• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Metode Terjemahan Novel Kesaksian Sang Penyair

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Metode Terjemahan Novel Kesaksian Sang Penyair"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS METODE TERJEMAHAN NOVEL

/

M War `a Al-Nahri

/ “

Kesaksian Sang Penyair

SKRIPSI SARJANA

OLEH

ASWIN EFENDI LUBIS

0 3 0 7 0 4 0 1 2

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS METODE TERJEMAHAN NOVEL

/M War `a Al-Nahri/ “Kesaksian Sang Penyair”

SKRIPSI SARJANA Dikerjakan

O L E H

ASWIN EFENDI LUBIS NIM. 030704012

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Aminullah, M.A., Ph.D. Nur Aisah Simamora, Lc Nip. 132049790

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan

untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam bidang Ilmu Bahasa Arab

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Disetujui oleh:

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB

Ketua, Sekretaris,

Drs. Aminullah, M.A., Ph.D. Dra. Kacar Ginting, M.Ag

(4)

PENGESAHAN

Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA

Dalam bidang Ilmu Bahasa Arab Pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan

Pada,

Hari : Selasa Tanggal : 26 Juni 2007

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Dekan,

Drs. Wan Syaifuddin, M.A, Ph.D. Nip. 132098531

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. H. Aminullah, M.A, Ph.D. ( )

2. Dra. Kacar Ginting, M.Ag ( ) 3. Nur Aisah Simamora, Lc ( )

4. Dra. Khairawati, M.A., Ph.D. ( )

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah, iman dan Islam serta rahmat-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat beriring salam senantiasa dilimpahkan Allah SWT kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya yang penuh keteguhan menegakkan kebenaran dan membawa risalah Islam ke muka bumi ini.

Suatu hal yang sudah menjadi kewajiban bagi seorang mahasiswa yang akan menyelesaikan studinya untuk menyusun karya tulis ilmiah dalam bidang ilmu yang dipelajarinya. Guna memenuhi syarat untuk mendapat gelar Sarjana Sastra pada Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan. Maka penulis memilih bidang ilmu terjemah dengan judul “Analisis

Metode Terjemahan Novel /M War `a Al-Nahri/ (Kesaksian Sang Penyair)”.

Dalam penelitian skripsi ini penulis menyadari masih terdapat kekurangan, akan tetapi ini merupakan hasil maksimal yang penulis lakukan. Dan berkat rahmat karunia Allah SWT serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Harapan penulis semoga skripsi ini ada manfaatnya bagi penulis dan pembaca yang ingin mendalami ilmu terjemah. Oleh karena itu penulis bersedia menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini di masa mendatang.

Medan, September 2007

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada hambanya, sehingga penelitian skripsi ini dapat diselesaikan. Begitu pula shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa petunjuk ke jalan yang diridhai-Nya.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Yang tercinta dan teristimewa buat kedua orang tua tercinta Ayahanda H.

Rafi`i Lubis dan Ibunda Hj. Tilam Sari Nasution yang telah memberikan segenap pengorbanan yang disertai do‘a yang tulus ikhlas dalam membesarkan dan mendidik penulis agar dapat berbakti kepada orangtua, agama, bangsa dan negara.

2. Teristimewa buat kakanda M. Bakri Batubara dan Hj. Rukni Lubis yang telah bersedia dengan penuh keikhlasan mendidik dan mengorbankan segalanya bagi penulis.

3. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan serta Pembantu Dekan I, II, dan III yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Sarjana di Fakultas Sastra USU.

4. Bapak Drs. Aminullah M.A. Ph.D dan Ibu Dra. Kacar Ginting, M.Ag selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan atas dorongan yang diberikan kepada penulis terhadap penelitian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Aminullah M.A. Ph.D dan ibu Nur Aisyah Simamora LC, selaku pembimbing I dan II yang dengan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dengan penuh perhatian dan kesabaran untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(7)

7. Bang Andika yang telah berperan terhadap penyelesaian skripsi ini serta segenap aktivitas Akademik Fakultas Sastra USU.

8. Amraini yang selalu bersedia meluangkan waktu untuk mengeditor tulisan ini serta perhatian dan dukungannya yang besar untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat stambuk 03 syukran jazilan ilaikum jami‘an atas jalinan persahabatan, bantuan serta dukungannya : Dika, Iril, Andy, Gafar, Dinul, Amril, Zikri, Latif, Eka, Fakrah,Vina, Ito, Ema, Nia, Lina, Zul, Ijur,.

10.Kakanda para alumni dan teman-teman mahasiswa bahasa Arab yang bergabung dalam Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA) Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, terima kasih atas bantuan dan ukhuwahnya selama ini.

Penulis tidak dapat membalas jasa baik yang telah diberikan, akhirnya selaku hamba yang serba kekurangan hanya dapat bermohon kepada Allah SWT semoga diberikan balasan yang lebih baik. Amin

Medan, Agustus 2007

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR SINGKATAN ... v

ABSTRAK ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 5

1.5Metode Penelitian ... 5

BAB II TINAJAUAN PUSTAKA ... 6

1.1 Pengertian Terjemahan ... 6

1.2 Teori Terjemahan ... 7

1.3 Pembagian Terjemahan ... 8

BAB III HASIL DAN PEMABAHASAN ...12

3.1 Sekilas Tentang Taha Husain ... 12

3.2 Sinopsis Novel

/M War `a Al-Nahri/ “Kesaksian Sang Penyair” ……….. 13

3.3 Analisis Metode Terjemahan Novel

/M War `a Al-Nahri/………. 15

3.3.1 BAB IV ……….………… 15

3.3.2 BAB V ………... 47

3.3.3 BAB VI ………. 80

BAB IV PENUTUP ...115

4.1 Kesipulan ...115

4.2 Saran ...116

DAFTAR PUSTAKA ...117

(9)

DAFTAR SINGKATAN

1. SWT : Subahana Wa Ta‘ala

2. SAW : Salallahu ‘Alaihi Wa Salam 3. DEPDIKNAS : Departemen Pendidikan Nasional

4. DEPDIKBUD : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 5. Mentri P&K : Mentri Pendidikan dan Kebudayaan 6. SKB : Surat Keputusan Bersama

7. R.I : Republik Indonesia

8. DEPAG : Departemen Agama

9. t.t : tanpa tahun

10.No. : Nomor

11.Kep. : Keputusan

(10)

ABSTRAK

Aswin Efendi Lubis, 2007. Analisis Metode Terjemahan Novel /M War `a Al-Nahri/ “Kesaksian Sang Penyair” Medan: Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Terjemah adalah memindahkan perkataan dari satu bahasa ke dalam bahasa lain. Seorang penerjemah harus paham perkataan yang tertulis dalam bahasa sumber agar ia dapat memindahkannya ke dalam bahasa lain ( bahasa sasaran).

Penelitian ini membahas tentang metode terjemahan dalam novel /M War `a Al-Nahri/ “Kesaksian Sang Penyair” karya Taha Husain. Untuk menganalisis novel tersebut penulis menggunakan metode terjemahan Newmark.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode terjemahan apa saja yang digunakan oleh penerjemah dan metode apa yang paling banyak digunakannya.

Penelitian ini merupakan Studi Kepustakaan (Library Research) dengan menggunakan Metode Analisis Deskriptif.

(11)

.

.

:

.

.

.

.

.

.

(Library Research)

(Metode deskriftif)

.

:

.

(12)

TÜà|ÇçtM

^tàt~tÇÄt{M ÂtÑt~t{ átÅt ÉÜtÇz@ÉÜtÇz çtÇz

ÅxÇzxàt{â| wxÇztÇ ÉÜtÇz@ÉÜtÇz çtÇz à|wt~

ÅxÇzxàt{â|RÊ ;dáA FLM L<

TÜà|ÇçtM

a|ávtçt TÄÄt{ t~tÇ ÅxÇ|Çzz|~tÇ ÉÜtÇz@ÉÜtÇz çtÇz

uxÜ|ÅtÇ w| tÇàtÜtÅâ wtÇ ÉÜtÇz@ÉÜtÇz çtÇz w|uxÜ| |ÄÅâ

ÑxÇzxàt{âtÇ uxuxÜtÑt wxÜt}tà ;dáA HKM DD<

Ananda persembahkan karya ini

untuk ayahanda dan ibunda tercinta. Sembah sujud serta terima kasih ananda

yang sedalam-dalamnya, atas seluruh cinta, kasih sayang dan pengorbanan

yang telah diberikan kepada ananda.

