• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partai Politik Dan Pemilu (Suatu Studi Marketing Politik Terhadap Partai Demokrat dalam Pemilu Legislatif 2009)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Partai Politik Dan Pemilu (Suatu Studi Marketing Politik Terhadap Partai Demokrat dalam Pemilu Legislatif 2009)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PARTAI POLITIK dan PEMILU

(Suatu Studi Marketing Politik Terhadap Partai Demokrat dalam

Pemilu Legislatif 2009)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Politik

Empu Satrianta Sitepu

040906076

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Yesus Kristus Allah Bapa yang hidup atas rahmat, berkat dan

kesehatan dalam setiap langkah kehidupan yang diberikanNya kepada penulis sehingga tugas

akhir skripsi ini dapat selesai sesuai dengan waktu yang diinginkan oleh penulis.

Tujuan utama penulisan dan penyelesaian skripsi ini adalah sebagai syarat untuk

menyelesaikan pendidikan sarjana di perguruan tinggi. Skripsi ini dibagi atas empat bagian

pokok. Tiap bagian dibagi atas beberapa bab. Dalam bagian satu, berbicara dan membahas

tentang latar belakang permasalahan yang diangkat untuk diteliti dan berisi mengenai

teori-teori yang dipakai untuk mendukung penelitian tersebut.

Sedangkan dalam bagian kedua, uraian mengenai deskripsi obyek penelitian. Disini

yang menjadi obyek penelitian adalah Partai Demokrat yang berisi mengenai sejarah Partai

Demokrat dan yang menyangkut mengenai Partai Demokrat tersebut. Kemudian bab ketiga

berisi mengenai hasil dan pembahasan yang telah diteliti. Bab terakhir adalah berisi mengenai

kesimpulan dan berisi saran-saran yang berhubungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan dukungan

dari beberapa pihak. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Drs. Heri Kusmanto, M.A selaku ketua jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik yang juga merupakan dosen wali penulis selama

perkuliahan. Yang selama ini telah banyak memberikan bantuan dan dukungan

kepada penulis.

3. Drs. P. Anthonius Sitepu, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi. Terima

kasih banyak atas waktu, kesabaran dan pemikiran dalam memberikan saran,

petunjuk dan bimbingan dalam penelitian ini, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

4. Warjio, S.S, M.A selaku dosen pembaca yang memberikan dukungan serta

begitu sabar dalam meneliti skripsi penulis.

5. Ayahku tercinta, Ir. Tjipta A. Sitepu, atas kesabaran, dukungan dan doanya

(3)

6. Ibuku tercinta, Dra. Prelly B. R. Ginting, yang telah melahirkan saya ke dunia,

dan telah mencintai dan membesarkan dengan penuh kasih sayang. Terima

kasih buat doanya.

7. Ruth Tresia Sari Sembiring, S.Psi yang tercinta, yang selama ini banyak

membantu, mendukung dan mendoakan penulis selama ini. Terima kasih atas

pengertiannya dan pengorbanannya.

8. Adikku (Pingkan Primsa Sitepu, ST dan Agripa Toar Sitepu) yang aku

sayangi, terima kasih atas doanya.

9. Seluruh dosen yang mengajar di jurusan Ilmu Politik yang telah memberikan

ilmunya kepada penulis.

10. Kepada seluruh pegawai di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik terutama

kepada Abangda Rusdi yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan

kepada penulis selama ini.

11. DR. Layari Sinukaban, S.IP, MBA yang membantu dalam memudahkan

pengambilan data skripsi yang penulis kerjakan ini. Dan juga untuk DPC

Partai Demokrat kota Medan dan DPD Partai Demokrat SUMUT yang telah

menyajikan data kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan saudara-saudara semua. Dan semoga skripsi ini membawa manfaat bagi

rekan-rekan semua.

Medan, Desember 2010

Penulis

(4)

PARTAI POLITIK dan PEMILU

(Suatu Studi Marketing Politik Terhadap Partai Demokrat dalam Pemilu Legislatif 2009)

Nama : E. Satrianta Sitepu NIM : 040906076

Departemen : Ilmu Politik

ABSTRAKSI

Dalam eforia demokrasi sejak era reformasi sistem pemilihan umum (general election system) khususnya sistem kepartaian menggunakan kerangka banyak partai (Multy Party System). Sejak pemilu tahun 1999 kemudian disusul 2004 dan yang terakhir kemarin tahun 2009 kontestan yang mengikuti ajang lima tahunan itu tidak hanya didominasi oleh dua atau tiga partai seperti era orde baru sebelumnya. Banyak kontestan yang bertarung untuk memperebutkan suara masyarakat tentu bukanlah hal mudah dibutuhkan metode,strategi yang brilian untuk menggapai kemenangan khususnya meraih suara yang besar sehingga dapat mencapai kekuasaan itu (power). Untuk hal itu dibutuhkan marketing politik, sebuah cara bagaimana memasarkan partai politik layaknya memasarkan barang.

Dalam hal ini partai Demokrat telah membukt ikan memiliki strategi marketing politik yang cukup efektif untuk meraup suara yang siginifikan khususnya dua pemilu yang terakhir yaitu tahun 2004 dan 2009 untuk hirarki organisasi partai ditingkat bawah yaitu DPC (Dewan Pimpinan Cabang) kota Medan. Skripsi secara gamblang membahas tentang bagaimana marketing politik itu dilakukan, apa kiatnya. Metode penelitian bersifat deskriptif dengan lebih banyak pada studi kepustakaan dan wawancara.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa marketing politik yang dilakukan partai politik menggunakan metode-metode modern seperti direct selling, push marketing, segmentasi yang tentunya disesuaikan dengan posisi Demokrat yang saat itu adalah partai Incumbent. Selain kesiapan partai baik dari pusat hingga daerah dalam konteks konsolidasi organisatoris dan proses kaderisasi yang tak pernah henti merupakan modal lain dalam menunjang kesuksesan partai Demokrat pada pemilu tahun 2009 kemarin.

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………...i

ABSTRAKSI………...iii

DAFTAR ISI………iv

BAB I PENDAHULUAN………..………...1

1. Latar Belakang Masalah………..………….1

2. Perumusan Masalah………...………12

3. Tujuan Penelitian ………..13

4. Manfaat Penelitian………...13

5. Kerangka Teori…………..………...14

5.1 Marketing Politik (Political Marketing)…..………...15

5.1.1 Bauran Produk Politik (Marketing Strategy)………...21

5.1.2 Proses Pengiriman (Delivery Process)………...22

5.1.2.1 Pull Marketing………..………22

5.1.2.2 Push Marketing……….23

5.2 Partai Politik……….24

5.2.1 Fungsi Partai Politik………24

5.3 Pemilihan Umum (General Election)………...25

6. Metodologi Penelitian…..………..28

6.1 Jenis Penelitian…….………28

6.2 Lokasi Penelitian…..………28

6.3 Teknik Pengumpulan Data…..……….28

6.4 Teknik Analisa Data……….29

(6)

BAB II PROFIL PARTAI DEMOKRAT………31

2.1 Sejarah Partai Demokrat……….31

2.2 Pengesahan Partai Demokrat…….……….33

2.3 Visi dan Misi…….……….35

2.3.1 Visi Partai…….………...35

2.3.2 Misi Partai…..……….35

2.4 Agenda Perjuangan Partai Demokrat…….………36

2.5 Demokrat Kota Medan…………...………39

2.5.1 Susunan DPC Demokrat Kota Medan….………40

2.5.2. Daftar Nama-Nama Calon Legislatif Demokrat Kota Medan………43

BAB III ANALISIS MARKETING POLITIK………...48

3.1 Pemilu Legislatif 2009………...48

3.1.1 Dasar Hukum Pemilu Tahun 2009………..49

3.1.2 Kontestan Peserta Pemilu Tahun 2009………52

3.1.3 Statistik Jumlah Suara……….56

3.1.4 Partai Pemenang………..57

3.2 Strategi Umum Marketing Politik Partai Demokrat Kota Medan………..62

3.2.1 Konsolidasi Partai………62

3.2.2 Pemberhasilan Kegiatan Pembangunan ………..68

3.2.3 Pembinaan, Penggalangan dan Pengerahan ………...71

3.2.4 Pendaftaran Pemilih dan Kelembagaan ………..74

3.3 Politikal Marketing DPC Partai Demokrat Medan……….77

3.3.1 Proses Strategi Pemasaran Partai………78

3.3.2 Pemetaan Segmentasi Pasar………80

3.3.3 Pola Komunikasi Politik Partai………...81

3.3.4 Peningkatan Kualitas Kerja Partai………...83

(7)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………85

4.1 Kesimpulan……….85

4.2 Saran………...86

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Pemilu legislatif tahun 2009 merupakan pemilu ketiga setelah apa yang kita sebut

bersama sebagai masa reformasi. Ketiga pemilu belakangan ini baik tahun 1999,2004

maupun 2009 dilaksanakan dalam bingkai pemilu demokratis yang dapat disejajarkan

dengan pemilu pertama kali yang diadakan pada tahun 1955 pada masa orde lama. Dengan

mempergunakan sistem multi partai (multy party sistem) sungguh nampak jelas proses

pembangunan politik mengarah pada pembangunan demokrasi secara kelembagaan

(institusionalism) mulai menemukan titik terang saat ini.1

Euphoria demokrasi ini ibarat hadiah atau bonus yang didapatkan oleh bangsa ini

sejak orde baru tumbang pada Mei 1998. Dimana bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa

nilai-nilai demokrasi seperti kebebasan (liberty), Persamaan (equality) menjadi barang yang

sangat mahal di era Soeharto memerintah. Hal ini memang tidak lain disebabkan praktek Dalam prakteknya liberalisasi politik yang sudah dijalankan membawa angin

perubahan khususnya kebebasan dalam mendirikan partai politik. Sejurus kemudian sejak

diadakan pemilu pertama kali yaitu di tahun 1999 sejak era reformasi komposisi dan

konfigurasi partai politik yang menjadi kontestan juga sangat beragam baik dari segi

platform, idiologi perjuangan dan juga basis pendukungnya. Intinya banyak partai

bermunculan bagai jamur dimusim hujan.

