ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN, PUPUK, DAN CURAH HUJAN TERHADAP HASIL PRODUKTIFITAS PADI SAWAH
DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2005-2010
TUGAS AKHIR
SURYA WINATA 082407103
PROGRAM STUDI DIPLOMA (D3) STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN, PUPUK, DAN CURAH HUJAN TERHADAP HASIL PRODUKTIFITAS PADI SAWAH
DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2005 - 2010
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya
SURYA WINATA 082407103
PROGRAM STUDI DIPLOMA (D3) STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN, PUPUK,
DAN CURAH HUJAN TERHADAP
PRODUKTIFITAS PADI SAWAH DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2005 – 2010.
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : SURYA WINATA
Nomor Induk Mahasiswa : 082407103
Program Studi : DIPLOMA (D3) STATISTIKA
Departemen : MATEMATIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di
Medan, Juni 2011
Komisi Pembimbing :
Diketahui/Disetujui oleh
Departemen Matematika FMIPA USU
Ketua, Pembimbing,
Prof. Drs. Tulus, Vordipl, M.Si, Ph.D Dra. Mardiningsih, M.Si
PERNYATAAN
ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN, PUPUK, DAN CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKTIFITAS PADI SAWAH
DIKABUPATEN LANGKAT TAHUN 2005 – 2010
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, April 2011
PENGHARGAAN
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpahan karunia-Nya akhirnya Tugas Akhir ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Daftar Isi v
Daftar Tabel vi
Daftar Gambar vii
Bab 1 Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Batasan Masalah 4
1.4 Maksud dan Tujuan 5
1.5 Metodologi 6
1.6 Tempat dan Waktu Penelitian 1.7 Sistematika Penulisan
6 7
Bab 2 Landasan Teori 9
2.1 Defenisi Variabel 9
2.2 Tinjauan Teori 11
Bab 3 Analisis Kebutuhan 20
3.1 Sejarah Singkat Kabupaten Langkat 20
3.2 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS) 29
3.3 Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Langkat 33
3.4 BPS Kabupaten Langkat 2010 – 2014 39
Bab 4 Pengolahan dan Analisis Data 41
4.1 Pengolahan Variabel 41
4.2 Analisis Variabel 43
4.3 Implementasi Sistem 61
Bab 5 Kesimpulan dan Saran 68
5.1 Kesimpulan 68
5.2 Saran 69
Daftar Pustaka 70
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Luas Daerah di Kabupaten Langkat menurut Kecamatan 28
Tabel 3.2 Daftar Desa dan Kelurahan ditiap Kecamatan di Kabupaten Langkat 38
Tabel 4.1 Luas Lahan Panen Padi Sawah di Kabupaten Langkat 41
Tabel 4.2 Jumlah Pupuk UREA Bersubsidi Untuk Tanaman Pangan dan
Hortikulturan di Kabupaten Langkat. 42
Tabel 4.3 Jumlah dan Rata-rata Curah Hujan di Kabupaten Langkat. 42
Tabel 4.4 Hasil Produksi Padi Sawah di Kabupaten Langkat 43
Tabel 4.5 Data Luas Lahan, Pupuk, Curah Hujan dan Produktifitas Padi Sawah 43 Tabel 4.6 Data Luas Lahan, Pupuk, Curah Hujan dan Produktifitas Padi Sawah
Setiap Tahun Setalah di Koding ke Dalam Ribuan. 45
Tabel 4.7 Output Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov 45
Tabel 4.8 Daftar Harga-harga Perhitungan Matriks Dengan Metode Cramer 47
Tabel 4.9 Output Analisis Regresi Linear Berganda 52
Tabel 4.10 Tabel ANOVA Uji Signifikansi 53
Tabel 4.11 Interval Tingkat Hubungan Analisis Korelasi Pearson 55
Tabel 4.12 Daftar Harga-harga Analisis Korelasi Linear Ganda 56
Tabel 4.13 Output Analisis Korelasi 57
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Desain Kerangka Analisis Dalam Penelitian 44
Gambar 4.2 Tampilan Data Editor SPSS Statistics 19 for Windows 63
Gambar 4.3 Tampilan Variable View SPSS 19 63
Gambar 4.4 Input Data Variabel SPSS 19 64
Gambar 4.5 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov 65
Gambar 4.6 Analisis Regresi Linear Ganda 66
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara agraris, yaitu negara yang penghasilan
penduduknya sebagian besar berasal dari hasil bercocok tanam padi sawah dan
kebanyakan penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Sehingga sektor
pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian
nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang
hidup atau bekerja dalam sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari
sektor pertanian. Hal ini juga di pengaruhi oleh kondisi alam, cuaca dan budaya
masyarakat di Indonesia sangat mendukung di sektor pertanian ini dimana tanah di
negara Indonesia merupakan tanah yang sangat subur dan produktif, sehingga
pertanian memang cocok untuk terus di kembangkan di Indonesia (Ganesha
Enterpreneur Club, “Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas Tinggi”, Hal:2).
Namun, dalam perkembangannya secara umum, semakin lama kondisi tanah
pertanian di Indonesia semakin rendah tingkat produktifitas dan kesuburannya yang
berdampak kepada semakin menurunnya tingkat produksi pertanian (Ganesha
Enterpreneur Club, “Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas Tinggi”, Hal:2). Adapun
upaya-upaya yang dilakukan oleh para petani guna mengembalikan tingkat produksi
pertaniannya diantaranya adalah peningkatan penggunaan kuantitas dan kualitas
benih, penggunaan pupuk dan pestisida atau insektisida.
Pertanian dalam arti luas terdiri dari lima sektor, yaitu tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Kelima sektor pertanian tersebut
besar bagi perkembangan perekonomian Indonesia mendatang. Salah satu cara
penanganannya yaitu dengan berorientasi pada bisnis pertanian atau agrobisnis
(Soekartawi, 1999). Salah satu hasil pertanian dari sektor tanaman pangan adalah padi
sawah yang dapat diolah menjadi beras yang merupakan makanan pokok negara
Indonesia. Salah satu daerah atau Kabupaten yang memiliki Produk Domestik
Regional Bruto perkapita terbesar di sektor pertanian adalah Kabutapen Langkat,
sehingga membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian di daerah tersebut.
Sebagai salah satu daerah atau kabupaten yang sebagian besar warganya
bermatapencaharian sebagai petani dan memiliki Produk Domestik Regional Bruto
atau PDRB perkapita terbesar di sektor pertanian, Kabupaten Langkat memiliki
beberapa factor yang mendukung terjadinya hal tersebut, diantaranya karenakan luas
lahan pertanian di daerah Kabupaten Langkat yang masih sangat luas, dan keahlian
bercocok tanam yang dimiliki oleh para petani yang diwariskan secara turun-temurun.
Namun, sebagai salah satu kabupaten yang memiliki PDRB perkapita terbesar
di sektor pertanian, Kabupaten Langkat masih mengandalkan pasokan pupuk untuk
meningkatkan hasil produksi pertanian, yang kebutuhan akan pasokan pupuk tersebut
semakin meningkat jumlahnya tiap tahun. Padahal, pada kenyataannya hanya sebagian
saja pupuk yang diberikan dapat dimanfaatkan oleh tanaman dikarenakan beberapa
sifat bahan kimia yang terkandung dalam pupuk tersebut susah larut.
Dalam penelitian ini, penulis akan mengambil beberapa faktor yang akan
digunakan sebagai variable untuk mengetahui produktifitas padi sawah di kabupaten
Langkat. Faktor-faktor yang akan penulis gunakan diantaranya adalah: Luas lahan
yang digunakan para petani untuk bercocok tanam, cuaca atau curah hujan yang
terjadi tiap tahunnya di daerah Kabupaten Langkat, serta pasokan pupuk yang
digunakan oleh para petani untuk membantu hasil produksi pertaniannya.
Namun, selain faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, ada juga beberapa
faktor pendukung hasil produksi lainnya yang ikut mempengaruhi produktifitas padi
sawah di Kabupaten Langkat yang tidak diikut sertakan oleh penulis sebagai salah
yang menyerang lahan pertanian dan bencana yang terjadi sehingga mengakibatkan
terjadinya gagal panen seperti bencana banjir, bencana kekeringan, tiupan angin, dan
bencana-bencana lain yang terjadi di daerah tersebut.
Dengan demikian, dalam kajian ini penulis tertarik dan akan melakukan
penelitian mengenai Produktifitas padi sawah di daerah Kabupaten Langkat tersebut.
1.2.Rumusan Masalah
Seperti yang telah dijelaskan dalam latar belakang permasalahan tersebut diatas,
diketahui bahwa salah satu daerah atau kabupaten yang memiliki Produk Domestik
Regional Bruto atau PDRB perkapita terbesar sektor pertanian adalah Kabupaten
Langkat, karena di daerah atau kabupaten tersebut sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian sebagai petani dan lahan pertanian yang subur dan produktif,
serta curah hujan yang mendukung tiap musimnya.
Sebagai daerah yang memiliki PDRB perkapita terbesar di sektor pertanian,
Kabupaten Langkat masih mengandalkan pasokan pupuk sebagai salah satu upaya
guna meningkatkan produktifitas padi sawah yang terus meningkat jumlahnya tiap
tahun.
