• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM REGULER MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH DANA BAGI HASIL PAJAK DAN DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM TERHADAP BELANJA MODAL PADA

KABUPATEN DAN KOTA DI SUMATERA UTARA OLEH:

NAMA : ALFAN H. HARAHAP

NIM : 050503179

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara

(2)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Dana

Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja

Modal pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara” adalah benar hasil karya

saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau

diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program S1 Reguler

Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas,

benar apa adanya. Apabila kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya

bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan,

Yang membuat pernyataan

Alfan H. Harahap

(3)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb,

Segala puji dan syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah Subhanahu wa

Ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan sejak penulis

mencari ide, mengajukan, menyusun, hingga dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa

pengarahan, bimbingan, bantuan, dan kerjasama semua pihak yang telah turut

membantu dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu,penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak dan Dra. Meutia Ismail, MM, Ak

selaku ketua departemen akuntansi dan sekretaris departemen akuntansi.

3. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan kesabarannya untuk memberikan pengarahan,

bimbimbingan, diskusi, serta masukan selama proses penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak dan Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak

selaku Dosen Penguji I dan Penguji II Saya yang telah memberikan arahan

(4)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

5. Kedua orang tua saya : Ayah Ir. Marauli Harahap dan Ibu Gobir Nasution

yang telah memberikan dorongan berupa doa dan semangat bagi penulis

dalam proses penyusunan skripsi.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita

semua serta memberikan balasan kepada pihak – pihak yang telah bersedia

membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Amin.

Medan,

Yang Membuat Pernyataan

Alfan H. Harahap

(5)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh terhadap Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara.

Metode penelitian dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan desain penelitian kausal, dengan jumlah sampel 16 kabupaten/ kota setiap tahunnya dari 33 kabupaten/ kota yang ada di Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan untuk periode 2005-2007. jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistika) Propinsi Sumatera Utara. Data yang dianalisis dalam penelitian ini diolah dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Metode analissi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda dengan uji t dan uji F.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kedua variabel independen berpengaruh positif terhadap Belanja Modal secara bersama-sama dan secara parsial Dana Bagi Hasil Pajak berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja Modal. Sedangkan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal.

(6)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

ABSTRACT

This study analized the influence Tax Product Shared Fund and Nature Resources Product Shared Fund to Capital Expense in Regency/ City Government at North Sumatera Province.

The research method that used in this research is causal research design, and with 16 regency/ city as a sample for every year from 33 regency/ city at North Sumatera Province. The research is done for 2005-2007 period. This research utilizes secondary data. The data are taken from governments statistic center of North Sumatera. The data which is analizzed in this research are collected through the region budget of revenue and expenses. Analized method that used in this research is quantitative method, The data which have already collected are processed with classic assumption test before hypothesist test. Hypothesis test in this research used mulitiple linear regression with T test and F test.

This research concludes that all of independent variables had positive significant influence toward capital expense in simultan and in partial specia Tax product share fund are influences toward capital expense. Even nature research product share fund are not influences toward capital expense

(7)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

DAFTAR ISI SKRIPSI

Halaman

PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR...ii

ABSTRAK...iv

ABSTRACT... v

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN...xi

BAB I PENDAHULUAN………1

A. Latar Belakang Masalah……….. ...1

B. Perumusan Masalah………....4

C. Batasan Masalah………..5

D. Tujuan Penelitian……….5

E. Manfaat Penelitian………...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………...7

A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara………...7

B. Otonomi Daerah………...9

C. Dana Bagi Hasil Pajak……….11

D. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam………..15

(8)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

F. Tinjauan Penelitian Terdahulu……….22

G. Kerangka Konseptual dan Hipotesis………25

1. Kerangka Konseptual………...25

2. Hipotesis Penelitian………...26

BAB III METODE PENELITIAN………...27

A. Desain Penelitian……….27

B. Metode Pengumpulan Data………..27

C. Jenis dan Sumber Data ………27

D. Populasi dan Sampel Penelitian ………..28

E. Teknik Pengambilan Sampel………...30

F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………..30

G. Metode Analisis Data………..32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..40

A. Data Penelitian……….40

B. Analisis Hasil Penelitian……….……….41

1. Analisis Deskriptif………...41

2. Uji Asumsi Klasik………43

a. Uji Normalitas...43

b. Uji Multikolinearitas...46

c. Uji Heteroskedastisitas...47

d. Uji Autokorelasi...49

3. Analisis Regresi...50

(9)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

b. Analisis Koefisien dan Koefisien Determinasi...51

c. Pengujian Hipotesis...53

C. Pembahasan Hasil Penelitian...55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...58

A. Kesimpulan...58

B. Keterbatasan Penelitian...59

C. Saran...59

DAFTAR PUSTAKA...62

(10)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu...21

Tabel 3.1 Populasi, Sampel Kabupaten dan Kota...25

Tabel 3.2 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel...28

Tabel 4.1 Daftar Sampel Kabupaten dan Kota...36

Tabel 4.2 Statistik Deskritif...37

Tabel 4.3 Uji Normalitas...39

Tabel 4.4 Coefficients untuk BM = f(DBH Pajak, DBH SDA)...42

Tabel 4.5 Coefficients Correlations untuk BM = f(DBH Pajak, DBH SDA)...43

Tabel 4.6 Hasil Uji Durbin Watson...46

Tabel 4.7 Analisis Hasil Regresi...47

Tabel 4.8 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi...49

Tabel 4.9 Hasil Uji F...50

(11)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul

Gambar 2.1 Kerangka konseptual...23

Halaman

Gambar 4.1 Histogram...40

Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot...41

(12)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

Lampiran 1 Daftar Sampel Kabupaten Dan Kota...59

Halaman Lampiran 2 Data Realisasi Belanja Modal Tahun 2005 sampai 2007...60

Lampiran 3 Data Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak Tahun 2005 sampai 2007...61

Lampiran 4 Data Realisasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Tahun 2005 sampai 2007...62

