SKRIPSI ALUR PROFESI (RTA 4231) SKRIPSI SARJANA SEMESTER B TAHUN AJARAN 2013/2014
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur
Oleh
MAHMUDI AFFAN
090406103
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
SKRIPSI ALUR PROFESI (RTA 4231) SKRIPSI SARJANA SEMESTER B TAHUN AJARAN 2013/2014
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur
Oleh
MAHMUDI AFFAN
090406103
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur
Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
OLEH
MAHMUDI AFFAN 090406103
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
BIOKLIMATIK OFFICE MALL
(Arsitektur Bioklimatik)
SKRIPSI
Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka
Medan, Juli 2014
Penulis
Nama Mahasiswa : MAHMUDI AFFAN
Nomor Induk Mahasiswa : 090406103
Departemen : Arsitektur
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Dr. Achmad Delianur Nst.ST.MT.IAI NIP.197308281 199903 1002
Koordinator Skripsi Ketua Departemen Arsitektur
Ir. Bauni Hamid, M.DesS, Ph.D Ir. N. Vinky Rahman, MT. NIP. 19670307 199303 1004 NIP.19660622 199702 1 001
Panitia Penguji Skripsi
Ketua Komisi Penguji : Dr. Achmad Delianur Nst.ST.MT.IAI
Anggota Komisi Penguji : 1. Ir. Tavip K Mustafa Ars.IAI
menjadi sumber kekuatan, inspirasi dan penuntun selama berlangsungnya pengerjaan skripsi alur profesi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Skripsi ini mengambil judul Bioklimatik Office Mall. Skripsi ini merupakan syarat yang diwajibkan bagi mahasiswa alur profesi untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.
Pada kesempatan ini, dengan tulus dan kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan sebesar-besarnya kepada Bapak Dr.Achmad Delianur Nst.ST.MT.IAI dan Bapak Ir. Tavip K Mustafa Ars.IAI selaku dosen pembimbing dan konsultan arsitek atas kesediaan dan kesabarannya dalam membimbing, brain storming , memotivasi, pengarahan dan waktu yang beliau berikan kepada penulis. Juga kepada Bapak Ahmad Windhu ST.Msi.IAI selaku arsitek penguji yang memberikan masukan-masukan yang membangun dan kritikan-kritikan yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Rasa hormat dan terima kasih yang sama juga penulis tujukan kepada:
1. Bapak Ir. N Vinky Rahman, MT Ketua Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik,Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ir. Bauni Hamid, M.DesS, Ph.D selaku Koordinator Perancangan Arsitektur 6 dan Skripsi Sarjana, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr.Achmad Delianur Nst.ST.MT.IAI yang telah membimbing dan motivasi pada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini, 4. Bapak Ir. Tavip K Mustafa Ars.IAI yang telah membimbing dan
motivasi pada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini,
selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
7. Adik - adik tersayang, Fakhrul Aziz dan Himma Audina Putri sebagai penyemangat dalam menyelesaikan Skripsi penulis.
8. Teman sekelompok dan seperjuangan Ramadhani Ginting S, M Fatahilah, Jakson Jos, Sunardi, Teddy, Firda atas kerja samanya dalam proses pengerjaan Skripsi ini.
9. Kepada Sahabat – Sahabat Muchtar Riyadi, Vicry Abdilah, Ariefull Fauzi yang telah memberikcryan dukungan, pendapat dan dorongan kepada penulis selama proses pengerjaan Skripsi ini.
10.Teman – teman stambuk 2009 Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Khususnya, Kevin Syah Maulana, M Adib Widianto, Fachrusy Alwafi, Ahmad Faisal Putra, Yudistira Julian Angkat, Haris Abadsyah, Willy Ardilles, Rahardian Pradityo, dll atas dukungan, pendapat dan dorongan kepada penulis selama proses
pengerjaan Skripsi ini.
11.Khairiyah Annajah, untuk semua support, motivasi dan inspirasi yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis sungguh menyadari bahwa tugas akhir ini mungkin masih mempunyai banyak kekurangan. Karena itu penulis membuka diri terhadap kritikan dan saran bagi penyempurnaan tugas akhir ini. Dan, akhirnya penulis berharap tulisan ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.
Medan, 2014 Hormat saya,
KATA PENGANTAR ………..…….… vii
Unsur – Unsur Perancangan Bioklimatik, Kenneth Yeang…... 10
Menara Mesin (1992), Kuala Lumpur, Malaysia, Kenneth Yeang……… 14
BAB III Lingkungan dan Kondisi Tapak…….……… 18
BAB IV. Penyesuaian Ruang………..…….……… 30
BAB V. Keselarasan Manusia, Alam dan Bangunan……… 34
BAB VI. Implementasi Terhadap Bangunan…….……… 39
BAB VII Penerapan Yang Lebih Spesifik…….……… 44
Pengembangan Desain Fasade………….……… 48
BAB VIII Layout Tiap Lantai……….……… 51
BAB IX. Struktur dan Utilitas Bangunan…….……… 59
BAB X M.E dan Metoda Membangun….…….……… 64
BAB XI Kesimpulan……….……… 70
DAFTAR PUSTAKA……….……….. 72
BAB I River, Human and Building
Gambar 1.1 Suasana riverfront………. 1
Gambar 1.2 Sungai Deli Medan………. 3
Gambar 1.3 Kerangka Berfikir………. 7
BAB II Bioklimatik Desain Gambar 2.1 Menara Mesiniaga, Kuala Lumpur………. 15
Gambar 2.2 Fasade menara mesiniaga………. 16
BAB III Lingkungan dan Kondisi Tapak Gambar 3.1 Letak Site………..…………. 18
Gambar 3.2 Tata Guna Lahan………. 22
Gambar 3.3 Eksisting disekitar site..………. 25
Gambar 3.4 Analisa Vegetasi………. 26
Gambar 3.5 Analisa Arah Angin………. 28
BAB IV. Penyesuaian Ruang BAB V. Keselarasan Manusia, Alam dan Bangunan Gambar 5.1 Bentukan Massa….………. 35
Gambar 5.2 Aksesibilitas Pejalan Kaki………. 36
Gambar 5.3 Letak core (Inti bangunan)………. 37
BAB VI. Implementasi Terhadap Bangunan Gambar 6.1 Gelombang Pada Balkon………. 39
Gambar 6.2 Pemisahan kedua massa………. 40
Gambar 6.3 Solar panel pada tower………. 43
BAB VII Penerapan Yang Lebih Spesifik Gambar 7.1 Letak bukaan dan void………. 45
Gambar 7.2 Teknologi double glazing………. 48
BAB VIII Layout Tiap Lantai
BAB X M.E dan Metoda Membangun
Gambar 10.1 Skematik Listrik………..………. 64
Gambar 10.2 Skematik Suplai Air..…..………... 66
BAB III Lingkungan dan Kondisi Tapak
Tabel 3.1 Tata guna lahan………….……….……….19
BAB IV. Penyesuaian Ruang
Dunia arsitektur dewasa ini dihadapkan dengan suatu isu baru. Dimana krisis energi yang dikarenakan sumber daya yang terus dieksploitasi sejak era
industrialisasi dunia kini semakin menunjukkan gejalanya. Perubahan iklim, pemanasan global dan bencana lain menjadi dampak dari krisis energi dan perusakan lingkungan. Fenomena ini yang kemudian memberikan pelajaran pada arsitektur kontemporer di Indonesia. Dimana modernitas, lokalitas dan faktor ekologis site yang memiliki iklim tropis harus kita kedepankan, hal inilah yang mendasari dipilihnya tema Bioklimatik. Bangunan Bioklimatik adalah bangunan yang bentuk bangunanya disusun oleh desain penggunaan teknik hemat energi yang berhubungan dengan iklim setempat dan data meteorologi, hasilnya adalah bangunan yang berinteraksi dengan lingkungan, dalam penjelmaan dan operasinya serta penampilan berkualitas tinggi. Selain mengedepankan faktor musim, perancangan Office Mall ini juga memfokuskan pada kenyamanan termal didalam bangunan dengan menggunakan prinsip – prinsip Bioklimatik yang dipadukan dengan penggunaan material yang memiliki tekhnologi dalam menciptakan kenyamanan termal. Kemudian pemanfaatan arah angin juga diterapkan dalam bangunan ini. Dengan pemanfaatan iklim tersebut bangunan Bioklimatik Office Mall ini menjadi bangunan yang mandiri dalam segi pengadaan suplai energi alternatif. Interaksi terhadap alam dan penggunaan material yang dipilih juga menciptakan kenyamanan termal didalam bangunan Bioklimatik Office Mall ini. Hasilnya adalah sebuah bangunan yang tanggap terhadap lingkungan sekitar dan
mampu menjawab berbagai permasalahan yang ada.
