• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. PERBANDINGAN MUTU TABLET METRONIDAZOL GENERIK

DENGAN MEREK DAGANG SECARA IN VITRO

SKRIPSI

Oleh : WINDA 050804074

PROGRAM REGULER SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. PERBANDINGAN MUTU TABLET METRONIDAZOL GENERIK

DENGAN MEREK DAGANG SECARA IN VITRO

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH : WINDA 050804074

PROGRAM REGULER FAKULTAS FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. Pengesahan Skripsi

PERBANDINGAN MUTU TABLET METRONIDAZOL GENERIK DENGAN MEREK DAGANG SECARA IN VITRO

Oleh:

WINDA 050804074

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : Juli 2009

Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, Apt. NIP 130 809 706 NIP 130 672 239

Pembimbing II, Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt.

NIP 130 809 706

Drs. Suryanto, M.Si., Apt. Dra. Sudarmi, M.Si., Apt. NIP 131 945 348 NIP 131 283 719

Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt. NIP 131 286 002

Dekan,

(4)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul “Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik

dengan Merek Dagang Secara In Vitro”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu

syarat dalam memperoleh gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

Pemakaian tablet semakin populer dimana sediaannya banyak diproduksi

dan merupakan salah satu sediaan yang banyak mengalami perkembangan baik

formulasinya maupun cara pemakaiannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk

membandingkan mutu dari tablet Metronidazol generik dan merek dagang secara

in vitro. Hendaknya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi kepada

masyarakat tentang mutu tablet Metronidazol generik dan merek dagang.

Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya

penulis sampaikan kepada Ayah dan Ibu tercinta, kakak-kakak serta adik atas

segala perhatian, doa, kasih sayang, dan dukungan moril serta materil yang telah

diberikan kepada penulis.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt.

dan Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt. atas waktu dan kesabarannya membimbing

penulis selama penelitian hingga penulisan skripsi ini.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dekan Fakultas

Farmasi Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., Bapak/Ibu staf pengajar Fakultas

Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama perkuliahan serta penasehat

(5)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

memberikan bimbingan kepada penulis selama ini. Selanjutnya ucapan terima

kasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt.,

selaku Kepala Laboratorium Teknologi Formulasi Sediaan Padat.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dra. Juanita

Tanuwijaya, Apt., Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., Ibu Dra. Sudarmi, M.Si.,

Apt., dan Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt., selaku dosen penguji yang

telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.

Terakhir penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang

membantu penulis secara langsung dalam penelitian ini Kak Butet, Kak Reni,

Kistia, Silvia, Maria, Finnie, Juliana, Johan, Victor, dan teman-teman penulis

Stambuk 2005, serta seluruh rekan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Tidak lupa juga kepada pegawai Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

yang telah banyak membantu penulis selama ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi ilmu

pengetahuan pada umumnya dan bagi ilmu farmasi khususnya. Penulis juga

menyadari penulisan ini masih jauh dari sempurna oleh karena keterbatasan

kemampuan penulis. Atas kekurangan dan kelemahan ini penulis mohon maaf.

Medan, Juli 2009

Penulis,

(6)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. PERBANDINGAN MUTU TABLET METRONIDAZOL GENERIK

DENGAN MEREK DAGANG SECARA IN VITRO

ABSTRAK

Tablet merupakan salah satu sediaan Farmasi yang dapat dibuat dengan

bentuk yang bermacam-macam, sesuai dengan keinginan produsen. Dewasa ini

pemakaian tablet semakin populer dimana sediaannya banyak diproduksi dan

merupakan salah satu sediaan yang banyak mengalami perkembangan baik

formulasinya maupun cara pemakaiannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk

membandingkan mutu dari tablet Metronidazol generik dan merek dagang secara

in vitro.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan secara purposif dengan cara

mengambil sampel dari salah satu apotik yang ada di Jalan Gatot Subroto Medan.

Parameter-parameter pengujian mutu tablet yang dilakukan yaitu kekerasan,

friabilitas, waktu hancur, kadar zat aktif, keragaman bobot dan disolusi. Pengujian

kekerasan dan friabilitas merujuk pada persyaratan mutu farmasi industri. Pada uji

penetapan kadar zat aktif, keragaman bobot dan disolusi digunakan larutan HCl

0,1 N sebagai media dan serapannya diukur dengan menggunakan

spektrofotometer ultraviolet dengan panjang gelombang 277 nm dan pengujian

waktu hancur yang merujuk pada Farmakope Indonesia Edisi IV.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tablet Metronidazol generik dan

merek dagang memenuhi persyaratan farmasi industri kecuali uji kekerasan pada

tablet Metronidazol generik PT. Kimia Farma, tablet salut selaput Velazol®, tablet

salut selaput Trichodazol® dan kaplet salut selaput Metrolet® dan uji friabilitas

pada kaplet Grafazol® dan sebaliknya pengujian parameter menurut Farmakope

Indonesia Edisi IV yaitu waktu hancur, kadar zat aktif, keragaman bobot dan

disolusi memenuhi persyaratan untuk semua tablet Metronidazol generik dan

merek dagang.

(7)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. QUALITY COMPARISON OF GENERIC AND BRANDED

METRONIDAZOLE TABLETS AS IN VITRO

ABSTRACT

Tablet is one of the forms in pharmacy that can be made into various

forms, depends on the drug company. These days the usage of tablet becomes

popular where many companies produce tablets and tablet is one of the forms that

has developed well in the formulation and the usage. The purpose to this research

is to compare the quality of generic Metronidazole and branded Metronidazole

tablets by using in vitro test.

The technique of getting the samples is done purposively by getting the

samples from one of the drugstores at Gatot Subroto Street in Medan. The

parameters to test the quality are hardness, friability analysis, disintegration time,

determining the Metronidazole value, uniformity preparations and dissolution test.

Hardness and friability tests are made in reference to the requirements of

industrial pharmacy. In the determining the Metronidazole value, uniformity

preparations and dissolution test were used HCl 0.1 N as the medium and the

absorption was measured by using ultraviolet spectrophotometer at wave length of

277 nm and the disintegration time test are made in reference to the Indonesian

Pharmacopoeia the fourth editions.

The result of the study showed that generic and branded Metronidazole

tablets have fulfilled the requirements of pharmacy industry except the hardness

test of generic Metronidazole tablets PT. Kimia Farma, Velazol® film-coated

tablets, Trichodazol® film-coated tablets and Metrolet® film-coated caplets and

friability analysis of Grafazol® caplets. But for the parameters from Indonesian

Pharmacopoeia the fourth editions which are disintegration time, determining the

Metronidazole value, uniformity preparations and dissolution test have fulfilled

the requirements for all generic and branded Metronidazole tablets.

(8)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Metronidazol ... 5

2.1.1 Tinjauan Umum Tentang Metronidazol ... 5

2.1.2 Farmakologi ... 5

2.1.3 Efek Samping, Indikasi dan Sediaan ... 6

2.2 Uraian Tablet ... 7

(9)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

2.2.2 Evaluasi Tablet ... 7

2.2.2.1 Kadar Zat Berkhasiat ... 7

2.2.2.2 Keseragaman Sediaan ... 7

2.2.2.3 Waktu Hancur ... 8

2.2.2.4 Kekerasan ... 9

2.2.2.5 Friabilitas (Kerapuhan) ... 9

2.2.2.6 Disolusi ... 10

2.3 Pembagian Tablet ... 11

2.4 Obat Generik dan Obat Merek Dagang ... 12

2.5 Spektrofotometri Ultraviolet ... 13

2.6 Hukum Lambert-Beer ... 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 16

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

3.2 Alat-alat ... 16

3.3 Bahan-bahan ... 16

3.4 Metode Penelitian ... 17

3.4.1 Teknik Pengambilan Sampel ... 17

3.4.2 Pembuatan Pereaksi ... 17

3.4.2.1 Asam Klorida 0,1 N ... 17

3.4.2.2 Cairan Lambung Buatan ... 17

3.5 Penentuan Kurva Serapan dan Linieritas Kurva Kalibrasi Metronidazol dalam Larutan HCl 0,1 N ... 17

3.5.1 Pembuatan Larutan Induk Baku I ... 17

3.5.2 Pembuatan Larutan Induk Baku II ... 18

(10)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

3.5.4 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Metronidazol

dalam Larutan HCl 0,1 N ... 18

3.6 Evaluasi Tablet ... 18

3.6.1 Penetapan Kadar Metronidazol dalam Tablet ... 18

3.6.2 Uji Keseragaman Sediaan ... 19

3.6.3 Uji Kekerasan Tablet ... 20

3.6.4 Uji Friabilitas ... 20

3.6.5 Uji Waktu Hancur ... 21

3.6.5.1 Tablet Tidak Bersalut ... 21

3.6.5.2 Tablet Bersalut Bukan Enterik ... 21

3.6.6 Uji Disolusi Tablet ... 22

3.7 Analisis Data Secara Statistik ... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1 Hasil Penentuan Kurva Serapan dan Linieritas Kurva Kalibrasi Metronidazol BPFI dalam Larutan HCl 0,1 N ... 25

