UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
Skripsi
Penerapan Peraturan BI NO. 5/8/PBI/2003 dalam Pengelolaan Risiko Kredit dan Risiko Operasional pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
cabang SBDC Medan
Oleh :
NAMA : GRACE SANGGAMRIA GULTOM NIM : 030503052
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul :
Penerapan Peraturan BI No. 5/8/PBI/2003 dalam Pengelolaan Risiko Kredit dan Risiko Operasional pada Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat,
dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi
level Program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
Semua informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya.
Dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima
sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.
Medan, 05 Maret 2008 Yang membuat pernyataan,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kehidupan dan keselamatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Judul skripsi penulis adalah “Penerapan Peraturan BI No.5/8/PBI/2003
dalam Pengelolaan Risiko Kredit dan Risiko Operasional pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan” yang diajukan sebagai bahan
untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini kupersembahkan kepada orangtuaku tercinta, Drs. A.Gultom dan
D.T.Simatupang. Terimakasih atas cinta, semangat dan doa yang selalu diberikan
kepada penulis. Juga kepada adik-adikku, Alm.Putri Gultom, Ronald Gultom dan
Benjamin Gultom. Terimakasih atas semangat dan doa yang selalu diberikan juga
masa-masa indah yang telah kita lewati bersama. Semangat terus dalam mencapai
cita-cita.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Bapak Drs. Jhon Tafbu
Ritonga, MEc. dan para Pembantu Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
2. Ketua Departemen Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara, Bapak Drs. Arifin Akhmad, MSi, Ak,. dan Sekretaris Departemen
3. Dosen Pembimbing yang telah membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat
selesai sesuai dengan yang diharapkan, Ibu Prof. DR. Ade Fatma Lubis,
MAFIS, MBA, Ak. Terima kasih atas bimbingan akademis yang telah Ibu
berikan.
4. Bapak Drs. Syamsul Bahri, Trb, MM, Ak. sebagai Dosen Pembanding I dan
Ibu DR. Erlina,MSi,Ak. sebagai Dosen Pembanding II.
5. Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,
khususnya di Departemen Akuntansi.
6. Keluarga besar PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan.
7. Bapak dan Ibu pegawai di Departemen Akuntansi pada khususnya dan
Fakultas Ekonomi pada umumnya.
8. Buat sahabat-sahabatku ”Girl Wawa” gank : Febi, Cika, Dora, Erika, Riris,
Dessy dan Deli. Terimakasih atas semua masa yang telah kita lewati bersama.
9. Buat teman-temanku Andi, Erwin, Barbar, Yudha, Fauzul, Ayang, Joy, Chair,
Mickey, Reza, dan Abdul Ajid. Terimakasih atas keceriaan dan kebersamaan
selama ini.
10.Buat teman-temanku Pamor, Sukri, Mimbar, Sudarmanto, Pandapotan, dan Sri
Nuryana. Terimakasih atas kebersamaan dan bantuan yang telah diberikan
kepada penulis.
11.Buat sahabat-sahabatku Christina, Dina, Nancy, Astri dan Novita.
Terimakasih atas persahabatan yang terus terjalin dan juga doa yang diberikan
12. Buat k’Ika, k’Vivi, b’Maringan, b’Daniel, dan b’Monang. Terimakasih atas
perhatian, motivasi dan saran-saran yang senantiasa diberikan kepada penulis.
13.Keponakan-keponakanku : Widya, Duha, Tara, Aisyah dan Natasya.
Adik-adikku : Agus, Daniel, Rudolf, Kelvin dan Andreas. Juga Eka, Laura, Dewi
dan Putri. Tetap ceria dan rajin belajar.
14.Buat teman-teman seperjuangan di Fakultas Ekonomi khususnya
Akuntansi’03 .
Akhirnya, penulis mohon pengampunan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
semoga skripsi ini dapat memberikan sumbagan praktis maupun teoritis kepada
semua pihak. Semoga skripsi ini mampu memberikan ruang bagi penulis untuk
lebih dewasa dan menjadi seorang intelektual dan logika berpikir sistematik yang
baik.
Medan, 5 Maret 2008
Penulis,
(Grace Sanggamria Gultom)
ABSTRACT
The purpose of this research was to know did the applied of Risk Management in manage credit risk and operational risk in PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk SBDC (Small Business District Center) branch Medan has done according to Bank Indonesia Regulation No.5/8/PBI/2003.
A study was conducted by collected information with interview to staffs in PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk SBDC branch Medan. The collected information then analyzed with description method to get the conclusion about the applied Risk Management in manage credit risk and operational risk in PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk SBDC Medan.
The result of study indicates that PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. SBDC branch Medan had use the Bank Indonesia Regulation No.5/8/PBI/2003 in manage credit risk and operational risk. To manage credit risk, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. SBDC branch Medan makes desperate jobs from every part and there is surveillance from the higher otority that implemented by SBDC Manager. The limitation of the given credit just until five billion rupiah. To manage operational risk, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. SBDC branch Medan applied TIPCE (Trust Integrity Profesionalisme Customer Excellent) culture and to support the staffs’ education in SBDC Medan about the risk management that 98% of them have passed management risk examination from BSMR.
Keywords : Risk managemet in manage credit risk and operational risk
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan Manajemen Risiko dalam mengelola risiko kredit dan risiko operasional pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003.
Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi melalui wawancara kepada staf yang ada di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan. Informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif untuk memperoleh kesimpulan mengenai penerapan manajemen risiko dalam mengelola risiko kredit dan risiko operasional pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Cabang SBDC Medan telah menerapkan Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 dalam mengelola risiko kredit dan risiko operasional. Untuk mengelola risiko kredit, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan membuat pemisahan tugas dari setiap bagian dan adanya pengawasan dari otoritas yang lebih tinggi yaitu dilaksanakan oleh SBDC Manager. Limit kredit yang diberikan dibatasi sampai Rp 5.000.000.000 (Lima Milyar Rupiah). Untuk mengelola risiko operasional, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan telah menerapkan budaya TIPCE (Trust Integrity Profesionalisme
Customer Excellent) dan untuk mendukung pengetahuan para staf di SBDC
Medan mengenai manajemen risiko maka sekitar 98% staf SBDC Medan telah mengikuti ujian kelulusan manajemen risiko dari BSMR (Badan Sertifikasi Manajemen Risiko).
Kata kunci : Manajemen Risiko untuk risiko kredit dan risiko operasional
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul
Lampiran 1 Sturuktur Organisasi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Kerangka Konseptual ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Jenis-Jenis Bank 1. Pengertian Bank ... 7
2. Jenis-Jenis Bank ... 8
B. Pengertian dan Jenis-Jenis Kredit 1. Pengertian Kredit ... 9
2. Jenis-Jenis Kredit ... 10
2. Jenis-Jenis Risiko ... 13
D. Pengertian dan Ruang Lingkup Manajemen Risiko
1. Pengertian Manajemen Risiko ... 15
2. Ruang Lingkup Manajemen Risiko
a. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi ... 16
b. Kecukupan, Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit
Risiko ... 17
c. Kecukupan Proses Identifikasi, Pengkukuran,
Pemantauan dan Pengendalian Risiko serta Sistem
Informasi Manajemen Risiko ... 18
d. Sistem Pengendalian Intern yang Menyeluruh ... 19
E. Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Risiko Kredit
1. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi ... 21
2. Kebijakan dan Prosedur Pemberian Kredit yang Lengkap
dan Mutakhir ... 21
3. Proses Identifikasi, Pengukuran, Pengendalian Risiko
Kredit secara Efektif ... 22
F. Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Risiko Operasional
1. Pengawasan Aktif Komisaris dan Direksi ... 23
2. Kebijakan Prosedur dan Penetapan Limit ... 23
3. Mengidentifikasi, Mengukur dan Memantau Risiko
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 30
B. Cara Memperoleh Data ... 30
C. Jadwal dan Lokasi Penelitian ……… 30
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian 1. Gambaran Umum PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Cabang SBDC Medan a. Sejarah Singkat Perusahaan ... 31
b. Struktur Organisasi Perusahaan ………. 35
2. Kegiatan Operasional Bank ……….. 44
3. Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Risiko Kredit ... 45
4. Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Risiko Operasional ………... 48
B. Analisis Hasil Penelitian Analisis Penerapan Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Risiko Kredit ………... 52
Analisis Penerapan Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Risiko Operasional ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 57
ABSTRACT
The purpose of this research was to know did the applied of Risk Management in manage credit risk and operational risk in PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk SBDC (Small Business District Center) branch Medan has done according to Bank Indonesia Regulation No.5/8/PBI/2003.
