• Tidak ada hasil yang ditemukan

Enanalisis Pgaruh Luas Lahan, Pupuk, Dan Curah Hujan Terhadap Hasil Produktifitas Padi Sawah Di Kabupaten Langkat Tahun 2006 - 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Enanalisis Pgaruh Luas Lahan, Pupuk, Dan Curah Hujan Terhadap Hasil Produktifitas Padi Sawah Di Kabupaten Langkat Tahun 2006 - 2011"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

ENANALISIS PGARUH LUAS LAHAN, PUPUK, DAN CURAH HUJAN TERHADAP HASIL PRODUKTIFITAS PADI

SAWAH DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2006 - 2011

TUGAS AKHIR

SITI WIRANI 102407069

PROGRAM STUDI D3 STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN, PUPUK, DAN CURAH HUJAN TERHADAP HASIL PRODUKTIFITAS PADI

SAWAH DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2006 - 2011

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Memperoleh Ahli Madya

SITI WIRANI 102407069

PROGRAM STUDI D3 STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN, PUPUK,

DAN CURAH HUJAN TERHADAP

PRODUKTIFITAS PADI SAWAH DI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2006 – 2011.

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : SITI WIRANI

Nomor Induk Mahasiswa : 102407069

Program Studi : DIPLOMA (D3) STATISTIKA

Departemen : MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA

Prof. Drs. Tulus, Vordipl, M.Si, Ph.D Drs. Suwarno Ariswoyo, M.Si

(4)

PERNYATAAN

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN, PUPUK, DAN CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKTIFITAS PADI SAWAH

DIKABUPATEN LANGKAT TAHUN 2006 – 2011

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali

beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2013

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha pemurah dan Maha

penyayang, dengan limpah karunia- Nya. Penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul Analisis Pengaruh Luas

lahan,Pupuk,dan Curah hujan terhadap produktifitas padi sawah kabupaten

langkat bedasarkan data tahun 2006-2011

Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs, Suwarno Ariswoyo,

M,Si selaku sekretaris program studi D3 statistika FMIPA USU dan pembimbing

yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan tugas akhir ini. Terimakasih

kepada bapak Drs.faigiziduhu Bu’ulolo, M.Si selaku Ketua program studi D3

statistika FMIPA USU, Bapak Prof.Dr.Tulus,M.Si.PhD dan Ibu Dra.Mardiningsih

,M.Si Selaku ketua dan sekretaris Departemen matematika FMIPA USU medan,

Bapak Drs.Sutarman,M.Sc selaku Dekan FMIPA USU Medan, Seluruh Staf dan

Dosen program studi D3 statistika FMIPA USU , Pegawai FMIPA USU dan

Rekan-rekan Kuliah. Akhirnya tidak terlupakan kepada Ayahanda Alm. Seni Wira

Arzaini dan Ibunda Siti Ramlah Hasibuan, serta keluarga yang selama ini

memberikan bantuan dan dorongan yang di perlukan, semoga Tuhan yang Maha

(6)
(7)

Bab 2 LANDASAN TEORI 10

Bab 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET 23

3.1 Sejara Singkat Badan Pusat Statistik (BPS)

3.1.1 Sejarah Hari Statistik

3.2 Badan Pusat Statistik(BPS) Kabupaten Langkat

3.2.1 Latar Belakang

3.2.2 Kondisi Umum

3.2.3 Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Kewenangan

3.2.4 Landasan Hukum

3.2.5 Struktur Organisasi

3.2.6 Wilayah Administrasi Kerja BPS Kabupaten Langkat

28

3.3 Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Langkat 2010-2014

3.3.1 Visi dan Misi

3.3.1.1 Visi BPS Kabupaten Langkat

35

35

(8)

3.3.1.2 Misi BPS Kabupaten Langkat 36

4.2.5 Uji Koefisien Regresi Ganda (Uji t) dan Uji Multikolinearitas

40

Bab 5 IMPLEMENTASI SISTEM 65

5.1 Pengertian Implementasi Sistem 65

5.2 Program-Program Pada Implementasi Sistem

5.2.1 Microsoft Office Word dan Excel 2007

5.2.2 SPSS Statistics 17 For Windows

5.3 Analisis Dengan SPSS Statistic 17

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.2 Daftar Desa dan Kelurahan ditiap Kecamatan di Kabupaten Langkat 34

Tabel 4.1 Luas Lahan Panen Padi Sawah di Kabupaten Langkat 38

Tabel 4.2 Jumlah Pupuk UREA Bersubsidi Untuk Tanaman Pangan dan

Hortikulturan di Kabupaten Langkat. 39

Tabel 4.3Jumlah dan Rata-rata Curah Hujan di Kabupaten Langkat. 39

Tabel 4.4 Hasil Produksi Padi Sawah di Kabupaten Langkat tiap tahun 40

Tabel 4.5 Data Luas Lahan, Pupuk, Curah Hujan dan Produktifitas Padi Sawah 40

Tabel 4.6 Data Luas Lahan, Pupuk, Curah Hujan dan Produktifitas Padi Sawah

Setiap Tahun Setalah di Koding ke Dalam Ribuan. 42

Tabel 4.7 Output Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov 43 Tabel 4.8 Daftar Harga-harga Perhitungan Matriks Dengan Metode Cramer 45 Tabel 4.9 Output Analisis Regresi Linear Berganda 50

Tabel 4.10 Tabel ANOVA Uji Signifikansi 52

Tabel 4.11 Interval Tingkat Hubungan Analisis Korelasi Pearson 54 Tabel 4.12 Daftar Harga-harga Analisis Korelasi Linear Ganda 56

Tabel 4.13 Output Analisis Korelasi 57

Tabel 4.14 Output nilai Korelasi 59

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Desain Kerangka Analisis Dalam Penelitian 41

Gambar 5.1 Tampilan Data Editor SPSS Statistics 17 for Windows 67

Gambar 5.2 Tampilan Variable View SPSS 17 67

Gambar 5.3 Input Data Variabel SPSS 17 68

Gambar 5.4 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov 69

Gambar 5.5 Analisis Regresi Linear Ganda 70

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara agraris, yaitu negara yang penghasilan

penduduknya sebagian besar berasal dari hasil bercocok tanam padi sawah dan

kebanyakan penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Sehingga sektor

pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian

nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja

yang hidup atau bekerja dalam sektor pertanian atau dari produk nasional yang

berasal dari sektor pertanian. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi alam, cuaca

dan budaya masyarakat di Indonesia sangat mendukung di sektor pertanian ini

dimana tanah di negara Indonesia merupakan tanah yang sangat subur dan

produktif, sehingga pertanian memang cocok untuk terus dikembangkan di

Indonesia (Ganesha Enterpreneur Club, “Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas Tinggi”, 2009).

Namun, dalam perkembangannya secara umum, semakin lama kondisi

tanah pertanian di Indonesia semakin rendah tingkat produktifitas dan

kesuburannya yang berdampak kepada semakin menurunnya tingkat produksi

pertanian (Ganesha Enterpreneur Club, “Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas

(12)

penggunaan kuantitas dan kualitas benih, penggunaan pupuk dan pestisida atau

insektisida.

Pertanian dalam arti luas terdiri dari lima sektor, yaitu tanaman pangan,

perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Kelima sektor pertanian

tersebut bila ditangani dengan serius sebenarnya akan mampu memberikan

sumbangan yang besar bagi perkembangan perekonomian Indonesia mendatang.

Salah satu cara penanganannya yaitu dengan berorientasi pada bisnis pertanian

atau agrobisnis (Soekartawi, 1999). Salah satu hasil pertanian dari sektor tanaman

pangan adalah padi sawah yang dapat diolah menjadi beras yang merupakan

makanan pokok negara Indonesia. Salah satu daerah atau Kabupaten yang

memiliki Produk Domestik Regional Bruto perkapita terbesar di sektor pertanian

adalah Kabutapen Langkat, sehingga membuat penulis tertarik untuk melakukan

penelitian di daerah tersebut.

Sebagai salah satu daerah atau kabupaten yang sebagian besar warganya

bermatapencaharian sebagai petani dan memiliki Produk Domestik Regional

Bruto atau PDRB perkapita terbesar di sektor pertanian, Kabupaten Langkat

memiliki beberapa faktor yang mendukung terjadinya hal tersebut, diantaranya

karenakan luas lahan pertanian di daerah Kabupaten Langkat yang masih sangat

luas, dan keahlian bercocok tanam yang dimiliki oleh para petani yang diwariskan

secara turun-temurun.

