• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2009"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA DOKTER DALAM PENGISIAN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM TANJUNG PURA

KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2009

TESIS

OLEH

WIWIEK AGUSTHIN 077013028/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

Judul Tesis : PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA DOKTER DALAM PENGISIAN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2009

Nama Mahasiswa : Wiwiek Agusthin Nomor Induk Mahasiswa : 077013028

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si) (dr. Fauzi, SKM)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(3)

Telah diuji

Pada tanggal : 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si Anggota : 1. dr. Fauzi, SKM

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA DOKTER DALAM PENGISIAN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM TANJUNG PURA

KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2009

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 2009

(5)

ABSTRAK

Rekam medik merupakan bukti tertulis tentang proses pelayanan yang diberikan oleh dokter atau tenaga kesehatan lain kepada pasien. Mutu pelayanan kesehatan rumah sakit juga dilihat dari lengkap tidaknya pengobatan dan perawatan yang tercantum dalam rekam medik. Berdasarkan survei pendahuluan yg dilakukan penulis pada bulan April 2009, dari 100 status rekam medis di Rumah Sakit Tanjung Pura, ditemukan 60% ketidaklengkapan pengisian rekam medis, terutama pada lembar dokter jaga, resume, dan anamnesa yang seharusnya diisi oleh dokter yang melakukan tindakan medis.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh motivasi intrinsik (prestasi, pengakuan orang lain, tanggung jawab, peluang untuk maju, kepuasan kerja), dan ekstrinsik (kompensasi, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, prosedur kerja, mutu supervisi teknis, interpersonal) terhadap kinerja dokter dalam pengisian rekam medis. Populasi adalah dokter umum dan dokter spesialis di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura yang berjumlah 30 orang, yang semuanya dijadikan sebagai sampel. Data dikumpulkan dengan kuesioner, dan dianalisis menggunakan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh variabel prestasi, peluang untuk maju, kompensasi, prosedur kerja dan mutu supervisi teknis terhadap kinerja dokter dalam pengisian rekam medis. Variabel yang tidak berpengaruh adalah pengakuan orang lain, tanggung jawab, kepuasan kerja, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, serta interpersonal terhadap kinerja dokter dalam pengisian rekam medis.

Kepada manajemen Rumah Sakit Tanjung Pura disarankan untuk membuat sebuah sistem reward dan punishment berdasarkan kinerja dokter dalam kelengkapan rekam medis; mengaktifkan komite medis guna meningkatkan standar pelayanan dan mengevaluasi pelaksanaan rekam medis; membuat kebijakan dalam proses pengembangan karir dan promosi yang mengacu pada kompetensi dokter dan sistem kepangkatan

(6)

ABSTRACT

Medical Record is written proof about service processing that given by doctors or others health officer to the patient. The quality of health services in a hospital also can be showed by the completeness or incompleteness of medical and nurcing on the medical record. Based on preliminary survey that had been done on April 2009, from 100 medical records in Tanjung Pura Hospital, it had been found 60% incompleteness of filling out medical record, specially to guard’s doctor report sheet which is working on, resume and patient’s anamnese.

The purpose of this research is to analyze the influence of intrinsic motivations (achievement, recognition, responsibility, advance opportunities, job satisfaction) and extrinsic motivations (reward, job security and safety, job condition, job procedure, technical supervise quality, interpersonal relationship) on doctor’s performance in filling out the medical record. The population of this study were 30 doctor’s in Tanjung Pura Hospital and all of them were selected to be samples in this study. The data were collected by using questionnaire and the data obtained were analyzed through multiple linier regression tests.

The result of this research showed that achievement, advance opportunities, reward, job procedure, technical supervise quality and had an influence on doctor’s performance in filling out the medical record. The recognition, responsibility, job satisfaction, job security and safety, job condition, and interpersonal relationship did not have any influences on doctor’s performance in filling out the medical record

The management of Tanjung Pura hospital is suggested to make the reward and punishment system based on doctor’s performance in filling out the medical record; to activate medical committee, include to increases service standard and evaluate medical record activities; make a policy in the process of career development and promotion referred to the doctor’s competency and the rank system.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul : “Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2009”.

Penulisan ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih terdapat kekurangan-kekurangan, namun demikian penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada : Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si, selaku ketua komisi pembimbing dan dr. Fauzi, SKM, selaku pembimbing kedua, yang penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan, petunjuk sepenuhnya, sehingga sampai selesainya penulisan tesis ini.

Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu penyusunan tesis ini, terutama kepada : 1. Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A (K), Rektor Universitas Sumatera

(8)

2. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan. 5. Dr. Muslich Lufti, Drs, MBA, IDS komisi penguji yang telah banyak memberikan

arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

6. dr. Asmui Lubis, M.Kes, selaku komisi penguji yang telah memberikan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

7. dr. Agus Nadi Talah, Sp.A, Direktur Rumah Sakit Umum Tanjung Pura beserta jajaran yang telah membantu dan memberikan izin penelitian.

8. Seluruh staff pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

9. Ayahanda, ibunda, kakanda dan adinda yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan kepada penulis, pada kesempatan istimewa ini penulis mengucapkan terima kasih tidak terhingga, karena berkat doa dan restu mereka penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

(9)

Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, 2009 Penulis

(10)

RIWAYAT HIDUP

Wiwiek Agusthin, lahir pada tanggal 4 Agustus 1983 di Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, berjenis kelamin perempuan, beragama Islam, bertempat tinggal di Jalan Tanjung No. 10 B KPR BTN Kecamatan Karang Baru Aceh Tamiang.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ··· i

ABSTRACT··· ii

KATA PENGANTAR ··· iii

RIWAYAT HIDUP ··· vi

DAFTAR ISI ··· vii

DAFTAR TABEL ··· x

DAFTAR GAMBAR ··· xii

DAFTAR LAMPIRAN ··· xiii

BAB I PENDAHULUAN ··· 1

2.1.2. Kegunaan Rekam Medis ··· 10

2.1.3. Peran Dokter Dalam Pengisian Rekam Medis ··· 13

2.2. Motivasi ··· 17

2.2.1. Pengertian Motivasi ··· 17

2.2.2. Klasifikasi Motivasi ··· 19

2.2.3. Usaha Pembangkitan Motif ··· 22

2.2.4. Motivasi Merupakan Pola Prilaku ··· 23

2.2.5. Prinsip dalam Memotivasi Kerja Pegawai ··· 24

2.3. Kinerja ··· 25

2.3.1. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ··· 25

2.4. Landasan Teori ··· 28

2.5. Kerangka Konsep Penelitian ··· 29

BAB III METODE PENELITIAN ··· 30

3.1. Jenis Penelitian ··· 30

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ··· 30

3.3. Populasi dan Sampel ··· 30

(12)

3.4.1. Uji Validitas ··· 31

3.4.2. Uji Reliabilitas ··· 33

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ··· 33

3.5.1. Variabel Independen ··· 33

3.5.2. Variabel Dependen ··· 35

3.6. Metode Pengukuran ··· 36

3.6.1. Pengukuran Variabel Motivasi ··· 36

3.6.2. Pengukuran Variabel Kinerja ··· 37

3.7. Metode Analisis Data ··· 38

BAB IV HASIL PENELITIAN ··· 39

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ··· 39

4.2. Karakteristik Responden ··· 43

4.3. Karakteristik Motivasi ··· 44

4.4. Karakteristik Kinerja ··· 58

4.5. Hasil Analisis Statistik ··· 59

BAB V PEMBAHASAN ··· 62

5.1. Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisiam Rekam Medis ··· 62

5.2. Pengaruh Motivasi Pengakuan Orang Lain terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis ··· 63

5.3. Pengaruh Motivasi Bertanggung Jawab terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis ··· 65

5.4. Pengaruh Motivasi akan Peluang untuk Maju terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis ··· 67

5.5. Pengaruh Motivasi akan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis ··· 68

5.6. Pengaruh Motivasi mendapat Kompensasi terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis ··· 70

5.7. Pengaruh Motivasi akan Keamanan dan Keselamatan Kerja terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis ··· 72