World architecture nowaday are faced with a new issue. Where the energy crisis due to resources continue to be exploited since the industrial era, the world is now increasingly showing the symptoms. Climate change, global warming and other disasters are the impact of the energy crisis and environmental destruction. This phenomenon which then gives a lesson for contemporary architecture in Indonesia. Where modernity, locality and ecological factors that have a tropical climate should we promote, this is why Bioclimatic theme chosen. Bioclimatic building is a building which forms prepared by the design of the use of energy-saving techniques related to the local climate and meteorological data, the result is a building that interacts with the environment, in the incarnation and its operations as well as high-quality appearance. In addition to promoting seasonal factors, the design of Office Mall is also focused on thermal comfort inside the building by using the principle - bioclimatic principles, combined with the use of materials that have technology in creating thermal comfort. Then use the wind direction is also applied in this building. By exploiting the climate of bioclimatic buildings
Office buildings Mall has become self-sufficient in terms of alternative energy supply procurement. The interaction of nature and use of the selected material is also created within the thermal comfort of the building's bioclimatic Office Mall. The result is a building that responds to the surrounding environment and able to answer a variety of problems.
Dunia arsitektur dewasa ini dihadapkan dengan suatu isu baru. Dimana krisis energi yang dikarenakan sumber daya yang terus dieksploitasi sejak era
industrialisasi dunia kini semakin menunjukkan gejalanya. Perubahan iklim, pemanasan global dan bencana lain menjadi dampak dari krisis energi dan perusakan lingkungan. Fenomena ini yang kemudian memberikan pelajaran pada arsitektur kontemporer di Indonesia. Dimana modernitas, lokalitas dan faktor ekologis site yang memiliki iklim tropis harus kita kedepankan, hal inilah yang mendasari dipilihnya tema Bioklimatik. Bangunan Bioklimatik adalah bangunan yang bentuk bangunanya disusun oleh desain penggunaan teknik hemat energi yang berhubungan dengan iklim setempat dan data meteorologi, hasilnya adalah bangunan yang berinteraksi dengan lingkungan, dalam penjelmaan dan operasinya serta penampilan berkualitas tinggi. Selain mengedepankan faktor musim, perancangan Office Mall ini juga memfokuskan pada kenyamanan termal didalam bangunan dengan menggunakan prinsip – prinsip Bioklimatik yang dipadukan dengan penggunaan material yang memiliki tekhnologi dalam menciptakan kenyamanan termal. Kemudian pemanfaatan arah angin juga diterapkan dalam bangunan ini. Dengan pemanfaatan iklim tersebut bangunan Bioklimatik Office Mall ini menjadi bangunan yang mandiri dalam segi pengadaan suplai energi alternatif. Interaksi terhadap alam dan penggunaan material yang dipilih juga menciptakan kenyamanan termal didalam bangunan Bioklimatik Office Mall ini. Hasilnya adalah sebuah bangunan yang tanggap terhadap lingkungan sekitar dan
mampu menjawab berbagai permasalahan yang ada.
World architecture nowaday are faced with a new issue. Where the energy crisis due to resources continue to be exploited since the industrial era, the world is now increasingly showing the symptoms. Climate change, global warming and other disasters are the impact of the energy crisis and environmental destruction. This phenomenon which then gives a lesson for contemporary architecture in Indonesia. Where modernity, locality and ecological factors that have a tropical climate should we promote, this is why Bioclimatic theme chosen. Bioclimatic building is a building which forms prepared by the design of the use of energy-saving techniques related to the local climate and meteorological data, the result is a building that interacts with the environment, in the incarnation and its operations as well as high-quality appearance. In addition to promoting seasonal factors, the design of Office Mall is also focused on thermal comfort inside the building by using the principle - bioclimatic principles, combined with the use of materials that have technology in creating thermal comfort. Then use the wind direction is also applied in this building. By exploiting the climate of bioclimatic buildings
Office buildings Mall has become self-sufficient in terms of alternative energy supply procurement. The interaction of nature and use of the selected material is also created within the thermal comfort of the building's bioclimatic Office Mall. The result is a building that responds to the surrounding environment and able to answer a variety of problems.
Gambar 1.1 Suasana riverfront
BAB I
“River, Human and Building”
Riverfront atau kawasan muka sungai adalah sebuah kawasan yang
mengikuti atau disekitar tepian atau bantaran sungai yang hakikatnya telah
menjadi bagian dari suatu kepentingan, baik itu dari segi Pemerintah maupun
swasta. Kawasan muka sungai atau Riverfront adalah sebuah kawasan yang sangat
potensional untuk dijadikan berbagai fasilitas seperti ruang terbuka hijau, ruang
publik, fasilitas olahraga dan lain sebagainya. Sebuah kota yang didalamnya
mengalir sebuah sungai maka kawasan yang disebut Riverfront adalah kawasan
yang berada di sepanjang kiri dan kanan sungai sungai tersebut, lebar jarak
pengaruh sungai itu juga dikatakan sebagai Riverfront. Kawasan yang sangat
potensial ini dapat dimanfaatkan untuk difungsikan sebagai kawasan komersial
Jika kita telusuri kota-kota di Indonesia, banyak sekali kota yang
didalamnya terdapat kawasan Riverfront. Namun hal yang sangat disayangkan
adalah banyak sekali kawasan muka sungai (Riverfront) di Indonesia yang
merupakan kawasan sangat identik dengan lokasi yang terlantar, sebagai daerah
belakang, tidak tertata dan kumuh. Daerah sempadan sungai yang seperti kita
ketahui seharusnya bebas dari struktur fisik, namun pada kenyataannya daerah
tersebut kerap diisi oleh berbagai bangunan atau fungsi lain yang tentunya ilegal.
Kenyataan ini kemudian diperburuk dengan kecenderungan atau sifat masyarakat
yang selalu menjadikan daerah aliran sungai sebagai daerah belakang. Masyarakat
memfungsikan sungai sebagai sasaran akhir dari pembuangan atau dalam arti
kata lain mereka menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan akhir sampah
dan limbah lain. Lebih ironi lagi perilaku seperti ini ternyata tidak hanya
ditemukan pada lingkungan atau daerah yang kumuh saja, pada kawasan elit
sekalipun terkadang kita juga dapat melihat hal seperti ini terjadi. Kebiasaan
menjadikan sungai sebagai kawasan atau daerah belakang sudah sering ditemukan
di berbagai lingkungan masyarakat di perkotaan di Indonesia, bahkan fungsi
Pemerintahan yang seharusnya menjadi teladan, juga kerap menjadikan daerah
sungai ini sebagai daerah belakang. Berbagai upaya untuk mengembalikan fungsi
sungai yang hakikatnya adalah sebagai daerah muka, dan memperbaiki kondisi
fisiknya sampai saat ini masih sangat jauh dari yang kita harapkan. Program kali
bersih yang dicanangkan oleh Pemerintah sampai saat ini belum menampakkan
prospek dan hasil yang menjanjikan. Kondisi nyata di lapangan yang memang
Gambar 1.2 Sungai Deli Medan
program yang bersifat sektoral. Penggunaan dan pembangunan yang tidak
terkendali di daerah sempadan sungai merupakan kondisi nyata di lapangan yang
mengindikasikan kompleksitas permasalahan yang harus diatasi.
Sungai Deli merupakan salah satu dari Sembilan sungai yang ada di kota
Medan. Sungai ini memiliki Panjang 71,91 km dengan luas keseluruhan mencapai
48,162 ha. Mulanya pada masa kerajaan Deli, sungai ini merupakan urat nadi
perdagangan ke daerah lain, Namun saat ini limbah telah mencemari sungai ini,
70% diantaranya diakibatkan
limbah padat dan cair. Ini
merupakan kondisi yang
sangat ironi melihat fungsi
awal sungai yang merupakan
sarana perdagangan kini
berubah menjadi daerah
belakang. Dengan penerapan
tema Riverfront Architecture
ini diharapkan dapat mengembalikan fungsi sungai sebagai daerah muka, dan
memperbaiki kondisi fisiknya. Pengembangan Riverfront ini tentunya juga akan
memberikan dampak positif terhadap masyarakat yang berada di sekitar sungai,
karena selain tertata dengan baik tentunya kawasan muka sungai tidak lagi
menjadi daerah yang kumuh dan dapat digunakan sebagai sarana rekreasi/wisata
tentunya juga akan mengubah gaya hidup masyarakat di kota Medan yang
cenderung menjadikan sungai sebagai daerah belakang.