Namun, sebagai salah satu kabupaten yang memiliki PDRB perkapita

(13)

pupuk untuk meningkatkan hasil produksi pertanian, yang kebutuhan akan

pasokan pupuk tersebut semakin meningkat jumlahnya tiap tahun. Padahal, pada

kenyataannya hanya sebagian saja pupuk yang diberikan dapat dimanfaatkan oleh

tanaman dikarenakan beberapa sifat bahan kimia yang terkandung dalam pupuk

tersebut susah larut.

Dalam penelitian ini, penulis akan mengambil beberapa faktor yang akan

digunakan sebagai variable untuk mengetahui produktifitas padi sawah di

kabupaten Langkat. Faktor-faktor yang akan penulis gunakan diantaranya adalah:

Luas lahan yang digunakan para petani untuk bercocok tanam, cuaca atau curah

hujan yang terjadi tiap tahunnya di daerah Kabupaten Langkat, serta pasokan

pupuk yang digunakan oleh para petani untuk membantu hasil produksi

pertaniannya.

Namun, selain faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, ada juga

beberapa faktor pendukung hasil produksi lainnya yang ikut mempengaruhi

produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat yang tidak diikut sertakan oleh

penulis sebagai salah satu variable dalam penelitian ini. Faktor-faktor tersebut

diantaranya: Faktor hama yang menyerang lahan pertanian dan bencana yang

terjadi sehingga mengakibatkan terjadinya gagal panen seperti bencana banjir,

bencana kekeringan, tiupan angin, dan bencana-bencana lain yang terjadi di

(14)

Dengan demikian, dalam kajian ini penulis tertarik dan akan melakukan

penelitian mengenai Produktifitas padi sawah di daerah Kabupaten Langkat

tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Seperti yang telah dijelaskan dalam latar belakang permasalahan tersebut diatas,

diketahui bahwa salah satu daerah atau kabupaten yang memiliki Produk

Domestik Regional Bruto atau PDRB perkapita terbesar sektor pertanian adalah

Kabupaten Langkat, karena di daerah atau kabupaten tersebut sebagian besar

penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan lahan pertanian yang subur

dan produktif, serta curah hujan yang mendukung tiap musimnya.

Sebagai daerah yang memiliki PDRB perkapita terbesar di sektor

pertanian, Kabupaten Langkat masih mengandalkan pasokan pupuk sebagai salah

satu upaya guna meningkatkan produktifitas padi sawah yang terus meningkat

jumlahnya tiap tahun.

Untuk mengetahui hasil produktifitas padi sawah di daerah tersebut, maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian di daerah tersebut, dan beberapa

permasalahan yang akan di kaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Berapakah besarnya pengaruh luas lahan, pupuk, curah hujan, dan

produktifitas padi sawah di Kabuapaten Langkat secara simultan?, apakah

(15)

produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat? dan Apakah luas lahan;

pupuk serta curah hujan memiliki pengaruh yang berarti terhadap

produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat?

Adapun usaha yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan tersebut diatas

adalah adanya hubungan dan seberapa besar pengaruh yang terjadi secara

signifikan dan simultan antara variabel luas lahan, pupuk yang digunakan, dan

curah hujan terhadap produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang dibuat demi kevaliditasan dan kerealibitasan hasil

penelitian, dalam penelitian ini penulis member batasan sebagai berikut:

1. Penelitian mengenai produktiftas padi sawah ini dilakukan di Kabupaten

Langkat.

2. Data yang didapat merupakan data sekunder hasil survey yang dilakukan

oleh Kantor Badan Pusat Statistik atau BPS Kabupaten Langkat.

3. Variabel yang digunakan untuk penelitian ini adalah, variabel luas lahan,

pupuk yang digunakan, dan curah hujan terhadap variabel produktifitas

padi sawah di Kabupaten Langkat. Dan variabel lain diluar model yang

ikut mempengaruhi antara lain, hama dan bencana yang melanda sehingga

terjadi gagal panen.

4. Untuk variabel pupuk, penulis membatasi hanya pada pupuk jenis UREA

(16)

5. Data yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada 6 tahun terakhir,

yaitu tahun 2006 sampai 2011.

6. Penyelesaian asumsi klasik seperti uji normalitas, uji signifikansi atau uji

kelinieran, uji koefisien dan uji multikolinieritas, pada penelitian ini,

penulis menggunakan bantuan program pengolah data SPSS Statistics 17

1.4 Maksud dan Tujuan

1.4.1 Maksud Penelitian

Sesuai dengan latar belakang permasalah dan rumusan masalah tersebut diatas,

adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya hubungan

dan pengaruh yang terjadi secara signifikan dan simultan antara variabel luas

lahan, pupuk yang digunakan, dan curah hujan terhadap variabel produktifitas

padi sawah di Kabupaten Langkat sehingga membuat salah satu PDRB perkapita

terbesar di Kabupaten Langkat ada di sektor pertanian.

1.4.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang penulis lakukan adalah:

1. Untuk menganalisis besar hubungan dan pengaruh yang terjadi antara

variabel luas lahan, pupuk yang digunakan, dan curah hujan, terhadap hasil

produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat pada tahun 2005-2010

(17)

2. Untuk menganalisis pengaruh variabel luas lahan terhadap hasil

proudktiftas padi sawah di Kabupaten Langkat pada tahun 2005-2010

secara parsial atau bagian.

3. Untuk menganalisis pengaruh variabel pupuk yang digunakan terhadap

hasil produktiftas padi sawah di Kabupaten Langkat pada tahun 2005-2010

secara parsial atau bagian.

4. Untuk menganalisis pengaruh variabel curah hujan terhadap hasil

produktiftas padi sawah di Kabupaten Langkat pada tahun 2005-2010

secara parsial atau bagian.

1.5 Metodologi

1.5.1 Metodologi Pengambilan Data

Data yang diambil berupa data sekunder atau data yang telah di olah sebelumnya

dari hasil survey yang telah di lakukan oleh Kantor Badan Pusat Statistik atau

BPS Kabupaten Langkat.

1.5.2 Metodologi Pengembangan Sistem

Metode yang digunakan untuk mengembangkan data adalah dengan metode

analisis korelasi atau metode yang digunakan untuk mengetahui seberapa erat

dan signifikankah hubungan antara dua buah variabel atau lebih. Dan metode

analisis regresi linear berganda yaitu metode regresi untuk menemuka model

(18)

berganda ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara beberapa variabel

bebas terhadap variabel terikat.

1.6 Tempat dan Waktu Penelitian

1.6.1 Tempat Penelitian

Tempat dilaksanakannya penelitian ini adalah di Kabupaten Langkat, dan data

yang yang digunakan adalah data sekunder yang telah tersedia di Kantor Badan

Pusat Statistik atau BPS Kabupaten Langkat.

1.6.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini di laksanakan selama 3 (tiga) kali terhitung dari tanggal 13 Maret ,

30 April dan 14 Mei, dengan cara mencatat langsung data yang butuhkan.

1.7 Sistematika Penulisan

Agar dapat memberikan gambaran yang jelas pada penyusunan laporan hasil

penelitian ini, maka penulis menjabarkan dalam beberapa bab sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN

masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan penelitian, metodologi,

tempat dan Pada Bab pendahuluan ini menguraikan tentang latar

belakang penelitian, rumusan waktu penelitian, serta sistematika

(19)

BAB 2 : LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang teori dasar dalam penelitian yang mendukung

penulisan Tugas Akhir, mencakup defenisi variabel, teori tentang

permasalahan, metoda atau teknik yang digunakan, uraian tentang

metode yang digunakan, dan kerangka penyelesaian masalah.

BAB 3 : SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET

Bab ini berisi penjelasan tentang hasil pendefinisian kebutuhan

permasalahan dan penjelasan mengenai tempat dimana penelitian ini

dilakukan yang dijadikan topik penelitian ini.

BAB 4 : PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisi tentang teknik yang digunakan untuk mengolah dan

menganalisis data yang didapat dan diteruskan dengan pengujian data

hasil analisis dengan data tabel.

BAB 5 : IMPLEMENTASI SISTEM

Bab ini merupakan Bab yang berisikan tentang sistematika pengolahan

data menggunakan aplikasi-aplikasi yang di gunakan oleh penulis.

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan Bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan dan

(20)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Defenisi Variabel

Pada penelitian yang penulis lakukan untuk menganalisis pengaruh yang terjadi

antara luas lahan, pupuk, dan curah hujan terhadap hasil produktifitas padi sawah

di Kabupaten Langkat tahun 2006-2011 ini, penulis menggunakan beberapa

variabel yang penulis gunakan sebagai faktor penentu, yaitu:

a) Variabel luas lahan

Menurut Dokuchaiev, lahan merupakan likungan fisis dan biotik yang

berkatian dengan daya dukungnya terhadap perikehidupan dan

kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan fisis meliputi relief atau

topografi, iklim, tanah, dan air. Sedangkan lingkungan biotik meliputi

hewan, tumbuhan, dan manusia (Romenah, ”Lahan Potensial dan Lahan

Kritis”, 2008).

