• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Dan Pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri 060880 Dan 060890 Kecamatan Medan Polonia Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Dan Pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri 060880 Dan 060890 Kecamatan Medan Polonia Tahun 2009"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Tahun 2010

Devi Nasution

Status kesehatan gigi dan mulut murid dan pelaksanaan usaha kesehatan gigi sekolah pada Sekolah Dasar Negeri 060880 dan 060890 Kecamatan Medan Polonia tahun 2009

ix+39 halaman

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui status kesehatan gigi dan mulut murid SDN dan pelaksanaan kegiatan UKGS di wilayah kerja Puskesmas Polonia. Jenis penelitian adalah survei deskriptif. Populasi adalah siswa kelas V dan VI SDN 060880 dan 060890 Kecamatan Medan Polonia. Sampel dipilih secara purposif yaitu siswa kelas V dan VI SDN 060880 berjumlah 78 orang dan 060890 berjumlah 107 orang. Pada Puskesmas Polonia responden adalah dokter gigi dan pada SDN 060880 dan SDN 060890 responden adalah Kepala Sekolah. Pengumpulan data pelaksanaan kegiatan UKGS dilakukan di Puskesmas dan sekolah, data status kesehatan gigi dan mulut dilakukan di sekolah. Indeks pengukuran karies yang digunakan adalah indeks karies menurut Wim Van Palenstein Heldermann dan indeks oral higiene adalah Index Oral Hygiene Simplified (OHI-S).

(2)

Decay (D) lebih tinggi dari komponen Missing (M), dan Filling (F). Rata-rata pengalaman OHI-S masih dalam kategori cukup yaitu pada SDN 060880 2,58±0,84 dan pada SDN 060890 2,37±0,78.

Puskesmas Polonia memberikan pelayanan UKGS di 20 SD di wilayah kerjanya, 30% telah memperoleh pelayanan UKGS Tahap III dan 70% pelayanan UKGS Tahap II. Pelaksanaan kegiatan UKGS pada SDN 060880 dan SDN 060890 berupa penyuluhan, sikat gigi masal dan kumur-kumur fluor yang ditujukan kepada seluruh murid kelas I sampai kelas VI yang dilakukan 2 kali dalam setahun dan pemberian pelayanan medik gigi dasar serta rujukan bagi siswa yang membutuhkan perawatan.

Untuk memaksimalkan status kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan cakupan pelayanan UKGS, maka Puskesmas selain membuat laporan pelaksanaan UKGS juga hendaknya membuat laporan status kesehatan gigi dan mulut murid pada sekolah binaannya. Membuat anggaran dana untuk pelaksanaan UKGS serta pengajuan proposal ke Dinas Kesehatan agar mengalokasikan dana operasional untuk membantu keterbatasan biaya operasional perawatan/penambalan gigi siswa kelas selektif di Puskesmas.

(3)

STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT MURID DAN

PELAKSANAAN USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH PADA

SEKOLAH DASAR NEGERI 060880 DAN 060890 KECAMATAN

MEDAN POLONIA

TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

DEVI NASUTION NIM : 060600044

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 16 April 2010

Pembimbing: Tanda tangan

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 16 April 2010

TIM PENGUJI SKRIPSI

KETUA : Oktavia Dewi, drg., M.Kes

(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM selaku dosen pembimbing yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing, membantu serta memberi petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Nurmala Situmorang, drg., M.Kes selaku Ketua Departemen dan seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Oktavia Dewi, drg., M.Kes dan Sondang Pintauli, drg., Ph.D sebagai tim penguji skripsi.

4. Epita Sarah Pane, drg., MDSc dan Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes selaku dosen wali yang telah membimbing dan memberi petunjuk kepada penulis selama masa pendidikan.

(7)

sekolah SDN 060880, Pindo Dolok Pasaribu, S.Pd selaku pelaksana kepala sekolah SDN 060890 yang telah memberi izin kepada penulis untuk pengambilan data penelitian.

Pada kesempatan ini, dengan hati yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada ayahanda Anwar Nasution dan ibunda Asrami Siregar, serta abang Henri, kakak Hennita, kakak Helmi dan seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan semangat dan curahan perhatian yang tidak ternilai.

Selanjutnya, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Ayudia, Nur Mulyana, Kakak Gian, Kakak Ina, Dedek, Ani, Nila, Sari, Novi, Adek, Yua, Prida, Wita, Emy, Oci, Haqqi, Dewi, Jose, dan teman-teman stambuk 2006, senior dan junior lainnya yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, April 2010 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

(9)

3.7 Analisis Data ... 25

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 26

4.2 Status Kesehatan Gigi dan Mulut ... 27

4.3 Kegiatan UKGS ... 29

BAB 5 PEMBAHASAN ... 31

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Prevalensi karies siswa kelas V dan VI SDN 060880 dan SDN 060890

di Kecamatan Medan Polonia tahun 2009 ... 27 2. Rata-rata pengalaman karies siswa kelas V dan VI SDN 060880

dan SDN 060890 di Kecamatan Medan Polonia tahun 2009 ... 28 3. Rata-rata OHI-S siswa kelas V dan VI SDN 060880 dan SDN

060890 di Kecamatan Medan Polonia tahun 2009 ... 28 4. Cakupan pelayanan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) di

(11)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

1. Kerangka konsep.

2. Kuesioner pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) di Puskesmas Polonia Medan Tahun 2009.

3. Kuesioner pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah di SDN 060880 dan SDN 060890 Polonia Medan tahun 2009.

4. Kuesioner penelitian pengalaman karies gigi dan oral higiene pada siswa kelas V dan VI SD.

5. Surat keterangan telah melakukan penelitian di Puskesmas Polonia Medan. 6. Surat keterangan telah melakukan penelitian di SDN 060880 Kecamatan

Medan Polonia.

(12)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Tahun 2010

Devi Nasution

Status kesehatan gigi dan mulut murid dan pelaksanaan usaha kesehatan gigi sekolah pada Sekolah Dasar Negeri 060880 dan 060890 Kecamatan Medan Polonia tahun 2009

ix+39 halaman

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui status kesehatan gigi dan mulut murid SDN dan pelaksanaan kegiatan UKGS di wilayah kerja Puskesmas Polonia. Jenis penelitian adalah survei deskriptif. Populasi adalah siswa kelas V dan VI SDN 060880 dan 060890 Kecamatan Medan Polonia. Sampel dipilih secara purposif yaitu siswa kelas V dan VI SDN 060880 berjumlah 78 orang dan 060890 berjumlah 107 orang. Pada Puskesmas Polonia responden adalah dokter gigi dan pada SDN 060880 dan SDN 060890 responden adalah Kepala Sekolah. Pengumpulan data pelaksanaan kegiatan UKGS dilakukan di Puskesmas dan sekolah, data status kesehatan gigi dan mulut dilakukan di sekolah. Indeks pengukuran karies yang digunakan adalah indeks karies menurut Wim Van Palenstein Heldermann dan indeks oral higiene adalah Index Oral Hygiene Simplified (OHI-S).