A study was conducted by collected information with interview to staffs in PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk SBDC branch Medan. The collected information then analyzed with description method to get the conclusion about the applied Risk Management in manage credit risk and operational risk in PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk SBDC Medan.
The result of study indicates that PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. SBDC branch Medan had use the Bank Indonesia Regulation No.5/8/PBI/2003 in manage credit risk and operational risk. To manage credit risk, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. SBDC branch Medan makes desperate jobs from every part and there is surveillance from the higher otority that implemented by SBDC Manager. The limitation of the given credit just until five billion rupiah. To manage operational risk, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. SBDC branch Medan applied TIPCE (Trust Integrity Profesionalisme Customer Excellent) culture and to support the staffs’ education in SBDC Medan about the risk management that 98% of them have passed management risk examination from BSMR.
Keywords : Risk managemet in manage credit risk and operational risk
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan Manajemen Risiko dalam mengelola risiko kredit dan risiko operasional pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003.
Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi melalui wawancara kepada staf yang ada di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan. Informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif untuk memperoleh kesimpulan mengenai penerapan manajemen risiko dalam mengelola risiko kredit dan risiko operasional pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Cabang SBDC Medan telah menerapkan Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 dalam mengelola risiko kredit dan risiko operasional. Untuk mengelola risiko kredit, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan membuat pemisahan tugas dari setiap bagian dan adanya pengawasan dari otoritas yang lebih tinggi yaitu dilaksanakan oleh SBDC Manager. Limit kredit yang diberikan dibatasi sampai Rp 5.000.000.000 (Lima Milyar Rupiah). Untuk mengelola risiko operasional, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan telah menerapkan budaya TIPCE (Trust Integrity Profesionalisme
Customer Excellent) dan untuk mendukung pengetahuan para staf di SBDC
Medan mengenai manajemen risiko maka sekitar 98% staf SBDC Medan telah mengikuti ujian kelulusan manajemen risiko dari BSMR (Badan Sertifikasi Manajemen Risiko).
Kata kunci : Manajemen Risiko untuk risiko kredit dan risiko operasional
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank di dalam menjalankan fungsi menawarkan jasa-jasa keuangan,
harus mengambil atau menerima dan mengelola berbagai risiko keuangan secara
efektif, agar dampak negatifnya tidak terjadi. Risiko yang diterima oleh sebuah
bank adalah kemungkinan terjadinya sebuah peristiwa atau serangkaian peristiwa
bersifat negatif dan tidak diinginkan terjadi yang dapat mengakibatkan kegagalan
dan bukannya menguntungkan bank. Tetapi tanpa kegiatan usaha yang berisiko,
bank tidak akan memperoleh return sebagai imbal hasilnya (Tampubolon,
2004:4).
Situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami
perkembangan pesat yang diikuti semakin kompleksnya risiko bagi kegiatan usaha
perbankan tersebut. Hal ini akan meningkatkan kebutuhan praktik tata kelola yang
sehat dan fungsi identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengelolaan risiko
bank agar tidak menimbulkan kerugian bank yang melebihi kemampuan bank atau
yang dapat mengganggu kelangsungan usaha bank.
Bank merupakan institusi yang paling rentan terhadap kegagalan, tetapi
justru tidak boleh gagal. Kegagalan sebuah bank akan berdampak kepada sistem
perbankan dan bahkan sistem perekonomian, oleh karena itu otoritas moneter
negara sangat berkepentingan untuk mengatur dan mengawasi sistem perbankan
Dalam rangka menciptakan prakondisi dan infrastruktur pengelolaan risiko maka
bank wajib mengambil langkah-langkah persiapan pelaksanaan pengelolaan
risikonya. Untuk itu pada tanggal 19 Mei 2003 Bank Indonesia menetapkan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko pada Bank Umum yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2004.
Semua bank nasional, daerah, koperasi dan cabang bank asing di Indonesia harus
mengimplementasikan peraturan itu dalam menjalankan operasional sehari-hari.
Penerapan Manajemen Risiko (Risk Management) bertujuan untuk menghindari
kerugian yang disebabkan terjadinya suatu risiko atau peristiwa.
Manajemen Risiko merupakan proses di mana sebuah bank secara metodik
menghubungkan risiko yang melekat pada kegiatannya dengan tujuan untuk
mempertahankan/memperbesar keuntungan dari setiap aktifitas dan lintas
portofolio dari semua kegiatan. Fokus dari Manajemen Risiko adalah
mengidentifikasi, mengelola dan mengendalikan risiko dengan sebaik-baiknya.
Tujuannya adalah untuk menambah value dari semua aktivitas bank ke arah yang
paling maksimal (Tampubolon, 2004:34-35).
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC (Small Business District
Center) Medan merupakan salah satu bank komersil yang melakukan aktifitas
khusus untuk menyalurkan dana kepada masyarakat. Dengan demikian PT. Bank
Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan tidak terlepas dari berbagai risiko
yang dapat mengakibatkan kegagalan usaha bank. Untuk itu, bank ini juga wajib
bukan hanya untuk memenuhi peraturan dari Bank Indonesia namun juga untuk
memberikan nilai tambah bagi bank.
Dalam rangka penetapan Manajemen Risiko bagi bank umum, Bank
Indonesia telah menetapkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003
yang di dalamnya Bank Indonesia telah menetapkan standar minimal yang harus
dipenuhi oleh perbankan Indonesia dalam menetapkan Manajemen Risiko.
Peraturan dari Bank Indonesia membedakan delapan jenis risiko yang harus
dikelola bank sebagai berikut :
1. Risiko Kredit 5. Risiko Hukum
2. Risiko Pasar 6. Risiko Reputasi
3. Risiko Likuiditas 7. Risiko Strategik
4. Risiko Operasional 8. Risiko Kepatuhan
Penelitian yang dilakukan ini difokuskan pada penerapan Manajemen Risiko
dalam mengelola risiko kredit dan risiko operasional dalam bidang perkreditan
pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan. Perkreditan
merupakan salah satu unit usaha bank yang menjadi sumber pendapatan utama
bagi bank komersil, selain sumber pendapatan lain dari proses pendanaan dan
jasa-jasa perbankan lainnya. Jadi kredit merupakan salah satu aktiva yang
produktif dalam aktifitas operasi bank komersil.
Namun demikian, kredit juga merupakan unit usaha yang mempunyai
tingkat risiko yang tinggi yang disebabkan oleh berbagi faktor, yang diantaranya
adalah perubahan ekonomi ataupun kondisi lingkungan lainnya, yang pada
masih sangat dominan dibanding risiko lainnya. Risiko kredit relatif memiliki
lebih banyak alat pengaman seperti kolateral, risk premium dalam perhitungan
bunga, dan lain sebagainya. Risiko operasional berbeda dari jenis risiko lainnya,
karena risiko ini tidak berhubungan langsung untuk menghasilkan imbal hasil
(return) (Tampubolon, 2004:191). Dalam usaha perkreditan, risiko kredit dan
risiko operasional merupakan risiko yang saling berhubungan erat .