Pada penelitian ini, penulis menggunakan variabel luas lahan yaitu

besarnya lahan panen yang digunakan oleh warga di Kabupaten Langkat

untuk bercocok tanam padi sawah dengan kondisi lahan tersebut memiliki

(21)

b) Variabel pupuk

Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih

unsur untuk menggantikan unsur yang habis terisap tanaman. Jadi,

memupuk berarti menambah unsur hara ke dalam tanah (pupuk akar) dan

tanaman (pupuk daun) (Marsono, “Petunjuk Penggunaan Pupuk”, 1998).

Pupuk sudah membudaya pada petani. Petani dan pupuk seakan

sudah menyatu. Sehingga tak perlu heran kalau banyak petani yang merasa

enggan menanam sesuatu tanpa memberi pupuk. Berdasarkan asal

pembuatannya, pupuk terdiri dari dua kelompok, yaitu pupuk anorganik

dan pupuk organik. Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh

pabrik-pabrik pupuk dengn meramu bahan-bahan kimia (anorganik)

berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea berkadar N 45% - 46%, jadi

setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara Nitrogen (Marsono, “Petunjuk Penggunaan Pupuk”, 1998).

Pada penelitian ini, penulis membatasi variabel pupuk hanya pada

pupuk yang sering digunakan oleh petani yang berada di Kabupaten

Langkat yaitu pupuk jenis UREA bersubsidi dari pemerintah untuk

tanaman pangan dan hortikultura. Pupuk urea termasuk pupuk nitrogen

yang dibuat dari gas amoniak dan gas asam arang. Persenyawaan kedua

zat ini melahirkan pupuk urea dengan kandungan N sebanyak 46% yang

termasuk pupuk higroskopis atau mudah menarik uap air. Pada

(22)

sehingga pupuk urea ini mudah larut dalam air dan mudah diserap oleh

tanaman (Marsono, “Petunjuk Penggunaan Pupuk”, 1998).

c) Variabel curah hujan

Curah hujan adalah banyaknya debit air hujan yang turun pada suatu

daerah dalam kurun waktu tertentu di setiap musimnya. Pada daerah tropis

seperti Indonesia, curah hujan sangat berpengaruh terhadap kesuburan

suatu tanaman.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan variabel curah hujan

sebagai salah satu variabel bebas, yaitu banyaknya tingkat debit air hujan

yang turun di daerah Kabupaten Langkat dalam kurun waktu 1 (satu)

tahun.

d) Variabel Produktifitas Padi Sawah

Produktifitas padi sawah adalah banyaknya hasil produksi di sektor padi

sawah. Hasil produksi padi sawah tersebut di pengaruhi oleh beberapa

faktor, diantaranya luas lahan, pupuk, curah hujan, hama, bibit yang

digunakan, dan banyak faktor pendukung lainnya.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan variabel produktifitas

padi sawah sebagai variabel takbebas atau prediktor, yaitu produktifitas

padi sawah di daerah Kabupaten Langkat tiap tahunnya.

(23)

2.2.1 Teknik Analisis yang Digunakan

Adapun teknik analisis statistik penulis gunakan dalam melakukan pengolahan

data pada penelitian ini yaitu dengan teknik analisis korelasi ganda dan analisis

regresi ganda. Berikut akan dipaparkan lebih lanjut mengenai teknik analisis data

tersebut.

2.2.1.1 Analisis Korelasi

Teknik analisis korelasi merupakan bagian dari teknik pengukuran asosiasi

(measure of association) yang berguna untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat beberapa teknik analisis korelasi,

diantaranya yang paling terkenal dan digunakan secara luas diseluruh dunia ialah

teknik analisis korelasi Pearson dan Spearman.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan analisis korelasi ganda yang

merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan

antara lebih dari dua variabel. Korelasi ganda tidak secara otomatis menunjukkan

hubungan kausalitas antar variabel. Hubungan dalam korelasi ganda dapat berupa

hubungan linier positif dan linier negatif. Interpretasi koefisien korelasi ganda

akan menghasilkan makna kekuatan, signifikansi dan arah hubungan kedua

variabel yang diteliti. Untuk melihat kekuatan koefisien korelasi ganda didasarkan

pada jarak yang berkisar antara 0 sampai dengan 1. Untuk melihat signifikansi

hubungan digunakan angka signifikansi/probabilitas/alpha. Untuk melihat arah

korelasi dilihat dari angka koefisien korelasi ganda yang menunjukkan positif atau

negatif. Koefisien korelasi ganda dapat ditentukan dengan mengakarkan koefisien

(24)

koefisien diterminasi dengan simbol r2 merupakan proporsi variabilitas

dalam suatu data yang dihitung didasarkan pada model statistik. Definisi

berikutnya menyebutkan bahwa r2 merupakan rasio variabilitas nilai-nilai yang

dibuat model dengan variabilitas nilai data asli. Secara umum r2 digunakan

sebagai informasi mengenai kecocokan suatu model. Dalam regresi r2 ini

dijadikan sebagai pengukuran seberapa baik garis regresi mendekati nilai data asli

yang dibuat model. Jika r2 sama dengan 1, maka angka tersebut menunjukkan

garis regresi cocok dengan data secara sempurna.

Interpretasi lain ialah bahwa r2 diartikan sebagai proporsi variasi

tanggapan yang diterangkan oleh regresor (variabel bebas/X) dalam model.

Dengan demikian, jika r2 = 1 akan mempunyai arti bahwa model yang sesuai

menerangkan semua variabilitas dalam variabel Y. Jika r2 = 0 akan mempunyai

arti bahwa tidak ada hubungan antara regresor (X) dengan variabel Y. Dalam

contoh kasus misalnya, jika r2 = 0,8 mempunyai arti bahwa sebesar 80% variasi

dari variabel Y (variabel tergantung/response) dapat diterangkan dengan variabel X (variabel bebas/explanatory), sedang sisanya 0,2 dipengaruhi oleh variabel-variabel yang tidak diketahui atau variabilitas yang inheren. Rumus untuk

menghitung koefisien determinasi (KD) adalah KD = r2 x 100%. Variabilitas

mempunyai makna penyebaran/distribusi seperangkat nilai-nilai tertentu. Dengan

menggunakan bahasa umum, pengaruh variabel X terhadap Y adalah sebesar

(25)

Dalam hubungannya dengan korelasi, maka r2 merupakan kuadrat dari

koefisien korelasi yang berkaitan dengan variabel bebas (X) dan variabel Y

(tergantung). Secara umum dikatakan bahwa r2 merupakan kuadrat korelasi antara

variabel yang digunakan sebagai predictor (X) dan variabel yang memberikan response (Y). Dengan menggunakan bahasa sederhana r2 merupakan koefisien

korelasi yang dikuadratkan. Oleh karena itu, penggunaan koefisien determinasi

dalam korelasi tidak harus diinterpretasikan sebagai besarnya pengaruh variabel X

terhadap Y mengingat bahwa korelasi tidak sama dengan kausalitas. Secara bebas

dikatakan dua variabel mempunyai hubungan belum tentu variabel satu

mempengaruhi variabel lainnya. Lebih lanjut dalam konteks korelasi antara dua

variabel maka pengaruh variabel X terhadap Y tidak nampak. Kemungkinannya

hanya korelasi merupakan penanda awal bahwa variabel X mungkin berpengaruh

terhadap Y. Sedang bagaimana pengaruh itu terjadi dan ada atau tidak akan

mengalami kesulitan untuk membuktikannya. Hanya menggunakan angka r2 tidak

akan dapat membuktikan bahwa variabel X mempengaruhi Y.

Dengan demikian jika menggunakan korelasi sebaiknya jangan

menggunakan koefisien determinasi untuk melihat pengaruh X terhadap Y karena

korelasi hanya menunjukkan adanya hubungan antara variabel X dan Y. Jika

tujuan riset hanya untuk mengukur hubungan maka sebaiknya berhenti saja di

angka koefisien korelasi. Sedang jika ingin mengukur besarnya pengaruh variabel

X terhadap Y sebaiknya menggunakan rumus lain, seperti regresi atau analisis

jalur.

(26)

Keterangan: R2 = Koefisien determinasi

JKreg = Jumlah kuadrat-kuadrat regresi

yi2 = Kuadrat selisih variabel terikat dikurang rata-rata

Dengan rumus untuk JKreg adalah:

koefisien korelasi ganda ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi

antara dua atau lebih variabel. Besarnya koefisien korelasi ganda berkisar antara

+1 s/d -1. koefisien korelasi ganda menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dua atau lebih variabel acak. Jika koefisien korelasi

ganda bernilai positif, maka variabel-variabel tersebut mempunyai hubungan

searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula.