1

(9)

rezim otoritarianisme yang diamalkan oleh orde baru pada saat itu. Sehingga kebebasan

masyarakat menjadi terbatas yang pada akhirnya melemahkan kekuatan civil society sebagai

pilar penegak demokrasi sejatinya. Bekerjanya proses input dan output secara berimbang

merupakan nilai plus yang tidak didapatkan pada era Soeharto.2

Patut dicatat memang transformasi politik yang terjadi saat ini bukan khas milik

Indonesia saja namun juga terjadi dibelahan bumi lain. Dunia politik yang selama ini hanya

dimonopoli oleh para Elit Politik telah bergeser menjadi konsumsi publik. Hal ini

ditunjukkan dengan semakin tingginya partisipasi politik masyarakat, media dan juga LSM di

banyak Negara dalam kehidupan politik. Partisipasi politik itu tidak hanya terefleksikan

dalam bentuk partisipasi menyuarakan suara sewaktu pemilu, tetapi dalam semua usaha untuk

mempengaruhi kebijakan publik. Sehingga bentuk-bentuk partisipasi politik dapat berupa

pengerahan massa, pemogokan, demonstrasi jalanan, dan bentuk-bentuk protes lainnya.

3

Intinya pelaksanaan pemilu pasca orde baru bisa dikatakan demokratis jika dilihat dari

tiga kriteria yaitu:

Satu variabel yang cukup penting dari agenda reformasi dan birokrasi adalah

dimulainya era pemilu yang Demokratis yaitu benar-benar bersih, jujur, luber dan rahasia

setidaknya dari kesiapan pemerintah dalam memfasilitasi jalannya Pemilu dengan baik dan

juga ikut serta berbagai unsur atau elemen masyarakat dalam mensukseskan Pemilu itu

sendiri.

4

1. Keterbukaan

2

Untuk pembahasan tentang sistem politik silahkan lihat Budi Winarno,2008,Sistem Politik Indonesia Era Reformasi,Yogyakarta:Medres

3

Firmanzah,2008,mengelola Partai Politik,Jakarta:Yayasan Obor Indonesia., Hal.1. mengenai proses transisis Demokrasi dari Orba menuju Reformasi lihat di Gregorius Sahdan,2004,Jalan Transisi Demokrasi,Bantul:Pondok Edukasi,___Indonesia in transition,2003. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,__ 2004,Indonesia In transition ( re-Thinking Civil Society, region, and crisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

4

(10)

Artinya pemilu harus bersifat terbuka bagi warga Negara. Prinsip ini dikenal dengan

hak memilih universal (universal sufferage)

2. Ketepatan

Mengandung arti bahwa segaala proses yang berkaitan dengan pemilu, mulai dari

pendaftaran partai peserta pemilu, verifikasi partai politik, kampanye, pelaksanaan

pemungutan suara sampai penghitungan suara harus dilakukan secara tepat dan

proporsional artinya semua yang terlibat dalam pemilu harus mendapat perlakuan

hokum yang sama.

3. Efektivitas

Artinya jabatan politik harus di isi semata-mata melalui pemilu, tidak dengan

cara-cara lain seperti pengangkatan dan penunjukan.

Tabel 1 parpol peserta pemilu tahun 2004 dan 2009

NO Parpol Tahun 2004 Perolehan suara

1 Partai Golkar 24,480,757

2 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 21,026,629

3 Partai Kebangkitan Bangsa 11,989,564

4 Partai Persatuan Pembangunan 9,248,764

5 Partai Demokrat 8,455,225

6 Partai Keadilan Sejahtera 8,325,020

7 Partai Amanat Nasional 7.303,324

8 Partai Bulan Bintang 2,970,487

9 Partai Bintang reformasi 2,764,998

10 Partai damai sejahtera 2,414,254

(11)

12 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 1,424,240

13 Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan 1,31,230,4

14 Partai Nasional Banteng Kemerdekaan 1,230,455

15 Partai Patriot Pancasila 1,073,139

16 PNI Marhaenisme 923,159

17 Partai Persatuan Nahdatul Ummah Indonesia 1895,610

18 Partai Pelopor 878,932

19 Partai Penegak demokrasi Indonesia 855,811

20 PartaiMerdeka 842,541

21 Partai Sarikat Indonesia 679,296

22 Partai Perhimpunan Indonesia Baru 672,952

23 Partai Persatuan Daerah 657.916

24 Partai Buruh Sosial Demokrat 636,397

(www.kpu.go.id )

Dari sekian banyak partai politik yang menjadi kontestan dalam pemilu legislatif

adalah partai demokrat. Partai demokrat sebagai partai bentukan presiden RI ke 6 Soesilo

Bambang Yudhoyono menjadi partai yang sangat fenomenal khususnya bila kita kaitkan

dengan pemilu tahun 2009 yang baru saja selesai. Pada pemilu tahun 2009 ini partai

demokrat tidak hanya menjadi kampiun dalam perolehan suara terbanyak namun juga

kembali menghantarkan ketua dewan penasehatnya SBY untuk kembali menduduki

singgasana kursi kepresidenan untuk yang kedua kalinya sejak tahun 2004 kemarin.

Keberadaan partai Demokrat sebagai partai yang mengusung idiologi kebangsaan

(religius-nasionalis) menawarkan sebuah pemahaman baru bagi kondisi perpolitikan di

(12)

kemarin merupakan hal yang menakjubkan sekaligus fantastis bagi sebagian pengamat dan

juga para praktisi politik di tanah air. Walaupun beberapa hasil survey dari beberapa lembaga

riset menunjukkan bahwa aksetabilitas Partai Demokrat Pra-Pemilu tahun 2009 bisa

dikatakan masih dibawah akseptabilitas partai PDI-P ataupun partai Golkar namun fakta

dilapangan Demokrat memiliki poin akseptabilitas melebih dua partai besar tersebut.5

No

Tabel 2. Tingkat akseptabilitas 7 partai politik

Partai Politik Akseptabilitas (%)

1 Partai PDI-P

23,8

2 Partai Golkar

12,0

3 Partai Demokrat

9,6

4 Partai Keadilan Sejahtera

7,4

5 Partai Kebangkitan Bangsa

7,4

6 Partai Amanat Nasional 3,5

7 Partai Hanura 2,3

(Sumber Hasil riset Indobarometer di 33 Provinsi dengan jumlah responden sebanyak 1200)

Walau dibawah dua partai besar yaitu Golkar dan PDI-P namun perolehan suara partai

Demokrat dalam survey pra pemilu juga tidak bisa dipandang enteng. Hal ini memang

terbukti dalam kondisi rill yang sesungguhnya dalam medan pemilu 2009 tepatnya dalam

pemilu legislatif.

5

(13)

Sementara dari segi perolehan kursi di DPR Demokrat memperoleh kursi terbanyak

berikut adalah perbandingan jumlah kursi di DPR bagi partai Demokrat dan partai lain:6

No Nama Partai Politik Jumlah Kursi

1

Di era liberalisasi politik seperti saat ini dengan tingkat persaingan merebut

konstituen yang begitu ketat mengharuskan partai-partai politik peserta pemilu harus berpikir

keras bagaimana merebut dan menghimpun suara para konstituen. Dengan kata lain

diperlukan strategi yang tepat untuk memenangkan even pemilihan umum.banyaknya parpol

ini juga menimbulkan kebingungan dalam tataran penilih, dengan banyaknya pilihan otomatis

pemilih harus benar-benar cermat untuk menjatuhkan pilihannya kepada siapa (Partai atau

Calon Legislatif) akan di berikan mandat untuk melaksanakan jalannya pemerintahan.