Gaya hidup atau lifestyle adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan
manusia di dalam masyarakat. Gaya hidup ini menunjukkan bagaimana orang
mengatur pola kehidupan pribadinya, kehidupan masyarakat, perilakunya didepan
umum, dan upaya membedakan statusnya dari orang lain melalui
lambang-lambang sosial. Gaya hidup yang terjadi pada kehidupan nyata tentunya tidak
dipenuhi dengan hal – hal yang positif semata, hal – hal yang negatif pada
kenyataannya sangat banyak terdapat pada masyarakat, terutama pada masyarakat
yang hidup di kawasan perkotaan yang sifatnya adalah heterogen. Urban Lifestyle
adalah cara atau gaya hidup orang atau masyarakat di kawasan perkotaan. Urban
lifestyle juga dapat diartikan sebagai pola tingkah laku sehari-hari segolongan
manusia didalam masyarakat yang hidup di perkotaan. Kawasan perkotaan atau
kawasan urban adalah sebuah wilayah yang mempunyai kegiatan utamanya adalah
bukan pertanian, susunan dan fungsi kawasan perkotaan didominasi sebagai
tempat pemukiman, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa baik swasta maupun
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Salah satu Urban lifestyle yang terdapat di kota Medan adalah kegiatan
bekerja. Bekerja merupakan salah satu bagian dari gaya hidup masyarkat
perkotaan. Lebih dari setengah dari waktu masyarakat yang hidup di kota – kota
besar dihabiskan dengan bekerja untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka
yang semakin tinggi. Laju perekonomian yang sangat cepat menuntut masyarakat
Selain bekerja, untuk melepas kejenuhannya masyarakat kota biasanya
meluangkan waktu di tempat-tempat hiburan , salah satunya adalah mall, karena
selain pusat perbelanjaan, mall juga menyediakan beragam fasilitas yang tentunya
dapat melepaskan kejenuhan bagi masyarakat di perkotaan. Selain hal tersebut
mall juga merupakan salah satu lifestyle bagi masyarakat perkotaan. Seperti yang
kita ketahui mall bukan hanya sekedar tempat untuk berbelanja saja, namun juga
sebagai sarana untuk bersantai, pertemuan bisnis, reuni, arisan, dan sebagainya.
Pusat perbelanjaan atau mall di kota – kota besar saat ini semakin marak.
Banyaknya jumlah mall membuat masyarakat di kota - kota kerap menjadikan
mall sebagai tempat berkumpul baik bersama keluarga maupun teman serta rekan
kerja. Mall telah menjadi bagian yang tak bisa terpisahkan, seiring perkembangan
zaman mall seperti bagian dari gaya hidup kaum sosialita.
Saat ini sangat banyak sekali perusahaan – perusahaan yang tumbuh dan
berkembang di kota Medan. Baik perusahaan yang bergerak di bidang jasa
maupun barang. Kantor – kantor marketing dan lain sebagainya juga banyak
tumbuh saat ini di kota Medan. Dengan tumbuhnya perusahaan – perusahaan
tersebut tentunya muncul permasalahan yang paling sering ditemukan di kota –
kota besar, yaitu keterbatasan lahan. Lahan diperkotaan dapat diistilahkan sebagai
gold atau emas karena nilai jualnya yang tidak pernah turun melainkan terus
melambung. Masalah ini tentunya menjadi salah satu faktor yang menghambat
perusahaan – perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Berdasarkan hal
diatas timbul ketertarikan penulis untuk mendesain beberapa fasilitas yang dapat
Urban lifestyle atau gaya hidup masyarakat perkotaan. Fasilitas tersebut adalah
gedung kantor sewa dan mall. Dengan aktivitas masyarakat kota yang padat
tentunya bukan hanya membutuhkan sekedar gedung kantor dan mall.
Pemilihan Tema
Ada beberapa faktor yang menjadi kebutuhan di fasilitas tersebut, antara
lain sehat, selaras dengan lingkungan, dan juga memperhatikan iklim sekitar.
Keselarasan antara 3 unsur dalam berkehidupan tidak bisa dipisahkan begitu saja
demi terciptanya suatu pencapaian. Ketiga unsur tersebut adalah alam sebsagai
habitat dasar manusia dalam menjalani kehidupannya, bangunan atau gedung atau
rumah yang menjadi tempat bernaung dan menjalankan seluruh aktivitas manusia
sehari - hari dan yang ketiga adalah manusia itu sendiri. Hal ini sangat selaras
dengan yang disebutkan oleh Tri Harso Karyono dalam bukunya yang berjudul
“Green Architecture” menyebutkan bahwa “didalam abad modern ini, Karya
Arsitektur (bangunan) setidaknya harus memenuhi tiga macam sasaran. Pertama,
bngunan harus merupakan produk dari suatu karya seni (work of art). Kedua,
bangunan hars memberikan kenyamanan fisik, baik itu kenyamanan ruang
(spasial comfort), kenyamanan termis (thermal comfort), kenyamanan suara
(auditory comfort), maupun pencahayaan (visual comfort). Ketiga, banugnan
harus hemat terhadap pemakaian energi. Jadi keselarasan antara manusia, alam
dan bangunan sangat dibutuhkan demi mencapai suatu bangunan yang menjawab
permasalahan pada massa globalisasi ini”. Inilah yang menjadi dasar pemikiran
Gambar 1.3 Kerangka Berfikir
Untuk mendapatkan bangunan yang sehat dan berkaitan dengan Riverfront
tentunya membutuhkan pendekatan arsitektur yang mampu menjawab masalah
seperti pemanasan global, iklim, keborosan energi, pencemaran lingkungan dll.
Pendekatan Bioklimatik tentunya dapat menjawab masalah-masalah yang terjadi
sekarang ini. Bioklimatik adalah Ilmu yang mempelajari antara hubungan iklim
dan kehidupan, terutama efek dari iklim pada kesehatan dan aktivitas sehari-hari.
Pendekatan ini sangat penting untuk keberadaan Office Mall ini. Dan hasilnya
adalah bangunan yang berinteraksi dengan lingkungan, dalam penjelmaan dan
operasinya serta berpenampilan kualitas tinggi. Didalam Bioklimatik, tumbuhan
dan lanskap yang dalam kasus ini adalah sungai, tidak hanya untuk kepentingan
estetika semata, tetapi juga untuk kepentingan ekologis dan membuat bangunan
menjadi lebih sejuk. Pemanfaatan sungai sebagai lansekap sangat perlu
diperhatikan dalam dalam pendekatan ini. Inilah yang menjadi dasar pemilihan
tema Bioklimatik dalam merancang Bioklimatik office mall ini. Jadi dengan
pendekatan Bioklimatik ini diharapkan akan menjadikan daerah permukaan
sungai sebagai daerah muka yang lebih tertata dan asri dan sebagai satu kesatuan
BAB II
Bioklimatik Desain
Bioklimatik berasal dari bahasa asing yaitu Bioclimatology. Menurut
Kenneth Yeang “ Bioclimatology is the study of the relationship between climate
and life, particulary the effect of climate on the health of activity of living things”.
Bioklimatik adalah Ilmu yang mempelajari antara hubungan iklim dan kehidupan
terutama efek dari iklim pada kesehatan dan aktivitas sehari-hari. Bangunan
Bioklimatik adalah bangunan yang bentuk bangunanya disusun oleh desain
penggunaan teknik hemat energi yang berhubungan dengan iklim setempat dan
data meteorologi, hasilnya adalah bangunan yang berinteraksi dengan lingkungan,
dalam penjelmaan dan operasinya serta penampilan berkualitas tinggi. Maka
berdasarkan dari penjelasan tersebut bisa kita simpulkan Arsitektur Bioklimatik
adalah suatu pendekatan yang mengarahkan arsitek untuk mendapatkan
penyelesaian desain dengan memperhatikan hubungan antara bentuk arsitektur
dengan lingkungannya dalam kaitan iklim daerah tersebut.
