• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

HUBUNGAN PERILAKU MURID SD KELAS V DAN VI PADA

KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP STATUS

KARIES GIGI DI WILAYAH KECAMATAN DELITUA

KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2009

TESIS

Oleh LINDA WARNI 077030021 / IKM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

HUBUNGAN PERILAKU MURID SD KELAS V DAN VI PADA

KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP STATUS

KARIES GIGI DI WILAYAH KECAMATAN DELITUA

KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2009

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

LINDA WARNI 077030021 / IKM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Judul Tesis : HUBUNGAN PERILAKU MURID KELAS V

DAN VI PADA KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP STATUS KARIES GIGI DI WILAYAH KECAMATAN DELITUA KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2009

Nama Mahasiswa : LINDA WARNI

Nomor Induk Mahasiswa : 077030021

Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(Prof. Dr. drg. Monang Panjaitan, MS)

Ketua Anggota

(Drs. Eddy Syahrial, MKes)

Ketua Program Studi,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS)

Tanggal Lulus : 10 September 2009 Dekan,

(4)

Telah diuji Pada tanggal :

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. drg. Monang Panjaitan, MS

Anggota : 1. Drs. Eddy Syahrial, MKes

(5)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

PERNYATAAN

HUBUNGAN PERILAKU MURID SD KELAS V DAN VI PADA KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP STATUS

KARIES GIGI DI WILAYAH KECAMATAN DELITUA KABUPATEN DELI SERDANG 2009

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk rnemperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2009

(6)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

ABSTRAK

Karies gigi memiliki etiologi yang multi faktor dimana terjadi interaksi dari tiga faktor utama yang ada di dalam mulut, yaitu Host (gigi dan saliva), Mikroorganisme (plak) dan Substrat (diet karbohidrat), dan faktor ke empat : waktu (Reich. E, Lusi. A dan Newbrun. E, 1999). Selain faktor yang ada di dalam mulut yang langsung berhubungan dengan karies, terdapat faktor-faktor yang tidak langsung disebut faktor resiko luar yang merupakan faktor predisiposisi dan faktor penghambat terjadinya karies. Faktor luar antara lain adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi.

Penelitian ini merupakan survei dengan menggunakan desain potong lintang (cross-sectional). Populasi penelitian ini adalah seluruh murid SD kelas V dan VI di kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang yang berjumlah sebanyak 2.238 murid dari 14 sekolah. Sampel didapat dari rumus Taro Yamane berjumlah 96 orang. Metode pengambilan data secara primer yaitu dengan menggunakan kuesioner dengan langsung menanyakan kepada responden.

Hasil penelitian, Status karies gigi murid SD kelas V dan VI Kecamatan Delitua Kabupaten Deliserdang tahun 2008 sudah cukup baik. Dari analisis bivariat dan multivariat didapat faktor Pengetahuan, sikap, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua tidak ada hubungan yang bermakna dengan status karies gigi, hanya variabel tindakan yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan status karies gigi.

Mengingat pentingnya peranan kegiatan Usaha Kegiatan Gigi Sekolah (UKGS) dalam upaya pembentukan perilaku kesehatan gigi murid SD, perlu kebijakan untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan kegiatan UKGS di sekolah-sekolah dasar (khususnya pelayanan preventif dan promotif). Memfasilitasi kebutuhan dalam kegiatan UKGS antara lain pelatihan bagi tenaga-tenaga pelaksana UKGS di lapangan dan penyediaan alat bantu peraga yang diperlukan dalam kegiatan promotif.

(7)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

ABSTRACT

Dental carries have a multifactor etiology in which three main factors found in the oral cavity such as host (teeth and saliva), microorganism (plaque) and substrate (carbohydrate diet) and time (the fourth factor) interact (Reich. E, Lusi. A, and Newbrun. F, 1999). Beside the factors in the oral cavity which are directly in contact with carries, there are indirect factors called external risk factors such as the predisposition actor and the factor that inhibits the incident of carries. The external factors are, among other things, sex, education level, economic status, environment, and behavior related to dental health.

The population of this survey study with cross-sectional design was all of the 2.238 grade V and grade VI elementary school students of 14 Elementary Schools in Deli Tua Sub-district, Deli Serdang District and 96 students were selected to be the samples for this study through the formula developed by Taro Yamane. The primary data for this study were obtained through questionnaire-based interview.

The result of this study shows that the status of dental carries of the grade V and grade VI elementary school students in Deli Tua Sub-district, Deli Serdang District in 2008 was good enough. The result of bivariate and multivariate analysis shows that there was no significant relationship between the factors of education, attitude, parents’ education, and parents’ occupation and the status of dental carries. Only the factor of action which has a significant relationship with the status of dental carries.

Considering the importance of the role of School Dental Health Initiative (UKGS) activity in the forming of dental health behavior of elementary school students, a policy to increase and develop the activity of UKGS at the elementary schools (especially preventive and promotive services) is needed. The need for UKGS activities can be facilitated through the provision of training for the UKGS field implementers and the provision of visual aids needed in the promotive activities.

(8)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

limpahan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini, yang

merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan

pendidikan pada Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Pendidikan

Kesehatan dan Ilmu Perilaku Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

(USU) Medan.

Tesis ini berjudul “Hubungan Perilaku Murid SD Kelas V dan VI pada

Kesehatan Gigi dan Mulut terhadap Status Karies Gigi di Wilayah Kecamatan Deli

Tua Kab. Deli Serdang 2009”.

Sesungguhnya tesis ini tidak akan terwujud tanpa izin dan Tuhan Yang Maha

Kuasa, serta bantuan dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengatasi

segala kendala dan menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada

Ayahanda tersayang H.M.Ali,Ibunda tercinta Hj.Marniati dan seluruh keluarga atas

bantuan moral dan materi yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan tesis ini. Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H., Sp.A(K), selaku Rektor Universitas

(9)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

2. dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

3. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

4. Prof. Dr. drg. Monang Panjaitan, MS, selaku pembimbing satu dan Drs. Eddy

Syahrial, M.Kes, selaku pembimbing dua yang telah banyak meluangkan waktu

dan kesempatan dalam membimbing dan memberikan masukan demi

kesempurnaan tesis ini.

5. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM dan drg. Iis Faizah Hanum, MKes, selaku

penguji satu dan dua yang telah memberikan banyak saran dan masukan untuk

kesempurnaan tesis ini.

6. Dra. Hj. Ruzlah, M.Pd, selaku Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian di Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang.

