• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggap Pertumbuhan Dan Produksi Padi Lokal Samosir Terhadap Proporsi Dan Waktu Pemangkasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tanggap Pertumbuhan Dan Produksi Padi Lokal Samosir Terhadap Proporsi Dan Waktu Pemangkasan"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

LOKAL SAMOSIR TERHADAP PROPORSI

DAN WAKTU PEMANGKASAN

SKRIPSI

Oleh:

RIA SRI HARTATY SIDAURUK 050301037

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

(2)

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

LOKAL SAMOSIR TERHADAP PROPORSI

DAN WAKTU PEMANGKASAN

SKRIPSI

Oleh:

RIA SRI HARTATY SIDAURUK 050301037/ AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Skripsi : Tanggap pertumbuhan dan produksi padi lokal samosir terhadap proporsi dan waktu pemangkasan

Nama : Ria Sri Hartaty Sidauruk NIM : 050301037

Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Ir. Mariati, MSc. Ir. Rosita Sipayung, MP

Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MS Sekretaris Jurusaan Budidaya Pertanian

(4)

ABSTRAK

RIA S. H. SIDAURUK: Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Padi Lokal Samosir (Oriza sativa L. var. mega) terhadap Proporsi dan Waktu Pemangkasan.

Dibimbing oleh MARIATI dan ROSITA SIPAYUNG.

Padi lokal memiliki bentuk tanaman yang tinggi sehingga gampang rebah. Untuk itu, suatu penelitian telah dilaksanakan di Kampung Susuk VIII Medan ( 25 m dpl) pada bulan September 2009 – Januari 2010 menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yaitu proporsi pemangkasan (¼, ½, dan ¾ bagian daun) dan waktu pemangkasan (3, 4, dan 5 MST) dengan 3 ulangan. Parameter yang diamati adalah jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, jumlah anakan tidak produktif, luas daun bendera, jumlah malai per tanaman, panjang malai, jumlah gabah berisi, jumlah gabah total per malai, persentase gabah berisi, bobot 1000 butir gabah, dan produksi gabah per plot.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi pemangkasan berpengaruh nyata terhadap panjang malai, luas daun bendera dan jumlah anakan tidak produktif dan persentase gabah berisi. Waktu pemangkasan berpengaruh nyata terhadap jumlah malai per rumpun, jumlah gabah per malai dan jumlah anakan tidak produktif. Interaksi antara perlakuan proporsi dan waktu pemangkasan berpengaruh nyata terhadap bobot 1000 butir gabah, jumlah anakan tidak produktif dan luas daun bendera.

(5)

ABSTRACT

RIA S. H. SIDAURUK: Response of Growth and Yield of Paddy Rice (Oryza sativa L.) on the Pruning Proportion and Pruning Time. Under the supervision of Miss MARIATI and Miss ROSITA SIPAYUNG.

Local paddy have easy to high crop form so that collapse.For that,the research was conducted at Susuk Village, Medan with the altitude + 25 meters above the sea level, from September 2009 to January 2010. The research was used the Factorial Completely Randomized Block Design with 2 factors. The first factor was proportion of pruning (P) with 3 degree e.g. ¼ part of leaf, ½ part of leaf, ¾ part of leaf and the second factor was the time of pruning (W) with 3 degree e.g. 3 week after plant, 4 week after plant, 5 week after plant with 3 replication. The parameters which is noticed were number of maximum tiller, productive tiller, unproductive tiler,wide of flag leaf, number of pod height of flowers sprounting, percentage of filled pod, wight of thousand pod and and yield of each block

The result show that pruning of lwere significantly different on parameters height of flowers sprounting, leaf area indekx, unproductive tiller. Time of pruning were significantly different with parameters plant’s height, and yield of each plant. The interaction between the both of treatmentt increase the dry weight of 1000 seeds, unproductive tiller, and leaf index area

(6)

RIWAYAT HIDUP

Ria Sri Hartaty Sidauruk dilahirkan di Medan pada tanggal 06 Februari 1987. Anak dari Bapak H. Sidauruk dan Ibu M. Naibaho. Penulis merupakan anak pertama dari tujuh bersaudara.

Adapun pendidikan yang pernah ditempuh adalah SD Negeri 173805 Simarmata lulus tahun 1999, SLTP YPK. Budi Mulia Pangururan lulus tahun 2002, SMA Negeri 5 Medan lulus tahun 2005. Terdaftar sebagai mahasiswa Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2005 melalui jalur SPMB.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti persekutuan Kebaktian

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Padi Lokal Samosir (Oriza sativa L. var. mega) terhadap Proporsi dan Waktu

Pemangkasan ”.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua H. Sidauruk dan ibunda M. Naibaho tercinta yang telah membesarkan, mendidik, dan menyayangi penulis selama ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Ir. Mariati, MSc. dan Ir. Rosita Sipayung, MP selaku komisi pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Ir. Jonatan Ginting, MS yang telah memberikan masukan, informasi dan meminjamkan peralatan selama penelitian.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di program studi Agronomi Departemen Budidaya

Pertanian, teman dan sahabatku, serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2010

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesa Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

Bahan dan Alat... 11

Metode Penelitian ... 11

Pelaksanaan Penelitian ... 14

Penyiapan lahan ... 14

Pengamatan Parameter ... 16

(9)

Jumlah Gabah per Malai (bulir) ... 17

Persentase Gabah Berisi (%)... 17

Bobot 1000 Butir Gabah (g)... 17

Produksi Gabah per Plot (g)... 17

Panen ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 19

Pembahasan... 31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 38

Saran... 38 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Rataan jumlah anakan maksimum (batang) pada perlakuan

proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan... 20 2. Rataan jumlah anakan produktif (batang) pada perlakuan

proporsi dan waktu pemangkasan... 20 3. Rataan jumlah anakan tidak produktif (batang) pada perlakuan

proporsi dan waktu pemangkasan ... 21  

4. Rataan luas daun bendera (cm2) pada perlakuan proporsi dan

waktu pemangkasan ... 23 5. Jumlah malai per rumpun (batang) pada perlakuan proporsi

dan waktu pemangkasan ... 24 6. Rataan panjang malai (cm) pada perlakuan proporsi

pemangkasan dan waktu pemangkasan ... 25 7. Rataan jumlah gabah berisi per malai (bulir) pada perlakuan

proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan ... 26 8. Rataan jumlah gabah total per malai (bulir) pada perlakuan

proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan ... 27 9. Rataan persentase gabah berisi (%) pada perlakuan proporsi

pemangkasan dan waktu pemangkasan ... 28 10. Rataan bobot 1000 gabah (g) pada perlakuan proporsi

pemangkasan dan waktu pemangkasan ... 29 11. Rataan produksi per plot (g) pada perlakuan proporsi

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Hubungan jumlah anakan tidak produktif dengan interaksi antara perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan ... 22 2. Hubungan luas daun bendera dengan interaksi perlakuan proporsi

dan waktu pemangkasan... 23 3. Hubungan panjang malai dengan proporsi pemangkasan ... 25 4. Hubungan jumlah gabah berisi dengan proporsi pemangkasan ... 27 5. Hubungan persentase gabah berisi dengan proporsi

pemangkasan ... 29 6. Hubungan berat 1000 butir gabah dengan interaksi perlakuan

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Data jumlah anakan maksimum (batang) pada umur 9 MST... 41

2. Daftar sidik ragam jumlah anakan maksimum ... 41

3. Data jumlah anakan produktif (batang) pada umur 15 MST... 42

4. Daftar sidik ragam jumlah anakan produktif... 42

5. Data jumlah anakan tidak produktif (batang) pada umur 15 MST... 43

6. Daftar sidik ragam jumlah anakan tidak produktif ... 43

7. Data luas daun bendera (cm2) pada umur 15 MST... 44

8. Daftar sidik ragam luas daun ... 44

9. Data jumlah malai per rumpun (batang) pada umur 16 MST... 45

10. Daftar sidik ragam malai per rumpun... 45

11. Data panjang malai (cm) pada umur 16 MST ... 46

12. Daftar sidik ragam panjang malai... 46

13. Data pengamatan jumlah gabah berisi per malai (bulir) setelah panen... 47

14. Daftar sidik ragam jumlah gabah per malai... 47

15. Data pengamatan jumlah gabah total per malai (bulir) setelah panen... 48

16. Daftar sidik ragam jumlah gabah per malai (bulir) setelah panen... 48

17. Data persentase gabah berisi (%) setelah panen... 49

18. Daftar sidik ragam persentase gabah berisi ... 49

19. Data pengamatan bobot 1000 butir gabah (g) setelah panen... 50

(13)

21. Data produksi gabah per plot (g) setelah panen ... 51

22. Daftar sidik ragam produksi gabah per plot ... 51

23. Bagan penelitian ... 52

24. Bagan tanaman dalam plot ... 53

25. Deskripsi tanaman ... 54

26. Rangkuman uji beda rataan ... 55

27. Rencana kegiatan penelitian ... 56

28. Curah hujan harian... 57

(14)

ABSTRAK

RIA S. H. SIDAURUK: Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Padi Lokal Samosir (Oriza sativa L. var. mega) terhadap Proporsi dan Waktu Pemangkasan.