5.8. Pengaruh Motivasi akan Kondisi Kerja terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis ··· 74

5.9. Pengaruh Motivasi akan Prosedur Kerja terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis ··· 75

5.10. Pengaruh Motivasi Tentang Mutu Supervisi Teknis terhadap Kinerja Dokter dalam Pengisian Rekam Medis ··· 76

(13)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ···81

6.1. Kesimpulan ···81

6.2. Saran ···82

(14)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1. Hasil Perhitungan Validitas ··· 29

3.2. hasil perhitungan reliabilitas ··· 31

3.3. Skala Pengukuran Variabel Motivasi ··· 34

4.1. Distribusi Pegawai Berdasarkan Fungsional di RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat tahun 2007 ··· 38

4.2. Kinerja Rumah Sakit Umum daerah tanjung Pura Kabupaten Langkat tahun 2007 (90 TT) Berdasarkan Standar Baku Nasional ··· 38

4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Karaktersitik Umur, Jenis Kelamin, Lama Bekerja, Dan Status Perkawinan ··· 41

4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Prestasi ··· 42

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Prestasi ··· 43

4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pengakuan orang Lain ··· 43

4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori pengakuan Orang Lain 44 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Tanggung Jawab ··· 45

4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tanggung Jawab ··· 46

4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Peluang Untuk Maju ··· 46

4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Peluang Untuk Maju ·· 47

4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Kerja ··· 48

4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kepuasan Kerja ··· 49

(15)

DAFTAR GAMBAR

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

(17)

ABSTRAK

Rekam medik merupakan bukti tertulis tentang proses pelayanan yang diberikan oleh dokter atau tenaga kesehatan lain kepada pasien. Mutu pelayanan kesehatan rumah sakit juga dilihat dari lengkap tidaknya pengobatan dan perawatan yang tercantum dalam rekam medik. Berdasarkan survei pendahuluan yg dilakukan penulis pada bulan April 2009, dari 100 status rekam medis di Rumah Sakit Tanjung Pura, ditemukan 60% ketidaklengkapan pengisian rekam medis, terutama pada lembar dokter jaga, resume, dan anamnesa yang seharusnya diisi oleh dokter yang melakukan tindakan medis.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh motivasi intrinsik (prestasi, pengakuan orang lain, tanggung jawab, peluang untuk maju, kepuasan kerja), dan ekstrinsik (kompensasi, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, prosedur kerja, mutu supervisi teknis, interpersonal) terhadap kinerja dokter dalam pengisian rekam medis. Populasi adalah dokter umum dan dokter spesialis di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura yang berjumlah 30 orang, yang semuanya dijadikan sebagai sampel. Data dikumpulkan dengan kuesioner, dan dianalisis menggunakan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh variabel prestasi, peluang untuk maju, kompensasi, prosedur kerja dan mutu supervisi teknis terhadap kinerja dokter dalam pengisian rekam medis. Variabel yang tidak berpengaruh adalah pengakuan orang lain, tanggung jawab, kepuasan kerja, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, serta interpersonal terhadap kinerja dokter dalam pengisian rekam medis.

Kepada manajemen Rumah Sakit Tanjung Pura disarankan untuk membuat sebuah sistem reward dan punishment berdasarkan kinerja dokter dalam kelengkapan rekam medis; mengaktifkan komite medis guna meningkatkan standar pelayanan dan mengevaluasi pelaksanaan rekam medis; membuat kebijakan dalam proses pengembangan karir dan promosi yang mengacu pada kompetensi dokter dan sistem kepangkatan

(18)

ABSTRACT

Medical Record is written proof about service processing that given by doctors or others health officer to the patient. The quality of health services in a hospital also can be showed by the completeness or incompleteness of medical and nurcing on the medical record. Based on preliminary survey that had been done on April 2009, from 100 medical records in Tanjung Pura Hospital, it had been found 60% incompleteness of filling out medical record, specially to guard’s doctor report sheet which is working on, resume and patient’s anamnese.

The purpose of this research is to analyze the influence of intrinsic motivations (achievement, recognition, responsibility, advance opportunities, job satisfaction) and extrinsic motivations (reward, job security and safety, job condition, job procedure, technical supervise quality, interpersonal relationship) on doctor’s performance in filling out the medical record. The population of this study were 30 doctor’s in Tanjung Pura Hospital and all of them were selected to be samples in this study. The data were collected by using questionnaire and the data obtained were analyzed through multiple linier regression tests.

The result of this research showed that achievement, advance opportunities, reward, job procedure, technical supervise quality and had an influence on doctor’s performance in filling out the medical record. The recognition, responsibility, job satisfaction, job security and safety, job condition, and interpersonal relationship did not have any influences on doctor’s performance in filling out the medical record

The management of Tanjung Pura hospital is suggested to make the reward and punishment system based on doctor’s performance in filling out the medical record; to activate medical committee, include to increases service standard and evaluate medical record activities; make a policy in the process of career development and promotion referred to the doctor’s competency and the rank system.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu parameter untuk menentukan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah data atau informasi dari rekam medik yang baik dan lengkap. Indikator mutu rekam medis yang baik dan lengkap adalah kelengkapan isi, akurat, tepat waktu dan pemenuhan aspek persyaratan hukum.

Rumah sakit sebagai organisasi publik yang terdiri dari beberapa tenaga dengan berbagai disiplin ilmu, diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat. Dalam era globalisasi seperti sekarang, mutu pelayanan sangat menentukan untuk memenangkan persaingan dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Mutu pelayanan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk tetap dapat menjaga keberadaan suatu rumah sakit (Elynar, 2008).

Rekam medis memuat riwayat penyakit seseorang, mencakup keterangan tertulis tentang identitas, anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnosa serta segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada pasien rawat jalan maupun rawat inap. Oleh karena itu rekam medik sangatlah penting untuk diisi secara lengkap dan akurat oleh tenaga kesehatan.

(20)

pasien. Setiap staf rumah sakit perlu memahami pentingnya rekam medik dalam memberikan pelayanan kesehatan. Tinggi rendahnya mutu pelayanan kesehatan rumah sakit, antara lain dapat segera dilihat dengan lengkap tidaknya catatan pengobatan yang tercantum dalam rekam medik. Disamping itu adanya tuntutan masyarakat yang tidak hanya ingin tahu tentang hasil pelayanan kesehatan rumah sakit, tetapi juga kejelasan proses pelaksanaannya. Maka rekam medik dipergunakan sebagai bukti tertulis yang dapat dipertanggung jawabkan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya (Djojodibroto, 1997).

Salah satu penggunaan sistem informasi manajemen (SIM) dalam rumah sakit adalah adanya rekam medis. Pelaksanaan rekam medis dalam rumah sakit merupakan hal yang sangat penting sebagai salah satu penunjang peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Hal ini dapat dilihat sebagai keuntungan rumah sakit dan juga bagi pasien yang berobat dalam hal efisiensi waktu dalam pelayanan kesehatan. Selain itu, adanya rekam medis merupakan salah satu syarat untuk pelaksanaan akreditasi 5 pelayanan dasar suatu rumah sakit (Mishbahuddin, 2008).

(21)

membutuhkan rekam medis yang lengkap sebagai upaya meningkatkan kinerja dan citra rumah sakit, serta untuk mempercepat akreditasi rumah sakit. Dalam melaksanakan pelayanannya tenaga kesehatan diwajibkan untuk mengisi seluruh tindakan medis yang dilakukan pada berkas rekam medis.

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, seorang dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis dalam melaksanakan praktik kedokteran atau kedokteran gigi wajib memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien.Oleh karena itu setiap dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis dalam melaksanakan praktik kedokteran atau kedokteran gigi wajib menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya, dimana dalam rangka pelaksanaan kegiatan tersebut dapat diselenggarakan audit medis. Pengertian audit medis adalah upaya evaluasi secara professional terhadap mutu pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medis yang dilaksanakan oleh profesi medis.

