• Tidak ada hasil yang ditemukan

Shopping Mall Interchange Terminal Amplas (Arsitektur Bioklimatik)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Shopping Mall Interchange Terminal Amplas (Arsitektur Bioklimatik)"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

Rizal Sihombing : Shopping Mall Interchange Terminal Amplas (Arsitektur Bioklimatik), 2010.

SHOPPING MALL INTERCHANGE TERMINAL AMPLAS

(ARSITEKTUR BIOKLIMATIK)

LAPORAN PERANCANGAN TGA 490 – TUGAS AKHIR

SEMESTER A 2009/2010

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

RIZAL SIHOMBING

050406014

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

(2)

Rizal Sihombing : Shopping Mall Interchange Terminal Amplas (Arsitektur Bioklimatik), 2010.

SHOPPING MALL INTERCHANGE TERMINAL AMPLAS

(ARSITEKTUR BIOKLIMATIK)

Oleh

RIZAL SIHOMBING

050406014

Medan, Desember 2009

Disetujui oleh,

Pembimbing I

_______________________ Ir. Basaria Talarosha, MT NIP. 19650109 199501 2001

Pembimbing II

_______________________ Salminawati Ginting, ST, MT

NIP. 19720504 20012 2001

Ketua Departemen Arsitektur

(3)

Rizal Sihombing : Shopping Mall Interchange Terminal Amplas (Arsitektur Bioklimatik), 2010.

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR

(SHP2A)

Nama : RIZAL SIHOMBING

NIM : 050406014

Judul Proyek Akhir : SHOPPING MALL INTERCHANGE TERMINAL AMPLAS Tema Proyek Akhir : ARSITEKTUR BIOKLIMATIK

Rekapitulasi Nilai :

Nilai akhir A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasisiwa bersangkutan dinyatakan :

No. Status Waktu

(4)

Rizal Sihombing : Shopping Mall Interchange Terminal Amplas (Arsitektur Bioklimatik), 2010.

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan berkat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan baik, sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.

Proses panjang ini tidak bisa dilalui tanpa dukungan doa, semangat, dan perhatian yang tiada henti dari Ibu,dan Bapak dosen

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :

Ibu Ir. Basaria Talarosa, MT sebagai Dosen Pembimbing I atas segala waktu, bimbingan serta arahannya yang sangat berarti dalam menyelesaikan proses Tugas Akhir ini.

Ibu Salmina Wati Ginting sebagai Dosen Pembimbing II atas masukan dan arahannya yang telah membuka pikiran saya.

Bapak Ir. Dwi Lindarto, MT selaku Ketua Departemen Arsitektur FT-USU dan Koordinator Tugas Akhir.

• Seluruh staf Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di lingkungan Departemen Arsitektur FT-USU.

Bapak Ir.Rudolf Sitorus, MLA selaku dosen penguji • Teman-teman se-Tugas Akhir.

• Stambuk 05

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya di lingkungan Program Studi Arsitektur USU.

Medan, Desember 2009

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR DIAGRAM... ix

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Maksud dan Tujuan... 2

1.3. Perumusan Masalah…... 2

1.4. Pendekatan... 3

1.5. Lingkup dan Batasan... 3

1.6. Asumsi... 3

1.7. Kerangka Berpikir... 4

1.8. Sistematika Laporan... 5

BAB II. TINJAUAN UMUM 2.1. Pengertian Pusat Perbelanjaan…………... 6

2.2. Klasifikasi Pusat Perbelanjaan... 7

2.3. Pengertian Shopping Mall ……….... 11

2.4. Bentuk-Bentuk Mall……….. 14

2.5. Prinsip-Prinsip Perencanaan Shopping Mall...…………... 20

2.5.1. Penataan Retail Sepanjang Mall………... 20

2.5.2.Pencahayaan……… 20

2.5.3.Elemen-Elemen Arsitektural pada Mall………... 21

2.5.4.Prinsip-Prinsip Shopping Mall………... 21

2.5.5.Sistem Pelayanan Shopping Mall……… 23

2.6.Studi Banding Proyek Sejenis……… 23

2.6.1.Plaza Blok M……… 23

2.6.2.Mall Ciputra Seraya………. 27

2.6.3.Artha Gading Mall………... 30

2.6.4.Stasiun KL Sentral,Kuala Lumpur………... 33

BAB III. TINJAUAN KHUSUS 3.1. Terminology Judul………... 36

(7)

4.2. Pengertian Tema……… 49

4.3. Perkembangan Arsitektur Bioklimatik………... 50

4.4. Prinsip Perancangan………... 51

4.5. Unsur-Unsur Perancangan Arsitektur Bioklimatik……… 51

4.6. Analisa Iklim Kota Medan……… 53

4.7. Persyaratan-Persyaratan Kenyamanan………. 53

4.8. Prinsip-Prinsip Bioklimatik Menurut Yeang……… 54

4.8.1.Ekologi……… 54

4.8.2.Tanggapan Terhadap Lingkungan……….. 63

4.8.3.Perencanaan Gedung………... 64

4.8.4.Ruang Kerja……… 64

4.8.5.Hal-Hal yang Dipelajari………. 65

4.9. Keterkaitan Tema dengan Judul………. 65

4.10.Studi Banding Tema Sejenis………... 66

4.10.1.Menara Mesiniaga………... 66

4.10.2.The Roof-roof House………... 69

BAB V. ANALISA 5.1. Analisa Fisik………... 71

5.1.1.Kondisi Eksisiting Site………... 71

5.1.2.Batas Site…….………... 73

5.1.3.Tata Guna Lahan…..………... 74

5.1.4. Kondisi Eksisting Bangunan…...…………... 75

5.1.5. Analisa Pencapaian ... 76

5.1.6. Analisa Sirkulasi………... 77

5.1.6.1. Analisa Sirkulasi Kenderaan Bermotor………. 77

5.1.6.2. Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki……….. 78

5.1.6.3. Potongan Jalan………... 79

5.1.7. Analisa Matahari... 80

5.1.8. Analisa Vegetasi………... 81

5.1.9.Analisa View ke Dalam………. 82

5.2. Analisa Non Fisik….………... 83

5.2.1. Analisa Kegiatan………... 83

5.2.1.1. Program Kebutuhan Ruang………... 83

5.2.1.2. Analisa Aliran Kegiatan………. 87

5.2.2. Analisa Besaran Shopping Mall………... 88

5.2.3. Program Ruang………... 90

5.2.4. Analisa Jumlah Pengunjung………. 96

5.2.5. Analisa Bentuk………. 96

5.2.6. Orientasi Dan View………. 97

5.2.7. Sirkulasi Dan Penzoningan………. 97

5.3. Analisa Teknologi……….. 99

5.3.1. Analisa Struktur dan Konstruksi……… 99

5.3.2. Utilitas……….. 101

5.3.3. Sistem Pencahayaan………. 101

5.3.4. Sistem Pengkondisian Udara……… 102

5.3.5. Sistem Keamanan... 103

(8)

5.3.7. Sistem Komunikasi………. 105

5.3.8. Sistem Sanitasi dan Pemipaan……... 105

5.3.9. Pengangkutan Vertikal………... 107

BAB VI. KONSEP PERANCANGAN 6.1. Organisasi Ruang...………... 108

6.2. Zoning... 109

6.3. Penerapan Tema... 111

6.4. Konsep Sirkulasi...………... 113

BAB.VII. HASIL PERANCANGAN 7.1. Gambar Perspektif... 114

7.2. Gambar Kerja... 116

(9)

DAFTAR GAMBAR

BAB II . TINJAUAN UMUM

Gambar 2.1. Shopping Street in the Center of old Valencia………. 9

Gambar 2.2. Shopping Percint in St john,Liverpool………. 9

Gambar 2.3. Mall pada pusat bisnis di Monaco……… 12

Gambar 2.4 West Edmonton Mall……… 13

Gambar 2.5. Mall in St john,Liverpool………. 13

Gambar 2.6. Open Mall………... 14

Gambar 2.7. Enclosed Mall………... 14

Gambar 2.8. Integrated Mall………... 14

Gambar 2.9. Down town Transit Mall,Santa Monica,CA………. 15

Gambar 2.10. L Shaped………... 16

Gambar 2.11. Triangle Shaped... 16

Gambar 2.12. Strip Shaped………... 16

Gambar 2.13. Dumb bell Shaped……… 16

Gambar 2.14. U shaped... 17

Gambar 2.15. Clutser Shaped... 17

Gambar 2.16. Double Dumbbell Shaped... 17

Gambar 2.17. T Shaped... 17

Gambar 2.18. Strip Center with Curb Parking……… 18

Gambar 2.19. Strip Center with off-Street Sarking………. 18

Gambar 2.20. Double-strip Center with off-Street Parking……… 18

Gambar 2.21. Mall Center with only one Magnet ………... 19

Gambar 2.22. Mall Center with Magnet Centrally placed... 19

Gambar 2.23. Clutser-type Center………... 19

Gambar 2.33. Stasiun Kl Sentral... 33

Gambar 2.34. Denah Lantai 1Stasiun KL Sentral... 34

BAB III . TINJAUAN KHUSUS Gambar 3.1. Lokasi site... 37

Gambar 3.2. Gambar Peta WPP Kota Medan...………... 39

Gambar 3.3. Alternatif Lokasi A...………... 42

(10)

