• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Pharmacoat 615 sebagai Bahan Pengikat pada Pembuatan Tablet Asam Folat secara Granulasi Basah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penggunaan Pharmacoat 615 sebagai Bahan Pengikat pada Pembuatan Tablet Asam Folat secara Granulasi Basah"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN PHARMACOAT 615 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT PADA PEMBUATAN TABLET ASAM FOLAT

SECARA GRANULASI BASAH

SKRIPSI

OLEH:

BUHAIROH MUTIARA NASUTION NIM 040804025

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGGUNAAN PHARMACOAT 615 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT PADA PEMBUATAN TABLET ASAM FOLAT

SECARA GRANULASI BASAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

BUHAIROH MUTIARA NASUTION NIM 040804025

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGGUNAAN PHARMACOAT 615 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT PADA PEMBUATAN TABLET ASAM FOLAT

SECARA GRANULASI BASAH

OLEH:

BUHAIROH MUTIARA NASUTION NIM 040804025

Dipertahankan di Hadapan Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada tanggal: Oktober 2009

Pembimbing I, Panitia Penguji,

(Dra. Saodah, M.Sc., Apt.) (Dra. Juanita Tanuwijaya, Apt.) NIP 194901131976032001 NIP 130 672 239

Pembimbing II, (Dra. Saodah, M.Sc., Apt.) NIP 194901131976032001

(Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt.) (Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt.) NIP 195011171980032001 NIP 131 286 002

(Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt.) NIP 130 672 235

Dekan,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah swt atas limpahan berkah dan karuniaNya yang tiada terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini YANG BERJUDUL “Penggunaan Pharmacoat 615 sebagai Bahan Pengikat pada Pembuatan Tablet Asam Folat secara Granulasi Basah”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada Ayahanda Drs. Sangkot Nasution, MA. dan Ibunda Dra. Siti Wasitah, Adinda Mhd. Kurnia Ilahi Nasution dan Adnan Buyung Nasution yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan moril dan materil yang tiada putus-putusnya.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. selaku Dekan beserta para

Pembantu Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas serta sarana.

2. Ibu Dra. Saodah, M.Sc., Apt. Dan Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. yang telah membimbing dan mengarahkan selama melakukan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu Panitia Penguji atas segala arahan dan masukan yang sangat berarti dalam penyempurnaan skripsi ini.

(5)

5. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis dalam perkuliahan.

6. Kepala dan staf Laboratorium Teknologi Formulasi Solid dan Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif atas seluruh fasilitas yang diberikan selama proses penelitian dan pengalaman berharga sebagai asisten laboratorium.

7. Rekan-rekan dan seluruh asisten laboratorium tablet dan teman-teman angkatan 2004 dan semua pihak yang tidak tersebutkan namanya satu persatu yang telah banyak mendukung, memotivasi, serta membantu penulis dalam perkuliahan, proses penelitian, sampai penyusunan skripsi ini.

Penulis paham bahwa tulisan ini masih jauh dari titik kesempurnaan, untuk itu sangat diharapkan masukan berupa kritik dan saran yang konstruktif demi penyempurnaannya. Akhir kata, harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadi sumbangan yang berarti bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, Oktober 2009 Penulis,

(6)

Penggunaan Pharmacoat 615 sebagai Bahan Pengikat pada Tablet Asam Folat secara Granulasi Basah

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian pembuatan tablet Asam folat dengan bahan pengikat Pharmacoat 615 secara granulasi basah. Konsentrasi bahan pengikat yang ditambahkan adalah 1%, 3%, 5%, 7% dan 9%, dan hasilnya dibandingkan dengan bahan pengikat Amilum manihot 10%. Tablet yang dihasilkan dievaluasi dengan menggunakan parameter antara lain: kekerasan, friabilitas, waktu hancur, penetapan kadar, keseragaman sediaan dan disolusi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tablet Asam folat dengan bahan pengikat Pharmacoat 615 memiliki tampilan dan kualitas uji tablet jadi yang lebih baik dari pada tablet Asam folat dengan bahan pengikat Amilum manihot. Semakin tinggi konsentrasi Pharmacoat 615 sebagai bahan pengikat mengakibatkan waktu hancur dan laju disolusi tablet Asam folat yang semakin lambat. Adapun konsentrasi Pharmacoat 615 yang dapat digunakan sebagai bahan pengikat pada pembuatan tablet Asam folat secara granulasi basah adalah pada konsentrasi 5%. Pada konsentrasi tersebut tablet yang dihasilkan memenuhi persyaratan penetapan kadar, keragaman kandungan, kekerasan, friabilitas, waktu hancur dan laju disolusi.

(7)

The Use of Pharmacoat 615 as Binder in Preparation of Folic Acid Tablet Using Wet Granulation Method

ABSTRACT

The effect of Pharmacoat 615 as binder in preparation of Folic acid tablet using wet granulation method has been done by using in vitro test. Concentration of the added binder is 1%, 3%, 5%, 7% and 9%, and the result was compared to the binder of Amylum manihot 10%. Hardness, friability analysis, disintegration time, quantitative determination, uniformity of preparation and disolution were used as parameters.

The resulted shows that Folic acid tablet with Pharmacoat 615 as binder had better appearance and quality than Folic Acid tablet with Amylum manihot 10% as tablet binder. The increase of Pharmacoat 615 as binder resulted in slower disintegration and dissolution time of Folic acid tablet. The concentration as binder Pharmacoat 615 in preparation of Folic acid tablet using wet granulation method was 5%. At these concentration the tablet fulfilled the requirements of content determining, weight uniformity, hardness, friability, disintegration and dissolution time.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Asam Folat ... 5

2.1.1 Tinjauan Umum ... 5

2.1.2 Farmakologi ... 6

2.2 Pharmacoat 615 ... 6

2.3 Sediaan Tablet ... 7

2.3.1 Uraian Tablet ... 7

2.3.2 Metode Pembuatan Tablet... 8

(9)

2.3.4 Uji Preformulasi ... 11

2.3.5 Evaluasi Tablet ... 11

2.4 Spektrofotometri Ultraviolet ... 14

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 15

3.1 Alat-alat ... 15

3.2 Bahan-bahan... 15

3.3 Metode Penelitian ... 15

3.3.1 Pembuatan Pereaksi ... 15

3.3.1.1 Air Bebas Karbon Dioksida ... 15

3.3.1.2 Natrium Hidroksida 0,1 N ... 15

3.3.2 Formula Tablet ... 16

3.3.3 Pembuatan Tablet Asam Folat ... 17

3.3.4 Uji Preformulasi ... 17

3.3.4.1 Uji Sudut Diam ... 17

3.3.4.2 Uji Waktu Alir ... 18

3.3.4.3 Uji Indeks Tap... 18

3.3.5 Evaluasi Tablet ... 18

3.3.5.1 Uji Kekerasan Tablet ... 18

3.3.5.2 Uji Friabilitas ... 19

3.3.5.3 Uji Waktu Hancur ... 19

3.3.5.4 Pembuatan Larutan Induk Baku Asam Folat ... 20

3.3.5.5 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum ... 20

3.3.5.6 Pembuatan Kurva Kalibrasi ... 20

(10)

3.3.5.8 Keseragaman Sediaan... 21

3.3.5.9 Uji Disolusi ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1 Uji Preformulasi Granul Asam Folat ... 24

4.1.1 Uji Sudut Diam ... 24

4.1.2 Uji Waktu Alir ... 25

4.1.3 Uji Indeks Tap ... 25

4.2 Evaluasi Tablet ... 26

4.2.1 Kekerasan Tablet ... 27

4.2.2 Friabilitas... 28

4.2.3 Waktu Hancur ... 28

4.2.4 Hasil Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum ... 29

4.2.5 Hasil Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi ... 31

4.2.6 Penentuan Kadar Zat Berkhasiat ... 31

4.2.7 Keragaman Kandungan ... 33

4.2.8 Disolusi ... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 36

5.1 Kesimpulan ... 36

5.2 Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Formula Tablet Asam Folat ... 16