Juga diatur penyelenggaraan praktik kedokteran dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1419/Menkes/PER/X/2005 pasal 16 dan 18. Pasal 16, yang berisi tentang:

(22)

2. Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan perundang-undangan.

Pasal 18, mengenai kewajiban dokter untuk menyimpan rahasia pasien, yang berisi tentang:

1. Dokter dan dokter gigi dalam melaksanakan tindakan kedokteran wajib menyimpan segala sesuatu yang diketahui dalam pemeriksaan pasien, interprestasi penegakan diagnose dalam melakukan pengobatan termasuk segala sesuatu yang diperoleh dari tenaga kesehatan lainnya sebagai rahasia kedokteran;

2. Ketentuan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan.

Dengan adanya Peraturan Pemerintah ini, maka siapapun yang bekerja di rumah sakit, khususnya bagi mereka yang berhubungan dengan data rekam medis wajib memperhatikan ketentuan tersebut.

Kedisiplinan praktisi kesehatan dalam melengkapi informasi medis sesuai dengan jenis pelayanan yang telah diberikan kepada pasien merupakan kunci terlaksananya kegunaan rekam medis di atas. Namun, masih banyak dokter dan perawat yang tidak mengisi rekam medik dengan benar, karena alasan terbatasnya waktu atau anggapan bahwa hanya penting untuk keperluan administrasi rumah sakit (Dewi, 1999).

(23)

rumah sakit. Rekam medis berperan sebagai media komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Rekam medis mencatat atau memuat data tentang perawatan dan pengobatan yang telah diberikan, bagaimana dosis dan efeknya sehingga dapat menjadi bahan untuk merencanakan perawatan maupun pengobatan selanjutnya (Hanafiah dan Amir, 1999).

Secara spesifik, rekam medis menyediakan data khusus yang berguna untuk keperluan penelitian dan pendidikan. Kasus-kasus penyakit yang jarang terjadi atau pengobatan yang belum sempurna dapat terekam sehingga dapat ditindak lanjuti dan di angkat menjadi topik diskusi-diskusi ilmiah untuk mencapai jalan keluar. Kegunaan lain dari rekam medis adalah menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk pengembangan rumah sakit yang rasional. Bahkan rekam medis mempunyai aspek hukum yang perlu didasari oleh semua pihak di rumah sakit, termasuk pimpinan, dokter, perawat, pendaftar dan pasien (Hanafiah dan Amir, 1999).

(24)

resmi. Dalam rangka membantu dokter dalam menganalisis kembali rekam medis, personil rekam medis hanya melakukan analisa kualitatif dan analisa kuantitatif (Samil, 1994).

Menurut Awliya (2007) kelengkapan pengisian rekam medis di Rumah Sakit milik Pemerintah Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan 35 %, penelitian Hatta (1994) di rumah sakit Harapan Kita Jakarta rekam medis yang lengkap 63,8 %, penelitian Meliala (2004) pada tahun 1990 rekam medis pasien epilepsi di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta terisi lengkap 70 %, Penelitian pada tahun 1999 kelengkapan rekam medis RS Sardjito 0 sampai 96,97 %, di bangsal kesehatan anak kelengkapan rekam medis 7,19 %, bangsal perawatan bayi kelengkapan rekam medis 36,88 %. Sebelum pelatihan kepada klinisi dari 92 rekam medis yang diteliti kelengkapan nya 60,9 %, setelah dilakukan pelatihan kelengkapan rekam medis mencapai 96,7 %.Dari data Penelitian di atas menunjukkan bahwa pengisian rekam medis baik di rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta masih jauh dibawah ketentuan standar Departemen Kesehatan yang menyatakan kelengkapan pengisian rekam medis adalah 100% (Depkes,1997), hal ini menunjukkan belum dilaksanakannya rekam medis sesuai ketentuan (Meliala, 2004).

(25)

yang seharusnya diisi oleh dokter yang melakukan tindakan medis, terutama pada lembar laporan dokter jaga, ringkasan keluar (resume) dan anamnese pada pemeriksaan fisik pasien.

Kelengkapan rekam medis dan ketepatan waktu pengembaliannya masih menjadi persoalan bukan hanya di negara berkembang, namun dinegara maju pun keadaan ini masih sering dijumpai.Fenomena ini terjadi di Korea misal di 11 rumah sakit tersier sangat jauh dari ideal. Di Organisasi pelayanan kesehatan Inggris melalui

The Audit Commission on National Health Service menyimpulkan adanya defisiensi yang serius dalam pengelolaan rekam medis mulai pengisian sampai dengan penyimpanan (Meliala, 2004).

Ketidaklengkapan dan ketidaktepatan, dalam pengisian rekam medis memberikan dampak yang tidak baik bagi proses pelayanan kesehatan kepada pasien, karena waktu untuk proses pendaftaran sampai dilakukan tindakan medik menjadi lama. Disamping itu analisa terhadap riwayat penyakit terdahulu serta tindakan medik yang telah dilakukan sebelumnya tidak dapat dilakukan secara baik, karena tidak lengkapnya data pada rekam medis pasien.

Peneliti mengambil lokus pada Rumah Sakit Umum Tanjung Pura, karena banyak nya ketidaklengkapan rekam medis, dimana rekam medis merupakan salah satu syarat dari akreditasi rumah sakit. Ketidaklengkapan rekam medis di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura belum pernah diteliti sebelum nya.

(26)

indikator rendahnya kinerja dokter dalam pengisian rekam medis di RSU Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang diduga sebagai akibat rendahnya motivasi dokter dalam melaksanakan pekerjaannya, baik motivasi dari dalam dirinya sendiri (instrinsik) maupun motivasi dari luar diri dokter (ekstrinsik).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah: Apakah motivasi instrinsik, yang terdiri dari: prestasi, pengakuan orang lain, tanggung jawab, peluang untuk maju, serta kepuasan kerja, dan ekstrinsik, yang terdiri dari: kompensasi, kepastian dan kemajuan kerja, kondisi kerja, prosedur kerja, mutu supervise teknis, serta hubungan interpersonal, memiliki pengaruh terhadap kinerja dokter dalam pengisian rekam medis.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh motivasi instrinsik dan ekstrinsik terhadap kinerja dokter dalam pengisian rekam medis di RSU Tanjung Pura.

1.4. Hipotesis Penelitian

(27)

1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan kepada Manajemen Rumah Sakit Umum Tanjung Pura untuk membuat kebijakan yang tepat dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit terutama pada kelengkapan pengisian rekam medis. 2. Bagi Akademisi

Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya. 3. Bagi Peneliti

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rekam Medik

2.1.1. Pengertian Rekam medik

Secara sederhana pengertian rekam medis adalah kumpulan keterangan tentang identitas, hasil anamnesis, pemeriksaan dan catatan segala kegiatan para petugas kesehatan atas pasien dari waktu ke waktu. Dalam PERMENKES No. 269/MenKes/PER/111/2008 tentang rekam medis disebut pengertian rekam medis adalah: berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.

Untuk mendapatkan catatan data medis yang baik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh dokter dan ahli-ahli dibidang kesehatan lainnya, yaitu mencatat data secara tepat waktu, mencatat data yang up to date, mencatat data secara cermat dan lengkap, membuat catatan yang dapat dipercaya dan menurut kenyataan, memilih data yang berkaitan dengan masalahnya, dan mencatat data secara obyektif (Samil, 1994).

2.1. 2. Kegunaan Rekam Medik

(29)

C: Comunication use

Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang ikut ambil bagian dalam memberi pelayanan, pengobatan dan perawatan pasien.

I: Information use

Merupakan dasar untuk perencanaan pengobatan dan perawatan yang harus diberikan kepada pasien. Segala instruksi kepada perawat atau komunikasi sesame dokter ditulis agar rencana pengobatan dapat dilaksanakan.

A: Administrative use

Adanya nilai administrasi dalam suatu rekam medis dikarenakan bahwa isinya menyangkut tindakan-tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dengan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.

L: Legal use

Hal ini menyangkut masalah adanya jaminan kesehatan hukum (legal) atas dasar keadilan dalam rangka usaha menegakkan serta persediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan.