Untuk mengetahui hasil produktifitas padi sawah di daerah tersebut, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian di daerah tersebut, dan beberapa
permasalahan yang akan di kaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apakah ada hubungan dan pengaruh yang terjadi secara signifikan dan
simultan antara luas lahan, pupuk yang digunakan, dan curah hujan terhadap
produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat?
2. Apakah ada hubungan yang terjadi secara signifikan antara luas lahan terhadap
produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat?
3. Apakah ada hubungan yang terjadi secara signifikan antara pupuk yang
4. Apakah ada hubungan yang terjadi secara signifikan antara curah hujan
terhadap produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat?
Adapun usaha yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan tersebut diatas
adalah adanya hubungan dan seberapa besar pengaruh yang terjadi secara signifikan
dan simultan antara variabel luas lahan, pupuk yang digunakan, dan curah hujan
terhadap produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat.
1.3.Batasan Masalah
Batasan masalah yang dibuat demi kevaliditasan dan kerealibitasan hasil
penelitian, dalam penelitian ini penulis member batasan sebagai berikut:
1. Penelitian mengenai produktiftas padi sawah ini dilakukan di Kabupaten
Langkat.
2. Data yang didapat merupakan data sekunder hasil survey yang dilakukan oleh
Kantor Badan Pusat Statistik atau BPS Kabupaten Langkat.
3. Variabel yang digunakanan untuk penelitian ini adalah, variabel luas lahan,
pupuk yang digunakan, dan curah hujan terhadap variabel produktifitas padi
sawah di Kabupaten Langkat. Dan variabel lain diluar model yang ikut
mempengaruhi antara lain, hama dan bencana yang melanda sehingga terjadi
gagal panen.
4. Untuk variabel pupuk, penulis membatasi hanya pada pupuk jenis UREA yang
bersubsidi untuk tanaman pangan dan hortikultura.
5. Data yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada 6 tahun terakhir, yaitu
tahun 2005 sampai 2010.
6. Penyelesaian asumsi klasik seperti uji normalitas, uji signifikansi atau uji
kelinieran, uji koefisien dan uji multikolinieritas, pada penelitian ini, penulis
menggunakan bantuan program pengolah data SPSS Statistics 19.
7. Analisis korelasi parsial antara variabel pada penelitian ini, penulis
1.4.Maksud dan Tujuan
1.4.1. Maksud Penelitian
Sesuai dengan latar belakang permasalah dan rumusan masalah tersebut
diatas, adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah ada hubungan dan seberapa besar pengaruh yang terjadi secara
signifikan dan simultan antara variabel luas lahan, pupuk yang
digunakan, dan curah hujan terhadap variabel produktifitas padi sawah
di Kabupaten Langkat sehingga membuat salah satu PDRB perkapita
terbesar di Kabupaten Langkat ada di sektor pertanian.
1.4.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang penulis lakukan adalah:
1. Untuk menganalisis besar hubungan dan pengaruh yang terjadi
antara variabel luas lahan, pupuk yang digunakan, dan curah hujan,
terhadap hasil produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat pada
tahun 2005-2010 secara simultan atau gabungan.
2. Untuk menganalisis besar pengaruh variabel luas lahan terhadap
hasil proudktiftas padi sawah di Kabupaten Langkat pada tahun
2005-2010 secara parsial atau bagian.
3. Untuk menganalisis besar pengaruh variabel pupuk yang
digunakan terhadap hasil produktiftas padi sawah di Kabupaten
Langkat pada tahun 2005-2010 secara parsial atau bagian.
4. Untuk menganalisis besar pengaruh variabel curah hujan terhadap
hasil produktiftas padi sawah di Kabupaten Langkat pada tahun
1.5.Metodologi
1.5.1. Metodologi Pengambilan Data
Data yang diambil berupa data sekunder atau data yang telah di olah
sebelumnya dari hasil survey yang telah di lakukan oleh Kantor Badan
Pusat Statistik atau BPS Kabupaten Langkat.
1.5.2. Metodologi Pengembangan Sistem
Metode yang digunakan untuk mengembangkan data adalah dengan
metode analisis korelasi atau metode yang digunakan untuk mengetahui
seberapa erat dan signifikankah hubungan antara dua buah variabel atau
lebih. Dan metode analisis regresi linear berganda yaitu metode regresi
untuk menemuka model regresi yang melibatkan lebih dari satu
variabel bebas. Model hasil regresi linear berganda ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh antara beberapa variabel bebas terhadap variabel
terikat.
1.6.Tempat dan Waktu Penelitian
1.6.1. Tempat Penelitian
Tempat dilaksanakannya penelitian ini adalah di Kabupaten Langkat,
dan data yang yang digunakan adalah data sekunder yang telah tersedia
di Kantor Badan Pusat Statistik atau BPS Kabupaten Langkat.
1.6.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian serta jadwal seluruh penelitian hingga pembuatan
laporan yang akan dilakukan sesuai dengan jadwal penelitian yang
Jadwal Penelitian
No. KEGIATAN JANUARI
(2011) FEBRUARI (2011) MARET (2011) APRIL (2011)
1. Pendalaman Materi
2. Pengambilan dan
Pengumpulan data
3. Mengolah dan
Menganalisis data
4. Pengujian data
5. Pembuatan Laporan
1.7.Sistematika Penulisan
Agar dapat memberikan gambaran yang jelas pada penyusunan laporan hasil
penelitian ini, maka penulis menjabarkan dalam beberapa bab sebagai berikut:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Pada Bab pendahuluan ini menguraikan tentang latar belakang penelitian, rumusan
masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan penelitian, metodologi, tempat dan
waktu penelitian, serta sistematika penulisan laporan penelitian.
BAB 2 : LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang teori dasar dalam penelitian yang mendukung penulisan Tugas
Akhir, mencakup defenisi variabel, teori tentang permasalahan, metoda atau teknik
yang digunakan, uraian tentang metode yang digunakan, dan kerangka penyelesaian
masalah.
BAB 3 : ANALISIS KEBUTUHAN
Bab ini berisi penjelasan tentang hasil pendefinisian kebutuhan permasalahan dan
penjelasan mengenai tempat dimana penelitian ini dilakukan yang dijadikan topik
BAB 4 : PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Bab ini berisi tentang teknik yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data
yang didapat dan diteruskan dengan pengujian data hasil analisis dengan data tabel.
BAB 5 : PENUTUP
Bab ini merupakan Bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan dan saran dari
hasil penelitian yang telah di lakukan oleh penulis.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Defenisi Variabel
Pada penelitian yang penulis lakukan untuk menganalisis pengaruh yang terjadi antara
luas lahan, pupuk, dan curah hujan terhadap hasil produktifitas padi sawah di
Kabupaten Langkat tahun 2005-2010 ini, penulis menggunakan beberapa variabel
yang penulis gunakan sebagai faktor penentu, yaitu:
a) Variabel luas lahan
Menurut Dokuchaiev, lahan merupakan likungan fisis dan biotik yang
berkatian dengan daya dukungnya terhadap perikehidupan dan kesejahteraan
hidup manusia. Lingkungan fisis meliputi relief atau topografi, iklim, tanah,
dan air. Sedangkan lingkungan biotik meliputi hewan, tumbuhan, dan manusia
(Dra. Romenah, ”Lahan Potensial dan Lahan Kritis”, Hal:5).
Pada penelitian ini, penulis menggunakan variabel luas lahan yaitu
besarnya lahan panen yang digunakan oleh warga di Kabupaten Langkat untuk
bercocok tanam padi sawah dengan kondisi lahan tersebut memiliki tingkat
kesuburan dan dan kondisi yang berbeda-beda di tiap daerahnya.
b) Variabel pupuk
Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih
unsur untuk menggantikan unsur yang habis terisap tanaman. Jadi, memupuk
berarti menambah unsur hara ke dalam tanah (pupuk akar) dan tanaman
Pupuk sudah membudaya pada petani. Petani dan pupuk seakan sudah
menyatu. Sehingga tak perlu heran kalau banyak petani yang merasa enggan
menanam sesuatu tanpa memberi pupuk. Berdasarkan asal pembuatannya,
pupuk terdiri dari dua kelompok, yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik.
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengn
meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk
urea berkadar N 45% - 46%, jadi setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara
Nitrogen (Marsono, “Petunjuk Penggunaan Pupuk”, Hal:19).
