• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Studi di Desa Ujung Gading Kabupaten Labuhan Batu Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Studi di Desa Ujung Gading Kabupaten Labuhan Batu Selatan)"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP

PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

DESA (STUDI DI DESA UJUNG GADING KABUPATEN

LABUHAN BATU SELATAN)

S K R I P S I

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

IBRAHIM S. HARAHAP NIM : 110200380

DEPARTEMEN : HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TINJAUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP

PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

DESA (STUDI DI DESA UJUNG GADING KABUPATEN

LABUHAN BATU SELATAN)

SKRIPSI

Disusun Oleh :

IBRAHIM S. HARAHAP NIM : 110200380

Diajukan untuk meglengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara

(Suria Ningsih, SH, M.Hum) Nip. 196002141987032002

DOSEN PEMBIMBING I DOSEN PEMBIMBING II

(Suria Ningsih, SH, M.Hum) (Erna Herlinda, SH, M.Hum) Nip. 196002141987032002 Nip. 196705091993032001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

TINJAUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA (Studi di Desa Ujung Gading Kabupaten Labuhan Batu Selatan)

*Ibrahim S. Harahap **Surianingsih

***Erna Herlinda

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa tersebut tidak terlepas dari perjuangan panjang yang melelahkan oleh kepala desa dan perangkat desa melalui demonstrasi yang memenuhi ruang-ruang publik serta diwarnai dengan ancaman boikot terhadap pelaksanaan program-program strategis pemerintahan. Keberadaan Pemerintah desa sudah menjadi sebuah tradisi pemerintahan yang tingkat ketergantungan dengan pemerintah lainnya sangat tinggi.

Perumusan masalah dalam penelitian skripsi ini adalah bagaimanakah pemerintahan desa menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Bagaimanakah penyelenggaraan pemerintahan desa di Desa Ujung Gading Kabupaten Labuhan Batu Selatan dan Bagaimanakah hambatan dan solusi dalam pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Desa Ujung Gading.

Jenis Penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah bersifat deskriptif analisis mengarah kepada penelitian yuridis normatif. Bahan hukum dalam skripsi ini di ambil dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Teknik pengumpulan data dipergunakan dalam penelitian ini adalah Studi kepustakaan (Library Research) dan Studi Lapangan. Analisis data yang digunakan adalah kualitatif.

Pemerintahan desa menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangan setelah disahkan. Adapun kelebihan UU Desa yang paling terlihat adalah pemanfaatan UU Desa sebagai dasar pijakan dan dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia. Sedangkan, kekurangan UU Desa terletak pada pengertian desa adat yang berbeda dengan pengertian masyarakat desa adat itu sendiri. Penyelenggaraan pemerintahan desa di Desa Ujung Gading mengalami peningkatan sesuai dengan tugas dan fungsinya, hal ini karena tingkat SDM mulai meningkat hasil adanya pembinaan yang secara terus menerus oleh kepala Desa Ujung Gading namun masih juga banyak kendala dalam penertiban administrasi dan pelayanan terhadap masyarakat baik secara fisik maupun non fisik. Kepala Desa selaku pihak yang bertanggung jawab dalam hal pelayanan masyarakat selalu melakukan hal tersebut karena tugas sasaran dan fungsi Kepala Desa. Faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pembuatan Peraturan Desa Ujung Gading adalah kekeluargaan, tingkat pendidikan yang masih rendah (ilmu pengetahuan yang minim),kurang nya dukungan pemerintah, kondisi kerja dan faktor menyatukan paham (pola pikir).

Kata kunci : Pemerintah desa

*) Mahasiswa Fakultas Hukum USU/Penulis

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT karna yang telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta dan atas karunia serta kemudahan yang engkau berikan akhirnya skripsi sederhana ini dapat terselesaikan.

Adapun judul skripsi ini adalah “Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Menurut Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Studi di Desa Ujung Gading Kabupaten

Labuhan Batu Selatan)”.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis dengan hormat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafrudin Hasibuan, SH, M.H, DFM, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak DR. OK. Saidin, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Surianingsih, SH, M.Hum, sebagai ketua Departemen Hukum Administrasi Negara Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai dosen pembimbing I yang telah banyak memberi bimbingan dan nasehat dalam penulisan skripsi ini.

(5)

7. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mengajar dan membimbing Penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh Staf Tata Usaha dan Staf Administrasi Perpustakaan serta para pegawai di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

9. Bapak Herman Harahap selaku kepala desa Ujung Gading yang telah memberikan penulis waktu untuk melakukan riset.

10.Bapak H. Panggana Hasibuan selaku sekretaris desa Ujung Gading yang telah membantu penulis untuk melakukan riset.

11.Teristimewa ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Jalwin Maskal Harahap dan Ibunda Rantemas yang tiada hentinya memberikan do’a , motivasi, dan dukungan selama ini sehingga penulis

selalu semangat dalam proses pengerjaan skripsi ini.

12.Terima kasih kepada abang dan adik penulis Syahreza, Arif dan Annisa yang telah mendukung penulis.

13.Kepada Zahrah H Dalimunthe yang telah membantu dan mendampingi penulis selama proses pengerjaan skripsi ini, terima kasih banyak zahra yang telah memberikan waktu dan perhatian nya, sehingga penulis dapat dengan cepat menyelesaikan skripsi ini.

14.Terima kasih kepada H. Irsan Dalimunthe dan Hj. Masjuni Simatupang yang telah mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

(6)

16.Terima kasih kepada Defri, Faisal, Guslihan, Ihsan Amruh, Mora, Asyuro, yang telah mendukung penuh penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita semua sukses dan jaya selalu.

Akhir kata penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu Dosen dan semua rekan-rekan atas segala kesilapan yang telah di perbuat penulis selama ini, dan penulis berharap semoga skripsi yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan pihak lain yang memerlukannya. Amin……..

