PERBANDINGAN DAYA DUKUNG TIANG PANCANG
TUNGGAL DIAMETER 0,6 METER
BERDASARKAN PERHITUNGAN ANALITIS DAN
METODE ELEMEN HINGGA
(PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN
MEDAN
–
KUALANAMU)
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian
Sarjana Teknik Sipil
Disusun Oleh :
OVAN KLINSMAN OMPUSUNGGU
11 0404 111
BIDANG STUDI GEOTEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas anugerah Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagai syarat utama dalam memperoleh gelar sarjana Teknik dari Universitas Sumatera Utara dengan judul :
“Perbandingan Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal Diameter 0,6 meter berdasarkan Perhitungan Analitis dan Metode Elemen Hingga
(Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Medan – Kualanamu)”.
Dengan menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian Tugas Akhir ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan dari banyak pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Rudi Iskandar, M.T, selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar memberi bimbingan dan saran kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku Ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ir. Syahrizal, M. T, selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Roesyanto, M.S.CE, selaku koordinator Sub Jurusan Geoteknik Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Dr. Ir. Sofian Asmirza S, M.Sc dan Ibu Ika Puji Hastuty S.T, M.T, selaku Dosen Pembanding dan Penguji.
7. Bapak dan Ibu pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
8. Pihak Satuan Kerja, Kontraktor, Konsultan pada Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu, terutama Pak Aruan, Pak Angga, Pak Ardi Marpaung, Pak Irawan, Pak Husein, Pak Saragih, Pak Hendri yang telah membantu saya memberikan data-data yang saya butuhkan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Secara khusus, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang tulus dan sedalam-dalamnya kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, atas kasih sayang, dukungan dan doa yang selalu menyertai penulis.
2. Kepada saudara-saudara saya Oki Suprada, Sumaher, dan Juan Kantona. 3. Kepada sahabat-sahabat saya Manimpan, Triboy, Candra, Defrin, Ivandy,
Michael, Immaniar, Rizky Batubara dan seluruh teman-teman seperjuangan angkatan 2011.
4. Terkhusus kepada partner skripsi penulis, Rizka Lazuardi yang telah mau menjadi teman seperjuangan dalam mengerjakan skripsi ini bersama-sama. 5. Kakak dan abang stambuk 2008, 2010 dan adik-adik stambuk 2014 yang
telah memberikan motivasi dan kekerabatan serta kerja sama selama ini. 6. Segenap pihak yang belum penulis sebut satu-persatu atas jasa dan
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis akan terbuka terhadap semua saran dan kritik mengenai Tugas Akhir ini. Penulis berharap Tugas Akhir ini juga memberi manfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2015
Penulis
Perbandingan Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal Diameter
0,6 meter berdasarkan Perhitungan Analitis dan
Metode Elemen Hingga
ABSTRAK
Pondasi yaitu bangunan bawah tanah (sub structure) dari suatu konstruksi yang merupakan bagian penting untuk meneruskan beban konstruksi di atasnya (upper structure) dan beban lainnya seperti gempa, angin dan lainnya ke lapisan tanah di bawah pondasi tersebut. Pondasi dibagi atas dua jenis, yaitu pondasi dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep foundation). Pondasi dangkal digunakan untuk memikul beban konstruksi yang relatif kecil, sedangkan pondasi dalam untuk tipe konstruksi yang memiliki nilai beban yang besar.
Pada Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Medan – Kualanamu (Jembatan Irigasi Tawang Sta.40+750) akan mencari nilai daya dukung aksilal perencanaan pondasi tiang pancang berdasarkan data SPT memakai metode Mayerhoff, data Kalendering memakai metode ENR dan Danish dan dengan Metode Elemen Hingga. Daya dukung lateral menggunakan metode Broms. Dan menghitung penurunan elastis tiang pancang yang terjadi. Metode pengumpulan data adalah dengan melakukan observasi lapangan serta pengambilan data dari perusahaan jasa pemancangan.
Perhitungan daya dukung aksial tiang pancang dengan Metode Elemen Hingga pada titik Bore Hole 2 adalah 261,8 Ton. Nilai ini tidak berbeda jauh dari hasil perhitungan menggunakan data kalendering dengan metode ENR yaitu sebesar 107,604 Ton dan dengan metode Danish sebesar 250,76 Ton. Daya dukung lateral berdasarkan Metode Broms pada
Bore Hole 2 secara analitis sebesar 29,59 Ton dan secara grafis sebesar 32,95 Ton. Penurunan elastis yang dihasilkan sebesar 15,035 mm dan berdasarkan Metode Elemen Hingga sebesar 8,61 mm. Perbedaan daya dukung dan penurunan tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan jenis tanah, cara pelaksanaan pengujian yang bergantung pada ketelitian operator dan perbedaan parameter yang digunakan dalam perhitungan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR NOTASI ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 2
1.2.1 Tujuan ... 2
1.2.2 Manfaat ... 3
1.3 Pembatasan Masalah ... 3
1.4 Metode Pengumpulan Data ... 4
1.5 Sistematika Penulisan ... 5
1.6 Bagan Alir Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7
2.1 Pengertian Umum ... 7
2.2 Tanah ... 7
2.2.1 Definisi Tanah ... 8
2.2.2 Karakteristik Tanah ... 9
2.3 Penyelidikan Tanah ( Soil Investigation) ... 10
2.3.1 Pengujian Pengeboran dengan Bor Mesin ... 10
2.3.2 Sumur Percobaan (Test Pit) ... 13
2.3.3 Pengambilan Contoh Tanah ... 13
2.4 Pondasi ... 16
2.4.1 Pondasi Tiang ... 18
2.4.2 Penggolongan Pondasi Tiang ... 19
2.5 Alat Pancang Tiang ... 39
2.6 Metode Pelaksanaan Pemancangan Tiang Pancang ... 43
2.6.1 Pekerjaan Persiapan ... 43
2.6.2 Proses Pengangkatan... 45
2.6.3 Proses Pemancangan ... 46
2.6.4 Quality Control ... 47
2.7 Kalendering ... 48
2.7.1 Tahap Pelaksanaan Kalendering ... 49
2.8 Pile Driving Analyzer (PDA) ... 51
2.9 Kapasitas Daya Dukung Aksial Pemancangan ... 54
2.9.1 Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang dari Hasil SPT ... 54
2.9.2 Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang dari Data Kalendering ... 60
2.10 Kapasitas Daya Dukung Lateral ... 63
2.10.1 Menghitung Tahanan Beban Lateral Ultimit ... 64
2.10.2 Kapasitas Ultimit Tiang Pancang dengan Metode Broms ... 68
2.11 Faktor Keamanan ... 79
2.12 Penurunan Elastis Tiang Tunggal ... 80
2.12.1 Penurunan Tiang Tunggal dengan Rumus Poulus – Davis ... 80
2.12.2 Penurunan Tiang Elastis ... 85
2.13. Metode Elemen Hingga ... 86
2.14.1 Model Tanah Mohr – Coulomb ... 91
2.14.2 Pemilihan Parameter ... 92
2.14.3 Parameter Tanah ... 93
BAB III METODE PENELITIAN ... 100
3.1 Deskripsi Proyek ... 100
3.2 Data Teknis Tiang Pancang ... 102
3.3 Tahap Penelitian ... 103
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 107
4.1 Pendahuluan ... 107
4.2 Menghitung Kapasitas Daya Dukung Aksial ... 107
4.2.1 Menghitung Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan Data SPT dengan Metode Meyerhof ... 107
4.2.2 Perhitungan Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Berdasarkan Data Kalendering ... 110
4.2.2.1 Perhitungan Kalendering dengan Metode ENR ... 110
4.2.2.2 Perhitungan Kalendering dengan Metode Danish ... 111
4.3 Menghitung Kapasitas Daya Dukung Lateral ... 112
4.4 Perhitungan dengan menggunakan Metode Elemen Hingga .... 115
4.5 Menghitung Penurunan Elastis Tiang Tunggal (Single Pile) .... 124
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 130
5.1 Kesimpulan ... 130
5.2 Saran ... 132
Daftar Pustaka ... xix
Lampiran ... xxii
