• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perendaman Benih Kakao Dalam Air Kelapa dan Pemberian Pupuk NPKMg Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Perendaman Benih Kakao Dalam Air Kelapa dan Pemberian Pupuk NPKMg Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.)"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERENDAMAN BENIH KAKAO DALAM AIR KELAPA DAN

PEMBERIAN PUPUK N P K Mg TERHADAP PERTUMBUHAN

BIBIT KAKAO (

Theobroma cacao

L. )

SKRIPSI

Oleh:

PUJI SETIAWAN

070301029 / BDP-AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH PERENDAMAN BENIH KAKAO DALAM AIR KELAPA DAN

PEMBERIAN PUPUK N P K Mg TERHADAP PERTUMBUHAN

BIBIT KAKAO (

Theobroma cacao

L. )

SKRIPSI

Oleh:

PUJI SETIAWAN

070301029 / BDP-AGRONOMI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Pengaruh perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg terhadap pertumbuhan bibit

kakao ( Theobroma cacao L. )

Nama : Puji Setiawan

NIM : 070301029

Departemen : Budidaya Pertanian

Program Studi : Agronomi

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

(Ir. Balonggu Siagian, MS.)

Ketua Anggota

(Ir. Jonatan Ginting, MS.)

Mengetahui

(4)

ABSTRAK

PUJI SETIAWAN. Pengaruh perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg terhadap pertumbuhan bibit kakao. Dibimbing oleh BALONGGU SIAGIAN dan JONATAN GINTING.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg terhadap pertumbuhan bibit kakao. Penelitian ini dilaksanakan di desa Tanjung Selamat Kecamatan Sunggal, Medan, dimulai pada bulan Januari 2012 dan selesai pada Mei 2012. Rancangan yang diguankan adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah lama perendaman air kelapa dengan 4 taraf, yaitu 0 jam, 6 jam, 12 jam, dan18 jam. Faktor kedua adalah pupuk NPKMg (15:15:6:4) dengan 4 taraf, yaitu 0 g, 7 g, 14 g, 21 g. Perlakuan air kelapa berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14 MST dan jumlah daun 2, 4, 6 MST tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat basah tajuk dan berat kering tajuk.

Perlakuan pemupukan NPKMg berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar. Interaksi antara perendaman air kelapa dan pemupukan NPKMg berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter.

(5)

ABSTRACT

PUJI SETIAWAN. The Effect of cocoa seeds soaking in coconut water and NPKMg fertilizer application on the growth of cocoa seedlings. Guided by BALONGGU SIAGIAN and JONATAN GINTING.

This study aimed to investigate the effect of cocoa seeds soaking in coconut water and NPKMg fertilizer application on the growth of cocoa seedlings. This research was conducted in desa Tanjung Selamat Kecamatan Sunggal, Medan, start on January 2012 and end on May 2012. The design used was a factorial randomized block design with two treatment factors. The first factor is the duration of soaking in coconut water in 4 stages, which are 0 hour, 6 hours, 12 hours and 18 hours. The second factor are the application of NPKMg fertilizer (15:15:6:4) in 4 stages: which are 0 g,7 g, 14 g, 21 g. The soaking of cocoa seeds in coconut water has significant effect on plant height 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14 MST and number of leaves 2, 4, 6 MST, but has no significant effect on plant height, leaf size, fresh plant weight, fresh root weight, dry plant weight, and dry root weight.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Puji Setiawan, lahir pada tanggal 22 September 1988 di Medan, Sumatera Utara, anak ke 3 dari 3 bersaudara, putra dari ayah drg. Zaniyar, MAP dan ibu Julastri.

Adapun pendidikan yang pernah di tempuh penulis hingga saat ini adalah Pendidikan Dasar di SDN 010131 Kisaran lulus pada tahun 2000. Pendidikan Menengah Pertama di SLTPN 4 Medan lulus pada tahun 2003. Pendidikan Menengah Atas di SMA Negeri 4 Medan lulus pada tahun 2006 dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2007 melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.

Adapun judul dari penelitian ini adalah “Pengaruh Perendaman Benih Kakao Dalam Air Kelapa dan Pemberian Pupuk NPKMg Terhadap

Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.)“. Penulisan Skripsi ini

merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen-dosen pembimbing penulis yaitu Ir.Balonggu Siagian, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Jonatan Ginting, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada penulis sejak menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Dan Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada ayah drg. Zaniyar, MAP dan Ibu Julastri yang telah membesarkan dan mendidik penulis sampai sekarang ini. Serta semua rekan rekan mahasiswa BDP – Agronomi 2007 yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan , Februari 2012

(8)
(9)

Pemupukan NPKMg sebagai perlakuan... 22

Pengaruh perendaman benih kakao dalam air kelapa terhadap pertumbuhan bibit kakao ... 45

Pengaruh pemberian pupuk NPKMg terhadap pertumbuhan bibit kakao... ... 51

(10)

No Judul Tabel Hal 1 Kandungan kimia pada air kelapa... 12 2 Pemberian pupuk perlakuan NPKMg... 23 3 Rataan tinggi tanaman (cm) pada perendaman air kelapa

dan pemupukan NPKMg 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14 MST...

28 4 Rataan jumlah daun (helai) pada perendaman air kelapa

dan pemupukan NPKMg 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14 MST MST...

32 5 Rataan diameter batang (mm) pada perendaman air

kelapa dan pemupukan NPKMg 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14 MST...

38 6 Rataan luas daun (cm2) pada perendaman air kelapa dan

pemupukan NPKMg 2 dan 14 MST ...

40 7 Rataan bobot basah tajuk (g) pada perendaman air kelapa

dan pemupukan NPKMg 14 MST...

41

8 Rataan bobot basah akar (g) pada perendaman air kelapa dan pemupukan NPKMg 14 MST...

41 9 Rataan bobot kering tajuk (g) pada perendaman air

kelapa dan pemupukan NPKMg 14 MST...

42 10 Rataan bobot kering akar (g) pada perendaman air kelapa

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Gambar Hal

1 Hubungan antara tinggi tanaman dengan perendaman air

kelapa pada 14 MST... 30 2 Grafik pertumbuhan tinggi tanaman dengan perlakuan

pemupukan NPKMg dan perendaman air kelapa 2 –14

MST... 31 3 Hubungan antara jumlah daun dengan perendaman air

kelapa pada 2 MST... 34 4 Hubungan antara jumlah daun dengan perendaman air

kelapa pada 4 MST... 35 5 Hubungan antara jumlah daun dengan perendaman air

kelapa pada 6 MST... 36 6 Grafik pertumbuhan jumlah daun dengan perlakuan

pemupukan NPKMg dan perendaman air kelapa 2 –14

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran Hal

1 Lampiran Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm)... 57

2 Lampiran Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST... 57

3 Lampiran Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm)... 58

4 Lampiran Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST... 58

5 Lampiran Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST (cm)... 59

6 Lampiran Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST... 59

7 Lampiran Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST (cm)... 60

8 Lampiran Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST... 60

9 Lampiran Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman 10 MST (cm)... 61

10 Lampiran Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 10 MST... 61

11 Lampiran Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman 12 MST (cm)... 62

12 Lampiran Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 12 MST... 62

13 Lampiran Tabel Pengamatan Tinggi Tanaman 14 MST (cm)... 63

14 Lampiran Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 14 MST... 63

15 Lampiran Tabel Pengamatan Jumlah Daun Tanaman 2 MST (Helai).. 64

16 Lampiran Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman 2 MST... 64

17 Lampiran Tabel Pengamatan Jumlah Daun Tanaman 4 MST (Helai).. 65

18 Lampiran Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman 4 MST... 65

19 Lampiran Tabel Pengamatan Jumlah Daun Tanaman 6 MST (Helai)... 66

20 Lampiran Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman 6 MST... 66

21 Lampiran Tabel Pengamatan Jumlah Daun Tanaman 8 MST (Helai).... 67

(13)

23 Lampiran Tabel Pengamatan Jumlah Daun Tanaman 10 MST (Helai).. 68

24 Lampiran Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman 10 MST... 68

25 Lampiran Tabel Pengamatan Jumlah Daun Tanaman 12 MST (Helai).. 69

26 Lampiran Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman 12 MST... 69

27 Lampiran Tabel Pengamatan Jumlah Daun Tanaman 14 MST (Helai).. 70

28 Lampiran Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman 14 MST... 70

39 Lampiran Tabel Pengamatan Diameter Batang Tanaman 2 MST (mm) 71 30 Lampiran Tabel Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman 2 MST... 71

31 Lampiran Tabel Pengamatan Diameter Batang Tanaman 4 MST (mm) 72 32 Lampiran Tabel Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman 4 MST... 72

33 Lampiran Tabel Pengamatan Diameter Batang Tanaman 6 MST (mm) 73 34 Lampiran Tabel Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman 6 MST... 73

35 Lampiran Tabel Pengamatan Diameter Batang Tanaman 8 MST (mm) 74 36 Lampiran Tabel Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman 8 MST... 74

