• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Berbagai Level Kombinasi Pengencer Susu Kambing - Kuning Telur Dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Sperma Entok (Cairina moschata)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengujian Berbagai Level Kombinasi Pengencer Susu Kambing - Kuning Telur Dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Sperma Entok (Cairina moschata)"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUJIAN BERBAGAI LEVEL KOMBINASI PENGENCER SUSU KAMBING - KUNING TELUR DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP

KUALITAS SPERMA ENTOK (Cairina moschata)

SKRIPSI

O L E H

LELY DAMAI SIAHAAN 040306045

IPT

DEPARTEMEN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGUJIAN BERBAGAI LEVEL KOMBINASI PENGENCER SUSU KAMBING - KUNING TELUR DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP

KUALITAS SPERMA ENTOK (Cairina moschata)

SKRIPSI

O L E H

LELY DAMAI SIAHAAN 040306045

IPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk dapat Mengikuti ujian akhir di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

DEPARTEMEN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi :Pengujian Berbagi Level Kombinasi Pengencer Susu Kambing-Kuning Telur dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Sperma Entok (Cairina Moschata). Nama : Lely Damai Siahaan

NIM : 040306045 Departemen : Peternakan

Program Studi : Ilmu Produksi Ternak

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

(Ir. Sayed Umar, MS)

Ketua Anggota

(Dr.Ir. Philipus Sembiring, MS)

Mengetahui:

Ketua Departemen

(Prof.Dr.Ir. Zulfikar Siregar, MP)

(4)

ABSTRAK

Lely Damai Siahaan, 2009 “Pengujian Berbagai Level Pengencer Susu Kambing-Kuning Telur dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Sperma Entok (Cairina moschata)” di bawah bimbingan Ir. Sayed Umar, MS sebagai ketua komisi pembingbing dan Dr. Ir. Philipus Sembiring, MS sebagai anggota komisi pembingbing.

Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi yaitu di Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara Jln. Jend Gatot Subroto Km.7 no.225 Medan dan di Laboratorium Reproduksi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara jln. Prof. Dr. A. Sofyan No.3 Medan mulai bulan Agustus 2008 sampai November 2008.

Tujuan dari penelitian ini adalah menguji berbagai level kombinasi pengencer susu Kambing-kuning telur serta lama penyimpanan terhadap kualitas

spermatozoa Entok (Cairina moschata).

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 2 x 4 yaitu faktor I (Berbagai level kombinasi pengencer) : P0 (100 % NaCl fisiologis), P1 (Susu 4,5 % + Kuning telur 20 % + 75,5 % NaCl fisiologis), P2 (Susu 9 % + Kuning telur 20 % + 71 % NaCl fisiologis), P3 (Susu 13,5 % + Kuning telur 20 % + 66,5 % NaCl fisiologis) dan faktor II (Lama penyimpanan) T0 (Disimpan selama ½ jam), T1 (Disimpan selama 2 ½ jam), T2 (Disimpan selama 4 ½ jam), T3 (Disimpan selama 6 ½ jam) masing-masing perlakuan diulang dua kali. Data analisis dengan sidik ragam untuk menguji pengaruhnya pada parameter gerakan massa, motilitas, persentase spermatozoa hidup bila menunjukkan beda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat serta kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pengujian Berbagai Level Kombinasi Pengencer Susu Kambing-Kuning Telur dan

Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Sperma Entok (Cairina moschata)

yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mendapatkan gelar Sarjana di Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Ir. Sayed Umar, MS selaku ketua komisi pembingbing dan Bapak Dr. Ir. Philipus Sembiring, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Pfor. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP selaku ketua Departemen Peternakan dan Ibu Ir. Tri Hesty Wahyuni, MSc selaku sekretaris Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Maret 2009

(6)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ...iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesa Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Entok ... 4

Morfologi dan Fisiologi Sperma Unggas ... 5

Penampungan Semen Unggas ... 6

Kualitas Semen Unggas ... 7

Motilitas Sperma Unggas ... 7

Konsentrasi Spermatozoa ... 8

Persentase Sperma Hidup ... 9

Pengenceran Semen ... 9

Susu Sebagai Pengencer Sperma ... 10

Kuning Telur Sebagai Pengencer Sperma ... 12

Penyimpanan Sperma ... 13

BAHAN, ALAT DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan dan Alat Penelitian ... 14

Bahan ... 14

Alat ... 14

Metode Penelitian ... 15

Pelaksanaan Penelitian ... 17

Parameter Penelitian ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 20

Gerakan Massa ... 20

Motilitas ... 21

(7)

Pembahasan ... 24

Gerakan Massa ... 24

Motilitas ... 25

Persentase Sperma Hidup ... 28

Rekapitilasi Hasil Penelitian ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 34

Saran ... 34 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Hal

1.Komposisi susu kambing ... 11

2.Komposisi telur ayam ... 12

3.Rataan gerakan massa spermatozoa Entok ... 20

4.Rataan motilitas spermatozoa Entok ... 21

5.Rataan persentase spermatozoa hidup Entok ... 22

6.Uji sidik ragam gerakan massa spermatozoa Entok ... 24

7.UJD pengujian lama penyimpanan terhadap kualitas spermatozoa Entok25 8.Uji sidik ragam motilitas spermatozoa Entok... 26

9.UJD pengujian level kombinasi pengencer susu Kambing-kuning telur terhadap motilitas ... 26

10.UJD pengujian perlakuan lama penyimpanan terhadap motilitas ... 27

11.UJD interaksi level kombinasi pengencer susu Kambing-kuning telur dan lama penyimpanan terhadap motilitas ... 28

12.Uji sidik ragam persentase spermatozoa hidup ... 29

13.UJD pengujian peringkat level kombinasi pengencer susu Kambing-kuning telur terhadap persentase spermatozoa hidup ... 30

14.UJD pengujian peringkat lama penyimpanan terhadap persentase spermatozoa hidup ... 31

15.UJD interaksi level kombinasi pengencer susu Kambing-kuning telur dan lama penyimpanan terhadap persentase spermatozoa hidup ... 32

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Prosedur Pembuatan Bahan Pengencer ... 21

2. Prosedur Penampunga Semen ... 22

3. Pengamatan Motilitas ... 23

4. Pengamatan Gerak Individu ... 24

5. Pengamatan Persentase Spermatozoa yang Hidup ... 25

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan berkurangnya bahan pangan, manusia selalu berupaya meningkatkan produktifitas pertanian maupun peternakan. Salah satu usaha yang dilakukan manusia untuk meningkatkan populasi ternak dengan cara memanfaatkan bioteknologi reproduksi contohnya Inseminasi Buatan (IB). Inseminasi Buatan adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan semen (sperma) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut insemination gun. Dimana IB merupakan cara yang paling berhasil dan diterima secara luas. Ditingkat peternak penerapan IB memberikan keuntungan pada peternak dalam upaya menekan biaya produksi yang tinggi dalam industri peternakan. Keuntungan dari penerapan IB antara lain:1) mengurangi biaya pemeliharaan pejantan; 2) dapat dilakukan pemilihan semen yang mempunyai mutu genetik yang tinggi; 3) menekan penyebaran penyakit menular; dan 4) mempercepat laju perbaikan genetik.

Agar tujuan suatu program IB dapat tercapai dengan baik, maka daya fertilitas optimum spermatozoa harus dipreservasi atau diawetkan untuk beberapa lama sesudah penampungan. Untuk itu, semen perlu dicampur dengan larutan pengencer yang menjamin kebutuhan fisik dan kimianya.