Sebaliknya, jika koefisien korelasi ganda bernilai negatif, maka variabel-variabel

mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai

variabel Y akan menjadi rendah (dan sebaliknya).

Secara umum penulis menggunakan angka signifikansi sebesar 0,01; 0,05

dan 0,1. Pertimbangan penggunaan angka tersebut didasarkan pada tingkat

kepercayaan (confidence interval) yang diinginkan oleh peneliti. Angka signifikansi sebesar 0,01 mempunyai pengertian bahwa tingkat kepercayaan atau

(27)

sebesar 99%. Jika angka signifikansi sebesar 0,05, maka tingkat kepercayaan

adalah sebesar 95%. Jika angka signifikansi sebesar 0,1, maka tingkat

kepercayaan adalah sebesar 90%.

Pertimbangan lain ialah menyangkut jumlah data (sampel) yang akan

digunakan dalam riset. Semakin kecil angka signifikansi, maka ukuran sampel

akan semakin besar. Sebaliknya semakin besar angka signifikansi, maka ukuran

sampel akan semakin kecil. Unutuk memperoleh angka signifikansi yang baik,

biasanya diperlukan ukuran sampel yang besar. Sebaliknya jika ukuran sampel

semakin kecil, maka kemungkinan munculnya kesalahan semakin ada.

Untuk pengujian dalam SPSS digunakan kriteria sebagai berikut:

- Jika angka signifikansi hasil riset < 0,05; maka hubungan kedua variabel

signifikan.

- Jika angka signifikansi hasil riset > 0,05; maka hubungan kedua variabel

tidak signifikan.

2.2.1.2 Interpretasi Korelasi

Ada tiga penafsiran hasil analisis korelasi, meliputi: pertama, melihat kekuatan

hubungan dua variabel; kedua, melihat signifikansi hubungan; dan ketiga, melihat

arah hubungan. Untuk melakukan interpretasi kekuatan hubungan antara dua

variabel dilakukan dengan melihat angka koefisien korelasi hasil perhitungan

(28)

1. Jika angka koefisien korelasi menunjukkan 0, maka kedua variabel

tidak mempunyai hubungan.

2. Jika angka koefisien korelasi mendekati 1, maka kedua variabel

mempunyai hubungan semakin kuat.

3. Jika angka koefisien korelasi mendekati 0, maka kedua variabel

mempunyai hubungan semakin lemah.

4. Jika angka koefisien korelasi sama dengan 1, maka kedua variabel

mempunyai hubungan linier sempurna positif.

5. Jika angka koefisien korelasi sama dengan -1, maka kedua variabel

mempunyai hubungan linier sempurna negatif.

2.2.1.3 Hipotesis

Pengujian hipotesis untuk korelasi digunakan uji t. Pengambilan keputusan

menggunakan angka pembanding t tabel dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jika t hitung > t tabel, H0 ditolak; H1 diterima

2. Jika t hitung < t tabel, H0 diterima; H1 ditolak

Disamping menggunakan cara diatas, cara kedua ialah menggunakan angka

signifikansi. Caranya adalah sebagai berikut :

1. Jika angka signifikansi hasil riset < 0,05; maka H0 ditolak.

(29)

2.2.1.4 Analisis Regresi

Dalam penelitian ini, salah satu teknik analisis yang digunakan adalah analisis

regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda ialah suatu alat analisis

dalam ilmu statistik yang berguna untuk mengukur hubungan matematis antara

lebih dari 2 peubah. Bentuk umum persamaan regresi linier berganda ialah

sebagai berikut :

Persamaan tersebut diduga oleh persamaan di bawah ini :

Menentukan b0, b1, b2, …, bk dapat menggunakan metode kuadrat terkecil melalui

apa yang disebut dengan persamaan normal seperti di bawah ini :

Bentuk persamaan matriks di atas termasuk ke dalam suatu sistem

persamaan linier. Mencari atau menentukan b0, b1, b2, b3, …, bn berarti mencari

atau menentukan solusi dari sistem persamaan linier (SPL). Mencari solusi SPL

(30)

Invers (Metode Matriks yang diperbesar dan Metode Matriks Adjoin), dan Metode

Cramer.

Metode Cramer merupakan metode yang paling populer dalam

menentukan suatu solusi SPL (Sistem Persamaan Liniear) karena sifatnya yang

mudah dipelajari dan sederhana. Menurut Cramer jika kita punya SPL (Sistem

Persamaan Liniear) sebagai berikut :

Maka x1, x2, x3, …, xn dapat langsung dicari dengan membagi determinan

matriks Aj dengan determinan matriks koefisien A. Dimana :

(31)

Uji simultan atau uji F, bertujuan untuk mengetahui pengaruh gabungan

variabel-variabel X terhadap variabel-variabel Y. Nilai F hitung dapat ditentukan dengan formula :

Keterangan :

R² = Koefisien determinasi

n = Banyaknya sampel

m = Banyaknya varians

Apabila hasil perhitungan F hitung > F tabel, maka H0 ditolak sehingga

dapat dikatakan bahwa variabel bebas regresi dapat menerangkan variabel terikat

secara serentak. Sebaliknya jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dengan

demikian dapat dikatakan bahwa variabel bebas dari model regresi berganda tidak

mampu menjelaskan variabel terikat.

2.2.1.6 Pengaruh Parsial

Untuk menguji kemaknaan koefisien regresi parsial digunakan uji t. Nilai t dapat

ditentukan dengan formula sebagai berikut :

(32)

r = Koefisien korelasi

n = Banyaknya sampel

Apabila t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dengan demikian variabel

bebas dapat menerangkan variabel terikat yang ada dalam model. Sebaliknya

apabila t hitung < t tabel maka Ho diterima, dengan demikian variabel bebas tidak

dapat menjelaskan variabel terikat atau dengan kata lain tidak ada pengaruh di

antara dua variabel yang diuji. Untuk mencari besarnya r2, di mana r2 adalah satu

dikurangi rasio antara besarnya deviasi Y observasi dari garis regresi dengan besar

deviasi nilai Y observasi dari rata-ratanya. Secara matematis dapat ditulis dengan

formula sebagai berikut:

r²=

Keterangan :

r² = Besarnya koefisien determinasi

Y = Nilai variabel Y

Ŷ = Nilai estimasi Y

(33)

BAB 3

SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET

3.1 Sejarah Singkat Bdan Pusat Statistik (BPS)

3.1.1 Sejarah Hari Statistik

Sejarah hari statistik terjadi diantaranya sebagai berikut:

Untuk memenuhi rekomendasi PBB kepada setiap Negara, agar seluruh

anggotanya dapat menyelenggarakan sensus penduduk secara serentak.

Sehingga pemerintah Republik Indonesia mengundangkan

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1960 tentang sensus sebagai pengganti dari

Volkstelling Ordonnantie tahun 1930.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan bagi penyusunan perencanaan

Pembanguna Semesta Berencana, pada tanggal 26 September 1960

Pemerintah RI mengesahkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1960

tentang Statistik sebagai pengganti Statistiek Ordonnantie tahun 1934. Undang-undang tersebut secara terperinci mengatur penyelenggaraan

statistik dan organisasi Biro Pusat Statistik (BPS).

Presiden RI pada bulan Agustus tahun 1996 menetapkan tanggal di

sahkannya Undang-undang Nomor 7 tahun 1960 tentang Statistik tersebut

sebagai “Hari Statistik”, karena hari kelahiran Undang-undang Nomor 7

tahun 1960 tersebut merupakan titk awal perjalanan Badan Pusat Statistik

(34)

diatur berdasarkan sistem perundang-undangan kolonial. Kemudian,

Pemerintah RI menetapkan Undang-undang nomor 16 Tahun 1997 tentang

Statistik, sebagai pengganti undang-undang Nomor 8 dan 7 tahun 1960.

3.1.2 Periode-Periode Badan Pusat Statistik

3.1.2.1 Periode 1920-1942, Masa Hindia-Belanda

Didirikan tahun 1920 dengan tugas mengumpulkan data statistik Bea dan

Cukai, dan bernaung dibawah Departemen Landbouw Nijverheid en Handel.

Tanggal 24 Sepetember 1924 pusat kegiatan pindah dari Bogor ke Jakarta

dengan nama Centraal Kantoor voor de Stastiek (CKS).

3.1.2.2 Periode 1942-1945, Masa Pemerintahan Jepang

CKS beralih ke Pemerintahan Militer Jepang. Kegiatannya diarahakan

untuk memenuhi kebutuhan data yang berkatian dengan Pemerintah

Militer Jepang. Bernaung dibawah Gubernur Militer (Gunsekanbu) denga

Nama Chosasitsu Gunseikanbu.