Tabel 2. Kriteria Penerimaan Uji Disolusi ... 23

Tabel 3. Hasil Uji Preformulasi Granul Asam Folat ... 24

Tabel 4. Hasil Evaluasi Tablet Asam Folat ... 27

Tabel 5. Data Panjang Gelombang Serapan Maksimum dan Absorbansi Asam Folat Baku Pembanding ... 30

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kurva Serapan Asam Folat Baku Pembanding(Konsentrasi 8 mcg/ml )

dalam NaOH 0,1 N secara Spektrofotometri Ultraviolet ... 21 Gambar 2. Kurva Kalibrasi Asam Folat Baku Dalam Pelarut NaOH 0,1 N

secara Spektrofotometri Ultraviolet pada Panjang

Gelombang 256 nm ... 22 Gambar 3. Grafik Hasil Persen Kumulatif Rata-Rata Disolusi Tablet

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat ... 39

Lampiran 2. Hasil Penentuan Persamaan Regresi dari Kurva Kalibrasi Asam Folat Baku pada Panjang Gelombang = 256 nm Terhadap NaOH 0,1 N sebagai Blanko. ... 41

Lampiran 3. Perhitungan Kadar Tablet Asam Folat ... 44

Lampiran 4. Data Kadar Asam Folat Dalam Tablet ... 46

Lampiran 5. Perhitungan Keragaman Kandungan Tablet Asam Folat ... 47

Lampiran 6. Contoh Perhitungan Friabilitas Tablet Asam Folat ... 50

Lampiran 7. Hasil Penentuan Kurva Serapan Asam Folat Baku Pembanding Pada C= 8 mcg/ml terhadap Medium Disolusi sebagai Blanko. ... 51

Lampiran 8. Hasil Penentuan Persamaan Regresi Dari Kurva Kalibrasi Asam Folat Baku Pada Panjang Gelombang = 281 nm terhadap Medium Disolusi sebagai Blanko. ... 52

Lampiran 9. Perhitungan Disolusi Tablet Asam Folat... 55

Lampiran 10. Sertifikat Analisis Bahan Baku Asam Folat ... 57

Lampiran 11. Sertifikat Analisis Baku Pembanding Asam Folat ... 58

(14)

Penggunaan Pharmacoat 615 sebagai Bahan Pengikat pada Tablet Asam Folat secara Granulasi Basah

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian pembuatan tablet Asam folat dengan bahan pengikat Pharmacoat 615 secara granulasi basah. Konsentrasi bahan pengikat yang ditambahkan adalah 1%, 3%, 5%, 7% dan 9%, dan hasilnya dibandingkan dengan bahan pengikat Amilum manihot 10%. Tablet yang dihasilkan dievaluasi dengan menggunakan parameter antara lain: kekerasan, friabilitas, waktu hancur, penetapan kadar, keseragaman sediaan dan disolusi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tablet Asam folat dengan bahan pengikat Pharmacoat 615 memiliki tampilan dan kualitas uji tablet jadi yang lebih baik dari pada tablet Asam folat dengan bahan pengikat Amilum manihot. Semakin tinggi konsentrasi Pharmacoat 615 sebagai bahan pengikat mengakibatkan waktu hancur dan laju disolusi tablet Asam folat yang semakin lambat. Adapun konsentrasi Pharmacoat 615 yang dapat digunakan sebagai bahan pengikat pada pembuatan tablet Asam folat secara granulasi basah adalah pada konsentrasi 5%. Pada konsentrasi tersebut tablet yang dihasilkan memenuhi persyaratan penetapan kadar, keragaman kandungan, kekerasan, friabilitas, waktu hancur dan laju disolusi.

(15)

The Use of Pharmacoat 615 as Binder in Preparation of Folic Acid Tablet Using Wet Granulation Method

ABSTRACT

The effect of Pharmacoat 615 as binder in preparation of Folic acid tablet using wet granulation method has been done by using in vitro test. Concentration of the added binder is 1%, 3%, 5%, 7% and 9%, and the result was compared to the binder of Amylum manihot 10%. Hardness, friability analysis, disintegration time, quantitative determination, uniformity of preparation and disolution were used as parameters.

The resulted shows that Folic acid tablet with Pharmacoat 615 as binder had better appearance and quality than Folic Acid tablet with Amylum manihot 10% as tablet binder. The increase of Pharmacoat 615 as binder resulted in slower disintegration and dissolution time of Folic acid tablet. The concentration as binder Pharmacoat 615 in preparation of Folic acid tablet using wet granulation method was 5%. At these concentration the tablet fulfilled the requirements of content determining, weight uniformity, hardness, friability, disintegration and dissolution time.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan kempa (DitJen POM, 1995).

Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan mampu melepaskan obat dalam keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu (Soekemi, dkk,1978).

Tablet merupakan bentuk sediaan yang mempunyai keuntungan antara lain dosisnya tepat, pembuatannya mudah, murah, mudah pengemasan dan distribusinya, stabilitas fisika dan kimia dari bahan-bahan obat cukup baik (Lachman, dkk, 1994).

(17)

Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin dan zat pembasah. Bahan pengikat ditambahkan pada tablet supaya mudah dibentuk menjadi granul sehingga akan mudah dicetak menjadi tablet (Anief, 1987). Pemakaian bahan pengikat dalam bentuk larutan (dalam jumlah yang sama) lebih efektif dibandingkan dalam bentuk kering kemudian dibasahi. Sebab partikel serbuk dilapisi udara pada permukaannya, dengan pengikat larutan lebih mudah penetrasinya sehingga lebih mudah membasahi massa. Dengan alasan ini maka untuk mendapatkan daya ikat yang efektif dipakai pengikat dalam bentuk larutan karena penetrasi yang lebih mudah (Soekemi, dkk,1987).

HPMC (Hydroxypropyl Methyl Cellulose) atau yang dikenal dengan Pharmacoat adalah salah satu pengikat turunan selulosa, yang digunakan dalam dalam bentuk larutan. Pharmacoat mempunyai 3 tipe yang berbeda sifat fisiknya, yaitu Pharmacoat 603, Pharmacoat 606 dan Pharmacoat 615. Rentang viskositas dari ketiga Pharmacoat tersebut secara berurutan adalah 2,4–3,6 cP; 4,8–7,2 cP; dan 12,0–18,0 cP.

(18)

Asam folat adalah suatu vitamin dari kelompok B kompleks yang terdapat dalam gandum dan sayuran hijau yang kaya gizi antara lain dalam buncis, kacang-kacangan, juga terdapat pada daging, ikan, hati dan ragi. Asam folat di dalam hati direduksi menjadi zat aktifnya THFA (Tetra Hydrofolic Acid), suatu ko-enzim yang penting sekali bagi sintesis DNA dan RNA serta pembelahan sel. Oleh karena itu, kekurangan asam folat dapat mengakibatkan anemia primer megaloblaster (Tjay dan Kirana, 2002).

Asam folat bersifat hidrofob, sehingga onset of action yang lebih cepat sukar diperoleh. Untuk mencapai tujuan tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti Pharmacoat 615 sebagai bahan pengikat dalam formulasi tablet asam folat dengan metode granulasi basah. Adapun sebagai pembanding digunakan amilum manihot 10% sebagai bahan pengikat tablet asam folat.

