• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Budaya Informasi Pada Pt.XL Axiata Tbk-Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Budaya Informasi Pada Pt.XL Axiata Tbk-Medan."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

Romatua, Junita. 2011. Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Budaya Informasi Pada Pt.XL Axiata Tbk-Medan. Medan : Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan di PT.XL Axiata Tbk-Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknologi informasi terhadap budaya informasi pada PT. XL Axiata Tbk - Medan. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perusahaan PT.XL Axiata Tbk-Medan, penulis dan peneliti berikutnya.

Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai yang bekerja pada PT.XL Axiata Tbk-Medan yang berjumlah 120 orang. Penentuan sampel dengan menggunakan rumus slovin, dengan penempatan 10 % maka diperoleh sampel sebanyak 55 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui, kuesioner, dan studi kepustakaan. Pengukran variabel yang digunakan adalah skala Likert. Interpretasi data dilakukan berdasarkan besarnya persentase jawaban dari responden.

Untuk mengetahui pengaruh teknologi informasi terhadap budaya informasi dilakukan analisis regresi linear sederhana, serta menggunakan program SPSS versi 16.0 Untuk menguji hipotesis dilakukan Uji-t dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel pada tingkat kepercayaan 90% (α = 10%).

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Yesus Kritus sang Juruslamat dan Sobat terbaik karena berkat kasih-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Budaya Informasi Pada PT.XL Axiata Tbk-Medan”.

Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua tercinta R. Harianja dan L. Pasaribu, dan juga buat saudara terkasih Rony Richardo Harianja (Abang) dan Desi Maiflina Harianja (Kakak) yang senantiasa selalu mendukung dan mendoakan penulis agar boleh memberikan yang terbaik.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasil penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik itu susunan kata demi kata maupun isinya. Untuk itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat meningkatkan kemampuan menulis dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan rasa terimasih kepada:

1. Ibu Dr. Irawati A. Kahar, M.Pd selaku ketua Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi.

2. Ibu Himma Dewiyana, ST, M.Hum selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi.

3. Ibu Hotlan Siahaan, S.Sos.,M.I.Kom selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan saran, masukan yang berguna dalam penyusunan skripsi ini dan juga semangat.

4. Bapak Drs. Belling Siregar, M.Lib selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan saran, masukan yang berguna dalam penyusunan skripsi ini dan juga semangat.

5. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

(4)

7. Bapak Tirta Perdana Purba selaku Human Resource Department (HRD) PT.XL Axiata Tbk-Medan yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh informasi demi selesainya penyusunan skripsi ini.

8. Teman satu kosku T’29 (K’Yeni, Hana, K’Lidia, Juli, K’Ida, K’Itin, K’Ita, dan K’Leli, K’Maria dan K’Duma) yang selalu mendukung penulis dan terkhusus buat K’Yeni selaku teman satu kamar, makasih buat smangat dan kesabarannya.

9. Sahabat-sahabat penulis di kampus (Anggi, Nova, Deni, Ocha, Ruth, Purnama, Ermila) yang telah bersedia menjadi sahabat penulis disepanjang kuliah terkhusus buat Anggi, penulis mengucapakan banyak terimakasih karena sudah bersedia menjadi teman baik yang selalu mendukung, mendoakan, dan mendengarkan curhatan.

10. Teman-teman stambuk 2007 semuanya dan adik-adik junior 2009 dan 2010 yang memberikan semangat untuk penulis.

11. Kakak kelompok penulis (Jelita Putri Mulia Gea) yang selalu memberikan semangat dan dukungan doa bagi penulis selama ini.

12. Adik-adik kelompok penulis Army of God (Samuel dan Ramson) yang selalu memberi semangat, doa dan karena telah menjadi adik yang baik buat penulis.

13. Sahabat-sahabat penulis yang begitu baik (Ernayati, Rosa, Rondang, Echiz, Mery, dan teman-teman yang lainnya)

14. Sepupu penulis (Novi Amelia Siregar dan Deapula Siregar) yang member semangat dan selalu membuat penulis tersenyum.

15. Bang Yudi selaku administrasi Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang telah membantu.

Akhirnya penulis berharap dan berdoa semoga Tuhan melimpahkan kasihNya kapada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skiripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Medan, April 2011

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ……….. ii

DAFTAR ISI ………... iv

DAFTAR TABEL ………... vii

DAFTAR GAMBAR ………... ix

DAFTAR LAMPIRAN ……… x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………. 1

1.2 Rumusan Masalah ………... 3

1.3 Tujuan Penelitian ……… 3

1.4 Manfaat Penelitian ……….. 3

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ………... 3

1.6 Hipotesis ………. 4

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Teknologi Informasi ………... 4

2.1.1 Pengertian Teknologi Informasi ………... 4

2.1.2 Tujuan dan Fungsi Teknologi Informasi ……... 5

2.1.3 Komponen-Komponen Teknologi Informasi …... 6

2.1.4 Peranan Teknologi Informasi Bagi Perusahaan ... 7

2.2 Budaya Informasi ……….. 9

2.2.1 Pengertian Budaya Informasi ………... 9

2.2.2 Tujuan Budaya Informasi ………. 11

2.2.3 Model Budaya Informasi ……….. 12

2.2.4 Pengaruh Budaya Informasi ………. 13

2.2.5 Perilaku dan Nilai Informasi ……… 16

2.3 Informasi ………... 17

(6)

2.3.2 Siklus Informasi ……… 17

2.3.3 Kualitas Informasi ………. ……... 18

2.3.4 Manfaat Informasi ………... 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ……… 21

3.2 Lokasi Penelitian ……….. 21

3.3 Populasi dan Sampel ………... 21

3.3.1 Populasi ………... 21

3.3.2 Sampel ………. 22

3.4 Teknik Pengumpulan Data ………... 23

3.5 Jenis dan Sumber Data ………. 24

3.6 Instrumen Penelitian ……… 24

3.7 Kisi-Kisi Kuesioner ………....………. 24

3.8 Skala Pengukuran Variabel ……….. 26

3.9 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ……... 26

3.9.1 Uji Validitas Instrumen ………... 26

3.9.2 Uji Reliabilitas Instrumen ………... 27

3.10 Analisis Data ………. 27

3.10.1 Analisis Deskriptif ………. 28

3.10.2 Metode Analisis Statistik ……… 28

3.10.2.1 Analisis Regresi Linear Sederhana …. 28 3.10.2.2 Uji Parsial (Uji-t) ………... 28

3.10.2.3 Koefisien Determinasi (R2) ………… 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Validitas Instrumen dan Reliabilitas ……… 31

4.1.1 Pengujian Validitas Instrumen ………. 31

4.1.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen ………. 33

4.2 Analisis Deskriptif ……… 34

(7)

4.2.1.1 Tanggapan Responden Terhadap Fungsi

Teknologi Informas ……… 34

4.2.1.2 Tanggapan Responden Terhadap Komponen Teknologi Informasi ………... 38

4.2.1.3 Tanggapan Responden Terhadap Peranan Teknologi Informasi ……… 39

4.2.2 Penjelasan Responden Terhadap Budaya Informasi (Y) ……… 42

4.2.2.1 Tanggapan Responden Terhadap Perilaku dan Nilai Budaya Informasi ……… 43

4.2.2.2 Tanggapan Responden Terhadap Tujuan Budaya Informasi ………. 47

4.2.2.3 Tanggapan Responden Terhadap Pengaruh Budaya Informasi ………. 48

4.3 Analisis Statistik ………..………. 51

4.3.1 Uji Validitas Instrumen ……… 51

4.3.2 Uji Reliabilitas Instrumen ……… 53

4.4 Pengujian Persyaratan Analisis ………. 54

4.4.1 Uji Normalitas Data ………. 54

4.5 Metode Regresi Linier Sederhana ………. 55

4.6 Pengujian Hipotesis ………... 56

4.6.1 Uji Pengaruh Secara Parsial (Uji-t) ……….. 56

4.6.2 Identifikasi Determinan ……… 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……… 58

5.2 Saran ………. 58

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

(9)

Tabel 4.26 : Distribusi Frekuensi Pengaruh Budaya Informasi ……. 51 Tabel 4.27 : Uji Validitas Variabel Teknologi Informasi (X) …….. 52 Tabel 4.28 : Uji Validitas Variabel Budaya Informasi (Y)…………. 53 Tabel 4.29 : Uji Reliabilitas Instrumen ……… 54 Tabel 4.30 : Hasil Uji Statistik Koefisien Regresi Linear Coefficients

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian ……… 62

Lampiran 2 : Hasil Validitas dan Reliabilitas ……… 65

Lampiran 3 : Rekapitulasi Jawaban Responden ……… 69

Lampiran 4 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden ……… 72

Lampiran 5 : Analisis Koefisien Regresi dan Koefisien Determinasi (R2) 77 Lampiran 6 : Tabel Distribusi Responden (t) ……… 79

Lampiran 7 : Tabel Nilai-Nilai r Product Moment ……… 84

(12)

ABSTRAK

Romatua, Junita. 2011. Pengaruh Teknologi Informasi Terhadap Budaya Informasi Pada Pt.XL Axiata Tbk-Medan. Medan : Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan di PT.XL Axiata Tbk-Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknologi informasi terhadap budaya informasi pada PT. XL Axiata Tbk - Medan. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perusahaan PT.XL Axiata Tbk-Medan, penulis dan peneliti berikutnya.

Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai yang bekerja pada PT.XL Axiata Tbk-Medan yang berjumlah 120 orang. Penentuan sampel dengan menggunakan rumus slovin, dengan penempatan 10 % maka diperoleh sampel sebanyak 55 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui, kuesioner, dan studi kepustakaan. Pengukran variabel yang digunakan adalah skala Likert. Interpretasi data dilakukan berdasarkan besarnya persentase jawaban dari responden.

Untuk mengetahui pengaruh teknologi informasi terhadap budaya informasi dilakukan analisis regresi linear sederhana, serta menggunakan program SPSS versi 16.0 Untuk menguji hipotesis dilakukan Uji-t dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel pada tingkat kepercayaan 90% (α = 10%).

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan ini terasa semakin cepat karena dipacu oleh adanya kemudahan pada penyebarluasan informasi baik melalui media cetak maupun melalui jaringan komputer atau internet. Perkembangan teknologi informasi menyebabkan tingkat pemanfaatan teknologi informasi semakin meningkat.

Dewasa ini hampir seluruh aspek kehidupan sudah menggunakan teknologi informasi dalam setiap aktivitasnya. Hal ini disebabkan karena mengingat teknologi informasi memegang peranan yang sangat penting di dalam memajukan kinerja. Salah satu bidang yang sudah menerapkan teknologi dalam aktivitasnya adalah perusahaan atau organisasi. Pemanfaatan teknologi informasi pada perusahaan disebabkan karena perusahaan sadar bahwa tanpa memiliki teknologi informasi yang cukup canggih, sulit di alam kompetisi global ini untuk dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar dari manca negara yang mulai banyak mengadu untung di tanah air. Namun salah mengidentifikasikan kebutuhan sistem pun akan menjadi bumerang bagi organisasi yang bersangkutan.

Bagi suatu perusahaan atau organisasi, teknologi informasi memegang peranan yang sangat penting untuk meningkatkan efesiensi suatu perusahaan. Teknologi informasi yang digunakan oleh perusahaan atau organisasi secara langsung akan berpengaruh terhadap rancangan atau desain struktur organisasi departemen, divisi atau unit terkait dengan sistem informasi dan manajemen informasi. Selain itu teknologi informasi juga akan mempengaruhi cara pandang perusahaan terhadap informasi, dan cara mereka di dalam mendapatkan dan mengolah informasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

(14)

yang dihasilkan berdasarkan fakta. Data tersebut dikomunikasikan dan disebarluaskan kepada orang lain yang kemudian menjadi informasi.

Budaya Informasi sering digambarkan dalam bingkai teknologi informasi (TI). Banyak eksekutif berpikir bahwa untuk memecahkan semua masalah informasi adalah dengan membeli peralatan IT. Pokoknya, manajemen informasi yang efektif adalah bagaimana orang menggunakan informasi, bukan mesin. TI merupakan bagian dari budaya informasi, tetapi ada peran interaktif TI dan budaya informasi.

XL adalah salah satu perusahaan telekomunikasi terkemuka di Indonesia. Mulai beroperasi secara komersial sejak 8 oktober 1996. XL saat ini adalah penyedia layanan seluler dengan jaringan yang luas dan berkualitas di seluruh Indonesia bagi pelanggan ritel (Consumer Solutions) dan solusi bagi pelanggan korporat (Business Solutions). Perusahaan ini menggunakan komputer, alat telekomunikasi dalam aktivitas kerjanya dan XL satu-satunya operator yang memiliki jaringan serat optic yang luas. XL telah meluncurkan XL 3G pada 21 September 2006, layanan telekomunikasi selular berbasis 3G pertama yang tercepat dan terluas di Indonesia. XL dimiliki secara mayoritas oleh Axiata Group Berhad (“Axiata Group”) melalui Axiata Investments (Indonesia) Sdn Bhd (dahulu Indocel Holding Sdn Bhd) (66,7%) dan sisanya Emirates Telecomunications Corporation (Etisalat) melalui Etisalat International Indonesia Ltd. (13,3%) serta public (20%). Berdasarkan observasi awal, penulis melihat bahwa penerapan teknologi informasi pada perusahaan ini digunakan di dalam setiap aktivitas pekerjaan yang dapat mempengaruhi budaya informasi dalam perusahaan ini.

(15)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini, yaitu : “Apakah terdapat pengaruh teknologi informasi terhadap budaya informasi pada PT. XL Axiata Tbk - Medan?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknologi informasi terhadap budaya informasi pada PT. XL Axiata Tbk - Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini, yaitu : 1. Bagi perusahaan

Sebagai masukan untuk meningkatkan kinerja PT. XL Axiata Tbk – Medan. 2. Bagi penulis

Sebagai bahan masukan untuk mengetahui tentang pengaruh teknologi informasi terhadap budaya informasi pada PT. XL Axiata Tbk – Medan.

3. Bagi peneliti berikutnya

Sebagai bahan referensi untuk membantu penelitian-penelitian berikutnya yang berkaitan dengan pengaruh teknologi informasi terhadap budaya informasi.

1.5 Hipotesis

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teknologi Informasi

2.1.1 Pengertian Teknologi Informasi

Teknologi Informasi (TI) dilihat dari kata penyusunnya adalah teknologi dan informasi. Kata teknologi bermakna pengembangan dan penerapan berbagai peralatan atau sistem untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari, kata teknologi berdekatan artinya dengan istilah tata cara. Menurut Azmi, Yan (2009: 2), “informasi adalah data yang diproses kedalam bentuk yang lebih berarti bagi penerima dan berguna dalam pengambilan keputusan, sekarang atau untuk masa yang akan datang”. Untuk lebih jelasnya berikut ini penulis kemukakan beberapa defenisi mengenai teknologi informasi.

Menurut McKeown yang dikutip oleh Suyanto (2005: 3), “teknologi informasi merujuk pada seluruh bentuk teknologi yang digunakan untuk menciptakan, menyimpan, mengubah dan menggunakan informasi dalam segala bentuknya”.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Williams dan saywer yang dikutip oleh Seesar (2010: 6), bahwa “teknologi informasi merupakan sebuah bentuk umum yang menggambarkan setiap teknologi yang membantu menghasilkan, memanipulasi, menyimpan, mengkomunikasikan dan atau menyampaikan informasi”.

Sedangkan menurut Ishak (2008: 87), “teknologi informasi adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari pengirim ke penerima sehingga pengiriman informasi akan lebih cepat, lebih luas sebarannya, dan lebih lama penyimpanannya”.

Selain pendapat di atas, Information Technology Association of America

(17)

Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa teknologi informasi adalah suatu kombinasi antara teknologi komputer dan teknologi komunikasi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan ,memanipulasi data dengan mendalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan.

2.1.2 Tujuan dan Fungsi Teknologi Informasi

Teknologi informasi dewasa ini menjadi hal yang sangat penting karena sudah banyak organisasi yang menerapkan teknologi informasi untuk mendukung kegiatan organisasi. Penerapan teknologi informasi pada tiap perusahaan atau organisasi tentunya memiliki tujuan yang berbeda karena penerapan TI pada suatu organisasi adalah untuk mendukung kepentingan usahanya. Adapun yang menjadi tujuan dari adanya teknologi informasi menurut Sutarman (2009: 17), “untuk memecahkan masalah, membuka kreativitas, dan meningkatkan efektivitas dan efesiensi dalam melakukan pekerjaan”.

Sedangkan Fungsi Teknologi Informasi menurut Sutarman (2009: 18) ada enam fungsi, yaitu :

1. Menangkap (Capture) 2. Mengolah (Processing)

Mengkompilasikan catatan rinci dari aktivitas, misalnya menerima

input dari keyboard, scanner, mic dan sebagainya.

Mengolah/memproses data masukan yang diterima untuk menjadi informasi. pengolahan/pemrosesan data dapat berupa konversi (pengubahan data kebentuk lain), analisis (analisis kondisi), perhitungan (kalkulasi), sintesis (penggabungan) segala bentuk data dan informasi.

a. Data processing, memproses dan mengolah data menjadi suatu informasi.

b. Information processing, suatu aktivitas computer yang memproses

dan mengolah suatu tipe/bentuk dari informasi dan mengubahnya menjadi tipe/bentuk yang lain dari informasi.

c. Multimedia system, suatu system komputer yang dapat memproses

(18)

Menghasilkan atau mengorganisasikan informasi ke dalam bentuk yang berguna. Misalnya : laporan, tabel, grafik dan sebagainya.