Perancangan Pengembangan Bioklimatik Office Mall ini ditekankan pada
kebutuhan dan aktifitas serta kenyamanan yang optimal yang kemudian
diwujudkan dalam penggunaan ruang-ruang yang ada serta mengolah sirkulasi
yang efektif dan efisien sehingga secara umum Bioklimatik Office Mall ini akan
berhasil secara bioklimatik. Bangunan bioklimatik ini juga menerapkan desain
ramah lingkungan terhadap bangunan sekitar maupun bangunan itu sendiri.
pengguna bangunan tersebut. Hal – hal yang menjadi fokus terciptanya bangunan
ini antara lain mengutamakan kenyamanan pengguna, bentuk berasal dari iklim
atau cuaca tropis, bagian - bagian bangunan dibedakan sesuai dengan tujuannya
dan sruktur disesuaikan dengan fungsi dan penekanan pada penggunaannya.
Perkembangan Arsitektur Bioklimatik
Pengembangan Arsitektur Bioklimatik berawal dari 1960-an. Arsitektur
Bioklimatik merupakan arsitektur modern yang di pengaruhi iklim.Arsitektur
Bioklimatik merupakan pencerminan kembali arsitektur Frank Loyd Wright yang
terkenal dengan alam dan lingkungandengan prinsip utamanya bahwa didalam
seni membangun tidak hanya efisiensinya saja yang dipentingkan tetapi juga
ketenangannya, keselarasan, kebijaksanaan, kekuatan bangunan dan kegiatan
sesuai bangunannya “Oscar Niemeyer dengan falsafah arsitekturnya yaitu
penyesuaian terhadap keadaan alam dan lingkungan, penguasaan secara
fungsional, dan kematangan dalam pengolahan secara bentuk, bahan dan
arsitektur.
Akhirnya dari Frank Wright dan Oscar Niemeyer lahirlah arsitek lain
seperti Victor Olgay pada tahun 1963 mulai memperkenal arsitektur Bioklimatik.
Setelah 1990-an Kenneth Yeang mulai menerapkan arsitektur Bioklimatik pada
bangunan tinggi Bioklimatik yang memenangkan penghargaan Aga Khan Award
Prinsip Desain Arsitektur Bioklimatik
Pada bioklimatik, penampilan bentuk arsitektur sebagian besar
dipengaruhi oleh lingkungan setempat.
a. Meminimalkan ketergantungan pada sumber energi yang tidak dapat
diperbarui.
b. Penghematan energi dari segi bentuk bangunan, penempatan bangunan
dan pemilihan material.
c. Mengikuti pengaruh dari budaya setempat.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendesain dengan tema arsitektur
Bioklimatik strategi pengendalian iklim.
- Memperhatikan keuntungan matahari
- Meminimalkan perlakuan aliran panas
- Meminimalkan pembesaran bukaan/bidang terhadap matahari
- Memperhatikan ventilasi
- Memperhatikan penguapan pendinginan, sistem atap.
Unsur-unsur Perancangan Bioklimatik, Kenneth Yeang
a. Sikulasi Vertikal
i. Terdiri dari tangga, escalator, elevator, dumb waiters, semua
komponen tersebut berada di core.
ii. Dalam bioklimatik, Sirkulasi vertikal atau core berfungsi sebagai :
- Pelindung matahari
- Pelindung angin
- Emergency refuge zone
- Hubungan antar setiap lantai.
Penempatan core pada bangunan bioklimatik harus pada sisi bangunan
(pheripheri core). Untuk iklim seperti di indonesia mempunyai banyak
keuntungan:
- Tidak memerlukan ducting fire-fighting presuration
- Dapat melihat keluar bangunan dengan lobby lift
- Dapat memasukan cahaya alami dan pencahayaan alami dalam ruang core
- Core dapat berfungsi sebagai pelindung matahari
b. Vertical Landscaping
Keuntungan:
a. Mempunyai nilai estetika pada bangunan dan menghasilkan produktifitas
kerja yang tinggi.
b. Memperlunak fasade bangunan.
c. Melindungi ruang dalam dan dinding luar bangunan.
d. Maminimalkan rasdiasi panas pantulan sinar matahari dan kaca kedalam
bangunan.
e. Menyerap CO2 dan CO dari polusi udara dan memberikan O2 melalui
fotosintesis
c. Ventilasi
Penggunaan ventilasi pada bangunan bioklimatik lebih mengutamakan
ventilasi alami terutama pada lobby, elevator, tangga dan toilet. Keuntungan
ventilasi alami adalah:
-Untuk menambah kenyamanan pada periode kelembaban tinggi.
-Untuk alasan kesehatan, menyediakan oksigen yang cukup.
-Untuk kenyamanan penglihatan yang lebih baik pada penghuni bangunan.
-Unsur konservasi energi melalui pengurangan dan meniadakan mekanikal
ventilasi.
d. Dinding Luar Bangunan
Aturan desain penutup luar bangunan.
a. Efesiensi energi maksudnya adalah kulit bangunan harus dapat
mengurangi pemakaian energi.
b. Penyediaan of sentral daylight untuk mengurangi radiasi matahari
langsung.
c. Meminimalkan penembusan udara dan kondensasi.
d. Penyediaan pemilihan, warna, tekstur dan finishing.
e. Dilengkapi dengan peralatan pembersih jendela otomatis
f. Dapat mengakomodasikan pergerakan bangunan.
g. Meminimalkan beban pada rangka struktur
e. Sistem Struktur
Penggunaan struktur pada bangunan Bioklimatik tergantung pada
penggunaan system tinggi tiap lantai dan ukuran elemen layout struktur vertical
terdiri dari element core dan kolom dan juga dipengaruhi oleh syarat struktur
untuk menahan beban mati, angin dan gempa serta sistem kekakuan bangunan.
Struktur juga dapat dikombinasikan dengan sistem low energi.
f. Mekanikal dan Energi
M & E meliputi sistem AC, ventilasi, system pemanasan, penyediaan air,
listrik dan penerangan, telekomunikasi, sewage, system sanitasi, system
komputer, system keamanan dan intelligent building system.
Tujuan utama dari bangunan Bioklimatik ialah untuk mengurangi
ketergantungan pemakaian bangunan pada system M & E dan untuk mengurangi
pengurangan energi bangunan melalui system passive low energi.
Ketentuan desain pada bangunan Bioklimatik:
-ME harus ekonomis untuk dibangun dan diopersaikan, efisien dan
meminimalkan penggunaan energi selama konstruksi dan selama
kelangsungan hidup bangunan.
-ME harus tinggi tingkat kenyamanan hunian, temperatur, akustik dan
pencahayaan.
-ME harus meminimalkan biaya operasional dan maintenance dengan
-ME harus memaksimalkan penggunaan ruang dengan mengurangi daerah
equipment dan memaksimalkan efisiensi structural.
-ME harus memperhatikan lingkungan dengan pemilihan system instalasi
yang tidak berisik, tidak polusi, menggunakan material bebas CFC dan
mengurangi produk CO2.
Perumusan masalah dalam mendesain proyek Bioklimatik Office Mall ini adalah :
Bagaimana memahami dan menerapkan tema Arsitektur Bioklimatik serta
mewujudkannya pada bangunan melalui proses perancangan dan pendekatan
sehingga dapat diterapkan pada desain.
Bagaimana membuat bangunan Bioklimatik yang memberikan pengaruh
positif terhadap Riverfront (Sungai Deli).
Menara Mesin (1992), Kuala Lumpur, Malaysia, Kenneth Yeang
Menara mesiniaga merupakan kantor pusat IBM di Subang Jaya dekat
Kuala Lumpur. Bangunan ini merupakan bangunan high-tech yang memiliki
tinggi bangunan 15 lantai. Bangunan tunggal dengan tower tinggi yang modern
merupakan hasil penelitian arsitek, Kenneth Yeang selama sepuluh tahun tentang
prinsip-prinsip desain bangunan tinggi medium. Tiga bangian struktur terdiri dari
bangian dasar “hijau” yang dinaikan, sepuluh lantai ruang kantor yang dilingkari
balkon taman, hiasan dinding luar sebagai pembayang, dan puncaknya di pasang
Gambar 2.1 Menara mesiniaga, Kuala lumpur
Strategi desain yeang menggunakan pendekatan Ekologi dan lingkungan
mengurangi biaya perawatan jangka panjang dengan mengurangi pemakaian
energi. Sangat penting bahwa merancang bangunan dengan pendekata iklim
memberikan dimensi estetik bagi pekerjaannya (yeang) yang tidak ditemukan
pada jenis bangunan medium high rise dengan penutup kaca dan pengkondisian
udara.