F: Financial use

(30)

R: Research use

Nilai penelitian dalam suatu berkas rekam medis dikarenakan bahwa isinya mengandung data atau informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan.

E: Education use

Suatu berkas rekam medis yang mempunyai nilai pendidikan adalah isinya menyangkut data atau informasi tentang perkembangan kronologis dari kegiatan pelayanan medik yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan referensi pengajaran dibidang profesi bagi si pemakai.

D: Documentary use

Nilai dokumentasi dalam rekam medis ini berdasarkan isi yang menjadi sumber ingatan yang harus di dokumentasikan dan dipakai bahan pertanggung jawaban dan pelaporan rumah sakit.

Data dan informasi yang didapat dari rekam medis sebagai bahan dokumentasi, bila diperlukan dapat digunakan sebagai dasar untuk pertanggung jawaban atau laporan kepada pihak yang membutuh kan dimasa yang akan datang. Melalui rekam medis dapat pula dihasilkan beberapa indikator yang dapat dipakai untuk menilai mutu dan efisiensi pelayanan, misal nya : 1) Bed Occupation Rate (BOR) = jumlah tempat tidur terpakai (persen)/bulan, 2) Bed Turn Over (BTO) = frekuensi pemakaian tempat tidur, berapa kali dalam satu satuan waktu tertentu, 3)

(31)

Interval (TIO) =rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat terisi kesaat terisi berikutnya, 5) Net Death Rate (NDR) = angka kematian > 48 jam setelah dirawat untuk setiap 1000 orang penderita keluar, 6) Gross Death Rate (GDR) = angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar dan sebagainya. Begitu pula dengan efisiensi penggunaan sumber daya, dengan membandingkan antara sumber daya yang dikeluarkan dengan out put yang dihasilkan (Hanafiah dan Amir, 1999).

2.1.3. Peran Dokter dalam Pengisian Rekam Medik

Tanggung jawab utama akan kelengkapan rekam medis terletak pada dokter yang merawat. Tanpa memperdulikan ada atau tidaknya bantuan yang diberikan kepadanya dalam melengkapi rekam medis dari staf lain di rumah sakit, dia mengemban tanggung jawab terakhir akan kelengkapan dan kebenaran isi rekam medis. Disamping itu untuk mencatat beberapa keterangan medis seperti riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan ringkasan keluar (resume), kemungkinan bisa dilegalisikan pada co assisten, asisten ahli, atau dokter lainnya (Samil 1994).

(32)

1. Bagi pasien, untuk kepentingan penyakit nya di masa sekarang maupun di masa yang akan datang

2. Dapat melindungi rumah sakit maupun dokter dalam segi hukum (medicolegal). Bilamana rekam medis tidak lengkap dan tidak benar, maka kemungkinan akan merugikan bagi pasien, rumah sakit maupun dokter sendiri.

3. Dapat digunakan untuk penelitian medik maupun administratif. Personil rekam medis hanya dapat mempergunakan data yang diberikan kepadanya.

Bilamana diagnosanya tidak benar dan tidak lengkap maka kode penyakitpun tidak tepat, sehingga indeks penyakit mencerminkan kekurangan nya, hal ini berakibat riset akan mengalami kesulitan. Oleh karena itu data statistik dan laporan hanya dapat secermat informasi dasar yang benar (Depkes RI, 1997).

Formulir yang digunakan biasanya dalam bentuk kartu pemeriksaan pasien, anamnese, diagnosa dan tindakan yang dilakukan terhadap pasien, tetapi di catat di dalam kartu tersebut. Untuk rawat jalan perlu di dalam lembar ringkasan poliklinik yang lazim disebut identitas dan ringkasan poliklinik. Lembaran ini sebagai dasar dalam menyiapkan kartu identitas utama pasien (KIUP) yang berisi data pasien serta ringkasan poliklinik (Basbeth, 2005).

(33)

atas kerahasiaan dan kepercayaan, oleh karena itu sebaiknya rekam medis dijaga kerahasiaannya serta dapat digunakan sebagai alat bukti hukum apabila terdapat penyimpangan dalam pelayanan kesehatan (Samil, 1994).

Menurut Hanafiah dan Amir (1999), akhir-akhir ini keluhan masyarakat terhadap para dokter makin sering terdengar, antara lain mengenai kurangnya waktu dokter yang disediakan untuk pasiennya, kurang lancarnya komunikasi, kurangnya informasi yang diberikan dokter kepada pasien atau keluarganya, tingginya biaya pengobatan dan sebagainya. Hal ini disebabkan meningkatkan taraf pendidikan dan kesadaran hukum masyarakat, dimana masyarakat lebih menyadari akan haknya seiring dengan munculnya kepermukaan masalah-masalah hak asasi manusia diseluruh dunia. Kode etik kedokteran Indonesia (KODEKI) sekarang ini hanya berisi kewajiban-kewajiban dokter dan belum memuat hak dokter, demikian juga belum memuat semua hak dan kewajiban pasien.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) lahir untuk memperoleh perlindungan atas kerugian yang diderita atas transaksi suatu barang dan jasa. UUPK menjamin adanya kepastian hukum bagi konsumen. Tujuan dari undang-undang tersebut adalah :

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri.

(34)

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi. 5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.

Dalam pedoman pengolahan rekam medis rumah sakit di Indonesia disebutkan bahwa rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan yang melakukan pelayanan rawat jalan maupun inap, wajib membuat atau mengisi rekam medis. Petugas yang membuat atau mengisi rekam medis adalah dokter dan tenaga kesehatan lainnya meliputi :

1. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang melayani pasien di rumah sakit.

2. Dokter tamu yang merawat pasien rumah sakit.

3. Residen yang sedang melaksanakan kepaniteraan klinik

4. Tenaga para medis keperawatan dan tenaga para medis non keperawatan yang langsung terlihat di dalam diantara lain : perawat, perawat gigi, bidan, tenaga laboratorium klinik, gizi, anestesi, penata roentgen, rehabilitasi medis dan lain sebagainya.

(35)

dokter yang ditujukan oleh direktur rumah sakit (Departemen Kesehatan RI, 1997).

2.2. Motivasi

2.2.1.Pengertian motivasi Motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada di dalam diri seorang

manusia, yang dapat dikembangkan sendiri atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan imbalan non moneter yang dapat mempengaruhi hasil kinerja secara positif atau secara negatif, hal mana tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan (Winardi, 2007).

Penghargaan keuangan (moneter) antara lain gaji, insentif berdasar kan kinerja pekerjaan, berbagai program perlindungan sosial dan kesehatan dan lain sebagai nya. Penghargaan dari perusahaan yang berwujud bukan keuangan (non moneter) antara lain ruang kantor yang nyaman, adanya ruang kerja sendiri, keluwesan dalam jam kerja dan lain sebagai nya (Trisnantoro,2005).

Menurut Gomes (2003), dalam hubungan dengan masalah motivasi ada beberapa istilah yang mempunyai pengertian sama atau hampir bersamaan yaitu :

Drives, Motive, Needs.

(36)

2. Needs, dipergunakan dalam pengertian bila pada individu ada sesuatu kekurangan.

3. Motive, digunakan untuk dorongan selain drives dan needs. Dalam Uraian berikut pengertian yang sama, motive atau drives merupakan suatu kesatuan tenaga (Complex State) dalam diri individu yang mendorong individu tersebut untuk melakukan kegiatan mencapai suatu tujuan (goal atau incentive). Goal dan

incentive juga ditujukan pada perbuatan yang bermotif. Goal lebih luas dari pada

incentive, sebab incentive lebih terbatas kepada tujuan yang merupakan objek. Norma-norma sosial, spiritual dan lain nya lebih merupakan goal.

Maslow dalam Winardi (2007), mengemukakan sejumlah proposisi penting tentang perilaku manusia sebagai berikut :

1. Manusia merupakan makhluk yang serba berkeinginan (man is a wanting being). Ia senantiasa menginginkan sesuatu dan ia senantiasa mengingginkan lebih banyak lagi. Tetapi, apa yang diinginkan tergantung pada apa yang sudah dimiliki olehnya. Segera setelah salah satu di antara kebutuhan manusia dipenuhi muncullah kebutuhan lain.