1.2Perumusan Masalah

1. Apakah Pharmacoat 615 dapat digunakan sebagai pengikat pada pembuatan tablet asam folat secara granulasi basah.

2. Apakah peningkatan konsentrasi Pharmacoat 615 berpengaruh terhadap tablet yang dihasilkan.

1.3Hipotesis

1. Pharmacoat 615 dapat digunakan sebagai pengikat pada pembuatan tablet asam folat secara granulasi basah.

(19)

1.4Tujuan Penelitian

1. Memformulasi tablet asam folat menggunakan Pharmacoat 615 sebagai bahan pengikat.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asam Folat

2.1.1 Tinjauan Umum Rumus bangun :

Rumus molekul : C19H19N7O6

Nama kimia : Asam N-[p-[[(2-amino-4-hidroksi-6-pteridinil)metil]amino] Benzoil]-L-glutamat [59-30-3]

Berat molekul : 441, 40

Pemerian : Serbuk hablur kuning atau jingga kekuningan, tidak berbau Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; praktis tidak larut dalam etanol

(95%) P, dalam kloroform P, dalam eter P, dalam aseton P, dan dalam benzen P; mudah larut dalam asam klorida encer P panas dan dalam asam sulfat encer P panas; larutan berwarna kuning sangat pucat; mudah larut dalam larutan alkali hidroksida encer, dan dalam larutan alkali karbonat encer

(21)

2.1.2 Farmakologi

Asam folat di dalam hati direduksi menjadi zat aktifnya THFA (tetrahydrofolic acid), suatu ko-enzin yang penting sekali bagi sintesis DNA dan RNA serta pembelahan sel. Oleh karena itu, kekurangan asam folat bisa mengakibatkan anemia primer megaloblaster (Tjay dan Kirana, 2002).

Dalam keadaan normal, 5-20 mg folat disimpan di dalam hati dan jaringan-jaringan lain. Folat dieksresikan ke dalam urin dan feses, sehingga kadar serum turun dalam beberapa hari bila asupan berkurang. Karena cadangan folat dalam tubuh relatif rendah dan kebutuhan harian tinggi, mak a defisiensi folat dan anemia megaloblastik dapat terjadi 1-6 bulan setelah asupan asam folat berhenti, bergantung pada status nutrisi pasien dan kecepatan penggunaan folat.

Defisiensi folat dapat disebabkan oleh obat-obatan yang mengganggu absorpsi asam folat atau metabolisme asam folat di dalam tubuh. Fenitoin, beberapa antikonvulsan, kontrasepsi oral dan isoniazid dapat menyebabkan defisiensi dengan menghambat metabolisme asam folat di usus. Obat-obat lain seperti metrotreksat, trimetoprim menghambat dihidrofolat reduktase dan menyebabkan anemia megaloblastik (Katzung, 1997).

2.2 Uraian Tentang Pharmacoat

(22)

Pharmacoat mempunyai nama kimia hydroxypropyl methyl cellulose atau propilenglikol eter dari metil cellulose. Serbuk putih sampai kekuningan, tidak berbau dan tidak berasa, larut dalam pelarut organik, larut dalam air dalam tingkat pH manapun pada suhu di bawah 60º C, tidak larut dalam sirup gula pada

konsentrasi≤ 60 %. Secara kimia inert, tidak bereaksi dengan bahan obat, viskositas larutan rendah, mempunyai kadar metoksi 28-30 %, kadar hidroksi 7-12 %. Susut pengeringannya kurang dari 5 %, sisa pemijaran kurang dari 1,5 % (Shin-Etsu).

Pharmacoat digunakan sebagai pengikat massa granul, fluidisasi dan dalam proses cetak langsung. Selain itu pharmacoat digunakan sebagai penyalut akhir untuk menciptakan permukaan sediaan obat yang mengkilat, dan sebagai bahan pengikat untuk tablet yang bersalut enterik. Penggunaan pharmacoat sebagai bahan pengikat paling efektif pada konsentrasi 1% - 4% (Shin-Etsu).

Hidroksipropil metilcelulosa (HPMC) merupakan polimer alam yang telah dimodifikasi sebagai bahan pengikat yang memberikan kekompakan dan daya tahan tablet sehingga dapat menyatukan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butiran granul. Viskositasnya yang rendah yaitu 5-15 cps sering digunakan sebagai bahan penyalut yaitu 5-10 % b/v. Alasan utama sering digunakan sebagai penyalut karena sifatnya dalam membentuk lapis tipis yang sering digunakan pada penyalutan secara konvensional. Selain itu sifatnya yang dapat larut dalam cairan pencernaan maupun pelarut organik (Lachman, dkk., 1970).

(23)

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja (Ditjen POM, 1995).

Tablet dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya dengan penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan menggunakan tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus, batang, atau cakram, serta bentuk seperti telur atau peluru. Garis tengah tablet pada umumnya 5-17 mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g (Voigt, 1995).

2.3.2 Metode Pembuatan Tablet

Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering (mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa (Ditjen POM, 1995).

Butiran granulat yang diperoleh, partikel-partikelnya mempunyai daya lekat. Daya alirnya menjadi lebih baik sehingga pengisian ruang cetak dapat berlangsung secara kontiniu dan homogen. Keseragaman bentuk granulat menyebabkan keseragaman bentuk tablet (Voigt, 1995).

a. Granulasi basah

(24)

diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet (Anief, 1994).

b. Granulasi kering

Metode ini digunakan pada keadaan dosis efektif terlalu tinggi untuk pencetakan langsung, obatnya peka terhadap pemanasan, kelembaban, atau keduanya (Lachman, dkk, 1994).

Setelah penimbangan dan pencampuran bahan, serbuk di slugged atau dikompresi menjadi tablet yang lebar dan datar dengan garis tengah sekitar 1 inci. Kempaan harus cukup keras agar ketika dipecahkan tidak menimbulkan serbuk yang berceceran. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau alat dan diayak dengan lubang yang diinginkan, pelicin ditambahkan dan tablet dikempa (Ansel, 1989).

c. Kompresi Langsung

Beberapa bahan obat seperti kalium klorida, kalium iodida, amonium klorida, dan metenamin bersifat mudah mengalir, sifat kohesifnya juga memungkinkan untuk langsung dikompresi tanpa memerlukan granulasi (Ansel, 1989).

2.3.3 Komposisi Tablet

Tablet oral umumnya di samping zat aktif mengandung, pengisi, pengikat, penghancur, dan pelincir. Tablet tertentu mungkin memerlukan pemacu aliran, zat warna, zat perasa, dan pemanis (Lachman, dkk, 1994).

(25)

dapat ditambahkan bahan pewangi (flavoring agent), bahan pewarna (coloring agent) dan bahan-bahan lainnya (Ansel, 1989).

a. Pengisi

Digunakan agar tablet memiliki ukuran dan massa yang dibutuhkan. Sifatnya harus netral secara kimia dan fisiologis, selain itu juga dapat dicernakan dengan baik (Voigt, 1995). Bahan-bahan pengisi yaitu : laktosa, sukrosa, manitol, sorbitol, amilum, bolus alba, kalsium sulfat, natrium sulfat, natrium klorida, magnesium karbonat (Soekemi, dkk, 1987).

b. Pengikat

Untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet, juga untuk menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam butir granulat (Voigt, 1995). Pengikat yang umum digunakan yaitu : amilum, gelatin, glukosa, gom arab, natrium alginat, cmc, polivinilpirolidon, dan veegum (Soekemi, dkk, 1987).

c. Penghancur

Untuk memudahkan pecahnya tablet ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan dan mempermudah absorpsi (Lachman, et al, 1994). Bahan yang digunakan sebagai pengembang yaitu : amilum, gom, derivat selulosa, alginat, dan clays (Soekemi, dkk, 1987).

d. Pelincir

(26)

2.3.4 Uji Preformulasi

Sebelum dicetak menjadi tablet, massa granul perlu diperiksa apakah memenuhi syarat untuk dapat dicetak. Preformulasi ini menggambarkan sifat massa sewaktu pencetakan tablet, meliputi waktu alir, sudut diam dan indeks tap.