Lampiran 2, Tabel 1. Deskripsi Tanah Lobang Bor Mesin Titik 2 (BH-2) ... xxiii
Lampiran 3, Tabel 2. Nilai “N” Standard Penetration Test (SPT) ... xxiv
Lampiran 4, Tabel 3. Hasil Pengujian Laboratorium ... xxv
Lampiran 5, Jenis Tanah dari Hasil Pemboran ... xxvi
Lampiran 6, Tabel 4. Kedalaman Muka Air Tanah (Ground Water Level) ... xxvii
Lampiran 7, Drilling Log ... xxviii
Lampiran 8, Tabel 5. Daya Dukung Izin Pondasi Tiang Pancang ... xxix
Lampiran 9, Grafik 1. Daya Dukung Izin Pondasi Tiang dari Data SPT ... xxx
Lampiran 10, Tabel 6. Pile Driving Record ... xxxi
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul
Hal
2.1
Elemen-Elemen Tanah
(Braja M.Das, 1995)
8
2.2
Alat Percobaan Penetrasi Standard
15
2.3
Tiang Pancang Kayu
23
2.4
Gambar Tiang Pancang Beton
Precast Concrete Pile
24
2.5
Tiang Pancang
Precast Prestressed Concrete Pile
26
2.6
Tiang Pancang
Cast In Place Pile
27
2.7
Tiang Pancang Baja
29
2.8
Tumpuan Ujung (
End Bearing Pile
)
35
2.9
Tumpuan Geser/Sisi (
Friction Pile
)
36
2.10
Skema Pemukul Tiang
42
2.11
Pengangkatan Tiang dengan Dua tumpuan
45
2.12
Pengangkatan Tiang dengan Satu tumpuan
46
2.13
Urutan Pemancangan
48
2.14
Persiapan Pelaksanaan Kalendering
50
2.15
Pembacaan Kalendering
50
2.18
Grafik Hasil Pengujian Tes PDA dan CAPWAP
53
2.19
Nilai N-SPT untuk Desain Tahanan Ujung pada Tanah
Pasiran
59
2.20
Grafik Hubungan antara Kuat Geser (C
u) dengan
Faktor Adhesi (α)
60
2.21
Tinggi Jatuh
Hammer
(h)
63
2.22
Tiang Pendek Dikenai Beban Lateral
68
2.23
Tiang Panjang Dikenai Beban Lateral
2.24
Defleksi dan Mekanisme Keruntuhan Pondasi Tiang dengan
Kondisi Kepala Tiang Bebas Akibat Beban Lateral pada
Tanah Kohesif
2.25
Kapasitas Beban Lateral pada Tanah Kohesif
2.26
Defleksi dan Mekanisme Keruntuhan Pondasi Tiang dengan
Kondisi Kepala Tiang Terjepit Akibat Beban Lateral pada
Tanah Kohesif
2.27
Defleksi dan Mekanisme Keruntuhan Pondasi Tiang dengan
Kondisi Kepala Tiang Bebas Akibat Beban Lateral pada
Tanah Granular
2.28
Defleksi dan Mekanisme Keruntuhan Pondasi Tiang dengan
Kondisi Kepala Tiang Terjepit Akibat Beban Lateral pada
Tanah Granular
2.29
Kapasitas Beban Lateral pada Tanah Granuler
68
70
72
73
76
77
79
2.30
Faktor penurunan I
082
2.31
Faktor penurunan R
µ82
2.34
Faktor Penurunan R
b84
2.35
Variasi Jenis Bentuk Unit Tahanan Friksi (Kulit) Alami
Terdistribusi Sepanjang Tiang Tertanam ke dalam Tanah
2.36
Jenis–Jenis Elemen
86
89
2.37 Titik Nodal dan Titik Integrasi
2.38 Model Pondasi Tiang Pancang
2.39 Tab Parameter untuk Model
Mohr – Coulomb
89
90
92
3.1
Lokasi Proyek
101
3.2
Lokasi Titik
Bore Hole
102
3.3
Alur Penelitian
105
4.1
Grafik Hubungan Tahanan Ultimit dengan Tahanan Lateral 114
4.2
Lembar Tab Proyek dari Jendela Pengaturan Global
118
4.3 Input Data Material Tanah ke dalam Pemodelan
119
4.4
Update Mesh Generation
sebelum Melakukan Kalkulasi
Perhitungan
120
4.5
Pemodelan Fase Sebelum Konsolidasi dan Setelahnya
121
4.6
Hasil Kalkulasi dan Besar Nilai MSF pada Fase 2
121
4.7
Nilai
Phi Reduction
Titik
Bore Hole
2 pada Fase 4 (Sesudah
Konsolidasi)
122
4.8
Besar Nilai Penurunan yang Terjadi Setelah Hasil
Perhitungan
4.10 Faktor Koreksi Angka Poisson, R
µ4.11 Faktor Koreksi Kompresi, R
k4.12 Faktor Koreksi Kedalaman, Rh
4.13 Faktor Kekakuan Lapisan Pendukung, R
b126
126
127
DAFTAR TA
BEL
No.
Judul
hal
2.1
Jarak Pemboran
12
2.2 Hal-Hal yang Perlu Dipertimbangkan Untuk Penentuan
Harga N
55
2.3
Hubungan antara Angka Penetrasi Standard dengan Sudut
Geser Dalam dan kepadatan Relatif Pada Tanah Pasir
56
2.4
Hubungan antara Harga N-SPT, Sudut Geser Dalam, dan
Kepadatan Relatif
56
2.5
Hubungan antara Harga N-SPT dan Berat Isi Tanah
57
2.6
Effisiensi Jenis Alat Pancang
60
2.7
Karakteristik Alat Pancang
Diesel Hammer
61
2.8
Nilai Effisiensi
Hammer
61
2.9
Klasifikasi Tiang Pancang Bulat Berongga
62
2.10 Koefisien Restitusi
62
2.11 Tinggi Jatuh
Hammer
(h)
63
2.12
Hubungan Modulus
Subgrade
(k
1) dengan Kuat Geser
Undrained
untuk Lempung Kaku Terkonsolidasi Berlebihan
(
Overconsolidated
)
2.1
3 Nilai-nilai n
huntuk Tanah Granuler (c = 0)
66
v2.14 Nilai-nilai n
huntuk Tanah Kohesif
2.15 Kriteria Tiang Kaku dan Tiang Tidak Kaku
67
67
2.16 Faktor Keamanan yang Disarankan
2.17
Nilai Koefisien Empiris (Cp)
2.18
Nilai Perkiraan Modulus Elastisitas Tanah
2.19
Korelasi N-SPT dengan Modulus Elastisitas pada Tanah
Lempung
2.20
Korelasi N-SPT dengan Modulus Elastisitas pada Tanah Pasir
2.21
Hubungan Jenis Tanah, Konsistensi dan
Poisson’s Ratio
(μ)
2.22
Nilai Koefisien Permeabilitas Tanah
4.1
Perhitungan Daya Dukung Tiang Berdasarkan Data SPT
4.2
Data Tiang Pancang
4.3
Input
Parameter Tanah untuk Program Plaxis Lokasi BH- I1
4.4
Penurunan Elastis tiang tunggal
79
86
94
95
95
96
99
109
116
117
119
DAFTAR NOTASI
A
p= luas penampang tiang (m
2)
B
= lebar atau diameter tiang (m)
BN
= jumlah pukulan
BPM
= jumlah pukulan permenit
BTA
= integritas tiang/keutuhan tiang (%)
CSX
= tegangan tekan maksimum pada posisi sensor (Mpa)
Cp
= koefisien empiris
Cs
= konstanta Empiris
c
= kohesi tanah (kg/cm²)
c
u= kohesi undrained (kN/m
2)
D
= diameter tiang (m)
Dr
= kerapatan relatif (%)
E
= energi alat pancang (kg-cm)
EMX
= energi maksimum yang ditransfer (ton-m)
E
b= modulus elastisitas tanah di dasar tiang (kN/m
2)
E
p= modulus elastis tiang (kN/m
2)
E
s= modulus elastisitas tanah di sekitar tiang (kN/m
2)
Es
= modulus elastisitas bahan tiang (kN/m
2)
Gs
=
specific gravity
g
= jarak dari lokasi momen maksimum sampai dasar tiang (m)
H
= tebal lapisan (m)
h
= tinggi jatuh
hammer
(m)
I
= momen inersia tiang (cm
4)
ID
= diameter dalam (m)
I
0= faktor pengaruh penurunan tiang yang tidak mudah mampat
(
Incompressible
) dalam massa semi tak terhingga
K
= faktor kekakuan tiang
k
= koefisien permeabilitas
k
i= modulus reaksi
subgrade
dari Terzaghi
k
h= koefisien permeabilitas arah horizontal
k
v= koefisien permeabilitas arah vertikal
L
= panjang tiang pancang (m)
L
b= panjang lapisan tanah (m)
L
i= tebal lapisan tanah, pengujian SPT dilakukan setiap
interval kedalaman pemboran (m)
M
y= momen leleh (kN-m)
N-
SPT= nilai N-SPT
n
= koefisien restitusi
p
u= tahanan tanah ultimit
Q
= besar beban yang bekerja (kN)
Q
wp= daya dukung yang bekerja pada ujung tiang dikurangi daya
dukung
friction
(kN)
Q
ws= daya dukung
friction
(kN)
R
b= faktor koreksi untuk kekakuan lapisan pendukung
R
h= faktor koreksi untuk ketebalan lapisan yang terletak pada tanah keras
R
k= faktor koreksi kemudahmampatan tiang
R
μ= faktor koreksi angka poisson
S
= penetrasi pukulan per cm (cm)
Se
(1)= penurunan elastis dari tiang (mm)
Se
(2)= penurunan tiang yang disebabkan oleh beban di ujung tiang (mm)
Se
(3)= penurunan tiang yang disebabkan oleh beban di sepanjang batang tiang
(mm)
S
= besar penurunan yang terjadi (mm)
Wp
= berat pile (Ton)
Wr
= berat
hammer
(Ton)
α
= koefisien adhesi antara tanah dan tiang
ŋ
= effisiensi alat pancang
Ø
= sudut geser dalam
γ
w= berat isi air (kN/m
3)
ξ
= koefisien dari
skin friction
μ
= poisson’s ratio
Perbandingan Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal Diameter
0,6 meter berdasarkan Perhitungan Analitis dan
Metode Elemen Hingga
ABSTRAK
Pondasi yaitu bangunan bawah tanah (sub structure) dari suatu konstruksi yang merupakan bagian penting untuk meneruskan beban konstruksi di atasnya (upper structure) dan beban lainnya seperti gempa, angin dan lainnya ke lapisan tanah di bawah pondasi tersebut. Pondasi dibagi atas dua jenis, yaitu pondasi dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep foundation). Pondasi dangkal digunakan untuk memikul beban konstruksi yang relatif kecil, sedangkan pondasi dalam untuk tipe konstruksi yang memiliki nilai beban yang besar.
