REPRESENTASI KORUPSI DALAM CERPEN PILIHAN KOMPAS TAHUN 2010 DAN 2012
(KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh Eko Fahryanto NIM 1003230
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
EKO FAHRYANTO
REPRESENTASI KORUPSI DALAM CERPEN PILIHAN KOMPAS TAHUN 2010 DAN 2012
disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing 1,
Nenden Lilis Aisyah, M.Pd. NIP. 197109262003122001
Pembimbing 2,
Yulianeta, M.Pd. NIP. 197507132005012002
diketahui oleh
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Representasi Korupsi dalam Cerpen Pilihan Kompas Tahun 2010 dan 2012
Oleh
Eko Fahryanto
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Eko Fahryanto 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
September 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
LEMBAR PERSEMBAHAN ii
LEMBAR PERNYATAAN iii
KATA PENGANTAR iv
UCAPAN TERIMA KASIH vi
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR BAGAN xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 8
1.3 Tujuan 8
1.4 Manfaat Penelitian 9
BAB 2 LANDASAN TEORETIS 10
2.1 Pengertian Cerpen 10
2.2 Unsur-unsur Cerpen 11
2.2.1 Pengaluran dan Alur 12
2.2.2 Tokoh 13
2.2.3 Latar 13
2.2.4 Sudut Pandang Penceritaan 14
2.2.5 Tema 16
2.3 Sosiologi Sastra 17
2.4 Representasi 20
2.5 Definisi Korupsi 22
2.6 Bentuk-bentuk Korupsi 25
2.7 Motif dan Sebab-sebab Korupsi 28
2.8 Solusi-solusi Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi 30
2.9 Korupsi dalam Masyarakat Indonesia Masa Kini 32
BAB 3 METODE PENELITIAN 37
3.1 Metode Penelitian 37
3.2 Sumber Data 37
3.3 Teknik Pengumpulan Data 37
3.4 Teknik Pengolahan Data 38
3.5 Definisi Operasional 42
3.5.1 Representasi 42
3.5.2 Korupsi 42
3.5.3 Cerpen 42
BAB 4 REPRESENTASI KORUPSI DALAM CERPEN PILIHAN KOMPAS
TAHUN 2010 DAN 2012 43
4.1 Cerpen “Menjaga Perut” Karya Adek Alwi 43
x
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.1.2 Analisis Struktur Cerpen “Menjaga Perut” Karya Adek
Alwi 44
4.1.2.1 Pengaluran dan Alur 44
4.1.2.2 Tokoh 50
4.1.2.3 Latar 62
4.1.2.4 Sudut Pandang Penceritaan 64
4.1.2.5 Tema 69
4.1.3 Representasi Korupsi dalam Cerpen “Menjaga Perut” Karya
Adek Alwi 71
4.1.4 Model Representasi 77
4.2 Cerpen “Lengtu Lengmua” Karya Triyanto Triwikromo 79 4.2.1 Sinopsis Cerpen “Lengtu Lengmua” Karya Triyanto
Triwikromo 79
4.2.2 Analisis Struktur Cerpen “Lengtu Lengmua” Karya
Triyanto Triwikromo 80
4.2.2.1 Pengaluran dan Alur 80
4.2.2.2 Tokoh 86
4.2.2.3 Latar 96
4.2.2.4 Sudut Pandang Penceritaan 100
4.2.2.5 Tema 107
4.2.3 Representasi Korupsi dalam Cerpen “Lengtu Lengmua”
Karya Triyanto Triwikromo 109
4.2.4 Model Representasi 117
4.3 Cerpen “Kurma Kiai Karnawi” Karya Agus Noor 120 4.3.1 Sinopsis Cerpen “Kurma Kiai Karnawi” Karya Agus Noor 120 4.3.2 Analisis Struktur Cerpen “Kurma Kiai Karnawi” Karya
Agus Noor 122
4.3.2.1 Pengaluran dan Alur 122
4.3.2.2 Tokoh 126
4.3.2.3 Latar 135
4.3.2.4 Sudut Pandang Penceritaan 138
4.3.2.5 Tema 141
4.3.3 Representasi Korupsi dalam Cerpen “Kurma Kiai Karnawi”
Karya Agus Noor 143
4.3.4 Model Representasi 152
BAB 5 SIMPULAN DAN REKOMENDASI 155
5.1 SIMPULAN 155
5.2 REKOMENDASI 159
DAFTAR PUSTAKA 161
LAMPIRAN-LAMPIRAN 166
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Negara-negara ASEAN
Menurut Tranparency International (TI) 33
Tabel 2.2 Indeks Persepsi Korupsi di Indonesia 34
Tabel 3.1 Teknik Kajian Teks Cerpen 40
Tabel 3.2 Pedoman Analisis Struktur Cerpen 40
Tabel 3.3 Pedoman Analisis Representasi Korupsi dalam cerpen “Menjaga
Perut”, “Lengtu Lengmua”, dan “Kurma Kiai Karnawi” 41
Tabel 3.4 Pedoman Analisis Model Representasi 42
Tabel 4.1 Isotopi dalam cerpen “Menjaga Perut” 69
Tabel 4.2 Isotopi dalam cerpen “Lengtu Lengmua” 107
xii
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Kerangka Berpikir 39
Bagan 4.1 Pengaluran Cerpen “Menjaga Perut” karya Adek Alwi 47
Bagan 4.2 Fungsi Utama Cerpen “Menjaga Perut” Karya Adek Alwi 50
Bagan 4.3 Silsilah Keluarga dalam Cerpen “Menjaga Perut” karya Adek Alwi 62
Bagan 4.4 Pengaluran Cerpen “Lengtu Lengmua” karya Triyanto Triwikromo 83
Bagan 4.5 Alur Cerpen “Lengtu Lengmua” Karya Triyanto Triwikromo 86
Bagan 4.6 Pengaluran Cerpen “Kurma Kiai Karnawi” Karya Agus Noor 124
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Cerpen “Menjaga Perut” Karya Adek Alwi 165
Cerpen “Lengtu Lengmua” Karya Triyanto Triwikromo 172
Cerpen “Kurma Kiai Karnawi” Karya Agus Noor 178
Sekuen Cerpen “Menjaga Perut” Karya Adek Alwi 186
Sekuen Cerpen “Lengtu Lengmua” Karya Triyanto Triwikromo 188
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Representasi Korupsi dalam Cerpen Pilihan Kompas Tahun 2010 dan 2012”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh persoalan
sosial politik yang banyak diperbincangkan dalam karya sastra, salah satu di
antaranya adalah persoalan korupsi. Objek penelitian diambil dari buku antologi
Cerpen Pilihan Kompas tahun 2010 dan 2012. Cerpen tersebut digunakan sebagai
bahan untuk mengetahui hubungan antara sastra dan masyarakat.
Penelitian ini difokuskan pada hal-hal yang meliputi: 1. struktur cerpen, 2.
representasi korupsi yang meliputi bentuk, motif dan sebab, dan solusi
penanganan korupsi, 3. model representasi. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan sosiologi sastra yang ditawarkan oleh Ian Watt dengan klasifikasi
sastra sebagai dokumen sosial. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode
deskriptif analitik, dan untuk menemukan relevansi antara karya sastra dengan
masyarakat digunakan konsep representasi sebagai pijakan analisis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga cerpen yang di analisis
merepresentasikan persoalan korupsi secara umum di Indonesia pada zaman yang
berbeda, yaitu korupsi pada masa pemerintahan presiden Susilo Bambang
Yodhoyono, korupsi pada masa reformasi, dan korupsi dalam pemilihan umum.
Bentuk korupsi yang muncul dalam cerpen “Menjaga Perut” secara implisit adalah suap, sedangkan motifnya adalah keserakahan, solusinya adalah
menanamkan moral kepada individu sejak dalam lingkungan keluarga.