7. Jul Asdar Putra Samura sebagai teman dekat yang telah memberi perhatian dan

dukungan kepada penulis untuk senantiasa berusaha dalam menyelesaikan studi

8. Seluruh staf pengajar pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

9. Seluruh staf akademik / Administrasi Program Studi Magister Ilmu Kesehatan

(10)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

10. Teman–teman mahasiswa- mahasiswi minat studi promosi kesehatan dan ilmu

perilaku Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara angkatan 2007 yang telah memberi dukungan kepada penulis.

Akhirnya penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangannya, karena

penulis yakin bahwa tidak ada satupun karya dari tangan manusia yang lahir dalam

keadaan sempurna, maka segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari

berbagai pihak sangat penulis harapkan.

Kiranya Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang melindungi dan

memberkati kita sekalian disetiap perjalanan hidup kita. Amin.

Deli Serdang, 10 September 2009

Penulis

(11)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

RIWAYAT HIDUP

Nama penulis adalah Linda Warni, lahir di Simpang Tiga Aceh Selatan

tanggal 18 April 1983, jenis kelamin perempuan, agama Islam. Alamat rumah jln.

Blang Pidie – Tapak Tuan Kecamatan Sawang. Tapak Tuan Aceh Selatan dan alamat

kantor jln. Teben Mahmud RSUD DR. H. Yuliddin Away.

Riwayat Pendidikan pada tahun 1989 s/d 1995 tamat SD dari SDN Simpang

Tiga Aceh Selatan. Tahun 1995 s/d 1997 tamat SMPN 2 Tapak Tuan Aceh Selatan.

Tahun 1999 s/d 2001 tamat SPRG Dep.Kes RI Banda Aceh. Tahun 2003 s/d 2005

tamat AKG Dep.Kes R.I Banda Aceh. Tahun 2005 s/d 2006 tamat DIV Program

Perawat Gigi Pendidik UGM Jogjakarta.

Riwayat pekerjaan, pada tahun 2001 s/d 2002 Staf RSUD dr.H.Yuliddin

Away Tapak Tuan Aceh Selatan. Tahun 2003 s/d 2005 Tugas belajar AKG Dep.Kes

RI Banda Aceh. Tahun 2005 s/d 2006 Tugas belajar DIV Program Perawat Gigi

Pendidik UGM Jogjakarta. Tahun 2007 s/d sekarang Tugas belajar pada Program

(12)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

DAFTAR ISI

2.5 Hubungan Karaktersitik Individu dengan Perilaku ... 19

2.6 Status Gigi dan Mulut ... 21

3.5 Variabel dan Definisi Operasional... 42

3.6 Metode Pengukuran ... 44

3.7 Metode Analisis Data ... 47

(13)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 48

4.2 Analisis Univariat... 49

4.3 Pengetahuan Kesehatan Gigi... 49

4.4 Sikap Kesehatan Gigi... 55

4.5 Tindakan Kesehatan Gigi... 60

4.6 Kelas Responden... 65

4.7 Karakteristik Responden... 65

4.8 Informasi... 67

4.9 Analisis Bivariat... 68

4.10Hubungan Perilaku Responden... 68

4.11Hubungan Karakteristik Responden... 70

4.12Hubungan Informasi... 72

4.13Analisis Multivariat... 73

BAB 5 PEMBAHASAN ... 76

5.1 Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang ... 76

5.2 Hubungan Pengetahuan dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang ... 76

5.3 Hubungan Sikap dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang... 78

5.4 Hubungan Tindakan dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang ... ... 79

5.5 Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang ... 80

5.6 Hubungan Pendidikan Orang Tua dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang... ... 80

5.7 Hubungan Pekerjaan Orang Tua dengan Status Karies Gigi Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang ... 80

5.8 Hubungan Sumber Informasi kesehatan dengan Status Karies Gigi murid SD Kelas V dan VI di wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang ... 81

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 82

(14)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut ... 12

2.2 Indikator dan Target Derajat Kesehatan Gigi dan Mulut ... 22

2.3 Klasifikasi Angka Keparahan Karies Gigi Menurut WHO ... 31

3.1 Perhitungan Besar Sampel Penelitian ... 39

3.2 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Alat Ukur ... 41

4.1 Nama – Nama Sekolah Dasar di Kecamatan Delitua ... 48

4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Status Karies Gigi pada Murid SD Kelas V dan VI diwilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009 ... 49

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Karies Gigi Sehat... 49

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kegunaan Gigi Sehat ... 50

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Berlubang ... 50

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Penyebab Gigi Berlubang ... 51

4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Berlubang dapat Dicegah ... 51

4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Cara Mencegah Gigi Berlubang ... 52

4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Terbaik Menyikat Gigi ... 52

(15)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Bahan Pasta Gigi... 53

4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan

Pada Gigi Berlubang ... 54

4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua

Kabupaten Deli Serdang 2009 ... 54

4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Sikat Gigi Dilakukan

Setiap Selesai Makan ... 55

4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Sikat Gigi Dilakukan

Sebelum Tidur Malam ... 55

4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Sikat Gigi Dilakukan

Sesudah Makan Makanan Yang Manis ... 56

4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Pemeriksaan Gigi

Secara Rutin ... 56

4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Berlubang Karena

Malas Menyikat Gigi ... 57

4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Mencegah Gigi Berlubang

Dengan Menyikat Gigi Teratur Dan Benar ... 57

4.20 Distribusi Responden Berdasarkan Menyikat Gigi Yang Baik

Dan Benar Semua Permukaan Gigi Harus Disikat ... 58

4.21 Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Sakit dan Berlubang

Harus Ditambal ... 58

4.22 Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Sehat Lebih Baik

Dipertahankan Daripada Dicabut ... 59

4.23 Distribusi Responden Berdasarkan Berobat Gigi Lebih Baik

Ke Dokter Gigi/Puskesmas Daripada Ke Dukun ... 59

4.24 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten

(16)
(17)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

4.25 Distribusi Responden Berdasarkan Menyikat Gigi

Sebelum Tidur... 60

4.26 Distribusi Responden Berdasarkan Menyikat Gigi

Setiap Pagi ... 61

4.27 Distribusi Responden Berdasarkan Yang Dilakukan

Selesai Makan ... 61

4.28 Distribusi Responden Berdasarkan Kunjungan ke Dokter Gigi

Atau Klinik ... 61

4.29 Distribusi Responden Berdasarkan Memeriksa Gigi

Secara Teratur ... 62

4.30 Distribusi Responden Berdasarkan Gigi Kotor Atau

Gusi Berdarah ... 62

4.31 Distribusi Responden Berdasarkan Makanan Yang

Dikonsumsi Diantara Waktu Makan ... 63

4.32 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Makanan

Jajanan Dalam Sehari ... 63

4.33 Distribusi Responden Berdasarkan Jajanan Manis dan Melekat ... 63

4.34 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Yang Dilakukan

Dalam Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut ... 64

4.35 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Pada Murid SD Kelas Vdan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten

Deli Serdang 2009 ... 64

4.36 Distribusi Responden Berdasarkan Kelas Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten

Deli Serdang 2009 ... 65

4.37 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua

(18)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

4.38 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua

Kabupaten Deli Serdang 2009 ... 66

4.39 Distribusi Responden Berdasarkan Penjelasan tentang Kesehatan Gigi Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009 ... 67

4.40 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Pada Murid SD Kelas V dan VI di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang 2009 ... 67

4.41 Distribusi Status Karies Gigi Menurut Pengetahuan Responden ... 68

4.42 Distribusi Status Karies Gigi Menurut Sikap Responden ... 69

4.43 Distribusi Status Karies Gigi Menurut Tindakan Responden ... 69

4.44 Distribusi Status Karies Gigi Menurut Pendidikan Orang Tua ... 70

4.45 Distribusi Status Karies Gigi Menurut Pekerjaan Orang Tua ... 71

(19)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Empat Lingkaran yang Menggambarkan Paduan

Faktor Penyebab Karies... 24

2.2 Tiga Faktor Utama dan Satu Faktor Tambahan

Penyebab Karies ... 25

2.3 Tahapan yang Terjadi Dalam Plak Gigi Pada Permukaan Gigi ... 28

2.4 Landasan Teori Faktor-Faktor yang Berhubungan

Dengan Status Karies Gigi ... 36

(20)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Masalah kesehatan gigi dan mulut, menjadi perhatian yang sangat penting

dalam pembangunan kesehatan yang salah satunya disebabkan oleh rentannya

kelompok anak usia sekolah dari gangguan kesehatan gigi. Usia sekolah merupakan

masa untuk meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang berkualitas

dan kesehatan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas sumber daya

manusia.

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara

keseluruhan (Ilyas, 2000). Hasil laporan Studi Morbiditas (2001), menunjukkan

bahwa kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan hal yang perlu diperhatikan,

karena penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi yang dikeluhkan oleh

masyarakat yaitu sebesar 60%. Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak diderita

masyarakat adalah penyakit karies gigi kemudian diikuti oleh penyakit periodontal di

urutan ke dua (Surkesnas Balitbangkes Depkes RI, 2002).

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

jaringan, dimulai dari permukaan gigi meluas kearah pulpa. Karies gigi dapat terjadi

pada setiap orang yang dapat timbul pada suatu permukaan gigi dan dapat meluas

(21)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Berdasarkan The World Oral Health, World Health Organization (WHO)

Tahun 2003 telah menetapkan indikator dan standar oral secara global pada tahun

2000, dimana 50 % anak berumur 5-6 tahun bebas dari karies gigi.

Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 1998,

menunjukkan bahwa keluhan sakit gigi menduduki urutan ke 6 dari 16 jenis penyakit

lainnya dan 62,4% penduduk merasa terganggu pekerjaan/sekolah karena sakit gigi,

rata-rata 3,86 hari per bulan. Kondisi ini menunjukkan bahwa penyakit gigi walau

tidak menimbulkan kematian tetapi dapat menurunkan produktifitas kerja.

Di Indonesia laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI

tahun 2001 menyatakan, diantara penyakit yang dikeluhkan prevalensi penyakit gigi

dan mulut adalah tertinggi meliputi 60% penduduk.

Penyakit gigi dan mulut yang umumnya banyak ditemukan pada masyarakat

adalah karies gigi dan penyakit periodontal. SKRT 1995 menginformasikan bahwa

63% penduduk Indonesia menderita karies aktif. Namun di beberapa provinsi angka

tersebut lebih tinggi dari angka nasional, seperti Kalimantan 80,2%, Sulawesi 74%,

Sumatera 65,4%. Dilihat dari kelompok umur, golongan umur muda lebih banyak

menderita karies gigi aktif dibandingkan umur 45 tahun ke atas, dimana umur 10-24

tahun karies gigi aktifnya adalah 66,8 – 69,5%, umur 45 tahun keatas 53,3% dan pada

umur 65 tahun keatas sebesar 43,8%. Keadaan ini menunjukkan karies gigi aktif

(22)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Menurut Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2007,

penyakit gigi dan mulut merupakan urutan ke sembilan dari sepuluh penyakit terbesar

dengan jumlah kunjungan sebanyak 1.482 kunjungan yang terdiri dari 62,8 % berusia

lebih dari 15 tahun, dan 37,2 % kunjungan usia < 15 tahun, kunjungan pasien ke poli

gigi umumnya menderita ganguan gigi dan mulut, dan 43,9 % diantaranya menderita

karies gigi, dan 56,1 % lainnya menderita ganguan periodontal. Berdasarkan Profil

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun 2006, jumlah murid SD di

kecamatan Deli Tua sebanyak 6.889 orang dan yang diperiksa sebanyak 415 orang.

Dari 415 siswa yang diperiksa yang perlu mendapat perawatan sebanyak 120 orang

(28,9%) dan dari 120 orang yang perlu mendapatkan perawatan tersebut hanya 7

orang murid yang mendapat perawatan (5,83%). Dari hasil pendataan 10 penyakit

terbesar di Puskesmas Deli Tua bulan Oktober tahun 2008, karies merupakan urutan

ke 3 dengan jumlah kasus sebanyak 100 orang. Hal ini menunjukkan bahwa masih

tingginya masalah kesehatan gigi pada murid SD.

Berdasarkan hasil wawancara (Mei 2008) dengan petugas kesehatan gigi

Puskesmas Deli Tua diperoleh informasi bahwa pada umumnya masalah gangguan

kesehatan gigi dan mulut pada anak SD adalah karies gigi. Tingginya prevalensi

karies gigi dan penyakit periodontal sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain faktor perilaku masyarakat. Pelaksanaan program UKGS dilaksanakan pada

semua SD Negeri/Swasta yang ada diwilayah kerja Puskesmas Deli Tua yaitu 14

(23)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

pertumbuhan gigi susu/permanent; makanan yang menyehatkan untuk kesehatan gigi;

dan cara-cara menggosok gigi. Sedangkan tindakan yang dilakukan adalah

pencabutan gigi susu/permanent, penambalan, dan semua tindakan dilakukan di

Puskesmas, 6 (enam) bulan sekali dilakukan kegiatan sikat gigi masal di

masing-masing SD oleh petugas Puskesmas di Kec. Deli Tua.

Sekolah adalah sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan

dasar perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk perilaku kesehatan.