Pada penelitian ini, penulis membatasi variabel pupuk hanya pada
pupuk yang sering digunakan oleh petani yang berada di Kabupaten Langkat
yaitu pupuk jenis UREA bersubsidi dari pemerintah untuk tanaman pangan
dan hortikultura. Pupuk urea termasuk pupuk nitrogen yang dibuat dari gas
amoniak dan gas asam arang. Persenyawaan kedua zat ini melahirkan pupuk
urea dengan kandungan N sebanyak 46% yang termasuk pupuk higroskopis
atau mudah menarik uap air. Pada kelembapan 73%, pupuk ini sudah mampu
menarik uap air dari udara sehingga pupuk urea ini mudah larut dalam air dan
mudah diserap oleh tanaman (Marsono, “Petunjuk Penggunaan Pupuk”,
Hal:22-23).
c) Variabel curah hujan
Curah hujan adalah banyaknya debit air hujan yang turun pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu di setiap musimnya. Pada daerah tropis seperti
Indonesia, curah hujan sangat berpengaruh terhadap kesuburan suatu tanaman.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan variabel curah hujan sebagai
salah satu variabel bebas, yaitu banyaknya tingkat debit air hujan yang turun di
daerah Kabupaten Langkat dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.
d) Variabel Produktifitas Padi Sawah
Produktifitas padi sawah adalah banyaknya hasil produksi di sektor padi
diantaranya luas lahan, pupuk, curah hujan, hama, bibit yang digunakan, dan
banyak faktor pendukung lainnya.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan variabel produktifitas padi
sawah sebagai variabel takbebas atau prediktor, yaitu produktifitas padi sawah
di daerah Kabupaten Langkat tiap tahunnya.
2.2 Tinjauan Teori
2.2.1 Teknik Analisis yang Digunakan
Adapun teknik analisis statistik penulis gunakan dalam melakukan pengolahan data
pada penelitian ini yaitu dengan teknik analisis korelasi ganda dan analisis regresi
ganda. Berikut akan dipaparkan lebih lanjut mengenai teknik analisis data tersebut.
2.2.1.1 Analisis Korelasi
Teknik analisis korelasi merupakan bagian dari teknik pengukuran asosiasi (measure
of association) yang berguna untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel
atau lebih. Terdapat beberapa teknik analisis korelasi, diantaranya yang paling
terkenal dan digunakan secara luas diseluruh dunia ialah teknik analisis korelasi
Pearson dan Spearman.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan analisis korelasi ganda yang
merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara
lebih dari dua variabel. Korelasi ganda tidak secara otomatis menunjukkan hubungan
kausalitas antar variabel. Hubungan dalam korelasi ganda dapat berupa hubungan
linier positif dan linier negatif. Interpretasi koefisien korelasi ganda akan
menghasilkan makna kekuatan, signifikansi dan arah hubungan kedua variabel yang
diteliti. Untuk melihat kekuatan koefisien korelasi ganda didasarkan pada jarak yang
angka signifikansi/probabilitas/alpha. Untuk melihat arah korelasi dilihat dari angka
koefisien korelasi ganda yang menunjukkan positif atau negatif. Koefisien korelasi
ganda dapat ditentukan dengan mengakarkan koefisien determinasi ganda.
koefisien diterminasi dengan simbol r2 merupakan proporsi variabilitas dalam
suatu data yang dihitung didasarkan pada model statistik. Definisi berikutnya
menyebutkan bahwa r2 merupakan rasio variabilitas nilai-nilai yang dibuat model
dengan variabilitas nilai data asli. Secara umum r2 digunakan sebagai informasi
mengenai kecocokan suatu model. Dalam regresi r2 ini dijadikan sebagai pengukuran
seberapa baik garis regresi mendekati nilai data asli yang dibuat model. Jika r2 sama
dengan 1, maka angka tersebut menunjukkan garis regresi cocok dengan data secara
sempurna.
Interpretasi lain ialah bahwa r2 diartikan sebagai proporsi variasi tanggapan
yang diterangkan oleh regresor (variabel bebas/X) dalam model. Dengan demikian,
jika r2 = 1 akan mempunyai arti bahwa model yang sesuai menerangkan semua
variabilitas dalam variabel Y. Jika r2 = 0 akan mempunyai arti bahwa tidak ada
hubungan antara regresor (X) dengan variabel Y. Dalam contoh kasus misalnya, jika
r2 = 0,8 mempunyai arti bahwa sebesar 80% variasi dari variabel Y (variabel
tergantung/response) dapat diterangkan dengan variabel X (variabel
bebas/explanatory), sedang sisanya 0,2 dipengaruhi oleh variabel-variabel yang tidak
diketahui atau variabilitas yang inheren. Rumus untuk menghitung koefisien
determinasi (KD) adalah KD = r2 x 100%. Variabilitas mempunyai makna
penyebaran/distribusi seperangkat nilai-nilai tertentu. Dengan menggunakan bahasa
umum, pengaruh variabel X terhadap Y adalah sebesar 80%; sedang sisanya 20%
dipengaruhi oleh faktor lain.
Dalam hubungannya dengan korelasi, maka r2 merupakan kuadrat dari
koefisien korelasi yang berkaitan dengan variabel bebas (X) dan variabel Y
(tergantung). Secara umum dikatakan bahwa r2 merupakan kuadrat korelasi antara
variabel yang digunakan sebagai predictor (X) dan variabel yang memberikan
response (Y). Dengan menggunakan bahasa sederhana r2 merupakan koefisien korelasi
tidak harus diinterpretasikan sebagai besarnya pengaruh variabel X terhadap Y
mengingat bahwa korelasi tidak sama dengan kausalitas. Secara bebas dikatakan dua
variabel mempunyai hubungan belum tentu variabel satu mempengaruhi variabel
lainnya. Lebih lanjut dalam konteks korelasi antara dua variabel maka pengaruh
variabel X terhadap Y tidak nampak. Kemungkinannya hanya korelasi merupakan
penanda awal bahwa variabel X mungkin berpengaruh terhadap Y. Sedang bagaimana
pengaruh itu terjadi dan ada atau tidak kita akan mengalami kesulitan untuk
membuktikannya. Hanya menggunakan angka r2 kita tidak akan dapat membuktikan
bahwa variabel X mempengaruhi Y.
Dengan demikian jika kita menggunakan korelasi sebaiknya jangan
menggunakan koefisien determinasi untuk melihat pengaruh X terhadap Y karena
korelasi hanya menunjukkan adanya hubungan antara variabel X dan Y. Jika tujuan
riset hanya untuk mengukur hubungan maka sebaiknya berhenti saja di angka
koefisien korelasi. Sedang jika kita ingin mengukur besarnya pengaruh variabel X
terhadap Y sebaiknya menggunakan rumus lain, seperti regresi atau analisis jalur.
Rumus umum untuk mendapatkan koefisien determinasi ganda adalah:
Dimana R2 = Koefisien determinasi ganda
JKreg = Jumlah kuadrat-kuadrat regresi
Σyi2 = Kuadrat selisih variabel terikat dikurang rata-rata
Dengan rumus untuk JKreg adalah:
koefisien korelasi ganda ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi
antara dua atau lebih variabel. Besarnya koefisien korelasi ganda berkisar antara +1
arah hubungan dua atau lebih variabel acak. Jika koefisien korelasi ganda bernilai
positif, maka variabel-variabel tersebut mempunyai hubungan searah. Artinya jika
nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika
koefisien korelasi ganda bernilai negatif, maka variabel-variabel mempunyai
hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan
menjadi rendah (dan sebaliknya).
Secara umum kita menggunakan angka signifikansi sebesar 0,01; 0,05 dan 0,1.
Pertimbangan penggunaan angka tersebut didasarkan pada tingkat kepercayaan
(confidence interval) yang diinginkan oleh peneliti. Angka signifikansi sebesar 0,01
mempunyai pengertian bahwa tingkat kepercayaan atau bahasa umumnya keinginan
kita untuk memperoleh kebenaran dalam riset kita adalah sebesar 99%. Jika angka
signifikansi sebesar 0,05, maka tingkat kepercayaan adalah sebesar 95%. Jika angka
signifikansi sebesar 0,1, maka tingkat kepercayaan adalah sebesar 90%.
Pertimbangan lain ialah menyangkut jumlah data (sampel) yang akan
digunakan dalam riset. Semakin kecil angka signifikansi, maka ukuran sampel akan
semakin besar. Sebaliknya semakin besar angka signifikansi, maka ukuran sampel
akan semakin kecil. Unutuk memperoleh angka signifikansi yang baik, biasanya
diperlukan ukuran sampel yang besar. Sebaliknya jika ukuran sampel semakin kecil,
maka kemungkinan munculnya kesalahan semakin ada.
Untuk pengujian dalam SPSS digunakan kriteria sebagai berikut:
- Jika angka signifikansi hasil riset < 0,05; maka hubungan kedua variabel
signifikan.
- Jika angka signifikansi hasil riset > 0,05; maka hubungan kedua variabel tidak
a. Interpretasi Korelasi
Ada tiga penafsiran hasil analisis korelasi, meliputi: pertama, melihat kekuatan
hubungan dua variabel; kedua, melihat signifikansi hubungan; dan ketiga, melihat
arah hubungan. Untuk melakukan interpretasi kekuatan hubungan antara dua variabel
dilakukan dengan melihat angka koefisien korelasi hasil perhitungan dengan
menggunakan kriteria sbb:
1. Jika angka koefisien korelasi menunjukkan 0, maka kedua variabel tidak
mempunyai hubungan.
2. Jika angka koefisien korelasi mendekati 1, maka kedua variabel
mempunyai hubungan semakin kuat.
3. Jika angka koefisien korelasi mendekati 0, maka kedua variabel
mempunyai hubungan semakin lemah.
4. Jika angka koefisien korelasi sama dengan 1, maka kedua variabel
mempunyai hubungan linier sempurna positif.
