UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN PENGARUH JARAK BAFFLE PADA ALAT
PENUKAR KALOR TABUNG CANGKANG DENGAN SUSUNAN TABUNG SEGIEMPAT
SKRIPSI
Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
]
DONNY M. SIMANUNGKALIT NIM. 060401071
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Sarjana yang berjudul “UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI PERPINDAHAN
KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN PENGARUH JARAK BAFFLE PADA ALAT PENUKAR KALOR TABUNG CANGKANG DENGAN SUSUNAN TABUNG SEGIEMPAT”.
Tugas Sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai derajat
Sarjana S-1 pada Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara.
Untuk penulisan laporan ini, penulis dan tim telah merancang dan
membangun konstruksi alat penukar kalor tabung cangkang dan melakukan
pengujian alat penukar kalor dengan memanfaatkan air laut sebagai fluida
pendingin.
Dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Farel Hasiholan Napitupulu, DEA, selaku Dosen
pembimbing, yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi sehingga
penelitian ini dapat selesai.
2. Bapak Dr-Ing. Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Jurusan sekaligus Dosen
Pembanding I dan Bapak Ir. M.Syahril Gultom, MT selaku Sekretaris
Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr-Eng. Himsar Ambarita, ST.MT selaku Dosen Pembanding II yang
telah banyak memberikan bimbingan untuk perbaikan skripsi ini
4. Seluruh staf pengajar dan staf tata usaha Departemen Teknik Mesin, yang
telah membantu segala keperluan yang diperlukan selama penulis kuliah.
5. Staf Laboratorium Prestasi Mesin, Departemen Teknik Mesin Universitas
Sumatera Utara, yang telah membantu pelaksanaan pengujian alat.
6. Kedua orang tua saya Drs. R. Simanungkalit dan Dra. R. Sitompul, yang
selalu memberikan dukungan moril dan materiil serta kasih sayangnya yang
7. Adik saya Fredrick Dynata Simanungkalit dan Harry Simon Simanungkalit
yang memberikan dukungan moral dan doa dalam penyelesaian penelitian ini.
8. Tulang saya Ir. Rizal Sitompul, Lambas Sitompul, SE, Jimmy Sitompul, ST
dan Edison Sitompul, Amd, yang memberi dukungan dalam penyelesaian
penelitian ini.
9. Rekan satu tim, Esron Sihite, Piko Nadeak, dan Juanda Ambarita atas kerja
sama yang baik untuk menyelesaikan tugas ini.
10. Bapak Positron Bangun, ST.MT dan Bang Sihar Siahaan, ST yang begitu
banyak mengambil andil dalam penyelesaian penelitian ini.
11. Hanna J. Simanjuntak, Amd., yang senantiasa mendoakan dan memberikan
semangat dalam penyelesaian penelitian ini.
12. Seluruh rekan mahasiswa Teknik Mesin yang telah memberikan bantuannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dan seluruh pihak
yang telah membantu selama penulis kuliah dan menyelesaikan Tugas Sarjana
ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, maka dari
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran bersifat membangun untuk
perbaikan Tugas Sarjana ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Tuhan memberkati.
Medan, April 2011
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ...i
DAFTAR ISI ... .iii
DAFTAR SIMBOL...v
DAFTAR GAMBAR...vii
DAFTAR TABEL...x
ABSTRAK ...xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ………... ... 1
1.2. Perumusan dan Batasan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
1.5. Metode Pengumpulan Data ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Perpindahan Panas ... 7
2.2 Alat Penukar Kalor ... 10
2.2.1 Klasifikasi Alat Penukar Kalor ... 10
2.2.2 Standar Alat Penukar Kalor ... 13
2.2.3 Alat Penukar Kalor Tipe Cangkang dan Tabung ... 14
2.2.4 Fluida di dalam Cangkang dan di dalam Tabung... 16
2.2.5 Jumlah Pass atau Lintasan pada Alat Penukar Kalor... 19
2.2.6 Aliran Fluida dan Distribusi Temperatur pada Alat Penukar Kalor ... 20
2.2.7 Konstruksi Alat Penukar Kalor ... 21
2.2.8 Selongsong (Shell) ... 23
2.2.9 Tabung ... 24
2.2.10 Baffle atau Sekat ... 26
2.3 Landasan Teori ... 31
2.4 Efektivitas Alat Penukar Kalor ... 41
2.5 Penurunan Tekanan ... 42
BAB III PERANCANGAN ALAT PENELITIAN ... 44
3.1. Perancangan alat penukar kalor ... 44
3.2. Mencari temperatur air keluar alat penukar kalor ... 46
3.3. Mencari panjang alat penukar kalor ... 48
BAB IV METODE PENELITIAN ... 58
4.1. Tempat Penelitian ... 58
4.2. Bahan dan Alat ... 58
4.3. Dimensi Utama Penelitian………...62
4.4. Pelaksanaan Penelitian………….………...63
4.4.1.Persiapan Pandahuluan... 63
4.4.2.Pengambilan data ... 63
4.5. Analisa Data ... 64
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65
5.1. Data Hasil Pengujian ... 65
5.2. Pengolahan Data ... 65
5.3. Pembahasan ... 72
5.4. Validasi data ... 75
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 85
6.1.Kesimpulan ... 85
6.2.Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 88
DAFTAR SIMBOL
Q = laju perpindahan panas (W)
h
m = laju aliran massa fluida panas (kg/s) c
m = laju aliran massa fluida dingin (kg/s)
ph
c = panas jenis fluida panas (J/kgoC)
pc
c = panas jenis fluida dingin (J/kgoC)
co
T = temperatur fluida dingin keluar (oC)
ci
T = temperatur fluida dingin masuk (oC)
ho
T = temperatur fluida panas keluar (oC)
hi
T = temperatur fluida panas masuk (oC)
A = luas permukaan yang mengalami perpindahan panas (m2) o
d = diameter luar tabung (m)
i
d = diameter dalam tabung (m)
s
D = diameter dalam cangkang (m)
c
T = temperatur rata-rata fluida dalam tabung (oC)
rt
Ρ = bilangan Prandtl fluida dalam tabung
t
μ = viskositas dinamik dalam tabung (kg/m.s)
et
R = bilangan Reynold fluida dalam tabung
ut
Ν = bilangan Nusselt fluida dalam tabung
c
h = koefisien pindahan panas pada sisi tabung (W/m2.K)
h
T = temperatur fluida rata-rata sisi cangkang (oC)
es
R = bilangan Reynold pada sisi cangkang
s
μ = viskositas dinamik pada sisi cangkang (kg/ms)
s
G = kecepatan massa (kg/m2s)
m
S = luas aliran menyilang (m2)
bc
bb
L = jarak celah diameter dalam cangkang dengan diameter luar bundle (m)
sb
L = ruang bebas dari cangkang dengan diameter sekat (m)
eff tp,
L = pitch tabung efektif (m)
ctl
D = diameter limit tengah tabung (m)
a = koefisien empiris
ctl
θ = sudut relatif antara baffle cut terhadap sumbu APK
ds
θ = sudut baffle cut
w
F = fraksi dari luar area yang dibentuk oleh jendela sekat
c
F = fraksi aliran melintang diantara baffle
sbp
F = perbandingan luas by-pass dan luas aliran silang
sb
S = luas kebocoran cangkang dengan baffle (m2)
m
S = luas aliran menyilang pada sumbu bundle (m2)
sb
S = luas kebocoran antara cangkang dengan baffle (m2)
tb
S = luas kebocoran antara tabung dengan baffle (m2)
m
S = luas aliran melintang tabung (m2)
b
S = luas by-pass (m2)
s
r = perbandingan luas by-pass cangkang dengan luas aliran melintang
tabung
i
J = faktor perpindahan panas
c
J = faktor koreksi potongan baffle
L
J = faktor koreksi berdasarkan kebocoran baffle
B
J = faktor koreksi by-pass bundle
s
J = faktor koreksi berdasarkan ketidaksamaan jarak baffle
μ
J = faktor koreksi berdasarkan viskositas fluida pada temperatur dinding
h
h = koefisien pindahan panas pada sisi cangkang (W/m2,K)
w
k = konduktivitas termal dinding (W/m.K)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Perpindahan panas konduksi dari udara hangat ke kaleng
minuman dingin melalui dinding aluminum kaleng ... 8
Gambar 2.2. Perpindahan panas dari permukaan panas ke udara dengan Konveksi………...9
Gambar 2.3. Perpindahan panas dengan radiasi ... 9
Gambar 2.4. APK jenis Shell and Tube tipe BEM ... 16
