Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM REGULER MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH DANA BAGI HASIL PAJAK DAN DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM TERHADAP BELANJA MODAL PADA
KABUPATEN DAN KOTA DI SUMATERA UTARA OLEH:
NAMA : ALFAN H. HARAHAP
NIM : 050503179
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Dana
Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja
Modal pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara” adalah benar hasil karya
saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau
diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program S1 Reguler
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas,
benar apa adanya. Apabila kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan,
Yang membuat pernyataan
Alfan H. Harahap
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr Wb,
Segala puji dan syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah Subhanahu wa
Ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan sejak penulis
mencari ide, mengajukan, menyusun, hingga dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa
pengarahan, bimbingan, bantuan, dan kerjasama semua pihak yang telah turut
membantu dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu,penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak dan Dra. Meutia Ismail, MM, Ak
selaku ketua departemen akuntansi dan sekretaris departemen akuntansi.
3. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan kesabarannya untuk memberikan pengarahan,
bimbimbingan, diskusi, serta masukan selama proses penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak dan Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak
selaku Dosen Penguji I dan Penguji II Saya yang telah memberikan arahan
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
5. Kedua orang tua saya : Ayah Ir. Marauli Harahap dan Ibu Gobir Nasution
yang telah memberikan dorongan berupa doa dan semangat bagi penulis
dalam proses penyusunan skripsi.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua serta memberikan balasan kepada pihak – pihak yang telah bersedia
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Amin.
Medan,
Yang Membuat Pernyataan
Alfan H. Harahap
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh terhadap Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara.
Metode penelitian dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan desain penelitian kausal, dengan jumlah sampel 16 kabupaten/ kota setiap tahunnya dari 33 kabupaten/ kota yang ada di Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan untuk periode 2005-2007. jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistika) Propinsi Sumatera Utara. Data yang dianalisis dalam penelitian ini diolah dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Metode analissi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda dengan uji t dan uji F.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kedua variabel independen berpengaruh positif terhadap Belanja Modal secara bersama-sama dan secara parsial Dana Bagi Hasil Pajak berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja Modal. Sedangkan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal.
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
ABSTRACT
This study analized the influence Tax Product Shared Fund and Nature Resources Product Shared Fund to Capital Expense in Regency/ City Government at North Sumatera Province.
The research method that used in this research is causal research design, and with 16 regency/ city as a sample for every year from 33 regency/ city at North Sumatera Province. The research is done for 2005-2007 period. This research utilizes secondary data. The data are taken from governments statistic center of North Sumatera. The data which is analizzed in this research are collected through the region budget of revenue and expenses. Analized method that used in this research is quantitative method, The data which have already collected are processed with classic assumption test before hypothesist test. Hypothesis test in this research used mulitiple linear regression with T test and F test.
This research concludes that all of independent variables had positive significant influence toward capital expense in simultan and in partial specia Tax product share fund are influences toward capital expense. Even nature research product share fund are not influences toward capital expense
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
DAFTAR ISI SKRIPSI
Halaman
PERNYATAAN... i
KATA PENGANTAR...ii
ABSTRAK...iv
ABSTRACT... v
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR TABEL...ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN...xi
BAB I PENDAHULUAN………1
A. Latar Belakang Masalah……….. ...1
B. Perumusan Masalah………....4
C. Batasan Masalah………..5
D. Tujuan Penelitian……….5
E. Manfaat Penelitian………...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………...7
A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara………...7
B. Otonomi Daerah………...9
C. Dana Bagi Hasil Pajak……….11
D. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam………..15
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu……….22
G. Kerangka Konseptual dan Hipotesis………25
1. Kerangka Konseptual………...25
2. Hipotesis Penelitian………...26
BAB III METODE PENELITIAN………...27
A. Desain Penelitian……….27
B. Metode Pengumpulan Data………..27
C. Jenis dan Sumber Data ………27
D. Populasi dan Sampel Penelitian ………..28
E. Teknik Pengambilan Sampel………...30
F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………..30
G. Metode Analisis Data………..32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..40
A. Data Penelitian……….40
B. Analisis Hasil Penelitian……….……….41
1. Analisis Deskriptif………...41
2. Uji Asumsi Klasik………43
a. Uji Normalitas...43
b. Uji Multikolinearitas...46
c. Uji Heteroskedastisitas...47
d. Uji Autokorelasi...49
3. Analisis Regresi...50
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
b. Analisis Koefisien dan Koefisien Determinasi...51
c. Pengujian Hipotesis...53
C. Pembahasan Hasil Penelitian...55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...58
A. Kesimpulan...58
B. Keterbatasan Penelitian...59
C. Saran...59
DAFTAR PUSTAKA...62
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu...21
Tabel 3.1 Populasi, Sampel Kabupaten dan Kota...25
Tabel 3.2 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel...28
Tabel 4.1 Daftar Sampel Kabupaten dan Kota...36
Tabel 4.2 Statistik Deskritif...37
Tabel 4.3 Uji Normalitas...39
Tabel 4.4 Coefficients untuk BM = f(DBH Pajak, DBH SDA)...42
Tabel 4.5 Coefficients Correlations untuk BM = f(DBH Pajak, DBH SDA)...43
Tabel 4.6 Hasil Uji Durbin Watson...46
Tabel 4.7 Analisis Hasil Regresi...47
Tabel 4.8 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi...49
Tabel 4.9 Hasil Uji F...50
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul
Gambar 2.1 Kerangka konseptual...23
Halaman
Gambar 4.1 Histogram...40
Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot...41
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
Lampiran 1 Daftar Sampel Kabupaten Dan Kota...59
Halaman Lampiran 2 Data Realisasi Belanja Modal Tahun 2005 sampai 2007...60
Lampiran 3 Data Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak Tahun 2005 sampai 2007...61
Lampiran 4 Data Realisasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Tahun 2005 sampai 2007...62
Lampiran 5 Statistik Deskriptif...63
Lampiran 6 Hasil Uji Normalitas...64
Lampiran 7 Histogram...65
Lampiran 8 Grafik Normal P-P Plot...66
Lampiran 9 Hasil Uji Multikolonearitas...67
Lampiran 10 Hasil Uji Heteroskedastisitas...68
Lampiran 11 Hasil Uji Autokorelasi...69
Lampiran 12 Analisis Hasil Regresi...70
Hasil Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi...70
Lampiran 13 Hasil Uji Hipotesis... ...71
Lampiran 14 Tabel F dengan signifikansi 5%...72
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional pada
hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah
sehingga tercipta suatu kemampuan yang handal dan profesional dalam
menjalankan pemerintahan serta memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat. Pembangunan daerah juga berarti memampukan daerah untuk
mengelola sumber daya ekonominya secara berdaya guna dan berhasil guna untuk
kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Otonomi yang di berikan kepada
daerah di laksanakan dengan memberikan wewenang yang luas, nyata, dan
bertanggungjawab secara proporsional. Pelimpahan tanggungjawab akan di ikuti
oleh pengaturan pembagian, pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan
serta perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Dengan demkian
pemerintah daerah diharapkan lebih mengerti dan memenuhi aspirasi masyarakat
di daerahnya agar dapat mendorong timbulnya prakarsa dan pelaksanaan
pembangunan yang merupakan prasyarat keberhasilan pelaksanaan pemerintahan.