Bangunan ini dirancang dengan tetap mempertahankan konsep ramah
lingkungan dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Untuk itu, menara
ini menggunakan banyak kanopi dan kisi-kisi. Dapat dilihat pada gambar,
hightechniaga tower setnggi 8 lantai dirancang dengan style modern dan
bertemakan Bioklimatik.
Pendekatan Arsitektur tropis ternyata mampu menjadi bangunan yang
Gambar 2.2
pada bangunan Menara Mesiniaga, Kuala Lumpur yang digunakan untuk kantor
pusat warabala IBM. Menara yang dirancang oleh T.R. Hamzah & Yeang,
Sdn.Bhd. dan terdiri 15 lantai, luas 12.345 m2 didukung dengan penggunaan
material yang biasa dipakai untuk gedung tinggi, misalnya struktur baja dan
komponen ringan pembatas ruang, tetapi dengan cerdik Yeang bereksperimen
dalam cara penggunaannya melalui penempatan bahan tersebut sebagai penangkal
sengatan panas dalam ukuran yang berbeda-beda dan bentuk melengkung susuai
pergerakan matahari.
Menara mesiniaga juga lebih efisien karna infrastruktur (service core)
yang biasanya di tengah ditarik ke tepi timur sehingga ruang kerja bisa lebih
leluasa dan gang untuk sirkulasi lebih sedikit. Yeang mendesain gedung yang
memamerkan citra high tech sekaligus memberikan suasana nyaman kepada
karyawan. Agar nyaman, Yeang menempatkan inti bangunan (service core)-
tangga, lift, toilet, mekanikal-elektrikal, plumbing disisi paling banyak menerima
sengatan matahari yakni timur gedung.
Yang paling menarik
adalah tampilnya dua “taman di
awan” yang membelit bangunan
bak spiral. Taman itu
memberikan efek bayangan
yang kontras dengan permukaan
baja. Struktur bangunan dari rangka beton bertulang yang dilubangi dua jenis
penangkis matahari, dinding baja dan kaca sejalan dengan podium dan puncak
gedung dari metal, mampu menghadirkan citra high tech.
Yeang menyebut pendekatannya dengan “gedung jangkung bioklimatik”
yang memberikan kontrol iklim yang peka terhadap hemat energi, termasuk
didalamnya menggunakan unsur hijau, pengudaraan dan pencahayaan yang alami
secara intensif. Konsistensi untuk meneliti Bioclimatic Architecture untuk
merancang gedung tinggi di daerah beriklim tropis. Kepedulian Yeang dalam
menggali gedung tinggi secara Bioklimatik bertujuan untuk mengurangi biaya
bangunan dengan cara menekan konsumsi energi mengembangkan keuntungan
Gambar 3.1 Letak Site
BAB III
Lingkungan dan Kondisi Tapak
Inventarisasi data pada umumnya dilakukan pada wilayah Kota Medan,
namun secara khusus dilakukan pada area Kecamatan Medan Barat yang
merupakan daerah site proyek. Dari hasil olah data didapatkan beberapa data yang
berkaitan baik itu dengan proyek dan tema individual yang akan diusung pada
proyek ini.
Hal pertama yang akan dibahas adalah karakteristik kawasan, Secara
geografis Kawasan Kecamatan Medan Barat ini terletak diantara 46’10’00
-46’55’00 Lintang Utara dan 39’65’00-40’20’00 Bujur Timur, dengan total luas
di atas permukaan laut (dpl). Secara administrasi Kecamatan Medan Barat ini
berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kecamatan Medan Deli
Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Kota
Sebelah Barat : Kec.Medan Helvetia
Sebelah Timur : Kec. Medan Timur
Kecamatan Medan Barat memiliki jumlah 6 (enam) Kelurahan. Adapun
Kelurahan tersebut antara lain adalah Kelurahan Kesawan, Kelurahan Sei Agul,
Kelurahan Karang Berombak, Kelurahan Silalas, Kelurahan Glugur Kota, dan
Kelurahan Pulo Brayan. Dari kelurahan – kelurahan tersebut yang memiliki luas
paling besar adalah Kelurahan Sei Agul dengan luas total mencapai 107 Hadan
yang paling kecil adalah Kelurahan Gelugur Kota dengan luas wilayah sebesar 62
Ha. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan sesuai dengan Peta Rupa
Bumi Indonesia yang memiliki Skala 1 : 50.000, memperlihatkan bahwa
morfologi Kecamatan Medan Barat relatif datar dengan ketinggian sekitar 15
meter di atas permukaan laut. Sedangkan kemiringan lahan keseluruhannya
adalah datar yaitu berkisar antara 0-10%. Melihat dari topografi yang demikian
maka dapat disimpulkan bahwa wilayah Kecamatan Medan Barat dapat
dikembangkan sebagai kawasan permukiman dan pengembangan perkotaan.
Sedangkan inventarisasi data yang berkaitan dengan tema individual
adalah keadaan faktor alam antara lain curah hujan, suhu, kelembapan, matahari
tropis dengan temperatur pada bulan terdingin mencapai 24ºC. Upaya pemahaman
untuk keadaan iklim di suatu tempat atau lokasi dipengaruhi oleh beberapa faktor
penting diantaranya adalah morfologi regional sekitar lokasi, arah dan kecepatan
angin yang sangat dominan melewati lokasi serta kondisi alami setempat. Untuk
suhu udara disekitar lokasi site, rata-rata maksimum absolut tahunannya mencapai
35 oC dan suhu udara rata-rata minimum absolut tahunannya mencapai suhu 27
o
C sedangkan suhu udara disekitar site rata-rata tahunannya berkisar antara 25 oC
- 28,6 oC. Kelembaban disekitar site juga dinilai cukup tinggi dengan kelembaban
rata-rata maksimum tahunan mencapai 85% dan kelembaban minimum mencapai
70% serta kelembaban rata-rata sepanjang tahun mencapai 83%, dengan demikian
maka daerah lokasi site maupun disekitar site memiliki tngkat kelembababan
udara yang tinggi. Curah hujan rata-rata yang dicatat oleh Stasiun Hujan Medan
Barat adalah 1541.35 mm/tahun dan jika dilihat dari hari hujan rata-ratanya adalah
23 hari. Kecamatan Medan Barat memiliki curah hujan di bawah 200 mm/ bulan
dan bulan basahnya terjadi pada bulan September – Oktober dengan rata – rata
dibawah 200 mm/bulan. Hal ini tentunya mempengaruhi strategi desain dan
penerapan tema dalam perancangan proyek ini. Kecepatan angin rata-rata pada
lokasi site adalah kurang lebih 1 Knot atau sama dengan 0.51444 m/det. Secara
garis besar lokasi di sekitar site memiliki kecepatan angin yang calm yaitu
berkisar dibawah 2 knot. Angka tersebut dilihat dari data rataaan kecepatan angin
yang berada diatas ketinggian 10 m selama kurun waktu 10 tahun. Data tersebut
Penguapan pada daerah Medan Barat memiliki angka rata-rata 3.91 mm,
dan penguapan maksimum yang pernah terjadi adalah pada bulan mei tahun 2006
yaitu sebesar 6.8 mm. Jika dilihat dari data rataan bulanan, pada daerah
Kecamatan Medan Barat mengalami tingkat penguapan yang tinggi yang
menandakan daerah tersebut banyak ditumbuhi atau menimbulkan awan konvektif
dan juga mudah terjadi hujan lokal.
Penyinaran Matahari merupakan lamanya penyinaran dalam satu hari yang
di ukur didalam persen. Penyinaran Matahari selama kurun waktu 10 tahun yaitu
dari 1998 sampai tahun 2007 di lokasi atau site proyek yang terbanyak terjadi
pada bulan maret. Pada bulan maret rata-rata penyinaran matahari mencapai angka
12 % sedangkan yang terendah terjadi pada bulan Sepetember denagn rata-rata
penyinarannya hanya mencapai angka 2 % yang artinya pada bulan september
lokasi site proyek mengalami sedikit penyinaran matahari yang dikarenakan
tertutup oleh awan atau banyak terjadi hujan yaitu pada saat sebaliknya. Pada
lokasi site proyek, bulan kering yang penyinaran mataharinya lebih besar atau
sama dengan 10% yaitu terjadi pada bulan Januari, Maret, April dan Mei.