Cerpen “Lengtu Lengmua” tidak merepresentasikan bentuk korupsi apapun. Sedangkan motifnya adalah kebutuhan ekonomi dan keserakahan,
solusinya adalah mengembalikan peran dan kedudukan agama dalam kehidupan
masyarakat. Cerpen “Kurma Kiai Karnawi” merepresentasikan bentuk korupsi politik. Motif yang direpresentasikan adalah keserakahan, solusinya adalah
perilaku hidup yang sederhana.
Sedangkan model representasi yang muncul adalah model representasi
aktif. Model representasi tersebut muncul karena terdapat kritik dan gugatan
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
This study entitled “Representasi Korupsi dalam Cerpen Pilihan Kompas Tahun 2010 dan 2012”. This study is based on the social politic issues, such as
corruption, that mostly included in literature works. The data were obtained from
anthology book entitled Cerpen Pilihan Kompas tahun 2010 dan 2012. Those
short stories were used as the material to be analyzed in order to find out the
correlation between literature and society.
This study is focused on several aspects included: 1. the structure of short
story, 2. representation of corruption involved form, motive and reason, and
solution of corruption handling, 3. representation model. Methodological
approach used in this study was sociology literary approach proposed by Ian Watt
with literature classification as social documents. An analytic descriptive research
method was employed. In order to reveal the relevance between literature works
and society, representation concept was used as the method of analysis.
This study revealed that all the three short stories represent general
corruption issues in Indonesia in different period of time, such as corruption in the
period of Susilo Bambang Yudhoyono leadership, in reformation period, and in
general election. Corruption appeared in short story entitled “Menjaga Perut”
implicitly shows bribery with greediness motive and the solution suggested is
morality inculcation to individual in family environment.
Story entitled “Lengtu Lengmua” does not represent any corruption issue.
Motive appeared in the story is economical needed and greediness with proposed
solution of carrying back the rule and the position of religion in society. “Kurma Kiai Karnawi” story represents political corruption form. Motive represented is
greediness with solution proposed is simply lifestyle.
Representation model appeared in this study is active representation
model. This representation model appeared for the existence of critiques and
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Korupsi merupakan masalah sosial yang sedang mendapat sorotan dari
masyarakat. Masalah korupsi menjadi berita utama dalam hampir seluruh
media massa di Indonesia, baik media massa elektronik maupun media massa
cetak, dalam skala lokal, nasional, maupun global. Masalah korupsi tidak
hanya dijumpai dalam struktur pemerintahan dan menjerat kaum-kaum elit
saja, tetapi korupsi juga banyak terjadi dan melibatkan masyarakat pada
umumnya, baik sebagai korban atau penerima manfaat.
Permasalahan korupsi menarik perhatian banyak kalangan, hal itu
disebabkan karena besaran dana dan jumlah pelaku korupsi dari hari ke hari
menunjukkan peningkatan yang signifikan. Selain itu, bentuk, motif dan
modus korupsi pun semakin beragam, canggih, terstruktur dan kompleks. Ini
menunjukkan bahwa permasalah korupsi merupakan penyakit sosial yang akut
yang telah menjalar dan mengakar di semua lapisan masyarakat yang
berdampak sistemik karena sifatnya yang mudah “menular” sehingga
memerlukan langkah-langkah pencegahan dan pemberantasan yang
menyeluruh, sistemis, dan berkelanjutan (Ginting, 2010: 9). Korupsi tidak
hanya dapat mengakibatkan munculnya ketimpangan sosial dan ekonomi saja,
tetapi juga dapat mengakibatkan krisis kepercayaan dan keruntuhan moral dan
citra bangsa.
Persoalan korupsi di Indonesia saat ini baru dipandang sebagai persoalan
hukum semata, ketimbang persoalan ekonomi dan kebudayaan (Kamil, 2013:
vii). Sehingga hal tersebut berpengaruh pula pada solusi pemberantasan
korupsi yang dinilai kurang efektif karena masih bersifat represif, bukan
preventif. Padalah jika melihat banyaknya bentuk, motif, dan modus serta
akibat yang ditimbulkan oleh merebaknya kasus-kasus korupsi di Indonesia,
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berbagai disiplin ilmu, misalnya ekonomi, politik, sosiologi, termasuk sastra
(Kamil, 2013: vii).
Persoalan korupsi tidak hanya banyak mencuat di media massa dan
menjadi realita kehidupan masyarakat Indonesia saat ini, tetapi persoalan
korupsi pun banyak muncul dalam sastra. Persoalan korupsi mulai menjadi
tema karya sastra terutama karya sastra pada masa menjelang berakhirnya
orde lama. Hal itu ditandai dengan terbitnya novel Korupsi (1954) karya
Pramoedya Ananta Toer yang menggambarkan persoalan korupsi kantoran,
pelakunya adalah pegawai kantor tersebut. Selain itu, Ramadhan KH melalui
novel berjudul Ladang Perminus (1989) menggambarkan perilaku korup para
pejabat perusahaan BUMN. Dalam Royan Revolusi (1970) pun Ramadhan KH
menyinggung persoalan korupsi sebagai penyakit masyarakat Indonesia pasca
revolusi.
Novel Senja di Jakarta (1970) karya Mochtar Lubis dan novel
Orang-orang Proyek (2002) karya Ahmad Tohari memberikan gambaran lain tentang
korupsi. Senja di Jakarta menggambarkan perilaku korup pejabat
pemerintahan dan para elit partai dengan melakukan monopoli ekspor impor
untuk mengisi kas partai, sedangkan Orang-orang Proyek menggambarkan
persoalan korupsi di bidang proyek pembangunan yang dirintis oleh
pemerintah. Dalam Orang-orang Proyek, korupsi tidak hanya dilakukan oleh
oknum-oknum tertentu (pejabat dan pengusaha) tetapi masyarakat pun
digambarkan ikut terlibat di dalamnya.
Novel-novel di atas menggambarkan persoalan korupsi pada masanya
masing-masing. Sejauh tergambar dalam novel-novel tersebut, korupsi di
Indonesia dari masa ke masa mengalami peningkatan yang signifikan baik
dilihat dari skala ekonomi, kecanggihan modus yang dijalankannya, jumlah
pelaku serta akibat yang ditimbulkannya. (Sarjono, 2012: 7-9). Dengan
demikian, jika melihat persoalan korupsi yang tergambar dalam novel-novel di
atas, kesadaran masyarakat akan perlawanan terhadap korupsi semakin
berkurang bahkan korupsi seolah menjadi gaya hidup dan tradisi masyarakat
3
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
digambarkan semakin korup dan semakin bersemangat melakukan korupsi
sejauh dimungkinkan oleh peluang dan kesempatan yang ada (Sarjono, 2012:
8).
Tema korupsi selain diangkat dalam novel-novel di atas, banyak pula
diangkat dalam cerpen koran. Walaupun demikian, cerpen koran kerap kali
mengundang perdebatan. Aisyah dalam Jurnal Cerpen Indonesia Edisi 8
(2007: 1) mengungkapkan bahwa perkembangan sastra di Indonesia,
khususnya cerpen berkaitan erat dengan perkembangan media massa. Bahkan
dalam dua dasawarsa terakhir, cerpen berkembang pesat dalam surat kabar.
Hampir semua surat kabar yang memiliki edisi koran minggu menyediakan
rubrik khusus untuk sastra. Selanjutnya Kuntowijoyo (Aisyah, 2007:2)
menduga bahwa fenomena cerpen koran hanya terjadi di Indonesia dan
menjadi kekhasan sastra Indonesia.
Sejak awal perkembangannya, selain banyak mengundang perdebatan,
cerpen koran pun banyak mendapat gugatan dari para kritikus dan penggiat
sastra (Aisyah, 2007:3). Anggapan bahwa cerpen koran dianggap sebagai
karya yang kurang serius sehingga hanya dianggap sebagai bacaan hiburan
pengisi waktu senggang, cerpen koran sebagai produk kapitalisme, miskinnya
tema dan cerita yang diangkat, hingga terbatasnya ruang dalam cerpen koran
yang berakibat pada kurangnya tingkat kedalaman eksplorasi atas
unsur-unsurnya.