Gambar 2.5. Distribusi temperatur – panjang (luas) tube alat penukar kalor langsung, dengan aliran fluida parallel ... 20
Gambar 2.6. Distribusi temperatur – panjang (luas) tube alat penukar kalor langsung, dengan aliran fluida berlawanan ... 21
Gambar 2.7. Bagian-bagian dari alat penukar kalor (berdasarkan standar TEMA) ... 22
Gambar 2.8. Aliran dalam sisi shell dengan baffle segmen ... 23
Gambar 2.9. Selongsong APK ... 23
Gambar 2.10. Susunan tabung alat penukar kalor... 25
Gambar 2.11. Baffle ... 27
Gambar 2.12. Jarak antara Baffle ... 30
Gambar 2.13. Distribusi suhu APK aliran menyilang ... 31
Gambar 2.14. Sekat segmen ... 34
Gambar 3.1. Distribusi temperatur alat penukar kalor ... 44
Gambar 3.2. Baffle alat penukar kalor untuk susunan tabung segiempat ... 45
Gambar 3.4. Tabung alat penukar kalor dengan susunan tabung segiempat ... 55
Gambar 3.5. Header alat penukar kalor ... 55
Gambar 3.6. Baffle alat penukar kalor dengan baffle cut 30,37% ... 56
Gambar 3.7. Tubesheet alat penukar kalor untuk susunan segiempat... 56
Gambar 3.8. Baut dan mur ... 57
Gambar 3.9. Alat penukar kalor yang dirakit... 57
Gambar 3.10. Pola aliran fluida dalam alat penukar kalor... 57
Gambar 4.1. Pompa Sirkulasi……….59
Gambar 4.2. Termo resistance ... 59
Gambar 4.3. Panel Indikasi ... 59
Gambar 4.4. Jarum Termokopel ... 59
Gambar 4.5. Tangki pemanas ... 60
Gambar 4.6. Pemanas air 5000w ... 60
Gambar 4.7. Katup kontrol ... 60
Gambar 4.8. Manometer air ... 61
Gambar 4.9. Skema alat uji penelitian ... 62
Gambar 5.1. Hubungan antara bilangan Reynold, Reh, dengan perpindahan panas menyeluruh, U ... 73
Gambar 5.2. Hubungan antara jarak baffle dengan temperatur panas keluar,Tho ... 74
Gambar 5.3. Hubungan antara jarak baffle dengan perpindahan panas menyeluruh, U ... 74
Gambar 5.5. Hubungan antara perubahan tekanan,∆P dengan perpindahan
panas menyeluruh , U ... 75
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbandingan dari susunan tube pada alat penukar kalor ... 26
Tabel 2.2. Koefisien Empiris... 35
Tabel 3.1. Perhitungan iterasi temperatur air laut keluar ... 47
Tabel 3.2. Hasil perhitungan panjang alat penukar kalor ... 53
Tabel 4.1. Dimensi utama penelitian ... 62
Tabel 4.2. Analisa data ... 64
Tabel 5.1. Data pengujian ... 65
Tabel 5.2. Sifat-sifat air laut ... 65
Tabel 5.3. Sifat-sifat air ... 66
Tabel 5.4. Hasil perhitungan koefisiensi perpindahan panas pada sisi tabung .. 71
Tabel 5.5. Hasil perhitungan koefisiensi perpindahan panas pada sisi selongsong. ... 72
Tabel 5.6. Hasil perhitungan Koefisiensi perpindahan panas menyeluruh dan efektifitas ... 72
ABSTRAK
Sekat (baffle) mempengaruhi pola aliran fluida yang mengalir pada sisi cangkang yang memberikan efek turbulensi, yang kemudian mempengaruhi unjuk kerja termal dan penurunan tekanan alat penukar kalor jenis tabung cangkang. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan, secara eksperimen, untuk mengetahui pengaruh jarak sekat terhadap koefisien pindahan panas konveksi dan penurunan tekanan alat penukar kalor jenis tabung cangkang susunan segiempat. Pengujian ini dilakukan dengan mengalirkan air demin sebagai fluida panas melalui cangkang dengan temperatur masuk 42,8oC dan air laut sebagai fluida dingin dialirkan melalui tabung dengan temperatur masuk 29oC. Sekat yang digunakan adalah jenis segmen tunggal dengan pemotongan sekat (baffle cut) 30,37%, jarak sekat ditetapkan dengan 6 variasi yaitu 40 mm, 44 mm, 49 mm, 55 mm, 63 mm, dan 73 mm. Laju aliran massa kedua fluida adalah 0,2 kg/s. Sedangkan parameter yang diukur adalah suhu keluar air demin yaitu 38,4oC s/d 41,4oC, suhu keluar air laut yaitu 31,9oC s/d 33,9oC, dan penurunan tekanan yaitu 97 mmH2O s/d 175
mmH2O. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak sekat mempengaruhi
koefisien pindahan panas konveksi dan penurunan tekanan, dengan nilai yang optimum diperoleh adalah pada jarak sekat 40 mm dengan koefisien pindahan panas menyeluruh 282,1884 W/m2.K, penurunan tekanan 175 mmH2O, dan
efektivitas 35,5072%.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
Salah satu proses dalam sistem pembangkit tenaga adalah proses
pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan
ini memerlukan beberapa kebutuhan atau syarat temperatur tertentu dalam
prosesnya, sehingga sistem dapat berjalan dengan baik. Sementara, di sisi lain,
mungkin, terdapat medium yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai media
pendingin. Jika kasusnya seperti ini, akan diperlukan suatu alat yang dapat
memanfaatkan media pendingin yang berpotensi itu untuk kebutuhan proses
pendinginan tersebut, yaitu Alat Penukar Kalor (APK).
Ada banyak jenis-jenis Alat Penukar Kalor, namun APK jenis cangkang
dan tabung (Shell and Tube Heat Exchanger) masih yang terbanyak digunakan di
dunia industri dibandingkan dengan jenis lainnya. Salah satu keuntungan APK ini
adalah konstruksinya dapat dipisah-pisah, tidak merupakan satu kesatuan. Oleh
karena itu APK jenis ini dapat untuk dikembangkan lagi. Salah satu
penggunaannya terdapat pada proses pendinginan pada sistem pembangkit tenaga
PLTGU unit I dan II PT. PLN (Persero) KITSU sektor Belawan,
Sicanang-Medan. Alat yang digunakan dinamakan Close Cooling Water Heat Exchanger
(CCWHE), berupa APK jenis cangkang dan tabung. APK ini digunakan untuk
memanfaatkan air laut sebagai pendingin air demineralisasi, air demineralisasi ini
kemudian dimanfaatkan untuk mendinginkan oli mesin, dengan APK yang
berbeda yang dinamakan Oil Cooler, sehingga sifat-sifat oli tetap terjaga.
diharapkan adalah 38oC. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan temperatur pada proses pendinginan ini, diperlukan suatu APK yang efektif yang dapat
diperoleh melalui perancangan yang dilanjutkan dengan pengujian secara
eksperimental pada tingkat kemampuannya.
Dalam pemakaian APK ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
untuk memperoleh perpindahan panas yang optimum untuk mendapatkan hasil
yang diinginkan, yaitu jenis fluida, laju aliran, suhu, penurunan tekanan, laju
perpindahan kalor, dimensi tabung dan cangkang, jarak baffle, baffle cut, susunan
tabung, jarak pitch, dan jenis material.
Baffle pada APK cangkang tabung adalah sangat penting untuk dibahas
dalam memperbaiki atau meningkatkan unjuk kerja termal. Baffle juga diperlukan
untuk mendukung keberadaan tabung dan membentuk pola aliran silang
disepanjang tabung tersebut. Tunggul [1] mengemukakan bahwa jarak maksimum
antara sekat (maximum spacing) adalah diameter dalam cangkang dan minimum
1/5 dari diameter dalam cangkang. Apabila jarak antara sekat itu dibuat terlalu
jarang, maka aliran fluida akan aksial sehingga tidak terdapat aliran yang
melintang sebaliknya kalau jarak antara sekat dibuat terlalu sempit menimbulkan
bocoran yang berlebihan antara sekat dan cangkang.
Perubahan pemasangan baffle dengan posisi tegak lurus dari beberapa
variasi jarak dengan sendirinya memberi implikasi terhadap bentuk zona aliran
maupun pola alirannya yang pada gilirannya akan dapat mempengaruhi unjuk
kerja termal dan penurunan tekanan. Dalam penggunaannya pada APK, baffle
dengan type segmental yang dipasang tegak lurus terhadap tabung atau arah axial
aliran sebagian fluida dalam cangkang melintas tegak lurus (transversal) terhadap
bundle tabung dan kondisi demikian akan meningkatkan efek turbulensi. Aliran
tersebut sangatlah komplek, namun demikian dapat memberi dampak perpindahan
kalor konveksi yang lebih baik disatu sisi, tetapi kurang baik terhadap penurunan
tekanan di sisi lain.