Dalam bidang perkreditan yang menjadi salah satu indikator adanya risiko
kredit dimana risiko operasional juga ikut mempengaruhi tingkat risiko kredit ini
adalah tingkat non performing loan (NPL). Pada PT. Bank Mandiri Persero (Tbk).
Cabang SBDC Medan tingkat NPL adalah 1,87%. Penerapan manajemen risiko
dalam pengelolaan risiko kredit dan risiko operasional diharapkan mampu terus
memperbaiki tingkat NPL ini sendiri serta mampu memberikan hasil yang
optimum kepada bank.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka penulis tertarik untuk meneliti masalah penerapan Manajemen Risiko
dengan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan sebagai objek
penelitian, yang akan dituangkan dalam skrispsi dengan judul “Penerapan
B. Batasan dan Perumusan Masalah
Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003 bertujuan agar aktivitas usaha yang dilakukan bank tidak menimbulkan kerugian yang melebihi
kemampuan bank atau yang dapat menggannggu kelangsungan usaha bank dan
pengelolaan setiap aktivitas fungsional bank sedapat mungkin terintegrasi ke
dalam suatu sistem dan proses pengelolaan risiko yang akurat dan komprehensif.
Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis maka dibuatlah batasan masalah
yaitu pada risiko kredit dan risiko operasional.
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah di atas maka penulis
mencoba merumuskan masalah dalam pertanyaan berikut:
Apakah penerapan Manajemen Risiko dalam mengelola risiko kredit dan risiko
operasional pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan sesuai
dengan Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan
Manajemen Risiko dalam mengelola risiko kredit dan risiko operasional pada PT.
Bank Mandiri (Persero) Tbk cabang SBDC Medan.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis, untuk menambah wawasan penulis tentang penerapan
2. Bagi pihak bank, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan atau masukan yang berkaitan dengan penerapan manajemen
risiko.
3. Bagi pihak lain, khususnya bagi almamater Fakultas Ekonomi USU
sebagai bahan rujukan atau sumber informasi bagi penulisan lainnya yang
melakukan penelitian ataupun melakukan pembahasan lebih lanjut
mengenai penerapan manajemen risiko bagi bank umum.
D. Kerangka Konseptual
Gambar 1.1 :
Kerangka Konseptual
Risiko Kredit Risiko Operasional
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC (Small Business
District Center) Medan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Jenis-Jenis Bank 1. Pengertian Bank
Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke
masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir, 2002:11). Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan Nomor 31 menjelaskan bahwa bank adalah lembaga
yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak
yang memiliki dana dan pihak yang membutuhkan dana, serta sebagai lembaga
yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.
Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998
tentang Perbankan memberikan pengertian bahwa bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu :
a. Menghimpun dana
b. Menyalurkan dana
Menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana
(uang) dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro,
tabungan dan deposito. Kegiatan penghimpunan dana ini sering disebut dengan
istilah funding. Sedangkan yang dimaksud dengan menyalurkan dana adalah
melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro, tabungan, dan
deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit) bagi bank yang
berdasarkan prinsip konvensional atau pembiayaan bagi bank yang berdasarkan
prinsip syariah. Kegiatan penyaluran dana ini sering disebut dengan istilah
lending.
Yang dimaksud dengan jasa bank lainnya adalah jasa pendukung sesuai
pelengkap kegiatan perbankan terutama untuk mendukung kelancaran kegiatan
menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung dengan
kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak langsung.
2. Jenis-Jenis Bank
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998, bank dibedakan
menjadi 2 jenis yaitu:
a. Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa
yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa
dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum sering disebut Bank Komersial
(commercial Bank).
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
B. Pengertian dan Jenis-Jenis Kredit 1. Pengertian Kredit
Sebagai salah satu lembaga keuangan, di samping memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran dan peredaran uang, usaha pokok bisnis perbankan adalah
memberikan pelayanan kredit kepada para nasabahnya. Kredit berasal dari bahasa
Yunani, credere (yang artinya “kepercayaan” atau “amanat”) atau dari bahasa
latin, creditum (yang artinya hampir sama, “kepercayaan akan kebenaran” atau
“amanat”).
Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
menjelaskan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga
Dalam pengertian kredit di atas terkandung unsur-unsur kredit itu sendiri
yaitu :
a. Waktu, yang menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan pemberian
kedit dan pelunasannya.
b. Kepercayaan, yang melandasi pemberian kredit oleh pihak kreditur kepada
debitur, bahwa setelah jangka tertentu debitur akan mengembalikannya sesuai
dengan kesepakatan yang disetujui oleh kedua pihak.
c. Penyerahan, yang menyatakan bahwa pihak kreditur menyerahkan nilai
ekonomi kepada debitur yang harus dikembalikan setelah jatuh tempo.
d. Risiko, yang menyatakan adanya risiko yang mungkin timbul sepanjang jarak
antara saat memberikan dan pelunasannya.
e. Persetujuan/Perjanjian, yang menyatakan bahwa antara kreditur dan debitur
terdapat suatu persetujuan dan dibuktikan dengan suatu perjanjian.
2. Jenis-Jenis Kredit
Secara umum, jenis kredit yang disalurkan oleh pihak bank dapat dilihat dari
berbagai segi:
a. Dilihat dari segi kegunaan, kredit dapat dibedakan menjadi:
1. Kredit Investasi
Yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha
atau proyek membangun / pabrik baru di mana masa pemakaiannya untuk
2. Kredit Modal Kerja
Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan
produksi dalam operasionalnya.
b. Dilihat dari segi tujuan kredit, kredit dapat dibedakan menjadi:
1. Kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau
investasi. Artinya kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga
menghasilkan sesuatu baik berupa barang maupun jasa.
2. Kredit Konsumtif
Merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara
pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang
dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang
atau badan usaha.
3. Kredit Perdagangan
Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan
perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang
pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.
c. Dilihat dari segi jangka waktu, kredit dapat dibedakan menjadi:
1. Kredit Jangka Pendek
Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu
tahun atau paling lama satu tahun.
2. Kredit Jangka Menengah
3. Kredit Jangka Panjang
Merupakan kredit yang pengembaliannya paling panjang yaitu di atas 3
tahun atau 5 tahun.
d. Dilihat dari segi jaminan, kredit dapat dibedakan menjadi :
1. Kredit dengan Jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan
tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud.
2. Kredit tanpa Jaminan
Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.
Kredit ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas
calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.
e. Dilihat dari segi sektor usaha, kredit dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
kredit sesuai dengan sektor usaha, antara lain:
1. Kredit Pertanian 5. Kredit Pendidikan
2. Kredit Peternakan 6. Kredit Profesi
3. Kredit Industri 7. Kredit Perumahan
4. Kredit Pertambangan 8. Sektor usaha lainnya
C. Pengertian dan Jenis-Jenis Risiko 1. Pengertian Risiko
Risiko didefenisikan sebagai bentuk-bentuk peristiwa yang mempunyai
Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 menjelaskan bahwa risiko
adalah potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang dapat menimbulkan
kerugian bank. Secara ringkas, dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan
bahwa risiko bank adalah kombinasi dari tingkat kemungkinan sebuah peristiwa
terjadi disertai konsekuensi (dampak) dari peristiwa tersebut pada bank. Setiap
kegiatan mengandung potensi sebuah peristiwa tejadi atau tidak terjadi, dengan
konsekuensi/dampak yang memberi peluang untuk untung (upside) atau
mengancam sebuah kesuksesan (downside).