Pengujian waktu alir dilakukan dengan mengalirkan massa granul melalui corong. Waktu yang diperlukan tidak lebih dari 10 detik, jika tidak maka akan dijumpai kesulitan dalam hal keseragaman bobot tablet. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan bahan pelicin (Cartensen, 1977).

Pengukuran sudut diam digunakan metode corong tegak, granul dibiarkan mengalir bebas dari corong ke atas dasar. Serbuk akan membentuk kerucut, kemudian sudut kemiringannya diukur. Semakin datar kerucut yang dihasilkan, semakin kecil sudut diam, semakin baik aliran granul tersebut (Voigt, 1995). Granul yang mempunyai sifat yang baik mempunyai sudut diam lebih kecil dari 35o (Cartensen, 1977).

Indeks tap adalah uji yang mengamati penurunan volume sejumlah serbuk atau granul akibat adanya gaya hentakan. Indeks tap dilakukan dengan alat volumenometer yang terdiri dari gelas ukur yang dapat bergerak secara teratur keatas dan kebawah. Serbuk atau granul yang baik mempunyai indeks tap kurang dari 20 % (Cartensen, 1977).

2.3.5 Evaluasi Tablet a. Kekerasan tablet

(27)

berkurangnya porositas dari tablet sehingga sukar dimasuki cairan yang mengakibatkan lamanya waktu hancur. Kekerasan dinyatakan dalam kg tenaga yang dibutuhkan untuk memecahkan tablet. Kekerasan untuk tablet secara umum yaitu 4-8 kg, tablet hisap 10-20 kg, tablet kunyah 3 kg (Soekemi, dkk, 1987). Kekerasan tablet dipengaruhi oleh perbedaan massa granul yang mengisi die pada saat pencetakan tablet dan tekanan kompressi. Selain itu, berbedanya nilai kekerasan juga dapat diakibatkan oleh variasi jenis dan jumlah bahan tambahan yang digunakan pada formulasi. Bahan pengikat adalah contoh bahan tambahan yang bisa menyebabkan meningkatnya kekerasan tablet bila digunakan terlalu pekat (Lachman, dkk, 1994).

b. Friabilitas

Tablet mengalami capping atau hancur akibat adanya goncangan dan gesekan, selain itu juga dapat menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet. Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh 6 inci pada setiap putaran, dijalankan sebanyak 100 putaran. Kehilangan berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5 sampai 1 % (Lachman, dkk, 1994). Kerenyahan tablet dapat dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan produk akhir. Granul yang sangat kering dan hanya mengandung sedikit sekali persentase kelembapan, sering sekali menghasilkan tablet yang renyah daripada granul yang kadar kelembapannya 2 sampai 4 % (Lachman, dkk, 1994).

c. Waktu hancur

(28)

seluruh partikel melalui saringan mesh-10 (Lachman, dkk, 1994). Hancurnya tablet tidak berarti sempurna larutnya bahan obat dalam tablet. Tablet memenuhi syarat jika waktu hancur tablet tidak lebih dari 15 menit (Soekemi, dkk, 1987). Kebanyakan bahan pelicin bersifat hidrofob, bahan pelicin yang berlebihan akan memperlambat waktu hancur. Tablet dengan rongga-rongga yang besar akan mudah dimasuki air sehingga hancur lebih cepat daripada tablet yang keras dengan rongga-rongga yang kecil (Soekemi, dkk, 1987).

d. Kadar zat berkhasiat

Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalam tablet harus dipantau pada setiap tablet atau batch, begitu juga kemampuan tablet untuk melepaskan zat atau obat yang dibutuhkan harus diketahui (Lachman, dkk, 1994). Persyaratan kadar berbeda-beda, dan tertera pada masing-masing monografi masing-masing bahan obat.

e. Keseragaman sediaan

Dapat ditentukan dengan salah satu dari dua metode :

- Keragaman bobot dilakukan terhadap tablet yang 50 % bahan aktifnya lebih besar atau sama dengan 50 mg.

- Keseragaman kandungan dilakukan terhadap tablet yang 50 % bahan aktifnya kurang dari 50 mg (Ditjen POM,1995).

f. Disolusi

(29)

yang diberikan secara oral dalam bentuk padat seperti tablet, kapsul, atau suspensi. Agar suatu obat dapat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larut dalam cairan pada tempat absorbsi. Suatu obat yang diberikan secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul tidak dapat diabsorbsi sampai partikel-partikel obat tersebut larut dalam cairan pada suatu tempat dalam saluran lambung-usus (Ansel, 1989). Cara pengujian disolusi tablet dan kapsul, juga persyaratan yang harus dipenuhi dinyatakan dalam masing-masing monografi obat. Yang diukur adalah jumlah zat berkhasiat yang larut dalam satu satuan waktu dengan alat dissolution tester (Soekemi, dkk, 1987).

2.5 Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometri ultraviolet digunakan untuk analisa kualitatif ataupun kuantitatif suatu senyawa. Absorpsi cahaya ultraviolet maupun cahaya tampak mengakibatkan traansisi elektron, yaitu perubahan elektron-elektron dari orbital dasar berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Penyerapan radiasi ultraviolet atau sinar tampak tergantung pada mudahnya transisi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk transisi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul-molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap panjang gelombang lebih panjang (Fessenden dan Fessenden, 1992).

(30)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Alat

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah disintegration tester (Erweka), dissolution tester (Erweka DT), strong cobb hardness tester

(Erweka), roche friabilator (Erweka), spektrofotometer ultraviolet (UV Mini 1240 Shimadzu), stopwatch, neraca listrik, alat-alat gelas dan alat laboratorium lainnya.

3.2 Bahan

Asam folat BPFI (Badan POM), bahan baku tablet asam folat (PT. Indofarma), pharmacoat 615 (PT. Indofarma), amilum manihot, laktosa, magnesium stearat, talkum, natrium hidroksida (E. Merck) dan air suling.

3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Pembuatan Pereaksi

3.3.1.1 Air bebas karbon dioksida (Ditjen POM, 1995)

Air murni yang telah dididihkan selama 5 menit atau lebih dan didiamkan sampai dingin dan tidak boleh menyerap karbon dioksida dari udara. 3.3.1.2 Natrium Hidroksida 0,1 N (Ditjen POM, 1979)

(31)

3.3.2 Formula tablet

R/ Asam folat 5 mg Amilum manihot 10% Pharmacoat 615 X

Talkum 1% Mg stearat 1%

Laktosa ad 200 mg m.f. tab dtd No.C

Keterangan: X merupakan konsentrasi Pharmacoat 615 yang ditambahkan yaitu 1%, 3%, 5%, 7% dan 9%.

Tabel 1. Formula Tablet Asam Folat

Komposisi Formula

F1 F2 F3 F4 F5 F6

Asam Folat (g) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Amilum manihot (g) 2 2 2 2 2 2

Pharmacoat 615 (g) 0,066 0,198 0,33 0,462 0,594 -

Amilum Manihot (g) - - - 0,6

Talkum (g) 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2

Mg Stearat (g) 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 Laktosa (g) 17,034 16,902 16,770 16,638 16,506 16,500 Berat tablet (g) 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00

(32)

Keterangan:

F1: Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 sebanyak 1% F2: Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 sebanyak 3% F3: Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 sebanyak 5% F4: Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 sebanyak 7% F5: Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 sebanyak 9% F6: Formula dengan penambahan Amilum manihot 10%

3.3.3 Pembuatan Tablet Asam Folat

Tablet Asam folat dibuat dengan cara granulasi basah. Asam folat, amilum manihot (pengembang dalam), dan laktosa dimasukkan ke dalam lumpang, digerus sampai homogen, dan ditambahkan larutan Pharmacoat 615 sedikit demi sedikit sampai terbentuk massa yang kompak. Kemudian digranulasi dengan ayakan mesh 14, dan dikeringkan pada suhu 40-60°C di lemari pengering. Granul kering digranulasi kembali dengan ayakan mesh 16, ditimbang dan ditambahkan talkum, magnesium stearat, dan amilum manihot (pengembang luar). Kemudian dilakukan uji preformulasi pada granul. Setelah itu, granul dicetak dengan mesin pencetak tablet dengan bobot 200 mg dan penampang 9 mm.