Dengan kata lain proses aliran dan perpindahan kalor di sisi tabung sangat
bergantung kepada ukuran tabung itu sendiri, jarak pitch, susunan tabung, tipe
baffle, jarak baffle, baffle cut, dan celah antara baffle dan shell. Tunggul [2]
mengemukakan bahwa besarnya pemotongan sekat berrkisar antara 15-45%
diameter sekatnya, sebab pada kondisi ini akan terjadi perpindahan panas yang
baik serta penurunan tekanan (pressure drop) tidak terlalu besar.
Pertimbangan-pertimbangan operasi menjadi hal yang sangat penting di dalam memilih baffle
cut mana yang akan digunakan.
Dari segi operasi dan pemeliharaan suatu APK cangkang tabung, susunan
tabung adalah hal yang sangat prinsip karena dapat mempengaruhi besar
penurunan tekanan pada aliran fluida. Penurunan tekanan dalam sisi cangkang
sangat dipengaruhioleh faktor gesekan dan laju aliran masa fluida. Besarnya
faktor gesekan dalam sisi cangkang yang berkorelasi langsung dengan bilangan
Reynold.
Oleh karena itu dalam sebuah tahap memperkirakan kinerja atau APK,
bahwa begitu diketahui konfigurasinya maka akan tampaklah perbedaannya,
namun sayangnya tidak selalu mengetahui banyak hal dari sistim tersebut sebelum
perencanaannya lengkap. Setiap APK didesain sedemikian rupa agar dapat
perpindahan kalor antara dua atau lebih fluida yang berbeda suhunya, dengan luas
permukaan yang minimum dan kondisi operasi yang efektip serta konstruksi yang
kokoh, maka pada penelitian ini jenis APK yang direncanakan adalah jenis
cangkang tabung yang terdiri satu cangkang atau dengan satu tabung serta
dilengkapi dengan beberapa baffle.
Pada penelitian ini yang akan diamati dan dianalisa unjuk kerja termal dan
penurunan tekanan suatu APK jenis cangkang tabung susunan segiempat yang
dipengaruhi oleh pemasangan baffle dalam berbagai variasi posisi jarak, dimana
pada sisi tabung dialiri fluida dingin yaitu air laut dan pada sisi cangkang dialiri
fluida panas yaitu air demineralisasi. Dalam hal ini unjuk kerja termal dinyatakan
dalam angka koefisien perpindahan kalor menyeluruh dan penurunan tekanan.
1.2. Perumusan dan Batasan Masalah 1.2.1. Perumusan masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah pada analisa koefisien
perpindahan kalor menyeluruh dan penurunan tekanan pada APK jenis cangkang
dan tabung dengan susunan tabung segiempat dengan variasi nilai jarak baffle,
dimana pada tabung dialiri fluida dingin berupa air laut dan pada cangkang dialiri
fluida panas berupa air demineralisasi. Dalam penelitian ini dirumuskan masalah
yang ditinjau yaitu berapa jarak baffle optimal dan angka koefisien perpindahan
1.2.2. Batasan masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu pengujian dilakukan dengan
rencana awal data yang ditetapkan sebagai berikut :
1. Dengan 6 (enam) variasi jarak baffle yaitu pada 40 mm, 44 mm,49 mm, 55
mm, 63 mm dan 73 mm. Laju aliran massa air demineralisasi (fluida panas)
adalah 0,2 kg/det dengan rencana suhu masuk 42,80C dan fluida dingin adalah air laut dengan laju aliran massa 0,2kg/det.
2. APK ini merupakan hasil rancang bangun yang didasarkan atas perhitungan
teoritis dengan metode trial and error dan sebagai data hasil pengujian yang
diamati dan diperoleh berupa suhu air keluar yang diukur dengan
menggunakan alat ukur Termo Resistance PT-100 ohm dan perbedaan tekanan
pada sisi cangkang diukur menggunakan manometer air pipa U serta variabel
lain yang dibutuhkan juga diukur dengan alat-alat ukur standar lainnya.
1.3. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian pada tugas akhir ini, adalah:
a. Menganalisa APK cangkang dan tabung secara eksperimental dengan
variasi jarak baffle untuk mendapatkan data laju perpindahan kalor dan
penurunan tekanan.
b. Untuk mendapatkan nilai jarak baffle yang optimal pada APK
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian pada tugas akhir ini, adalah:
a. Menghasilkan informasi nilai jarak baffle yang optimal untuk APK
cangkang dan tabung susunan tabung segiempat yang dapat digunakan
untuk perancangan APK.
b. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang APK
cangkang dan tabung susunan tabung segiempat.
c. Sebagai pengembangan wawasan penelitian secara eksperimental pada
laboratorium Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara.
1.5. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data dalam tugas akhir ini, dilakukan
dengan cara:
a. Study Lapangan, dimana penulis melakukan pengamatan langsung dari
APK pada Laboratorium Perpindahan Panas Departemen Teknik
Mesin USU.
b. Study Literatur, dimana penulis melakukan penelaahan dari buku-buku
yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam tugas
akhir ini.
c. Survey Study , dimana penulis melakukan pengamatan langsung di
PLN Sicanang Belawan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan panas
Perpindahan panas merupakan ilmu untuk meramalkan perpindahan energi
dalam bentuk panas yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda
atau material. Dalam proses perpindahan energi tersebut tentu ada kecepatan
perpindahan panas yang terjadi, atau yang lebih dikenal dengan laju perpindahan
panas. Maka ilmu perpindahan panas juga merupakan ilmu untuk meramalkan laju
perpindahan panas yang terjadi pada kondisi-kondisi tertentu. Ada tiga bentuk
mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu konduksi, konveksi, dan
radiasi.
Konduksi, merupakan perpindahan panas dari partikel yang lebih berenergi
ke partikel yang kurang berenergi yang saling berdekatan dari sebuah bahan
karena interaksi antara partikel tersebut. Contoh: semakin panasnya (hangat)
sendok yang tercelup dalam secangkir kopi panas. Holman [3] merumuskan
persamaan untuk meramalkan laju perpindahan panas secara konduksi adalah:
x
T kA q
∂ ∂ −
= (W) (2.1)
, dimana q sebagai laju perpindahan panas konduksi, ∂T/∂x sebagai gradient suhu
ke arah perpindahan panas, k sebagai konduktivitas atau kehantaran termal benda
dengan tanda minus menunjukkan aliran kalor ke tempat yang bertemperatur lebih
rendah, dan A sebagai luas permukaan yang mengalami perpindahan panas
Gambar 2.1. Perpindahan panas konduski dari udara hangat ke kaleng minuman
dingin melalui dinding aluminum kaleng[4].
Konveksi, merupakan perpindahan panas antara permukaan solid dan
berdekatan dengan fluida yang bergerak atau mengalir, dan itu melibatkan
pengaruh konduksi dan aliran fluida. Contoh: sebuah plat besi panas akan lebih
cepat dingin jika diletakkan di depan kipas angin dibandingkan dengan jika
diletakkan begitu saja di udara terbuka. Holman [5] merumuskan persamaan untuk
meramalkan laju perpindahan panas secara konveksi adalah:
q=hA
(
Ts −T∞)
(W) (2.2), dimana q sebagai laju perpindahan panas konveksi, h sebagai koefisien
perpindahan-kalor konveksi, A sebagai luas permukaan yang mengalami
perpindahan panas, Ts sebagai temperatur permukaan benda solid yang dilalui
fluida yang mengalir, T∞ sebagai temperatur fluida yang mengalir berdekatan
Gambar 2.2. Perpindahan panas dari permukaan panas
ke udara dengan konveksi[6]
Radiasi, merupakan perpindahan energi karena emisi gelombang
elektromagnet (atau photons). Contoh: kehangatan sewaktu kita berada di dekat
api unggun. Holman [7] persamaan untuk meramalkan laju perpindahan panas
secara radiasi adalah:
(
)
4 4sur
s T
T A
q=ε σ − (W) (2.3)
, dimana q sebagai laju perpindahan panas radiasi, ε sebagai sifat radiasi pada
permukaan (emisivitas), A sebagai luas permukaan, σ sebagai konstanta
Stefan-Boltzmann (5.67 x 10-8 W/m2K4), Ts sebagai temperatur absolute permukaan, Tsur
sebagai temperatur sekitar.