Desentralisasi fiskal disatu sisi memberikan kewenangan yang lebih besar
dalam pengelolaan daerah, tetapi disisi lain memunculkan persoalan baru,
dikarenakan tingkat kesiapan fiskal daerah yang berbeda-beda. Penelitian yang
dilakukan Adi (2005) menunjukan terjadi disparitas pertumbuhan ekonomi yang
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
fiskal. Pemerintah dalam perkembangannya memberikan dana perimbangan untuk
mengatasi persoalan ketimpangan fiskal dan adanya kebutuhan pendanaan daerah
yang cukup besar tersebut dan salah satu komponen dana adalah Dana Bagi Hasi
(DBH). DBH dialokasikan dalam APBN untuk daerah-daerah tertentu dalam
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan termasuk dalam
program prioritas nasional. Dalam beberapa tahun berjalan, proporsi DBH
terhadap penerimaan daerah masih cukup tinggi dibanding dengan penerimaan
daerah yang lain. Hal ini menunjukan masih tingginya ketergantungan pemerintah
daerah terhadap pasokan dana dari pemerintah pusat ini. Namun demikian, dalam
jangka panjang, ketergantungan semacam ini harus semakin kecil. Berbagai
investasi yang dilakukan pemerintah daerah diharapkan memberikan hasil yang
positif.
DBH yang menjadi sumber dana tersebut terlebih dahulu harus melalui proses
penganggaran yang melibatkan eksekutif dan legislatif. Pihak eksekutif membuat
draft anggaran kemudian disampaikan kepada legislatif untuk dibahas
bersama-sama sebelum ditetapkan menjadi peraturan Daerah (Perda). Namun pada
beberapa kabupaten di Sumatera Utara, anggaran belanja langsung pemerintah
daerah terkadang terlalu kecil, tidak sebanding dengan sumber dana yang
diperoleh. Eksekutif dan legislatif dalam proses penyusunan anggaran tidak
menjadikan belanja langsung menjadi belanja yang penting dalam penetapan
anggaran belanja langsung melalui penggunaaan sumber dana khususnya DAK
harus melalui regulasi pusat, artinya pemerintah daerah harus berkonsultasi
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
langsung dapat menghambat pembagunan fasilitas-fasilitas publik yang
mendukung penerimaan daerah dan ketertarikan investor untuk menanamkan
modalnya didaerah tersebut.
Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001, berbagai
kebijakan menyangkut keuangan daerah dan APBD mengalami perubahan. Dalam
hal sumber pendapatan daerah misalnya, sebelum otonomi daerah digulirkan
sumber pendapatan daerah relatif terbatas. Lahirnya kebijakan Dana Perimbangan
merupakan konsekuensi dari strategi desentralisasi fiskal. Pada prinsipnya Dana
Perimbangan tersebut merupakan sumber pembiayaan yang saling melengkapi
dengan dana dari masing-masing daerah dengan tetap memperhatikan kebutuhan
wilayah daerah otonom yang bersangkutan. Namun dalam proses implementasi,
desentralisasi fiskal belum menjadi salah satu faktor keberhasilan pelaksanaan
otonomi daerah, jika Pemerintah Daerah tidak siap dalam mengelola dan
memanfaatkan keuangan daerah secara efektif dan efisien untuk peningkatan
kesejahteraan rakyat.
Hampir semua provinsi dan kabupaten dan kota di Indonesia memiliki
masalah ketimpangan fiskal. Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara
merupakan Kabupaten dan Kota yang pemerintah daerahnya senantiasa
meningkatkan daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan
yang telah di tetapkan oleh Pemerintah Propinsi Sumatera Utara. Adapun upaya
peningkatan daerah tesebut adalah upaya untuk meningkatkan Penerimaan
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Salah satu sumber pendapatan daerah pada pasal 157 Undang-Undang No.33
Tahun 2004 adalah Dana Perimbangan yang terdiri dari (1) Dana Bagi Hasil (2)
Dana Alokasi Umum (3) Dana Alokasi Khusus. Dana Bagi Hasil di bagi menjadi
dua bagian yaitu dana bagi hasil yang bersumber dari pajak dan sumber daya
alam. Pajak dan Sumber Daya Alam merupakan unsur besar dalam menghasilkan
pendapatan daerah yang salah satunya berupa belanja modal. Kontribusi Pajak dan
Sumber Daya Alam terhadap kelangsungan pelaksanaan pembangunan yang
terangkum dalam dana perimbangan walaupun cukup besar nilainya dianggap
tidak cukup dalam menopang pendapatan daerah. Hal ini dikarenakan dana
perimbangan yang termasuk dalam pajak pusat yang mana masih terdapat bagian
yang harus di bagi dengan pemerintah pusat.