4.2 Hasil Evaluasi Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang ... 27

4.2.1 Hasil Penetapan Kadar ... 27

4.2.2 Hasil Uji Keragaman Bobot ... 29

4.2.3 Hasil Uji Kekerasan Tablet ... 30

4.2.4 Hasil Uji Friabilitas ... 31

4.2.5 Hasil Uji Waktu Hancur ... 33

4.2.6 Hasil Uji Evaluasi Kekerasan, Friabilitas, Waktu Hancur dan Waktu Disolusi (Q+5%) ... 34

(11)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

5.1 Kesimpulan ... 40

5.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(12)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kriteria Penerimaan Zat Aktif yang Larut

dengan Disolusi ... 23

Tabel 2. Data Hasil Kadar Tablet Metronidazol Generik

dan Merek Dagang ... 28

Tabel 3. Hasil Uji Keragaman Bobot Tablet Metronidazol

Generik dan Merek Dagang ... 29

Tabel 4. Data Kekerasan Tablet Metronidazol Generik dan

Merek Dagang ... 31

Tabel 5. Data Friabilitas Tablet Metronidazol Generik dan

Merek Dagang ... 32

Tabel 6. Data Waktu Hancur Tablet Metronidazol Generik dan

Merek Dagang ... 33

Tabel 7. Data Uji Kekerasan, Friabilitas, Waktu Hancur dan Waktu

Disolusi (Q+5%) ... 34

Tabel 8. Data Uji Disolusi Tablet Metronidazol Generik dan

(13)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kurva Serapan Metronidazol BPFI dengan Konsentrasi

12 mcg/ml dalam Larutan HCl 0,1 N ... 25

Gambar 2. Hasil Penentuan Serapan Metronidazol BPFI dengan

Konsentrasi 12 mcg/ml dalam Larutan HCl 0,1 N ... 26

Gambar 3. Kurva Kalibrasi Metronidazol BPFI dalam Larutan HCl 0,1 N

pada Panjang Gelombang 277 nm ... 27

Gambar 4. Grafik Persen Kumulatif Rata-Rata Dari Hasil Uji

Disolusi Tablet Metronidazol Generik dan Merek

Dagang dalam Medium HCl 0,1 N ... 38

Gambar 5. Hasil Penentuan Serapan Kurva Kalibrasi Metronidazol

BPFI pada Panjang Gelombang Maksimum 277 nm

(14)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Sediaan Tablet yang Diperiksa ... 43

Lampiran 2. Hasil Penentuan Kurva Kalibrasi Metronidazol BPFI pada

Panjang Gelombang Serapan Maksimum 277 nm

dengan Larutan HCl 0,1 N Sebagai Blanko ... 44

Lampiran 3. Data Kurva Kalibrasi Metronidazol BPFI Secara

Spektrofotometri Ultraviolet dalam Larutan

HCl 0,1 N pada Panjang Gelombang 277 nm ... 45

Lampiran 4. Contoh Perhitungan Penetapan Kadar Tablet Metronidazol

Generik dan Merek Dagang ... 47

Lampiran 5. Hasil Penetapan Kadar Tablet Metronidazol Generik

dan Merek Dagang ... 49

Lampiran 6. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol

pada Tablet Generik (PT. Kimia Farma) ... 51

Lampiran 7. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol

pada Tablet Generik (PT. Phyto Kemo Agung) ... 53

Lampiran 8. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol

pada Tablet Omenizol® (PT. Mutifa) ... 55

Lampiran 9. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol

pada Tablet Fladex® Forte (PT. Dexa Medica) ... 57

Lampiran 10. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol

pada Tablet Salut Selaput Velazol® (PT. Novell) ... 59

Lampiran 11. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol

pada Tablet Salut Selaput Trichodazol®

(PT. Sanbe Farma) ... 61

Lampiran 12. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol

pada Kaplet Grafazol® (PT. Graha Farma) ... 63

Lampiran 13. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Metronidazol

pada Kaplet Salut Selaput Metrolet® (PT. Graha Farma) ... 65

Lampiran 14. Hasil Uji Waktu Hancur Tablet Metronidazol Generik

(15)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. Lampiran 15. Contoh Perhitungan Persentase (%) Metronidazol yang

Terlarut dalam Medium Disolusi pada Interval Waktu

Tertentu ... 69

Lampiran 16. Rata-Rata Hasil Uji Disolusi Tablet Metronidazol Generik

dan Merek Dagang ... 70

Lampiran 17. Contoh Perhitungan Keragaman Bobot Tablet

Metronidazol Generik dan Merek Dagang ... 73

Lampiran 18. Hasil Uji Keragaman Bobot Tablet Metronidazol

Generik dan Merek Dagang ... 77

Lampiran 19. Hasil Uji Kekerasan Tablet Metronidazol Generik

dan Merek Dagang ... 79

Lampiran 20. Hasil Uji Friabilitas Tablet Metronidazol Generik

dan Merek Dagang ... 80

Lampiran 21. Sertifikat Baku Pembanding Metronidazol ... 82

(16)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Obat sering dipandang sebagai produk yang mahal dan harganya terus

naik. Sesungguhnya produk obat tidak bisa dilepaskan dari aspek komersial yang

menginginkan laba. Produsen obat mengajukan alasan bahwa mahalnya harga

obat terkait dengan masalah tingginya biaya penelitian/penemuan dan promosi.

Ditambah lagi oleh keyakinan sebagian masyarakat bahwa obat yang baik adalah

obat yang mahal, membuat para dokter kadang terdorong meresepkan obat mahal

karena khawatir dianggap meresepkan obat-obat kurang bermutu. Keadaan ini

semakin mendorong produsen obat menaikkan harga produknya (Widodo, 2004).

Melihat masalah mahalnya harga obat, pemerintah membuat kebijakan

mengenai Obat Esensial Nasional, yaitu memberikan pemilihan obat yang

bermutu, aman dan relatif murah. Obat-obat terpilih tersebut kemudian disusun

dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN). Setiap unit kesehatan pemerintah

diperintahkan untuk menggunakan Obat Esensial Nasional, dengan

mengedepankan penggunaan obat generik (Widodo, 2004).

Obat dengan harga tinggi tidak selalu menunjukkan kualitas yang lebih

baik. Kenyataannya obat-obat dengan isi sama, antar merek obat bisa berbeda

harga hingga 3 kali lipat bahkan lebih. Produsen obat berlomba membuat iklan

yang memikat dan biaya iklan yang tinggi ini akan dibebankan kepada harga

produk obat tersebut. Salah satu cara mendapatkan obat yang bermutu relatif lebih

(17)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

bermutu. Perbandingan harga antara obat generik dan obat paten/bermerek bisa

1:5 atau lebih (Widodo, 2004).

Berdasarkan Permenkes No. 085/MenKes/Per/I/1989, obat generik adalah

obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat

berkhasiat yang dikandungnya (Ditjen POM., 1989).

Obat dengan merek dagang atau spesialité adalah obat milik suatu

perusahaan dengan nama khas yang dilindungi hukum, yaitu merek terdaftar atau

proprietary name. Banyaknya obat merek dagang dengan beraneka-ragam nama

yang setiap tahun dikeluarkan oleh farmasi industri dan kekacauan yang

diakibatkan telah mendorong WHO untuk menyusun Daftar Obat dengan

nama-nama resmi. Official atau generic name (nama-nama generik) ini dapat digunakan di

semua negara tanpa melanggar hak paten obat bersangkutan (Tan, 2002).