BAB IV . ELABORASI TEMA

Gambar 4.1. Peletakan Core ……... 55

Gambar 4.2. Jalur Matahari ………... 56

Gambar 4.3. Jenis-jenis Passive Solar System... 57

Gambar 4.4. Curtain Wall at Norh and South Facades………. 57

Gambar 4.5. Deep Receeses... 58

Gambar 4.6. Multi-storey Transitional Spaces………... 59

Gambar 4.7. Environmentally Interactive Membrane………... 59

Gambar 4.8. Jalur Udara... 60

Gambar 4.9. Open-to-sky ground floor... 60

Gambar 4.10. Penghawaan Alami pada Gedung... 62

Gambar 4.11. Sistem Pembayangan dan Penghawaan... 61

Gambar 4.12. Sistem Penahan Panas……….. 63

Gambar 4.13. Maket Menara Mesiniaga………. 66

Gambar 4.14. Menara Mesiniaga... 67

Gambar 4.15. Konsep Desain Menara Mesiniga... 67

Gambar 4.16. Enterance……….. 67

Gambar 4.17. Tampak Menara Mesiniaga... 68

Gambar 4.18. Detail Shading……….. 68

Gambar 4.19. Shading pada Dinding... 68

Gambar 4.20. Eksterior Roof-Roof House………. 69

Gambar 4.21. Detail Shading Roof-Roof House………. 69

Gambar 4.22. Denah Lantai 1 dan 2 Roof-Roof House……….. 70

BAB V ANALISA Gambar 5.1. Lokasi Site... 71

Gambar 5.2. Batas Site... 73

Gambar 5.3. Tata Guna Lahan... 74

Gambar 5.4. Bangunan Sekitar……... 75

Gambar 5.5. Pencapaian... 76

Gambar 5.6. Sirkulasi Kenderaan Bermotor... 77

Gambar 5.7. Sirkulasi Pejalan Kaki...……….. 78

Gambar 5.8. Potongan Jalan………...………... 79

Gambar 5.9. Potongan Jln.Panglima Denai (A-A)... 79

Gambar 5.10. Potongan Jln.SM.Raja (B-B)………... 80

Gambar 5.11. Potongan Jln.Pertanahan (C-C)... 80

Gambar 5.12. Matahari...………... 80

Gambar 5.13. Vegetasi………... 81

(11)

BAB IV KONSEP

Gambar 6.1. Zoning Lantai 1... 109

Gambar 6.2. Zoning Lantai 2 dan 3………... 110

Gambar 6.3. Zoning Lantai 4………... 110

Gambar 6.4. Konsep Penerapan Tema...……… 112

(12)

DAFTAR TABEL

BAB II TINJAUAN UMUM

Tabel 2.1 Tenant Mall Ciputra Seraya………... 28

BAB III TINJAUAN KHUSUS Tabel 3.1 Wilayah Pembangunan Kota Medan... 39

Tabel 3.2. Kriteria Pemilihan Lokasi……….. 40

Tabel 3.3. Penilaian Alternatif Lokasi………. 43

Tabel 3.4. Persyaratan dan Kriteria Ruang……….. 48

BAB IV ELABORASI TEMA

Tabel 4.1. Batas-batas Kenyamanan………... 54

BAB V ANALISA Tabel 5.1 Kebutuhan Ruang... 83

Tabel 5.2 Jumlah Komuter Terminal Amplas Setiap Bulan... 89

Tabel 5.3 Persyaratan Perencanaan Pusat Perbelanjaan Menurut SNI... 90

Tabel 5.4 Besaran Ruang Umum... 90

Tabel 5.5 Besaran Supermarket... 91

Tabel 5.6 Besaran Departement store... 91

Tabel 5.7 Besaran Retail... 91

Tabel 5.8 Besaran Gramedia... 91

Tabel 5.9 Besaran Timezone... 92

Tabel 5.10 Besaran Foodcourt... 92

Tabel 5.11 Besaran Restaurant... 92

Tabel 5.12 Besaran Bioskop... 93

Tabel 5.13 Besaran Fasilitas Administrasi... 94

Tabel 5.14 Besaran Ruang Utilitas... 94

Tabel 5.15 Besaran Ruang Keamanan... 94

Tabel 5.16 Perbandingan Bentuk Dasar Bangunan... 96

(13)

DAFTAR DIAGRAM

BAB I . PENDAHULUAN

Diagram 1.1 Kerangka Berpikir... 4

BAB V. ANALISA Diagram 5.1 Skema Aliran Pengunjung... 87

Diagram 5.2 Skema Aliran Pengelola... 87

Diagram 5.3 Skema Aliran Servis... 87

BAB VI.KONSEP PERANCANGAN Diagram 6.1 Organisasi Ruang Lantai 1………... 108

Diagram 6.2 Organisasi Ruang Lantai 2 dan 3... 108

Diagram 6.3 Organisasi Ruang Lantai 4... 109

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Berbelanja ataupun membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari adalah merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari masyarakat, kebutuhan tersebut dapat diperoleh dari warung, toko, dan pasar tradisional ataupun pusat perbelanjaan yang ada

Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan jumlah penduduk maka timbul permasalahan baru di masyarakat,yang mana masyarakat menginginkan adanya suatu pusat perbelanjaan yang mampu menampung dan melayani penyediaan akan kebutahan-kebutuhan tersebut. Perilaku masyarakat, yang semakin maju dan berkembang ini menimbulkan keinginan masyarakat akan suatu fasilitas tempat perbelanjaan yang lengkap, baik, aman dan nyaman

Hal ini yang mendorong para investor dan perencana bangunan untuk mengembangkan konsep-konsep perencanaan suatu bangunan pusat perbelanjaan. Konsep perencanaan pusat perbelanjaan ini kemudian dikembangkan lagi fungsinya, dimana kegiatan pada pusat perbelanjaan tidak hanya sekedar untuk berbelanja,akan tetapi juga bisa untuk rekreasi, dan mencari hiburan. Konsep ini mengalami perkembangan pesat dan banyak dipakai oleh berbagai pusat perbelanjaan baik didalam maupun diluar negeri

Kecamatan Medan Amplas sebagai pintu gerbang Kota Medan disebelah timur memiliki potensi yang besar dalam perdagangan dan rekreasi hal ini terlihat dengan banyaknya industri dikawasan ini dan jumlah penduduk yang cukup besar.Kurangnya Fasilitas Perbelanjaan modern dikawasan ini juga terlihat dengan jelas secara nyata.

Terminal Amplas sebagai pusat pergerakan masyarakat dari luar dan menuju Kota Medan yang melayani bus-bus antar provinsi maupun dalam provinsi yang datang dari arah selatan Kota Medan. Bus-bus di terminal ini terutama melayani trayek antar provinsi tujuan Riau, Sumbar, Jambi, Sumsel, Lampung dan Jakarta via Selat Sunda juga antar provinsi seperti Pematang Siantar, Parapat,Padang Sidempuan, Kisaran, dan Tanjung Balai dengan jumlah rata-rata komuter AKAP dan AKDP setiap bulannya sebesar 907.757 penumpang adalah potensi pasar dalam kegiatan perbelanjaan

(15)

karena itu perlu adanya suatu sarana yang mampu mengangkat image terminal Amplas dan juga sebagai generator perekonomian kawasan ini

1.2. Maksud Dan Tujuan

Maksud dari perencanaan dan perancangan dari Shopping Mall Interchange Terminal Amplas ini adalah sebagai wadah yang dapat menampung dan melayani

kegiatan perbelanjaan masyarakat akan barang-barang primer, sekunder dan, tersier dan juga sebagai pusat rekreasi bagi masyarakat

Tujuan:

 Menyediakan fasilitas perbelanjaan bagi masyarakat Medan Amplas dan Medan Denai untuk mendapatkan berbagai barang kebutuhannya sehari-hari dan juga komuter Terminal Amplas

 Merangsang pertumbuhan perekonomian Medan Amplas

1.3. Perumusan Masalah

Permasalahan umum dalam perancangan kasus proyek ini adalah menciptakan sebuah rancangan fisik untuk mencapai maksud dan tujuan perancangan yang dapat menunjang keberadaan fungsi bangunan sesuai dengan kasus proyek.

Permasalahan khusus dalam perancangan kasus proyek ini adalah:

 Bagaimana merancang ruang luar khususnya medium penghubung antara terminal Amplas dengan Shopping Mall sehingga tidak mengganggu sirkulasi kenderaan bermotor baik dari/ke Medan Denai ataupun dari/ke Terminal Amplas

 Bagaimana menentukan kebutuhan program ruang dan menciptakan pola hubungan antar ruang yang dapat menampung segala kegiatan manusia yang mungkin terjadi di dalam bangunan.

 Bagaimana menciptakan hubungan yang harmonis antara ruang dalam dengan ruang luar dan antara bangunan dengan lingkungannya sehingga mengangkat citra dan potensi kawasan.

 Bagaimana mengatur pergerakan massa bangunan yang tangggap terhadap iklim setempat, menampung aktivitas-aktivitas pengunjung dan pengelola

(16)

 Bagaimana mengadopsi dan menerjemahkan tema ke dalam desain. I.4. Pendekatan

Pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam pemecahan masalah perencanaan dan perancangan kasusu proyek”Shopping Mall Interchange Terminal Amplas” adalah dengan metode :

 Studi literatur atau pustaka

Metode ini dilakukan berdasarkan pada pengumpulan data-data untuk mendapatkan landasan yang mengacu pada kaidah-kaidah yang sesuai dengan kasus proyek dan memperkuat fakta secara ilmiah.

 Survey lapangan

Metoda ini berupa pengamatan langsung tentang karakteristik dan permasalahan yang ada pada kawasan dan pengamatan mengenai kondisi eksisting site dan lingkungan fisik yang berhubungan dengan kasus proyek.

I.5. Lingkup Dan Batasan

Lingkup dan batasan perencanaan kasus proyek ini terbatas pada perancangan Shopping Mall Interchange Terminal Amplas yang meliputi:

 Seluruh aspek fisik yang berhubungan dengan perancangan seperti lingkungan tapak, massa bangunan, dan pembentukan ruang.