Dibimbing oleh MARIATI dan ROSITA SIPAYUNG.

Padi lokal memiliki bentuk tanaman yang tinggi sehingga gampang rebah. Untuk itu, suatu penelitian telah dilaksanakan di Kampung Susuk VIII Medan ( 25 m dpl) pada bulan September 2009 – Januari 2010 menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yaitu proporsi pemangkasan (¼, ½, dan ¾ bagian daun) dan waktu pemangkasan (3, 4, dan 5 MST) dengan 3 ulangan. Parameter yang diamati adalah jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, jumlah anakan tidak produktif, luas daun bendera, jumlah malai per tanaman, panjang malai, jumlah gabah berisi, jumlah gabah total per malai, persentase gabah berisi, bobot 1000 butir gabah, dan produksi gabah per plot.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi pemangkasan berpengaruh nyata terhadap panjang malai, luas daun bendera dan jumlah anakan tidak produktif dan persentase gabah berisi. Waktu pemangkasan berpengaruh nyata terhadap jumlah malai per rumpun, jumlah gabah per malai dan jumlah anakan tidak produktif. Interaksi antara perlakuan proporsi dan waktu pemangkasan berpengaruh nyata terhadap bobot 1000 butir gabah, jumlah anakan tidak produktif dan luas daun bendera.

(15)

ABSTRACT

RIA S. H. SIDAURUK: Response of Growth and Yield of Paddy Rice (Oryza sativa L.) on the Pruning Proportion and Pruning Time. Under the supervision of Miss MARIATI and Miss ROSITA SIPAYUNG.

Local paddy have easy to high crop form so that collapse.For that,the research was conducted at Susuk Village, Medan with the altitude + 25 meters above the sea level, from September 2009 to January 2010. The research was used the Factorial Completely Randomized Block Design with 2 factors. The first factor was proportion of pruning (P) with 3 degree e.g. ¼ part of leaf, ½ part of leaf, ¾ part of leaf and the second factor was the time of pruning (W) with 3 degree e.g. 3 week after plant, 4 week after plant, 5 week after plant with 3 replication. The parameters which is noticed were number of maximum tiller, productive tiller, unproductive tiler,wide of flag leaf, number of pod height of flowers sprounting, percentage of filled pod, wight of thousand pod and and yield of each block

The result show that pruning of lwere significantly different on parameters height of flowers sprounting, leaf area indekx, unproductive tiller. Time of pruning were significantly different with parameters plant’s height, and yield of each plant. The interaction between the both of treatmentt increase the dry weight of 1000 seeds, unproductive tiller, and leaf index area

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu kebutuhan primer manusia adalah kebutuhan pangan. Ketersediaan pangan harus sesuai dengan kebutuhan, untuk itu perlu peningkatan produksi pertanian. Semakin bertambahnya penduduk maka kebutuhan pangan semakin meningkat. Sehingga untuk mencukupi kebutuhan tersebut dibutuhkan usaha peningkatan produktivitas padi (Harjadi, 1999).

Asia tetap masih mendominasi dalam bidang produksi, konsumsi dan perdagangan beras dunia. Produksi padi Indonesia mengambil pangsa sekitar 9% dari total produksi dunia. Indonesia negara penghasil beras ke tiga terbesar di dunia, setelah China (30%) dan India (21%). Namun, ke dua negara terakhir adalah net eksportir beras, berbeda dengan Indonesia yang mejadi negara net importir beras sejak akhir 1980an (Sawit, 2007).

Beras memegang peranan penting di dalam ekonomi dan beras secara tidak langsung dapat mempengaruhi bahan-bahan konsumsi lainnya. Beras mempunyai nilai gizi yang tinggi antara lain : protein 8%, lemak 0,6% dan hidrat arang 75%, itulah sebabnya program swasembada beras menjadi sangat penting (Soemartono dkk., 1994).

Ketersediaan beras dalam negeri berasal dari produksi bersih dalam negeri, net impor, dan perubahan stok nasional.Jika ketersediaan stok beras

(17)

untuk 228,50 juta orang, sedangkan konsumsi per kapitanya adalah 137,03 kg/tahun(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2009).

Ada berbagai jenis sumber benih yang sering ditanam oleh petani yaitu varietas lokal dan sebahagian besar varietas unggul. Namun, keberadaan varietas lokal saat ini kurang diperhitungkan karena memiliki penampilan populasi yang beragam seperti bentuk, warna gabah, umur panen yang relatif lama, dan tinggi tanaman. Padahal, varietas lokal memilki adaptasi kesesuaian yang tinggi terhadap daerah tertentu. Varietas lokal perlu dipertahankan dan dilestarikan sebagai kekayaan dan asset plasma nutfah daerah, sekaligus sumber keragaman genetik.

Salah satu jenis varietas lokal adalah adalah Varietas Mega yang memiliki produksi 3,5-4,0 ton per ha dan bentuk gabah kurus dan panjang. Varietas ini termasuk beras merah karena mengandung pigmen alami bawaan berwarna merah. Beras ini mengandung zat besi, vitamin B, protein dan selenium merupakan bagian esensial dari enzim glutation peroksidase. Namun demikian, varietas ini memiliki kelemahan karena memiliki bentuk tanaman yang tinggi yaitu 90-105 cm sehingga rentan terhadap kerebahan. Untuk mencegah kerebahan, petani sering memangkas tanaman ini. Namun, petani belum mengetahui waktu dan proporsi pemangkasan yang tepat serta pengaruhnya tehadap pertumbuhan dan produksi padi.

(18)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh proporsi dan waktu pemangkasan terhadap pertumbuhan dan produksi padi (Oryza sativa L.) varietas lokal mega.

Hipotesa Penelitian

Proporsi pemangkasan, waktu, dan interaksi antara proporsi dan waktu pemangkasan berpengaruh nyata tidak nyata terhadap pertumbuhan dan produksi padi (Oryza sativa L.) varietas lokal mega.

Kegunaan Penelitian

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam divisio Spermatophytae dengan subdivisio Angiospermae, digolongkan ke dalam kelas Monocotyledonae, termasuk ordo Poales dengan famili Graminae serta genus Oryza Linn dan dengan nama spesies Oryza sativa L. Grist (1960).

Tanaman padi memiliki sistem perakaran serabut. Ada dua macam akar yaitu akar seminal yang tumbuh dari akar primer radikula sewaktu berkecambah dan bersifat sementara dan akar adventif sekunder yang bercabang dan tumbuh dari buku batang muda bagian bawah. Akar adventif tersebut menggantikan akar seminal. Akar ini disebut adventif/buku, karena tumbuh dari bagian tanaman yang bukan embrio atau karena munculnya bukan dari akar yang telah tumbuh sebelumnya (Suharno, 2005).