Medan, Juni 2015 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 7

D. Keaslian Penulisan ... 7

E. Tinjauan Kepustakaan ... 8

F. Metode Penelitian ... 16

G. Sistematika Penulisan... 18

BAB II : PEMERINTAHAN DESA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA ... 20

A. Istilah dan Pengertian Desa ... 20

B. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa ... 28

C. Otonomi Desa ... 34

BAB III : PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI DESA UJUNG GADING ... 42

A. Gambaran Umum Kabupaten Labuhan Batu Selatan Desa Ujung Gading ... 42

(8)

C. Kedudukan Tugas dan Fungsi Kepala Desa Ujung Gading ... 51

BAB IV : HAMBATAN DAN SOLUSI DALAM MELAKSANAKAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA ... 58

A. Hambatan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Desa Ujung Gading... 58

B. Solusi dalam Mengatasi hambatan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Desa Ujung Gading ... 67

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

A. Kesimpulan ... 70

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

ABSTRAK

TINJAUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA (Studi di Desa Ujung Gading Kabupaten Labuhan Batu Selatan)

*Ibrahim S. Harahap **Surianingsih

***Erna Herlinda

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa tersebut tidak terlepas dari perjuangan panjang yang melelahkan oleh kepala desa dan perangkat desa melalui demonstrasi yang memenuhi ruang-ruang publik serta diwarnai dengan ancaman boikot terhadap pelaksanaan program-program strategis pemerintahan. Keberadaan Pemerintah desa sudah menjadi sebuah tradisi pemerintahan yang tingkat ketergantungan dengan pemerintah lainnya sangat tinggi.

Perumusan masalah dalam penelitian skripsi ini adalah bagaimanakah pemerintahan desa menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Bagaimanakah penyelenggaraan pemerintahan desa di Desa Ujung Gading Kabupaten Labuhan Batu Selatan dan Bagaimanakah hambatan dan solusi dalam pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Desa Ujung Gading.

Jenis Penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah bersifat deskriptif analisis mengarah kepada penelitian yuridis normatif. Bahan hukum dalam skripsi ini di ambil dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Teknik pengumpulan data dipergunakan dalam penelitian ini adalah Studi kepustakaan (Library Research) dan Studi Lapangan. Analisis data yang digunakan adalah kualitatif.

Pemerintahan desa menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangan setelah disahkan. Adapun kelebihan UU Desa yang paling terlihat adalah pemanfaatan UU Desa sebagai dasar pijakan dan dasar hukum yang jelas bagi setiap desa di Indonesia. Sedangkan, kekurangan UU Desa terletak pada pengertian desa adat yang berbeda dengan pengertian masyarakat desa adat itu sendiri. Penyelenggaraan pemerintahan desa di Desa Ujung Gading mengalami peningkatan sesuai dengan tugas dan fungsinya, hal ini karena tingkat SDM mulai meningkat hasil adanya pembinaan yang secara terus menerus oleh kepala Desa Ujung Gading namun masih juga banyak kendala dalam penertiban administrasi dan pelayanan terhadap masyarakat baik secara fisik maupun non fisik. Kepala Desa selaku pihak yang bertanggung jawab dalam hal pelayanan masyarakat selalu melakukan hal tersebut karena tugas sasaran dan fungsi Kepala Desa. Faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pembuatan Peraturan Desa Ujung Gading adalah kekeluargaan, tingkat pendidikan yang masih rendah (ilmu pengetahuan yang minim),kurang nya dukungan pemerintah, kondisi kerja dan faktor menyatukan paham (pola pikir).

Kata kunci : Pemerintah desa

*) Mahasiswa Fakultas Hukum USU/Penulis

(11)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN.

(12)

BAB II

PEMERINTAHAN DESA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6

TAHUN 2014 TENTANG DESA

A. Istilah dan Pengertian Desa

Pemerintah dalam arti sempit adalah organ/alat perlengkapan Negara yang diserahi tugas pemerintahan atau melaksanakan undang-undang, sedangkan dalam arti luas mencakup semua badan yang menyelenggarakan semua kekuasaan di dalam Negara baik kekuasaan eksekutif maupun kekuasaan legislatif dan yudikatif.25

Istilah desa adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa. Sebuah desa merupakan kumpulan dari beberapa unit pemukiman kecil yang disebut kampung atau dusun. Kepala Desa dapat disebut dengan nama lain misalnya Kepala Kampung.26

Desa adalah entitas terdepan dalam segala proses pembangunan bangsa dan negara. Hal ini menyebabkan desa memiliki arti sangat strategis sebagai basis penyelenggaraan pelayanan publik dan memfasilitasi pemenuhan hak-hak publik rakyat lokal. Sejak masa penjajahan Hindia Belanda sekalipun, pemerintah kolonial telah menyadari peran strategis desa dalam konstelasi ketatanegaraan pada masa itu.

Desaadalah suatu kesatuan masyarakat berdasarkan adat dan hukum adat yang menetap dalam suatu wilayah yang tertentu batas-batasnya; memiliki ikatan lahir dan batin yang sangat kuat, baik karena keturunan maupun karena sama-sama memiliki kepentingan politik, ekonomi, sosial, dan keamanan; memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri.27Jika

25

HR. Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Rajawali Pers, 2006, hal 24 26

http://id.wikipedia.org/wiki/Desa,html, (diakses tanggal 10 Juni 2015) 27

(13)

ditinjau dari segi Geografis menurut Beratha berpendapat bahwa : Desa adalah sebagai “suatu unsur perwujudan geografi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur

fisiografis, sosial ekonomis, politis dan kultural yang terdapat di situ dalam hubungannya dan pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah lain”.28

Selanjutnya, jika ditinjau dari segi Pengertian Administrasi Desa, Daldjoeni memberikan batasan tentang Desa adalah sebagai “suatu kesatuan hukum, di mana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri”.29

Undang-Undang tentang pemerintahan desa ternyata melemahkan atau menghapuskan banyak unsur-unsur demokrasi demi keseragaman bentuk dan susunan pemerintahan desa. Demokrasi tidak lebih hanya sekedar masih menjadi impian dan slogan dalam retorika untuk pelipur lara. Masyarakat desa tidak hanya dapat memberdayakan dirinya dan bahkan semakin lama semakin lemah dan tidak berdaya. Keadaan seperti ini tidak dapat dibiarkan begitu saja. Roda berputar, zaman berubah, orde baru berlalu, era reformasi bergulir, aspirasi masyarakatpun mengalir. Untuk menyongsong kehidupan yang lebih baik dan yang dilandasi demokrasi, perlu disusun dan diatur kembali kehidupan tata pemerintahan daerah/desa sesuai dengan tuntutan zaman dan aspirasi masyarakat. Untuk itu, perlu ditinjau ulang kelemahan dan kelebihan terhadap undang-undang yang mengatur pemerintahan daerah/desa selama ini sesuai dengan tuntutan reformasi.30