 Data mengenai perkonomian kota Medan khususnya tingkat pendapatan masyarakat kota Medan,jumlah penduduk Medan Amplas, Medan Denai, dan jumlah komuter terminal Amplas

 Sistem struktur yang sesuai yaitu rigid frame  Tema Arsitektur Bioklimatik dan penerapannya.

I.6. Asumsi

Kasus proyek ini bersifat fiktif sehingga diperlukan beberapa asumsi sebagai dasar perencanaan dan perancangan, yaitu:

 Diasumsikan proyek ini selesai tahun 2014

 Diasumsikan keberadaan sosial budaya masyarakat setempat tidak menjadi suatu permasalahan yang dapat menghambat keberadaan proyek.

(17)

 Diasumsikan bahwa sistem pemerintahan dan perekonomian Indonesia dalam keadaan yang stabil sehingga dapat mendukung keberadaan proyek

 Diasumsikan Penduduk Kecamatan Medan Amplas,Medan Denai serta Komuter Terminal Amplas menjadi pangsa pasar Shopping Mall Interchange Terminal Amplas

1.7. Kerangka Berfikir

Diagram 1.1. Kerangka Berpikir

Shopping Mall Interchange Terminal Amplas

Maksud dan Tujuan

Masalah Perancangan

Pendekatan Analisa

Lingkup dan Batasan

Pendekatan Konsep Desain Pengumpulan Data

Konsep Perancangan

Tema

Gambar Kerja Maket Laporan Asumsi

(18)

1.8. Sistematika laporan

Sistematika laporan meliput i: Bab I. Pendahuluan

Menjelaskan secara garis besar apa yang menjadi dasar perumusan perancangan yang meliputi: latar belakang, maksud dan tujuan, masalah perancangan, pendekatan, lingkup dan batasan, asumsi, kerangka berpikir dan sistematika laporan.

Bab II. Tinjauan Umum

Menjelaskan dasar tinjauan teori secara umum yang berkaitan dengan proyek, meliputi pengertian pusat perbelanjaan, jenis-jenis pusat perbelanjaan, pengertian shopping mall, klasifikasi shopping mall, prinsip-prinsip perancangan shopping mall dan

studi banding proyek sejenis Bab III.Tinjauan Umum

Mnjelaskan kasus proyek yang meliputi terminology judul, lokasi proyek, gambaran umum proyek

Bab IV. Elaborasi Tema

Menjelaskan tentang pengertian, interpretasi tema, keterkaitan tema dengan judul proyek dan studi banding tema.

Bab V. Analisa

Menganalisa hal-hal yang berkaitan dengan proyek seperti analisa tapak, analisa ruang, analisa struktur, dan analisa utilitas.

Bab VI. Konsep Perancangan

Berisikan konsep-konsep dasar dari rencana proyek meliputi konsep ruang luar, konsep ruang dalam, dan konsep penerapan tema.

Bab VII. HASIL PERANCANGAN

(19)

BAB II

TINJAUAN UMUM 2.1. Pengertian Pusat Perbelanjaan

Keberadaan sebuah tempat perbelanjaan dalam suatu kota selalu menjadi tempat yang menarik dan mudah diingat karena termasuk tempat yang dikunjungi oleh warga kota tersebut.Istilah pusat perbelanjaan memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah Bentuk usaha perdagangan individual yang dilakukan secara bersama melalui penyatuan modal dengan tujuan efektivitas komersial(Beddington, Design For Shopping Centre)

Suatu tempat kegiatan pertukaran dan distribusi barang/jasa yang bercirikan komersial, melibatkan perencanaan dan perancangan yang matang karena bertujuan untuk memperileh keuntungan (profit) sebanyak-banyaknya (Grue, Centers for Urban Environment: Survival of the Cities )

Kompleks perbelanjaan terencana, dengan pengelolaan yang bersifat terpusat, dengan sistem menyewakan unit-unit kepada pedagang individu, sedangkan pengawasannya dilakukan oleh pengelola yang bertanggungjawab secara menyeluruh (Beddington, Design For Shopping Centre)

Sekelompok kesatuan pusat perdagangan yang dibangun dan didirikan pada sebuah lokasi yang direncanakan, dikembangkan, dimulai, dan diatur menjadi sebuah kesatuan operasi (operation unit), berhubungan dengan lokasi, ukuran, tipe toko, dan area perbelanjaan dari unit tersebut. Unit ini juga menyediakan parkir yang dibuat berhubungan dengan tipe dan ukuran total toko-toko (Urban Land Institute, Shopping Centre Development Handbook)

Suatu wadah dalam masyarakat yang menghidupkan kota atau lingkungan setempat. Selain berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan berbelanja atau tranksaksi jual beli, juga berfungsi sebagai tempat untuk berkumpul atau berekreasi (Beddington, Design For Shopping Centre)

Dari berbagai pengertian diatas, terdapat beberapa kata kunci terkait dengan pusat perbelanjaan, yaitu:

(20)

Dua kata kunci tersebut di atas, akan mewarnai proses perancangan sebuah pusat perbelanjaan, selain kata kunci utama sebagai bangunan komersial, yaitu bertujuan menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya

2.2. Klasifikasi Pusat Perbelanjaan

1. Berdasarkan Skala Pelayanan

Berdasarkan skala pelayanannya, pusat perbelanjaan dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

- Pusat perbelanjaan lokal (neighborhood center)

Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan yang meliputi 5.000 sampai 40.000 penduduk (skala lingkungan), dengan luas bangunan berkisar antara 2.787-9.290 m2. Unit penjualan terbesar pada pusat perdagangan golongan ini adalah supermarket.

- Pusat perbelanjaan distrik (community center)

Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan 40.000 sampai 150.000 penduduk (skala wilayah), dengan luas bangunan berkisar antara 9.290-27.870 m2. Unit-unit penjualannya terdiri atas junior department store, supermarket dan toko-toko.

- Pusat perbelanjaan regional (main center)

Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan seluas daerah dengan 150.000 sampai 400.000 penduduk, dengan luas bangunan 27.870-92.990 m2. Pusat perbelanjaan golongan ini terdiri dari 1-4 departement store dan 50-100 toko retail, yang tersusun mengitari pedestrian, dan dikelilingi oleh daerah parkir

2. Berdasarkan Fungsi dan Kegiatan a. Pusat Perbelanjaan Murni

Pusat perbelanjaan yang berfungsi sebagai tempat berbelanja dan sebagai tempat pertemuan masyarakat (community center) untuk segala urusan, baik untuk bersantai, mencan hiburan. Misalnya Plaza Senayan, Blok M Plaza, Pondok Indah Mall dll.

(21)

Fungsi sebagai pusat perbelanjaan di campur dengan fungsi lain yang berbeda namun saling menunjang dan meningkatkan nilai komersialnya.

3. Berdasarkan Sistem Transaksi

Berdasarkan sistem transaksinya, sebuah pusat perbelanjaan dapat dibedakan sebagai berikut :

- Toko Grosir

Adalah toko yang menjual barang dalam partai besar. Barang-barang tersebut biasanya disimpan di gudang atau di tempat lain, sedangkan yang ada di toko grosir hanya contohnya.oleh karena penjualan dilakukan dalam partai besar, biasanya etalase pada pada toko grosir hanya memerlukan tempat yang relatif kecil, sedangkan bagian terbesarnya adalah gudang atau tempat penyimpan persediaan.

Aktifitas lain yang juga tidak kalah penting pada toko seperti ini adalah pengepakan. Oleh karena penjualannya dilakukan dalam jumlah besar sekaligus, maka pengepakan memerlukan ruang tersendiri yang juga relatif besar, yaitu ruang dropping barang. Area ini sebaiknya berdimensi cukup besar yang memungkinkan kendaraan pengangkut barang berhenti pada proses pembongkaran atau pemuatan barang belanjaan.

- Toko Eceran

Menjual barang dalam partai kecil atau per satuan barang. Toko eceran lebih banyak menarik pembeli karena tingkat variasi barangnya yang tinggi. Pada toko semacam ini, area display barang dagangan memerlukan ruang dengan dimensi yang relatif besar untuk mewadahi variasi barang dagangan yang tinggi. Sebaliknya, gudang mungkin hanya memerlukan area dengan dimensi yang lebih kecil. Area dropping barang merupakan area vital pada toko jenis ini.

4. Berdasarkan Lokasi - Pasar (market),

(22)

pemukiman, merupakan fasilitas perbelanjaan untuk memennuhi kebutuhan (biasanya sehari-hari) masyarakat di sekitarnya.

- Shopping Street

Merupakan pengelompokan sarana perbelanjaan yang terdiri dari deretan toko atau kios terbuka pada suatu penggal jalan. Area perbelanjaan ini merupakan jenis pasar yang berlokasi di sepanjang tepi suatu penggal jalan. Jenis perbelanjaan semacam ini biasanya berkembang di kawasan-kawasan wisata, atau kawasan pertokoan yang menarik dkunjungi wisatawan.

- Shopping Precint

Merupakan kompleks pertokoan terbuka yang menghadap pada suatu ruang terbuka yang bebas. Perbelanjaan ini biasanya tumbuh di dekat obyek atau kawasan wisata.Contohnya yaitu Nakamise-dori,Senso-ji’s temple precint’s shopping street, Asakusa, Tokyo, Jepang

Gambar 2.1. Shopping street in the center of old Valencia

(23)

- Shopping Center

Merupakan pengelompokan fasilitas perbelanjaan (toko dan kios) yang berada di bawah satu atap. Pada shopping center, barang yang diperdagangkan didominasi oleh kebutuhan sekunder dan tersier, sedangkan pada jenis pasar, barang yang diperdagangkan terutama didominasi oleh kebutuhan primer manusia.