Hal ini dapat dibuktikan misalnya dari data survei Indo Barometer Desember 2007

yang menguji apakah publik kesulitan atau tidak membedakan partai politik yang ada

seka-rang ini (waktu itu jumlah partai baru 24), baik secara umum maupun dari aspek yang

6

(14)

sederhana seperti nama dan lambang ataupun yang kompleks seperti program dan ideologi

partai.Ternyata mayoritas responden (60-70%) menjawab kesulitan.7

Implikasi dari kebingungan rakyat ini bermacam-macam. Pertama, pilihan rakyat

menjadi kurang berkualitas karena mereka bingung membedakan program kerja satu partai

dengan partai lainnya. Padahal, seyogianya pilihan itu didasarkan pada evaluasi dan

preferensi program kerja. Kedua, rakyat yang bingung akan apatis. Apatisme ini bisa

berujung pada keputusan untuk tidak memilih (golput). Tingginya golput akan menurunkan

legitimasi hasil pemilu yang notabene dibiayai uang rakyat yang jumlahnya sangat besar.

Ketiga, akan sulit bagi partai, terutama yang baru ikut Pemilu 2009, untuk mendapatkan suara

signifikan di tengah kerumunan partai yang begitu banyak. Jangankan dipilih, untuk dikenal

saja sudah cukup sulit. Apalagi jika partai tersebut tidak memiliki dana yang cukup untuk

sosialisasi dari tidak memiliki jaringan yang mengakar. Padahal, berdasarkan pengalaman

survei dan pemilu sebelumnya, pengenalan merupakan syarat dasar partai politik untuk

mendapatkan dukungan.8

Seiring dengan perkembangan masyarakat yang menjadi lebih terbuka dan adanya

persaingan yang semakin tinggi diantara para kontestan pemilihan umum, keniscayaan

pemasaran politik (political marketing) bagi partai-partai politik yang menjadi kontestan Cara yang penulis maksudkan adalah strategi atau marketing politik. Marketing

politik menjadi semakin penting saat ini mengingat kebutuhan perolehan suara untuk pemilu

kian menjadi sulit saat ini.

Perspektif Marketing Politik

7

Diakses melalui pukul 19.30 wib

8

(15)

dalam pemilihan umum tersebut dianggap sangat tepat untuk memenangkan pemilihan

umum.

Didunia barat, marketing politik diyakini sebagai metode dan instrumen yang dapat

membantu politisi dan partai politik untuk dapat bersaing dan memenangkan persaingan.

Secara konsep, marketing politik tidak jauh berbeda dengan marketing yang digunakan dalam

dunia bisnis. Perbedaanya dalam dunia bisnis yang dijual adalah produk berupa barang, jasa

sedang dalam dunia politik yang dijual adalah visi misi serta program kepada masyarakat luas

dengan target dapat dipilih sebagai pemenang. Dan agar jualan laris manis maka dalam hal

ini mereka (partai politik) harus memahami dan mengenal audiensnya. Sehingga bisa

membidik target secara tepat dan cermat. Dalam domain politik marketing menawarkan

perpspektif alternatif yang menawarkan penggunaan yang membantu untuk mengefisienkan

serta efektif dalam membangun dalam hubungan dua arah dengan konstituen dan masyarakat.

Berkembangnya pusat perhatian partai politik terhadap pembangunan strategi marketing

politik merupakan alternatif yang dapat membantu bersaing dalam iklim politik yang penuh

persaingan terbuka dan transparan ketika berhadapan (vis avis) dengan konstituen yang

berasal dari beragam idiologi, agama serta etnisitas.

Marketing politik sejatinya dapat mempermudah bagaimana menggarap dan menjual

produk politik yang akan dipasarkan. Dalam hal ini setiap segmentasi pasar tentu memiliki

strategi yang berbeda dalam aplikasinya. Oleh sebab itulah keniscayaan marketing politik

sangat dibutuhkan untuk kondisi pemilihan di era persaingan yang sangat kompetitif saat ini.

Adapun dalam perspektif marketing dalam dunia politik memiliki beberapa tujuan

(16)

Pertama, Menjadikan pemilih sebagai subyek dan bukan sebagai obyek politik

Kedua, Menjadikan permasalahan yang dihadapi pemilih adalah langkah awal dalam

menyusun program kerja yang ditawarkan dalam kerangka masingmasing ideologi partai

(Dermody & Scullion, 2001)

Ketiga, Marketing politik tidak menjamin sebuahkemenangan, tapi menyediakan tools

bagaimana menjaga hubungan dengan pemilih untuk membangun kepercayaan dan

selanjutnya

memperoleh dukungan suara (O’Shaughnessy, 2001)

Sebagai subjek akademik konsep marketing politik dari Amerika. Namun dalam

konteks Indonesia setidaknya menjadi keniscayaan setidaknya ada lima faktor yang membuat

marketing politik bisa berkembang di Indonesia:9

1. Sistem multi partai yang memungkinkan siapa saja boleh mendirikan partai politik

dan konsekuensinya menyebabkan persaingan tajam antar partai politik.

2. Pemilih telah lebih bebas menentukan pilihannya disbanding pemilu sebelumnya,

sehingga syarat bagi penerapan marketing politik terpenuhi.

3. Partai-partai lebih bebas menentukan platform dan identitas organisasinya.

4. Pemilu merupakan momentum sejarah yang penting dalam perjalanan bangsa

sehingga pihak-pihak yang berkeptingan terutama para elit politk akan berusaha keras

untuk ambil bagian.

5. Sistem pemilihan anggota parlemen ,DPRD,dan presiden dilakukan secara langsung

yang selanjutnya diikuti oleh pemilihan Gubernur,Walikota dan Bupati

Pergantian sistem pemilu dari model lama ke model baru berarti adalah perubahan

paradigma. Pada situasi obyektif yangberubah paradigma acuannya pun tentu harus diubah

9

(17)

arena ruang pembelajaran politik tidak sesempit dulu. Kini ada banyak paradigma baru antara

lain: 10

1. Partai politik mendapatkan kebebasannya

2. Rakyat menggunakan hak pilih lebih bebas

3. Rakyat memilih langsung terhadap anggota DPR, DPD, presiden dan wakil

presiden serta Gubernur, Walikota dan Bupati.

4. Sirkulasi dan seleksi kepemimpinan politik terjadi terus menerus secara periodik

dan mendorong peningkatan partisipasi secara menyeluruh

5. Pengalihan wewenang dari pusat kedaerah (desentralisasi) yang memacu

reformasi struktur kekuasaan lokal lebih dinamis

6. Mekanisme yang efektif pengelolaan sumber-sumber legitimasi kekuasaan (berisi

komponen Poleksosbud) menjadi ajang penguatan bagi proses pembangunan

karakter Nasional masyarakat Indonesia ke depan.

Sebagai tambahan juga dikarenakan semakin berkembangnya zaman yang menuntut

adanya pendekatan-pendekatan baru dalam mengeksekusi perubahan selera pemilih. Dengan

adanya strategi politik yang dianggap mampu mengakomodir rancangan konstruktif yang

hendak dilakukan oleh partai politik untuk merbut simpati dari konstituennya serta juga

masyarakat secara umum.

Diperkirakan sampai beberapa kali Pemilu di Indonesia Pemilu akan senantiasa dikuti

banyak partai. Dalam kondisi seperti itu para pemilih tidak akan mampu mengingat begitu

banyak nama partai, proses awal yang penting bagi pemilh sebelum ia menetapkan

pilihannya. Konon lagi untuk mengetahui program-program utama dan dan nama-nama para

10

(18)

kandidat yang ditawarkan suatu partai. Dengan demikian mayoritas partai-partai yang ikut

pemilu akan sulit dikenal pemilih apalagi membedakannya dengan partai lain.11

Cukup beralasan untuk mengatakan bahwa partai-partai politik tidak gampang

mencapai sasaran objektif dengan cara-cara kampanye dan kegiatan kehumasan yang

konvensional. Tantangan besar khususnya akan dihadapi partai-partai baru. Tanpa langkah

terobosan partai-partai baru akan sulit meraih suara bahkan hanya sadar untuk dikenal baik

oleh para pemilih. Langkah-langkah terobosan itu hanya bisa dilakukan dengan strategi yang

jitu termasuk didalamnya menerapkan marketing politik.12

Dalam sistem pemilu yang baru ini secara tekhnis pemilih akan mencoblos tanda

partai dan nama calon legislatif. Keadaan ini menyebabkan model persaingan menjadi

kompleks dan strategi untuk memenangkan suara dengan sendirnya juga akan lebih rumit.

Institusi partai memiliki strategi agar para pemilih mencoblos tanda gambar partai. Sementara

itu masing-masing calon yang diajukan sebuah partai juga bersaing dengan kawan separtai

sehingga setiap calon akan berusaha keras agar lebih menjatuhkan pilihan padanya. Sedang

partai memerlukan strategi untuk memperoleh suara sebanyak-banyaknya.13

11

Adman Nursal.Op.Cit., Hal 10. 12

Adman Nursal.Ibid., Hal.10 13

Ibid Hal. 13

Namun yang perlu dipahami bahwa marketing politik saat ini menjadi trendsetter bagi

acuan setiap kontestan pemilu baik itu bersifat perorangan ataupun partai politik. Itulah

sebabnya penulis sangat tertarik untuk meneliti tentang marketing politik partai Demokrat.