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

28

I Nyoman Beratha. Desa: Masyarakat Desa dan Pembangunan Desa. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1982, hal 26

29

Daldjoni, N. Geografi Kota dan Desa. Bandung: Penerbit Alumni, 1987, hal 45 30

(14)

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.31

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.32Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.33 Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.34Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.35Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesarbesarnya kesejahteraan masyarakat Desa.36Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya

31

Pasal 1 angka 43 Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah 32

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 33

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 34

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 35

Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 36

(15)

kesejahteraan masyarakat Desa.37Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.38

Desa atau yang disebut dengan nama lain telah ada sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Sebagai bukti keberadaannya, Penjelasan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum perubahan) menyebutkan bahwa “Dalam territori Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 “Zelfbesturende landschappen” dan “Volksgemeenschappen”, seperti desa di Jawa

dan Bali, Nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang, dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai daerah-daerah itu akan mengingati hak-hak asal usul daerah tersebut”. Oleh sebab itu, keberadaannya wajib tetap diakui dan diberikan jaminan keberlangsungan hidupnya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keberagaman karakteristik dan jenis Desa, atau yang disebut dengan nama lain, tidak menjadi penghalang bagi para pendiri bangsa (founding fathers) ini untuk menjatuhkan pilihannya pada bentuk negara kesatuan. Meskipun disadari bahwa dalam suatu negara kesatuan perlu terdapat homogenitas, tetapi Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap memberikan pengakuan dan jaminan terhadap keberadaan kesatuan masyarakat hukum dan kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya.

37

Pasal 1 angka 8 Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 38

(16)

Pengaturan Desa berasaskan: rekognisi; subsidiaritas; keberagaman; kebersamaan; kegotongroyongan; kekeluargaan; musyawarah; demokrasi; kemandirian; partisipasi; kesetaraan; pemberdayaan; dan keberlanjutan.39 Pengaturan Desa bertujuan:

1. memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan

keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik

Indonesia;

2. memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem

ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat

Indonesia;

3. melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa;

4. mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan

potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama;

5. membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta

bertanggung jawab;

6. meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna mempercepat

perwujudan kesejahteraan umum;

7. meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan masyarakat

Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional;

8. memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan

pembangunan nasional; dan

9. memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan.40

Desa berkedudukan di wilayah Kabupaten/Kota.41 Desa terdiri atas Desa dan Desa Adat.42 Penyebutan Desa atau Desa Adat disesuaikan dengan penyebutan yang

39

Pasal 3 Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 40

(17)

berlaku di daerah setempat.43Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat melakukan penataan Desa.44Penataan berdasarkan hasil evaluasi tingkat perkembangan Pemerintahan Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.45Penataan bertujuan:

1. mewujudkan efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan Desa; 2. mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa; 3. mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik; 4. meningkatkan kualitas tata kelola Pemerintahan Desa; dan 5. meningkatkan daya saing Desa.46

Penataan meliputi:pembentukan, penghapusan, penggabungan, perubahan status dan penetapan Desa.47Pembentukan Desa merupakan tindakan mengadakan Desa baru di luar Desa yang ada.48Pembentukan Desa ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan prakarsa masyarakat Desa, asal usul, adat istiadat, kondisi sosial budaya masyarakat Desa, serta kemampuan dan potensi Desa.49Pembentukan Desa harus memenuhi syarat: batas usia Desa induk paling sedikit 5 (lima) tahun terhitung sejak pembentukan, jumlah penduduk, wilayah kerja yang memiliki akses transportasi antarwilayah, sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan hidup bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat Desa, memiliki potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya ekonomi pendukung, batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk peta Desa yang telah ditetapkan dalam peraturan Bupati/ Walikota, sarana dan prasarana

41

Pasal 5 Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 42

Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 43

Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 44

Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 45

Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 46

Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 47

Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 48

Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 49

(18)

bagi Pemerintahan Desa dan pelayanan publik; dan tersedianya dana operasional, penghasilan tetap, dan tunjangan lainnya bagi perangkat Pemerintah Desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.50Dalam wilayah Desa dibentuk dusun atau yang disebut dengan nama lain yang disesuaikan dengan asal usul, adat istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat Desa.51 Pembentukan Desa dilakukan melalui Desa persiapan.52Desa persiapan merupakan bagian dari wilayah Desa induk.53Desa persiapan dapat ditingkatkan statusnya menjadi Desa dalam jangka waktu 1 (satu) sampai 3 (tiga) tahun.54 Peningkatan status dilaksanakan berdasarkan hasil evaluasi.55Desa dapat dihapus karena bencana alam dan/atau kepentingan program nasional yang strategis.56Dua Desa atau lebih yang berbatasan dapat digabung menjadi Desa baru berdasarkan kesepakatan Desa yang bersangkutan dengan memperhatikan persyaratan yang ditentukan dalam Undang-Undang ini.57

Desa dapat berubah status menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa melalui Musyawarah Desa dengan memperhatikan saran dan pendapat masyarakat Desa.58 Seluruh barang milik Desa dan sumber pendapatan Desa yang berubah menjadi kelurahan menjadi kekayaan/aset Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kelurahan tersebut dan pendanaan kelurahan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.59

50

Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 51

Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 52

Pasal 8 ayat (5) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 53

Pasal 8 ayat (6) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 54

Pasal 8 ayat (7) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 55

Pasal 8 ayat (7) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 56

Pasal 9 Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 57

Pasal 10 Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 58

Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 59

(19)

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengubah status kelurahan menjadi Desa berdasarkan prakarsa masyarakat dan memenuhi persyaratan yang ditentukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.60 Kelurahan yang berubah status menjadi Desa, sarana dan prasarana menjadi milik Desa dan dikelola oleh Desa yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat Desa.61 Pendanaan perubahan status kelurahan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.62Pemerintah dapat memprakarsai pembentukan Desa di kawasan yang bersifat khusus dan strategis bagi kepentingan nasional.63 Pembentukan, penghapusan, penggabungan, dan/atau perubahan status Desa menjadi kelurahan ditetapkan dalam Peraturan Daerah.64

Kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa.65 Kewenangan Desa meliputi: kewenangan berdasarkan hak asal usul, kewenangan lokal berskala Desa, kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.66Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa diatur dan diurus oleh Desa.67Pelaksanaan kewenangan yang ditugaskan dan pelaksanaan kewenangan tugas lain dari

60

Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 61

Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 62

Pasal 12 ayat (3) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 63

Pasal 13 Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 64

Pasal 14 Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 65

Pasal 18 Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 66

Pasal 19 Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 67

(20)

Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota diurus oleh Desa.68Penugasan dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah kepada Desa meliputi penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.69

B. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

Penyelenggaraan Pemerintahan desa merupakan subsistem dalam sistem penyelenggaraan Pemerintahan Nasional sehingga desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, Otonomi asli, demokrasi dan pemberdayaan mayarakat.