Shopping center secara khusus mempunyai pola visual dan sirkulasi yang diperuntukkan

bagi pengunjung untuk berjalan mengelilinya, bahkan tidak hanya mencakup kompleks yang berukuran besar berskala monumental, tetapi juga berskala manusia.

- Department Store

Merupakan wadah perdagangan eceran besar dari berbagai jenis barang yang berada di bawah satu atap. Pada perbelanjaan ini transaksi masih menggunakan tenaga pelayan untuk membantu konsumen memilih dan mencari benda yang dikehendaki. Penataan barang-barangnya memiliki tata letak khusus yang memudahan sirkulasi dan mencapai kejelasan akses. Luas lantainya berkisar antara 10.000 sampai 20.000 m2.

- Supermarket

Merupakan toko yang menjual barang kebutuhan sehari-hari dengan cara pelayanan mandiri (self service). Pemilihan dan pencarian produk dilakukan secara mandiri oleh konsumen. Pelayan hanya digunakan untuk membantu proses pembayaran. Jumlah bahan makanan yang dijual pada toko jenis ini kurang dari 15% dari seluruh barang yang diperdagangkan. Luas lantainya berkisar antara 1.000 sampai dengan 2.500 m2.

Setiap supermarket mempunyai sekuen kejadian, diawali dengan masuknya konsumen sehingga proses pembelian, pembeyaran dan perginya konsumen. Sekuen kejadian ini perlu dikaji melalui sebuah program yang termasuk di dalamnya adalah perilaku pembeli dan penjual seperti disampaikan dalam Lang (1987:114).

- Superstore

(24)

Oleh Karena system pelayanannya mandiri, perlu penataan dan pengelompokan barang yang jelas sehingga memudahkan pembeli menemukan barang yang diinginkan.

- Hypermarket

Merupakan bentuk perluasan dari superstore, dengan luas lantai minimum 5.000 m2. Hypermarket merupakan simbol perdagangan disuatu kota kota karena tempat tersebut

mencerminkan adanya kecendrungan penduduk yeng mengikuti trend perdagangan dengan munculnya produk-produk yang ditawarkan. Sistem penjualannya pun dibedakan antara pembeli eceran adan pembeli sistem grosir.

Pada hypermarket yang bergabung dengan plaza atau shopping park, kecendrungannya adalah ruangan untuk hypermarket diletakkan di area paling belakang karena membutuhkan lahan bangunan yang paling luas sehingga tidak menutupi area retail atau counter lain yang luasannya lebih kecil.

- Shopping mall

Merupakan sebuah plaza umum, jalan-jalan umum, atau sekumpulan sistem dengan belokan-belokan dan dirancang khusus untuk pejalan kaki. Jadi mall dapat disebut sebagai jalan pada area pusat usaha yang terpisah dari lalu lintas umum, tetapi memiliki akses mudah terhadapnya, sebagai tempat berjalan-jalan, duduk-duduk, bersantai, dan dilengkapi dengan unsur-unsur dekoratif untuk melengkapi kenyamanan.

2.3. Pengertian Shopping Mall

Mall merupakan sebuah plaza umum,jalan-jalan umum atau sekuimpulan system dengan belokan-belokan dan dirancang khusus untuk pejalan kaki. Jadi, mal dapat disebut sebagai jalan pada area pusat usaha yang terpisah dari lalulintas umum, tetapi memiliki akses terhadapnya, sebagai tempat berjalan-jalan, duduk-duduk, bersantai dan dilengkapi dengan unsur-unsur dekoratif untuk melengkapi kenyamanan dalam menikmati suasana

Menurut Rubenstein(1978),mall merupakan penggambaran dari kota yang terbentuk oleh elemen-elemen:

Anchor (Magnet) merupakan transformasi dari nodes dapat pula berfungsi sebagai

(25)

Secondary Anchor (Magnet Anchor) merupakan transformasi dari distrik perwujudannya berupa retail store, supermarket, superstore dan bioskop

Street mall merupakan transformasi paths perwujudannya berupa pedestrian yang

menghubungkan magnet-magnet

Landscaping (Pertamanan) merupakan transformasi dari edges sebagai pembatas

pusat pertokoan ditempat-tempat luar

Berdasarkan uraian diatas terdapat beberapa pengertian shopping mall yaitu:

Shopping mall diartikan sebagai suatu area pergerakan(linier) pada suatu pusat

bisnis kota(central city business area) yang lebih diorientasiakan bagi pejalan kaki;berbentuk pedestrian dengan kombinasi plaza dan ruang-ruang interaksional (Rubenstein,1978)

 Shopping mall adalah pusat perbelanjaan yang berintikan satu atau beberapa department store besar sebagai daya tarik dari retail-retail kecil dan rumah makan dengan tipologi bangunan seperti toko yang menghadap ke koridor utama mal atau pedestrian yang merupaka unsur utama dari sebuah shopping mall, dengan fungsi sebagai sirkulasi dan sebagai ruang komunal bagi terselenggaranya interaksi antarpengunjung dan pedagang (Maitland,1987)

(26)

 Shopping mall sebagai kelompok kesatuan komersial yang dibangun pada sebuah lokasi yang direncanakan,dikembangkan, diatur, dimulai, dan diatur menjadi sebuah unit operasi, berhubungan dengan lokasi, ukuran, tipe toko, dan area perbelanjaan dari unit tersebut.Unit juga menyediakan parkir yang dibuat berhubungan dengan tipe dan ukuran total toko-toko(Urband Land Institute,1977)

Mall mempunyai kecenderungan berkonfigurasi secara horizontal. Konsep tatanan arsitektur proporsi, skala, simetri, balance dan dimensi diterapkan pada fisik bangunan karena selain mempunyai pengaruh fisik,juga berdampak secara psikologis yang akan menentukan berhasil tidaknya decision of design. Merujuk pada teori “visual stop” yaitu”if the shopper is not trapped she will pas through”(jika pembeli tidak terjerat maka dia lewat begitu saja);aliran pengunjung harus diarahkan sehingga mereka tidak hanya lewat begitu saja,tetapi terdorong untuk melihat kedalam outlet yang mereka lewati. Hal ini sangat dipengaruhi oleh hal-hal seperti tersebut diatas(Maitland,1987)

Gambar 2.4 . West Edmonton Mall

(27)

2.4. Bentuk-bentuk mall

1. Bentuk Mall berdasarkan penutup bangunan

Menurut Maithland(1987) terdapat 3 bentuk umum mall dengan keuntungan dan kerugian tersendiri

 Open mall

(mal terbuka) adalah mal tanpa pelingkup.Keuntungannya adalah kesan luas dan perencanaan teknis yang mudah sehingga biaya lebih murah.Kerugiannya berupa kendala Cimate control (berpengaruh terhadap kenyamanan dan kesan pewadahan kurang

 Enclosed Mall (mal tertutup)

adalah mal dengan pelingkup.Keuntungannya berupa kenyamanan climatic control.Kerugiannya adalah biaya mahal dan kesan kurang luas

 Intregated mall(mal terpadu)

adalah penggabungan mal terbuka dan tertutup.Biasanya mall tertutup dengan akhiran mal terbuka.Munculnya bentuk ini merupakan antisipasi terhadap keborosan energi untuk climatic control serta mahalnya pembuatan dan perawatan

Gambar 2.6. Open Mall

(28)

mall tertutup.Mall ini juga bertujuan mengonsentrasikan daya tarik pengunjung pada mal tertutup

b . Tipe Mall

1. Full mall

Terbentuk oleh sebuah jalan yang sebelumnya digunakan untuk lalu lintas kendaraan kemudian diperbaharui menjadi jalur pejalan kaki atau plaza (alun - alun ) yang dilengkapi dengan potion, patung, air mancur, paving untuk pejalan kaki. Sebuah full mall dibangun diarea dengan

jumlah penduduk dan dasar ekonomi bermacam - macam, biasanya dengan jumlah penduduk antara 9.725 - 360.000 jiwa. Seperti di negara Lebanon, New Hampshire dan Louisville.

2. Transit Mall

Transit mall atau dikembangkannya lalu lintas mobil pribadi dan trek ke

jalan lain dan hanya mengijinkan angkutan umum seperti bis dan taksi . Area parkir direncanakan tersendiri dan menghindari sistem parkir pada jalan (on street parking ) jalur pejalan kaki diperlebar dan dilengkapi dengan street furniture.

3. Semi Mall

Gambar 2.8. Intregated Mall

(29)

Semi mall lebih menekankan pada pejalan kaki, oleh karena itu areanya diperluas

dan silengkapi dengan pohon–pohon dan taman, bangku–bangku, pencahayaan dan fasilitas buatan lainnya, sedangkan jalur kendaraan dikurangi.

c. Bentuk Mall menurut komposisi ukuran dan bentuk 1. Bentuk L ( L Shape )

2. Bentuk Segitiga ( Triangle shaped )

3. Bentuk jalur ( strip shaped )

4. Dumb bell shaped

Gambar 2.11. Triangle shaped

(30)

5. Bentuk U ( U shaped )

6. Bentuk Cluster (Cluster shaped )

7. Double dumbbell shaped

8. Bentuk T ( T shaped )

Gambar 2.13. Dumb bell shaped

Gambar 2.14. U shaped

Gambar 2.15. Clutser shaped

(31)

e. Bentuk mall berdasarkan sistem parkir 1. Strip center with curb parking

2. Strip center with off-street parking

3. Double-strip center with off-street parking

Gambar 2.17. T shaped

Gambar 2.18. Strip center with curb parking

Gambar 2.19. Strip center with off-street parking

(32)

4. Mall center with only one magnet

5. Mall center with magnet centrally placed

6. Cluster-type center

7. “Introverted” center

Gambar 2.21. Strip center with only one magnet

Gambar 2.22. Mall center with magnet centrally placed

(33)