Berdasarkan penelitian Budi Setyawan, Priyo Hari Adi (2007), menunjukan
adanya pengaruh yang positif antara Fiscal Stress terhadap pertumbuhan belanja
modal. Penelitian lain seperti yang dilakukan oleh Darwanto (2006) dan Irma
Syafitri (2009), menunjukan bahwa pendapatan asli daerah memiliki korelasi
positif dan signifikan terhadap belanja modal.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan pengujian
Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam pada
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, dalam skripsi yang berjudul :
“ Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan topik yang penulis pilih untuk
diteliti, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut: apakah
terdapat pengaruh dana bagi hasil pajak dan dana bagi hasil sumber daya alam
terhadap belanja modal pada kabupaten dan kota di Sumatera Utara baik secara
simultan maupun secara parsial?
C. Batasan Masalah
Adapun yang menjadi batasan objek penelitian penulis adalah :
1. Untuk LKPD (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah) Kabupaten/Kota
yang menjadi objek penelitian, penulis membatasi hanya Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota pada tahun 2005-2007.
2. Untuk Kabupaten/Kota yang menjadi objek penelitian, penulis membatasi
hanya Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dana bagi hasil pajak dan
dana bagi hasil sumber daya alam terhadap belanja modal pada kabupaten dan
kota di Sumatera Utara baik secara simultan maupun secara parsial.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti, penelitian ini menjadi sebagai salah satu upaya untuk mendapat
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
masukan apabila ditanya pendapatnya mengenai pengaruh dana bagi hasil pajak
dan dana bagi hasil sumber daya alam terhadap belanja modal di kabupaten dan
kota di sumatera utara.
2. Bagi kabupaten dan kota, penelitian ini diharapkan menjadi informasi serta
bahan pertimbangan bagi manajemen pemerintahan kabupaten/kota untuk
memberikan perhatian terhadap penggunaan belanja modal yang bersumber dari
Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam.
3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan menjadi stimultan dan referensi
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Menurut Mamesah (1995 : 16), keuangan daerah dapat diartikan sebagai
”semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala
sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah
sepanjang belum dimiliki/ dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta
pihak-pihak lain sesuai ketentuan/ perundangan yang berlaku. ”Menurut Halim
(2004 : 20), ruang lingkup keuangan daerah terdiri dari ”keuangan daerah yang
dikelola langsung dan kekayaan daerah yang dipisahkan. Keuangan daerah yang
dikelola langsung adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan
barang-barang inventaris milik daerah. Keuangan daerah yang dipisahkan meliput i
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
”Keuangan daerah dalam arti sempit yakni terbatas pada hal-hal yang
berkaitan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Oleh sebab itu,
keuangan daerah identik dengan APBD. ” (Saragih, 2003 : 12). Bentuk dan
susunan APBD berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri)
No. 29 Tahun 2002 adalah terdiri atas tiga bagian, yaitu Pendapatan, Belanja dan
Pembiayaan.anggaran daerah merupakan salah satu alat yang memegang peranan
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
kenutuhan masyarakat dengan memperhatikan potensi dan sumber-sumber
kekayaan daerah.
Menurut Mamesah (1995 : 20), APBD dapat didefinisikan sebagai :
rencana operasional keuangan Pemerintah Daerah, dimana disatu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam satu tahun anggaran tertentu, dan pihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud.
Pada era Orde Lama, definisi APBD yang dikemukakan oleh Halim(2004:16)
adalah :
rencana pekerjaan keuangan (financial Workplan) yang dibuat untuk jangka waktu tertentu, dalam waktu mana badan legislatif (DPRD) memberikan kredit kepada badan eksekutif (kepala daerah) untukl melakukan pembiayaan guna kebutuhan rumah tangga daerah sesuai dengan rancangan yang menjadi dasar (grondslag) penetapan anggaran, dan yang menunjukan semua penghasilan untuk menutup pengeluran tadi.
Unsur-Unsur APBD menurut Halim (2004 : 16) adalah :
a. rencana kegiatan suatu daerah, beserta urainnya secara rinci,
b. adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya-biaya sehubungan dengan aktivitas tersebut, dan adanya biaya-biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran-pengeluaran yang akan dilaksanakan,
c. jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka, periode anggaran yang biasanya 1 tahun.
Menurut Bastian (2000 : 189), APBD merupakan “pengejawantahan rencana
kerja Pemda dalam bentuk satuan uang untuk kurun waktu satu tahunan dan
berorientasi pada tujuan kesejahteraan publik.” Menurut Saragih (2003 : 122).
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
pengelolaan keuangan daerah dalam tahun anggaran tertentu, umumnya satu
tahun. “ Keterbatasan sumberdaya sebagai pangkal masalah utama dalam
pengalokasian anggaran sektor publik dapat diatasi dengan pendekatan ilmu
ekonomi melalui berbagai teori tentang teknik dan prinsip seperti yang dikenal
dalam Public expenditure management. Tuntutan untuk mengubah struktur
belanja semakin kuat, khususnya pada daerah-daerah yang mengalami kapasitas
fiskal rendah (Halim, 2001).
B. Otonomi Daerah
a. Pengertian Otonomi Daerah
Hakekat otonomi daerah adalah wewenang, hak dan kewajiban daerah untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Dasar Hukum Otonomi Daerah
Dasar hukum dari otonomi daerah adalah
1) UUD 1945 pasal 18A
2) TAP MPR No. XV/ MPR 1998 tentang Otonomi Daerah
3) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
4) UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
c. Perkembangan Otonomi Daerah
Pada tahun 2001, Indonesia telah memasuki era Otonomi Daerah. Sejak
periode tersebut, Kabupaten/ Kota terus meningkat jumlahnya. Sejak tahun 1999
sampai 2008, terbentuk 203 daerah otonom baru, yaitu tujuh provinsi dan 196
Kabupaten/ Kota. Dengan adanya Otonomi, banyak daerah-daerah yang telah
mengalami pemekaran. Pemekaran ini mempunyai tujuan mulia yakni agar
tercapainya efisiensi, keadilan, kemandirian dan juga untuk meningkatkan kualitas
demokrasi Indonesia dan mencegah munculnya tuntutan separatisme. Tetapi
dibalik tujuan mulia tersebut, pemekaran ini juga menyebabkan munculnya
tantangan-tantangan baru bagi pemerintah maupun masyarakat. Dari sudut politik,
munculnya kepentingan elit politik daerah demi memperoleh kekuasaan, dan dari
sudut pandang ekonomi, terjadinya inefisiensi dalam produksi dan alokasi sumber
daya ekonomi lokal.
