberian makanan (ASI) sebagian besar adaptif yaitu sebanyak 14 ibu (77,8%). Peneliti berasumsi bahwa sebagian besar ibu memberikan ASI pada bayi agar bayi mendapatkan makanan terbaik. Hal ini diperkuat dengan penelitian Pradnyana, dkk (2010) menyatakan bahwa menyusui tidak hanya untuk mengurangi stres untuk ibu, namun juga mengurangi tingkat stres pada bayi ketika ibunya mengalami depresi.

Sebanyak 4 ibu (22,2%) memiliki pemberian makanan yang maladaptif, hal ini dapat diasumsikan karena kondisi penyakit bayi yang belum dapat diberikan ASI untuk sementara waktu. Hal ini sesuai dengan penatalaksanaan penyakit hirschsprung adalah tindakan dekompresi medik, atau dekompresi bedah dengan pembuatan sigmoidostomi (Gerson, 2009 dalam Trisnawan, 2011). Adanya tindakan bedah maka bayi perlu dipuasakan sehingga ibu tidak dapat memberikan ASI untuk sementara.

2.2.2 Istirahat/tidur

(59)

bayi. Begitu juga dengan pernyataan mengenai menjaga atau memperhatikan ruangan tidur bayi ada 1 orang ibu menjawab tidak pernah karena sejak hari pertama bayi sudah dibawa ke rumah sakit sementara ibu datang beberapa hari kemudian, wawancara dilakukan ketika ibu baru datang pada hari pertama, serta ibu merasa hal itu adalah tanggung jawab perawat.

2.2.3 Stimulasi dan perawatan bayi

Adaptasi psikologis mengenai stimulasi dan perawatan bayi sebagian besar adaptif yaitu sebanyak 15 ibu (83,3%) . Hal ini sesuai dengan tahap perkembangan ibu pada fase taking-hold yaitu ibu mulai melakukan perawatan pada bayi sesuai dengan yang dianjurkan tenaga kesehatan (McKinney, 2000). Sebanyak 3 (16,7%) ibu maladaptif, peneliti berasumsi karena pada pernyataan mengenai menggendong/memangku bayi dengan posisi nyaman ada 2 orang ibu yang menjawab tidak pernah disebabkan kondisi penyakit bayi.

2.2.4 Persepsi diri dan keadaan emosional ibu

Adaptasi psikologis mengenai keadaan emosional ibu semuanya (100,0%) adaptif. Namun ada 3 pernyataaan yang menurut asumsi peneliti dapat menjadi gejala gangguan psikologis yaitu kehilangan nafsu makan, menangis dan merasa bersalah, mengalami tidur terganggu. Pernyataan kehilangan nafsu makan memiliki jawaban terbanyak jarang sebanyak 14 orang ibu dan yang menjawab sering sebanyak 4 orang ibu.

(60)

kondisi psikologis, mengganggu proses bonding dan attachment yang pada akhirnya menstimulus postpartum blues (Bobak, 2005 dalam Macmudah, 2012) 2.2.5 Observasi perilaku ibu

Pada penelitian ini didapat hasil observasi perilaku ibu semuanya adaptif (100,0%) yang mendukung adaptasi psikologis secara keseluruhan.

2.2.6 Adaptasi psikologis ibu nifas yang memiliki bayi dengan kelainan kongenital

(61)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Mayoritas ibu yang memiliki bayi dengan kelainan kongenital berdasarkan demografi berusia 20-35 tahun (94,4%), suku Jawa (50,0%), agama Islam (83,3%) pendidikan terakhir SMA (50,0%), berada pada hari nifas ke 4-14 hari (77,8%) dan merupakan ibu multipara (55,6%). Mayoritas jenis kelamin bayi yang mengalami kelainan kongenital adalah laki-laki (72,2%), jenis kelainan kongenital Hirschprung’s disease (38,9%) disusul penyakit jantung bawaan (33,3%). Mayoritas keluarga yang menunggu bayi selain ibu adalah suami (50,0%) dan daerah asal terbanyak dari luar kota Medan (55,6%).

b. Adaptasi psikologis ibu semuanya adaptif (100,0%) meskipun terdapat beberapa item penilaian yang menunjukkan kondisi maladaptif.