2. Sebuah kebutuhan yang dipenuhi, bukanlah sebuah motivator perilaku. Hanya kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhilah memotivasi perilaku.

(37)

Menurut Gray dalam Winardi (2007), bahwa kinerja pekerja merupakan hasil dari banyak faktor, yang sebagian tidak diketahui oleh pihak manajer dan ada beberapa dari faktor-faktor tersebut yang tidak dipahami secara sadar oleh pekerja. Namun ada persetujuan pandangan, terhadap dua variabel yang paling penting dalam menerangkan kinerja pekerja, yaitu motivasi pekerja dan kemampuan pekerja. Teori ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Kinerja = motivasi x kemampuan

Pada rumus sederhana di atas memberikan pemahaman bahwa, skor sangat rendah pada motivasi atau kemampuan, akan menyebabkan timbul nya kinerja rendah secara menyeluruh.

2.2.2. Klasifikasi Motivasi

Teori motivasi atau hierarki kebutuhan menurut Maslow yang dikutip Robbins (2007), mengemukakan bahwa didalam diri semua manusia bersemayam lima jenjang kebutuhan, yaitu: psikologis, keamanan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri.

(38)

sesama pekerja (co-workers), pengawasan (supervision), pujian (praise), dan pekerjaan itu sendiri (job it self) (Gomes, 2003).

Motivasi dari para pekerja akan saling berbeda sesuai dengan tingkat pendidikan dan kondisi ekonominya. Orang yang semakin terdidik dan semakin

independen secara ekonomis, maka sumber motivasi nya pun akan berbeda, tidak lagi semata-mata ditentukan oleh sarana motivasi tradisional, seperti formal authority

dan financial incentives, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor kebutuhan akan growth dan achievement (Gomes, 2003).

Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya dibagi atas motif bawaan dan motif yang dipelajari. Motif bawaan, yang ada sejak lahir, tanpa dipelajari. Motivasi bawaan atau disebut juga dengan motivasi primer terjadi dengan sendirinya tanpa melalui proses belajar. Motif yang dipelajari, yaitu motivasi yang terjadi karena adanya komunikasi dan isyarat sosial serta secara sengaja dipelajari oleh manusia, motivasi ini disebut motivasi sekunder yang muncul melalui proses pembelajaran sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman seseorang (Sardiman, 2007).

(39)

keselamatan kerja, kondisi kerja, prosedur kerja, mutu supervisi teknis serta hubungan interpersonal.

Menurut Robbins (2007), keseluruhan kesatuan tenaga (Complex State) yang mendorong individu melakukan kegiatan, pada umumnya dapat dikelompokkan ke dalam:

1. Motif dasar (basic motif) atau dorongan biologis (biological drives).

Merupakan motif yang berasal dari kebutuhan. Kebutuhan biologis, dan tidak dipelajari, artinya telah dimiliki sejak lahir atau institif (naluriah). Beberapa motif dasar yang dimiliki manusia diantaranya :

a. Motif dasar untuk makan, minum, bernafas

b. Motif dasar untuk perlindungan diri atau rasa aman c. Motif dasar untuk beristirahat dan bergerak

d. Motif dasar untuk mengembangkan keturunan 2. Motif Sosial (Social Motives)

(40)

2.2.3. Usaha-Usaha Membangkitkan Motif

Menurut Gibson (1997), agar sesuatu usaha memberikan hasil yang efektif maka diperlukan adanya motif yang kuat. Beberapa usaha untuk membangkitkan dan memperkuat motivasi :

1. Kompetisi atau persaingan, kompetisi sebenarnya memperbandingkan prestasi dan berusaha mengatasi sesuatu. Self Competition adalah kompetisi dengan prestasi sendiri, berusaha memperbaiki prestasi yang telah dicapai sebelumnya dengan prestasi orang lan.

2. Pace Maker, goal atau tujuan dari sesuatu perbuatan bermotif sering kali sangat jauh. Untuk mencapai tujuan yang jauh itu seringkali individu merasa malas atau kurang motivasi. Maka untuk membangkitkan motivasi, tujuan yang jauh tersebut perlu didekatkan dengan memperincinya menjadi tujuan sementara yang dekat. Tujuan-tujuan sementara ini merupakan ”Pace Maker”.

3. Tujuan yang Jelas, motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas suatu tujuan makin besar motifnya.

4. Minat yang Besar, motif akan timbul bila individu mempunyai minat yang besar. Makin besar minat makin kuat motif untuk mencapai tujuan.

(41)

2.2.4. Motivasi Merupakan Pola Prilaku

Menurut Herzberg dalam Siagian (2004), bahwa dalam lingkungan kerja (organisasi) terdapat dua faktor yang memegang peranan penting dalam hal motivasi yakni : motivasi kebutuhan yang menimbulkan kepuasan, dan faktor pemeliharaan kebutuhan yang menimbulkan ketidak puasan.

Pada dasarnya seseorang itu dalam pekerjaannya menyangkut suatu pembaharuan yang dirasakan harus dipenuhinya, yang mencakup faktor motivasi kebutuhan ialah : jenis pekerjaan, prestasi yang akan dicapai, pengakuan prestasi, tanggung jawab dan kesempatan untuk berkembang. Bila seseorang itu tidak mencapai atau memperoleh berbagai faktor ini (tidak puas) ia cenderung mengeluh tentang faktor pemeliharaan kebutuhan yang meliputi kondisi kerja, kebijaksanaan pemimpin, tidak cukup pengawasan, pengajaran dan lain-lain (Siagian, 2004).

(42)

2.2.5. Prinsip-Prinsip dalam Motivasi Kerja Pegawai

Menurut Mangkunegara (2001), terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi kerja pegawai yaitu :

1. Prinsip Partisipatif, dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pimpinan.

2. Prinsip Komunikasi, pimpinan mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.

3. Prinsip mengakui andil bawahan, pimpinan mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil didalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.

4. Prinsip pendelegasian wewenang, pemimpin akan memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pimpinan.

(43)

2.3. Kinerja

Kinerja adalah penampilan hasil karya personel, baik secara kualitas maupun kuantitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural saja, tetapi juga kepada seluruh jajaran personel di dalam organisasi (Ilyas, 2001).

Kinerja menurut Mulyadi yang dikutip Srimindarti (2006), kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawan nya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan beberapa pengertian kinerja tersebut dapat dijelaskan bahwa kinerja merupakan suatu istilah umum, yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi, pada suatu periode dengan referensi pada sejumlah standar, seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, dengan dasar efisiensi, pertanggung jawaban atau akuntabilitas manajemen.

2.3.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

Dalam organisasi pelayanan kesehatan, sangat penting untuk memiliki instrumen penilaian kinerja yang efektif bagi tenaga profesional. Proses evaluasi kinerja bagi profesi menjadi bagian terpenting dalam upaya manajemen untuk meningkatkan organisasi (Ilyas, 2001).

(44)

1. Kompetensi individu, adalah kemampuan dan keterampilan melakukan pekerjaan, dimana kompetensi individu ini dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan kerja, motivasi dan etos kerja.

2. Dukungan organisasi, dimana kinerja setiap orang juga tergantung pada dukungan organisasi dalam bentuk pengorganisasian, penyediaan sarana dan prasarana kerja, pemilihan teknologi, kenyamanan lingkungan kerja, serta kondisi dan syarat kerja.

3. Dukungan manajemen, dimana kinerja perusahaan dan kinerja setiap orang sangat tergantung pada kemampuan manajerial para manajer atau pimpinan, baik dengan membangun sistem kerja dan hubungan industrial yang aman dan harmonis, maupun dengan mengembangkan kompetensi pekerja, demikian juga dengan menumbuhkan motivasi dan memobilisasi seluruh karyawan untuk bekerja secara optimal.