Dalam pemilu tahun 2009 kemarin peserta atau kontestan partai politik yang

mengikuti pemilu berjumlah 38 partai yang dinyatakan resmi oleh KPU untuk mengikuti

perhelatan akbar demokrasi lima tahunan itu. Diantara beragam partai tersebut setidaknya

(19)

Sama seperti partai partai lain setidaknya partai Demokrat juga memasang strategi

bagaimana melalui pemilu tahun 2009 kemarin dengan gilang gemilang. Termasuk tentunya

mengadakan konsolidasi sampai tingkat bawah dengan mode top-down

Gambar 1. Alur Kewenangan Partai Politik

DPP ( Dewan Pimpinan Pusat)

DPD ( Dewan Pimpinan Daerah)

DPC ( Dewan Pimpinan Cabang)

Dalam penulisan skripsi ini penulis akan mengkaji bagaimana konsep Marketing

Politik dilaksanakan pada tataran tingkat Kota sebagai penopang Propinsi dan Dewan Pusat.

Untuk lokasi akan ditentukan di Partai Demokrat khususnya DPC Partai Demokrat Kota

Medan.

2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan penjelasan tentang pentingnya sebuah penelitian

dilakukan, seberapa pentingnya penelitian tersebut misalnya bagi perkembangan ilmu

pengetahuan atau hanya sekedar menjawab permasalahan yang ada. Masalah yang diteliti

biasanya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya yang tegas dan jelas. Pada prinsipnya juga

ruang lingkup masalah yang akan dipecahkan harus dibatasi untuk mengambil kesimpulan

(konklusi) yang pasti (defenitif).14

14

(20)

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi perumusan masalah dalam skripsi

atau penelitian ini adalah: “Bagaimana upaya yang dilakukan oleh partai Demokrat untuk

meraih suara terbanyak dalam Pemilu tahun 2004 kemarin khusunya untuk daerah Medan”.

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini ialah:

1. Sebagai tugas akhir dalam menempuh pendidikan strata 1 untuk memporeh gelar

kesarjanaan.

2. Untuk mengetahui konsep-konsep marketing politik yang diaplikasikan oleh DPC

Partai Demokrat dalam mengarugi Pemilu tahun 2009

3. Untuk mengetahui kunci sukses DPC Partai Demokrat dalam mensuplai perolehan

suara yang signifikan bagi Parta Demokrat.

4. Manfaat Penelitian

Sedang manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi Penulis penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis untuk melihat

penerapan konsep-konsep ilmu politik dalam kehidupan praktis dimasyarakat.

2. Secara akademis diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan mahasiswa

Departemen Ilmu Politik untuk dapat menjadi sumber rujukan bagi

pengembangan kegiatan ilmiah khususnya berkaitan dengan pengembangan

konsep-konsep marketing politik.

3. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran

mengenai konsep-konsep dalam pengembangan marketing politik.

4. Secara aplikatif diharapkan dapat membentuk sebuah pola baru dalam penerapan

(21)

5. Kerangka Teori

Dalam melakukan sebuah penelitian agar dapat menjawab permasalahan

penelitian yang telah didesain diperlukan sebuah acuan dalam menganalis fenomena yang

terjadi. Acuan tersebut ialah teori. Landasan teori menguraikan jalan pikiran menurut

kerangka yang logis.15

Menurut Adman Nursal marketing politik adalah serangkaian aktifitas terencana,

strategis tapi juga taktis berdimensi jangka panjang dan jangka pendek untuk menyebarkan

makna politik pada para pemilih.

Sebuah kerangka teori juga dibutuhkan sebagai pisau analisis dan menjadi kompas

dalam sebuah penelitian agar dapat sinkron terhadap permasalahan yang sudah dirumuskan

dalam masalah penelitian.

5.1 Marketing Politik (Political Marketing)

16

15

Ibid., Hal. 23. 16

Adman Nursal,2004, Political Marketng strategi Memenangkan Pemilu: Suatu Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR,DPD dan Presiden,Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.,Hal.23

Sedang bagi Firmanzah marketing politik marupakan

metode dan konsep aplikasi marketing dalam politik, dalam konteks politik dilihat sebagai

seperangkat metode yang dapat memfasilitasi kontestan (individu, partai politik) dalam

memasarkan inisiatif politik, gagasan, isu politik, idiologi partai, karaktrerisitik pemimpin

(22)

masyarakat.17

Selain itu marketing Politik bisa diartikan sebagai variasi dari kebijakan komunikasi

pemasaran untuk mempromosikan seorang atau proyek politik dengan menggunakan model

teknik pemasaran komersial sebagai mewakili seperangkat metode yang dapat digunakan

oleh organisasi-organisasi politik untuk pencapaian tujuan dalam hal program politik atau

dalam mempengaruhi perilaku para pemilih dengan melakukan proganda. Gambar 1. Kerangka konseptual marketing politik Adman Nursal

18

Dalam logika pemasaran kampanye politk yang dilakukan dalam marketing politk

ini lebih menekankan penciptaan pendidikan politik masyarakat dengan menempatkan

masyarakat sebagai subjek politik. Bukan lagi hanya sekedar objek politik saja yang dapat

kita lihat pada pemilu-pemilu konvensional dimana setelah pemilu berakhir yanhg terjadi

17

Firmanzah,2007,Marketing Politik,Jakarta:Yayasan Obor Indonesia., Hal.21. 18

(23)

adalah terputusnya hubungan antara masyarakat dan partai politik atau Caleg yang tentunya

berujung pada antipasti dan apolitis masyarakat terhadap politik.

Bagi Nurzal sendiri marketing politik meliputi 3 unsur yaitu strategi pemasaran,

bauran produk politik dan proses perantara (delivery process).

1. Strategi Pemasaran (Marketing Strategy )

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang akanditerapkan dalam kampanye

atau lebih mudahnya dapat disebut sebagai guiding principle atau the big idea ini dapat

diartikan sebagai pendekatan yang diambil untuk menuju pada suatau kondisi tertentu pada

saat ini yang dibuat berdasarkan analisis masalahdan tujuan yang telah ditetapkan.19

Sedang menurut Philip Kolter pemasaran dapat dimaknai sebagai kegiatan manusia

yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.

Dalam

konteks pemilu tujuan dari setiap stretagi bukanlah kemenangan yang dangkal tapi

perdamaian yang mendasar dalam istilah poliitk perdamaian ini berarti penerangan

program-program yang tepat dalam reformasi.

20

Berdasarkan defenisi strategi pemasaran dalam domain politik hubungan dengan

kontestan politik, maka seorang calon legislatif sejatinya harus mempersiapkan

langkah-langkah fenomena input politik yang menurut David Easton berupa tuntutan (Demand) yang Pada

dasarnya strategi pemasaran merupakan proses menyusun nilai-nilai inti yang sesuai dengan

aspirasi pemilih dan sumber daya kontestan yang diupasarkan. Strategi pemasaran dalam

domain politik merupakan perencanaan sebagai langkah-langkah adaptasi terhadap semua

gejala yang terjadi untuk dapat memahami apa yang dibutuhkan masyarakat dan apa aspirasi

yang diperjuangkan kontestan.

19

Venus Antar,2004. Manajemen Kampanye: Panduan Teorotis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi,Bandung ; Simbiosa Rekatama. Hal. 15.

20

(24)

akan dikonversikan menjadi sebuah kebijakan publik.21

Menurut pandangan Rhenald Khasali segmentasi pada pemasaran politik mencakup

lima tujuan yang identik dengan pemasaran produk komersial:

Dalam hal ini strategi pemasaran

yang akan dibangun calon legislatif sebegai pembentukan citra politk yang memerlukan

upaya-upaya berupa informasi yang berhubungan dengan kondisi yang riil tejadi di

masyarakat seperti kondisi perilaku pemilih dan kebutuhan-kebutuhan yang mernjadi

permasalahan diluar organisasi calon legislatif. Dengan sendirinya seorang calon legislatif

semakin mempermudah mengeksekusi konstituen untuk membentuk nilai-nilai ini yang

ditransferkan melalui sosialisasi dan kampenye.sedang nilai-nilai inti disebut positioning

berdasarkan analisis dan penelitian segmentasi dan targeting politik.

Segmentasi perspektif political marketing bertujuan untuk mengenal lebih jauh

(identifikasi) kelompok-kelompok. Dalam domain politik, segmentasi bagi calon legislatif

untuk mendeteksi dan menyederhanakan struktur masyarakat melalui identifikasi setiap

kelompok yang menjadi penyusun utama suatu psyarakat guna mencari peluang,

menggerogoti segmen pemimpin pasar, pumuskan pesan-pesan komunikasi, melayani lebih

baik, dan menganalisis perilaku konsumen.