37 Lampiran Tabel Pengamatan Diameter Batang Tanaman 10 MST (mm) 75 38 Lampiran Tabel Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman 10 MST... 75

39 Lampiran Tabel Pengamatan Diameter Batang Tanaman 12 MST (mm) 76 40 Lampiran Tabel Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman 12 MST... 76

41 Lampiran Tabel Pengamatan Diameter Batang Tanaman 14 MST (mm) 77 42 Lampiran Tabel Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman 14 MST... 77

43 Lampiran Tabel Pengamatan Luas Daun 2 MST (mm)... 78

44 Lampiran Tabel Sidik Ragam Luas Daun 2 MST... 78

45 Lampiran Tabel Pengamatan Luas Daun 14 MST (mm)... 79

46 Lampiran Tabel Sidik Ragam Luas Daun 14 MST... 79

47 Lampiran Tabel Pengamatan Berat Basah Akar (g)... 80

(14)

49 Lampiran Tabel Pengamatan Berat Basah Tajuk (g)... 81

50 Lampiran Tabel Sidik Ragam Berat Basah Tajuk (g)... 81

51 Lampiran Tabel Pengamatan Berat Kering Akar (g)... 82

52 Lampiran Tabel Sidik Ragam Berat Kering Akar (g)... 82

53 Lampiran Tabel Pengamatan Berat Kering Tajuk (g)... 83

54 Lampiran Tabel Sidik Ragam Berat Kering Tajuk (g)... 83

55 Lampiran Tabel Jadwal Kegiatan Penelitian... 84

56 Lampiran Bagan Plot Penelitian... 85

57 Lampiran Hasil Analisis Tanah... 86

58 Lampiran Deskripsi Tanaman Kakao Lindak... 87

(15)

ABSTRAK

PUJI SETIAWAN. Pengaruh perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg terhadap pertumbuhan bibit kakao. Dibimbing oleh BALONGGU SIAGIAN dan JONATAN GINTING.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg terhadap pertumbuhan bibit kakao. Penelitian ini dilaksanakan di desa Tanjung Selamat Kecamatan Sunggal, Medan, dimulai pada bulan Januari 2012 dan selesai pada Mei 2012. Rancangan yang diguankan adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah lama perendaman air kelapa dengan 4 taraf, yaitu 0 jam, 6 jam, 12 jam, dan18 jam. Faktor kedua adalah pupuk NPKMg (15:15:6:4) dengan 4 taraf, yaitu 0 g, 7 g, 14 g, 21 g. Perlakuan air kelapa berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14 MST dan jumlah daun 2, 4, 6 MST tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat basah tajuk dan berat kering tajuk.

Perlakuan pemupukan NPKMg berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar. Interaksi antara perendaman air kelapa dan pemupukan NPKMg berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter.

(16)

ABSTRACT

PUJI SETIAWAN. The Effect of cocoa seeds soaking in coconut water and NPKMg fertilizer application on the growth of cocoa seedlings. Guided by BALONGGU SIAGIAN and JONATAN GINTING.

This study aimed to investigate the effect of cocoa seeds soaking in coconut water and NPKMg fertilizer application on the growth of cocoa seedlings. This research was conducted in desa Tanjung Selamat Kecamatan Sunggal, Medan, start on January 2012 and end on May 2012. The design used was a factorial randomized block design with two treatment factors. The first factor is the duration of soaking in coconut water in 4 stages, which are 0 hour, 6 hours, 12 hours and 18 hours. The second factor are the application of NPKMg fertilizer (15:15:6:4) in 4 stages: which are 0 g,7 g, 14 g, 21 g. The soaking of cocoa seeds in coconut water has significant effect on plant height 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14 MST and number of leaves 2, 4, 6 MST, but has no significant effect on plant height, leaf size, fresh plant weight, fresh root weight, dry plant weight, and dry root weight.

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beberapa literatur mengungkapkan bahwa tanaman kakao berasal dari hutan tropis di Amerika Tengah dan di Amerika Selatan bagian Utara. Penduduk yang pertama kali mengusahakan tanaman kakao serta menggunakanya sebagai bahan makanan dan minuman adalah suku Indian Maya dan suku Astek. Mereka memanfaatkan kakao sebelum orang – orang kulit putih di bawah pimpinan Christopher Columbus menemukan Amerika. Suku Indian Maya adalah suku yang dulunya hidup di wilayah yang kini disebut dengan Guatemala, Yucatan, dan Honduras ketiganya terletak di bagian Amerika tengah. Kedatangan suku Astek dari daerah Utara kemudian menaklukkan suku maya dan menguasai kebun – kebun kakao suku Maya. Mereka mulai belajar menanam serta mengolah kakao menjadi makanan dan minuman cokelat. Ketika bangsa Spanyol datang pada tahun 1519, suku Astek yang mereka kenal sebagai penanam dan yang mengusahakan tanaman kakao (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).

Kakao masuk ke Indonesia pada tahun 1560 di Sulawesi Utara dan berasal dari Filipina jenisnya adalah Criollo dan jenis ini diduga berasal dari Venezuella. Produksi dari tanaman kakao ini rendah dan peka terhadap hama dan penyakit, tetapi rasanya enak. Pada tahun 1806 perluasan kakao dilakukan di Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan kakao jenis Criollo (Soehardjo, 1996).

(18)

Kakao merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang memiliki prospek cukup cerah sebab permintaan di dalam negeri juga semakin kuat dengan semakin berkembangnya sektor agroindustri (Susanto, 1994).

Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Komoditas kakao menempati peringkat ketiga ekspor sektor perkebunan dalam menyumbang devisa negara, setelah komoditas CPO dan karet. Pada tahun 2006 ekspor kakao mencapai US$ 975 juta atau meningkat 24,2% dibanding tahun sebelumnya dan pada tahun 2009 juga mengalami peningkatan mencapai US$ 1,719 juta atau meningkat 35,6% (Suryani dan Zulfebriansyah, 2007).

Untuk mengembangkan ekspor non – migas, komoditas pertanian yang mempunyai prospek baik terus ditingkatkan. Salah satu yang diharapkan dapat membantu meningkatkan devisa negara adalah coklat. Lahan penanamannya, setiap tahun terus ditingkatkan. Sebab biji coklat yang mengandung lemak sampai 50-60 % dari berat biji, bisa dibuat berbagai macam produk makanan. Bahkan juga bisa dimanfaatkan untuk pembuatan sabun, parfum, obat-batan dan bahan dasar pembuatan kosmetik (Spillane, 1995).

Untuk meningkatkan perkembangan akar dan pertumbuhan tunas maka dibutuhkan suatu bahan yang dapat merangsangnya, salah satunya dengan menggunakan air kelapa. Air kelapa adalah salah satu bahan alami, di dalamnya terkandung hormon seperti sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan giberelin sedikit sekali serta senyawa lain yang dapat menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan (Bey, Syafii dan Sutrisna, 2006).

(19)

kelapa kaya akan kalium hingga 17 %. Selain kaya mineral, air kelapa juga mengandung gula antara 1,7 sampai 2,6 % dan protein 0,07 hingga 0,55 %. Mineral lainnya antara lain natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P) dan sulfur (S). Disamping kaya mineral, air kelapa juga mengandung berbagai macam vitamin seperti asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal, asam folat, niacin, riboflavin, dan thiamin. Terdapat pula 2 hormon alami yaitu auksin dan sitokinin sebagai pendukung pembelahan sel embrio kelapa.

Berdasarkan penelitian Maryoni (2005) pemberian konsentrasi air kelapa dapat meningkatkan pertumbuhan panjang tunas dan bobot kering tunas pada stek tanaman panili. Dari peningkatan panjang tunas secara linear diperoleh tunas terpanjang adalah 100,519 cm yang didapat pada konsentrasi 100% air kelapa. Bobot kering maksimum 9,05 g diperoleh pada konsentrasi air kelapa optimum 60,61%. Konsentrasi air kelapa sebagai faktor tunggal berpengaruh nyata pada variabel jumlah akar, panjang akar, bobot basah akar, bobot kering akar, dan bobot kering tunas. Sampai konsentrasi 100% air kelapa yang diuji masih dapat meningkatkan panjang akar, jumlah akar, bobot basah akar, bobot kering akar dan bobot kering tunas.

(20)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) serta interaksinya terhadap pertumbuhan bibit kakao.

Hipotesa Penelitian

Ada pengaruh yang nyata dari lama perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) serta interaksinya terhadap pertumbuhan bibit kakao.

Kegunaan Penelitian

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Kakao

Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) memiliki sitematika sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Malvales Family Sterculiaceae Genus : Theobroma

Spesies : Theobroma cacao L.