Namun dalam perkembangan selanjutnya, cerpen koran mulai
menunjukkan kualitasnya sebagai karya sastra. Hal itu terjadi karena adanya
pergeseran karakteristik media massa sesuai konteks dan situasi yang sedang
berlangsung. Hal seperti itu membuat cerpen jadi lebih kontekstual dengan
zamannya. Selain itu, cerpen koran pun dapat menjadi penyeimbang atas
informasi yang dimanipulasi sedemikian rupa demi kepentingan ideologi
politik tertentu dengan cara menelanjanginya lewat berbagai pembocoran
fakta (Aisyah, 2007:3-10).
Selain itu, dari segi estetika, cerpen koran pun dapat menunjukkan
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
seperti yang telah dilakukan oleh Joni Ariadinata. Joni menyiasati terbatasnya
ruang dalam cerpen koran dengan melakukan inovasi pada tataran bahasa. Ia
memilih dan menggunakan diksi-diksi yang dapat memberikan tingkat
kepekatan dan efek tertentu sehingga penggunaan bahasa jadi lebih efektif.
Salah satu media massa yang memberikan ruang khusus bagi cerpen
adalah Kompas. Tema-tema sosial politik banyak diangkat dalam cerpen
Kompas, termasuk di dalamnya tema seputar korupsi. Kompas merupakan
media massa yang konsisten memuat dan menerbitkan kembali cerpen-cerpen
terbaiknya yang pernah dimuat dalam edisi Kompas Minggu melalui tradisi
tahunannya menerbitkan Cerpen Pilihan Kompas.
Antologi Cerpen Pilihan Kompas menjadi sumber data dalam penelitian
ini. Objek material yang diperoleh berasal dari antologi Cerpen Pilihan
Kompas tahun 2010 dan 2012. Cerpen-cerpen yang terhimpun dalam antologi
Cerpen Pilihan Kompas merupakan cerpen-cerpen hasil seleksi ketat yang
masuk ke meja redaksi surat kabar Kompas. Seperti diakui oleh Arcana
(Kompas, 2011: ix) dalam prolog Cerpen Pilihan Kompas 2010, setidaknya
ada sekitar 3600 cerpen yang masuk ke meja redaksi setiap tahunnya,
sementara surat kabar Kompas edisi minggu hanya terbit maksimal 52 kali
dalam setahun. Itu artinya setiap satu cerpen yang lolos seleksi harus
mengalahkan 69 atau 70 cerpen lainnya. Hal senada pun diakui oleh Tim Juri
Cerpen Pilihan Kompas 2011 yang terdiri dari editor senior Kompas seperti
Maria Hartiningsing, Putu Fajar Arcana, Efix Mulyadi, Frans Sartono, Hariadi
Saptono, dan Myrna Ratna. Mereka mengakui bahwa proses seleksi ketat yang
dilakukan Kompas sudah menjadi jaminan kualitas atas cerpen-cerpen yang
dimuat di surat kabar Kompas (Kompas, 2012: x).
Bahkan, Dahana (Kompas, 2012: xvii-xviii) dalam pengantar 20 Tahun
Cerpen Pilihan Kompas menyebutkan bahwa tradisi penerbitan kembali
cerpen-cerpen terbaik Kompas dalam bentuk buku antologi Cerpen Pilihan
Kompas yang masih dapat bertahan hingga dasawarsa kedua ini adalah
bentuk idealisme Kompas sebagai sebuah media massa dalam
5
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dahana melihat bahwa kesetiaan Kompas dalam memertahankan tradisi
tahunannya itu bukan hanya karena kualitas cerpennya saja, tetapi juga karena
keragaman cerita, pesan, hingga pada kesetiaan para pengarangnya terhadap
cerpen. Sebuah kesetiaan yang “arkaik” dan “bebal” dalam merawat sebuah
tradisi.
Diakui pula oleh Mulyadi (Kompas, 2013) bahwa tradisi tahunan
Kompas adalah bentuk usaha Kompas dalam menciptakan regenerasi
pengarang-pengarang Indonesia. Terbukti sejak tahun 1970 hingga kini
muncul pengarang-pengarang terkenal pengisi rubrik seni yang disediakan
oleh Kompas hingga menjadikan Kompas sebagai target utama
pengarang-pengarang cerpen untuk mengirimkan karyanya. Hal ini memberikan
kredibilitas tersendiri terhadap surat kabar Kompas sebagai salah satu media
massa yang mempunyai kapasitas dalam hal penerbitan karya sastra,
utamanya cerpen. Pernyataan-pernyataan tersebut setidaknya menunjukkan
bahwa Cerpen Pilihan Kompas merupakan barometer kualitas cerpen-cerpen
Indonesia.
Selain dari segi kualitas sastra yang ditampilkannya, Cerpen Pilihan
Kompas pada dasarnya memiliki kecenderungan dan tingkat relevansi yang
tinggi antara kenyataan di masyarakat dengan kenyataan dalam sastra. Arcana
(Kompas, 2011:xi) pun menambahkan bahwa sebagai sebuah media massa
yang sepenuhnya bersandar pada realita faktual di masyarakat, maka
perhatian lebih terhadap karya sastra (cerpen) yang berhasil
mentransformasikan realita empirik ke dalam realita sastra menjadi sebuah
konsekuensi logis dalam setiap pemuatan cerpen di surat kabar Kompas.
Begitu juga dalam persoalan tema, mayoritas tema-tema yang muncul adalah
seputar isu-isu sosial politik di Indonesia. Hal ini pun ditegaskan pula oleh
Prasetyo (Kompas, 2011: 189) dalam epilog Cerpen Pilihan Kompas 2010
bahwa kecenderungan umum cerpen-cerpen Kompas selama ini adalah
menyuarakan isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat.
Antologi Cerpen Pilihan Kompas tahun 2010 memuat 18 cerpen dan
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
antologi cerpen tersebut, dipilih lah tiga cerpen yang mengangkat persoalan
korupsi di Indonesia. Ketiga cerpen tersebut adalah cerpen “Menjaga Perut” karya Adek Alwi (11 April 2010), cerpen “Lengtu Lengmua” karya Triyanto
Triwikromo (18 Maret 2012), dan cerpen “Kurma Kiai Karnawi” karya Agus
Noor (7 Oktober 2012). Walaupun cerpen-cerpen Kompas secara dominan
mengangkat persoalan sosial politik masyarakat Indonesia, namun ternyata
cerpen-cerpen yang secara spesifik mengangkat persoalan korupsi di
Indonesia sangat lah minim. Sehingga dari 38 cerpen yang termuat dalam
kedua antologi cerpen tersebut, hanya dipilih tiga cerpen saja sebagai objek
penelitian dalam penelitian ini.
Persoalan korupsi memang sedang menjadi sorotan banyak kalangan,
termasuk akademisi dan praktisi sastra. Namun karena sedikitnya jumlah
karya sastra yang secara spesifik mengangkat persoalan korupsi di Indonesia,
maka jumlah pengkajian dan penelitian tentang korupsi dalam karya sastra
pun sedikit pula jumlahnya.
Beberapa tulisan tentang persoalan korupsi dalam sastra (Indonesia)
tercatat sudah menjadi bahan referensi bagi pembaca. Tulisan-tulisan tersebut
tersebar dalam bentuk penelitian ilmiah, buku referensi, serta artikel yang
termuat dalam jurnal dan media massa. Beberapa diantaranya telah dilakukan
oleh Teeuw yang mengkaji persoalan korupsi dalan novel Korupsi (1954)
karya Pramoedya Ananta Toer. Teeuw mengungkapkan bahwa korupsi
merupakan suatu gejala di masyarakat yang telah menjadi persoalan utama
masyarakat Indonesia. Dalam persoalan korupsi inilah dua dikotomi berada
dalam satu ruang lingkup, kejayaan sosial di satu sisi dan keruntuhan moral di
sisi lain (Teeuw, 1980: 237 – 238).