5. Jika angka koefisien korelasi sama dengan -1, maka kedua variabel
mempunyai hubungan linier sempurna negatif.
b. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis untuk korelasi digunakan uji t. Pengambilan keputusan
menggunakan angka pembanding t tabel dengan kriteria sebagai berikut :
1. Jika t hitung > t tabel, H0 ditolak; H1 diterima
2. Jika t hitung < t tabel, H0 diterima; H1 ditolak
Disamping menggunakan cara diatas, cara kedua ialah menggunakan angka
signifikansi. Caranya adalah sebagai berikut :
1. Jika angka signifikansi hasil riset < 0,05; maka H0 ditolak.
2.2.1.2 Analisis Regresi
Dalam penelitian ini, salah satu teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi
linier berganda. Analisis regresi linier berganda ialah suatu alat analisis dalam ilmu
statistik yang berguna untuk mengukur hubungan matematis antara lebih dari 2
peubah. Bentuk umum persamaan regresi linier berganda ialah sebagai berikut :
Persamaan tersebut diduga oleh persamaan di bawah ini :
Menentukan b0, b1, b2, …, bk dapat menggunakan metode kuadrat terkecil melalui apa
yang disebut dengan persamaan normal seperti di bawah ini :
Bentuk persamaan matriks di atas termasuk ke dalam suatu sistem persamaan
linier. Mencari atau menentukan b0, b1, b2, b3, …, bn berarti mencari atau menentukan
solusi dari sistem persamaan linier (SPL). Mencari solusi SPL ada berbagai macam
cara, diantaranya ialah Metode Eliminasi Gauss, Metode Invers (Metode Matriks yang
diperbesar dan Metode Matriks Adjoin), dan Metode Cramer.
Metode Cramer merupakan metode yang paling populer dalam menentukan
suatu solusi SPL (Sistem Persamaan Liniear) karena sifatnya yang mudah dipelajari
dan sederhana. Menurut Cramer jika kita punya SPL (Sistem Persamaan Liniear)
Maka x1, x2, x3, …, xn dapat langsung dicari dengan membagi determinan
matriks Aj dengan determinan matriks koefisien A. Dimana :
a. Pengaruh Simultan
Uji simultan atau uji F, bertujuan untuk mengetahui pengaruh gabungan
variabel-variabel X terhadap variabel-variabel Y. Nilai F hitung dapat ditentukan dengan formula :
Keterangan :
R2 = Koefisien determinasi
n = Banyaknya sampel
Apabila hasil perhitungan F hitung > F tabel, maka H0 ditolak sehingga dapat
dikatakan bahwa variabel bebas regresi dapat menerangkan variabel terikat secara
serentak. Sebaliknya jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dengan demikian dapat
dikatakan bahwa variabel bebas dari model regresi berganda tidak mampu
menjelaskan variabel terikat.
b. Pengaruh Parsial
Untuk menguji kemaknaan koefisien regresi parsial digunakan uji t. Nilai t dapat
ditentukan dengan formula sebagai berikut :
keterangan :
r = Koefisien korelasi
n = Banyaknya sampel
Apabila t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dengan demikian variabel bebas
dapat menerangkan variabel terikat yang ada dalam model. Sebaliknya apabila t
hitung < t tabel maka Ho diterima, dengan demikian variabel bebas tidak dapat
menjelaskan variabel terikat atau dengan kata lain tidak ada pengaruh di antara dua
variabel yang diuji. Untuk mencari besarnya r2, di mana r2 adalah satu dikurangi rasio
antara besarnya deviasi Y observasi dari garis regresi dengan besar deviasi nilai Y
observasi dari rata-ratanya. Secara matematis dapat ditulis dengan formula sebagai
Keterangan :
r2 = Besarnya koefisien determinasi
Y = Nilai variabel Y
Ŷ = Nilai estimasi Y
BAB 3
ANALISIS KEBUTUHAN
3.1 SEJARAH SINGKAT KABUPATEN LANGKAT
3.1.1 Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang
Pada masa Pemerintahan Belanda, Kabupaten Langkat masih berstatus keresidenan
dan kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan pemerintahan yang disebut Residen dan
berkedudukan di Binjai dengan Residennya Morry Agesten. Residen mempunyai
wewenang mendampingi Sultan Langkat di bidang orang-orang asing saja sedangkan
bagi orang-orang asli (pribumi) berada di tangan pemerintahan kesultanan Langkat.
Kesultanan Langkat berturut-turut dijabat oleh :
1. Sultan Haji Musa Almahadamsyah 1865-1892
2. Sultan Tengku Abdul Aziz Abdul Jalik Rakhmatsyah 1893-1927
3. Sultan Mahmud 1927-1945/46
Dibawah pemerintahan Kesultanan dan Assisten Residen struktur
pemerintahan disebut LUHAK dan dibawah luhak disebut Kejuruan (Raja kecil) dan
Distrik, secara berjenjang disebut Penghulu Balai (Raja kecil Karo) yang berada
didesa. Pemerintahan luhak dipimpin seorang Pangeran, Pemerintahan Kejuruan
dipimpin seorang Datuk, Pemerintahan Distrik dipimpin seorang kepala Distrik, dan
untuk jabatan kepala kejuruan/Datuk harus dipegang oleh penduduk asli yang pernah
Pemerintahan Kesultanan di Langkat dibagi atas 3 (tiga) kepala Luhak
1. Luhak Langkat Hulu, yang berkedudukan di Binjai dipimpin oleh T.Pangeran
Adil. Wilayah ini terdiri dari 3 Kejuruan dan 2 Distrik yaitu :
o Kejuruan Selesai
o Kejuruan Bahorok
o Kejuruan Sei Bingai
o Distrik Kwala
o Distrik Salapian
2. Luhak Langkat Hilir, yang berkedudukan di Tanjung Pura dipimpin oleh
Pangeran Tengku Jambak/T.Pangeran Ahmad. Wilayah ini mempunyai 2
kejuruan dan 4 distrik yaitu :
o Kejuruan Stabat
o Kejuruan Bingei
o Distrik Secanggang
o Distrik Padang Tualang
o Distrik Cempa
o Distrik Pantai Cermin
3. Luhak Teluk Haru, berkedudukan di Pangkalan Berandan dipimpin oleh
Pangeran Tumenggung (Tengku Djakfar). Wilayah ini terdiri dari satu
kejuruan dan dua distrik.
o Kejuruan Besitang meliputi Langkat Tamiang dan Salahaji.
o Distrik Pulau Kampai
o Distrik Sei Lepan
Awal 1942, kekuasaan pemerintah Kolonial Belanda beralih ke Pemerintahan
jepang, namun sistem pemerintahan tidak mengalami perubahan, hanya sebutan
Keresidenan berubah menjadi SYU, yang dipimpin oleh Syucokan. Afdeling diganti
dengan Bunsyu dipimpin oleh Bunsyuco Kekuasaan Jepang ini berakhir pada saat
3.1.2 Masa Kemerdekaan
Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia, Sumatera dipimpin oleh seorang
Gubernur yaitu Mr.T.M.Hasan, sedangkan Kabupaten Langkat tetap dengan status
keresidenan dengan asisten residennya atau kepala pemerintahannya dijabat oleh
Tengku Amir Hamzah, yang kemudian diganti oleh Adnan Nur Lubis dengan sebutan
Bupati.
Pada tahun 1947-1949, terjadi agresi militer Belanda I, dan II, dan Kabupaten
Langkat terbagi dua, yaitu Pemerintahan Negara Sumatera Timur (NST) yang
berkedudukan di Binjai dengan kepala Pemerintahannya Wan Umaruddin dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berkedudukan di Pangkalan Berandan, dipimpin
oleh Tengku Ubaidulah.
Berdasarkan PP No.7 Tahun 1956 secara administratif Kabupaten Langkat
menjadi daerah otonom yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri dengan
kepala daerahnya (Bupati) Netap Bukit.
Mengingat luas Kabupaten Langkat, maka Kabupaten Langkat dibagi menjadi 3 (tiga)
kewedanan yaitu :
1. Kewedanan Langkat Hulu berkedudukan di Binjai
2. Kewedanan Langkat Hilir berkedudukan di Tanjung Pura
3. Kewedanan Teluk Haru berkedudukan di Pangkalan Berandan.
Pada tahun 1963 wilayah kewedanan dihapus sedangkan tugas-tugas
administrasi pemerintahan langsung dibawah Bupati serta Assiten Wedana (Camat)
sebagai perangkat akhir.
Pada tahun 1965-1966 jabatan Bupati Kdh. Tingkat II Langkat dipegang oleh
seorang Care Taher (Pak Wongso) dan selanjutnya oleh Sutikno yang pada waktu itu
sebagai Dan Dim 0202 Langkat. Dan secara berturut-turut jabatan Bupati Kdh.
1. T. Ismail Aswhin 1967 – 1974
2. HM. Iscad Idris 1974 – 1979
3. R. Mulyadi 1979 – 1984
4. H. Marzuki Erman 1984 – 1989
5. H. Zulfirman Siregar 1989 – 1994
6. Drs. H. Zulkifli Harahap 1994 – 1998
7. H. Abdul Wahab Dalimunthe, SH 3-9-1998 s/d 20-2-1999
8. H. Syamsul Arifin, SE 1999-2009
9. Ngogesa Sitepu : 2009 s/d sekarang
Untuk melaksanakan pembangunan yang merata, Kabupaten Langkat dibagi
atas 3 wilayah pembangunan.