Coklat adalah tanaman dengan sebagian besar akar lateralnya (mendatar) berkembang dekat permukaan tanah, yaitu pada kedalaman tanah 0-30 cm. Jangkauan jelajah akar lateral dinyatakan jauh di luar proyeksi tajuk. Secara morfologi (struktur luar) akar tersusun atas rambut akar, batang akar, ujung akar, dan tudung akar. Sedang secara anatomi (struktur dalam) akar tersusun atas epidermis, korteks, endodermis dan silinder pusat (Tim Bina Karya Tani, 2009)

(22)

(semacam sisik yang terdapat pada kuntum bunga) dan kuncup ketiak daun serta tunas daun tidak berkembang. Dari ujung perhentian tersebut kemudian tumbuh 3-6 cabang yang arah pertumbuhannya condong ke samping membentuk sudut 0-60° dengan arah horizontal. Cabang-cabang itu disebut dengan cabang-cabang primer (cabang plagiotrop). Pada cabang primer tersebut kemudian tumbuh pada cabang-cabang lateral (fan) sehingga tanaman membentuk tajuk-tajuk yang rimbun (Soenaryo, 1983).

Buah kakao merupakan buah yang daging bijinya sangat lunak. Kulit buah mempunyai 10 alur dan tebal kulit buah berkisar antara 1 hingga 2 cm. pada saat buah masih muda, biji menempel pada bagian kulit buah, tetapi bila buah telah matang maka biji terlepas dari kulinya. Di dalam buah terdiri dari 20 hingga 60 biji, panjang biji 2-4 cm, diameter sekitar 1-2 cm, berbentuk oval atau elips ( Duke, 1998).

Batang kakao bersifat dimorfisme, artinya memiliki dua macam tunas, yaitu tunas ortotrop (chupon) dan tunas plagiotrop (fan). Anatomi kedua macam tunas tersebut pada dasarnya adalah sama. Xilem primer batang terkumpul pada bagian tepi empulur dan berdampingan dengan xilem sekunder yang tumbuh setelahnya. Diameter empelur cukup besar dengan bentuk se-sel isodiametris dengan ruang-ruang antar sel yang lebar. Di bagian empelur ini terdapat banyak sel lendir yang merupakan bentukan dari sekitar lima sel parenkim. Sel-sel tersebut memiliki dinding sel yang saling melarut sehingga membentuk saluran lendir memanjang di sepanjang batang (

Daun kakao tumbuh dari cabang primer dan sekunder mengikuti dua tipe kedudukan daun, yaitu pada cabang ortotrop dengan tipe kedudukan daun 3/8 dan pada cabang plagiotrop dengan tipe kedudukan daun ½. Bentuk helaian daun bulat

(23)

memanjang ( oblongus), ujung daun meruncing ( acuminatus) dan pangkal daun runcing ( acutus) dengan panjang 25-35 cm dan lebar 9-12 cm. Susunan daun menyirip dengan tepi daun rata ( Soehardjo, Hulman dan Dinardi, 1999 ).

Kakao Lindak

Kakao merupakan komoditas perkebunan, tanaman kakao yang ditanam di perkebunan pada umumnya adalah kakao jenis Forestero (bulk cocoa atau kakao lindak), criolo (fine cocoa atau kakao mulia) dan hibrida (hasil persilangan antara jenis Forastero dan Criolo). Pada perkebunan – perkebunan besar biasanya kakao yang ditanam adalah jenis mulia

Varietas forastero merupakan kelompok varietas terbesar yang diolah dan ditanam di Indonesia. Forastero (dalam bahasa Spanyol berarti pendatang) merupakan tipe yang bermutu rendah (kakao lindak, bulk cocoa) yang tumbuh pada ketinggian di bawah 400 meter dari permukaan laut. Ciri-ciri kakao lindak adalah buahnya berwarna ungu kuning dengan kulit buah yang hampir rata dan licin, biji berwarna ungu dan besar, cepat berbuah dengan aroma dan rasa yang kurang tajam dibandingkan Criollo (T. Wahyudi dkk, 2008).

(Siregar, Riyadi dan Nuraeni, 1997).

Kultivar dari jenis yang ditanam di Indonesia antara lain Djati Runggo Hybrid dan Upper Amazone Hybrid (UAH). Kultivar UAH termasuk kakao lindak yang memiliki beberapa keunggulan, antara lain pertumbuhannya cepat, produksi tinggi, cepat mengalami fase generatif/berbuah setelah berumur 2 tahun, masa panen sepanjang tahun, tahan terhadap penyakit vascular streak dieback (VSD), aspek budidayanya mudah dan fermentasi hanya 6 hari (Sunanto, 1999).

(24)

gepeng dan kecil, dinding buah keras, endosperma berwarna ungu gelap dan rasa biji pahit (Heddy, 1990).

Syarat Tumbuh

Iklim

Pengaruh temperatur pada cokelat erat kaitannya dengan ketersediaan air, sinar matahari, dan kelembaban. Temperatur sangat berpengaruh terhadap pembentukan flush, pembungaan serta kerusakan daun. Menurut hasil penelitian, temperatur ideal bagi tanaman kakao adalah 300 – 320 C (maksimum) dan 180 – 210 C (minimum). Kakao dapat juga tumbuh baik pada temperature 150 C perbulan dengan temperature minimum absolute 100

Faktor-faktor lingkungan seperti : temperatur, sinar matahari, ketersediaan air dan kelembaban sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kakao. Tanaman kakao dalam pertumbuhannya tidak membutuhkan pencahayanya penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak menyinari tanaman kakao akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit dan tanaman relative pendek (Siregar dkk, 1997).

C per bulan (Rosniawaty, 2010).

(25)

penaung untuk mengurangi penyinaran matahari penuh. Dengan demikian, tanaman dapat tumbuh dengan baik (Cahyono, 2010).

Sebagai tanaman C3, kakao memiliki raju fotorespirasi yang tinggi, yaitu 20-50 % dari hasil total fotosintesis yang berarti netfotosintesis hanya 50-80 %. Fotorespirasi meningka seiring dengan naiknya suhu udara. Di daerah tropis, idealnya laju fotorespirasi mencapai 40%. Tidak seperti fotosintesis, fotorespirasi tidak menghasilkan energi yang bermanfaat bagi tanaman sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Oleh karena itu, upaya menekan laju fotorespirasi identik dengan upaya meningkatkan produktivitas, diantaranya dengan memberi pohon penanung. Dilain pihak respirasi dihubungkan dengan aktivitas untuk membentuk senyawa baru dan jaringan tanaman yang baru (T. Wahyudi dkk, 2008).

Daerah produsen kakao umumnya memiliki curah hujan berkisar antara 1250 – 3000 mm tiap tahun. Curah hujan yang kurang dari 1250 – 3000 mm akan terjadi evapotranspirasi melebihi presipitasi. Di daerah yang keadaan iklimnya demikian dianjurkan tidak menanam kakao kecuali ada irigasi seperti di Colombia dan Peru. Curah hujan yang melebihi dari 2500 mm tiap tahun akan meningkatkan serangan penyakit busuk buah Phytophtora dan VSD (Vascular Streak Dieback). Di samping itu, akan terjadi pencucian atau leaching yang berat terhadap tanah, sehingga akan menurunkan kesuburan tanah, pH turun dan petukaran kation rendah (Susanto, 1994).

(26)

Tanah

Kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan persyaratan fisik dan kimia yang berperan terhadap pertumbuhan dan produksi kakao terpenuhi. Kakao menghendaki tanah yang banyak mengandung bahan organik yang bebas dari unsur kimia yang mengandung racun ( Clack, 2001).

Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30-40% fraksi liat, 50% pasir, dan 10-20% debu. Susunan demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi tanah. Struktur tanah yang remah dengan agregat yang mantap menciptakan gerakan air dan udara di dalam tanah sehingga menguntungkan bagi akar. Kadar zat organik yang tinggi akan meningkatkan laju pertumbuhan pada masa sebelum panen. Untuk itu zat organik pada lapisan tanah setebal 0-15 cm sebaiknya lebih dari 3 persen. Kadar tersebut setara dengan 1.75 persen unsur karbon yang dapat

menyediakan hara dan air serta struktur tanah yang gembur. (Siregar, dkk, 1997).

Tanah Andisol

Tanah andisol (andosol) adalah tanah yang berwarna hitam kelam sangat porous, mengandung bahan organik dan lempung tipe amorf, terutama alofan serta sedikit silica, alumina atau hidroxida-besi. Tanah ini terbentuk dari abu vulakanik umumnya ditemukan di daerah dataran tinggi (Darmawijaya, 1990).

(27)

litik). Tanah yang terbentuk dari abu vulkan umumnya merupakan tanah-tanah yang subur, misalnya tanah Andisol ( Andept) ( Hardjowigeno, 1986).

Data analisis tanah Andisol dari berbagai wilayah, menunjukkan bahwa Andisol memiliki tekstur yang bervariasi dari berliat (30-65% liat), sampai berlempung kasar (10-20%). Reaksi tanah umumnya agak masam (5,6-6,5). Kandungan bahan organik lapisan atas sedang sampai tinggi, dan lapisan bawahnya umumnya rendah, dengan nisbah C/N tergolong rendah (6-10). Kandungan P dan K potensial bervariasi sedang sampai tinggi, umumnya kandungan lapisan atas lebih tinggi dari pada lapisan bawahnya. Dengan demikian potensi kesuburan alami Andisol termasuk sedang sampai tinggi (Pusat Penelitian dan pengembangan Tanah dan Agroklimat, 2005).