Tanaman padi mempunyai batang yang beruas-ruas. Panjang batang tergantung pada jenisnya. Padi jenis unggul biasanya berbatang pendek atau lebih pendek dari jenis lokal, sedangkan jenis padi yang tumbuh di tanah rawa dapat lebih panjang lagi yaitu, antara 2-6 meter. Rangkaian ruas-ruas pada batang padi mempunyai panjang yang berbeda-beda. Ruas batang padi berongga dan bulat, diantara ruas batang padi terdapat buku, pada tiap-tiap buku duduk sehelai daun

(20)

Ini terjadi sekitar umur 30 hari. Pada tahapan ini, tanaman meningkatkan panjang dan jumlah anakan secara aktif. Peningkatan anakan tersier berlangsung sampai titik tertentu yang dikenal sebagai tahapan jumlah anakan maksimum. Setelah tahapan jumlah anakan maksimum, beberapa anakan mati dan jumlah anakan menurun dan akhirnya jumlah anakan tidak bertambah lagi (Suharno, 2005).

Tanaman yang termasuk jenis rumput-rumputan mempunyai daun yang berbeda-beda, baik bentuk maupun susunan atau bagian-bagiannya. Ciri khas daun pada padi adanya sisik dan telinga daun. Bagian-bagian daun padi adalah helaian daun, pelepah daun, lidah daun (Sugeng, 2002).

Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang malai tergantung varietas padi yang ditanam dan cara bercocok tanam, dan lingkungan. Jumlah cabang pada setiap malai berkisar antara 15-20 buah, yang paling rendah 7 buah cabang, dan yang terbanyak mencapai 30 buah cabang (Rahayu, 2009).

(21)

Gabah atau buah padi adalah ovary yang telah masak, bersatu dengan lemma atau palea. Buah ini merupakan hasil penyerbukan dan pembuahan yang mempunyai bagian-bagian sebagai berikut :

 Embrio (lembaga) : terletak pada bagian lemma. Pada bagian ini terdapat daun lembaga.

 Endorsperm merupakan bagian dari buah/biji padi yang besar. Endosperm terdiri dari dari zat tepung, sedang selaput protein melingkupi zat tepung tesebut

 Bekatul merupakan bagian buah padi yang berwarna coklat.

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, rata-rata 200 mm/bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. Sedangkan curah hujan yang dikehendaki pertahun sekitar 1500-2000 mm. curah hujan yang baik akan membawa dampak positif dalam pengairan (AAK, 1990).

Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 23 oC ke atas, sedangkan di Indonesia pengaruh suhu tidak terasa, sebab suhunya harus konstan sepanjang tahun. Adapun salah satu pengaruh suhu terhadap tanaman padi yaitu kehampaan pada biji (Suparyono dan Setyono, 1993).

(22)

650 – 1500 meter dengan suhu antara 22,5-18,7 oC masih cocok untuk tanaman padi (Sugeng, 2002).

Tanaman padi memerlukan sinar matahari. Hal ini sesuai dengan syarat tumbuh tanaman padi yang hanya dapat hidup di daerah berhawa panas. Disamping itu, sinar matahari diperlukan untuk belangsungnya proses fotosintesis, terutama pada saat tanaman berbunga sampai proses pemasakan buah. Proses pembungaan dan kemasakan buah yang berkaitan erat dengan intensitas penyinaran dan keadaan awan (

Angin mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap tanaman padi. Pengaruh positifnya terutama pada proses penyerbukan dan pembuahan. Tetapi angin juga berpengaruh negatif, karena penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau jamur dapat ditularkan oleh angin, dan apabila terjadi angin kencang pada saat tanaman berbunga, buah dapat menjadi hampa dan tanaman roboh. Hal ini akan lebih terasa lagi apabila penggunaan pupuk N berlebihan, sehingga tanaman tumbuh terlalu tinggi (

Musim berhubungan erat dengan hujan, yang berperan di dalam penyediaan air, dan hujan dapat berpengaruh terhadap pembentukan buah sehingga sering terjadi bahwa penanaman padi pada musim kemarau mendapatkan hasil yang lebih tinggi daripada penanaman padi pada musim hujan, dengan catatan pengairan baik (Siregar, 1981).

Tanah

(23)

mempunyai ketebalan antara 10-30 cm dengan warna tanah coklat sampai kehitam-hitaman, tanah tersebut gembur. Pada lapisan ini terdapat bunga tanah, sehingga tanah berwarna coklat kehitam-hitaman. Kandungan air dan udara di dalam pori-pori tanah masing-masing 25% (AAK, 1990).

Di dalam udara terkandung zat asam yang diperlukan untuk pernafasan, terutama untuk akar. Udara akan mengisi pori-pori tanah bersama dengan air yang siap dimanfaatkan oleh akar tanaman. Keseimbangan antara udara dan air sangat diperlukan bagi tanah pertanian, sebab tanah yang kekurangan air atau udara tidak baik bagi tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Padi gogo harus ditanam di lahan yang berhumus, struktur remah dan cukup mengandung air dan udara. Memerlukan ketebalan tanah 25 cm, tanah yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus, berlempung halus sampai tanah kasar dan air yang tersedia diperlukan cukup banyak. Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika ada harus < 50%. Keasaman tanah bervariasi dari 4,0 sampai 8,0 (Rahayu, 2009).

Pemangkasan

Menurut Langer dalam Gardner, dkk. (1991) bahwa pertumbuhan tunas-tunas biasanya terjadi karena beberapa faktor yang salah satunya adalah dikarenakan terangsang oleh perlakuan pemangkasan. Dan tindakan pemotongan ini agar tidak menyebabkan pengaruh yang besar terhadap kandungan karbohidrat pada batang maka harus tetap mempertahankan tinggi pemangkasan yang optimum.

(24)

pemupukan yang cukup. Salah satu unsur hara yang penting dalam pertumbuhan tersebut adalah Nitrogen. Unsur ini merupakan komponen utama dalam sintesis protein, sehingga sangat dibutuhkan dalam fase vegetatif tanaman, khususnya dalam proses pembelahan sel. Tanaman yang cukup mendapatkan dan mengandung nitrogen memperlihatkan daun yang hijau tua dan lebar, fotosintesis berjalan dengan baik serta pertumbuhannya pesat, maka nitrogen adalah faktor penting untuk produktivitas tanaman. Akan tetapi kelebihan nitrogen mengakibatkan pertumbuhan vegetatif yang sangat pesat, tanaman menjadi rimbun sehingga pembuahan terlambat dan umumnya tanaman mudah terserang hama dan penyakit (Tisdale and Nelson, 1993).

Nadal, A. M. dan V. R. Caragal (1979) menyatakan pembentukan anakan tergantung dari dua faktor yaitu faktor keturunan (faktor dalam) dan faktor luar..

Pemangkasan tanaman padi pada sistem tanam benih langsung (tabela) di sawah tadah hujan dapat memberi peningkatan hasil panen. Model temuan petani di kawasan timur laut Thailand itu sudah dikonfirmasi oleh lembaga penelitian padi Thailand melalui studi yang dibantu IRRI

(25)

pertumbuhan bunga dan buah, (3) menyuburkan dan menyehatkan, (4) memperpanjang usia sekaligus meremajakan (Cherry dan Don, 2009).

Tinggi rendahnya batang tanaman juga adalah sifat atau ciri yang mempengaruhi daya hasil varietas. Dengan tubuhnya yang panjang dan jangkung pada tanaman padi, intensitas sinar matahari yang menembus kanopy (tajuk) pertanaman ke bagian bawah pertanaman di atas permukaan tanah akan jauh berkurang. Sifat-sifat ketahanan terhadap tumbang/rebah sesungguhnya adalah sifat yang utama sekali seharusnya dimiliki oleh setiap varietas padi, terlebih-lebih jika varietas itu akan ditanam pada tanah-tanah yang subur, baik kesuburannya itu merupakan kesuburan alam atau disebabkan oleh karena pemberian pupuk. Untuk dipertanamkan pada tanah-tanah yang kaya akan zat hara yang diperlakukan tanaman padi, terutama jika tanah itu kaya akan zat hara N (nitrogen), penggunaan varietas-varietas yang tahan tumbang adalah suatu keharusan, oleh karena zat hara N tersebut sangat merangsang pertumbuhan vegetatif yang terlalu subur itu akan merangsang pertanaman untuk tumbang/rebah (Siregar, 1981).