3.3.4 Uji Preformulasi

(33)

3.3.4.1 Uji Sudut Diam

Ditimbang 100 gram granul kemudian dimasukkan kedalam corong yang telah dirangkai, permukaan granul diratakan, lalu penutup corong dibuka sehingga granul mengalir sampai habis. Tinggi dan diameter tumpukan granul yang terbentuk diukur. Sudut diam dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Tg θ= 2H/D

Dimana : θ= sudut diam

H= tinggi tumpukan granul (cm) D= Diameter tumpukan granul (cm)

Granul yang bersifat free flowing mempunyai sudut diam antara 20o-40o (Cartensen, 1977). (Data, halaman 14)

3.3.4.2 Uji Waktu Alir

Ditimbang 100 gram granul, kemudian dimasukkan kedalam corong yang telah dirangkai dan permukaannya diratakan. Penutup bawah dibuka bersamaan dengan dihidupkan stopwacth. Stopwacth dihentikan tepat pada saat granul habis melewati corong dan dicatat waktu alirnya. Syarat waktu alir granul lebih kecil dari 10 detik (Cartensen, 1977). (Data, halaman 14)

3.3.4.3 Uji Indeks Tap

Dimasukkan granul ke dalam gelas ukur 100 ml, diberi garis tanda dan dinyatakan sebagai volume awalnya (V0), kemudian gelas ukur ditap

(dihentakkan) sampai volume granul konstan dan diperoleh volume akhir (V1).

Indeks tap dapat dihitung dengan rumus :

(34)

Syarat dari indeks tap yaitu lebih kecil dari 20% (Cartensen, 1977). (Data, halaman14)

3.3.5 Evaluasi Tablet

3.3.5.1 Uji Kekerasan Tablet

Sebuah tablet diletakkan tegak lurus diantara anvil dan punch pada alat Strong Cobb Hardness Tester. Tablet tersebut dijepit dengan memutar sekrup

pengatur sampai lampu tanda stop menyala. Kemudian tombol ditekan sampai tablet menjadi retak atau pecah. Dicatat angka yang ditunjukkan oleh jarum skala. Tablet memenuhi syarat bila kekerasan tablet antara 4–8 kg (Parrot, 1971). (Data, halaman 17)

3.3.5.2 Uji Friabilitas

Diambil 20 tablet dan ditimbang setelah dibersihkan dari debu. Dicatat beratnya (a gram). Seluruh tablet dimasukkan ke dalam alat Roche Friabilator. Lalu alat dijalankan selama 4 menit atau 100 kali putaran. Tablet dikeluarkan dan dibersihkan dari debu, lalu ditimbang beratnya (b gram). Persentase friabilitas dihitung dengan rumus :

Friabilitas= x100% a

b a

Tablet memenuhi syarat jika diperoleh persentase kehilangan berat ≤ 0,8% (Soekemi, dkk, 1987). (Data, halaman 17)

3.3.5.3 Uji Waktu Hancur

Dimasukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang pada alat Disintegration Tester kemudian dimasukkan satu cakram pada tiap tabung.

(35)

hancur tablet dicatat yaitu sejak tablet dinaik turunkan sampai tablet hancur. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal pada kasa. Tablet memenuhi syarat jika waktu hancur tablet tidak lebih dari 15 menit (Ditjen POM., 1979). Uji dilakukan pada 6 tablet. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya; tidak kurang 16 tablet dari 18 tablet yang diuji harus hancur semua (Ditjen POM, 1995). (Data, halaman 17) 3.3.6.4 Pembuatan Larutan Induk Baku Asam Folat

Serbuk asam folat baku pembanding ditimbang sebanyak 50 mg. Dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dilarutkan dengan 10 ml NaOH 0,1 N. Kemudian dicukupkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda (C= 500 mcg/ml).

3.3.6.5 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Dipipet sebanyak 0,8 ml dari larutan induk baku, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml kemudian diencerkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda dan dikocok sampai homogen (C= 8 mcg/ml). Kemudian diukur serapan maksimum pada panjang gelombang 200-400 nm dan sebagai blanko digunakan NaOH 0,1 N. (Data, halaman 20)

3.3.6.6 Pembuatan Kurva Kalibrasi

(36)

3.3.6.7 Kadar Zat Berkhasiat

Sejumlah 20 tablet digerus hingga homogen. Ditimbang secara seksama sejumlah serbuk setara dengan 800 mcg asam folat sebanyak 6 kali. Masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, dilarutkan dengan NaOH 0,1 N. Kemudian dicukupkan dengan NaOH 0,1 N hingga garis tanda, dihomogenkan dan disaring. Filtrat pertama dibuang sampai kertas saring jenuh dan filtrat selanjutnya ditampung. Kemudian serapannya diukur pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh dan sebagai blanko digunakan NaOH 0,1 N. Tablet memenuhi persyaratan jika mengandung zat berkhasiat tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM, 1995). (Lampiran 4, halaman 35)

3.3.6.8 Keseragaman Sediaan

Tablet yang dibuat yaitu tablet asam folat dengan berat satu tablet 200 mg dan mengandung asam folat 5 mg, berarti 50% jumlah zat berkhasiat kurang dari 50 mg, karena itu penetapan keseragaman sediaan dilakukan dengan menetapkan keseragaman kandungan (Ditjen POM, 1995), yang dilakukan sebagai berikut:

(37)

Tablet memenuhi persyaratan dalam keragaman kandungan jika kadarnya terletak antara 85% hingga 115% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%. Jika tidak memenuhi syarat maka dilakukan uji 20 satuan tambahan, dan persyaratan di penuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 terletak di luar rentang 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan yang terletak di luar rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8% (Ditjen POM, 1995). (Lampiran 5, halaman 36)

3.3.6.9 Uji Disolusi

Media disolusi : 500 ml air suling Alat tipe 2 : 50 rpm

Waktu : 45 menit

Harga Q : 75%

Cara kerja:

Sebuah tablet dimasukkan ke dalam wadah disolusi yang telah berisi 500

ml media disolusi yang bersuhu 37o±0,5oC. Lalu gelembung dihilangkan dari

(38)

diusahakan tetap dengan menambahkan medium disolusi sebanyak 20 ml setelah pemipetan. Dalam waktu 45 menit harus larut tidak kurang dari 75% (Q) C19H19N7O6 dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM, 1995).

Persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Lanjutkan pengujian sampai tiga tahap, kecuali bila hasil pengujian memenuhi tahap S1 atau S2. (Data, halaman: 24) Tabel 2. Kriteria Penerimaan Zat Aktif yang Larut dengan Disolusi

Tahap Jumlah yang diuji

Kriteria penerimaan

S1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q+5%

S2 6 Rata-rata dari 12 unit (S1+S2) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak 1 unit sediaan yang lebih kecil dari Q-15%

S3 12 Rata-rata dari 24 unit (S1+S2+S3) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q, tidak lebih dari 2 unit sediaan yang lebih kecil dari Q–15% dan tidak 1 unit pun yang lebih kecil dari Q–25%

(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Preformulasi Granul Asam Folat

Uji preformulasi yang dilakukan meliputi sudut diam, waktu alir, dan indeks tap. Dari hasil uji yang dilakukan dapat diketahui sifat massa sewaktu pencetakan tablet, apakah massa tersebut memenuhi persyaratan untuk dicetak menjadi tablet.