Selain itu, Mashuri (2012) mengkaji persoalan korupsi dalam beberapa
novel Indonesia dan menemukan hubungan antara pola triadik
wanita dengan korupsi. Ia mengungkapkan bahwa pola triadik
harta-tahta-wanita menjadi faktor utama penyebab korupsi. Menurutnya, seseorang
melakukan korupsi karena alasan keuangan (harta), ingin keluar dari jerat
7
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“berada” (Mashuri, 2012: 27). Sementara wanita yang dimaksudkan Mashuri
di sini tidak hanya sebagai oposisi biner lelaki, tetapi juga bisa menjadi
penentu bagi kegagalan atau pengukuhan konstruksi lelaki dan dunianya
sehingga wanita dapat menduduki posisi yang sejajar dengan laki-laki. Wanita
memiliki pengaruh yang kuat yang bisa menentukan hidup dan dunia seorang
lelaki (Mashuri, 2012: 29). Dengan demikian, wanita dapat menjadi pemicu,
penggoda, dan objek permainan para koruptor (Mashuri, 2012: 32).
Selain harta dan wanita, tahta pun menjadi faktor utama terjadinya
korupsi. Tahta dalam hal ini berkaitan dengan kekuasaan dan kedudukan. Di
belakang kedua hal tersebut tersimpan dorongan, hasrat, bahkan muslihat
untuk menguasai demi meraup keuntungan yang semuanya memunculkan
perilaku korup dan serakah (Mashuri, 2012: 41). Semakin tinggi kewenangan
dan kekuasaan seseorang, semakin besar pula kesempatan orang tersebut
untuk melakukan korupsi (Mashuri, 2012: 43).
Penelitian terbaru yang membahas persoalan korupsi dalam sastra
(Indonesia) dilakukan Kamil (2013). Kamil membedah persoalan korupsi
dalam novel Senja di Jakarta karya Mochtar Lubis. Ia menyimpulkan bahwa
korupsi merupakan salah satu penyebab karut marutnya perpolitikan di
Indonesia. Banyak kasus suap, pemerasan, dan nepotisme dilakukan oleh
pejabat pemerintahan saat itu untuk mengisi kas partai politik. Hal itu terjadi
karena banyaknya patronase kekuasaan oleh para elit politik di atasnya
sehingga melemahkan integritas pejabat yang menjadi bawahannya (Kamil,
2013: 140).
Berbeda halnya dengan penelitian terdahulu yang telah dijabarkan di
atas, penelitian ini memfokuskan diri pada persoalan korupsi dalam prosa fiksi
Indonesia, khususnya cerpen. Objek-objek kajiannya meliputi bentuk korupsi,
motif (meliputi faktor penyebab) serta solusi yang ditawarkan. Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan sosiologi sastra yang ditawarkan oleh Ian
Watt, sastra sebagai dokumen sosial sebagai pijakan kajian. Tujuannya adalah
untuk menemukan bagaimana karya-karya tersebut (cerpen)
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang direpresentasikan dalam karya-karya tersebut. Berdasarkan uraian di
atas, maka penelitian ini mengambil judul “Representasi Korupsi dalam
Cerpen Pilihan Kompas Tahun 2010 dan 2012”.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur cerpen “Menjaga Perut” karya Adek Alwi, “Lengtu
Lengmua” karya Triyanto Triwikromo, dan “Kurma Kiai Karnawi” karya
Agus Noor?
2. Bagaimana representasi korupsi dalam cerpen “Menjaga Perut” karya
Adek Alwi, “Lengtu Lengmua” karya Triyanto Triwikromo, dan “Kurma
Kiai Karnawi” karya Agus Noor?
a. Bentuk korupsi apa yang direpresentasikan dalam cerpen “Menjaga
Perut” karya Adek Alwi, “Lengtu Lengmua” karya Triyanto Triwikromo, dan “Kurma Kiai Karnawi” karya Agus Noor?
b. Bagaimana motif dan sebab-sebab kemunculan korupsi yang
direpresentasikan dalam cerpen “Menjaga Perut” karya Adek Alwi,
“Lengtu Lengmua” karya Triyanto Triwikromo, dan “Kurma Kiai Karnawi” karya Agus Noor?
c. Solusi apa yang direpresentasikan dalam cerpen “Menjaga Perut”
karya Adek Alwi, “Lengtu Lengmua” karya Triyanto Triwikromo, dan “Kurma Kiai Karnawi” karya Agus Noor dalam memecahkan
persoalan korupsi?
3. Bagaimana model representasi yang muncul dalam cerpen “Menjaga
Perut” karya Adek Alwi, “Lengtu Lengmua” karya Triyanto Triwikromo,
dan “Kurma Kiai Karnawi” karya Agus Noor yang berkaitan dengan
bentuk korupsi, motif dan solusi yang direpresentasikannya?
1.3Tujuan
9
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Mendeskripsikan struktur cerpen “Menjaga Perut” karya Adek Alwi,
“Lengtu Lengmua” karya Triyanto Triwikromo, dan “Kurma Kiai
Karnawi” karya Agus Noor.
2. Mendeskripsikan representasi korupsi dilihat dari segi bentuk-bentuk
korupsi, motif dan sebab-sebab korupsi, dan solusi dalam memecahkan
persoalan korupsi dalam cerpen “Menjaga Perut” karya Adek Alwi, “Lengtu Lengmua” karya Triyanto Triwikromo, dan “Kurma Kiai Karnawi” karya Agus Noor.
3. Mendeskripsikan model representasi yang muncul dalam cerpen
“Menjaga Perut” karya Adek Alwi, “Lengtu Lengmua” karya Triyanto Triwikromo, dan “Kurma Kiai Karnawi” karya Agus Noor.
1.4Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk pembaca,
baik manfaat praktis maupun manfaat teoretis.
A. Manfaat Praktis:
1. Memberikan pengetahuan serta bahan referensi kepada pembaca
mengenai gambaran korupsi dalam prosa fiksi Indonesia.
2. Memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang korupsi ditinjau
dari sudut pandang sastra.
3. Memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa masalah korupsi di
Indonesia merupakan masalah yang harus segera diselesaikan oleh
semua elemen masyarakat.
B. Manfaat Teoretis:
1. Menambah khazanah ilmu pengetahuan.
2. Berguna untuk memahami teori-teori penganalisisan karya sastra,
khususnya prosa fiksi.
3. Memberikan alternatif model pengkajian karya sastra, khususnya
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB 3
METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analitik. Cara kerja metode ini adalah dengan mendeskripsikan atau
memaparkan data-data secara terperinci untuk kemudian data-data tersebut
dianaalisis secara menyeluruh (Ratna, 2011: 53). Metode ini digunakan
dengan tujuan memecahkan masalah secara objektif dengan cara
mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan data-data untuk kemudian
dapat ditemukan makna secara keseluruhan.
3.2 Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah buku antologi Cerpen Pilihan
Kompas tahun 2010 dan 2012 yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas.
Cerpen-cerpen yang tergabung dalam Cerpen Pilihan Kompas merupakan
hasil seleksi ketat para redaktur surat kabar Kompas sehingga cerpen-cerpen
tersebut dianggap dapat mewakili cerpen-cerpen lainnya yang pernah dimuat
dalam edisi cerpen Kompas Minggu.
Cerpen Pilihan Kompas tahun 2010 memuat 18 cerpen dan Cerpen
Pilihan Kompas tahun 2012 memuat 20 cerpen. Dari 38 cerpen yang termuat
dalam kedua antologi tersebut, dipilih lah tiga cerpen yang mengangkat
persoalan korupsi. Cerpen-cerpen tersebut adalah cerpen “Menjaga Perut”
karya Adek Alwi (terbit pada edisi 11 April 2010), cerpen “Lengtu Lengmua”
karya Triyanto Triwikromo (terbit pada edisi 18 Maret 20120 dan cerpen
“Kurma Kiai Karnawi” karya Agus Noor (terbit pada edisi 7 Oktober 2012).