1. Wilayah Pembangunan I (Langkat Hulu) meliputi
o Kecamatan Bahorok dengan 19 desa
o Kecamatan Salapian dengan 22 desa
o Kecamatan Kuala dengan 16 desa
o Kecamatan Selesai dengan 13 desa
o Kecamatan Binjai dengan 7 desa
o Kecamatan Sei Bingai 15 desa
2. Wilayah Pembangunan II (Langkat Hilir) meliput
o Kecamatan Stabat dengan 18 desa dan 1 kelurahan
o Kecamatan Secanggang dengan 14 Desa
o Kecamatan Hinai dengan 12 desa
o Kecamatan Padang Tualang dengan 18 desa
o Kecamatan Tanjung Pura dengan 15 desa dan 1 kelurahan
3. Wilayah pembangunan III (Teluk Haru) meliputi
o Kecamatan Gebang dengan 9 desa
o Kecamatan Brandan Barat dengan 6 desa
o Kecamatan Sei Lepan dengan 5 desa dan 5 kelurahan
o Kecamatan Babalan dengan 5 desa dan 3 kelurahan
o Kecamatan Pangkalan Susu dengan 14 desa 2 kelurahan
Tiap-tiap wilayah pembangunan dipimpin oleh seorang pembantu Bupati.
Disamping itu dalam melaksanakan otonomi daerah Kabupaten Langkat dibantu atas
dinas-dinas otonom, Instansi pusat baik Departemen maupun non Departemen yang
kesemuannya merupakan pembantu-pembantu Bupati. Dalam melaksanakan
kebijaksanaan pemerintahan dan pembangunan.
3.1.3. Kondisi Wilayah
1. Geografi. Daerah Kabupaten Langkat terletak pada 3o14’ dan 4o13’ lintang
utara, serta 93o51’ dan 98o45’ Bujur Timur dengan batas-batas sebagai berikut:
o Sebelah Utara berbatas dengan selat Malaka dan Prop. D.I.Aceh
o Sebelah Selatan berbatas dengan Dati II Karo.
o Sebelah Timur berbatas dengan Dati II Deli Serdang
o Sebelah Barat berbatas dengan Dati D.I Aceh (Aceh Tengah)
2. Topografi. Daerah Tingkat II Langkat dibedkan atas 3 bagian
o Pesisir Pantai dengan ketinggian 0 – 4 m diatas permukaan laut
o Dataran rendah dengan ketinggian 0 – 30 m diatas permukaan laut
o Dataran Tinggi dengan ketinggian 30 – 1200 m diatas permukaan laut
3. Jenis – jenis Tanah
o Sepanjang pantai terdiri dari jenis tanah ALLUVIAL, yang sesuai
untuk jenis tanaman pertanian pangan.
o Dataran rendah dengan jenis tanah GLEI HUMUS rendah, Hydromofil
kelabu dan plarosal.
o Dataran tinggi jenis tanah podsolid berwarna merah kuning.
4. Aliran Sungai. Daerah Kab. Langkat dialiri oleh 26 sungai besar dan kecil,
melalui kecamatan dan desa-desa, diantara sungai-sungai tersebut adalah :
Sungai Wampu, Sungai Batang Serangan, Sungai Lepan, Sungai Besitang dan
lain-lain. Secara umum sungai-sungai tersebut dimanfaatkan untuk pengairan,
perhubungan dan lain-lain.
5. Wisata. Di daerah Kab. Langkat terdapat taman wisata Bukit Lawang sebagai
obyek wisata, Taman Bukit Lawang ini terletak dikaki Taman Nasional
ini terdapat lokasi rehabilitasi orang hutan (mawas) yang dikelola oleh WNF
Taman Nasional gunung Leuser merupakan asset Nasional terdapat berbagai
satwa yang dilindungi seperti: Badak Sumatera, Rusa, Kijang, Burung Kuau,
siamiang juga terdapat tidak kurang dari 320 jenis burung, 176 binatang
menyusui, 194 binatang melata, 52 jenis ampibi serta 3500 jenis species
tumbuh-tumbuhan serta yang paling menarik adalah bunga raflesia yang
terbesar di dunia.
6. Industri dan Pertambangan. Daerah Kab. Langkat adalah satu-satunya di
Sumatera Utara yang mempunyai tambang minyak yang dikelola oleh
Pertamina dan berada di kota Pangkalan Berandan yang
menghasilkan:
a. Kapasitas CDU (MBCD) - Actual 0,51 (510 Barrel/hari) - Discharged 0,50
(500 Barrel/hari)
b. Kapasitas CDU-II (MBCD) - Actual 4,69 (4690 Barrel/hari) - Discharged
4,50 (4500 Barrel/hari)
c. Aspal di Pangkalan Susu - Actual 400 Mm3/hari (400.000m3/hari) -
Discharged 850 Mm3/hari (850.000 m3/hari)
Disamping pertambangan minyak di Kabupaten Langkat juga terdapat Industri
Gula yang dikelola oleh PTP IX Kwala madu serta banyak bahan-bahan tambang yang
belum dikelola seperti Coal, Tras, Gamping Stone, Pasir Kwarsa dan lain-lain (BPS
Kab. Langkat
Sektor pertanian sampai saat ini masih merupakan sektor penopang
perekonomian Indonesia, khususnya daerah Kabupaten Langkat. Hal ini dapat dilihat
dari kontribusinya terhadap total pendapatan daerah regional bruto / PDRB Kabupaten
Langkat atas dasar harga berlaku / ADHB dalam kurun waktu lima tahun terakhir
nilainya selalu mencapai angka sekitar 50%. Tahun 2008 kontribusi sektor pertanian
terhadap total PDRB Kabupaten Langkat sebesar 48,70 %. Setelah subsektor
perkebunan, subsektor tanaman bahan makanan merupakan penopang terbesar kedua
terhadap total pembentukan nilai tambah sektor pertanian tersebut. Kontribusi yang
disumbangkan sebsektor tanaman bahan makanan sebesar 28,09% terhadap total nilai
3.1.4 Penduduk
Berdasarkan angka hasil Sensus Penduduk tahun 2000, penduduk Kabupaten Langkat
berjumlah 902.986 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,14 persen pada periode
1990-2000 dan kepadatan penduduk sebesar 144,17 jiwa per km2. sedangkan tahun
1990 adalah sebesar 1,07 persen.
Untuk tahun 2008, berdasarkan hasil proyeksi penduduk Kabupaten Langkat
bertambah menjadi 1.042.523 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,80 untuk
periode 2005-2010.
Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Stabat yaitu sebanyak
83.223 jiwa sedangkan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Pematang Jaya
sebesar 14.779 jiwa. Kecamatan Stabat merupakan kecamatan yang paling padat
penduduknya dengan kepadatan 918 jiwa per km2 dan Kecamatan Batang Serangan
merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebesar 42 jiwa per
km2.
Jumlah penduduk Kabupaten Langkat per jenis kelamin lebih banyak laki-laki
dibandingkan penduduk perempuan. Pada tahun 2008 jumlah penduduk laki-laki
sebesar 521.484 jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 521.039 jiwa dengan
rasio jenis kelamin sebesar 100,09 persen.
Berdasarkan hasil SP2000 penduduk Kabupaten Langkat mayoritas bersuku
bangsa Jawa (56,87 persen), diikuti dengan suku Melayu (14,93 persen), Karo (10,22
persen), Tapanuli / Toba (4,50 persen), Madina (2,54 persen) dan lainnya (10,94
persen). Sedangkan agama yang dianut penduduk Kabupaten Langkat mayoritas
agama Islam (90,00 persen), Kristen Protestan (7,56 persen), Kristen Katolik (1,06
persen), Budha (0,95 persen) dan lainnya (0,34 persen) (Sumber: BPS Kab. Langkat.
3.1.5 Iklim Dan Wilayah
3.1.5.1 Iklim
Iklim di wilayah Kabupaten Langkat termasuk tropis dengan indikator iklim sebagai
berikut :
• Musim Kemarau : Februari s/d Agustus
• Musim Hujan : September s/d Januari
• Curah hujan rata-rata 2.205,43 mm/tahun
• Suhu rata-rata 28 derajat celcius - 30 derajat celcius
3.1.5.2 Wilayah
Kabupaten Langkat terletak antara : 3o 14` 00" - 4o 13` 00" Lintang Utara
97o 52` 00" - 98o 45` 00" Bujur Timur.
Luas areal : 6.263,29 Km2 (626.326 Ha)
Letak di atas permukaan laut :
1. Kec. Babalan : 4 meter
2. Kec. Tanjung Pura : 4 meter
3. Kec. Binjai : 28 meter
4. Kec. Selesai : 30 meter
5. Kec. Salapian : 100 meter
6. Kec. Bahorok : 105 meter
Batas-batas :
1. Utara : Kabupaten Aceh Tamiang dan Sela Malaka
2. Timur : Kabupaten Deli Serdang
3. Selatan : Kabupaten Karo
4. Barat : Kabupaten Aceh Tenggara / Tanah Alas
Luas Daerah Menurut Kecamatan
Tabel 3.1: Luas Daerah di Kabupaten Langkat menurut Kecamatan.