Metronidazol merupakan senyawa kemoterapi dengan spektrum luas,

selektif terhadap mikroorganisme anaerob, termasuk bakteri dan protozoa.

Metronidazol adalah obat pilihan terhadap amubiasis usus dan sistemik,

trikomoniasis dan giardiasis. Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat dan

sempurna, kadar serum tinggi dicapai dalam 1-2 jam setelah pemberian secara

oral, dengan waktu paro plasma ± 8 jam (Siswandono, 1995).

Dalam menanggapi perbedaan harga dari obat-obat yang mempunyai zat

berkhasiat yang sama, perlu dilakukan suatu pembuktian ilmiah terhadap mutu

dari obat-obat dengan kandungan zat berkhasiat yang banyak digunakan di

masyarakat. Berdasarkan hal itu dan untuk meluruskan pemahaman masyarakat

tentang obat generik dan merek dagang, maka penulis tertarik untuk melakukan

(18)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

melakukan pembuktian dari segi kekerasan dan friabilitas yang merujuk pada

persyaratan mutu farmasi industri serta waktu hancur, kadar zat aktif, keragaman

bobot, dan disolusi yang merujuk pada Farmakope Indonesia Edisi IV.

1.2Perumusan Masalah

1. Apakah tablet Metronidazol generik dengan merek dagang mempunyai mutu

yang sama secara in vitro dengan paramater waktu hancur, kadar zat aktif,

keragaman bobot dan disolusi sesuai dengan persyaratan yang tercantum

dalam Farmakope Indonesia Edisi IV?

2. Apakah tablet Metronidazol generik dengan merek dagang mempunyai mutu

yang sama secara in vitro dengan paramater kekerasan dan friabilitas sesuai

dengan persyaratan mutu farmasi industri?

1.3Hipotesis

1. Tablet Metronidazol generik dengan merek dagang mempunyai mutu yang

sama secara in vitro dengan paramater waktu hancur, kadar zat aktif,

keragaman bobot dan disolusi sesuai dengan persyaratan yang tercantum

dalam Farmakope Indonesia Edisi IV.

2. Tablet Metronidazol generik dengan merek dagang mempunyai mutu yang

sama secara in vitro dengan paramater kekerasan dan friabilitas sesuai dengan

persyaratan mutu farmasi industri.

1.4Tujuan Penelitian

1. Untuk membandingkan mutu tablet Metronidazol generik dengan merek

dagang secara in vitro dengan parameter waktu hancur, kadar zat aktif,

keragaman bobot dan disolusi sesuai dengan persyaratan yang tercantum

(19)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

2. Untuk membandingkan mutu tablet Metronidazol generik dengan merek

dagang secara in vitro dengan parameter kekerasan dan friabilitas sesuai

dengan persyaratan mutu farmasi industri.

1.5Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi kepada masyarakat

bahwa masyarakat tidak perlu ragu untuk menggunakan obat generik sebagai

(20)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metronidazol

2.1.1 Tinjauan Umum Tentang Metronidazol

Rumus Bangun :

N

N CH2 -CH2 -OH

CH3 NO2

Nama Kimia : 2-Metil-5-nitroimidazol-1-etanol

Rumus Molekul : C6H9N3O3

Berat Molekul : 171,16

Metronidazol mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0%

C6H9N3O3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian : hablur atau serbuk hablur, putih hingga kuning pucat;

tidak berbau; stabil di udara, tetapi lebih gelap bila terpapar

oleh cahaya

Kelarutan : sukar larut dalam eter; agak sukar larut dalam air, dalam

metanol dan dalam kloroform

(Ditjen POM., 1995)

Pengukuran UV : Asam – 277 nm ( A11 = 377 a )

Basa – 319 nm ( A11 = 520 b ) (Moffat, 1986)

2.1.2 Farmakologi

Metronidazol ialah 2-Metil-5-nitroimidazol-1-etanol yang berbentuk

(21)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

trikomoniasid, metronidazol juga berefek amubisid dan efektif terhadap Giardia

lamblia (Sjarif, 1995).

Absorpsi metronidazol berlangsung dengan baik sesudah pemberian oral.

Satu jam setelah pemberian dosis tunggal 500 mg per oral diperoleh kadar plasma

kira-kira 10 g/ml. Umumnya untuk kebanyakan protozoa dan bakteri sensitif,

rata-rata diperlukan kadar tidak lebih dari 8 g/ml. Waktu paruhnya berkisar

antara 8-10 jam (Sjarif, 1995).

Metronidazol terutama digunakan untuk amubiasis, trikomoniasis dan

infeksi bakteri anaerob. Metronidazol efektif untuk amubiasis intestinal maupun

ekstraintestinal. Namun efeknya lebih jelas pada jaringan, sebab sebagian besar

metronidazol mengalami penyerapan di usus halus (Sjarif, 1995).

2.1.3 Efek Samping, Indikasi dan Sediaan

Efek sampingnya ringan dan berupa gangguan saluran cerna, mulut kering

dan rasa logam, pusing atau sakit kepala, rash kulit, dan sewaktu-waktu

leukopenia. Air kemih dapat menjadi coklat kemerah-merahan disebabkan oleh

zat warna yang terbentuk (Tan, 2002).

Obat yang digunakan untuk membunuh/membasmi amuba yaitu Entamuba

histolytica, suatu protozoa (organisme bersel tunggal). Amuba menimbulkan

penyakit dysentri, ialah infeksi usus yang mengakibatkan radang usus dengan

ciri-ciri mulas dan buang air berlendir dan berdarah (Anief, 1996).

Metronidazol tersedia dalam bentuk tablet 250 mg dan 500 mg dan tablet

(22)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. 2.2 Uraian Tablet

2.2.1 Pengertian Tablet

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam

bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,

mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat

tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang,

zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (Ditjen POM.,

1979).

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai.

Tablet-tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya

hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tabet dan

metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat

secara oral dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna

atau zat pemberi rasa (Ansel, 1989).

2.2.2 Evaluasi Tablet

2.2.2.1 Kadar Zat Berkhasiat

Tablet Metronidazol mengandung Metronidazol, C6H9N3O3, tidak kurang

dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket

(Ditjen POM., 1995).

2.2.2.2 Keseragaman Sediaan

Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan dua metode yaitu:

− Keragaman bobot dilakukan terhadap tablet yang mengandung zat aktif 50

(23)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

− Keseragaman kandungan dilakukan terhadap tablet yang mengandung zat

aktif kurang dari 50 mg atau kurang dari 50% dari bobot satuan sediaan

(Ditjen POM., 1995).

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan masalah keseragaman isi tablet

yaitu tidak seragamnya distribusi bahan obat pada pencampuran bubuk atau

granulasi, pemisahan dari campuran bubuk atau selama berbagai proses

pembuatan, dan penyimpangan berat tablet (Lachman, dkk., 1994).

2.2.2.3 Waktu Hancur

Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah

kondisi yang ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan berukuran

mesh-10. Uji ini tidak memberi jaminan bahwa partikel-partikel itu akan melepas

bahan obat dalam larutan dengan kecepatan yang seharusnya (Lachman, dkk.,

1994).

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur dari tablet adalah sifat

kimia dan fisis dari granulat, kekerasan dan porositasnya. Tablet biasanya

diformulasi dengan bahan pengembang atau bahan penghancur yang

menyebabkan tablet hancur di dalam air atau cairan lambung. Hancurnya tablet

tidak berarti sempurna larutnya bahan obat dalam tablet. Kebanyakan bahan

pelicin bersifat hidrofob, bahan pelicin yang berlebihan akan memperlambat

waktu hancur. Tablet dengan rongga-rongga yang besar akan mudah dimasuki air

sehingga hancur lebih cepat dari pada tablet yang keras dengan rongga-rongga

(24)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. 2.2.2.4 Kekerasan

Kekerasan diartikan sebagai kekuatan untuk menghancurkan tablet.

Kekerasan tablet ditentukan oleh besarnya tenaga yang diperlukan untuk

memecah tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu agar

dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan,

pengepakan dan pengangkutan. Selain itu tablet juga harus dapat bertahan

terhadap perlakuan berlebihan oleh konsumen (Lachman, dkk., 1994).