(11)

menyediakan bahan makanan sebagai sumber energi bagi spermatozoa, melindungi spermatozoa terhadap cold shock, sebagai buffer atau penyangga untuk mencegah perubahan pH, mempertahankan tekanan osmotik dan keseimbangan elektrolit yang sesuai dan mengandung antibiotik yang dapat mengurangi pertumbuhan bakteri. Melihat persyaratan bahan pengencer tersebut memungkinkan kuning telur dan susu murni dapat digunakan sebagai bahan pengencer karena kuning telur mengandung substansi lipoprotein dan lesitin yang merupakan pelindung terhadap cold shock bagi sperma. Disamping itu, kuning telur juga dapat menyumbangkan zat-zat makanan bagi sperma berupa: karbohidrat, protein dan beberapa vitamin. Susu kambing juga dapat dijadikan sebagai bahan pengencer sperma, karena penggunaannya sebagai pengencer sederhana, praktis dan mempunyai daya preservasi yang tinggi. Susu kambing mengandung kelengkapan komposisi yang dapat menunjang kelangsungan hidup sperma. Protein yang terdapat pada susu kambing mencakup 22 asam amino termasuk 8 asam amino esensial seperti isoleusin, leusin dan fenilalanin. Susu kambing juga sumber mineral, kalsium, fosfor, kalium, riboflavin (vitamin B2), dan protein.

(12)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji berbagai level kombinasi pengencer susu Kambing-kuning telur serta lama penyimpanan terhadap kualitas

spermatozoa Entok.

Hipotesa Penelitian

• Penggunaan susu Kambing-kuning telur sebagai pengencer mempunyai

pengaruh positif dalam mempertahankan viabilitas spermatozoa Entok. Lama penyimpanan berpengaruh terhadap viabilitas spermatozoa Entok.

• Berbagai level bahan pengencer dan lama penyimpanan terhadap kualitas

spermatozoa Entok.

Kegunaan Penelitian

(13)

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum

Itik muskovi ini sebernarnya bukan itik asli, tetapi merupakan spesies tersendiri. Itik muskovi disebut juga itik Guinea, Barbary, Cairon, Indian, Pato ataupun Muscuseend. Di Indonesia, nama yang paling umum untuk bangsa itik ini adalah entok atau kadang-kadang disebut juga itik manila. Disebut itik manila karena masuk ke Indonesia dari Amerika Selatan (Brazil) melalui Manila atau Singapura (Srigandono, 1997).

Menurut Srigandono (1997) spesifikasi bentuk itik manila jantan dan betina :

Kepala : besar, padat dan kasar. Tmempunyai karankula

Paruh : agak pendek, lebih mirip paruh angsa daripada paruh itik asli Mata : seperti murung, tetapi mengesankan sifat suka bertengkar Leher : cukup panjang

Punggung : cukup lebar, panjang punggung 65% lebih dari lebarnya Ekor : panjang, jauh lebih panjang daripada itik asli, tidak memiliki

sefeather

Sayap : amat kuat dengan muskulus yang kuat pula sehingga dapat terbang jauh

Badan : seimbang dengan panjang dan lebar punggung, cukup padat dengan perdagingan yang baik

(14)

bulu : padat dan lustrous

Penampilan : hampir mendatar (horizontal) Berat standard : jantan dewasa 12 lbs (5,5 kg)

Betina dewasa 7 lbs (3 kg)

Menurut Srigandono (1998) entok mempunyai klasifikasi sebagai berikut: Ordo : anseriformes

Famili : anatidae Subfamili : anatinae Tribus : cairinini Genus : cairina

Spesies : Cairina moschata.

Morfologi dan Fisiologi Spematozoa Unggas

Semen adalah sekresi alat reproduksi yang mengandung gamet jantan (spermatozoa) dan dideposisikan ke dalam vagina betina selama kopulasi atau dapat ditampung dengan berbagai cara untuk tujuan inseminasi buatan (IB) (Evans dan Maxwell, 1987). Nalbandov (1990) menyatakan bahwa semen adalah campuran dari spermatozoa dan plasma semen. Plasma semen terdiri dari komponen-komponen seperti glukosa, glutamat, laktat, piruvat, -ketoglutomat, karnitin, asetil carnitin, protein, dan ion-ion seperti Cl , Na+, K+, Ca2+

(Ethces, 1996). Plasma semen ini mempunyai fungsi sebagai sarana untuk medium untuk pergerakan spermatozoa dan sebagai buffer bagi spermatozoa setelah dideposisikan ke saluran kelamin betina (Evans dan Maxwell, 1987).

(15)

spermatozoa ruminansia (Suprijatna, 2005). Sedangkan menurut Toelihere (1985)

menyatakan bahwa spermatozoa unggas mempunyai bentuk yang jauh berbeda dengan spermatozoa ternak lainnya. Spermatozoa unggas mempunyai kepala yang silindris panjang dan akrossom yang runcing, kepala bagian tengah dan ekor berukuran panjang masing-masing 15,4 dan 80 mikron. Diameter kepala dan bagian tengah kira-kira 0,5 mikron.

Spermatozoa unggas terdiri dari bagian kepala, tengah dan bagian ekor.

Akrosom terbentuk dari perkembangan aparatus golgi pada saat terjadinya

spermatogenesis, sedangkan bagian tengah dan bagian ekor terbentuk dari

perkembangan mitokondria dan cytoskeleton, dimana bagian tengah dan bagian ekor ini menentukan motilitas spermatozoa (Etches, 1996).

Penampungan Semen Unggas

(16)

Kualitas Semen Unggas

Motilitas Spermatozoa Unggas

Motilitas atau daya gerak spermatozoa yang dinilai segera sesudah penampungan semen, digunakan sebagai ukuran kesanggupan membuahi suatu contoh semen. Sewaktu penampungan harus diperhatikan agar ejakulasi tidak mengalami cold shock atau penurunan suhu secara mendadak yang sangat mempengaruhi motilitas sperma. Motilitas spermatozoa di dalam suatu contoh semen ditentukan secara keseluruhan atau sebagai rata-rata dari suatu populasi sperma (Hafez, 1987).

Terhadap semen segar yang baru ditampung dan belum diencerkan dilakukan pemeriksaan gerakan massa dan gerakan individual sperma. Menurut Toelihere (1985) berdasarkan gerakan massa, kualitas semen dapat ditentukan sebagai berikut:

a) “sangat baik” (+++), terlihat gelombang-gelombang besar, banyak, gelap, tebal dan aktif serta bergerak cepat.

b) “baik” (++), terlihat gelombang-gelombang kecil, tipis, jarang, kurang jelas dan bergerak agak lamban.

c) “kurang baik” (+), jika tidak terlihat gelombang melainkan hanya gerakan individual aktif progresif.

d) “buruk” (N/O), bila hanya sedikit atau tidak ada gerakan individual (Toelihere, 1985).

(17)

Kusuma (1999) menyatakan penurunan motilitas disebabkan oleh aktivitasnya untuk pergerakan dan mempertahankan hidupnya. Sehingga pada kondisi tertentu berkurangnya cadangan zat makanan dalam larutan akan menyebabkan kematian pada spermatozoa

Konsentrasi spermatozoa

Penilaian konsentrasi spermatozoa atau jumlah spermatozoa per milliliter semen sangat penting, karena faktor inilah menggambarkan sifat-sifat semen dan dipakai sebagai salah satu kriteria penentuan kualitas semen. Menurut Toelihere (1985) untuk menentukan konsentrasi spermatozoa, dapat digunakan metoda yang banyak digunakan di lapangan yaitu menghitung jarak antar kepala sperma (estimasi) di bawah mikroskop pada pembesaran 45 x 10, dengan penilaian sebagai berikut:

a) Densum (D) atau padat, jika jarak antara dua kepala spermatozoa kurang dari panjang 1 kepala spermatozoa; konsentrasi sperma berkisar 1000-2000 juta sel per ml semen.

b) Semi Densum (SD) atau sedang, bila jarak antara kepala spermatozoa sama dengan panjang 1-1,5 kepala spermatozoa; konsentrasi spermatozoa berkisar antara 500-1000 juta sel per ml semen.

c) Rarum (R) atau jarak, bila jarak antara kepala sperma melebihi panjang 1,5 kepala spema; konsentrasinya berkisar 200-500 juta sel per ml semen. d) Ologospermia (OS) atau sedikit spermatozoa, bila jarak tersebut memiliki

(18)

e) Aspermia (A) atau tidak ada sperma, bila sama sekali tidak terdapat

spermatozoa dalam semen.