(13)

Decay (D) lebih tinggi dari komponen Missing (M), dan Filling (F). Rata-rata pengalaman OHI-S masih dalam kategori cukup yaitu pada SDN 060880 2,58±0,84 dan pada SDN 060890 2,37±0,78.

Puskesmas Polonia memberikan pelayanan UKGS di 20 SD di wilayah kerjanya, 30% telah memperoleh pelayanan UKGS Tahap III dan 70% pelayanan UKGS Tahap II. Pelaksanaan kegiatan UKGS pada SDN 060880 dan SDN 060890 berupa penyuluhan, sikat gigi masal dan kumur-kumur fluor yang ditujukan kepada seluruh murid kelas I sampai kelas VI yang dilakukan 2 kali dalam setahun dan pemberian pelayanan medik gigi dasar serta rujukan bagi siswa yang membutuhkan perawatan.

Untuk memaksimalkan status kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan cakupan pelayanan UKGS, maka Puskesmas selain membuat laporan pelaksanaan UKGS juga hendaknya membuat laporan status kesehatan gigi dan mulut murid pada sekolah binaannya. Membuat anggaran dana untuk pelaksanaan UKGS serta pengajuan proposal ke Dinas Kesehatan agar mengalokasikan dana operasional untuk membantu keterbatasan biaya operasional perawatan/penambalan gigi siswa kelas selektif di Puskesmas.

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kondisi kesehatan gigi dan mulut di Indonesia masih sangat memprihatinkan sehingga perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga kesehatan. Hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh 90% penduduk Indonesia.1 Berdasarkan laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) DepKes RI 2001, di antara penyakit yang dikeluhkan dan yang tidak dikeluhkan, prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah tertinggi meliputi 60% penduduk. Karies gigi dan penyakit periodontal merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga mulut sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut.2 Karies gigi dan penyakit periodontal dapat dicegah melalui penerapan kebiasaan memelihara kesehatan gigi dan mulut pada anak sejak dini dan secara kontiniu. 3

Di Indonesia sebanyak 89% anak di bawah 12 tahun menderita penyakit gigi dan mulut. Penyakit gigi dan mulut, akan sangat berpengaruh pada derajat kesehatan, proses tumbuh kembang bahkan masa depan anak. Anak-anak rawan kekurangan gizi. Rasa sakit pada gigi dan mulut jelas menurunkan selera makan mereka. Dampak lainnya, kemampuan belajar mereka pun turun sehingga jelas akan berpengaruh pada prestasi belajar hingga hilangnya masa depan anak.4

(15)

serta cenderung meningkat setiap dasawarsa.5 Penelitian yang dilakukan Essie Octiara pada 67 orang anak di Panti Pungai Binjai menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi tetap anak umur 6-14 tahun adalah 64,59%.6

Hasil NOHS (National Oral Health Survey) tahun 2006 di Pilipina, menunjukkan anak SD pada umur 6 tahun mengalami karies sebesar 97,1% dan pada umur 12 tahun sebesar 78,4%. Selain itu, hal yang lebih membahayakan lagi ditemukan hampir 50% anak menderita infeksi dentogenic dengan karakteristik adanya karies yang sudah mencapai ke pulpa, ulserasi, fistula dan abses (PUFA) yang disertai nyeri yang menyebabkan keadaan yang lebih ekstrem lagi yaitu ketidaknyamanan dan bahkan mengurangi kapasitas belajar pada anak.7 Apabila tidak segera dilakukan upaya pencegahan, dengan meningkatnya umur, kerusakan gigi dan jaringan pendukungnya akan menjadi lebih berat, bahkan dapat mengakibatkan terlepasnya gigi pada usia muda, sehingga diperlukan biaya perawatan gigi yang semakin mahal.5

Untuk menanggulangi masalah tersebut dibutuhkan perhatian dan penanganan yang serius dari tenaga kesehatan, baik dokter gigi dan perawat gigi. Agar target pencapaian gigi sehat tahun 2010 menurut WHO angka DMFT anak umur 12 tahun sebesar 1 dapat tercapai, maka diperlukan suatu tindakan pencegahan.8 Tindakan pencegahan penyakit gigi dan mulut terutama ditujukan kepada murid sekolah melalui suatu program kesehatan yang terencana dan terpadu di sekolah dasar.

(16)

memberikan pelayanan dalam bentuk peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang ditujukan bagi anak usia sekolah di lingkungan sekolah binaan dengan maksud agar mendapatkan generasi yang sehat.9,10

UKGS diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta, di bawah binaan puskesmas dan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Untuk pemerataan jangkauan UKGS, penerapan UKGS disesuaikan dengan paket-paket UKS yaitu, UKGS Tahap I/Paket Minimal UKS diselenggarakan oleh guru penjaskes dan guru pembina UKGS, UKGS Tahap II/Paket Standar UKS diselenggarakan oleh guru dan tenaga kesehatan puskesmas, sedangkan UKGS Tahap III/Tahap Optimal UKS diselenggarakan oleh guru, tenaga puskesmas dan tenaga kesehatan gigi.9,10

Penelitian yang dilakukan Pratiwi pada tiga puskesmas terpilih yang telah melaksanakan program UKGS di kota Medan menunjukkan bahwa rerata karies gigi (DMF-T) pada siswa kelas 6 SD di wilayah kerja ketiga puskesmas tersebut yaitu 2,77 termasuk sedang (menurut WHO), yang mana rerata D jauh lebih besar dibandingkan dengan rerata F siswa SD. Status OHI-S siswa SD pada ketiga puskesmas terpilih termasuk kategori cukup, yaitu 2,45 (menurut Green dan Vermillion). Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara karakteristik organisasi UKGS puskesmas dengan OHI-S siswa SD dan tidak adanya hubungan antara karakteristik organisasi UKGS puskesmas dengan DMF-T siswa SD.11

(17)

UKGS, kemungkinan karena terdapat keterbatasan pengetahuan serta kurangnya pengetahuan tentang pentingnya melakukan pencegahan dan perawatan gigi dan mulut.12

Berdasarkan data laporan kegiatan kepaniteraan klinik mahasiswa FKG USU di beberapa Puskesmas di kota Medan, Puskesmas Polonia merupakan salah satu Puskesmas yang telah melaksanakan program UKGS. Laporan data dasar Usaha Kesehatan Sekolah puskesmas Polonia tahun 2008/2009 menunjukkan cakupan sekolah dasar yang diberikan pelayanan program UKGS berjumlah 20 SD.13 Oleh karena itu, ingin diketahui bagaimana status kesehatan gigi dan mulut murid SD yang telah mendapat pelayanan UKGS di wilayah kerja Puskesmas Polonia Medan. Penelitian dilakukan pada Puskesmas Polonia oleh karena Puskesmas Polonia tersebut merupakan salah satu Puskesmas yang telah menyelenggarakan upaya pelayanan UKGS pada sekolah dan merupakan Puskesmas yang mudah untuk dijangkau baik dari segi waktu, materi, dan mobilitas.