Air Kelapa

Air kelapa mengandung unsur K yang tinggi sehingga dapat memacu pertumbuhan tanaman. Fungsi K bagi tanaman yaitu mamperkuat tubuh tanaman karena dapat menguatkan serabut-serabut akar, dapat memperlancar metabolisme dan mempengaruhi penyerapan hara (Hendaryono dan Wijayani, 1994).

Volume dan komposisi kimia air kelapa tua dan muda berbeda. Menurut Banson dan Velasco (1982) volume air kelapa selalu berubah selama pemasakan buah. Volume air kelapa pada buah tergantung pada ukuran buah, jenis dan tingkat kesegaran buah, serta umur buah. Volume air kelapa yang maksimal dalam arti memenuhi seluruh rongga buahnya adalah buah kelapa yang berumur 7 bulan.

(28)

Tabel 1. Kandungan Kimia pada Air Kelapa

Komposisi Satuan Konsentrasi

Folate Acid Sumber : Suryanto, E (2009)

Skoog dan miller dalam Prawiratana, Harran dan Tjondronegoro (1989) melalui penelitian kultur kalus tembakau mengemukakan bahwa ke dalam basal medium yang ditambahkan air kelapa telah dapat diisolasi adanya bahan aktif kinetin dari air kelapa yang mampu mendorong pembelahan sel. Kinetin adalah senyawa N6-furfuril adenine, suatu turunan dari basa adenine. Oleh para ahli fisiologi tumbuhan kinetin yang diketahui mampu mendorong pembelahan sel dikenal dengan nama sitokinin yang menggambarkan fungsinya dalam pembelahan sel/sitokinesa (Wattimena, 1987).

(29)

perendaman dengan air kelapa yang paling baik untuk pertumbuhan tunas dan akarnya adalah 12 jam.

Peran Auksin, Giberelin Dan Sitokinin

Auksin adalah zat aktif dalam sistem perakaran. Senyawa ini membantu proses pembiakan vegetatif. Pada satu sel auksin dapat mempengaruhi pemanjangan sel, pembelahan sel dan pembentukan akar. Beberapa tipe auksin aktif dalam konsentrasi yang sangat rendah antara 0.01 sampai 10 mg/L. Fungsi auksin: untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis longitudinal tanaman, gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar (Dewi, 2008).

Auksin ditemukan pada ujung batang, akar, pembentukan bunga yang berfungsi sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Hormone auksin adalah hormon pertumbuhan pada semua jenis tanaman nama lain dari hormone ini adalah IAA atau asam indol asetat, letak dari hormone auksin ini terletak pada ujung batang dan ujung akar. Fungsi dari hormone auksin ini adalah membantu proses mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar manapun pertumbuhan batang, mempercepat perkecambahan, membantu dalam proses pembelahan sel,

mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. (Salisbury dan Ross, 1995).

(30)

Penelitian pertumbuhan pith tissue culture dengan menggunakan sitokinin dan auksin dalam berbagai perbandingan telah dilakukan oleh Weier et al (1974). Dihasilkan bahwa apabila dalam perbandingan sitokinin lebih besar dari auksin, maka hal ini akan memperlihatkan stimulasi pertumbuhan tunas dan daun. Sebaliknya apabila sitokinin lebih rendah dari auksin, maka ini akan mengakibatkan stimulasi pada pertumbuhan akar. Sedangkan apabila perbandingan sitokinin dan auksin berimbang, maka pertumbuhan tunas, daun dan akar akan berimbang pula (Wattimena, 1987).

Gibberellin sebagai hormon tumbuh pada tanaman sangat berpengaruh pada sifat genetik (genetic dwarfism), pembuangan, penyinaran, partohenocarpy, mobilisasi karbohidrat selama perkecambahan (germination) dan aspek fisiologi kainnya. Gibberelline mempunyai peranan dalam mendukung perpanjangan sel (cell elongation), mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein dan aktivitas cambium yg berpengaruh pada diameter batang (Wattimena, 1987).

Pupuk Majemuk NPKMg Rustika Yellow

Pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara dan memiliki persentase kandungan unsur tertentu. Pupuk majemuk lebih efisien dalam aplikasinya dibanding pupuk tunggal, dimana beberapa unsur hara penting yang dibutuhkan tanaman dapat diberikan sekaligus dalam sekali aplikasi. Dengan menggunakan pupuk majemuk lengkap, waktu dan biaya tenaga kerja serta ongkos pengangkutannya dapat dihemat (Sastrosoedirjo, Rivai dan Prawira,1992).

(31)

sebanyak-banyaknya. Pertumbuhan ukuran lingkar batang, panjang dan jumlah tunas batang baru berlangsung dengan cepat. Dalam masa pertumbuhan tanaman, sepeti juga pada manusia dan hewan, membutuhkan protein untuk membangun tubuhnya. Protein diambil dari unsur nitrogen. Contoh pupuk yang banyak dibutuhkan untuk masa vegetatif adalah urea, NPK, pupuk kandang dan humus (Socfindo, 2003).

Selain pupuk kandang dan posfat alam, perlu ditambahkan pula pupuk kimia NPK untuk meningkatkan pertumbuhan bibit. Pemupukan NPK dilakukan setelah bibit berumur satu bulan. Pemupukan dilakukan dua kali per bulan dengan dosis 2g per tanaman (Cahyono,B, 2010).

Tanaman dapat memenuhi kebutuhan akan hara dengan cara memanfaatkan unsur-unsur hara yang memang sudah tersedia didalam tanah. Namun, jika kadar hara di dalam tanah rendah, pembudidayaan mutlak harus memberi tambahan hara melalui pemupukan majemuk NPKMg. Tujuannya karena pupuk majemuk adalah pupuk berimbang, pengaplikasiannya dapat mengefisiensi waktu dan tak lain adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksinya. Jumlah hara yang ditambahkan harus memperhitungkan efisiensi pupuk yang diberikan karena tidak semua unsur hara dari pupuk yang diberikan dapat diserap tanaman (T. Wahyudi dkk, 2008).

Apabila tanaman kekurangan unsur hara N, P, K, dan Mg akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, akar menjadi lemah dan jumlah akar berkurang, sehingga akan mempengaruhi dan mengakibatkan terganggunya proses pembentukan biomassa tanaman atau bagian-bagian vegetatif tanaman secara keseluruhan (Suseno, 1974).

(32)

15:15:6:4 sebanyak 1-2 gram tiap polibag, selang waktu pemberian 2 minggu. Pupuk NPK Rustica Yellow merupakan pupuk NPK dari Jerman. Merupakan pupuk majemuk yang mengandung tiga unsur sekaligus (NPK) disebut pupuk lengkap, dengan rumus kimia NH4NO3-NH4H2 P-O4-KCL dengan unsur hara 15 % N + 15 % P2O5 + 34 % K2

Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit

O. Yang sifatnya berupa butir-butiran berwarna kekuning-kuningan.

Pertumbuhan kakao di lapangan sangat ditentukan oleh pertumbuhan tanaman tanaman selama pembibitan. Media tanam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kakao di pembibitan. Penggunaan media tanaman yang banayak mengandung bahan organik sangat menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman kakao. Media tanam yang biasa digunakan dalam pembibitan kakao adalah berupa campuran antara tanah dan pupuk organik (Rosniawaty, 2010).

Adapun fungsi dari pupuk kompos tandan kosong bagi tanaman adalah membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman, bersifat homogen, merangsang pertumbuhan akar tanaman, mengurangi risiko sebagai pembawa hama tanaman dan tidak mudah tercuci oleh air yang meresap ke dalam tanah (Pasaribu, 2010).

(33)

( > 66,1 me/100g ) dan merupakan sumber unsur mikro Fe dan B (Darmosarkoro dan Winarna, 2001).

Kompos Tandan Kelapa Sawit sangat bermanfaat untuk meningkatkan bahan organik tanah. Bahan organik dalam tanah berfungsi untuk memperbaiki sifat tanah seperti struktur tanah, kapasitas memegang air (water holding capacity) dan sifat kimia tanah seperti kapasitas tukar kation (KTK) yang makin tinggi. Dengan demikian tandan kosong kelapa sawit mempunyai potensi yang besar sebagai bahan penyubur tanah (Witjaksana, dkk.,2000).

(34)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di desa Tanjung Selamat kecamatan Sunggal, Medan yang berada pada ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari 2012 hingga bulan April 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian adalah benih kakao (Theobroma cacao L.) yang diperoleh dari PKKS Medan, air kelapa dan pupuk NPKMg (15:15:6:4) sebagai objek perlakuan, polybag ukuran 25 x 30 sebagai tempat media tanam, tanah top soil andisol dan TKKS sebagai media tanam, bambu sebagai tiang naungan, nipah sebagai atap naungan, label sebagai penanda tiap perlakuan dan pacak sampel sebagai penanda tiap sampel.