2. Jenis-Jenis Risiko
Di dalam Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003 risiko di dalam bank
dibagi menjadi delapan jenis risiko, yaitu:
a. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak lawan
(counterparty) memenuhi kewajibannya. Risiko kredit dapat bersumber dari
berbagai aktivitas fungsional bank seperti perkreditan (penyediaan dana),
tresuri, dan investasi, dan pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam
trading book maupun banking book (Dunil, 2005:4).
b. Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel
pasar (suku bunga dan nilai tukar) dari portofolio yang dimiliki oleh bank,
yang berbalik arah dari yang diharapkan (adverse movement) yang dapat
akibat pergerakan suku bunga di pasar yang berlawanan dengan posisi atau
transaksi bank yang mengandung risiko suku bunga, sedangkan risiko nilai
tukar (Foreign Exchange Risk) adalah risiko kerugian akibat pergerakan yang
berlawanan dari nilai tukar pada saat bank memiliki posisi terbuka (Dunil,
2005:4).
c. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan bank tidak mampu
memenuhi kewajibannya yang telah jatuh waktu. Krisis pembiayaan dapat
timbul karena pertumbuhan bank atau ekspansi kredit di luar rencana, adanya
peristiwa tidak terduga seperti penghapusan (charge off) yang signifikan,
hilangnya kepercayaan dari masyarakat sehingga mereka menarik dana
mereka dari bank, atau bencana nasional seperti devaluasi mata uang yang
sangat besar.
d. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya
ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan
manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang
mempengaruhi operasional bank.
e. Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek
yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan oleh adanya tuntutan
kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan
pengikatan agunan tidak sempurna.
f. Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi
negatif yang terkait dengan kegiatan usaha atau persepsi negatif tentang bank.
g. Risiko Strategik
Risiko strategik adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan
dan pelaksanaan strategik bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan
bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan
eksternal.
h. Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko yang disebabkan tidak mematuhi atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang
berlaku. Pengelolaan risiko kepatuhan dilakukan melalui penerapan sistem
pengendalian intern secara konsisten.
D. Pengertian dan Ruang Lingkup Manajemen Risiko 1. Pengertian Manajemen Risiko
Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 mendefenisikan Manajemen
Risiko sebagai serangkaian proses dan metodologi yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul
2. Ruang Lingkup Manjemen Risiko
Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003 menguraikan bahwa penerapan
manajemen risiko sekurang-kurangnya mencakup :
a. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi
Bank wajib menetapkan wewenang dan tanggung jawab yang jelas pada
setiap jenjang jabatan yang terkait dengan penerapan manajemen risiko.
Wewenang dan tanggung jawab dewan komisaris sekurang-kurangnya mencakup:
1. Menyetujui dan mengevaluasi kebijakan manajemen risiko.
2. Mengevaluasi pertanggungjawaban direksi atas pelaksanaan kebijakan
manajemen risiko.
3. Mengevaluasi dan memutuskan permohonan direksi yang berkaitan dengan
transaksi yang memerlukan persetujuan dewan direksi.
Kewenangan dan tanggung jawab dewan direksi :
1. Menyusun kebijakan dan strategi manajemen risiko secara tertulis dan
komprehensif.
2. Bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko dan eksposur
risiko yang diambil oleh bank secara keseluruhan
3. Mengevaluasi dan memutuskan transaksi yang memerlukan persetujuan
direksi.
4. Mengembangkan budaya manajemen risiko pada seluruh jenjang organisasi.
5. Memastikan peningkatan kompetensi sumber manusia yang terkait dengan
6. Memastikan bahwa fungsi manajemen risiko telah beroperasi secara
independen.
7. Melakukan kaji ulang secara berkala untuk memastikan:
1. Keakuratan metodologi penilaian risiko.
2. Kecukupan implementasi sistem informasi manajemen.
3. Ketepatan kebijakan, prosedur dan penetapan limit risiko.
Dalam rangka melaksanakan wewenang dan tanggung jawab, direksi harus
memiliki pemahaman yang memadai mengenai risiko yang melekat pada seluruh
aktivitas fungsional bank dan mampu mengambil tindakan yang diperlukan sesuai
dengan profil risiko bank.
b. Kecukupan Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit Risiko
Kebijakan manajemen risiko sekurang-kurangnya memuat:
1. Penetapan risiko yang terkait dengan produk dan transaksi perbankan.
2. Penetapan penggunaan metode pengukuran dan sistem informasi
manajemen risiko.
3. Penentuan limit dan penetapan toleransi risiko.
Toleransi risiko merupakan potensi kerugian yang dapat diserap oleh
permodalan bank.
4. Penetapan penilaian peringkat risiko.
Penetapan penilaian peringkat risiko merupakan dasar bagi bank untuk
mengkategorikan peringkat risiko bank. Hasil pengukuran risiko dapat
dikategorikan menjadi tiga peringkat, yaitu:
b. Moderat (moderate)
c. Tinggi (high)
5. Penyusunan rencana darurat (Contigency plan) dalam kondisi terburuk (worst
case scenario).
6. Penetapan sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko.
c. Kecukupan Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan Pengendalian Risiko serta Sistem Informasi Manajemen Risiko
Pelaksanaan proses identifikasi, pemantauan dan pengendalian risiko wajib
didukung oleh:
1. Sistem informasi manajemen yang tepat waktu.
2. Laporan yang akurat dan informatif mengenai kondisi keuangan, kinerja
aktivitas fungsional dan eksposur risiko bank.
Pelaksanaan proses identifikasi risiko, yang antara lain dapat didasarkan
pada pengalaman kerugian bank yang pernah terjadi sekurang-kurangnya dengan
melakukan analisis terhadap:
1. Karakteristik risiko yang melekat pada bank.
2. Risiko dari produk dan kegiatan usaha bank.
Dalam rangka melaksanakan pengukuran risiko, bank wajb
sekurang-kurangnya melakukan:
1. Evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber data dan prosedur
yang digunakan untuk mengukur risiko.
Pelaksanaan proses pengendalian intern wajib digunakan bank untuk
mengelola risiko tertentu yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank.
Pengendalian risiko dapat dilakukan antara lain dengan cara lindung nilai, metode
mitigasi risiko dan penambahan modal bank untuk menyerap potensi kerugian.
Sistem informasi manajemen risiko sekurang-kurangnya mencakup laporan
atau informasi mengenai:
1. Eksposur risiko.
2. Kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur serta penetapan limit.
3. Realisasi pelaksanaan manajemen risiko dibandingkan dengan target yang
diharapkan.
Laporan atau informasi yang dihasilkan dari sistem informasi manajemen
risiko wajib disampaikan secara rutin kepada direksi.
d. Sistem Pengendalian Intern yang Menyeluruh
Bank wajib melaksanakan sistem pengendalian intern secara efektif
terhadap pelaksanaan kegiatan usaha dan operasional pada seluruh jenjang
organisasi bank yang sekurang-kurangnya mampu secara tepat waktu mendeteksi
kelemahan dan penyimpangan yang terjadi. Sistem pengendalian intern wajib
memastikan:
1. Kepatuhan terhadap peraturan dan perudang-undangan yang berlaku serta
kebijakan atau ketentuan intern bank.
2. Tersedianya informasi keuangan dan manajemen yang lengkap, akurat, tepat
guna dan tepat waktu.
4. Efektivitas budaya risiko (risk culture) pada organisasi bank secara
menyeluruh.
Sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko
sekurang-kurangnya mencakup:
1. Kesesuaian sistem pengendalian intern dengan jenis dan tingkat risiko yang
melekat pada kegiatan usaha bank.
2. Penetapan wewenang dan tanggung jawab untuk pemantauan kepatuhan
kebijakan, prosedur dan limit.
3. Penetapan jalur pelaporan dan pemisahan fungsi yang jelas dari satuan kerja
operasional kepada satuan kerja yang melaksanakan fungsi pengendalian.