Persentase Spermatozoa Hidup

Perbedaan afinitas zat warna antara sel-sel sperma yang mati dan yang hidup dipergunakan untuk menghitung jumlah spermatozoa yang hidup secara objektif pada waktu semen segar dicampur dengan zat warna (eosin 20%). Sel-sel sperma yang hidup, tidak atau sedikit sekali menghisap warna sedangkan yang mati akan mengambil warna karena permeabilitas dinding sel meningkat sewaktu mati. Tujuan pewarnaan diferensial adalah untuk mengetahui persentase sel-sel

spermatozoa yang mati dan yang hidup (Hafez, 1987).

Semakin berkurangnya cadangan makanan dan makin tidak seimbangnya elektrolit larutan akibat dari metabolisme spermatozoa, sehingga akhirnya

spermatozoa mengalami kelelahan dan mati (Kusuma, 1999).

Pengenceran Semen

Pengenceran semen dilakukan untuk mempertahankan kesuburan sel sperma dan meningkatkan volume semen sehingga dapat digunakan pada kesempatan lain (Murtidjo, 1995). Pengencer semen yang baik harus sesuai dengan fungsinya, menekan pertumbuhan bakteri, melindungi cold shock dan lain-lain yang dapat memperpanjang daya hidup sperma (Charles, 1983).

(19)

(desinfektansia), berhubungan dengan udara terlalu lama, sinar matahari langsung dan goncangan atau pengocokan yang keras.

Pengenceran spermatozoa dapat digunakan dengan berbagai bahan, namun Toelihere (1985) menyatakan bahwa penggunaannya harus tidak bertentangan dengan fungsi bahan tersebut sebagai bahan pengencer, yaitu :

1. Menyediakan zat makana sebagai sumber energi

2. Melindungi spermatozoa dari akibat proses pendinginan dan pembekuan 3. Sebagai penyangga untuk mencegah penurunan pH atau derajat keasaman

yang berlebihan akibat pembentukan asam laktat

4. Menjamin tekanan osmotiknya dan keseimbangan elektrolitnya 5. Berisi antibiotika untuk menghambat pertumbuhan bakteri 6. Mendukung aktifitas metabolisme spermatozoa secara kontinyu.

Pengenceran spermatozoa yang dilakukan harus memenuhi suatu kadar tertentu agar efektif digunakan. Tujuan penentuan kadar pengencer adalah agar setiap satuan volume semen yang akan diinseminasikan pada hewan betina harus mengandung cukup spermatozoa untuk memberikan fertilitas atau kesuburan yang tinggi tanpa harus membuang-buang spermatozoa yang berlebihan. Sesuai dengan tinjauan ini maka kadar pengenceran tergantung pada volume ejakulat, konsentrasi dan persentase spermatozoa yang hidup dan motil progresif (Toelihere, 1981).

Susu Sebagai Pengencer Spermatozoa

Air susu mentah mengandung bahan yang bersifat racun terhadap

spermatozoa. Faktor toksik atau racun terdapat dalam fraksi protein susu yang

(20)

anti streptococcus pada air susu. Laktenin bukan satu-satunya bahan toksik yang terkandung di dalam susu air mentah, tetapi merupakan faktor utama yang merusak spermatozoa. Air susu juga mengandung berbagai enzim yang rusak pada waktu pemanasan. Dengan adanya racun tersebut, maka penggunaan air susu segar penuh yang dihomogenisasi akan mematikan spermatozoa, apabila air susu tidak dipanaskan terlebih dahulu. Pemanasan air susu di atas 800C akan dapat melepas gugus Sulfidril (-SH) yang berfungsi sebagai zat reduktif yang mengatur metabolisme oksidatif spermatozoa. Demikian juga penambahan zat-zat yang mengandung gugusan –SH seperti cystein hydrochrorida ke dalam susu mentah akan segera langsung menghambat atau meniadakan toksisitas lactenin, sama dengan pengaruh gugusan –SH yang dilepaskan dari protein susu dengan jalan pemanasan pada 77 – 970C selama 10 menit (Iksan, 1992). Namun bila susu itu dipersiapkan dengan baik dan dipanaskan, spermatozoa akan tetap hidup seperti di dalam kuning telur sitrat dan fertilitasnya sama tingginya (Salisbury, 1985).

Susu kambing mempunyai kandungan enegi cukup tinggi yaitu 67 kcal (Tabel 1).

Table 1. Komposisi susu kambing

Komposisi Kandungan nilai gizi

Air (g) 83-87,5

Hidrat Arang (g) 4,6

Energi (Kcal) 67

Protein (g) 3,3-4,9

Lemak (g) 4,0-7,3

Ca (mg) 129

P (mg) 106

Fe (mg) 0,05

Vitamin A (mg) 185

Thiamin (mg) 0,04

Riboflamin 0,14

Niacin (mg) 0,3

Vitamin B-12 0,07

Sumber: - Susanto (2008)

(21)

Kuning Telur Sebagai Pengencer Spermatozoa Entok

Sekitar 30% dari berat telur adalah bagian kuning telur. Kuning telur memiliki komposisi gizi yang lebih lengkap dibandingkan putih telur. Komposisi kuning telur terdiri dari: air, protein, lemak karbohidrat, mineral dan vitamin (Sarwono, 1995) dan protein telur termasuk sangat sempurna karena mengandung semua jenis asam amino esensial dalam jumlah yang seimbang (Haryanto, 1996).

Selain itu, menurut Toelihere (1985), kuning telur mengandung lipoprotein dan lesitin yang dapat mempertahankan dan melindungi integritas selubung lipoprotein spermatozoa. Kuning telur juga mengandung glukosa, yang lebih suka dipergunakan oleh sel-sel sperma untuk metabolismenya dari pada fruktose yang terdapat di dalam semen, berbagai protein, vitamin-vitamin yang larut dalam air maupun yang larut dalam minyak, dan memiliki viskositas yang mungkin menguntungkan spermatozoa.

Berdasarkan keterangan tersebut maka kuning telur sangat bagus digunakan sebagai salah satu dari komposisi pengencer, berikut komposisi dari telur ayam.

Table 2. Komposisi telur ayam

Komposisi Kandungan Nutrisi

Air ( g ) 2,95

Energi ( Kcal ) 666

Protein ( g ) 34,25

Lemak ( g ) 55,8

Karbohidrat ( g ) 3,6

Ca ( mg ) 284

Fe ( mg ) 5,42

P ( mg ) 920

Vit.A ( IU ) 1315

Vit.B12 ( mcg ) 5,33

Vit.C ( mg ) 0

(22)

Penyimpanan Spermatozoa

Dalam keadaan anerobik sel spermatozoa menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi. Bila sel spermatozoa disimpan dalam keadaan anerobik maka konsentrasi fruktosa dalam semen berkurang dan asam laktat bertambah (Murtidjo, 1995).