2.5. Prinsip-Prinsip Perencanaan Shopping Mall

Pada dasarnya pola mall berprinsip linier. Tatanan mall yang banyak dijumpai adalah mal berkoridor tunggal dengan lebar koridor standar antara 8-16m untuk memudahkan akses pengunjung pintu masuk sebaiknya dapat dicapai dari segala arah. Mall sebaiknya ditata sedimikian rupa agar terdapat magnet pada tiap akhir mall. Jarak antarmagnet antara 100 sampai 200m atau sepanjang masih memungkinkan kenyamanan pejalan kaki

Pada umumnya parkir kenderaan ditempatkan disekeliling bangunan dengan akses mudah ke mal yang menghubungkan dengan magnet. Variasi hanya diberikan untuk menghindari monotonitas view tanpa mengurangi kesederhanaan dan kejelasan.Mal ini menghubungkan magnet yang terletak pada ujung-ujungnya dengan menekankan hubungan horizontal. Penggunaan pola grid pada mall akan mempermudah pengaturan modul untuk retail-retail, sirkulasi, penempatan atrium, parkir dan sebagainya

Besaran kolom pada mal rata-rata memiliki besar yang sama dari lantai 1 sampai lantai teratas.Berdasarkan keadaan di Amerika Serikat,pada umumnya pola yang paling berhasil adalah yang berbentuk I, L dan T. Hal ini sesuai dengan karakteristik pengunjung yang biasanya menginginkan kemudahan dalam menemukan toko/tempat yang dituju. Bentuk mal yang parallel (double Corridor) atau pola kompleks lainnya umumnya kurang berhasil dalam arti relatif sedikit dikunjungi orang

2.5.1. Penataan letak retail di sepanjang mall

Dengan penataan sirkulasi mal yang hanya memiliki satu koridor,diharapkan semua retail dapat dilewati pengunjung sehingga semua retail mempunyai nilai komersal yang sama.Penataan retail tenant dan anchor tenant yang baik dapat saling mendukung terjadinya aliran pengunjung yang merata di spanjang mall. Komposisi yang paling baik adalah 50% retail tenant dan 50 % anchortenant

2.5.2. Pencahayaan

(34)

bangunan.Selain itu penggunaan lampu di areal mal pada siang hari dapat dikurangi.Pencahayaan buatan dapat digunakan sebagai penerangan umum,daya tarik bagi pengunjung,memamerkan barang,membentuk suasana dan iklim.Atap diruang lift juga dapat dibuat transparan dengan bahan yang sama dengan skylight, yaitu fiberglass yang berbentuk limas atau kerucut

2.5.3. Elemen-elemen arsitektural pada mall

Elemen-elemen yang dapat ditempatkan disepanjang mal di antaranya adalah bangku, arena bermain, kios, kotak telepon, tempat sampah, penunjuk arah, jam dan sebagainya. Arena duduk merupakan sarana penting yang dibutuhkan pengunjung shopping mall karena arena duduk dapat menjadi area komunikasi dan interaksi sosial. Bangku yang disediakan sebaiknya bangku yang berbentuk sederhana agar pengunjung tidak berhenti terlalu lama

2.5.4. Prinsip-prinsip Shopping mall

Pada perancangan shopping mall terdapat peran dan pola hubungan antara unit retail dan mall.Mall pada shopping mall berperan sebagai penghubung dan pengontrol,pengorganisir unit retail serta pengidenifikasi area (memberi kejelasan orientasi).Adapun unit retail berperan sebagai ruang internal pembentuk perimeter mal, berfungsi sebagai wadah kegiatan belanja, pengendali arus pengunjung dan unit sewa. Peran tersebut menunjukkan bahwa mal dan unit retail masing-masing merupakan elemen beridentitas dan berhubungan yang membentuk sistem pemusatan wadah perbelanjaan. Jadi mal merupakan vocal point. Prinsip yang perlu ditekankan pada pola hubungan tersebut adalah design control zone, tenat mix dan design criteria. Masing-masing prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut

Design control zone

(35)

strategis sama,tidak terdapat ruang yang mati, sehingga efektivitas komersial dapat tercapai. Control zone ini dapat dicapai melalui pola mal (pola yang memungkinkan adanya zona yang dapat dikontrol oleh ruang-ruang sewa/retaildi sekitarnya). Magnet/Anchor (peletakannya dalam mall perlu dipertimbangkan sebagai magnet bagi seluruh retail yang terdapat dala mal tersebut),pembatasan panjang dan lebarmal(panjang dan lebar mal masih memungkinkan bagi pengunjung mal dan tenant setiap retail untuk memperhatikan secara visual kondisi zona da retail yang lain)serta pembatasan tinggi bangunan. Pembatasan panjang dan lebar diterapkan pada perancangan shopping mall dengn pertimbangan kenyamanan pejalan kaki dan komunikasi antar tenant. Pembatasan tinggi bangunan dilakukan agar orientasi horizontal tercapai

Tenant Mix

Tenant mix adalah strategi pencampuran penyewa ruang (pedagang) dari berbagai

jenis barang dagangan .Strategi ini sesuai dengan tuntutan kemudahan konsumen dalam bentuk one stop shopping yaitu kemudahan mendapatkan semua jenis kebutuhan dalam satu tempat/mal. Dengan beragmnya jenis barang dagangan yang ditawarkan dalam satu mal, magnet dan unit retail pada shopping mall perlu dikelompokkan bedasarkan materi dagangan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan persaingan yang mematikan

Design Criteria

(36)

2.5.5. Sistem pelayanan shopping mall a. Personal Service System

Pelayanan dengan menggunakan cara tawar menawar antara pedagang dan konsumen dimana pelayanan dilayani oleh pramuniaga

b. Self Service System

Pelayanan dimana konsumen diberi kebebasan memilih dan mengambil barang yang diinginkan dengan harga yang pasti

c. Self Select System

Pelayanan dimana konsumen diberi kebebasan memilih dan mengambil barang yang diinginkan kemudian menyerahkannya ke pramuniaga

2.6. Studi Banding Proyek Sejenis 2.6.1. Plaza Blok M

Blok-M adalah nama sebuah kawasan di daerah Jakarta Selatan, dimana terdapat beraneka-ragam aktifitas kehidupan sehari-hari di Ibukota Jakarta, mulai dari kebutuhan belanja, area ngecenk bagi anak muda, prostitusi, narkoba, diskotik, preman, pengamen, hiruk-pikuk kemacetan sampai terdapat terminal bis terbesar di Jakarta bahkan di Indonesia dan sekaligus satu-satunya terminal bis yang memiliki Mall di bawah tanah, semua kumpul di sana, hampir semua suasana dan aktifitas ada di Blok-M dan selalu bergulir selama 24 jam. Suasana kehidupan siang dengan malam di blok-M bisa berbeda atau bahkan bisa sama selalu ramai

Blok M ibarat jantung di wilayah Jakarta selatan. Di sinilah tempat semua orang bertemu dari seluruh penjuru kota Jakarta bahkan dari seluruh Indonesia. Karena identitasnya sebagai muara masyarakat lokal maupun pendatang, maka Blok M bisa disebut terminal yang paling ramai dan sibuk diseluruh Indonesia. Sejak tahun 60 an, wilayah ini sudah merupakan tempat ideal untuk dibangun rumah tinggal, sekolah, taman-taman kota dan beragam hiburan bagi warganya.

(37)

parkir yang mampu menampung sekitar 700 kendaraan roda empat dan 300 kendaraan roda dua.

Plaza Blok M kini sedang giat meningkatkan citranya sebagai pusat belanja favorit. Ini terbukti dari banyaknya toko, café dan restorant baru yang menarik dari sekitar 350 toko yang ada.Begitu juga renovasi-renovasi banyak dilakukan di beberapa sudut gedung. Misalnya saja lighting di seluruh atrium Plaza Blok M juga semakin indah dengan warna warni cahayanya, toilet yang semakin megah dan akses jalan ke Plaza Blok M yang semakin mudah (dari arah jalan sisingamangaraja bisa berputar langsung di perempatan lampu merah melawai).

Plaza Blok M yang di resmikan oleh mendiang Ibu Tien Soeharto pada 30 Mei 1991 ini telah menjadikan sebuah pusat perbelanjaan yang ramai dikunjungi hingga saat ini, banyak hal yang bisa dinikmati disini, mulai dari jajanan kecil hingga berbelanja pakaian untuk kerja dan keseharian. Banyak cerita yang bisa disampaikan saat berkunjung di Plaza Blok M.Hingga saat ini Plaza Blok M masih terus melakukan pembenahan diri, seperti perbaikan di beberapa tempat, dari pelataran parkiran hingga interior Plaza Blok M.

Pada masa 80-an, masyarakat berkelas dari kategori B ke A+ dan sebagian besarnya adalah para profesiional muda, lebih memilih wilayah ini maka tidaklah

(38)

mengherankan jika pada masa tersebut kawasan Blok M dianggap “mewah” dan paling bergengsi di Jakarta selatan. Hal itulah yang mendorong grup pengembang Pakuwon untuk membangun pusat perbelanjaan bergengsi di sini yang dinamakan Blok M plaza. Sehingga kerap ada julukan bahwa lokasi tersebut seperti Tokyo mini atau Korea mini, karena banyak dijual barang-barang bermerek terkenal dari mancanegara. Blok M plaza kemudian dibuka pada akhir tahun 80-an.