TÜà|ÇçtM

lt TÄÄt{ tÅÑâÇ|Ät{ wÉát ~tÅ| wtÇ wÉát ~xwât ÉÜtÇzàât

~tÅ| wtÇ átçtÇz|Ät{ ÅxÜx~t áxutzt|ÅtÇt ÅxÜx~t

(13)

ANALISIS METODE TERJEMAHAN NOVEL

/M War `a Al-Nahri/ “Kesaksian Sang Penyair”

SKRIPSI SARJANA Dikerjakan

O L E H

ASWIN EFENDI LUBIS NIM. 030704012

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Aminullah, M.A., Ph.D. Nur Aisah Simamora, Lc Nip. 132049790

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan

untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam bidang Ilmu Bahasa Arab

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(14)

Disetujui oleh:

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB

Ketua, Sekretaris,

Drs. Aminullah, M.A., Ph.D. Dra. Kacar Ginting, M.Ag

(15)

PENGESAHAN

Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA

Dalam bidang Ilmu Bahasa Arab Pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan

Pada,

Hari : Rabu

Tanggal : 12 September 2007

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Dekan,

Drs. Wan Syaifuddin, M.A, Ph.D. Nip. 132098531

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. H. Aminullah, M.A, Ph.D. ( )

2. Dra. Kacar Ginting, M.Ag ( ) 3. Nur Aisah Simamora, Lc ( )

4. Dra. Fauziah M.A. ( )

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sejarah perkembangannya, kegiatan penerjemahan bukanlah hal yang baru dalam kehidupan manusia. Sebagaimana yang disampaikan oleh Nida (dalam Humanika, 2002: 4) bahwa pada tahun 397 SM (catatan sejarah lain menunjuk tahun 445 SM) tradisi penerjemahan mulai muncul dalam masyarakat Yahudi. Pada saat itu di sebuah kota yang bernama Nehemiah ada tradisi unik dalam penyampaian pengumuman. Pengumuman biasanya dibacakan dalam bahasa Ibrani (hebrew). Dan bagi penduduk asing yang tidak mengerti bahasa Ibrani, disediakan terjemahan pengumuman dalam bahasa Armaik.

Sedangkan di Arab, ‘Izzuddin (1433: 5) menjelaskan sebagai berikut:

.

.

/Wa yu’tabaru ‘umaru ibnu al-khatt bi huwa al-mu‘arribu al-auwalu haisu amara bita’r bi al-daw w ni naqlan ‘ani al-fursi, fa assasa d w na al-jundi litasj li asm `i al-jun di wa ruwat bihim, wa d w ni al-ras `ili awi bar di. Wa k nat zurwatu tarjmati f ‘asri khalifati al-ma`m nu ibnu h r nu al-rasy di, al-z ansya`a baita al-hikmati, wa k na najmu al-tarjamati f hazihi al-fatrati huwa hunainu ibnu ishaqi. / “Umar bin Khattab termasuk sebagai Arabirator ketika dia memerintahkan untuk mengarabkan kumpulan-kumpulan tulisan yang dipindahkan dari bahasa Parsi. Dia membuat buku besar anggota militer untuk mencatat nama-nama dan gaji mereka serta mendirikan kantor pos. Puncak penerjemahan terjadi pada masa Khlifah Ma’mun ibnu Al-Rasid yang mendirikan baitu al-Hikmah dan penerjemah yang terkenal pada masa itu adalah Hunain ibnu Ishaq.”

(17)

aspek-aspek sosial ketika teks baru itu akan dibaca atau dikomunikasikan. Dalam kegiatan komunikasi baru tersebut, penerjemah melakukan upaya membangun “jembatan makna” antara produsen teks sumber (TSu) dan pembaca teks sasaran (TSa).

Sebagai sebuah disiplin ilmu, terjemah tentunya memiliki teori terjemahan untuk membantu penerjemah menghasilkan terjemahan yang baik dan benar. Berikut beberapa teori terjemahan yang diutarakan oleh para ahli:

Orang yang pertama mengemukakan teori terjemahan adalah Etienne Dolet pada tahun 1540. Beliau (dalam Muhammad, 1991: 14) menyebutkan prinsip-prinsip terjemahan sebagai berikut:

1. Penerjemah hendaklah benar-benar memahami isi dan hasrat penulis teks sumber.

2. Penerjemah mestilah menguasai dengan baik bahasa sumber dan bahasa penerima terjemahan itu.

3. Penerjemah tidak boleh menerjemahkan perkataan demi perkataan oleh sebab perbuatan itu akan merusakkan makna asal dan menghilangkan keindahan teks sumber.

4. Penerjemah hendaklah menggunakan bentuk-bentuk bahasa yang biasa digunakan dalam bahasa penerima.

5. Penerjemah mestilah menciptakan kesan pertama dari teks sumber secara benar melalui pemilihan dan susunan perkataan yang dibuatnya. Sedangkan George Campbell (dalam Muhammad, 1991: 15) secara ringkas menurunkan tiga prinsip terjemahan yang baik:

1. Mengekalkan makna yang terkandung dalam teks sumber.

2. Dengan menggunakan keistemewaan-keistemewaan bahasa penerima, penerjemah mesti mengekalkan semangat dan sifat-sifat teks sumber. 3. Memastikan supaya sekurang-kurangnya terjemahan itu terasa tulen

serta mudah dan bersahaja perubahannya.

Di samping prinsip-prinsip penerjemahan di atas, seorang penerjemah juga harus memperhatikan tahap-tahap penerjemahan. Machali (2000: 49) mengatakan dalam pelaksanaan penerjemahan ada tiga tahap penting yang harus dilalui oleh seorang penerjemah, yaitu analisis, pengalihan, dan penyerasian. Ketiga tahap tersebut dijalankan dengan menggunakan cara tertentu. Cara itu disebut metode.

(18)

Dari serangkaian teori penerjemahan di atas, memperkuat minat penulis

untuk menganalisis metode terjemahan novel /M War `a Al-Nahri/. Hal tersebut dilatar belakangi beberapa sebab, yakni:

Terjemahan novel /M War `a Al-Nahri/, banyak kata-kata pada teks sumbernya yang tidak diterjemahkan.

Kesan yang terdapat dalam teks sumber ( /Al-naşşu

Al-`Awwalu/) tidak didapati dalam teks sasaran ( /Al-naşşu Al-Ãkharu/).

Penelitian tentang penerjemahan belum pernah dilakukan di Program Studi Bahasa Arab, sehingga penulis merasa penting melukan penelitian ini.

Untuk mendekatkan kepada judul penelitian ini, penulis akan memaparkan

pengertian novel. Mahmud (1999: 132) memberikan penjelasan sebagai berikut:

.

/Al-qissatu hiya majm ‘atun min ahd si mutasy bikati yaq mu al-q ssu awi al-r w biriw yatih wa hiya tata‘allaal-qu bisyakhsiyy ti ins niyatin mutab yinatin f tasarruf tih wa as l bi hay tih / “Novel adalah kumpulan beberapa peristiwa yang saling berkaitan yang ditulis

oleh seorang pengarang. Dalam peristiwa-peristiwa tersebut terdapat

beberapa tokoh cerita yang manusiawi, tapi secara jelas berbeda watak dan

(19)

Novel /M War `a Al-Nahri/ karya Taha Husain (1977) terdiri dari 111 halaman dan 13 BAB. Adapun terjemahannya “Kesaksian Sang Penyair” (Siti Nurhayati, 2002) terdiri dari 120 halaman. Penelitian tentang novel

/M War `a Al-Nahri/ “Kesaksian Sang Penyair” karya Taha Husain ini pernah dibahas sebelumnya oleh kakanda Widi Astuti (010704014), akan tetapi penelitiannya terfokus pada pembahasan mengenai analisis semiotik

saja. Sedangkan penulis membahas tentang analisis metode terjemehan novel /M War `a Al-Nahri/.

Penulis juga merasa perlu menjelaskan bahwa yang menjadi objek penelitian ini hanya pada BAB IV – VI. Karena, BAB IV – VI sudah dapat mewakili isi cerita.

1.2 Perumusan Masalah

Agar dapat memenuhi sasaran pokok pembahasan dalam penelitian sebuah karya ilmiah perlu adanya batasan masalah sehingga tidak keluar dari topik permasalahan yang akan dibahas. Batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Metode penerjemahan apa saja yang digunakan oleh penerjemah?

2. Metode penerjemahan apa yang paling banyak digunakan oleh penerjemah?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian proposal ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui metode penerjemahan apa saja yang digunakan penerjemah.

(20)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini antara lain:

1. Untuk memperdalam ilmu pengetahuan penulis dalam penerjemahan. 2. Menambah semangat mahasiswa dan dosen untuk lebih memperhatikan

perkembangan mata kuliah penerjemahan.

3. Mendeskripsikan prospek penerjemahan dalam dunia kerja bagi mahasiswa guna memotivasi semangat belajar.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang memperoleh data dari buku-buku yang relevan dengan objek penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menguraikan pemecahan masalah berdasarkan data.

Dalam penelitian Arab-Latin penulis memakai pedoman penelitian transliterasi Arab-Latin yang dterbitkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Menteri Agama yang tertuang dalam SK No.158 tahun 1987 dan No. 0543b/U/1987 pada tanggal 22 Januari 1988.

Adapun tahap-tahap pengumpulan datanya sebagai berikut:

1. Mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan penelitian. 2. Mengumpulkan data-data metode penerjemahan yang digunakan oleh

penerjemah.

3. Mengidentifikasi data, berupa metode terjemahan yang digunakan oleh penerjemah.

4. Mengklasifikasikan data berdasarkan metode yang dikemukakan oleh Newmark.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Terjemahan

Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli terjemah mengenai pengertian penerjemahan yang akan penulis kemukakan berikut ini:

‘Izzuddin (1433: 7) memberikan pemahaman tentang penerjemahan sebagai berikut:

.

:

:

.

.

.

.