Semen yang telah diencerkan harus segera disimpan apabila tidak langsung digunakan. Untuk dapat menyimpan spermatozoa dalam periode yang lebih lama dapat dilakukan dengan mengencerkan semen dengan bahan pengencer yang mengandung zat makanan untuk spermatozoa dan juga mempunyai sifat melindungi spermatozoa (Situmorang, 1992).

(23)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu di Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Utara. Jln. Jend. Gatot Subroto Km.7 No. 225 Medan dan di Laboratorium Reproduksi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jln. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Medan. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Agustus 2008 sampai dengan bulan November 2008 .

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

• Semen segar Entok.

• Susu Kambing.

• Kuning telur ayam ras.

Antibiotik penicillin dan streptomicyn. Zat warna eosin 2%.

• NaCl fisiologis. • Alkohol 70%.

Alat

• Mikroskop elektrik

• Tabung penampung semen berskala. • Tabung reaksi dari plastik

(24)

• Objek glass.

• Becker glass.

• Cover glass. • Pengaduk kaca.

• Kertas lakmus.

• Lemari pendingin.

• Kertas saring. • Denominator

• Kandang dan peralatannya

Metode Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah RAL Faktorial yaitu 2 x 4 diulang 2 kali, dimana:

Faktor 1 adalah berbagai level kombinasi pengencer dengan 4 (empat) perlakuan P0: 100 % NaCl fisiologis.

P1: Susu 4,5 % + Kuning telur 20 % + 75,5 % NaCl fisiologis. P2: Susu 9 % + Kuning telur 20 % + 71 % NaCl fisiologis. P3: Susu 13,5 % + Kuning telur 20 % + 66,5 % NaCl fisiologis. Faktor 2 adalah lama penyimpanan spermatozoa:

(25)

Sehingga kombinasi perlakuan yang dihasilkan: 4 x 4=16 P0T0 P1T0 P2T0 P3T0

P0T1 P1T1 P2T1 P3T1 P0T2 P1T2 P2T2 P3T2 P0T3 P1T3 P2T3 P3T3

Jumlah ulangan dihitung berdasarkan rumus: tc (n – 1) ≥ 15

16 (n – 1) ≥ 15 16n ≥ 31 n ≥ 1,93 n ≈ 2

Metode linear yang digunakan menurut Hanafiah (2008) adalah : Yijk = + i+ j+( )ij+ jk

dengan:

Yijk = nilai pengamatan pada satuan percobaan yang memperoleh perlakuan taraf ke-i dari factor bahan pengencer dan taraf ke-j dari factor lama penyimpanan

= nilai tengah umum

i = pengaruh taraf ke-i dari faktor bahan pengencer j = pengaruh taraf ke-j dari faktor lama penyimpanan

(26)

jk = pengaruh galat pada satuan percobaan yang memperoleh perlakuan taraf ke-i dari factor bahan pengencer dan taraf ke-j dari factor lama penyimpanan dan ulangan ke-k.

Pelaksanaan Penelitian

A. Pembuatan bahan pengencer

Pembuatan bahan pengencer sesuai dengan prosedur pada Lampiran 10. B. Penampungan semen

Cara penampungan semen dapat dilihat pada Lampiran 11. C. Evaluasi semen secara makroskopis

• Volume: dapat langsung terbaca pada tabung yang berskala.

• Warna: dapat langsung dilihat dengan menggunakan pengamatan visual.

• Konsistensi atau derajat kekentalan: dapat diperiksa dengan

menggoyangkan tabung yang berisi semen secara perlahan-lahan. • pH, dapat dilihat dengan menggunakan kertas lakmus

D. Evaluasi semen secara mikroskopis

• Gerakan massa: dapat dilakukan dengan prosedur yang terdapat pada

Lampiran 12.

Motilitas: untuk melihat motilitas spermatozoa dapat dilakukan dengan

prosedur sebagaimana terdapat pada Lampiran 13.

(27)

E. Penyimpanan semen

Ke dalam masing-masing perlakuan ditambahkan antibiotik Penicilin dan Sreptomicyn sebanyak 500 g pada setiap ml pengencer. Prosedur penyimpanan semen dapat dilihat pada Lampiran 15.

F. Pengamatan semen cair

Penganatan dilakukan pada tiga tahap waktu yaitu setelah ½ jam, 2 ½ jam, 4 ½ jam dan setelah 6 ½ jam penyimpanan.

Defenisi Operasianal

a. Gerakan massa : Kecenderungan spermatozoa untuk bergerak bersama-sama ke satu arah sehingga membentuk gelombang yang tebal atau tipis, bergerak cepat atau lambat tergantung dari konsentrasi spermatozoa yang hidup di dalamnya. b. Motilitas spermatozoa: Salah satu kriteria penentu kualitas semen yang dilihat

dari banyaknya spermatozoa yang bergerak motil progresif dibandingkan dengan seluruh spermatozoa yang ada dalam satu pandang mikroskop.

c. Persentase spermatozoa hidup : Jumlah persentase semen yang hidup yang ditandai dengan tidak adanya penyerapan eosin.

Parameter Penelitian

a. Gerakan massa: dapat dilihat di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10 berdasarkan gelombang massa yang ditimbulkan.

(28)

c. Persentase spermatozoa hidup: dihitung berdasarkan rumus,

Jumlah spermatozoa yang menyerap warna

% spermatozoa hidup = X 100%

(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil penelitian dapat dilihat dari gerakan massa, motilitas dan persentase

spermatozoa hidup yang diperoleh selama penelitian.

Gerakan Massa

Gerakan massa merupakan kecenderungan spermatozoa untuk bergerak bersama-sama ke satu arah, sehingga membentuk suatu gelombang yang tebal atau tipis, bergerak cepat atau lambat tergantung dari konsentrasi spermatozoa yang terkandung di dalamnya.

Dari hasil pengamatan selama penelitian diperoleh nilai rataan gerakan massa spermatozoa Entok antara 2%-3%. Rataan gerakan massa spermatozoa selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini :

Tabel 3. Rataan Gerakan Massa Sperma Entok

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II

P0T0 3 3 6 3

P0T1 3 3 6 3

P0T2 2 3 5 2,5

P0T3 3 2 5 2,5

P1T0 3 3 6 3

P1T1 3 3 6 3

P1T2 2 3 5 2,5

P1T3 1 2 4 2

P2T0 3 3 6 3

P2T1 2 3 5 2,5

P2T2 3 2 5 2,5

P2T3 2 2 4 2

P3T0 3 3 6 3

P3T1 3 3 6 3

P3T2 2 3 5 2,5

P3T3 2 2 4 2

Total 40 43 84 42

(30)

Dari data gerakan massa pada Tabel 3 memperlihatkan rataan nilai gerakan massa sebesar 2,62%. Gerakan massa tertinggi sama pada beberapa perlakuan yaitu P0T0, P0T1, P1T0, P1T1, P2T0, P3T0, dan P3T1 sebesar 3% dan gerakan massa terendah pada perlakuan P1T3, P2T3 dan P3T3 sebesar 2%.

Motilitas

Motilitas merupakan salah satu kritetia penentu kualitas semen yang dilihat dari banyaknya spermatozoa yang bergerak motil progresif dibandingkan dengan seluruh spermatozoa yang ada dalam satu pandang mikroskop.