4. Menyimpan (Storage)

Merekam atau menyimpan dan informasi dalam suatu media yang dapat digunakan untuk keperluan lainnya. Misalnya disimpan ke

harddisk, tape, disket, compact disc (CD) dan sebagainya.

5. Mencari kembali (Retrieval)

Menelusuri, mendapatkankembali informasi atau menyalin (copy) data dan informasi yang sudah tersimpan, misalnya mencari supplier yang sudah lunas dan sebagainya.

6. Transmisi (Transmission)

Mengirimkan data dan informasi dari suatu lokasi ke lokasi lain melalui jaringan computer. Misalnya mengirimkan data penjualan dari

user A ke user lainnya dan sebagainya.

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa teknologi informasi memiliki tujuan dan fungsi yang berbeda bagi suatu perusahaan dan itu semua tergantung pada bidang usaha masing-masing perusahaan.

2.1.3 Komponen-Komponen Teknologi Informasi

Komponen teknologi informasi merupakan sub sistem yang terbentuk sehubungan dengan penggunaan teknologi informasi. Menurut Seesar (2010: 6) teknologi informasi terdiri dari 3 (tiga) komponen utama yang terdiri dari :

1. Perangkat keras (hardware)

Merupakan perangkat fisik yang membangun sebuah teknologi informasi. Contohnya : monitor, keyboard, mouse, printer, harddisk, memori, mikroprosesor, CD-ROM, kabel jaringan, antenna telekomunikasi, CPU, dan peralatan I/O.

2. Perangkat lunak (software)

Merupakan program yang dibuat untuk keprluan khusus yang tersusun atas program yang menentukan apa yang harus dilakukan oleh komputer. Perangkat lunak dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Perangkat lunak sistem, merupakan perangkat lunak yang dibuat khusus untuk dapat mengontrol semua perangkat keras, sehingga semua perangkat keras teknologi informasi dapat bekerja dengan kompak sebagai sebuah sistem yang utuh. Misalnya : Sistem Operasi Window, Linux, Unix, OS/2, dan FreeBSD.

b. Perangkat lunak bahasa pemrograman, merupakan perangkat lunak yang dapat digunakan untuk membuat program aplikasi maupun perangkat lunak sistem. Misalnya: Visual Basic, Delphi, Turbo C, Fortran, Cobol, Turbo Assembler, dan Java.

(19)

Player, Winamp, Real Player. Untuk keperluan aplikasi perkantoran: ada Microsoft Office dan Open Office yang terdiri atas beberapa program untuk berbagai keperluan seperti pengolahan kata, angka, data dan presentasi.

3. Manusia ( brainware )

Merupakan personel-personel yang terlibat langsung dalam pemakaian komputer, seperti Sistem Analis, Web Master, Web Disigner, Animator, Programmer, Operator, User dan lain-lain. Terdapat berbagai peran yang dapat dilakukan manusia dalam bagian sistem komputer, antara lain :

a. Analis sistem, berperan melakukan analisis terhadap masalah yang dihadapi, serta merancang solusi pemecahannya dalam bentuk program komputer.

b. Programmer, berperan menerjemahkan rancangan yang dibuat analis kedalam bahasa pemrograman sehingga solusi dapat dijalankan komputer.

c. Operator berfungsi menjalankan komputer berdasarkan instruksi yang diberikan.

d. Teknisi, bertugas merakit atau memelihara perangkat keras komputer, dan lain-lain.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa komponen teknologi informasi terdiri dari satu kesatuan yang saling ketergantungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

2.1.4 Peranan Teknologi Informasi Bagi Perusahaan

Peranan teknologi informasi bagi perusahaan sangatlah penting. Teknologi informasi berperan penting untuk meningkatkan kualitas informasi dan juga sebagai alat bantu maupun strategi yang tangguh untuk mengintegrasikan dan mengolah data dengan cepat dan akurat serta untuk penciptaan produk layanan baru sebagai daya saing untuk menghadapi kompetisi. Selain itu teknologi informasi juga berperan penting bagi perusahaan untuk mengefisiensi waktu dan biaya yang secara jangka panjang akan memberikan keuntungan ekonomis yang sangat tinggi.

(20)

fungsi dan perannya lebih komprehensif dan lebih luas terkait pada visi, misi dan tujuan perusahaan.

Peran teknologi informasi bagi suatu perusahaan dapat dilihat dengan menggunakan kategori yang diperkenalkan oleh G.R. Terry yang dikutip oleh Perdana (2009: 3), ada 5 peranan mendasar teknologi informasi di suatu perusahaan, yaitu:

1. Fungsi Operasional akan membuat struktur organisasi menjadi lebih ramping telah diambil alih fungsinya oleh teknologi informasi. Karena sifat penggunaannya yang menyebar di seluruh fungsi organisasi, unit terkait dengan manajemen teknologi informasi akan menjalankan fungsinya sebagai supporting agency dimana teknologi informasi dianggap sebagai sebuah firm infrastructure.

2. Fungsi Monitoring and Control mengandung arti bahwa keberadaan teknologi informasi akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan aktivitas di level manajerial embedded di dalam setiap fungsi manajer, sehingga struktur organisasi unit terkait dengannya harus dapat memiliki span of control atau peer relationship yang memungkinkan terjadinya interaksi efektif dengan para manajer di perusahaan terkait.

3. Fungsi Planning and Decision mengangkat teknologi informasi ke tataran peran yang lebih strategis lagi karena keberadaannya sebagai

enabler dari rencana bisnis perusahaan dan merupakan sebuah

knowledge generator bagi para pimpinan perusahaan yang dihadapkan

pada realitas untuk mengambil sejumlah keputusan penting sehari-harinya. Tidak jarang perusahaan yang pada akhirnya memilih menempatkan unit teknologi informasi sebagai bagian dari fungsi perencanaan dan/atau pengembangan korporat karena fungsi strategis tersebut di atas.

4. Fungsi Communication secara prinsip termasuk ke dalam firm infrastructure dalam era organisasi moderen dimana teknologi informasi ditempatkan posisinya sebagai sarana atau media individu perusahaan dalam berkomunikasi, berkolaborasi, berkooperasi, dan berinteraksi.

5. Fungsi Interorganisational merupakan sebuah peranan yang cukup unik karena dipicu oleh semangat globalisasi yang memaksa perusahaan untuk melakukan kolaborasi atau menjalin kemitraan dengan sejumlah perusahaan lain. Konsep kemitraan strategis atau partnerships berbasis teknologi informasi seperti pada implementasi Supply Chain Management atau Enterprise Resource Planning membuat perusahaan melakukan sejumlah terobosan penting dalam mendesain struktur organisasi unit teknologi informasinya. Bahkan tidak jarang ditemui perusahaan yang cenderung melakukan kegiatan pengalihdayaan atau

outsourcing sejumlah proses bisnis terkait dengan manajemen

(21)

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa suatu teknologi informasi dapat berperan di dalam berberapa fungsi yaitu fungsi operasional, fungsi monitoring dan kontrol, fungsi planning and decision, fungsi communication dan fungsi interorganisational.

2.2 Budaya Informasi

2.2.1 Pengertian Budaya Informasi

Budaya perusahaan kini dianggap sebagai konsep penting dalam manajemen organisasi. Banyak penelitian menunjukkan bahwa budaya perusahaan memberikan dampak yang signifikan terhadap kriteria ekonomi jangka panjang. Perkembangan riset tentang budaya kini menjadi lebih spesitik masuk ke dalam aktifitas- aktititas penting dalam bisnis. Kotter dan Hessket dalam Suroso (1998: 1) menyatakan bahwa, “budaya perusahaan diperkirakan akan menjadi satu faktor yang semakin penting dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan dalam dasawarsa mendatang”. Peran kritis budaya akan semakin terlihat ketika perusahaan berusaha menyempurnakan operasinya sebagai respon terhadap perubahan lingkungan ekonomi, politik, dan teknologi

Budaya informasi adalah bagian dari budaya organisasi secara keseluruhan. Menurut Ginman yang dikutip oleh Widen-Wulff (2000: 6) menyatakan bahwa, “valuation and attitudes towards information are depending on the organisation's situation and personal attitudes, the information profile must be confirmed so that the executive becomes aware of the importance of the information”.

Budaya informasi harus meresap ke dalam jiwa masing-masing individu jika ingin perusahaan dimana mereka bekerja meningkat kinerjanya dari hari ke hari. Berikut ini penulis mengemukakan beberapa defenisi mengenai teknologi informasi.

Menurut Ginman yang dikutip oleh Choo, dkk (2008: 2),

(22)

Pendapat di atas dapat diartikan sebagai berikut, budaya informasi sebagai budaya di mana transformasi sumber daya intelektual dijaga bersama transformasi sumber daya material. Sumber daya utama untuk tipe transformasi adalah berbagai jenis pengetahuan dan informasi.