d. Otonomi Daerah Di Sumatera Utara
Propinsi Sumatera Utara sebagai salah satu daerah otonomi yang terdiri atas
beberapa kabupaten dan kota juga mengalami masalah-masalah yang timbul
akibat dari pemekaran. Masalah yang timbul yaitu kesenjangan fiskal, penyusunan
anggaran belanja dan penetapan anggaran daerah. Sehingga masalah ini pun
terkadang tidak sesuai dan tidak memandang kepentingan orang banyak secara
nyata. Dan juga masalah tersebut belum termasuk ketidaksesuaian antara program
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Pemerintah Daerah ditinjau dari pendapatannya masih sangat tergantung atas
dana transfer dari pemerintah padahal otonomi daerah sesungguhnya merupakan
kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangga pemerintahannya secara
mandiri terlebih lagi soal pendapatan daerah.
C. Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah dengan memperhatikan potensi daerah penghasil
berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi. Dasar hukum Dana Bagi Hasil antara lain :
a. UU No. 20 Tahun 2000 tentang Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan.
b. UU No. 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
c. UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
d. PP No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
e. PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
f. UU No. 33 Tahun 2004 Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Sumber : www. depkeu.co.id
DBH yang berasal dari pajak adalah bagian daerah yang berasal dari
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan, Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
ditetapkan oleh Menteri Keuangan. DBH Pajak s e nd ir i disalurkan dengan cara
pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum
Daerah.
a) Dana Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan
Penerimaan Negara dari PBB dibagi dengan imbangan 10% (sepuluh
persen) untuk Pemerintah dan 90% (sembilan puluh persen) untuk daerah. Dana
Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan untuk daerah sebesar 90% (sembilan puluh
persen) dibagi dengan rincian sebagai berikut: 16,2% (enam belas dua
persepuluh persen) untuk provinsi yang bersangkutan, 64,8% (enam puluh empat
delapan persepuluh persen) untuk kabupaten/kota yang bersangkutan, dan 9%
(sembilan persen) untuk biaya pemungutan.
Bagian Pemerintah sebesar 10% (sepuluh persen) dialokasikan kepada
seluruh kabupaten dan kota. Alokasi untuk kabupaten dan kota sebagaimana
dimaksud dibagi dengan rincian sebagai berikut: 6,5% (enam lima persepuluh
persen) dibagikan secara merata kepada seluruh kabupaten dan kota, dan 3,5%
(tiga lima persepuluh persen) dibagikan sebagai insentif kepada kabupaten
dan/kota yang realisasi penerimaan PBB sektor Pedesaan dan Perkotaan pada
tahun anggaran sebelumnya mencapai/melampaui rencana penerimaan yang
ditetapkan.
Alokasi DBH PBB ditetapkan berdasarkan rencana penerimaan PBB dan
Biaya Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan tahun anggaran bersangkutan; dan
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Penyaluran DBH PBB dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan PBB
tahun anggaran berjalan. Penyaluran DBH PBB dilaksanakan secara mingguan.
Penyaluran PBB bagian Pemerintah dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu
bulan April, bulan Agustus, dan bulan Nopember tahun anggaran berjalan.
Penyaluran PBB bagian Pemerintah dilaksanakan dalam bulan Nopember tahun
anggaran berjalan.
b) Dana Bagi Hasil Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Penerimaan Negara dari BPHTB dibagi dengan imbangan 20% (dua puluh
persen) untuk Pemerintah dan 80% (delapan puluh persen) untuk daerah. DBH
BPHTB untuk daerah sebesar 80% (delapan puluh persen) dibagi dengan
rincian sebagai berikut: 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang
bersangkutan; dan 64% (enam puluh empat persen) untuk kabupaten/kota yang
bersangkutan. Bagian Pemerintah sebesar 20% (dua puluh persen) dialokasikan
dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten dan kota. Alokasi DBH
PBB ditetapkan berdasarkan rencana penerimaan PBB dan BPHTB tahun
anggaran bersangkutan; dan paling lambat 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran
bersangkutan dilaksanakan.
Penyaluran DBH BPHTB dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan
BPHTB tahun anggaran berjalan. Penyaluran DBH BPHTB dilaksanakan secara
mingguan. Penyaluran BPHTB bagian Pemerintah dilaksanakan dalam 3 (tiga)
tahap, yaitu bulan April, bulan Agustus, dan bulan Nopember tahun anggaran
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
c) DBH PPh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan Pajak Penghasilan Pasal 21
Penerimaan Negara dari PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 dibagikan kepada
daerah sebesar 20% (dua puluh persen). DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21
dibagi dengan rincian sebagai berikut : 8% (delapan persen) untuk provinsi yang
bersangkutan; dan 12% (dua belas persen) untuk kabupaten/kota dalam provinsi
yang bersangkutan.
DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 dibagi dengan rincian berikut: 8,4%
(delapan empat persepuluh persen) untuk kabupaten/kota tempat wajib pajak
terdaftar; dan 3,6% (tiga enam persepuluh persen) untuk seluruh kabupaten/kota
dalam provinsi yang bersangkutan dengan bagian yang sama besar.
Alokasi DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 didasarkan atas rencana
penerimaan DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21. Alokasi DBH PPh
WPOPDN dan PPh Pasal 21 didasarkan atas prognosa realisasi penerimaan
DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21. Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan
PPh Pasal 21 dilaksanakan berdasarkan prognosa realisasi penerimaan PPh
WPOPDN dan PPh Pasal 21 tahun anggaran berjalan. Penyaluran DBH PPh
WPOPDN dan PPh Pasal 21 dilaksanakan secara triwulanan, dengan perincian
sebagai berikut: penyaluran triwulan pertama sampai dengan triwulan
ketiga masing-masing sebesar 20% (dua puluh persen) dari alokasi sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a dan penyaluran triwulan
keempat didasarkan pada selisih antara Pembagian Definitif sebagaimana
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
dicairkan selama triwulan pertama sampai dengan triwulan ketiga. Dalam hal
terjadi kelebihan penyaluran karena penyaluran triwulan pertama sampai dengan
triwulan ketiga yang didasarkan atas pembagian sementara lebih besar
daripada pembagian definitif maka kelebihan dimaksud diperhitungkan
dalam penyaluran tahun anggaran berikutnya.
D. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam.
DBH Sumber Daya Alam berasal dari:
a.Kehutanan;
b.Pertambangan Umum;
c.Perikanan;
d.Pertambangan Minyak Bumi;
e.Pertambangan Gas Bumi; dan
f.Pertambangan Panas Bumi.
a) DBH Sumber Daya Alam Kehutanan
DBH Sumber Daya Alam Kehutanan dari Iuran Izin Usaha Pemanfaatan
Hutan (IIUPH), Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan Dana Reboisasi (DR).
DBH Kehutanan yang berasal dari IIUPH untuk daerah sebesar 80% (delapan
puluh persen) dibagi dengan rincian: 16% (enam belas persen) untuk provinsi
yang bersangkutan dan 64% (enam puluh empat persen) untuk kabupaten/kota
penghasil. DBH Kehutanan yang berasal dari PSDH untuk daerah sebesar 80%
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
provinsi yang bersangkutan, 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota
penghasil dan 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota lainnya dalam
provinsi yang bersangkutan. DBH Kehutanan yang berasal dari PSDH dibagikan
dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota lainnya
dalam provinsi yang bersangkutan. DBH Kehutanan yang berasal dari DR
sebesar 40% (empat puluh persen) dibagi kepada kabupaten/kota penghasil
untuk mendanai kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan.
b) DBH Pertambangan Umum
DBH Pertambangan Umum berasal dari Iuran Tetap (Land-rent); dan Iuran
Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi (Royalty). DBH Pertambangan Umum
sebesar 80% (delapan puluh persen) yang berasal dari wilayah
kabupaten/kota dibagi dengan rincian 16% (enam belas persen) untuk provinsi
yang bersangkutan dan 64% (enam puluh empat persen) untuk kabupaten/kota
penghasil.
DBH Pertambangan Umum sebesar 80% (delapan puluh persen) yang
berasal dari wilayah kabupaten/kota dibagi dengan rincian: 16% (enam belas
persen) untuk provinsi yang bersangkutan, 32% (tiga puluh dua persen) untuk
kabupaten/kota penghasil dan 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota
lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. DBH Pertambangan Umum,
dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota lainnya
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
DBH Pertambangan Umum yang berasal dari wilayah provinsi adalah sebesar
80% (delapan puluh persen) untuk provinsi yang bersangkutan DBH
pertambangan umum sebesar 80% (delapan puluh persen) yang berasal dari
wilayah propinsi di bagi dengan rincian: 26% (dua puluh enam persen) untuk
provinsi yang bersangkutan dan 54% (lima puluh empat persen) untuk
kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. DBH
Pertambangan Umum dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh
kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
c) DBH Perikanan
DBH Perikanan berasal dari Pungutan Pengusahaan Perikanan dan Pungutan
Hasil Perikanan. DBH Perikanan untuk daerah sebesar 80% (delapan puluh
persen) dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh
kabupaten/kota.
d) DBH Pertambangan Minyak Bumi
DBH pertambangan minyak bumi sebesar 15,5% (lima belas setengah persen)
berasal dari penerimaan negara sumber daya alam pertambangan minyak bumi
dari wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan setelah dikurangi komponen
pajak dan pungutan lainnya. DBH pertambangan minyak bumi sebesar 15%
(lima belas persen) dibagi dengan rincian sebagai berikut: 3% (tiga persen)
dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan, 6% (enam persen) dibagikan untuk
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. DBH Pertambangan
Minyak Bumi sebesar 0,5% (setengah persen) dibagi dengan rincian sebagai
berikut: 0,1% (satu persepuluh persen) untuk provinsi yang bersangkutan, 0,2%
(dua persepuluh persen) untuk kabupaten/kota penghasil dan 0,2% (dua
persepuluh persen) untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi
yang bersangkutan. DBH Pertambangan Minyak Bumi, dibagikan dengan
porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi
yang bersangkutan.
DBH pertambangan minyak bumi sebesar 15,5% (lima belas setengah persen)
berasal dari penerimaan negara sumber daya alam pertambangan minyak bumi
dari wilayah provinsi yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan
pungutan lainnya. DBH pertambangan minyak bumi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sebesar 15% (lima belas persen) dibagi dengan rincian sebagai
berikut: 5% (lima persen) dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan dan 10%
(sepuluh persen) dibagikan untuk seluruh kabupaten/kota dalam Provinsi yang
bersangkutan. DBH Pertambangan Minyak sebesar 0,5% (setengah persen
dibagio dengan rincian sebagai berikut 0,17% (tujuh belas perseratus
persen) dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan; dan 0,33% (tiga
puluh tiga perseratus persen) dibagikan untuk seluruh kabupaten/kota dalam
Provinsi yang bersangkutan. DBH Pertambangan Minyak Bumi, dibagikan
dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota dalam
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
e) DBH Pertambangan Gas Bumi
DBH pertambangan gas bumi sebesar 30,5% (tiga puluh setengah persen)
berasal dari penerimaan negara sumber daya alam pertambangan gas
bumi dari wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan setelah dikurangi
komponen pajak dan pungutan lainnya. DBH pertambangan gas bumi sebesar
30% (tiga puluh persen) dibagi dengan rincian sebagai berikut: 6% (enam persen)
dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan, 12% (dua belas persen) dibagikan
untuk kabupaten/kota penghasil dan 12% (dua belas persen) dibagikan untuk
seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. DBH
Pertambangan Gas Bumi sebesar 0,5% (setengah persen) dibagi dengan rincian
sebagai berikut 0,1% (satu persepuluh persen) untuk provinsi yang bersangkutan,
0,2% (dua persepuluh persen) untuk kabupaten/kota penghasil dan 0,2% (dua
persepuluh persen) untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi
yang bersangkutan. DBH Pertambangan Gas Bumi dibagikan dengan porsi yang
sama besar untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang
bersangkutan.