(35)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor I : Perlakuan perendaman benih kakao dalam air kelapa dengan 4 taraf, yaitu:

K0 = Tanpa perendaman air kelapa K1 = Perendaman selama 6 jam K2 = Perendaman selama 12 jam K3 = Perendaman selama 18 jam

Faktor II : Pupuk NPKMg (15:15:6:4) dengan 4 taraf, yaitu : P0 = tanpa pupuk

P1 = 7 g / polybag P2 = 14 g / polybag P3 = 21 g / polybag

(36)

Jarak antar blok : 50 cm Jumlah tanaman/polybag : 1 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan rancangan acak kelompok 2 faktorial berdasarkan model linier sebagai berikut :

Yijk = µ+ρi+αj+βk+(αβ)jk+εijkl

i = 1,2,3 j = 1,2,3,4 k = 1,2,3,4

Dimana:

Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan perlakuan perendaman kecambah kakao ke dalam air kelapa pada taraf ke-j dan Pupuk NPKMg pada taraf ke-k

Μ = Nilai tengah ρi = Pengaruh blok ke-i

αj = Pengaruh perlakuan perendaman kecambah kakao ke dalam air kelapa pada taraf ke-j

βk = Pengaruh perlakuan pemberian Pupuk NPKMg pada taraf ke-k (αβ)jk = Pengaruh interaksi antara perlakuan perendaman kecambah kakao ke

dalam air kelapa pada taraf ke-j dan Pupuk NPKMg pada taraf ke-k εijk = Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan perendaman

kecambah kakao ke dalam air kelapa pada taraf ke-j dan pupuk NPKMg pada taraf ke-k

(37)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan Dan Naungan

Areal pertanaman yang telah digunakan, dibersihkan terlebih dahulu dari gulma dan sisa-sisa akar tanaman, kemudian tanah diratakan dengan menggunakan cangkul. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 100 cm x 100 cm. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm. Selain itu, juga dibuat naungan yang terbuat dari bambu dan daun nipah sebagai atapnya dengan ketinggian ± 2 meter yang menghadap ke timur dan ±1,5 m yang menghadap ke bagian barat.

Persiapan media pembibitan di polybag

Media tanam yang digunakan adalah campuran top soil andisol dan kompos TKKS dengan perbandingan 3:1 yang diisi ke dalam polybag ukuran 25 x 30. Dengan 3 kg tanah dicampur dengan 1 kg kompos, terlebih dahulu tanah dikering anginkan hingga kadar air berkurang hingga ± 17 %.

Aplikasi perendaman air kelapa

(38)

Pengecambahan benih

Pengecambahan benih dilakukan di sore hari pada pukul 18.00, media perkecambahan adalah campuran tanah andisol dan pasir. Benih diletakkan pada media perkecambahan setelah benih mendapatkan perlakuan perendaman air kelapa, benih disusun berdasarkan lama perendaman dengan mata embrio pada bagian bawah dengan jarak antar benih 2 cm x 3 cm. Penanaman dilakukan dengan memasukkan benih kakao seluruhnya kedalam media pengecambahan yang sudah ditugal.

Penanaman Kecambah di polybag

Pemindahan benih ke dalam polybag dilakukan setelah benih kakao mulai berkecambah yang ditandai dengan keluarnya mata embrio ke permukaan tanah yaitu saat berumur 5 hari. Setiap polybag diisi satu kecambah, dengan cara membenamkan pada kedalaman 0-8 cm lalu ditutup dengan tanah. Polybag yang telah diisi kecambah, disusun rapi/teratur di atas lahan pembibitan.

Pemupukan NPKMg Rustika Yellow sebagai perlakuan

(39)

Tabel 2. Pemberian Pupuk Perlakuan NPKMg Umur

(MSPT)

Taraf Perlakuan

P0 (g) P1 (g) P2 (g) P3 (g)

2 0 1,16 2,33 3,5

4 0 1,16 2,33 3,5

6 0 1,16 2,33 3,5

8 0 1,16 2,33 3,5

12 0 1,16 2,33 3,5

14 0 1,16 2,33 3,5

Total 0 g 7 g 14 g 21 g

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilapangan meliputi : penyiraman, penyulaman, penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit.

Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari, kecuali pada minggu ke 9 – 14 karena pada bulan minggu tersebut hujan sering terjadi. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor sebagai alat penyiraman.

Penyulaman dilakukan apabila terdapat bibit kakao yang rusak atau mati dan dilakukan seminggu setelah pindah tanam ke polybag agar diperoleh bibit yang seragam.

Penyiangan dilakukan setiap 2 minggu sekali bila terlihat ada gulma yang tumbuh pada polibek, dengan cara mencabut gulma yang ada dalam polibek dan menyiangi plot dengan cangkul.

(40)

Deltametrin (Decis 2,5 EC), penyemprotan dilakukan sesuai dengan kondisi serangan hama dan penyakit pada tanaman.

Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman

Tinggi bibit diukur mulai dari garis permukaan tanah pada patok standar hingga titik tumbuh bibit dengan menggunakan meteran dalam satuan centimeter (cm). Pengukuran tinggi tanaman dilakukan sejak tanaman berumur 2 MST hingga 14 MST dengan interval pengamatan dua minggu sekali.

Jumlah Daun

Jumlah daun yang dihitung adalah seluruh daun yang telah membuka sempurna dengan ciri-ciri helaian daun dalam posisi terbuka yang ditandai telah terlihatnya tulang-tulang daun seluruhnya bila diamati dari atas daun. Pengukuran jumlah daun dilakukan sejak tanaman berumur 2 MST hingga 14 MST dengan interval pengamatan dua minggu sekali.

Diameter Batang

(41)

Luas Daun

Pengukuran luas daun dilakukan pada sat pengamatan pertama dan terakhir dengan mengukur panjang daun dan lebar daun kemudian dihitung dengan rumus Asomaning dan Locard (1963) dalam Sunarwidi (1982), yaitu : Luas daun dihitung dengan menggunakan rumus :

Log Y = -0,495 + 1,904 log x

Y = Luas daun (cm2 X = Panjang daun (cm)

)

Bobot Basah Tajuk

Tajuk tanaman adalah bagian atas tanaman yang terdiri dari batang, serta daun-daun pada tanaman kakao dalam satuan gram (g). Bobot basah tajuk diukur pada akhir penelitian (14 MST), tajuk dibersihkan dan kemudian ditimbang dengan timbangan analitik.

Bobot Basah Akar

Bobot basah akar diukur pada akhir penelitian (14 MST), Akar dibersihkan dan kemudian ditimbang dengan timbangan analitik dalam satuan gram (g).

Bobot Kering Tajuk

(42)

selama lebih kurang 24 jam atau sampai beratnya konstan, yang ditmbang dengan timbangan analitik dan dalam satuan gram (g).

Bobot Kering Akar

(43)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan data hasil sidik ragam diperoleh bahwa perendaman benih kakao dalam air kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada 2, 4, 6, 8, 10, 12 dan 14 MST dan jumlah daun pada 2, 4 dan 6 MST. Tapi berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang, luas daun, berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat kering akar dan berat basah akar. Pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar. Interaksi perendaman benih kakao dalam air kelapa dengan pupuk NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar.

Tinggi Tanaman

(44)
(45)

K0 = 0 jam 33,53 36,74 32,17 30,40 33,21a K1 = 6 jam 36,30 38,44 38,59 35,51 37,21b K2 = 12 jam 38,63 38,62 40,88 37,84 38,99b K3 = 18 jam 39,36 40,49 37,99 35,06 38,22b

Rataan 36,96 38,58 37,41 34,70

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Dari Tabel 3 pada 2 MST dapat dilihat bahwa rataan tanaman tertinggi pada taraf perlakuan K2 (16,89 cm) berbeda nyata dengan K1 (15,86 cm), K3 (16,47 cm) dan K0 (13,9 cm) dan terendah pada taraf perlakuan K0 (13,9 cm).

Pada 4 MST dapat dilihat bahwa rataan tanaman tertinggi pada taraf perlakuan K2 (19,40 cm) berbeda tidak nyata dengan K1 (18,38 cm), K3 (18,62 cm) tetapi berbeda nyata dengan K0 (15,69 cm) dan terendah pada taraf perlakuan K0 (15,69 cm).

Pada 6 MST dapat dilihat bahwa rataan tanaman tertinggi pada taraf perlakuan K2 (22,79 cm) berbeda tidak nyata dengan K1 (21,08 cm), K3 (22,07 cm) tetapi berbeda nyata dengan K0 (18,25 cm) dan terendah pada taraf perlakuan K0 (18,25 cm).