Pada saat itu, belum banyak masyarakat yang terbiasa melihat sesuatu yang dianggap besar dan mewah sebelumnya, seperti sosok pusat perbelanjaan ini. Disain yang diterapkannya sebagian besar merefleksikan sosok modern dengan garis-garis tegas dan unsur-unsur kemewahan yang menarik perhatian pengunjung seperti penggunaan bahan-bahan yang mahal dan tahan lama sebagai bangunan yang berkelas. Meskipun telah berdiri lebih dari dua dekade, keberadaan Blok M plaza masih terlihat baru dikarenakan faktor estetika bahan dan masa pakainya telah terbukti tahan uji. Sebagai contoh bahan krom untuk handrail dan marmer untuk penutup lantai dan sebagian besar dinding-dinding bangunan. Kualitasnya mewakili sebuah tampilan yang berkelas dan mewah

Salah satu penampilan yang paling menarik adalah jalur sirkulasi di dalam bangunan. Konsep perancangannya menggunakan ramp yang berputar dan bersambung diseluruh gedung. Cara ini sangat efektif untuk mengiring pengunjung mendatangi setiap toko-toko di dalamnya. Di samping itu ramp juga berfungsi untuk mengakomodir pengunjung yang menggunakan kursi roda atau yang membawa kereta bayi.

Bila pengunjung ingin langsung menuju toko yang diinginkan, tidak perlu mengitari jalur ramp sampai ke ujung. Cukup menyeberangi jembatan yang menghubungkan jalur-jalur sirkulasi disetiap lantai. Selain koridor berupa ramp dan

(39)

jembatan, jalur sirkulasi lain menggunakan eskalator yang terletak di samping Matahari Depertement Store. Jalur-jalur sirkulasi tersebut diterangi oleh cahaya alami yang berasal

dari atap tembus pandang di tengah bangunan. Begitu pula disetiap bagian interior bangunan, terlihat terang pada saat siang hari.

Berada dekat lokasi dekat terminal bis, gelanggang remaja dan perkantoran, semakin menguntungkan Blok M Plaza dalam menarik konsumen yang tepat sasaran dan fokus ke dalam target pasarnya yaitu remaja, mahasiswa dan para profesional muda dari segment C sampai B+. Mereka tertarik dengan fasilitas yang disediakan seperti bioskop,

matahari Departement Store dan toko-toko yang menyediakan keperluan kawula muda. Sepanjang hari kerja dan pada saat makan siang atau sore hari, plaza ini tetap ramai dan semakin ramai pada saat akhir minggu.

Gambar 2.27. Interior Blok M Plaza

(40)

2.6.2.Mall ciputra seraya

Pada tahun 2003, tingkat populasi di kota Pekanbaru telah mencapai 671.357 jiwa dengan GDP tertinggi setelah kota Medan, ditambah lagi pertumbuhan ekonomi daerah, tingkat pengeluaran rata-rata per kapita dan pertumbuhan pada sektor perdagangan yang juga tinggi, membuat kota ini sangat potensial bagi pengembang usaha apa saja. Selain itu, jumlah ekspatriat yang bermukim dan bekerja merupakan pangsa pasar yang sangat potensial untuk pusat retail modern yang memang sangat dibutuhkan kehadirannya.

Dalam perdagangan, letak strategis Pekanbaru menjadikannya sebagai pintu perniagaan yang aktif dengan negara tetangga terdekat, seperti Singapura dan Malaysia (Johor). Peluang-peluang itulah yang menjadi point utama alasan Ciputra Group membangun Mal Ciputra Seraya, di Pekanbaru.

Mal Ciputra Seraya berlokasi di Jalan Riau No. 58, Pekanbaru, Riau. Mal Ciputra Seraya didirikan di atas tanah sekitar 1,6 ha dengan luas bangunan sekitar 42.000 m2 merupakan bangunan berlantai 5 dengan 1 lantai baseman, menyediakan 169 unit retail untuk disewakan dan 140 unit sewa jangka panjang.Mall Ciputra Seraya terletak di Jalan Riau yang berada di pusat kota Pekanbaru, bisa dicapai 15 menit dari terminal Bandar Raya Payung Sekaki dan 20 menit dari Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim II.

Proyek tersebut merupakan hasil kerjasama antara Ciputra Group, Sang Pelopor real estate Indonesia dengan Uniseraya, grup usaha terkemuka di Riau dengan bisnis

utama kehutanan dan perkebunan yang juga memiliki anak perusahaan yang bergerak di bidang properti.

Mal Ciputra Seraya ini diposisikan sebagai mal dengan konsep lifestyle, yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan warga kota Pekanbaru dan kota-kota sekitarnya akan sebuah pusat perbelanjaan modern, nyaman dan berkelas. Tenant mix yang lengkap, serta fasilitas parkir dan keamanan yang terpadu membuat mal ini menjadi sebuah tempat yang istimewa untuk berkumpul bersama keluarga dan teman.

(41)

Tenant

th Riau 21, Champion's Pool 'n Cafe, Queen Karaoke, Portrait, Photo Funk

3 rd

Matahari Dept. Store, Time Zone, TB Karisma, Disc Tarra, Play Town, Es Teler 77, Rainbow, XL Center, Duta Ponsel, Oke Shop, TC One Ponsel, Master Net, Joker Ponsel, Candle.com, Sella & Kom, Sashanana, Garlic Kitchen, Waroeng Agil, Shanita, Nasi Uduk Jakarta, Hotplate House, Pempek Ibu Tina, 7 Juice, Bandung Resto, Aneka Sop, Pondok Soto, Oase Cafe, Kwah Kwah Mie Hotplate, A&W Restaurant, Ayam Kalasan Kelana, Young-Young, Fresco, Nyoto Roso, V Corn, Sphagetti-Q, Mie Aceh Poecut, Takeshi Bento

2 nd

Matahari Dept. Store, Toys City, Rice Bowl, Notebook House, Bening, Fountain, Joyce's, Fountain Flower, Point Cosmetic, Colour House, Minoshe, Yopie Salon, Ariston, Shoeline, Number 61, My Salon, Missisippi, Iwan FFF, RN Collection, L-Di, Win Nail & Beauty Shop, Art Fashion, M photo Studio, Malibu 62 Studio, Levi's, Wacoal, Cartoon n Cartoon, Shaga Fitness & Health, Metrowealth, Toys n Me, Mega Millenium Disc, Glamour, Celine's, My Dream, Jolie, Venn Nail & Beauty Shop, Nadin, Edel Collection, Ixora, Sis 2 Sis, Dafa Kids, Hobby Craft, Fantasy Kingdom, Jungle Ride, U-Girl, My Baby Shop, MC Fashion, Hop Hop, Vivo Handricraft, Kim Teng, Amran Team Hair & Beauty Salon, Kids 'N Baby Outlet, Rumah Kupu - Kupu, Rinnai

1 st

Matahari Dept. Store, Texas Chicken, Solaria, Dizzie, House of Rider, Capitol

Boutique, Everest, Depo Handuk, Johnny Andrean Salon, Paperclip, Mansquare, Ozzy Boutique, Optik International, Happy Fashion, Bucherri, Sport Station, Bagslicious, Andre Valentino, Gosh, Beauty Corner, Cherrie, Sox Gallery, Planet Surf, BLV, Cool Kids, Osh Kosh B'Gosh, Ocean Pacific, Hammer, Poshboy, Esprezzo, Fashion Park, Iconinety9, Aneka Rasa Snack, Bunga, Spin'x Fashion, Up 2 Date, Genova, Hugo, Stroberi, Bakso Lapangan Tembak Senayan, Pinky, JM Top Optik, Farrel Accessories, DP Time PC, Ven 'n Vel, Bali Tangi, De Silver, Min Min Collection, Loly Poly, Rasyidin

(42)

Piateli, Avenue, King Koil, Felice, Everbest, Arithalia, Gloria Jean's Cafe, Guardian, C & F Parfumery, Baskin Robbins, Apotik Plus, Bellagio, Giordano, Yogen Fruz, Batik Keris, J CO Donuts & Coffee, Time Connection

LG MCC , Indosehat, Media Creative Education, Verina Risolles, Potato Donuts, Mr. Puff, Pisang Molen Bandung

Tabel.2.1. Tenant Mall Ciputra Seraya

(43)

2.6.3.Artha Gading Mall

Mal Artha Gading (MAG) berlokasi di Jakarta Utara. Dengan lokasinya yang strategis yaitu tepat di sisi pintu Tol Cawang - Tanjung Priok, dan juga area mal yang luasnya mencapai 270.000m2, menjadikan Mal Artha Gading sebagai tujuan rekreasi dan berbelanja bagi keluarga, terutama keluarga yang tinggal di wilayah Jakarta Utara.

Dengan konsep mal keluarga, MAG terus memanjakan pengunjung setianya dengan menyediakan beragam tenant untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti Diamond Supermarket, Ace Home Centre dan Index, Fashion Boutique, Electronic City, Furnish Centre terlengkap, IT Center sampai restaurant yang menyajikan beraneka ragam makanan.

EntertainmentCentre

Selain sebagai tempat untuk berbelanja, Mal Artha Gading juga dilengkapi oleh berbagai fasilitas hiburan yang dapat dinikmati seluruh keluarga seperti arena bermain Amazone terbesar di Indonesia yang dilengkapi dengan trampoline setinggi 6 m, wahana ini juga selalu melengkapi koleksi mainannya dengan mainan terbaru, wahana ini terdapat di 3 lantai yaitu lantai dasar, 1 dan 2; Magic Café (Billiard and Karaoke) di lantai 5; Artha Gading Bowling Centre dengan standart International sebanyak 30 lines dan Artha Gading XXI dengan fasilitas yang nyaman di lantai 6.

(44)

Fasilitas

Mal Artha Gading terus meningkatkan fasilitas untuk pengunjung seperti area parkir luas yang dapat menampung 2600 unit mobil dan 1800 unit motor, shuttle bus sebanyak 3 armada, Food court yang luas dengan fasilitas free hotspot, smoking area yang nyaman, musholla, ATM Centre, serta fasilitas pelayanan perpanjangan SIM (Gerai SIM) dan STNK (Gerai Samsat) hasil kerjasama Mal Artha Gading dengan Polda Metro Jaya, dan yang paling penting adalah fasilitas free parking (bagi pengguna MAG Customer Card). Interior

Mal Artha Gading terdapat 7 atrium dengan interior Negara-negara Jalur Sutra : Atrium Nusantara, sebagai pintu masuk utama dimana pengunjung yang datang dapat

langsung melihat miniature dari Candi Jawi dilengkapi sebuah taman kerajaan dari “the MajapahitGoldenAge”.