Sedangkan menurut Max Boisot dalam bukunya “information and Organisations” mengemukakan bahwa, “budaya informasi sebagai suatu sistem kondusif yang mendukung terjadinya perilaku pertukaran informasi antar individu maupun kelompok di dalam organisasi”.

Pendapat lain dikemukakan oleh Marchand yang dikutip oleh Suroso (1998: 1) bahwa, “budaya informasi adalah mencakup nilai-nilai sikap dan perilaku yang mempengaruhi orang dalam perusahaan tersebut di dalam segenap cara pandang mengumpulkan, mengorganisasi, memproses, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi”.

Sedangkan Curry dan Moore yang dikutip oleh Choo, dkk (2008: 2) berpendapat bahwa,

A culture in which the value and utility of information in achieving operational and strategic success is recognised, where information forms the basis of organizational decision making and Information Technology is readily exploited as an enabler for effective Information Systems.

Pendapat di atas dapat diartikan sebagai berikut, sebuah budaya yang nilai dan kegunaan informasi dalam mencapai kesuksesan operasional dan strategis diakui, dimana informasi menjadi dasar suatu pengambilan keputusan organisasi dan teknologi informasi siap dimanfaatkan sebagai sebuah kemungkinan untuk sistem informasi yang efektif.

Pendapat lain yang menjelaskan pengertian budaya informasi dikemukakan oleh Suroso (1998: 2) yang menjelaskan defenisi budaya informasi berdasarkan fungsi manajer untuk pembentukan strategi dan pengimplementasian perubahan :

Budaya Fungsional : Manajer menggunakan informasi sebagai cara untuk mempengaruhi orang lain.

Budaya Berbagi : Manajer dan pegawai saling percaya untuk berbagi informasi dalam upaya peningkatan kinerja mereka. Budaya Mencari : Manajer dan pegawai menggunakan informasi untuk

(23)

mereka dapat berubah untuk memenuhi tantangan masa depan.

Budaya Menemukan : Manajer dan pegawai terbuka terhadap cara berfikir baru dalam menghadapi krisis dan siap melakukan perubahan radikal untuk pencapaian tujuan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa budaya informasi merupakan sikap atau perilaku yang mempengaruhi individu atau kelompok dalam suatu perusahaan di dalam segenap cara pandangnya terhadap informasi, baik itu cara pandang mengumpulkan, mengorganisasi, memproses, menggunakan atau mengkomunikasikan informasi dan yang mempengaruhi suatu perusahaan di dalam pengambilan suatu keputusan.

2.2.2 Tujuan Budaya Informasi

Budaya informasi memiliki arah dan tujuan yang jelas untuk membantu setiap individu ataupun organisasi untuk pengambilan kebijakan strategis dan implementasi perubahan. Suroso yang dikutip oleh Ginting (2010: 7) menjelaskan tujuan informasi ke dalam empat tantangan sebagai berikut :

1. Mereka harus memperlakukan informasi dan pengetahuan sebagai aset yang tampak (visible asset), padahal selama ini informasi dianggap sebagai aset yang tak tampak (invisible assets)

2. Mereka tidak boleh menganggap bahwa infranstruktur teknologi informasi akan memecahkan masalah ini dalam budaya dan perilaku informasi yang ada. Meskipun, misalnya jaringan komputer dan komunikasi memberikan alat untuk menggunakan informasi dan pengetahuan untuk keunggulan kompetitif, bagaimana dan kenapa karyawan menggunakan informasi tersebut akan menjadi lebih penting. 3. Pekerja berpendidikan tinggi akan lebih bias menyesuaikan diri

terhadap sikap-sikap manajerial yang mempengaruhi bagaimana cara informasi dan pengetahuan digunakan. Mereka akan lebih mudah untuk mengenali perilaku informasi yang merusak atau perilaku informasi yang diluar nilai budaya dan tujuan bisnis perusahaan.

4. Perusahaan yang paling pertama dalam industrinya mengaitkan budaya informasi kepada strategi bisnis dan pasarnya akan mendapatkan keunggulan kompetitif.

(24)

2.2.3 Model Budaya Informasi

Berdasarkan hasil riset Indrajit (2005: 5), yang diilhami dengan teori Max Boisot, Justin Keen menemukan adanya 5 (lima) jenis model struktur manajemen informasi yang sangat dipengaruhi oleh budaya informasi perusahaan terkait. Adapun kelima model tersebut beserta karakteristiknya dapat dilihat pada tabel dan uraian berikut :

Tabel 2.1 Model Budaya Informasi

Model Characteristics Technocratic

Utopianism

A heavily technical approach to information

management, stressing categorization and modeling of an organisation’s full information assets, which heavily reliance on emerging technologies

Anarchy No overall information policy, leaving individuals to obtain and manage their information

Feudalism Information is managed by individual functions or departments, which define their own information needs and report only limited information to the center

Dictatorship The board defines information categories and reporting structures, and may not willingly share information with

the wider organisation

Federalism Information management is based on concensus and negotiation about information flows

1. Technocratic Utopianism merupakan suatu sistem dimana organisasi secara ketat, detail, dan konsisten mengatur penciptaan, distribusi, dan penggunaan setiap kategori informasi yang ada di perusahaan. Demi kelancaran proses penyebaran informasi, disusunlah sejumlah prosedur dan standar yang harus dipatuhi oleh setiap individu di dalam menggunakan beragam perangkat teknologi informasi dan komunikasi. Dengan kata lain, setiap individu di dalam organisasi ini haruslah “information technology literate” karena teknologi dan informasi telah menjadi asset berharga yang tak terpisahkan dengan keberadaan perusahaan. Dalam format ini biasanya terdapat sebuah unit teknologi informasi yang bertugas “menjamin” tercapainya suasana budaya informasi yang ketat dan “by the book” (sesuai aturan yang disepakati).

(25)

mengurus kebutuhan informasinya masing-masing, sesuai dengan peranan, tugas, dan tanggung jawabnya di dalam organisasi. Perusahaan hanyalah menyediakan teknologi dan jalur akses terhadap berbagai sumber informasi terkait dengan bisnis perusahaan, baik yang sifatnya internal maupun eksternal. Tentu saja dalam kerangka tersebut tidak akan ditemukan unit organisasi yang mengurusi manajemen informasi, karena perusahaan biasanya menyerahkan hak penyediaan infrastruktur informasi dan komunikasi ke pihak ketiga melalui cara

outsourcing.

3. Feudalism terjadi apabila kebutuhan dan tata kelola manajemen informasi dipegang atau “dimonopoli” oleh satu atau beberapa fungsi organisasi khusus. Unit-unit organisasi inilah yang menentukan model, kategori, dan standar informasi yang perlu dikelola oleh perusahaan dan merekalah yang akan menyediakannya bagi seluruh individu yang ada. Dalam format kerangka ini, biasanya para individu dan unit lainnya akan sangat bergantung dengan divisi atau departemen teknologi informasi yang dimaksud.

4. Dictatorship menempatkan posisi para pimpinan perusahaan atau yang biasa disebut sebagai Dewan Direksi sebagai pihak yang memutuskan dan mengontrol keberadaan informasi di perusahaan. Dewan inilah yang akan menentukan tipe dan jenis informasi yang dibutuhkan perusahaan, siapa saja yang boleh memperoleh dan mengaksesnya, sampai dengan struktur kontrol dan pelaporan manajemen terkait dengannya. Ada atau tidaknya unit yang bertanggung jawab terhadap teknologi informasi sangat ditentukan oleh keputusan dewan tersebut. 5. Federalism dipandang sebagai sebuah sistem manajemen yang cukup

“demokratis” karena sejumlah pihak yang berkepentingan mengadakan “konsensus” bersama mengenai tata kelola informasi yang ada dan mengalir di perusahaan. Bentuk konsensus yang dimaksud dapat bermacam-macam, mulai yang sangat formal seperti kesepakatan membentuk suatu unit atau komunitas khusus di masing-masing fungsinya, sampai dengan yang informal seperti pembentukan Dewan Perwakilan Users.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa ada 5 model budaya informasi dimana model budayanya ditentukan oleh kebijakan suatu perusahaan.

2.2.4. Pengaruh Budaya Informasi

(26)

sepakat bahwa budaya informasi merupakan suatu elemen yang penting dalam pembentukan strategi dan pengimplementasian perubahan.

Menurut Orna yang dikutip oleh Choo, dkk(2008: 2) menyatakan bahwa, “The information culture in organizations has a decisive influence on how information products [resources and services] are managed, and how effective they are”.

Pendapat Orna di atas menjelaskan bahwa, budaya informasi merupakan suatu elemen budaya organisasi yang mempengaruhi manajemen dan penggunaan informasi. Dengan demikian, budaya informasi diwujudkan dalam nilai-nilai organisasi, norma, dan praktek yang berdampak pada informasi yang dirasakan, dibuat dan digunakan. Nilai adalah keyakinan yang dipegang tentang peran dan kontribusi informasi kepada organisasi, serta prinsip-prinsip yang mendefinisikan bagaimana informasi harus dibuat dan digunakan. Norma adalah aturan atau standar yang diterima secara sosial yang mendefinisikan tentang perilaku informasi yang normal atau diharapkan dalam organisasi. Norma dapat eksplisit atau implisit. Praktek Informasi adalah pengamatan pola kerja yang stabil dan keterhubungan yang link orang, informasi, dan teknologi dalam pelaksanaan kerja organisasi sosial.