Tabel 3. Hasil Uji Preformulasi Granul Asam Folat

Formula Sudut Diam (o) Waktu Alir

(detik) Indeks Tap ( % ) F1 34,01±0,83 7,76±0,08 12,71 % F2 33,40±0,99 7,56±0,07 10,87 % F3 32,45±0,86 7,33±0,05 10,27 % F4 31,76±1,11 7,22±0,04 9,67 % F5 30,69±1,18 7,07±0,05 9,37 % F6 29,04±0,89 7,04±0,05 13,33 %

Syarat 20-40 < 10 < 20

Keterangan:

(40)

4.1.1 Uji Waktu Alir

Dari tabel 3 diatas dapat terlihat bahwa waktu alir granul dari formula F1 sampai dengan formula F5 terjadi penurunan, mulai dari F1= 7,76-F5= 7,07. Waktu alir formula F1 adalah 7,76 detik; formula F2 sebesar 7,56 detik; formula F3 sebesar 7,33 detik; formula F4 sebesar 7,22 detik dan formula F5 sebesar 7,07 detik. Hal ini terjadi sejalan dengan bertambahnya konsentrasi bahan pengikat Pharmacoat 615 yang ditambahkan kedalam formula tersebut sehingga akan memudahkan tercampur dan terdistribusinya cairan pengikat dengan asam folat sehingga massa yang diperoleh lebih homogen dan lebih teratur permukaan partikelnya dan daya alir granul juga semakin baik. Sedangkan pada formula pembanding Amilum manihot 10% menunjukkan waktu alir 7,04 detik. Walaupun terjadi variasi waktu alir dari formula tersebut tetapi tetap masih berada dalam batas penerimaan. Granul dalam bentuk bulat dan permukaan halus akan lebih mudah untuk mengalir.

4.1.2 Uji Sudut Diam

(41)

tumpukan granul yang landai.Granul yang memiliki sifat free flowing mempunyai sudut diam yang lebih kecil dari 350.

4.1.3 Uji Indeks Tap

Tabel 3 diatas juga menunjukkan besarnya indeks tap dari masing-masing formula. F1 memiliki indeks tap sebesar 12,71%; formula F2 sebesar 10,87%; formula F3 sebesar 10,27%; formula F4 sebesar 9,67% dan pada F5 sebesar 9,37 %. Menurut Guyot (1978), granul yang bersifat mengalir bebas adalah

partikel yang memiliki indeks tap ≤ 20%. Peningkatan konsentrasi Pharmacoat 615 dalam formula memberikan kekompakan dan keseragaman yang lebih baik pada granul-granul yang dihasilkan.

Pengujian indeks tap memiliki peran yang sangat penting dalam hal gambaran awal terhadap kelayakan cetak dari massa granul menjadi tablet. Hal ini menunjukkan daya tahan granul terhadap daya kompressi yang diberikan oleh alat pencetak tablet. Semakin rendah persentase indeks tap menunjukkan kualitas yang lebih baik dari sifat fisis massa granul yang akan di formulasikan kedalam bentuk tablet. Perbedaan ini jelas terlihat dari formula pembanding dengan pengikat amilum manihot yang memiliki nilai indeks tap F6 sebesar 13,33%.

4.2 Evaluasi Tablet

(42)

Tabel 4. Hasil Evaluasi Tablet Asam Folat

Formula Kekerasan (kg)

Friabilitas (%)

Waktu Hancur (menit)

Kadar Zat Berkhasiat (%)

F1: Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 sebanyak 1% F2: Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 sebanyak 3% F3: Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 sebanyak 5% F4: Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 sebanyak 7% F5: Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 sebanyak 9% F6: Formula dengan penambahan Amilum manihot 10%

4.2.1 Kekerasan Tablet

(43)

Pada formula F6 menggunakan bahan pengikat amilum manihot 10% kekerasan tablet juga berada dalam batas penerimaan yaitu antara 4–8 kg.

4.2.2 Friabilitas

Friabilitas memberi gambaran terhadap ketahanan tablet terhadap benturan mekanis dalam masa pengangkutan dan pada saat pengemasan. Nilai friabilitas yang besar menunjukkan kualitas tablet yang buruk. Menurut Voigt, R., (1994), friabilitas (kehilangan bobot) dari tablet yang diperbolehkan adalah ≤ 0,8%.

Dari tabel 4 diatas dapat dilihat friabilitas tablet adalah 0,66% sampai 1,53%. Dalam formula F1 menggunakan pengikat Pharmacoat 615 terendah 1% memiliki friabilitas 1,53% dan dalam formula F5 menggunakan pengikat Pharmacoat 615 9% memiliki friabilitas 0,66%. Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pada F1 dan F2 tidak memenuhi persyaratan friabilitas. Hal ini disebabkan oleh kurangnya bahan pengikat untuk menjaga kekompakan massa tablet. Friabilitas berkaitan dengan kekerasan tablet, jika kekerasan tablet semakin kecil maka ikatan antara granul menjadi semakin longgar sehingga friabilitas tablet tersebut semakin besar.

(44)

4.2.3 Waktu Hancur

Tabel 4 diatas juga menunjukkan bahwa waktu hancur tablet dari F1 sampai F5 terjadi peningkatan. Dalam formula F1 dengan bahan pengikat Pharmacoat 1% waktu yang dibutuhkan tablet untuk hancur adalah 1,33 menit. Sedangkan dalam formula F5 dengan bahan pengikat Pharmacoat 9% waktu hancur tablet adalah 7,66 menit. Hal ini disebabkan juga oleh kadar pengikat Pharmacoat 615 yang digunakan semakin tinggi dari F1 sampai F5. Walaupun demikian jika dibandingkan dengan F6 yang menggunakan pengikat amilum manihot sangat berbeda jauh. Dimana F5 dengan Pharmacoat 9% waktu hancurnya hanya 7,66 menit, tetapi pada F6 dengan amilum manihot 10% waktu hancur tablet 14,38 menit. Hal ini menunjukkan bahwa bahan pengikat Pharmacoat 615 lebih baik dari pada amilum manihot. Hal ini disebabkan karena Pharmacoat 615 akan menambah gaya lekat (kohesi) antara partikel sehingga kerapatan granul-granul akan semakin tinggi, sehingga waktu hancurnya menjadi semakin lama.

Dari uji waktu hancur yang dilakukan menunjukkan bahwa formula F1 sampai F6 memenuhi persyaratan waktu hancur yang tertera dalam Farmakope Indonesia edisi III, yaitu tidak lebih dari 15 menit (DitJen POM, 1979).

4.2.4 Hasil Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Asam folat memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 256 nm, 283 nm, 365,5 nm (Moffat, 2004). Oleh karena itu asam folat secara in vitro dapat ditetapkan kadarnya dengan spektrofotometri ultraviolet.

(45)

diperoleh serapan 0,4292 sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan yang tertera dalam literatur.

Gambar 2. Kurva Serapan Asam Folat BPFI (Konsentrasi 8 mcg/ml) dalam Pelarut NaOH 0,1 N.

(46)

4.2.5 Hasil Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi

Dilakukan penentuan linieritas kurva kalibrasi asam folat baku pembanding dengan konsentrasi 4 mcg/ml, 6 mcg/ml, 8 mcg/ml, 10 mcg/ml, dan 12 mcg/ml pada panjang gelombang 256 nm. Diperoleh hubungan linier antara serapan dengan konsentrasi yaitu dengan persamaan regresi Y = 0,0528 X–0,0016 dan koefisien korelasi r = 0,9994 (data perhitungan pada lampiran 2, halaman 30).