Tujuan umum manajemen kinerja adalah untuk menciptakan budaya para individu dan kelompok dalam memikul tanggung jawab, bagi usaha peningkatan proses kerja dan kemampuan yang berkesinambungan (Darma, 2009).

(45)

Menurut Mathis dan Jackson (2001), kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik untuk individu maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi.

Menurut Gibson (1997), perilaku kinerja individual dipengaruhi oleh variabel-variabel:

1. Variabel psikologis, yang terdiri dari sub variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi.

2. Variabel fisiologis, yang terdiri dari kemampuan fisik dan mental.

3. Variabel lingkungan, yang terdiri dari keluarga, kebudayaan dan klas sosial. Variabel-variabel ini sangat komplek dan sulit diukur, karena seorang individu masuk dan bergabung dalam suatu organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang budaya dan keterampilan berbeda satu dengan yang lainnya.

Menurut Tiffin dan Cormick yang dikutip Winardi (2007), ada dua variabel yang mempengaruhi kinerja, yaitu :

1. Variabel individual, meliputi : sikap, karakteristik, sifat-sifat fisik, minat dan motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, pendidikan, serta faktor individual lainnya.

(46)

2.4. Landasan Teori

Menurut Hanafiah dan Amir (1999) rekam medis adalah kumpulan keterangan tentang identitas, hasil anamnese, pemeriksaan dan catatan segala kegiatan pelayanan kesehatan atas pasien dari waktu ke waktu. Rekam medis mencerminkan kualitas pelayanan pasien yang diberikan di rumah sakit sehingga kelengkapan pembuatan rekam medik menjadi tumpuan untuk menjaga kualitas medik.

Kelengkapan pengisian rekam medis sangat bergantung kepada kinerja orang-orang yang bertanggung jawab dalam pengisian rekam medis, terutama dokter. Kinerja adalah penampilan hasil karya personel, baik secara kualitas maupun kuantitas dalam suatu organisasi. Menurut Gray dalam Winardi (2007) kinerja dipengaruhi oleh banyak faktor, namun faktor yang paling mempengaruhi kinerja adalah variabel motivasi dan kemampuan. Berdasarkan teori Gray, maka salah satu variabel yang dapat mempengaruhi kinerja dokter dalam pengisian rekam medis adalah variabel motivasi.

(47)

yang meliputi: kompensasi, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, prosedur kerja, mutu supervisi teknis serta hubungan interpersonal.

Dengan demikian, apabila dalam diri setiap dokter terdapat motivasi yang memberi kekuatan untuk bekerja dengan baik dan benar dalam pengisian rekam medis, tentunya peningkatan pelayanan kesehatan dapat meningkat sebagai cerminan atau indikator kinerja dokter dalam pengisian rekam medis.

2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen Motivasi Intrinsik :

- Prestasi

- Pengakuan orang lain - Tanggung jawab - Peluang untuk maju - Kepuasan kerja

Kinerja dokter dalam pengisian

rekam medis Motivasi ekstrinsik :

- Kompensasi - Keamanan dan

keselamatan kerja - Kondisi kerja - Prosedur kerja - Mutu supervise teknis - Hubungan

interpersonal

Gambar 2.1. Kerangka Konsep penelitian

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei dengan pendekatan analitik untuk mengetahui pengaruh motivasi (intrinsik dan ekstrinsik) terhadap kinerja dokter dalam pengisian rekam medis di Rumah Sakit Tanjung Pura.

3.2. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSU Tanjung Pura dengan alasan bahwa pada rumah sakit tersebut terdapat rekam medis yang tidak lengkap di isi oleh tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan medis.

Penelitian dimulai dengan penelusuran kepustakaan, survei awal konsultasi, judul penyusunan proposal, seminar kolokium, pengumpulan data, pengolahan data dan penyusunan hasil penelitian serta seminar hasil penelitian diperkirakan 5 bulan yaitu dari April sampai September 2009.

3.3. Populasi dan Sampel

(49)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data primer dihimpun dengan menggunakan kuesioner penelitian. Data sekunder diperoleh dari laporan pelayanan di RSU Tanjung Pura serta data lain yang mendukung.

3.4.1. Uji Validitas

Validitas alat ukur adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevaliditasannya atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas instrumen penelitian yang digunakan adalah validitas konstruk dengan mengetahui nilai total setiap item pada analisis realiabilitas yang tercantum pada nilai correlation corrected item. Suatu pertanyaan dikatakan valid atau bermakna sebagai alat pengumpul data bila korelasi hasil hitung (r–hitung) lebih besar dari angka kritik nilai korelasi (r-tabel), pada taraf signifikansi 95% (Riduwan, 2005). Analisis output dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 3.1. Hasil Perhitungan Validitas

Variabel r tabel r hitung Keterangan

prestasi 1 0,270 0,6925 valid

prestasi 2 0,270 0,7389 valid

prestasi 3 0,270 0,6353 valid

prestasi 4 0,270 0,6818 valid

prestasi 5 0,270 0,6268 valid

Pengakuan orang lain 1 0,270 0,5119 valid

Pengakuan orang lain 2 0,270 0,6573 valid

Pengakuan orang lain 3 0,270 0,7980 valid

Pengakuan orang lain 4 0,270 0,6755 valid

Pengakuan orang lain 5 0,270 0,6608 valid

(50)

Tabel 3.1. (Lanjutan)

Keamanan dan keselamatan kerja 1 0,270 0,6680 valid Keamanan dan keselamatan kerja 2 0,270 0,6680 valid

Kondisi kerja 1 0,270 0,4824 valid

Mutu supervisi teknis 1 0,270 0,6966 valid

Mutu supervisi teknis 2 0,270 0,7817 valid

Mutu supervisi teknis 3 0,270 0,6671 valid

Hubungan interpersonal 1 0,270 0,7146 valid

Hubungan interpersonal 2 0,270 0,7529 valid

Hubungan interpersonal 3 0,270 0,6218 valid

(51)

3.4.2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas bertujuan untuk melihat bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Apabila datanya memang benar dan sesuai kenyataan, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama. Teknik yang dipakai untuk menguji kuesioner penelitian, adalah teknik Alpha Cronbach yaitu dengan menguji coba instrumen kepada sekelompok responden pada satu kali pengukuran, juga pada taraf 95% (Riduwan, 2005). Reliabilitas suatu variabel dikatakan baik jika memiliki nilai alpha lebih besar dari 0,60. Analisis output dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 3.2. Hasil Perhitungan Reliabilitas

Variabel r tabel r alpha Keterangan

Prestasi 0,60 0,8384 Reliabel

pengakuan orang lain 0,60 0,8433 Reliabel

tanggung jawab 0,60 0,8776 Reliabel

peluang untuk maju 0,60 0,9051 Reliabel

Kepuasan 0,60 0,8942 Reliabel

Kompensasi 0,60 0,7862 Reliabel

keamanan dan keselamatan kerja 0,60 0,7991 Reliabel

kondisi kerja 0,60 0,7350 Reliabel

prosedur kerja 0,60 0,7696 Reliabel

mutu supervisi teknis 0,60 0,8396 Reliabel

hubungan interpesonal 0,60 0,8272 Reliabel

Kinerja 0,60 0,8600 Reliabel

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Independen

(52)

yang ada dalam diri dokter untuk bekerja. Motivasi ini dilihat dari aspek intrinsik dan ekstrinsik.

1. Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang bersumber dari dalam diri dokter RSU Tanjung Pura yang terdiri dari : prestasi, pengakuan orang lain, tanggung jawab, peluang untuk maju, serta kepuasan kerja, dengan definisi sebagai berikut :

a. Prestasi adalah hasil yang dicapai dokter setelah melaksanakan pekerjaan.

b. Pengakuan orang lain adalah pengakuan rekan kerja terhadap keberadaan dokter sebagai personil yang secara bersama-sama merupakan bagian dari sistem dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.

c. Tanggung jawab adalah rasa keterpanggilan dan tuntutan dalam diri dokter untuk melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan fungsinya.

d. Peluang untuk maju adalah kesempatan yang diperoleh dokter dalam meningkatkan pelayanan kesehatan.

e. Kepuasan kerja adalah kesesuaian harapan dokter dengan kenyataan dalam melaksanakan pekerjaan yang menimbulkan rasa puas dalam dirinya serta memiliki kemauan untuk bekerja secara optimal.