[image:30.595.115.511.366.710.2]

Dari hasil penelitian diperoleh nilai rataan motilitas spermatozoa Entok antara 30%-80%. Rataan nilai motilitas spermatozoa selama penelitian dapat dilihat pada Tabel.4 di bawah ini :

Tabel 4. Rataan Motilitas spermatozoa Entok

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II

P0T0 80 80 160 80

P0T1 75 75 150 75

P0T2 70 65 135 67,5

P0T3 60 60 120 60

P1T0 70 75 145 72,5

P1T1 60 60 120 60

P1T2 40 45 85 42,5

P1T3 30 30 60 30

P2T0 75 75 150 75

P2T1 70 75 145 72,5

P2T2 70 70 140 70

P2T3 65 65 130 65

P3T0 80 80 160 80

P3T1 80 75 155 77,5

P3T2 75 80 155 77,5

P3T3 60 65 125 62,5

(31)

Dari data motilitas pada tabel 4 memperlihatkan rataan nilai motilitas sebesar 66,71% dengan rataan tertinggi pada perlakuan P0T0 dan P3T0 yaitu sebesar 80% sementara rataan terendah adalah pada perlakuan P1T3 yaitu sebesar 30%.

Persentase Spermatozoa Hidup

Persentase spermatozoa hidup dihitung berdasarkan banyaknya

spermatozoa yang hidup dari total spermatozoa yang dihitung dikalikan 100%.

Jumlah persentase spermatozoa yang hidup yang ditandai dengan tidak adanya penyerapan eosin.

[image:31.595.117.512.393.740.2]

Dari hasil penelitian diperoleh nilai persentase spermatozoa hidup antara 26,48%-47,18%. Rataan nilai persentase spermatozoa hidup pada spermatozoa Entok dapat dilihat pada Tabel.5 di bawah ini :

Tabel 5. Rataan Persentase Spermatozoa Hidup Entok

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II

P0T0 32,06 31,34 63,4 31,7

P0T1 33,33 28,45 61,78 30,85

P0T2 31,67 33,85 65,52 32,76

P0T3 28,51 26,94 55,45 27,725

P1T0 48,64 43,70 92,34 46,17

P1T1 43,81 38,4 82,21 41,10

P1T2 36,36 24,29 60,65 30,32

P1T3 27,45 25,52 52,97 26,48

P2T0 37,09 36,69 73,78 36,89

P2T1 30,86 37,23 68,09 34,04

P2T2 32,21 36,97 69,18 34,59

P2T3 29,07 28,57 57,64 28,82

P3T0 46,47 44,74 91,21 45,60

P3T1 49,77 44,59 94,36 47,18

P3T2 38,49 41,80 80,29 40,14

P3T3 38,11 40,19 78,3 39,15

Total 583,9 563,27 1147,17 573,58

(32)
(33)

Pembahasan

Pembahasan dilakukan dengan analisis keragaman dan uji statistik terhadap hasil penelitian yang diperoleh.

Gerakan Massa

Untuk mengetahui pengujian perlakuan terhadap gerakan massa

spermatozoa Entok dilakukan uji sidik ragam yang terdapat pada Tabel 6 dan

[image:33.595.112.515.414.633.2]

tampak bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap gerakan massa. Lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap gerakan massa. Namun interaksi antara level kombinasi pengencer susu Kambing-kuning telur dan interaksi kedua perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap gerakan massa.

Tabel 6. Uji sidik ragam gerakan massa spermatozoa Entok.

SK dB JK KT F Hitung F Tabel

0,05 0,01

Perlakuan 15 4,5 0,3 1,58tn 2,35 3,385

Faktor P 3 0,25 0,08 0,42tn 3,24 5,29

Faktor T 3 3,75 1,25 6,58** 3,01 4,77

Interaksi P x T 9 0,5 0,06 0,32tn 2,54 3,78

Galat 16 3 0,19

Total 31 7,5

KK 8,3%

Keterangan **= Berbeda Sangat Nyata

tn

= Tidak Berbeda Nyata

(34)
[image:34.595.115.512.127.226.2]

Tabel 7. UJD pengujian lama penyimpanan terhadap gerakan massa spermatozoa Entok.

Lama Penyimpanan Rataan F0,01

T0 6 B

T1 5,75 B

T2 5 B

T3 4,25 A

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada F0,01

Hasil uji lanjut gerakan massa dari tabel 7 diperoleh bahwa T0 berbeda sangat nyata dengan T3 (P≥0,01) namun berbeda tidak nyata terhadap T1 dan T2. hal ini menandakan bahwa sampai penyimpanan 4 ½ jam masih memberikan pengaruh yang baik terhadap gerakan massa spermatozoa Entok namun akan menurun pada waktu penyimpanan selanjutnya dimana konsentrasi spermatozoa yang masih hidup akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya waktu penyimpanan, ini disebabkan dengan semakin berkurangnya cadangan makanan dan juga penurunan pH yang mempengaruhi daya tahan spermatozoa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Toelihere (1985) bahwa metabolisme spermatozoa dalam keadaan anaerobik akan menghasilkan asam laktat yang tertimbun dan meninggikan derajat keasaman.

Motilitas

(35)
[image:35.595.111.514.110.329.2]

Tabel 8. Uji sidik ragam motilitas spermatozoa Entok

SK dB JK KT F Hitung F Tabel

0,05 0,01

Perlakuan 15 5692,97 379,53 69,51** 2,35 3,38 Faktor P 3 2627,34 875,78 160,39** 3,24 5,29 Faktor T 3 2252,34 750,78 137,50** 3,01 4,77 Interaksi P x T 9 813,29 90,36 16,54** 2,54 3,78

Galat 16 87,5 5,46

Total 31 5780,47

KK 0,21

**

= Sangat nyata

Untuk mengetahui pengujian peringkat perlakuan level kombinasi pengencer susu Kambing-kuning telur terhadap motilitas dilakukan uji beda nyata Duncan pada Tabel 9.

Tabel 9 : UJD pengujian level kombinasi pengencer susu Kambing-kuning telur terhadap motilitas

Perlakuan Rata-rata F0,01

P0 141,25 B

P1 102,5 A

P2 141,25 B

P3 148,75 C

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada F0,01

[image:35.595.113.515.114.326.2]
(36)

Untuk mengetahui pengaruh peringkat perlakuan lama penyimpanan terhadap motilitas dilakukan uji beda nyata Duncan pada Tabel 10.

Tabel 10 : UJD pengujian perlakuan lama penyimpanan terhadap motilitas

Perlakuan Rata-rata F0,01

T0 153,75 D

T1 142,5 C

T2 128,75 B

T3 108,75 A

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada F0,01

Hasil uji lanjut pada Tabel 10 pengujian lama penyimpanan terhadap motilitas (P≥0,01) dapat dilihat bahwa T0 berbeda sangat nyata terhadap T1, T2 dan T3. Hal ini menandakan bahwa semakin lama spermatozoa disimpan akan menurunkan nilai motilitasnya, ini disebabkan karena bertambahnya umur

spermatozoa dan semakin berkurangnya cadangan makanan yang merupakan

sumber energi bagi motilitas spermatozoa hal ini sesuai dengan pernyataan Havest (1993) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motilitas

spermatozoa adalah umur spermatozoa, maturasi spermatozoa, penyimpanan

energi (ATP), agen aktif, biofisik dan fisiologik, cairan suspensi dan adanya rangsangan hambatan.

(37)
[image:37.595.114.512.124.396.2]

Tabel 11 : UJD interaksi level kombinasi pengencer susu Kambing-kuning telur dan lama penyimpanan terhadap motilitas

Perlakuan Motilitas F0,01

P0T0 80 G

P0T1 75 CFG

P0T2 67,5 BCD

P0T3 60 B

P1T0 72,5 DEF

P1T1 60 B

P1T2 42,5 A

P1T3 30 A

P2T0 75 CFG

P2T1 72,5 DEF

P2T2 70 CDE

P2T3 65 BC

P3T0 80 G

P3T1 77,5 FG

P3T2 77,5 FG

P3T3 62,5 B

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada F0,01

(38)

Persentase Spermatozoa Hidup

[image:38.595.111.509.325.548.2]

Untuk mengetahui pengujian perlakuan terhadap persentase spermatozoa hidup Entok maka dilakukan uji sidik ragam yang terdapat pada Tabel 12. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa bahwa perlakuan level kombinasi pengencer susu kambing-kuning telur dan lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap persentase spermatozoa hidup. Namun interaksi antara level kombinasi pengencer susu kambing-kuning telur dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap persentase spermatozoa hidup.