Sehubungan dengan hal di atas Marchand yang dikutip oleh Suroso (1998: 2) menyatakan bahwa, ada empat budaya informasi masing-masing mempengaruhi cara orang menggunakan informasi dan merefleksikan kepentingan pimpinan organisasi untuk manggunakan informasi dalam mencapai sukses atau menghindari kegagalan, yaitu :

(a) Budaya fungsional

Dalam budaya fungsional, informasi digunakan sebagai cara untuk mempengaruhi orang lain. Budaya ini diasosiasikan dengan perusahaan yang beroperasi dalam hirarki komando dan kontrol dimana pembagian fungsional tenaga kerja didorong oleh pendekatan kebutuhan untuk mengetahui. Perilaku informasi yang diasosiasikan dengan budaya ini adalah kontrol. Kata kontrol disini bukan dimaksudkan sebagai suatu hal yang negatif. Banyak aktifitas perusahaan yang harus dikontrol mulai dari keuangan sampai pembelian. Tetapi masalahnya adalah apakah kontrol merupakan aspek positit dari budaya perusahaan itu atau apakah kontrol tersebut melahirkan infieksibiiitas dan perilaku inward-looking

(27)

Budaya berbagi (sharing) informasi yaitu budaya dimana manajer dan pegawainya cukup saling percaya untuk berbagi informasi guna menyesuaikan dan meningkatkan proses dan kinerjanya. Berbagi informasi yang terbuka tentang kegagaian aktual maupun potensial sangat panting untuk penyelesaian masalah dan penyesuaian untuk perubahan. Banyak perusahaan gagal menerapkan TQM (Total Quality Management) atau BPFt (Business Process reengineering) karena pada saat yang sama mereka mang hukum pegawaiinya yang mengungkapkan kegagalan atau kesalah'an. Padahal dalam TOM dan BPFI diperlukan saling tukar informasi kesalahan untuk perbaikan terus menerus. Beberapa perusahaan mendapatkan bahwa berbagi informasi antar tim, fungsi, pelanggan dan pemasok, dapat membantu memecahkan masalah dan memperbaiki proses dan produk.

(c) Budaya mencari (inquiring)

Budaya mencari (inquiring) yaitu jika manajer dan pegawai berusaha meningkatkan pemahaman mereka terhadap kecenderungan yang terjadi di masa depan dan menentukan bagaimana mereka dapat berubah untuk memenuhi tantangan rnasa depan. Perilaku informasi yang dominan adalah antisipasi. Dalam banyak perusahaan “budaya mencari" sudah cukup ada dalam kantung-kantung seperti pelayanan konsumen, riset pasar, intelijen persaingan, penilaian teknologi, dan litbang. Akan tetapi dalam beberapa jenis perusahaan lain, seperti semi konduktor dan pembuat perangkat lunak, kondisi demikian saja tidak cukup karena perubahan yang sangat turbulen dalam industri tersebut.

(d) Budaya menemukan (discovering)

Budaya menemukan (discovery), yaitu kondisi dimana manajer dan karyawan terbuka terhadap cara berpikir baru tentang krisis dan perubahan radikal. Perusahaan seperti ini sengaja membuang cara berpikir lama dan mencari perspektif dan Ede-ide baru dengan tuiuan menciptakan produk dan jasa yang mendefinisikan kembali peluang kompetisi terhadap pasar dan industri. Perusahaan-perusahaan seperti ini dak sekedar berantisigasi atau beradaptasi tapi aktif membentuk basis Kompetisinya. Budaya ini tidak lagi ada dalam beberapa kantung di perusahaan tapi telah menjadi bagian integral dari seluruh strateginya.

(28)

2.2.5 Perilaku dan Nilai Informasi

Budaya informasi di dalam konteks organisasi, nilai-nilai dan sikap cenderung dibentuk oleh interaksi di dalam dan di berbagai lapisan dari budaya organisasi-nasional, kerja dan perusahaan.

Menurut Marchand, Kettinger, dan Rollins yang dikutip oleh Choo, dkk (2008: 794), “Perilaku dan nilai informasi adalah kemampuan untuk membangkitkan dan mengembangkan perilaku dan nilai-nilai pada orang untuk mengefektifkan penggunaan informasi”.

Selain pendapat di atas Marchand yang dikutip oleh Choo, dkk (2008: 794) menyatakan bahwa ada enam perilaku informasi dan nilai yang diidentifikasi untuk karakteristik budaya informasi suatu perusahaan, yaitu :

1. Integritas informasi didefinisikan sebagai penggunaan informasi secara penuh kepercayaan dan berprinsip pada tingkat individu dan organisasi.

2. Formalitas informasi adalah kemauan untuk menggunakan dan percaya pada informasi dilembagakan atas sumber informal.

3. Pengontrolan informasi adalah sejauh mana informasi tentang kinerja terus disampaikan kepada masyarakat untuk mengelola dan memantau kinerja mereka. Manajer menggunakan informasi untuk memantau dan mengendalikan kegiatan operasional dan keputusan untuk mencapai strategi yang dimaksudkan dan meningkatkan kinerja bisnis.

4. Transparansi informasi didefinisikan sebagai keterbukaan dalam pelaporan dan penyajian informasi mengenai kesalahan dan kegagalan, sehingga memungkinkan anggota untuk belajar dari kesalahan.

5. Berbagi informasi adalah kemauan untuk memberikan orang lain dengan informasi dengan cara yang tepat dan kolaboratif. Perilaku ini dengan baik diakui oleh manajer senior, terutama yang berkaitan dengan berbagi informasi internal.

6. Proactiveness adalah perhatian aktif untuk berpikir tentang cara mendapatkan dan menerapkan informasi baru dalam rangka merespon dengan cepat terhadap perubahan bisnis dan untuk mempromosikan inovasi dalam produk dan jasa.

(29)

2.3 Informasi

2.3.1 Pengertian Informasi

Informasi memiliki arti yang beragam. Banyak yang memberikan pengertian tentang informasi. sebenarnya semuanya tergantung kepada bidang ilmu yang mengkajinya. Menurut Davis yang dikutip oleh Butdieman (2011: 2), Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan-keputusan-keputusan yang akan datang. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Terry (1962: 2) bahwa, “informasi adalah data yang penting yang memberikan pengetahuan yang berguna si penerima”.

Sedangkan menurut Ginting (2010: 5), “Informasi adalah fakta, kesimpulan, ide-ide serta karya intelektual yang telah dikomunikasikan secara formal maupun non formal”.

Pendapat yang berbeda diungkapkan oleh Yusup (2009: 348), bahwa, “Informasi tidak sama dengan fakta atau kebenaran. Informasi memang dapat mengurangi ketidakpastian, namun sekaligus dapat menambah kebingungan. Informasi harus bermakna bagi seseorang, meskipun tidak nyata adanya”.

Berdasarkan beberapa uraian pendapat di atas dapat diketahui bahwa informasi adalah data yang telah diproses menjadi bentuk yang memiliki arti bagi penerima, dapat berupa fakta atau suatu nilai yang bermanfaat baginya dalam pengambilan keputusan dengan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.

2.3.2 Siklus Informasi

(30)

Gambar 2.1 Siklus Informasi

Sumber : www.teknik-informatika.com/images/pti/sisfo/siklus-informasi.jpg 3/3/2011

2.3.3 Kualitas Informasi

Informasi yang berkualitas menunjukkan bahwa informasi yang disajikan sesuai dengan harapan dan kebutuhan pengguna berdasarkan dimensi kualitas informasi. Dimensi kualitas bisa disebut sebagai syarat sebuah informasi dikatakan berkualitas dilihat dari beberapa sudut. Karakteristik dalam dimensi ini adalah pilihan analis sistem informasi. Tidak semua harus masuk tapi disesuaikan dengan kebutuhan. Menurut James O’Brien dalam bukunya System Analysis and

Design Method yang dikutip oleh Widiyastuti (2010 : 1), ada 3 dimensi kualitas

informasi yaitu :

1. Time Dimension (dimensi waktu informasi). Informasi dikatakan berkualitas jika

Currency alias Up to date. Informasi yang disampaikan tepat waktu.

Informasi yang disediakan dengan cepat akan memuaskan pengguna dan mendukung pengambilan keputusan.

Timeliness. Tersedia kapan saja pengguna membutuhkan informasi.

Artinya informasi tersedia kapan pun pengguna menginginkannya.

Frequency yang berarti informasi tersedia dalam periode waktu

tertentu.