/Al-tarjamatu hiya naqala kal min min lugatin il lugatin ukhr . Wa j `a f al-munjidi: tarjama al-kal ma; ay fassarahu bilis nin khari, wa tarjama ‘anhu ay awdahu amruhu, wa al-tarjamatu hiya: al-tafs ru. Wa ma‘na al-tafs ri muhimmun jiddan liannahu as su al-tarjamati, faman lam yafham l yastat ‘u `an yufhima. Wa i lam yafham mutarjimu al-kal ma al-makt ba bilugatin m falan yastat ‘a an yunqilahu il lugatin ukhr . Wa i nuqilahu bid ni fahmin k fin fasaufa yaktubu alg zan wa ah j yuh ru f h q ri`uh ./ “Terjemah adalah memindahkan perkataan dari satu bahasa ke dalam bahasa lain. Di dalam munjid didapati defenisi penerjemahan /Al-Kal m/; yakni menafsirkan ke dalam bahasa lain, penerjemahan /‘Anhu/, yakni menjelaskan maksudnya. Penerjemahan merupakan penafsiran. Pengertian tafsir sangat penting sekali, karena tafsir merupakan dasar penerjemahan, bagi siapa yang tidak paham maka dia tidak akan bisa memahamkan orang lain. Seorang penerjemah tidak akan bisa memindahkan suatu bahasa ke dalam bahasa lain jika ia tidak paham perkataan yang tertulis dalam bahasa sumber tersebut. Dan bila ia memaksa untuk memindahkannya tanpa pemahaman yang baik, maka sama saja ia dengan menulis teka-teki dan mengundang tertawaan bagi para pembacanya. ”

(22)

Machali (2000: 5) mengutarakan bahwa Catford (1965) menggunakan pendekatan kebahasaan dalam melihat kegiatan penerjemahan dan ia mendefinisikannya sebagai “the replacement of textual material in one language(SL) by eguivalent textual material in another language (TL)” (mengganti bahan teks dalam bahasa sumber dengan bahan teks yang sepadan dalam bahasa sasaran). Newmark (1988) juga memberikan definisi serupa, namun lebih jelas lagi : “rendering the meaning of a text into another language in the way that the author intended the text”

(menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksudkan pengarang).

Menurut Brislin (dalam Nababan 2003: 19) mengatakan bahwa penerjemahan adalah istilah umum yang mengacu pada pengalihan pikiran atau gagasan dari suatu bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

Dari beberapa definisi di atas, penulis lebih sependapat dengan definisi Newmark, tanpa menafikan definisi para ahli yang lain. Berikut alasan penulis memilih definisi Newmark :

Bahwa penerjemahan merupakan proses pengalihan makna dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran.

Penerjemahan harus lebih ditekankan kepada apa yang dimaksudkan penulis awal dengan mempertimbangkan makna teks tersebut.

2.2. Teori Terjemahan

Berikut pemaparan prinsip penerjemah menurut Machali (2000: 114): “Sebagai prinsip dasar perlu diingat bahwa karya terjemahan adalah karya yang

bersifat “rekreatif ( /Insy `iyyun/)”, yaitu menyampaikan kembali

(recreate) maksud dan tulisan orang lain dalam bahasa lain( /Lugatu Al-Hadafu). Jadi, seorang penerjemah tidak dapat bersikap seolah-olah karangan itu adalah karya “kreatif ( /`Ibtik riyyun/)” atau penciptaan tangan pertama, sehingga berhak mengubah maksud aslinya”.

(23)

yang dimaksudkan pengarang melalui bahasa sasaran yang digunakan pengarang. Keberhasilan penerjemahan juga tidak terlepas dari pengetahuan yang dimiliki oleh penerjemah tersebut, baik pengetahuan yang didapat secara formal maupun nonformal.

Muhammad (1991: 8-9) menyebutkan tiga faktor yang menyebabkan terdapat berbagai jenis terjemahan:

a. Jenis teks yang diterjemah.

b. Tujuan atau maksud penulis asal dan penerjemah. c. Jenis pembaca terjemahan.

Sedangkan Nababan (2003: 29) menjelaskan secara lebih luas lagi faktor-faktor yang menyebabkan adanya berbagai jenis penerjemahan, yakni:

a. Adanya perbedaan antara sistem bahasa sumber dengan bahasa sasaran.

b. Adanya perbedaan jenis materi teks yang diterjemahkan. c. Adanya anggapan bahwa terjemahan adalah alat komunikasi. d. Adanya perbedaan tujuan dalam menerjemahkan suatu teks.

Dari penjelasan di atas jelaslah, bahwa dalam menerjemahkan suatu teks seorang penerjemah terkadang menggunakan lebih dari satu teori. Karena keberagaman teori penerjemahan ini, Nababan (2003: 16) mengatakan keterampilan dan kejelian penerjemah dalam menerapkan teori penerjemahan akan menentukan keberhailan terjemahannya. Pemahamannya terhadap konsep umum teori penerjemahan adalah penting dan bermanfaat baginya.

2.3. Pembagian Terjemahan

Robert Lado (Yusuf, 1994: 14-16) membagi terjemah tulisan menjadi dua

jenis, yakni terjemah faktual ( /Tarjamatu Haq qiyyati/) dan

(24)

Secara lebih luas lagi, Roman Jakobson (dalam Yusuf, 1994: 18-19) membagi kegiatan terjemah ini ke dalam tiga kelas :

a. Terjemahan Intralingual ( /Tarjamatu Al-Lugati Al-Mahalliyati/).

Penerjemahan ini adalah penerjemahan yang dikerjakan di dalam dan berkenaan dengan satu bahasa tertentu, yakni penerjemahan variasi – variasi bahasa yang terdapat di dalam bahasa tersebut.

b. Terjemah Interlingual ( /Tarjamatu Lugati Al-Dawliyyati/).

Pada penerjemahan interlingual terjadi pengalihan pesan yang terdapat pada suatu bahasa (asing) dengan padanan terjemahnya di dalam bahasa lainnya yang sama sekali berbeda sifat, karakter, dan strukturnya.

c. Terjemah Intersemiotik ( /Tarjamatu

Al-Rum zi Al-Lugawiyyati/).

Pada penerjemahan intersemiotik terjadi pemindahan pesan dari suatu bentuk sistem simbol atau sistem tanda ke dalam suatu bahasa atau ke dalam bentuk lainnya.

Newmark (1988) dalam buku Machali mengajukan dua kelompok metode penerjemahan, yaitu (1) metode yamg memberikan penekanan terhadap bahasa

sumber (BSu /Lugatu Al-Masdari/); (2) metode yang memberikan

penekanan terhadap bahasa sasaran (BSa /Lugatu Al-Hadafi). Sebelumnya penulis terlebih dahulu memberikan keterangan mengenai maksud bahasa sumber dan bahasa sasaran, yakni bahasa sumber merupakan bahasa yang digunakan oleh pengguna bahasa pertama dan bahasa sasaran adalah bahasa tujuan yang ingin dicapai/ diganti oleh penerjemah.

(25)

Namun, sebelumnya penulis akan menguraikan penjelasan tentang pengelompokan metode penerjemahan yang diuraikan oleh Newmark, sebagaimana yang diterangkan oleh Machali (2000: 49) berikut ini :

“Perbedaan dasar pada kedua metode di atas terletak pada penekanannya saja, dan di luar perbedaan ini keduanya saling berbagi permasalahan. Keberbagian ini menyangkut (1) maksud atau tujuan dalam sebuah teks BSu sebagaimana tercermin pada fungsi teks ( / Al-Naşşun/), yakni apakah fungsi teks itu untuk memaparkan, menceritakan, mengajukan argumentasi. Yang tercakupi di sini adalah misalnya maksud penulis, peranti bahasa digunakan menyampaikan maksud tersebut, dsb.; (2) tujuan penerjemah, apakah ia ingin mereproduksi beban emosional dan persuasif ( / Al-Muqni’un/) dari teks aslinya ataukah ia ingin menambahkan atau mengurangi ‘nuansa’ tertentu, dan sebagainya; (3) pembaca dan latar atas setting teks, misalnya menyangkut tentang siapa pembacanya, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, serta apakah pembaca tersebut khalayak ramai ataukah para ahli.

Penjelasan di atas dapat membantu dalam memahami tujuan pengelompokan yang dilakukan oleh Newmark. Berdasarkan dari penjelasan Machali di atas penulis hanya akan menguraikan metode-metode penerjemah yang memberikan penekanan kepada bahasa sasaran (BSa). Namun, sebelum itu ada baiknya penulis menguraikan pembagian metode penerjemahan yang melakukan

penekanan terhadap bahasa sumber. Yakni, penerjemahan kata-demi-kata (

/Tarjamatu Lilkalim ti/), penerjemahan harfiah ( /

Al-Tarjamatu Al-Harfiyatu/), penerjemahan setia ( /Tarjamatu

Al-Wafiyyatu/), dan penerjemahan semantis ( /Tarjamatu Al-Dalaliyyatu/). Dan penerjemahan yang penekanannya pada bahasa sasaran adalah sebagaimana yang diuraikan Newmark (1988) dalam buku Machali (2000: 53), yakni sebagai berikut :

(1) Adaptasi ( / Al-Taky fu/)

(26)

(2) Penerjemahan bebas ( /Tarjamatu Hurratin/)

Metode ini merupakan penerjemahan yang mengutamakan isi dan mengabarkan bentuk teks BSu. Biasanya, metode ini berbentuk sebuah parafrase yang dapat lebih panjang atau lebih pendek dari aslinya. Metode ini sering dipakai di kalangan media massa.