2.2 Alat Penukar Kalor
Alat penukar kalor merupakan suatu peralatan dimana terjadi perpindahan
panas dari suatu fluida yang temperaturnya lebih tinggi kepada fluida lain yang
temperaturnya lebih rendah. Proses perpindahan panas tersebut dapat terjadi
secara langsung maupun tidak langsung. Maksudnya adalah :
1. Pada alat penukar kalor yang langsung, fluida yang panas akan bercampur
secara langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah) dalam suatu
bejana atau ruangan tertentu
2. Pada alat penukar kalor yang tidak langsung, fluida panas tidak berhubungan
langsung dengan fluida dingin. Jadi proses perpindahan panas itu mempunyai
media perantara, seperti pipa, pelat atau peralatan jenis lainnnya
2.2.1. Klasifikasi Alat Penukar Kalor
Menurut Tunggul [9] alat penukar kalor dapat diklasifikasikan berdasarkan
bermacam-macam pertimbangan, yaitu:
1. Klasifikasi Berdasarkan Proses Perpindahan Panas
- Tipe kontak tidak langsung
• Tipe yang langsung dipindahkan
Tipe satu fase
Tipe banyak fase
Tipe yang ditimbun (storage type)
Tipe fluidized bed
- Tipe yang kontak langsung
• Gas liquid
• Liquid vapor
2. Klasifikasi Berdasarkan Jumlah Fluida yang Mengalir
- Dua jenis fluida
- Tiga jenis fluida
- N-jenis fluida
3. Klasifikasi Berdasarkan Kompaknya Permukaan
- Tipe penukar kalor yang kompak, density luas permukaannya > 700 m2/m3
- Tipe penukar kalor yang tidak kompak, density luas permukaannya < 700 m2/m3
4. Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme Perpindahan Panas
- Dengan cara konveksi, satu fase pada kedua sisi alirannya
- Dengan cara konveksi pada satu sisi aliran dan pada sisi yang lainnya terdapat cara konveksi dua aliran
- Dengan cara konveksi pada kedua sisi alirannya serta masing-masing terdapat dua pass aliran
- Kombinasi cara konveksi dan radiasi 5. Klasifikasi Berdasarkan Konstruksi
- Konstruksi tubular (shell and tube)
• Pipa ganda (Double tube)
• Konstruksi shell and tube
Sekat plat (plate baffle)
Sekat batang (rod baffle)
- Konstruksi tipe pelat
• Tipe pelat
• Tipe lamella
• Tipe spiral
• Tipe pelat koil
- Konstruksi dengan luas permukaan diperluas (extended surface)
• Sirip pelat (pelat fin)
• Sirip tabung (tube fin)
Heat pipe wall
Ordinary separating wall
- Regenerative • Tipe rotari
• Tipe disk (piringan)
• Tipe drum
• Tipe matrik tetap
6. Klasifikasi Berdasarkan Pengaturan Aliran
- Aliran dengan satu pass
• Aliran berlawanan arah
• Aliran paralel
• Aliran melintang
• Aliran split
• Aliran yang dibagi (divided)
- Aliran multi pass
Aliran counter menyilang
Aliran paralel menyilang
Aliran compound
• Shell and tube
Aliran paralel yang berlawanan (M laluan pada cangkang dan N
laluan pada tabung)
Aliran split
Aliran dibagi (divided)
• Multipass pelat
N-paralel pelat multipass
2.2.2. Standar Alat Penukar Kalor.
Menurut Tunggul [10] standar yang umum digunakan menjadi acuan
dalam merencanakan, fabrikasi serta memelihara alat penukar kalor adalah:
1. Standards of Tubular Exchanger Manufacturers Association (TEMA
Standards), merupakan standar Amerika Serikat
2. American Society of Mechanical Engineers (ASME) Code, Section VIII,
Pressure Vessel-Division I
Alternative rules for pressure Vessels-Division II
3. American Petroleum Institute (API Standards)
Chapter VI – Pressure Vessels (Tower, Drums, and Reactors)
Chapter VII – Heat Exchangers, Condensors, and Cooler Boxes
4. American Society of Mechanical Engineers (ASME) Code, Section II –
Material Spesification
Part B – Non-ferrous metal
Part C – Welding Rod, Electrods, and Filler metals
5. Standards British, seperti British Standard B S 3274, B S 5500, dan standar
negara-negara lain seperti Belgia, Jerman, Belanda, Perancis, Norwegia,
Australia, Japan, dan lain-lain
Adapun standar tersebut mencakup masalah perencanaan (design), pembuatan
(fabrikasi), pemilihan material konstruksi, pengujian (testing) cangkang tabung,
sekat dan support, ujung yang bebas (floating head), saluran nosel, pelat tabung
(tube sheet), dan lain-lain.
2.2.3. Alat Penukar Kalor Tipe Cangkang dan Tabung.
Cangkang tabung adalah salah satu jenis APK yang menurut
konstruksinya dicirikan oleh adanya sekumpulan tabung (tube bundles) yang
dipasangkan di dalam cangkang berbentuk silinder dimana dua jenis fluida yang
saling bertukar kalor mengalir secara terpisah, masing-masing melalui sisi tabung
dan sisi cangkang.
Begitu banyaknya jenis dari alat penukar kalor cangkang tabung yang
dipergunakan pada dunia industri. Untuk membuat pembagiannya secara pasti
adalah sangat sulit. Menurut Tunggul [11] berdasarkan pemakaian, heat
exchanger diklasifikasikan dalam 3 class, yaitu : class R, class C, dan class B.
Class R adalah alat penukar kalor yang tidak mengalami pembakaran, dan secara
umum dipergunakan untuk mengolah minyak (petroleum) atau setidak-tidaknya
berhubungan dengan aplikasi dalam proses pengolahan minyak. Class C sama
Jenis ini umumnya dipergunakan pada tujuan-tujuan komersial dan dalam proses
yang umum. Class B juga sama, hanya saja dipergunakan untuk proses-proses
kimia (chemical process service).
Disamping pengelompokan diatas, dari TEMA dikenal juga tipe lain,
seperti:
1. Penukar kalor dengan fixed tube sheet
2. Penukar kalor dengan floating tube sheet
3. Penukar kalor dengan pipa U (hairpin tube)
4. Penukar kalor dengan fixed tube sheet dan mempunyai sambungan ekspansi
(expantion joint) pada cangkangnya
Keuntungan alat penukar kalor tipe cangkang tabung adalah :
1. Konfigurasi yang dibuat akan memberikan luas permukaan yang besar dengan
bentuk atau volume yang kecil
2. Mempunyai lay-out mekanik yang baik, bentuknya cukup baik untuk operasi
bertekanan
3. Menggunakan teknik fabrikasi yang sudah mapan (well established)
4. Dapat dibuat dengan berbagai jenis material, dimana dapat dipilih jenis
material yang dipergunakan sesuai dengan temperatur dan tekanan operasinya
5. Mudah membersihkannya
6. Prosedur perencanaannya sudah mapan (well established)
7. Konstruksinya sederhana, pemakaian ruangan relatif kecil
9. Konstruksinya dapat dipisah-pisah satu sama lain, tidak merupakan satu
kesatuan yang utuh, sehingga pengangkutannya relatif mudah
Gambar 2.4. APK jenis Cangkang dan Tabung tipe BEM.
Konstruksi tipe BEM mempunyai front end Stationary B yang berbentuk Bunnet,
cangkang tipe E yaitu one pass shell dan rear end head, tipe M yaitu fixed tube
shell.
Umumnya, aliran fluida dalam cangkang dan tabung dari suatu APK
adalah paralel atau berlawanan. Untuk membuat aliran fluida dalam cangkang dan
tabung menjadi aliran menyilang (cross flow) biasanya ditambah baffle (sekat).
2.2.4. Fluida di Dalam Cangkang dan di Dalam Tabung.
Menentukan fluida di dalam tabung serta fluida diluar tabung (sisi
cangkang) memerlukan pertimbangan-pertimbangan yang khusus. Untuk
menentukan hal itu dilakukan evaluasi berbagai faktor disamping memperhatikan
diperhatikan untuk menentukan jenis fluida dalam tabung (tube side) atau diluar
tabung (shell side) adalah:
1. Kemampuan untuk dibersihkan (cleanability)
Jika dibandingkan cara membersihkan tabung dan cangkang, maka
pembersihan sisi cangkang (luar tabung) jauh lebih sulit. Untuk itu maka
fluida yang bersih biasanya dialirkan sebelah cangkang (diluar tabung) dan
fluida yang kotor melalui tabung.
2. Korosi
Masalah korosi atau kebersihan sangat dipengaruhi oleh penggunaan dari
paduan logam. Paduan logam itu mahal, karena itu fluida dialirkan melalui
tabung untuk menghemat biaya yang terjadi karena kerusakan cangkang.
3. Tekanan kerja
Cangkang yang bertekanan tinggi, diameter besar, akan memerlukan dinding
yang tebal, ini akan mahal. Untuk mengatasi hal ini, apabila fluida bertekanan
tinggi, lebih baik dialirkan melalui tabung.
4. Temperatur
Fluida bertemperatur tinggi lebih baik dialirkan melalui tabung. Fluida
bertemperatur tinggi juga akan menurunkan tegangan yang dibolehkan
(allowable stress) pada material peralatan, hal ini mempunyai pangaruh yang
sama seperti fluida bertekanan tinggi yang memerlukan dinding cangkang
5. Fluida berbahaya atau fluida mahal
Untuk fluida mahal dan atau fluida yang berbahaya harus dialirkan melalui
bagian-bagian yang terikat kuat pada alat penukar kalor itu. Beberapa tipe
penukar kalor mengalirkannya pada sisi sebelah tabung.