Pada 8 MST dapat dilihat bahwa rataan tanaman tertinggi pada taraf perlakuan K2 (27,17 cm) berbeda tidak nyata dengan K1 (25,49 cm), K3 (26,25 cm) tetapi berbeda nyata dengan K0 (23,11 cm) dan terendah pada taraf perlakuan K0 (23,11 cm).

(46)

Pada 12 MST dapat dilihat bahwa rataan tanaman tertinggi pada taraf perlakuan K2 (37,68 cm) berbeda tidak nyata dengan K1 (35,91 cm), K3 (36,83cm) tetapi berbeda nyata dengan K0 (32,06 cm) dan terendah pada taraf perlakuan K0 (32,06 cm).

Pada 14 MST dapat dilihat bahwa rataan tanaman tertinggi pada taraf perlakuan K2 (38,99 cm) berbeda tidak nyata dengan K1 (37,21), K3 (38,22) tetapi berbeda nyata dengan K0 (33,21) dan terendah pada taraf perlakuan K0 (33,21).

Hubungan tinggi bibit kakao dengan perendaman benih dalam air kelapa pada umur 14 MST dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan tinggi bibit kakao dengan waktu perendaman benih kakao dalam air kelapa, pada umur 14 MST

Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa hubungan tinggi bibit kakao dengan perendaman benih kakao dalam air kelapa pada umur 14 MST menunjukkan

(47)

hubungan kurva kuadratik maksimum. Dimana tinggi bibit kakao maksimum pada perendaman benih kakao selama 13,26 jam dalam air kelapa yaitu 38,81 cm.

Gambar 2. Grafik pertumbuhan tinggi bibit kakao dengan perlakuan perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4)

Dari Gambar 2 dapat diketahui bahwa pertumbuhan tinggi bibit kakao 2 MST tertinggi pada perlakuan K2P1 yaitu 17,61 cm dan pertumbuhan tinggi tanaman terendah pada perlakuan K0P3 yitu 13,44 cm. Pada 4 MST tertinggi pada perlakuan K2P0 yaitu 20,56 cm dan pertumbuhan tinggi tanaman terendah pada perlakuan K0P3 yaitu 14,91 cm. Pada 6 MST tertinggi pada perlakuan K2P0 yaitu 24,26 cm dan pertumbuhan tinggi tanaman terendah pada perlakuan K0P2 yaitu 17,39 cm. Pada 8 MST tertinggi pada perlakuan K2P1 yaitu 28,41 cm dan pertumbuhan tinggi tanaman terendah pada perlakuan K0P3 yaitu 21,94 cm. Pada 10 MST tertinggi pada perlakuan K3P1 yaitu 33,28 cm dan pertumbuhan tinggi T

i n g g i

T a n a m a n

(cm)

(48)

tanaman terendah pada perlakuan K0P3 yaitu 25,11 cm. Pada 12 MST tertinggi pada perlakuan K3P1 yaitu 39,39 cm dan pertumbuhan tinggi tanaman terendah pada perlakuan K0P3 yaitu 29,50 cm. Pada 14 MST tertinggi pada perlakuan K2P2 yaitu 40,88 cm dan pertumbuhan tinggi tanaman terendah pada perlakuan K0P3 yaitu 30,40 cm.

Jumlah daun

Data jumlah daun dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 15 sampai 28. Dari sidik ragam diketahui bahwa perendaman benih kakao dalam air kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun pada 2, 4, 6 MST. Tetapi pemupukan NPKMg (15:15:6:4) dan interaksi perendaman benih kakao dalam air kelapa dengan pupuk NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh tidak nyata. Rataan jumlah daun dengan perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) serta interaksinya dapat dilihat pada Tabel 4.

(49)

K2 = 12 jam 12,33 13,78 13,44 14,89 13,61b

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

(50)

Hubungan jumlah daun bibit kakao dengan perendaman benih kakao dalam air kelapa pada umur 2 MST dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan jumlah daun bibit kakao dengan perendaman benih kakao dalam air kelapa, pada umur 2 MST.

Dari Gambar 3 dapat diketahui bahwa hubungan jumlah daun bibit tanaman dengan perendaman benih kakao dalam air kelapa pada umur 2 MST menunjukkan hubungan kurva kuadratik maksimum. Dimana jumlah daun bibit kakao maksimum pada perendaman benih kakao selama 12,84 jam dalam air kelapa yaitu 5,04 helai.

Hubungan jumlah daun bibit kakao dengan perendaman benih kakao dalam air kelapa pada umur 4 MST dapat dilihat pada Gambar 4.

Y

X J

u m l a h

D a u n

( Helai )

(51)

Gambar 4. Hubungan jumlah daun bibit kakao dengan perendaman benih kakao dalam air kelapa, pada umur 4 MST.

Dari Gambar 4 dapat diketahui bahwa hubungan jumlah daun bibit tanaman dengan perendaman benih kakao dalam air kelapa pada umur 4 MST menunjukkan hubungan kurva kuadratik maksimum. Dimana jumlah daun bibit kakao maksimum pada perendaman benih kakao selama 13,52 jam dalam air kelapa yaitu 7,80 helai.

Hubungan jumlah daun bibit kakao dengan perendaman benih kakao dalam air kelapa pada umur 6 MST dapat dilihat pada Gambar 5.

X Y

8

7,2

6,4

5,6

4,8

4 J u m l a h

D a u n

( Helai )

(52)

Gambar 5. Hubungan jumlah daun bibit kakao dengan perendaman benih kakao dalam air kelapa, pada umur 6 MST.

Dari Gambar 5 dapat diketahui bahwa hubungan jumlah daun bibit tanaman dengan perendaman benih kakao dalam air kelapa pada umur 6 MST menunjukkan hubungan kurva kuadratik maksimum. Dimana jumlah daun bibit kakao maksimum pada perendaman benih kakao selama 12,93 jam dalam air kelapa yaitu 12,56 helai.

X Y

13

11,5

10

8,5

7 J

u m l a h

D a u n

( Helai )

(53)

.

Gambar 6. Grafik pertumbuhan jumlah daun bibit kakao dengan perlakuan perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4)

Dari Gambar 6 dapat diketahui bahwa jumlah daun 2 MST tertinggi pada perlakuan K2P2 yaitu 5,67 helai dan jumlah daun terendah pada perlakuan K0P0 yaitu 4,00 helai. Pada 4 MST tertinggi pada perlakuan K2P3 yaitu 8,78 helai dan jumlah daun terendah pada perlakuan K0P2 dan K0P3 yaitu 6,44. Pada 6 MST tertinggi pada perlakuan K2P3 yaitu 14,89 helai dan jumlah daun terendah pada perlakuan K0P0 yaitu 9,44 helai. Pada 8 MST tertinggi pada perlakuan K2P1 yaitu 18,00 helai dan jumlah daun terendah pada perlakuan K0P0 dan K0P2 yaitu12,56 helai. Pada 10 MST tertinggi pada perlakuan K2P1 yaitu 22,11 helai dan pertumbuhan jumlah daun terendah pada perlakuan K0P0 yaitu 15,11 helai. Pada 12 MST tertinggi pada perlakuan K1P2 yaitu 24,78 helai dan jumlah daun J

u m l a h

D a u n

( Helai )

(54)

terendah pada perlakuan K1P3 yaitu 18,33 helai. Pada 14 MST tertinggi pada perlakuan K3P3 yaitu 25,78 helai dan jumlah daun terendah pada perlakuan K0P3 yaitu 21,11 helai.

Diameter batang

Data diameter batang dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 29 sampai 42. Dari sidik ragam diketahui bahwa perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) serta interaksi perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang. Rataan diameter batang dengan perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) serta interaksinya dapat dilihat pada Tabel 5.

(55)

8 MST

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan perendaman benih kakao dalam air kelapa pada diameter batang umur 14 MST relatif lebih tinggi pada taraf perlakuan K2 (0,85 cm) berbeda tidak nyata dengan K0 (0,84 cm), K1 (0,83 cm) dan K3 (0,81 cm) sedangkan perlakuan pemupukan NPKMg (15:15:6:4) pada diameter batang umur 14 MST relatif lebih tinggi pada taraf perlakuan P1 (0,85 cm) berbeda tidak nyata dengan P0 (0,83 cm), P2 (0,83 cm) dan P3 (0,82 cm).

Luas daun

(56)

pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) serta interaksi perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun. Rataan luas daun dengan perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) serta interaksinya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Luas Daun (cm2) pada Perendaman Benih Kakao dalam Air Kelapa dan Pemberian Pupuk NPKMg (15:15:6:4) serta Interaksinya Media

Rataan 1846,42 1936,67 1870,86 1477,17

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

(57)

Bobot basah tajuk

Data bobot basah tajuk dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 49 sampai 50. Dari sidik ragam diketahui bahwa perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) serta interaksi perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk. Rataan bobot basah tajuk dengan perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) serta interaksinya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Bobot Basah Tajuk (g) pada Perendaman Benih Kakao dalam Air Kelapa dan Pemberian Pupuk NPKMg (15:15:6:4) serta Interaksinya. Lama

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan perendaman benih kakao dalam air kelapa pada bobot basah tajuk umur 14 MST relatif lebih tinggi pada taraf perlakuan K2 (44,97 g) berbeda tidak nyata dengan K0 (40,14 g), K1 (42,03 g) dan K3 (43,36 g) sedangkan perlakuan pemupukan NPKMg (15:15:6:4) pada bobot basah tajuk umur 14 MST relatif lebih tinggi pada taraf perlakuan P1 (45,31 g) berbeda tidak nyata dengan P0 (43,08 g), P2 (45,31 g) dan P3 (38,67 g).