(53)

kondisi kerja, prosedur kerja, mutu supervisi teknis, serta hubungan interpersonal, dengan definisi sebagai berikut :

a. Kompensasi adalah jumlah imbalan atau pendapatan yang diperoleh dokter setelah melaksanakan tugasnya.

b. Keamanan dan keselamatan kerja adalah kondisi fisik dan lingkungan dalam unit kerja rumah sakit yang memungkinkan dokter dapat bekerja dengan tenang dan nyaman.

c. Kondisi kerja adalah suasana tempat kerja dan dukungan semua pihak ke rumah sakit yang memungkinkan setiap dokter dapat bekerja. d. Prosedur kerja adalah pedoman atau acuan kerja di unit kerja rumah

sakit yang memungkinkan dokter dapat bekerja sesuai dan sistem yang ditetapkan.

e. Mutu supervisi teknis adalah perhatian, bimbingan atau evaluasi yang diberikan atau diterima dokter dalam melaksanakan tugasnya.

f. Hubungan interpersonal adalah interaksi antar sesama tenaga kesehatan dalam pekerjaan atau hubungan antar bawahan dan dengan atasan di rumah sakit secara keseluruhan

3.5.2. Variabel Dependen

(54)

3.6. Metode Pengukuran

3.6.1. Pengukuran variabel motivasi

Pengukuran variabel motivasi menggunakan jenis skala ordinal yang dikembangkan menjadi 43 pertanyaan dengan bobot nilai 5 bagi responden yang menjawab sangat setuju, nilai 4 bagi responden yang menjawab setuju, nilai 3 bagi responden yang menjawab ragu-ragu, nilai 2 bagi responden yang menjawab tidak setuju dan nilai 1 bagi responden yang menjawab sangat tidak setuju. Hasil perhitungan akan diakumulasi dan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu baik, sedang dan buruk. Secara lebih rinci metode pengukuran variabel motivasi dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut:

Tabel 3.3. Skala Pengukuran Variabel motivasi

(55)

Motivasi Ekstrinsik

3.6.2. Pengukuran Variabel Kinerja

(56)

Tabel 3.4. Skala Pengukuran Variabel Kinerja

Variabel Jumlah Indikator Kategori Skor Skala ukur Baik 30-40

Sedang 19-29 Kinerja 8

Buruk 8-18

Ordinal

3.7.Metode Analisis Data

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura telah direncanakan pembangunannya sejak tahun 1928, namun baru didirikan pada tahun 1929 dan mulai dioperasikan pada 20 Maret 1930 dengan nama Rumah Sakit T. Musa Kerajaan Langkat dengan Dr Amir sebagai kepala Rumah Sakit pertama. Penggunaan nama Rumah Sakit Umum baru dilakukan saat terjadi penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda pada tahun 1947 pada pemerintah Indonesia (Profil Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat, 2007).

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Langkat (Perda) Nomor: 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Organisasi, Kedudukan dan Fungsi Perangkat Daerah Kabupaten Langkat, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Pura Kabupaten Langkat dipimpin oleh seorang Kepala Kantor dengan membawahi satu sub bagian tata usaha dan lima seksi serta Kelompok Jabatan Fungsional dengan uraian sebagai berikut:

I. Sub Bagian Tata Usaha II. Seksi Pelayanan Medis III. Seksi Perawatan

(58)

VI. Seksi Penelitian dan Pengembangan VII. Kelompok Jabatan Fungsional

Susunan kepegawaian di RSUD Tanjung Pura berdasarkan jenis ketenagaan fungsional adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Pegawai Berdasarkan Fungsional di RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2007

No Jenis Fungsional Jumlah

1 Sumber: Profil RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2007

Beberapa indikator pelayanan atau kinerja pada Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Kabupaten Langkat tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 4.2. Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2007 (90 TT) Berdasarkan Strandar Baku Nasional

No Indikator Kinerja 2007 90 TT Standar Nasional 1 Sumber: Profil RSUD Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2007

(59)

1. Maju: rumah sakit mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan dan semakin baiknya sarana dan prasarana pendukung rumah sakit.

2. Mandiri: rumah sakit mampu mengatasi sendiri masalah kesehatan dan pelayanan terhadap masyarakat dan mampu.

3. Pelayanan yang prima dan berkualitas: rumah sakit mampu memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat tanpa membeda-bedakannya. 4. Pilihan pertama sarana kesehatan rujukan: dengan tercapainya rumah sakit

yang maju dan mandiri serta didukung dengan pelayanan yang prima dan bermutu akan memberikan image dan kepercayanaan yang baik di masyarakat yang mengakibatkan rumah sakit akan menjadi pilihan pertama sarana kesehatan rujukan.

Adapun misi rumah sakit umum daerah (RSUD) Tanjung Pura adalah sebagai berikut:

1. Meningkat profesionalisme tenaga medis, paramedis, para non keperawatan dan tenaga administrasi, dengan tujuan:

1..1. Meningkatkan aparatur pemerintah yang profesional 1..2. Meningkatkan pelayanan prima

2. Meningkatkan ketersediaan dan mutu sarana dan prasarana kesehatan rumah sakit, dengan tujuan:

(60)

2..2. Meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat

3. Meningkatkan mutu pelayanan spesialistik rumah sakit kepada pengguna jasa rumah sakit, terutama masyarakat yang kurang mampu dan rujukan dari puskesmas, dengan tujuan:

3..1. Meningkatkan image yang baik dari masyarakat terhadap rumah sakit umum

3..2. Meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat

4. Ikut berperan aktif bersama instansi-instansi terkait dalam meningkatkan peran serta pemerintah daerah demi peningkatan derajat kesehatan masyarakat, dengan tujuan:

4..1. Meningkatkan peran serta instansi-instansi terkait dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat

4..2. Meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui kerjasama dengan instansi terkait

5. Meningkatkan pelayanan administrasi umum, keuangan, penelitian, perencanaan dan evaluasi kinerja rumah sakit, dengan tujuan:

5..1. Meningkatkan peran serta aparatur dalam pelaksanaan kegiatan operasional di rumah sakit

(61)

4.2. Karakteristik Responden

Penelitian ini menggunakan total sampling yaitu sebanyak 30 dokter yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Kabupaten Langkat.

Tabel 4.3. Distribusi Responen Berdasarkan Karakteristik Umur, Jenis Kelamin, Lama Bekerja, dan Status Perkawinan.

No Karakteristik Individu Jumlah %

1 Umur 4 Status Perkawinan

1. Kawin

(62)

4.3. Karakteristik Motivasi 4.3.1. Prestasi

Prestasi adalah hasil yang dicapai dokter setelah melaksanakan pekerjaan. Indikator prestasi menggunakan lima item pertanyaan yang dapat dilihat selengkapnya pada Tabel berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Prestasi

Jawaban Responden Total %

(63)

bagi kinerja dokter), umumnya responden menyatakan setuju (86,7%) dan 3,3% responden menyatakan ragu-ragu.