DBH Pertambangan Gas Bumi sebesar 30,5% (tiga puluh setengah persen)
berasal dari penerimaan negara sumber daya alam pertambangan gas bumi
dari wilayah provinsi yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan
pungutan lainnya. DBH Pertambangan Gas Bumi sebesar 30% (tiga puluh
persen) dibagi dengan rincian sebagai berikut: 10% (sepuluh persen) dibagikan
untuk provinsi yang bersangkutan dan 20% (dua puluh persen) dibagikan untuk
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Gas Bumi sebesar 0,5% (setengah persen) dibagi dengan rincian sebagai berikut:
0,17% (tujuh belas perseratus persen) dibagikan untuk provinsi yang
bersangkutan dan 0,33% (tiga puluh tiga perseratus persen) dibagikan untuk
seluruh kabupaten/kota dalam Provinsi yang bersangkutan. DBH Pertambangan
Gas Bumi dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh
kabupaten/kota dalam propinsi yang bersangkutan.
f) DBH Pertambangan Panas Bumi
DBH Pertambangan Panas Bumi berasal dari: Setoran Bagian Pemerintah,
Iuran Tetap dan Iuran Produksi. DBH Pertambangan Panas Bumi untuk daerah
sebesar 80% (delapan puluh persen) dan dibagi dengan rincian: 16% (enam belas
persen) untuk provinsi yang bersangkutan, 32% (tiga puluh dua persen) untuk
kabupaten/kota penghasil dan 32% (tiga puluh dua persen) untuk seluruh
kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. DBH Pertambangan
Panas Bumi dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk semua
kabupaten/kota dalam provinsi yang bersangkutan.
Penyaluran DBH sebagaimana dilaksanakan berdasarkan realisasi
penerimaan sumber daya alam tahun anggaran berjalan. Penyaluran DBH
dilaksanakan secara triwulanan. Penyaluran DBH Sumber Daya Alam
dilaksanakan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara
ke Rekening Kas Umum Daerah.
Penyaluran DBH Pertambangan Minyak Bumi dan Pertambangan Gas
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
minyak bumi tidak melebihi 130% (seratus tiga puluh persen) dari
penetapan dalam APBN tahun berjalan. Dalam hal asumsi dasar harga minyak
bumi yang ditetapkan dalam APBN Perubahan melebihi 130% (seratus tiga
puluh persen), selisih penerimaan negara dari minyak bumi dan gas bumi
sebagai dampak dari kelebihan dimaksud dialokasikan dengan menggunakan
formula DAU. Ketentuan mengenai tata cara penghitungan selisih penerimaan
negara dari minyak bumi dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Menteri Keuangan melakukan pemantauan dan evaluasi atas
penggunaan anggaran pendidikan dasar yang berasal dari DBH Minyak Bumi
dan Gas Bumi. Menteri teknis melakukan pemantauan dan evaluasi teknis
pelaksanaan kegiatan yang didanai dari DBH Dana Reboisasi. Menteri Keuangan
melakukan pemantauan dan evaluasi atas penggunaan anggaran rehabilitasi
hutan dan lahan yang berasal dari DBH Dana Reboisasi. Apabila hasil
pemantauan dan evaluasi mengindikasikan adanya penyimpangan, Menteri
Keuangan meminta aparat pengawasan fungsional untuk melakukan
pemeriksaan. Hasil pemeriksaan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam pengalokasian DBH untuk tahun anggaran berikutnya.
E. Belanja Modal
Menrut Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan ”belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah dan aset
tidak berwujud pembangunan serta perbaikan sektor pendidikan, kesehatan,
transportasi, sehingga masyarakat juga menikmati manfaat dari pembangunan
daerah. Menurut Halim (2004 : 73), ”belanja modal merupakan belanja
pemeerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan
menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja
yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi
umum.
Tersedianya infrastruktur yang baik diharapkan dapat menciptakan efisiensi
dan efektifitas diberbagai sektor, produktifitas masyarakat diharapkan menjadi
semakin tinggi dan pada gilirannya terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan dalam sektor pelayanan kepada publik akan merangsang
masyarakat untuk lebih aktif dan bergairah dalam bekerja karena ditunjang oleh
fasilitas yang memadai, selain itu investor juga akan tertarik kepada daerah karena
fasilitas yang dinberikan kepada daerah. Dengan bertambahnya produktifitas
masyarakat dan investor yang berada di daerah akan berdampak pada peningkatan
pendapatan asli daerah. Pendapatan daerah yang semakin tinggi akan merangsang
pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan mutu pelayanannya kepada publik
sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi daerah akan meningkat seiring dengan
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai Pengaruh Fiscal Stress Terhadap Pertumbuhan
Pendapatan Asli Daerah Dan Belanja Modal oleh Budi Setyawan, Priyo Hari Adi
(2007). Hasil pengujian hipotesis menunjukkan terdapat hubungan positif antara
fiscal stress terhadap pertumbuhan belanja modal/pembangunan. Penelitian lainnya
adalah Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dan Dana
Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal oleh Darwanto
(2006). Hasil Uji Hipotesis menunjukkan bahwa, variabel PAD memiliki korelasi
positif dan signifikan terhadap belanja modal. Penelitian lainnya adalah Pengaruh
Pertumbuhan ekonomi, PAD, DAU Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja
Modal Pada Pemerintahan Kabupaten/ Kota Di Provinsi Sumatera Utara oleh Irma
Syafitri (2009). Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa, variabel PAD juga
memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap belanja modal.
Penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat pada
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti dan Tahun Penelitian
Judul
Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelititan
1 Budi Setyawan, Priyo Hari Adi, 2007 Pengaruh Fiscal Stress Terhadap Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Dan Belanja Modal
Dalam penelitian ini
yang digunakan sebagai variabel adalah
fiscal Stress sebagai
variabel bebas dan pertumbuhan
pendapatan asli daerah dan belanja modal sebagai variabel terikat.
Budi Setyawan dan Priyo Hari Adi menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara fiscal stress terhadap pertumbuhan belanja modal/pembangunan.