Sementara itu populasi anak sekolah di dalam suatu komunitas cukup besar, antara

40% - 50%. Oleh sebab itu promosi atau pendidikan kesehatan di sekolah adalah

sangat penting. Di Indonesia, bentuk promosi kesehatan di sekolah adalah usaha

kesehatan sekolah (Notoadmodjo, 2005).

Undang – undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan bahwa

penyelenggaraan kesehatan sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan

hidup sehat bagi peserta didik untuk memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan

yang harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

Program upaya kesehatan gigi sekolah adalah merupakan salah satu kegiatan

pokok dari program puskesmas. Upaya kesehatan gigi sekolah yang ditunjukan bagi

anak usia sekolah di lingkungan sekolah dari tingkat pelayanan promotif, preventif

hingga pelayanan paripurna, telah membuktikan menurunnya kejadian karies,

terutama dengan usaha promotif dengan kampanye sikat gigi dengan pasta

(24)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

sealent, atau kumur – kumur larutan fluor. Dari indikator diatas nampak jelas bahwa

status kesehatan gigi masyarakat yang optimal bisa dicapai dengan meningkatkan

upaya promotif atau preventif sejak usia dini sampai dengan usia lanjut (Depkes,

2004).

Karies gigi memiliki etiologi yang multi faktor dimana terjadi interaksi dari

tiga faktor utama yang ada di dalam mulut, yaitu Host (gigi dan saliva),

Mikroorganisme (plak) dan Substrat (diet karbohidrat), dan faktor ke empat : waktu

(Reich. E, Lusi. A dan Newbrun. E, 1999). Selain faktor yang ada di dalam mulut

yang langsung berhubungan dengan karies, terdapat faktor-faktor yang tidak langsung

disebut faktor resiko luar yang merupakan faktor predisiposisi dan faktor penghambat

terjadinya karies. Faktor luar antara lain adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan,

tingkat ekonomi, lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi

(Suwelo, 1997).

Status karies gigi untuk gigi permanen pada individu atau masyarakat dapat

diukur dengan menggunakan indeks DMFT (Decay, Missing, Filled Teeth). Indeks ini

digunakan untuk melihat keadan gigi seseorang yang pernah mengalami kerusakan

(Decayed), hilang karena karies atau sisa akar (Missing), dan tumpatan (Filled) pada

gigi tetap (Teeth). Indeks ini mencerminkan besarnya penyebaran karies yang

kumulatif pada suatu populasi (Kidd & Bechal, 1992).

Masalah kesehatan masyarakat termasuk penyakit ditentukan oleh dua faktor

(25)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

(2000) salah satu faktor utama yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut

penduduk di Negara berkembang adalah perilaku. Perilaku merupakan hal penting

yang dapat mempengaruhi status kesehatan gigi individu atau masyarakat. Perilaku

yang dapat mempengaruhi perkembangan karies adalah kebiasaan makan dan

pemeliharaan kebersihan mulut, dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung

fluor (Reich dkk, 1999; Petersen, 2005). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) Tahun 2001 menunjukan perilaku masyarakat tentang pemeliharaan

kesehatan gigi masih rendah, sebagian besar penduduk Indonesia (61,5%) menyikat

gigi kurang sesuai dengan anjuran program menyikat gigi yaitu setelah makan dan

sebelum tidur, bahkan 16,6% tidak menyikat gigi (surkesnas Balitbangkes Depkes RI,

2002).

Menurut WHO (1997), kelompok usia 12 adalah usia yang penting, karena

pada usia tersebut anak akan meninggalkan sekolah dasar dan banyak di negara, usia

tersebut merupakan kelompok yang mudah dijangkau melalui sistem UKGS, dan

pada usia tersebut anak dapat lebih mudah diajak komunikasi. Menurut SKRT (2001),

prevalensi karies gigi pada kelompok usia 12 tahun sebesar 44% dan indeks DMFT

pada usia ini sebesar 1,1. Target pencapaian gigi sehat Indonesia tahun 2010 pada

individu usia 12 tahun untuk indeks DMFT adalah sebesar 1 (Depkes RI, 2004).

Karies gigi banyak menyerang anak-anak maupun dewasa, baik gigi sulung maupun

(26)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

usia rentan yang perlu mendapatkan perhatian karena pada periode tersebut terdapat

gigi sulung dan gigi permanen secara bersamaan dalam mulut (Agtini dkk, 2005).

1.2Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan penelitian ini adalah

apakah ada hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan

mulut terhadap status karies gigi di wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli

Serdang.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan perilaku murid SD

kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan mulut terhadap status karies gigi (DMFT) di

wilayah Kecamatan Delitua tahun 2009.

1.4Hipotesa

Ada hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan

mulut terhadap status karies gigi di wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli

Serdang.

(27)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

1. Menjadi masukan bagi Pemda melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

dalam membuat kebijakan program kesehatan anak sekolah dalam peningkatan

pelayanan usaha kesehatan sekolah di Kecamatan Delitua.

2. Menjadi masukan bagi puskesmas Delitua dalam upaya mewujudkan kesehatan

anak usia sekolah khususnya dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

3. Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut

murid SD kelas V dan VI di wilayah kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang.

4. Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Pengertian Perilaku

Perilaku menurut Sarwono (1993) diartikan sebagai tindakan yang merupakan

segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya

yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya

(praktik) yang berhubungan dengan kesehatan.

Menururt Notoatmodjo (2007), perilaku dilihat dari segi biologis adalah

kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup yang bersangkutan). Perilaku

manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati

(28)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert

behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup adalah respon

seseorang terhadap stimulus yang masih tertutup atau terselubung, yang masih

terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap, sehingga belum

dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Perilaku terbuka adalah respon seorang

terhadap stimulus sudah dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka, yaitu dengan

mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2007).

Pembinaan dan peningkatan periaku kesehatan masyarakat perlu dilakukan

dengan pendekatan yang tepat yaitu dengan pendidikan kesehatan atau promosi

kesehatan, yang mengupayakan agar perilaku individu, kelompok atau masyarakat

mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Agar

upaya promosi kesehatan tersebut efektif, maka perlu dilakukan diagnosis atau

analisis terhadap masalah perilaku tersebut sebelum upaya promosi kesehatan

tersebut dilakukan.

Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep

dari Green (1980), dimana perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu :

1. Faktor predisposisi (Predisposing factors)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,

sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi

dan sebagainya.

(29)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat seperti ketersediaan sikat gigi dan pasta gigi di rumah.

3. Faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, petugas kesehatan, guru

dan sebagainya. Selain pengetahuan, sikap dan dukungan fasilitas diperlukan juga

perilaku contoh (acuan) dari para tokoh panutan tersebut agar masyarakat

berperilaku sehat.