No. Kecamatan Luas (Km2) Rasio terhadap Total (%)
1 Bahorok 884,79 14,13
2 Serapit 96,27 1,54
3 Salapian 280,78 4.48
4 Kutambaru 182,02 2,91
5 Sei. Bingei 331,75 5,30
6 Kuala 188,23 3,01
7 Selesai 148,60 2,37
8 Binjai 48,60 0,78
9 Stabat 85,25 1,36
10 Wampu 203,21 3,24
11 Batang Serangan 993,04 15,85
12 Sawit Seberang 264,06 4,22
13 Padang Tualang 281,38 4,49
14 Hinai 112,98 1,80
15 Secanggang 243,78 3,89
16 Tanjung Pura 165.78 2,65
17 Gebang 186,74 2,98
18 Babalan 110,99 1,77
19 Sei. Lepan 440,54 7,03
20 Brandan Barat 71,53 1,14
21 Besitang 557,67 8,90
22 Pangkalan Susu 188,16 3,00
23 Pematang Jaya 197,15 3,15
Jumlah 6263,29 100,00
Wilayah kabupaten Langkat meliputi:
• Kawasan hutan lindung seluas +- 266.232 Ha (42,51 %) dan kawasan lahan budidaya seluas +- 360.097 Ha (57,49 %).
• Kawasan hutan lindung terdiri dari kawasan pelestarian alam Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) seluas +- 213.985 Ha.
• Kawasan Timur Laut seluas +- 9.520 Ha.
• Kawasan Penyangga seluas +- 7.600 Ha.
• Kawasan Hutan Bakau seluas +- 20.200 Ha dan kawasan lainnya +- 14.927 Ha.
(Sumber: BPS Kab. Langkat. http://www.langkatkab.go.id/page.php?id=149).
3.2 SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS)
3.2.1 Sejarah Hari Statistik
Sejarah hari statistik terjadi diantaranya sebagai berikut:
• Untuk memenuhi rekomendasi PBB kepada setiap Negara, agar seluruh anggotanya dapat menyelenggarakan sensus penduduk secara serentak.
Sehingga pemerintah Republik Indonesia mengundangkan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 1960 tentang sensus sebagai pengganti dari Volkstelling
Ordonnantie tahun 1930.
• Dalam rangka memenuhi kebutuhan bagi penyusunan perencanaan
Pembanguna Semesta Berencana, pada tanggal 26 September 1960 Pemerintah
RI mengesahkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1960 tentang Statistik
sebagai pengganti Statistiek Ordonnantie tahun 1934. Undang-undang tersebut
secara terperinci mengatur penyelenggaraan statistik dan organisasi Biro Pusat
Statistik (BPS).
• Presiden RI pada bulan Agustus tahun 1996 menetapkan tanggal di sahkannya Undang-undang Nomor 7 tahun 1960 tentang Statistik tersebut sebagai “Hari
Statistik”, karena hari kelahiran Undang-undang Nomor 7 tahun 1960 tersebut
merupakan titk awal perjalanan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam mengisi
perundang-undangan kolonial. Kemudian, Pemerintah RI menetapkan
Undang-undang nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik, sebagai pengganti
undang-undang Nomor 8 dan 7 tahun 1960.
3.2.2 Periode-Periode Badan Pusat Statistik
3.2.2.1 Periode 1920-1942, Masa Hindia-Belanda
• Didirikan tahun 1920 dengan tugas mengumpulkan data statistik Bea dan Cukai, dan bernaung dibawah Departemen Landbouw Nijverheid en Handel.
• Tanggal 24 Sepetember 1924 pusat kegiatan pindah dari Bogor ke Jakarta dengan nama Centraal Kantoor voor de Stastiek (CKS).
3.2.2.2 Periode 1942-1945, Masa Pemerintahan Jepang
• CKS beralih ke Pemerintahan Militer Jepang. Kegiatannya diarahakan untuk memenuhi kebutuhan data yang berkatian dengan Pemerintah Militer Jepang.
Bernaung dibawah Gubernur Militer (Gunsekanbu) denga Nama Chosasitsu
Gunseikanbu.
3.2.2.3 Periode 1945-1950, Masa Pemerintahan RI
• Sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 Chosasitsu Gunseikanbu diubah menjadi Kantor Penyelidikan Perangkaan Umum Republik Indonesia (KAPPURI),
yang dipimpin oleh Abdul Karim Pringgodigdo.
• Pada awal 1946, KAPPURI pindah ke Yogyakarta. Saat itu KAPPURI dipimpin oleh Semaun. Sementara itu di Jakarta Pemerintah Federal (Belanda)
3.2.2.4 Periode 1950-1957
• Berdasarkan surat edaran Kementrian Kemakmuran 12 Juni 1950 No.219/SC, kedua kantor tersebut dilebur menjadi satu dengan nama “Kantor Pusat
Statistik” dibawah naungan Kementrian Kemakmuran.
3.2.2.5 Periode 1957-1997
• Berdasarkan surat Keputusan Presiden RI No. 172/1957, Kantor Pusat Statistik (KPS) diubah menjadi “Biro Pusat Statistik” (BPS), dan langsung berada
dibawah Perdana Menteri.
• Pada tangal 24 September 1960 dengan Undang-undang No.6 tahun 1960 tentang Sensus dan tentang Statistiktanggal 26 September 1960 dengan
Undang-undang No.7 tahun 1960 ditetapkan bahwa “Biro Pusat Statistik”
(BPS), ditugasi sebagai penyelenggara Sensus (Pasal 2 UU No.6 Tahun 1960)
dan BPS berada di lingkungan Kabinet Perdana Menteri sebagai Pusat
Penyaluran Statistik (Pasal 2 UU No. 7 tahun 1960).
• Tahun 1961, untuk yang pertama kalinya BPS menyelnggarakan Sensus Penduduk sejak masa kemerdekaan RI. Setiap kantor Gubernur (Propinsi),
Kabupaten/Kotamadya dan Kecamatan dibentuk bagian yang mengurus
pelaksanaan Sensus Penduduk.
• Tahun 1965, dengan Keputusan Presidium Kabinet No. Aa/C/9 Bagian Sensus di tiap Kantor Gubernur dan Kabupaten/Kotamadya tersebutditetapkan
menjadi Kantor Sensus dan Statistik.
• Tahun 1968, ditetapkan Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 1968, yang mengatur Organisasi dan Tata Kerja BPS (di Pusat dan Daerah).
• Tahun 1980, ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1980, tentang Organisasi BPS sebagai Pengganti PP No. 16/1968. Berdasarkan PP
No.6/1980 disetiap propinsi terdapat kantor statistik dengan nama Kantor
Statistik Propinsi dan begitu juga disetiap Kabuapten dan Kotamadya terdapat
Kantor Statistik dengan nama Kantor Statistik Kabupaten/Kotamadya.
susunan organisasi, dan tata kerja Biro Pusat Statistik Selanjutnya diatur
dengan Keputusan Presiden.
• Berdasarkan KEPPRES No.6/1992 organisasi BPS terdiri dari Kepala, Wakil Kepala, Deputi Administrasi, Deputi Perencanaan dan Anasisi Statistik, Deputi
Statistik Produksi dan Kependudukan, Deputi Statistik Distribusi dan Neraca
Nasional, Pusat Pendidikan dan Pelatiah Statistik, perwakilan BPS Daerah dan
Unit Pelaksanaan Teknis (UPT).
3.2.2.6 Periode 1997-Sekarang
Sebagain pengganti UU Nomor 6 Tahun 1960 tentang Sensus dan UU Nomor
7 Tahun 1960 tentang Statistik, ditetapkan UU NOmor 16 Tahun 1997 tentang
Statistik. Berdasarkan UU ini yang ditindaklanjuti dengan peraturan
perundangan dibawahnya, secara formal nama Biro Pusat Statistik diganti
menjadi Bada Pusat Statistik.
Materi yang merupakan mutatan baru dalam UU Nomor 16 Tahun 1997,
antara lain :
• Jenis statistik berdasarkan tujuan pemanfaatannya terdiri atas statistik dasar yang sepenuhnya diselenggarakan oleh BPS, statistik sektoral yang
dilaksanakan oleh instansi Pemerintah secara mandiri atau bersama dengan
BPS, serta statistik khusus yang diselenggarakan oleh lembaga, Organisasi,
perorangan, dan atau unsure masyarakat lainnya secara mandiri atau bersama
dengan BPS.
• Hasil statistik yang diselenggarakan oleh BPS diumumkan dalam Berita Resmi Statistik (BRS) secara teratur dan transparan agar masyarakat dengan
mudah mengetahui dan atau mendapatkan data yang diperlukan.
• Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif, dan efisien.
• Dibentuknya Forum Masyarakat Statistik sebagai wadah untuk menampung aspirasi masyarakat statistik, yng bertugas memberikan saran dan
pertimbangan kepada BPS.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997, pernana yang harus
• Menyediakan kebutuhan data bagi pemerintah dan masyarakat. Data ini didapatkan dari sensus atau survey yang dilakukan sendiri dan juga dari
departemen atau lembaga pemerintahan lainnya sebagai data sekunder.