Ketahanan dari tablet terhadap goncangan pada waktu pengangkutan,

pengemasan dan peredaran bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan

dinyatakan dalam satuan kg dari tenaga yang dibutuhkan untuk memecahkan

tablet. Kekerasan yang umum untuk tablet adalah 4 – 8 kg. Untuk tablet hisap dan

tablet sustained release kekerasannya 10 – 20 kg. Tablet kunyah mempunyai

kekerasan yang lebih kecil dari 3 kg. Walaupun kekerasan yang lebih tinggi

menghasilkan tablet yang bagus, tidak rapuh tetapi ini mengakibatkan

berkurangnya porositas dari tablet sehingga sukar dimasuki cairan yang

menyebabkan lamanya waktu hancur. Alat-alat yang dipergunakan untuk menguji

kekerasan tablet antara lain: Stokes Monsanto, Strong Cobb dan Pfizer (Soekemi,

dkk., 1987).

2.2.2.5 Friabilitas (Kerapuhan)

Kerapuhan ditandai sebagai massa seluruh partikel yang berjatuhan dari

tablet melalui beban pengujian mekanis. Kerapuhan diberikan dalam persen yang

ditarik dari massa tablet sebelum pengujian (Voight, 1994).

Kerapuhan dapat dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan produk

(25)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

yang dapat diterima dapat berfungsi sebagai pengikat. Granul yang sangat kering

dan hanya mengandung sedikit sekali persentase kelembapan, sering

menghasilkan lebih banyak tablet renyah daripada granul yang kadar

kelembapannya 2 sampai 4%. Karena itulah sangat sukar membuat tablet yang

mengandung sejumlah zat yang dapat dihidrolisis tetap stabil secara kimia

(Lachman, dkk., 1994).

2.2.2.6 Disolusi

Disolusi adalah proses melarutnya obat (Ansel, 1989). Dua sasaran dalam

mengembangkan uji disolusi in vitro yaitu untuk menunjukkan pelepasan obat

dari tablet kalau dapat mendekati 100% dan laju pelepasan obat seragam pada

setiap batch dan harus sama dengan laju pelepasan dari batch yang telah

dibuktikan mempunyai bioavailabilitas dan efektif secara klinis (Lachman, dkk.,

1994).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju disolusi yaitu:

1. faktor yang berkaitan dengan sifat fisikokimia obat

Sifat-sifat fisikokimia dari obat yang mempengaruhi laju disolusi meliputi

kelarutan, bentuk kristal, bentuk hidrat solvasi dan kompleksasi serta

ukuran partikel.

2. faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan

Formulasi sediaan berkaitan dengan bentuk sediaan, bahan pembantu dan

cara pengolahan. Pengaruh bentuk sediaan pada laju disolusi tergantung

pada kecepatan pelepasan bahan aktif yang terkandung didalamnya.

Penggunaan bahan pembantu sebagai bahan pengisi, pengikat, penghancur

(26)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

mempercepat laju disolusi tergantung pada bahan pembantu yang dipakai.

Cara pengolahan dari bahan baku, bahan pembantu dan prosedur yang

dilaksanakan dalam formulasi sediaan padat peroral juga akan

berpengaruh pada laju disolusi.

3. faktor yang berkaitan dengan alat uji disolusi dan parameter uji

Faktor ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan selama percobaan yang

meliputi kecepatan pengadukan, suhu medium, pH medium dan metoda uji

yang dipakai (Syukri, 2002).

2.3 Pembagian Tablet

Berdasarkan pembuatannya tablet dibagi menjadi:

1. Tablet cetak (Compressed tablet)

Tablet ini dibuat dengan cara mengempa dan tidak mengandung penyalut

yang khusus. Tablet cetak dibuat dari bahan-bahan berupa serbuk atau

kristal dengan atau tanpa penambahan bahan pengisi, pengikat,

pengembang, pelicin dan bahan-bahan tambahan lainnya.

2. Tablet bersalut (Coated tablet)

a. Tablet bersalut gula (Sugar Coated tablet) yaitu tablet yang disalut

dengan lapisan yang terdiri dari gula dengan bahan-bahan yang sesuai

dengan atau tanpa pemberian warna.

b. Tablet bersalut selaput (Film coated tablet) yaitu tablet yang disalut

dengan lapisan tipis yang dibuat dari bahan sintetis atau

(27)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

c. Tablet bersalut enterik (Enteric Coated tablet) yaitu tablet yang disalut

dengan bahan-bahan yang tahan terhadap cairan lambung tetapi hancur

dalam cairan usus.

3. Mutiple Compressed tablet yaitu tablet yang dicetak lebih dari sekali

dengan menggunakan mesin pencetak tablet khusus.

a. Layered tablet yaitu tablet yang dibuat dengan mencetak granul-granul

yang telah dicetak terlebih dahulu. Pencetakan dapat dilakukan

beberapa kali untuk mendapatkan tablet dengan 2 atau 3 lapisan.

b. Press Coated tablet (Dry Coated tablet) dibuat dengan mengisikan

tablet-tablet yang telah dicetak pada mesin pencetak tablet yang

khusus, kemudian dicetakkan granul-granul tambahan di sekeliling

tablet (Soekemi, dkk., 1987).

2.4 Obat Generik dan Obat Merek Dagang

Mahalnya harga obat di pasaran telah menyebabkan Pemerintah melalui

Menteri Kesehatan, mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.

085/MenKes/Per/I/1989 tentang kewajiban menuliskan resep dan menggunakan

obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah (Ditjen POM., 1989).

Adapun pertimbangan yang digunakan untuk merumuskan peraturan

tersebut adalah sebagai berikut:

- Harga obat generik lebih rendah daripada harga obat paten yang mempunyai

terapetik yang sama

- Penulisan resep/penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan

akan mempermudah perluasan cakupan pelayanan kesehatan kepada

(28)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

193/Kab/B.VIII/71 memberikan definisi berikut untuk obat: ”Obat ialah suatu

bahan atau bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan

diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau

gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau

hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan

manusia (Joenoes, 1995).

Obat dengan merek dagang atau spesialité adalah obat milik suatu

perusahaan dengan nama khas yang dilindungi hukum, yaitu merek terdaftar atau

proprietary name. Banyaknya obat merek dagang dengan beraneka-ragam nama

yang setiap tahun dikeluarkan oleh farmasi industri dan kekacauan yang

diakibatkan telah mendorong WHO untuk menyusun Daftar Obat dengan

nama-nama resmi. Official atau generic name (nama-nama generik) ini dapat digunakan di

semua negara tanpa melanggar hak paten obat bersangkutan (Tan, 2002).

Berdasarkan Permenkes No. 085/MenKes/Per/I/1989, obat generik adalah

obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat

berkhasiat yang dikandungnya (Ditjen POM., 1989).

2.5 Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara

radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Daerah

spektrum ultraviolet membentang dari 190 nm – 380 nm (Ditjen POM.,1995).

Radiasi elektromagnetik dapat dianggap sebagai energi yang merambat

dalam bentuk gelombang. Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan

(29)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan

intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap. Serapan

dapat terjadi jika radiasi yang mengenai cuplikan memiliki energi yang sama

dengan energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan tenaga

(Gandjar, dkk., 2007).

2.6 Hukum Lambert-Beer

Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh

larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan.

Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan yaitu:

1. Sinar yang digunakan dianggap monokromatis

2. Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas

yang sama

3. Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap

yang lain dalam larutan tersebut

4. Tidak terjadi peristiwa fluoresensi atau fosforisensi

5. Indeks bisa tidak tergantung pada konsentrasi larutan (Gandjar, dkk.,2007)

Jika absorbansi suatu seri konsentrasi larutan diukur pada panjang

gelombang, suhu, kondisi pelarut yang sama; dan absorbansi masing-masing

larutan diplotkan terhadap konsentrasinya maka suatu garis lurus akan teramati

sesuai dengan persamaan A = abc. Grafik ini disebut dengan plot hukum

Lambert-Beer dan jika garis yang dihasilkan merupakan suatu garis lurus maka dapat

dikatakan bahwa hukum Lambert-Beer dipenuhi pada kisaran konsentrasi yang

(30)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

Hukum Lambert-Beer adalah:

A = abc

Dimana: A = absorban

a = absorptivitas

b = tebal kuvet (cm)

c = konsentrasi (Gandjar, dkk., 2007)

Absorptivitas (a) merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada

konsentrasi, tebal kuvet, dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel.