Kurva kalibrasi asam folat baku pembanding dapat dilihat pada Gambar 2 berikut :

(47)

4.2.6 Penentuan Kadar Zat Berkhasiat

Pada tabel 4 dapat dilihat hasil rata-rata kadar zat berkhasiat untuk F1 yaitu 97,61±2,73; F2 yaitu 99,54±2,69; F3 yaitu 98,50±0,60; F4 yaitu 99,27±4,36; F5 yaitu 95,83±0,48; F6 yaitu 98,38±0,84. Tablet asam folat mengandung asam folat tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Ditjen POM, 1995). Dengan demikian hasil yang diperoleh keseluruhan memenuhi persyaratan.

4.2.7 Keseragaman Kandungan

Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil rata-rata kadar dalam keragaman kandungan untuk F1 yaitu 100,26±2,53; F2 yaitu 97,76±0,82; F3 yaitu 100,61±0,77; F4 yaitu 97,29±1,57; F5 yaitu 99,30±0,63; F6 yaitu 100,46±0,55. Dan simpangan baku relatif (SBR) untuk F1 yaitu 0,78; F2 yaitu 0,87; F3 yaitu 0,84; F4 yaitu 1,00; F5 yaitu 1,19; F6 yaitu 1,22. Hasil yang diperoleh memenuhi persyaratan menurut Farmakope Indonesia edisi IV yaitu kadar terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0% (Ditjen POM, 1995).

4.2.8 Disolusi

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), disebutkan bahwa uji disolusi tablet asam folat dilakukan dengan menggunakan metode dayung (tipe 2) 50 rpm, medium akuades, dan dalam waktu 45 menit asam folat yang terlarut tidak kurang dari 75% (Q) C19H19N7O6 dari jumlah yang tertera pada etiket

(48)

Hasil disolusi tablet pada tabel 6 menerangkan bahwa disolusi tablet pada menit ke-45 formula F1 sebesar 97,99%; Formula F2 sebesar 96,67% dan formula F3 sebesar 93,18% menunjukkan angka yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV, tetapi pada formula F4 sebesar 78,70% dan formula F5 sebesar 73,40% menunjukkan angka yang tidak memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV. Hal ini disebabkan oleh semakin tingginya kadar bahan pengikat Pharmacoat 615 yang terdapat dalam formula tablet tersebut akan menambah daya ikat antar partikel massa tablet, sehingga sangat mempengaruhi daya liberasi tablet yang juga berpengaruh pada disolusinya. Hal ini selaras dengan waktu hancur masing-masing formula, dimana pada formula F4 dan formula F5 waktu hancur tablet lebih lambat daripada formula F1 sampai dengan formula F3.

(49)

Tabel 6. Hasil Persen Kumulatif Rata-Rata Uji Disolusi Tablet Asam Folat

Waktu (menit)

Persen Kumulatif (%)

F1 F2 F3 F4 F5 F6

5 51,58±0.96 44,60±1,24 36,80±0.97 25,85±0.64 16,43±0.75 18,53±0.47 10 55,25±1,06 49,14±1,26 45,57±0.56 34,61±0.84 27,13±1,03 25,41±0,93 15 61,52±1,80 53,62±0.26 48,15±0.61 41,19±0.60 36,79±0.50 34,64±0.78 20 68,41±1,30 60,23±0.92 50,16±1,27 50,30±0.75 43,18±0.38 43,48±0.77 25 75,84±0.85 69,30±1,27 54,97±1,94 57,27±0.80 51,74±1,32 49,98±0.71 30 82,59±0.61 75,94±0.44 59,13±0.56 64,91±0.95 59,98±0.67 55,59±0.96 35 89,56±0.48 83,11±0,74 63,19±1,44 69,35±0.51 65,29±1,42 62,51±1.06 40 92,67±0.73 89,76±1,17 78,20±1,42 73,40±0.42 68,37±1,11 72,24±0,94 45 97,99±0.26 96,67±0.38 93,18±1,68 78,70±0.69 73,40±0.90 81,24±0.71

(50)

Keterangan:

F1: Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 sebanyak 1% F2: Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 sebanyak 3% F3: Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 sebanyak 5% F4: Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 sebanyak 7% F5: Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 sebanyak 9% F6: Formula dengan penambahan Amilum manihot 10%

Dari grafik di atas dapat dilihat adanya variasi jumlah % kumulatif dari masing-masing formula. Pada menit ke-15 formula F1 sampai dengan formula F2 telah terdisolusi sekitar 50% kadarnya. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga formula tersebut telah mencapai T50 pada menit ke-15. Sedangkan pada formula F3 terdisolusi sekitar 48%, pada formula F4 sekitar 41%, pada formula F5 sekitar 36%. Kemudian masing-masing formula disolusinya bertambah secara berkala, hanya saja pada formula F4 dan formula F5 tidak memenuhi persyaratan uji disolusi pada menit ke-45.

(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pharmacoat 615 pada konsentrasi 5% dapat digunakan sebagai bahan pengikat pada pembuatan tablet asam folat dengan metode granulasi basah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil evaluasi tablet jadi asam folat menggunakan bahan pengikat Pharmacoat 615 5% dengan metode granulasi basah lebih baik dari pada formula pembanding yang menggunakan bahan pengikat amilum manihot 10% . Hal ini dibuktikan oleh hasil evaluasi tablet jadi asam folat yang memenuhi ketentuan dan persyaratan Farmakope Indonesia edisi III dan edisi IV serta persyaratan industri.

5.2 Saran

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (1994). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 48-49.

Cartensen, J.T., (1977). Pharmaceutical of solid dosage forms. A. Wiley

Interscience Publication John Wiley and Son, New York. Page 133-135, 209, 216-218, 342.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia Edisi Ke III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 7.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi Ke IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 41-42, 1143, 1212.

Lachman, L., Lieberman, H. A., dan Kanig, J. L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press. Halaman 645, 652-653, 657-660.

Moffat, A. C. (2004). Clarke’s Isolation and Identification of Drugs. Second Edition. London: The Pharmaceutical Press. Page 780.

Parrott, E. L. (1970). Pharmaceutical Technology. United States of America: Burgess Publishing Company. Page 82.

Shin Etsu Chemical. Pharmacoat. Hydroxy Propyl Methyl Cellulose. Kagagu Shin etsu, Tokyo. Halaman 1-5.

Soekemi, R.A, dkk.(1987). Tablet. Mayang Kencana, Medan. Halaman. 5 -31, 42-54

Syukri, Y. (2002). Biofarmasetika. Jakarta: UI Press. Halaman 37.

Tjay, T. H., dan Kirana, T. (2002). Obat-Obatan Penting. Edisi Kelima. Cetakan Kedua. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Halaman 806.

(53)

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat

Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%). Dibuat formula untuk 100 tablet, berat pertablet 200 mg dan penampang tablet 9 mm.

Berat 100 tablet = 100 tablet x 0,2 gram = 20 gram Asam Folat = 100 tablet x 0,005 gram = 0,5 gram Pharmacoat 615 1% x 6,6 gram = 0,066 gram

Amilum manihot 10%

 Pengembang dalam 5% x 20 gram = 1 gram  Pengembang luar 5% x 20 gram = 1gram

Talkum : 1% x 20 gram = 0,2 gram Magnesium stearat : 1% x 20 gram = 0,2 gram

Laktosa = 20 gram – ( 0,5 + 0,066 + 1 + 1 + 0,2 + 0,2 ) gram = 17,034 gram

Pembuatan Tablet Asam Folat Cara kerja : Granulasi basah

1. Dimasukkan 0,066 g Pharmacoat 615 ke dalam cawan porselin dan dilarutkan dengan Air suling pada suhu ± 60oC sampai bobot 6,6 g.