Masukan Proses Keluaran

(Hasil)

Basis data Kumpulan

Data

Hasil tindakan

Pengguna (user)

(31)

2. Content Dimension (dimensi konten informasi)

Accuracy. Jelas bahwa informasi yang tersedia akurat, bebas dari

kesalahan sehingga tidak menjerumuskan pengguna dan berakibat salah dalam mengambil keputusan.

Relevance. Informasi yang tersedia sesuai dengan business core atau

kebutuhan pengguna. Jangan sampai informasi yang tersedia tidak dibutuhkan pengguna.

Conciseness. Dimaksudkan bahwa informasi yang disajikan diperlukan

oleh pengguna. Misal informasi prakiran cuaca, user membutuhkan suhu sekarang berapa, akan hujan atau tidak, berapa kecepatan angin, layak tidak untuk berlayar. Jangan diberi informasi kepadatan lalu lintas.

3. Form Dimension (dimensi bentuk informasi)

 Kalau bentuk informasi adalah cara bagaimana informasi tersebut sampai ke pengguna. Media apa yang sebaiknya digunakan.

Berdasarkan uraian di atas dapat ketahui bahwa suatu informasi dikatakan berkualitas apabila informasi yang disajikan sesuai dengan harapan dan kebutuhan pengguna.

2.3.4 Manfaat Informasi

Informasi sangatlah penting di dalam sebuah perusahaan untuk mendukung kelangsungan perkembangannya. Apabila suatu perusahaan kurang mendapatkan informasi dalam waktu tertentu, maka perusahaan itu akan mengalami ketidakmampuan mengontrol sumber daya, sehingga dalam mengambil keputusan-keputusan strategis sangat terganggu, yang pada akhirnya akan mengalami kekalahan dalam bersaing dengan lingkungan pesaingnya.

Informasi yang bermanfaat adalah informasi yang banyak mendukung tugas-tugas pengguna informasi tersebut. Terry (1962: 21) menjelaskan bahwa berguna atau tidaknya informasi tergantung pada beberapa aspek, yaitu:

1. Tujuan si penerima

Apabila informasi itu tujuannya untuk memberikan bantuan maka informasi itu harus membantu si penerima dalam usahanya untuk mendapatkannya.

2. Ketelitian penyampaian dan pengolahan data

penyampaian dan mengolah data, inti dan pentingnya info harus dipertahankan.

3. Waktu

(32)

4. Ruang dan tempat

Informasi yang didapat harus tersedia dalam ruangan atau tempat yang tepat agar penggunaannya lebih terarah bagi si pemakai.

5. Bentuk

Dalam hubungannya bentuk informasi harus disadari oleh penggunaannya secara efektif, hubungan-hubungan yang diperlukan, kecenderungan-kecenderungan dan bidang-bidang yang memerlukan perhatian manajemen serta menekankan informasi tersebut ke situasi-situasi yang ada hubungannya.

6. Semantik

Agar informasi efektif informasi harus ada hubungannya antara kata-kata dan arti yang cukup jelas dan menghindari kemungkinan salah tafsir.

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2006: 1). Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok, (Singarimbun, 2006: 3). Penelitian ini bersifat asosiatif/kausal, karena terdapat variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (dipengaruhi) atau dengan kata lain hubungannya bersifat sebab-akibat, maka penelitian ini dapat dilakukan dengan memfokuskan pada dua variabel saja.

3.2Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada PT. XL Axiata Tbk yang beralamat di Jl.Diponegoro No.5 Medan.

Alasan penulis memilih perusahaan PT. XL Axiata Tbk – Medan sebagai objek kajian penelitiannya karena PT. XL Axiata Tbk – Medan merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa telekomunikasi. Perusahaan ini menggunakan teknologi informasi sebagai salah satu strategi untuk mencapai visi perusahaan. Adapun yang menjadi visi PT. XL Axiata, Tbk yaitu : “Menjadi juara seluler Indonesia memuaskan pelanggan, pemegang saham dan karyawan”.

3.3Populasi dan Sampel 3.3.1Populasi

(34)
(35)

Teknik pengambilan sampel penulis menggunakan metode Proportionate

Stratified Random Sampling. Menurut Sugiyono (2009: 218) “Proportionate

Stratified Random Sampling digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur

yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional” sub populasi atau stratum dalam penelitian ini penulis tetapkan berdasarkan subbagian kerjanya.

Tabel 3.1 Sampel Penelitian pada Stratum No Subbag. kerja Sub

populasi

Sampel Jumlah 1 Sales Department 30 30 x 55

120

14

2 Marketing Department

10 10 x 55 120

5

3 Network Department

40 40 x 55 120

18

4 XL. Centre Department

20 20 x 55 120

9

5 Support Department 20 20 x 55 120

9

Jumlah 120 Jumlah 55

Sampel dari penelitian ini diambil dari pegawai yang bekerja pada perusahaan ini. Untuk menentukan siapa yang akan dijadikan sebagai responden penelitian, peneliti melakukannya secara acak.

3.4Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(36)

2. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data melalui berbagai bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Datanya bias diperoleh dari buku, jurnal ataupun dari internet.

3.5 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Data Primer

Data yang langsung diperoleh dari responden melalui kuesioner dan observasi peneliti.

2. Data Sekunder

Data yang mendukung data primer yang diperoleh melalui buku, jurnal, internet ataupun dari dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan penelitian.

3.6 Instrumen Penelitian

Pada suatu penelitian dibutuhkan instrumen. Instrumen merupakan alat yang menggunakan suatu metode. Menurut Sugiyono (1999: 84), “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Menurut Arikunto (2006: 149) ada beberapa instrumen yang dapat digunakan dalam suatu penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Instrumen untuk metode tes adalah soal.

2. Instrumen untuk metode angket atau kuesioner adalah angket atau kuesioner.

3. Instrumen untuk metode observasi adalah check list.

4. Instrumen untuk metode dokumentasi adalah pedoman dokumentasi atau check list

Untuk melakukan penelitian ini penulis memilih kuesioner sebagai instrumen penelitian.

3.7 Kisi-Kisi Kuesioner

(37)

Tabel 3.2 : Kisi-Kisi Kuesioner

Defenisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diukur yaitu teknologi informasi adalah (X) sebagai variabel bebas (variabel indepedent) dan budaya informasi adalah (Y) sebagai variabel terikat (variabel dependent). Untuk lebih jelas definisi setiap varibel akan dijelaskan satu per satu:

1. Variabel teknologi informasi (X)

Teknologi informasi pada PT.XL Axiata Tbk-Medan adalah segala teknologi yang berhubungan dengan informasi yang dapat digunakan oleh para pegawai di dalam setiap aktivitas kerjanya.

Indikator variabel ini adalah : a. Fungsi teknologi informasi b. Komponen teknologi informasi c. Peranan teknologi informasi 2. Variabel budaya informasi (Y)

(38)

dalam segenap cara pandangnya terhadap informasi, baik itu cara pandang mengumpulkan, mengorganisasi, memproses, menggunakan atau mengkomunikasikan informasi dan yang mempengaruhi suatu perusahaan di dalam pengambilan suatu keputusan.

Indikator variabel ini adalah : a. Perilaku dan nilai informasi b. Tujuan budaya informasi c. Pengaruh budaya informasi

3.8. Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel penelitian ini dilakukam dengan menggunakan Skala Likert. Menurut Sugiyono (2009: 93) “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Penggunaan pengukuran dengan Skala Likert setiap jawaban diberi bobot untuk setiap jawaban yang diberikan responden dari setiap indikator. Adapun bobot setiap jawaban pertanyaan adalah sebagai berikut :

a. Jawaban ”Sangat baik” mempunyai nilai 4 b. Jawaban “Baik” mempunyai nilai 3 c. Jawaban “Kurang baik” mempunyai nilai 2 d. Jawaban “Tidak baik” mempunyai nilai 1

3.9. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Penelitian ini penulis menggunakan instrumen berupa kuesioner. Sebelum kuesioner disebarluaskan maka terlebih dahulu dilakukan uji coba pengisian kuesioner, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah item dari setiap kuesioner dapat dimengerti oleh responden atau tidak. Uji coba kuesioner dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada 30 (tiga puluh) orang yang merupakan bagian dari populasi. Setelah di uji coba hasilnya tidak ada perubahan sehingga kuesioner dapat langsung disebarkan kepada responden.

3.9.1. Uji Validitas Instrumen

(39)

yang seharusnya diukur. Ghozali (2005: 19), menyatakan bahwa untuk mengukur validitas dapat dilakukan dengan tiga macam yaitu :

1.Melakukan korelasi antara skor butir pertanyaan dengan total skornkonstruk atau variabel.

2. Uji validitas dapat juga dilakukan dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan toatal skor konstruk.

3. Uji dengan Confirmatori Factor Analysis (CFA)

Pengujian validitas kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruks atau variabel. Adapun ketentuan untuk pengambilan keputusan yaitu:

1. Jika

r

hitung positif dan

r

hitung .>

r

tabel maka butir pernyataan tersebut valid.