(26)

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampung Susuk VIII Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter dari permukaan laut, yang dimulai dari bulan September 2009 sampai dengan Januari 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih padi varietas Mega yang berasal dari petani padi Samosir, pupuk urea (300 kg/ha), TSP (100 kg/ha), dan KCl (50 kg/ha) sebagai pupuk dasar anjuran, insektisida Spontan 400 SL dan fungisida Dithane M-45 untuk memberantas hama dan penyakit.

Alat yang digunakan adalah cangkul untuk mengolah tanah, gembor untuk menyiram tanaman, handsprayer untuk mengaplikasikan insektisida dan herbisida; meteran untuk mengukur lahan; tali plastik, jejaring dan bambu untuk menutupi lahan dari burung pemakan padi; pacak sampel untuk menandai sampel; papan perlakuan untuk menandai perlakuan, plakat nama sebagai penanda penelitian; timbangan untuk menimbang pupuk dan bobot kering padi; alat tulis dan kalkulator untuk menghitung data, dan alat lain yang dibutuhkan dalam penelitian.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu :

(27)

P2= Pemangkasan ½ bagian daun P3= Pemangkasan ¾ bagian daun

Faktor 2 : Waktu Pemangkasan (W) dengan 3 taraf, yaitu: W1 = 3 minggu setelah tanam (MST)

W2 = 4 MST

W3 = 5 MST

Kontrol= Tanpa pemangkasan (hanya sebagai pembanding) Sehingga didapat 9 kombinasi :

P1W1 P2W1 P3W1

P1W2 P2W2 P3W2

P1W3 P2W3 P3W3

Jumlah perlakuan kombinasi : 9 + 1 Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah Plot : 27 plot

Jumlah tanaman per plot : 20 tanaman Jumlah tanaman sampel per plot : 4 tanaman Jumlah tanaman sample seluruhnya : 120 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 540 tanaman

Model linear yang digunakan adalah sidik ragam linear Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial sebagai berikut

:

Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

dimana :

Yijk : Hasil pengamatan dari blok ke-i dengan perlakuan Proporsi

(28)

μ : Nilai tengah perlakuan. ρi : Efek blok ke – i.

αj : Efek perlakuan Proporsi Pemangkasan pada taraf ke – j.

βk : Efek perlakuan Waktu Pemangkasan pada taraf ke – k.

(αβ)jk : Efek interaksi Proporsi Pemangkasan pada taraf ke – j dan Waktu

Pemangkasantaraf ke-k pada blok ke-i

εijk : Efek galat yang disebabkan Proporsi Pemangkasan pada taraf ke j

dan waktu Pemangkasan pada taraf ke – k.

(29)

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan lahan

Areal dibersihkan dari gulma, kemudian plot penelitian dibuat dengan

ukuran 120 cm x 95 cm dengan jarak antar plot 20 cm dan jarak antar ulangan 50 cm.

Persiapan benih

Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dilakukan pemilihan terhadap benih yang akan ditanam, dengan cara benih padi direndam dengan air selama 15 menit. Benih yang digunakan adalah benih yang terbenam atau bernas sedangkan benih yang terapung dibuang.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan sistem tabela (tanam benih langsung). Lubang tanam dibuat dengan alat tugal dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm. Kedalaman lubang tanam antara 3-4 cm dan tiap lubang diisi dengan delapan benih. Setelah benih ditanam lubang tanam ditutup dengan tanah gembur kemudian disiram dengan air sampai lembab.

Pemupukan

(30)

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Untuk menjaga ketersediaan air dan kelembaban pada tanah dilakukan penyiraman. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan.

Penjarangan

Penjarangan tidak dilakukan karena semua tanaman yang terdapat pada tiap lubang tanam dibiarkan tumbuh.

Penyiangan

Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tumbuhan pengganggu (gulma). Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali sampai menjelang keluarnya bunga.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit pada padi dilakukan dengan cara menyemprotkan fungisida Dithane M-45 (2 g/l) pada saat tanaman berumur 2 MST dan insektisida Spontan 400 SL dengan dosis 3 ml/l untuk memberantas serangan belalang pada saat tanaman berumur 9 dan 12 MST disekitar areal penelitian.

Pemangkasan

(31)

pada daun. Waktu pemangkasan dilakukan sesuai perlakuan yaitu 3 MST, 4 MST dan 5 MST

Pengamatan Parameter

Jumlah anakan maksimum (batang)

Jumlah anakan maksimum adalah jumlah anakan padi yang terbentuk sampai menjelang panen. Jumlah anakan dihitung seminggu sekali setelah tanaman berumur 2 minggu sampai 8 MST.

Jumlah anakan produktif (batang)

Jumlah anakan produktif adalah jumlah anakan sampel yang menghasilkan malai yang memiliki gabah, dihitung setelah tanaman membentuk malai (jumlah anakan sudah tetap) yaitu 3 hari sebelum panen.

Jumlah anakan tidak produktif (batang)

Jumlah anakan tidak produktif adalah jumlah anakan yang tidak menghasilkan malai dan anakan yang menghasilkan malai yang tidak menghasilkan gabah, dihitung 3 hari sebelum panen.

Luas daun bendera

Daun bendera adalah daun teratas di bawah malai yang mempunyai panjang daun terpendek dan dengan lebar daun yang terbesar. Pengukuran ini dilakukan 2 hari menjelang panen

Luas daun = panjang x lebar Jumlah malai per rumpun

(32)

Panjang malai (cm)

Panjang malai diukur dari pangkal malai hingga ke ujung malai, diukur pada saat panen.

Jumlah gabah berisi per malai (butir)

Perhitungan dilakukan dengan menghitung gabah berisi yang terdapat pada tiap malai.

Jumlah gabah total per malai (butir)

Perhitungan dilakukan dengan mengambil dan menghitung semua gabah yang terdapat pada satu malai, baik yang gabah berisi maupun gabah kosong. Persentase gabah berisi (%)

Perbandingan antara jumlah gabah berisi dari semua malai yang terdapat pada satu rumpun dengan total gabah pada semua gabah tersebut malai.

Persentase gabah berisi =

kosong

Bobot 1000 butir gabah (g)

Bobot 1000 butir gabah diperoleh dari hasil penimbangan 1000 butir gabah yang sudah kering.

Produksi gabah per plot (g)

Produksi gabah per plot dihitung dengan menghitung berat seluruh gabah yang terdapat pada satu plot yang memiliki kadar air 16 %. Kadar air dihitung menggunakan metode oven, dengan rumus.

(33)

Setelah itu dihitung produksi gabah per hektar. Biasanya, dari 1 ha luas lahan yang ditanami yaitu 90 % karena 10 % untuk parit dan gawangan dihitung dengan rumus.

Produksi 1 ha =

plot 1 Luas

(10000) %

10 -ha 1

x Produksi per Plot%

Panen

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan proporsi pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, jumlah malai per rumpun, jumlah gabah berisi, jumlah gabah per malai, persentase gabah berisi, berat 1000 butir gabah kering, dan produksi gabah per plot, tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan tidak produktif, luas daun bendera, panjang malai, dan persentase gabah berisi. Perlakuan waktu pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, panjang malai, luas daun bendera, jumlah gabah berisi, persentase gabah berisi, berat 1000 butir gabah, dan produksi gabah per plot tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan tidak produktif jumlah malai per rumpun, dan jumlah gabah per malai. Interaksi antara perlakuan proporsi dan waktu pemangkasan berpengaruh nyata terhadap bobot 1000 butir gabah, jumlah anakan tidak produktif dan luas daun bendera.

Jumlah anakan maksimum (batang)

Dari daftar sidik ragam pada Lampiran 1 dan 2 dapat dilhat bahwa perlakuan proporsi pemangkasan, waktu pemangkasan, dan interaksi antara proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan, berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan maksimum.