Tabel 12 : Uji sidik ragam persentase spermatozoa hidup

SK dB JK KT F Hitung F Tabel

0,05 0,01

Perlakuan 15 1355,90 90,39 8,42** 2,35 3,385 Faktor P 3 659,06 219,68 20,47** 3,24 5,29 Faktor T 3 432,84 144,28 13,43** 3,01 4,77 Interksi P x T 9 264 29,33 2,73* 2,54 3,78

Galat 16 171,69 10,73

Total 31 1527,59

KK 4,56

**

= Sangat nyata

*

= Nyata

Untuk mengetahui pengujian peringkat level kombinasi pengencer susu Kambing-kuning telur terhadap persentase spermatozoa hidup dilakukan uji beda nyata Duncan yang terdapat pada Tabel 13.

Tabel 13 : UJD pengujian peringkat level kombinasi pengencer susu Kambing-kuning telur terhadap persentase spermatozoa hidup

Perlakuan Rata-rata F0,01

P0 61,53 A

P1 72,04 B

P2 67,17 AB

[image:38.595.114.510.681.752.2]
(39)

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada F0,01

Hasil uji lanjut pada Tabel 13 level kombinasi pengencer susu Kambing-kuning telur persentase spermatozoa hidup (P≥0,01) diperoleh P0 berpengaruh sangat nyata terhadap P1 dan P3 tetapi tidak berbeda nyata pada P2. Sebagaimana halnya pada pengamatan sebelumnya bahwa P3 memberikan nilai tertinggi terhadap nilai motilitas, terjadi hal yang sama terhadap persentase spermatozoa hidup bahwa pada P3 terlihat nilai yang lebih tinggi dari yang lainnya yaitu sebesar 86,04%, namun demikian pada P0, P1 dan P2 tetap masih memenuhi syarat untuk digunakan. Juga dapat menunjukkan bahwa susu kambing dapat memenuhi syarat sebagai pengencer karena dapat menyediakan zat makanan sebagai sumber energi dan hal ini didukung oleh pernyataan Toelihere (1985) menyatakan bahwa penggunaan pengencer harus tidak bertentangan dengan fungsi bahan tersebut sebagai bahan pengencer, yaitu : Menyediakan zat makana sebagai sumber energi, melindungi sperma dari akibat proses pendinginan dan pembekuan, sebagai penyangga untuk mencegah penurunan pH atau derajat keasaman yang berlebihan akibat pembentukan asam laktat, menjamin tekanan osmotiknya dan keseimbangan elektrolitnya, berisi antibiotika untuk menghambat pertumbuhan bakteri, mendukung aktifitas metabolisme sperma secara kontiniu.

(40)

mengandung bahan yang bersifat racun terhadap spermatozoa. Faktor toksik atau racun terdapat dalam fraksi protein susu yang mengandung albumin, ternyata bahan toksik tersebut adalah laktenin, suatu zat anti streptococcus pada air susu. Dengan adanya racun tersebut, maka penggunaan air susu segar penuh yang dihomogenisasi akan mematikan spermatozoa, apabila air susu tidak dipanaskan terlebih dahulu. Pemanasan air susu di atas 800C akan dapat melepas gugus Sulfidril (-SH) yang berfungsi sebagai zat reduktif yang mengatur metabolisme oksidatif spermatozoa. Demikian juga penambahan zat-zat yang mengandung gugusan –SH seperti cystein hydrochrorida ke dalam susu mentah akan segera langsung menghambat atau meniadakan toksisitas lactenin, sama dengan pengaruh gugusan –SH yang dilepaskan dari protein susu dengan jalan pemanasan pada 77 – 970C selama 10 menit.

[image:40.595.115.512.541.640.2]

Untuk mengetahui pengujian peringkat lama penyimpanan terhadap persentase spermatozoa hidup dilakukan uji beda nyata Duncan yang terdapat pada Tabel 14.

Tabel 14 : UJD pengujian peringkat lama penyimpanan terhadap persentase

spermatozoa hidup

Perlakuan Rata-rata F0,01

T0 80,18 C

T1 76,61 BC

T2 68,91 AB

T3 61,09 A

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada F0,01

Hasil uji lanjut pada pengujian lama penyimpanan terhadap persentase

spermatozoa hidup (P≥0,01) diperoleh T0 berpengaruh sangat nyata terhadap T2

(41)

pada penyimpanan T3 masih dapat untuk digunakan. Hal ini terjadi karena semakin berkurangnya cadangan makanan seiring semakin lamanya waktu pemyimpanan hal ini didukung oleh pernyataan Kusuma (1999) bahwa semakin berkurangnya cadangan makanan dan makin tidak seimbangnya elektrolit larutan akibat dari metabolisme spermatozoa, sehingga akhirnya spermatozoa mengalami kelelahan dan mati.

Untuk mengetahui pengujian peringkat interaksi level kombinasi pengencer susu Kambing-kuning telur dan lama penyimpanan terhadap persentase

[image:41.595.113.512.373.641.2]

spermatozoa hidup dilakukan uji beda nyata Duncan pada Tabel 15.

Tabel 15 : UJD interaksi level kombinasi pengencer susu Kambing-kuning telur dan lama penyimpanan terhadap persentase spermatozoa hidup

Perlakuan Rata-rata F0,05

P0T0 31,7 abcde

P0T1 30,89 abcde

P0T2 32,76 bcde

P0T3 27,72 ab

P1T0 46,17 jk

P1T1 41,10 hij

P1T2 30,32 abcd

P1T3 26,48 a

P2T0 36,89 efgh

P2T1 34,04 cdf

P2T2 34,59 defg

P2T3 28,82 abc

P3T0 45,60 ijk

P3T1 47,18 k

P3T2 40,14 ghi

P3T3 39,15 fgh

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada F0,05

(42)

P0T2, P0T3, P1T2, P1T3, P2T0, P2T1, P2T2, P2T3 namun berbeda nyata terhadap P1T0, P1T1, P3T0, P3T1, P3T2, P3T3, namun rataan terbaik diperoleh pada P3 (Susu 13,5 % + Kuning telur 20 % + 66,5 % NaCl fisiologis) dan persentase spermatozoa hidup dari interaksi kedua faktor diperoleh rataan tertinggi pada perlakuan P3T0 yaitu 47,18% dan rataan terendah terdapat pada perlakuan P1T3 yaitu 26,48%.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Perlakuan

Gerakan Massa Motilitas Persentase Spermatozoa Hidup Perlakuan Rataan Rataan Rataan

P0T0 3tn 80G 31,7abcde

P0T1 3tn 75CFG 30,85abcde

P0T2 2,5tn 67,5BCD 32,76bcde

P0T3 2,5tn 60B 27,725ab

P1T0 3tn 72,5DEF 46,17jk

P1T1 3tn 60B 41,10hij

P1T2 2,5tn 42,5A 30,32abcd

P1T3 2tn 30A 26,48a

P2T0 3tn 75CFG 36,89efgh

P2T1 2,5tn 72,5DEF 34,04cdf

P2T2 2,5tn 70CDE 34,59defg

P2T3 2tn 65BC 28,82abc

P3T0 3tn 80G 45,60ijk

P3T1 3tn 77,5FG 47,18k

P3T2 2,5tn 77,5FG 40,14ghi

(43)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Adanya pengaruh lama penyimpanan yang sangat nyata terhadap gerakan massa yakni : pada lama penyimpanan ½ jam dan 2 ½ jam sebesar 3 %, pada penyimpanan 4 ½ jam sebesar 2,5%, pada penyimpanan 6 ½ jam sebesar 2%.