4. Struktur organisasi yang menggambarkan secara jelas kegiatan usaha bank.
5. Pelaporan keuangan dan kegiatan operasional yang akurat dan tepat waktu.
6. Kecukupan prosedur untuk memastikan kepatuhan bank terhadap ketentuan
dan perundang-undangan yang berlaku.
7. Kaji ulang yang efektif, independen dan objektif terhadap sistem informasi
manajemen.
8. Pengujian dan kaji ulang yang memadai terhadap sistem informasi manajemen.
9. Dokumentasi secara lengkap dan memadai terhadap prosedur operasional,
cakupan dan temuan audit serta tanggapan pengurus bank berdasarkan hasil
audit.
10.Verifikasi dan kaji ulang secara berkala dan berkesinambungan terhadap
tindakan pengurus bank untuk memperbaiki penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi.
E. Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Risiko Kredit
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan manajemen risiko dalam
pengelolaan risiko kredit sebagaimana yang dipaparkan Tampubolon dalam Risk
Management (2004:112):
1. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi
Dewan Komisaris dan Direksi bertanggungjawab sebagai pemberi
persetujuan (approval) akhir dan utama atas strategi, kebijakan, prosedur dan limit
yang bertalian dengan risiko kredit.
Dewan Komisaris dan Direksi harus memastikan adanya pemisahan tugas
antara fungsi penganalisa permohonan kredit (credit initation), pemberi
persetujuan kredit (credit approval), dan yang me-review kredit (loan review).
2. Kebijakan dan Prosedur Pemberian Kredit yang Lengkap dan Mutakhir
Kebijakan harus memberi kontribusi bagi pengelolaan risiko kredit yang
efektif dalam bentuk menyajikan informasi yang memadai, untuk membantu Bank
dalam melakukan penilaian secara komprehensif terhadap risiko kredit.
Prosedur kredit harus menekankan proses penilaian kredit yang fokus pada
risiko yang terkait antara lain pada jenis usahanya, besarnya limit kredit yang
3. Proses Identifikasi, Pengukuran, Pengendalian Risiko Kredit secara Efektif
a. Identifikasi Risiko Kredit
1. Melakukan anlisis lingkungan (environmental scan).
2. Menilai fasilitas kredit secara satu per satu dari berbagai sudut.
3. Mengkaji ulang risiko konsentrasi portofolio kredit secara seksama.
b. Mengukur Risiko Kredit
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan :
1. Karakteristik setiap jenis kredit, kondisi keuangan debitur, serta struktur
kredit yang diperjanjikan dalam kontrak.
2. Potensi terjadinya kegagalan membayar, yang menggunakan skenario
paling mungkin sampai paling buruk.
3. Besarnya kerugian yang ditimbulkan apabila gagal bayar tersebut terjadi.
4. Aspek jaminan dan marketability-nya.
5. Kesiapan dan kemampuan bank dalam menyerap potensi kegagalan yang
diperkirakan.
c. Mengendalikan Risiko Kredit
Risiko kredit dikendalikan oleh Satuan Kerja Operasional mulai dari saat
penilaian sebuah permohonan kredit, persetujuan kredit, pencairan kredit,
F. Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Risiko Operasional
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan manajemen risiko dalam
pengelolaan risiko operasional sebagaimana yang dipaparkan Tampubolon dalam
Risk Management (2004:193) antara lain:
1. Pengawasan Aktif Komisaris dan Direksi
Dalam kaitannya dengan risiko operasional, dewan komisaris dan direksi
bertanggung jawab untuk menciptakan iklim atau budaya organisasi yang sehat
di mana terdapat prioritas tinggi bagi manajemen risiko operasional serta
ketaatan kepada pengendalian operasional (operational controls) yang efektif.
2. Kebijakan Prosedur dan Penetapan Limit
Bank harus dapat menetapkan limit dan menerapkan kebijakan yang cukup
untuk secara berkala menilai, memantau, mengendalikan atau memitigasi risiko
operasional serta mencegah kerugian karena melakukan aktivitas fungsional
utama. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam mengelola risiko
operasional adalah sebagai berikut:
a. Proses
Proses yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan kebijakan dan prosedur
dalam rangka mengelola risiko secara sehat antara lain sebagai berikut:
1. Confirmation Process
Proses konfirmasi oleh back office bertujuan untuk memverifikasi setiap
transaksi dengan pihak luar (counterparty) dan untuk mengurangi tingkat
proses konfirmasi ini harus dilakukan secara terpisah dari saatuan kerja yang
mengambil risiko (risk taking unit).
2. Settlement Process
Proses pembayaran dan penerimaan uang harus ditangani secara hati-hati.
Dalam hal penyelesaian transaksi berasal dari akibat negatif kondisi
likuiditas bank, maka bank harus menyediakan prosedur darurat agar
melibatkan semua pihak yang terkait, khususnya bagian tresuri, agar
masalah pendanaan yang menyebabkan terjadinya gap dapat segera diatasi
dengan biaya yang relatif tidak mahal.
3. Rekonsiliasi
Untuk memastikan bahwa semua data yang kritis telah dimasukkan ke
dalam sistem dan database yang seharusnya, beberapa data dan laporan
tertentu perlu direkonsiliasi. Petugas yang melakukan rekonsiliasi harus
terpisah dari petugas yang bertanggung jawab untuk memasukkan data
transaksi ke dalam sistem.
4. Dokumentasi
Bank harus memelihara semua file seperti file transaksi yang masih harus
diselesaikan, sampai kepada file transaksi yang telah diselesaikan ke dalam
bentuk rincian rekening (accounts), buku besar (general ledgers), buku
tambahan (subsidiary ledgers), dokumen pembentukan provisi,yang
keseluruhannya memberikan jejak audit (audit trail). Penyimpangan
5. Valuasi dan Akunting
Setiap metode dan parameter yang digunakan untuk menilai transaksi harus
dikaji ulang secara berkala apakah memadai dan dalam hal keterkaitan dan
kesesuaian prosedur akunting dengan tujuan pengamanan, pelaksanaan
kehati-hatian, dan standar akunting yang berlaku.
b. Kualitas Sumber Daya Manusia
Untuk memenuhi prinsip kualitas sumber daya manusia, semua pegawai harus
memiliki integritas, pengalaman dan kompentensi yang cukup memadai untuk
melaksanakan program pengendalian risiko operasional. Batasan mengenai
pemisahan tugas harus tegas dan jelas agar pegawai tidak diberi tanggung
jawab yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan. Penilaian kinerja
dan insentif harus dikaitkan dengan keberhasilan mereka dalam mendeteksi,
mengidentifikasi dan menilai risiko dari kegiatan yang menjadi tanggung
jawab staf dan pegawai.
c. Kinerja Sistem / Teknologi Informasi
Salah satu aspek penting dalam penilaian teknologi informasi adalah sejauh
mana berbagai sistem diintegrasikan. Untuk menghasilkan manajemen risiko
yang sehat dibutuhkan juga fungsi audit teknologi informasi yang mampu
mengkaji aplikasi keuangan dan kapasitas sistem informasi.
d. Contigency Plan
Sebuah rencana darurat harus disiapkan dan selalu tersedia untuk memastikan
bahwa dokumen operasi dan sistem cadangan akan berjalan dengan baik pada
e. Prinsip Know Your Customer (KYC)
Empat elemen utama dari sebuah program KYC yaitu:
1. Kebijakan untuk mengakseptasi nasabah (customer acceptance policy).
2. Pengidentifikasian nasabah (customer identification).
3. Pemantauan yang berkelanjutan atas rekening berisiko tinggi (on-going
monitoring of higher risk management).
4. Pengintegrasian prinsip KYC ke dalam proses manajemen risiko (consolidated
risk management and information sharing).
f. Pelaksanaan Audit
Cakupan audit lazimnya meliputi pemeriksaan dan penilain atas kecukupan dan
efektivitas dari sistem pengendalian intern (internal control system), serta
pengkajian atas:
1. Aplikasi dan efektivitas dari kecukupan prosedur manajemen risiko dan
metodologi penilaian risiko.