1.2Permasalahan

Bagaimana status kesehatan gigi dan mulut murid SDN dan bagaimana pelaksanaan kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah, (cakupan pelayanan UKGS) di wilayah kerja Puskesmas Polonia Medan tahun 2009?

1.3Tujuan Penelitian

(18)

2. Mengetahui pelaksanaan kegiatan UKGS di wilayah kerja Puskesmas Polonia Medan.

1.4Manfaat Penelitian

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu kegiatan Puskesmas adalah UKGS. UKGS di lingkungan tingkat pendidikan dasar mempunyai sasaran semua anak sekolah tingkat pendidikan dasar yaitu dari usia 6 sampai 14 tahun, sasaran UKGS dapat diperluas sampai dengan usia 18 tahun.11 Sasaran UKGS dalam wilayah kerja Puskesmas yaitu 100% SD melaksanakan pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sesuai dengan kurikulum Diknas, minimal 80% SD/MI (Madrasah Ibtidaiyah) melaksanakan sikat gigi masal, minimal 50% SD/MI mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas permintaan, dan minimal 30% SD/MI mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas dasar kebutuhan.9

Pada anak-anak sekolah dasar yang tidak memiliki program UKGS kemungkinan terjadinya penyakit gigi akan lebih besar apabila dibandingkan dengan anak-anak sekolah yang memiliki program UKGS. Hal ini disebabkan terdapat keterbatasan pengetahuan tentang pentingnya melakukan pencegahan dan perawatan gigi.9

(20)

kerusakan gigi, seperti gigi berlubang, keropos, dan pembengkakan pada gusi. Anak juga harus diajak atau diperkenalkan secara dini kepada dokter gigi. Hal ini sangat bermanfaat dalam membiasakan pemeriksaan gigi secara rutin dan mengatasi rasa takut anak kepada dokter gigi.14

2.1 Usaha Kegiatan Gigi Sekolah (UKGS) 2.1.1 Pengertian

UKGS adalah upaya kesehatan gigi sekolah yang ditujukan bagi anak usia sekolah di lingkungan sekolah dari tingkat pelayanan promotif, promotif-preventif, hingga pelayanan paripurna.10 UKGS menurut Depkes RI adalah bagian integral dari UKS yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana, pada para siswa, terutama siswa Sekolah Tingkat Dasar (STD) dalam kurun waktu tertentu, diselenggarakan secara berkesinambungan melalui paket UKS yaitu paket minimal, paket standar dan paket optimal.15

Kegiatan UKGS dilakukan sesuai keadaan tenaga dan fasilitas di Puskesmas, dan dibagi dalam 3 tahap/paket, yaitu :9,10,15

1. Tahap I atau paket minimal UKGS.

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang belum terjangkau tenaga dan fasilitas kesehatan gigi.

Kegiatan berupa :

(21)

b. Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI dengan melaksanakan kegiatan sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II, dan kelas III dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali/bulan.

2. Tahap II atau paket standar UKGS.

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa SD/MI yang sudah terjangkau tenaga dan fasilitas kesehatan gigi namun sarananya masih terbatas.

Kegiatan berupa :

a. Pelatihan guru dan petugas kesehatan dalam bidang kesehatan gigi.

b. Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh guru sesuai dengan kurikulum.

c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI dengan melaksanakan kegiatan sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II dan kelas III dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali/bulan.

d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I. e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit. f. Pelayanan medik gigi dasar atas pemintaan.

g. Rujukan bagi yang memerlukan. 3. Tahap III atau paket optimal UKGS.

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang sudah terjangkau tenaga dan fasilitas kesehatan gigi yang sudah memadai, dipakai sistem inkremental dengan pemeriksaan ulang setiap 2 (dua) tahun untuk gigi tetap. Kegiatan berupa :

(22)

b. Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh guru sesuai dengan kurikulum Departemen Pendidikan Nasional.

c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI dengan melaksanakan kegiatan sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II dan kelas III dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali/bulan.

d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I. e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.

f. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada murid kelas I-VI (care of demand).

g. Pelayanan medik gigi dasar pada kelas terpilih (kelas VI) sesuai kebutuhan (treatment need).

h. Rujukan bagi yang memerlukan.

2.1.2 Tujuan

Perubahan perilaku individu dapat terjadi secara alamiah melalui lingkungan atau masyarakat sekitarnya. Namun ada pula perubahan yang terjadi secara terencana dan dilaksanakan secara sistematis, yaitu perubahan melalui pendidikan. UKGS merupakan sarana dalam upaya mengubah perilaku siswa dalam memelihara dan menjaga kesehatan gigi dan mulut siswa.9

Tujuan UKGS yaitu :16

(23)

2. Mengusahakan timbulnya kesadaran dan keyakinan bahwa untuk meningkatkan taraf kesehatan gigi perlu pemeliharaan kebersihan mulut (oral hygiene).

3. Mengusahakan agar anak-anak sekolah dasar itu mau memelihara kebersihan mulutnya di rumah (habit formation).

4. Meningkatkan taraf kesehatan gigi anak-anak sekolah dasar dengan menjalankan usaha kuratif apabila usaha prevensi gagal melalui sistem selektif.

5. Meningkatkan kesadaran kesehatan gigi dengan suatu sistem pembiayaan yang bersifat praupaya (prepayment system).

2.1.3 Sasaran

UKGS di lingkungan Sekolah Dasar Tingkat (SDT) mempunyai sasaran semua anak sekolah tingkat pendidikan dasar (6-14 tahun) sampai usia 18 tahun. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut diberikan pada anak usia sekolah agar mendapatkan generasi yang sehat dan bangsa yang kuat.9,10

Dalam wilayah kerja Puskesmas, program UKGS harus meliputi sasaran sabagai berikut :15

1. 100% SD melaksanakan pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sesuai kurikulum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

2. Minimal 80% SD/MI melaksanakan sikat gigi masal.

(24)

4. Minimal 30% SD/MI mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas kebutuhan perawatan (treatment need).

2.1.4 Fasilitas dan Peralatan

Fasilitas dan peralatan perlu juga diperhatikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Tempat dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan, baik di dalam maupun di luar ruangan. Alat bantu pelaksanaan UKGS dapat berupa poster mengenai bentuk gigi, gambar-gambar dan alat-alat peraga yang menarik seperti model gigi, sikat gigi dan lain-lainnya sehingga penyuluhan itu tidak berkesan membosankan.9,17

2.1.5 Tenaga Pelaksana

UKGS dijalankan oleh tim kesehatan gigi dan mulut seperti dokter gigi, perawat gigi, dan dibantu oleh wakil masyarakat sekolah yaitu kepala sekolah, guru kelas dan orang tua murid. Tim kesehatan gigi dan mulut sebagai tenaga inti dalam pelaksanaan UKGS. Kerjasama dengan kepala sekolah sangat diperlukan karena kegiatan UKGS dilaksanakan pada jam-jam sekolah dan seharusnya sudah dijadwalkan pada awal tahun pelajaran. Peran serta guru kelas dan kepala sekolah besar artinya dalam keberhasilan UKGS tersebut.9,10,17

2.1.6 Pelaksanaan

(25)

penerangan pendidikan kesehatan gigi dengan jalan memasukkan pelajaran tentang kesehatan gigi dan mulut. Upaya preventif meliputi upaya pembersihan karang gigi, sikat gigi massal dan pemberian fluor. Pembersihan karang gigi dilakukan secara selektif kepada anak-anak yang membutuhkan.9

Usaha pencegahan penyakit gigi dan mulut terutama ditujukan kepada murid-murid sekolah, antara lain melalui program UKGS untuk mencegah atau mengurangi karies gigi atau penyakit gigi lainnya.