Bobot basah akar

(58)

benih kakao dalam air kelapa dengan pupuk NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar. Rataan bobot basah akar dengan pemberian perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) serta interaksinya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Bobot Basah Akar (g) pada Perendaman Benih Kakao Dalam Air Kelapa dan Pemberian Pupuk NPKMg (15:15:6:4) serta Interaksinya. Lama

Perendaman

Pupuk NPKMg (g)

Rataan P0 = 0 g P1 = 1,16 P2 = 2,33 P3 = 3,5

K0 = 0 jam 8,11 8,22 8,11 9,67 7,58 K1 = 6 jam 7,00 8,33 9,22 7,56 8,03 K2 = 12 jam 7,22 8,00 8,78 6,33 8,53 K3 = 18 jam 7,56 9,56 7,78 7,78 8,17

Rataan 7,47 8,53 8,47 7,83

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan perendaman benih kakao dalam air kelapa pada bobot basah akar umur 14 MST relatif lebih tinggi pada taraf perlakuan K2 (8,53 g) berbeda tidak nyata dengan K0 (7,58 g), K1 (8,03 g) dan K3 (8,17 g) sedangkan perlakuan pemupukan NPKMg (15:15:6:4) pada bobot basah akar umur 14 MST relatif lebih tinggi pada taraf perlakuan P1 (8,53 g) berbeda tidak nyata dengan P0 (7,47 g), P2 (8,47 g) dan P3 (7,83 g).

Bobot kering tajuk

(59)

pemberian perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) serta interaksinya dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan Bobot Kering Tajuk (g) pada Perendaman Benih Kakao Dalam Air Kelapa dan Pemberian Pupuk NPKMg (15:15:6:4) serta Interaksinya.

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan perendaman benih kakao dalam air kelapa pada bobot kering tajuk relatif lebih tinggi pada taraf perlakuan K2 (16,91 g) berbeda tidak nyata dengan K0 (15,32 g), K1 (14,31 g) dan K3 (16,36 g) sedangkan perlakuan pemupukan NPKMg (15:15:6:4) pada bobot kering tajuk umur relatif lebih tinggi pada taraf perlakuan P1 (15,61 g) berbeda tidak nyata dengan P0 (15,39 g), P2 (16,04 g) dan P3 (15,85 g).

Bobot kering akar

(60)

Tabel 10. Rataan Bobot Kering Akar (g) pada Perendaman Benih Kakao dalam Air Kelapa dan Pemberian Pupuk NPKMg (15:15:6:4) serta Interaksinya.

Lama Perendaman

Pupuk NPKMg (g)

Rataan P0 = 0 g P1 = 1,16 P2 = 2,33 P3 = 3,5

K0 = 0 jam 2,72 3,22 2,73 3,22 2,98 K1 = 6 jam 3,44 2,89 4,22 2,67 3,31 K2 = 12 jam 3,93 3,67 3,56 3,67 3,71 K3 = 18 jam 2,22 2,67 3,67 3,00 2,89

Rataan 3,08 3,11 3,54 3,14

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

(61)

Pembahasan

Pengaruh Perendaman Benih Kakao Dalam Air Kelapa Terhadap

Pertumbuhan Bibit Kakao

Data dan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa lama perendaman benih kakao dalam air kelapa pada berbagai taraf berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman dan jumlah daun. Tetapi berpengaruh tidak nyata pada parameter diameter batang, luas daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk dan bobot kering akar.

(62)

Dari gambar 1, diketahui bahwa hubungan lama perendaman benih kakao dalam air kelapa dengan tinggi tanaman menunjukkan hubungan kurva kuadratik maksimum dimana lama perendaman benih kakao dalam air kelapa hingga 13,26 jam dapat meningkatkan tinggi tanaman.

Dari data data tersebut menunjukkan bahwa perendaman benih kakao dalam air kelapa dapat meningkatkan pertumbuahan bibit kakao. Hal ini disebabkan karena terdapatnya zat pengatur tumbuh alami yg ada di dalam kandungan air kelapa seperti auksin, sitokinin dan giberelin serta vitamin – vitamin yang berperan penting dalam metabolisme sel sehingga pertumbuhan kakao menjadi optimal dan juga didukung oleh faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhan kakao. Seperti yg dikemukakan oleh Yong, dkk, (2009) menyatakan bahwa didalam air kelapa muda terdapat kandungan beberapa zat diantaranya adalah asam nikotinik 0,64 mg/ l, asam pantotenik 0,52 mg/ l, biotin 0,02 mg/ l, riboflavin 0,01 mg/ l, asam folik 0,003 mg/ l, sedikit thiamin dan pyridoxin, auksin 0,07 mg/ l, sitokinin 5,8 mg/ l,sorbitol 15 mg/ l, m-inositol 0,01 mg/ l, scyllo-inositol 0,05 mg/ l, kalium 312 mg/ 100 g, klor 183 mg/ 100 g, sodium 105 mg/ 100 g, posfor 37 mg/ 100 g, magnesium 30 mg/ 100 g, sulfur 24 mg/ 100 g, tembaga 0,1 mg/ 100 g dan copper 0,04/ 100 g.

(63)

(2004) menyatakan Agar hormon tumbuhan yang terdapat dalam jumlah yang relatif sangat kecil bersifat aktif dan khas Protein penerima harus bias menyebabkan perubahan metabolik lain yang mengarah pada penguatan isyarat atau kurir hormon.

Dari tabel 4 diketahui hasil uji beda rataan terhadap parameter jumlah daun tanaman 2 MST dapat dilihat pada taraf perlakuan K2 (5,31 helai) berbeda nyata dengan K0 (4,36 helai), K1 (4,61 helai), K3 (4,64 helai). Pada 4 MST dapat dilihat pada taraf perlakuan K2 (8,11 helai) berbeda nyata dengan K1 (7,17 helai), K0 (6,5 helai). Pada 6 MST dapat dilihat pada taraf perlakuan K2 (13,61 helai) berbeda nyata dengan K0 (10,64 helai), K1 (11,00 helai) dan K3 (11,31 helai).

Dari gambar 3, diketahui bahwa hubungan lama perendaman benih kakao dalam air kelapa dengan jumlah daun menunjukkan hubungan kurva kuadratik maksimum pada 2 MST, 4 MST dan 6 MST dimana lama perendaman benih kakao dalam air kelapa hingga 12,84 jam, 13,52 jam dan 12,93 jam dapat meningkatkan jumlah daun. Masing – masing yaitu 5,04 helai, 7,80 helai dan 12,56 helai.

(64)

tertentu. Inhibitor yang terbentuk dapat berfungsi sebagai penghambat terbentuknya ethilen. Pembentukan ethilen dalam jumlah besar pada tanaman yang sedang tumbuh akan merangsang terjadinya absisi (peluruhan, perontokan) dari berbagai macam organ tanaman.

Peningkatan pertumbuhan bibit kakao didukung oleh vitamin – vitamin pertumbuhan yg ada didalam air kelapa serta kandungan kalium yang tinggi, vitamin – vitamin yang ada pada air kelapa meliputi thiamin, inositol, pyridoxin, asam nikotin, asam pantotenik, biotin, riboflavin, asam folik, sorbitol, dll. Yang berfungsi membantu mempercepat metabolisme sel dan pembelahan sel sehingga memacu pertumbuhan daun dan tinggi tanaman. Watimena (1987) mengatakan bahwa asam pantenoat adalah bagian dari koenzim A, biotin, asam folat dan pyridoxin berperan penting dalam metabolisme sel. Dan juga Hendaryono, dkk (1994) mengatakan Inositol dan tiamin berfungsi sebagai pendorong pertumbuhan jaringan dan mempercepat pembelahan sel.

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan perendaman benih kakao dalam air kelapa pada diameter batang umur 14 MST relatif lebih tinggi pada taraf perlakuan K2 (0,85 cm) berbeda tidak nyata dengan K0 (0,84 cm), K1 (0,83 cm) dan K3 (0,81 cm).

(65)

pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang. Sehingga pada perendaman air kelapa taraf 12 jam penyerapan fitohormon tersebut lebih baik dari pada 0 jam, 6 jam dan 18 jam.