22

1. Mendesain substansi tawaran partai atau kandidat secara lebih responsif 1 terhadap

segmen yang berbeda. Ini tidak lain karena melakukan segmentasi berarti juga

mendalami kepentingan, aspirasi, dan persoalan-persoalan politik yang menjadi

perhatian setiap segmen. Substansi tawaran patai dikembangkan berdasarkan analisis

mendalam segmen-segmen yang diproyeksikan menjatuhkan pilihan kepada kontestan

yang dipasarkan.

21

David Easton,1988, Kerangka Kerja Analisa Sistem Politik. Jakarta: Bina Aksara., Hal. 165. 22

(25)

2. Menganalisis preferensi pemilih karena dengan pemahaman terhadap karakter setiap

segmen pemilih memungkinkan pemasar mengetahui kecenderungan pilihan politik

setiap segmen. Secara tidak langsung segmentasi juga berarti proses mengenal

kekuatan pesaing.

3. Menemukan peluang perolehan suara. Mengetahui preferensi pilihan setiap segmen

dan kekuatan pesaing akan menghantarkan pemasar untuk menemukan suatu peluang

yang dapat diraih secara lebih efektif dan efisien.

4. Menentukan strategi komunikasi yang efektif dan efisien. Agar efektif dan efisien,

perlu diterapkan pendekatan komunikasi yang berbeda untuk setiap segmen.

Segmentasi sangat diperlukan program kerja calon legislatif, terutama cara

berkomunikasi dan membangun interaksi dengan masyarakat. Tanpa segmentasi, calon

legislatif akan kesulitan dalam penyusunan pesan politik, program kerja, kampanye politik,

sosialisasi politik, dan produk politik. Dalam orientasi pasar, kondisi real yang dihadapi

masyarakat adalah sumber utama dalam penyusunan program kerja. Dari kondisi masyarakat

yang nyata itulah program kerja akan diiplementasikan. Dengan kata lain kondisi real

masyarakat tersebut merupakan la yang akan dikembangkan untuk menciptakan program

pemasaran oleh calon legislatif untuk memberikan pengaruh dan minat masyarakat sebagai

referensi politik berdasarkan karakter pasar yang dibidik.

Segmentasi dapat dilakukan dengan banyak pendekatan.para pemasar dapat memilih

salah satu pendekatan tersebut atau mengkombinasikan beberapa kaitan sebagai kerangka

menyusun strategi pemasaran. Berikut beberapa teknik dan metode untuk mengklasifikasikan

dan mengelompokkan masyarakat.23

23

Firmanzah,Op Cit.,Hal. 193.

Pertama, geografi. Masyarakat dapat disegmentasi

berdasarkan geografis dan Brapatan (density) populasi. Kedua, demografi. Masyarakat dapat

(26)

bias sosial. Masing-masing kategori memiliki karakteristik yang berbeda tentang politik satu

dengan yang lain. Sehingga perlu untuk dikelompokkan berdasarkan kriteria demografi.

Ketiga, psikografi. Memberikan tambahan metode entasi berdasarkan geografi. Dalam

metode ini, segmentasi dilakukan kebiasaan, pola hidup, dan perilaku yang mungkin terkait

dalam isu-politik. Keempat, perilaku. Masyarakat dapat dibedakan dan dikelompokkan

idasarkan proses pengambilan keputusan, intensitas ketertarikan dan keterlibatan dengan isu

politik, loyalitas, dan perhatian terhadap permasalahan politik. Masing-masing kelompok

memiliki perilaku yang berbeda-beda, sehingga perlu untuk diidentifikasi. Kelima,

sosial-budaya. Pengelompokan masyarakat dilakukan melalui karakteristik sosial dan sosial-budaya.

Klasifikasi seperti, suku, etnis, dan ritual spesifik seringkali membedakan intensitas,

kepentingan, dan perilaku terhadap isu-isu politik. Keenam, sebab-akibat. Selain yang bersifat

statis, metode ini mengelompokkan masyarakat berdasarkan perilaku yang muncul dari

isu-isu politik. Sebab akibat ini melandaskan metode pengelompokkan berdasarkan perspektif

pemilih (voters).

Targeting atau menetapkan sasaran adalah memilih salah satu atau beberapa segmen

yang akan dibidik untuk mencapai sasaran obyektif (segmentasi dasar) Sebelum menentukan

target sasaran pasar, terlebih dahulu dimulai wilayah pemilihan dengan cara melihat jumlah

total pemilih di suatu pemilih dan jumlah kursi yang diperebutkan untuk mengetahui berapa

minimal yang harus diperoleh untuk mendapatkan sebuah kursi dan menganalisis sebaran

para pemilih secara geografis, bagaimana cara mengakses pemilih secara efisien dan efektif,

dan melakukan evaluasi sebelum menentukan satu atau sejumlah segmen pasar sasaran calon

legislatif. Segmen-segmen pasar yang dipilih itu dapat dikelompokkan menjadi dua yakni

segmen inti dan segmen plasma. Segmen inti adalah segmen yang menjadi sasaran utama

calon legislatif yang memiliki kepentingan dan aspirasi cocok dengan jati diri calon legislatif

(27)

diri calon legislatif tetapi calon legislatif pesaing juga berpotensi untuk mengakomodasikan

kepentingan aspirasi mereka.

Untuk menetapkan segmen-segmen yang menjadi sasaran, terdapat tiga strategi

(diadaptasi dari Kotler dan Amstrong, 1994). Pertama, strategi serba sama (undifferentiated

marketing strategy). Strategi ini, dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan setiap segmen.

Strategi ini diterapkan untuk meraih pemilih sebanyak mungkin dengan merancang suatu

pemasaran untuk membidik sebagian besar pemilih. Strategi ini bertujuan untuk meraih

sumber daya strategis yang sangat besar. Tanpa sumber daya strategis yang memadai, strategi

ini dapat mengakibatkan resiko besar karena tidak dapat menggarap seluruh pemilih secara

optimal. Kedua, strategi pemasaran serbaneka (a differentiated marketing strategy). Prinsip

dasar strategi ini merancang beberapa program pemasaran untuk segmen-segmen yang

berbeda. Dengan cara ini, maka diharapkan sebuah peserta pemilu memiliki posisi kuat di

setiap segmen. Ketiga, strategi pemasaran terpusat (concentrated wig strategy). Dengan

strategi ini, sebuah partai membidik satu atau beberapa segmen pasar. Prinsipnya, lebih baik

merangkul sebagian pasar yang satu atau sejumlah segmen dari pada memperoleh pasar yang

sedikit dari segmen pasar yang luas. Strategi pemasaran terpusat ini biasanya dilakukan bila

sumber daya partai sangat terbatas. Bila satu atau beberapa segmen itu mempunyai preferensi

yang kuat dengan calon legislatif pesaing, maka calon legislatif akan kehilangan pemilih.

Positioning dalam marketing politik didefenisikan sebagai semua aktifitas

menanamkan kesan dan menancapkan citra tertentu kedalam benak para pemilih agar tawaran

produk politik dari suatu kontestan memiliki posisi khas, jelas dan meaningful.24

24

Adman Nursal,Op.Cit.,Hal.137

Sedangkan

menurut pandangan Rhenald Kasali, dapat didefenisikan sebagai strategi komunikasi untuk

memasuki jendela otak pemilih agar sebuah kontestan pemilu mengandung arti tertentu yang

(28)

hubungan asosiatif25

David Kurtz dan Kenneth Clow dalam bukunya servis marketing mengungkapkan

bauran produk merupakan kombinasi "jasa" yang ditawarkan la kelompok sasaran.

. Dalam positioning, strategi komunikasi seperti yang dikemukakan

Rhenald Kasali merupakan atribut produk dan jasa yang dihasilkan akan direkam dalam

bentuk image yang terdapat dalam sistem kognitif konsumen.Dengan demikian konsumen

akan dengan mudah mengidentifikasi sekaligus pakan produk dan jasa yang dihasilkan oleh

suatu perusahaan dengan produk atau jasa lainnya. Semakin tinggi image yang direkam

dalam konsumen, semakin mudah pula mereka mengingat image produk dan jasa

bersangkutan. Menanamkan dan menempatkan image dalam benak masyarakat hanya

terbatas pada produk dan jasa.

5.1.1 Bauran Produk Politik

26

Produk yang ditawarkan institusi politik merupakan sesuatu yang jelas, dimana

pemilih akan menikmatinya setelah sebuah partai atau seseorang terpilih. Produk politik

dimaksud oleh Nursal dapat diartikan sebagai gagasan politik/kebijakan politik.

Jasa

dalam marketing politik dapat diartikan sebagai produk politik yang diperlukan oleh

lingkungan masyarakat. Produk politik tersebut dapat berupa gagasan politik, kebijakan partai

personal, ataupun kandidat figur politik untuk membentuk serangkaian tindakan poltis

tertentu di dalam pikiran para pemilih.