Program ini meliputi pencegahan penyakit gigi dan perawatan, yaitu :18 1. Pemeriksaan teratur.

2. Diagnosa untuk menentukan perawatan apa yang diperlukan. 3. Pembersihan rongga mulut.

4. Pemberian pendidikan kesehatan gigi di klinik. 5. Mempelajari cara memelihara kebersihan mulut. 6. Pengulasan Fluor untuk mencegah kerusakan gigi. 7. Pencabutan gigi susu dengan Chlor Acethyl. 8. Penambalan gigi tetap dengan amalgam.

Lebih rincinya ada beberapa usaha pencegahan yang dapat dilakukan melalui program UKGS, yaitu :

(26)

dengan kepala sekolah sangat diperlukan karena penyuluhan ini dilaksanakan pada jam-jam sekolah dan seharusnya sudah dijadwalkan pada awal tahun pelajaran.

Tujuan penyuluhan tersebut adalah agar siswa/i lebih sadar bagaimana seharusnya menjaga kesehatan gigi dan mulutnya masing-masing. Peran serta guru kelas dan kepala sekolah besar artinya dalam keberhasilan usaha kegiatan penyuluhan tersebut. Perawatan gigi dan mulut ditunjukkan dalam memperoleh pengobatan yang diperlukan, terutama pengobatan dalam menghilangkan rasa sakit, dan mencegah kerusakan gigi semakin parah. Sebaiknya sebelum dilakukan perawatan, terlebih dahulu diadakan pemeriksaan untuk membuat data setiap siswa/i. Pada tiap-tiap awal tahun pengajaran dilakukan pemeriksaan awal untuk dibuatkan kartu status tentang keadaan gigi geligi masing-masing juga tentang kesehatan mulut secara keseluruhan. Berdasarkan data-data tersebut, diperoleh gambaran mengenai berapa jumlah siswa/i yang memerlukan penambalan dan pencabutan diberikan surat untuk ditandatangani orang tuanya sebagai tanda persetujuan bahwa putra/i-nya diizinkan dirawat di sekolah. Mengingat UKGS bukanlah poliklinik, maka perawatan yang diberikan hanyalah penambalan tetap, pencabutan gigi susu yang sudah saatnya tanggal, pengobatan gigi untuk menghilangkan rasa sakit/pencegahan kerusakan lebih lanjut.9,19-20

(27)

suatu larutan (disclosing solution) yang berwarna merah. Jika masih banyak sisa-sisa makanan/lapisan plak yang menempel akan terlihat banyak bagian gigi (email) yang berwarna merah. Kepada siswa/i yang belum menyikat giginya dengan bersih dianjurkan untuk melanjutkan kegiatan menyikat gigi ini. Dengan cara tersebut diharapkan setiap siswa/i mempunyai pengalaman dan latihan untuk mengetahui berapa lama seseorang harus menyikat gigi sampai bersih betul. Kegiatan sikat gigi bersama ini dapat dilakukan beberapa kali dalam satu bulan.

c). Kumur-kumur dengan larutan fluor. Tujuannya adalah untuk mendapatkan lapisan gigi yang lebih tahan terhadap serangan asam. Asam merupakan hasil akhir dari sisa-sisa makanan terutama yang mengandung karbohidrat. Dengan lapisan email yang lebih tahan terhadap asam, diharapkan tidak akan cepat terjadi lubang pada gigi (karies).

2.2 Status Kesehatan Gigi dan Mulut Murid

(28)

Menurut Departemen Kesehatan RI untuk mencapai Visi Program Kesehatan Indonesia Sehat 2010, di bidang kesehatan gigi dan mulut mengacu pada indikator derajat kesehatan gigi dan mulut antara lain untuk umur 12 tahun yang harus dicapai pada tahun 2010 adalah indeks DMFT < 2 dan 70% sekstan gusi sehat > 3.22

2.2.1 Karies Gigi

Karies gigi merupakan penyakit kronis yang dapat dialami oleh setiap orang dan sering terjadi pada anak-anak. Karies gigi terdapat di seluruh dunia, tanpa memandang umur, bangsa ataupun keadaan ekonomi. Menurut penelitian di Negara-negara Eropa, Amerika dan Asia, termasuk Indonesia, ternyata 80-95% dari anak-anak di bawah umur 18 tahun terserang karies gigi. Walaupun demikian, karies gigi dapat dicegah dan dirawat.23

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pit, fisur dan daerah interproksimal) meluas ke arah pulpa. Karies gigi yang disebut juga lubang gigi merupakan suatu penyakit dimana bakteri merusak struktur jaringan gigi (enamel, dentin dan sementum) sehingga menyebabkan lubang pada gigi.24,25

Indeks karies digunakan untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies. Dalam hal ini, indeks karies yang dipakai adalah indeks yang diperkenalkan oleh Wim Van Palenstein. Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena biasanya gigi tersebut tidak tumbuh.26,27

(29)

1. Komponen D (decayed) meliputi gigi tetap dengan satu lesi karies yang belum mengenai pulpa.

2. Komponen M (missing) yaitu gigi tetap yang sudah dicabut.

3. Komponen F (filled) yaitu gigi tetap dengan lesi karies dan sudah ditambal dengan sempurna.

4. Komponen P (pulp involvement) yaitu gigi dengan karies yang telah mengenai pulpa.

5. Komponen U (traumatic ulceration) yaitu gigi dengan karies yang telah mengenai pulpa dan menyebabkan ulser traumatik pada jaringan lunak seperti lidah dan mukosa bukal.

6. Komponen F (fistula) yaitu gigi dengan karies yang mengenai pulpa disertai adanya saluran pus yang berhubungan dengan keterlibatan pulpa pada gigi.