3.1.2.3 Periode 1945-1950, Masa Pemerintahan RI

Sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 Chosasitsu Gunseikanbu diubah

menjadi Kantor Penyelidikan Perangkaan Umum Republik Indonesia

(35)

Pada awal 1946, KAPPURI pindah ke Yogyakarta. Saat itu KAPPURI

dipimpin oleh Semaun. Sementara itu di Jakarta Pemerintah Federal

(Belanda) menghidupak kembali CKS.

3.1.2.4 Periode 1950-1957

Berdasarkan surat edaran Kementrian Kemakmuran 12 Juni 1950

No.219/SC, kedua kantor tersebut dilebur menjadi satu dengan nama

“Kantor Pusat Statistik” dibawah naungan Kementrian Kemakmuran.

3.1.2.5 Periode 1957-1997

Berdasarkan surat Keputusan Presiden RI No. 172/1957, Kantor Pusat

Statistik (KPS) diubah menjadi “Biro Pusat Statistik” (BPS), dan langsung

berada dibawah Perdana Menteri.

Pada tangal 24 September 1960 dengan Undang-undang No.6 tahun 1960

tentang Sensus dan tentang Statistiktanggal 26 September 1960 dengan

Undang-undang No.7 tahun 1960 ditetapkan bahwa “Biro Pusat Statistik”

(BPS), ditugasi sebagai penyelenggara Sensus (Pasal 2 UU No.6 Tahun

1960) dan BPS berada di lingkungan Kabinet Perdana Menteri sebagai

Pusat Penyaluran Statistik (Pasal 2 UU No. 7 tahun 1960).

Tahun 1961, untuk yang pertama kalinya BPS menyelnggarakan Sensus

Penduduk sejak masa kemerdekaan RI. Setiap kantor Gubernur (Propinsi),

Kabupaten/Kotamadya dan Kecamatan dibentuk bagian yang mengurus

(36)

Tahun 1965, dengan Keputusan Presidium Kabinet No. Aa/C/9 Bagian

Sensus di tiap Kantor Gubernur dan Kabupaten/Kotamadya

tersebutditetapkan menjadi Kantor Sensus dan Statistik.

Tahun 1968, ditetapkan Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 1968, yang

mengatur Organisasi dan Tata Kerja BPS (di Pusat dan Daerah).

Tahun 1980, ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1980, tentang

Organisasi BPS sebagai Pengganti PP No. 16/1968. Berdasarkan PP

No.6/1980 disetiap propinsi terdapat kantor statistik dengan nama Kantor

Statistik Propinsi dan begitu juga disetiap Kabuapten dan Kotamadya

terdapat Kantor Statistik dengan nama Kantor Statistik

Kabupaten/Kotamadya.

Tahun 1992, ditetapkan Peraturan Pemerintah No.2 tahun 1992, tentang

Organisasi BPS sebagai pengganti PP No.6/1980. Kedudukan, tugas,

fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja Biro Pusat Statistik Selanjutnya

diatur dengan Keputusan Presiden.

Berdasarkan KEPPRES No.6/1992 organisasi BPS terdiri dari Kepala,

Wakil Kepala, Deputi Administrasi, Deputi Perencanaan dan Anasisi

Statistik, Deputi Statistik Produksi dan Kependudukan, Deputi Statistik

Distribusi dan Neraca Nasional, Pusat Pendidikan dan Pelatiah Statistik,

perwakilan BPS Daerah dan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT).

3.1.2.6 Periode 1997-Sekarang

Sebagain pengganti UU Nomor 6 Tahun 1960 tentang Sensus dan UU Nomor 7

(37)

Statistik. Berdasarkan UU ini yang ditindaklanjuti dengan peraturan perundangan

dibawahnya, secara formal nama Biro Pusat Statistik diganti menjadi Bada Pusat

Statistik.

Materi yang merupakan mutatan baru dalam UU Nomor 16 Tahun 1997,

antara lain :

Jenis statistik berdasarkan tujuan pemanfaatannya terdiri atas statistik

dasar yang sepenuhnya diselenggarakan oleh BPS, statistik sektoral yang

dilaksanakan oleh instansi Pemerintah secara mandiri atau bersama dengan

BPS, serta statistik khusus yang diselenggarakan oleh lembaga,

Organisasi, perorangan, dan atau unsure masyarakat lainnya secara

mandiri atau bersama dengan BPS.

Hasil statistik yang diselenggarakan oleh BPS diumumkan dalam Berita

Resmi Statistik (BRS) secara teratur dan transparan agar masyarakat

dengan mudah mengetahui dan atau mendapatkan data yang diperlukan.

Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif, dan efisien.

Dibentuknya Forum Masyarakat Statistik sebagai wadah untuk

menampung aspirasi masyarakat statistik, yng bertugas memberikan saran

dan pertimbangan kepada BPS.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997, pernana yang harus

dijalankan oleh BPS adalah sebagai berikut :

Menyediakan kebutuhan data bagi pemerintah dan masyarakat. Data ini

didapatkan dari sensus atau survey yang dilakukan sendiri dan juga dari

(38)

Membantu kegiatan statistik di departemen, lembaga pemerintah atau

institusi lainnya, dalam membangu sistem perstatistikan nasional.

Mengembangkan dan mempromosikan standar teknik dan metodologi

statistik,

dan menyediakan pelayanan pada bidang pendidikan dan pelatihan

statistik.

Membangun kerjasama dengan isntitusi internasional dan Negara lain untuk

kepentingan perkembanga statistik Indonesia

3.2 Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Langkat 3.2.1 Latar Belakang

Badan Pusat Statistik (BPS) mempunyai tugas menyediakan data dan informasi

statistik yang berkualitas: lengkap, akurat, mutakhir, berkelanjutan, dan relevan

bagi pengguna data. Data dan informasi statistik yang berkualitas merupakan

rujukan bagi upaya perumusan kebijakan dalam menyusun perencanaan,

melakukan pemantauan dan mengevaluasi program-program agar sasaran-sasaran

yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan tepat, sehingga tujuan pembangunan,

diantaranya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, dapat dicapai dengan

efektif.

Dalam Peraturan Presiden No. 5 tahun 2010 ditetapkan bahwa Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2010-2014 merupakan

penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden hasil Pemilihan Umum Tahun

(39)

disusun Kementerian/Lembaga harus mangacu kepada RPJM Nasional

2010-2014. Perpres No.5 Tahun 2010 juga mengatur kewajiban Kementerian/Lembaga

untuk menyusun Rencana Strategis 2010-2014 dengan menyusun visi dan misi

Kementerian/Lembaga yang diselaraskan dengan visi dan misi RPJMN

2010-2014. Dengan adanya Renstra sebagai dasar menyusun rencana kerja tahunan

Kementerian/Lembaga maka pelaksanaan program dan kegiatan akan menjadi

lebih terarah, efektif, dan efisien.

3.2.2 Kondisi Umum

Sejalan dengan penerapan perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja,

langkah penguatan pemantauan dan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana

pembangunan menjadi pilihan strategis. Proses perencanaan memerlukan data dan

informasi statistik yang berkualitas. Oleh karena itu, ketersediaan data dan

informasi statistik yang andal

merupakan salah satu kunci keberhasilan perencanaan. Data dan informasi

statistik berkualitas tidak saja menjadi rujukan pemerintah tetapi juga dibutuhkan

oleh kalangan swasta dan masyarakat untuk pengembangan usaha dan beragam

kebutuhan lainnya.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan data dan informasi statistik dan

amanat UU No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik, BPS telah menerbitkan Surat

Keputusan Kepala BPS Nomor 5 Tahun 2000 tentang Sistem Statistik Nasional

(40)

a) Agar para penyelenggara kegiatan statistik memanfaatkan sumber daya

yang tersedia secara optimal;

b) Menghindari kemungkinan terjadinya duplikasi kegiatan oleh para

penyelenggara statistik; dan

c) Agar tercipta suatu Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif, dan

efisien.

Salah satu upaya BPS untuk mewujudkan SSN antara lain melakukan

koordinasi dan kerjasama dengan instansi pemerintah dan masyarakat, baik di

pusat maupun daerah, serta dengan lembagalembaga internasional. Koordinasi

dan kerjasama dimaksud dilaksanakan atas dasar kemitraan dengan tetap

mengantisipasi serta menerapkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

khususnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Jejaring tersebut

merupakan kekuatan yang terus dikembangkan dalam rangka pembangunan

nasional di bidang statistik.

3.2.3 Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Kewenangan

Kedudukan

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Nomor 121

Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan BPS di Daerah,

(41)

jawab langsung kepada Kepala BPS dan melaksanakan koordinasi dengan

Bupati sebagai Kepala Daerah setempat.