2. Sistem informasi keuangan dan manajemen, termasuk sistem informasi
elektronik dan jasa electronic banking.
3. Akurasi dan dapat dipercayanya catatan akuntansi dan laporan keuangan.
4. Alat dan cara-cara pengamanan aktiva.
5. Sistem penilaian kecukupan modal dalam hubungannya dengan kegiatan
mengestimasi risiko.
6. Sistem yang ditetapkan untuk memastikan adanya kepatuhan terhadap hukum
8. Pengujian baik transaksi maupun berfungsinya prosedur pengendalian intern
yang sifatnya khusus.
9. Pengujian terhadap kebenaran dan tepat waktunya laporan yang diwajibkan
oleh Bank Indonesia.
10. Pelaksanaan investigasi khusus.
g. Asuransi
Tidak semua risiko dapat dikendalikan, misalnya bencana alam atau terorisme,
dalam hal ini, asuransi akan berfungsi sebagai salah satu alat mitigasi risiko.
3. Mengidentifikasi, Mengukur, dan Memantau Risiko Operasional a. Identifikasi Risiko
Faktor penyebab timbulnya risiko operasional dapat dibedakan menjadi
empat, yaitu:
1. Process 3. Systems
2. People 4. External events
Beberapa tipe peristiwa (events) yang mendatangkan risiko operasional dan
berpotensi mendatangkan kerugian antara lain:
1. Internal fraud, yaitu tindakan-tindakan yang jenisnya menjurus kepada
pencurian, penipuan, penyalahgunaan hak dan milik perusahaan,
menghindari regulasi, ketentuan hukum atau kebijakan perusahaan, yang
melibatkan sekurang-kurangnya satu orang dalam.
2. External fraud, yatiu tindakan-tindakan yang jenisnya menjurus kepada
menghindari regulasi, ketentuan hukum atau kebijakan perusahaan yang
dilakukan oleh pihak ketiga.
3. Employment practices and workplace safety, tindakan-tindakan yang tidak
konsisten dengan ketentuan ketenagakerjaan, ketentuan mengenai
keselamatan kerja, atau tindakan yang dapat mengakibatkan timbulnya
tuntutan karena adanya kecelakaan, atau tuntutan karena adanya
diskriminasi terhadap pegawai.
4. Clients, products, and business practices, yaitu kegagalan memenuhi
kewajiban kepada nasabah, baik karena lalai ataupun tidak sengaja, atau
memenuhi sifat dan rancangan produk.
5. Damage to physical assets, yaitu hilangnya atau rusaknya aset bank secara
fisik.
6. Business disruption and systms failures, yaitu gangguan terhadap kegiatan
usaha atau kegagalan sistem.
7. Excecution, delivery and process management, yaitu proses transaksi atau
manajemen yang gagal termasuk hubungan dagang dengan counterparty.
b. Mengukur Risiko
Peristiwa penyimpangan atau pelanggaran di atas dapat dipisahkan ke
dalam dua kelompok yaitu:
1. Individual, yaitu peristiwa yang frekuensi kemungkinan terjadinya relatif
tinggi, tetapi dampak kerugiannya relatif rendah.
c. Merespon
Sesuai dengan proses manajemen risiko, selanjutnya bank harus menyusun
program mitigasi risiko dan memasukkannya ke dalam lembar profil risiko.
Program mitigasi risiko disusun berdasarkan tinggi rendahnya rating dari
nilai score risiko yang ada.
4. Mengendalikan dan Memantau Risiko Operasional
Pengendalian risiko operasional berkepentingan dalam memelihara
lingkungan pengolahan informasi agar integritas data dan pengendalian
terhadap semua transaksi tetap terpelihara dengan baik. Empat faktor yang
dapat mempengaruhi ini adalah:
a. Sumber daya manusia c. Struktur organisasi
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah berupa studi deskriptif, yaitu penelitian
yang menguraikan tentang sifat-sifat dan keadaan sebenarnya dari suatu objek
penelitian. Di dalam penelitian ini terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi.
B. Data yang diperoleh adalah dengan cara mengumpulkan informasi.
C. Jadwal dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlangsung mulai dari bulan Juni 2007 sampai dengan selesai,
yang dilakukan di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC (Small
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. DATA PENELITIAN
1. Gambaran Umum PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC (Small Business District Center) Medan
a. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. didirikan di Negara Republik Indonesia
pada tanggal 2 Oktober 1998 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 75 tanggal 1
Oktober 1998 dan berdasarkan akta No. 10 yang dibuat oleh Notaris Sutjipto, S.H.
tanggal 2 Oktober 1998. Akta pendirian telah disahkan oleh Menteri Kehakiman
berdasarkan Surat Keputusan No. C2-16561.HT.01.01.TH.98 tanggal 2 Oktober
1998, serta diumumkan pada Tambahan No. 6859 dalam Berita Negara Republik
Indonesia No. 97 tanggal 4 Desember 1998.
Bank Mandiri berdiri sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan
yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia pada bulan Juli 1999. Empat bank
milik pemerintah yaitu PT. Bank Bumi Daya (Persero), PT. Bank Dagang Negara
(Persero), PT. Bank Ekspor Impor Indonesia dan PT. Bank Pembangunan
Indonesia (Persero), bergabung menjadi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Keempat bank tersebut telah turut membentuk riwayat perkembangan perbankan
di Indonesia dimana sejarah berawal pada lebih dari 140 tahun yang lalu.
Proses panjang pendirian PT. Bank Bumi Daya (Persero)bermula dari
Bank Umum Negara pada tahun 1959. Pada tahun 1964, Chartered Bank
(sebelumnya adalah bank milik Inggris) juga dinasionalisasi dan kemudian
digabungkan bersama Bank Umum Negara ke dalam Bank Negara Indonesia unit
IV. Kemudian pada tahun 1968, Bank Negara unit IV beralih menjadi Bank Bumi
Daya.
PT. Bank Dagang Negara (Persero) merupakan salah satu bank tertua di
Indonesia. Pertama kali dibentuk dengan nama Nederlansch Indische Escompto
Maatschappij bi Batavia (Jakarta) pada tahun 1857. Pada tahun 1949 namanya
berubah menjadi Escomptobank NV. Selanjutnya pada tahun 1960
dinasionalisasikan serta berubah nama menjadi Bank Dagang Negara, sebuah
bank pemerintah yang membiayai sektor industri dan pertambangan.
Sejarah Bank Ekspor Impor Indonesia berawal dari perubahan dagang
Belanda yaitu N.V. Nederlansche Handels Maatschappij yang didirikan pada
tahun 1824 dengan mengembangkan kegiatannya di sektor perbankan pada tahun
1870. Pada tahun 1960, pemerintah Indonesia menasionalisasi perusahaan ini, dan
selanjutnya pada tahun 1965 perusahaan ini digabung dengan Bank Negara
Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit II. Pada tahun 1968, Bank Negara
Indonesia Unit II dipecah menjadi 2 unit, salah satunya adalah Bank Negara
Indonesia unit II Divisi Ekspor-Impor, yang akhirnya menjadi Bank Exim, bank
pemerintah yang membiayai kegiatan ekspor dan impor.
Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) berawal dari Bank Industri Negara
perkebunan, industri, dan pertambangan. Pada tahun 1960, Bapindo dibentuk
sebagai bank milik negara dan Bank Industri Negara kemudian digabung dengan
Bapindo. Pada tahun 1970, Bapindo ditugaskan untuk membantu pembangunan
nasional melalui pembiayaan jangka menengah dan jangka panjang pada sektor
manufaktur, transportasi dan pariwisata.
Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Bank Mandiri, ruang lingkup kegiatan
Bank Mandiri adalah melakukan usaha di bidang perbankan sesuai dengan
ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Rencana
restrukturisasi di atas, dirancang untuk penggabungan usaha keempat Bank
Peserta Penggabungan ke dalam Bank Mandiri pada bulan Juli 1999 dan
rekapitalisasi Bank Mandiri. Restrukturisasi Bank Peserta Penggabungan dan
Bank Mandiri juga mencakup :
Restrukturisasi kredit yang diberikan
Restrukturisasi akitva non-kredit yang diberikan
Rasionalisasi kantor cabang lokal dan luar negeri
Rasionalisasi sumber daya manusia
Berdasarkan Akta Penggabungan Usaha No. 100 tanggal 24 Juli 1999 yang
dibuat di hadapan Notaris Sujipto, S.H., Bank Peserta Penggabungan secara
hukum melakukan penggabungan usaha ke dalam Bank Mandiri. Akta
Penggabungan Usaha tersebut disahkan oleh Menteri Kehakiman dengan surat
keputuasan No. C-13.781.HT.01.04.TH.99 tanggal 29 Juli 1999 dan disetujui oleh
Gubernur Bank Indonesia dengan Surat Keputusan No. 1/9/KEP.GBI/1999
Departemen Perindustrian dan Perdagangan Jakarta Selatan melalui Surat
Keputusan No. 09031827089 tanggal 31 Juli 1999. Pada tanggal efektif
penggabungan usaha:
Semua aktiva dan kewajiban Bank Peserta Penggabungan dialihkan ke
Bank Mandiri sebagai Bank Hasil Penggabungan.
Semua operasif dan aktivitas bisnis Bank Peserta Penggabungan
dialihkan dan dioperasikan oleh Bank Mandiri.
Bank Mandiri mendapat tambahan modal disetor sebesar Rp. 1.000.000
(nilai penuh) atau setara dengan 1 (satu) lembar saham yang merupakan
sisa saham yang dimiliki oleh pemerintah pada masing-masing Bank
Peserta Penggabungan.
Pada tanggal efektif yang sama, Bank Peserta Penggabungan secara
hukum dibubarkan tanpa proses likuidasi dan Bank Mandiri sebagai Bank Hasil
Penggabungan menerima hak dan kewajiban dari Bank Peserta Penggabungan.
Bank Mandiri mulai beroperasi pada tanggal 1 Agustus 1999.
Yang menjadi visi dari PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. adalah untuk
menjadi bank terpercaya. Sedangkan misi dari PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
adalah :
1. Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar
2. Mengembangkan sumber daya profesional
3. Memberikan keuntungan yang maksimal bagi stakeholder
b. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi adalah gambaran skematis tentang hubungan kerja
sama antara orang-orang yang terdapat pada suatu badan usaha untuk
memperlancar jalannya aktivitas perusahaan. Melalui struktur organisasi,
dapat diketahui bagaimana pembagian kerja, departemenisasi, dan koordinasi
di antara orang-orang yang terlibat dalam upaya untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Berikut ini merupakan deskripsi uraian tugas sesuai dengan struktur
organisasi pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan.
1. Relationship Manager a. Fungsi Unit Kerja
Memasarkan produk dan mencari peluang pasar segmen Small
Business, membina dan mengembangkan relationship dengan nasabah
untuk memantau dan mempertahankan kualitas kredit dari debitur yang
menjadi kelolaannya demi mencapai pertumbuhan portfolio kredit yang
sehat dan tingkat profitabilitas yang tinggi dengan analisa kredit yang
komprehensif dan akurat sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Tanggungjawab Utama
1. Mencari calon debitur yang layak/fleasible untuk dibiayai.
2. Memasarkan produk-produk dalam rangka pencapaian target kredit,
dan fee based.
3. Collecting data/dokumen serta verifikasi permohonan baru,
4. Menyakini data/dokumen secara akurat setiap permohonan kredit.
5. Menyusun Nota Analisa debitur baru, perpanjangan dan tambahan
limit debitur eksisting.
6. Melakukan OTS ke tempat usaha dan jaminan calon debitur/debitur
eksisting 4(empat) kali setahun serta membuat call report calon
debitur dan debitur eksisting.
7. Memenuhi kelengkapan data SPPK/PK.
8. Mempertahankan kualitas kredit eksisting agar tetap lancar.
9. Memastikan utilitas kredit maksimal dan berkesinambungan.
10.Melakukan Loan Review secara periodik.
11.Melaksanakan penagihan (collection).
12.Menindaklanjuti debitur down grade agar up grade kembali.
13.Melakukan updating data nasabah di sistem BDS.
14.Melakukan koordinasi dengan CRG dan RRM.
c. Dimensi
Dimensi Keuangan dan Non Keuangan yang dikelola selama 1 tahun.
1. Dimensi Keuangan
Mencapai pemenuhan target penambahan portfolio kredit baru,
dana dan FBI di wilayah kerja yang ditetapkan.
2. Dimensi Non Keuangan
Pelayanan kepada nasabah sesuai standard Bank Mandiri.
Tercapainya proses kredit.
d. Hubungan Kerja
1. SRM, pemberian rekomendasi atas usulan permohonan kredit.
2. RRM, pemenuhan persyaratan putusan kredit secara four eyes.
3. CO, pemenuhan persyaratan pencairan kredit.
4. Recovery Unit, penyerahan pengelolaan debitur.
e. Wewenang
1. Mengumpulkan dan menyakini kebenaran dokumen permohonan
kredit nasabah.
2. Mengembangkan strategi pemasaran yang tepat untuk mendukung
target penjualan.
3. Memaksimalkan tingkat penggunaan rekening debitur yang
dikelola.
4. Memonitor dan mengawasi tingkat kolektibilitas debitur yang
dikelola.
5. Melaksanakan tugas penagihan atas kewajiban kredit atas debitur
yagn masih dikelola.
6. Merekomendasikan usulan untuk mendapatkan putusan kredit
kepada pemegang kewenangan.
2. Assistant Relationship Manager a. Fungsi Unit Kerja
Membantu SRM dalam melaksanakan tugas manajerialnya dan
b. Tanggungjawab Utama
1. Menyiapkan data dan informasi untuk laporan yang harus dibuat
oleh SRM kepada SBDC Manager.
2. Memonitor pemenuhan syarat SPPK/PK debitur di bawah
koordinasi SRM.
3. Melaksanakan admistrasi portfolio kredit kelolaan SRM.
4. Melaksanakan tugas soft collection dengan arahan SRM, antara
lain:
a. Menelepon debitur yang menunggak.
b. Membuat surat pemberitahuan tunggakan bunga/pokok.
c. Membuat surat peringatan kepada debitur.
5. Membuat laporan aktivitas RM kepada SRM.
c. Dimensi
Dimensi Keuangan dan Non Keuangan selama 1 tahun.
1. Dimensi Keuangan
Mensupport/membantu tugas SRM/Team Leader dalam cakupan
tanggung jawab tugas klerikal untuk mencapai target SRM
ditetapkan.
2. Dimensi Non Keuangan
Membantu pengelolaan adminstrasi SRM.
d. Hubungan Kerja
3. PS (Professional Staff) Monitoring and Reporting a. Fungsi Unit Kerja
Melaksanakan fungsi monitoring terhadap pertumbuhan bisnis dan
penggunaan biaya (umum dan adminstrasi, personalia, training, dll)
serta fungsi reporting untuk memenuhi kebutuhan data dan informasi
bagi kepentingan internal maupun eksternal Bank demi kelancaran
kinerja dan operasional SBDC dalam mencapai target yang telah
ditetapkan.
b. Tanggungjawab Utama
1. Memastikan secara berkala bahwa pertumbuhan dan ekspansi
kredit, pertumbuhan dana Small Business, pendapatan bunga, fee
based income dan biaya (umum dan adminstrasi, personalia,
training, dll) telah sesuai dengan kondisi dan pencapaian SBDC
yang sebenarnya.