Lampiran 5 Statistik Deskriptif...63

Lampiran 6 Hasil Uji Normalitas...64

Lampiran 7 Histogram...65

Lampiran 8 Grafik Normal P-P Plot...66

Lampiran 9 Hasil Uji Multikolonearitas...67

Lampiran 10 Hasil Uji Heteroskedastisitas...68

Lampiran 11 Hasil Uji Autokorelasi...69

Lampiran 12 Analisis Hasil Regresi...70

Hasil Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi...70

Lampiran 13 Hasil Uji Hipotesis... ...71

Lampiran 14 Tabel F dengan signifikansi 5%...72

(13)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional pada

hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah

sehingga tercipta suatu kemampuan yang handal dan profesional dalam

menjalankan pemerintahan serta memberikan pelayanan prima kepada

masyarakat. Pembangunan daerah juga berarti memampukan daerah untuk

mengelola sumber daya ekonominya secara berdaya guna dan berhasil guna untuk

kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Otonomi yang di berikan kepada

daerah di laksanakan dengan memberikan wewenang yang luas, nyata, dan

bertanggungjawab secara proporsional. Pelimpahan tanggungjawab akan di ikuti

oleh pengaturan pembagian, pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan

serta perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Dengan demkian

pemerintah daerah diharapkan lebih mengerti dan memenuhi aspirasi masyarakat

di daerahnya agar dapat mendorong timbulnya prakarsa dan pelaksanaan

pembangunan yang merupakan prasyarat keberhasilan pelaksanaan pemerintahan.

Desentralisasi fiskal disatu sisi memberikan kewenangan yang lebih besar

dalam pengelolaan daerah, tetapi disisi lain memunculkan persoalan baru,

dikarenakan tingkat kesiapan fiskal daerah yang berbeda-beda. Penelitian yang

dilakukan Adi (2005) menunjukan terjadi disparitas pertumbuhan ekonomi yang

(14)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

fiskal. Pemerintah dalam perkembangannya memberikan dana perimbangan untuk

mengatasi persoalan ketimpangan fiskal dan adanya kebutuhan pendanaan daerah

yang cukup besar tersebut dan salah satu komponen dana adalah Dana Bagi Hasi

(DBH). DBH dialokasikan dalam APBN untuk daerah-daerah tertentu dalam

mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan termasuk dalam

program prioritas nasional. Dalam beberapa tahun berjalan, proporsi DBH

terhadap penerimaan daerah masih cukup tinggi dibanding dengan penerimaan

daerah yang lain. Hal ini menunjukan masih tingginya ketergantungan pemerintah

daerah terhadap pasokan dana dari pemerintah pusat ini. Namun demikian, dalam

jangka panjang, ketergantungan semacam ini harus semakin kecil. Berbagai

investasi yang dilakukan pemerintah daerah diharapkan memberikan hasil yang

positif.

DBH yang menjadi sumber dana tersebut terlebih dahulu harus melalui proses

penganggaran yang melibatkan eksekutif dan legislatif. Pihak eksekutif membuat

draft anggaran kemudian disampaikan kepada legislatif untuk dibahas

bersama-sama sebelum ditetapkan menjadi peraturan Daerah (Perda). Namun pada

beberapa kabupaten di Sumatera Utara, anggaran belanja langsung pemerintah

daerah terkadang terlalu kecil, tidak sebanding dengan sumber dana yang

diperoleh. Eksekutif dan legislatif dalam proses penyusunan anggaran tidak

menjadikan belanja langsung menjadi belanja yang penting dalam penetapan

anggaran belanja langsung melalui penggunaaan sumber dana khususnya DAK

harus melalui regulasi pusat, artinya pemerintah daerah harus berkonsultasi

(15)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

langsung dapat menghambat pembagunan fasilitas-fasilitas publik yang

mendukung penerimaan daerah dan ketertarikan investor untuk menanamkan

modalnya didaerah tersebut.

Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001, berbagai

kebijakan menyangkut keuangan daerah dan APBD mengalami perubahan. Dalam

hal sumber pendapatan daerah misalnya, sebelum otonomi daerah digulirkan

sumber pendapatan daerah relatif terbatas. Lahirnya kebijakan Dana Perimbangan

merupakan konsekuensi dari strategi desentralisasi fiskal. Pada prinsipnya Dana

Perimbangan tersebut merupakan sumber pembiayaan yang saling melengkapi

dengan dana dari masing-masing daerah dengan tetap memperhatikan kebutuhan

wilayah daerah otonom yang bersangkutan. Namun dalam proses implementasi,

desentralisasi fiskal belum menjadi salah satu faktor keberhasilan pelaksanaan

otonomi daerah, jika Pemerintah Daerah tidak siap dalam mengelola dan

memanfaatkan keuangan daerah secara efektif dan efisien untuk peningkatan

kesejahteraan rakyat.

Hampir semua provinsi dan kabupaten dan kota di Indonesia memiliki

masalah ketimpangan fiskal. Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara

merupakan Kabupaten dan Kota yang pemerintah daerahnya senantiasa

meningkatkan daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan

yang telah di tetapkan oleh Pemerintah Propinsi Sumatera Utara. Adapun upaya

peningkatan daerah tesebut adalah upaya untuk meningkatkan Penerimaan

(16)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

Salah satu sumber pendapatan daerah pada pasal 157 Undang-Undang No.33

Tahun 2004 adalah Dana Perimbangan yang terdiri dari (1) Dana Bagi Hasil (2)

Dana Alokasi Umum (3) Dana Alokasi Khusus. Dana Bagi Hasil di bagi menjadi

dua bagian yaitu dana bagi hasil yang bersumber dari pajak dan sumber daya

alam. Pajak dan Sumber Daya Alam merupakan unsur besar dalam menghasilkan

pendapatan daerah yang salah satunya berupa belanja modal. Kontribusi Pajak dan

Sumber Daya Alam terhadap kelangsungan pelaksanaan pembangunan yang

terangkum dalam dana perimbangan walaupun cukup besar nilainya dianggap

tidak cukup dalam menopang pendapatan daerah. Hal ini dikarenakan dana

perimbangan yang termasuk dalam pajak pusat yang mana masih terdapat bagian

yang harus di bagi dengan pemerintah pusat.

Berdasarkan penelitian Budi Setyawan, Priyo Hari Adi (2007), menunjukan

adanya pengaruh yang positif antara Fiscal Stress terhadap pertumbuhan belanja

modal. Penelitian lain seperti yang dilakukan oleh Darwanto (2006) dan Irma

Syafitri (2009), menunjukan bahwa pendapatan asli daerah memiliki korelasi

positif dan signifikan terhadap belanja modal.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan pengujian

Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam pada

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, dalam skripsi yang berjudul :

“ Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam

(17)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan topik yang penulis pilih untuk

diteliti, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut: apakah

terdapat pengaruh dana bagi hasil pajak dan dana bagi hasil sumber daya alam

terhadap belanja modal pada kabupaten dan kota di Sumatera Utara baik secara

simultan maupun secara parsial?