Perjalanan berlanjut menuju Atrium Paris, atrium ini berkonsep ruang France Court yang tercipta dari jajaran kolom-kolom melingkar yang menumpu pada arch way serta terdapat elemen Sculpture yang bertema dewa- dewi memberi suasana anggun dan cantik seperti kesan yang disandang kota Paris yang mengagumkan ‘Beauty of love’ yang terpancar pada patungvenus. Melanjutkan perjalanan ke Atrium Italy, kita menemukan perpaduan antara Colloseum dan Menara Pisa, memberikan suasana Italy yang kental. Sampai di Atrium China, kita menemukan suasana Kota China Tua dengan segala bentuk detail dan arsitekturnya yang didominasi warna-warna klasik China seperti Merah tua, hijau lumut dan warna-warna kayu serta emas yang diyakini sebagai warna pelambang kebahagiaan. Tidak ketinggalan elemen-elemen China yang kental terlihat pada Grabang atrium China yang berbentuk Moon Gate, Canopy Roof, dengan ornament China, bentuk lampion untuk lampunya, plafon yang berbentuk gazebo, serta kolam keberuntungan. Di Atrium India dapat dilihat ornamen-ornamen yang tidak ternilai pada abad ke 5 hingga abad ke 7, seperti detail pada Taj Mahal. Didominasi oleh warna –warna lembut dan monokromatik serta ukiran-ukiran pada dinding yang dilengkapi binatang gajah sebagai artwork.

Atrium Persia kental dengan nuansa padang pasir. Diilhami legenda rakyat Timur Tengah

(45)

dapat merasakan suasana timur tengah di Mal Artha Gading. Atrium terbesar yang menjadi pusat kegiatan di Mal Artha Gading adalah Atrium millennium yang terdiri dari 2 lantai yaitu lantai dasar dan lantai 1. Atrium ini merupakan

gambaran era millennium. Didominasi oleh material-material modern seperti kaca, stainless steel, metal sheet dan permainan marmer pada pola lantai.

Data Mall

Luas Area : 7 HA - Total luas lantai : 270.000 m2

- Tag line : Everyday family day - Fasilitas Mal

Artha Gading : 1. Information Centre 2. ATM Centre

3. Area parkir luas menampung 2.600 unit mobil dan 1.800 unit motor

4. Smoking area di lantai basement, Lt. 1, Food court lt.2, dan lantai 5

5. Musholla di lantai 1 dan 5 6. Shuttle bus sebanyak 3 armada

7. Free Hotspot di West dan East Food Court 8. Gerai Sim & Gerai Samsat

9. Dokter Gigi

(46)

2.6.4.Stasiun KL Sentral, Kuala Lumpur, Malaysia

Stasiun Sentral Kuala Lumpur, atau biasa dikenal dengan Kl Sentral adalah stasiun kereta api terbesar di Kuala Lumpur, yang didisain sebagai pusat transportasi. Dibangun untuk dapat mengakomodasi perpindahan antara bus dengan KA. Ditandai sebagai pusat utama basis transportasi bermoda rel Kuala Lumpur, dan juga sebagai titik transisi kereta api antar lintas wilayah yang melayani sepenanjung Malaysia dan Singapura.

Di dalamnya terdapat retail-retail dan outlet makanan atau food court, didisain untuk dapat mengakomodasi 50 juta penumpang dalam setahun dan akan meningkat 100 juta penumpang di tahun 2020 mendatang.

Gambar 2.32. Interior Artha Gading Mall

(47)

KL Sentral juga melayani Skybus yang melayani penumpang yang akan langsung dari dan menuju bandara Low Cost Carrier Terminal (LCCT) KLIA.

KL Sentral dibangun dengan mengakomodasi enam jaringan rel yang selesai Desember tahun 2000 lalu sedangkan kereta, retail serta food court nya mulai beroperasi pada April 2001. Terbentang diatas lahan seluas 9,5 are, bangunan utamanya memiliki luas 500 ribu m2 dan spesifikasinya berdasarkan pada proyeksi penumpang di masa mendatang hingga 2020, yang mana Malysia dicita-citakan menjadi Negara yang sepenuhnya berkembang.

Bangunan ini juga berusaha menerapkan konsep keberlanjutan dalam desainnya dengan tetap mengupayakan pencahayaan dan penghawaan alami. Karena bangunan ini menaungi ratusan ribu orang setiap harinya, sehingga harus dapat menciptakan kenyamanan tanpa harus menghabiskan energi.

KL Sentral dibagi menjadi beberapa seksi dengan pelayanan jalur rel yang berebeda-beda:

Lantai 1 Transit Concourse (Hall utama umum) yang ditujukan sebagai tempat bagi para penumpang dan calon penumpang yang akan menggunakan KTM Komuter, KLIA Transit dan Kelana Jaya Line yang dikenal juga sebagai kereta ringan cepat (LRT).

Gambar.2.34

(48)

Lantai 2 Transit Concourse yang ditujukan sebagai tempat bagi para penumpang dan calon penumpang yang akan menggunakan layanan kereta antar lintas semenanjung KTM Intercity Train.

• KL City Air Terminal (KL CAT) pada lantai satu yang melayani KLIA Ekspres, jereta berkecepatan tinggi yang langsung menuju Kuala Lumpur International Airport (KLIA).

(49)

BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Terminology Judul

Shopping berasal dari bahasa Inggris yaitu Shop yang artinya toko/retail, dengan penambahan (ing) sehingga artinya menjadi berbelanja atau membeli sesuatu yang dibutuhkan/diinginkan. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia belanja berarti uang yang dikeluarkan untuk keperluan sesuatu1

 Mall adalah area pedestrian yang digunakan untuk berjaan-jalan, dan digunakan sebagai sebuah jalur pejalan kaki

.

 Terminal Amplas adalah sebuah terminal terpadu perhubungan darat di Kota Medan yang melayani bus-bus antar provinsi maupun dalam provinsi yang datang dari arah selatan Kota Medan. Bus-bus di terminal ini terutama melayani trayek antar provinsi tujuan Riau, Sumbar, Jambi, Sumsel, Lampung dan Jakarta via Selat Sunda juga antar provinsi seperti Pematang Siantar, Parapat, Padang Sidempuan, Kisaran, dan Tanjung Balai

 Definisi Interchange

Interchange menurut kamus Oxford dictionary berarti change places with

each other.2

Sedangkan dalam kamus Bahasa Inggris-Indonesia adalah menukar tempat3 .

Jadi Shopping Mall interchange Terminal Amplas adalah sebuah area pedestrian dikecamatan Medan Amplas yang menjadi tempat perhentian yang didalamnya terdapat aktifitas berbelanja serta naik dan turun penumpang untuk berganti moda transportasi lainnya

1

Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke 3, 2005, Hal 125

2 Oxford Dictionary 3

(50)

3.2. Lokasi Proyek

Lokasi : Jln.Panglima Denai (depan Terminal Terpadu Amplas) Pemilik proyek : Swasta

Sifat Proyek : Fiktif Luas tapak : 3 Ha

Luas bangunan : 18.000 m2

KDB : 60 %

Tanpa Skala

U

Medan Amplas adalah salah satu kecamatan di Kota Medan yang merupakan pintu Gerbang Kota Medan disebelah selatan.di Kecamatan ini terdapat terminal terbesar di Sumatera Utara yakni Terminal Terpadu Amplas yang melayani bus antar maupun dalam provinsi

(51)

3.2.1. Kriteria Pemilihan Lokasi

Kota Medan yang merupakan Ibu kota dari Propinsi Sumatera Utara adalah salah satu kota yang saat ini sedang mengembangkan berbagai usaha diantaranya adalah usaha komersial dan jasa kepada masyarakat. Shopping Mall Interchange Terminal Amplas adalah bangunan yang tergolong dalam bangunan komersial sehingga dalam pemilihan lokasi nantinya harus mendukung fungsi bangunan sebagai fasilitas komersial dan jasa.

a. Tinjauan kriteria pemilihan kota Medan:

• Medan merupakan kota metropolitan ke-3 yang saat ini sedang meningkatkan berbagai sektor ,termasuk sektor komersial.

• Tingkat sosial ekonomi yang cukup tinggi.

• Berkembangnya sektor properti di kota Medan yang dibuktikan dengan banyaknya pembangunan kompleks perumahan dan beberapa bangunan seperti hotel, kondominium, dan pusat perbelanjaan.

b. Tinjauan kriteria pemilihan site:

1. Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan ( RUTRK ) 2005. Lokasi site harus sesuai dengan peraturan pemerintah yang telah ditetapkan sesuai dengan rencana peruntukan lahan, yaitu lahan komersial

(perdagangan) dan rekreasi

2. Lingkungan tapak berada di lokasi yang strategis, sesuai fungsinya dengan lingkungan sekitar yang dapat mendukung fungsi bangunan yang akan dibangun.

3. Aksesibilitas

Lokasi tapak yang mudah dicapai, dan adanya sarana transportasi umum yang melewati lokasi site.

Beberapa pertimbangan pemilihan lokasi

1. Shopping Mall Interchange Terminal Amplas direncanakan sebagai pusat

perbelanjaan bagi penduduk kelas menengah dan berpenghasilan cukup Kecamatan Medan Amplas dan Medan Denai serta Komuter terminal Amplas

2. Shopping Mall Interchange Terminal Amplas diharapkan menjadi generator

(52)

3. Dari analisis yang dilakukan, di sekitar site belum adanya fungsi bangunan yang sama yang dapat memenuhi keinginan masyarakat dalam hal interior.