7. Komponen A (abscess) yaitu gigi dengan karies yang mengenai pulpa disertai adanya pembengkakan yang mengandung pus.

Karies gigi merupakan penyakit kronis yang dapat dicegah dan dirawat. Ada beberapa usaha pencegahan yang dapat dilakukan dalam menjaga kesehatan rongga mulut, yaitu menjaga kebersihan mulut, pengaturan makanan, serta terapi fluorida.24,28

1. Menjaga Kebersihan Mulut

(30)

memakai alat semprot dimana sisa makanan setelah sikat gigi dan pemakaian benang gigi dapat dihilangkan dengan kumur-kumur yang kuat, yaitu dengan cara menghisap-hisap cairan tersebut di antara gigi dan mulut dengan gerakan otot-otot bibir lidah dan pipi di mana gigi dalam keadaan tertutup ± 30 detik.29 Data SKRT 2001 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia (61,5%) menyikat gigi kurang sesuai dengan anjuran gigi, yakni setelah makan dan sebelum tidur, bahkan 16,6% tidak menyikat giginya, padahal plak hanya dapat dihilangkan dengan menyikat gigi.30

2. Pengaturan Makanan

Untuk kesehatan gigi, pengaturan konsumsi gula perlu diperhatikan. Gula yang tersisa pada mulut dapat memproduksi asam oleh bakteri. Pengonsumsian ketidakmampuan bakteri memetabolisme xylitol. Riset terkini menegaskan, kebiasaan mengunyah permen karet dengan pemanis xylitol sangat efektif mencegah kerusakan gigi. Xylitol mampu menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans saat mengubah gula dan karbohidrat lain menjadi asam. Hal ini dapat dilakukannya mengingat xylitol tidak dapat difermentasikan oleh bakteri tersebut. Oleh karena itu, pertumbuhan Streptococcus mutans menjadi demikian terhambat. 24,25

3. Terapi Fluorida

(31)

2.2.2 Oral Higiene

Indeks Oral Higiene (OHI) mengukur debris dan kalkulus yang menutupi permukaan gigi, dan terdiri atas dua komponen : indeks debris dan indeks kalkulus yang masing-masingnya mempunyai rentangan skor 0-3. Jika yang diukur hanya ke-enam gigi indeks, indeksnya dinamakan Indeks Oral Higiene Simplified (OHI-S), dilakukan melalui pemeriksaan pada 6 gigi yaitu gigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Pada gigi 16, 11, 26, 31 yang dilihat permukaan bukalnya sedangkan gigi 36 dan 46 permukaan lingualnya. Apabila gigi 11 tidak ada diganti dengan gigi 21 dan sebaliknya.25,33

Oral debris adalah lapisan lunak yang terdapat di atas permukaan gigi yang terdiri atas mucin, bakteri dan sisa makanan yang putih kehijau-hijauan dan jingga.31

Indeks Debris.33,34 Skor Kriteria

0 Tidak ada debris atau stain

1 Debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau adanya stain ekstrinsik tanpa debris pada daerah tersebut

2 Debris lunak meliputi lebih dari 1/3 tetap kurang dari 2/3 permukaan gigi

3 Debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

(32)

Bukal Labial Bukal

6 1 6

6 1 6

Lingual Labial Lingual

Kalkulus adalah pengendapan dari garam-garam anorganis yang terutama terdiri atas kalsium karbonat dan kalsium fosfat tercampur dengan sisa-sisa makanan, bakteri-bakteri dan sel-sel epitel yang telah mati. Berdasarkan lokasi perlekatannya dikaitkan dengan tepi gingival, kalkulus dapat dibedakan atas dua macam yaitu :33,34

1. Kalkulus supra gingiva adalah karang gigi yang terdapat di sebelah oklusal dari tepi free gingiva. Biasanya berwarna putih sampai kecoklat-coklatan. Konsistensinya keras seperti batu apung, dan mudah dilepas dari perlekatannya ke permukaan gigi.

(33)

Indeks Kalkulus. Skor Kriteria

0 Tidak ada kalkulus

1 Kalkulus supra gingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi 2 Kalkulus supra gingiva menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi

tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi yang terkena, atau adanya kalkulus sub gingiva berupa flek di sekeliling leher gigi

3 Kalkulus supra gingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi yang tekena. Adanya kalkulus sub gingiva berupa pita yang tidak terputus di sekeliling leher gigi

(34)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah survei deskriptif.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah murid kelas V dan VI di 2 SD binaan Puskesmas Polonia yaitu SDN 060880 dan SDN 060890. Penelitian dilakukan di SDN 060880 dan SDN 060890 karena adanya kerja sama dari pihak sekolah kedua SD dalam kelangsungan penelitian ini. WHO merekomendasikan untuk memeriksa anak umur 12 tahun yaitu anak kelas V dan VI SD karena anak akan meninggalkan bangku Sekolah Dasar. Pada SDN 060880, jumlah kelas V mempunyai 2 kelas yaitu kelas VA dan VB dan kelas VI mempunyai 1 kelas, jumlah murid kelas V dan VI adalah 78 orang, seluruh murid kelas V dan VI dijadikan sampel. Dan pada SDN 060890, jumlah kelas V mempunyai 1 kelas dan kelas VI mempunyai 2 kelas yaitu kelas VIA dan VIB, jumlah murid kelas V dan VI adalah 107 orang, seluruh murid kelas V dan VI dijadikan sampel. Jumlah sampel seluruhnya yaitu 185 orang. Pada Puskesmas Polonia, responden adalah dokter gigi dan pada SDN 060880 dan SDN 060890 responden adalah Kepala Sekolah.

3.3 Variabel Penelitian

(35)

b. Kegiatan UKGS

7.4 Definisi Operasional

1. Karies gigi merupakan penyakit jaringan gigi dan pendukung gigi yang berbentuk :

Decay adalah karies yang belum mengenai pulpa. Kerusakan gigi ditandai dengan adanya lubang pada gigi yang dapat dideteksi dengan sonde, yaitu :

a. Pit dan fisur berwarna kehitaman dan ujung sonde terasa menyangkut. b. Jaringan permukaan gigi terasa lunak dan ujung sonde terasa masuk ke dalam.

Missing adalah gigi yang sudah dicabut karena karies. Filling adalah gigi karies yang sudah ditambal.

P (Involvement pup) : karies gigi yang telah menyebar ke pulpa, di mana kamar pulpa terbuka dan kelihatan atau apabila struktur korona gigi telah hancur akibat proses karies dan hanya sisa fragmen akar yang tinggal.

U (traumatic ulseration) : karies gigi dengan tepi permukaan gigi yang mengalami karies dengan kerusakan pada pulpa atau akar gigi sehingga mengakibatkan traumatik ulser pada jaringan lunak seperti mukosa bukal dan lidah.

F (fistula) : karies gigi dengan adanya saluran pus yang berhubungan dengan keterlibatan pulpa pada gigi yang mengalami karies.

(36)

2. Oral higiene adalah kebersihan gigi dan mulut anak yang diukur dari skor indeks debris dan indeks kalkulus. Indeks oral higiene yang digunakan adalah menurut Green dan Vermillion, yaitu indeks Oral Hygiene Simplified (OHI-S) yang merupakan penjumlahan dari indeks debris dan indeks kalkulus.