6. Jumlah aliran fluida
Suatu perencanaan yang baik akan diperoleh aliran fluida yang kecil
jumlahnya dilakukan pada sisi sebelah cangkang. Ini mempengaruhi jumlah
pass aliran, tetapi konsekuensinya ialah kerugian dan penurunan tekanan.
7. Viskositas
Batas angka kritis bilangan Reynolds untuk aliran turbulen pada sisi cangkang
adalah 200. Karena itu aliran laminer dalam tabung dapat menjadi turbulen
apabila aliran melalui cangkang. Aliran tetap laminar dialirkan melalui
cangkang, maka lebih baik aliran itu dialirkan melalui tabung.
8. Penurunan tekanan
Apabila masalah penurunan tekanan (pressure drop) merupakan hal yang
kritis dan harus ditinjau secara teliti, maka sebaiknya fluida tersebut dialirkan
melalui sisi tabung. Penurunan tekanan didalam tabung dapat dihitung dengan
teliti, sedangkan pressure drop sisi cangkang dapat menyimpang sangat besar
dari nilai teoritis, tergantung dari kelonggaran (clearance) alat penukar kalor
itu.
Kemampuan melepas atau menerima panas suatu alat penukar kalor
permukaan itu tergantung dari panjang, ukuran dan jumlah tabung yang
dipergunakan pada alat penukar kalor itu.
2.2.5. Jumlah Pass Atau Lintasan Pada Alat Penukar Kalor.
Yang dimaksud dengan pass dalam alat penukar kalor adalah lintasan yang
dilakukan oleh fluida di dalam cangkang atau dalam bundle tabung. Dikenal 2
jenis lintasan alat penukar kalor, yaitu :
1. Shell pass atau lintasan cangkang.
2. Tube pass atau lintasan tabung.
Yang dimaksud dengan pass shell adalah lintasan yang dilakukan oleh
fluida sejak masuk mulai saluran masuk (inlet nozzle), melewati bagian dalam
cangkang dan mengelilingi tabung, keluar dari saluran buang (outlet nozzle).
Apabila lintasan itu dilakukan 1 kali maka disebut 1 laluan cangkang, kalau terjadi
2 kali atau n kali melintasi bagian dalam serta melewati tabung, disebut 2 atau n
laluan cangkang.
Untuk fluida di dalam tabung, jika fluida masuk kedalam penukar kalor
melalui salah satu ujung (front head) lalu mengalir ke dalam tabung dan langsung
keluar dari ujung tabung yang lain melalui rear head, maka disebut dengan 1
laluan tabung. Apabila fluida itu membelok lagi masuk kedalam tabung, sehingga
terjadi dua kali lintasan fluida dalam tabung maka disebut 2 laluan tabung.
2.2.6. Aliran Fluida dan Distribusi Temperatur Pada Alat Penukar Kalor
Apabila ditinjau aliran fluida alat penukar kalor, maka dapat dibagi dalam
3 macam aliran, yaitu :
1. Aliran sejajar atau paralel flow.
2. Aliran berlawanan atau counter flow.
3. Aliran kombinasi, gabungan aliran sejajar dan berlawanan.
Aliran fluida dan distribusi temperatur pada penukar kalor dapat dibagi
atas :
1. Aliran dan Distribusi Temperatur Alat Penukar Kalor yang Langsung
Pada alat penukar kalor jenis ini, temperatur akhir fluida panas dan
fluida dingin menjadi sama karena kedua jenis fluida tersebut akan membentuk
campuran (teraduk) keluar dari alat penukar kalor itu. Hal ini berarti, panas yang
diberikan oleh fluida panas diterima secara utuh atau 100% oleh fluida dingin,
tanpa ada kerugian panas.
Hubungan antara jenis aliran, distribusi temperatur dan panjang tabung
[image:32.595.244.420.558.679.2](luas tabung) pada alat penukar kalor yang kontak langsung dapat dilihat pada
gambar 2.5. dan 2.6 [13].
Gambar 2.5. Distribusi temperatur – panjang (luas) tabung alat penukar kalor
Gambar 2.6. Distribusi temperatur – panjang (luas) tabung, alat penukar kalor
langsung, dengan aliran fluida berlawanan arah.
2. Aliran dan Distribusi Temperatur Alat Penukar Kalor yang Tidak Langsung
Pada jenis alat penukar kalor ini, tabung berfungsi sebagai pemisah
antara fluida panas dengan fluida dingin. Untuk itu perlu pertimbangan yang
matang, untuk menentukan fluida mana yang mengalir melalui tabung, apakah
fluida panas atau fluida dingin.
2.2.7. Konstruksi Alat Penukar Kalor
Ditinjau dari segi konstruksi alat penukar kalor jenis cangkang dan tabung,
Tunggul [14] membagi konstruksinya dalam 4 bagian, yaitu:
1. Bagian depan yang tetap atau Front End Stationary Head
2. Shell atau badan alat penukar kalor
3. Bagian ujung belakang atau Rear End Head
4. Berkas tabung atau tube bundle, kumpulan tabung yang dimasukkan ke dalam
tabung alat penukar kalor
Didalam TEMA Standar, masing-masing bagian tersebut (kecuali nomor
2.2.8. Cangkang (Shell)
Secara umum lintasan fluida dalam APK dapat terjadi pada dua area
lintasan yang terpisah yakni dalam shell side (sisi cangkang) dan tube side (sisi
tabung). Dalam menganalisa aliran fluida dalam sisi cangkang bahwa, dalam sisi
cangkang selain terdapat aliran utama B yakni aliran yang melintas tegak (main
cross flow) terhadap bundel tube, juga terdapat kebocoran (leakage) aliran seperti
kebocoran A antara baffle dengan tabung, dan kebocoran E antara baffle dengan
cangkang, serta aliran by pass C antara bundel tube dengan cangkang, seperti
gambar 2.8. [16].
Gambar 2.8. Aliran dalam sisi cangkang dengan baffle segmen.
2.2.9. Tabung.
Susunan tabung itu mempengaruhi besarnya penurunan tekanan aliran
fluida dalam cangkang. Penentuan susunan tabung pada alat penukar kalor sangat
prinsip sekali, ditinjau dari segi operasi dan pemeliharaan. Adapun beberapa
susunan tabung alat penukar kalor menurut Tunggul [17] meliputi:
1. Tabung (tube) dengan susunan segitiga (triangular pitch).
2. Tabung (tube) dengan susunan segitiga diputar 30o (rotated triangular atau in-line triangular pitch).
3. Tabung (tube) dengan susunan bujur sangkar (in-line square pitch).
4. Tabung (tube) dengan susunan berbentuk belah ketupat, atau bentuk
bujur sangkar yang diputar 45o (diamond square pitch).
Susunan tabung yang segitiga merupakan susunan yang sangat popular
dan baik dipakai melayani fluida kotor/berlumpur atau yang bersih (non-fouling
or fouling). Koefisien perpindahan panasnya lebih baik dibanding dengan susunan
tabung bujur sangkar (in-line square pitch). Susunan tabung segitiga banyak
dipergunakan dan menghasilkan perpindahan panas yang baik per satu satuan
penurunan tekanan (per unit pressure drop), di samping itu letaknya lebih
kompak.
Susunan bujur sangkar membentuk sudut 90o (in-line square pitch) banyak dipergunakan, dengan pertimbangan seperti berikut:
1. Apabila penurunan tekanan (pressure drop) yang terjadi pada alat
penukar kalor itu sangat kecil.
2. Apabila pembersihan yang dilakukan pada bagian luar tabung adalah
susunan seperti ini, terdapat celah anatara tabung yang dipergunakan
untuk pembersihannya.
3. Susunan ini memberikan perilaku yang baik, bila terjadi aliran turbulen,
tetapi untuk laminar akan memberikan hasil yang kurang baik.
[image:37.595.180.446.194.661.2]
Gambar 2.10. Susunan tabung alat penukar kalor.