Tugas Pokok

BPS Kabupaten Langkat menurut KepPres Republik Indonesia No. 103

Tahun 2001 Pasal 22, mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas

pemerintah di bidang perstatistikan di wilayan Kabupaten Langkat sesuai

dengan perundang-undangan yang berlaku.

Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, BPS Kabupaten Langkat

menyelenggarakan fungsi:

 Pengkajian, Penyusunan, dan Perumusan kebijakan dibidang statistik;

 Pengkoordinasian kegiatan statistik nasional dan regional;

 Penetapan dan penyelenggaraan statistik dasar;

 Pembinaan dan fasilitas terhadap kegiatan instansi pemerintah di

bidang kegiatan statistik; dan

 Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di

bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi, tata laksana,

kepegawaian, keuangan, kearsipan, kehumasan, hukum, perlengkapan,

dan rumah tangga.

Kewenangan

Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, Badan Pusat Statistik

(42)

 Penyusunan rencana daerah di BPS Kabupaten Langkat secara makro

di bidang statistik;

 Perumusan kebijakan di bidang statistik untuk mendukung

pembangunan daerah di Kabupaten Langkat;

 Penetapan sistem informasi statistik;

 Penetapan dan penyelenggaraan Statistik Nasional di Kabupaten

Langkat;

 Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yaitu perumusan dan pelakasanan kebijakan

tertentu di bidang kegiatan statistik dan penyusunan pedoman

penyelenggaraan survei statistik sektoral.

3.2.4 Landasan Hukum

Dalam menyelenggarakan pelaksanaan tugas dan fungsinya, Badan Pusat Statistik

Kabupaten Langkat dilindungi oleh perangkat hukum, yaitu:

1. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik menjamin

kepastian hukum bagi penyelenggara dan pengguna statistik baik

pemerintah maupun masyarakat. Dengan adanya Undang-undang Statistik

maka kepentingan masyarakat pengguna statistik akan terjamin terutama

atas nilai infomasi yang diperolehnya.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1999 tentang

menyelenggarakan kegiatan statistik dasar.

3. Kepututsan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang

(43)

Lembaga Pemerintahan Non Departemen yang menetapkan kedudukan

BPS sebagai lembaga pemerintah non departemen yang mempunyai tugas

menyelenggarakan kegiatan statistik dasar.

4. Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Nomor 121 Tahun 2001

tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan BPS di Daerah.

3.2.5 Struktur Organisasi

Untuk melaksanakan tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi, dan tata

kerja tersebut, sesuai Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 121 Tahun

2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Pusat Statistik di

Daerah, telah ditentukan struktur Organisasi Badan Pusat Statistik Kabupaten

Langkat yang terdiri dari:

1. Kepala BPS Kabupaten Langkat

2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

3. Kepala Seksi Statistik Produksi

(44)

Kecamatan (KSK) sebanyak 17 orang dan 8 orang di antaranya merupakan

pejabat fungsional statistisi.

3.2.6 Wilayah Administrasi Kerja BPS Kabupaten Langkat

Wilayah administrasi kerja BPS Kabupaten Langkat yang menjadi tanggung

jawab pengawasan dan pembinaan dalam penyelnggaraan kegiatan statistik

sebanyak 23 Kecamatan dan 240 Desa serta 37 Kelurahan. Adapun nama-nama

Kecamatan tersebut adalah:

Tabel 3.2: Daftar Desa dan Kelurahan ditiap-tiap Kecamatan di Kabupaten

Langkat

No. Kecamatan Desa Kelurahan Jumlah

(45)

17. Gebang 10 1 11

18. Babalan 4 4 8

19. Sei Lepan 9 5 14

20. Brandan Barat 5 2 7

21. Besitang 6 3 9

22. Pangkalan Susu 9 2 11

23. Pematang Jaya 8 0 8

JUMLAH 240 37 277

3.3 Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Langkat 2010-2014

3.3.1 Visi dan Misi

3.3.1.1 Visi BPS Kabupaten Langkat

Visi BPS 2010-2014 dibangun dengan memperhatikan berbagai kekuatan dan

kelemahan internal serta peluang dan tantangan yang dihadapi dari pihak luar

dengan landasan pemikiran proaktif. Pembangunan nasional di bidang statistik

diarahkan agar mampu mengakomodasi berbagai tantangan yang berkembang,

seperti reformasi yang mendukung keterbukaan informasi, otonomi daerah yang

mengandung tantangan keragaman data dan informasi statistik pada tingkatan

wilayah kecil, perkembangan teknologi informasi yang mengarah kepada

peningkatan kemudahan akses masyarakat akan data dan informasi, serta

memperhatikan kesiapan SDM penyelenggara statistik dan kecenderungan

(46)

Dengan mempertimbangkan berbagai hal tersebut, maka Visi BPS

2010-2014 disepakati sebagai berikut:

“Pelopor data statistik terpercaya untuk semua”

“The Agent of trustworthy statistical data for all”

BPS adalah lembaga pemerintah yang mempunyai tugas pokok

menyediakan dan melakukan koordinasi ketersediaan data dan informasi statistik

pada lingkup nasional maupun daerah. Kata “pelopor” mempunyai makna bahwa

BPS sebagai pencetus ide penyedia statistik terpercaya, sekaligus sebagai pelaku

dalam penyediaan statistik terpercaya. Kata “data statistik yang terpercaya” yaitu

statistik yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Kata “untuk semua”

dimaksudkan bahwa semua pihak mempunyai hak yang sama untuk mengakses

data BPS (impartial).

3.3.1.2 Misi BPS Kabupaten Langkat

Pernyataan misi merupakan penjabaran serta rencana pelaksanaan program dan

kegiatan agar mampu mencapai visi yang sudah ditetapkan. Berdasarkan visi BPS,

maka misi pembangunan nasional statistik Indonesia mencakup:

1. Memperkuat landasan konstitusional dan operasional lembaga statistik

untuk penyelenggaraan statistik yang efektif dan efisien;

2. Menciptakan insan statistik yang kompeten dan profesional, didukung

pemanfaatan teknologi informasi mutakhir untuk kemajuan perstatistikan

(47)

3. Meningkatkan penerapan standar klasifikasi, konsep dan definisi,

pengukuran, dan kode etik statistik yang bersifat universal dalam setiap

penyelenggaraan statistik;

4. Meningkatkan kualitas pelayanan informasi statistik bagi semua pihak;

5. Meningkatkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi kegiatan statistik

yang diselenggarakan pemerintah dan swasta, dalam kerangka Sistem

Statistik Nasional (SSN) yang efektif dan efisien.

(48)

BAB 4

PENGOLAHAN DATA

4.1 PENGOLAHAN VARIABEL

4.1.1 Variabel Luas Lahan

Data tabel mengenai variabel luas lahan panen yang digunakan para petani untuk

digunakan sebagai lahan bercocok tanam padi sawah. Pada penelitian ini, penulis

menjadikan variabel luas lahan sebagai variabel bebas pertama (X1).

Tabel 4.1: Luas lahan panen padi sawah didaerah Kabupaten Langkat tiap tahun.

No. Tahun Luas lahan panen (Ha) / X1

1. 2006 80.167

2. 2007 79.573

3. 2008 82.447

4. 2009 85.227

5. 2010 67.115

6. 2011 75.595

Sumber: BPS Langkat 2011

4.1.2 Variabel Pupuk

Data tabel mengenai variabel pupuk jenis UREA bersubsidi untuk tanaman

(49)

penelitian ini, penulis menjadikan variabel pupuk sebagai variabel bebas kedua

(X2).

Tabel 4.2: Jumlah Pupuk UREA Bersubsidi Untuk Tanaman Pangan Dan

Hortikultura di Kabupaten Langkat Tiap Tahun.

No. Tahun Jumlah Pupuk (Ton)

Langkat. Pada penelitian ini, penulis menjadikan variabel jumlah curah hujan

sebagai variabel bebas ketiga (X3).

Tabel 4.3: Jumlah dan rata-rata curah hujan yang turun didaerah Kabupaten

(50)

4.1.4 Variabel Produktifitas Padi Sawah

Data tabel hasil produksi padi sawah di Kabupaten Langkat. Pada penelitian ini,

penulis menjadikan variabel hasil produksi padi sawah sebagai variabel terikat

(Y).

Tabel 4.4: Hasil produksi padi sawah didaerah Kabupaten Langkat tiap tahun.

No. Tahun Hasil Produksi Padi Sawah (Ton)

Sawah (Y) di Kabupaten Langkat Tahun 2006-2011.