Absorptivitas tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang

(31)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk

menggambarkan sifat dari suatu keadaan sampel dalam hal ini dilakukan

perbandingan mutu tablet Metronidazol generik dengan merek dagang secara in

vitro.

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Formulasi Sediaan Solid Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Maret 2009 – Mei 2009.

3.2 Alat

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Disintegration

Tester (Erweka), Dissolution Tester (Erweka DT), Strong Cobb Hardness Tester

(Erweka), Roche Friabilator (Erweka), Spektrofotometer Ultraviolet (UV Mini

1240 Shimadzu), Stopwatch, Neraca listrik, alat-alat gelas dan alat laboratorium

lainnya.

3.3 Bahan

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air suling,

Asam Klorida pekat (E. Merck), Metronidazol BPFI (Badan POM), Tablet

Metronidazol generik (PT. Kimia Farma), Tablet Metronidazol generik (PT. Phyto

Kemo Agung Farma), Tablet Omenizol® (PT. Mutifa), Tablet Fladex® Forte (PT.

Dexa Medica), Tablet salut selaput Velazol® (PT. Novell), Kaplet Grafazol® (PT.

Graha Farma), Tablet salut selaput Trichodazol® (PT. Sanbe Farma), dan Kaplet

(32)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. 3.4 Metode Penelitian

3.4.1 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan adalah tablet Metronidazol generik, tablet

Metronidazol merek dagang, tablet salut selaput Metronidazol merek dagang,

kaplet Metronidazol merek dagang dan kaplet salut selaput Metronidazol merek

dagang dengan jumlah zat aktif 500 mg per tablet.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan secara purposif dengan cara

mengambil sampel dari salah satu apotik yang ada di Jalan Gatot Subroto Medan.

3.4.2 Pembuatan Pereaksi

3.4.2.1 Asam Klorida 0,1 N

Encerkan 8,5 ml asam klorida P dengan air suling hingga 1000 ml (Ditjen

POM., 1995).

3.3.2.2 Cairan Lambung Buatan

Larutkan 2,0 g natrium klorida P dalam 7,0 ml asam klorida P dan air

secukupnya hingga 1000 ml. Larutan mempunyai pH lebih kurang 1,2 (Ditjen

POM., 1995).

3.5 Penentuan Kurva Serapan dan Linieritas Kurva Kalibrasi Metronidazol

dalam Larutan HCl 0,1 N

3.5.1 Pembuatan Larutan Induk Baku I

Ditimbang seksama 50 mg Metronidazol BPFI, dimasukkan ke dalam labu

tentukur 100 ml. Dilarutkan dengan HCl 0,1 N dan dicukupkan sampai garis

tanda, lalu dikocok homogen maka diperoleh larutan induk baku dengan

(33)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. 3.5.2 Pembuatan Larutan Induk Baku II

Dari LIB I dipipet sebanyak 10 ml lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur

50 ml dan dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda sehingga diperoleh

konsentrasi 100 mcg/ml.

3.5.3 Penentuan Kurva Serapan Metronidazol

Dari LIB II dipipet sebanyak 6 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur

50 ml, dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda. Dikocok homogen maka

akan diperoleh larutan konsentrasi 12 mcg/ml. Diukur serapannya pada panjang

gelombang 200-400 nm dan sebagai blanko digunakan HCl 0,1 N. Kurva serapan

Metronidazol dapat dilihat pada Gambar 1 halaman 25.

3.5.4 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Metronidazol dalam Larutan

HCl 0,1 N

Dari LIB II dipipet masing-masing 3 ml; 4,5 ml; 6 ml; 7,5 ml; dan 9 ml,

dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, kemudian dicukupkan volumenya

dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda, sehingga diperoleh konsentrasi

Metronidazol masing-masing 6 mcg/ml; 9 mcg/ml; 12 mcg/ml; 15 mcg/ml; dan 18

mcg/ml. Diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum dengan

menggunakan HCl 0,1 N sebagai blanko. Hasil penentuan kurva kalibrasi

Metronidazol dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 44.

3.6 Evaluasi Tablet

3.6.1 Penetapan Kadar Metronidazol dalam Tablet

Ditimbang seksama 20 tablet, dicatat beratnya, kemudian digerus sampai

homogen. Ditimbang sejumlah serbuk yang setara dengan 50 mg Metronidazol

(34)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

kemudian dilarutkan dengan HCl 0,1 N dan dicukupkan sampai garis tanda,

dikocok homogen maka diperoleh larutan dengan konsentrasi 500 mcg/ml.

Disaring dan lebih kurang 25 ml filtrat pertama dibuang dan filtrat selanjutnya

ditampung. Dari larutan tersebut dipipet sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam

labu tentukur 50 ml dan dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda, maka

diperoleh larutan dengan konsentrasi 100 mcg/ml. Selanjutnya dipipet sebanyak 6

ml filtrat, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan dengan HCl

0,1 N sampai garis tanda, maka diperoleh larutan dengan konsentrasi 12 mcg/ml.

Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 277 nm dengan

menggunakan HCl 0,1 N sebagai blanko.

Persyaratan: Tablet Metronidazol mengandung Metronidazol, C6H9N3O3, tidak

kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada

etiket (Ditjen POM., 1995).

Data kadar tablet pada Lampiran 5 halaman 49 dan contoh perhitungan

pada Lampiran 4 halaman 47.

3.6.2 Uji Keseragaman Sediaan

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV bahwa kadar zat aktif 50 mg atau

lebih besar dari 50 mg yang merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan,

maka uji keseragaman sediaan dilakukan dengan cara keragaman bobot.

Penetapan keragaman bobot dilakukan dengan cara:

Ditimbang seksama 10 tablet, satu persatu dan dihitung bobot rata-rata. Kemudian

ditentukan kadarnya secara spektrofotometri ultraviolet. Dari hasil penetapan

kadar dihitung jumlah zat aktif dari masing-masing 10 tablet dengan anggapan zat

(35)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. Persyaratan: Keragaman bobot terletak antara 85,0% sampai 115,0% dari yang

tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang atau sama dengan 6,0%

(Ditjen POM., 1995).

Perhitungan keragaman bobot dapat dilihat pada Lampiran 17 halaman 73

dan hasil uji keragaman bobot pada Lampiran 18 halaman 77.

3.6.3 Uji Kekerasan Tablet

Alat: Strong Cobb Hardness Tester (Erweka)

Cara:

Sebuah tablet diletakkan tegak lurus diantara anvil dan punch, tablet

dijepit dengan memutar skrup pengatur hingga tanda lampu “stop” menyala, knop

ditekan dan dicatat angka yang ditunjukkan jarum penunjuk skala pada saat tablet

pecah. Percobaan ini dilakukan untuk 5 tablet.

Ketentuan umum: Kekerasan tablet 4-8 kg (Parrot, 1970).

Data uji kekerasan dapat dilihat pada Lampiran 19 halaman 79.

3.6.4 Uji Friabilitas

Alat: Roche Friabilator (Erweka)

Cara:

Ditimbang 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu, dicatat beratnya (a

gram). Tablet dimasukkan ke dalam alat friabilator, lalu alat dijalankan selama 4

menit (100 kali putaran). Setelah batas waktu yang ditentukan tablet dikeluarkan

dan dibersihkan dari debu, lalu ditimbang beratnya (b gram).

Friabilitas (F) = (a – b) / a x 100%

(36)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

Data uji friabilitas dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 20

halaman 80.

3.6.5 Uji Waktu Hancur

Alat: Disintegration Tester (Erweka)

3.6.5.1 Tablet Tidak Bersalut

Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet. Dimasukkan 1 tablet pada

masing-masing tabung dari keranjang, dimasukkan satu cakram pada tiap tabung,

kemudian alat dijalankan. Digunakan air dengan suhu 37º ± 2º C sebagai media.

Pada akhir batas waktu seperti yang tertera pada monografi, angkat keranjang dan

amati keenam tablet. Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet

tidak hancur sempurna ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang

dari 16 tablet dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.

Persyaratan: Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet tidak lebih

dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut (Ditjen POM., 1979).