Cerpen Kompas pada dasarnya dominan mengangkat persoalan sosial
politik di Indonesia, namun ternyata cerpen yang spesifik mengangkat
persoalan korupsi di Indonesia sangat sedikit jumlahnya sehingga sedikit
menyulitkan peneliti untuk memilih dan menentukan objek penelitian.
38
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi pustaka.
Dengan menggunakan teknik ini peneliti mencari dan menelaah
sumber-sumber yang relevan dengan penelitian. Sumber-sumber-sumber tersebut berupa
buku-buku teks, artikel, jurnal, penelitian, serta sumber referensi lain yang
berhubungan dengan objek kajian dan permasalahan yang dikaji.
3.4 Teknik Pengolahan Data
Setelah data-data terkumpul, selanjutnya data-data tersebut diolah dan
dianalisis sesuai dengan prosedur berikut ini:
1. Menganalisis setiap unsur pembangun cerpen. Penganalisisan ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui struktur bangun cerpen yang
diteliti dengan berpatokan pada konvensi struktur bangun cerpen yang
ditawarkan oleh Todorov. Unsur-unsur cerpen yang dimaksud adalah
pengaluran dan alur, tokoh, latar, sudut pandang penceritaan dan tema.
Setelah unsur-unsur tersebut dianalisis, kemudian dicari hubungan
antarunsur tersebut serta ditentukan pula fungsi setiap unsur-unsurnya.
2. Menganalisis hubungan antarunsur pembangun cerpen dengan aspek-aspek
sosiologis yang muncul dalam cerpen. Unsur-unsur sosiologis tersebut
dilihat dari tokoh, latar, situasi dan peristiwa yang ditampilkan dalam
cerpen.
3. Menganalisis representasi korupsi dalam cerpen-cerpen tersebut dengan
cara mengaitkan dan membandingkannya dengan teks-teks lain diluar
karya seperti artikel-artikel yang termuat di media massa serta sumber
referensi lainnya yang membahas persoalan korupsi secara komprehensif.
Analisis ini dilakukan dengan tujuan agar dapat ditemukan kaitan antara
teks sastra yang dikaji dengan realita sosial yang terjadi di masyarakat.
4. Menentukan model representasi yang digunakan dalam teks cerpen
tersebut. Model representasi yang dimaksud adalah model representasi
yang dikemukakan oleh Budianta, yaitu model representasi aktif dan
model representasi pasif.
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bagan 3.1 Kerangka Berpikir
Tema Korupsi dalam Prosa Fiksi Indonesia
Kenyataan Sosial Mengenai Persoalan Korupsi di Indonesia Struktur Cerpen
1. Persoalan korupsi di Indonesia semakin banyak. 2. Korupsi baru dipandang
sebagai persoalan hukum daripada persoalan sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, moral, dan pendidikan.
3. Solusi pemberantasan korupsi baru sebatas tindakan represif, belum sampai pada tindakan preventif.
4. Bentuk, skala ekonomi, jumlah pelaku, dan motif korupsi semakin beragam.
5. Kurangnya kesadaran
masyarakat akan perlawanan terhadap korupsi
6. Persoalan korupsi tidak hanya menjadi relita kehidupan masyarakat tapi juga menjadi tema yang diangkat dalam cerpen.
1. Menganalisis Pengaluran dan Alur: Menentukan sekuen dan fungsi utama.
2. Menganalisis Tokoh:
Menentukan jenis tokoh,
menganalisis tokoh
berdasarkan penamaan, gambaran fisik, gambaran psikologis, dan gambaran lingkungan sosial tokoh.
3. Menganalisis Latar:
menentukan dan
menganalisis latar waktu dan latar tempat.
4. Menganalisis sudut
pandang penceritaan:
menentukan dan
menganalisis kehadiran pencerita dan jenis
penceritaan yang
digunakan.
5. Menganalisis Tema:
menetukan isotopi dan motif cerita.
Representasi Korupsi dalam Cerpen Pilihan Kompas Tahun 2010 dan 2012
1. Bentuk-bentuk korupsi di Indonesia.
2. Motif dan sebab-sebab korupsi di Indonesia.
40
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1 Teknik Kajian Teks Cerpen
Pendekatan Disiplin Unsur-unsur
Analisis Tekanan
Mimesis Sosiologi Sastra
(Representasi
sebagai Konsep)
Pengaluran dan
Alur, Tokoh, Latar,
Sudut Pandang
Penceritaan, Tema
Hubungan antara
unsur-unsur teks
cerpen dengan
realita kehidupan
masyarakat yang
berhubungan
dengan persoalan
korupsi
Tabel 3.2 Pedoman Analisis Struktur Cerpen
No Pokok-pokok Analisis Acuan Analisis
1 Pengaluran dan Alur Menganalisis sekuen dan fungsi utama.
2 Tokoh
Menganalisis tokoh berdasarkan jenis tokoh,
kemudian analisis dilanjutkan dengan
menganalisis nama tokoh, gambaran fisik,
gambaran psikologis, serta gambaran sosial
tokoh.
3 Latar
Menentukan dan menganalisis latar tempat dan
latar waktu cerita dengan cara pencari penunjuk
waktu dan penunjuk tempat yang terdapat
dalam cerpen.
4 Sudut Pandang
Penceritaan
Menentukan dan menganalisis kehadiran
pencerita dan tipe penceritaan yang digunakan.
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3 Pedoman Analisis Representasi Korupsi dalam cerpen “Menjaga Perut”, “Lengtu Lengmua”, dan “Kurma Kiai Karnawi”
No Pokok-pokok Analisis Acuan Analisis
1 Representasi Korupsi
a. Apakah cerpen “Menjaga Perut”, “Lengtu
Lengmua”, dan “Kurma Kiai Karnawi”
merupakan pencerminan dari kenyataan
sosial yang terjadi di Indonesia?
b. Jika cerpen-cerpen tersebut merupakan
pencerminan dari kenyataan sosial yang
terjadi di Indonesia, masa kapan kah yang
direpresentasikan tersebut?
2 Representasi bentuk-bentuk korupsi
a. Bentuk-bentuk korupsi apa saja yang
digambarkan dalam cerpen-cerpen
tersebut?
b. Apakah merepresentasikan bentuk-bentuk
korupsi yang terjadi di Indonesia?
3 Representasi motif dan sebab-sebab korupsi
a. Bagaimana motif dan sebab-sebab korupsi
yang digambarkan dalam cerpen-cerpen
tersebut?
b. Apakah merepresentasikan motif dan
sebab-sebab korupsi yang ada di
Indonesia?
4 Representasi solusi
a. Solusi apa saja yang digambarkan dalam
cerpen-cerpen tersebut?
b. Apakah merepresentasikan solusi-solusi
42
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.4 Pedoman Analisis Model Representasi
No Pokok-pokok Analisis Acuan Analisis
1 Model Representasi
Model representasi apa yang muncul dalam
cerpen “Menjaga Perut”, “Lengtu Lengmua”, dan “Kurma Kiai Karnawi”? Model
representasi aktif atau model representasi
pasif?
3.5 Definisi Operasional
Untuk menghindari bias makna, beberapa istilah yang berkaitan dengan
judul penelitian akan didefinisikan secara operasional. Adapun definisi
operasional yang dimaksud akan diuraikan di bawah ini.
3.5.1 Representasi
Representasi adalah istilah lain dari mimesis, yaitu pencerminan,
peniruan, penggambaran atau pembayangan yang melambangkan
kenyataan. Kenyataan dalam hal ini bukan hanya kenyataan yang
sebenar-benarnya, tetapi juga kenyataan yang diidealkan oleh
pengarang yang kemudian kenyataan tersebut ditampilkan kembali
dalam karyanya.