3. Kegiatan UKGS di Puskesmas meliputi jenis program UKGS, jumlah sekolah dasar yang telah memperoleh pelayanan UKGS, jumlah sekolah dasar yang telah memperoleh pelayanan UKGS Tahap I, II dan III, dan pelayanan medik gigi dasar yang diberikan kepada siswa yang membutuhkan perawatan. Kegiatan UKGS di sekolah berupa frekuensi penyuluhan pertahun, sasaran penyuluhan, frekuensi sikat gigi masal pertahun, sasaran sikat gigi masal, frekuensi kumur-kumur fluor pertahun, sasaran kumur-kumur fluor, pelayanan medik gigi dasar serta rujukan bagi siswa yang membutuhkan perawatan.

3.5 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data kegiatan UKGS dilakukan di Puskesmas yang diperoleh dengan mewawancarai dokter gigi dan di sekolah dengan mewawancarai kepala sekolah. Data status kesehatan gigi dan mulut diperoleh dengan memeriksa rongga mulut semua sampel.

(37)

daerah singulum. Untuk mengetahui adanya karies di daerah proksimal dengan melihat adanya warna hitam, kemudian dipastikan dengan sonde. Untuk mengetahui karies yang telah mengenai pulpa, adanya ulser traumatik, fistel dan abses pada gigi yang mengalami karies dapat diperiksa secara visual atau dengan memakai kaca mulut.

Pemeriksaan oral higiene dilakukan dengan menggunakan kaca mulut dan sonde yang terbentuk setengah lingkaran serta menggunakan disclosing solution. Untuk mengukur indeks debris, sonde ditempatkan pada insisal gigi kemudian digerakkan ke arah mesial dan distal, selanjutnya bergerak ke arah gingiva setiap 1/3 permukaan gigi dan skor diberikan sesuai kriteria. Pengukuran indeks kalkulus dilakukan dengan menempatkan ujung sonde pada daerah subgingival terlebih dahulu, kemudian digerakkan dari mesial ke distal dan naik ke arah insisal dan diberi skor sesuai kriteria. Indeks oral higiene yang digunakan menurut Green dan Vermillion, yaitu indeks Oral Hygiene Simplified (OHI-S) yang terdiri atas indeks debris dan indeks kalkulus.

Pemeriksaan dilakukan oleh tim yang terdiri atas pemeriksa dan pencatat. Dua hari sebelum penelitian dilakukan kalibrasi untuk menyamakan persepsi agar hasil yang diperoleh lebih baik. Hasil pemeriksaan karies, debris, dan kalkulus dicatat pada formulir yang tersedia.

3.6 Pengolahan Data

(38)

tujuan penelitian.

3.7 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara : 1. Perhitungan prevalensi karies.

2. Perhitungan rata-rata pengalaman karies. 3. Perhitungan rata-rata OHI-S.

4. Perhitungan persentase jumlah SD yang telah memperoleh pelayanan UKGS dari tahap I, tahap II dan tahap III.

5. Perhitungan frekuensi penyuluhan oleh petugas UKGS dalam setahun. 6. Perhitungan frekuensi sikat gigi masal oleh petugas UKGS dalam setahun. 7. Perhitungan frekuensi kumur-kumur fluor oleh petugas UKGS dalam setahun.

8. Perhitungan jumlah siswa yang memperoleh pelayanan medik gigi dasar dalam setahun.

(39)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Puskesmas Polonia merupakan salah satu Puskesmas di kota Medan yang mempunyai wilayah kerja di 5 kelurahan. Puskesmas Polonia memiliki 1 orang dokter gigi dan 1 orang perawat gigi. Puskesmas Polonia memberikan pelayanan UKGS kepada semua sekolah dasar di wilayah kerjanya yang berjumlah 20 SD. Pelayanan UKGS yang diberikan berupa UKGS tahap II dan III. Ada 6 SD yang telah memperoleh pelayanan UKGS tahap III, sedangkan 14 SD memperoleh pelayanan UKGS tahap II.

(40)

4.2 Status Kesehatan Gigi dan Mulut 1. Prevalensi Karies

Prevalensi karies siswa kelas V dan VI SD pada SDN 060880 93,6% (DMF 87,2% dan PUFA 6,4%), hampir sama dengan prevalensi karies di SDN 060890 93,5% (DMF 87% dan PUFA 6,5%) (Tabel 1).

Tabel 1. PREVALENSI KARIES SISWA KELAS V DAN VI SDN 060880 dan SDN 060890 DI KECAMATAN MEDAN POLONIA TAHUN 2009. Karie

s

SDN 060880 SDN 060890 Jumla

2. Rata-rata Pengalaman Karies Gigi

(41)

rata-rata 0,01±0,11, dan tidak ada fistula dan abscess. Pada siswa kelas V dan VI SDN 060890, pulp Involvement rata-rata 0,06±0,24, traumatic ulceration, fistula dan abscesss tidak ada. (Tabel 2).

Tabel 2. RATA-RATA PENGALAMAN KARIES SISWA KELAS V DAN VI SDN 060880 DAN SDN 060890 DI KECAMATAN MEDAN POLONIA TAHUN 2009.

Pengalaman karies gigi rata-rata

Sekolah

SDN 060880 SDN 060890

D 2,70±1,89 2,00±1,47

Karies 2,88±2,00 2,16±1,59

3. Indeks Oral Higiene

Pada siswa kelas V dan VI SDN 060880, rata-rata indeks oral higiene 2,58±0,84 (indeks debris 1,97±0,47 dan indeks kalkulus 0,61±0,63) lebih tinggi daripada SDN 060890 yaitu rata-rata indeks oral higiene 2,37±0,78 (indeks debris sebesar 1,84±0,48 dan indeks kalkulus 0,53±0,48 (Tabel 3).

Tabel 3. RATA-RATA OHI-S SISWA KELAS V DAN VI SDN 060880 DAN SDN 060890 DI KECAMATAN MEDAN POLONIA TAHUN 2009.

(42)

4.3 Kegiatan UKGS

Hasil wawancara dengan dokter gigi puskesmas Polonia diperoleh Puskesmas Polonia memberikan pelayanan UKGS di 20 SD di wilayah kerjanya, 6 SD telah memperoleh pelayanan UKGS tahap III dan 14 SD yang memperoleh pelayanan UKGS Tahap II (Tabel 4). Pelayanan medik gigi dasar yang diberikan berupa tumpatan gigi sulung dan gigi tetap, pencabutan gigi sulung dan gigi tetap, pengobatan pulpa serta pengobatan abses.

Tabel 4. CAKUPAN PELAYANAN USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POLONIA MEDAN TAHUN 2009.

Cakupan Pelayanan UKGS Jumlah % Sekolah yang memperoleh pelayanan

Wawancara dengan kepala sekolah dari kedua SDN mengenai kegiatan UKGS yang dilaksanakan adalah penyuluhan, sikat gigi masal, kumur-kumur fluor, pelayanan medik gigi dasar, dan rujukan bagi siswa yang membutuhkan perawatan.