3.6.5.2 Tablet Bersalut Bukan Enterik

Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet. Dimasukkan 1 tablet pada

masing-masing tabung dari keranjang, dimasukkan satu cakram pada tiap tabung,

kemudian alat dijalankan. Digunakan cairan lambung buatan LP dengan suhu 37º

± 2º C sebagai media. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera pada monografi,

angkat keranjang dan amati keenam tablet. Semua tablet harus hancur sempurna.

Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna ulangi pengujian dengan 12 tablet

lainnya, tidak kurang dari 16 tablet dari 18 tablet yang diuji harus hancur

(37)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. Persyaratan: Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet tidak lebih

dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput (Ditjen POM., 1979).

Data uji waktu hancur dapat dilihat pada Lampiran 14 halaman 67.

3.6.6 Uji Disolusi Tablet

Untuk menguji laju disolusi tablet dilakukan dengan menggunakan alat

Dissolution Tester.

Medium : 900 ml HCl 0,1 N

Alat : tipe 1 (metode keranjang)

Kecepatan putaran : 100 rpm

Waktu : 60 menit

Cara:

Satu tablet dimasukkan ke dalam wadah disolusi yang telah berisi 900 ml

medium disolusi yang bersuhu 37º ± 0,5º C. Kemudian keranjang diputar dengan

kecepatan 100 rpm. Pada interval waktu 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55

dan 60 menit larutan dipipet sebanyak 0,5 ml dan dimasukkan ke dalam labu

tentukur 25 ml, lalu diencerkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda. Serapan

diukur pada panjang gelombang 277 nm dan sebagai blanko digunakan HCl 0,1

N. Volume medium diusahakan tetap dengan menambahkan medium HCl 0,1 N

sebanyak 0,5 ml setelah pemipetan. Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet.

Persyaratan: Dalam waktu 60 menit harus larut tidak kurang dari 85% (Q)

C6H9N3O3 dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM., 1995).

Interpretasi: Persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan

yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Apabila tidak memenuhi persyaratan

(38)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

memenuhi tahap S1 atau S2. Harga Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut seperti

yang tertera dalam masing-masing monografi, dinyatakan dalam persentase kadar

pada etiket, angka 5% dan 15% dalam tabel adalah persentase kadar pada etiket,

dengan demikian mempunyai arti yang sama dengan Q.

Data uji disolusi dapat dilihat pada Lampiran 16 halaman 71 dan contoh

perhitungan pada Lampiran 15 halaman 69.

Tabel 1. Kriteria Penerimaan Zat Aktif yang Larut dengan Disolusi

Tahap Jumlah

yang diuji

Kriteria penerimaan

S1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5 %

S2 6 Rata-rata dari 12 unit (S1 + S2) adalah sama dengan

atau lebih besar dari Q dan tidak 1 unit sediaan yang

lebih kecil dari Q - 15 %

S3 12 Rata-rata dari 24 unit (S1 + S2 + S3) adalah sama

dengan atau lebih besar dari Q, tidak lebih dari 2 unit

sediaan yang lebih kecil dari Q – 15 % dan tidak 1 unit

pun yang lebih kecil dari Q – 25 %

(Ditjen POM., 1995)

3.7 Analisis Data Secara Statistik

Kadar zat aktif sebenarnya yang terkandung dalam sampel dapat diketahui

menggunakan uji distribusi t. Data diterima atau ditolak dihitung dengan

menggunakan metode standar deviasi dengan rumus:

1

2

− −

=

n X X

SD i

Keterangan: Xi = nilai dari masing-masing pengukuran

(39)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

n = jumlah perlakuan (Gandjar, dkk., 2007)

Untuk mencari thitung digunakan rumus:

t hitung =

n SD

X

X

Sebagai dasar penolakan data hasil uji analisis adalah t hitung≥ t tabel atau t hitung≤ - t

tabel. Untuk menentukan kadar zat aktif dalam sampel dengan taraf kepercayaan

99%, = 0,01, dk= n-1, dapat digunakan rumus:

Kadar sebenarnya: µ = X ± t ( /2,dk)x (SD/ n )

Keterangan:

X = Interval kepercayaan kadar sampel

X = Kadar rata-rata sampel

SD = Standar Deviasi

dk = derajat kebebasan (dk = n-1)

= taraf kepercayaan

n = jumlah perlakuan (Wibisono, 2005)

Hasil perhitungan statistik kadar zat aktif sebenarnya pada sampel dapat dilihat

pada Lampiran 6 halaman 51 sampai dengan Lampiran 13 halaman 65.

Untuk mencari koefisien variasi atau Relative Standard Deviation (RSD)

ditentukan dengan rumus:

RSD = X SD

x 100%

Keterangan : SD = Standar Deviasi

X = rata-rata kadar zat berkhasiat (Gandjar, dkk., 2007)

(40)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penentuan Kurva Serapan dan Linieritas Kurva Kalibrasi

Metronidazol BPFI dalam Larutan HCl 0,1 N

Metronidazol memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang

277 nm dengan A11 = 377a dalam pelarut asam (Moffat, 1986). Dari penelitian ini,

pengukuran serapan maksimum Metronidazol BPFI diperoleh 277 nm. Hasil

pengukuran yang diperoleh menunjukkan panjang gelombang serapan maksimum

yang sama dengan literatur dan penetapan kadar selanjutnya dilakukan pada

panjang gelombang maksimum 277nm.

Gambar 1. Kurva Serapan Metronidazol BPFI dengan Konsentrasi 12 mcg/ml

(41)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

Dari hasil identifikasi spektrum ultraviolet larutan Metronidazol BPFI dalam

larutan HCl 0,1 N pada panjang gelombang maksimum 277 nm diperoleh serapan

0,4282.

Gambar 2. Hasil Penentuan Serapan Metronidazol BPFI dengan Konsentrasi 12

mcg/ml dalam Larutan HCl 0,1 N

Hal ini sesuai dengan pernyataan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV

yang menyatakan bahwa suatu penetapan atau pengujian mengenai panjang

gelombang, serapan maksimum mengandung implikasi bahwa serapan maksimum

tersebut tepat pada atau dalam batas 2 nm dari panjang gelombang yang

ditentukan.

Pada penentuan kurva kalibrasi, larutan Metronidazol BPFI dibuat dengan

konsentrasi berturut-turut: 6 mcg/ml; 9 mcg/ml; 12 mcg/ml; 15 mcg/ml; dan 18

mcg/ml, diperoleh hubungan linier antara serapan dengan konsentrasi dimana

koefisien korelasi (r) = 0,9995 dan persamaan garis regresi Y = 0,0359 X +

0,0038 (Data Perhitungan pada Lampiran 3 halaman 45) serta dapat juga dilihat

hubungan antara variasi konsentrasi dengan serapan membentuk suatu garis lurus

(42)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. Gambar 3. Kurva Kalibrasi Metronidazol BPFI dalam Larutan HCl 0,1 N pada

Panjang Gelombang 277 nm

4.2 Hasil Evaluasi Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang

4.2.1 Hasil Penetapan Kadar

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, tablet Metronidazol mengandung

tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada

etiket. Dari hasil penetapan kadar pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa semua tablet

Metronidazol baik generik maupun merek dagang memenuhi persyaratan

(43)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. Tabel 2. Data Hasil Kadar Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang

No. Nama Obat Kadar sebenarnya (%)

1. Tablet Metronidazol Generik (PT. Kimia Farma) 101,56 ± 2,39*

2. Tablet Metronidazol Generik (PT. Phyto Kemo

Agung Farma)

102,78 ± 5,91*

3. Tablet Omenizol® (PT. Mutifa) 100,36 ± 4,23*

4. Tablet Fladex®Forte (PT. Dexa Medica) 100,87 ± 4,79*

5. Kaplet Grafazol® (PT. Graha Farma) 100,05 ± 4,77*

6. Tablet Salut Selaput Velazol® (PT. Novell) 102,85 ± 0,43*

7. Tablet Salut Selaput Trichodazol® (PT. Sanbe

Farma)

102,82 ± 4,38*

8. Kaplet Salut Selaput Metrolet® (PT. Harsen) 103,18 ± 2,21*

* Standar Deviasi (n=6)

Kadar Tablet Metronidazol pada tablet Metronidazol generik (PT. Kimia

Farma) yaitu 101,56 ± 2,39%, tablet Metronidazol generik (PT. Phyto Kemo

Agung Farma) 102,78 ± 5,91%, tablet Omenizol® (PT. Mutifa) 100,36 ± 4,23%,

tablet Fladex® Forte (PT. Dexa Medica) 100,87 ± 4,79%, kaplet Grafazol® (PT.