Jawaban responden di atas dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu baik, sedang dan buruk. Deskripsi kategori jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 4.5. berikut:

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Prestasi

Kategori Motivasi Jumlah %

Prestasi

4.3.2. Pengakuan Orang Lain

Pengakuan orang lain adalah pengakuan rekan kerja terhadap keberadaan dokter sebagai personil yang secara bersama-sama merupakan bagian dari sistem dalam melaksanakan pelayanan kesehatan. Indikator pengakuan orang lain menggunakan lima pertanyaan yang dapat dilihat selengkapnya pada Tabel berikut:

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pengakuan Orang Lain

Jawaban Responden Total %

Item

(64)

dibuatnya lengkap dan tepat) umumnya responden menyatakan setuju (56,7%) dan 6,7% yang menyatakan tidak setuju. Pada item berikutnya (Rekam medis yang lengkap dan tepat dari dokter bermanfaat dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan) sebagian besar responden menyatakan setuju (80%) dan 3,3% menyatakan ragu-ragu. Pada item Ketiga (Rekam medis digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan) sebagian besar responden menyatakan setuju (70%) dan 10% menyatakan sangat setuju. Pada item Keempat (Rekam medis digunakan untuk riset dan pengembangan ilmu pengetahuan) umumnya responden menyatakan setuju (66,7%) dan sebanyak 13,3% menyatakan ragu-ragu. Pada item terakhir (Rekam medis yang lengkap dan tepat memiliki nilai pendidikan) umumnya responden menyatakan setuju dan sebanyak 13,3% masing-masing menyatakan sangat setuju dan ragu-ragu

Jawaban responden tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu baik, sedang dan buruk. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengakuan Orang Lain

Kategori Motivasi Jumlah %

Pengakuan Orang Lain 1. Buruk

2. Sedang 3. Baik

0 6 24

0 20,0 80,0

Total 30 100

4.3.3. Tanggung Jawab

(65)

tanggung jawab menggunakan lima item pertanyaan yang dapat dilihat selengkapnya pada Tabel berikut:

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Tanggung Jawab

Jawaban Responden Total %

(66)

Jawaban responden tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu baik, sedang dan buruk. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tanggung Jawab

Kategori Motivasi Jumlah %

Tanggung Jawab

4.3.4. Peluang Untuk Maju

Peluang untuk maju adalah kesempatan yang diperoleh dokter dalam meningkatkan pelayanan kesehatan. Indikator peluang untuk maju menggunakan lima item pertanyaan yang dapat dilihat selengkapnya pada Tabel berikut:

Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Peluang Untuk Maju

Jawaban Responden Total %

(67)

(Rekam medis membuat dokter jadi lebih berkonsentrasi terhadap pekerjaannya) sebagian responden menyatakan setuju (60%) dan sebagian menyatakan tidak setuju (10,0%). Pada item keempat (Kewajiban mengisi rekam medis mendorong dokter untuk lebih meningkatkan pengetahuan) sebagian besar responden menyatakan setuju (56,7%) dan sebagian menyatakan sangat tidak setuju (3,3%). Pada item kelima (Kelengkapan rekam medis mendorong dokter untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan) sebagian besar responden menyatakan setuju (40,0%) dan sebagian menyatakan tidak setuju (3,3%).

Jawaban responden tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu baik, sedang dan buruk. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Peluang Untuk Maju

Kategori Motivasi Jumlah %

Peluang Untuk Maju 1. Buruk

2. Sedang 3. Baik

3 6 21

10 20 70

Total 30 100

4.3.5. Kepuasan Kerja

(68)

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Kerja

Jawaban Responden Total %

Item Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada item pertama (Kewajiban mengisi rekam medis sebagai bagian dari pengabdian, oleh karena itu harus ada keinginan dokter untuk melengkapi rekam medis secara sempurna) umumnya responden menjawab setuju (46,7%) dan sebanyak 3,3% menyatakan tidak setuju. Pada item kedua (Dokter akan merasa puas ketika diagnosa dalam rekam medis tepat dan benar), umumnya responden menjawab setuju (40,0%) dan sebanyak 23,3% menjawab sangat setuju.

Pada item ketiga (Dokter akan merasa puas bila pasien sembuh sesuai dengan pengobatan yang diterapkannya dalam rekam medis) umumnya responden menjawab sangat setuju (43,3%) dan sebanyak 26,7% menjawab ragu-ragu. Pada item keempat (Dokter akan merasa puas bila prediksi keadaan pasien dalam rekam medis sesuai dengan kenyataan) sebagian besar responden menjawab setuju (40,0%) dan sebanyak 3,3% menjawab tidak setuju.

(69)

Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kepuasan Kerja

Kategori Motivasi Jumlah %

Kepuasan Kerja

Kompensasi adalah jumlah imbalan atau pendapatan yang diperoleh dokter setelah melaksanakan tugasnya. Indikator kompensasi menggunakan tiga item pertanyaan yang dapat dilihat selengkapnya pada Tabel berikut:

Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Kompensasi

Jawaban Responden Total %

(70)

Jawaban responden terhadap variabel kompensasi selanjutnya dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu baik, sedang dan buruk. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kompensasi

Kategori Motivasi Jumlah %

Kompensasi

4.3.7. Keamanan dan Keselamatan Kerja

Keamanan dan keselamatan kerja adalah kondisi fisik dan lingkungan dalam unit kerja rumah sakit yang memungkinkan dokter dapat bekerja dengan tenang dan nyaman. Indikator keamanan dan keselamatan kerja menggunakan dua item pertanyaan yang dapat dilihat selengkapnya pada Tabel Berikut:

Tabel 4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Prestasi

Jawaban Responden Total %

(71)

Jawaban responden tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu baik, sedang dan buruk. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Keamanan dan Keselamatan Kerja

Kategori Motivasi Jumlah %

Keamanan dan Keselamatan Kerja 1. Buruk

Kondisi kerja adalah suasana tempat kerja dan dukungan semua pihak ke rumah sakit yang memungkinkan setiap dokter dapat bekerja. Indikator kondisi kerja menggunakan tiga item pertanyaan yang dapat dilihat selengkapnya pada Tabel Berikut:

Tabel 4.18. Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Kerja

Jawaban Responden Total %

(72)

setuju. Pada item ketiga (Dokter harus menyediakan waktu secukupnya untuk mengisi rekam medis dengan baik dan lengkap), umumnya responden menjawab setuju (73,4%) dan 3,3% menjawab ragu-ragu.

Jawaban responden tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu baik, sedang dan buruk. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 4.19. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kondisi Kerja

Kategori Motivasi Jumlah %

Kondisi Kerja

Prosedur kerja adalah pedoman atau acuan kerja di unit kerja rumah sakit yang memungkinkan dokter dapat bekerja sesuai dan sistem yang ditetapkan. Indikator prosedur kerja menggunakan tiga item pertanyaan yang dapat dilihat selengkapnya pada Tabel Berikut:

Tabel 4.20. Distribusi Responden Berdasarkan Prosedur Kerja

Jawaban Responden Total %

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep penelitian Sumber : Teori dua faktor dari Herzberg (Gibson, 1997)
Tabel 3.1. Hasil Perhitungan Validitas
Tabel 3.1. (Lanjutan)
Tabel 3.2. Hasil Perhitungan Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

167 Kota Banjarmasin 17156067310099 1993 HENDRA EKA KURNIAWAN Teknik Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik SMKN 5 BANJARMASIN MP. 168 Kota Banjarmasin 17156081010209 1998

Dengan adanya web untuk sebuah dealer sepeda motor suzuki maka semua proses pemesanan kendaraan yang terjadi didalam sebuah dealer sepeda motor akan menjadi lebih efisien dan

Dengan adanya web untuk sebuah dealer sepeda motor suzuki maka semua proses pemesanan kendaraan yang terjadi didalam sebuah dealer sepeda motor akan menjadi lebih efisien dan

Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia atau akan diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun karena mencapai batas usia pensiun, dapat diberikan kenaikan

Berdasarkan uji KKK, Po/PRI dan TGA dapat disimpulkan, bahwa koagulasi lateks menggunakan sari buah mengkudu dan sari kulit buah nenas dapat digunakan sebagai alternatif

Sampel gigi dibagi 5 kelompok masing- masing 5 buah gigi yaitu, kelompok 1 (kontrol negatif): sampel direndam dalam aquadest steril, kelompok 2 (kontrol positif): sampel direndam

Jawaban harus akurat menunjukan kebiasaan tidur anak pada siang atau malam dalam satu bulan terakhiri. Dalam satu bulan terakhir, pukul berapa anak biasanya pergi ke tempat tidur di

Merancangan dan membuat aplikasi prediksi penjualan dan persediaan stok menggunakan data warehouse dan data mining pada perusahaan dengan metode algoritma C.45