(a) susunan tabung segitiga (triangular); (b) susunan tabung bujur sangkar
(c) susunan tabung bujursangkar diputar 45o(diamond) [18]. (a)
(b)
Tabel 2.1. Perbandingan dari susunan tabung pada alat penukar kalor [19]. Susunan
tabung
Kelebihan Kekurangan
Segitiga - Film koefisiennya lebih tinggi daripada bujur sangkar
- Dapat dibuat jumlah tabung yang lebih banyak sebab susunannya kompak
- Jatuh tekanan yang terjadi antara menengah keatas
- Tidak baik untuk fluida yang kotor
- Pembersihannya dengan cara kimia
Bujur sangkar
- Bagus untuk kondisi yang memerlukan jatuh tekanan rendah
- Baik untuk pembersihan luar tabung secara mekanik
- Baik untuk melayani fluida kotor
- Film koefisiennya rendah
Belah ketupat
- Film koefisiennya lebih baik dari susunan bujur sangkar, tetapi tidak sebaik susunan segitiga
- Mudah untuk pembersihan dengan mekanis
- Baik untuk fluida yang kotor
- Film koefisiennya relatif rendah
- Jatuh tekanannya tidak serendah jenis susunan bujur sangkar
2.2.10. Baffle atau Sekat
Umumnya, aliran fluida dalam alat penukar kalor adalah paralel atau
berlawanan. Untuk membuat aliran fluida dalam alat penukar kalor menjadi cross
flow biasanya ditambahkan penyekat atau baffle. Aliran cross flow yang didapat
dengan menambahkan baffle akan membuat luas kontak fluida dalam shell dengan
dinding tube makin besar, sehingga perpindahan panas di antara kedua fluida
meningkat. Selain untuk mengarahkan aliran agar menjadi cross flow, baffle juga
berguna untuk menjaga supaya tube tidak melengkung. Secara teoritis, baffle yang
dipasang terlalu berdekatan akan meningkatkan perpindahan panas yang terjadi di
antar baffle menjadi besar sehingga penurunan tekanan menjadi besar. Sedangkan
jika baffle dipasang terlalu berjauhan penurunan tekanan yang terjadi akan kecil,
namun perpindahan panas yang terjadi kurang baik dan timbul bahaya kerusakan
pipa-pipa karena melengkung atau vibrasi. Hal ini menunjukkan bahwa jarak antar
baffle tidak boleh terlalu dekat ataupun terlalu jauh, ada jarak tertentu yang
optimal untuk alat penukar kalor tertentu. Untuk itu akan dilakukan suatu
penelitian untuk mempelajari pengaruh penggunaan baffle pada suatu alat penukar
kalor.
Pada alat penukar kalor, aliran fluida dalam selongsong adalah aksial
terhadap tabung atau menyilang. Untuk membuat aliran fluida dalam selongsong
menjadi aliran menyilang biasanya ditambah dengan sekat. Sekat ini juga
berfungsi untuk mendukung tabung dan menahan vibrasi. Bentuk sekat yang
lazim adalah segmental baffle, disc and doughnut baffle, dan orifice baffle. Tipe
yang paling banyak dipergunakan adalah segmental baffle dengan pemotongan
sekat (baffle cut). Baffles atau sekat-sekat yang dipasang pada alat penukar kalor
mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1. Struktur untuk menahan berkas tabung
2. Damper untuk menahan atau mencegah terjadinya getaran (vibration) pada
tabung
3. Sebagai alat untuk mengontrol dan mengarahkan aliran fluida yang mengalir
Gambar 2.11. Baffle
Menurut Tunggul [20], ditinjau dari segi konstruksi, sekat dapat
diklasifikasikan dalam 4 kelompok, yaitu:
1. Sekat pelat berbentuk segment (segmental baffles plate).
2. Sekat batang (rod baffles).
3. Sekat mendatar (longitudinal baffles).
4. Sekat impingment (impingiment baffles).
2.2.11 Jarak antar Baffle
Menentukan jarak antara baffle dengan sekat sangat penting,sebab hal
ini akan langsung mempengaruhi banyaknya lintasan fluida yang melintang di
luar tabung. Pada konstruksinya diusahakan agar jarak baffle satu sama lain nya
sama. Dalam hal yang tidak memungkinkan , maka pada bagian –bagian ujungnya
dibuat jrak kebih kecil, tetapi harus selalu memperhatikan letak dari nozzle pada
cangkang. Maksudnya nozzle disini adalah saluran fluida masuk tabung dan
keluar dari tabung.
Jarak maksimum antara sekat (maximum spacing) adalah diameter dalam
cangkang dan minimum 1/5 dari diameter dalam cangkang. Apabila jarak antara
terdapat aliran yang melintang sebaliknya kalau jarak antara sekat dibuat terlalu
sempit menimbulkan bocoran yang berlebihan antara sekat dan cangkang.
Perubahan pemasangan baffle dengan posisi tegak lurus dari beberapa
variasi jarak dengan sendirinya memberi implikasi terhadap bentuk zona aliran
maupun pola alirannya yang pada gilirannya akan dapat mempengaruhi unjuk
kerja termal dan penurunan tekanan. Dalam penggunaannya pada APK, baffle
dengan type segmental yang dipasang tegak lurus terhadap tabung atau arah axial
APK. Sekat (baffle) yang terpasang tegak lurus tabung akan mengakibatkan arah
aliran sebagian fluida dalam cangkang melintas tegak lurus (transversal) terhadap
bundle tabung dan kondisi demikian akan meningkatkan efek turbulensi. Aliran
tersebut sangatlah komplek, namun demikian dapat memberi dampak perpindahan
kalor konveksi yang lebih baik disatu sisi, tetapi kurang baik terhadap penurunan
tekanan di sisi lain.
Dengan kata lain proses aliran dan perpindahan kalor di sisi tabung
sangat bergantung kepada ukuran tabung itu sendiri, jarak pitch, susunan tabung,
tipe baffle, jarak baffle, baffle cut, dan celah antara baffle dan shell. Jarak antara
tube (tube pitch) ini erat hubungan nya dengan ukuran tube, susunan tube, dan
system pembersihan yang dilakukan pada luar tube. Biasanya jarak tube (tube
Gambar 2. 12. Jarak antara sekat
Jarak antara baffle (baffle spacing atau baffle pitch) ini dikenal dua
macam yaitu:
1. Jarak antara baffle maksimum yaitu:
B = Diameter sebelah dalam cangkang
2. Jarak baffle minimum yaitu:
B = 1/5 diameter sebelah dalam cangkang.
Apabila jarak antara baffle dibuat terlalu jarang , maka aliran fluida
akan aksial sehingga tidak terdapat aliran melintang, sebaliknya kalau jarak antara
baffle dibuat terlalu sempit, maka akan menimbulkan kebocoran yang berlebihan
antara baffle dan cangkang.
2.3 Landasan Teori
Perpindahan kalor dan penurunan tekanan (pressure drop) yang terjadi
serta sifat-sifat fisis fluida dalam cangkang dilakukan dengan memperhitungkan
besar kalor yang diserap oleh fluida dalam hal ini air laut dalam tabung. Jumlah
kalor yang diserap diasumsikan sama besar dengan dengan kalor yang
dipindahkan secara konveksi melalui dinding tabung. Analisis ini juga
mengasumsikan bahwa tidak terdapat kalor melalui dinding selonsong ke udara
sekitarnya. Holman [21] mengemukakan jumlah kalor atau laju perpindahan kalor
yang diserap oleh fluida dalam tabung dihitung dengan rumus:
Keseimbangan energi APK adiabatis pada kondisi steady state:
(
hi ho)
c pc(
co ci)
ph
h c T T m c T T
m
Q= ⋅ − = ⋅ − (2.4)
Thi Tco Tho Tci m h m c L
Gambar 2.13. Distribusi suhu APK aliran melintang.
Jumlah kalor yang diserap oleh fluida dapat dihitung dengan rumus:
Q = U.A.∆Tm (2.5)
∆Tm =
(
(
) (
)
)
(
ho ci)
o c i h i c o h o c i h T T T T Ln T T T T , , , , , , , , − − − − − (2.6)
Incropera [22] menyatakan persamaan-persamaan yang digunakan dalam
alat penukar kalor pada tabung adalah:
Temperatur rata-rata fluida dingin APK ditunjukkan dengan:
2 T T
T ti to
t
+
Dimana :
Tc = Temperatur fluida rata-rata pada sisi tabung (oC)
Tci = Temperatur fluida masuk tabung (oC)
Tco = Temperatur fluida keluar tabung (oC)
Laju aliran massa fluida di setiap tabung, adalah :
N m
m i
t
= (2.8)
Dimana :
t
m = Laju aliran massa fluida tiap tabung (kg/s)
i
m = Laju aliran massa fluida masuk APK (kg/s)
N = Jumlah tabung
Sularso [23] mengemukakan pembagian jenis aliran berdasarkan parameter
Bilangan Reynold (Re), apakah laminar, transisi, atau turbulen. Untuk laminar
jika Re<2300, transisi jika 2300<Re<4000, dan turbulen jika Re>4000. Bilangan
Reynold pada tabung, adalah:
t i
t
t πdμ
m 4
Re = (2.9)
Dimana :
Ret = Bilangan Reynold tiap tabung
di = Diameter dalam tabung (m)
t
μ = viskositas dinamik dalam tabung (m2/s)
1/3 t 4/5 t
t 0,023Re Pr
Nu = (2.10)
Dimana :
Nut = Bilangan Nusselt fluida dalam tabung
Pr = Bilangan Prandtl fluida dalam tabung
Koefisien perpindahan panas pada sisi tabung adalah:
i t t t
d Nu k
h = × (2.11)
Dimana :
Nut = Bilangan Nusselt fluida dalam tabung
di = Diameter dalam tabung (m)
kt = Konduktivitas termal fluida dalam tabung (W/mK)
Wolverine [24] menyatakan persamaan-persamaan yang digunakan dalam
alat penukar kalor pada cangkang adalah:
2 T T
Th = hi + ho (2.12)
Dimana :
h
T = Temperatur fluida rata-rata sisi cangkang (oC).
hi
T = Temperatur fluida panas masuk cangkang (oC).