2. Saran

a. Saran terhadap keterbatasan penelitian

Peneliti menyarankan agar pada penelitian selanjutnya dilakukan uji reliabilitas dan jumlah responden yang lebih banyak sehingga hasil penelitian yang diperoleh lebih representatif.

b. Saran terhadap penelitian selanjutnya

(62)
(63)

DAFTAR PUSTAKA

Bappeda Sumatera Utara. (2009). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sumatera Utara 2009 – 2013. Jakarta. Diambil pada 12

Juli 2013 dari

Bobak, M. Irene., Deitra L. L., Margaret D.J. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Ed.4. Jakarta: EGC.

Dahlan, M.S. (2012). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat Ed.5. Jakarta: Salemba Medika.

Dempsey, P.A., & Dempsey, A.D. (2002). Riset Keperawatan; Buku Ajar dan Latihan. Jakarta:EGC.

Depkes RI. (2010). Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan. Jakarta Depkes RI. (2011). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010. Jakarta.

Edhborg, M., Nasreen, H.E., & Kabir, Z.N. (2011). Impact of Postpartum

Depressive and Anxiety Symptoms on Mothers’ Emotional Tie to Their

Infants 2-3 Months Postpartum: a Population-Based Study from Rural

Bangladesh. Arch Womens Ment Health. Diambil pada 24 November 2011

dari

http://search.proquest.com/medical/docview/878939127/fulltextPDF/13B8

2707B3023BF9C71/1?accountid=50257.

Effendi, S.H., & Indrasanto, E. (2010). Buku Ajar Neonatologi (cet. ke-2). Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Friedman, M.M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Jakarta: EGC. Hurlock, B. Elizabeth. (1980). Psikologi Perkembangan suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Indrasanto, E. dan Effendi, S.H. (2008). Pendekatan Diagnosis Kelainan Bawaan Menurut Klasifikasi European Registration of Congenital Anomalies. Majalah Kedokteran Bandung FK UNPAD Volume XI No. 1 Tahun 2008.

(64)

Macmudah., Setyowaty., Rahmah, H., Rahmawati, I.N. (2012). Persalinan Komplikasi dan Kemungkinan Terjadinya Postpartum Blues. Seminar Hasil-Hasil Penelitian – LPPM UNIMUS 2012. Diambil pada 8 Januari

2013 dari

Manuaba, I.B.G. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

McKinney, E.S., Ashwill, J.W., Murray, S.S., James, S.R., Gorrie, T.M., Droske, S.C. (2000). Maternal Child Nursing. United States of America: W.B. Saunders Company.

Misri, S., Kendrick, K., Oberlander, T.F., Norris, S., Tomfohr, L., Zhang, H., & Grunau, R.E. (2010). Antenatal Depression and Anxiety Affect Postpartum Parenting Stress: A Longitudinal, Perspective Study. The Canadian Journal of Psychiatry. Diambil pada 2 Januari 2013 dari

Mukharomah, A.L., & Wahyuningsih, S.E. (2011). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Molla Hidatidosa di RSUP DR. Kariadi Semarang. Dinamika Kebidanan. Diambil pada 18 Juli 2013 dari

Nager, A., Johansen, L.M., & Sundquist, K. (2005). Neighborhood socioeconomic environment and risk of postpartum psychosis. Arch Women Ment Health.

Diambil pada 23 Januari 2013 dari

Nugraha, J. 2010. Gambaran Kelainan Bawaan pada Bayi Baru Lahir di RSIA Sri Ratu Medan Tahun 2009. Skripsi FK USU Medan. Diambil pada 18 Juli

2013 dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21465/3/Chapter%20III-VI.pdf

(65)

Palate: The Impact of Parental Diagnosis. The Cleft Palate-Craniofacial

Journal. Diambil pada 23 Januari dari http://search.proquest.com/docview/196760967/fulltextPDF/13BCAAB58

37773E110F/1?accountid=50257

Polit, D.F., dan Hungler, B.P. (1997). Essentials of Nursing Research Methods, Appraisal, Utilization. Philadelphia: Lippincott.