27

25

Adman Nursal.Ibid, Hal. 152-153

Makna dan

hakekat kebijakan merupakan suatu keputusan yang dilaksanakan oleh individu, kelompok

pemerintahan yang berwenang untuk kepentingan masyarakat (public interest). Kepentingan

masyarakat ini merupakan yang utuh dari perpaduan dan kristalisasi pendapat-pendapat,

keinginan-keinginan dan tuntutan-tuntutan (demands) dari rakyat.

26

http/ 27

(29)

Partai politik modern merupakan fenomena baru dalam sistem politik. Oleh Weber

dalam bukunya Economie et Societe(1959) menekankan aspek profesionalisme dalam dunia

modern. 28 selanjutnya partai politik dapat diartikan sebagai atau didefenisikan sebagai

organisasi publik yang bertujuan untuk membawa pemimpinnya untuk berkuasa dan

memungkinkan para pendukungnya untuk mendapat keuntungan dari dukungan tersebut.29

Di sisi lain Ranney dan Kendal (1956) mendefenisikan partai politik sebagai grup atau

kelompok masyarakat yang memiliki tingkat otonomi tinggi untuk mencalonkan dan terlibat

dalam pemilu dengan harapan mendapatakan serta menjalankan kontrol terhadap birokrasi

dan kebijakan publik.30

28

Firmanzah,Op.Cit., Hal 66. 29

Firmanzah. Ibid., Hal.66 30

Firmanzah. Ibid., Hal 68

Dalam domain marketing politik tentang bauran produk politik, sebuah politik adalah

platform partai yang berisikan identitas ideologi, konsep, program kerja sebuah institusi

politik. Harrop (1990) melihat sebenarnya politik dapat dikategorikan sebagai kontribusi

institusi penyedia jasa organization), sehingga produk politiknya pun dapat dilihat sebagai

jasa. partai politik

5.1.2 Proses Pengiriman (Delivery Process)

5.1.2.1 Pull Marketing

Pendekatan pull marketing terdiri dari dua cara penggunaan media yang menentukan

pembentukan citra sebuah kontestan yakni:

(30)

Penyampaian produk politik melalui media tanpa pembayaran berkaitan dengan

kebutuhan media massa dengan berita. Keuntungan utama penyampaian produk politik ini

adalah tingginya kredibilitas informasi.

-Paid Media

Pemakaian media melalui pemasangan iklan-iklan melalui radio, media cetak,

websites, dan media luar ruang. Pemakaian media tersebut menjadi prioritas partai politik dan

kontestan dalam menyampaikan produk politiknya untuk menjangkau masyarakat hingga

kepelosok pedesaan.

5.1.2.2 Push Marketing

Pada dasarnya push marketing adalah usaha agar produk politik dapat tumbuh para

pemilih secara langsung atau dengan cara yang lebih personal.31

Adanya pihak-pihak, baik perorangan maupun kelompok, yang (influence)

besar terhadap para pemilih. Pihak-pihak yang ialah komponen yang menjadi prioritas dalam

mendulang perolehan suatu wilayah dikarenakan kedekatan emosional kelompok tersebut

masyarakat. Sehingga memberikan efek langsung dalam keterdukungan terhadap kontestan.

Strategi push marketing ini bertujuan untuk image politik yang positif dilingkungan Langsung memungkinkan

setiap pemilih melibatkan dirinya secara dengan produk-produk politik. Produk politik yang

menjadi agenda parpol dan anggota legislatif dikombinasikan penyampaiannya melalui

kandidat calon yang mengadakan kontak langsung dengan lapisan masyarakat sehingga

menimbulkan keterikatan dan ketertarikan hubungan antara kontestan dan sang calon atau

partai. Dalam strategi ini, partai politik dan kontestan berusaha mendapatkan dukungan

melalui stimulan yang diberikan pemilih.

31

(31)

masyarakat sehingga kepercayaan masyarakat terhadap parpol dan calon legislatif yang

dipilihnya bisa terjaga.

5.2 Partai Politik

Partai politik merupakan sarana bagi warga Negara untuk turut serta atau

berpartisipasi dalam proses pengelolaan Negara.32 Partai politik pertama sekali lahir di

Negara-negara Eropa Barat dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang

perlu diperhatikan serta diikut sertakan dalam proses politik.33

Dalam literatur ilmu politik terdapat beragam definisi tentang partai politik misalnya,

Carl J. Friedrich menuliskan :34

Sedang menurut Sartori :

Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan kekuasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan mengikuti berdasarkan penguasaan ini memberikan kemanfaatan kepada anggota partainya kemanfaatan……….

35

- Sebagai sarana komunikasi politik

Partai politik adalah suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum dan melalui pemilihan umum itu, mampu menempatkan calonnya untuk menduduki jabatan publik.

5.2.1 Fungsi Partai Politik

Adapun fungsi partai politik secara umum dapat dibagi kedalam lima:

32

Miriam Budiarjo,Op.Cit Hal.397. 33

Miriam Budiarjo,Ibid., Hal. 398 34

Carl Fredrich dalam Miriam Budiarjo., Hal 404 35

(32)

Proses ini dinamakan penggabungan kepentingan (interest aggregation). Sesudah

digabungkan pendapat dan aspirasi tadi diolah dan dirumuskan kedalam bentuk yang

lebih teratur.

- Sebagai Sarana Sosialisasi Politik

Maksudnya sebagai suatu proses yang melaluinya seseorang memperoleh sikap dan

orientasi terhadap fenomena politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat

dimana ia berada.

- Sebagai Sarana Rekrutmen Politik

Funsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan baik kepemimpinan

internal partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas.

- Sebagai Sarana Pengatur Konflik (Conflict Management)

Dalam fungsi ini partai dapat menjadi penghubung psikologis dan organisasional

antara warga Negara dengan pemerintahnya, selain itu partai juga melakukan

konsolidasi dan artikulasi tuntutan yang beragam dan yang berkembang dalam

masyarakat.

5.3 Pemilihan Umum (General Election)

Didalam studi ilmu politik pemilihan umum dapat dikatakan sebuah aktifitas politik

dimana pemilihan umum merupakan lembaga sekaligus juga praktis politik yang

memungkinkan terbentuknya sebuah pemerintahan perwakilan.36

36

.S. Haris,Menggugat Pemilihan Umum orde Baru,Sebuah Bunga Rampai, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan PPW-LIPI,1998,Hal 7

diselenggrakan dalam

suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

mencerminkan dengan akurat partisipasi serta aspirasi masyarkat. Sekalipun demikian,

(33)

dilengkapi dengan pengukuran beberapa kegiatan lain yang lebih bersifat berkesinambungan

seperti partisipasi dalam kegiatan partai, lobbying dan sebagainya.37

37

Miriam Budiarjo,Op.Cit., Hal.461

Dalam politik dikenal berbagai macam-macam sistem pemilihan umum dengan

berbagai variasinya, akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok:

- Single-member constituency (suatu daerah pemilihan memilih satu wakil biasanya disebut

sistem distrik).

- Multi-member Constituency (satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil biasanya

dinamakan sistem perwakilan berimbang atau sistem proporsional).

Keuntungan dan kelemahan kedua sistem:

- Keuntungan Sistem Distrik

1. Sistem ini lebih mendorong ke arah integrasi partai-partai politik karena kursi yang

diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu.

2. Fragmentasi partai dan kecenderungan membentuk partai baru dapat di banding malahan

sistem ini bisa mendorong kearah penyederhanaan partai secara alami dan tanpa paksaan

3. Karena kecilnya distrik maka wakil yang terpilih dapat dikenal komunitasnya, sehingga

hubungan dengan konstituen lebih erat. Dengan demikian si wakil akan lebih cenderung

untuk memperjuangkan kepentingan distriknya. Lagi pula kedudukannya terhadap

pimpinan partainya akan lebih independen, karena faktor kepribadian seseorang

merupakan faktor penting dalam kemenangannya dan kemenangan partai. Sekalipun

(34)

4. Bagi partai besar sistem ini menguntungkan karena melalui distortion effect dapat meraih

suara dari pemilih-pemilih lain sehingga memperoleh kedudukan mayoritas.

5. Lebih mudah bagi suatu partai untuk mencapai kedudukan mayoritas dalam parlemen,

sehingga tidak perlu diadakan koalisi dengan partai lain.

6. Sistem ini sederhana dan murah untuk diselenggarakan.

- Kelemahan Sistem Distrik

1. Sistem ini kurang memperhatikan kepentingan partai-partai kecil dan golongan minoritas

apalagi jika golongan-golongan ini terpencar dalam berbagai distrik dalam masyarakat

yang plural karena terbagi dalam kelompok etnis, religius dan tribal

2. Sistem ini dianggap kurang efektif dalam masyarakat yang plural karena terbagi dalam

kelompok etnis, religius dan tribal

3. Ada kemungkinan si wakil cenderung untuk lebih memperhatikan kepentingan distrik serta

warga distriknya.