(51)

Besarnya hubungan antara variabel luas lahan, pupuk, dan curah hujan

terhadap produktifitas padi sawah didaerah Kabupaten Langkat dapat

digambarkan sebagai berikut:

Luas lahan = X1

Pupuk = X2

Curah hujan = X3

Produktifitas padi sawah = Y

Gbr 4.1: Desain kerangka analisis simultan/gabungan dan partial/bagian dalam penelitian.

Pada penelitian ini, penulis melakukan koding pada data yang didapat

guna mempermudah dalam perhitungan dan penganalisisan data. Data yang

dikoding pada penelitian ini adalah dibagi dengan 1000 (seribu) sehingga data

penelitian akan berbentuk dalam ribuan. Berikut adalah tabel data setelah

dilakukan koding dalam ribuan.

Tabel 4.6: Luas Lahan (X1), Pupuk (X2), Curah Hujan (X3), dan Produktifitas

Padi Sawah (Y) di Kabupaten Langkat Tahun 2005-2010 (setelah di

(52)

TAHUN LUAS

Sebelum melakukan analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi

berganda, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Uji normalitas adalah

pengujian yang dilakukan terhadap data pada masing-masing variabel untuk

melihat tingkat kenormalan data tersebut. Uji normalitas yang sering digunakan

adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Pada penelitian ini, penulis menggunakan

bantuan program pengolah data SPSS Statistics 17 untuk melakukan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov.

Dan output yang dihasilkan dari uji normalitas Kolmogorov-Smirnov menggunakan program SPSS sebagai berikut:

(53)

Tests of Normality

*. This is a lower bound of the true significance.

Dari output yang dihasilkan, dapat dilihat nilai signifikansi/ Sig. pada uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov tersebut,

data dari variabel akan dikatakan normal apabila nilai Sig. > 0,05 dan data dari

variabel akan dikatakan tidak normal apabila nilai Sig. < 0,05. Dari output SPSS tersebut, dapat dilihat bahwa semua variabel memiliki Sig. > 0,05. Sehingga data

dari variabel tersebut dikatakan normal, dan data dari variabel tersebut dapat

dilakukan sebagai variabel dalam analisis korelasi dan analisis regresi linear

berganda.

4.2.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Setelah dilakukan uji normalitas dan data telah dikatakan normal, maka

selanjutnya adalah dilakukan analisis regresi linear berganda. Pada penelitian ini,

penulis menggunakan metode Cramer untuk mendapatkan determinan matriks, yang kemudian determinan tersebut digunakan untuk menentukan fungsi regresi

(54)

x =

A x B = C

(55)

Tabel 4.8: Harga-harga yang digunakan dalam perhitungan matriks dengan metode Cramer.

Dari daftar tabel diatas, dengan menggunakan metode Cramer, didapat matriks sebagai berikut:

x =

A x B = C

Dari matriks diatas, dapat dilihat bahwa terdapat 3 (tiga) buah matriks, yaitu matriks A,B dan C. Dengan metode Cramer, maka langkah pertama adalah mencari nilai determinan untuk matriks A.

TAHUN X1 X2 X3 Y X12 X22 X32 X1X2 X1X3 X2X3 X1Y X2Y X3Y

2006 80,17 8,82 3,17 432,45 6.427,23 77,79 10,05 707,00 254,14 27,96 34.669,52 3.814,21 1.370,87

2007 79,57 10,34 2,59 433,42 6.331,38 106,92 6,71 822,75 206,09 26,78 34.487,23 4.481,56 1.122,56

2008 82,45 9,6 2,21 448,83 6.798,00 92,16 4,88 791,52 182,21 21,22 37.006,03 4.308,77 991,91

2009 85,23 13,97 2,64 468,32 7.264,15 195,16 6,97 1.190,66 225,01 36,88 39.914,91 6.542,43 1.236,37

2010 67,12 14,48 2,63 394,4 4.505,09 209,67 6,92 971,90 176,53 38,08 26.472,13 5.710,91 1.037,27

2011 75,6 9,52 2,83 444,56 5.715,36 90,63 8,01 719,71 213,95 26,94 33.608,74 4.232,21 1.258,11

Jumlah 470,14 66,73 16,07 2.621,98 37.041,22 772,33 43,54 5.203,65 1.257,92 177,86 206.158,6 29.090,09 7.017,08

(56)

\

Setelah didapatkan determinan untuk matriks A yaitu sebesar 14.897,55,

lalu tentukan determinan matriks A1, dengan mengganti kolom pertama pada

matriks A dengan matriks C. Sehingga didapat matriks sebagai berikut:

(57)

Setelah didapatkan determinan untuk matriks A1 yaitu sebesar

227.6393,19 , lalu tentukan determinan matriks A2, dengan mengganti kolom

kedua pada matriks A dengan matriks C. Sehingga didapat matriks sebagai

berikut:

Sehingga didapat determinan untuk matriks A2 adalah:

(58)

Setelah didapatkan determinan untuk matriks A2 yaitu sebesar 53.165,61 ,

lalu tentukan determinan matriks A3, dengan mengganti kolom ketiga pada

matriks A dengan matriks C. Sehingga didapat matriks sebagai berikut:

Sehingga didapat determinan untuk matriks A3 adalah:

(59)

Setelah didapatkan determinan untuk matriks A3 yaitu sebesar 8.961,88 ,

lalu tentukan determinan matriks A4, dengan mengganti kolom keempat pada

matriks A dengan matriks C. Sehingga didapat matriks sebagai berikut:

Sehingga didapat determinan untuk matriks A4 adalah:

Setelah didapat determinan matriks A1, A2, A3, dan A4 dapat langsung

dibagi dengan determinan matriks A untuk mendapatkan nilai b0, b1, b2, dan b3.

Sehingga didapat persamaan regresi linear bergandanya. Untuk nilai b0, b1, b2, dan

(60)

Dengan menggunakan program SPSS, dapat dilihat output untuk analisis

regresi linear bergandanya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9: Output SPSS Untuk Analisis Regresi Linear Berganda

Coefficientsa Coefficients, yang merupakan nilai koefisien untuk persamaan regresi linear berganda nya. Pada tabel, b0 dinyatakan pada baris Constant, b1, b2, dan b3,

dinyatakan dalam variabel masing-masing. Dari tabel output SPSS tersebut, dapat

(61)

= 0,602; dan b3 = variabel curah hujan = –0,802. Sehingga model persamaan

regresi linear berganda menurut output SPSS adalah : Ŷ = 152,852 + 3,568 X1 +

0,602 X2 – 0,802 X3.

4.2.3 Uji Signifikansi / Uji Kelinearan (Uji F)

Setelah model persamaan regresi linear berganda didapat, maka perlu dilakukan

pengujian pada model persamaan regresi linear berganda tersebut, apakah model

persamaan regresi linear berganda tersebut bisa diterima atau tidak. Pengujian

model regresi linear berganda tersebut dapat dilakukan dengan uji kelinearan (uji

F). Pada penelitian ini, penulis menggunakan bantuan SPSS untuk melakukan uji

signifikansi atau uji kelinearan.

Hipotesis :

H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan dan simultan antara luas lahan,

pupuk, dan curah hujan terhadap produktifitas padi sawah.

H1 : Ada hubungan yang signifikan dan simultan antara luas lahan,

pupuk dan curah hujan terhadap produktifitas padi sawah.

Untuk pengujian hipotesis pada tabel ANOVA, dapat dilakukan dengan 2

(dua) cara, yaitu dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dan dengan

membandingkan taraf signifikansi (Sig.) hitung dengan taraf signifikansi (Sig.) α

= 5% (0,05).

Kriteria pengujian:

(62)

- H0 diterima dan H1 ditolak apabila Fhitung< Ftabel

- H0 ditolak dan H1 diterima apabila Fhitung> Ftabel

b. Membandingkan taraf Sig.hitung dengan taraf Sig.0,05

- H0 diterima dan H1 ditolak apabila Sig.hitung> Sig.0,05

- H0 ditolak dan H1 diterima apabila Sig.hitung< Sig.0,05

Berikut adalah tabel ANOVA hasil output SPSS.

Tabel 4.10: Tabel ANOVA Output SPSS Untuk Uji Signifikansi

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 2491.471 3 830.490 3.106 .253a

Residual 534.790 2 267.395

Total 3026.260 5

a. Predictors: (Constant), Curah_hujan, Luas_lahan, Pupuk b. Dependent Variable: Produktivitas_padi

a. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel

Dari tabel ANOVA, dapat dilihat Fhitung yang dihasilkan dari output SPSS

adalah sebesar 3,106 yang kemudian akan dibandingkan dengan nilai Ftabel yang

dia bil dari daftar tabel distribusi F ya g e iliki kete tua sig ifika si α = 5%

(0,05); dk1 = k = 3; dan dk2 = n-k-1 = 2. Dimana:

k = banyak variabel bebas,

n = banyak pengamatan,

maka didapat nilai Ftabel sebesar 19,16.