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan perendaman benih kakao dalam air kelapa pada luas daun umur 14 MST relatif lebih tinggi pada taraf perlakuan K2 (2148,84 cm2) berbeda tidak nyata dengan K0 (1819,48 cm2), K1 (1478,31 cm2) dan K3 (1684,48 cm2

Pengaruh perendaman benih kakao dalam air kelapa pada parameter luas daun berpengaruh tidak nyata, tetapi pada tabel 6 rataan luas daun menunjukkan perendaman benih kakao dalam air kelapa pada taraf K2 (2148,84 cm

).

2

) memiliki rataan lebih tinggi dibandingkan pada taraf K0 (1819,48 cm2), K1 (1478,31 cm2) dan K3 (1684,48 cm2

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan perendaman benih kakao dalam air kelapa pada bobot basah tajuk umur 14 MST relatif lebih tinggi pada taraf perlakuan K2 (44,97 g) berbeda tidak nyata dengan K0 (40,14 g), K1 (42,03 g) dan K3 (43,36 g). Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan perendaman benih kakao dalam air kelapa pada bobot kering tajuk relatif lebih tinggi pada taraf perlakuan K2 (16,91 g) berbeda tidak nyata dengan K0 (15,32 g), K1 (14,31 g) dan K3 (16,36 g).

(66)

Pengaruh perendaman benih kakao dalam air kelapa pada parameter bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk berpengaruh tidak nyata, tetapi pada tabel 7 rataan bobot basah tajuk menunjukkan perendaman benih kakao dalam air kelapa pada taraf K2 (44,97 g) memiliki rataan relatif lebih tinggi dibandingkan pada taraf K0 (40,14 g), K1 (42,03 g) dan K3 (43,36 g) dan pada tabel 9 bobot kering tajuk menunjukkan perendaman benih kakao dalam air kelapa pada taraf K2 (16,91 g) memiliki rataan relatif lebih tinggi dibandingkan pada taraf K0 (15,32 g), K1 (14,31 g) dan K3 (16,36 g). Bobot basah tajuk yg meningkat di pengaruhi oleh auksin yang fungsinya merangsang pembesaran sehingga sel yg semakin membesar terisi oleh air dan meningkatkan bobot basah tajuk, sedangkan untuk bobot kering tajuk dengan adanya vitamin-vitamin pertumbuhan dan sitokinin memaksimalkan pembelahan sel yang kemudian mengalami penurunan berat basah, karena telah mengalami proses pengeringan dengan menggunakan oven yang bertujuan untuk mengurangi jumlah kandungan air.

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan perendaman benih kakao dalam air kelapa pada bobot basah akar umur 14 MST relatif lebih tinggi pada taraf perlakuan K2 (8,53 g) berbeda tidak nyata dengan K0 (7,58 g), K1 (8,03 g) dan K3 (8,17 g). Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan perendaman benih kakao dalam air kelapa pada bobot kering akar relatif lebih tinggi pada taraf perlakuan K2 (3,71 g) berbeda tidak nyata dengan K0 (2,98 g), K1 (3,31 g) dan K3 (2,89 g).

(67)

K0 (7,58 g), K1 (8,03 g) dan K3 (8,17 g) dan pada tabel 10 bobot kering akar menunjukkan perendaman benih kakao dalam air kelapa pada taraf K2 (3,71 g) memiliki rataan relatif lebih tinggi dibandingkan pada taraf K0 (2,98 g), K1 (3,31 g) dan K3 (2,89 g). Perendaman benih kakao dalam air kelapa pada taraf 12 jam menunjukkan peningkatan bobot basah maupun bobot kering.

Pengaruh Pemberian Pupuk NPKMg (15:15:6:4) Terhadap Pertumbuhan

Bibit Kakao

Dari hasil analisis statistik menunjukan bahwa pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, luas daun, bobot basah dan kering tajuk, serta bobot basah dan bobot kering akar.

Pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, luas daun, bobot basah dan kering tajuk, serta bobot basah dan bobot kering akar. Hal ini dikarenakan media tanam yg digunakan memiliki hara yang cukup sehingga kebutuhan akan pupuk dapat tertutupi, media tanam yang digunakan berupa tanah andisol dan pupuk kompos TKKS dengan perbandingan 3 : 1 atau tanah 3 kg dan kompos TKKS 1 kg. Tanah andisol merupakan tanah yang subur yang berasal dari letusan gunung vulkanik dan kaya akan bahan organik dan TKKS juga memiliki kandungan hara yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kompos TKKS yang halus mempunyai kandungan hara C sebesar 35,1%, N 2,34 %, C/N 15 %, P 0,31 %, K 5,53%, Ca 1,46%, dan Mg 0,96 %.

Pengaruh Interaksi Lama Perendaman Benih Kakao Dalam Air Kelapa

(68)

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa interaksi antara perlakuan perendaman benih kakao dalam air kelapa dan pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, luas daun, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk serta bobot basah dan kering akar. Dari hasil percobaan dapat dilihat perendaman benih kakao dalam air kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman dan jumlah daun dimana tertinggi pada taraf K2. Pemupukan NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, luas daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk dan bobot kering akar.

(69)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perendaman benih kakao dalam air kelapa berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit kakao dan jumlah daun. Tinggi bibit kakao tertinggi pada umur 2,4,6,8,10,12,14 MST masing – masing pada perendaman benih kakao dalam air kelapa selama 12 jam. Jumlah daun terbanyak pada umur 2,4,6 MST masing – masing juga pada perendaman benih kakao dalam air kelapa selama 12 jam.

2. Pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, luas daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk dan bobot kering akar bibit kakao.

3. Interaksi perendaman benih kakao dalam air kelapa dengan pemberian pupuk NPKMg (15:15: 6:4) berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, luas daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk dan bobot kering akar bibit kakao.

Saran

(70)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar. 2008. Air Kelapa Pemacu Pertumbuhan Anggrek. http://www.azwar.web.ugm.ac.id. Pada tanggal 10 Oktober 2011.

Banson, J. R. And J. R. Velasco. 1982. Coconut Production and utilization. PCRDF. Manila.

Bey, Y., Wan Syafii, Sutrisna. 2006. Pengaruh Pemberian Giberelin dan Air Kelapa Terhadap Pertumbuhan Anggrek Bulan. Universitas Riau, Riau. Cahyono, B. 2010. Sukses Bertanam Cokelat. Pustaka Mina. Jakarta.

Clack, T., 2001. Cacao (Theobroma cacao L.). Diakses dari

Darmawijaya, I. M., 1997. Klasifikasi Tanah, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Darmosarkoro, W. dan Winarna. 2001. Penggunaan TKS dan Kompos TKS Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman, dalam W. Darmosarkoro, E.S. Sutarta, dan Winarna (Ed.). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit, Vol. 1. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Dewi, R. I. 2008. Peran Dan Fungsi Fitohormon Bagi Tanaman. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Duke, J.A, 1998. Theobroma cacao L. Chocolate,Cacao, Cocoa. Diakses dari

Hardjowigeno, S., 1986. Genesis dan Klasifikasi Tanah. Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Heddy, S. 1990. Budidaya Tanaman Kakao. Angkasa. Bandung.

Hendaryono, D.P.S dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur, Pengenalan Dan Petunjuk Perbanyakan Secara Vegetatip. Kanisius. Yogyakarta.

Maryoni, K. 2005. Pertumbuhan Stek Tujuh Ruas Panili Dengan Pemberian Beberapa Dosis Vermikompos Dan Konsentrasi Air Kelapa. Dikutip da

Gambar

Tabel 1. Kandungan Kimia pada Air Kelapa
Tabel 2. Pemberian Pupuk Perlakuan NPKMg
Tabel 3. Rataan Tinggi Bibit (cm) pada Perendaman Benih Kakao dalam Air Kelapa dan Pemberian Pupuk NPKMg (15:15:6:4) serta Interaksinya
Gambar 1. Hubungan tinggi bibit kakao dengan waktu perendaman benih kakao dalam air kelapa, pada umur 14 MST
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara external locus of control

Salah satu kendala pemasaran pangan organik di Indonesia adalah consumer confidence (Noorjannah, 2012). Kendala lainnya adalah terbatasnya informasi mengenai produk

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Devi (2007) dan Sejati (2010) Andry (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan ( growth )

Musyawarah jika ditilik dari berbagai hukum baik dalam hukum Islam maupun hukum positif tidak ada yang menjelaskan sistemnya secara mendetail sehingga para yang berperkara

Pandangan Kuntowijoyo di atas, selaras dengan yang disampaikan Syahrin Harahap bahwa salah satu ciri dari masyarakat industrial adalah terciptanya budaya dunia yang

Oleh karena itu terdapat beberapa cara atau tahapan dalam manajemen operasional limbah medis padat di Health and Medical Service Rumah Sakit PT Chevron Pacific Indonesia

Akan tetapi indikator tersebut relevan dijadikan sebagai ukuran dasar pengelolaan hutan lestari untuk aspek produksi karena indikator tersebut merupakan

Perubahan bentuk fizikal yang berlaku dalam sistem TPU yang dibangunkan dalam kajian ini dapat dilihat dengan menggunakan deria seperti hidu, rasa dan lihat oleh pelajar