2. Jika

r

hitung negatif dan

r

hitung <

r

tabel maka butir pernyataan tersebut tidak valid.

3.

r

hitung dapat dilihat pada kolom Corrected item total correlation

3.9.2. Uji Reliabilitas Instrumen

Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal apabila jawaban dari responden terhadap pertanyaan selalu konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Menurut Ghozali (2005: 20) pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :

1. Repeated measure atau pengukuran ulang dilakukan dengan cara memberikan kuesioner (pertanyaan) yang sama pada waktu yang berbeda, dan kemudian dilihat apakah responden tetap konsisten dengan jawabannya.

2. One shot atau pengukuran sekali saja dilakukan dengan cara hanya sekali saja kuesioner diberikan kapada responden dan kemudian hasilnya dibandingkan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antara jawaban pertanyaan.

(40)

3.10. Analisis Data 3.10.1 Analisis Deskriptif

Mengingat penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu teknologi informasi sebagai variabel (X) dan budaya informasi sebagai variabel (Y), maka data yang dikumpulkan melalui kuesioner selanjutnya di analisis dengan menggunakan metode deskriptif. Metode ini bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai variabel penelitian berdasarkan data. Untuk menginterpretasikan besarnya presentasi yang di dapat dari tabulasi data, penulis menggunakan metode penafsiran yang dikemukakan oleh Supardi (1979: 20) sebagai berikut:

1-25% : Sebagian kecil 26-49% : Hampir setengah 50% : Setengah 51-75% : Sebahagian Besar 76-99% : Pada umumnya 100% : Seluruhnya

Semua data yang berasal dari angket diolah sehingga menghasilkan deskripsi jawaban yang akan ditabulasikan untuk mengetahui persentase dari masing-masing jawaban dari responden.

3.10.2 Metode Analisis Statistik

3.10.2.1 Analisis Regresi Linear Sederhana

Untuk mengetahui pengaruh teknologi informasi terhadap budaya informasi maka digunakan analisis Regresi Linier Sederhana (RLS) yang dirumuskan sebagai berikut :

Ŷ = a + bX Dimana :

Ŷ = Budaya Informasi

a = Konstanta (harga Y bila X=0) b = Koefisien regresi

(41)

Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

a. Ho : ρ = 0 (tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara teknologi informasi terhadap budaya informasi oleh pegawai PT. XL Axiata Tbk)

b. Ha : ρ > 0 (terdapat pengaruh yang signifikan antara teknologi informasi terhadap budaya informasi oleh pegawai PT. XL Axiata Tbk), (Sugiyono, 2006: 55).

3.10.2.2 Uji Parsial (Uji-t)

Untuk mengetahui pengaruh teknologi informasi terhadap budaya informasi dilakukan dengan pengujian secara parsial. Pengujian secara parsial dilakukan dengan Uji-t. Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak maka dilakukan Uji-t yaitu dengan membandingkan nilai thitung dengan

ttabel pada tingkat kepercayaan (α = 0,05). Adapun kriteria pengujiannya adalah

sebagai berikut :

 Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Artinya teknologi infomasi berpengaruh signifikan terhadap budaya informasi.

 Sedangkan jika thitung < ttabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Artinya teknologi infomasi tidak berpengaruh terhadap budaya informasi.

3.10.2.3 Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Sugiyono (2004: 166), “Koefisien determinasi menunjukkan persentase perubahan nilai dependen variabel yang disebabkan oleh perubahan nilai independen variabel, sisanya dipengaruhi oleh perubahan faktor lain”. Koefisien Determinasi (r2) berkisar antara 0 sampai dengan 1 (0 r

2≤ 1). Bila r2

mendekati 0, maka pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat adalah kecil/lemah, dan bila r2mendekati 1, maka pengaruh dari variabel bebas terhadap

(42)

Untuk mengukur kedekatan korelasi antara variabel teknologi informasi dengan budaya informasi di perusahaan, digunakan koefisien korelasi disimbolkan “ r “ dengan kategori sebagai berikut:

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat

(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian Validitas Instrumen dan Reliabilitas 4.1.1 Pengujian Validitas Instrumen

Validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur dalam penelitian dapat mengukur sesuatu yang memang ingin diukur. Dalam hal ini penulis menggunakan kuesioner yang terdiri dari 11 butir (item) pertanyaan teknologi informasi dan 12 butir (item) pertanyaan budaya informasi sehingga jumlah seluruh pertanyaan adalah 23 butir (item). Dimana setiap butir disiapkan interval jawaban. Jawaban terendah diberi skor 1 dan jawaban tertinggi diberi skor 4. Pengujian validitas dilakukan pada 30 responden (pegawai) PT. XL Axiata Tbk – Medan di luar daripada responden yang dijadikan sampel penelitian.

Uji validitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan nilai Correlated Item-Total Correlation pada setiap butir pertanyaan dengan nilai rtabel. Jika nilai Correlated Item-Total Correlation (rhitung)

> rtabel dan nilainya positif, maka butir pertanyaan pada setiap variabel penelitian

dinyatakan valid. Sebaliknya apabila nilai rhitung < rtabel maka butir pertanyaan pada

setiap variabel dinyatakan tidak valid.

Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 16.0. Hasil pengujian validitas instrumen dari setiap variabel dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Teknologi Informasi (X) No Butir Correlated Item-Total

Correlation

Keterangan

1 Pertanyaan 1 0.583 Valid

2 Pertanyaan 2 0.087 Drop

3 Pertanyaan 3 0.402 Valid

4 Pertanyaan 4 0.400 Valid

5 Pertanyaan 5 0.433 Valid

(44)

7 Pertanyaan 7 0.644 Valid

8 Pertanyaan 8 0.600 Valid

9 Pertanyaan 9 0.465 Valid

10 Pertanyaan 10 0.644 Valid

11 Pertanyaan 11 0.469 Valid

12 Pertanyaan 12 0.483 Valid

13 Pertanyaan 13 0.111 Drop

Tabel 4.1 di atas menunjukkan nilai Correlated Item-Total Correlation

(rhitung) pada setiap butir pertanyaan untuk variabel teknologi informasi. Nilai

Correlated Item-Total Correlation (rhitung) > (rtabel) (0,361) untuk degree of

freedom (df) = 29 dan Alpha (α) = 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa setiap butir pertanyaan dari variabel teknologi informasi adalah valid kecuali butir pertanyaan 2 dan 13 adalah drop atau ditolak sehingga tidak digunakan dalam penelitian.

Tabel 4.2 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Budaya Informasi (Y)

No Butir Correlated Item-Total

Correlation

Keterangan

1 Pertanyaan 1 0.071 Drop

2 Pertanyaan 2 0.484 Valid

3 Pertanyaan 3 0.556 Valid

4 Pertanyaan 4 0.501 Valid

5 Pertanyaan 5 0.649 Valid

6 Pertanyaan 6 0.424 Valid

7 Pertanyaan 7 0.455 Valid

8 Pertanyaan 8 0.415 Valid

9 Pertanyaan 9 0.413 Valid

10 Pertanyaan 10 0.382 Valid

11 Pertanyaan 11 0.413 Valid

12 Pertanyaan 12 0.419 Valid

(45)

Tabel 4.2 di atas menunjukkan nilai Correlated Item-Total Correlation

(rhitung) pada setiap butir pertanyaan untuk variabel teknologi informasi. Nilai

Correlated Item-Total Correlation (rhitung) > (rtabel) (0,361) untuk degree of

freedom (df) = 30 dan Alpha (α) = 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa setiap butir pertanyaan dari variabel teknologi informasi adalah valid kecuali butir pertanyaan 1 adalah drop atau ditolak sehingga tidak digunakan dalam penelitian.

Keterangan :

df : degree of freedom

n : Jumlah sampel k : Banyaknya variabel

4.1.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen

Setelah semua butir pertanyaan dinyatakan valid, maka uji selanjutnya adalah menguji reliabilitas (keandalan) instrumen. Reliabilitas instrumen digunakan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan menunjukkan konsistensi di dalam mengukur gejala yang sama. Uji reliabilitas dapat dilakukan bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan untuk lebih dari 1 variabel, namun sebaiknya uji reliabilitas dilakukan pada masing-masing variabel sehingga dapat diketahui konstruk variabel mana yang tidak reliabel. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > 0,60.

Hasil pengujian validitas reliabilitas instrumen ditunjukkan pada tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3 : Uji Reliabilitas Instrumen

Instrumen Variabel Nilai Cronbach’s Alpha Keterangan

Teknologi Informasi 1,484 Reliabel

Budaya Informasi 1,462 Reliabel

(46)

variabelnya reliabel. Instrumen variabel budaya informasi (Y) 1,462 > 0,60. Artinya instrument variabelnya reliabel.