(35)

Tabel 1. Rataan jumlah anakan maksimum (batang) pada perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan

Waktu pemangkasan (MST) Proporsi pemangkasan

(bagian daun) W1 = 3 W2 = 4 W3 = 5 Rataan

P1 = 1/4 29,33 28,58 25,67 27,86

P2 = 1/2 27,75 27,92 23,83 26,50

P3 = 3/4 25,92 24,58 26,00 25,50

Rataan 27,67 27,03 25,17

Walau analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan proporsi pemangkasan, waktu pemangkasan, serta interaksi perlakuan proporsi dan waktu pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan maksimum, namun dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa makin banyak bagian daun dipangkas dan makin lama waktu pemangkasan, maka makin sedikit anakan yang terbentuk.

Jumlah anakan produktif (batang)

Data pengamatan jumlah anakan produktif dan daftar sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4 yang menunjukkan bahwa perlakuan proporsi pemangkasan,dan waktu pemangkasan, serta interaksi antara perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan produktif.

Tabel jumlah anakan produktif pada perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan dapat disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan jumlah anakan produktif (batang) pada perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan

Waktu pemangkasan (MST) Proporsi pemangkasan

(36)

Meskipun secara statistik perlakuan proporsi pemangkasan, waktu pemangkasan, serta interaksi perlakuan proporsi dan waktu pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan produktif, namun jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemangkasan (kontrol) jumlah anakan produktif tertinggi dihasilkan oleh perlakuan P1 yaitu 15,22 dan W2 yaitu 13,9, dan yang terendah dihasilkan oleh perlakuan tanpa pemangkasan hanya 11,5 batang.

Jumlah anakan tidak produktif (batang)

Dari data pengamatan jumlah anakan tidak produktif dan daftar sidik ragam pada Lampiran 5 dan 6 menunjukkan bahwa baik perlakuan proporsi pemangkasan, waktu pemangkasan, maupun interaksi antara perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan tidak produktif.

Rataan jumlah anakan tidak produktif pada perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan jumlah anakan tidak produktif (batang) pada perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan

Waktu pemangkasan (MST)

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan beda nyata dengan uji DMRT 5 %.

(37)

jumlah anakan tidak produktif tertinggi terdapat pada perlakuan W1 yaitu 5,46 dan terendah pada W2 yaitu 3,94 yang berbeda tidak nyata dengan W3. Untuk interaksi proporsi dan waktu pemangkasan tertinggi, jumlah anakan tidak produktif tertinggi terdapat pada perlakuan P1W1 yaitu 6,20 dan terendah pada perlakuan P1W2 yaitu 3,33.

Hubungan jumlah anakan tidak produktif dengan interaksi antara perlakuan proporsi dan waktu pemangkasan dalam bentuk histogram dapat dilihat pada Gambar 1

Gambar 1. Hubungan jumlah anakan tidak produktif dengan interaksi antara perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan Luas daun bendera (cm2)

Data pengamatan luas daun bendera dan daftar sidik ragam pada Lampiran 7 dan 8 menunjukkan bahwa perlakuan proporsi pemangkasan, waktu pemangkasan, serta interaksi antara perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan berpengaruh nyata terhadap luas daun bendera.

(38)

Tabel 4. Rataan luas daun bendera (cm2) pada perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan

Waktu pemangkasan (MST) Rataan

Proporsi pemangkasan

(bagian daun) W1 = 3 W2 = 4 W3 = 5

P1 = 1/4 38,59 b 25,71 d 38,30 b 34,20 b

P2 = 1/2 27,26 cd 28,80 c 28,96 c 28,34 c

P3 = 3/4 43,14 a 38,30 b 37,70 b 39,72 a

Rataan 36,33 a 30,94 b 34,99 a

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan beda nyata dengan uji DMRT 5 %.

Luas daun bendera tertinggi dihasilkan oleh perlakuan P3 yaitu 39.72, dan terendah oleh P2 yaitu 28,34, sedangkan untuk perlakuan waktu pemangkasan, luas daun bendera tertinggi dihasilkan oleh perlakuan W1 yaitu 36.33, dan terendah oleh W2 yaitu 30.94. Interaksi proporsi dan waktu pemangkasan luas daun bendera tertinggi terdapat pada perlakuan P3W1 yaitu 43.14 dan terendah pada perlakuan P1W2 yaitu 25.71.

Hubungan luas daun bendera dengan interaksi antara perlakuan proporsi dan waktu pemangkasan dalam bentuk histogram dapat dilihat pada Gambar 2.

(39)

Jumlah malai per rumpun (batang)

Hasil pengamatan jumlah malai per rumpun dan daftar sidik ragam pada Lampiran 9 dan 10 menunjukkan bahwa baik perlakuan proporsi pemangkasan, waktu pemangkasan, maupun interaksi antara perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah malai per rumpun.

Rataan jumlah malai per rumpun pada perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan jumlah malai per rumpun (batang) pada perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan

Meskipun analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan proporsi pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah malai per rumpun, namun dari Tabel 5 terlihat bahwa makin sedikit bagian daun yang dipangkas maka jumlah malai per rumpun yang dihasilkan juga makin banyak, sedangkan jumlah malai per rumpun tertinggi terdapat pada pemangkasan 4 MST.

Panjang malai (cm)

Dari Lampiran 11 dan 12 dapat dilihat bahwa perlakuan proporsi pemangkasan berpengaruh nyata terhadap panjang malai, sedangkan perlakuan waktu pemangkasan, dan interaksi antara proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap panjang malai.

Waktu pemangkasan (MST) Rataan

(40)

Rataan panjang malai pada perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan panjang malai (cm) pada perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan

Waktu pemangkasan (MST)

Proporsi pemangkasan

(bagian daun) W1 = 3 W2 = 4 W3 = 5 Rataan

P1 = 1/4 24,50 24,81 24,87 24,72 a

P2 = 1/2 24,60 24,25 23,43 24,10 b

P3 = 3/4 24,51 24,86 23,88 24,42 ab

Rataan 24,54 24,64 24,06

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan beda nyata dengan uji DMRT 5 %.

Tabel 6 menunjukkan bahwa panjang malai tertinggi pada perlakuan proporsi pemangkasan terdapat pada P1 yaitu 24.72dan terendah pada P2 yaitu 24.10, sedangkan untuk perlakuan waktu pemangkasan, panjang malai tertinggi terdapat pada perlakuan W2 yaitu 24.64 dan terendah pada W3 yaitu

24.06. Untuk interaksi proporsi dan waktu pemangkasan tertinggi terdapat pada

perlakuan P1W3 yaitu 24.87 dan terendah pada perlakuan P2W3 yaitu 23.43. Hubungan antara panjang malai dengan proporsi pemangkasan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan panjang malai dengan proporsi pemangkasan

(41)

Jumlah gabah berisi per malai (bulir)

Hasil pengamatan jumlah gabah berisi per malai dan daftar sidik ragam pada Lampiran 13 dan 14 yang menunjukkan bahwa baik perlakuan proporsi pemangkasan, waktu pemangkasan, maupun interaksi perlakuan antara proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah gabah berisi per malai.

Rataan jumlah gabah berisi per malai pada perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan jumlah gabah berisi per malai (bulir) pada perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan

Waktu pemangkasan (MST)

Jumlah gabah berisi per malai tertinggi dihasilkan oleh perlakuan P1 yaitu 73.02 dan terendah pada P2 yaitu 66.04, sedangkan untuk perlakuan waktu pemangkasan, jumlah gabah berisi per malai tertinggi pada perlakuan W2 yaitu 74.15 dan terendah pada W1 yaitu 65.33, sedangkan jumlah gabah berisi per malai interaksi proporsi dan waktu pemangkasan tertinggi terdapat pada perlakuan P1W2 yaitu 77.22 dan terendah pada perlakuan P2W1 yaitu 61.04.

(42)

Gambar 4. Hubungan jumlah gabah berisi per malai dengan proporsi pemangkasan

Jumlah gabah total per malai (bulir)

Pada Lampiran 15 dan 16 menunjukkan bahwa perlakuan proporsi pemangkasan, dan waktu pemangkasan, serta interaksi antara proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah gabah per malai.