/Tarjamatu Işil hiyatin/) (3) Penerjemahan idiomatik (

Metode ini bertujuan mereproduksi pesan dalam teks BSu, tetapi sering dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya. Dengan demikian, banyak terjadi distorsi ( /Al-Tahr fu/) nuansa makna.

( /TarjamatuIttiş liyatin/) (4) Penerjemahan komunikatif

Metode ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual yang demikian rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat dimengerti oleh pembaca. Oleh karena itu, versi TSa-nya langsung berterima. Sesuai dengan namanya, metode ini mempertahankan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan. Melalui metode ini, sebuah versi TSu dapat diterjemahkan menjadi beberapa versi TSa sesuai dengan prinsip-prinsip di atas. Dalam hal ini, penulis lebih banyak menemukan metode penerjemah ini digunakan oleh penerjemah.

Berdasarkan beberapa metode di atas, penulis akan menganalisis metode

yang digunakan oleh penerjemah novel

/M War `a Al-Nahri/
(27)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Sekilas Tentang Taha Husain

) 1889 -1973 (

:

.

.

.

.

.

1942

.

1950

.

.

:

)

(

)

(

)

(

)

(

)

(

)

(

)

(

)

(

)

(

.

(28)

Al-Mu ab n F Al-Ardi. Dan karya-karyanya sudah banyak diterjemahkan ke dalam bahasa lain”(Munjid, 2000: 358).

Sebagai ahli fikir yang merdeka ia mempunyai aliran dalam bidang sastra dan bahasa Arab, seorang kritikus dan penulis cerita, “Al-Ma‘ari abad 20”, dan menjadi kebanggaan rakyat Mesir dan dunia Arab, rupa-rupanya keasliannya dalam bidang sastra dan filsafat bukan hanya diakui kalangan ilmuan Mesir saja, tetapi juga di Barat, karena selain mendapat gelar kehormatan ilmiah dari Mesir sendiri ia juga mendapat gelar kehormatan dari Lyon, Oxford, Madrid, Montpellier dan Athena (Ali, 1973: 8).

Taha Husain bukan hanya seorang kritikus yang disegani tetapi juga seorang sejarawan Islam terkenal yang menyaksikan dua perang dunia, ia juga menjadi saksi kehancuran dinasti Islam Ottoman di Turki dengan bangkitnya gerakan kebangsaan pimpinan Kemal Pasha Attaturk. Kemal membuat perjanjian dengan Rusia, mengusir tentara Yunani, merebut Smyrna dan menurunkan sulatan dari tahta. Turki dinyatakan sebagai republik pada tahun 1923. Attaturk menjadi presiden dan berlaku seperti diktator sungguh-sungguh, melaksanakan perombakan seluruh kebudayaan dan mengarahkan ke dunia Barat, Islam berhenti menjadi agama negara: huruf-huruf Arab diganti dengan huruf latin (Shadily, 1973: 1365).

3.2 Sinopsis Novel

/M War `a Al-Nahri/ “Kesaksian Sang Penyair”

Cerita ini terjadi di Spanyol. Di atas kaki bukit yang indah dan luas, berdirilah sebuah istana yang megah dan mewah. Kaki bukit itu dikelilingi pepohonan rindang dan bunga-bunga indah serta penuh keharuman. Kehidupan di dalam istana penuh dengan gemilang kemewahan, kesenangan dan kegembiraan.

Tak jauh dari sana, di dasar bukit, di atas tanah datar dekat tepian sungai, terdapat sebuah desa. Berbeda dengan kehidupan di dalam istana, penduduk desa itu hidup dalam kemiskinan. Mereka tinggal dalam lingkungan kumuh dan rumah-rumah petak yang sempit, beralaskan tanah.

Sebagai pembatas antara istana dan desa adalah sebuah sungai yang menyimpan banyak misteri. Setiap penduduk miskin yang mencoba menyeberang pasti tidak akan bisa kembali lagi, hilang bagai ditelan bumi. Yang mengetahui misteri sungai tersebut adalah seorang penyair yang tinggal di istana. Ia sering bercerita dengan sungai tersebut melalui syair-syairnya.

(29)

pegawai dan pembantu istana. Sang penyair merupakan satu-satunya orang dari seluruh penghuni istana yang bekomunikasi dan berkumpul dengan penduduk desa. Sang penyair juga menjadi tempat bagi Naim dan ayahnya bercerita dan mencurahkan isi hati mereka.

Konflik diawali ketika Naim mencintai Khadijah, seorang gadis dari keluarga miskin. Khadijah anak dari Mahmud Al-Iskafi yang bekerja sebagai tukang sol. Hubungan mereka tentu saja ditentang keras oleh ayah Naim. Tuan Rauf menginginkan Naim menikah dengan keluarga kaya dan terpandang.

Penolakan ayahnya tidaklah menyurutkan niat Naim untuk memperistri Khadijah. Ia menceritakan semua masalah yang dihadapi kepada penyair. Naim memutuskan untuk pergi dari istana dan tinggal di ibu kota dengan Khadijah, gadis pujaanya. Ia meminta penyair memberitahukan hal itu kepada ayahnya. Dan penyairpun menyanggupinya. Ketika hal itu diberitahukan kepada Rauf, semakin bertambahlah kemarahannya. Anak semata wayangnya sendiri telah berani menentangnya. Rauf khawatir dengan kejadian itu, penduduk desa akan memberontak untuk meminta hak-hak mereka.

Namun sayang, di dalam pelarian Naim dan khadijah, Khadijah telah dibunuh oleh kakaknya sendiri karena sang kakak ingin mempertahankan kehormatan dan harga diri keluarganya. Sang kakak tidak ingin harga diri mereka sebagai orang miskin diinjak-injak dan dianggap menjual diri demi mendapat harta yang berlimpah.

Setelah kejadian itu, Naim pergi mengembara ke negeri yang dikehendakinya. Bertahun-tahun ia menghilang, perjalanan itu telah membuatnya tenang dan mantap.

(30)

Demikianlah sang penyair telah menyaksikan berbagai kejadian, baik di dalam istana maupun di luar istana tanpa dapat berbuat apa-apa. Ia hanya dapat mencatat kejadian itu dalam buku hariannya sambil memandang ke arah sungai atau duduk di tepian sungai. Dengan cara seperti itulah ia menemukan ketenangan.

3.3 Analisis Metode Terjemahan Novel

/M War `a Al-Nahri/

3.3.1 BAB IV Teks Sumber:

:

/Wak na al-nahru yuml ‘alaihi had san ‘ajaban, li`annahu nahru ‘aj bin baina al-anh ri, l ya’rifu al-n su lahu manba’an wa l masabban, wa innam yaraunahu yas‘ mina al-syarqi il al-garbi d na an yastat ‘a ahadun an yaq la: min aina ya`t ? Wa il aina yajr /

Teks Sasaran:

Sungai itu merupakan salah satu keajaiban dunia. Tak seorang pun tahu bahwa sungai itu memiliki sumber air, muara dan kuala. Para penghuni istana dan penduduk di sekitarnya, hanya tahu sungai itu mengalir dari timur ke Barat. Tidak seorang pun sempat bertanya dari mana asal sungai itu? Dan, ke mana air sungai itu mengalir?

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan komunikatif

(31)

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

menekankan pada bahasa sumber (BSu /Al-Lugatu Al-Masdaru/): Sungai itu memiliki kejadian-kejadian yang ajaib, karena ia merupakan sungai ajaib di antara sungai-sungai yang lain. Orang-orang tidak tahu bahwa sungai itu memiliki mata air dan muara, mereka hanya tahu sungai itu mengalir dari Timur ke Barat, tanpa seorang pun bisa berkata: “Dari mana asal sungai itu? Dan, kemana air sungai itu mengalir?

Teks Sumber:

.

/Wa qad h walu al-mustaksyif na an ya’rif min amrihi m ‘araf min amri al-anh ri al-ukhr f al-ardi falam yablug min z lika syai`an, s yar sy ti`ahu mina syarqi il garbi, wa mina garbi il al-syarqi, fawazad mudunan wa qur , wa sah r laysa f h mudunan wa l qur , wa l kinnahum intah d `iman il g b tin kass fin yud ‘u al-nahra bainah , wa l sab la il al-nuf zi minh wa l il tattabi‘ahu f h ./

Teks Sasaran:

(32)

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan komunikatif

( /Tarjamatu Ittiş liyatin/), yakni penerjemah berusaha mereproduksi makna kontekstual untuk mempermudah pembaca teks sasaran memahami isi teks tersebut.

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

menekankan pada bahasa sumber (BSu /Al-Lugatu Al-Masdaru/): Para peneliti sungai telah berusaha mengungkapkan hal-hal yang belum mereka ketahui tentang sungai-sungai di dunia dan ternyata mereka tidak menemukan apa-apa. Mereka menelusuri pantainya dari Timur ke Barat, dari Barat ke Timur, mereka menemukan banyak kota dan desa, serta padang pasir yang tidak berpenghuni. Namun, penelusuran mereka selalu berujung pada hutan yang lebat, di mana sungai itu seperti menghilang, dan tidak ada jalan untuk menjelajahinya dan mengikutinya.