2 Darwanto, 2006. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.
Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel adalah
pertumbuha ekonomi, pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum sebagai variabel bebas dan kinerja keuangan dan pengalokasian anggaran belanja modal sebagai variabel terikat.
Dari penelitian yang telah dilakukan, didapat hasil bahwa menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap belanja modal.
3 Irma
Syafitri, 2009. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.
Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel adalah
pertumbuha ekonomi, pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum sebagai variabel dan pengalokasian
anggaran belanja modal sebagai variabel terikat.
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
G. Kerangka Konseptual dan Hipotesis a. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan factor-faktor yang penting yang telah di ketahui
dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual ini akan menghubungkan
antara variable-variabel penelitian, yaitu variable bebas dan variable terikat.
Berdasarkan penelitian terdahulu, Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil
Sumber Daya Alam sebagai variabel X1 dan X2 akan mempengaruhi belanja
modal sebagai variabel Y baik secara parsial ataupun secara simultan. Dana Bagi
Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam merupakan sumber
penerimaan pemerintah daerah yang bersumber dari pemerintah pusat. Pemerintah
Daerah akan mampu menetapkan belanja modal yang semakin besar jika anggaran
Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bgai Hasil Sumber Daya Alam semakin besar,
maka secara teoritis. Sebaliknya, semakin kecil pula belanja modal yang akan
ditetapkan. Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
berpengaruh positif terhadap belanja modal.
Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas yaitu Dana Bagi Hasi Pajak
dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam serta satu variable terikat yaitu Belanja
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
b. Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2007:38) hipotesis merupakan proposisi yang dirumuskan
dengan maksud untuk diuji secara empiris, dan hipotesis merupakan penjelasan
sementara tentang prilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau
akan terjadi. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Dana Bagi Hasil Pajak dan
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh terhadap Belanja Modal baik
secara simultan maupun parsial”
Belanja Modal (y) Dana Bagi Hasil Pajak
(X1)
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2006:11)
dengan bentuk hubungan kausal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh dana bagi hasil pajak dan dana bagi hasil sumber daya
alam terhadap belanja modal. Dalam penelitian ini dana bagi hasil pajak dan dana
bagi hasil sumber daya alam merupakan variable independent, dan belanja modal
sebagai variable dependen.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
mendokumentasikan data sekunder yang diperlukan berupa laporan keuangan
yang dipublikasikan.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif
yaitu data yang diukur dalam suatu skala secara numerik (Kuncoro, 2004:124).
Data dalam penelitian ini bersifat pooling yaitu gabungan antara time series dan
cross section. Data tersebut juga merupakan data sekunder yaitu data/informasi
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Kabupaten dan kota di Sumatera Utara periode 2005-2007, melalui Kantor Badan
Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, situs www.bpk.go.id, laporan keuangan,
dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi menurut Sugiyono (2006:72) adalah wilayah generalisasi yag terdiri
atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya.
Masalah dalam regresi berganda cross-sectional diatasi dengan membatasi
populasi penelitian pada kabupaten/ kota tertentu. Populasi penelitian ini
berjumlah 33 Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara. adalah kabupaten dan kota
yang ada di Sumatera Utara. Dari populasi yang ada akan diambil sejumlah
tertentu sebagai sampel. Dimana sampel adalah bagian dari jumlah dan
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Tabel 3.1
Populasi, Sampel Kabupaten Dan Kota
No Kabupaten/ Kota Sampel
1 Asahan V
2 Batu Bara
3 Binjai
4 Deli Serdang V
5 Dairi
6 Gunung Sitoli
7 Humbang Hasundutan V
8 Labuhan Batu V
9 Labuhan Batu Selatan
10 Labuhan Batu Utara
11 Langkat
12 Mandailing Natal V
13 Medan V
14 Nias
15 Nias Barat
16 Nias Utara
17 Nias Selatan
18 Padang Lawas
19 Padang Lawas Utara
20 Pakpak Barat V
21 Pematang Siantar
22 Padang Sidempuan V 23 Samosir
24 Serdang Bedagai
25 Sibolga V
26 Simalungun V
27 Tapanuli Selatan V 28 Tapanuli Tengah V
29 Tapanuli Utara V
30 Toba Samosir V
31 Tebing Tinggi
32 Tanah Karo V
33 Tanjung Balai V
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yangf digunakan adalah porposive sampling,
yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2006:78). Pertimbangan yang digunakan adalah :
1. kabupaten dan kota yang memiliki data Laporan Keuangan Daerah tahun
2005-2007,
2. kabupaten dan kota yang bukan merupakan daerah pemekaran pada tahun-
tahun amatan.
Dengan kriteria tersebut diperoleh 16 kabupaten dan kota sebagai sampel.
F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau
memberikan variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang di
perlukan peniliti untuk mengukur. Di lihat dari sudut pandang hubungannya
variabel yang di gunakan dalam penilitian ini terdiri dari variabel independent dan
variabel dependen.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen
(bebas), merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain (Umar, 2003:50).
Penelitian ini menggunakan variabel dan defenisi operasiomal sebagai berikut :
Variabel independen disimbolkan dengan “X1” (Dana Bagi Hasil Pajak) Dana
Bagi Hasil Pajak adalah bagian daerah yang berasal dari penerimaan Pajak Bumi
Dan Bangunan, Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, Pajak
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Pajak Penghasilan Pasal 21, “X2” (Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam) Dana
Bagi Hasil Sumber Daya Alam adalah bagian daerah yang berasal dari hasil-hasil
Kehutanan, Pertambangan Umum, Perikanan, Pertambangan Minyak Bumi,
Pertambangan Gas Bumi, dan Pertambangan Panas Bumi. “Y” (Belanja Modal),
Belanja Modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan
modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat
lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk
biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Tabel 3.2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
G.Metode Analisis Data
Dalam Penelitian ini metode analisis data dilakukan dengan metode analisis
statistik dan menggunakan software SPSS 15.0. Penggunaan metode analisis
regresi dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah model tersebut
memenuhi asumsi klasik atau tidak.
Variabel Konsep Variabel Skala
Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berasal dari kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan, minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.