-Keuntungan Sistem Proporsional

1. Sistem proporsional dianggap representatif, karena jumlah kursi partai dalam parlemen

sesuai dengan jumlah suara masyarakat yang diperoleh dalam pemilu

2. Sistem dianggap lebih demokratis dalam arti lebih egalitarian

-Kelemahan Sistem Proporsional

1. Sistem ini kurang mendorong partai-partai untuk berintegrasi

2. Sistem mempermudah fragmentasi partai

(35)

6. Metodologi Penelitian

6.1 Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian Penelitian metode

deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan dengan cermat fenomena atau kenyataan

sosial dengan jalan mendeskripsikan atau menggambarkan sejumlah variabel yang berkenaan

dengan masalah yang diteliti.38

Dalam metode penelitian yang bersifat deskriptif ini memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:39

a. Menguatkan perhatian pada masalah-masalah yang pada saat penelitian dilakukan

atau masalah-masalah yang bersifat aktual

b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya.

6.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota

Medan.

6.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang menunjang dalam pembahasan atau isi tentang

bagaimana marketing politik Partai Demokrat maka penulis mempergunakan beberapa

tekhnik dalam upaya mengumpulkan data, yaitu:

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

38

Sanapiah Faisal,1997, Format-Format Peneltian social: Dasar-dasar dan Aplikasi,Jakarta: Rajawali Press., Hal. 20. Untuk pemahaman lebih lanjut tengan metode Deskripsi lihat Rianto Adi,2004, Metodologi Penelitian social dan hukum, Jakarta: Granit

39

(36)

Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber umumnya

data nya bersifat dokumen, tertulis teknik ini juga dikenal studi dokumen atau literature

study40

Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data yang diperoleh langsung

dari sumber atau objek yang diteliti. Bentuknya bisa berupa wawancara atau mengadakan

dialog dengan pihak atau sumber yang bisa memberikan informasi berkaitan dengan

permasalahan penelitian yang diteliti

yang bisa diperoleh melalui perpustakaan, surat kabar, buku, majalah atau dokumen

lainnya. Untuk data yang dikumpulkan bersifat sekunder.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

41

BAB II: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

untuk data yang dikumpulkan bersifat primer.

6.4 Teknik Analisa Data

Sesuai dengan metode penelitian dalam menganalisa data, data yang digunakan

penulis adalah jenis data kualitatif. Metode kualitatif dapat diartikan sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif bisa berupa ucapan, tulisan dan perilaku yang

diamati. Untuk selanjutnya data-data yang terkumpul akan dieksplorasi secara mendalam

yang pada akhirnya akan menghasilkan kesimpulan untuk menjawab masalah dalam

penelitian.

7. Sistematika Penulisan

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, landasan teori, hipotesis, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

40

Rianto Adi,2004, Metodologi Penelitian social dan hukum, Jakarta: Granit., hal.61. 41

(37)

Bab ini berisi tentang gambaran umum dari obyek/lokasi penelitian. Penulis akan

memaparkan lokasi penelitian, dimana peneliti mengambil lokasi penelitian adalah Dewan

Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota Medan.

BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini berisikan data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan mengenai penerapan

strategi politikal marketing yang diterapkan oleh Partai Demokrat dalam Pemilu Legislatif

Tahun 2009.

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan analisis data dan saran dari hasil yang diperoleh melalui

(38)

BAB II

PROFIL PARTAI DEMOKRAT

2.1. Sejarah Partai Demokrat

Partai Demokrat didirikan atas inisiatif saudara Susilo Bambang Yudhoyono yang

terilhami oleh kekalahan terhormat saudara Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilihan

Calon wakil Presiden dalam Sidang MPR tahun 2001 pada sidang Susilo Bambang

Yudhoyono.

Dari perolehan suara dalam pemilihan cawapres dan hasil pooling public yang

menunjukkan popularitas yang ada pada diri Susilo Bambang Yudhoyono (selanjutnya

disebut SBY), beberapa orang terpanggil nuraninya untuk memikirkan bagaimana sosok SBY

bisa dibawa menjadi Pemimpin Bangsa dan bukan direncanakan untuk menjadi Wakil

Presiden RI tetapi menjadi Presiden RI untuk masa mendatang. Hasilnya adalah beberapa

orang diantaranya saudara Vence Rumangkang menyatakan dukungannya untuk mengusung

SBY ke kursi Presiden, dan bahwa agar cita-cita tersebut bisa terlaksana, jalan satu-satunya

adalah mendirikan partai politik. Perumusan konsep dasar dan platform partai sebagaimana

yang diinginkan SBY dilakukan oleh Tim Krisna Bambu Apus dan selanjutnya tehnis

administrasi dirampungkan oleh Tim yang dipimpin oleh saudara Vence Rumangkang. Juga

terdapat diskusi-diskusi tentang perlunya berdiri sebuah partai untuk mempromosikan SBY

menjadi Presiden, antara lain: pada tanggal 12 Agustus 2001 pukul 17.00 diadakan rapat yang

dipimpin langsung oleh SBY di apartemen Hilton. Rapat tersebut membentuk tim pelaksana

yang mengadakan pertemuan secara marathon setiap hari. Tim itu terdiri dari : (1). Vence

Rumangkang, (2). Drs. A. Yani Wahid (Alm), (3). Achmad Kurnia, (4). Adhiyaksa Dault,

(39)

diadakan diskusi-diskusi untuk pendirian sebuah partai bagi kendaraan politik SBY dipimpin

oleh Drs. A. Yani Wachid (Almarhum). Pada tanggal 19 Agustus 2001, SBY memimpin

langsung pertemuan yang merupakan cikal bakal pendirian dari Partai Demokrat. Dalam

pertemuan tersebut, saudara Vence Rumangkang menyatakan bahwa rencana pendirian partai

akan tetap dilaksanakan dan hasilnya akan dilaporkan kepada SBY.42

Selanjutnya pada tanggal 20 Agustus 2001, saudara Vence Rumangkang yang dibantu

oleh saudara Drs. Sutan Bhatoegana berupaya mengumpulkan orang-orang untuk

merealisasikan pembentukan sebuah partai politik. Pada akhimya, terbentuklah Tim 9 yang

beranggotakan 10 (sepuluh) orang yang bertugas untuk mematangkan konsep-konsep

pendirian sebuah partai politik yakni: (1) Vence Rumangkang; (2) Dr. Ahmad Mubarok,

MA.; (3) Drs. A. Yani Wachid (almarhum); (4) Prof. Dr. Subur Budhisantoso; (5) Prof. Dr.

Irzan Tanjung; (6) RMH. Heroe Syswanto Ns.; (7) Prof. Dr. RF. Saragjh, SH., MH.; (8) Prof.

Dardji Darmodihardjo; (9) Prof. Dr. Ir. Rizald Max Rompas; dan (10) Prof. Dr. T Rusli

Ramli, MS. Disamping nama- nama tersebut, ada juga beberapa orang yang sekali atau dua

kali ikut berdiskusi. Diskusi Finalisasi konsep partai dipimpin oleh Bapak SBY.

43

Untuk menjadi sebuah Partai yang disahkan oleh Undang- Undang Kepartaian

dibutuhkan minimal 50 (lima puluh) orang sebagai pendirinya, tetapi muncul pemikiran agar

jangan hanya 50 orang saja, tetapi dilengkapi saja menjadi 99 (sembilan puluh sembilan)

orang agar ada sambungan makna dengan SBY sebagai penggagas, yakni SBY lahir tanggal 9

bulan 9. Pada tanggal 9 September 2001, bertempat di Gedung Graha Pratama Lantai XI,

Jakarta Selatan dihadapan Notaris Aswendi Kamuli, SH., 46 dari 99 orang menyatakan

bersedia menjadi Pendiri Partai Demokrat dan hadir menandatangani Akte Pendirian Partai

42

43

(40)

Demokrat. 53 (lima puluh tiga) orang selebihnya tidak hadir tetapi memberikan surat kuasa

kepada saudara Vence Rumangkang. Kepengurusanpun disusun dan disepakati bahwa

Kriteria Calon Ketua Umum adalah Putra Indonesia asli, kelahiran Jawa dan beragama Islam,

sedangkan Calon Sekretaris Jenderal adalah dari luar pulau jawa dan beragama Kristen.

Setelah diadakan penelitian, maka saudara Vence Rumangkang meminta saudara Prof. Dr.

Subur Budhisantoso sebagai Pejabat Ketua Umum dan saudara Prof. Dr. Irsan Tandjung

sebagai Pejabat Sekretaris Jenderal sementara Bendahara Umum dijabat oleh saudara Vence

Rumangkang.