Pada Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Medan – Kualanamu (Jembatan Irigasi Tawang Sta.40+750) akan mencari nilai daya dukung aksilal perencanaan pondasi tiang pancang berdasarkan data SPT memakai metode Mayerhoff, data Kalendering memakai metode ENR dan Danish dan dengan Metode Elemen Hingga. Daya dukung lateral menggunakan metode Broms. Dan menghitung penurunan elastis tiang pancang yang terjadi. Metode pengumpulan data adalah dengan melakukan observasi lapangan serta pengambilan data dari perusahaan jasa pemancangan.
Perhitungan daya dukung aksial tiang pancang dengan Metode Elemen Hingga pada titik Bore Hole 2 adalah 261,8 Ton. Nilai ini tidak berbeda jauh dari hasil perhitungan menggunakan data kalendering dengan metode ENR yaitu sebesar 107,604 Ton dan dengan metode Danish sebesar 250,76 Ton. Daya dukung lateral berdasarkan Metode Broms pada
Bore Hole 2 secara analitis sebesar 29,59 Ton dan secara grafis sebesar 32,95 Ton. Penurunan elastis yang dihasilkan sebesar 15,035 mm dan berdasarkan Metode Elemen Hingga sebesar 8,61 mm. Perbedaan daya dukung dan penurunan tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan jenis tanah, cara pelaksanaan pengujian yang bergantung pada ketelitian operator dan perbedaan parameter yang digunakan dalam perhitungan.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pondasi yaitu bangunan bawah tanah (substructure) dari suatu konstruksi yang merupakan bagian penting untuk meneruskan beban konstruksi di atasnya (upper structure) dan beban lainnya seperti gempa, angin dan lainnya ke lapisan tanah di bawah pondasi tersebut. Perencanaan pondasi harus didesain sedemikian rupa sehingga beban yang diteruskan dari pondasi ke tanah tidak melebihi kekuatan tanah yang menahannya. Kesalahan dalam penganalisaan pondasi dapat menyebabkan kerusakan hingga keruntuhan (failure) terhadap bangunan di atasnya.
Pondasi dibagi atas dua jenis, yaitu pondasi dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep foundation). Pondasi dangkal digunakan untuk memikul beban konstruksi yang relatif kecil, sedangkan pondasi dalam untuk tipe konstruksi yang memiliki nilai beban yang besar. Pada Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Medan – Kualanamu (Jembatan Irigasi Tawang Sta.40+750) akan mencari nilai daya dukung perencanaan pondasi tiang tersebut melalui data SPT, Kalendering dan PDA serta mencari penurunan elastis tiang tunggal. Dari
Elemen Hingga. Perbedaan nilai tersebut kemudian akan dibandingkan untuk memperoleh perencanaan yang aman.
Adapun jenis pondasi yang digunakan pada Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Medan – Kualanamu (Jembatan Irigasi Tawang Sta.40+750) yaitu pondasi tiang. Pondasi tiang digunakan untuk memikul beban bangunan yang apabila tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk menahan semua beban bangunan tersebut. Kemungkinan lain yang mengharuskan penggunaan tiang pancang dalam pondasi yakni apabila tanah keras yang harus diambil letaknya sangat dalam.
Daya dukung tiang dapat diperoleh dari daya dukung ujung (end bearing capacity) yang diperoleh dari tekanan ujung tiang dan gaya geser (friction bearing capacity) yang diperoleh dari daya dukung gesek atau adhesi antara tiang dan tanah di sekelilingnya.
1.2. Tujuan dan Manfaat
1.2.1. Tujuan
Adapun tujan penulisan Tugas Akhir ini adalah :
1. Menghitung besarnya kapasitas daya dukung aksial tiang pancang tunggal secara analitis dan numeris. Secara analitis dihitung berdasarkan data-data lapangan yang didapat yaitu SPT, Kalendering, dan PDA, sedangkan secara numeris dihitung menggunakan Metode Elemen Hingga.
3. Menghitung penurunan elastis tiang tunggal secara analitis dan dengan Metode Elemen Hingga.
4. Membandingkan besarnya kapasitas daya dukung dan penurunan elastis tiang tunggal yang terjadi secara analitis dan numeris.
1.2.2. Manfaat
Tugas Akhir ini diharapkan bermanfaat untuk :
1. Memperoleh daya dukung ultimit pondasi dengan menggunakan SPT, PDA dan Kalendering, serta dapat membandingkan hasil yang diperoleh dengan metode-metode yang dipakai pada perhitungan. 2. Menambah ilmu pengetahuan, wawasan, dan pengalaman penulis agar
mampu melakukan pekerjaan yang sama pada saat terjun ke lapangan. 3. Menjadi referensi khususnya mahasiswa lainnya apabila akan
mengambil topik bahasan yang sama. 1.3. Pembatasan Masalah
Batasan-batasan masalah pada Tugas Akhir ini antara lain :
1. Pondasi yang digunakan dalam perhitungan adalah pondasi tiang pancang tunggal.
2. Tiang pancang yang digunakan berdiameter 60 cm produksi WIKA Beton.
3. Hanya meninjau pondasi tiang tegak lurus. 4. Tidak menghitung beban kerja pada pondasi.
Operasional (JO) Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Medan – Kualanamu.
6. Menghitung daya dukung aksial tiang pancang tunggal secara analitis dari data Standard Penetration Test (SPT) dengan metode Mayerhoof,
data Kalendering memakai metode Engineering News Record (ENR)
danmetode Danish, dan Pile Driving Analyzer (PDA).
7. Menghitung daya dukung pondasi tiang pancang tunggal secara numeris yaitu menggunakan Metode Elemen Hingga dengan pemodelan Mohr - Coulomb tanpa menghitung daya dukung lateral.
8. Menghitung daya dukung lateral tiang pancang tunggal menggunakan metode Broms.
9. Menghitung penurunan elastis tiang pancang tunggal. 1.4. Metode Pengumpulan Data
1. Studi Literatur
Mengumpulkan tulisan-tulisan dalam bentuk buku maupun tulisan ilmiah yang berhubungan dengan Tugas Akhir ini.
2. Pengumpulan Data
3. Analisis Masalah
Melakukan analisa terhadap kasus dengan teori-teori yang dikumpulkan pada studi literatur.
1.5. Sistematika Penulisan
Rencana sistematika penulisan Tugas Akhir ini terdiri dari 5 (lima) bab, yang diuraikan sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Berisi latar belakang penulisan, tujuan dan manfaat, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjau Pustaka
Berisi dasar teori, rumus, dan segala sesuatu yang digunakan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini, yang diperoleh dari buku literatur, tulisan ilmiah, website / search engine, dan hasil penulisan sebelumnya.
Bab III : Metodologi
Berisi metodologi penulisan Tugas Akhir berupa pengumpulan data dan metode analisis.
Bab IV : Analisis dan Perhitungan
Berisi perhitungan kapasitas daya dukung aksial dan lateral serta perhitungan penurunan elastis tiang pancang tunggal dengan mengolah data-data yang diperoleh.