2. Adanya pengaruh lama penyimpanan yang sangat nyata terhadap motilitas yakni pada lama penyimpanan ½ jam sebesar 80%, pada penyimpanan 2 ½ jam dan 4 ½ jam sebesar 77,5%, pada penyimpanan 6 ½ jam sebesar 62,5%.

3. Adanya pengaruh lama penyimpanan yang sangat nyata terhadap persentase spermatozoa hidup setelah lama penyimpanan 2 ½ jam dari 47,18% menjadi 40,14 pada penyimpanan 4 ½ jam dan 39,15 pada penyimpanan 6 ½ jam.

4. Level kombinasi pengencer susu Kambing-kuning telur pada perlakuan P3 memberi hasil sebesar 148,75% terhadap motilitas dan sebesar 86,04% terhadap persentase spermatozoa hidup.

Saran

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Bearden, H.J and Fuguay, J. 1984. Aplied Animal Reproduction. 2nd Edition, A Reston Book Prentice Hall, Inc Eagle Wood New Jersey 07632.

Charles, E.S. 1983. Principle of Animal Agriculture. Prentice Hall. Inc Eagle Wood New Jersey.

Etches, R.J. 1996. Reproduction In Poultry. UK University Press, Cambridge. Evans, C dan Maxwell. 1987. Salomon’s Artificial Insemination of Sheep and

Goats. Butter Woths Pty Ltd Collingwood. Victoria.

Hafez, E.S.E. 1974. Reproduction In Farm Animal. Philadelphia.

Hafez, E.S.E. 1987. Reproduction In Farm Animal. 4th Edition, Lea and Febigger, Philadelphia.

Hafez, E.S.E. 1993. semen Evaluation In : Reproduction in Farm Animal. 6th Ed.E.S.E.Hafez (Ed), Lea and Febiger, Philadelfia.

Haryanto. 1996. Pengawetan Telur Segar. Kanisius, Jakarta..

Hanafiah.K.A. 2003.Rancangan Percobaan.Teori dan Aplikasi.Edisi ke-3 Fakultas Pertanian,Universitas Sriwijaya.Palembang.

Iksan, M.N. 1992. Diktat Inseminasi Buatan LUW. Universitas Brawijaya. Murtidjo, B.A. 1995. MemeliharaDomba. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada mamalia dan unggas. Universitas Indonesia. Jakarta.

Salisbury, G.W dan Van Demark, N.L. 1985. Fisiologi Reproduksi dan

Inseminasi Buatan Pada Sapi. Diterjemahkan oleh N. Djanuar. UGM Press,

Yogyakarta.

Siswono.2003.Nutrisi Kuning Telur. Semarang.

Sarwono, B. 1995. Pengawetan Telur Segar. Kanisius, Yogyakarta.

Situmorang, P. 1992. Pengaruh Pengencer Gliserol dan Tingkat Kuning Telur

Terhadap Daya Hidup Spermatozoa. Penerbit Balai Penelitian dan

Pengembangan Peternakan dan Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

(45)

Lely Damai Siahaan : Pengujian Berbagai Level Kombinasi Pengencer Susu Kambing - Kuning Telur Dan Lama

Susanto H. 2008. Susu Kambing Ettawa Untuk Kesehatan

Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas Air. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Srigandono, B. 1998. Beternak Itik Pedaging. Ungaran.

Simanjuntak, L. 2002. TIKTOK Unggas Pedaging Hasil Persilangan Itik dan

Entok. Agromedia Pustaka, Tangerang.

Toelihere, M.R. 1981. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa, Bandung. Toelihere, M.R. 1985. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa, Bandung. Wibowo, C.H, Tri Yuanta, Kustono. 1998. Pengaruh Pencucian Sel Sperma dan

Penyimpanan Sperma Ayam Kampung Terhadap Fertilitas. Buletin

(46)

Lampiran 1. Rataan gerakan massa spermatozoa Entok

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II

P0T0 3 3 6 3

P0T1 3 3 6 3

P0T2 2 3 5 2,5

P0T3 3 2 5 2,5

P1T0 3 3 6 3

P1T1 3 3 6 3

P1T2 2 3 5 2,5

P1T3 1 2 4 2

P2T0 3 3 6 3

P2T1 2 3 5 2,5

P2T2 3 2 5 2,5

P2T3 2 2 4 2

P3T0 3 3 6 3

P3T1 3 3 6 3

P3T2 2 3 5 2,5

P3T3 2 2 4 2

Total 41 43 84 42

Rata-rata 2,56 2,68 5,25 2,62

Lampiran 2. Dwikasta rataan gerakan massa spermatozoa Entok

P/T T0 T1 T2 T3 Total Rata-rata

P0 6 6 5 5 22 5,5

P1 6 6 5 4 21 5,25

P2 5 5 5 4 20 5

P3 6 6 5 4 21 5,25

Total 24 23 20 17 84 21

Rata-rata 6 5,75 5 4,25 21 5,25

Lampiran 3. Uji sidik ragam gerakan massa spermatozoa Entok.

SK dB JK KT F Hitung F Tabel

0,05 0,01

Perlakuan 15 4,5 0,3 1,58tn 2,35 3,385

Faktor P 3 0,25 0,08 0,42tn 3,24 5,29

Faktor T 3 3,75 1,25 6,58** 3,01 4,77

Interaksi P x T

9 0,5 0,06 0,32tn 2,54 3,78

Galat 16 3 0,19

Total 31 7,5

(47)

Lely Damai Siahaan : Pengujian Berbagai Level Kombinasi Pengencer Susu Kambing - Kuning Telur Dan Lama

Lampiran 4. Rataan motilitas spermatozoa Entok

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II

P0T0 80 80 160 80

P0T1 75 75 150 75

P0T2 70 65 135 67,5

P0T3 60 60 120 60

P1T0 70 75 145 72,5

P1T1 60 60 120 60

P1T2 40 45 85 42,5

P1T3 30 30 60 30

P2T0 75 75 150 75

P2T1 70 75 145 72,5

P2T2 70 70 140 70

P2T3 65 65 130 65

P3T0 80 80 160 80

P3T1 80 75 155 77,5

P3T2 75 80 155 77,5

P3T3 60 65 125 62,5

Total 1060 1075 2135 1067,5 Rata-rata 66,25 67,19 133,43 66,71

Lampiran 5. Dwikasta rataan motilitas spermatozoa Entok

P/T T0 T1 T2 T3 Total Rata-rata

PO 160 150 135 120 565 141,25

P1 145 120 85 60 410 102,5

P2 150 145 140 130 565 141,25

P3 160 155 155 125 595 148,75

Total 615 570 515 435 2135 533,75

Rata-rata 153,75 142,5 128,75 108,75 533,75 133,43

Lampiran 6. Uji sidik ragam motilitas spermatozoa Entok

SK dB JK KT F Hitung F Tabel

0,05 0,01 Perlakuan 15 5692,97 379,53 69,51** 2,35 3,38 Faktor P 3 2627,34 875,78 160,39** 3,24 5,29 Faktor T 3 2252,34 750,78 137,50** 3,01 4,77 Interaksi P x T 9 813,29 90,36 16,54** 2,54 3,78

Galat 16 87,5 5,46

Total 31 5780,47

(48)