2. Mengkoordinasikan pengumpulan dan penyajian informasi bagi
kepentingan internal maupun eksternal bank baik yang sifatnya
rutin maupun non rutin dengan akurat dan tepat waktu.
3. Mengevaluasi dan mengkoordinasi pelaksanaan adminstrasi
pelaporan rutin dan non rutin.
4. Mengkomunikasikan dan memastikan pelaksanaan policy (strategi,
kebijakan, ketentuan dan prosedur yang berlaku ke seluruh unit
kerja SBDC dalam rangka kepatuhan dan tata kelola organisasi
5. Bertanggungjawab terhadap kegiatan dan administrasi personalia,
manning pegawai, pelaksanaan training pegawai, analisa
produktivitas kerja untuk melaksanakan employee management
dengan efektif dan efisien sesuai dengan kebijakan yang telah
digariskan.
6. Bertanggungjawab atas pengaturan sarana prasarana, logistik,
pengamanan ruang kantor SBDC dan monitoring realisasi biaya
pengadaan sarana dan prasarana agar operasional SBDC dapat
berjalan dengan tertib dan lancar.
7. Bertanggungjawab terhadap pelaporan adanya penyimpangan,
fraud, surat kaleng dan risiko keuangan lainnya kepada SBDC
Manager.
8. Bekerjasama dengan QAC, sebagai Counterpart External Auditor
(BI, Ernst & Young, BPK) dan Internal Audit.
c. Dimensi
Dimensi Keuangan dan Non Keuangan selama 1 tahun.
1. Dimensi Keuangan
Mendukung pemenuhan target Net Ekspansi Kredit, dana dan
FBI di wilayah kerja SBDC yang telah ditetapkan.
Mengendalikan biaya tenaga kerja, biaya umum dan administrasi
serta biaya operasional lainnya untuk mencapai target Cost
2. Dimensi Non Keuangan
Monitoring dan pelaporan atas pencapaian target SBDC dan
Small Business Branch di wilayah kerjanya.
Employee dan general affairs management di lingkungan SBDC.
d. Hubungan Kerja 1. Internal
Direct Report ke SBDC Manager
Masing-masing Team Leader (SRM)
Unit kerja lainnya terkait dengan kepegawaian, training dan
operasional SBDC.
Kantor Pusat.
2. Eksternal
BI setempat berkaitan dengan penyampaian informasi terkait
policy dan procedure yang harus disajikan oleh SBDC.
Instansi pemerintah dan departemen-departemen teknis terkait
lainnya yang memegang peranan penting dalam hal penyaluran
atau pengembangan kredit di segmen small business.
e. Kewenangan
1. Mengevaluasi dan menganalisa pencapaian target SBDC.
2. Mengusulkan penggunaan alokasi anggaran BUA dan BTK.
3. Mengkoordinasikan pengumpulan dan penyajian data dan
4. Clerk/Assistant Monitoring and Reporting a. Fungsi Unit Kerja
Membantu tugas PS Monitoring and Reporting dalam memonitor
pertumbuhan bisnis dan pengguna biaya (umum dan adminstrasi,
personalia, training, dll) serta fungsi reporting untuk memenuhi
kebutuhan data dan informasi bagi kepentingan internal maupun
eksternal bank demi kelancaran kinerja dan operasional SBDC dalam
mencapai target yang telah ditentukan.
b. Tanggungjawab Utama
1. Membantu memastikan secara berkala pertumbuhan dan ekspansi
kredit, pertumbuhan dana small business, pendapatan bunga, fee
based, income dan biaya (umum dan adminstrasi, personalia,
training, dll) agar sesuai dengan target yang ditetapkan dan
pencapaian SBDC yang sebenarnya.
2. Membantu pengumpulan dan penyajian informasi bagi kepentingan
internal maupun eksternal bank baik yang sifatnya rutin maupun
non rutin dengan akurat dan tepat waktu.
3. Melaksanakan administrasi pelaporan rutin dan non rutin,
pelaporan kepatuhan/compliance untuk memberikan informasi bagi
manajemen baik di SBDC maupun Kantor Pusat.
4. Membantu mengkomunikasikan pelaksanan policy/strategi,
kerja SBDC dalam rangka kepatuhan dan tata kelola organisasi
yang baik.
5. Melaksanakan adminstrasi personalia, manning pegawai,
pelaksanaan training pegawai, analisa produktivitas kerja untuk
melaksanakan employee management dengan efketif dan efisien.
6. Membantu mengontrol pengaturan sarana prasarana, logistik,
pengamanan ruang kantor SBDC dan monitoring realisasi biaya
pengadaan sarana dan prasarana agar operasional SBDC dapat
berjalan dengan tertib dan lancar.
7. Memonitor dan mengadministrasikan surat menyurat, dokumen
dan korespondensi lainnya.
c. Dimensi
1. Dimensi Keuangan
Mendukung pemenuhan target Net Ekspansi kredit, dana dan
FBI di wilayah kerja SBDC yang telah ditetapkan.
Mendukung pengendalian biaya operasional untuk mencapai
target Cost Efficiency Ratio yang telah ditetapkan.
2. Dimensi Non Keuangan
Membantu memantau pencapaian target masing-masing tim
dan Small Business di wilayah kerjanya.
Employee management di lingkungan SBDC.
d. Hubungan Kerja
1. Direct Report ke PSMR.
2. Unit kerja lainnya terkait dengan kepegawaian, training,
operasional, pembuatan data dan laporan.
3. Kantor Pusat.
4. Instansi eksternal.
2. Kegiatan Operasional Bank
Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga keuangan, kegiatan PT.
Bank Mandiri(Persero) Tbk. cabang SBDC Medan berfokus pada kegiatan
menyalurkan dana ke masyarakat (lending) dalam bentuk kredit.
Jenis kredit yang disalurkan oleh SBDC Medan sesuai dengan tujuan
penggunaannya adalah :
1. Kredit Modal Kerja, merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai
kegiatan usaha dan biasanya bersifat jangka pendek (1 tahun) guna
memperlancar transaksi perdagangan.
2. Kredit Investasi, merupakan kredit yang diberikan kepada para investor
untuk investasi yang penggunaannya untuk jangka panjang (1-10 tahun).
Jenis kredit yang disalurkan oleh SBDC Medan sesuai dengan besar
kredit yang diberikan yaitu :
1. Micro Rp 100.000.000 ( Seratus Juta Rupiah) ke bawah.
3. CBC di atas Rp 5.000.000.000 (Lima Milyar Rupiah).
Penetapan Limit
Jumlah maksimum kredit yang dapat diberikan oleh PT. Bank
Mandiri(Persero) Tbk. cabang SBDC Medan adalah Rp 5.000.000 (Lima
Milyar Rupiah).
Jika ada calon debitur yang meminta lebih dari Rp 5.000.000.000 (Lima
Milyar Rupiah) maka akan dikirimkan ke pusat (Jakarta).
3. Manajemen Risiko dalam Pengelolaan Risiko Kredit
Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan , risiko
kredit didefenisikan sebagai risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak
debitur memenuhi kewajibannya.
Pengawasan intern risiko kredit sebagai bagian dari penerapan manajemen
risiko pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. cabang SBDC Medan :
1. Scoring (wawancara)
Ketika calon debitur datang untuk meminta permohonan kredit, maka
langkah pertama yang dilakukan adalah wawancara. Wawancara
dilakukan untuk mengenali latar belakang calon debitur misalkan berapa
besar pendapatan, berapa besar agunan yang dimiliki, dll. Scoring