3.5.2 Korupsi
Korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan
dengan cara melawan hukum untuk memperoleh keuntungan pribadi,
kelompok, atau golongan tertentu dan dapat merugikan pihak lain
(keuangan negara, kelompok, atau golongan).
3.5.3 Cerpen
Cerpen adalah salah satu subgenre sastra berbentuk prosa naratif
yang ukurannya relatif pendek. Ukuran pendek di sini akan dibatasi
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB 5
SIMPULAN DAN REKOMENDASI 1.1 Simpulan
Setelah melakukan kajian dan analisis terhadap struktur cerpen “Menjaga Perut” karya Adek Alwi, “Lengtu Lengmua” karya Triyanto Triwikromo, dan “Kurma Kiai Karnawi” karya Agus Noor, pada bagian ini akan diuraikan simpulan berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan
pada BAB 1. Analisis dimulai dengan mengkaji struktur cerpen, selanjutnya
menganalisis representasi korupsi yang meliputi bentuk, motif dan sebab, dan
solusi pemberantasan korupsi, dan terakhir menganalisis model representasi.
Analisis struktur cerpen dimulai dengan menganalisis pengaluran dan
alur, selanjutnya menganalisis tokoh, latar, sudut pandang penceritaan, dan
tema. Hasil analisis pengaluran dan alur terhadap cerpen “Menjaga Perut”
karya Adek Alwi dapat diketahui bahwa pengaluran cerpen “Menjaga Perut”
karya Adek Alwi terdiri dari 23 sekuen, ke-23 sekuen tersebut terdiri atas 4
sekuen sorot balik, 3 sekuen kilas balik, dan 1 sekuen bayangan dan sisanya
adalah sekuen yang menampilkan peristiwa secara linear. Sedangkan hasil analisis alur ditemukan bahwa cerpen “Menjaga Perut” karya Adek Alwi ini terdiri dari 13 fungsi utama yang ke-13 fungsi utama itu menunjukkan
hubungan kausalitas.
Sementara itu, pengaluran cerpen “Lengtu Lengmua” karya Triyanto Triwikromo terdiri dari 27 sekuen, ke-27 sekuen tersebut terdiri dari 5 sekuen
sorot balik, 2 sekuen kilas balik, dan 7 sekuen bayangan, sisanya adalah
sekuen yang menampilkan peristiwa secara linear. Sedangkan alur cerpen “Lengtu Lengmua” terdiri dari 12 fungsi utama yang menunjukkan hubungan kausalitas antarfungsi tersbut. Selain itu, pengaluran cerpen “Kurma Kiai Karnawi” karya Agus Noor terdiri dari 21 sekuen induk dan 7 sekuen bawahan. Dari total 28 sekuen tersebut, sebagian besarnya (17 sekuen)
merupakan sekuen sorot balik. Sisanya adalah 4 sekuen kilas balik dan
156
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bayangan tidak ditemukan dalam cerpen ini. Kemudian alur cerpen “Kurma Kiai Karnawi” terdiri dari 10 fungsi utama yang antarfungsi tersebut dihubungkan dengan hubungan kausalitas.
Analisis tokoh dilakukan dengan cara menentukan jenis tokoh,
menganalisis nama tokoh, gambaran fisik, gambaran psikologis, serta
gambaran sosial tokoh. Berdasarkan hasil analisis tokoh diketahui bahwa
tokoh Aku (Menjaga Perut), Rajab (Lengtu Lengmua), dan Hanafi (Kurma
Kiai Karnawi) adalah tokoh utama, sedangkan analisis penamaan
menunjukkan bahwa tokoh-tokoh yang muncul dalam ketiga cerpen tersebut
ada yang memiliki nama dan ada yang tidak. Tokoh yang tidak memiliki
nama umumnya memiliki sebutan berdasarkan hubungan keluarga (Menjaga
Perut dan Kurma Kiai Karnawi) dan profesi atau pekerjaan (Lengtu
Lengmua). Dalam ketiga cerpen yang dianalisis, tidak banyak ditemukan
deskripsi mengenai gambaran fisik dan gambarang psikologis tokoh. Ada pun
deskripsi yang tampak umumnya cenderung tidak lengkap dan singkat sekali.
Sementara gambaran sosial tokoh hanya tokoh-tokoh dalam cerpen “Menjaga Perut” saja yang berada dalam satu lingkungan sosial, yaitu lingkungan keluarga. Lingkungan tersedut dapat diketahui berdasarkan hubungan
antartokoh yang muncul dalam cerpen tersebut.
Selain itu analisis latar difokuskan ke dalam dua objek analisis, yaitu
latar tempat dan latar waktu. Latar tempat yang muncul adalah rumah
(Menjaga Perut), kota dan kampung (Lengtu Lengmua), dan kamar, lahan
pertanian, kebun kurma, dan rumah (Kurma Kiai Karnawi). Sedangkan latar
waktu yang muncul dalam ketiga cerpen tersebut adalah sore hari (Menjaga
Perut, Kurma Kiai Karnawi), magrib dan isya (Lengtu Lengmua).
Analisis penceritaan diketahui bahwa cerpen “Menjaga Perut” menggunakan pencerita intern, sedangkan cerpen “Lengtu Lengmua” dan “Kurma Kiai Karnawi” menggunakan pencerita ektern. Selanjutnya berdasarkan analisis tipe penceritaan dapat diketahui bahwa ketiga cerpen
yang di analisis menggunakan tipe penceritaan yang sama, yaitu wicara yang
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penceritaan tersebut muncul secara bergantian dan pembaca kadang-kadang
tidak menyadari adanya perubahan tipe penceritaan tersebut karena
perubahannya sangat ektrim, batas antara ketiga tipe penceritaan tersebut
sangat kabur dalam cerpen.
Struktur cerpen yang terakhir di analisis adalah tema. Analisis tema
ditempatkan pada bagian akhir analisis struktur karena tema dapat
dirumuskan jika kita telah mengetahui keseluruhan struktur cerpen. Tema
ketiga cerpen tersebut adalah seputar masalah-masalah sosial yang berkaitan
dengan persoalan korupsi di Indonesia. Persoalan perubahan sikap (moral) sangat kentara dalam cerpen “Menjaga Perut”, moral dianggap menjadi penentu hidup manusia. Sedangkan cerpen “Lengtu Lengmua” mengangkat persoalan karut marutnya kehidupan sosial manusia, moral manusia yang
korup, tak beradab dan rusaknya agama sebagai fondasi kualitas moral manusia itu sendiri. Sementara cerpen “Kurma Kiai Karnawi” mengangkat persoalan perubahan sikap atau hidup manusia yang disebabkan karena
ambisi. Tema dan persoalan yang diangkat dalam ketiga cerpen yang
dianalisis semuanya berkaitan dengan persoalan korupsi di Indonesia.
Selanjutnya, dari hasil analisis sosiologi sastra yang menekankan pada
persoalan representasi korupsi diketahui bahwa ketiga cerpen tersebut tidak
merepresentasikan secara khusus kasus-kasus korupsi tertentu, hanya saja
representasi korupsi yang ditemukan dalam ketiga cerpen yang dianalisis
adalah representasi korupsi di Indonesia secara umum yang terjadi pada zaman yang berbeda. Cerpen “Menjaga Perut” merepresentasikan korupsi pada masa menjelang berakhirnya pemerintahan presiden Susilo Bambang
Yudhoyono periode 1 hingga awal masa pemerintahan presiden Susilo
Bambang Yudhoyono periode 2. Bentuk korupsi yang muncul adalah suap
dengan motif keserakahan. Sedangkan solusinya adalah menanamkan moral
kepada individu sejak dalam lingkungan keluarga. Keluarga berperan besar
158
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam cerpen ini. Motif korupsi yang muncu adalahl kebutuhan ekonomi dan
keserakahan, sedangkan solusinya adalah mengembalikan peran dan
kedudukan agama dalam kehidupan bermasyarakat. Agama dapat menjadi
payung sekaligus tameng untuk menghindarkan seseorang dari tindakan tidak
terpuji. Terakhir adalah cerpen “Kurma Kiai Karnawi”, cerpen “Kurma Kiai Karnawi” merepresentasikan persoalan korupsi pada masa-masa pemilihan umum. Korupsi tersebut berkaitan erat dengan korupsi politik dengan bentuk
korupsi yang populer adalah suap, motifnya adalah keserakahan dan
solusinya adalah perilaku hidup sederhana dan penuh rasa syukur. Rasa
syukur dan kesederhanaan dapat menghindarkan manusia dari sifat tamak
atau serakah.