• Membantu kegiatan statistik di departemen, lembaga pemerintah atau institusi lainnya, dalam membangu sistem perstatistikan nasional.
• Mengembangkan dan mempromosikan standar teknik dan metodologi statistik,
dan menyediakan pelayanan pada bidang pendidikan dan pelatihan statistik.
Membangun kerjasama dengan isntitusi internasional dan Negara lain untuk
kepentingan perkembanga statistik Indonesia.
3.3 BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN LANGKAT
3.3.1 Latar Belakang
Badan Pusat Statistik (BPS) mempunyai tugas menyediakan data dan informasi
statistik yang berkualitas: lengkap, akurat, mutakhir, berkelanjutan, dan relevan bagi
pengguna data. Data dan informasi statistik yang berkualitas merupakan rujukan bagi
upaya perumusan kebijakan dalam menyusun perencanaan, melakukan pemantauan
dan mengevaluasi program-program agar sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dapat
dicapai dengan tepat, sehingga tujuan pembangunan, diantaranya untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat, dapat dicapai dengan efektif.
Dalam Peraturan Presiden No. 5 tahun 2010 ditetapkan bahwa Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2010-2014 merupakan
penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden hasil Pemilihan Umum Tahun 2009.
Dengan demikian, Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2010-2014 yang disusun
Kementerian/Lembaga harus mangacu kepada RPJM Nasional 2010-2014. Perpres
No.5 Tahun 2010 juga mengatur kewajiban Kementerian/Lembaga untuk menyusun
Rencana Strategis 2010-2014 dengan menyusun visi dan misi Kementerian/Lembaga
sebagai dasar menyusun rencana kerja tahunan Kementerian/Lembaga maka
pelaksanaan program dan kegiatan akan menjadi lebih terarah, efektif, dan efisien.
3.3.2 Kondisi Umum
Sejalan dengan penerapan perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja, langkah
penguatan pemantauan dan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan
menjadi pilihan strategis. Proses perencanaan memerlukan data dan informasi statistik
yang berkualitas. Oleh karena itu, ketersediaan data dan informasi statistik yang andal
merupakan salah satu kunci keberhasilan perencanaan. Data dan informasi statistik
berkualitas tidak saja menjadi rujukan pemerintah tetapi juga dibutuhkan oleh
kalangan swasta dan masyarakat untuk pengembangan usaha dan beragam kebutuhan
lainnya.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan data dan informasi statistik dan amanat
UU No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik, BPS telah menerbitkan Surat Keputusan
Kepala BPS Nomor 5 Tahun 2000 tentang Sistem Statistik Nasional (SSN). Tujuan
diterbitkannya SK Kepala BPS tersebut antara lain:
a) Agar para penyelenggara kegiatan statistik memanfaatkan sumber daya yang
tersedia secara optimal;
b) Menghindari kemungkinan terjadinya duplikasi kegiatan oleh para
penyelenggara statistik; dan
c) Agar tercipta suatu Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif, dan efisien.
Salah satu upaya BPS untuk mewujudkan SSN antara lain melakukan
koordinasi dan kerjasama dengan instansi pemerintah dan masyarakat, baik di pusat
maupun daerah, serta dengan lembagalembaga internasional. Koordinasi dan
kerjasama dimaksud dilaksanakan atas dasar kemitraan dengan tetap mengantisipasi
serta menerapkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Jejaring tersebut merupakan kekuatan
3.3.3 Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Kewenangan
• Kedudukan
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Nomor 121 Tahun
2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan BPS di Daerah, BPS
Kabupaten Langkat merupakan Instansi vertikal yang bertanggung jawab
langsung kepada Kepala BPS dan melaksanakan koordinasi dengan Bupati
sebagai Kepala Daerah setempat.
• Tugas Pokok
BPS Kabupaten Langkat menurut KepPres Republik Indonesia No. 103 Tahun
2001 Pasal 22, mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas pemerintah
dibidang perstatistikan di wilayan Kabupaten Langkat sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.
• Fungsi
Dalam melaksanakan tugas tersebut, BPS Kabupaten Langkat
menyelenggarakan fungsi:
Pengkajian, Penyusunan, dan Perumusan kebijakan dibidang statistik; Pengkoordinasian kegiatan statistik nasional dan regional;
Penetapan dan penyelenggaraan statistik dasar;
Pembinaan dan fasilitas terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang kegiatan statistik; dan
Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi, tata laksana, kepegawaian,
keuangan, kearsipan, kehumasan, hukum, perlengkapan, dan rumah
• Kewenangan
Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, Badan Pusat Statistik Kabupaten
Langkat mempunyai kewenangan:
Penyusunan rencana daerah di BPS Kabupaten Langkat secara makro di bidang statistik;
Perumusan kebijakan di bidang statistik untuk mendukung pembangunan daerah di Kabupaten Langkat;
Penetapan sistem informasi statistik;
Penetapan dan penyelenggaraan Statistik Nasional di Kabupaten Langkat; Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yaitu perumusan dan pelakasanan kebijakan tertentu di
bidang kegiatan statistik dan penyusunan pedoman penyelenggaraan
survei statistik sektoral.
3.3.4 Landasan Hukum
Dalam menyelenggarakan pelaksanaan tugas dan fungsinya, Badan Pusat Statistik
Kabupaten Langkat dilindungi oleh perangkat hukum, yaitu:
1. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik menjamin kepastian
hukum bagi penyelenggara dan pengguna statistik baik pemerintah maupun
masyarakat. Dengan adanya Undang-undang Statistik maka kepentingan
masyarakat pengguna statistik akan terjamin terutama atas nilai infomasi yang
diperolehnya.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1999 tentang
menyelenggarakan kegiatan statistik dasar.
3. Kepututsan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang
Kedudukan, Tugas, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Lembaga Pemerintahan Non Departemen yang menetapkan kedudukan BPS
sebagai lembaga pemerintah non departemen yang mempunyai tugas
4. Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Nomor 121 Tahun 2001
tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan BPS di Daerah.
3.3.5 Struktur Organisasi
Untuk melaksanakan tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi, dan tata kerja
tersebut, sesuai Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 121 Tahun 2001
tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Pusat Statistik di Daerah, telah
ditentukan struktur Organisasi Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat yang terdiri
dari:
1. Kepala BPS Kabupaten Langkat
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
3. Kepala Seksi Statistik Produksi
4. Kepala Seksi Statistik Sosial
5. Kepala Seksi Statistik Distribusi
6. Kepala Seksi Statistik Nerwilis
7. Kepala Seksi IPDS
8. Staf Administrasi dan Tehnis
9. Tenaga Fungsional/KSK
Jumlah Staf di Kabupaten sebanyak 8 orang terdiri dari 1 orang bendaharawan
dan 7 orang staf administrasi dan tehnis. Koordinator Statistik Kecamatan (KSK)
sebanyak 17 orang dan 8 orang diantaranya merupakan pejabat fungsional statistisi.
Secara rinci struktur organisasi BPS Kabupaten Langkat terdapat di Lampiran 1b.
3.3.6 Wilayah Administrasi Kerja BPS Kabupaten Langkat
Wilayah administrasi kerja BPS Kabupaten Langkat yang menjadi tanggung jawab
Kecamatan dan 240 Desa serta 37 Kelurahan. Adapun nama-nama Kecamatan
[image:46.595.104.533.160.703.2]tersebut adalah:
Tabel 3.2: Daftar Desa dan Kelurahan ditiap-tiap Kecamatan di Kabupaten Langkat
No. Kecamatan Desa Kelurahan Jumlah
1. Bahorok 18 1 19
2. Serapit 10 0 10
3. Salapian 16 1 17
4. Kutambaru 8 0 8
5. Sei Bingai 13 1 14
6. Kuala 14 2 16
7. Selesai 12 1 13
8. Binjai 6 1 7
9. Stabat 6 6 12
10. Wampu 13 1 14
11. Batang Serangan 7 1 8
12. Sawit Seberang 6 1 7
13. Padang Tualang 11 1 12
14. Hinai 12 1 13
15. Secanggang 16 1 17
16. Tanjung Pura 18 1 19
17. Gebang 10 1 11
18. Babalan 4 4 8
19. Sei Lepan 9 5 14
20. Brandan Barat 5 2 7
21. Besitang 6 3 9
22. Pangkalan Susu 9 2 11
23. Pematang Jaya 8 0 8
3.4 BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN LANGKAT 2010-2014
3.4.1 Visi dan Misi
3.4.1.1 Visi BPS Kabupaten Langkat
Visi BPS 2010-2014 dibangun dengan memperhatikan berbagai kekuatan dan
kelemahan internal serta peluang dan tantangan yang dihadapi dari pihak luar dengan
landasan pemikiran proaktif. Pembangunan nasional di bidang statistik diarahkan agar
mampu mengakomodasi berbagai tantangan yang berkembang, seperti reformasi yang
mendukung keterbukaan informasi, otonomi daerah yang mengandung tantangan
keragaman data dan informasi statistik pada tingkatan wilayah kecil, perkembangan
teknologi informasi yang mengarah kepada peningkatan kemudahan akses masyarakat
akan data dan informasi, serta memperhatikan kesiapan SDM penyelenggara statistik
dan kecenderungan pembatasan akses terhadap data dari responden/obyek kegiatan
statistik.