Kegiatan pendidikan kesehatan/promosi kesehatan yang akan dilakukan

dalam upaya pembinaan dan peningkatan perilaku kesehatan masyarakat sebaiknya

juga ditujukan pada ketiga faktor tersebut di atas yaitu faktor predisposisi, faktor

pemungkin dan faktor penguat.

2.1.2 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan

Perilaku pemeliharaan kesehatan merupakan bagian dari perilaku kesehatan,

yaitu usaha-usaha yang dilakukan seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan bilamana sakit. Perilaku

pemeliharaan kesehatan ini meliputi antara lain perilaku peningkatan kesehatan dan

pencegahan penyakit (Notoatmodjo, 2007).

2.1.3 Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut

Menurut Blum (1981), status kesehatan baik idividu, kelompok maupun

masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu lingkungan (environment),

(30)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Mengacu pada teori tersebut, maka status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau

masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu lingkungan (fisik maupun

sosial budaya), perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Perilaku memegang

peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara

langsung, perilaku dapat mempengaruhi faktor lingkungan maupun pelayanan

kesehatan.

Perilaku kesehatan gigi individu atau masyarakat merupakan salah satu faktor

yang berpengaruh terhadap kesehatan gigi individu atau masyarakat. Perilaku

kesehatan gigi positif, misalnya kebiasaan menggosok gigi dan mulut, sebaliknya

perilaku kesehatan gigi negatif, misalnya tidak menggosok gigi secara teratur maka

kondisi kesehatan gigi dan mulut akan menurun dengan dampak antara lain gigi

mudah berlubang (Budiharto, 2000).

Perilaku kesehatan yang tercermin dalam kebiasaan makan dan pemeliharaan

kebersihan gigi secara teratur menggunakan pasta gigi mengandung fluor, telah

mengurangi insiden karies. Pembentukan perilaku, khususnya kebisaan makanan,

mempengaruhi kerentanan dan resiko terjadinya karies (Reich. E, 1999). Pencegahan

karies gigi dapat dilakukan dengan memutus tiga faktor utama penyebab karies yaitu

host, agent dan substrat untuk saling bertemu dan berinteraksi. Menurut Tarigan

(1995) dan Sutadi (2000), pencegahan karies yang dapat dilakukan oleh individu

antara lain : pengaturan diet karbohidrat, melakukan plak kontrol dengan menyikat

(31)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

permukaan gigi), kemudian penggunaan fluor, antara lain dengan pemakaian pasta

gigi yang mengandung fluor pada waktu menyikat gigi.

Pencegahan karies gigi pada anak meliputi : menghindari makanan yang

mengandung gula dan mudah melekat diantara waktu makan, menyikat gigi dengan

pasta gigi yang mengandung flour, dan menyikat gigi minimal 2 kali sehari sesudah

makan dan sebelum tidur (Depkes, 1997).

Usaha-usaha pencegahan penyakit gigi dan mulut berdasarkan levell dan

(32)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Tabel 2.1 Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut

Penyakit

(33)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

2.1.4 Penilaian Perilaku

Menurut Guilbert (2000), pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat

dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan

dengan metode observasi (direct observation) melalui uji praktek, sedangkan

pengukuran secara tidak langsung dapat dilakukan melalui wawancara dengan

menggunakan pertanyaan-pertanyaan (questionnaires).

Cara mengukur indikator perilaku untuk pengetahuan, sikap dan praktik

berbeda. Untuk memperoleh data tentang pengetahuan dan sikap cukup dilakukan

wawancara, baik wawancara terstruktur maupun wawancara mendalam. Sedangkan

untuk memperoleh data perilaku dan praktek yang paling akurat adalah melalui

observasi atau pengamatan (Notoadmojo, 2003).

2.2 Pengetahuan

Pengetahuan menurut Notoadmojo (2003), merupakan hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran,

penciuman, raba dan rasa. Sebahagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (over behavior).

Pengetahuan dapat didefenisikan sebagai suatu ingatan terhadap materi yang

dipelajari, yaitu meliputi ingatan terhadap jumlah meteri yang banyak dari fakta–

(34)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

tentang suatu objek dapat berubah dan berkembang sesuai dengan kemampuan,

kebutuhan, pengalaman dan tinggi rendahnya mobilitas informasi tentang objek

tersebut dilingkungannya (Tjirtasa, 1992).

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil belajar dari pengalaman yang

diperoleh secara sengaja maupun tidak sengaja, formal maupun informal. Untuk

memperoleh pengetahuan dibutuhkan proses kognitif yang sangat kompleks. Agar

pengetahuan dapat disampaikan dengan baik dan diterima dengan tepat perlu

melibatkan semua indera.

Pengetahuan berkaitan erat dengan empat faktor yaitu : ingatan, belajar,

berfikir dan intelegensi (Prawitasari, 1998). Menurut Simon et all (1995) pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi pembentukan perilaku

seseorang. Pengetahuan akan merangsang terjadinya perubahan sikap bahkan

tindakan seorang individu.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan yaitu (Notoadmojo, 2003) :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling

(35)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analyze)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam

komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru,

dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu

(36)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

hasil penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan

lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Notoadmojo, 2003).

Meskipun perilaku merupakan bentuk respon atau reaksi terhadap rangsangan

dari luar maupun dari dalam namun memberikan respon sangat cepat tergantung pada

karakteristik atau faktor lain dari orang yang bersangkutan (Notoadmojo, 2003).

Determinan ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Faktor Internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat

bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan

sebagainya.

2. Faktor Eksternal, yakni lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya,

ekonomi, praktik dan sebagainya. Faktor lingkungan sering merupakan faktor

domain yang mewarnai perilaku seseorang.

2.3 Sikap

Sikap (attitude) menurut Sarwono (2003) adalah kesiapan atau kesediaan

seseorang untuk bertingkah laku atau merespon sesuatu baik terhadap rangsangan

negatif dari suatu objek rangsangan. Teori yang sering dipakai berupa teori rangsang

balas (stimulus respon theory) atau teori penguat (reinforcement-theory) ini dapat

digunakan untuk menerangkan berbagai gejala tingkah laku sosial. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan faktor predisposisi

(37)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Allen, Guy dan Edgley (1980, cit Anwar, 2005), mengatakan bahwa sikap

adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk

menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana. Sikap merupakan

respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.

Struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang yaitu

komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (effective) dan komponen konatif

(conative). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh

individu pemilik sikap mengenai apa yang berlaku atau yang benar bagi objek sikap.

Komponen efektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional subjektif

seseorang terhadap suatu objek sikap. Komponen konatif merupakan aspek

kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang.