C. Batasan Masalah

Adapun yang menjadi batasan objek penelitian penulis adalah :

1. Untuk LKPD (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah) Kabupaten/Kota

yang menjadi objek penelitian, penulis membatasi hanya Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota pada tahun 2005-2007.

2. Untuk Kabupaten/Kota yang menjadi objek penelitian, penulis membatasi

hanya Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dana bagi hasil pajak dan

dana bagi hasil sumber daya alam terhadap belanja modal pada kabupaten dan

kota di Sumatera Utara baik secara simultan maupun secara parsial.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti, penelitian ini menjadi sebagai salah satu upaya untuk mendapat

(18)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

masukan apabila ditanya pendapatnya mengenai pengaruh dana bagi hasil pajak

dan dana bagi hasil sumber daya alam terhadap belanja modal di kabupaten dan

kota di sumatera utara.

2. Bagi kabupaten dan kota, penelitian ini diharapkan menjadi informasi serta

bahan pertimbangan bagi manajemen pemerintahan kabupaten/kota untuk

memberikan perhatian terhadap penggunaan belanja modal yang bersumber dari

Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam.

3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan menjadi stimultan dan referensi

(19)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Menurut Mamesah (1995 : 16), keuangan daerah dapat diartikan sebagai

”semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala

sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah

sepanjang belum dimiliki/ dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta

pihak-pihak lain sesuai ketentuan/ perundangan yang berlaku. ”Menurut Halim

(2004 : 20), ruang lingkup keuangan daerah terdiri dari ”keuangan daerah yang

dikelola langsung dan kekayaan daerah yang dipisahkan. Keuangan daerah yang

dikelola langsung adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan

barang-barang inventaris milik daerah. Keuangan daerah yang dipisahkan meliput i

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

”Keuangan daerah dalam arti sempit yakni terbatas pada hal-hal yang

berkaitan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Oleh sebab itu,

keuangan daerah identik dengan APBD. ” (Saragih, 2003 : 12). Bentuk dan

susunan APBD berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri)

No. 29 Tahun 2002 adalah terdiri atas tiga bagian, yaitu Pendapatan, Belanja dan

Pembiayaan.anggaran daerah merupakan salah satu alat yang memegang peranan

(20)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

kenutuhan masyarakat dengan memperhatikan potensi dan sumber-sumber

kekayaan daerah.

Menurut Mamesah (1995 : 20), APBD dapat didefinisikan sebagai :

rencana operasional keuangan Pemerintah Daerah, dimana disatu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam satu tahun anggaran tertentu, dan pihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud.

Pada era Orde Lama, definisi APBD yang dikemukakan oleh Halim(2004:16)

adalah :

rencana pekerjaan keuangan (financial Workplan) yang dibuat untuk jangka waktu tertentu, dalam waktu mana badan legislatif (DPRD) memberikan kredit kepada badan eksekutif (kepala daerah) untukl melakukan pembiayaan guna kebutuhan rumah tangga daerah sesuai dengan rancangan yang menjadi dasar (grondslag) penetapan anggaran, dan yang menunjukan semua penghasilan untuk menutup pengeluran tadi.

Unsur-Unsur APBD menurut Halim (2004 : 16) adalah :

a. rencana kegiatan suatu daerah, beserta urainnya secara rinci,

b. adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya-biaya sehubungan dengan aktivitas tersebut, dan adanya biaya-biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran-pengeluaran yang akan dilaksanakan,

c. jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka, periode anggaran yang biasanya 1 tahun.

Menurut Bastian (2000 : 189), APBD merupakan “pengejawantahan rencana

kerja Pemda dalam bentuk satuan uang untuk kurun waktu satu tahunan dan

berorientasi pada tujuan kesejahteraan publik.” Menurut Saragih (2003 : 122).

(21)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

pengelolaan keuangan daerah dalam tahun anggaran tertentu, umumnya satu

tahun. “ Keterbatasan sumberdaya sebagai pangkal masalah utama dalam

pengalokasian anggaran sektor publik dapat diatasi dengan pendekatan ilmu

ekonomi melalui berbagai teori tentang teknik dan prinsip seperti yang dikenal

dalam Public expenditure management. Tuntutan untuk mengubah struktur

belanja semakin kuat, khususnya pada daerah-daerah yang mengalami kapasitas

fiskal rendah (Halim, 2001).

B. Otonomi Daerah

a. Pengertian Otonomi Daerah

Hakekat otonomi daerah adalah wewenang, hak dan kewajiban daerah untuk

mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan

perundang-undangan yang berlaku.

b. Dasar Hukum Otonomi Daerah

Dasar hukum dari otonomi daerah adalah

1) UUD 1945 pasal 18A

2) TAP MPR No. XV/ MPR 1998 tentang Otonomi Daerah

3) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

4) UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua

(22)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

c. Perkembangan Otonomi Daerah

Pada tahun 2001, Indonesia telah memasuki era Otonomi Daerah. Sejak

periode tersebut, Kabupaten/ Kota terus meningkat jumlahnya. Sejak tahun 1999

sampai 2008, terbentuk 203 daerah otonom baru, yaitu tujuh provinsi dan 196

Kabupaten/ Kota. Dengan adanya Otonomi, banyak daerah-daerah yang telah

mengalami pemekaran. Pemekaran ini mempunyai tujuan mulia yakni agar

tercapainya efisiensi, keadilan, kemandirian dan juga untuk meningkatkan kualitas

demokrasi Indonesia dan mencegah munculnya tuntutan separatisme. Tetapi

dibalik tujuan mulia tersebut, pemekaran ini juga menyebabkan munculnya

tantangan-tantangan baru bagi pemerintah maupun masyarakat. Dari sudut politik,

munculnya kepentingan elit politik daerah demi memperoleh kekuasaan, dan dari

sudut pandang ekonomi, terjadinya inefisiensi dalam produksi dan alokasi sumber

daya ekonomi lokal.

d. Otonomi Daerah Di Sumatera Utara

Propinsi Sumatera Utara sebagai salah satu daerah otonomi yang terdiri atas

beberapa kabupaten dan kota juga mengalami masalah-masalah yang timbul

akibat dari pemekaran. Masalah yang timbul yaitu kesenjangan fiskal, penyusunan

anggaran belanja dan penetapan anggaran daerah. Sehingga masalah ini pun

terkadang tidak sesuai dan tidak memandang kepentingan orang banyak secara

nyata. Dan juga masalah tersebut belum termasuk ketidaksesuaian antara program

(23)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

Pemerintah Daerah ditinjau dari pendapatannya masih sangat tergantung atas

dana transfer dari pemerintah padahal otonomi daerah sesungguhnya merupakan

kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangga pemerintahannya secara

mandiri terlebih lagi soal pendapatan daerah.