Sedangkan untuk bulan basah yang penyiranan mataharinya kurang dari 10%
terjadi pada bulan Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November dan
Desember. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa lokasi site proyek hanya
memiliki bulan kering selama 4 bulan saja sedangkan bulan basahnya terjadi
Gambar 3.2 Tata guna lahan
Studi lapangan merupakan salah satu hal yang paling mendasar dalam hal
merancang fungsi bangunan yang akan dibangun di lokasi yang berada di Jln.
Guru patimpus ini. Berikut akan dijelaskan mengenai hasil studi lapangan atau
survey. Site proyek berada pada Jln. Guru Patimpus. Pada arah utara site
berbatasan langsung dengan jalan tersebut, arah timur dari site proyek berbatasan
langsung dengan Podomoro City Deli. Pada arah selatan site berbatasan dengan
gedung Ex PTPN IX, sedangkan pada arah barat berbatasan langsung dengan
aliran sungai deli yang dalam hal ini menjadi tema utama yaitu Pengembangan
Tabel.3.1. Tata guna lahan
Mengenai Tata guna lahan dan bangunan sekitar site dilakukan didalam
radius 500m. Untuk tata guna lahan di radius 500m dari site didominasi oleh
fungsi pemukiman. Persentase fungsi pemukiman di radius 500m adalah ±60%
yang terdiri dari 50% pemukiman dengan tingkat kepadatan rendah dan 10%
pemukiman dengan tingkat kepadatan sedang. Untuk daerah pemukiman dapat
wilayah pemukiman. Hasil lainnya adalah ±20% dari tata guna lahan di radius
500m dari
site adalah fungsi komersial yang terdiri dari 10% merupakan pertokoan
(ruko/retail) yang berwarna merah, 5% terdiri dari perkantoran yang terdiri dari
warna orange dan 5% adalah banguna hotel yang diwakili dengan warna ungu.
Fungsi selanjutnya adalah fasilitas umum dan sosial yang terdiri dari sekolah,
sarana ibadah, gedung pemerintahan dan lain lain. Persentase fungsi umum dan
sosial didaerah ini adalah 10% yang pada gambar diberi atau diwakili dengan
warna biru dan biru muda. Fungsi yang terakhir adalah fungsi ruang terbuka hijau
yang terdiri dari taman, kuburan dan lain – lain, persentase fungsi ruang terbuka
hijau didaerah ini adalah 10%, pada gambar dapat dilihat area ini diberi warna
hijau. Dari hasil survey yang dilakukan didalam radius 500m dari site juga
terdapat beberapa bangunan eksisting di sekitar site, bangunan – bangunan
tersebut antara lain Podomoro City Deli, Capital Building, Plaza Telkom, EX PTP
IX, JW Marriot, Kantor Samsat, Hotel Dharma Deli, Bank Indonesia, Grand
Aston hotel, Kantor Wali Kota, Arya Dhuta hotel, Hotel Santika, Lap. Benteng,
Lap. Merdeka, Merdeka Walk, Polantas, Kuburan, Mesjid, SD Negeri, Universitas
Gambar 3.3 Eksisting disekitar site
Site proyek berada pada Jln. Guru Patimpus yang merupakan jalur dua
arah dengan intensitas kendaraan yang cukup padat, intensitas kendaraan di Jln.
Guru Patimpus berkisar ±90 kendaraan / menit. Selain Jln. Guru Patimpus
terdapat juga beberapa jalan lain diradius 500m dari site diantaranya adalah Jln.
Balai Kota, Jln. Perintis Kemerdekaan dan Jln. Putri Hijau yang ketiga nya
merupakan jalan satu arah dengan tingkat kendaraan tidak terlalu padat, hanya
saja kerap terjadi kemacetan pada jam – jam tertentu.
Vegetasi merupakan salah satu faktor yang sangat berkaitan dengan tema
Bioklimatik dan sangat mempengaruhi proses dan hasil desain Office Mall ini.
Terdapat beberapa titik vegetasi di sekitar site proyek. Yang pertama yaitu pada
Gambar 3.4 Analisa Vegetasi
pepohonan pada bagian ini dianggap kurang baik, karena arpada jalur pedestrian,
hal ini tentunya akan menyebabkan terganggunya arus pejalan kaki. Akan tetapi
vegetasi pada area ini tidak bisa dihilangkan begitu saja, karena merupakan faktor
yang mendukung dalam merancang bangunan Bioklimatik Office Mall ini. Maka
dari itu dibutuhkan solusi atau pemecahan masalah untuk vegetasi pada area ini,
salah satunya adalah dengan membuat jalur pedestrian tersendiri bagi para pejalan
kaki. Pada bagian barat site juga terdapat pepohonan, tepatnya pada daerah
pinggiran sungai. ini merupakan salah satu potensi yang harus dipertahankan,
namun vegetasi pada daerah ini harus lebih ditata agar menimbulkan nilai estetika.
Selain untuk faktor estetika, vegetasi pada bagian barat site ini juga dapat
difungsikan untuk hal lain, antara lain sebagai pengganti gas CO2 menjadi O2,
Kondisi iklim juga mempengaruhi dalam proses dan hasil desain bangunan
ini, secara umum Indonesia berada pada daerah atau zona tropis dikarenakan
posisinya yang terletak diantara 6o LU-11oLS. Namun dikarenakan adanya
berbagai faktor geografis, pola iklim di Indonesia memiliki karakteristik atau ciri
tersendiri. Faktor – faktor yang mempengaruhi pola iklim di Indonesia yang
pertama adalah letak wilayah yang berada di sekitar ekuator yang mengakibatkan
suhu rata – rata tahunan senantiasa tinggi. Hal ini dikarenakan penyinaran
matahari yang senantiasa tegak. Yang kedua adalah kepulauan Indonesia di sekitar
ekuator mengakibatkan sebagian besar wilayah di Indonesia berada pada kawasan
angin doldrum (angin tenang) sehingga tidak terkena atau terbebas dari bencana
yang diakibatkan badai tropis (siklon). Yang ketiga adalah bentuk wilayah
Indonesia yang merupakan wilayah kepulauan yang dikelilingi oleh laut
mengakibatkan tingkat rata – rata kelembapan udara yang tinggi, meskipun pada
musim kemarau sekalipun kelembapan udara di Indonesia masih cukup tinggi.
Yang keempat adalah posisi Negara Indonesia yang diapit oleh benua dan
samudera yang mengakibatkan pola iklim di Indonesia dipengaruhi sirkulasi angin
muson yang berhembus dari benua asia atau Australia.
Faktor angin juga merupakan faktor yang berkaitan dengan tema dan juga
mempengaruhi proses dan hasil desain Bioklimatik Office Mall ini. Pada
umumnya di Indonesia terdapat dua jenis angin yang berhumbus dalam periode
tertentu. Yang pertama adalah angin Muson Timur, angin ini berhembus pada
bulan April hingga bulan Oktober. Pergerakan arah angin muson timur ini
Gambar 3.5 Analisa arah angin
arah utara. Yang kedua adalah angin Muson Barat, angin ini berhembus pada
bulan Oktober hingga bulan April. Pergerakan arah angin ini bergerak atau
berhembus dari benua Asia menuju benua Australia atau dari arah utara menuju
ke selatan. Pada site arah angin juga berhembus dari utara menuju selatan atau
sebaliknya, namun dikarenakan bangunan – bangunan yang ada di sekitar site arah
angin menjadi terpecah akan tetapi tetap mengikuti alur pergerakannya yaitu dari
arah utara menuju selatan atau sebaliknya. Terpecahnya arah pergerakan angin ini
terjadi pada ketinggian ±0-20m dari permukaan tanah. Angin yang berhembus di
ketinggian tersebut dan masuk ke dalam site lebih dominan berasal dari daerah
sungai, karena tidak ada bangunan penghalang pada daerah tersebut. Arah
pergerakan angin pada ketinggian diatas 20m disekitar site tetap tetap mengikuti
alur pergerakannya yaitu dari utara ke selatan atau sebaliknya. Hal ini tentunya
Arah matahari juga sangat mempengaruhi dalam proses dan hasil desain
bangunan, sebab orientasi yang salah malah akan menyebabkan konsumsi energy
yang berlebihan dalam bangunan. Tingkat radiasi (solar factor) untuk orientasi
pada arah barat site adalah yang paling tinggi, sedangkan tingkat radiasi dari arah
timur hanya setengah dari arah barat serta lebih kecil pada arah orientasi utara.
Untuk itu dibutuhkan pemecahan desain yang berkaitan dengan orientasi serta
peredaman tingkat radiasi yang baik.