Interaksi antara ketiga komponen adalah selaras dan konsisten, dikarenakan apabila

dihadapkan dengan suatu objek sikap yang sama maka ketiga komponen itu harus

mempolakan arah sikap yang seragam. Apabila salah satu saja diantara ketiga

komponen sikap tidak konsisten dengan yang lain, maka akan terjadi ketidakselarasan

yang menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan sikap sedemikian rupa sehingga

konsistensi itu tercapai kembali (Azwar, 2005).

2.4 Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau

(38)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Setelah sesorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya

diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau yang

disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (Notoadmojo, 2003).

Terdapat banyak teori yang menerangkan tentang konsep perubahan perilaku,

antara lain adalah teori Green (1980) yang menyatakan bahwa derajat kesehatan akan

dipengaruhi oleh faktor perilaku dan faktor non perilaku. Faktor perilaku akan

ditentukan oleh tiga kelompok faktor yaitu : predisposisi (mempermudah), faktor

pendukung dan faktor pendorong. Faktor yang mempermudah (prediposing factors),

meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan persepsi yang

ada di masyarakat. Faktor pendukung (enabling factors) meliputi lingkungan fisik,

fasilitas dan sarana kesehatan yang mendukung. Faktor pendorong (reinforcing

factors) yang meliputi pengetahuan, sikap dan perilaku petugas, teman sebaya, orang

tua dan tokoh/pamong, juga berbagai faktor demografi seperti sosio ekonomi, umur,

jenis kelamin, masa kerja dan ukuran keluarga juga penting sebagai faktor pendorong

(39)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

2.5 Hubungan Karakteristik Individu Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

Penentuan atau penggolongan karakteristik individu dipengaruhi oleh

berbagai faktor yang saling terkait antara satu sama lain, yang merupakan riwayat dan

identitas diri, yaitu:

1. Umur

Secara umum umur individu memiliki hubungan terhadap tinggi rendahnya

pengetahuan. Semakin bertambahnya umur seseorang semakin meningkatkan

kemampuan inderanya. Kemampuan indera individu yang optimal sangat

menunjang dalam proses penerimaan dan penyampaian pengetahuan. Dengan

demikian faktor umur berperan dalam tercapainya pengetahuan dalam individu.

Demikian juga dengan hubungan umur terhadap sikap seseorang. Jika

pertambahan umur berlangsung dapat menciptakan kemampuan pengetahuan

terutama kemampuan pengetahuan segi positif dari individu tersebut, sebab

pengetahuan terutama kemampuan terciptanya sikap. Sehingga dapat disimpulkan

faktor umur memiliki peran terhadap terciptanya suatu pengetahuan dan sikap

individu.

2. Jenis kelamin

Banyak survei menemukan bahwa anak perempuan memiliki prevalensi karies

yang lebih tinggi dari pada anak laki-laki pada umur kronologis yang sama.

(40)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

dibandingkan pada anak laki-laki, sehingga lebih lama terpapar dengan serangan

karies (Carlos,1981). Selama masa anak dewasa, perempuan memperlihatkan nilai

DMFT yang lebih tinggi daripada laki-laki, namun secara umum kebersihan

mulut pada perempuan lebih baik dan memiliki lebih sedikit gigi yang hilang

dibandingakan dengan laki-laki (Tarigan, 1995).

3. Pendidikan Orang Tua

Pendidikan merupakan salah satu faktor sosial penting yang berhubungan dengan

prevelensi karies (Reich, 1999). Pendidikan yang rendah sangat berpengaruh

terhadap pengetahuan seseorang, karena tidak mendapat pendidikan yang layak

(Budiharto, 2000).

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (2001) menunjukkan kerusakan gigi

tertinggi terjadi pada orang dengan pendidikan lulus SD yaitu sebesar 8 gigi per

orang, dan pada orang dengan pendidikan lulus SMP ke atas rata-rata 3 gigi

mengalami kerusakan per orang.

4. Pekerjaan Orang Tua

Pekerjaan merupakan faktor sosial yang dapat mempengaruhi status karies gigi

(Reich, 1999). Pekerjaan menunjukkan kelas sosial tertentu. Penelitian

menunjukkan adanya penurunan dalam insidensi karies, khususnya pada

anak-anak dan dewasa muda, terutama pada anak-anak-anak-anak dari keluarga dengan

(41)
(42)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

2.6 Status Kesehatan Gigi dan Mulut

Dalam menganalisis faktor yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan

mulut seseorang tidak terlepas dari tiga aspek diatas, yaitu (Julianti, 2001):

a. Aspek Fisik

Aspek fisik merupakan aspek yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan

mulut yang disebabkan oleh keadaan yang terdapat didalam mulutnya sendiri,

misalnya karena pemberian gizi yang salah pada saat kehamilan menyebabkan

struktur gigi rentan terhadap kerusakan gigi, misalnya keadaan gigi yang berjejal

mengakibatkan mudahnya penumpukan plak dan sisa makanan sehingga

mempermudah timbulnya kerusakan gigi.

b. Aspek Mental

Aspek mental dapat mempenggaruhi tingkah laku orang tersebut. Misalnya

apabila seseorang percaya bahwa penyakit gigi dan mulut disebabkan oleh

penggaruh guna-guna, tentunya untuk menggobati penyakit tersebut tidak akan pergi

ke dokter gigi melainkan pergi ke dukun. Dengan demikian penyakitnya akan

bertambah parah.

c. Aspek Sosial

Aspek sosial yang mempenggaruhi kualitas kesehatan gigi dan mulut

biasanya disebabkan oleh nilai budaya yang berkembang didaerahnya. Selain itu,

dapat pula disebabkan oleh pengaruh sosioekonomi yang kurang, keadaan inipun

(43)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Dengan kata lain status kesehatan gigi dan mulut adalah kondisi derajat

kesehatan gigi dan mulut hasil interaksi kondisi fisik, mental dan sosial yang dapat

dilihat dari tingkat keparahan penyakit gigi dan mulut melalui indikator-indikator.

2.7 Indikator Kesehatan Gigi dan Mulut

Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk menggevaluasi keadaan

atau status dan memungkinkan dilakukanya pengumpulan terhadap perubahan–

perubahan yang terjadi dari waktu kewaktu (DepKes RI, 2003).