Rataan jumlah gabah per malai pada perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan jumlah gabah total per malai (bulir) pada perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan

Waktu pemangkasan (MST) Proporsi pemangkasan

(bagian daun) W1 = 3 W2 = 4 W3 = 5

Rataan

P1 = 1/4 85,96 99,51 83,38 89,61

P2 = 1/2 78,25 83,21 80,92 80,79

P3 = 3/4 78,18 85,82 83,17 82,39

Rataan 80,80 89,51 82,49

(43)

Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah gabah total per malai tertinggi dihasilkan oleh proporsi pemangkasan terdapat pada P1 yaitu 89,61, dan terendah pada P2 yaitu 80,79, sedangkan jumlah gabah total per malai tertinggi untuk perlakuan waktu pemangkasan terdapat pada perlakuan W2 yaitu 89,51 dan terendah padaW1 yaitu 80,80.

Persentase gabah berisi (%)

Hasil pengamatan persentase gabah berisi dan daftar sidik ragam pada Lampiran 17 dan 18 menunjukkan bahwa perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap persentase gabah berisi, sedangkan interaksi antara proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan berpengaruh nyata terhadap persentase gabah berisi.

Data persentase gabah berisi pada perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan persentase gabah berisi (%) pada perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan

Waktu pemangkasan (MST)

(44)

pemangkasan tertinggi terdapat pada P1W3 yaitu 88.22 dan terendah pada perlakuan P2W1 yaitu 69.00.

Hubungan antara persentase gabah berisi dengan proporsi pemangkasan dapat dilihat dalam Gambar 5.

Gambar 5. Hubungan persentase gabah berisi dengan proporsi pemangkasan

Bobot 1000 gabah (g)

Dari Lampiran 19 dan 20 dapat dilihat bahwa perlakuan proporsi pemangkasan, waktu pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 1000 gabah, sedangkan interaksi antara perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan berpengaruh nyata terhadap bobot 1000 gabah.

Rataan bobot 1000 gabah pada perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan bobot 1000 gabah (g) pada perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan

Waktu pemangkasan (MST) Proporsi pemangkasan

(bagian daun) W1 = 3 W2 = 4 W3 = 5 Rataan

P1 = 1/4 25,60 ab 25,73 a 26,13 a 25,82

P2 = 1/2 24,63 b 26,10 a 25,30 ab 25,34

P3 = 3/4 26,30 a 25,47 ab 25,43 ab 25,73

Rataan 25,51 25,77 25,62

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT 5 %.

(45)

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa bobot 1000 gabah tertinggi oleh perlakuan proporsi pemangkasan terdapat pada P1 yaitu 25.82, dan terendah pada P2 yaitu 25.34, dan bobot 1000 gabah tertinggi pada perlakuan waktu pemangkasan terdapat pada W2 yaitu 25.77 dan terendah pada W1 yaitu 25.51, sedangkan bobot 1000 gabah tertinggi pada perlakuan interaksi perlakuan proporsi dan waktu pemangkasan pada P3W1 yaitu 26.30 dan terendah pada perlakuan P2W1 yaitu 24.63.

Histogram interaksi antara proporsi dan waktu pemangkasan dapat dilihat dalam Gambar 6.

Gambar 6. Hubungan bobot 1000 gabah dengan interaksi proporsi dan waktu pemangkasan

Produksi per plot (g)

Hasil pengamatan produksi per plot dan daftar sidik ragam pada Lampiran 21 dan 22 menunjukkan bahwa baik perlakuan proporsi pemangkasan, waktu pemangkasan, maupun interaksi antara proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan produktif.

(46)

Tabel 11. Rataan produksi per plot (g) pada perlakuan proporsi pemangkasan dan

Rataan 586,48 534,06 572,89

Kontrol 479.23

Walau secara statistik perlakuan proporsi pemangkasan, waktu pemangkasan, serta interaksi perlakuan proporsi dan waktu pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per plot, namun jika dibandingkan dengan tanpa pemangkasan (kontrol), pemangkasan ¾ bagian daun meningkatkan produksi per plot sebanyak 18,61 % yaitu 588,87 g dan W1 yaitu 18,28 % atau 586,48 g.

Bila kita konfersikan ke hektar, maka didapat rataan produksi per hektar yang dapat kita lihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rataan produksi per ha (ton) pada perlakuan proporsi pemangkasan dan waktu pemangkasan

Proporsi pemangkasan Waktu pemangkasan (MST)

(bagian daun) W1 = 3 W2 = 4 W3 = 5 Rataan

P1 = 1/4 4.49 4.14 4.72 4.45

P2 = 1/2 4.15 4.17 4.49 4.27

P3 = 3/4 5.26 4.33 4.36 4.65

Rataan 4.63 4.22 4.52   

Kontrol = 3,78 ton/ha

(47)

menghasilkan 4,63 ton per hektarnya. Kombinasi perlakuan yang paling baik yaitu P3W1 yaitu 5,26 ton per hektar.

Pembahasan

Tanggap pertumbuhan dan produksi padi lokal Samosir (Oriza sativa L. var. mega) terhadap Proporsi pemangkasan

Walau secara statistik perlakuan proporsi pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan produktif, namun ada kecenderungan semakin banyak proporsi pemangkasan, maka semakin banyak anakan produktif. Begitu juga, semakin banyak anakan produktif maka akan semakin sedikit jumlah anakan tidak produktif, dimana perlakuan P3 menghasilkan jumlah anakan tidak produktif tertinggi 4,67 batang dan terendah pada P2 4,10 batang. Hal ini karena pemangkasan tanaman yang melebihi batas yang sebenarnya, sehingga setelah pemangkasan tanaman aktif menghasilkan anakan tersier yang sebahagian mati dan sebahagian besar tidak akan produktif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gardner, dkk. (1991) bahwa pertumbuhan tunas-tunas biasanya terjadi karena beberapa faktor yang salah satunya adalah dikarenakan terangsang oleh perlakuan pemangkasan. Dan tindakan pemotongan ini agar tidak menyebabkan pengaruh yang besar terhadap kandungan karbohidrat pada batang maka harus tetap mempertahankan tinggi pemangkasan yang optimum.

(48)

jangkung yang nantinya akan menyebabkan kerebahan. Dengan demikian intensitas sinar matahari akan masuk ke kanopi. Ini berlaku terutama pada varietas yang memiliki postur tanaman yang tinggi, salah satunya varietas lokal. Hal ini sejalan dengan pernyataan Siregar (1981) yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya batang tanaman juga adalah sifat atau ciri yang mempengaruhi daya hasil varietas. Dengan tubuhnya yang panjang dan jangkung pada tanaman padi, intensitas sinar matahari yang menembus tajuk pertanaman ke bagian bawah pertanaman di atas permukaan tanah akan jauh berkurang.

Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan proporsi pemangkasan berpengaruh nyata terhadap panjang malai dimana rataan tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu 24.72 cm dan terendah pada P2 yaitu 24.10 cm. Hal ini karena dengan proporsi pemangkasan ¼ bagian daun, maka tanaman akan mengalami etiolasi. Hal ini karena sinar matahari tidak dapat diterima secara optimal oleh seluruh daun. Padahal, sinar matahari sangat diperlukan pada proses fotosintesis. Hal ini sesuai pernyataan memerlukan sinar matahari. Hal ini sesuai dengan syarat tumbuh tanaman padi yang hanya dapat hidup di daerah berhawa panas. Disamping itu, sinar matahari diperlukan untuk belangsungnya proses fotosintesis, terutama pada saat tanaman berbunga sampai proses pemasakan buah. Proses pembungaan dan kemasakan buah yang berkaitan erat dengan intensitas penyinaran dan keadaan awan.