Tho = Temperatur fluida panas keluar cangkang (oC).
Luas aliran menyilang pada sumbu bundle
( )(
)
− +
= tp t
eff tp,
ctl bb
bc
m L D
L D L
L
Dimana :
Lbc = Jarak sekat (baffle) (m)
Lbb = Jarak celah diameter dalam cangkang dengan diameter luar
bundle (Gambar 2.13). (m)
(Ltp)eff = pitch tabung efektif (dapat dilihat dari gambar) (m)
Dctl = Diameter limit tengah tabung (Gambar 2.13) (m)
[image:46.595.125.499.114.589.2]Dt = Diameter luar tabung (m)
Gambar 2.14. Sekat Segmen [25].
Kecepatan massa didapat :
m s s
S m
Dimana :
s
m = Laju aliran massa fluida masuk cangkang APK (kg/s)
m
S = Luas aliran menyilang pada sumbu bundle (m2)
Bilangan Reynold didapat:
s s o s
μ
G d
Re = (2.15)
Dimana :
Res = Bilangan Reynold pada sisi cangkang
do = Diameter luar tabung (m)
Gs = Kecepatan massa (kg/m2s)
s
μ = Viskositas dinamik pada sisi cangkang (kg/ms)
Koefien empiris diperoleh dari table berikut:
4
a s 3 0,14Re 1
a a
+
= (2.16)
[image:47.595.123.486.429.694.2]2 a s a t tp 1 I Re D L 1,33 a j
= (2.17)
Koefisien perpindahan kalor konveksi pada sisi cangkang
3 2 s s ph I ideal
s, jc G Pr
h = − (2.18)
Kemudian ditentukan faktor-faktor koreksi berdasarkan potongan baffle (JC),
kebocoran baffle (JL), by pass bundle (JB), ketidaksamaan jarak baffle (JS), aliran
laminar (JR), dan viskositas dinding (Jμ), sebagai berikut:
Faktor koreksi berdasarkan potongan baffle (JC):
Sudut relatif antara baffle cut terhadap sumbu alat penukar kalor,
− = − 100 B 2 1 D D 2cos θ c ctl s 1
ctl (2.19)
Dimana :
Dctl = Diameter limit tengah tabung (Gambar 2.13) (m)
θctl = Dapat dilihat pada Gambar 2.13.
θds = Dapat dilihat pada Gambar 2.13.
θotl = Dapat dilihat pada Gambar 2.13.
Bc = Baffle cut (%)
Fraksi dari luas area yang dibentuk oleh jendela sekat:
2π sinθ 360 θ F ctl o ctl
w = − (2.20)
Fraksi aliran melintang di antara baffle tips :
w
c 1 2F
Faktor koreksi potongan baffle :
c C 0,55 0,72F
J = + (2.22)
Menurut Tunggul [27], faktor koreksi berdasarkan potongan baffle adalah 1
apabila tidak ada tube pada jendela baffle; 1,5 apabila baffle yang dipotong
sedikit; dan 0,65 bila jendela baffle lebar.
Faktor koreksi berdasarkan kebocoran baffle (JL):
Sudut baffle cut,
− = − 100 B 2 1 2cos
θ 1 c
ds (2.23)
Luas kebocoran cangkang dengan baffle,
(
ds)
o sb
s
sb 0,00436 D L 360 θ
S = × × × − (2.24)
Dimana :
Ds = Diameter dalam cangkang (m2)
Lsb = Ruang bebas secara diametri dari cangkang dengan diameter
sekat (m)
Luas kebocoran tabung ke lubang baffle,
(
)
[
]
tt(
w)
2 t 2 tb t
tb D L D N 1 F
4
π
S × × −
+ −
= (2.25)
Maka rasio perbandingan :
tb sb sb s S S S r +
= (2.26)
m tb sb lm S S S
Dimana :
rs = Perbandingan antara luas by-pass shell dengan luas aliran melintang
tabung
Ssb = Luas bocoran antara cangkang dan baffle (m2)
Stb = Luas bocoran tabung dengan baffle (m2)
Sm = Luas aliran melintang tabung (m2)
Diperoleh faktor koreksi kebocoran baffle:
( )
s[
( )
s]
(
lm)
L 0,441 r 1 0,441 r exp 2,2r
J = − + − − − (2.28)
Faktor koreksi berdasarkan by pass bundle (JB):
Luas by pass,
(
)
[
s otl pl]
bcb L D D L
S = − + Lpl = 0, karena tidak ada by pass lane (2.29)
Dimana :
bc
L = Jarak sekat (baffle)
Perbandingan luas by pass dan luas aliran-silang :
m b sbp
S S
F = (2.30)
Jika Reo laminar maka Cbh = 1,35. dengan Bilangan Reynold ≤ 100
Jika Reo turbulen maka Cbh = 1,25. dengan Bilangan Reynold >100
Diperoleh faktor koreksi by pass bundle,
(
)
[
3]
ss sbp
bh
B exp C F 1 2r
Faktor koreksi berdasarkan ketidaksamaan jarak baffle (JS) : ) / ( ) /L (L 1) -(N ) / ( ) /L (L 1) -(N J bc bi b n -l bc bi b S bc bo n l bc bo L L L L + + + +
= − (2.32)
, dimana:
Nb = jumlah baffle.
Lbi = panjang tubesheet ke baffle pada sisi inlet. (m)
Lbo = panjang tubesheet ke baffle pada sisi outlet. (m)
n = 0,6 untuk aliran turbulen dan 1/3 untuk aliran laminar.
JS<1,0 untuk jarak baffle yang lebih besar di sisi masuk dan keluar apk daripada
jarak antar baffle yang berada di tengah.
Js = 1 untuk jarak baffle yang sama pada sisi masuk dan keluar apk dengan jarak
antar baffle yang berada di tengah.
Faktor koreksi berdasarkan viskositas dinding (Jμ):
Temperatur dinding tabung ditunjukkan dengan,
i t o ideal s, t i t s o ideal s, w d h d h T d h T d h T + +
= (2.33)
Sehingga diperoleh faktor koreksi berdasarkan viskositas dinding,
0,14 w h μ μμ J
= (2.34)
Koefisien perpindahan panas sebenarnya pada sisi cangkang dapat ditentukan
dengan:
(
C L B S μ)
h,idealh J J J J J h
Dengan demikian, koefisien perpindahan panas menyeluruh dapat ditentukan
dengan [28]:
Gambar2.15. Jaringan tahanan termal untuk perpindahan panas kalor menyeluruh.
th 1 0 th R T T ermal) (tahanan t R ruh) ΔT(menyelu Q ∑− = ∑ =
, dimana, Rth, tahanan termal (thermal resistances) adalah:
Ro = tahanan termal konveksi bagian luar =
o
2 L h
r π 2 1 ⋅ ⋅ ⋅ ⋅
Rw = tahanan termal konduksi material =
( )
L k π 2 r r ln 2 1
⋅ ⋅ ⋅
Ri = tahanan termal konveksi bagian dalam =
hi L r π 2 1
2⋅ ⋅ ⋅ ⋅ , maka:
( )
hi L r π 2 1 L k π 2 r r ln h L r π 2 1 R 2 1 2 o 2 th ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ + ⋅ ⋅ ⋅ + ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ = ∑ th R A 1 ∑ ⋅ = U( )
⋅ ⋅ ⋅ ⋅ + ⋅ ⋅ ⋅ + ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ = hi L r π 2 1 L k π 2 r r ln h L r π 2 1 2 1 2 1 2 o 2 2 L r U π Sehingga, h i o o c i o o o i o o i i o o h 1 d d ln 2k d h 1 d d 1 U h 1 r r ln k r h 1 r r 1 U + + = + + = (2.36)2.4. Efektivitas Alat Penukar Kalor
Efektivitas alat penukar kalor merupakan salah satu hal yang sangat
penting dalam mendesain penukar kalor. Hal ini disebabkan karena parameter
efektivas tersebut merupakan suatu gambaran unjuk kerja sebuah penukar kalor .
Panas yang dipindahkan ke fluida dingin harus sama dengan panas yang
diserahkan dari fluida panas.
Q = m• c . Cpc (Tco – Tci) =
•
mh . Cph (Thi – Tho) (2.37)
Holman [29] dalam bukunya mengemukakan bahwa efektivitas alat
penukar perpindahan kalor maksimum
ε maks nyata Q Q = = ) T -(T C ) T -(T C ci hi min ho hi h = ) T -(T C ) T -(T Cc ci hi min ci co (2.38 )
Dari persamaan ( 2.4 ),jika :
1. m• h . Cph = Ch = Cmin maka ε =
2. m• c . Cpc = Cc = Cmin, maka ε =
) T -(T
) T (T
co hi
co ci
(2.40)
Secara umum efektivitas dapat dinyatakan dengan :
ε =
kalor penukar dalam
di maksimum suhu
Beda
minimum) (fluida
T
Λ (2.41)
2.5. Penurunan Tekanan (Pressure Drop)
Penurunan tekanan merupakan selisih tekanan fluida masuk dan keluar
APK. Satu hal yang harus dipertimbangkan dalam perancangan APK adalah
penurunan tekanan ini. Pada saat fluida mengalir dalam cangkang mulai dari sisi
masuk sampai sisi keluar, maka molekul-molekul fluida akan bergesekan dengan
dinding cangkang dan sekat (baffle) APK. Akibatnya, aliran fluida akan tertahan
atau melambat. Dan untuk mempertahankan laju fluida, maka diperlukan tekanan
dorong dari sisi masuk APK.
Adapun hal yang dipertimbangkan dalam penurunan tekanan APK adalah:
1. Daya alat yang digunakan untuk mempertahankan laju aliran fluida
dalam APK.
2. Pengaruh penurunan tekanan terhadap proses perpindahan panas yang
2.6. Kerangka Penelitian
Adapun kerangka penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Start
Identifikasi Masalah :
Dipilih Type APK cangkang dan tabung Susunan Segiempat dengan memanfaatkan air laut didalam tabung
untuk mendinginkan air demineralisasi disisi cangkang
Pemilihan Parameter Input perhitungan awal :
Variasi Jarak Baffle = 40, 44, 49,55,63,dan73 mm
Baffle Cut = 30,37%
Type Baffle = Single Segment
Suhu air panasmasuk = 42,80C
Suhu air dingin masuk= 280C
- Jenis fluida - Suhu
- Data perencanaan & konstruksi Parameter Output :
Suhu air laut masuk
Suhu air laut keluar
Suhu air demin masuk
Suhu air demin keluar
Penurunan Tekanan
Selesai Hasil Pembahasan:
Mendapatkan jarak Baffle optimal,Koefisien perpindahan panas menyeluruh,penurunan tekanan dan Efektivitas
Analisis dan pengolahan data: Menentukan:
Koefisien perpindahan kalor menyeluruh (U)
Penurunan Tekanan (∆P)
Efektivitas
BAB III
PERANCANGAN ALAT PENELITIAN 3.1. Perancangan Alat Penukar Kalor
Untuk merancang alat penukar kalor yang diperlukan untuk pengujian,
data-data yang diketahui, dipilih, dan diharapkan adalah :
1. Data-data yang diketahui
• Temperatur fluida panas masuk alat penukar kalor (Thi) = 42,8 oC
• Temperatur fluida dingin masuk alat penukar kalor (Tci) = 28 oC
• Massa aliran fluida panas masuk alat penukar kalor (mh) = 0,2 kg/s
• Massa aliran fluida dingin masuk alat penukar kalor (mc) = 0,2 kg/s
2. Data-data yang diharapkan
• Temperatur air panas keluar alat penukar kalor (Tco) = 38 oC
3. Data-data yang dipilih
• Diameter shell (Ds) = 131,7 mm = 0,1317 m
• Jarak antar pusat tabung (p) = 17 mm = 0,017 m
• Jumlah sekat = 22
• Jarak sekat (l) = 40 mm
• Diameter luar tabung (do) = 12,7 mm = 0,0127 m
• Tebal pipa (t) = 0,5 mm = 0,0005 m
• Susunan pipa = segiempat
• Baffle cut = 30,37%
• Laluan = 1-laluan cangkang, 1-laluan tabung.
• Jumlah tabung (N)
28 2744 , 28 17
1 102 0,7854 L
C D 0,7854
N 2
2
2 tp 1
2
ctl = ≈
⋅ ⋅ =
⋅ ⋅ =
[image:57.595.205.421.477.706.2]Jumlah tabung yang diambil adalah 37.
3.2. Mencari Temperatur Air Laut Keluar Alat Penukar Kalor Perpindahan panas secara termodinamika untuk fluida panas
(
hi ho)
h h h h h h h T T cp m Q ΔT cp m Q − × × = × × = C 40,4 2 38 42,8 2 T T T : temperatur
Pada hi ho o
h =
+ = +
= =313,4 K
Dari tabel sifat-sifat air, diperoleh:
T (K) cp (J/kg.K) λ (W/m.K) µ
(N.s/m2) Pr 310 4178 0,628 0,000695 4,62 313,4 cpc λc µc Prc
315 4179 0,634 0,000631 4,16 kg.K
J 4178,68 cp
: Diperoleh h =
Sehingga,
(
)
W 4011,5328 Q C 38 42,8 kJ/kg.K 4178,68 kg/s 0,2 Q h o h = − ⋅ ⋅ =Perpindahan panas secara termodinamika untuk fluida dingin
(
co ci)
c c c c c c c T T cp m Q ΔT cp m Q − × × = × × =
Kalor yang diserap fluida dingin sama dengan kalor yang dilepas fluida panas
misal : T = 30c oC, sifat fluida air laut dievaluasi pada temperatur T = 30c oC,
diperoleh : cpc = 4031,856 J/kg⋅K
maka:
C 2 32,9747967 T
28 4031,856 20057,664 T
o co
co
=
+ =
Maka:
C 30,4873984 2
28 2 32,9747967 2
T T
T co ci o
c =
+ =
+ =
Karena nilai T yang baru belum sama dengan nilai c T yang dimisalkan, maka c
perhitungan dilanjutkan ke iterasi berikutnya hingga nilainya sama. Dan hasilnya
ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 3.1. Perhitungan iterasi temperatur air laut keluar.
Iterasi T (misal) c cpc Tco T (hasil) c 1 30 4031.856 32.97479672 30.48739836 2 30.48739836 4031.990327 32.97463098 30.48731549 3 30.48731549 4031.990304 32.97463101 30.48731551 4 30.48731551 4031.990304 32.97463101 30.48731551
Berdasarkan tabel diatas, maka diperoleh : Tco = 32,97463101oC;
cpc = 4031.990304 J kg.K; T = 30.48731551c
o
3.3. Mencari Panjang Alat Penukar Kalor Perpindahan kalor secara perpindahan panas
LMTD F
A U
Q= i× i× ×
Log Mean Temperature Difference
(
) (
)
(
)
(
)
(
) (
)
(
)
(
)
C 8 9,91242811 LMTD 28 38 1 32,9746310 42,8 Ln 28 38 1 32,9746310 42,8 T T T T Ln T T T T LMTD o ci ho co hi ci ho co hi = − − − − − = − − − − − =Untuk mencari F diperlukan parameter
karena R ≠ 1, maka diperoleh
( )
{ }
( )
(
(
( )
( )
)
)
(
)
{
}
{
}
(
)
{
(
)
}
(
)
{
}
980246825 , 0 1 2 1 2 1 2 1 2 Ln 1 1 1 Ln 1 2 1 2 R 1 R P 2 1 2 R 1 R P 2 Ln 1 R R P 1 P 1 Ln 1 2 R F 964895686 , 0 964895686 , 0 7 0,33612371 964895686 , 0 964895686 , 0 7 0,33612371 964895686 , 0 964895686 , 0 7 0,33612371 964895686 , 0 7 0,33612371 = + + + − + − + − × − × − − × + = + + + − + − + − × − × − − × + = FKoefisien pindahan panas menyeluruh, Ui.
h o i i o i c i h 1 r r r r ln k r h 1 1 U + + =
a. Tabung
Dari tabel sifat-sifat air laut dengan salinitas 29,2 g/kg, diperoleh:
T (oC)
cp
(J/kg.K)
k (W/m.K)
µ
(N.s/m2) Pr 30 4031,856 0,616 0,00084948 5,5652 30,4873155 cpc kc µc Prc
40 4034,612 0,62808 0,00069772 4,4852
5 5,51256992 Pr N.s/m 0,0008421 μ W/m.K 0,616589 k J/kg.K 4 4031,99030 c c 2 c c pc = = = = Bilangan Reynolds 5489674 , 98 6 0,0008421 0,0117 π 37 kg/s 0,2 4 μ d π N m 4 Re c i c c = ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ = ⋅ ⋅ ⋅
= = LAMINAR
Bilangan Nusselt dalam tabung: 607464957 , 7 Nu 6585 , 0 0117 , 0 512569925 , 5 5489674 , 98 6 1,86 Pr Re 1,86 Nu c 3 1 3 1 c c c =