C. Dana Bagi Hasil Pajak

Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan kepada daerah dengan memperhatikan potensi daerah penghasil

berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam

rangka pelaksanaan desentralisasi. Dasar hukum Dana Bagi Hasil antara lain :

a. UU No. 20 Tahun 2000 tentang Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan.

b. UU No. 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

c. UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

d. PP No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.

e. PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

f. UU No. 33 Tahun 2004 Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Sumber : www. depkeu.co.id

DBH yang berasal dari pajak adalah bagian daerah yang berasal dari

penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan, Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi

(24)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

ditetapkan oleh Menteri Keuangan. DBH Pajak s e nd ir i disalurkan dengan cara

pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum

Daerah.

a) Dana Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan

Penerimaan Negara dari PBB dibagi dengan imbangan 10% (sepuluh

persen) untuk Pemerintah dan 90% (sembilan puluh persen) untuk daerah. Dana

Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan untuk daerah sebesar 90% (sembilan puluh

persen) dibagi dengan rincian sebagai berikut: 16,2% (enam belas dua

persepuluh persen) untuk provinsi yang bersangkutan, 64,8% (enam puluh empat

delapan persepuluh persen) untuk kabupaten/kota yang bersangkutan, dan 9%

(sembilan persen) untuk biaya pemungutan.

Bagian Pemerintah sebesar 10% (sepuluh persen) dialokasikan kepada

seluruh kabupaten dan kota. Alokasi untuk kabupaten dan kota sebagaimana

dimaksud dibagi dengan rincian sebagai berikut: 6,5% (enam lima persepuluh

persen) dibagikan secara merata kepada seluruh kabupaten dan kota, dan 3,5%

(tiga lima persepuluh persen) dibagikan sebagai insentif kepada kabupaten

dan/kota yang realisasi penerimaan PBB sektor Pedesaan dan Perkotaan pada

tahun anggaran sebelumnya mencapai/melampaui rencana penerimaan yang

ditetapkan.

Alokasi DBH PBB ditetapkan berdasarkan rencana penerimaan PBB dan

Biaya Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan tahun anggaran bersangkutan; dan

(25)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

Penyaluran DBH PBB dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan PBB

tahun anggaran berjalan. Penyaluran DBH PBB dilaksanakan secara mingguan.

Penyaluran PBB bagian Pemerintah dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu

bulan April, bulan Agustus, dan bulan Nopember tahun anggaran berjalan.

Penyaluran PBB bagian Pemerintah dilaksanakan dalam bulan Nopember tahun

anggaran berjalan.

b) Dana Bagi Hasil Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Penerimaan Negara dari BPHTB dibagi dengan imbangan 20% (dua puluh

persen) untuk Pemerintah dan 80% (delapan puluh persen) untuk daerah. DBH

BPHTB untuk daerah sebesar 80% (delapan puluh persen) dibagi dengan

rincian sebagai berikut: 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang

bersangkutan; dan 64% (enam puluh empat persen) untuk kabupaten/kota yang

bersangkutan. Bagian Pemerintah sebesar 20% (dua puluh persen) dialokasikan

dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten dan kota. Alokasi DBH

PBB ditetapkan berdasarkan rencana penerimaan PBB dan BPHTB tahun

anggaran bersangkutan; dan paling lambat 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran

bersangkutan dilaksanakan.

Penyaluran DBH BPHTB dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan

BPHTB tahun anggaran berjalan. Penyaluran DBH BPHTB dilaksanakan secara

mingguan. Penyaluran BPHTB bagian Pemerintah dilaksanakan dalam 3 (tiga)

tahap, yaitu bulan April, bulan Agustus, dan bulan Nopember tahun anggaran

(26)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

c) DBH PPh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan Pajak Penghasilan Pasal 21

Penerimaan Negara dari PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 dibagikan kepada

daerah sebesar 20% (dua puluh persen). DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21

dibagi dengan rincian sebagai berikut : 8% (delapan persen) untuk provinsi yang

bersangkutan; dan 12% (dua belas persen) untuk kabupaten/kota dalam provinsi

yang bersangkutan.

DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 dibagi dengan rincian berikut: 8,4%

(delapan empat persepuluh persen) untuk kabupaten/kota tempat wajib pajak

terdaftar; dan 3,6% (tiga enam persepuluh persen) untuk seluruh kabupaten/kota

dalam provinsi yang bersangkutan dengan bagian yang sama besar.

Alokasi DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 didasarkan atas rencana

penerimaan DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21. Alokasi DBH PPh

WPOPDN dan PPh Pasal 21 didasarkan atas prognosa realisasi penerimaan

DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21. Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan

PPh Pasal 21 dilaksanakan berdasarkan prognosa realisasi penerimaan PPh

WPOPDN dan PPh Pasal 21 tahun anggaran berjalan. Penyaluran DBH PPh

WPOPDN dan PPh Pasal 21 dilaksanakan secara triwulanan, dengan perincian

sebagai berikut: penyaluran triwulan pertama sampai dengan triwulan

ketiga masing-masing sebesar 20% (dua puluh persen) dari alokasi sementara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a dan penyaluran triwulan

keempat didasarkan pada selisih antara Pembagian Definitif sebagaimana

(27)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

dicairkan selama triwulan pertama sampai dengan triwulan ketiga. Dalam hal

terjadi kelebihan penyaluran karena penyaluran triwulan pertama sampai dengan

triwulan ketiga yang didasarkan atas pembagian sementara lebih besar

daripada pembagian definitif maka kelebihan dimaksud diperhitungkan

dalam penyaluran tahun anggaran berikutnya.

D. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam.

DBH Sumber Daya Alam berasal dari:

a.Kehutanan;

b.Pertambangan Umum;

c.Perikanan;

d.Pertambangan Minyak Bumi;

e.Pertambangan Gas Bumi; dan

f.Pertambangan Panas Bumi.

a) DBH Sumber Daya Alam Kehutanan

DBH Sumber Daya Alam Kehutanan dari Iuran Izin Usaha Pemanfaatan

Hutan (IIUPH), Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan Dana Reboisasi (DR).