(43)

perawatan gigi maka pihak sekolah langsung membawa anak tersebut ke Puskesmas untuk segera ditangani, sehingga tidak ada dibuat surat rujukan bagi siswa yang membutuhkan perawatan.

(44)

BAB 5

PEMBAHASAN

Prevalensi karies siswa kelas V dan VI SDN 060880 93,6% hampir sama dengan prevalensi karies siswa kelas V dan VI SDN 060890 yaitu 93,5%. Prevalensi karies pada murid kedua sekolah ini masih tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan UKGS yang dilakukan di kedua sekolah ini belum berhasil dalam upaya meningkatkan kesehatan gigi dan mulut murid melalui UKGS. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, kegiatan sikat gigi masal dan kumur-kumur fluor dilaksanakan hanya 2 kali dalam setahun. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan UKGS tidak sesuai dengan standar frekuensi pelaksanaan sikat gigi masal menurut DepKes RI yang seharusnya 8 kali dalam setahun.35 Disarankan kepada petugas UKGS agar mengoptimalkan kerja sama dengan instansi sekolah yaitu peningkatan penyuluhan ke SD dengan melakukan pelatihan terhadap guru olah raga.

(45)

dasar atas permintaan dan yang membutuhkan pada kelas selektif (kelas VI) tidak dilaksanakan oleh petugas UKGS di kedua sekolah tersebut.

Decay (D) rata-rata pada SDN 060880 dan SDN 060890 masih lebih tinggi dibandingkan dengan filling (F). Hal ini mengindikasikan bahwa petugas UKGS perlu meningkatan pelayanan medik gigi dasar berupa penambalan gigi kepada siswa yang mengalami gigi berlubang agar tidak mengakibatkan kerusakan yang lebih lanjut ataupun dicabut. Menurut laporan, kedua SDN ini telah memperoleh pelayanan UKGS tahap III, seharusnya tidak ditemukan lagi adanya decay pada siswa kelas selektif (kelas VI). Disarankan petugas UKGS melakukan pemeriksaan gigi pada murid kelas VI dan pihak sekolah merujuk murid-murid yang membutuhkan perawatan ke Puskesmas.

(46)
(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Prevalensi karies gigi pada siswa kelas V dan VI SDN 060880 93,6% hampir sama dengan prevalensi karies pada siswa kelas V dan VI SDN 060890 93,5%. Rata-rata pengalaman karies pada siswa kelas V dan VI SDN 060880 2,88 lebih tinggi daripada siswa kelas V dan VI SDN 060890 yaitu 2,16. Rata-rata OHI-S pada siswa kelas V dan VI SDN 060880 2,58 lebih tinggi daripada siswa kelas V dan VI SDN 060890 2,37.

(48)

6.2 Saran

Untuk memaksimalkan status kesehatan gigi dan mulut murid SD dan cakupan pelayanan UKGS, disarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Pihak Puskesmas

Selain membuat laporan pelaksanaan kegiatan UKGS juga membuat laporan status kesehatan gigi dan mulut murid sekolah binaannya, membuat anggaran dana untuk pelaksanaan kegiatan UKGS serta pengajuan proposal ke Dinas Kesehatan agar mengalokasikan dana operasional untuk membantu keterbatasan biaya operasional perawatan/penambalan gigi siswa selektif di Puskesmas. Memberikan pelayanan medik gigi dasar terutama bagi siswa kelas selektif yang membutuhkan perawatan.

2. Pihak Sekolah

Kepala sekolah memonitoring kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan status kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan oleh petugas UKGS dan guru olah raga di sekolah.

3. Guru Olah Raga dan Kesehatan

(49)

DAFTAR PUSTAKA

1. Anita S., Liliwati. Pengaruh frekuensi menyikat gigi terhadap tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa-siswi sekolah dasar negeri di Kecamatan Palaran Kotamadya Samarinda Propinsi Kalimantan Timur. Dentika Dent J 2005; 10(1): 22.

2. Situmorang N. Dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas hidup. Pidato pengukuhan jabatan guru besar tetap USU 2005 :3-4. 3. Riyanti E. Pengenalan dan perawatan kesehatan gigi anak sejak dini.

Seminar sehari kesehatan psikologi anak,2005.

4. Zatnika I. 89% Anak menderita penyakit gigi dan mulut. 2009).

5. Dwiati L. Pengaruh model pencegahan karies gigi dan gingivitis terhadap status kesehatan gigi anak sekolah dan efisiensi sumber daya program UKGS di Provinsi DKI Jakarta tahun 2002. (25 Agustus 2009)

6. Octiara E., Rosnawi Y. Karies gigi, oral higiene dan kebiasaan membersihkan gigi pada anak-anak panti Karya Pungai di Binjai. Dentika Dental J 2001;6(1):18-23.

(50)

8. Angela A. Pencegahan primer pada anak yang beresiko karies tinggi. Dentika Dent J 2005; 38(3): 130-4.

9. Herijulianti E., Indriani TS., Artini S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran,2002: 119-132.

10.Dewi O. Usaha kesehatan gigi sekolah (Bahan ajar). Medan : Bagian Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat FKG USU, 2004.

11.Pratiwi N. Hubungan karakteristik organisasi dengan kinerja program UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) kota Binjai tahun 2006 : Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2007.

12.Chemiawan E., Gartika M., Indriyanti R. Perbedan prevalensi karies pada anak sekolah dasar dengan program UKGS dan tanpa UKGS tahun 2004. Bandung : Universitas Padjadjaran, 2004.

13.Hutahaean JR., Hesty ES., Rosa NH., Kristina IS., Nancy TU., Eka P. Laporan kegiatan kepaniteraan klinik ilmu kesehatan gigi masyarakat di Puskesmas Polonia kecamatan Medan Polonia tanggal 17-20 September 2007. Medan: Departemen Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat FKG USU, 2007.

14.Magdarina D. Metode pelayanan kesehatan gigi pada murid sekolah dasar dalam rangka peningkatan pemerataan pelayanan. <http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id>

(51)

16.Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia. Program YKGI. Homepage of Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia 2009. <http: Agustus 2009).

17.Astuti TE. Total quality management dalam pendidikan kesehatan gigi di sekolah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2006 : 19-47.

18.Yayasan Kesehatan Gigi Indonesia. Program pelayanan UKGS <

19.Rusli M., Gondhoyoewono T. Pengaruh metode bermain terhadap penyuluhan kesehatan gigi dan mulut. September 2009)

20.Nugrahani D. Usaha kesehatan gigi sekolah.<Puskesmas Berbah Jogja.html> (11September 2009).

21.World Health Organization. Oral health surveys basic methods. 4th ed. Geneva, 1997: 7-8.

22.Departemen Kesehatan RI. Pedoman pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2000.