Teks Sumber :

.

.

(33)

Teks Sasaran:

Kehadiran hutan belantara di bagian Barat dan Timur ini menjadi penghalang bagi para ilmuan untuk menemukan keberadan sungai. Hutan itu sangat lebat, dipenuhi pohon-pohon tinggi. Pohon-pohon saling berdekatan satu sama lain sehingga sungai itu benar-benar tersembunyi di dalamnya. Di dalam kegelapan yang pekat, hutan itu tak mungkin bisa ditemukan oleh siapapun juga.

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan komunikatif

( /Tarjamatu Ittiş liyatin/), yakni penerjemah berusaha mereproduksi makna kontekstual untuk mempermudah pembaca teks sasaran memahami isi teks tersebut.

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

menekankan pada bahasa sumber (BSu /Al-Lugatu Al-Masdaru/): Seolah-olah hutan ini dijadikan di Timur dan Barat untuk menutupi hakikat sungai dari orang yang mencoba menelusurinya maupun orang-orang yang ingin mengikutinya. Hutan itu lebat, sangat lebat, pepohonannya saling berdekatan bahkan sangat rapat, saling berkaitan, dan hampir saling menindih, sehingga sungai itu seakan terpancar dari lingkungan yang gelap bahkan sangat gelap untuk mengalir ke lingkungan lain yang kondisinya tidak kalah gelap dan tidak kalah pekat dari suasana di mana sumber air itu berada.

Teks Sumber:

.

:

(34)

/Wa lam yakun haz huwa syai`u wah du ‘aj bu min amri nahri, wa innam k nat lahu khaslatun ukhr laisat aqallu min hazihi al-khaslati ‘ajaban; faqad ‘arafa al-n su ahada sy ti`aihi, wa huwa haz alz taq mu ‘alaihi rabwatu wa tanbasitu f hi suh bu khsbatu al-ma`h latu wa al-sah r al-jadbatu al-maqafaratu, mina al-syim li. Fa`amm sy t `u al-akharu, mimm yal al-jun ba, faqad jahilahu al-n su kam jahil manba’a al-nahri wa masabbahu wa lam ya’rif minhu illa syai`aini isnaini: ahadahum anna min war `a al-nahri, wa ‘al amadin min gairi ba‘ din, jib lan sy hiqatun tartafi‘u f al-sam `i`, wa tab‘udu f al-irtif ‘I hatt l yak du al-basara yablugu qimamah ill f kas rin mina juhdi wa masyaqqati. Wa ass n anna ‘ub ra il haz al-sy t `I mukhawwifun yamlau al-qul ba haulan wa ru’ban./

Teks Sasaran:

Hal itu bukan merupakan satu-satunya keistemawaan bagi sungai tersebut, karena masih terdapat sejumlah keistemawaan dan rahasia lainnya lagi. Pertama, tepian sungai di bagian Utara, tempat berdiri istana megah, yang penghuninya berpendidikan tinggi dan tak percaya takhayul. Kedua, di bagian Selatan, tempat desa miskin yang tandus dan gersang. Penduduk desa itu terdiri dari orang-orang lugu, yang keluguannya mirip dengan kuala dan muara sungai. Mereka tak mengetahui apapun selain dua hal. Pertama, siapa pemilik istana megah di belakang sungai, yang bangunannya menjulang tinggi ke langit hingga istana tak dapat ditembus pandangan mata. Dan kedua, aliran sungai yang seram serta angker.

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan komunikatif

(35)

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

menekankan pada bahasa sumber (BSu /Al-Lugatu Al-Masdaru/): Ini bukanlah satu-satunya keajaiban dari sungai itu, ia memiliki kebiasaan lain yang tidak kalah ajaib. Orang-orang sudah mengenal salah satu tepianya, yakni tempat dimana bukit itu berdiri, di sana juga terdapat padang rumput yang subur dan berpenghuni serta padang pasir yang kering dan tak berpenghuni di bagian Timur. Adapun tepian lainnya, terletak pada bagian Barat, dan orang-orang tidak ada yang mengetahui sebagaimana mereka tidak mengetahui mata air sungai dan muaranya. Tidak ada yang mereka ketahui selain dari dua hal: salah satunya yang berada di belakang sungai dari jarak tak begitu jauh, gunung yang tinggi besar menjulang ke langit, dan sangat menjulang sehingga tak dapat di tembus pandangan mata kecuali dengan bersusah payah. Kedua, bahwa menyeberangi tepia tersebut sangat menakutkan, memenuhi hati dengan hal-hal yang menakutkan dan menyeramkan.

Teks Sumber:

.

/Faqad tu‘ rafa n su wa tuw ras munzu aqdami ‘us ri, anna al-z na ya’bur na ilaihi l ya‘uduna, wa hum mi ajli al-zalika l yufakkir na f al-‘uburi ilaihi bal l yatahaddas na f al-‘uburi ill f kas rin jiddan mina al-hazri wa al-tahaffuzi wa al-ihtiy ti. Wa la’allahum l yazkur nahu b tasr hi wa innam yazkur nahu b isy rati wa

(36)

Teks Sasaran:

Penduduk desa percaya, siapa yang menyebrangi sungai tidak akan pernah bisa kembali. Tak jelas siapa penghembus rumor seperti itu. Tapi yang pasti, kepercayaan itu begitu melekat kuat di hati para penduduk desa. Sehingga tidak seorang pun penduduk desa berani menyebrangi sungai itu. Keyakinan itu terjadi dikarenakan keluguan dan lemahnya kemampuan berpikir para penduduk desa.

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan bebas (

/Tarjamatun Hurratun/), yakni penerjemah mengutamakan isi dan mengabarkan bentuk teks BSu.

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

menekankan pada bahasa sumber (BSu /Al-Lugatu Al-Masdaru/): Orang-orang sudah mengetahui bahwa sudah menjadi tradisi dan mewarisi sejak masa lalu, bahwa orang yang menyeberanginya tidak akan pernah kembali, itulah sebabnya mereka tidak pernah berfikir untuk menyeberanginya, bahkan untuk sekedar membicarakannyapun berhati-hati, waspada, dan tetap berjaga. Malah mereka tidak membicarakannya secara terang-terangan, cukup dengan memberi isarat dan tanda-tanda.

Teks Sumber:

(37)

/L nastasn minhum ill ahli hazihi rabwati lat asyrafat ‘al al-nahri wa k dat tas‘ ilaihi sa’yan; faqad k n l yakh f na al-nahra wa l yarhab nahu wa l yakad na yuhafil na bihi, imma li`annahum kan min ‘unsurin mumt zin l ya’rifu al-khaufa wa l al-rahba wa l yahfalu bim yahfalu bihi a-n su wa innam li`annahum k n masygul na ‘anhu bihay tihim al-n ‘imati wa ‘ syuhum al-gaddu wa tuh likuhum ‘al m yat hu lahum min laz tin, wa innam liannahum k n azk qul ban wa anfazu bas `iru min an yaqif ‘indam yaqifu ‘indahu al-‘ mmata, wa man yadr ! La’alla kullu hazihi al-khis li mujtami‘atun wa khis lan ukhar gairah k nat tasyguluhum bi`anfushim wa tasadduhum ‘amm yuqbilu al-n sa ‘alaihi mina al-w ni al-tafk ri./

Teks Sasaran:

Hanya penghuni istana saja yang berani menyebrangi sungai. Penghuni istana yang berpendidikan tidak mengenal rasa takut dan tak percaya tehadap takhayul. Mereka tak pernah berbaur dengan penduduk desa, karena sibuk mengurusi kehidupan diri sendiri. Mereka mencari kenikmatan dan kesenangan pribadi tanpa memperdulikan kondisi penduduk desa. Dan, mereka tak pernah memperdulikan apapun selain kenikmatan dan kesenangan hidup.

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan bebas (

/Tarjamatun Hurratun/), yakni penerjemah mengutamakan isi dan mengabarkan bentuk teks BSu.

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

(38)

orang-orang kebanyakan berpesta. Mereka sangat sibuk dengan hidup mereka yang penuh kenikmatan. Mereka dengan memiliki hati yang cerdik dan pandangan yang fokus tidak sama dengan orang kebanyakan. Siapa sangka! Semua sifat-sifat yang terdapat ini dan sifat lainnya telah menyibukkan diri mereka dan membuat mereka tidak terlalu memikiran orang lain.

Teks Sumber:

.

/Wa k na al-sy ‘iru wahdahu baina ahli al-qasri wa m yattasilu bihi mina al-ajnihati wa al-dauri huwa alz ya’n bihaz al-nahri wa yur du an yaktasyifa asr rahu wa yata‘ammaqa daq `iqa amrihi. Wa lakinna lilsyu‘ar `a maz hibun f al-bahsi wa al-istiqs `u l tusyabbihu maz hibu al-‘ulam `i wa al-fal sifati ill qal lan;/

Teks Sasaran:

Sang penyair merupakan satu-satunya orang dari seluruh penghuni istana yang bisa berkomuniksi dan berkumpul dengan para penduduk desa. Ia juga bersatu dengan alam, dan selama ini telah menyelidiki seluk beluk sungai itu. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menemukan rahasia-rahasia sungai tersebut. Akan tetapi Departemen Pendidikan dan Penelitian Sastra sedikit berbeda pandangan dengan para ulama dan ahli filsafat tentang rahasia-rahasia sungai yang terpendam. Hanya sedikit saja persamaan di antara mereka, yaitu sungai adalah karunia dari Sang Pencipta.