Lampiran 7. Rataan persentase spermatozoa hidup Entok

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II

P0T0 32,06 31,34 63,4 31,7

P0T1 33,33 28,45 61,78 30,85

P0T2 31,67 33,85 65,52 32,76

P0T3 28,51 26,94 55,45 27,725

P1T0 48,64 43,70 92,34 46,17

P1T1 43,81 38,4 82,21 41,10

P1T2 36,36 24,29 60,65 30,32

P1T3 27,45 25,52 52,97 26,48

P2T0 37,09 36,69 73,78 36,89

P2T1 30,86 37,23 68,09 34,04

P2T2 32,21 36,97 69,18 34,59

P2T3 29,07 28,57 57,64 28,82

P3T0 46,47 44,74 91,21 45,60

P3T1 49,77 44,59 94,36 47,18

P3T2 38,49 41,80 80,29 40,14

P3T3 38,11 40,19 78,3 39,15

Total 583,9 563,27 1147,17 573,58

Rata-rata 291,95 281,63 71,69 35,84

Lampiran 8. dwikasta rataan persentase spermatozoa hidup Entok

Perlakuan T0 T1 T2 T3 Total Rata-rata

P0 63,4 61,78 65,52 55,45 246,15 61,53

P1 92,34 82,21 60,65 52,93 288,17 72,04

P2 73,78 68,09 69,18 57,64 268,69 67,17

P3 91,21 94,36 80,29 78,3 344,16 86,04

Total 320,73 306,44 275,64 244,36 1147,17 286,78 Rata-rata 80,18 76,61 68,91 61,09 286,79 71,69

Lampiran 9. Uji sidik ragam persentase spermatozoa hidup Entok

SK dB JK KT F Hitung F Tabel

0,05 0,01 Perlakuan 15 1355,90 90,39 8,42** 2,35 3,385 Faktor P 3 659,06 219,68 20,47** 3,24 5,29 Faktor T 3 432,84 144,28 13,43** 3,01 4,77 Interksi P x T 9 264 29,33 2,73* 2,54 3,78

Galat 16 171,69 10,73

Total 31 1527,59

(49)

Lely Damai Siahaan : Pengujian Berbagai Level Kombinasi Pengencer Susu Kambing - Kuning Telur Dan Lama

Lampiran 10. prosedur Pembuatan Bahan Pengencer

1. Dimasukkan susu ke dalam tabung erlemeyer, di tempatkan di dalam suatu bejana terbuat dari gelas pireks yang berisi air susu yang dipanaskan secara tidak langsung sampai mencapai suhu 95oC dan dipertahankan konstan selama 10 menit.

2. Air susu segera didinginkan dengan air kran ke dalam bejana sampai mencapai suhu 32oC.

3. Air susu dituangkan secara perlahan-lahan ke tabung lain dengan meninggalkan kepala susu yang mengandung albumin pada dinding erlemeyer atau melekat pada termometer. Apabila kepala susu hancur menjadi bagian-bagian kecil akibat pemanasan maka air susu tersebut dapat disaring dengan menggunakan kain kasa steril.

4. Kulit telur dibersihkan dengan alkohol 70%.

5. Dipecahkan kulit telur, kemudian dikeluarkan putihnya.

6. Keluarkan kuning telur dan taruh di atas kertas saring dan diguling-gulingkan untuk membuang sisa-sisa albumin.

7. Ukur susu kambing sesuai dengan perlakuan. 8. Ukur kuning telur sesuai dengan perlakuan.

(50)

Lampiran 11. Prosedur Penampungan Semen

1. Penampungan sperma dilakukan oleh 2 orang operator, yang satu memegang entok dan yang satu lagi melakukan pengurutan sekaligus menampung semen.

2. Entok jantan berumur 1 tahun berada dalam kandungan individual

3. Entok betina dewasa umur 7-8 bulan dimasukkan dalam kandang pejantan 4. Entok jantan kemudian berusaha mengawini betina dengan mematuk

kepala betina sambil berusaha menaikinya.

5. Jika si jantan sudah terangsang (ekor dikibas-kibas), dibersihkan daerah sekitar kloaka dengan kain lap agar sperma bersih dari kotoran

6. Dilakukan pengurutan dari punggung bagian bawah dekat kloaka ke arah kloaka secara berulang –ulang selama beberapa saat sampai penis yang berbentuk spiral tampak ereksi

7. Ereksi dan ejakulasi sperma terjadi secara spontan setelah dirangsang. 8. Sperma keluar dari papilla ejakulator. Saat sperma keluar, ditampung

(51)

Lely Damai Siahaan : Pengujian Berbagai Level Kombinasi Pengencer Susu Kambing - Kuning Telur Dan Lama

Lampiran 12. Pengamatan Gerakan Massa

Diteteskan semen pada objek glass

Dengan perbesaran 10 x 10 diamati gelombang sebagai berikut Tanda Kriteria Nilai Pengamatan

+++ Sangat Baik 4 Gelombang-gelombang besar dengan jumlah banyak,

tebal dan gelap dengan gerakan cepat

++ Baik 3 Gelombang-gelombang tipis, jarang dan Lambat

+ Kurang Baik 2 Tidak terdapat gelombang, terlihat gerak sperma sendiri-sendiri

(52)

Lampiran 13. Pengamatan Motilitas

Diteteskan semen pada objek glass

Denganperbesaran 45 x 10 diperhatikan gerakan sebagai berikut Nilai Keterangan

0 Tidak bergerak/mati

1 Gerakan berputar ditempat

2 Gerakan berayun

3 50-80% bergerak progresif

4 90% motil, progresif gesit

(53)

Lely Damai Siahaan : Pengujian Berbagai Level Kombinasi Pengencer Susu Kambing - Kuning Telur Dan Lama

Lampiran 14. Pengamatan Presentase Sperma yang Hidup

*) ditandai dengan tidak adanya penyerapan zat warna (Toelihere, 1979). Diteteskan zat warna pada

ujung objek kemudian teteskan semen

Disediakan dua buah objek glass

Dihitung jumlah sperma yang hidup *)

Dikeringkan dengan suhu 400C dengan menggunakan hair dryer

Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10 dilanjutkan dengan perbesaran 45 x 10

(54)

Lampiran 15. Penyimpanan Semen

1. Dengan reaksi dinding tuangkan bahan pengencer ke dalam tabung yang berisi semen. Campurkan secara bertahap, sampai mencapai perbandingan 1 : 1.

2. Masukkan semen yang telah diencerkan ke dalam tabung reaksi sesuai dengan perlakuan dan tutup rapat.

3. Pemberian etiket.

4. Siapkan beacker glass, isi dengan air biasa, masukkan tabung–tabung yang berisi semen encer ke dalam beacker glass tersebut.

(55)

Gambar

Tabel 3. Rataan Gerakan Massa Sperma Entok
Tabel 4. Rataan Motilitas spermatozoa Entok
Tabel 5. Rataan Persentase Spermatozoa Hidup Entok
Tabel 6. Uji sidik ragam gerakan massa spermatozoa Entok.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara domba kontrol dengan domba yang mendapat perlakuan injeksi PMSG dalam hal jumlah

Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta

Saya dapat menggunakan strategi yang menggabungkan (konten tertentu), teknologi dan pendekatan pengajaran yang saya pelajari dalam kursus di kelas saya maupun di luar kelas

Dengan mengamati gambar dan teks percakapan, siswa dapat membaca kalimat sederhana yang di dalamnya memuat aturan penggunaan tanda tanya dengan lafal dan intonasi

Dapat dilihat pada Gambar 12 titik pengukuran (TP) dilakukan pada pin 26 sampai pin 29 yang merupakan port untuk data masukkan mikrokontroler yang berasal dari sinyal keluaran

[r]

Hal tersebut menunjukkan bahwa audit tenure, debt default dan opini audit tahun sebelumnya secara simultan memberikan kontribusi pengaruh sebesar 61,7% terhadap