Bab V : Kesimpulan dan Saran
1.6. Bagan Alir Penelitian
Gambar 1.1. Bagan Alir Penelitian PEMODELAN DAN ANALISIS NILAI DAYA DUKUNG PONDASI MENGGUNAKAN METODE
ELEMEN HINGGA
KESIMPULAN
SARAN
MENGECEK KESESUAIAN DATA YANG ADA DENGAN KONDISI PELAKSANAAN DI LAPANGAN
ANALISIS NILAI DAYA DUKUNG PONDASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA SPT,
PDA DAN KALENDERING MULAI
PERSIAPAN
PENGAMBILAN DATA PROYEK JALAN BEBAS HAMBATAN MEDAN - KUALANAMU
BAB II
T
IN
JA
UAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Umum
Bangunan sipil (gedung, jembatan, jalan dan bendung) yang
direkayasa bertumpu pada tanah harus didukung oleh suatu pondasi.
Pondasi adalah bagian dari suatu sistem rekayasa yang meneruskan beban
yang ditopang oleh pondasi dan beratnya sendiri kepada tanah dan batuan
yang terletak di bawahnya (Joseph E. Bowles, 1993). Suatu perencanaan
pondasi dikatakan benar apabila beban yang diteruskan oleh pondasi ke
tanah tidak melampaui kekuatan tanah yang bersangkutan (Braja M.
Das,1995).
Dalam menentukan perencanaan pondasi suatu bangunan ada dua
hal yang harus diperhatikan pada tanah bagian bawah pondasi, yaitu :
Daya dukung pondasi harus lebih besar daripada beban yang
bekerja pada pondasi baik beban statik maupun beban dinamiknya.
Penurunan yang terjadi akibat pembebanan tidak boleh melebihi
penurunan yang diijinkan.
2.2. Tanah
Secara umum kita ketahui bahwa tanah merupakan material utama
bangunan di atasnya (upper structure) dan berat sendiri pondasi tersebut.
Dengan demikian, pondasi harus terletak pada tanah yang mampu
mendukungnya tanpa mengakibatkan kerusakan tanah atau terjadinya
penurunan pada bangunan tersebut.
2.2.1. Defenisi Tanah
Dalam pengertian secara teknis, tanah didefenisikan sebagai
material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang
tidak terikat secara kimia satu sama lain dan dari bahan-bahan organik
yang telah melapuk disertai zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang
kosong di antara partikel-partikel padat tersebut (Braja M Das, 1995).
Secara sederhana, elemen tanah dapat diilustrasikan pada gambar
berikut :
2.2.2. Karakteristik Tanah
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat tiga komponen
pada tanah, yaitu butiran tanah, air dan udara. Udara dianggap tidak
memiliki pengaruh secara teknis, sementara air sangat mempengaruhi
sifat-sifat teknis tanah. Ruang di antara butir-butir tanah dapat terisi oleh
air dan/atau udara. Bila rongga terisi air secara menyeluruh, maka tanah
dikatakan dalam kondisi jenuh air. Bila rongga tersebut terisi air dan udara
maka tanah pada kondisi jenuh sebagian (partially saturated).
Karakteristik tanah juga dipengaruhi oleh kekuatan geser tanah dan
kemampuan tanah mengalirkan air. Proses deformasi tanah akibat beban
luar dapat ditinjau sebagai suatu gejala atau akibat dari penyusutan pori
karena kemampatan butiran tanah atau air ke luar secara teknis sangat
kecil.
Dalam ilmu mekanika tanah, volume tanah dibagi menjadi dua
bagian yaitu : volume butir dan volume pori. Volume pori terdiri atas
volume udara dan volume air. Oleh sebab itu berbagai parameter tanah
akan mempengaruhi karakteristik tanah sebagai pendukung pondasi,
seperti : ukuran butiran tanah, berat jenis tanah, kadar air tanah, kerapatan
butiran, angka pori, sudut geser tanah, dan sebagainya. Hal tersebut dapat
diketahui dengan melakukan penelitian tanah di lapangan dan di
2.3. Penyelidikan Tanah (Soil Investigation)
Penyelidikan tanah (soil investigation) adalah proses pengambilan contoh (sample) tanah yang bertujuan untuk menyelidiki karakteristik
tanah tersebut. Dalam mendesain pondasi, kita harus mengetahui sifat
setiap lapisan tanah, (seperti berat isi tanah, daya dukung, ataupun daya
rembes), karakteristik kekuatan, deformasi dan hidrolik yang akan
mempengaruhi konstruksi termasuk perencanaan pondasi dan juga
ketinggian muka air tanah. Oleh sebab itu, soil investigation adalah
pekerjaan awal yang harus dilakukan sebelum memutuskan akan
menggunakan jenis pondasi dangkal atau pondasi dalam.
Ada dua jenis penyelidikan tanah, yaitu penyelidikan di lapangan
(in situ) dan penyelidikan di laboratorium (laboratory test). Jenis
penyelidikan di lapangan, seperti Standard Penetration Test (SPT),
pengeboran (hand boring ataupun machine boring), Cone Penetrometer
Test (sondir), Sand Cone Test dan Dynamic Cone Penetrometer.
Sedangkan jenis penyelidikan di laboratorium terdiri dari uji index
properties tanah (Atterberg Limit, Water Content, Spesific Gravity, Sieve
Analysis) dan engineering properties tanah (direct shear test, triaxial test,
consolidation test, permeability test, compaction test, dan CBR).
2.3.1. Pengujian Pengeboran dengan Bor Mesin
Penyelidikan tanah dengan pengeboran ini dilakukan dengan alat
bor mesin dengan peralatan dan bahan yang digunakan sebagai berikut:
Bor Mesin.
Tripot.
Casing.
Mata Bor (lengkap dengan core single/core barel).
Kepala tabung.
Kepala penumbuk.
Tabung sample.
Split spoon sample.
Hammer berat 63.5 kg.
Batang/pipa bor.
Kunci-kunci, selang air, paraffin, dan perlengkapan serta bahan
lainnya.
Pengujian pengeboran bertujuan untuk membuat lobang pada
lapisan tanah untuk :
1. Mengetahui susunan lapisan tanah pendukung secara visual dan
terperinci.
2. Mengambil sampel tanah terganggu (disturbed sample) lapis demi
lapis sampai kedalaman yang diinginkan untuk deskripsi dan
klasifikasi tanah (visual soil clasification )dan juga digunakan sebagai
bahan pengujian di laboratorium.
3. Mengambil sampel tanah tak terganggu (undisturbed sample) untuk
bahan pengujian laboratorium.
4. Melaksanakan pengujian Standard Penetration Test (SPT) setiap
5. Mengamati dan melaksanakan pengukuran kedalaman muka air tanah
(Ground Water Level).
Pada waktu pengeboran, lobang bor dilindungi dengan casing agar
tidak terjadi kelongsoran sehingga diperoleh hasil pengeboran yang baik
dimana contoh tanah tidak terganggu oleh kelongsoran tersebut. Untuk
tanah lunak (soft soil) pengeboran harus dilakukan dengan casing berputar,
drilling rod dan mata casing diberi mata bor. Bila ditemui tanah keras
maka pengeboran harus dilakukan dengan diamond bit.
Pengambilan sampel tak terganggu dilakukan setelah pengambilan
contoh tanah (sample), tabung contoh (tube sample) ditutup dengan
paraffin untuk mencegah penguapan pada contoh tanah tersebut dan pada
tabung diberi kode titik bor dan kedalaman pengujian. Contoh tanah ini
dibawa ke laboratorium untuk bahan pengujian laboratorium.
Tabung contoh tanah yang digunakan adalah stainless tube sample
ukuran Outer Diameter (OD) 3 inch dan Internal Diameter (ID) 2 7/8
[image:32.595.200.467.512.632.2]inch, tebal tabung 1/16 inch dan panjang 50 cm.
Tabel 2.1. Jarak Pemboran (Sumber : Djatmiko & Edy, 1997)
Proyek (ft) Jarak Boring (m)
Gedung tingkat satu 75-100 23-30
Gedung tingkat banyak 50-75 15-23
Jalan Raya 750-1000 230-305
Bendungan Tanah 75-150 23-46
Perencanaan Bangunan Tempat
2.3.2. Sumur Percobaan (Test Pit)
Penggalian tanah yang yang digunakan untuk penyelidikan suatu
tanah biasanya memiliki ukuran (1 X 1,5 – 2) m dengan kedalaman tanah
sesuai dengan maksud dan tujuan yang diperlukan. Tujuan pembuatan
sumur untuk mengetahui susunan tanah, warna tanah, tekstur tanah, dan
dapat digunakan untuk pengambilan sempel tanah yang selanjutnya
digunakan untuk penelitian di laboratorium. Pembuatan sumur percobaan
sering dikerjakan dalam hubungan dengan pekerjaan pembuatan jalan raya
atau landasan pesawat udara.