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan bebas (

/Tarjamatun Hurratun/), yakni penerjemah mengutamakan isi dan mengabarkan bentuk teks BSu.

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

(39)

Penyair satu-satunya orang di antara penghuni istana yang berkomunikasi dengan orang di sekitar linkungannya, ia selalu memperhatikan sungai ini, dan ingin meneliti rahasia-rahasianya serta mendalami segala sesuatu yang terkait dengannya secara mendalam. Akan tetapi para penyair memliki pandangan yang sedikit berbeda dalam meneliti dan mengkaji fenomena sungai dengan padangan para ilmuan dan filosof .

Teks Sumber:

.

/Falam yakun sy irun yattabi‘u sy t `a al-nahri liya’rifa manba’ahu au masabbahu, wa lam yakun yuh wilu an ya’bura il sy ti`ihi al-akhari luya’rifa m war `a al-nahri, wainnam k na yaktaf h na yat hu lahu syai`un min far gi bi`an yajllisa f haz al-jausaqi musyrifan ‘al al-nahri muhaddiqan f hi mut lan al-nazari ilaihi, yas`aluhu wa yulihhu f al-su`uli, wa yastaml hi wa yusajjilu m yamli ‘ala`ihi./

Teks Sasaran:

Penyair itu tidak harus menelusuri tepian sungai untuk mengetahui kuala dan muaranya. Ia pun tidak harus menyebrangi tepian sungai untuk mengetahui apa yang ada di belakang sungai. Karena untuk mengetahui semua itu, ia hanya cukup duduk di dekat jendela memandang lepas ke arah sungai. Lalu, pandangan matanya seakan menunjam jauh sampai ke dasar sungai. Dengan cara seperti itu ia sudah mendapat jawaban dan keterangan berharga.

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan komunikatif

(40)

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

menekankan pada bahasa sumber (BSu /Al-Lugatu Al-Masdaru/): Sang penyair tidak menelusuri tepian sungai itu bukan untuk mengetahui hulu dan muara sungai itu, ia juga tidak berusaha menyeberanginya untuk mengetahui apa yang ada di belakang sungai. Tatkala dia mempunyai waktu senggang ia cukup duduk di jendela ini menghadap ke sungai dengan memperhatikannya secara serius dalam waktu yang lama. Dia bertanya dan mendesak sungai, menyimak dan mencatat apa-apa yang diutarakan sungai.

Teks Sumber:

.

(41)

Teks Sasaran:

Sungai itu tak pernah membongkar rahasia dirinya pada siapapun kecuali pada si penyair. Ketika si penyair bertanya tentang rahasia-rahasia dirinya, sungai itu seakan dengan senang hati memberikan jawaban. Jawaban itu tidak diberikan secara langsung, tapi cukup memperlihatkan keistemawaan-keistemawaan yang dimiliki, seperti menampakkan sunset menjelang pagi hari dan sunrise pada saat malam hari, atau memperlihatkan bintang-bintang berkelip-kelip indah di malam hari. Sinar-sinar bintang itu membias indah di permukaan air sungai yang jernih.

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan bebas (

/Tarjamatun Hurratun/), yakni penerjemah mengutamakan isi dan mengabarkan bentuk teks BSu.

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

menekankan pada bahasa sumber (BSu /Al-Lugatu Al-Masdaru/): Sungai itu bakhil untuk menceritakan rahasia-rahasianya, sangat kikir akan informasi tentangnya bahkan kepada penyair sekalipun. Seperti yang diketahui selama ini, sungai-sungai cendrung suka bercerita pada para penyair. Apabila penyair bertanya tentang teka teki ini kepada sungai, dia tidak langsung memberi jawaban. Namun, dia akan menceritakan pada penyair tentang rahasia yang lain, tentang matahari yang memancarkan sinarnya melalui surat-suratya yang panjang, yang dibacakan matahari kepada penyair sejak erbitnya fajar subuh sampai malam gelap. Begitu juga dengan bintang-bintang yang memancarkan sinarnya melalui suratnya yang terpotong-terpotong dan disampaikannya kala malam tiba.

Teks Sumber:

(42)

/Wa allat k na al-qamaru yursilu bih dau`ahu al-h di`u al-mustaqarru baina h nin wa h nin, wa allat k na al-nas mu yuhd h ilaihi f al-la`ili marratan wa f nah ri marratan ukhr , wa allat k nat tu‘asifu bih r hu ahy nan wa yaqsifu bih ra’du ahy nan, wa yakhfaqu bih al-barqu ahy nan ukhr . Wa k na al-sy ‘iru yajidu f hazihi al-ah d su mat ‘an, wa yusajjilu minh atrafan yahtafizu bi`aksarih linafsihi, wa rubbam ‘arada aqalluh ‘al ahli al-qasri farad ahy nan wa sakhar ahy nan./

Teks Sasaran:

Penyair itu pun mendapatkan jawaban juga dari pancaran sinar bulan yang menerangi hari-hari dengan damai, lalu hembusan angin sepoi-sepoi, atau sesekali deru angin ribut dan sambaran petir. Simbol-simbol jawaban sungai itu dicatat dan direkam oleh penyair dalam lembaran kertas, baik berupa puisi, prosa maupun cerita. Sang penyairpun siap menyimpan rahasia-rahasia sungai itu dengan ketat agar tidak bocor dan ketahuan orang lain. Paling-paling hanya pemilik istana saja yang bisa mendengarkan hasil komunikasi antara si penyair dengan sungai. Kadang-kadang mereka memuji hasil hipotesa si penyair, tapi tak jarang juga mencemooh hasil hipotesa si penyair.

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan bebas (

/Tarjamatun Hurratun/), yakni penerjemah mengutamakan isi dan mengabarkan bentuk teks BSu.

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

(43)

itu dan menyimpannya secara menyeluruh untuk dirinya. Ketika penyair menunjukkan catatan-catatan maupun hipotesanya pada penghuni istana terkadang mereka memujinya dan terkadang mengejeknya.

Teks Sumber:

.

:

.

/Wa huwa f hazihi al-s ‘ati muqbilun ‘al al-nahri yas`aluhu wa yaltaq ah d sahu, bi‘ainaihi h nan, iz yarqabu safhatuhu al-mudtaribatu f hud `in, wa bi`uznaihi h nan akharu iz yasma‘u haz al-khar ri al-h di`i al-laz yasubbuhu najw al-muhibb na. Wa lakin iqb lahu ‘al al-nahri l yattasilu; fahaz al-kh dimu qad aqbala yahmilu ilaihi al-qahwata al-lat talabah ilaihi, wa huwa l yasna‘u al-qahwata am mihi summa yansarifu kam ta‘ du an yaf ‘al f kulli yaumin, wa innm yaqifu s matan auwala al-amri; summa yaq lu: m yanbag an yat la intiz ra maul ya laka y saiyyid , wa innam al-khairu iz faragta min qahwatika an tastaj ba lida‘ `ihi; faqad ansaitu an anabbi`uka bi`annahu kallafan an uwajjihuka ilaihi mat aqbalta, wa m ar illa annahu yajhalu muqaddimuka il al- na./

Teks Sasaran:

(44)

konsentrasinya dibuyarkan oleh kedatangan Usman, tukang kebun sekaligus pembantu di istana yang membawakan kopi. Biasanya Usman langsung pergi setelah meletakkan kopi, tapi kali ini tidak. Dia masih berdiri beberapa menit di hadapan si penyair.

“Tuanku memanggilmu. Jika kopi ini sudah habis diminum, segera temui beliau. Maaf, bila aku telah melanggar perintahmu untuk tidak memberitahukan keberadaanmu, soalnya beliau memerintahkanku untuk memanggilmu bila bertemu denganmu. Jadi lebih baik temui beliau sekarang juga,” kata Usman kemudian kepada sang penyair.

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan komunikatif

( /Tarjamatu Ittiş liyatin/), yakni penerjemah berusaha mereproduksi makna kontekstual untuk mempermudah pembaca teks sasaran memahami isi teks tersebut.

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

menekankan pada bahasa sumber (BSu /Al-Lugatu Al-Masdaru/): Saat ini penyair sedang mengunjungi sungai untuk bertanya dan menyampaikan masalahnya kepada sungai. Terkadang dengan pandangannya ia mengamati permukaan sungai yang bergelombang tenang dan di lain waktu dengan telinganya dia mendengarkan gemericik air yang tenang, seperti bisikan dua orang yang sedang kasmaran. Akan tetapi, belum selesai pertemuannya dengan sungai, pelayan sudah datang menemuinya dengan membawa kopi yang dipesannya. Pelayan itu tidak meletakkan kopi dan langsung pergi seperti yang dilakukannya setiap hari, tetapi ia malah berdiam diri sesaat, kemudian berkata: “Tuanku sudah lama menunggumu Tuan! Sebaiknya Tuan menemuinya bila sudah selesai minum kopi. Aku lupa memberi tahumu bahwa ia menugaskanku untuk membawa kepadanya bila bertemu denganmu. Aku yakin sampai sekarang ia belum mengetahui tentang kedatangan Tuan.