DBH Kehutanan yang berasal dari IIUPH untuk daerah sebesar 80% (delapan

puluh persen) dibagi dengan rincian: 16% (enam belas persen) untuk provinsi

yang bersangkutan dan 64% (enam puluh empat persen) untuk kabupaten/kota

penghasil. DBH Kehutanan yang berasal dari PSDH untuk daerah sebesar 80%

(28)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

provinsi yang bersangkutan, 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota

penghasil dan 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota lainnya dalam

provinsi yang bersangkutan. DBH Kehutanan yang berasal dari PSDH dibagikan

dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota lainnya

dalam provinsi yang bersangkutan. DBH Kehutanan yang berasal dari DR

sebesar 40% (empat puluh persen) dibagi kepada kabupaten/kota penghasil

untuk mendanai kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan.

b) DBH Pertambangan Umum

DBH Pertambangan Umum berasal dari Iuran Tetap (Land-rent); dan Iuran

Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi (Royalty). DBH Pertambangan Umum

sebesar 80% (delapan puluh persen) yang berasal dari wilayah

kabupaten/kota dibagi dengan rincian 16% (enam belas persen) untuk provinsi

yang bersangkutan dan 64% (enam puluh empat persen) untuk kabupaten/kota

penghasil.

DBH Pertambangan Umum sebesar 80% (delapan puluh persen) yang

berasal dari wilayah kabupaten/kota dibagi dengan rincian: 16% (enam belas

persen) untuk provinsi yang bersangkutan, 32% (tiga puluh dua persen) untuk

kabupaten/kota penghasil dan 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota

lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. DBH Pertambangan Umum,

dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota lainnya

(29)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

DBH Pertambangan Umum yang berasal dari wilayah provinsi adalah sebesar

80% (delapan puluh persen) untuk provinsi yang bersangkutan DBH

pertambangan umum sebesar 80% (delapan puluh persen) yang berasal dari

wilayah propinsi di bagi dengan rincian: 26% (dua puluh enam persen) untuk

provinsi yang bersangkutan dan 54% (lima puluh empat persen) untuk

kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. DBH

Pertambangan Umum dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh

kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.

c) DBH Perikanan

DBH Perikanan berasal dari Pungutan Pengusahaan Perikanan dan Pungutan

Hasil Perikanan. DBH Perikanan untuk daerah sebesar 80% (delapan puluh

persen) dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh

kabupaten/kota.

d) DBH Pertambangan Minyak Bumi

DBH pertambangan minyak bumi sebesar 15,5% (lima belas setengah persen)

berasal dari penerimaan negara sumber daya alam pertambangan minyak bumi

dari wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan setelah dikurangi komponen

pajak dan pungutan lainnya. DBH pertambangan minyak bumi sebesar 15%

(lima belas persen) dibagi dengan rincian sebagai berikut: 3% (tiga persen)

dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan, 6% (enam persen) dibagikan untuk

(30)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. DBH Pertambangan

Minyak Bumi sebesar 0,5% (setengah persen) dibagi dengan rincian sebagai

berikut: 0,1% (satu persepuluh persen) untuk provinsi yang bersangkutan, 0,2%

(dua persepuluh persen) untuk kabupaten/kota penghasil dan 0,2% (dua

persepuluh persen) untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi

yang bersangkutan. DBH Pertambangan Minyak Bumi, dibagikan dengan

porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi

yang bersangkutan.

DBH pertambangan minyak bumi sebesar 15,5% (lima belas setengah persen)

berasal dari penerimaan negara sumber daya alam pertambangan minyak bumi

dari wilayah provinsi yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan

pungutan lainnya. DBH pertambangan minyak bumi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) sebesar 15% (lima belas persen) dibagi dengan rincian sebagai

berikut: 5% (lima persen) dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan dan 10%

(sepuluh persen) dibagikan untuk seluruh kabupaten/kota dalam Provinsi yang

bersangkutan. DBH Pertambangan Minyak sebesar 0,5% (setengah persen

dibagio dengan rincian sebagai berikut 0,17% (tujuh belas perseratus

persen) dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan; dan 0,33% (tiga

puluh tiga perseratus persen) dibagikan untuk seluruh kabupaten/kota dalam

Provinsi yang bersangkutan. DBH Pertambangan Minyak Bumi, dibagikan

dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota dalam

(31)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

e) DBH Pertambangan Gas Bumi

DBH pertambangan gas bumi sebesar 30,5% (tiga puluh setengah persen)

berasal dari penerimaan negara sumber daya alam pertambangan gas

bumi dari wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan setelah dikurangi

komponen pajak dan pungutan lainnya. DBH pertambangan gas bumi sebesar

30% (tiga puluh persen) dibagi dengan rincian sebagai berikut: 6% (enam persen)

dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan, 12% (dua belas persen) dibagikan

untuk kabupaten/kota penghasil dan 12% (dua belas persen) dibagikan untuk

seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. DBH

Pertambangan Gas Bumi sebesar 0,5% (setengah persen) dibagi dengan rincian

sebagai berikut 0,1% (satu persepuluh persen) untuk provinsi yang bersangkutan,

0,2% (dua persepuluh persen) untuk kabupaten/kota penghasil dan 0,2% (dua

persepuluh persen) untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi

yang bersangkutan. DBH Pertambangan Gas Bumi dibagikan dengan porsi yang

sama besar untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang

bersangkutan.

DBH Pertambangan Gas Bumi sebesar 30,5% (tiga puluh setengah persen)

berasal dari penerimaan negara sumber daya alam pertambangan gas bumi

dari wilayah provinsi yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan

pungutan lainnya. DBH Pertambangan Gas Bumi sebesar 30% (tiga puluh

persen) dibagi dengan rincian sebagai berikut: 10% (sepuluh persen) dibagikan

untuk provinsi yang bersangkutan dan 20% (dua puluh persen) dibagikan untuk

(32)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

Gas Bumi sebesar 0,5% (setengah persen) dibagi dengan rincian sebagai berikut:

0,17% (tujuh belas perseratus persen) dibagikan untuk provinsi yang

bersangkutan dan 0,33% (tiga puluh tiga perseratus persen) dibagikan untuk

seluruh kabupaten/kota dalam Provinsi yang bersangkutan. DBH Pertambangan

Gas Bumi dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh

kabupaten/kota dalam propinsi yang bersangkutan.

f) DBH Pertambangan Panas Bumi

DBH Pertambangan Panas Bumi berasal dari: Setoran Bagian Pemerintah,

Iuran Tetap dan Iuran Produksi. DBH Pertambangan Panas Bumi untuk daerah

sebesar 80% (delapan puluh persen) dan dibagi dengan rincian: 16% (enam belas

persen) untuk provinsi yang bersangkutan, 32% (tiga puluh dua persen) untuk

kabupaten/kota penghasil dan 32% (tiga puluh dua persen) untuk seluruh

kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. DBH Pertambangan

Panas Bumi dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk semua

kabupaten/kota dalam provinsi yang bersangkutan.