(49)

daun, maka daun lebih luas sehingga hasil fotosintesis lebih banyak. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dwidjoseputro (1980) bahwa pemangkasan merupakan upaya perawatan yang mengacu pada manfaat atau tujuan tertentu: (1) mengatur dan mengarahkan pertumbuhan, (2) merangsang pertumbuhan bunga dan buah, (3) menyuburkan dan menyehatkan, (4) memperpanjang usia sekaligus meremajakan.

Walau secara statistik perlakuan proporsi pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per plot, namun jika dibandingkan dengan tanpa pemangkasan (kontrol), pemangkasan ¾ bagian daun meningkatkan produksi per plot sebanyak 18,61 % .Hal ini karena dengan pemangkasan, maka intensitas sinar matahari dapat menembus kanopi sehingga fotosintesis dapat berjalan secara optimal. Dengan demikian, maka dapat meningkatkan produksi. Hal sejalan dengan pernyataa pemangkasan tanaman padi pada sistem tanam benih langsung di sawah tadah hujan dapat memberi peningkatan hasil panen.

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Padi Lokal Samosir (Oriza sativa L. var. mega) terhadap Waktu Pemangkasan

(50)

tanaman. Sehingga, dengan pemangkasan pada umur tersebut, merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman. Hal ini sejalan dengan pernyataan Suharno (2005) yang menyatakan bahwa anakan sekunder ini pada gilirannya akan menghasilkan anakan tersier. Ini terjadi sekitar umur 30 hari. Pada tahapan ini, tanaman meningkatkan panjang dan jumlah anakan secara aktif. Peningkatan anakan tersier berlangsung sampai titik tertentu yang dikenal sebagai tahapan jumlah anakan maksimum.

Analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan waktu pemangkasan berpengaruh nyata terhadap parameter luas daun bendera tertinggi terdapat pada perlakuan W1 yaitu 36.33 dan terendah pada W2 yaitu 30.94. Hal ini karena pada umur 3 MST, masa pertumbuhan cepat tanaman padi. Sehingga daun nya juga panjang. Ini juga erat hubungannya dengan varietas tanaman dimana pada varietas lokal memiliki daun yang lebih tinggi.

Analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan waktu pemangkasan berpengaruh nyata terhadap jumlah malai per rumpun dimana rataan tertinggi terdapat pada perlakuan W2 (20.47 batang) dan terendah pada W1 (13.9 batang). Hal ini karena pada umur setelah 4 minggu merupakan masa pertumbuhan vegetatif karena setelah itu tanaman akan memasuki fase generatif. Dengan demikian, maka hasil fotosintesis akan difokuskan pada perkembangan selanjutnya, salah satunya adalah jumlah malai per rumpun.

Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Padi Lokal Samosir (Oriza sativa L. var. mega) terhadap Interaksi antara Proporsi dan

Waktu Pemangkasan

(51)

jumlah anakan produktif dan jumlah anakan tidak produktif, namun bila kita bandingkan dengan kontrol dimana jumlah anakan produktif yaitu 11,5 batang dapat kita lihat bahwa jumlah anakan produktif berbanding terbalik dengan jumlah anakan tidak produktif. Jumlah anakan produktif tertinggi terdapat pada perlakuan P1W2 dan terendah pada P3W1, sedangkan jumlah anakan tidak produktif tertinggi terdapat pada perlakuan P1W1 yang tidak berbeda nyata dengan P3W1 dan terendah pada P1W2. Hal ini dikarenakan dengan pemangkasan maka akan merangsang pembentukan tunas atau anakan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Gardner, dkk. (1991) bahwa pertumbuhan tunas-tunas biasanya terjadi karena beberapa faktor yang salah satunya adalah dikarenakan terangsang oleh perlakuan pemangkasan.

Analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan interaksi antara proporsi dan waktu pemangkasan berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah anakan tidak produktif dimana rataan tertinggi terdapat pada perlakuan P1W1 (6.20 batang) dan terendah pada perlakuan P1W2 (3.33 batang). Hal ini karena pada umur 3 MST merupakan masa pertumbuhan vegetatif tanaman padi, sehingga pemangkasan sebahagian kecil daun tanaman padi akan merangsang pembentukan anakan sekunder dan tersier, dimana kebanyakan anakan tersier ini akan mati. Namun, bila bertahan sampai panen maka anakan ini kebanyakan tidak produktif.

(52)

pemangkasan daun, pertmbuhan diarahkan pada pembentukan daun yang nantinya dapat merangsang pertumbuhan bunga dan buah. Hal ini sesuai pernyataan Dwidjoseputro (1980) bahwa selain memperindah dan menyeimbangkan bentuk tanaman, pada dasarnya pemangkasan merupakan upaya perawatan yang mengacu pada manfaat atau tujuan tertentu: (1) mengatur dan mengarahkan pertumbuhan, (2) merangsang pertumbuhan bunga dan buah, (3) menyuburkan dan menyehatkan, (4) memperpanjang usia sekaligus meremajakan.

Perlakuan interaksi antara proporsi dan waktu pemangkasan berpengaruh nyata terhadap parameter bobot 1000 butir gabah dimana rataan tertinggi terdapat pada interaksi perlakuan proporsi dan waktu pemangkasan tertinggi terdapat pada perlakuan P3W1 yaitu 26.30 dan terendah pada perlakuan P2W1 yaitu 24.63. Hal ini dikarenakan dengan pemangkasan sebahagian besar daun, maka tanaman akan aktif dalam pertumbuhan daun. Ini juga didukung oleh sinar matahari yang dapat menembus kanopi sehingga fotosintesis juga akan lebih optimal, sehingga bulir yang dihasilkan juga akan lebih besar. Hal ini sesuai pernyataan Cherry dan Don (2009) yang menyatakan banyak daun berarti banyak hasil fotosintesis.

(53)
(54)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Interaksi antara perlakuan proporsi dan waktu pemangkasan berpengaruh nyata terhadap bobot 1000 butir gabah, jumlah anakan tidak produktif dan luas daun bendera.

2. Proporsi pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, jumlah malai per rumpun, jumlah gabah per malai, persentase gabah berisi, dan produksi gabah per plot tetapi berpengaruh nyata terhadap panjang malai, luas daun bendera dan persentase gabah berisi.

3. Perlakuan waktu pemangkasan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, panjang malai, persentase gabah berisi, berat 1000 butir gabah, dan produksi gabah per plot, namun berpengaruh nyata terhadap jumlah malai per rumpun, jumlah gabah per malai..

4. Produksi per plot tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan P3W1 yaitu 665.87 g dan terendah pada P1W2 yaitu 524,53 g.

5. Pemangkasan ¾ bagian daun dapat meningkatkan 18,61 % gabah per plot dibandingkan tanpa pemangkasan, sedangkan pemangkasan pada saat 3 MST dapat meningkatkan hasil sebesar 18,28 %.

6. Produksi gabah dengan perlakuan pemangkasan yaitu 4456.374 kg per hektar.

Saran

(55)

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Jakarta.

Cherry, H. dan Don WS, 2009. Manfaat Pemangkasan. Dikutip dari:

Dwidjoseputro, D., 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta. Elliot, R dan W. D Widodo. 1996. Pedoman Praktis Pemangkasan Tanaman.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Gardner, F.P., R. Brent Pearce, Poger R. Michael. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya, Penterjemah Herawati Susilo. UI Press. Jakarta.

Gomez, A. K. dan A. A. Gomez., 1995. Prosedur Stastistik untuk Penelitian Pertanian. UI-Press. Jakarta.

Goldsworthy, P. R. and N. M. Fisher. 1984. The Physiology Of Tropical Field Crops.John Wiley &Sons, Ltd.

Grist, D.H., 1960. Rice Formerly Agricultural Economist, Colonial Agricultural Service, Malaya. Longmans Green and Co Ltd : London.

Harjadi, SS. 1999. Pengantar Agronomi.Gramedia Pustaka. Jakarta. http://www.Blogdetik.com. 2009. Introduksi Inovasi Budidaya Padi Gogo

15 Juli 2009.

24 Juni 2009.

24 Juni 2009.

http://www.pustaka-deptan.go.id. 2009. pdf.padi 24 Juni 2009.