4. Pertimbangan lokasi yang memiliki lahan yang cukup luas yang dapat menampung seluruh kebutuhan ruang dan kebutuhan parkir yang tidak mengganggu lalu lintas sekitar.

Berdasarkan RUTRK, Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan disesuaikan menjadi 5 Wilayah Pengembangan Pembangunan ( WPP ) , yaitu :

WPP Cakupan

Kecamatan

Pusat

Pengembangan

Peruntukan Lahan Program

Pembangunan

A M. Belawan

M. Marelan

M. Labuhan

BELAWAN Pelabuhan,

Industri,

pendidikan dan

permukiman.

B M. Deli TJ. MULIA Perkantoran, Jalan baru,

WPP D

CBD, Pusat Pemerintahan, Hutan Kota, Pusat Pendidikan, Perkantoran, Rekreasi Lapangan Golf,

Hutan Kota

Gambar 3.2 : Peta WPP Kota Medan Sumber: Hasil olah data primer

(53)

Perdagangan,

Rekreasi Indoor,

Permukiman

jaringan air

minum,

pembuangan

sampah, sarana

pendidikan.

AKSARA Permukiman,

Perdagangan,

Rekreasi

Sambungan air

minum, septic

tank, jalan baru,

rumah permanen,

Hutan Kota, Pusat

Pendidikan,

sampah, sarana

pendidikan.

SEI SiKAMBING Permukiman,

Perkantoran,

tank, jalan baru,

rumah permanen,

1. Tinjauan terhadap struktur kota

Site harus berada pada wilayah RUTRK yang tata guna lahannya adalah daerah perdagangan dan rekreasi(WPP B,C,E).

2. Pencapaian Dalam hal pencapaian, site harus terletak pada daerah

(54)

yang mudah dicapai baik kenderaan, seperti kenderaan pribadi dan umum maupun orang yang berkunjung ke site.

3. Area pelayanan Area di sekitar site hendaknya dekat dengan bangunan atau sarana prasaran yang membutuhkan jasa /pelayanan yang berhubungan dengan berbelanja. Adapun sarana prasarana tersebut seperti permukiman penduduk,terminal dan pusat komersil lainnya yang dapat saling mendukung dengan bangunan yang akan direncanakan. Diharapkan dengan situasi sekitar site seperti ini dapat mendukung keberadaan Shopping Mall Interchange Terminal Amplas

4. Ukuran Lahan Adapun ukuran lahan harus mencukupi kebutuhan ruang secara fungsional dan sesuai persyaratan yaitu minimal 10.000m2.( 1 Ha).

5. Kemudahan Enterance

Enterance yang dipilih sebagai jalur menuju dan

keluar tapak harus mudah diakses oleh pengelola, penyewa, pengguna fasilitas dan pengunjung Shopping Mall Interchange Terminal Amplas

6. Kontur Tapak Site yang dipilih hendaknya relatif datar ( kontur tanahnya tidak terlalu bergelombang ), karena dengan keadaan ini diharapkan aktivitas Loading Dock bangunan menjadi mudah dan mengurangi tingkat kerusakan barang yang ditawarkan dapat diminimalisir.

8. Loading Dock Barang yang ditawarkan di dalam Shopping Mall

Interchange Terminal Amplas

umumnya membutuhkan dimensi ruang yang cukup besar dan massanya yang berat sehingga aksesibilitas Loading Dock harus benar-benar diperhatikan

(55)

berlangsung di dalam dan di luar tapak.

3.2.2. Analisa Pemilihan Lokasi

Shopping mall merupakan bangunan komersil yang lebih mengarah kepada kegiatan untuk berbelanja atau berdagang dan rekreasi.Untuk itu dibutuhkan pelihan lokasi yang tepat untuk menjamin kelancaran aktifitas didalam bangunan tersebut.

Kawasan tersebut dalam rencana RUTRK kota Medan termasuk daerah pusat kota yang diperuntukkan bagi daerah komersil dan perdagangan, yang diharapkan dapat mendukung eksistensi bangunan sebagai bangunan komersial.

3.2.2. 1Alternatif Lokasi Alternati A

Shopping Mall Interchange Terminal Amplas adalah bangunan komersil untuk itu lokasi

direncanakan di wilyah komersil.Untuk Alternatif 1, persimpangan Jln.SM.Raja dengan Jln.Pangkalan MansyurHal ini berhubungan dengan potensi kawasan sebagai wilayah pusat pemukiman, perdagangan , rekreasi. Dengan demikian kawasan ini diharapkan dapat menunjang pendirian Shopping Mall Interchange Terminal Amplas sebagai pusat perdagangan dan rekreasi

Alternatif B

(56)

Alternatif 2 ,di Jln.Panglima Denai(depan Terminal Amplas) dengan potensi terminal Amplas den juga penduduk kecamatan Medan Denai

3.2.2.2. Penilaian Alternatif Lokasi Kriteria penilaian:

3 = baik 2 = cukup 1 = kurang

ASPEK LOKASI A LOKASI B

Tata guna lahan Sesuai berdasarkan kecenderungan

wilayah komersil dan perkantoran

Sesuai berdasarkan kecenderungan

wilayah komersil dan permukiman

Gambar 3.4. Alternatif Lokasi B

(57)

3 3

Lokasi Persimpangan jl.

SM.Raja dan Pangkalan Mansyur

3

Jl.Panglima Denai

3

Potensi Terdapat pada

perdagangan dan pemukiman

penduduk

3

Berada pada daerah perdagangan dan pemukiman

penduduk

3 Kondisi Jalan Lebar jalan 18m

dengan potensi

kemacetan yang besar

2

Lebar jalan 18 m.

Jarang macet umumnya dilalu oleh

bus dari dan ke terminal Amplas

3

Aksesibiltas Berada di jalan arteri yang

menghubungkan

kawasan dengan pusat kota.

Berada di pinggiran Kota

(58)

Maka dapat disimpulkan Alternatif B dipilih sebagai lokasi proyek

Maka alternatif B dipilih sebagai lokasi

3 2

KDB 60%

3

60% 3

Kondisi Site Kurang

3

- Dekat perkebunan sawit. Amplas dan Denai - Komuter Terminal

Amplas 3 Loading Dock - tidak terdapat jalan

alternatif 2

- tidak terdapat jalan alternatif

2

(59)

3.3. Tinjauan Fungsi

3.3.1. Deskripsi Pelaku Kegiatan

Pelaku kegiatan (pengguna) dalam Shopping Mall Interchange Terminal Amplas terdiri atas pengunjung, pengelola, dan servis.

Pengunjung

Pengunjung adalah pihak yang melakukan kunjungan ke Indonesian Aerospace Museum, yang dibagi berdasarkan pertimbangan tertentu seperti:

Berdasarkan golongan :

 Masyarakat Berpenghasilan Menengah  Masyarakat berpenghasilan Cukup Berdasarkan Asal-usul

 Pengunjung yang datang dari Medan Amplas  Pengunjung yang datang dari Medan Denai  Komuter Terminal Amplas

Berdasarkan klasifikasi umur :  Anak-anak (usia 5-13 tahun)  Remaja (usia 14-24 tahun)  Dewasa (usia 25-45 tahun)  Lanjut usia (usia diatas 46 tahun) Berdasarkan motivasi atau tujuan :

 Pengunjung dengan motivasi untuk berbelanja  Pengunjung dengan motivasi hanya untuk cucimata

Pengelola

Pengelola adalah pihak yang melakukan pengelolaan kegiatan administrasi dan operasional yang dibedakan dalam 2 tingkatan, yaitu:

 Pimpinan, terdiri dari Direktur dan Wakil Direktur. Direktur ini dibantu oleh sekretaris yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur.

 Kepala Bagian terdiri dari kabag operasional, keuangan, pemasaran, keamanan, Pemeliharaan dan perawatan gedung

Gambar

Gambar 2.16. Double dumbbell shaped
Gambar 2.20. Double-strip center with off-street parking
Gambar 2.21. Strip center with only one magnet
Gambar 2.25. Blok M Square Site
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jadi, mixed-use shopping mall and office merupakan sebuah rancangan multi fungsi pusat perbelanjaan yang dihubungkan dengan sky-cross yang dimana di salah satu

Dengan pemanfaatan iklim tersebut bangunan Bioklimatik Office Mall ini menjadi bangunan yang mandiri dalam segi pengadaan suplai energi alternatif.. Interaksi

Sport Mall yang dibahas disini adalah sebuah pusat perbelanjaan yang memasukkan aktifitas olahraga pada aktifitas berbelanja pada sebuah pusat perbelanjaan untuk menciptakan

Popularitas ini tercermin pada penga- dopsian pusat perbelanjaan tertutup atau shopping mall dihampir setiap kota besar di Inggris, seperti pembangunan kembali

Shopping Mall di Klungkung xvi Kabupaten Klungkung sendiri tidak terdapat fasilitas untuk melakukan aktivitas belanja dan rekreasi dalam suatu pusat

Solo Shopping Mall Sebagai Pusat Perbelanjaan, Rekreasi dan Promosi dengan Pendekatan Arsitektur Experience dapat diartikan sebagai sebuah tempat berbelanja di Solo yang

sebagai sebuah fasilitas komersial baru yang dapat menampilkan citra bangunan komersial Shopping Mall sebagai landmark pada pusat perdagangan di kawasan perdagangan Kotabaru

adalah pusat perbelanjaan yang berintikan satu atau beberapa departemenstore besar sebagai daya tarik dari retail-retail kecil dan rumah makan dengan tipologibangunan seperti toko