2.3.3. Pengambilan Contoh Tanah
Penggambilan contoh tanah terdiri dari dua macam, yaitu :
a. Contoh tanah tidak terganggu (Undisturbed Soil)
Suatu contoh tanah dikatakan tidak terganggu apabila contoh tanah
itu dianggap masih menunjukkan sifat-sifat asli tanah tersebut. Sifat asli
yang dimaksud adalah contoh tanah tersebut tidak mengalami perubahan
pada strukturnya, kadar air, atau susunan kimianya. Contoh tanah seperti
ini tidaklah mungkin bisa didapatkan, akan tetapi dengan menggunakan
teknik-teknik pelaksanaan yang baik, maka kerusakan-kerusakan pada
contoh tanah tersebut dapat diminimalisir. Undisturbed soil digunakan
untuk percobaan engineering properties.
b. Contoh tanah terganggu (Disturbed Soil)
Contoh tanah terganggu adalah contoh tanah yang diambil tanpa
Disturbed soildigunakan untuk percobaan uji analisa saringan, batas-batas
Atterberg, (Specific Gravity Test), pengujian berat jenis dan lain-lain.
2.3.4. Pengujian dengan Standard Penetration Test (SPT)
Pengujian Standard Penetration Test dilakukan setiap interval
kedalaman pemboran 2 meter. Tabung SPT harus mempunyai ukuran
Outer Diameter (OD) 2 inch, Internal Diameter (ID) 1 3/8 inch dan
panjang 24 inch dengan tipe split spoon sample.
Hammer yang dipakai mempunyai berat 140 lbs (63,5 kg) dan
tinggi jatuh bebas hammer adalah 30 inch (75 cm). Tabung SPT ditekan
kedalaman dasar lobang sedalam 15 cm, kemudian untuk setiap interval 15
cm dilakukan pemukulan dan perhitungan jumlah pemukulan untuk
memasukkan split spoon sample ke dalam tanah sedalam (3x15) cm.
Jumlah pukulan tersebut merupakan angka N dari pelaksanaan SPT
dimana nilai N yang diperhitungkan adalah jumlah pukulan pada 15 cm
Gambar 2.2. Alat Percobaan Penetrasi Standard (Sumber : Sosrodarsono & Nakazawa, 2005)
Tujuan Percobaan SPT yaitu :
Untuk menentukan kepadatan relatif lapisan tanah tersebut dari
pengambilan contoh tanah dengan tabung.
Dapat diketahui jenis tanah dan ketebalan dari setiap lapisan tanah.
Untuk memperoleh data yang kumulatif pada perlawanan penetrasi
tanah dan menetapkan kepadatan dari tanah yang tidak berkohesi
yang biasanya sulit diambil sampelnya.
Pengamatan dan perhitungan SPT dilakukan sebagai berikut :
a. Mula-mula tabung SPT dipukul ke dalam tanah sedalam 45 cm yaitu
kedalaman yang diperkirakan akan terganggu oleh pengeboran.
b. Kemudian untuk setiap kedalaman 15 cm dicatat jumlah pukulan yang
c. Jumlah pukulan untuk memasukkan split spoon 15 cm pertama dicatat
sebagai N1. Jumlah pukulan untuk memasukkan 15 cm kedua adalah N2
dan jumlah pukulan untuk memasukkan 15 cm ketiga adalah N3 . Jadi
total kedalaman setelah pengujian SPT adalah 45 cm dan menghasilkan
N1, N2, dan N3.
d. Angka SPT ditetapkan dengan menjumlahkan 2 angka pukulan terakhir
(N2+N3) pada setiap interval pengujian dan dicatat pada lembaran
Drillig Log.
e. Setelah selesai pengujian, tabung SPT diangkat dari lubang bor ke
permukaan tanah untuk diambil contoh tanahnya dan dimasukkan ke
dalam kantong plastik untuk diamati di laboratorium.
Kemudian hasil dari pekerjaan bor dan SPT dituangkan dalam
lembaran drilling log.
2.4. Pondasi
Pada umumnya pondasi dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Pondasi Dangkal ( Shallow Foundation )
Apabila terdapat lapisan tanah yang cukup tebal dengan kualitas
yang baik yang mampu mendukung bangunan itu pada permukaan tanah
atau sedikit di bawah permukaan tanah. Pada pondasi tipe ini beban
diteruskan oleh kolom/tiang, selanjutnya diterima pondasi dan
disebarluaskan ke tanah. Dasar tanah yang menerima beban tidak lebih
dari 1 - 2 m dari permukaan tanah atau D/B bernilai sekitar 1.
Tembok-tembok, kolom, maupun tiang bangunan berdiri dengan pelebaran kaki di
Kekuatan pondasi dangkal ada pada luas alasnya, karena pondasi
ini berfungsi untuk meneruskan sekaligus meratakan beban yang diterima
oleh tanah. Pondasi dangkal ini digunakan apabila beban yang diteruskan
ke tanah tidak terlalu besar. Misalnya, rumah sederhana satu lantai, dua
lantai, bangunan ATM, pos satpam, dan sebagainya.
b. Pondasi Dalam ( Deep Foundation )
Apabila lapisan tanah kerasnya berada di kedalaman yang letaknya
sangat dalam. Digunakan juga untuk mendukung bangunan yang menahan
gaya angkat ke atas, terutama pada bangunan-bangunan tingkat tinggi
yang dipengaruhi oleh gaya-gaya penggulingan akibat beban angin.
Kedalaman tanah keras mencapai 4 - 5 m dari permukaan tanah atau D/B
bernilai sekitar 4 dan biasanya digunakan untuk bangunan besar, jembatan
dan struktur lepas pantai.
Menurut Bowles, 1991, sebuah pondasi harus mampu memenuhi
beberapa persyaratan stabilitas dan deformasi, seperti :
Kedalaman harus memadai untuk menghindarkan pergerakan tanah
lateral dari bawah pondasi, khusus untuk pondasi tapak dan rakit.
Kedalaman harus berada di bawah daerah perubahan volume
musiman yang disebabkan oleh pembekuan, pencairan, dan
pertumbuhan tanaman.
Sistem harus aman terhadap penggulingan, rotasi, penggelinciran
atau pergeseran tanah.
Sistem harus cukup mampu beradaptasi terhadap beberapa
perubahan geometri konstruksi atau lapangan selama proses
pelaksanaan dan mudah dimodifikasi jika perubahan diperlukan.
Metode pemasangan pondasi harus seekonomis mungkin.
Pergerakan tanah keseluruhan (umumnya penurunan) dan
pergerakan diferensial harus dapat ditolerir oleh elemen pondasi
dan elemen bangunan atas.
Pondasi dan konstruksinya harus memenuhi syarat standar untuk
perlindungan lingkungan.
2.4.1. Pondasi Tiang
Pondasi tiang digunakan untuk suatu bangunan yang tanah dasar di
bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung (bearing
capacity) yang cukup untuk memikul beban berat bangunan dan beban
yang diterimanya atau apabila tanah pendukung yang mempunyai daya
dukung yang cukup letaknya sangat dalam. Pondasi tiang ini berfungsi
untuk menyalurkan beban-beban yang diterimanya dari konstruksi di
atasnya ke lapisan tanah dalam yang mampu memikul berat bangun
tersebut.
Pondasi tiang digunakan untuk beberapa maksud, antara lain :
- Untuk meneruskan beban bangunan yang terletak di atas air atau
tanah lunak ke tanah pendukung yang kuat.
- Untuk meneruskan beban ke tanah yang relatif lunak sampai
memberikan dukungan yang cukup untuk mendukung beban
tersebut oleh gesekan dinding tiang dengan tanah disekitarnya.
- Untuk mengangker bangunan yang dipengaruhi oleh gaya angkat
ke atas akibat tekanan hidrostatis atau momen penggulingan.
- Untuk menahan gaya-gaya horizontal dan gaya yang arahnya
miring.
- Untuk memadatkan tanah pasir, sehingga kapasitas dukung tanah
tersebut bertambah.
- Untuk mendukung pondasi bangunan yang permukaan tanahnya
mudah tergerus air.
Dalam mendesain pondasi tiang pancang mutlak diperlukan
informasi mengenai :
Data tanah dimana bangunan akan didirikan.
Daya dukung tiang pancang sendiri (baik single atau group pile).
Analisa negative skin friction (karena mengakibatkan beban
tambahan).
2.4.2. Penggolongan Pondasi Tiang
Pemilihan pondasi tiang pancang untuk berbagai jenis keadaan
tergantung beberapa faktor, diantaranya tipe tanah dasar, alasan teknis
pada waktu pemancangan, dan jenis bangunan yang dibangun. Terdapat
berbagai jenis pondasi yang digolongkan berdasarkan material yang
Pondasi tiang pancang dapat digolongkan berdasarkan pemakaian bahan, cara penyaluran beban, cara pemasangannya, dan berdasarkan
perpindahan tiang, berikut ini akan dijelaskan satu persatu.