4.2 Analisis Deskriptif

4.2.1 Penjelasan Responden Terhadap Teknologi Informasi (Variabel X) Teknologi informasi pada PT.XL Axiata Tbk-Medan adalah segala teknologi yang berhubungan dengan informasi yang dapat digunakan oleh para pegawai di dalam setiap aktivitas kerjanya. Variabel teknologi informasi ini dapat diukur berdasarkan beberapa indikator antara lain : fungsi, komponen dan peranan teknologi informasi. untuk mengetahui tanggapan responden terhadap teknologi informasi pada PT.XL Axiata Tbk-Medan dapat dilihat dari distribusi jawaban pada setiap indikator pertanyaan angket bagian A nomor 1 sampai 11.

4.2.1.1 Tanggapan Responden Terhadap Fungsi Teknologi Informasi

Tanggapan responden terhadap fungsi teknologi informasi dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Fungsi Teknologi Informasi

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Jawaban Responden

F %

1

Apakah teknologi informasi saudara gunakan untuk

mengolah/memproses data masukan yang diterima untuk menjadi informasi bagi

perusahaan?

a. Selalu

10 18,1% b. Sering

42 76,4% c. Kadang-kadang

3 5,5% d. Tidak Pernah

0 0%

Jumlah 55 100%

(47)

menyatakan sering, 5,5% responden menyatakan kadang-kadang dan 0% responden menyatakan tidak pernah menggunakan teknologi informasi .

Berdasarkan data tersebut, distribusi jawaban responden mengindifikasikan bahwa pada umumnya (76,4%) responden menyatakan bahwa mereka sering menggunakan teknologi informasi untuk mengolah/memproses data masukan yang diterima untuk menjadi informasi bagi perusahaan.

Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Fungsi Teknologi Informasi

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Jawaban Responden

F %

2

Apakah teknologi informasi yang saudara gunakan mampu menghasilkan atau mengorganisasikan informasi kedalam bentuk laporan, tabel, grafik dan yang lainnya?

a. Sangat mampu

8 14,5% b. Mampu

33 60% c. Kurang mampu

14 25,5% d. Tidak mampu

0 0%

Jumlah 55 100%

Data tabel 4.5 di atas menunjukkan 14,5% responden menyatakan bahwa teknologi informasi sangat mampu menghasilkan atau mengorganisasikan informasi kedalam bentuk laporan, tabel, grafik, 60% responden menyatakan mampu, 25,5% responden menyatakan kurang mampu dan 0% responden menyatakan tidak mampu.

(48)

Tabel 4.6 : Distribusi Frekuensi Fungsi Teknologi Informasi

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Jawaban Responden F %

3

Apakah teknologi informasi yang saudara gunakan mampu merekam atau menyimpan informasi dalam suatu media yang dapat digunakan untuk keperluan lainnya?

a. Sangat mampu

8 14,5% b. Mampu

36 65,5% c. Kurang mampu

11 20% d. Tidak mampu

0 0%

Jumlah 55 100%

Data tabel 4.6 di atas menunjukkan 14,5% responden menyatakan bahwa teknologi informasi sangat mampu merekam atau menyimpan informasi dalam suatu media yang dapat digunakan untuk keperluan lainnya, 65,5% responden menyatakan mampu, 20% responden menyatakan kurang mampu dan 0% responden menyatakan tidak mampu.

Berdasarkan data tersebut, distribusi jawaban responden mengindifikasikan bahwa sebagian besar (65,5%) responden menyatakan bahwa teknologi informasi mampu merekam atau menyimpan informasi dalam suatu media yang dapat digunakan untuk keperluan lainnya.

Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Fungsi Teknologi Informasi

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Jawaban Responden F %

4

Apakah dengan

menggunakan teknologi informasi, saudara mampu melakukan penelusuran atau penemuan kembali informasi yang anda simpan?

a. Sangat mampu

8 14,5% b. Mampu

33 60% c. Kurang mampu

14 25,5% d. Tidak mampu

0 0%

(49)

Data tabel 4.7 di atas menunjukkan 14,5% responden menyatakan bahwa teknologi informasi sangat mampu melakukan penelusuran atau penemuan kembali informasi yang mereka simpan, 60% responden menyatakan mampu, 25,5% responden menyatakan kurang mampu dan 0% responden menyatakan tidak mampu.

Berdasarkan data tersebut, distribusi jawaban responden mengindifikasikan bahwa sebagian besar (60%) responden menyatakan bahwa teknologi informasi mampu melakukan penelusuran atau penemuan kembali informasi yang mereka simpan.

Tabel 4.8 : Distribusi Frekuensi Fungsi Teknologi Informasi

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Jawaban Responden F %

5

Apakah jaringan komputer perusahaan saudara mampu mengirimkan data atau informasi dari suatu lokasi ke lokasi lain?

a. Sangat mampu

19 34,5% b. Mampu

25 45,5% c. Kurang mampu

11 20%

d. Tidak mampu 0 0%

Jumlah 55 100%

Data tabel 4.8 di atas menunjukkan 34,5% responden menyatakan bahwa jaringan komputer perusahaan sangat mampu mengirimkan data atau informasi dari suatu lokasi ke lokasi lain, 45,5% responden menyatakan mampu, 20% responden menyatakan kurang mampu dan 0% responden menyatakan tidak mampu.

(50)

4.2.1.2 Tanggapan Responden Terhadap Komponen Teknologi Informasi Tanggapan responden terhadap komponen teknologi informasi dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

Tabel 4.9 : Distribusi Frekuensi Komponen Teknologi Informasi

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Jawaban Responden F %

6

Apakah jaringan serat optic yang dimiliki oleh perusahaan saudara mempengaruhi cara anda dalam menggunakan dan menperoleh informasi?

a. Sangat

mempengaruhi 11 20%

b.Mempengaruhi

39 70,9% c. Kurang

mempengaruhi 5 9,1%

d. Tidak

mempengaruhi 0 0%

Jumlah 55 100%

Data tabel 4.9 di atas menunjukkan 20% responden menyatakan bahwa jaringan serat optic perusahaan sangat mempengaruhi cara mereka dalam menggunakan dan menperoleh informasi, 70,9% responden menyatakan mempengaruhi, 9,1% responden menyatakan kurang mempengaruhi dan 0% responden menyatakan tidak mempengaruhi.

(51)

Tabel 4.10 : Distribusi Frekuensi Komponen Teknologi Informasi

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

Jawaban Responden F %

7

Apakah perangkat lunak aplikasi seperti 3G yang digunakan oleh perusahaan dapat membantu pelanggan saudara dalam memperoleh informasi?

a. Sangat

membantu 20 36,4%

b. Membantu

31 56,4% c. Kurang membantu

4 7,4% d. Tidak

membantu 0 0%

Jumlah 55 100%

Data tabel 4.10 di atas menunjukkan 36,4% responden menyatakan bahwa perangkat lunak aplikasi seperti 3G perusahaan sangat membantu pelanggan mereka dalam memperoleh informasi, 56,4% responden menyatakan membantu, 7,4% responden menyatakan kurang membantu dan 0% responden menyatakan tidak membantu.

Berdasarkan data tersebut, distribusi jawaban responden mengindifikasikan bahwa sebagian besar (56,4%) responden menyatakan bahwa perangkat lunak aplikasi seperti 3G perusahaan membantu pelanggan mereka dalam memperoleh informasi.

4.2.1.3 Tanggapan Responden Terhadap Peranan Teknologi Informasi

Gambar

Gambar 2.1 Siklus Informasi
Tabel 3.1 Sampel Penelitian pada Stratum
Tabel 3.2 : Kisi-Kisi Kuesioner
Tabel 4.1 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Teknologi Informasi (X)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jumaili (2005) menyatakan bahwa teknologi sistem informasi baru dan kepercayaan terhadap teknologi sistem informasi baru akan meningkatkan

1) Jawaban respon tentang peran internet mampu menyelesaikan pekerjaan di perusahaan , mayoritas responden menjawab setuju. 2) Jawaban responden tentang masalah yang sering

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Agung Dwi Susilo, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Pengaruh Penggunaan Teknologi

Pengertian dari sistem informasi akademik adalah sebuah sistem khusus untuk keperluan pengolahan data – data Akademik dengan penerapan teknologi komputer baik

a) Konstanta sebesar 2,557 menyatakan bahwa jika variabel pemanfaatan teknologi informasi (PTI), variabel kesesuaian tugas - teknologi informasi (KTT) dan variabel

Tabel 4.18 Distribusi Jawaban Responden Tentang “Memenuhi Tingkat Kehadiran”77 Tabel 4.19 Distribusi Jawaban Responden Tentang “Bekerja Sama Dengan Karyawan Lain” 78 Tabel

Deskripsi jawaban responden berdasarkan indikator pembelian atau pemilihan ulang menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa mereka memilih Jalur Nugraha

Fred 2004 mengemukakan rasio keuangan yang sering digunakan dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan adalah sebagai berikut : Likuiditas, yaitu menggambarkan kemampuan perusahaan