Penyaluran DBH sebagaimana dilaksanakan berdasarkan realisasi

penerimaan sumber daya alam tahun anggaran berjalan. Penyaluran DBH

dilaksanakan secara triwulanan. Penyaluran DBH Sumber Daya Alam

dilaksanakan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara

ke Rekening Kas Umum Daerah.

Penyaluran DBH Pertambangan Minyak Bumi dan Pertambangan Gas

(33)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

minyak bumi tidak melebihi 130% (seratus tiga puluh persen) dari

penetapan dalam APBN tahun berjalan. Dalam hal asumsi dasar harga minyak

bumi yang ditetapkan dalam APBN Perubahan melebihi 130% (seratus tiga

puluh persen), selisih penerimaan negara dari minyak bumi dan gas bumi

sebagai dampak dari kelebihan dimaksud dialokasikan dengan menggunakan

formula DAU. Ketentuan mengenai tata cara penghitungan selisih penerimaan

negara dari minyak bumi dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Menteri Keuangan melakukan pemantauan dan evaluasi atas

penggunaan anggaran pendidikan dasar yang berasal dari DBH Minyak Bumi

dan Gas Bumi. Menteri teknis melakukan pemantauan dan evaluasi teknis

pelaksanaan kegiatan yang didanai dari DBH Dana Reboisasi. Menteri Keuangan

melakukan pemantauan dan evaluasi atas penggunaan anggaran rehabilitasi

hutan dan lahan yang berasal dari DBH Dana Reboisasi. Apabila hasil

pemantauan dan evaluasi mengindikasikan adanya penyimpangan, Menteri

Keuangan meminta aparat pengawasan fungsional untuk melakukan

pemeriksaan. Hasil pemeriksaan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dalam pengalokasian DBH untuk tahun anggaran berikutnya.

E. Belanja Modal

Menrut Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan ”belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset

(34)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah dan aset

tidak berwujud pembangunan serta perbaikan sektor pendidikan, kesehatan,

transportasi, sehingga masyarakat juga menikmati manfaat dari pembangunan

daerah. Menurut Halim (2004 : 73), ”belanja modal merupakan belanja

pemeerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan

menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja

yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi

umum.

Tersedianya infrastruktur yang baik diharapkan dapat menciptakan efisiensi

dan efektifitas diberbagai sektor, produktifitas masyarakat diharapkan menjadi

semakin tinggi dan pada gilirannya terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan dalam sektor pelayanan kepada publik akan merangsang

masyarakat untuk lebih aktif dan bergairah dalam bekerja karena ditunjang oleh

fasilitas yang memadai, selain itu investor juga akan tertarik kepada daerah karena

fasilitas yang dinberikan kepada daerah. Dengan bertambahnya produktifitas

masyarakat dan investor yang berada di daerah akan berdampak pada peningkatan

pendapatan asli daerah. Pendapatan daerah yang semakin tinggi akan merangsang

pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan mutu pelayanannya kepada publik

sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi daerah akan meningkat seiring dengan

(35)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

F. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai Pengaruh Fiscal Stress Terhadap Pertumbuhan

Pendapatan Asli Daerah Dan Belanja Modal oleh Budi Setyawan, Priyo Hari Adi

(2007). Hasil pengujian hipotesis menunjukkan terdapat hubungan positif antara

fiscal stress terhadap pertumbuhan belanja modal/pembangunan. Penelitian lainnya

adalah Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dan Dana

Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal oleh Darwanto

(2006). Hasil Uji Hipotesis menunjukkan bahwa, variabel PAD memiliki korelasi

positif dan signifikan terhadap belanja modal. Penelitian lainnya adalah Pengaruh

Pertumbuhan ekonomi, PAD, DAU Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja

Modal Pada Pemerintahan Kabupaten/ Kota Di Provinsi Sumatera Utara oleh Irma

Syafitri (2009). Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa, variabel PAD juga

memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap belanja modal.

Penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat pada

(36)
[image:36.595.113.530.129.688.2]

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti dan Tahun Penelitian

Judul

Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelititan

1 Budi Setyawan, Priyo Hari Adi, 2007 Pengaruh Fiscal Stress Terhadap Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Dan Belanja Modal

Dalam penelitian ini

yang digunakan sebagai variabel adalah

fiscal Stress sebagai

variabel bebas dan pertumbuhan

pendapatan asli daerah dan belanja modal sebagai variabel terikat.

Budi Setyawan dan Priyo Hari Adi menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara fiscal stress terhadap pertumbuhan belanja modal/pembangunan.

2 Darwanto, 2006. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.

Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel adalah

pertumbuha ekonomi, pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum sebagai variabel bebas dan kinerja keuangan dan pengalokasian anggaran belanja modal sebagai variabel terikat.

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapat hasil bahwa menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap belanja modal.

3 Irma

Syafitri, 2009. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.

Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel adalah

pertumbuha ekonomi, pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum sebagai variabel dan pengalokasian

anggaran belanja modal sebagai variabel terikat.

(37)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

G. Kerangka Konseptual dan Hipotesis a. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana

hubungan suatu teori dengan factor-faktor yang penting yang telah di ketahui

dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual ini akan menghubungkan

antara variable-variabel penelitian, yaitu variable bebas dan variable terikat.

Berdasarkan penelitian terdahulu, Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil

Sumber Daya Alam sebagai variabel X1 dan X2 akan mempengaruhi belanja

modal sebagai variabel Y baik secara parsial ataupun secara simultan. Dana Bagi

Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam merupakan sumber

penerimaan pemerintah daerah yang bersumber dari pemerintah pusat. Pemerintah

Daerah akan mampu menetapkan belanja modal yang semakin besar jika anggaran

Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bgai Hasil Sumber Daya Alam semakin besar,

maka secara teoritis. Sebaliknya, semakin kecil pula belanja modal yang akan

ditetapkan. Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam

berpengaruh positif terhadap belanja modal.

Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas yaitu Dana Bagi Hasi Pajak

dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam serta satu variable terikat yaitu Belanja

(38)
[image:38.595.137.511.128.413.2]

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

b. Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2007:38) hipotesis merupakan proposisi yang dirumuskan

dengan maksud untuk diuji secara empiris, dan hipotesis merupakan penjelasan

sementara tentang prilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau

akan terjadi. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Dana Bagi Hasil Pajak dan

Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh terhadap Belanja Modal baik

secara simultan maupun parsial”

Belanja Modal (y) Dana Bagi Hasil Pajak

(X1)

(39)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif yang bertujuan

untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2006:11)

dengan bentuk hubungan kausal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

apakah terdapat pengaruh dana bagi hasil pajak dan dana bagi hasil sumber daya

alam terhadap belanja modal. Dalam penelitian ini dana bagi hasil pajak dan dana

bagi hasil sumber daya alam merupakan variable independent, dan belanja modal

sebagai variable dependen.

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

mendokumentasikan data sekunder yang diperlukan berupa laporan keuangan

yang dipublikasikan.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif

yaitu data yang diukur dalam suatu skala secara numerik (Kuncoro, 2004:124).

Data dalam penelitian ini bersifat pooling yaitu gabungan antara time series dan

cross section. Data tersebut juga merupakan data sekunder yaitu data/informasi

(40)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

Kabupaten dan kota di Sumatera Utara periode 2005-2007, melalui Kantor Badan

Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, situs www.bpk.go.id, laporan keuangan,

dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi menurut Sugiyono (2006:72) adalah wilayah generalisasi yag terdiri

atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya.

Masalah dalam regresi berganda cross-sectional diatasi dengan membatasi

populasi penelitian pada kabupaten/ kota tertentu. Populasi penelitian ini

berjumlah 33 Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara. adalah kabupaten dan kota

yang ada di Sumatera Utara. Dari populasi yang ada akan diambil sejumlah

tertentu sebagai sampel. Dimana sampel adalah bagian dari jumlah dan

(41)
[image:41.595.162.430.163.730.2]

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

Tabel 3.1

Populasi, Sampel Kabupaten Dan Kota

No Kabupaten/ Kota Sampel

1 Asahan V

2 Batu Bara

3 Binjai

4 Deli Serdang V

5 Dairi

6 Gunung Sitoli

7 Humbang Hasundutan V

8 Labuhan Batu V

9 Labuhan Batu Selatan

10 Labuhan Batu Utara

11 Langkat

12 Mandailing Natal V

13 Medan V

14 Nias

15 Nias Barat

16 Nias Utara

17 Nias Selatan

18 Padang Lawas

19 Padang Lawas Utara

20 Pakpak Barat V

21 Pematang Siantar

22 Padang Sidempuan V 23 Samosir

24 Serdang Bedagai

25 Sibolga V

26 Simalungun V

27 Tapanuli Selatan V 28 Tapanuli Tengah V

29 Tapanuli Utara V

30 Toba Samosir V

31 Tebing Tinggi

32 Tanah Karo V

33 Tanjung Balai V

(42)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yangf digunakan adalah porposive sampling,

yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,

2006:78). Pertimbangan yang digunakan adalah :

1. kabupaten dan kota yang memiliki data Laporan Keuangan Daerah tahun

2005-2007,

2. kabupaten dan kota yang bukan merupakan daerah pemekaran pada tahun-

tahun amatan.

Dengan kriteria tersebut diperoleh 16 kabupaten dan kota sebagai sampel.

F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau

memberikan variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang di

perlukan peniliti untuk mengukur. Di lihat dari sudut pandang hubungannya

variabel yang di gunakan dalam penilitian ini terdiri dari variabel independent dan

variabel dependen.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen

(bebas), merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain (Umar, 2003:50).

Penelitian ini menggunakan variabel dan defenisi operasiomal sebagai berikut :

Variabel independen disimbolkan dengan “X1” (Dana Bagi Hasil Pajak) Dana

Bagi Hasil Pajak adalah bagian daerah yang berasal dari penerimaan Pajak Bumi

Dan Bangunan, Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, Pajak

(43)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

Pajak Penghasilan Pasal 21, “X2” (Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam) Dana

Bagi Hasil Sumber Daya Alam adalah bagian daerah yang berasal dari hasil-hasil

Kehutanan, Pertambangan Umum, Perikanan, Pertambangan Minyak Bumi,

Pertambangan Gas Bumi, dan Pertambangan Panas Bumi. “Y” (Belanja Modal),

Belanja Modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan

modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat

lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk

biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa

(44)
[image:44.595.105.518.167.554.2]

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

Tabel 3.2

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

G.Metode Analisis Data

Dalam Penelitian ini metode analisis data dilakukan dengan metode analisis

statistik dan menggunakan software SPSS 15.0. Penggunaan metode analisis

regresi dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah model tersebut

memenuhi asumsi klasik atau tidak.

Variabel Konsep Variabel Skala

Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berasal dari kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan, minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.

Rasio

Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam

Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berasal dari kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan, minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.

Rasio

Belanja Modal Pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.

(45)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi,

variable pengganggu atau residual memilki distribusi normal. Untuk menguji

apakah data berdistribusi normal akan digunakan analisis grafik probability plot,

histogram dan uji kolmogorovsmirnov. Kalau nilai residual tidak mengikuti

distribusi normal, uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil

(Ghozali, 2005:110). Menurut Ghozali (2005:110), “cara untuk mendeteksi

apakah residual berdistribusi normal atau tidak ada dua, yaitu analisis grafik dan

analisis statistik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data

(titik) pada sumbu diagonal dan grafik dengan melihat histogram dari

residualnya”. Dasar pengambilan keputusannya adalah

1). jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogramnya menunjukan pola distribusi normal,

maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,

2) jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukan data berdistribusi

normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

“Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah

uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S)”, yang dijelaskan oleh Ghozali

(2005:115). Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis:

Ho : data residual berdistribusi normal,

(46)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

Bila signifikansi >0,05 dengan = 5% berarti distribusi data normal dan Ho

diterima, sebaliknya bila nilai signifikan <0,05 berarti distribusi data tidak normal

dan Ha diterima.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variable bebas. Model regresi yang baik

seharusnya menunjukan tidak terjadi korelasi antar variable bebas.