Dari perbandingan nilai tersebut diatas, dapat dilihat bahwa Fhitung =

(63)

hubungan yang signifikan dan simultan antara luas lahan, pupuk dan curah

hujan terhadap produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat.

b. Membandingkan taraf Sig.hitung dengan taraf Sig.tabel

Dari tabel ANOVA, dapat dilihat taraf Sig.hitung yang dihasilkan oleh

output SPSS adalah sebesar 0,253 > taraf Sig.0,05 = 0,05. Sehingga H1 ditolak dan

H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan dan simultan antara

luas lahan, pupuk, dan curah hujan terhadap produktifitas padi sawah di

Kabupaten Langkat.

4.2.4 Analisis Korelasi Ganda

Setelah regresi linear ganda dihitung, selanjutnya adalah menentukan derajat

hubungan antara variabel luas lahan, pupuk dan curah hujan terhadap hasil

produktifitas padi sawah. Derajat hubungan antara variabel-variabel tersebut dapat

dihitung dengan analisis korelasi ganda. Analisis korelasi ganda adalah analisis

yang digunakan untuk melihat besarnya hubungan yang terjadi antar variabel.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan analisis korelasi Pearson (R) dengan ketentuan nilai R (-1 < R < 1), dimana nilai R = -1 menujukkan korelasi yang terjadi antar variabel adalah negatif dan sangat kuat; R = 0 menunjukkan tidak ada korelasi yang terjadi antara variabel; dan nilai R = 1 menunjukkan korelasi yang terjadi antara variabel adalah positif dan sangat kuat. Interval koefisien dari

(64)

Tabel 4.11: Interval Tingkat Hubungan pada Analisis Korelasi Pearson (R)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,190 Sangat Lemah 0,20 – 0,390 Lemah

0,40 – 0,59 Cukup Kuat 60 – 0,790 Kuat

80 – 1,000 Sangat Kuat

Besarnya nilai koefisien determinasi (R2) pada analisis korelasi dapat ditentukan

dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

R2 : Koefisien Determinasi

JKreg : Jumlah Kuadrat-kuadrat Regresi

Nilai koefisiean korelasi Pearson (R) pada korelasi linear ganda dapat diambil

dari hasil pengakaran nilai koefisien determinasi ganda (R2).

Dalam analisis korelasi linear berganda, diperlukan beberapa harga-harga

tambahan pada tabel 4.5 agar memenuhi syarat analisis korelasi linear ganda. Berikut

(65)

Tabel 4.12: Harga-Harga Yang Diperlukan Dalam Analisis Korelasi Linear Berganda

No. X1 X2 X3 Y

x1 x2 x3 y x

1y x2y x3y y2

1 80,17 8,82 3,17 432,45 1,81 -2,30 0,49 -4,55 -8,24 10,46 -2,24 20,67 2 79,57 10,34 2,59 433,42 1,21 -0,78 -0,09 -3,58 -4,34 2,80 0,32 12,79

3 82,45 9,6 2,21 448,83 4,09 -1,52 -0,47 11,83 48,44 -18,01 -5,54 140,03 4 85,23 13,97 2,64 468,32 6,87 2,85 -0,04 31,32 215,30 89,22 -1,20 981,15 5 67,12 14,48 2,63 394,4 -11,24 3,36 -0,05 -42,60 478,64 -143,05 2,06 1.814,48

6 75,6 9,52 2,83 444,56 -2,76 -1,60 0,15 7,56 -20,85 -12,11 1,15 57,20

Jumlah 470,14 66,73 16,07 2.621,98 - - - - 708,94 -70,69 -5,46 3.026,32

Rata-rata 78,36 11,12 2,68 437,00 - - - - 118,16 -11,78 -0,91 504,39

JKreg = b1 x1y + b2 x2y + b3 x3y

= 3,568 (708,94) + 0,0602 (-70,69) + (-0,802) (–5,46) = 2529,50 – 42,56 + 4,38

= 2491,32

Sehingga didapat nilai koefisien determinasi ganda (R2) adalah:

(66)

Jadi, hubungan antara variabel luas lahan, pupuk, dan curah hujan terhadap hasil

produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat pada penelitian ini dapat dijelaskan sebesar

0,823 atau 82,3 %, sisanya sebesar (100% - 82,3%) 17,7% dapat dijelaskan oleh variabel lain

diluar model penelitian.

besarnya tingkat koefisien korelasi ganda yang dinyatakan oleh R adalah sebesar (R =

R2 = 0,823) 0,907 dan bernilai positif yang berarti hubungan antara variabel luas lahan,

pupuk, dan curah hujan terhadap produktifitas padi sawah adalah sangat kuat dan searah, yakni

apabila jumlah pada variabel luas lahan, pupuk, dan curah hujan bertambah tinggi, maka jumlah

pada variabel produktifitas padi sawah juga akan bertambah tinggi.

Pada output SPSS, besarnya nilai koefisien korelasi ganda (R) dan koefisien determinasi

ganda (R2) terdapat pada tabel output Model Summary yang dihasilkan dari analisis regresi, Output SPSS tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.13: Output SPSS Untuk Analisis Korelasi

Model Summary

a. Predictors: (Constant), Curah_hujan, Luas_lahan, Pupuk

Dari output tersebut diatas, dapat kita lihat besarnya tingkat koefisien korelasi ganda

yang dinyatakan oleh R adalah sebesar 0,907 dan bernilai positif yang berarti hubungan antara

(67)

dan searah, yakni apabila jumlah pada variabel luas lahan, pupuk, dan curah hujan bertambah

tinggi, maka jumlah pada variabel produktifitas padi sawah juga akan bertambah tinggi.

Dan dari output SPSS diatas, dapat kita lihat pula besarnya tingkat koefisien determinasi

ganda yang dinyatakan dengan R Square (R2), yaitu sebesar 0,823, maka: Koefisien Determinasi Ganda (KD) = R2 x 100%

= 0,823 x 100%

= 82,3 %

Yang berarti besarnya tingkat produktifitas padi sawah di Kabupaten Langkat dapat dijelaskan

sebesar 82,3 % dipengaruhi oleh luas lahan, pupuk, dan curah hujan secara simultan/gabungan.

Dan sisanya, yaitu sebesar (100% – 82,3%) 17,7 % dipengaruhi oleh variabel lain di luar model

regresi.

4.2.4.1 Korelasi Bivariat

Uji Korelasi Bivariat ini digunakan untuk menguji adanya hubungan masing-masing variabel

bebas terhadap variabel terikatnya. Hal ini dinyatakan menurut nilai Korelasi antara lahan

terhadap produktivitas, pupuk terhadap produktivitas dan curah hujan terhadap

produktivitas.Dalam hal ini dilihat apakah hubungan masing-masing variabel bebas terhadap

variabel terikat mempunyai nilai pengaruh yang kuat,positif dan searah atau nilai yang negatif

dan berlawanan arah.

Untuk melihat nilai korelasi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat bisa dilihat

Gambar

Tabel 4.1: Luas lahan panen padi sawah didaerah Kabupaten Langkat tiap tahun.
Tabel 4.3: Jumlah dan rata-rata curah hujan yang turun didaerah Kabupaten
Tabel 4.5: Luas Lahan (X1), Pupuk (X2), Curah Hujan (X3), dan Produktifitas Padi
Tabel 4.6: Luas Lahan (X1), Pupuk (X2), Curah Hujan (X3), dan Produktifitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah jenis tumbuhan obat untuk mengobati penyakit otot dan persendian pada di Kampung Ciptarasa sebanyak 5 jenis dan Ciptagelar sebanyak 13 jenis tumbuhan obat dengan

(2-tailed)&lt;0,05, terdapat perbedaan yang signifikan antara skor posttest di kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan kata lain penggunaan mind map

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IS 2 SMA N 1 Tanjung Morawa yang berjumlah 40 orang dan objek dalam penelitian ini adalah penerapan kolaborasi

Pada proses peleburan kaca sarana yang di gunakan adalah api yang sangat panas untuk memanaskan tungku pemanas agar kaca dapat melelbur sesuai dengan suhu yang di inginkan

BEBERAPA FAKTOR YANG PdEMPENGARUHI KEMAMPUAN ME.NYIMAK DAN BERBICARA MAHASISWA JURUSAN. PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

Peran pemerintah dalam pemberdayaan untuk kebijaksanaan pengembangan usaha kerajinan dan industri rumah tangga, menyarankan industri rumah tangga untuk diselaraskan dengan

Puji dan syukur tiada henti terucap kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Bahan Ajar Berbasis Modul Cetak

Hutang adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara dioperasikan dalam perusahaan. Hutang bagi perusahaan merupakan kewajiban yang pada