Teks Sumber:

(45)

/Q la al-sy ‘iru: fada‘ahu yajhalu muqaddam hatt as‘ ilaihi ba’da qal lin./

Teks Sasaran:

Penyair itu diam sesaat. Ia memandang tak lepas ke arah Usman, seakan mengharapkan sebuah kepastian.

“Ya, bilang padanya, sebentar lagi aku akan datang,” ujar penyair itu datar, seakan tak ada reaksi apa-apa.

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan Adaptasi (

/Tarjamatun Taky fiyatun/), yakni penerjemah dengan bebas

menerjemahkan teks sumber ( /Al-naşşu Al-`Awwalu/). Sehingga

makna dan maksud yang ada pada teks sasaran ( /Al-naşşu

Al-Ãkharu/) kurang sesuai dengan apa yang ada pada teks sumber ( / Al-naşşu Al-`Awwalu/).

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

menekankan pada bahasa sumber (BSu /Al-Lugatu Al-Masdaru/): Penyair berkata: “Biarkan dia tidak mengetahui perihal kedatanganku sampai akhirnyaaku sendiri yang menemuinya sebentar lagi.”

Teks Sumber:

:

.

(46)

Teks Sasaran:

“Jangan lama-lama, Tuan. Beliau sangat membutuhkan kehadiranmu. Aku yakin semalaman beliau tak bisa tidur, karena memikirkan masalah yang mengganggu pikiran dan hidupnya itu,” kata Usman lagi penuh harap.

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan komunikatif

( /Tarjamatu Ittiş liyatin/), yakni penerjemah berusaha mereproduksi makna kontekstual untuk mempermudah pembaca teks sasaran memahami isi teks tersebut.

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

menekankan pada bahasa sumber (BSu /Al-Lugatu Al-Masdaru/): Pelayan itu berkata: “Jangan lama-lama, Tuan! Aku melihat dia sangat ingin bertemu dengan Tuan, dan aku yakin dia tidak tidur semalaman, karena memikirkan sesuatu yang menyesakkan hidupnya.”

Teks Sumber:

:

/Q la al-sy ‘iru: wa m z ka?/

Teks Sasaran:

“Permasalahan apa yang sedang beliau pikirkan itu?”

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan bebas (

/Tarjamatun Hurratun/), yakni penerjemah mengutamakan isi dan mengabarkan bentuk teks BSu.

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

(47)

Teks Sumber:

:

!

.

/Q la kh dimu: l adr ! Wa lakinn a’lamu annahu anfaqa akhira al-laila f maktabihi z haban j `iyan, wa annahu lam yasib min ift rihi ill al-qahwata, wa annahu k na makd dan majh dan yatakallafu al-qahwata wa jalada, wa ahsibu anna ibnahu syabbu huwa masdaru haz al-hammi wa asalu haz al-‘inai, fa`inna lahu kam ta’lamu khutuban l tantah ./

Teks Sasaran:

“Aku tak tahu pasti. Tapi semalam, aku melihat ia mondar-mandir gelisah di perpustakaan. Beliau juga tak menyantap sarapannya kecuali minum kopi. Beliau kelihatan lemas, tak bertenaga. Kukira pokok masalahnya terletak pada anak semata wayangnya itu. Aku yakin kesedihannya itu akibat memikirkan tingkah laku anaknya, yang selalu saja membuat masalah.”

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan komunikatif

( /Tarjamatu Ittiş liyatin/), yakni penerjemah berusaha mereproduksi makna kontekstual untuk mempermudah pembaca teks sasaran memahami isi teks tersebut.

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

(48)

Teks Sumber:

:

.

/Q la al-sy ‘iru: hasbuka faqad fahimtu ‘anka, anbi` maul ka bi`ann sa`arq ilaihi ba’da qal lin./

Teks Sasaran:

Sang penyair mengangguk-angguk, seakan paham benar dengan apa yang dikatakan pembantu itu.

“Cukup! Aku sudah tahu dan mengerti maksudmu. Sekarang, tolong beritahukan pada tuanmu, sebentar lagi aku menemui dia,” kata si penyair penuh keyakinan.

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan bebas (

/Tarjamatun Hurratun/), yakni penerjemah mengutamakan isi dan mengabarkan bentuk teks BSu.

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

menekankan pada bahasa sumber (BSu /Al-Lugatu Al-Masdaru/): Penyair berkata: “cukup sudah penjelasanmu, aku suduh mengerti! Beri tahu Tuanmu bahwa aku akan menemuinya sebentar lagi.”

Teks Sumber:

(49)

Teks Sasaran:

Usman terdiam sejenak, menunduk dan tak berkata apa-apa pada si penyair. Tapi ia berkata dalam hati, “Si penyair ini lebih mementingkan berhubungan dengan sungai daripada membantu mengurangi beban Tuanku.”

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan komunikatif

( /Tarjamatu Ittiş liyatin/), yakni penerjemah berusaha mereproduksi makna kontekstual untuk mempermudah pembaca teks sasaran memahami isi teks tersebut.

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

menekankan pada bahasa sumber (BSu /Al-Lugatu Al-Masdaru/): Pelayan itu berhenti sejenak tanpa berkata apa-apa, akan tetapi berkacuk di dalam dirinya bahwa lelaki ini menjengkelkan, karena dia lebih mengutamakan mendengar kata-kata sungai daripada perkataan manusia.

Teks Sumber:

.

/Summa nazara fa`iz sy ‘iru qad a’rada ‘anhu wa aqbala ‘al al-nahri yanzuru ilaihi wa al-qalamu fi yadihi ka`annahu yastaml hi, falam yarabaddan min an yansarifa mutab ti`an wa f nafsihi kas run mina al-gaizi./

Teks Sasaran:

Si penyair kembali asyik memandangi sungai. Ia seperti sudah tidak menghiraukan lagi perihal kehadiran Usman. Merasa kehadirannya tak lagi diperlukan, dengan gumpalan rasa dongkol di dalam hati, Usman melangkah pergi.

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan komunikatif

(50)

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

menekankan pada bahasa sumber (BSu /Al-Lugatu Al-Masdaru/): Pelayan melihat penyair berpaling darinya dan mendekati sungai, menatap sungai dan pena yang di tangannya seakan-akan minta didiktekan. Dalam keadaan jengkel, pelayan itu pergi itu meninggalkan tempat itu secara perlahan.

Teks Sumber:

.

/Wa laisa min syakkin f anna had sa al-nahri k na ahsanu mauqi‘an f nafsi al-sy ‘iri min had si haz al-kh dimi allaz lam yakun min yunabbi`uhu bisyain jad din. Fahuwa ya’lamu an lizalika fat al-muttarifa khut ban l tanqad , ba’duh yahdusu f al-qasri nafsahu, wa ba’duh yahdusu f m yattasilu bihi mina al-ajnihati wa al-dauri, ba’duh yahdusu f al-qaryati al-muq mati fi asfali al-rabwati, wa ba’dah yataj wazu al-qasra wa al-qaryata il am kinin qar bati qar batu au ba‘ datu./

Teks Sasaran:

(51)

masalah. Kadang dengan ayahnya, atau dengan penghuni istan yang lain. “Bahkan dengan diriku dan penduduk desa ia pun sering membuat masalah,” keluh si penyair.

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan komunikatif

( /Tarjamatu Ittiş liyatin/), yakni penerjemah berusaha mereproduksi makna kontekstual untuk mempermudah pembaca teks sasaran memahami isi teks tersebut.

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

menekankan pada bahasa sumber (BSu /Al-Lugatu Al-Masdaru/): Tak diragukan bahwa ungkapan-ungkapan sungai lebih menarik bagi diri penyair dari pada perkataan pelayan yang tidak memberitahu suatu hal baru. Penyair tahu bahwa pemuda yang royal hidupnya itu selalu membuat masalah, yang terkadang muncul di dalam ruangan-ruangan istana, tingkatan-tingkatan yang terdapat dalam bangunan istana, maupun yang terkait dengan orang-orang desa yang tinggal di bawah bukit. Bahkan masalah yang dibuatnya melampaui batas istana dan desa, yang dekat atau jauh.

Teks Sumber:

.

.

(52)

al-‘isr na wa min haqqi a;-syubb bi an yulazza wa ya’basu. Wa huwa marratun daiqun bih munkara lah , yar anna lillahwi hud dan l yanbag ya‘ud h al-fatay ni muhimman yakun hazzuhum min nasyatin al-syubb bi, wa huwa marrataun s khata asyaddu al-sukhti s `irun a’nafa al-saurati, yar anna ibnahu qad asrafa f ta‘add hud datu wa taj waza mumkina min lahwi al-syubb bi.

Teks Sasaran:

Sang penyair sangat yakin, kegelisahan dan kegundahan hati Tuan Rauf itu akibat ulah anak kesanyangannya sendiri. Anak lelaki berusia duapuluh tahun itu, senang bepergian dan bermain ke mana-mana. Tuan Rauf tidak menyukai hal itu. Sebagai seorang ayah, ia menginginkan agar anaknya melakukan hal-hal bermanfaat. Tidak saja bagi diri sendiri, keluarga, tapi juga lingkungannya. Tapi sang anak tak mau mengerti semua keinginan baik itu.