Posisi Pemerintahan Desa yang paling dekat dengan masyarakat adalah Pemerintah Desa selaku pembina, pengayom, dan pelayanan masyarakat sangat berperan dalam mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan Desa.Penyelenggaraaan Pemerintahan Desa merupakan sub sistem dalam penyelenggaraan sistem Pemerintahan Nasional, sehingga Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Adapun landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli dan pemberdayaan masyarakat.

Sebagai miniatur negara Indonesia, Desa menjadi arena politik paling dekat bagi relasi antara masyarakat dengan pemegang kekuasaan (perangkat Desa). Di satu sisi, para perangkat Desa menjadi bagian dari birokrasi negara yang mempunyai daftar tugas kenegaraan, yakni menjalankan birokratisasi di level Desa, melaksanakan program-program pembangunan, memberikan pelayanan administratif

68

Pasal 21 Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 69

(21)

kepada masyarakat. Tugas penting pemerintah Desa adalah memberi pelayanan administratif (surat-menyurat) kepada warga.70

Dalam pemerintahan daerah kabupaten/kota dibentuk pemerintahan desa yang terdiri dari pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa. Pembentukan, penghapusan, dan/atau penggabungan Desa dengan memperhatikan asal usulnya atas prakarsa masyarakat. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Pemerintah mengakui otonomi yang dimiliki oleh desa ataupun dengan sebutan lainnya dan kepada desa melalui pemerintah desa dapat diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari Pemerintah ataupun pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu. Sedang terhadap desa di luar desa geneologis yaitu desa yang bersifat administratif seperti desa yang dibentuk karena pemekaran desa ataupun karena transmigrasi ataupun karena alasan lain yang warganya pluralistis, majemuk, ataupun heterogen, maka otonomi desa akan diberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan dari desa itu sendiri. Kepala desa dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa warga negara Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihannya diatur dengan Perda yang berpedoman kepada Peraturan Pemerintah. Calon kepala desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan kepala desa sebagaimana dimaksud, ditetapkan sebagai kepala desa.71

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa.72 Penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan asas: kepastian hokum, tertib penyelenggaraan

70

https://pramudyarum.wordpress.com/2013/02/09/penyelenggaraan-pemerintahan-desa-2/.html, (diakses tanggal 10 Juni 2015)

71

http://www.academia.edu/11080401/Asas_Penyelenggaraan_Pemerintahan_Desa_Berdasark an_UU_Desa.html, (diakses tanggal 10 Juni 2015)

72

(22)

pemerintahan, tertib kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efektivitas dan efisiensi, kearifan local, keberagaman; dan partisipatif.73

Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dan yang dibantu oleh perangkat Desa atau yang disebut dengan nama lain.74Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.75Dalam melaksanakan tugas Kepala Desa berwenang:memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa, mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa, memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa, menetapkan Peraturan Desa, menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, membina kehidupan masyarakat Desa, membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa, membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta mengintegrasikannya agar mencapai, perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa, mengembangkan sumber pendapatan Desa, mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa, mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa, memanfaatkan teknologi tepat guna, mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif, mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.76

73

Pasal 24 Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 74

Pasal 25 Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 75

Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 76

(23)

Kepala Desa yang melanggar larangan dikenai sanksi administratif berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis.77 Dalam hal sanksi administratif tidak dilaksanakan, dilakukan tindakan pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan dengan pemberhentian.78Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah Kabupaten/Kota.79Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota menetapkan kebijakan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa secara serentak dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.80 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan Kepala Desa serentak atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.81

Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk Desa.82 Pemilihan Kepala Desa bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.83 Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan melalui tahap pencalonan, pemungutan suara, dan penetapan.84 Dalam melaksanakan pemilihan Kepala Desa dibentuk panitia pemilihan Kepala Desa.85 Panitia pemilihan bertugas mengadakan penjaringan dan penyaringan bakal calon berdasarkan persyaratan yang ditentukan, melaksanakan pemungutan suara, menetapkan calon Kepala Desa terpilih, dan melaporkan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa.86 Biaya pemilihan Kepala Desa dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.87Penduduk Desa yang pada hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah menikah ditetapkan sebagai pemilih.88

77

Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 78

Pasal 30 ayat (2) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 79

Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 80

Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 81

Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 82

Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 83

Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 84

Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 85

Pasal 34 ayat (4) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 86

Pasal 34 ayat (5) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 87

Pasal 34 ayat (6) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 88

(24)

Calon Kepala Desa yang dinyatakan terpilih adalah calon yang memperoleh suara terbanyak.89 Panitia pemilihan Kepala Desa menetapkan calon Kepala Desa terpilih.90 Badan Permusyawaratan Desa paling lama 7 (tujuh) hari setelah menerima laporan panitia pemilihan menyampaikan nama calon Kepala Desa terpilih kepada Bupati/Walikota.91 Bupati/Walikota mengesahkan calon Kepala Desa terpilih menjadi Kepala Desa paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterimanya penyampaian hasil pemilihan dari panitia pemilihan Kepala Desa dalam bentuk keputusan Bupati/Walikota.92

Calon Kepala Desa terpilih dilantik oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah penerbitan keputusan Bupati/Walikota.93Sebelum memangku jabatannya, Kepala Desa terpilih bersumpah/berjanji.94Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan.95 Kepala Desa dapat menjabat paling banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.96

Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati/Walikota setelah dinyatakan sebagai terdakwa yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan register perkara di pengadilan.97Kepala Desa yang diberhentikan sementara setelah melalui proses peradilan ternyata terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak penetapan putusan pengadilan diterima oleh Kepala Desa, Bupati/Walikota merehabilitasi dan mengaktifkan kembali Kepala

89

Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 90

Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 91

Pasal 37 ayat (4) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 92

Pasal 37 ayat (5) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 93

Pasal 38 ayat (1) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 94

Pasal 38 ayat (2) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 95

Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 96

Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 97

(25)

Desa yang bersangkutan sebagai Kepala Desa sampai dengan akhir masa jabatannya.98 Apabila Kepala Desa yang diberhentikan sementara telah berakhir masa jabatannya, Bupati/Walikota harus merehabilitasi nama baik Kepala Desa yang bersangkutan.99

Perangkat Desa terdiri atas: sekretariat Desa, pelaksana kewilayahan; dan pelaksana teknis.100Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.101 Perangkat Desa diangkat oleh Kepala Desa setelah dikonsultasikan dengan Camat atas nama Bupati/Walikota.102 Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, perangkat Desa bertanggung jawab kepada Kepala Desa.103Perangkat Desa yang melanggar larangan dikenai sanksi administratif berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis.104 Dalam hal sanksi administratif tidak dilaksanakan, dilakukan tindakan pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan dengan pemberhentian.105

Musyawarah Desa merupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat Desa untuk memusyawarahkan hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.106 Musyawarah Desa dilaksanakan paling kurang sekali dalam 1 (satu) tahun.107 Musyawarah Desa dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.108Anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan

98

Pasal 44 ayat (1) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 99

Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 100

Pasal 48 Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 101

Pasal 48 ayat (1) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 102

Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 103

Pasal 48 ayat (3) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 104

Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 105

Pasal 52 ayat (2) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 106

Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 107

Pasal 55 ayat (3) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 108

(26)

keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis.109Badan Permusyawaratan Desa menyusun peraturan tata tertib Badan Permusyawaratan Desa.110

C. Otonomi Desa

Perkataan otonomi atau autonomy berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti sendiri, dan nomos yang berarti hukum atau aturan. Dalam konsep etimologis ini, beberapa penulis memberikan pengertian tentang otonomi. Otonomi diartikan sebagai zelfwetgeving atau pengundangan sendiri, perundangan sendiri, mengatur atau memerintah sendiri.111

Sistem pemerintahan otonomi daerah mempunyai ciri atau batasan sebagai berikut:

1. Pemerintahan daerah yang berdiri sendiri.

2. Melaksanakan hak, wewenang dan kewajiban pemerintahan oleh sendiri.

3. Melakukan pengaturan, pengurusan dan hak, wewenang dan kewajiban yang menjadi tanggungjawabnya melalui peraturan yang dibuat sendiri.

4. Peraturan yang menjadi landasan hukum urusan pemerintahan tidak boleh bertentangan dengan peraturan dan perundang-undnagan diatasnya.112

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, otonomi adalah pola pemerintahan sendiri. Sedangkan otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai

109

Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 110

Pasal 60 Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa 111

Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap Penyelengaraan Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, hal 7

112

Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara dalam

(27)

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.113Otonomi daerah adalah hak penduduk yang tinggal dalam suatu daerah untuk mengatur, mengurus, mengendalikan dan mengembangkan urusannya sendiri dengan menghormati peraturan perundangan yang berlaku.114

Pengaturan baru tentang Desa dalam UU No. 6 Tahun 2014 tidak berimplikasi pada perubahan status kepala desa menjadi “pejabat negara”. Hal ini disebabkan

kepala desa sejak dahulu, walaupun memimpin satuan pemerintahan yang bersifat otonom (desa) tidak bertindak untuk dan atas nama negara sebagaimana karakter yang melekat pada “pejabat negara”.Namun tetap sebagai pejabat pemerintahan karena

merupakan salah satu penyelenggara pemerintahan desa.115

Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.116 Asas Otonomi adalah prinsip dasar penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berdasarkan Otonomi Daerah.117

Otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewenangan yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur

113

Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2007, hal 992 114

Hanif Nurcholis, Op.Cit, hal 30 115

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt52f6ce3253a76/kedudukan-desa-dan-kepala-desa-dalam-ketatanegaraan-indonesia, (diakses tanggal 8 Juni 2015)

116

Pasal 1 angka 6 Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah 117

(28)

dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerahnya.

Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus yang penting dalam rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing. Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan yaitu pemerintah daerah. Pemerintah daerah bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar ketentuan hukum yaitu perundang-undangan.118

Menurut Sabarno, pengertian luas dalam penyelenggaraan otonomi daerah merupakan keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup seluruh bidang pemerintahan yang dikecualikan pada bidang politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, dan agama, serta kewenangan bidang lain. Kewenangan bidang lain tersebut meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian

118

(29)

negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konversi, dan standarisasi nasional.119

Dengan pemahaman bahwa Desa memiliki kewenangan untuk mengurus dan mengatur kepentingan masyarakatnya sesuai dengan kondisi dan sosial budaya setempat, maka posisi Desa yang memiliki otonomi asli sangat strategis sehingga memerlukan perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan Otonomi Daerah. Karena dengan Otonomi Desa yang kuat akan mempengaruhi secara signifikan perwujudan Otonomi Daerah.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 memberikan gambaran dalam pelaksaan otonomi desa secara luas, nyata, bertanggungjawab, dimana di dalamnya disebutkan bahwa urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa. Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan identifikasi, pembahasan, dan penetapan jenis-jenis kewenangan yang diserahkan pengaturannya kepada desa, seperti kewenangan dibidang pertanian, pertambangan energi, kehutanan dan perkebunan, perindustrian dan perdagangan, perkoperasian, ketenagakerjaan.

Kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenagan bidang lainnya. Disamping itu keluasaan otonomi mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. pengertian luas dalam penyelenggaraan otonomi daerah

119

(30)

merupakan keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup seluruh bidang pemerintahan yang dikecualikan pada bidang politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, dan agama, serta kewenangan bidang lain.

Otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintahan dibidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh, hidup dan berkembang didaerah. Pemerintah daerah selain berperan melindungi masyarakat dan menyerap aspirasi masyarakat juga harus mampu mengelola berbagai kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepadanya. Dalam pengelolan kewenangan yang luas tersebut tetap dibatasi rambu penting dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam hal ini, otonomi bukanlah semata-mata menggunakan pendekatan administratif atau sekedar meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja saja, akan tetapi sekaligus pendekatan dalam dimensi politik. Dengan demikian, makna kewenangan dibidang pemerintahan yang berkaitan langsung dengan kepentingan masyarakat sejauh mungkin harus dapat dilayani secara dekat dan cepat.

Widjaja menyatakan bahwa otonomi desa merupakan otonomi asli, bulat, dan utuh serta bukan merupakan pemberian dari pemerintah. Sebaliknya pemerintah berkewajiban menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tersebut. Sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak istimewa, desa dapat melakukan perbuatan hukum baik hukum publik maupun hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda serta dapat dituntut dan menuntut di muka pengadilan.120Bagi desa, otonomi yang dimiliki berbeda dengan otonomi yang dimiliki oleh daerah propinsi maupun daerah kabupaten dan daerah kota. Otonomi

120

(31)

yang dimiliki oleh desa adalah berdasarkan asal-usul dan adat istiadatnya, bukan berdasarkan penyerahan wewenang dari Pemerintah. Desa atau nama lainnya, yang selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hokum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. Landasan pemikiran yang perlu dikembangkan saat ini adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokrasi, dan pemberdayaan masyarakat.121

Pengakuan otonomi di desa, Taliziduhu Ndraha menjelaskan sebagai berikut :122

1. Otonomi desa diklasifikasikan, diakui, dipenuhi, dipercaya dan dilindungi oleh pemerintah, sehingga ketergantungan masyarakat desa kepada “kemurahan hati”

pemerintah dapat semakin berkurang.

2. Posisi dan peran pemerintahan desa dipulihkan, dikembalikan seperti sediakala atau dikembangkan sehingga mampu mengantisipasi masa depan.

Otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada pada masyarakat untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan desa tersebut. Urusan pemerintahan berdasarkan asal-usul desa, urusan yang menjadi wewenang pemerintahan Kabupaten atau Kota diserahkan pengaturannya kepada desa.123

121

Syaukani HR, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008, hal 43

122

Taliziduhu Ndraha, Kybernology (ilmu Pemerintahan Baru), Jilid 1 dan 2, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, hal 12

123

(32)

Namun harus selalu diingat bahwa tiada hak tanpa kewajiban, tiada kewenangan tanpa tanggungjawab dan tiada kebebasan tanpa batas. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan hak, kewenangan dan kebebasan dalam penyelenggaraan otonomi desa harus tetap menjunjung nilai-nilai tanggungjawab terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menekankan bahwa desa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa dan negara Indonesia. Pelaksanaan hak, wewenang dan kebebasan otonomi desa menuntut tanggungjawab untuk memelihara integritas, persatuan dan kesatuan bangsa dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tanggungjawab untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang dilaksanakan dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku.124 Prinsip penyelenggaraan otonomi daerah adalah demokratisasi dan keadilan, memerhatikan potensi dan keanekaragaman daerah, kesesuaiann hubungan pusat dan daerah, meningkatkan kemandirian daerah dengan meletakkan otonomi daerah yang luas dan utuh pada kabupaten/kota. Kebijaksanaan terbatas pada daerah provinsi serta desa ditempatkan pada pengakuan otonomi asli.125

124

Widjaja, HAW. Op.Cit, hal 166 125

(33)

BAB III

PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI DESA

UJUNG GADING

A. Gambaran Umum Kabupaten Labuhan Batu Selatan Desa Ujung Gading

Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel) yang beribukota di Kota Pinang. Kota Pinang adalah kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Labuhanbatu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2008 pada 24 Juni 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Selatan, semasa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan pintu gerbang provinsi Sumatera Utara ditinjau dari provinsi Riau.126Kecamatan yang menjadi wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan

 Kampung Rakyat

Kampung Rakyat adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara, Indonesia. Terletak tak jauh dari ibu kota kabupaten Labuhanbatu Selatan, kecamatan ini beribukotakan Tanjung Medan. Wilayah ini menjadi 2 bagian di karenakan terpisah oleh sungai Barumun, yaitu bagian Tanjung Medan dan bagian Teluk Panji. Jarak antar bagian tersebut cukup jauh hingga perangkat pemerintahan sukar melaksanakan pemerataan kemakmuran.

Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Kampung Rakyat di Kota/Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) :

- Kelurahan/Desa Air Merah

- Kelurahan/Desa Perkebunan Batang Seponggol

126

(34)

- Kelurahan/Desa Perkebunan Perlabian

- Kelurahan/Desa Perkebunan Teluk Panji

- Kelurahan/Desa Perkebunan Tolan (Pekan Tolan)

- Kelurahan/Desa Perkebunan Tolan I/II

- Kelurahan/Desa Perlabian (Kampung Perlabian)

- Kelurahan/Desa Tanjung Medan

- Kelurahan/Desa Tanjung Mulia

- Kelurahan/Desa Tanjung Selamat

- Kelurahan/Desa Teluk Panji (Kampung Teluk Panji)

- Kelurahan/Desa Teluk Panji I

- Kelurahan/Desa Teluk Panji II

- Kelurahan/Desa Teluk Panji III

- Kelurahan/Desa Teluk Panji IV

 Kota Pinang

Kotapinang adalah sebuah kecamatan sekaligus pusat pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara, Indonesia. Jarak kota ini adalah 345 km dari kota Medan, ibukota Provinsi Sumatera Utara. Dahulu, ibukota kecamatan ini, Kotapinang yang juga merupakan ibukota Kabupaten Labuhanbatu Selatan pernah menjadi ibukota Kesultanan Kota Pinang.

Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Kota Pinang di Kota/Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) :

- Kelurahan/Desa Hadundung

- Kelurahan/Desa Kota Pinang

- Kelurahan/Desa Mampang

(35)

- Kelurahan/Desa Perkebunan Nagodang

- Kelurahan/Desa Perkebunan Normark

- Kelurahan/Desa Simatahari

- Kelurahan/Desa Sisumut

- Kelurahan/Desa Sosopan

- Kelurahan/Desa Sungai Rumbia (Perkebunan Sei Rumbia)

 Silangkitang

Silangkitang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara, Indonesia. Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Silangkitang di Kota/Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) :

- Kelurahan/Desa Aek Goti

- Kelurahan/Desa Binanga Dua

- Kelurahan/Desa Mandala Sena

- Kelurahan/Desa Rintis

- Kelurahan/Desa Suka Dame

- Kelurahan/Desa Ulumahuam

 Sei Kanan

Sei Kananadalah sebuah kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara, Indonesia. Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Sei /Sungai Kanan di Kota/Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) :

- Kelurahan/Desa Batang Nadenggan

- Kelurahan/Desa Hajoran

(36)

- Kelurahan/Desa Langga Payung

- Kelurahan/Desa Marsonja

- Kelurahan/Desa Parimburan

- Kelurahan/Desa Sabungan

- Kelurahan/Desa Sampean

- Kelurahan/Desa Ujung Gading

 Torgamba

Torgamba adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan yang beribukota di Cikampak ini merupakan daerah pemekaran dari kecamatan Kota Pinang. Nama kecamatan diambil dari nama perkebunan tertua di daerah tersebut yaitu perkebunan Torgamba PTP Nusantara III (dahulu adalah PTP IV). Perkebunan kelapa sawit mendominasi tanaman perkebunan di daerah ini. Sarana jalan hanya bagus di jalan Negara, selebihnya adalah jalan tanah yang bergelombang saat musim kemarau dan sangat licin saat musim hujan. Di Kecamatan Torgamba terdapat sebuah tempat pelatihan gajah (Taman Wisata Holiday Resort) yang terletak di Desa Aek Raso, yang merupakan salah satu tempat wisata andalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. selain itu di Kecamatan Torgamba tepatnya di Cikampak pertumbuhan perekonomian sudah sangat pesat berkembang. banyak bank - bank yang sudah membuka cabangnya di sini, seperti Bank Negara Indonesia , Bank Mandiri, Bank Sumut, Bank Danamon Indonesia dan lainnya.

Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Torgamba di Kota/Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) :

(37)

- Kelurahan/Desa Aek Raso - Kelurahan/Desa Asam Jawa - Kelurahan/Desa Bangai - Kelurahan/Desa Beringin Jaya - Kelurahan/Desa Bukit Tujuh - Kelurahan/Desa Bunut - Kelurahan/Desa Pangarungan - Kelurahan/Desa Pinang Dame - Kelurahan/Desa Rasau

- Kelurahan/Desa Sungai Meranti - Kelurahan/Desa Teluk Rampah - Kelurahan/Desa Torgamba - Kelurahan/Desa Torganda

Ujung Gading merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Sungai Kanan, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Desa Ujung Gading sudah ada sejak dulu. Luas Wilayah Desa Ujung Gading adalah 20 Km. Adapun Batasan wilayah Desa Ujung Gading yaitu:

Sebelah Timur Berbatasan dengan Desa Hajoran Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Penamburan Sebelah Utara Berbatasan dengan Desa Hutagodang

Sebelah Selatan Berbatasan dengan Desa Batang Wadenggan

(38)

tingkat kecakapan. Tingkat kecakapan juga akan mendorong tumbuhnya ketrampilan kewirausahaan. Dan pada gilirannya mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru. Dengan sendirinya akan membantu program pemerintah untuk pembukaan lapangan kerja baru guna mengatasi pengangguran. Pendidikan biasanya akan dapat mempertajam sistimatika pikir atau pola pikir individu, selain itu mudah menerima informasi yang lebih maju.

Kebudayaan yang ada di Desa Ujung Gading merupakan modal dasar pembangunan yang melandasi pembangunan yang akan dilaksanakan, warisan budaya yang bernilai luhur merupakan dasar dalam rangka pengembangan pariwisata budaya yang dujiwai oleh mayoritas keluhuran Nilai Agama Islam. Penggunaan tanah di Desa Ujung Gading sebagian besar diperuntukkan untuk tanah pertanian sawah dan perkebunan sedangkan sisanya untuk tanah kering yang merupakan bangunan dan fasilitas-fasilitas lainnya.

B. Susunan Organisasi Pemerintahan di Desa Ujung Gading Kabupaten

Labuhan Batu Selatan

Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Sedangkan Pemerintahan Desa didefinisikan sebagai penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(39)

terdiri atas pemuka-pemuka Masyarakat di Desa yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat Peraturan Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

Susunan organisasi pemerintahan di setiap desa tidak tentu sama. Hal ini karena tergantung dari kebutuhan dan keadaan desa masing-masing. Desa memiliki pemerintahan sendiri. Seperti yang sudah dijelaskan di depan bahwa pemerintahan desa terdiri atas pemerintah desa (yang meliputi kepala desa dan perangkat desa) dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Lebih lanjut bisa dirinci sebagai berikut.

1. Kepala desa

2. Badan Perwakilan Desa (BPD)

3. Sekretaris desa

4. Pelaksanaan Teknis Lapangan

5. Unsur Kewilayahan

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Ujung Gading

Kepala Desa Badan Perwakilan Desa

Sekretarias Desa

Sekretariat Desa

Pelaksanaan Teknis Lapangan Unsur Kewilayahan

Kaur Pemerintahan Kaur Pembangunan

Kaur Umum Kaur Kemasyarakatan

Kaur Keuangan

Kadus Bandar Palas Kadus Purba Bangun Kadus Sigadung Laut

(40)

Sumber : Kantor Kepala Desa Ujung Gading

Kepala desa dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan kepala desa atau disingkat pilkades. Masa jabatan kepala desa adalah 6 tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. Kepala desa dan perangkat desa umumnya berasal dari penduduk setempat dan menetap atau bertempat tinggal di desa itu. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 12 ayat (7) dan (8) sampai dengan 16 dengan tegas dijelaskan tugas, kewenangan, kewajiban, dan hak kepala desa. Tugas kepala desa antara lain menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Kewenangan kepala desa antara lain memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Kewajiban kepala desa antara lain meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa.

(41)

perangkat desa diberikan penghasilan tetap setiap bulan dan/atau tunjangan lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan desa.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. Anggota BPD terdiri atas ketua rukun warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama, dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai kepala desa dan perangkat desa. BPD berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung, dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

C. Kedudukan Tugas dan Fungsi Kepala Desa Ujung Gading

Pemerintah desa telah diketahui mempunyai hak dalam mengatur dan menjalankan roda pemerintahan rumah tangganya sendiri, di antara beberapa kedudukan tugas dan fungsikepala desa antara lain :

1. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa

2. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang

diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan yang secara langsung

dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.

3. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota

4. Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa.127

Peran pemerintah desa memang dirasa sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakatnya, inovasi-inovasi baru serta perhatian pemerintah desa

127

(42)

pada sarana prasarana desa juga sangat diperlukan demi terwujudnya pembangunan yang seutuhnya.

Secara keseluruhan tugas dan fungsi pemerintahan desa adalah sebagai alat pemerintahan daerah yang bewenang menjalankan rumah tangganya sendiri dan mempunyai fungsi sebagai pengayom masyarakat. Namun, jika di rinci secara lebih mendetail, tugas dan fungsi pemerintah desa adalah pada pelaksanaan tugas dan fungsi personel peranangkat desa. Desa memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintahan Desa terdiri atas Pemerintah Desa (yang meliputi Kepala Desa dan Peranangkat Desa) dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa.Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya.Sedangkan yang dimaksud Pemerintahan Desa adalah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan Desa.Badan Perwakilan Desa adalah lembaga legislasi dan pengawasan dalam hal pelaksanaan peraturan desa, anggaran pendapatan dan belanja desa dan keputusan kepala Desa.BPD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra pemerintah desa.Sementara kedudukan Sekretaris Desa menjadi sangat penting dalam membantu pelaksanaan tugas Kepala Desa.Apa yang terjadi apabila Sekretaris Desa menjadi ganjalan kepala Desa dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan kepemerintahan.

(43)

Perwakilan Desa harus benar-benar memahami kapasitas yang menjadi kewenangan maupun tugasnyamasing-masing. Sehingga dalam melaksanakan penyelenggaraan Pemerintahan Desa semua aparatur pemerintah desa dalam hubungannya dapat bersinergi dan bermitra dengan baik dan tepat dalam meningkatkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang profesional dan akuntabel.

Kepala Desa berkedudukan sebagai kepala pemerintah di desa, yang berada langsung di bawah Bupati dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Camat. Kepala Desa mempunyai fungsi memimpin penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan. Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta tugas-tugas lain yang dilimpahkan kepada desa.

Tugas Kepala DesaUjung Gading :128

1. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD.

2. Mengajukan rancangan Peraturan Desa.

3. Menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD. 4. Menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan Desa mengenai APB Desa

untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD. 5. Membina kehidupan masyarakat desa. 6. Membina perekonomian desa.

7. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.

8. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapatmenunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 9. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perudang-undangan.

128

(44)

Pemerintah desa yang mempunyai fungsi merencakan, mengorganisasi, penggerak dan mengontrol seperti tersebut di atas hendaknya bisa menerapkan fungsi tersebut dengan bijaksana serta memperhatikan kondisi masyarakat di bawah mereka. Merencanakan program-program yang bisa meningkatkan kualitas pemberdayaan masyarakat, dilanjutkan dengan mengorganisasikan program-program yang telah dibuat menjadi program yang siap dilaksanakan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, langkah selanjutnya adalah menggerakkan masyarakat serta peranangkat desa yang lainnya turut andil dalam menjalankan program-program tesebut, dan langkah akhir yang dilakukan pemerintah desa adalah mengontrol serta mengevaluasi apakah program yang dilaksanakan tadi berjalan dengan lancar dan mencapai target yang telah ditentukan serta apakah program tadi bisa meningkatkan beberapa aspek kehidupan masyarakat.

Fungsi Kepala Desa Ujung Gading:129

1. Memegang teguh dan mengasmalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3. Memelihara ketentraman dan keterlibatan masyarakat. 4. Melaksanakan kehidupan demokrasi.

5. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

6. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa. 7. Menaati dan menegakan seluruh peraturan perundang-undangan.

8. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik.

129

(45)

9. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa. 10.Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa.

11.Mendamaikan perselisihamn masyarakat di desa. 12.Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa.

13.Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat.

14.Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa.

15.Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup.

Selain kewajiban dimaksud, Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk memberikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada Bupati, memberikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban kepada BPD, serta menginformasikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada masyarakat.

1. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa disampaikan kepada Bupati melalui camat (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

2. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban kepada BPD disampaikan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun dalam musyawarah BPD.

3. Laporan akhir masa jabatan kepala desa disampaikan kepada Bupati melalui camat dan kepada BPD.130

Desa merupakan miniatur Negara Indonesia dimana desa menjadi ajang politik paling dekat relasinya antara masyarakat dengan perangkat desa (pemegang kekuasaan). Perangkat desa menjalankan tugas birokrasi dengan diawasi oleh Badan Permusyawaran Desa (BPD) yang mewakili secara wilayah. Iklim demokrasi yang baik antara perangkat desa dengan BPD akan menghasilkan pelayanan terbaik kepada

130

Gambar

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Ujung Gading

Referensi

Dokumen terkait

Kepuasan atas kebijakan pelayanan perusahaan penyalur merupakan ungkapan yang bernada positif yang berasal dari penilaian semua aspek pelayanan penyalur dalam menjalin

26 yang berorientas i pada pemerataa n pendapatan antar masyarakat Wadak Lor, Kecamatan Duduksam peyan, Kabupaten Gresik Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan Tujuan

1) Kebutuhan Produksi perikanan laut DKI Jakarta dalam upaya mengantisipasi perubahan permintaan akhir akibat perkembangan jumlah penduduk haruslah ditingkatkan, perubahan

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku altruistik yang dimiliki siswa SMAN 1 Bangil menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa yang

Penelitian ini merupakan pengembangan dari sistem lightning counter , dengan memperbaiki sistem kinerja alat (hanya menggerakkan indikator angka) menjadi informasi

Anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti harus dirumuskan secara jelas (Arikunto, 2006:68). Dalam hal ini yang dimaksud bahwa setiap

Nije proveravao zavoje samo zbog toga što je to bilo neophodno, već i zato što nije bio u stanju da naĊe reĉi za nešto. Posmatram ga

Berdasarkan kenyataan, adanya kesenjangan yang sangat besar antara kebutuhan sumberdaya manusia untuk peningkatan pembangunan pertanian berbasis agribisnis di daerah dan