1. Pondasi Tiang Pancang menurut Pemakaian Bahan
Tiang pancang dapat dibagi ke dalam beberapa kategori (Bowles,
1991), antara lain :
A.Tiang Pancang Kayu
Tiang pancang kayu dibuat dari batang pohon yang
cabang-cabangnya telah dipotong dengan hati-hati, biasanya diberi bahan
pengawet dan didorong dengan ujungnya yang kecil sebagai bagian yang
runcing. Terkadang, ujungnya yang besar didorong untuk maksud-maksud
khusus, seperti dalam tanah yang sangat lembek dimana tanah tersebut
akan bergerak kembali melawan poros. Kadang kala ujungnya runcing
dilengkapi dengan sebuah sepatu pemancangan yang terbuat dari logam
bila tiang pancang harus menembus tanah keras atau tanah kerikil.
Pemakaian tiang pancang kayu ini merupakan cara tertua dalam
penggunaan tiang pancang sebagai pondasi. Tiang kayu akan tahan lama
dan tidak mudah busuk jika tiang dalam keadaan selalu terendam penuh di
bawah muka air tanah. Tiang pancang kayu akan lebih cepat rusak atau
busuk jika dalam keadaan kering dan basah yang selalu berganti.
Sedangkan pengawetan untuk kayu hanya akan menunda atau
memperlambat kerusakan kayu, akan tetapi tetap tidak akan dapat
biasanya tidak diijinkan untuk menahan muatan lebih besar dari 25 sampai
30 ton untuk setiap tiang.
Tiang pancang kayu ini sangat cocok untuk daerah rawa dan
daerah-daerah yang sangat banyak terdapat hutan kayu seperti daerah
Kalimantan, sehingga mudah memperoleh balok/tiang kayu yang panjang
dan lurus dengan diameter yang cukup besar untuk digunakan sebagai
tiang pancang.
Persyaratan dari tiang ini adalah bahan yang dipergunakan harus
cukup tua, berkualitas baik dan tidak cacat, contohnya kayu berlian. Tiang
pancang harus diperiksa dahulu sebelum dipancang untuk memastikan
bahwa tiang pancang tersebut memenuhi ketentuan dari bahan dan
toleransi yang diijinkan. Semua kayu lunak yang digunakan untuk tiang
pancang memerlukan pengawetan yang harus dilaksanakan sesuai dengan
AASHTO M133–86 dengan menggunakan instalasi peresapan bertekanan.
Keuntungan pemakaian tiang pancang kayu, yaitu :
a. Relatif lebih ringan sehingga mudah dalam pengangkutan.
b. Kekuatan tarik besar sehingga pada waktu pengangkatan untuk
pemancangan tidak menimbulkan kesulitan seperti misalnya pada tiang
pancang beton precast .
c. Mudah untuk pemotongannya apabila tiang kayu ini sudah tidak dapat
masuk lagi ke dalam tanah.
d. Tiang pancang kayu ini lebih baik untuk friction pile dari pada untuk
e. Karena tiang kayu ini relatif flexible terhadap arah horizontal
dibandingkan dengan tiang-tiang pancang selain dari kayu, maka
apabila tiang ini menerima beban horizontal yang tidak tetap, tiang
pancang kayu ini akan melentur dan segera kembali ke posisi setelah
beban horizontal tersebut hilang. Hal seperti ini sering terjadi pada
dermaga dimana terdapat tekanan ke samping dari kapal dan perahu.
Kerugian pemakaian tiang pancang kayu, yaitu :
a. Karena tiang pancang harus selalu terletak di bawah muka air tanah
yang terendah agar dapat tahan lama, jika air tanah yang terendah itu
letaknya sangat dalam, hal ini akan menambah biaya untuk penggalian.
b. Tiang pancang yang dibuat dari kayu mempunyai umur yang relatif
kecil dibandingkan tiang pancang yang di buat dari baja atau beton
terutama pada daerah yang muka air tanahnya sering naik dan turun.
c. Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu (gravel) ujung tiang
pancang kayu dapat berbentuk berupa sapu atau dapat pula ujung tiang
tersebut hancur. Apabila tiang kayu tersebut kurang lurus, maka pada
waktu dipancangkan akan menyebabkan penyimpangan terhadap arah
yang telah ditentukan.
d. Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda-benda yang agresif dan
Gambar 2.3. Tiang Pancang Kayu (Sumber : Bowles, 1991)
B. Tiang Pancang Beton
Tiang pancang beton terdiri dari 3 macam, yaitu :
1. Precast Reinforced Concrete Pile
Precast reinforced concrete pile adalah tiang pancang dari beton
bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian
setelah cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan. Karena tegangan tarik
beton adalah kecil dan praktis dianggap sama dengan nol, sedangkan berat
sendiri beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah diberi
penulangan-penulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur
yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan. Karena
berat sendiri besar, biasanya pancang beton ini dicetak dan dicor di tempat
pekerjaan, jadi tidak kesulitan saat pengangkutan.
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar (> 50 ton untuk
setiap tiang), hal ini tergantung dari dimensinya. Dalam perencanaan tiang
pancang beton precast ini panjang dari tiang harus dihitung dengan teliti,
dilakukan penyambungan, hal tersebut akan sulit dan banyak memakan
[image:44.595.168.510.131.352.2]waktu.
Gambar 2.4. Tiang Pancang Beton Precast Concrete Pile (Sumber : Bowles, 1991)
Keuntungan pemakaian precast concrete reinforced pile, yaitu :
a. Precast concrete reinforced pile ini mempunyai tegangan tekan yang
besar, hal ini tergantung dari mutu beton yang digunakan.
c. Karena tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh tinggi muka air
tanah seperti tiang pancang kayu, maka disini tidak memerlukan galian
tanah yang banyak untuk poernya.
d. Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap
pengaruh air maupun bahan-bahan yang corrosive asal beton
dekkingnya cukup tebal untuk melindungi tulangannya.
Kerugian pemakaian precast concrete reinforced pile, yaitu :
a. Karena berat sendirinya maka transportnya akan mahal, oleh karena itu
precast concrete reinforced pile ini dibuat di lokasi pekerjaan.
b. Memerlukan waktu yang lama untuk menunggu sampai tiang beton ini
dapat dipergunakan karena dipancang setelah cukup keras.
c. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih
sulit dan memerlukan waktu yang lama.
d. Bila panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari tiang pancang
ini tergantung dari pada alat pancang (pile driving) yang tersedia maka
untuk melakukan panyambungan adalah sukar dan memerlukan alat
penyambung khusus.
2. Precast Prestressed Concrete Pile
Precast prestressed concrete pile adalah tiang pancang dari beton
prategang yang menggunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai gaya
Gambar 2.5. Tiang Pancang Precast Prestressed Concrete Pile (Sumber : Bowles, 1991)
Keuntungan pemakaian precast prestressed concrete pile, yaitu :
a. Kapasitas beban pondasi yang dipikulnya tinggi.
b. Tiang pancang tahan terhadap karat.
c. Kemungkinan terjadinya pemancangan keras dapat terjadi.
Kerugian pemakaian precast prestressed concrete pile, yaitu :
a. Pondasi tiang pancang sukar untuk ditangani.
b. Biaya permulaan dari pembuatannya tinggi.
c. Pergeseran cukup banyak sehingga prategang sukar untuk disambung.
3. Cast in Place Pile
Pondasi tiang pancang tipe ini adalah pondasi yang dicetak di
tempat dengan jalan dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah dengan
cara mengebor tanah seperti pada pengeboran tanah pada waktu
penyelidikan tanah.
Pada cast in place ini dapat dilaksanakan dua cara, yaitu :
1. Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi
2. Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi
dengan beton, sedangkan pipa tersebut tetap tinggal di dalam tanah.
Keuntungan pemakaian cast in place, yaitu :
a. Pembuatan tiang tidak menghambat pekerjan.
b. Tidak ada resiko rusak dalam transport karena tiang tidak diangkat.
c. Panjang tiang dapat disesuaikan dengan keadaan dilapangan.
Kerugian pemakaian cast in place, yaitu :
a. Pada saat penggalian lubang, membuat keadaan sekelilingnya menjadi
kotor akibat tanah yang diangkut dari hasil pengeboran tanah tersebut.
b. Pelaksanaannya memerlukan peralatan yang khusus.
[image:47.595.228.452.401.573.2]c. Beton yang dikerjakan secara cast in place tidak dapat dikontrol.
Gambar 2.6. Tiang Pancang Cast In Place Pile
C. Tiang Pancang Baja
Kebanyakan tiang pancang baja ini berbentuk profil H. Karena
terbuat dari baja maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga
dalam pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah
seperti halnya pada tiang beton precast . Jadi pemakaian tiang pancang
baja ini akan sangat bermanfaat apabila kita memerlukan tiang pancang
yang panjang dengan tahanan ujung yang besar.
Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda-beda
terhadap tekstur tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan
keadaan kelembaban tanah. Pada umumnya tiang pancang baja akan
berkarat di bagian atas yang dekat dengan permukaan tanah. Hal ini
disebabkan karena Aerated-Condition (keadaan udara pada pori-pori
tanah) pada lapisan tanah tersebut dan adanya bahan-bahan organik dari air
tanah. Hal ini dapat ditanggulangi dengan memoles tiang baja tersebut
dengan ter (coaltar) atau dengan sarung beton sekurang-kurangnya 20” ( ±
60 cm ) dari muka air tanah terendah.
Karat/korosi yang terjadi karena udara (atmosphere corrosion)
pada bagian tiang yang terletak di atas tanah dapat dicegah dengan
pengecatan seperti pada konstruksi baja biasa.
Keuntungan pemakaian tiang pancang baja, yaitu :
a. Tiang pancang ini mudah dalam dalam hal penyambungannya.
b. Tiang pancang ini memiliki kapasitas daya dukung yang tinggi.
c. Dalam hal pengangkatan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya
Kerugian pemakaian tiang pancang baja, yaitu :
a. Tiang pancang ini mudah mengalami korosi.
[image:49.595.197.475.168.316.2]b. Bagian H pile dapat rusak atau dibengkokan oleh rintangan besar.
Gambar 2.7. Tiang Pancang Baja (Sumber : Bowles, 1991)
D. Tiang Pancang Komposit
Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua
bahan yang berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan satu
tiang. Kadang-kadang pondasi tiang dibentuk dengan menghubungkan
bagian atas dan bagian bawah tiang dengan bahan yang berbeda, misalnya
dengan bahan beton di atas muka air tanah dan bahan kayu tanpa
perlakuan apapun di sebelah bawahnya. Biaya dan kesulitan yang timbul
dalam pembuatan sambungan menyebabkan cara ini diabaikan.
Tiang pancang komposit ini terdiri dari :
1. Water Proofed Steel and Wood Pile
Tiang ini terdiri dari tiang pancang kayu untuk bagian yang di
mengetahui bahwa kayu akan tahan lama/awet bila terendam air, karena
itu bahan kayu diletakan di bagian bawah yang selalu terletak di bawah air
tanah.
Kelemahan tiang ini adalah pada tempat sambungan apabila tiang
pancang ini menerima gaya horizontal yang permanen. Adapun cara
pelaksanaanya secara singkat sebagai berikut :
a. Casing dan core (inti) dipancang bersama-sama dalam tanah hingga
mencapai kedalaman yang telah ditentukan untuk meletakan tiang
pancang kayu tersebut dan ini harus terletak di bawah muka air tanah
yang terendah.
b. Kemudian core ditarik ke atas dan tiang pancang kayu dimasukan
dalam casing dan terus dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras.
c. Secara mencapai lapisan tanah keras pemancangan dihentikan dan core
ditarik ke luar dari casing. Beton dicor ke dalam casing sampai penuh
terus dipadatkan dengan menumbukkan core ke dalam casing.
2. Composite Dropped in – Shell and Wood Pile
Tipe tiang ini hampir sama dengan tipe di atas hanya bedanya tiang
ini memakai shell yang terbuat dari bahan logam tipis permukaannya
diberi alur spiral. Secara singkat pelaksanaanya sebagai berikut :
a. Casing dan core dipancang bersama-sama sampai mencapai kedalaman
yang telah ditentukan di bawah muka air tanah.
b. Setelah mencapai kedalaman yang dimaksud core ditarik ke luar dari
casing dan tiang pancang kayu dimasukkan dalam casing terus
tiang pancang kayu ini harus diperhatikan benar-benar agar kepala tiang
tidak rusak atau pecah.
c. Setelah mencapai lapisan tanah keras core ditarik ke luar lagi dari
casing.
d. Kemudian shell berbentuk pipa yang diberi alur spiral dimasukkan
dalam casing. Pada ujung bagian bawah shell dipasang tulangan
berbentuk sangkar yang mana tulangan ini dibentuk sedemikian rupa
sehingga dapat masuk pada ujung atas tiang pancang kayu tersebut.
e. Beton kemudian dicor ke dalam shell. Setelah shell cukup penuh dan
padat casing ditarik ke luar sambil shell yang telah terisi beton tadi
ditahan terisi beton tadi ditahan dengan cara meletakkan core di ujung
atas shell.
3. Composite Ungased – Concrete and Wood Pile
Dasar pemilihan tiang composiet tipe ini adalah :
Lapisan tanah keras dalam sekali letaknya sehingga tidak
memungkinkan untuk menggunakan Cast in Place concrete pile,
sedangkan kalau menggunakan precast concrete pile terlalu
panjang, akibatnya akan susah dalam transport dan mahal.
Muka air tanah terendah sangat dalam sehingga bila menggunakan
tiang pancang kayu akan memerlukan galian yang cukup dalam
agar tiang pancang kayu tersebut selalu berada di bawah
Prinsip pelaksanaan tiang composite ini adalah sebagai berikut : a. Casing baja dan core dipancang bersama-sama dalam tanah sehingga
sampai pada kedalaman tertentu (di bawah muka air tanah).
b. Core ditarik ke luar dari casing dan tiang pancang kayu dimasukkan
casing terus dipancang sampai kelapisan tanah keras.
c. Setelah sampai pada lapisa tanah keras core dikeluarkan lagi dari casing
dan beton sebagian dicor dalam casing. Kemudian core dimasukkan
lagi dalam casing.
d. Beton ditumbuk dengan core sambil casing ditarik ke atas sampai jarak
tertentu sehingga terjadi bentuk beton yang menggelembung seperti
bola di atas tiang pancang kayu tersebut.
e. Core ditarik lagi ke luar dari casing dan casing diisi dengan beton lagi
sampai padat setinggi beberapa sentimeter di atas permukaan tanah.
Kemudian beton ditekan dengan core kembali sedangkan casing ditarik
ke atas sampai ke luar dari tanah.
f. Tiang pancang composit telah selesai.
Tiang pancang composit seperti ini sering dibuat oleh The Mac
Arthur Concrete Pile Corp.
4. Composite Dropped – Shell and Pipe Pile
Dasar pemilihan tipe tiang seperti ini adalah :
Lapisan tanah keras letaknya terlalu dalam bila digunakan Cast in
placeconcrete.
Muka air tanah terendah terlalu dalam kalau digunakan tiang
Cara pelaksanaan tiang tipe ini adalah sebagai berikut :
a. Casing dan core dipasang bersama-sama sehingga casing seluruhnya
masuk dalam tanah. Kemudian core ditarik.
b. Tiang pipa baja dengan dilengkapi sepatu pada ujung bawah
dimasukkan dalam casing terus dipancang dengan pertolongan core
sampai ke tanah keras.
c. Setelah sampai pada tanah keras kemudian core ditarik ke atas kembali.
d. Kemudian shell yang beralur pada dindingnya dimasukkan dalam
casing hingga bertumpu pada penumpu yang terletak di ujung atas tiang
pipa baja. Bila diperlukan pembesian maka besi tulngan dimasukkan
dalam shell dan kemudian beton dicor sampai padat.
e. Shell yang telah terisi dengan beton ditahan dengan core sedangkan
casing ditarik ke luar dari tanah. Lubang disekeliling shell diisi dengan
tanah atau pasir. Variasi lain pada tipe tiang ini dapat pula dipakai tiang
pemancang baja H sebagai ganti dari tiang pipa.
5. Franki Composite Pile
Prinsip tiang hampir sama dengan tiang franki biasa hanya bedanya
pada bagian atas dipergunakan tiang beton precast biasa atau tiang profil
H dari baja.
Adapun cara pelaksanaan tiang composit ini adalah sebagai berikut :
a. Pipa dengan sumbat beton dicor terlebih dahulu pada ujung bawah pipa
baja dipancang dalam tanah dengan drop hammer sampai pada tanah
b. Setelah pemancangan sampai pada kedalaman yang telah direncanakan,
pipa diisi lagi dengan beton dan terus ditumbuk dengan drop hammer
sambil pipa ditarik lagi ke atas sedikit sehingga terjadi bentuk beton
seperti bola.
c. Setelah tiang beton precast atau tiang baja H masuk dalam pipa sampai
bertumpu pada bola beton pipa ditarik ke luar dari tanah.
d. Rongga disekitar tiang beton precast atau tiang baja H diisi dengan
kerikil atau pasir.