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan bebas (

/Tarjamatun Hurratun/), yakni penerjemah mengutamakan isi dan mengabarkan bentuk teks BSu.

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

(53)

Teks Sumber:

/Wa huwa iz balaga haz al-taura min atw ri al-gadabi yu`assiru nafsahu binat `ijihi wa innam yusy ‘u hazihi al-nat `iji min haulihi, wa yur du ahli al-qasri jam ‘an ‘al an yusauwir kam s ra wa yaskhat kam sakhata, wa yarhaqu imra`atahu min amrih ‘asiran,/

Teks Sasaran:

Sedangkan sang anak tak pernah mau mengerti keinginan tesebut. Oleh karena itu Tuan Rauf marah besar. Ia tidak suka bila keinginan dan perintahnya ditentang. Dan, ia sama sekali tidak menginginkan anak lelakinya itu menjadi seorang pelawan. Menyadari sang anak tak pernah mau menuruti nasehat dan perintahnya, kekecewaan di hati Tuan Rauf teramat besar. Kekecewaan itu membuat dirinya resah dan gelisah, bahkan sampai tak dapat memejamkan mata.

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan Adaptasi (

/Tarjamatun Taky fiyatun/), yakni penerjemah dengan bebas

menerjemahkan teks sumber ( /Al-naşşu Al-`Awwalu/). Sehingga

makna dan maksud yang ada pada teks sasaran ( /Al-naşşu

Al-Ãkharu/) kurang sesuai dengan apa yang ada pada teks sumber ( / Al-naşşu Al-`Awwalu/).

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

(54)

berontak dan marah. Ia juga mempersulit istrinya dengan memberikan perintah- perintah yang sulit.

Teks Sumber:

.

/Yahmiluh auz ra haz al-fat al-laz l ya’rifu alqasda, wa l yastat ‘u an yaqifa nafsahu ‘indam yanbag an taqifa ‘indahu mina al-hud di, yuridu zalika il anna ummahu lam tuhassin tarbiyatahu, wa lam ta’rifu kaifa tunsyi’hu, wa lam tasti’ qattu tamtani‘u ‘an tadl lihi wa tais ri kullu m ya’ridu lahu min amrin ‘as rin./

Teks Sasaran:

Kemarahan dan keresahan Tuan Rauf ditumpahkan kepada istrinya. Ia menilai, sang istri tidak becus mengasuh dan mendidik anak, sehingga berakibat anak lelaki semata wanyang itu menjadi seorang pembangkang.

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan komunikatif

( /Tarjamatu Ittiş liyatin/), yakni penerjemah berusaha mereproduksi makna kontekstual untuk mempermudah pembaca teks sasaran memahami isi teks tersebut.

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

(55)

Teks Sumber:

.

.

/Summa inna s hiba al-qasri l yasuqqu ‘al nafsihi wa ‘al ahlihi wa zaw khassatin wahdahum h na yatawarratu ibnuhu f khat `itin mina al-kh t y , wa innam huwa mu’linun lisauratihi musy ‘un lisual-khtihi, yur du an yasyrika al-n sa jam ‘an wa al-asyy `a jam ‘an f m yajidu. Fahuwa yattajahhimu lilz `ir na wa yalq hum biwajhi ‘ bbasi bigaidi./

Teks Sasaran:

Tapi kemarahan dan kegelisahan tentang perilaku anaknya itu tak pernah diutarakan kepada siapa pun oleh Tuan Rauf. Ia berusaha menutupi semua itu. Bahkan kepada siapa pun ia selalu berusaha menanamkan keyakinan bahwa dirinya adalah seorang ayah bijaksana yang dapat menyelesaikan semua persoalan menyangkut diri sang anak.

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan Adaptasi

( /Tarjamatun Taky fiyatun/), yakni penerjemah dengan bebas

menerjemahkan teks sumber ( /Al-naşşu Al-`Awwalu/). Sehingga

makna dan maksud yang ada pada teks sasaran ( /Al-naşşu

Al-Ãkharu/) kurang sesuai dengan apa yang ada pada teks sumber ( / Al-naşşu Al-`Awwalu/).

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

(56)

kemarahannya. Dia ingin mengikutsertakan semua orang dan segala sesuatunya di mana saja ia temukan. Dia cemberut pada tamu-tamunya dan menemui mereka dengan muka masam.

Teks Sumber:

.

!

/Wa sy ‘iru b tabi‘i asyaddu n si ta‘arrudan lihaz saili j rifi mina ah d si ‘an hafuw ti fat wa nazw tihi wa ahd sihi al-lat yuhdusih hun wa hun ka, limak nihi al-qar bi min s hibi al-qasri. Fa`aiyu gar batin f an yafirra binafsihi baina h nin wa h nin min haz al-imtih ni, wa yakhl il nahrihi haz al-‘az zi fayasma‘u minhu wa yaq lu lahu/

Teks Sasaran:

Si penyair yakin ia diminta datang menemui Taun Rauf untuk menjadi penengah bagi permasalahan dengan sang anak itu. Ini bukan yang pertama kali ia diminta mencarikan jalan keluar bagi permaslahan itu. Sudah beberapa kali Tuan Rauf mengeluh dan meminta bantuan untuk nasehat dan solusi yang ditawarkan tak pernah membuahkan hasil. Sang anak tetap saja menjadi seorang pembangkang dan tak pernah mau menuruti nasehat-nasehat Tuan Rauf. Si penyair menjadi jenuh juga. Akhirnya ia selalu memilih diam, tidak bereaksi apa-apa, bila Tuan Rauf mulai mengajak berbicara tentang kemarahan dan keresanhan.

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan Adaptasi (

/Tarjamatun Taky fiyatun/), yakni penerjemah dengan bebas

(57)

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

menekankan pada bahasa sumber (BSu /Al-Lugatu Al-Masdaru/): Tentu saja penyair orang yang paling sering mendengarkan ucapan-ucapannya yang tidak mengenakkan ini, yaitu mengurai kesalahan-kesalahan si anak muda yang dilakukannya disana-sini, karena kedudukan si penyair yang dekat dengan pemilik istana. Dia menginginkan suatu keajaiban terjadi padanya agar dapat terhindar dari ujian ini, agar dia dapat menyendiri ke sungai,mendengarkan nyanyiannya dan berbincang-bincang dengannya.

Teks Sumber:

.

.

/K nat ah d su haz al-fat izan mu‘ datan maml latan b al-qiy si ilaihi ‘al h nin lam takun ah d su al-nahra mu‘ datan wa l maml latan, wa in k nat sy qatun ‘as ratun d `iman. Faqad k na al-nahru ‘asiyan abiyyan, yatahaddasu bim yur du huwa l bim yur duhu sa`il hu./

Teks Sasaran:

(58)

Penerjemahan di atas menggunakan metode penerjemahan bebas (

/Tarjamatun Hurratun/), yakni penerjemah mengutamakan isi dan mengabarkan bentuk teks BSu.

Untuk lebih jelasnya berikut penulis cantumkan penerjemahan yang

menekankan pada bahasa sumber (BSu /Al-Lugatu Al-Masdaru/): Perbincangan tentang pemuda ini merupakan hal yang membosankan sedangkan ungkapan-ungkapan sungai tidak membosankan. Meskipun hal itu sulit, tidak mudah. Sungai merupakan makhluk pemberontak dan keras kepala, karena ia hanya bercerita tentang hal-hal yang diinginkannya bukan hal-hal yang diinginkan oleh para penyair.

Teks Sumber:

/Wa k na f tilka al-s ‘ati yaqra`u ‘al sy ‘irin al-w nan min ras ili ikhtilasih min r hi al-syim li, wa k nat tahmiluh il zil li qaumin ‘abur al-nahra wa lam ya‘ d ./

Teks Sasaran:

Tiba-tiba saja suara angin Utara membuyarkan lamunannya. Angin itu seakan berbisik mengabari berita tentang penyeberang sungai yang tak bisa kembali lagi. Lalu angin berpesan supaya ia berhati-hati, agar tidak bernasip mala

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kata lain, yang dimaksud dengan Standar Kompetensi adalah perumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau

Pangandaran sendiri sedang berusaha untuk mengembangkan wisata lain selain wisata pantai sesuai dengan salah satu misi dari Kabupaten Pangandaran, yaitu “Menata

Abstract. This research aims to provide a paradigm change business players in order to develop business in the manage with the help of a smart marketing and design

5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan

Dari pemaparan pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa Kurikulum berbasis kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi

Seperti halnya protokol perutean EIGRP, OSPF memulai pembangunan jaringan antar router dengan cara mengirimkan paket OSPF. Akan tetapi jika pada EIGRP pengiriman hanya ditujukan

ini adalah anak muda Sidoarjo telah berlomba dalam aksi peduli lingkungan dan melaksanakan kegiatan bersih-bersih lingkungan ( trashmob ) dengan tujuan dari Program

Rata-rata pemahaman konsep, miskonsepsi dan tidak paham konsep pada Gambar 1 dan 2, Secara keseluruhan pada pokok bahasan Kingdom Plantae dan Kingdom Animalia