Dengan mempertimbangkan berbagai hal tersebut, maka Visi BPS 2010-2014
disepakati sebagai berikut:
“Pelopor data statistik terpercaya untuk semua” “The Agent of trustworthy statistical data for all”
BPS adalah lembaga pemerintah yang mempunyai tugas pokok menyediakan
dan melakukan koordinasi ketersediaan data dan informasi statistik pada lingkup
nasional maupun daerah. Kata “pelopor” mempunyai makna bahwa BPS sebagai
pencetus ide penyedia statistik terpercaya, sekaligus sebagai pelaku dalam penyediaan
statistik terpercaya. Kata “data statistik yang terpercaya” yaitu statistik yang
menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Kata “untuk semua” dimaksudkan bahwa
3.4.1.2 Misi BPS Kabupaten Langkat
Pernyataan misi merupakan penjabaran serta rencana pelaksanaan program dan
kegiatan agar mampu mencapai visi yang sudah ditetapkan. Berdasarkan visi BPS,
maka misi pembangunan nasional statistik Indonesia mencakup:
1. Memperkuat landasan konstitusional dan operasional lembaga statistik untuk
penyelenggaraan statistik yang efektif dan efisien;
2. Menciptakan insan statistik yang kompeten dan profesional, didukung
pemanfaatan teknologi informasi mutakhir untuk kemajuan perstatistikan
Indonesia;
3. Meningkatkan penerapan standar klasifikasi, konsep dan definisi, pengukuran,
dan kode etik statistik yang bersifat universal dalam setiap penyelenggaraan
statistik;
4. Meningkatkan kualitas pelayanan informasi statistik bagi semua pihak;
5. Meningkatkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi kegiatan statistik yang
diselenggarakan pemerintah dan swasta, dalam kerangka Sistem Statistik
Nasional (SSN) yang efektif dan efisien.
BAB 4
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
4.1 PENGOLAHAN VARIABEL
4.1.1 Variabel Luas Lahan
Data tabel mengenai variabel luas lahan panen yang digunakan para petani untuk
digunakan sebagai lahan bercocok tanam padi sawah. Pada penelitian ini, penulis
[image:49.595.110.522.265.586.2]menjadikan variabel luas lahan sebagai variabel bebas pertama (X1).
Tabel 4.1: Luas lahan panen padi sawah didaerah Kabupaten Langkat tiap tahun.
No. Tahun Luas lahan panen (Ha) / X1
1. 2005 69.177
2. 2006 80.167
3. 2007 79.573
4. 2008 82.447
5. 2009 85.227
6. 2010 67.115
Sumber: Dinas Pertanian Kab. Langkat
4.1.2 Variabel Pupuk
Data tabel mengenai variabel pupuk jenis UREA bersubsidi untuk tanaman pangan
dan hortikulutra yang digunakan oleh petani di Kabupaten Langkat. Pada penelitian
Tabel 4.2: Jumlah Pupuk UREA Bersubsidi Untuk Tanaman Pangan Dan Hortikultura
di Kabupaten Langkat Tiap Tahun.
No. Tahun Jumlah Pupuk (Ton)
1. 2005 8.423,5
2. 2006 8.817,5
3. 2007 10.335,0
4. 2008 9.599,0
5. 2009 13.972,5
6. 2010 14.476,0
Sumber: Dinas Pertanian Kab. Langkat
4.1.3 Variabel Curah Hujan
Data tabel mengenai jumlah curah hujan yang terjadi tiap tahun di Kabupaten
Langkat. Pada penelitian ini, penulis menjadikan variabel jumlah curah hujan sebagai
[image:50.595.107.526.111.673.2]variabel bebas ketiga (X3).
Tabel 4.3: Jumlah dan rata-rata curah hujan yang turun didaerah Kabupaten Langkat
tiap tahun.
No. Tahun Curah Hujan (mm)
Jumlah Rata-rata
1. 2005 2.548,90 212,40
2. 2006 3.164,00 263,67
3. 2007 2.587,83 215,65
4. 2008 2.205,43 183,79
5. 2009 2.641,07 220,09
6. 2010 2.628,50 255,55
4.1.4 Variabel Produktifitas Padi Sawah
Data tabel hasil produksi padi sawah di Kabupaten Langkat. Pada penelitian ini,
[image:51.595.103.530.203.700.2]penulis menjadikan variabel hasil produksi padi sawah sebagai variabel terikat (Y).
Tabel 4.4: Hasil produksi padi sawah didaerah Kabupaten Langkat tiap tahun.
No. Tahun Hasil Produksi Padi Sawah (Ton)
1. 2005 372.371
2. 2006 432.451
3. 2007 433.423
4. 2008 448.825
5. 2009 468.322
6. 2010 394.401
Sumber: Dinas Pertanian Kab. Langkat
4.2 ANALISIS VARIABEL
Tabel 4.5: Luas Lahan (X1), Pupuk (X2), Curah Hujan (X3), dan Produktifitas Padi
Sawah (Y) di Kabupaten Langkat Tahun 2005-2010.
TAHUN LUAS LAHAN
(X1)
PUPUK (X2)
CURAH
HUJAN (X3)
PRODUKTIFITAS
PADI SAWAH (Y)
2005 69.177 8.423,5 2.548,90 372.371
2006 80.167 8.817,5 3.164,00 432.451
2007 79.573 10.335,0 2.587,83 433.423
2008 82.447 9.599,0 2.205,43 448.825
2009 85.227 13.972,5 2.641,07 468.322
Besarnya hubungan antara variabel luas lahan, pupuk, dan curah hujan terhadap produktifitas padi sawah didaerah Kabupaten Langkat dapat digambarkan sebagai berikut:
• Luas lahan = X1
• Pupuk = X2
• Curah hujan = X3
• Produktifitas padi sawah = Y
Gbr 4.1: Desain kerangka analisis simultan/gabungan dan partial/bagian dalam penelitian.
Pada penelitian ini, penulis melakukan koding pada data yang didapat guna
mempermudah dalam perhitungan dan penganalisisan data. Data yang dikoding pada
penelitian ini adalah dibagi dengan 1000 (seribu) sehingga data penelitian akan
berbentuk dalam ribuan. Berikut adalah tabel data setelah dilakukan koding dalam
ribuan.
Keterangan:
Analisis Simultan / Gabungan
Analisis Partial / Bagian.
Luas Lahan (X1)
Curah Hujan (X3)
Pupuk (X2)
Tabel 4.6: Luas Lahan (X1), Pupuk (X2), Curah Hujan (X3), dan Produktifitas Padi
Sawah (Y) di Kabupaten Langkat Tahun 2005-2010 (setelah di koding dalam Ribuan).
TAHUN LUAS LAHAN
(X1)
PUPUK (X2)
CURAH
HUJAN (X3)
PRODUKTIFITAS
PADI SAWAH (Y)
2005 69,18 8,42 2,55 372,37
2006 80,17 8,82 3,17 432,45
2007 79,58 10,34 2,59 433,42
2008 82,45 9,60 2,21 448,83
2009 85,23 13,97 2,64 468,32
2010 67,12 14,48 2,63 394,40
4.2.1 Uji Normalitas
Sebelum melakukan analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi berganda,
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Uji normalitas adalah pengujian yang
dilakukan terhadap data pada masing-masing variabel untuk melihat tingkat
kenormalan data tersebut. Uji normalitas yang sering digunakan adalah uji
Kolmogorov-Smirnov. Pada penelitian ini, penulis menggunakan bantuan program
pengolah data SPSS Statistics 19 untuk melakukan uji normalitas
Kolmogorov-Smirnov.
Dan output yang dihasilkan dari uji normalitas Kolmogorov-Smirnov
menggunakan program SPSS sebagai berikut:
Tabel 4.7: Output SPSS Untuk Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Luas Lahan ,289 6 ,129 ,873 6 ,238
Pupuk ,256 6 ,200* ,842 6 ,136
Curah Hujan ,323 6 ,050 ,877 6 ,254
Produktifitas Padi Sawah ,250 6 ,200* ,946 6 ,707
a. Lilliefors Significance Correction
[image:53.595.101.531.619.729.2]Dari output yang dihasilkan, dapat dilihat nilai signifikansi/ Sig. pada uji
Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov tersebut,
data dari variabel akan dikatakan normal apabila nilai Sig. > 0,05 dan data dari
variabel akan dikatakan tidak normal apabila nilai Sig. < 0,05. Dari output SPSS
tersebut, dapat dilihat bahwa semua variabel memiliki Sig. > 0,05. Sehingga data dari
variabel tersebut dikatakan normal, dan data dari variabel tersebut dapat dilakukan
sebagai variabel dalam analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi.
4.2.2 Analisis Regresi Linear Berganda
Setelah dilakukan uji normalitas dan data telah dikatakan normal, maka selanjutnya
adalah dilakukan analisis regresi linear berganda. Pada penelitian ini, penulis
menggunakan metode Cramer untuk mendapatkan determinan matriks, yang
kemudian determinan tersebut digunakan untuk menentukan fungsi regresi