Indikator penyakit gigi dan mulut adalah spesifik, dalam arti status kesehatan

gigi untuk masing-masing kelompok umur, mempunyai indikator yang berbedabeda

WHO telah mendapatkan indikator dan standar ”Oral Global Goal For the Year

2000” yang masih berlaku sampai dengan saat ini, yaitu seperti pada tabel 2.2

dibawah ini:

Tabel 2.2. Indikator dan Target Derajat Kesehatan Gigi dan Mulut

No. Indikator Derajat Kesehatan Gigi dan Mulut Target Nasional

1. Anak 5 s/d 6 tahun

- bebas karies(mixed dentition) 50%

2. Anak 12 Tahun

- DMF-T Index ≤ 3

- PTI 50%

-> 3 Sextan Gusi Sehat 70%

3. Remaja 18 Tahun

-Lengkung/ Jumlah gigi lengkap(Minimal 28 gigi) 85% > 3 Sextan Gusi Sehat 70%

4. Dewasa 35 – 44 tahun

-Penduduk dengan Minimal 20 gigi Berfungsi 90%

(44)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

5. Dewasa > 65 Tahun

- Penduduk dengan minimal 20 gigi Berfungsi 50%

Penduduk tidak bergigi (ompong) 18%

2.8 Karies Gigi

2.8.1 Pengertian Karies Gigi

Karies berasal dari kata Yunani yang berarti lubang, menurut Lundeen dan

Roberson (1995) yang dikutip Sumawinata (1997), adalah penyakit menular pada gigi

yang disebabkan oleh mikroba yang mengakibatkan terlarutnya dan hancurnya

jaringan keras gigi.

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan

sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik, dalam suatu karbohidrat

yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi

yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya terjadi invasi

bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan perapeks yang

dapat menyebabkan nyeri (Kidd & Bechal, 1992; Wilkins, 2005).

WHO mendefenisikan karies gigi sebagai “localized, post-eruptive, pathologic

process of external origin involving softening of hard tooth tissue and proceeding to the formation of a caviti” (Wilkins, 2005).

2.8.2 Etiologi Karies gigi

Karies gigi memiliki etiologi yang multifaktor dimana terjadi interaksi dari tiga

faktor utama: Mikroorganisme (plak), Substrat (diet karbohidrat), Host (gigi dan

(45)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Karies gigi diklasifikasikan sebagai penyakit infeksi kronik, dimana menurut

teori epidemiologi modern merupakan hasil interaksi antara faktor Agen, Host dan

Lingkungan. Penelitian-penelitian telah menunjukkan dengan jelas bahwa karies

merupakan hasil interaksi dari : mikroorganisme spesifik, host yaitu gigi yang

resistensinya kurang dan lingkungan, khususnya lingkungan intra oral sebagai akibat

dari konsumsi karbohidrat (Carlos, 1981).

Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa dapat

diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga PH plak akan menurun

sampai di bawah 5 dalam tempo 1-3 menit. Penurunan PH yang berulang-ulang

dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rentan

dan proses kariespun dimulai. Panduan keempat faktor penyebab tersebut

kadang-kadang digambarkan sebagai empat lingkaran yang saling tumpang tindih, seperti

terlihat pada gambar 2.1 (Kidd & Bechal, 1992).

Gambar 2.1 Empat Lingkaran Yang Menggambarkan Panduan Faktor

Penyebab Karies.

M I K ROORGAN I SM E

SU BST RAT H OST

(gigi da n sa liva )

WAK T U

(46)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Sumber : Dasar-dasar Karies, Penyakit dan Penanggulangannya. Kidd & Bechal, 1992

Untuk dapat menjelaskan interaksi dari ke empat faktor tersebut dapat juga

digambarkan dalam tiga dimensi (gambar 2.2.).

Gambar 2.2 Tiga Faktor Utama Dan Satu Faktor Tambahan Penyebab Karies. Sumber : Peranan Pelayanan Kesehatan Gigi Anak Dalam

Menunjang Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia Di Masa Mendatang. Suwelo, 1997

Tiga faktor utama digambarkan sebagai tiga selinder, dengan ketebalan

(tinggi) silinder menunjukkan faktor waktu artinya ketiga faktor utama berada di

dalam mulut pada waktu tertentu. Apabila selinder tersebut saling memotong, maka

terjadilah karies. Hasil perpotongan (interaksi) tiga selinder berbentuk ruangan.

Besarnya ruangan tergantung pada besar peranan masing-masing silinder yaitu

besarnya jari-jari silinder (tiga faktor utama karies) dan tinggi selinder (faktor waktu).

waktu KARIES

Substrat

Gigi & saliva

(47)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Makin besar ruangan tersebut makin besar kemungkinan karies terjadi

(Suwelo,1997).

2.8.2.1 Mikroorganisme

Berbagai jenis mikroorganisme terdapat di dalam rongga mulut yang

merupakan komunitas kompleks yang terjadi dari macam-macam spesies. Struktur

dari komunitas tersebut terdiri dari suatu massa yang berupa matriks yang lengket dan

kental yang mengandung glikoprotein serta sel-sel mikroorganisme dan menempel

pada permukaan gigi yang dikenal sebagai pelikel. Glikoprotein tersebut merupakan

bahan nutrisi bagi mikroorganisme, sehingga mikroorganisme akan tumbuh dan

berkembang biak membentuk koloni-koloni mikroorganisme ini kemudia dikenal

sebagai plak gigi (Burnett, GW, 1980).

Kolonisiasi bakteri pada permukaan gigi diketahui sebagai faktor etiologi

kunci dalam penyakit mulut, termasuk juga karies gigi (Axelsson, 1999). Menurut

Tarigan (1995), plak terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti

mucin, sisa – sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit dengan sisa-sisa makanan

serta bakteri. Plak merupakan awal terjadinya karies gigi.

Plak gigi merupakan bahan yang melekat berisi bakteri beserta

produk-produknya, yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini tidak

terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan. Jika email

yang bersih terpapar di rongga mulut maka akan ditutupi oleh lapisan organik yang

(48)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

diendapkan dari saliva dan terbentuk segera setelah penyikatan gigi. Sifatnya sangat

lengket dan dapat membantu melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada permukaan gigi

dan yang paling banyak adalah streptokokus. Organisme tersebut tumbuh,

berkembang biak dan mengeluarkan gel ekstrasel yang lengket dan akan mengikat

berbagai bentuk bakteri yang lain (Kidd & Bechal, 1992)

2.8.2.2 Substrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi bakteri mulut dan secara

langsung terlibat dalam penurunan PH. Karbohidrat menyediakan substrat untuk

membuat asam bagi mikroorganisme dengan sintesa polisakarida ekstra sel.