Graha Farma) 100,05 ± 4,77%, tablet salut selaput Velazol® (PT. Novell) 102,85

± 0,43%; tablet salut selaput Trichodazol® (PT. Sanbe Farma) 102,82 ± 4,38%

dan tablet salut selaput Metrolet® (PT. Harsen) 103,18 ± 2,21%. Dari Tabel 2

terlihat bahwa kadar Metronidazol dalam tablet berkisar antara 100,05% sampai

103,18% dimana kadar terendah diperoleh pada tablet Grafazol® (PT. Graha

Farma) dan kadar tertinggi pada tablet salut selaput Metrolet® (PT. Harsen). Data

kadar tablet pada Lampiran 5 halaman 49 dan contoh perhitungan dapat dilihat

(44)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. 4.2.2 Hasil Uji Keragaman Bobot

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995) bahwa persyaratan

keragaman bobot dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10

satuan sediaan terletak antara 85,0% – 115,0% dari jumlah yang tertera pada

etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%.

Tabel 3. Hasil Uji Keragaman Bobot Tablet Metronidazol Generik dan Merek

Dagang

No. Nama Obat Bobot

Rata-Rata (mg)

Kadar

Rata-Rata (%)

Standar Deviasi

Relatif

1. Tablet Metronidazol

Generik (PT. Kimia

Farma)

659,7 105,14 0,38

2. Tablet Metronidazol

Generik (PT. Phyto

Kemo Agung Farma)

601,8 103,37 0,49

3. Tablet Omenizol®

(PT. Mutifa)

672,5 103,87 0,47

4. Tablet Fladex® Forte

(PT. Dexa Medica)

703,7 102,93 0,21

5. Kaplet Grafazol®

(PT. Graha Farma)

744,2 101,17 0,37

6. Tablet Salut Selaput

Velazol®

(PT. Novell)

630 105,23 0,42

7. Tablet Salut Selaput

Trichodazol® (PT. Sanbe

Farma)

789,2 101,92 0,28

8. Kaplet Salut Selaput

Metrolet® (PT. Harsen)

(45)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

Dari Tabel 3 dapat dilihat hasil uji keragaman bobot tablet Metronidazol

generik (PT. Kimia Farma) 105,14% dengan standar deviasi relatif 0,38, tablet

Metronidazol generik (PT. Phyto Kemo Agung Farma) 103,37% dengan standar

deviasi relatif 0,49, tablet Omenizol® 103,87% dengan standar deviasi relatif 0,47,

tablet Fladex® Forte 102,93% dengan standar deviasi relatif 0,21, kaplet

Grafazol® 101,17% dengan standar deviasi relatif 0,37, tablet salut selaput

Velazol® 105,23% dengan standar deviasi relatif 0,42, tablet salut selaput

Trichodazol® 101,92% dengan standar deviasi relatif 0,28 dan kaplet salut selaput

Metrolet® 105,45% dengan standar deviasi relatif 0,35. Hal ini berarti bahwa baik

tablet Metronidazol generik maupun merek dagang memenuhi persyaratan

keragaman bobot berdasarkan Farmakope Indonesia edisi IV. Perhitungan

keragaman bobot dapat dilihat pada Lampiran 17 halaman 73 dan hasil uji

keragaman bobot pada Lampiran 18 halaman 77.

Keseragaman isi tablet dapat dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu tidak

seragamnya distribusi bahan obat pada pencampuran bubuk atau granulasi,

pemisahan dari campuran bubuk atau granulasi selama berbagai proses pembuatan

dan penyimpangan berat tablet (Lachman dkk., 1994).

4.2.3 Hasil Uji Kekerasan Tablet

Berdasarkan Tablel 4 menunjukkan bahwa setiap tablet yang diuji

mempunyai kekerasan yang berbeda-beda mulai dari 7,60 kg sampai 11,85 kg

untuk tablet tidak bersalut dan 10,40 kg sampai 13,35 kg untuk tablet bersalut.

Data uji kekerasan dapat dilihat pada Lampiran 19 halaman 79.

Menurut Lachman dkk. (1994), perbedaan kekerasan dapat terjadi karena

(46)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

perbedaan massa granul yang mengisi die pada saat pencetakan tablet. Selain itu,

berbedanya nilai kekerasan juga dapat diakibatkan oleh variasi jenis dan jumlah

bahan tambahan yang digunakan pada formulasi. Bahan pengikat adalah contoh

bahan tambahan yang bisa menyebabkan meningkatnya kekerasan tablet bila

digunakan terlalu banyak.

Tabel 4. Data Kekerasan Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang

No. Nama Obat Kekerasan (kg)

1. Tablet Metronidazol Generik (PT. Kimia Farma) 11,85

2. Tablet Metronidazol Generik (PT. Phyto Kemo

Agung Farma)

7,65

3. Tablet Omenizol® (PT. Mutifa) 7,65

4. Tablet Fladex®Forte (PT. Dexa Medica) 7,75

5. Kaplet Grafazol® (PT. Graha Farma) 7,60

6. Tablet Salut Selaput Velazol® (PT. Novell) 13,35

7. Tablet Salut Selaput Trichodazol® (PT. Sanbe

Farma)

10,45

8. Kaplet Salut Selaput Metrolet® (PT. Harsen) 10,40

4.2.4 Hasil Uji Friabilitas

Menurut Voight (1994) bahwa friabilitas atau kehilangan berat yang

dialami setiap jenis tablet tidak melebihi 0,8%. Dengan terpenuhinya syarat uji

friabilitas, maka keutuhan tablet sampai ke tangan konsumen dapat terjamin. Data

(47)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. Tabel 5. Data Friabilitas Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang

No. Nama Obat Friabilitas (%)

1. Tablet Metronidazol Generik (PT. Kimia Farma) 0,25

2. Tablet Metronidazol Generik (PT. Phyto Kemo

Agung Farma)

0,4

3. Tablet Omenizol® (PT. Mutifa) 0,45

4. Tablet Fladex®Forte (PT. Dexa Medica) 0,13

5. Kaplet Grafazol® (PT. Graha Farma) 2,69

6. Tablet Salut Selaput Velazol® (PT. Novell) 0,06

7. Tablet Salut Selaput Trichodazol® (PT. Sanbe

Farma)

0,04

8. Kaplet Salut Selaput Metrolet® (PT. Harsen) 0,06

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa setiap tablet yang diuji memiliki tingkat

kerapuhan yang baik. Dari hasil uji friabilitas tablet mempunyai friabilitas yang

relatif kecil yaitu mulai dari 0,04% sampai 0,06% untuk tablet salut dan 0,13%

sampai 2,69% untuk tablet tidak bersalut. Pada tablet salut mempunyai friabilitas

yang lebih kecil daripada tablet tak bersalut karena tablet salut relatif kuat

daripada tablet tidak bersalut dan permukaan tablet salut yang halus menyebabkan

gesekan antar tablet hampir tidak ada. Pada kaplet Grafazol® friabilitasnya adalah

2,69% dan tidak memenuhi persyaratan yaitu tidak melebihi 0,8%. Hal ini

disebabkan kaplet Grafazol® sangat rapuh sehingga pada saat tablet diputar di

friabilator tablet pecah. Ini dapat disebabkan jumlah penambahan bahan pengikat

yang tidak cukup atau pada saat pencampuran dengan bahan pengikat yang tidak

(48)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. 4.2.5 Hasil Uji Waktu Hancur

Menurut Farmakope Indonesia Edisi III menyatakan bahwa waktu hancur

untuk tablet tidak bersalut adalah tidak lebih dari 15 menit dan untuk tablet

bersalut gula dan bersalut selaput adalah tidak lebih dari 60 menit.