Untuk tingkat kebisingan, intensitas tingkat kebisingan yang paling tinggi
berasal dari Jln. Guru Patimpus, hal ini dikarenakan aktivitas kendaraan pada
daerah ini. Sedangkan pada daerah timur dan selatan site tingkat kebisingan
sedang dikarenakan tidak adanya aktivitas kendaraan di daerah ini. Pada bagian
barat site tingkat kebisingan dapat dikategorikan rendah, dikarenakan daerah ini
merupakan aliran sungai. Untuk mengantisipasi tingkat kebisingan yang tinggi
pada arah Jln. Guru patimpus bisa dilakukan dengan cara menambah garis
BAB IV
Penyesuaian Ruang
Perencanaan pengembangan dua fungsi utama di kawasan muka sungai
Deli yang berbatasan langsung dengan jalan Guru Patimpus dan Podomoro City
Deli ini adalah sebuah Rent Office Dan Shopping Mall. Lokasi site proyek
memiliki luas lebih kurang 2,5 ha dan berbentuk memanjang mengikuti kawasan
muka sungai Deli. Beberapa fungsi tambahan lain sangat dianjurkan untuk
menambah daya tarik baik itu dari segi pengguna Rent Office maupun pengunjung
Shopping mall. Serta memanfaatkan kawasan tepian Sungai Deli (riverfront),
sebuah sungai di kawasan perkotaan bisa berfungsi sebagai fasilitas ruang publik.
Oleh sebab itu, kawasan tepian Sungai Deli harus juga diprioritaskan dan bisa
menjadi daya tarik tersendiri serta juga dapat membantu aspek sosial dan budaya.
Rent Office merupakan salah satu fasilitas utama yang akan dibangun pada
area ini. Fungsi dari Rent Office ini adalah untuk mewadahi kegiatan kaum urban
yang selalu maju dengan menjadikan kegiatan utamanya adalah bekerja, baik itu
bekerja pada perusahaan maupun secara mandiri. Banyaknya perusahaan –
perusahaan baru yang sedang berkembang saat ini baik itu dalam bidang jasa
maupun barang tentunya membutuhkan fasilitas berupa kantor yang menjadi pusat
berjalannya kegiatan – kegiatan di perusahaan – perusahaan tersebut. Namun
keterbatasan lahan seakan menjadi pengahalang dan permasalahan bagi
perusahaan – perusahaan tersebut dalam menjalankan kegiatannya. Hal ini jugalah
Berdasarkan analisa kebutuhan ruang yang telah dibuat, pada Rent Office
ini terdapat 3 ruang pokok yaitu ruang publik, ruang perkantoran, dan ruang
servis. Pada ruang publik terdapat beberapa ruang antara lain lobby, ruang
informasi, ruang security, lift dan toilet. Pada ruang perkantoran terdapat ruangan
kantor yang disewakan. Kemudian pada area servis terdapat pantri, ruang genset
dan kontrol. Keseluruhan ruang tersebut berada pada tower yang terdiri dari 16
lantai, 2 lantai terbawah dari tower difungsikan sebagai area parkir yang
diperuntukan bagi pengguna Rent office. luas keseluruhan untuk area Office
adalah ±9.280 m2.. Pada lantai dasar sampai lantai 4 difungsikan sebagai area
publik dan area pengelola gedung. Total keseluruhan lantai adalah 20 lantai dan
ditambah dengan 2 basement yang difungsikan sebagai area parkir untuk
pengunjung.
Fungsi kedua adalah Shopping Mall yang hampir keseluruhannya
merupakan area publik. Area Shopping Mall ini dipisahkan dengan area Rent
Office yang kemudian dihubungkan dengan sky cross yang berada pada lantai 2
dan 3 pada masing – masing area. Hal ini dimaksudkan agar privasi yang ada pada
Rent Office tidak banyak terganggu oleh fungsi Shopping Mall. Pada fungsi
Shopping Mall, terdapat beberapa pembagian yaitu fasilitas perbelanjaan, fasilitas
makan dan minum, dan beberapa fasilitas penunjang lainnya. Jumlah luas
keseluruhan Shopping Mall ini ±11.397 m2 yang terdiri dari 5 lantai bangunan.
Selain dua area tersebut juga terdapat area pengelola dan area servis untuk
Membersihkan
pengembangan proyek ini. Untuk itu perlu penempatan serta desain ruang terbuka
yang baik agar tercipta ruang publik yang hidup. Ruang terbuka hijau nantinya
akan diletakkan pada bagian utara dan bagian barat site, selain pada area tersebut
nantinya juga akan dibuat area hijau pada bagaian roof yang akan menambah luas
ruang hijau pada proyek ini. dari Total keseluruhan luas gedung Office Mall ini
adalah ±24.000 m2 dan sisa lahan yang tersedia akan dimanfaatkan sebaik
BAB V
Keselarasan Manusia, Alam dan Bangunan
Arsitektur Bioklimatik merupakan suatu pendekatan yang mengarahkan
arsitek dalam mendapatkan penyelesaian desain dengan memperhatikan hubungan
antara bentuk arsitektural dengan kondisi lingkungannya dalam kaitanyan adalah
iklim pada daerah tersebut. Pada akhirnya bentuk arsitektural yang dihasilkan juga
akan terpengaruhi oleh budaya lokal setempat, dan hal ini tentunya akan
berpengaruh pada gaya atau ekspresi arsitektur yang akan ditampilakan bangunan
tersebut, selain itu pada pendekatan bioklimtaik ini juga akan mengurangi
ketergantungan karya arsitektur terhadap berbagai sumber energi yang tentunya
akan mengurangi beban biaya dalam bangunan. Arsitektur bioklimatik adalah
suatu bidang ilmu yang menerapkan desain ramah lingkungan terhadap
lingkungan sekitar maupun bangunan itu sendiri. Sehingga dapat menciptakan
kenyamanan ruang dalam dan ruang luar yang baik untuk setiap pengguna pada
bangunan tersebut. Beberapa ciri dari bangunan ini adalah:
- Mengutamakan kenyamanan pada pengguna.
- Bentuk didapat berdasarkan iklim atau cuaca (dalam hal ini daerah tropis)
- Membedakan bagian – bagian bangunan sesuai dengan fungsinya.
- Menyesuaikan struktur dengan fungsi dan penekanan pada penggunaannya
Perancangan pembangunan Bioklimatik Office Mall ini menekankan pada
kebutuhan dan aktifitas serta kenyamanan yang optimal yang kemudian
yang efektif dan efisien sehingga secara umum Bioklimatik Office Mall ini akan
berhasil secara bioklimatik. Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan
orientasi bangunan. Bangunan tingkat tinggi selalu mendapatkan penyinaran
matahari dan radiasi panas secara penuh dan hampir menyeluruh. Orientasi
bangunan yang baik sangat penting dalam menciptakan kenyamanan ruang.
Secara umum, susunan bangunan dengan membuat bukaan yang menghadap utara
dan selatan akan memberikan keuntungan yaitu mengurangi insulasi panas.
Orientasi bangunan yang paling baik adalah dengan meletakkan luas permukaan
bangunan yang terkecil menghadap arah timur dan barat serta memberikan
dinding eksternal pada luar ruangan ataupun dengan membuat balkon sebagai
buffer sinar matahari langsung. Dalam kasus ini arah orientasi bangunan
diletakkan mengarah terhadap Jln. Guru Patimpus yang merupakan arah utara.
Sedangkan bagian yang memiliki luas permukaan yang kecil diletakkan
mengahadap pada arah timur dan barat site yaitu mengarah pada Podomor City
Deli dan Sungai Deli.
Setelah menentukan orientasi, bentukan massa merupakan hal yang juga
penting. Bentukan massa pada bangunan ini dibuat sesuai dengan bentukan site
Gambar 5.2 Aksesibilitas Pejalan Kaki
memaksimalkan arah angin yang masuk kedalam bangunan bentuk bangunan
diarahkan secara dinamis mengikuti aliran arah angin. Pada site arah angin paling
dominan bergerak dari arah barat laut atau berasal dari daerah aliran sungai
menuju arah tenggara dan selatan. Hal ini dikarenakan tidak adanya bangunan
yang memecah arah angin dari daerah tersebut.