Multikolinearitas adalah situasi adanya variabel-variabel independen antara yan

satu dengan yan lainnya. Dalam hal ini kita sebut variabel-variabel bebas tidak

orthogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas

yang memiliki nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol.

Model regresi yang baik seharusnya tidak ada korelasi antar variabel

independen. Ada tidaknya multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat :

1) melihat nilai tolerance,

nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolinearitas

adalah nilai tolerance > 0,10,

2) melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF),

nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolonearitas

adalah nilai VIF < 10,

(47)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

menurut Ghozali (2005 : 93) untuk matrik korelasi adanya indikasi

multikolinearitas dapat dilihat jika antar variabel independen ada korelasi yang

cukup tinggi umumnya di atas 0,95,

4) melihat nilai Condition Index (CI),

jika nilai CI antara 10 dan 30 terdapat multikolinearitas moderat kekuat,

sedangkan jika nilai CI > 30 artinya terdapat multikolinearitas sangat kuat.

c. Uji heteroskesdastisitas

Uji heterokesdastisitas bertujuan untuk melihat apakah didalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variable dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain

(Erlina, 2007:108) “jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas. Sebaliknya jika varians berbeda,

maka disebut heteroskedastisitas.” Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan melihat grafik Scaterplot antar nilai produksi variabel

independen dengan niali residualnya. Dasar analisis yang dapat digunakan untuk

menentukan heteroskedastisitas, antara lain:

1) jika ada pola tertentu, seperti titik yang membentuk pola tertentu yang teratur

(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah

terjadi heteroskedastisitas,

2) jika tidak ada pola yang jelas , seperti ttitik-titik menyebar di atas dan dibawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi

(48)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

1) Menurut Ghozali (2005 : 107) ”analisis dengan grafik plot memiliki

kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan

mempengaruhi hasil ploting. Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin

sulit menginterpretasikan hasil grafik plot.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menganalisis apakah dalam model regresi

linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan t-1 atau sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang

berurutan sepanjang tahun yang berkaitan dengan yang lainnya. Hal ini sering

ditemukan pada time series. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi

masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson

dengan ketentuan dari Profesor Singgih sebagai berikut:

1) angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif,

2) angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi,

3) angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

Run test sebagai bagian dari statistik non parametik dapat pula digunakan

untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar

residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah

acak atau random yaitu dengan melihat nilai probabilitasnya. Menurut Ghozali

(2005 : 103) bila signifikansi > 0,05 dengan = 5% berarti residual random dan

Ho diterima, sebaliknya bila nilai signifikan < 0,05 berarti residual tidak random

(49)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

2. Pengujian Hipotesis

Penelitian ini dianalisis dengan model regresi berganda untuk melihat

seberapa besar pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber

Daya Alam terhadap Belanja Modal dengan model dasar sebagai berikut:

Y= α+ 1X1 + 2X2+e

Keterangan :

Y = Variabel dependen, Belanja Modal

α = Konstanta

1 = Koefisien regresi X1

X1 = Variabel independen pertama yaitu Dana Bagi Hasil Pajak

2 = Koefisien regresi X2

X2 = Variabel independen kedua yaitu Dana Bagi Hasil Sumber Daya

Alam

e = Tingkat kesalahan pengganggu (error)

a.

Uji F statistik digunakan untuk menguji keberartian pengaruh dari seluruh

variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas. Uji F

dimaksudkan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari variabel bebas yaitu

Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam terhadap Belanja

Modal. Uji ini dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

(50)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

Ha diterima jika F hitung > F tabel pada tingkat kepercayaan 95%.

Selain itu dapat pula diihat dari nilai signifikansinya. Jika nilai signifikansi

penelitian < 0,05 maka Ha diterima.

Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh

terhadap Belanja Modal secara simultan. Hipotesis penelitian

Ho : b1 = b2 = b3 = 0 (Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya

Alam tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal secara parsial). Hipotesis Statistik

Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0 (Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya

Alam berpengaruh terhadap Belanja Modal secara parsial).

b.

Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Uji ini dilakukan untuk melihat pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak dan

Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam secara parsial terhadap Belanja Modal. Uji

ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi t hitung dengan ketentuan

sebagai berikut:

Uji Signifikansi Parsial (Uji T)

Ho diterima jika t hitung < t tabel ( = 5%),

Ha diterima jika t hitung > t tabel ( = 5%).

Selain itu dapat pula dilihat dari nilai signifikansinya. Jika nilai signifikansi

(51)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bgai Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh

terhadap Belanja Modal secara parsial. Hipotesis Penelitian

Ho : bi = 0 (Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam tidak

berpengaruh terhadap Belanja Modal secara parsial). Hipotesis Statistik

Ha : bi ≠ 0 (Dana Bagi Hasil Pajak d an Dan a Bagi Hasil Sum ber Daya Alam

(52)

Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data penelitian

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data

dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan micosoft excel, selanjutnya

dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi berganda.

Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan

software SPSS versi 15. Prosedur dimulai dengan memasukan variabel-variabel

penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai

metode analisis data yang tel

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka konseptual....................................................................23
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

pembelajaran menulis berkaitan dengan apa yang diketahui siswa dan bagaimana gambaran mengenai pengalaman penulis dalam meningkatkan proses dan hasil belajar siswa

Statistik Deskriptif Usia, Waktu Mengaudit dan Biaya Eksternal Audit..

memakan waktu yang cukup lama untuk proses pengecekan satu persatu

Berdasarkan Tabel 4 hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan data kesejahteraan psikologis sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok kontrol sebagai

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga skripsi dengan judulμ “Analisis Sistem Antrian Dan Simulasi Pelayanan Penerimaan Pasien BPJS

sehingga  pada  setiap bah  tersaji  suatu  uraian  yang  terintegrasi.  Dengan   cara  ini  maka  suntingan  naskahnya  dapat  digunakan  oleh  staf  pengajar  la- 

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu serta membimbing

Skripsi dengan judul PERANAN PUSAT KOPERASI SYARIAH BAITUL TAMWIL MUHAMMADIYAH LAMPUNG (PUSKOPSYAH BTM LAMPUNG) DALAM PEMBERIAN DANA LIKUIDITAS UNTUK MENINGKATKAN