23.Tarigan R. Karies gigi. Hipokrates, Jakarta,1999 : 1-2.

24.Wikipedia. Dental caries.

(25 Agustus 2009).

25.Pintauli S., Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan : USU Press, 2008: 10-15.

(52)

27.Van Palenstein HW., Monse B., Heinrich-Weltzien., Benzian H., Holmgren C. PUFA-an index of clinical consequences of untreated dental caries. Community Dentistry and Oral Epidemiology 2010;38(1):77-82.

28.Ariningrum R. Beberapa cara menjaga kebersihan gigi dan mulut. Cermin Dunia Kedokteran 2000;(126):45-51.

29.Panjaitan M. Ilmu pencegahan karies gigi. Ed ke-1. Medan : Universitas Sumatera Utara Press, 1997:11-22.

30. Astuti TE, Budiharto, Bachtiar A. Efektifitas pengelolaan pendidikan kesehatan gigi dengan pendekatan total quality management pada anak sekolah. IJD 2006;13(3):150-155.

31.World Health Organization. Fluorides. Geneva, 2002:53,63.

32.The American Dental Hygienists’ Association. Fluoride facts.

33.Dalimunthe SH. Periodonsia. Medan : USU Press, 2008: 50-51, 55-57, 60. 34.Debnath T. Public health and preventive dentistry. India : AITBS Publisher

and Distributors(Regdt),2nd Ed, 2002 : 49-51.

(53)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

PELAKSANAAN USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH PUSKESMAS POLONIA MEDAN TAHUN 2009

Nama Responden (dokter gigi) :

1. Jenis program UKGS yang dilaksanakan di Puskesmas? (Jawaban boleh lebih dari satu)

฀ Program UKGS Tahap I ฀ Program UKGS Tahap II ฀ Program UKGS Tahap III

2. Berapa jumlah Sekolah Dasar yang telah memperoleh pelayanan UKGS? SD

3. Berapa jumlah Sekolah Dasar yang telah memperoleh pelayanan UKGS Tahap I? SD

4. Berapa jumlah Sekolah Dasar yang telah memperoleh pelayanan UKGS Tahap II? SD

5. Berapa jumlah Sekolah Dasar yang telah memperoleh pelayanan UKGS Tahap III? SD

6. Pelayanan medik gigi dasar yang diberikan? ฀ Tumpatan permanen gigi tetap

฀ Tumpatan permanen gigi sulung ฀ Pencabutan gigi tetap

฀ Pencabutan gigi sulung

฀ Pengobatan pulpa termasuk tumpatan sementara ฀ Skeling

฀ Pengobatan abses

(54)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

PELAKSANAAN USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH PADA SDN KECAMATAN MEDAN POLONIA TAHUN 2009

Nama Sekolah :

Nama Responden (kepala sekolah) : 1. Kegiatan UKGS yang telah dilakukan?

฀ Penyuluhan ฀ Sikat gigi masal ฀ Kumur-kumur fluor

฀ Pelayanan medik gigi dasar ฀ Rujukan bagi yang memerlukan ฀ Kegiatan lain (sebutkan)

………..

2. Berapa kali petugas Puskesmas melakukan penyuluhan ke Sekolah Dasar selama setahun?

3. Sasaran penyuluhan pada kelas berapa saja?

Frekuensi penyuluhan dalam setahun

4. Berapa kali petugas Puskesmas melakukan kegiatan sikat gigi masal ke Sekolah Dasar selama setahun?

(55)

Frekuensi sikat gigi masal dalam setahun ฀ Kelas I

฀ Kelas II ฀ Kelas III ฀ Kelas IV ฀ Kelas V

฀ Kelas VI

6. Berapa kali Puskesmas melakukan kegiatan kumur-kumur fluor ke Sekolah Dasar selama setahun?

7. Sasaran kumur-kumur fluor pada kelas berapa saja?

Frekuensi kumur-kumur fluor dalam setahun ฀ Kelas I

฀ Kelas II ฀ Kelas III ฀ Kelas IV ฀ Kelas V

฀ Kelas VI

8. Berapa jumlah murid yang memperoleh pelayanan medik gigi dasar?

(56)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

PENELITIAN PENGALAMAN KARIES GIGI DAN ORAL HIGIENE PADA SISWA KELAS V dan VI SD

Nama :……… No Kartu :

Pemeriksa :……….

1). Sekolah : 1

2). Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2

2. Perempuan

Tgl / Bln / Thn

Tanggal Periksa :

Tanggal Lahir :

3). Usia : 3 4). Karies Gigi

(57)

TABEL INDEKS KARIES GIGI PERMANEN 1 <1/3,ada ekstrinsik 1 supragingival <1/3 2 >1/3-<2/3 2 -supragingival>1/3-<2/3 3 >2/3 -subgingival mengelilingi leher berupa flek 3 -supragingival >2/3, subgingival berupa pita 9). OHI-S = Skor Debris + Skor Kalkulus = + = 16

Kode Kondisi

0 Sehat (tidak ada kelainan)

Gambar

Tabel 1. PREVALENSI KARIES SISWA KELAS V DAN VI SDN 060880 dan SDN 060890 DI  KECAMATAN MEDAN POLONIA TAHUN 2009
Tabel 2. RATA-RATA PENGALAMAN KARIES SISWA  KELAS V DAN VI SDN 060880 DAN SDN 060890 DI KECAMATAN MEDAN POLONIA
Tabel 4. CAKUPAN PELAYANAN USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH    (UKGS) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POLONIA MEDAN
TABEL INDEKS KARIES GIGI PERMANEN

Referensi

Dokumen terkait

Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari tersebut PIHAK KEDUA tidak dapat melakukan penggantian TENAGA KERJA, maka PIHAK KEDUA wajib segera memberikan

Model komunikasi posmodern yang sangat dibentuk oleh teknologi media komunikasi (telepon, televisi, internet, teleconference )—yang paradigma operasionalnya adalah

Proyeksi cash inflow dilakukan untuk menggambarkan kondisi kas perusahaan di masa yang akan datang, pada perhitungan ini nilai sisa yang timbul adalah merupakan

Perencanaan harus menujukkan secara jelas keahlian, pemahaman, atau teknik apa yang ingin ditingkatkan melalui aktivitas- aktivitas PKB; (3) PKB memungkinkan peserta

Fungsi utama dari Gedung Apresiasi adalah sebagai gedung pameran karya seni rupa modern dan kontemporer, pada area pameran ini juga dapat terjadi kegiatan jual-beli

Dapat mewaspadai potensi pencemaran pakan dan bahan dasar pakan oleh aflatoksin, serta bahayanya bagi kesehatan ternak dan manusia. dapat mengetahui kadar aflatoksin dalam

Melalui masalah yang diberikan oleh guru, siswa bersama kelompoknnya dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun dengan

Decrease (increase) in sharia financing and receivables Penurunan (kenaikan) piutang murabahah ( 104,722 ) ( 778,968 ) Decrease (increase) in murabahah receivables