Terakhir adalah analisis mengenai model representasi. Model
representasi yang muncul dalam ketiga cerpen yang dianalisis adalah model
representasi aktif. Dalam ketiga cerpen tersebut umumnya kita tidak hanya
dapat menemukan penggambaran tentang persoalan korupsi, tetapi kita pun
dapat menemukan kritikan yang disuarakan oleh pengarang melalui karyanya
masing-masing.
Cerpen “Menjaga Perut” mengkritik lemahnya peran dan kedudukan keluarga dalam kehidupan seorang individu. Pendidikan dalam keluarga
dianggap dapat menjadi fondasi yang kuat bagi kualitas moral seorang individu, sedangkan cerpen “Lengtu Lengmua” mengkritik kehidupan masyarakat kita yang jauh dari etika, adat, dan tatacara, perilaku pemimpin
bangsa yang hanya mementingkan kepentingan pribadi, sikap politis para
pemimpin yang arogan, asal-asalan, dan primitif, perilaku hidup mewah para
pejabat, ketidakberpihakkan pemimpin bangsa terhadap raykat, dan
penyelenggaraan pemerintahan yang tidak transparan.
Sementara itu, cerpen “Kurma Kiai Karnawi” berusaha mengkritik perilaku para pejabat di negeri ini yang melepaskan tanggung jawabnya
sebagai pelayan masyarakat, pemerintahan yang tidak adil yang hanya
menguntungkan orang-orang berduit, dan rekrutmen penyelenggara
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.2 Rekomendasi
Persoalan korupsi yang berhasil digali melalui penelitian ini seperti
aspek bentuk-bentuk korupsi, motif dan sebab-sebab korupsi, dan solusi
penanganan korupsi, pada dasarnya hanya sebagian kecil dari keseluruhan
permasalahan yang berhasil diungkap. Dalam analisis, baik analisis struktur
maupun analisis sosiologi sastra diperlukan penelitian lebih lanjut dan
mendalam karena masih banyak hal tentang persoalan struktur cerpen dan
persoalan korupsi yang belum sepenuhnya tergali. Hal tersebut disebabkan
karena keterbatasan waktu penelitian dan keterbatasan pemahaman tentang
permasalahan yang di maksud.
Dari hasil analisis, terutama analisis struktur cerpen khususnya dalam
menganalisis sudut pandang penceritaan, disamping menganalisis kehadiran
pencerita dan tipe penceritaan, diperlukan pula analisis kehadiran pemandang.
Namun dalam penelitian ini analisis sudut pandang penceritaan belum sampai
pada tahap ditemukan kehadiran pemandang.
Selain itu, dalam menganalisis representasi korupsi, penelitian ini pun
belum sampai pada ditemukannya representasi akibat atau dampak dari
persoalan korupsi yang timbul. Tidak hanya itu, persoalan korupsi yang kini
muncul pun sebenarnya dapat dianalisis berdasarkan aspek kesejarahan untuk
dapat mengetahui keterkaitannya dengan persoalan korupsi yang terjadi pada
masa sebelumnya sehingga melalui sudut pandang sastra, persoalan korupsi
dapat ditelusuri perkembangannya dari masa ke masa. Semua persoalan
tersebut dapat menjadi bahan untuk penelitian selanjutnya.
Peneliti menyarankan kepada pembaca yang budiman, tak terkecuali
bagi seluruh masyarakat dan pemerintah untuk mulai memperbanyak
membaca karya sastra, baik puisi maupun prosa sebagai media pembelajaran
dan penyadaran terhadap persoalan-persoalan sosial yang timbul di
lingkungan masyarakat karena sejatinya sastra dapat menjadi penyeimbang
160
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sastra selain dapat menggugah pemikiran pembaca juga dapat
membantu pembaca untuk memahami persoalan yang timbul. Apresiasi
masyarakat terhadap sastra dapat membantu pemerintah dalam menemukan
solusi dari permasalahan sosial yang ada, seperti korupsi dan kemiskinan
sehingga permasalah sosial yang kerap membelit negeri ini dapat diselesaikan
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Nenden Lilis. 2007. “Masa Depan Cerita Pendek Kita”. Dalam Jurnal
Cerpen Indonesia edisi 8/2007: Membicarakan Cerpen Indonesia. Sleman:
AKAR Indonesia, hlm. 1 – 20.
Aisyah, Nenden Lilis. 2010. “Laporan Penelitian Representasi Ideologi Gender
dalam Lima Cerpen Karya Perempuan Indonesia (Sebuah Kajian Sosiologi
Sastra dengan Analisis Gender)”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas Pendidika Indonesia.
Alatas, Syed Hussein. 1986. Sosiologi Korupsi: Sebuah Penjelajahan dengan
Data Kontemporer. Jakarta: LP3ES.
Alwi, Adek. 2011. “Menjaga Perut”. Dalam Putu Fajar Arcana (Ed), Dodolit
Dodolit Dodolibret: Cerpen Pilihan Kompas 2010. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas, hlm. 49 – 57.
Arcana, Putu Fajar. 2011. “Prolog: Mempertimbangkan Kesederhanaan”. Dalam
Putu Fajar Arcana (Ed), Dodolit Dodolit Dodolibret: Cerpen Pilihan
Kompas 2010. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, hlm. vii – xiii.
Asdhiana, I Made (Ed). “ICW: Trio Macan dalam Korupsi Politik”. [Online].
Tersedia: Kompas.com edisi 4 Juni 2011. [Diakses tanggal 27 Agustus 2014
jam 10.56].
Azhar. ”Paradigma Baru Pemberantasan Korupsi di Indonesia”. Majalah Inovasi
Volume 16/Maret 2010, hlm. 4 – 13.
Azra, Azyumardi. “Korupsi dalam Perspektif Good Governance”. Jurnal
Kriminologi Indonesia Volume 2 Nomor 1 Januari 2002, hlm. 31 – 36.
Burhan, M. Agus. Tanpa Tahun. “Tiga Periode Karya-karya Djoko Pekik:
Menyuarakan Hak Rakyat lewat Semangat Zaman”. [Online]. Tersedia:
http://www.indonesiaartnews.or.id/. [Diakses tanggal 22 Agustus 2014 jam
13.08].
Dahana, Radhar Panca. 2012. “Pengantar: Ziarah Ke Kuburan Kritik dan Diri
162
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kompas: Dari Salawat Dedaunan Sampai Kunang-kunang Di Langit
Jakarta. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, hlm. xiii – xxv.
Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembang Bahasa Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi
Keempat). Jakarta: Gramedia.
Durachman, Memen. 1996. “Khotbah di Atas Bukit, Novel Gagasan Karya
Kuntowijoyo”. Tesis, Program Studi Ilmu Susastra, Bidang Ilmu Budaya,
Program Pascasarjana, Universitas Indonesia.
Ginting, Jamin. 2010. Kapita Selekta Kasus-kasus Korupsi di Indonesia (Volume
3). Jakarta: Masyarakat Transparansi Indonesia.