2. Pondasi Berdasarkan Cara Penyaluran Beban
A. Tumpuan Ujung (End Bearing Pile)
Menurut Hardiyatmo, 2002, Tiang dukung ujung (End Bearing
Pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya ditentukan oleh tahanan
ujung tiang. Umumnya tiang dukung ujung berada dalam zone tanah yang
lunak yang berada di atas tanah keras. Tiang-tiang dipancang sampai
mencapai batuan dasar atau lapisan keras lain yang dapat mendukung
beban yang diperkirakan tidak mengakibatkan penurunan berlebihan.
Kapasitas tiang sepenuhnya ditentukan dari tahanan dukung lapisan keras
Gambar 2.8. Tumpuan Ujung (End Bearing Pile) (Sumber : Hardiyatmo, 2002)
B. Tumpuan Geser/Sisi (Friction Pile)
Penyaluran beban dimana sebagian besar daya dukungnya adalah
akibat dari gesekan antara tanah dengan sisi-sisi tiang pancang, atau
dengan kata lain kemampuan tiang pancang dalam menahan beban hanya
mengandalkan gaya geseran antara tiang dengan tanah disekelilingnya.
Hal ini bisa terjadi karena pada dasarnya kenyataan di lapangan mengenai
data kondisi tanah tidak bisa diprediksi, sehingga sering kita jumpai suatu
keadaan dimana lapisan yang memenuhi syarat sebagai lapisan pendukung
yang baik ditemui pada kedalaman yang dalam, sehingga akan
menyebabkan biaya yang sangat mahal.
Pada kenyataan seperti ini praktis daya dukung yang didapat adalah
dari gesekan antara sisi tiang dengan tanah disekelilingnya namun bukan
berarti perlawanan di ujungnya kita anggap melempem atau tidak ada, tapi
pada kenyataannya tumpuan di ujung ini juga memiliki andil dalam
memberikan daya dukung walaupun kecil.
Perbedaan dari kedua jenis tiang pancang ini, semata-mata hanya
sebagai kombinasi antara friction pile (tumpuan sisi) dan end bearing pile
(tumpuan ujung). Kecuali tiang pancang yang menembus tanah yang
sangat lembek sampai lapisan tanah dasar yang padat.
Menurut Hardiyatmo, 2002, Tiang gesek (friction pile) adalah tiang
yang kapasitas dukungnya lebih ditentukan oleh perlawanan gesek antara
dinding tiang dan tanah disekitarnya (Gambar 2.9). Tahanan gesek dan
pengaruh konsolidasi lapisan tanah di bawahnya diperhitungkan pada
[image:56.595.237.446.287.406.2]hitungan kapasitas tiang.
Gambar 2.9. Tumpuan Geser/Sisi (Friction Pile) (Sumber : Hardiyatmo, 2002)
3. Pondasi Tiang Pancang menurut Pemasangannya
Pondasi tiang pancang menurut pemasangannya dibagi menjadi dua
yaitu tiang pancang pracetak dan tiang pancang yang dicor di tempat.
A. Tiang pancang pracetak
Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang dicetak dan
dicor di dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu
diangkat dan dipancangkan. Tiang pancang pracetak ini menurut cara
1. Cara penumbukan
Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan ke dalam tanah dengan cara
penumbukan oleh alat penumbuk (hammer).
2. Cara penggetaran
Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan ke dalam tanah dengan cara
penggetaran oleh alat penggetar (vibrator).
3. Cara penanaman
Dimana permukaan tanah dilubangi terlebih dahulu sampai kedalaman
tertentu, lalu tiang pancang dimasukkan, kemudian lubang tadi ditimbun
lagi dengan tanah.
Cara penanaman ini ada beberapa metode yang digunakan, yaitu :
a. Cara pengeboran sebelumnya, yaitu dengan cara mengebor tanah
sebelumnya lalu tiang dimasukkan kedalamnya dan ditimbun kembali.
b. Cara pengeboran inti, yaitu tiang ditanamkan dengan mengeluarkan
tanah dari bagian dalam tiang.
c. Cara pemasangan dengan tekanan, yaitu tiang dipancangkan ke dalam
tanah dengan memberikan tekanan pada tiang.
d. Cara pemancaran, yaitu tanah pondasi diganggu dengan semburan air
yang ke luar dari ujung serta keliling tiang, sehingga tidak dapat
dipancangkan ke dalam tanah.
B. Tiang yang dicor di tempat (Cast in Place Pile)
Tiang yang dicor di tempat (cast in place pile) ini menurut teknik
1. Cara penetrasi alas
Cara penetrasi alas yaitu pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah
kemudian pipa baja tersebut dicor dengan beton.
2. Cara penggalian
Cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang digunakan
antara lain :
a. Penggalian dengan tenaga manusia
Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga manusia adalah
penggalian lubang pondsi yang masih sangat sederhana dan merupakan
cara konvensional. Hal ini dapat dilihat dengan cara pembuatan pondasi
dalam, yang pada umumnya hanya mampu dilakukan pada kedalaman
tertentu.
b. Penggalian dengan tenaga mesin
Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga mesin adalah
penggalian lubang pondasi dengan bantuan tenaga mesin, yang memiliki
kemampuan lebih baik dan lebih canggih.
4. Pondasi Tiang Berdasarkan Perpindahannya
A. Tiang Perpindahan besar (Large Displacement Pile)
Yaitu tiang pejal atau berlubang dengan ujung tertutup dipancang
ke dalam tanah sehingga terjadi perpindahan volume tanah yang relative
besar seperti tiang kayu, tiang beton pejal, tiang beton prategang (pejal
B. Tiang perpindahan Kecil (Small Displacement Pile)
Yaitu sama seperti tiang kategori pertama hanya volume tanah
yang dipindahkan saat pemancangan relative kecil, contohnya tiang beton
berlubang dengan ujung terbuka, tiang beton prategang berlubang dengan
ujung terbuka, tiang baja H, tiang baja bulat ujung terbuka, dan tiang ulir.
C. Tiang Tanpa Perpindahan (Non Displacement Pile)
Terdiri dari tiang yang dipasang di dalam tanah dengan cara
menggali atau mengebor tanah seperti bored pile, yaitu tiang beton yang
pengecorannya langsung di dalam lubang hasil pengeboran tanah (pipa
baja diletakkan di dalam lubang dan dicor beton) (Hardiyatmo, 2002).
2.5. Alat Pancang Tiang
Dalam pemasangan tiang ke dalam tanah, tiang dipancang dengan
alat pemukul berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar atau
pemukul yang hanya dijatuhkan. Penutup (pile cap) biasanya diletakkan
menutup kepala tiang yang kadang-kadang dibentuk dalam geometri
tertutup.
A. Pemukul Jatuh (Drop Hammer)
Pemukul jatuh terdiri dari blok pemberat yang dijatuhkan dari atas.
Pemberat ditarik dengan tinggi jatuh tertentu kemudian dilepas dan
menumbuk tiang. Pemakaian alat tipe ini membuat pelaksanaan
pemancangan berjalan lambat, sehingga alat ini hanya dipakai pada
B. Pemukul Aksi Tiang (Single-acting Hammer)
Pemukul aksi tunggal berbentuk memanjang dengan ram yang
bergerak naik oleh udara atau uap yang terkompresi, sedangkan gerakan
turun ram disebabkan oleh beratnya sendiri. Energi pemukul aksi tunggal
adalah sama dengan berat ram dikalikan tinggi jatuh.
C. Pemukul Aksi Double (Double-acting Hammer)
Pemukul aksi double menggunakan uap atau udara untuk
mengangkat ram dan untuk mempercepat gerakan ke bawahnya.
Kecepatan pukulan dan energi output biasanya lebih tinggi daripada
pemukul aksi tunggal.
D. Pemukul Diesel (DieselHammer)
Pemukul diesel terdiri dari silinder, ram, balok anvil dan sistem
injeksi bahan bakar. Pemukul tipe ini umumnya kecil, ringan dan
digerakkan dengan adalah jumlah benturan dari ram ditambah energi hasil
Gambar
Dokumen terkait
Pondasi tiang pancang adalah batang yang relative panjang dan langsing yang digunakan untuk menyalurkan beban pondasi melewati lapisan tanah dengan daya dukung rendah kelapisan
yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban diatasnya, dan juga bila letak tanah keras yang memiliki daya dukung yang cukup untuk memikul berat dari beban bangunan di
Menghitung daya dukung aksial tiang pancang tunggal secara analitis. dari data Standard Penetration Test (SPT) dengan metode
Tujuan dari studi ini adalah untuk menghitung dan membandingkan daya dukung aksial tiang pancang tunggal dari data SPT metode Mayerhof, data Kalendering metode
Perhitungan dengan berbagai metode menggunakan data yang diperoleh dari hasil tes SPT dan Kalendering, serta menghitung daya dukung aksial tiang pancang menggunakan bantuan
Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah yang berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang
Dalam pembangunan yang tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban yang diterimanya
Dalam pembangunan yang tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung bearing capacity yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban yang diterimanya atau