Prabawa, M. (1998). Kejadian Bayi Lahir dengan Kelainan Kongenital. Tesis FK Universitas Diponegoro. Diambil pada 12 Desember 2012 dari

Pradnyana, E., Westa, W., Ratep, N. (2010). Diagnosis dan Tata Laksana Depresi Postpartum pada Primipara. Bagian/SMF Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah. Diambil pada 18 Juli 2013 dari

Ratnawati, R., Zulriyah, L., Wulandari, U.A. (2013). Pengaruh Dukungan Sosial Suami Pada Kejadian Postpartum Blues di Wilayah Kerja Puskesmas Gribig Kecamatan Kedungkandang Malang. FK Universitas Brawijaya.

Diambil pada 18 Juli 2013 dari

Reeder, Sharon J., Leonide L. Martin, Deborah Koniak-Griffin. (2011). Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siahaan, S.M.Y. (2012). Karakteristik Ibu yang Melahirkan Bayi dengan Kelainan Kongenital di RSUD DR. Pirngadi Medan Tahun 2007-2011. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

Simpson, K.R., & Creehan, P.A. (2001). Perinatologi Nursing. Philadelphia: Lippincott.

(66)

Tambunan, Labungan. (2012). Persepsi Orang Tua yang Memiliki Bayi dengan Kelainan Kongenital. Skripsi. Medan: Fakultas Keperawatan USU.

Trisnawan, I.P., Darmajaya, I.M. (2011). Metode Diagnosis Penyakit Hirschprung. Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah. Diambil pada 20 Juni 2013 dari http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/5351/4100

(67)

Lampiran 3

Kuesioner Penelitian

Petunjuk Pengisian:

1. Isilah data di bawah ini dan berilah tanda centang (√) pada kotak jawaban yang Ibu pilih

2. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti

1. Data Demografi

Hari/tanggal: Kode Responden (diisi oleh peneliti):

a. Usia ibu : b. Anak ke :

c. Postpartum/nifas hari ke : d. Agama

฀ Islam ฀ Protestan ฀ Budha

฀ Khatolik ฀ Hindu ฀ Lain-lain, sebutkan……….

e. Tingkat pendidikan ibu

฀ Tidak sekolah ฀ SMP ฀ Sarjana

฀ SD ฀ SMA ฀ Lain-lain, sebutkan……….

f. Penghasilan keluarga g. Dukungan suami

฀ Kurang ฀ Baik

h. Jumlah kunjungan ibu pada bayi : i. Jenis kelamin bayi :

(68)

2. Kuisioner Adaptif dan Maladaptif

Buatlah tanda centang (√) di bawah ini tentang seberapa sering dan benar menurut anda. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Pilihlah jawaban yang tepat sesuai dengan pengalaman anda.

S = Selalu JR = Jarang

SR = Sering TP = Tidak Pernah

No Pernyataan S SR JR TP

1. Saya memberikan ASI eksklusif (hanya asi tanpa makanan lain) selama 6 bulan sebagai makanan utama untuk bayi saya

2. Saya mempersiapkan tempat tidur bayi yang sesuai untuk usia bayi saya

3. Saya berbicara pada bayi saya dan berusaha membuat suara-suara yang mirip dengan suara bayi

4. Saya merasa suasana perasaan saya berubah-ubah, bisa bahagia dan sedih atas kelahiran bayi saya

5 Saya kelelahan mengurus bayi saya

6. Saya merasa kejadian ini adalah cobaan atau ujian dari Tuhan

7. Saya memakan makanan bergizi untuk memberikan ASI yang baik bagi bayi saya

8. Saat bayi saya tidur, saya menjaga agar ruangan tidak ribut agar bayi saya tidak terganggu

9. Saya menyentuh bayi saat menyusui, memandikan, dan tidur tidak hanya saat bayi saya menangis

10. Saya merasa lebih baik orang lain/keluarga saja yang merawat bayi saya daripada saya

11. Saat ini saya kehilangan nafsu makan

12. Timbul dalam hati saya niat untuk melakukan hal-hal yang jahat terhadap bayi saya

13. Saya merasa malu untuk berbicara dengan teman atau orang lain karena kelainan anak saya ini

14. Saya menjaga kebersihan payudara saya, agar asi yang saya berikan tetap bersih

15. Saya berharap bayi saya dapat tidur terjadwal dan teratur

16. Saya berusaha melakukan sesuatu (menyusui/memberi susu, memperbaiki bendongan, bermain, dll) jika bayi saya menangis

(69)