Glo (Ed). “Anggodo, Pintu Masuk Bongkar Mafia Peradilan”. [Online]. Tersedia: Kompas.com edisi 10 Januari 2010. [Diakses tanggal 1 September 2014 jam
11.15].
Hamzah, Andi. 1982. Delik-delik Tersebar di Luar KUHP, dengan Komentar.
Jakarta: Pradnya Paramita.
Helmanita, Karlina dan Sukron Kamil (Ed). 2006. Pendidikan Antikorupsi di
Perguruan Tinggi. Jakarta: CSRC UIN Jakarta dan Partnership.
Irawan, Ade. dkk. 2014. Panduan Pemantauan Korupsi Pemilu. Tanpa Kota:
Indonesia Corruption Watch.
Kamil, Sukron (Ed). 2013. Korupsi dan Integritas dalam Ragam Perspektif.
Jakarta: Pusat Studi Islam-Arab (PSIA) Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kamil, Sukron. 2013. “Korupsi dalam Rekaman Sastra: Studi Sosiologi Sastra
atas Novel Senja di Jakarta Mochtar Lubis”. Dalam Sukron Kamil (Ed),
Korupsi dan Integritas dalam Ragam Perspektif. Jakarta: Pusat Studi
Islam-Arab (PSIA) Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lubis, Todung Mulya. Tanpa Tahun. “Republik Mafia?”. [Online]. Tersedia:
Kompas.com edisi 12 Mei 2010. [Diakses tanggal 1 September 2014 jam
10.36].
Maheka, Arya. Tanpa Tahun. Mengenali dan Memberantas Korupsi. Komisi
Pemberantasan Korupsi.
Mashuri. “Goda dan Lupa: Wajah Korupsi dalam Novel Indonesia”. Jurnal Kritik
nomor 2 tahun 2012, hlm. 25 – 49.
Mulyadi, Agus (Ed). “Korupsi Semasa Rezim SBY Lebih Parah”. [Online].
Tersedia: Kompas.com edisi 13 September 2011. [Diakses tanggal 22
Agustus 2014 jam 14.59].
Mulyadi, Efix. 2013. “Prolog Juri: Merawat Idealisme Cerita Pendek di Koran”.
Dalam Laki-laki Pemanggul Goni: Cerpen Pilihan Kompas 2012. Jakarta:
Penerbit Buku Kompas, hlm. vii – xv.
Noor, Agus. 2013. “Kurma Kiai Karnawi”. Dalam Laki-laki Pemanggul Goni:
Cerpen Pilihan Kompas 2012. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, hlm. 168 –
176.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: UGM Press.
Parwadi, Redatin. “Manajemen Pemberantasan Korupsi”. Jurnal Wawasan,
Oktober 2005 Volume 11 Nomor 2, hlm. 15 – 25.
Prasetyo, Arif Bagus. 2011. “Epilog: Pelajaran dari Guru Kiplik”. Dalam Putu
Fajar Arcana (Ed), Dodolit Dodolit Dodolibret: Cerpen Pilihan Kompas
2010. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, hlm. 177 – 194.
Prasetyo, Pius S. 2013. “Membangun Komitmen dan Gerakan Demokrasi untuk
Mencegah dan Memberantas Korupsi”. Dalam Sukron Kamil (Ed.), Korupsi
dan Integritas dalam Ragam Perspektif. Jakarta: Pusat Studi Islam-Arab
(PSIA) Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, hlm. 3 – 23.
Prodjodikoro, Wirjono. 1980. Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia
164
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Purwanti, Tenii. “ICW: Pemberantsan Korupsi Masih Menjerat Kelas Teri”.
[Online]. Tersedia: Kompas.com edisi 5 Februari 2012. [Diakses tanggal 22
Agustus 2014 jam 14.08].
Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ridwan. 2010. “Kebijakan Formulasi Hukum Pidana dalam Penanggulangan
Tindak Pidana Korupsi”. Tesis, Program Magister Ilmu Hukum, Program
Pascasarjana, Universitas Diponegoro.
Sarjono, Agus R. 2012. “Mukadimah: Perkara Korupsi dalam Sastra Indonesia”.
Jurnal Kritik nomor 2 tahun 2012, hlm. 2 – 9.
Sindhunata. 2011. “Negeri Para Celeng”. [Online]. Tersedia:
http://rumahfilsafat.com/2011/05/31/negeri-para-celeng/. [Diakses tanggal
22 Agustus 2014 jam 10.44], Komps.com edisi 31 Mei 2011. [Diakses
tanggal 22 Agustus 2014 jam 12.48].
Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1988. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta:
Gramedia.
Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB.
Sunaryanto, Agus. dkk. 2012. Modul Monitoring Penegakan Hukum. Jakarta:
Indonesia Corruption Watch.
Suprihadi, Marcus (Ed). “Politikus Caloi Korupsi BUMN dan Kementerian”.
[Online]. Tersedia: Kompas.com edisi 26 Agustus 2011. [Diakses tanggal 27
Agustus 2014 jam 10.27].
Tanpa Nama. Tanpa Tahun. “Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2001”. Dalam Himpunan Perarturan Pemberantasan Tindak Pedana
Korupsi KKN Bersama KPK, BPK dan Tindak Pidana Pencuciaan Uang.
Jakarta: PT Tamita Utama, hlm. 119 – 132.
Tanpa Nama. Tanpa Tahun. “Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31
Tahun 1999”. Dalam Himpunan Perarturan Pemberantasan Tindak Pedana
Korupsi KKN Bersama KPK, BPK dan Tindak Pidana Pencuciaan Uang.
Eko Fahryanto, 2014
Representasi korupsi dalam cerpen pilihan kompasTahun 2010 dan 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tanpa Nama. “Urip Diancam15 Tahun Penjara”. [Online]. Tersedia: Kompas.com
edisi 24 Juni 2008. [Diakes tanggal 1 September 2014 jam 11.43].
Tanpa Nama. “Urip Divonis 20 Tahun Penjara dan Denda Rp 500 Juta”. [Online].
Tersedia: Kompas.com edisi 4 September 2008. [Diakses tanggal 1
September 2014 jam 11.38].
Teeuw, Andries. 1984. Sastera dan Ilmu Sastera. Jakarta: Pustaka Jaya.
Teeuw, Andries. 1980. Sastra Baru Indonesia jilid 1. Ende: Nusa Indah.
Tim Juri. 2012. “Pengantar Tim Juri: Dua Pemenang Bersanding”. Dalam Putu
Fajar Arcana (Ed), 20 Tahun Cerpen Pilihan Kompas: Dari Salawat
Dedaunan Sampai Kunang-kunang Di Langit Jakarta. Jakarta: Penerbit
Buku Kompas, hlm. vii – xii.
Todorov, Tzvetan. 1985. Tata Sastra. Jakarta: Djambatan.
Triwikromo, Triyanto. 2013. “Lengtu Lengmua”. Dalam Laki-laki Pemanggul
Goni: Cerpen Pilihan Kompas 2012. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, hlm.
76 – 83.
Wahono, Tri (Ed). “Budaya Korup Sekarang Lebih Buruk”. [Online]. Tersedia:
Kompas.com, edisi 20 Oktober 2010. [Diakses tanggal 22 Agustus 2014 jam
14.55].
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Yuntho, Emerson. Tanpa Tahun. “Kepala Daerah Kok Masih Korupsi?”. [Online].
Tersedia: Kompas.com edisi 15 Juni 2011. [Diakses tanggal 22 Agustus
2014 jam 13.49].
Zaimar, Okke K. S. 1991. Menelusuri Makna Ziarah Karya Iwan Simatupang.
Jakarta: Intermasa
Zaimar, Okke K. S. 2008. Semiotik dan Penerapannya dalam Karya Sastra.
Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Zulaikha, Siti. Tanpa Tahun. “Negeri Para Mafia”. [Online]. Tersedia:
Kompas.com edisi 11 Januari 2011. [Diakses tanggal 1 September 2014 jam