2. Dalam lumpang dimasukkan asam folat, pengembang dalam (amilum manihot) dan pengisi (laktosa).

(54)

4. Kemudian digranulasi dengan ayakan mesh 14, granulat dikeringkan pada suhu 40–60oC pada lemari pengering setelah kering diayak dengan mesh 16. ditimbang dan ditambahkan magnesium stearat, talkum dan amilum manihot ( pengembang luar ).

Berat granul kering = 18 gram

Berat teoritis = bahan obat + pengikat + pengembang dalam + pengisi = 0,5 gram + 0,012 gram + 1gram + 17,034 gram.

Maka jumlah granul seluruhnya = xberatgranulkering %

Maka jumlah Magnesium stearat ,talkum dan amilum manihot ( pengembang luar) yang ditambahkan adalah :

• Amilum manihot = 5% x 19,35 gram = 0,967 gram

• Talkum = 1% x 19,35 gram = 0,193 gram

• Magnesium stearat = 1% x 19,35 gram = 0,193 gram

(55)

Lampiran 2. Hasil Penentuan Persamaan Regresi dari Kurva Kalibrasi Asam Folat BPFI pada Panjang Gelombang = 256 nm dalam Pelarut NaOH 0,1 N.

(56)

Lampiran 2. (Lanjutan) Tabel 7. Data Kurva Kalibrasi

C (mcg/ml)

Persamaan regresi diperoleh dengan mensubsitusikan nilai a dan b, sehingga persamaan regresi adalah:

(57)

Lampiran 2. (Lanjutan) Dengan nilai r sebagai berikut :

(58)

Lampiran 3. Perhitungan Kadar Tablet Asam Folat

Misalnya untuk F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%) Berat 20 tablet = 4120 mg

Serbuk ditimbang seksama sebanyak 33 mg kemudian dilarutkan sesuai prosedur yang telah disebutkan sebelumnya dan diukur serapan pada panjang gelombang maksimum.

Misalnya A(Y) = 0,4200 dengan menggunakan persamaan regresi : Y = 0,0528 X + 0,0016

Diperoleh konsentrasi (X) larutan =

0528

Diketahui konsentrasi teoritisnya = Berat yang ditimbang X Konsentrasi tengah Berat setara 800 mcg

Diketahui konsentrasi teoritisnya= 8 90

mcg/ml = 8,0243 mcg/ml

Kadar = - Pengujian III

(59)

- Pengujian IV

(60)

Lampiran 4. Data Kadar Asam Folat Dalam Tablet

No Formula Absorbansi (A)

Konsentrasi (mcg/ml)

Kadar

(61)

Lampiran 5. Perhitungan Keseragaman Kandungan Tablet Asam Folat

Misalnya untuk F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%). Timbang 10 tablet satu per satu masing-masing berat tablet :

1. 202 mg 6. 209 mg

Ditimbang serbuk seksama dan dilakukan pengujian seperti pada penetapan kadar. Maka diperoleh serapan ( Y ) = 0,4189

Konsentrasi asam folat dapat dihitung dengan memasukkan nilai absorbansi ke persamaan regresi berikut :

Y = 0,0528 X + 0,0016

Diketahui konsentrasi teoritisnya= 8 32

mcg/ml = 8,1683 mcg/ml

Maka kadar asam folat = x100% - Pengujian III

(62)

Lampiran 5. (Lanjutan)

(63)

Lampiran 6. Contoh Perhitungan Friabilitas Tablet Asam Folat Rumus : F = (a-b)/a x 100%

Keterangan : F = Friabilitas

a = Bobot tablet sebelum diputar dalam alat Friabilitas Tester selama 4 menit (100 putaran)

b = Bobot tablet setelah diputar dalam alat Friabilitas Tester selama 4 menit (100 putaran)

Syarat friabilitas tablet :

Kehilangan bobot tidak boleh lebih dari 0,8 % (x ≤ 0,8%), sebagai contoh diambil Tablet formula F1

 Bobot 20 tablet sebelum diputar = 3,975 g  Bobot 20 tablet setelah diputar = 3,914 g

Friabilitas Tablet = 3,975 – 3,914/3,975 x 100% = 1,53%

(64)
(65)
(66)

Lampiran 8. (Lanjutan) Tabel 8. Data Kurva Kalibrasi

C (mcg/ml)

Persamaan regresi diperoleh dengan mensubsitusikan nilai a dan b, sehingga persamaan regresi adalah:

(67)

Lampiran 8. (Lanjutan) Dengan nilai r sebagai berikut

(68)

Lampiran 9. Perhitungan Disolusi Tablet Asam Folat

Misalnya pada tablet asam folat dengan Pharmacoat 615 1% (F1) - Pengujian I

Diambil aliquat 20 ml pada t = 10 menit, kemudian diencerkan dengan NaOH 0,1 N sampai 25 ml.

Serapan diukur pada panjang gelombang 256 nm, Serapan (Y) = 0,2491

Dengan persamaan regresi, konsentrasi asam folat pada t = 10 menit dalam kuvet adalah :

Konsentrasi asam folat dalam medium = 4,5027 mcg/ml x 25ml/ 20ml = 5,6283 mcg/ml

Bobot zat dalam 20 ml larutan (faktor penambah) = 4,1219 mcg/ml x 20 ml = 82,438 mcg = 0,0824 mg Bobot zat dalam 500 ml medium = 112,566 mcg/ml x 500ml/ 20 ml

= 2814,15 mcg = 2,81 mg

Kadar zat berkhasiat terlepas = kadar zat terlepas + faktor penambah = 2,81 mg + 0,0824 mg = 2,8924 mg Persen kumulatif asam folat terlepas = bobot hasil/ bobot teoretis x 100%

(69)

Lampiran 9. (Lanjutan) - Pengujian II

Persen kumulatif = 55,55% - Pengujian III

Persen kumulatif = 54,88%

(70)
(71)
(72)

Gambar

Gambar 1. Rumus Bangun Pharmacoat
Tabel 1. Formula Tablet Asam Folat
Tabel 2. Kriteria Penerimaan Zat Aktif yang Larut dengan Disolusi
Tabel 3. Hasil Uji Preformulasi Granul Asam Folat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan manitol sebagai bahan pengisi dan gelatin sebagai bahan pengikat dengan kadar 1%, 2%,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaaan konsentrasi bahan pengikat CMC-Na memberikan pengaruh terhadap sifat fisik tablet ekstrak etanolik seledri dilihat dari kekerasan

FORMULASI TABLET EKSTRAK TABLET EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI ( Psidium guajava Linn.) SEBAGAI ANTIDIARE SECARA GRANULASI BASAH DENGAN VARIASI KONSENTRASI BAHAN.. PENGIKAT

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variasi konsentrasi bahan pengikat PVP pada pembuatan tablet kunyah attapulgit berpengaruh terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pati biji durian, yang digunakan sebagai bahan pengikat (binder) dalam formulasi tablet ketoprofen secara granulasi

Penggunaan bahan pengikat gelatin dalam formula tablet ekstrak daun kemuning mempengaruhi sifat fisik tablet, yaitu keseragaman bobot, kekerasan, dan waktu hancur. Tablet ekstrak

Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah apakah ekstrak kemangi dapat dibuat tablet hisap dengan bahan pengikat amilum manihot dan bagaimana pengaruh

Tujan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui variasi konsentrasi Methyl Selulosa sebagai bahan pengikat pada tablet enzim papain secara granulasi basah yang dapat memenuhi