Luh, B. S., 1991. Rice. Second Edition. Van Nostrand Reinhold. New York. Nadal, A.M., and V.R. Carangal. 1979. Perfomance of The Main and Ratoon

Crops of 13 Anvanced Rice Selections Under Dry Seeded Rainfed Bunded Conditions. Philipp. J. Crop Sci. 4 (2/3) : 95-101.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2009. Peningkatan Produksi Padi Menuju 2020. Dikutip dari: 2009 24 Juni 2009.

(56)

Rosmarkam, A dan H. W. Yuwono., 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Jakarta.

Sawit, M. H. 2007. Indonesia Dalam Tatanan Perubahan Perdagangan Beras

Dunia

Siregar, H., 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Hudaya. Bogor. Sugeng, H. R., 2002. Bercocok Tanam Padi. Aneka Ilmu. Semarang..

Suharno. 2005. Bahan Kuliah Serealia. Dinas Pertanian DIY.

4 April 2010.

Soemartono, Bahrin S dan Harjono. 1994. Bercocok Tunam Padi. Yasaguna. Jakarta.

Suparyono dan A. Setyono., 1993. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 1-25 Surowinoto, S. 1983. Budidaya Tanaman Padi. Jurusan Agronomi Faperta IPB.

Bogor.

Tisdale,S. L and W. L. Nelson, 1993. Soil fertility and fertilizers. Universitas Michigan. Macmillan.

(57)

Lampiran 1. Data jumlah anakan maksimum (batang) pada umur 9 MST

(58)

Lampiran 3. Data jumlah anakan produktif (batang) pada umur 15 MST

Total 124.00 127.25 134.25 385.50

Rataan 13.78 14.14 14.92 14.28

(59)

Lampiran 5. Data jumlah anakan tidak produktif (batang) pada umur

(60)

Lampiran 7. Data luas daun bendera (cm2) pada umur 15 MST

Lampiran 8. Daftar sidik ragam luas daun bendera pada umur 15 MST

(61)

Lampiran 9. Data jumlah malai per rumpun (batang) pada umur 16 MST

Total 169.00 172.25 179.25 520.50

Rataan 18.78 19.14 19.92 19.28

Lampiran 10. Daftar sidik ragam malai per rumpun pada umur 16 MST

(62)

Lampiran 11. Data panjang malai (cm) pada umur 16 MST

Lampiran 12. Daftar sidik ragam panjang malai pada umur 16 MST

(63)

Lampiran 13. Data jumlah gabah berisi per malai (bulir) setelah panen

BLOK PERLAKUAN

I II III TOTAL RATAAN

P1W1 66.48 80.34 69.11 215.93 71.98

P1W2 88.09 72.98 70.60 231.67 77.22

P1W3 76.00 70.67 62.89 209.57 69.86

P2W1 47.63 79.70 55.81 183.13 61.04

P2W2 62.33 62.52 88.56 213.41 71.14

P2W3 63.31 62.30 72.20 197.81 65.94

P3W1 71.56 57.20 60.11 188.87 62.96

P3W2 89.36 65.60 67.34 222.30 74.10

P3W3 70.82 70.72 58.40 199.94 66.65

TOTAL 635.56 622.02 605.03 1862.62

RATAAN 70.62 69.11 67.23 68.99

Lampiran 14. Daftar sidik ragam jumlah gabah berisi per malai setelah panen

Sumber

Keragaman db JK KT Fh F.05

Blok 2 52.00 26.00 0.21 tn 3.63

Perlakuan 8 667.60 83.45 0.68 tn 2.59

Proporsi 2 235.10 117.55 0.96 tn 3.63

(64)

Lampiran 15. Data jumlah gabah total per malai (bulir) setelah panen

Lampiran 16. Daftar sidik ragam jumlah gabah total per malai setelah panen

(65)

Lampiran 17. Data persentase gabah berisi (%) setelah panen

Lampiran 18. Daftar sidik ragam persentase gabah berisi setelah panen

Sumber Keragaman db JK KT Fh F.05

Blok 2 61.73 30.87 0.72 tn 3.63

Perlakuan 8 938.149 117.27 2.74 * 2.59

(66)

Lampiran 19. Data bobot 1000 butir gabah (g) setelah panen

Ulangan Perlakuan

I II III Total Rataan

P1W1 26.10 24.50 26.20 76.80 25.60 P1W2 26.50 25.60 25.10 77.20 25.73 P1W3 26.30 25.90 26.20 78.40 26.13 P2W1 25.30 24.20 24.40 73.90 24.63 P2W2 26.30 26.20 25.80 78.30 26.10 P2W3 24.80 25.70 25.40 75.90 25.30 P3W1 25.60 26.90 26.40 78.90 26.30 P3W2 25.80 24.90 25.70 76.40 25.47 P3W3 25.30 25.70 25.30 76.30 25.43

Total 232.00 229.60 230.50 692.10

Rataan 25.78 25.51 25.61 25.63

Lampiran 20. Daftar sidik ragam bobot 1000 butir gabah setelah panen

(67)

Lampiran 21. Data produksi gabah per plot (g) setelah panen

Total 5092.70 5080.60 5067.50 15240.80

Rataan 565.86 564.51 563.06 564.47

Lampiran 22. Daftar sidik ragam produksi gabah per plot setelah panen

(68)

P1W1

Lampiran 23. Bagan penelitian

(69)

10 cm Lampiran 24. Bagan tanaman dalam plot

25 cm

25 cm

(70)

Lampiran 25. Deskripsi tanaman

Nama lokal : Siantar Rara (Mega) Kelompok : Padi darat

Tinggi Tanaman : 90-105 cm Bentuk Tanaman : Tegak Warna Daun : Hijau Warna Batang : Hijau Umur Berbunga : 65-80 hari Umur Panen :100-110 hari Warna Bunga : Putih Kerebahan : Agak Tahan

Produksi : 3.5-4.0 ton/ha gabah kering

Nama lokal : Siantar Rara (Mega) Kelompok : Padi darat

Tinggi Tanaman : 90-115 cm Bentuk Tanaman : Tegak Warna Daun : Hijau Warna Batang : Hijau Umur Berbunga : 74-84 hari Umur Panen :105-110 hari Warna Bunga : Putih Kerebahan : Agak Tahan

Produksi : 3.5-4.5 ton/ha gabah kering

Gambar

Tabel 1. Rataan jumlah anakan maksimum (batang)  pada perlakuan proporsi     pemangkasan dan waktu pemangkasan
Tabel 3. Rataan jumlah anakan tidak produktif  (batang) pada perlakuan proporsi
Gambar 1. Hubungan jumlah anakan tidak produktif dengan interaksi antara
Tabel 4. Rataan  luas daun bendera  (cm2) pada perlakuan proporsi pemangkasan    dan  waktu pemangkasan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Konsentrasi 100 ppm dan 300 ppm merupakan perlakuan yang mampu menekan pertumbuhan tanaman paling baik dibandingkan dengan kontrol maupun perlakuan lain pada minggu

Pengolahan daging ikan lele adalah salah satu upaya untuk mengubah image masyarakat terhadap ikan lele yaitu dengan mengolahnya menjadi rolade dengan penambahan

Ke empat negara dipilih berdasarkan empat aspek yaitu (1) jaminan independensi peradilan dalam konstitusinya, (2) Pengaturan judicial council di dalam level konstitusi

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, terbukti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan model pembelajaran Thinks Pair Share ( TPS ) dan Talking Stick

Single index model dapat memberikan informasi kepada investor terkait jenis saham yang menjadi penyusun portofolio, proporsi dana masing-masing saham pembentuk

Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa, dalam analisa manajemen Bank Mandiri yang merupakan Bank devisa mempunyai nnilai kredit sebesar 38,75 dan 60 sehingga

Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan titer antibodi dengan sangat berbeda nyata pada ayam yang diberi senyawa dibanding kontrol (p&lt;0,01), peningkatan jumlah sel

Dikarenakan nilai signifikansi lebih kecil dari α (0,05), maka H 0 ditolak dan H 1 diterima yang artinya secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan