• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Berbagai Jenis Bahan Baku Terhadap Mutu Asap Cair yang Dihasilkan Melalui Proses Pirolisis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Berbagai Jenis Bahan Baku Terhadap Mutu Asap Cair yang Dihasilkan Melalui Proses Pirolisis"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

UJI BERBAGAI JENIS BAHAN BAKU TERHADAP MUTU

ASAP CAIR YANG DIHASILKAN MELALUI PROSES

PIROLISIS

SKRIPSI

RAHMAD KURNIA SIREGAR 060308019

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

(2)

UJI BERBAGAI JENIS BAHAN BAKU TERHADAP MUTU

ASAP CAIR YANG DIHASILKAN MELALUI PROSES

PIROLISIS

OLEH :

RAHMAD KURNIA SIREGAR 060308019/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Ainun Rohanah, STP, M.Si Achwil Putra Munir, STP, M.Si Ketua Anggota

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRAK

RAHMAD KURNIA: Uji Berbagai Jenis Bahan Baku Terhadap Mutu Asap Cair yang Dihaslkan Melalui Proses Pirolisis AINUN ROHANAH dan ACHWIL PUTRA MUNIR.

Asap cair merupakan hasil kondensasi dan pengembunan uap hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu cara untuk membuat asap cair adalah dengan mengkondensasikan asap hasil pembakaran tidak sempurna. Asap cair memiliki kemampuan untuk mengawetkan bahan makanan karena adanya senyawa asam, fenolat dan karbonil. Bahan yang digunakan untuk pembuatan asap cair adalah cangkang kemiri, cangkang kelapa sawit, tempurung kelapa merupakan limbah pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk menguji alat pirolisis pembuatan asap cair dari berbagai jenis bahan dengan menggunakan rancangan acak lengkap non-paktorial dengan parameter: kadar air, rendemen, persentase tar, dan warna.

Hasil penelitian ini menunjukkan kadar air sebesar 29,286%, rendemen 36,037%, persentase tar 1,126%, sedangkan warna yang dihasilkan dari hasil pirolisis adalah warna hitam.

Kata kunci : Asap cair, kadar air, persentase tar, rendemen , warna.

ABSTRACT

RAHMAD KURNIA: The effect of different types of raw material to liquid smoke quality that resulting from pyrolisis process suvervised by AINUN ROHANAH and ACHWIL PUTRA MUNIR.

Liquid smoke is a result of steam condensation from burning directly or indirectly. One of some methodes to make liquid smoke is by condensing the results of incomplete combustion smoke. Liquid smoke is used to preserve foodstuffs as acid, phenolic, and carbonil compounds. The substance that use to make liquid smoke is hajelnut shell, palm shell, and coconut shell that was agricultural waste. This research purposed to tested the pyrolisis tools that make the liquid smoke from different types by uses non factorial completely randomized design with the parameters: Water contents , yield, tar percentage, and the colour of liquid smoke.

The result showed that the content of waters is 29,68%, yield is 36,03%, tar percentage is 1,126%, and the colour of liquid smoke is black.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 25 Mei 1987 dari ayah (Alm)

Alinafiah Siregar dan ibu Nur Anna Daulay. Penulis merupakan anak kedua dari

lima bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Batang Toru dan pada tahun yang

sama lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Panduan Minat

dan Prestasi (PMP). Penulis memilih Program Studi Keteknikan Pertanian,

Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan

Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA), Penulis melaksanakan praktek kerja

lapangan (PKL) di PTPN II Pabrik Kelapa Sawit Gohor Lama dari tanggal 15 Juli

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang

Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul ”Uji Berbagai Jenis Bahan Baku

Terhadap Mutu Asap Cair yang Dihasilkan Melalui Proses Pirolosis” sebagai

salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Program Studi Keteknikan

Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan dan mendidik

penulis selama ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu Ainun

Rohanah, STP, M.Si., selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Achwil Putra

Munir, STP, M.Si, sebagai anggota komisi pembimbing.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf

pengajar dan pegawai di Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian,

serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah

membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini

bermanfaat.

Medan, Maret 2011

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN

Pengaran Pirolisis ... 14

Proses Pirolisis ... 16

Komponen Alat Pengolahan Asap Cair ... 17

Reaktor pirolisis ... 17

Pipa penghubung ... 18

Tabung endapan fraksi berat ... 18

Kondensor... 18

Logam yang Digunakan ... 19

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

Bahan dan Alat Penelitian ... 20

Metode Penelitian ... 20

Persiapan Penelitian ... 21

Persiapan alat ... 21

Persiapan bahan ... 21

Prosedur Penelitian ... 21

Parameter yang Diamati ... 22

Kadar air ... 22

Rendemen ... 22

Persentase tar ... 23

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Air ... 25

Rendemen ... 27

Persentase tar ... 29

Warna ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32

Saran ... 33

(8)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Komposisi buah kelapa ... 7

2. Komposisi kimia tempurung kelapa ... 8

3. Komposisi kimia asap cair ... 12

4. Komposisi rata-rata dari total gas yang dihasilkan pada proses

Komposisi kayu ... 16

5. Pengaruh berbagai jenis bahan baku terhadap parameter yang diamati .... 24

8. Uji LSR efek utama berbagai jenis bahan baku terhadap kadar air ... 25

9. Uji LSR efek utama berbagai jenis bahan baku terhadap rendemen ... 27

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Pengaruh berbagai jenis bahan baku terhadap kadar air ... 26

2. Pengaruh berbagai jenis bahan baku terhadap rendemen ... 28

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Flow chart (bagan alir) penelitian... 36

2. Gambar alat pirolisis tampak depan ... 37

3. Gambar alat pirolisis tampak samping ... 38

4. Gambar alat pirolisis tampak atas ... 39

5. Data pengamatan kadar air ... 40

6. Data pengamatan rendemen... 41

7. Data pengamatan Persentase tar ... 42

8. Gambar asap cair... 43

9. Gambar alat pirolisis ... 45

(11)

ABSTRAK

RAHMAD KURNIA: Uji Berbagai Jenis Bahan Baku Terhadap Mutu Asap Cair yang Dihaslkan Melalui Proses Pirolisis AINUN ROHANAH dan ACHWIL PUTRA MUNIR.

Asap cair merupakan hasil kondensasi dan pengembunan uap hasil pembakaran secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu cara untuk membuat asap cair adalah dengan mengkondensasikan asap hasil pembakaran tidak sempurna. Asap cair memiliki kemampuan untuk mengawetkan bahan makanan karena adanya senyawa asam, fenolat dan karbonil. Bahan yang digunakan untuk pembuatan asap cair adalah cangkang kemiri, cangkang kelapa sawit, tempurung kelapa merupakan limbah pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk menguji alat pirolisis pembuatan asap cair dari berbagai jenis bahan dengan menggunakan rancangan acak lengkap non-paktorial dengan parameter: kadar air, rendemen, persentase tar, dan warna.

Hasil penelitian ini menunjukkan kadar air sebesar 29,286%, rendemen 36,037%, persentase tar 1,126%, sedangkan warna yang dihasilkan dari hasil pirolisis adalah warna hitam.

Kata kunci : Asap cair, kadar air, persentase tar, rendemen , warna.

ABSTRACT

RAHMAD KURNIA: The effect of different types of raw material to liquid smoke quality that resulting from pyrolisis process suvervised by AINUN ROHANAH and ACHWIL PUTRA MUNIR.

Liquid smoke is a result of steam condensation from burning directly or indirectly. One of some methodes to make liquid smoke is by condensing the results of incomplete combustion smoke. Liquid smoke is used to preserve foodstuffs as acid, phenolic, and carbonil compounds. The substance that use to make liquid smoke is hajelnut shell, palm shell, and coconut shell that was agricultural waste. This research purposed to tested the pyrolisis tools that make the liquid smoke from different types by uses non factorial completely randomized design with the parameters: Water contents , yield, tar percentage, and the colour of liquid smoke.

The result showed that the content of waters is 29,68%, yield is 36,03%, tar percentage is 1,126%, and the colour of liquid smoke is black.

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit, kelapa dan kemiri adalah salah satu komoditi yang banyak

ditanam di Indonesia dengan perkembangannya demikian pesat. Selain luas area,

produksi minyak cukup tinggi, produk samping atau limbah juga tinggi. Untuk

mengatasi peningkatan produksi sampah karena keterbatasan lahan tempat

pembuangan akhir (TPA), maka upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dikembangkan untuk mengolah beberapa hasil sampingan seperti

cangkang, tempurung, dan sabut, agar dapat diolah menjadi produk yang memiliki

nilai ekonomi yang tinggi, seperti arang cangkang kelapa sawit, tempurung

kelapa, dan cangkang kemiri yang sangat potensial untuk diolah menjadi arang

aktif. Namun dengan meningkatnya produksi arang aktif yang menggunakan

bahan dasar cangkang kelapa sawit, tempurung kelapa, dan cangkang kemiri maka

akan mengakibatkan terjadinya pencemaran udara karena adanya penguraian

senyawa-senyawa kimia dari cangkang kelapa sawit, tempurung kelapa, dan

cangkang kemiri pada proses pembakaran.

Dengan kondisi yang demikian sebenarnya banyak sekali manfaat yang

dapat diperoleh dari pemanfaatan cangkang sawit, tempurung kelapa, dan

cangkang kemiri. Salah satunya dengan cara pirolisis yaitu pembakaran dengan

sedikit udara atau tanpa udara terhadap bahan baku. Maka akan diperoleh

rendemen berupa asap cair yang dapat digunakan sebagai biopreservatif baru

pengganti preservatif kimia. Asap cair merupakan hasil kondensasi dari pirolisis

cangkang kelapa sawit, tempurung kelapa, dan cangkang kemiri yang

(13)

konstituen cangkang kelapa sawit, tempurung kelapa, dan cangkang kemiri seperti

selulosa, hemiselulosa dan lignin. Proses pirolisa melibatkan berbagai proses

reaksi yaitu dekomposisi, oksidasi, polimerisasi, dan kondensasi.

Pada proses pirolisis juga dihasilkan asap cair, tar dan gas-gas yang tak

terembunkan. Asap cair yang merupakan hasil sampingan dari industri arang aktif

tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi jika dibandingkan dengan dibuang

ke atmosfir. Asap cair diperoleh dari pengembunan asap hasil penguraian

senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam tempurung kelapa, cangkang

kelapa sawit, dan cangkang kemiri sewaktu proses pirolisis. Pirolisis adalah

dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit

oksigen atau reagen lainnya, di mana material mentah akan mengalami

pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. Pirolisis adalah kasus khusus

termolisis. Pirolisis ekstrim, yang hanya meninggalkan karbon sebagai residu,

disebut karbonisasi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji berbagai jenis bahan terhadap mutu

asap cair yang dihasilkan melalui proses pirolisis.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan

syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi

Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi

(14)

Batasan Penelitian

Penelitiannya ini hanya untuk mengetahui kualitas dan kuantitas asap cair

yang dihasilkan melalui proses pirolisis.

TINJAUAN PUSTAKA

(15)

Menurut morfologinya, kelapa sawit dapat diklasifikasikan sebagai

Species : Elaeis guinensis Jacq.

(Pahan, 2008).

Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit. Kelapa

sawit termasuk produk yang banyak diminati investor karena nilai ekonominya

cukup inggi. Potensi areal perkebunan Indonesia masih terbuka luas untuk

tanaman kelapa sawit. Pengembangan perkebunan tidak hanya diarahkan pada

sentra – sentra produksi seperti di Sumatera dan Kalimantan. Data di lapangan

menunjukkan kecendrungan peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit

khususnya perkebunan rakyat. Pertumbuhan perkebunan rakyat pada priode tiga

puluh tahun terakhir mencapai 45,1% per tahun sementara areal perkebunan

negara tumbuh 6,8% per tahun, dan areal perkebunan swasta tumbuh 12,8%

pertahun. Industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia terus mengalami

peningkatan (Fauzi, 2004).

(16)

Secara anatomi, buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu

bagian utama adalah perikaprium yang terdiri dari epikaprium dan mesokarpium,

sedangkan yang kedua adalah biji, yang terdiri dari endokaprium, endosperm, dan

lembaga atau embrio. Epikaprium adalah kulit buah yang keras dan licin,

sedangkan mesokaprium yaitu daging buah yang berserabut dan mengandung

minyak dengan rendemen tingi. Epokaprium merupakan cangkang berwarna

hitam dan keras (Fauzi, 2004).

Produk samping dari pengolahan kelapa sawit adalah tempurung sawit

yang asalnya dari cangkang kelapa sawit. Cangkang sawit merupakan bagian

paling keras pada komponen yang terdapat pada kelapa sawit. Saat ini

pemanfaatan cangkang sawit di berbagai industri pengolahan minyak CPO belum

begitu maksimal. Ditinjau dari karakteristik bahan baku, jika dibandingkan

dengan tempurung kelapa biasa, cangkang kelapa sawit memiliki banyak

kemiripan. Perbedaan yang mencolok yaitu pada kadar abu (ash content) yang

biasanya mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan oleh tempurung kelapa

dan tempurung kelapa sawit (Fauzi, 2004).

Salah satu jenis limbah kelapa sawit adalah tandan kosong kelapa sawit

(TKKS). Cangkang kelapa sawit termasuk juga limbah padat hasil pengolahan

kelapa sawit. Limbah padat mempunyai ciri khas pada komposisinya. Komponen

terbesar dalam limbah padat tersebut adalah selulosa, disamping komponen lain

meskipun lebih kecil seperti abu,hemiselulosa, dan lignin(Fauzi, 2004).

(17)

Pohon kelapa termasuk jenis Palmae yang berumah satu (monokotil).

Batang tanaman tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang. Dalam tata nama atau

sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman kelapa (Cocos nucifera)

dimasukkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut.

Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Sub-Divisio : Angiospermae (Berbiji tertutup)

Kelas : Monocotyledonae (biji berkeping satu)

Ordo : Palmales

Familia : Palmae

Genus : Cocos

Spesies : Cocos nucifera L.

Pohon kelapa sering juga di sebut pohon kehidupan karena hampir semua

bagian dari tanaman kelapa memberikan mamfaat bagi manusia. Beberapa jenis

produk kelapa antara lain santan, gula, air kelapa segar (kelapa muda), lidi, janur,

daging kelapa, arang aktif, sabut kelapa dan bahan bangunan (Barlina, 2004).

Kelapa dikenal sebagai tanaman yang serbaguna karena seluruh bagian

tanaman ini bermanfaat bagi kehidupan manusia serta mempunyai nilai ekonomis

yang cukup tinggi. Salah satu bagian yang terpenting dari tanaman kelapa adalah

buah kelapa. Buah kelapa terdiri dari beberapa komponen yaitu kulit luar

(epicarp), sabut (mesocarp), tempurung kelapa (endocarp), daging buah

(endosperm), dan air kelapa. Adapun komposisi buah kelapa dapat kita lihat pada

Tabel1berikut ini.

Tabel 1. Komposisi buah kelapa

(18)

Sabut

Tempurung kelapa merupakan bagian buah kelapa yang fungsinya

secara biologis adalah pelindung inti buah dan terletak di bagian sebelah dalam

sabut dengan ketebalan berkisar antara 3–6 mm. Tempurung kelapa dikategorikan

sebagai kayu keras tetapi mempunyai kadar lignin yang lebih tinggi dan kadar

selulosa lebih rendah dengan kadar air sekitar enam sampai sembilan persen

(dihitung berdasarkan berat kering) dan terutama tersusun dari lignin, selulosa dan

hemiselulosa (Tilman, 1981).

Tempurung beratnya antara 15-19% berat buah kelapa. Balce dan Floro

(1953) melaporkan bahwa dari 1000 buah kelapa diperoleh 19,5% tempurung.

Berat tempurung dari kelapa butiran, menurut soliven adalah 20,87% sedangkan

menurut Hugenmaier adalah 24,3%. Menurut pengalaman, di Sulawesi utara

menunjukkan bahwa berat tempurung kelapa adalah 17,78% (suhardiyono, 1988).

Apabila tempurung kelapa dibakar pada temperatur tinggi dalam ruangan

yang tidak berhubungan dengan udara maka akan terjadi rangkaian proses

penguraian penyusun tempurung kelapa tersebut dan akan menghasilkan arang,

destilat, tar dan gas. Destilat ini merupakan komponen yang sering disebut sebagai

asap cair (Pranata, 2008).

Tempurung kelapa termasuk golongan kayu keras dengan kadar air sekitar

(19)

tersusun dari lignin, selulosa dan hemiselulosa. Data komposisi kimia tempurung

kelapa dapat kita lihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Komposisi kimia tempurung kelapa

Komponen Persentase %

Selulosa

Komposisi utama yang terdapat dalam tempurung kelapa adalah

hemisellulosa, sellulosa dan lignin. Hemisellulosa adalah jenis polisakaridadengan

berat molekul kecil berantai pendek disbanding dengan sellulosa dan banyak

dijumpai pada kayu lunak. Hemisellulosa disusun oleh pentosan (C5H8O4) dan

heksosan (C6H10O5). Pentosan banyak terdapat pada kayu keras, sedangkan

heksosan terdapat pada kayu lunak (Maga, 1987).

Selain hemisellulosa tempurung kelapa juga mengandung sellulosa dan

lignin. Hasil pirolisis sellulosa yang terpenting adalah asam asetat dan fenol dalam

jumlah yang sedikit. Sedangkan pirolisis lignin mengahasilkan aroma yang

berperan dalam produk pengasapan. Senyawa aroma yang dimaksud adalah fenol

dan eterfenolik seperti guaikol (2-metoksi fenol), syringol (1,6-dimetoksi fenol)

(20)

Tanaman Kemiri

Menurut morfologinya, kelapa dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Klas : Dicotyledoneae

Bangsa : Euphorbiales

Suku : Euphorbiaceae

Marga : Aleurites

Jenis : Aleurites moluccana

(Paimin, 1997).

Tanaman kemiri tersebar diseluruh nusantara dan yang terbanyak adalah di

Sulawesi Selatan, Jawa, Maluku dan Sumatera Utara. Tanaman kemiri dapat

tumbuh dan berproduksi baik pada ketinggian 0-800 meter di atas permukaan laut,

walapun di beberapa tempat dapat tumbuh pada ketinggian 1.200 meter. Tanaman

kemiri dapat tumbuh pada lahan datar, bergelombang, dan yang bertebing.

Ditinjau dari segi iklimnya, tanaman kemiri di daerah-daerah beriklim kering dan

basah. Tanaman kemiri dapat tumbuh di daerah dengan jumlah curah hujan

1.500-2.400 mm per tahun pada suhu 20-270C (Direktorat Budidaya Tanaman, 2008).

Cankang Kemiri

Cangkang kemiri ketebalannya sekitar 3-5 mm, berwarna coklat atau

kehitaman. Kulit biji inilah yang merupakan bagian buah paling keras. Biji kemiri

memiliki bentuk membulat atau limas, agak gepeng dengan salah satu ujungnya

(21)

berwarna putih yang kaku (merupakan bagian endosperm dengan kotiledon di

dalamnya). Sehingga jika ditelusuri dari luar ke dalam, bagian buah kemiri

berturut-turut adalah kulit luar, lapisan kayu, kulit biji, endosperm, dan kotiledon

(paimin, 1997).

Asap Cair

Asap cair (liqud smoke) merupakan campuran larutan dari dispersi asap

kayu dalam air yang dibuat dengan mengkondensasikan asap cair hasil pirolisis.

Asap cair hasil pirolisis ini tergantung pada bahan dasar dan suhu pirolisis.

Pirolisis tempurung kelapa menghasilkan asap cair dengan kandungan senyawa

fenol sebesar 4,13 %, karbonil 11,3 % dan asam 10,2 % (Darmadji, dkk., 1996).

Selama proses pirolisis akan terbentuk berbagai macam senyawa.

Senyawa-senyawa yang terdapat di dalam asap dikelompokkan menjadi beberapa

golongan yaitu, fenol, karbonil (terutama keton dan aldehid), asam furan, alkohol

dan ester, lakton, hidrokarbon alifatik, dan hidrokarbon poliklis aromatis. Asap

memiliki kemampuan untuk mengawetkan bahan makanan karena adanya

senyawa asam, fenolat dan karbonil (Pranata, 2008).

Kualitas asap cair ditentukan oleh kondisi proses pembakaran, yaitu

tekanan, suhu pembakaran dan lamanya waktu pembakaran, serta banyaknya

kandungan asam, ter, dan fenol di dalamnya. Kualitas asap cair juga ditentukan

oleh kemurnian dari senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya. Asap cair

mengandung kelompok senyawa asam dan turunannya, alkohol, aldehid,

hidrokarbon, keton, fenol, dan piridin (Zaitsez, 1969). Senyawa-senyawa ini tidak

sepenuhnya sesuai dengan penggunaan asap cair sebagai antimikroba,

(22)

pemurnian perlu dilakukan untuk memisahkan senyawa-senyawa tersebut

sehingga didapatkan komponen asap cair yang diinginkan.

Jenis Asap Cair

Jenis asap cair dibedakan atas penggunaannya. Ada 3 jenis grade asap cair,

yaitu sebagai berikut:

1. Asap cair grade 1

Grade 1 adalah pemprosesan dengan destilasi berulang-ulang sehingga

menghilangkan kadar karbon dalam asap yang telah terkondensasi. Hasilnya

lebih jernih berwarna kuning. Fungsinya sebagai pengawet makanan

seperti : bakso, mie.

2. Asap cair grade 2

Grade 2 adalah pemprosesan dengan destilasi berulang-ulang sehingga

menghilangkan kadar karbon jenuh dalam asap yang telah terkondensasi.

Hasilnya berwarna merah. Fungsinya sebagai pengganti formalin dengan bahan

alami / herbal.

3. Asap cair grade 3

Grade 3 adalah pemprosesan dengan sedikit destilasi sehingga menghilangkan

kadar karbon dalam asap yang telah terkondensasi. Hasilnya berwarna hitam.

(23)

Komposisi Asap Cair

Tabel 3. Komposisi kimia asap cair

Komposisi Kimia Kandungan

Air 11-92 %

Zaitsev (1969) mengemukakan bahwa asap mengandung beberapa zat

antimikroba, antara lain:

a. Asam dan turunannya: format, asetat, butirat, propionat, metal ester.

b. Alkohol: metal, etil, propil, alkil, dan isobutil alkohol.

c. Aldehid: formaldehid, asetaldehid, furfural, dan metal furfural.

d. Hidrokarbon: silene, kumene, dan simene.

e. Keton: aseton, metal etil keton, metil propil keton, dan etil propil keton.

f. Fenol

g. Piridin dan metal piridin.

Diketahui bahwa temperatur pembuatan asap merupakan faktor yang

paling menentukan kualitas asap yang dihasilkan. Kandungan maksimum

senyawa-senyawa fenol, karbonil, dan asam dicapai pada temperatur pirolisis

600 0C. Tetapi produk yang diberikan asap cair yang dihasilkan pada temperatur

400 0C dinilai mempunyai kualitas organoleptik yang terbaik dibandingkan

dengan asap cair yang dihasilkan pada temperatur pirolisis yang lebih tinggi.

Menurut Girard (1992), senyawa-senyawa penyusun asap cair meliputi:

1. Senyawa-senyawa fenol merupakan senyawa yang berperan sebagai

antioksidan sehingga dapat memperpanjang masa simpan produk asapan.

(24)

pirolisis kayu. Kuantitas fenol pada kayu sangat bervariasi yaitu antara

10-200 mg/kg. Beberapa jenis fenol yang biasanya terdapat dalam produk

asapan adalah guaiakol, dan siringol.

2. Senyawa-senyawa karbonil merupakan senyawa yang berperan pada

pewarnaan dan citarasa produk asapan. Golongan senyawa ini mepunyai

aroma seperti aroma karamel yang unik. Jenis senyawa karbonil yang

terdapat dalam asap cair antara lain adalah vanilin dan siringaldehida.

3. Senyawa-senyawa asam merupakan senyawa yang berperan sebagai

antibakteri dan membentuk cita rasa produk asapan. Senyawa asam ini

antara lain adalah asam asetat, propionat, butirat dan valerat.

4. Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis merupakan senyawa yang dapat

terbentuk pada proses pirolisis kayu. Senyawa hidrokarbon aromatik seperti

benzo (a) pirena merupakan senyawa yang memiliki pengaruh buruk karena

bersifat karsinogen.

5. Senyawa benzo (a) pirena merupakan senyawa yang mempunyai titik didih

310 0C dan dapat menyebabkan kanker kulit jika dioleskan langsung pada

permukaan kulit. Akan tetapi proses yang terjadi memerlukan waktu yang

lama.

Manfaat Asap Cair

Asap cair memiliki banyak manfaat dan telah digunakan pada berbagai

industri, antara lain :

1. Industri pangan.

Asap cair ini mempunyai kegunaan yang sangat besar sebagai pemberi rasa dan

(25)

antioksidannya. Dengan tersedianya asap cair maka proses pengasapan

tradisional dengan menggunakan asap secara langsung yang mengandung

banyak kelemahan seperti pencemaran lingkungan, proses tidak dapat

dikendalikan, kualitas yang tidak konsisten serta timbulnya bahaya kebakaran,

yang semuanya tersebut dapat dihindari.

2. Industri perkebunan.

Asap cair dapat digunakan sebagai koagulan lateks dengan sifat fungsional

asap cair seperti antijamur, antibakteri dan antioksidan tersebut dapat

memperbaiki kualitas produk karet yang dihasilkan.

3. Industri kayu.

Kayu yang diolesi dengan asap cair mempunyai ketahanan terhadap serangan

rayap daripada kayu yang tanpa diolesi asap cair (Darmadji, 1999).

Pengarangan

Pengarangan (pirolisis) adalah proses pemanasan suatu zat tanpa adanya

oksigen sehingga terjadi penguraian komponen-komponen penyusun kayu keras.

Istilah lain dari pirolisis adalah penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan

organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa berhubungan dengan

udara luar. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa apabila tempurung dan

tempurung dipanaskan tanpa berhubungan dengan udara dan diberi suhu yang

cukup tinggi, maka akan terjadi reaksi penguraian dari senyawa-senyawa

kompleks yang menyusun kayu keras dan menghasilkan zat dalam tiga bentuk

yaitu padatan, cairan dan gas (Widjaya, 1982).

Pirolisis adalah kasus khusus dari thermolysis terkait dengan proses kimia

(26)

secara spontan pada temperatur tinggi (misalnya, di atas 300 ° C untuk kayu, itu

berbeda untuk bahan lainnya), misalnya dalam kebakaran atau ketika vegetasi

datang ke dalam kontak dengan lava dalam letusan gunung berapi. Secara umum,

gas dan cairan menghasilkan produk dan meninggalkan residu padat kaya

kandungan karbon. Extreme pirolisis, yang daun karbon sebagai residu

karbonisasi. Hal itu tidak melibatkan reaksi dengan oksigen atau reagen lainnya,

tetapi dapat terjadi dalam kehadiran mereka. Pirolisis yang banyak digunakan

dalam industri kimia, misalnya, untuk menghasilkan arang, karbon aktif, metanol

dan bahan kimia lainnya dari kayu, untuk mengubah ethylene dichloride ke vinil

klorida untuk membuat PVC, untuk memproduksi kokas dari batubara, untuk

mengubah biomassa menjadi gas sintesis, untuk mengubah limbah menjadi bahan

sekali pakai dengan aman, dan untuk retak menengah-berat hidrokarbon dari

minyak untuk memproduksi lebih ringan yang seperti bensin (Anonimus, 2010).

Proses pengarangan (pirolisa) adalah suatu proses dekomposisi tempurung

kelapa dengan panas pada ruang tertutup (klin). Pada proses pirolisa, kandungan

oksigen dan hidrogen akan berkurang sehingga diperoleh kandungan karbon (fixed

carbon) yang relatif lebih tinggi. Proses pengarangan biasanya menggunakan

temperatur di atas 4500C. Asap yang terbentuk selama proses ini umumnya

berwarna putih dan cukup pekat dan terjadi pelepasan zat–zat organik hasil

hidrolisa (dalam bentuk senyawa metanol, asam asetat, tar). Asap yang terbentuk

dari proses pirolisa dengan suhu tinggi kemudian di proses dalam suatu wadah

(27)

Proses Pirolisis

Pirolisis asap cair diproduksi dengan cara pembakaran tidak sempurna

yang melibatkan reaksi dekomposisi konstituen polimer menjadi senyawa organic

dengan berat molekul rendah karena pengaruh panas yang meliputi reaksi

oksidasi, polimerisasi, dan kondensasi. Media pendingin yang digunakan pada

kondensor adalah air yang dialirkan melalui pipa inlet yang keluar dari hasil

pembakaran tidak sempurna kemudian dialirkan melewati kondensor dan

dikondensasikan menjadi distilat asap (Hanendoyo, 2005).

Destilasi merupakan proses pemisahan termal untuk memisahkan

campuran (larutan) dalam jumlah yang besar. Dalam hal ini uap yang terbentuk

ditangkap dalam suatu bejana dan terjadi proses perubahan wujud dari uap ke

wujud cair yang disebabkan oleh perbedaan suhu (Bernasconi dkk, 1995).

Menurut Tahir (1992), pada proses pirolisis dihasilkan tiga macam

penggolongan produk yaitu :

1. Gas-gas yang dikeluarkan pada proses karbonisasi ini sebagian besar berupa

gas CO2 dan sebagian lagi berupa gas-gas yang mudah terbakar seperti CO,

CH4, H2 dan hidrokarbon tingkat rendah lain. Komposisi rata-rata dari total

gas yang dihasilkan pada proses karbonisasi kayu disajikan pada tabel

dibawah ini.

Tabel 4. Komposisi rata-rata dari total gas yang dihasilkan pada proses karbonisasi kayu

Komponen gas Persentase (%)

(28)

2. Destilat berupa asap cair dan tar

Komposisi utama dari produk yang tertampung adalah metanol dan asam

asetat. Bagian lainnya merupakan komponen minor yaitu fenol, metil asetat,

asam format, asam butirat dan lain-lain.

3. Residu (karbon).

Komposisi tempurung kelapa dan kayu mempunyai komponen-komponen yang

hampir sama. Kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam kayu

berbeda-beda tergantung dari jenis kayu. Pada umumnya kayu mengandung

dua bagian selulosa dan satu bagian hemiselulosa, serta satu bagian lignin.

Komponen Alat Pengolahan Asap Cair

Alat utama untuk pembuatan asap cair adalah alat pirolisator yang terdiri

dari tabung reaktor, pemanas listrik (heater), pipa penyalur asap, kolom pendingin

(kondensor).

Reaktor pirolisis

Reaktor Pirolisis adalah alat pengurai senyawa-senyawa organik yang

dilakukan dengan proses pemanasan tanpa berhubungan langsung dengan udara

luar dengan suhu 400-600 0C. Reaktor pirolisis dibalut dengan selimut dari bata

dan tanah untuk menghindari panas keluar berlebih, memakai bahan bakar

kompor minyak tanah atau gas. Proses pirolisis menghasilkan zat dalam tiga

bentuk yaitu padat, gas dan cairan.

Cara penggunaan alat ini yaitu dengan memasukkan sampel ke dalam

reaktor pirolisis dan ditutup rapat. Reaktor kemudian dipanaskan selama 5 jam.

(29)

untuk menampung fraksi berat, sedangkan wadah kedua untuk menampung fraksi

ringan. Fraksi ringan ini diperoleh setelah dilewatkan tungku pendingin yang

dilengkapi pipa berbentuk spiral.

Pipa penghubung

Pipa penghubung merupakan bagian komponen dari alat pengolahan asap

cair yang berfungsi sebagai penghubung antara reaktor pirolisis dengan

kondensor. Asap dari proses pembakaran pirolisa akan mengalir menuju

kondensor akibat adanya perbedaan tekanan yang disebabkan oleh perbedaan

temperatur antara reaktor piirolisis dengan kondensor.

Tabung endapan fraksi berat

Tabung endapan fraksi berat merupakan komponen alat yang berfungsi

untuk menampung fraksi berat seperti tar, slug, pasir,dan benda-benda lainnya

dari uap asap sebelum sampai pada kondensor. Komponen alat ini terdapat pada

bagian pipa penghubung yang berbentuk tabung. Pada saat asap mengalir pada

pipa maka kandungan asap dengan fraksi berat seperti tar, slug, dan benda-benda

lainnya akan jatuh dan tertampung pada tabung endapan akibat adanya gaya

gravitasi.

Kondensor

Kondensor adalah salah satu jenis mesin penukar kalor (heat exchanger)

yang berfungsi untuk mengkondensasikan fluida kerja. Pada alat ini kondensor

merupakan komponen alat yang berfungsi untuk mengembunkan asap menjadi

cair. Kondensor yang digunakan merupakan kondensor tipe vertikal. Uap asap

(30)

kondensor dan akan mengembun pada pipa kondensat yang terdapat dalam

kondensor. Pipa kondensat ini berbentuk spiral dengan arah vertikal. Selama asap

tersebut berada dalam pipa kondensat maka akan terjadi pengembunan sehingga

terbentuk asap cair (Bagasvaniwaran, 2010).

Logam yang Digunakan

Baja tahan karat (stainless steel) mempunyai seratus lebih jenis yang

berbeda-beda. Akan tetapi, seluruh baja itu mempunyai satu sifat karena

kandungan kromium yang membuat tahan terhadap karat. Baja tahan karat dapat

dibagi kedalam tiga kelompok dasar, baja tahan karat berlapis ferit, berlapis

austenit, dan berlapis martensit. Baja tahan karat martensit mengandung 0,1 % C,

13 % Cr, dan 0,5 % Mn ini dapat didinginkan untuk memperbaiki kekuatannya,

tetapi tidak menambah kekerasan. Baja ini sering kali disebut besi tahan karat dan

digunakan khususnya untuk peralatan turbin dan pekerjaan dekoratif (Amanto dan

(31)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Mei 2011

di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Bahan dan Alat

Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkang kelapa

sawit, cangkang kemiri, tempurung kelapa, air dan bahan bakar.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pirolisis untuk

pembuatan asap cair, gelas ukur digunakan untuk mengukur banyaknya asap cair,

pompa air sentripugal digunakan untuk memompa air, selang plastik digunakan

untuk mengalirkan air dari sumber air, kompor gas digunakan untuk pembakaran

bahan, alat-alat pertukangan digunakan memeriksa alat pirolisis, alat tulis yang

digunakan sebagai perlengkapan dalam penelitian, komputer digunakan sebagai

alat untuk pengolahan data.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL),

dengan satu faktor yang terdiri dari:

Faktor : Bahan (L) yang terdiri dari 3 taraf yaitu :

C1 = Cangkang kemiri.

C2 = Cangkang kelapa sawit.

(32)

Persiapan Penelitian Persiapan alat

1. Dibersihkan alat dari kotoran yang menempel.

2. Diperiksa alat pada bagian mur dan baut yang mengalami pengenduran.

3. Diperiksa bagian sambungan pipa penghubung untuk menghindari

kebocoran.

4. Diisi air pada kondensor sebagai pendingin pada proses pengembunan

asap cair.

5. Diperiksa tabung gas dan kompor gas untuk menghindari kebocoran gas.

Persiapan bahan

1. Disiapkan bahan yang akan digunakan (dalam penelitian ini bahan yang

digunakan cangkang kelapa sawit, cangkang kemiri, tempurung kelapa)

2. Dikeringkan cangkang kelapa sawit, cangkang kemiri, tempurung kelapa

yang masih basah.

3. Ditimbang bahan yang tersedia.

4. Cangkang kelapa sawit, cangkang kemiri, tempurung kelapa siap untuk

diolah.

Prosedur Penelitian

1. Dimasukkan bahan 30 kg ke dalam reaktor pirolisis.

2. Dialirkan air ke dalam drum kondensor.

3. Dinyalakan kompor gas.

4. Dilakukan pembakaran secara pirolisa terhadap bahan yang terdapat dalam

(33)

5. Dilakukan pembakaran hingga mencapai suhu 400 0C.

6. Ditampung hasil pengembunan asap cair pada wadah penampung.

7. Dilakukan pengendapan asap cair agar fraksi berat dapat dipisahkan

dengan asap cair.

8. Dilakukan pengukuran volume asap cair yang dihasilkan tiap satuan berat

bahan yang dimasukka ke dalam wadah bahan.

9. Dilakukan ulangan sebanyak 3 kali pada setiap bahan.

10.Dilakukan pengamatan parameter.

Parameter yang Diamati Kadar air

Kadar air asap cair menunjukkan banyaknya kandungan air per satuan

bobot bahan.

Rendemen

Rendemen adalah perbandingan antara asap cair yang dihasilkan dengan

bahan cangkang kemiri, cangkang kelapa sawit, tempurung kelapa yang diolah.

Perhitungan rendemen dilakukan untuk mengetahui seberapa besar rendemen

yang dihasilkan oleh suatu alat dalam memproduksi asap cair tiap satuan

banyaknya bahan yang diolah.

(34)

BN = Berat asap cair yang dihasilkan tiap satu satuan

berat bahan yang diolah (kg)

BB = Berat bahan olahan (kg)

Persentase (%) tar tertampung

Warna

Dilakukan pengamatan asap cair berdasarkan warna dari hasil penelitian

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa jenis bahan baku

memberi pengaruh terhadap kadar air, rendemen, persentase tar, dan warna dari

mutu asap cair yang dihasilkan melalui proses pirolisis.

Pengaruh dari berbagai jenis bahan baku terhadap parameter yang diamati

dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. pengaruh berbagai jenis bahan baku terhadap parameter yang diamati. Perlakuan Kadar air (%) Rendemen (%) Persentase tar

(%)

Warna

C1 46,367 31,900 0,556 hitam

C2 25,780 42,078 1,911 hitam

C3 15,710 34,133 0,911 hitam

Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa masing–masing jenis bahan baku

menghasilkan kadar air yang berbeda. Kadar air tertinggi dihasilkan oleh

cangkang kemiri (C1) yaitu sebesar 46,367 % dan kadar air terendah dihasilkan

oleh bahan tempurung kelapa (C3) yaitu sebesar 15,71 %. Sedangkan rendemen

tertinggi dihasilkan oleh cangkang kelapa sawit (C2) yaitu sebesar 42,078 % dan

terendah dihasilkan cangkang kemiri (C1) yaitu sebesar 31,900 %. Persense tar

tertinggi dihasilkan oleh bahan baku cangkang kelapa sawit (C2) yaitu sebesar

1,911 % sementara persentase tar terendah dihasilkan oleh cangkang kemiri (C1)

yaitu sebesar 0,556%. Warna yang dihasilkan dari ketiga bahan baku tersebut

adalah warna hitam.

Hasil analisa statistik pengaruh jenis bahan baku terhadap masing-masing

(36)

Kadar Air

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 5), dapat dilihat bahwa bahan baku

cangkang kemiri, cangkang kelapa sawit, dan tempurung kelapa memberi

pengaruh sangat nyata terhadap besarnya kadar air yang dihasilkan. Hasil uji LSR

(Least Significant Range) dari berbagai jenis bahan terhadap kadar air yang

dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Uji LSR efek utama berbagai jenis bahan baku terhadap kadar air

Jarak LSR

Perlakuan Rataan Notasi

P 0.05 0.01 0.05 0.01

- - - C3 15.71 a A

2 2.324 3.521 C2 25.78 b B

3 2.408 3.653 C1 46.37 c C

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %.

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan yang satu berbeda sangat nyata

terhadap perlakuan yang lainnya. Persentase kadar air yang tertinggi diperoleh

pada pengolahan bahan baku cangkang kemiri (C1) yaitu sebesar 46,37 %

sedangkan persentase kadar air terendah diperoleh pada pengolahan bahan baku

(37)

Pengaruh jenis bahan baku terhadap kadar air pada asap cair dapat dilihat

pada gambar berikut.

Gambar 1. Pengaruh berbagai jenis bahan baku terhadap kadar air.

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa persentase kadar air tertinggi

dihasilkan oleh bahan baku cangkang kemiri (C1) yaitu sebesar 46,37% dan

persentase kadar air terendah dihasilkan oleh bahan baku tempurung kelapa (C3)

yaitu sebesar 15,71%. Hal ini sesuai dengan literatur Maga (1988) yang

menyatakan bahwa kandungan kadar air pada asap cair 11-92%. Sedangkan

persentase kadar air yang diperoleh dari penelitian ini berkisar 15,71-46,37%.

Dimana, semakin tinggi kadar air maka semakin rendah kualitas asap cair. Jika

ditilik dari parameter kadar air ini, maka tempurung kelapa memiliki kadar air

yang rendah yang menghasilkan mutu asap cair yang cukup baik.

(38)

Rendemen

Rendemen adalah perbandingan antara asap cair yang dihasilkan dari

bahan cangkang kemiri, kelapa sawit, tempurung kelapa dengan berat bahan baku.

Perhitungan rendemen dilakukan untuk mengetahui seberapa besar rendemen

yang dihasilkan oleh suatu alat dalam memproduksi asap cair tiap satuan

banyaknya bahan yang diolah.

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 7), dapat dilihat bahwa bahan baku

cangkang kemiri, cangkang kelapa sawit, dan cangkang kelapa memberi pengaruh

sangat nyata terhadap banyaknya rendemen yang dihasilkan. Hasil uji LSR (Least

Significant Range) dari berbagai jenis bahan terhadap besarnya rendemen yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 7. Uji LSR efek utama berbagai jenis bahan baku terhadap rendemen

Jarak LSR

Perlakuan Rataan Notasi

p 0.05 0.01 0.05 0.01

- - - C1 31.90 a A

2 0.796 1.207 C3 34.13 b B

3 0.825 1.252 C2 42.08 c C

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %.

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa masing–masing perlakuan memiliki

pengaruh sangat nyata terhadap besarnya rendemen yang dihasilkan. Cangkang

kelapa sawit (C1) merupakan penghasil rendemen terbesar yaitu sebesar 42,08%

sementara cangkang kemiri (C2) merupakan penghasil rendemen terkecil sebesar

(39)

Pengaruh jenis bahan baku terhadap rendemen pada asap cair dapat dilihat

pada gambar berikut.

Gambar 2. Pengaruh berbagai jenis bahan baku terhadap rendemen

Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa persentase rendemen tertinggi

dihasilkan oleh bahan baku cangkang kelapa sawit (C2) yaitu sebesar 42,08% dan

persentase rendemen terendah dihasilkan oleh bahan baku cangkang kemiri (C1)

yaitu sebesar 31,90%. Cangkang kelapa sawit (C2) memberikan persentase

rendemen tertinggi yang artinya cangkang kelapa sawit (C2) pada proses pirolisa

menghasilkan asap cair paling banyak, dimana tempurung kelapa (C3) dan

cangkang kemiri (C2) menghasilkan jumlah rendemen yang tidak jauh berbeda

namun tampak jelas jauh lebih sedikit dari cangkang kelapa sawit (C2). Hal ini

disebabkan cangkang kelapa sawit (C2) memiliki tekstur keras dan tidak mudah

(40)

Persentase Tar

Dari daftar sidik ragam (Lampiran 7), dapat dilihat bahwa bahan baku

cangkang kemiri, cangkang kelapa sawit, dan cangkang kelapa memberi pengaruh

sangat nyata terhadap tar yang dihasilkan. Hasil uji LSR (least significant range)

dari berbagai jenis bahan terhadap tar yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 8

berikut ini.

Tabel 8. Uji LSR efek utama berbagai jenis bahan baku terhadap tar

Jarak LSR

Perlakuan Rataan Notasi

p 0.05 0.01 0.05 0.01

- - - C1 0,56 a A

2 0.105 0.159 C3 0,91 b B

3 0.109 0.165 C2 1,91 c C

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %.

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa masing–masing perlakuan memberikan

pengaruh sangat nyata terhadap banyaknya tar yang dihasilkan. Bahan baku

cangkang kelapa sawit (C2) menghasilkan tar paling banyak yaitu sebesar 1,91%

sementara cangkang kemiri (C1) menghasilkan tar paling kecil yaitu sebesar

(41)

Pengaruh jenis bahan baku terhadap persentase tar pada asap cair dapat

dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3. Pengaruh berbagai jenis bahan baku terhadap % tar

Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa persentase tar tertinggi

dihasilkan oleh bahan baku cangkang kelapa sawit (C2) yaitu sebesar 1,91% dan

persentase tar terendah dihasilkan oleh bahan baku tempurung kelapa (C3) yaitu

sebesar 0,91%. Hal ini sesuai dengan literatur Maga (1988) yang menyatakan

bahwa kandungan tar pada asap cair 1-17%. Sedangkan persentase tar yang

diperoleh dari penelitian ini berkisar 0,56-1,91%. Dimana, semakin rendah

persentase tar yang didapat semakin bagus kualitas asap cair.

Tar ini merupakan bagian fraksi berat pada kandungan asap cair yang

tertampung pada komponen tabung penampung fraksi berat. Destilat berupa tar ini

hanya dapat dimanfaatkan pada industri pengawetan kayu, karena senyawa ini

tidak baik untuk dikonsumsi sehingga tidak layak digunakan sebagai bahan

(42)

Dari hasil pengamatan dapat dikatakan sesungguhnya masing–masing

bahan baku penghasil asap cair memiliki kekurangan dan kelebihan masing–

masing bila diamati dari berbagai parameter. Namun dapat disimpulkan bahwa

asap cair yang paling baik mutunya dihasilkan oleh cangkang kelapa sawit dengan

tingkat persentase rendemen yang tinggi diikuti dengan jumlah tar yang sesuai

degan banyaknya asap cair yang dihasilkan dan dengan kandungan kadar air yang

sedang atau menengah.

Warna

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan bahan baku, cangkang

kemiri, cangkang kelapa sawit dan tempurung kelapa, warna yang dihasilkan

adalah warna hitam. Hal ini sebabkan oleh, proses yang dilakukan hanya satu kali

destilasi sehingga menghilangkan kadar karbon jenuh, sedangkan

senyawa-senyawa lainnya seperti tar yang banyak mengandung racun belum terpisahkan

dari asap cair meskipun penampung tar ada pada alat penelitian, ini sesuai dengan

literatur Buckingham (2010) yang menyebutkan bahwa untuk mendapatkan

kualitas dan warna asap cair yang bagus dilakukan pemprosesan dengan destilasi

berulang-ulang sehingga dapat menghilangkan kadar karbon dan

(43)

KESIMPULAN

1. Persentase kadar air yang tertinggi diperoleh pada pengolahan bahan baku

kemiri (C1) yaitu sebesar 46,37 sedangkan persentase kadar air terendah

diperoleh pada pengolahan bahan baku cangkang kelapa (C3) yaitu sebesar

15,71.

2. Cangkang kelapa sawit (C2) menghasilkan rendemen terbesar yaitu sebesar

42,08% sementara cangkang kemiri (C1) menghasilkan rendemen terkecil

sebesar 31,90%.

3. Bahan baku cangkang kelapa sawit (C2) menghasilkan tar paling banyak yaitu

sebesar 1,91% sementara cangkang kemiri (C1) menghasilkan tar terkecil

yaitu sebesar 0,56%.

4. Bahan baku dalam pengolahannya menjadi asap cair berpengaruh sangat nyata

terhadap masing–masing parameter yang diamati.

5. Warna asap acair yang dihasilkan dari bahan tempurung kelapa, cangkang

(44)

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan bahan yang

berbeda.

2. Perlu dilakukan modifikasi alat untuk mengefesiensikan kerja alat.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Amanto, H dan Daryanto., 1999. Ilmu Bahan. Bumi Aksara, Jakarta.

Anonimus, 2010. Asap Cair. Google. http://google.co.id/google/Asap_cair (Liqud smoke). [25 Desember].

Buckingham, 2010. Asap Cair dan Etanol. Google. http://google.co.id/google/Asap_cair_dan Etanol. [20 April].

Bagasnaviwaran, 2010. Kondensor. Blog.

Bernasconi, G., H. Gerster, H. Hauser, H. stauble dan E. Scheiter, 1995.Teknologi Kimia 2. Penerjemah Lienda Handojo, Pradnya Paramita, Jakarta.

Darmaji, P., 1996. Produksi asap Rempah dari Limbah Padat dengan cara pirolisis. Majalah Ilmu dan Teknologi Pertanian, Yogyakarta.

Darmadji, P., 1999. Sifat Antioksidatif Asap Cair Hasil Redistilasi Selama Penyimpanan. Prosiding Seminar Nasional Pangan, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta.

Direktorat Budidaya Tanaman, 2008. Budidaya Kemiri. (http:www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3221033.pdf/5Pebruari2010).

Fauzi, 2004. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.

Iyung Pahan, 2008. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.

Girrard, J.P., 1992. Technology of Meat and Meat Products, Ellis Horwood, New York.

Hanendoyo, C. 2005. Kinerja Alat Ekstraksi Asap Cair dengan Sistem Kondensasi. Skripsi. Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Maga. Y.A. 1987. Smoke in Food Processing. CSRC Press. Inc. Boca Raton. Florida. : 1-3;113-138.

Maga, J. A. 1988. Smoke in Food Processing. CRC Press. Florida.

Moeljanto, 1982. Pengasapan dan Fermentasi Ikan Buku. PT. Penebar Swadaya IKAPI. Jakarta.

Paimin, F., R., 1997. Kemiri Budidaya dan Prospek Bisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.

(46)

Pranata, J., 2008. Pemanfaatan Sabut dan Tempurung Kelapa serta Cangkang Sawit untuk Pembuatan Asap Cair sebagai Pengawet Makanan Alami.

Rindengan, B., A. Lay., H. Novarianto., H. Kembuan dan Z. Mahmud. 1995. Karakterisasi daging buah kelapa hibrida untuk bahan baku industri makanan. Laporan Hasil Penelitian. Kerjasama Proyek Pembinaan Kembagaan Penelitian Pertanian Nasional.

Suhardiyono, L., 1988. Tanaman Kelapa, Budidaya dan Pemanfaatannya, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Sukandarrumidi. 2006. Batubara dan Pemanfaatannya. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Tahir, I., 1992. Pengambilan Asap Cair secara Destilasi Kering pada Proses pembuatan Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa.

Tilman, D., 1981. Wood Combution : Principles, Processes and Economics, Academics Press Inc., New York.

(47)

Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian

Mulai

Persiapan bahan baku

Dikeringkan

Ditimbang

Bahan dimasukkan kedalam Alat Pirolisis

Pembakaran secara pirolisa

Dikondensasikan asap yang dihasilkan

Ditampung hasil asap cair

Diendapkan hasil asap cair

Diukur volume asap cair

Pengamatan parameter

(48)
(49)
(50)
(51)

Lampiran 5. Data pengamatan kadar air (%)

Perlakuan Ulangan Rataan Total

I II III

C1 38.38 54.56 46.16 46.367 139.100

C2 24.77 30.64 21.93 25.780 77.340

C3 13.79 21.32 12.02 15.710 47.130

Rataan 25.647 35.507 26.703 29.286

Total 76.940 106.520 80.110 263.570

Analisis Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F0,05 F0.01

Perlakuan 2 1465.05 732.52 20.05 **

5.1433 10.9248

Galat 6 219.20 36.53

Total 8 1684.24

fk 7718.794

Keterangan tn = tidak nyata * = nyata

(52)

Lampiran 6. Data rendemen (%)

Perlakuan

Ulangan

Rataan Total

I II III

C1 31,00 34,40 30.30 31.900 95,700

C2 40,70 41.13 44.40 42.078 126.233

C3 31,83 35.20 35.37 34,133 102.400

Rataan 34,511 36,911 36,689

Total 103,533 110,733 110,067 324.333

Analisis sidik ragam

SK Db JK KT Fhit F0,05 F0.01

Perlakuan 2 171.69 85.84 20.00 ** 5.1433 10.9248

Galat 6 25.75 4.29

Total 8 197.44

fk 11688,012

Keterangan tn = tidak nyata * = nyata

(53)

Lampiran 7. Data persentase tar (%)

Perlakuan

Ulangan

Rataan Total

I II III

C1 0.57 0.63 0.47 0.556 1.667

C2 1.47 1.93 2.33 1.911 5.733

C3 0.73 0.93 1.07 0.911 2.733

Rataan 0.922 1.167 1.289 1.126

Total 2.767 3.500 3.867 10.133

Analisis sidik ragam

SK Db JK KT Fhit F0,05 F0.01

Perlakuan 2 2.96 1.48 19,91 ** 5.1433 10.9248

Galat 6 0.45 0.07

Total 8 3.41

Fk 11.409

Keterangan tn = tidak nyata * = nyata

(54)

Lampiran 8. Gambar asap cair

Asap cair cangkang kemiri

(55)
(56)

Lampiran 9. Gambar alat

Alat pirolisis

(57)

Lampiran 10. Gambar bahan baku setelah di pirolisis

Arang cangkang kemiri

Arang cangkang kelap sawit

Gambar

Tabel 2. Komposisi kimia tempurung kelapa  Komponen
Tabel 4. Komposisi rata-rata dari total gas yang dihasilkan pada proses karbonisasi kayu Komponen gas  Persentase (%)
Tabel 5. pengaruh berbagai jenis bahan baku terhadap parameter yang diamati. Perlakuan Kadar air (%) Rendemen (%) Persentase tar Warna
Tabel 6. Uji LSR efek utama berbagai jenis bahan baku terhadap kadar air  Jarak LSR Notasi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Metode analisis data pada penelitian kualitatif ini dibagi menjadi 3 tahap pertama data reduction, proses pemilihan, pemusatan, perhatian, pengabstraksian dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Rata-rata tes berpikir kritis siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), (2) Rata-rata berpikir kritis siswa yang menggunakan

Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar geografi tentang sejarah pembentukan bumi pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Salem Kecamatan Salem Kabupaten

Pembahasan dan deskripsi hasil analisis merupakan rekapitulasi data gugus konsonan dan diftong dalam bahasa Betawi dan bahasa Indonesia yang peneliti temukan dari sumber data

Penelitian gambaran pengetahuan ibu tentang menopause di Desa Tanak Beak Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat Provinsi NTB menunjukkan bahwa tingkat

Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang ditunjukkan oleh persepsi sikap dan tindakan masyarakat dalam mengelola obat

Pertanyaan siswa kepada guru dijawab dengan informasi yang memadai, pertanyaan kedua dan ketiga juga dijawab oleh guru dengan informasi yang diinginkan, dalam

Strategi Merek berpengaruh secara simultan terhadap keputusan pembelian konsumen di UD Sinar Sakti Manado, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa diduga variabel Diferensiasi Produk