Dibutuhkan waktu tertentu bagi plak dan karbohidrat yang menempel gigi untuk

membentuk asam dan mampu mengakibatkan demineralisasi email. Tidak semua

karbohidrat sama derajat kariogeniknya. Karbohidrat yang kompleks misalnya pati

(polisakrida) relatif tidak berbahaya karena tidak dicerna secara sempurna di dalam

mulut, sedangkan karbohidrat dengan berat molekul yang rendah seperti gula akan

meresap ke dalam plak dan dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri, sehingga

makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan PH plak dengan

cepat sampai level yang menyebabkan demineralisasi email. Plak akan tetap bersifat

asam selama beberapa waktu, untuk kembali ke PH normal sekitar 7, dibutuhkan

waktu 30-60 menit. Oleh karena itu, konsumsi gula yang sering dan berulang-ulang

akan tetap menahan PH plak di bawah normal dan menyebabkan demineralisasi email

(49)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Karbohidrat yang mudah difermentasi Bergabung ke dalam plak

Penurunan PH plak secara cepat

Terbentuk dengan segera

Frekuensi terpapar permukaan gigi oleh asam

Proses karies dimulai

Bercak putih permulaan lesi

Gambar 2.3 Tahapan yang Terjadi Dalam Plak Gigi Pada Permukaan gigi Makanan Kariogenik

Plak Gigi

Pembentukan Asam

Demineralisasi

(50)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

Sumber : Clinical Practice Of The Dental Hygienist. Ninth Edition. Wilkins, 2005

2.8.2.3 Host (gigi dan saliva)

Struktur anatomi dari gigi terdiri dari lapisan email di bagian terluar gigi dan

lapisan dentin yang terdapat di bawah lapisan email. Struktur email sangat

menentukan dalam proses terjadinya karies, dimana permukaan email yang terluar

lebih rentan terhadap kemungkinan terjadinya karies, terutama bentuk permukaan

gigi yang sukar dibersihkan. Plak yang mengandung bakteri merupakan awal bagi

terbentuknya karies. Oleh karena itu kawasan gigi yang memudahkan perlekatan plak

sangat mungkin diserang karies (Kidd & Bechal, 1992).

Peran saliva juga sangat menentukan dalam kejadian karies gigi. Saliva

mampu meremineralisasi karies yang masih dini, karena banyak mengandung ion

kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan remineralisasi akan

meningkat jika ada ion fluor. Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme di

dalam plak, saliva juga mempengaruhi PH dalam mulut. Karena itu jika aliran saliva

berkurang akibatnya karies akan tidak terkendali (Kidd & Bechal, 1992).

Keberadaan fluor dalam konsentrasi yang optimum pada jaringan gigi dan

lingkungannya merangsang efek anti karies. Kadar fluor yang bergabung dengan

(51)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

dalam air minum atau makanan lain yang mengandung fluor. Email yang mempunyai

kadar fluor lebih tinggi, tidak dengan sendirinya resisten terhadap serangan asam,

akan tetapi tersedianya fluor disekitar gigi selama proses pelarutan email akan

mempengaruhi proses remineralisasi dan demineralisasi, terutama proses

demineralisasi. Disamping itu, fluor mempengaruhi bakteri plak dalam bentuk asam

(Kidd & Bechal, 1992)

2.8.2.4 Waktu

Karies gigi adalah suatu penyakit yang kronis. Sebab lesi terjadi setelah

beberapa bulan/tahun. Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali

mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies

tersebut terdiri dari atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh

karena itu, bila saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak

menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau

tahun. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk

menghentikan penyakt ini (Kidd & Bechal, 1992).

2.9 Pengukuran Status Karies Gigi

Status karies gigi atau angka karies seseorang dapat dilihat dari hasil

pengukuran dengan menggunakan ukuran atau indeks DMF-T (Decayed, Missing,

Filled Teeth) (Depkes RI, 1995).

Indeks DMF-T merupakan indikator penting yang telah ditentukan oleh WHO

(52)

Linda Warni : Hubungan Perilaku Murid Sd Kelas V Dan Vi Pada Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Status Karies Gigi Di Wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2010.

(Decayed), hilang karena karies atau sisa akar yang akan dicabut (Missing) dan

tumpatan baik (Filled) yang disebabkan oleh penyakit karies dan merupakan

penjumlahan dari nilai D,M,F. Indeks ini digunakan untuk mengukur keadaan pada

gigi permanen/gigi tetap. Semakin kecil indeks DMF-T semakin baik, dengan rumus

DMFT-T = D + M + F

DMF-T rata-rata = DMF-T/N

D = Decayed (gigi berlubang)

M = Missing (gigi telah dicabut karena karies)

F = Filling (gigi dengan tumpatan baik)

T = Tooth (gigi tetap)

Dibawah ini tabel klasifikasi angka keparahan gigi menurut WHO :

Tabel 2.3 Klasifikasi Angka Keparahan Karies Gigi Menurut WHO

Tingkat Keparahan DMF – T

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat Tinggi

0,8-1,1 1,2-2,6 2,7- 4,4 4,5-6,5 6,6 keatas

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (2001), prevalensi karies gigi pada

kelompok usia 12 tahun 44% dan indeks DMFT pada usia ini sebesar 1,1. Target

pencapaian gigi sehat Indonesia tahun 2010 pada individu usia 12 tahun untuk indeks

DMFT adalah sebesar 1 (Depkes RI, 2004).

Gambar

Tabel 2.1 Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut
Tabel 2.2. Indikator dan Target Derajat Kesehatan Gigi dan Mulut
Gambar 2.1
Gambar 2.2 Tiga Faktor Utama Dan Satu Faktor Tambahan Penyebab Karies.   Sumber : Peranan Pelayanan Kesehatan Gigi Anak Dalam    Menunjang Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia    Indonesia Di Masa Mendatang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut orang tua terhadap status kebersihan gigi dan mulut pasien

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan status gizi, karies gigi dan oral hygiene di SD Islam Athirah yang mewakili status ekonomi tinggi, dan SD Bangkala III

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan responden tentang kesehatan gigi dan mulut dan status karies paling banyak ditemukan pada pengetahuan kurang dengan status

Berdasarkan kriteria dari WHO, indeks ini berada pada kategori status karies sedang dan pola pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut responden yang terdiri dari kebiasaan

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan responden tentang kesehatan gigi dan mulut dan status karies paling banyak ditemukan pada pengetahuan kurang dengan status

iii HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT ORANGTUA DENGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT ANAK TUNAGRAHITA DI SLB NEGERI CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA Romi

GAMBARAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT MURID KELAS III DAN PERAN ORANG TUA DI SDN PASINDANGAN 1 KABUPATEN CIREBON ABSTRAK Islami A N¹, Anang², Robbihi H I³ Latar belakang :

Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi status kebersihan gigi dan mulut pada ibu hamil seperti tingkat kesadaran, pola makan, kebiasaan mengosok gigi secara benar dan teratur,