Rancangan tapak bangunan ini disesuaikan dengan kondisi site yang
merupakan riverfront dari sungai Deli. Yang pertama adalah memberikan area
public atau ruang terbuka hijau pada bagian depan dan barat site. Hal ini
dimaksudkan demi terciptanya ruang public yang memiliki generator aktivitas
yang baik, serta untuk mneciptakan suasana riverfront yang asri dan dapat
dinikmati bersama. Massa bangunan diletakkan pada bagian tengah dan belakang
site. Hal ini dikarenakan untuk mematuhi peraturan setempat dan untuk
mengurangi tingkat kebisingan didalam bangunan. Selain itu nantinya pada bagian
atas podium yang berupa mall akan diletakkan taman, hal ini agar tidak
memotong view podomoro city deli ke area sungai.
Aksesibilitas pejalan kaki dibuat
terpisah dengan akses kendaraan. Akses
manusia dibuat dari bagian tepi timur site dari
Jalan Guru Patimpus dan nantinya akan dibuat
skycross untuk kenyamanan pejalan kaki dari
arah Jln. Guru Patimpus dan Podomoro City
Deli. Pada bagian barat site atau sungai deli juga akan dibuat jembatan yang
Gambar 5.3 Letak Core (Inti bangunan)
kendaraan dibuat dari Jln. Guru Patimpus dan untuk keluar dibuat dari dua bagian
yaitu dari Jln. Guru Patimpus dan jalan Tembakau Deli.
Inti bangunan digunakan sebagai salah satu bagian dari struktur yang dapat
memperkaku bangunan, terutama untuk menahan pengaruh gaya lateral berupa
tiupan angin atau goncangan yang diakibatkan oleh gempa bumi. Posisi inti
bangunan atau service core merupakan hal yang sangat penting dalam merancang
sebuah bangunan bertingkat tinggi. Service core tidak hanya sebagai bagian dari
struktur bangunan, akan tetapi struktur core yang merupakan struktur bearing wall
juga dapat mempengaruhi kenyamanan termal bangunan. Pemakaian core ganda
diyakini memiliki banyak keuntungan, dengan memakai dua core selain untuk
utilitas dan sirkulasi vertical juga dapat dijadikan sebagai penghalang panas
matahari yang masuk kedalam bangunan. Penempatan dua core ini diletakkan
pada bagian timur dan barat bangunan yang merupakan bagian yang paling
banyak menerima sinar panas matahari.
Pada bangunan ini nantinya akan banyak menggunakan banyak balkon
pada sisi barat dan timur yang ditanami dengan tanaman – tanaman peneduh. Hal
ini dimaksudkan agar tanaman bias menjadi buffer sinar matahari langsung, serta
dapat menjadi filter udara sehingga udara yang masuk kedalam bangunan bersih.
Pada bagian tertentu di sisi selatan dan utara tower akan dibuat semacam tempat
penampungan air hujan yang nantinya akan diolah menjadi air bersih sebagai
alternatif sumber air bersih untuk bangunan ini. Dengan memperbanyak bukaan
pada sisi selatan dan utara bangunan akan memaksimalkan aliran udara yang
masuk tentunya setelah difilter oleh tanaman sehingga udara yang masuk menjadi
bersih. Ruang transisi juga menjadi konsep untuk menciptakan kenyamanan
termal yang baik, karena dengan adanya ruang ini udara akan bebas mengalir pada
setiap bagian – bagian bangunan.
Pasokan energi pada bangunan ini tidak hanya tergantung pada energi dari
PLN dan PDAM. Pada kulit bangunan yang mendapat sinar matahari yang banyak
nantinya akan dipasang solar panel yang berfungsi selain sebagai buffer panas
akan tetapi juga sebagai sumber energy listrik didalam bangunan. Karena solar
panel ini dapat mengubah energi panas matahari menjadi energi listrik. Untuk
pasokan air, pada bangunan ini memanfaatkan curahan air hujan yang nantinya
akan difilterisasi secara baik sehingga menjadi air bersih yang digunakan oleh
pengguna dan pengelola bangunan ini. Dengan penerapan konsep tersebut
Gambar 6.1 (gelombang pada balkon)
BAB VI
Implementasi Terhadap Bangunan
Bentuk vertikal bangunan nantinya akan dibentuk dengan memberikan
atau membuat balkon pada setiap sisi bangunan. Akan tetapi bentuk balkon yang
dibuat tidak hanya sekedar lurus mengikuti bentuk bangunan. Balkon akan
dibentuk pada setiap lantai secara bergelombang. Pemberian balkon ini tidak
hanya sebagai unsur estetika
semata, namun juga difungsikan
sebagai pelindung atau buffer
bangunan dari radiasi sinar
matahari langsung. Lebar dari
balkon dan overstek ini akan
disesuaikan dengan pergerakan
arah matahari, sehingga sinar
matahari dapat di buffer secara maksimal. Balkon nantinya juga dapat digunakan
sebagai sitting area yang berguna untuk melepas penat para pengguna office
(kantor). Konsep vertikal garden yang menjadi salah satu cerminan dari
Bioklimatik akan diterapkan pada ujung balkon dan pada sisi yang terkena radiasi
sinar matahari langsung. Pada bagian atas massa Mall juga dibuat roof garden
yang dapat diakses oleh pengunjung sebagai sarana rekreasi. Roof garden ini juga
Gambar 6.2 Pemisahan kedua massa
Pada bagian area pengelola dan mekanikal electrikal yang terdiri dari 3
lantai yang bertingkat juga akan dibuat roof garden. Posisi area tersebut yang
berada pada bagian timur dari site sangat rentan terkena sinar matahari langsung.
Hal ini tentunya akan mempengaruhi suhu didalam ruangan. Maka dari itu pada
bagian atap area ini dibuat roof garden atau green roof agar dapat menahan dan
menjadi buffer radiasi panas matahari.
Pemisahan kedua massa gedung dibuat mengikuti arah angin. Dari hasil
analisa yang telah dilakukan, arah angin pada ketinggian dibawah ±20m
mengalami banyak pemecahan arah yang dikarenakan bangunan – bangunan yang
berada di sekitar site. Arah angin yang paling dominan berasal dari daerah aliran
sungai, dikarenakan tidak adanya bangunan
pada area tersebut. Pemisahan massa ini
memungkinkan arah angin akan melewati
bagian yang terpisah. Pada bagian tersebut
akan difungsikan sebagai area drop off untuk
kantor dan akan dibuat taman dengan kolam
dan fountain agar udara yang melintas sedikit
terdinginkan akibat adanya kolam tersebut.
Angin yang masuk kedalam gedung tentunya
akan mengurangi tingkat panas pada bagian
dalam gedung. Pemisahan massa ini juga
sebagai salah satu faktor keamanan. Sifat Rent
Pengunjung dari umum yang akan berkunjung ke gedung mall nantinya tidak akan
dapat dengan leluasa mengakses ke area Rent office. Selain untuk kenyamanan
pengguna kantor, tentunya sebagai faktor keamanan. Akses pengunjung mall
nantinya akan dibatasi hanya sampai lantai 3 tower office. Dan jika akan
mengakses ke tower Rent office nantinya akan melewati resepsionis yang berada
di lantai 3 Office tower.
Kembali kepada pemaksimalan sirkulasi angin. Pada lantai dasar mall
akan dibuat terbuka dan memberikan selasar yang cukup lebar pada sisi gedung.
Hal ini dimaksudkan agar angin masuk pada lantai dasar gedung. Denah tiap
lantai pada mall juga dibuat berjenjang dan menutupi lantai – lantai dibawahmya.
Hal ini agar pada lantai bawah, sinar matahari dapat berkurang dan panas dalam
gedung juga berkurang. Kemudian pada bagian tengah gedung mall akan
diletakkan void yang cukup luas, selain sebagai faktor estetika void ini juga akan
mengarahkan udara yang masuk dari lantai dasar gedung ke lantai – lantai
selanjutnya. Void ini dibiarkan terbuka sampai lantai terakhir dan nantinya akan
ditutup dengan atap yang dilapisi dengan solar panel. Void dibuat lebar hingga ke
bagian atas, hal ini dimaksudkan untuk memaksimalkan sinar matahari yang
masuk sehingga pencahayaan dengan menggunakan energi listrik dapat
diminmalisir. Void ini juga berfungsi untuk aliran udara dalam gedung yang
masuk melalui lantai dasar diteruskan ke lantai selanjutnya dan dikeluarkan
melalui bagian bawah atap yang terbuka. Pada bagian barat site yang merupakan
daerah riverfront akan dibuat foodcourt outdoor sehingga pengunjung dapat