Rasio
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berasal dari kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan, minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.
Rasio
Belanja Modal Pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variable pengganggu atau residual memilki distribusi normal. Untuk menguji
apakah data berdistribusi normal akan digunakan analisis grafik probability plot,
histogram dan uji kolmogorovsmirnov. Kalau nilai residual tidak mengikuti
distribusi normal, uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil
(Ghozali, 2005:110). Menurut Ghozali (2005:110), “cara untuk mendeteksi
apakah residual berdistribusi normal atau tidak ada dua, yaitu analisis grafik dan
analisis statistik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data
(titik) pada sumbu diagonal dan grafik dengan melihat histogram dari
residualnya”. Dasar pengambilan keputusannya adalah
1). jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukan pola distribusi normal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,
2) jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukan data berdistribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
“Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah
uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S)”, yang dijelaskan oleh Ghozali
(2005:115). Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis:
Ho : data residual berdistribusi normal,
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Bila signifikansi >0,05 dengan = 5% berarti distribusi data normal dan Ho
diterima, sebaliknya bila nilai signifikan <0,05 berarti distribusi data tidak normal
dan Ha diterima.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variable bebas. Model regresi yang baik
seharusnya menunjukan tidak terjadi korelasi antar variable bebas.
Multikolinearitas adalah situasi adanya variabel-variabel independen antara yan
satu dengan yan lainnya. Dalam hal ini kita sebut variabel-variabel bebas tidak
orthogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas
yang memiliki nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol.
Model regresi yang baik seharusnya tidak ada korelasi antar variabel
independen. Ada tidaknya multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat :
1) melihat nilai tolerance,
nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolinearitas
adalah nilai tolerance > 0,10,
2) melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF),
nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolonearitas
adalah nilai VIF < 10,
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
menurut Ghozali (2005 : 93) untuk matrik korelasi adanya indikasi
multikolinearitas dapat dilihat jika antar variabel independen ada korelasi yang
cukup tinggi umumnya di atas 0,95,
4) melihat nilai Condition Index (CI),
jika nilai CI antara 10 dan 30 terdapat multikolinearitas moderat kekuat,
sedangkan jika nilai CI > 30 artinya terdapat multikolinearitas sangat kuat.
c. Uji heteroskesdastisitas
Uji heterokesdastisitas bertujuan untuk melihat apakah didalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variable dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
(Erlina, 2007:108) “jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas. Sebaliknya jika varians berbeda,
maka disebut heteroskedastisitas.” Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat grafik Scaterplot antar nilai produksi variabel
independen dengan niali residualnya. Dasar analisis yang dapat digunakan untuk
menentukan heteroskedastisitas, antara lain:
1) jika ada pola tertentu, seperti titik yang membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah
terjadi heteroskedastisitas,
2) jika tidak ada pola yang jelas , seperti ttitik-titik menyebar di atas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
1) Menurut Ghozali (2005 : 107) ”analisis dengan grafik plot memiliki
kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan
mempengaruhi hasil ploting. Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin
sulit menginterpretasikan hasil grafik plot.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menganalisis apakah dalam model regresi
linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan t-1 atau sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang tahun yang berkaitan dengan yang lainnya. Hal ini sering
ditemukan pada time series. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi
masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson
dengan ketentuan dari Profesor Singgih sebagai berikut:
1) angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif,
2) angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi,
3) angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Run test sebagai bagian dari statistik non parametik dapat pula digunakan
untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar
residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah
acak atau random yaitu dengan melihat nilai probabilitasnya. Menurut Ghozali
(2005 : 103) bila signifikansi > 0,05 dengan = 5% berarti residual random dan
Ho diterima, sebaliknya bila nilai signifikan < 0,05 berarti residual tidak random
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
2. Pengujian Hipotesis
Penelitian ini dianalisis dengan model regresi berganda untuk melihat
seberapa besar pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber
Daya Alam terhadap Belanja Modal dengan model dasar sebagai berikut:
Y= α+ 1X1 + 2X2+e
Keterangan :
Y = Variabel dependen, Belanja Modal
α = Konstanta
1 = Koefisien regresi X1
X1 = Variabel independen pertama yaitu Dana Bagi Hasil Pajak
2 = Koefisien regresi X2
X2 = Variabel independen kedua yaitu Dana Bagi Hasil Sumber Daya
Alam
e = Tingkat kesalahan pengganggu (error)
a.
Uji F statistik digunakan untuk menguji keberartian pengaruh dari seluruh
variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas. Uji F
dimaksudkan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari variabel bebas yaitu
Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam terhadap Belanja
Modal. Uji ini dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Ha diterima jika F hitung > F tabel pada tingkat kepercayaan 95%.
Selain itu dapat pula diihat dari nilai signifikansinya. Jika nilai signifikansi
penelitian < 0,05 maka Ha diterima.
Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh
terhadap Belanja Modal secara simultan. Hipotesis penelitian
Ho : b1 = b2 = b3 = 0 (Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya
Alam tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal secara parsial). Hipotesis Statistik
Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0 (Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya
Alam berpengaruh terhadap Belanja Modal secara parsial).
b.
Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Uji ini dilakukan untuk melihat pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak dan
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam secara parsial terhadap Belanja Modal. Uji
ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi t hitung dengan ketentuan
sebagai berikut:
Uji Signifikansi Parsial (Uji T)
Ho diterima jika t hitung < t tabel ( = 5%),
Ha diterima jika t hitung > t tabel ( = 5%).
Selain itu dapat pula dilihat dari nilai signifikansinya. Jika nilai signifikansi
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bgai Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh
terhadap Belanja Modal secara parsial. Hipotesis Penelitian
Ho : bi = 0 (Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam tidak
berpengaruh terhadap Belanja Modal secara parsial). Hipotesis Statistik
Ha : bi ≠ 0 (Dana Bagi Hasil Pajak d an Dan a Bagi Hasil Sum ber Daya Alam
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data penelitian
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data
dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan micosoft excel, selanjutnya
dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi berganda.
Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan
software SPSS versi 15. Prosedur dimulai dengan memasukan variabel-variabel
penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai
metode analisis data yang tel