untuk melihat keadaannya

19. Saya menangis dan merasa bersalah akan kelainan yang dialami bayi saya

20. Saya menyusui bayi saya secara teratur dan sesering mungkin

21. Saya menjaga kebersihan selimut, bantal dan peralatan tidur lainnya sehingga bayi saya dapat tidur dengan nyaman

22. Saya memperhatikan bayi saya agar tetap kering, hangat, dan tidak kelaparan

23 Saya yakin dapat merawat bayi saya dengan baik dengan bantuan tenaga kesehatan jika diperlukan 24. Timbul perasaan bahwa saya lebih baik mati setelah

melahirkan bayi dengan kelainan

25. Saya berpikir positif terhadap bayi saya, suatu hari bayi saya akan sehat

26. Saya membuat posisi yang nyaman saat menyusui bayi saya

27. Saya menyendawakan bayi setelah menyusui dengan menepuk-nepuk punggung bayi dengan pelan

28. Saya akan menyediakan mainan yang sesuai dengan usia bayi saya

29. Saya percaya bayi saya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik

30. Saya sulit berkonsentrasi saat diajarkan oleh perawat/orang lain tentang cara merawat bayi saya 31. Saya senang bila berbicara tentang kelahiran bayi saya 32. Saya menggendong/memangku bayi saya dengan posisi

yang nyaman

33. Saya rasa saya seperti menyakiti anak saya

34. Bayi saya merasa tenang dan tidak rewel jika bersama dengan saya

35. Saya tidak berkecil hati melihat anak-anak yang sehat dan normal

(70)

Observasi Perilaku Adaptasi Psikologis Ibu Nifas yang Memiliki Bayi dengan

Kelainan Kongenital

1. Mencium bayi 6. Menyusui bayi 2. Memeluk bayi 7. Kontak mata ibu-bayi

3. Menyentuh bayi 8. Berbicara/ bermain dengan bayi 4. Menggendong bayi 9. Memandikan/mengelap bayi 5. Ekspresi wajah ibu bertemu bayi 10.Antusias berbicara tentang bayi

Gambar

Tabel 2.1 Perilaku Orang Tua Adaptif dan Maladaptif
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Demografi Responden (n=18)
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentasi pemberian makanan (n=18)
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentasi istirahat/tidur (n=18)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Ketepatan pegawai dalam melayani konsumen merupakan salah satu dimensi dari kualitas pelayanan yang memiliki nilai paling tinggi karena para pegawai yang berada di Sushi Den

Dengan demikian, mungkin maksud frasa kepemilikan saham dan/atau keterlibatan langsung dalam manajemen BUMN tersebut dalam pertimbangan hukum MK tersebut adalah

Presiden, Wakil Presiden, Menteri-menteri, Ketua, Wakil Ketua dan Anggota, Dewan Perwakilan Rakyat, Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Mahkamah Agung, Jaksa Agung pada Mahkamah

Pada tahun 2025, jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan mencapai 273 juta jiwa, dan hampir seperempat dari jumlah penduduk tersebut atau sekitar 62,4 juta jiwa

Dengan adanya kekuatan di KPS Bogor, yaitu struktur organisasi sudah berjalan dengan efektif, hubungan yang baik antara pengurus, dengan peluang adanya impor yang banyak di dalam

Rahap awal yaitu kita mengindentifikasi plat nomor kendaraan, setelah itu kamera akan terhubung dengan Raspberry pi yang telah terdeteksi dan akan masuk ke database

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa anak-anak yang mengikuti kegiatan kursus dengan jumlah pertemuan lebih dari dua kali dalam seminggu mengalami gejala-gejala stres dan

“Pengaruh Locus of Control terhadap hubungan antara Partisipasi Penyusunan Anggaran dengan Kepuasan Kerja dan Kinerja Manajerial”, Jurnal Ekonomi , Vol 7 Nomor 3, Oktober