Tabel 6. Data Waktu Hancur Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang

No. Nama Obat Waktu Hancur

1. Tablet Metronidazol Generik (PT. Kimia Farma) 12’15”

2. Tablet Metronidazol Generik (PT. Phyto Kemo

Agung Farma)

11’58”

3. Tablet Omenizol® (PT. Mutifa) 10’22”

4. Tablet Fladex® Forte (PT. Dexa Medica) 12’13”

5. Kaplet Grafazol® (PT. Graha Farma) 8’38”

6. Tablet Salut Selaput Velazol® (PT. Novell) 6’19”

7. Tablet Salut Selaput Trichodazol® (PT. Sanbe

Farma)

7’41”

8. Kaplet Salut Selaput Metrolet® (PT. Harsen) 7’10”

Keterangan: ’ = menit

” = detik

Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa waktu hancur untuk tablet Metronidazol

generik (PT. Kimia Farma) yaitu 12 menit 15 detik, tablet Metronidazol generik

(PT. Phyto Kemo Agung Farma) 11 menit 58 detik, tablet Omenizol® 10 menit 22

detik, tablet Fladex® Forte 12 menit 13 detik, kaplet Grafazol® 8 menit 38 detik,

tablet salut selaput Velazol® 6 menit 19 detik, tablet salut selaput Trichodazol® 7

menit 41 detik dan kaplet salut selaput Metrolet® 7 menit 10 detik. Semua tablet

baik tidak bersalut maupun bersalut memenuhi syarat. Data uji waktu hancur

(49)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010.

Menurut Lachman dkk. (1994), jika dikaitkan dengan disolusi maka waktu

hancur merupakan faktor penentu dalam pelarutan obat. Sebelum obat larut dalam

media pelarut maka tablet terlebih dahulu pecah menjadi partikel-partikel kecil

sehingga daerah permukaan partikel menjadi lebih luas. Namun uji ini tidak

memberi jaminan bahwa partikel-partikel akan melepaskan bahan obat dalam

larutan dengan kecepatan yang seharusnya, karena uji waktu hancur hanya

menyatakan waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang

ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan berukuran mesh-10.

4.2.6 Hasil Uji Evaluasi Kekerasan, Friabilitas, Waktu Hancur dan Waktu Disolusi (Q+5%)

Data hasil uji evaluasi Tablet Metronidazol generik dan merek dagang

dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini:

Tabel 7. Data Uji Kekerasan, Friabilitas, Waktu Hancur dan Waktu Disolusi

(Q+5%)

No. Nama Obat Kekerasan (kg) Friabilitas

(%)

Waktu Hancur

Waktu disolusi (Q+5%) (menit) 1. Tablet Metronidazol

Generik (PT. Kimia Farma)

11,85 0,25 12’15” 25

2. Tablet Metronidazol Generik (PT. Phyto Kemo Agung Farma)

7,65 0,4 11’58” 20

3. Tablet Omenizol® (PT. Mutifa)

7,65 0,45 10’22” 35

4. Tablet Fladex®Forte (PT. Dexa Medica)

7,75 0,13 12’13” 30

5. Kaplet Grafazol® (PT. Graha Farma)

7,60 2,69 8’38” 15

6. Tablet Salut Selaput Velazol®

(PT. Novell)

13,35 0,06 6’19” 10

7. Tablet Salut Selaput Trichodazol® (PT. Sanbe Farma)

(50)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. Tabel 7, lanjutan

8. Kaplet Salut Selaput Metrolet®

(PT. Harsen)

10,40 0,06 7’10” 20

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa semakin keras sebuah tablet maka

friabilitas juga akan semakin kecil dan demikian juga waktu hancur tablet akan

lebih lama dan sebaliknya. Bila kekerasan suatu tablet menurun maka friabilitas

akan semakin tinggi dan waktu hancur tablet akan cepat. Dilihat dari tablet

Metronidazol generik (PT. Kimia Farma) mempunyai kekerasan 11,85 kg,

friabilitas 0,25% dan waktu hancur 12 menit 15 detik dan tablet Metronidazol

Generik (PT. Phtyo Kemo Agung Farma) mempunyai kekerasan 7,65 kg,

friabilitas 0,4% dan waktu hancur 11 menit 58 detik. Sama halnya juga dengan

tablet Omenizol® dan tablet Fladex® Forte yang hampir sama dengan tablet

Metronidazol generik (PT. Phyto Kemo Agung Farma). Untuk kaplet Grafazol®

dengan kekerasan 7,60 kg memiliki friabilitas yang sangat tinggi yaitu 2,69%

dengan waktu hancur yang sangat cepat yaitu 8 menit 38 detik. Untuk tablet salut

diperoleh kekerasan yang jauh lebih tinggi dari tablet tidak bersalut sehingga

friabilitas yang diperoleh pun lebih kecil dengan waktu hancur yang lebih cepat.

Dilihat dari tablet salut selaput Velazol® dengan kekerasan 13,35 kg, friabilitas

0,06% dan waktu hancur 6 menit 19 detik. Hal ini disebabkan karena tablet salut

telah dilapisi permukaan tabletnya sehingga akan lebih tahan terhadap guncangan

sedangkan waktu hancur tablet salut lebih cepat dikarenakan salut tablet akan

(51)

Winda : Perbandingan Mutu Tablet Metronidazol Generik Dengan Merek Dagang Secara In Vitro, 2010. 4.2.7 Hasil Uji Disolusi

Tabel 8. Data Uji Disolusi Tablet Metronidazol Generik dan Merek Dagang

Waktu (menit)

Jumlah Kumulatif Metronidazol Yang Terlepas (%) Generik

(PT. Kimia Farma)

Generik (PT. Phyto Kemo)

Omenizol® (PT. Mutifa)

Fladex® Forte

(PT. Dexa Medica)

Grafazol® (PT. Graha Farma)

Velazol® (PT. Novell)

Trichodazol® (PT. Sanbe

Farma)

Metrolet (PT. Harsen)

0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 30,91 30,27 14,94 17,38 60,69 24,12 63,63 26,84

10 51,18 61,17 30,04 43,19 86,82 93,02 90,13 63,18

15 66,08 81,34 51,09 54,39 91,11 93,87 90,76 85,75

20 86,97 91,98 61,59 66,53 91,55 94,35 90,99 90,13

25 98,37 94,35 75,81 80,24 91,79 94,62 92,01 90,29

30 100,07 95,79 82,44 90,95 91,97 94,98 92,33 90,48

35 101,74 96,98 96,66 91,60 92,76 95,21 92,52 91,23

40 102,45 98,04 98,36 92,52 93,51 95,55 92,79 91,49

45 102,96 99,03 99,24 93,71 94,60 95,92 93,66 92,21

50 103,55 100,63 99,87 94,38 94,72 96,32 94,21 92,65

55 103,67 101,95 100,86 95,86 96,51 96,69 95,42 92,77

Gambar

Gambar 1. Kurva Serapan Metronidazol BPFI dengan Konsentrasi  12 mcg/ml dalam Larutan HCl 0,1 N  ...................................
Tabel 1. Kriteria Penerimaan Zat Aktif yang Larut dengan Disolusi
tabel. Untuk menentukan kadar zat aktif dalam sampel dengan taraf kepercayaan
Gambar 1. Kurva Serapan Metronidazol BPFI dengan Konsentrasi 12 mcg/ml dalam Larutan HCl 0,1 N
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian tablet Simvastatin generik dan merek dagang memberikan efek yang sama terhadap penurunan kadar kolesterol darah tikus

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk generik dan produk merk dagang memenuhi persyaratan yang ditentukan, baik uji mutu fisik maupun disolusi. Hasil uji faktor kemiripan (f

Hasil penelitian menunjukkan produk generik dan produk merk dagang memiliki perbedaan pada kekerasan dan waktu hancur tablet tetapi memiliki kesamaan pada uji

Hal ini menunjukkan bahwa tablet levofloksasin generik dan merek dagang memenuhi persyaratan kadar umum nya sediaan tablet yang ditetapkan Farmakope Indonesia edisi IV tahun

Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tablet glibenklamida generik pabrik A dan merek dagang pabrik B memiliki kekerasan, waktu hancur, dan

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Uji Perbandingan Mutu Fisik Tablet Allopurinol 100 mg Generik dan Generik Bermerek” ini merupakan salah satu syarat

Implikasi dari hasil uji ini adalah bioavailabilitas Metronidazol sediaan generik lebih tinggi secara bermakna dibanding dengan sediaan paten (p < 0,05),

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan mutu bebe- rapa tablet amoksisilin 500 mg gene- rik dengan non generik yang beredar di pasaran dan untuk mengetahui ada atau tidak