Pada malam harinya pukul 20.30, saudara Vence Rumangkang melaporkan segala

sesuatu mengenai pembentukan Partai kepada SBY di kediaman beliau yang saat itu sedang

merayakan hari ulang tahun ke 52 selaku koordinator penggagas, pencetus dan Pendiri Partai

Demokrat. Dalam laporannya, saudara Vence melaporkan bahwa Partai Demokrat akan

didaftarkan kepada Departemen Kehakiman dan HAM pada esok hari yakni pada tanggal 10

September 2001.44

Pada tanggal 10 September 2001 jam 10.00 WIB Partai Demokrat didaftarkan ke

Departemen Kehakiman dan HAM RI oleh saudara Vence Rumangkang, saudara Prof. Dr.

Subur Budhisantoso, saudara Prof. Dr. Irsan Tandjung, saudara Drs. Sutan Bhatogana MBA,

saudara Prof. Dr. Rusli Ramli dan saudara Prof. Dr. RF. Saragih, SH, MH dan diterima oleh

Ka SUBDIT Pendaftaran Departemen Kehakiman dan HAM. Kemudian pada tanggal 25

September 2001 terbitlah Surat Keputusan Menkeh & HAM Nomor M.MU.06.08.-138

tentang pendaftaran dan pengesahan Partai Demokrat. Dengan Surat Keputusan tersebut

Partai Demokrat telah resmi menjadi salah satu partai politik di Indonesia dan pada tanggal 9 2.2 Pengesahan Partai Demokrat

44

(41)

Oktober 2001. Departemen Kehakiman dan HAM RI mengeluarkan Lembaran Berita Negara

Nomor : 81 Tahun 2001 Tentang Pengesahan. Partai Demokrat dan Lambang Partai

Demokrat.

Selanjutnya pada tanggal 17 Oktober 2002 di Jakarta Hilton Convention Center

(JHCC), Partai Demokrat dideklarasikan dan dilanjutkan dengan Rapat Kerja Nasional

(Rakemas) Pertama pada tanggal 18-19 Oktober 2002 di Hotel Indonesia yang dihadiri

Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) seluruh Indonesia.

STRUKTUR ORGANISASI

(42)

2.3. VISI dan MISI

2.3.1 Visi Partai

Dalam menjalankan sebuah organisasi maka diperlukan sebuah cara pandang

bagaimana seharusnya (idealita) organisasi berjalan kedepan. Cara pandang (way of view)

akan menjadi rumusan yang akan menjiwai program kerja dari organisasi. Cara pandang

organsasi dituangkan dalam VISI. Dalam hal ini VISI Parai Demokrat ialah “bersama

masyarakat luas berperan mewujudkan keinginan luhur rakyat Indonesia agar mencapai

pencerahan dalam kehidupan kebangsaan yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur,

menjunjung tinggi semangat Nasionalisme, Humanisme dan Internasionalisme, atas dasar

ketakwaan kepada Tuhan yang maha Esa dalam tatanan dunia baru yang damai, demokratis

dan sejahtera”.45

1. Memberikan garis yang jelas agar partai berfungsi secara optimal dengan peranan

yang signifikan di dalam seluruh proses pembangunan Indonesia baru yang dijiwai

oleh semangat reformasi serta pembaharuan dalam semua bidang kehidupan

kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan kedalam formasi semula sebagaimana

telah diikrarkan oleh para pejuang, pendiri pencetus Proklamasi kemerdekaan

berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan titik berat kepada upaya

mewujudkan perdamaian, demokrasi (Kedaulatan rakyat) dan kesejahteraaan. 2.3.2 Misi Partai

Untuk menjalankan visi dengan sukses maka perlu dibuat langkah-langkah yang harus

dilakukan untuk mencapai program yang di jiwai oleh VISI itu. Untuk itu MISI partai

demokrat antara lain:

45

(43)

2. Meneruskan perjuangan bangsa dengan semangat kebangsaan baru dalam

melanjutkan dan merevisi strategi pembangunan Nasional sebagai tumpuan sejarah

bahwa kehadiran Partai Demokrat adalah melanjutkan perjuangan generasi-generasi

sebelumnya yang telah aktif sepanjang sejarah perjuangan bangsa Indonesia, sejak

melawan penjajah merebut Kemerdekaan, merumuskan Pancasila dan UUD 1945,

mengisi kemerdekaan secara berkesinambungan hingga memasuki era reformasi.

3. Memperjuangkan tegaknya persamaan hak dan kewajiban Warga negara tanpa

membedakan ras, agama, suku dan golongan dalam rangka menciptakan masyarakat

sipil (civil society) yang kuat, otonomi daerah yang luas serta terwujudnya

representasi kedaulatan rakyat pada struktur lembaga perwakilan dan

permusyawaratan.

2.4 Agenda Perjuangan Partai Demokrat

Dalam melakukan perubahan terhadap kondisi bangsa maka dalam hal ini partai

Demokrat memiliki agenda yang harus dilaksanakan antara lain:

a. Recovery

Yaitu pemulihan keadaan, pemberhentian anarki dan memfungsikan kembali institusi

agar ketertiban dan keamanan msyarakat terjadi dan roda perekonomian rakyat dalam

kehidupan seharu-hari berjalan lancar, serta dimungkinkannya melakukan perubahan

berstruktur.

b. Reformasi

Harus ada keberanian mengubah paradigma lama ke pada paradigma baru yang

(44)

konsep perubahan yang menjamin kesinambungan pembangunan bangsa. Globalisasi

yang sudah berjalan merupakan sebuah keniscayaan yang harus diimbangi dengan

keberanian untuk proteksi dan lokalisasi dengan semangat memelihara yang masih

baik dan hanya menerima gagasan baru dari dunia global yang sudah benar-benar

teruji kebaikannya. Hanya bangsa yang bisa menghargai kebudayaannya yang

sanggup eksis dalam dunia global. Bangsa yang tidak menghargai kekayaan budaya

sendiri akan dilindas tanpa ampun oleh roda globalisasi yang akan menjadikan bangsa

itu menjadi kuli di negeri sendiri.

c. Rekonsiliasi

Bahwa tark ulur kepentingan antar kekautan adalah merupakan bagaian dari dinamika

bangsa. Setiap kali terjadi konflik yang mengarah pada disintegrasi bangsa harus

segera dilakukan rekonsiliasi berdasar prinsip yang adil, konstruktif dan berwawasan

kedepan. Rekonsiliasi tidak boleh mengabaikan penegakan hukum dan tidak boleh

bertentangan dengan rasa keadilan masyarakat. Partai Demokrat mengagendakan

semangat rekonsiliasi akan terus dikembangkan mulai dari internal partai, antar partai

dan selanjutnya rekonsiliasi antar elemen bangsa.

d. Sosialisasi Bersih, Sederhana dan Mengabdi

Dalam menjalankan agenda perjuangan dibutuhkan strategi pembudayaan yang tepat

sesuai dengan watak bangsa. Kebudayaan adalah konsep, ide dan gagasan dan

keyakinan yang memandu bangsa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Nilai

budaya sebuah bangunan misalnya bukan pada bendanya tetapi pada konsep yang

melatarbelakangi berdirinya gedung itu. Begitu pun dengan nilai budaya institusi

(45)

Untuk itu Partai Demokrat ingin mensosialisasikan pembangunan bangsa dan

semangat pembudayaan BSM (bersih, sederhana dan mengabdi).

e. Bersih

Artinya tiadanya faktor-faktor yang tidak semestinya ada. Budaya bersih mencakup

bersih dari kotoran sampah, bersih dari pikiran buruk dan bersih dari perbuatan buruk.

Membersihkan Negara dari korupsi dibutuhkan konsep yang bersih (dari kepentingan

subjektif), aparat yang bersih (dari track record yang buruk) dan tindakan yang bersih

(dari kolusi). Budaya bersih harus disosialisasikan ke seluruh lapisan jajaran

pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan, sampai merasuk ke batin setiap warga

Negara.

f. Sederhana

Sederhana artinya mengkonsumsi sesuai dengan standar kebutuhan universal. Orang

boleh memiliki banyak tetapi menggunakannya sekedar yang dibutuhkannya.

Kebiasaan mengkonsumsi atau menggunakan melebihi standar kebutuhan itulah yang

mendorong orang melakukan prilaku menyimpang, yaitu membeli apa yang tidak

diperlukan oleh orang lain. Banyak orang kaya hidup sederhana, dan tak jarang orang

miskin justru hidup mewah. Kesederhanaan bisa dijalankan dalam berfikir, dalam

bekerja, dalam berpakaian dalam kehidupan sehari-hari dan juga dalam berpolitik.

Budaya sederhana akan mengokohkan ketahanan mental aparat dari godaaan suap dan

akan menenteramkan masyarakat banyak dari kecemburuan sosial dan prilaku anarki.

Partai Demokrat akan berjuang membudayakan kesederhanaan. Dimulai dari partai

(46)

g. Mengabdi

Bahwa hidup adalah pengabdian, untuk diri, keluarga, masyarakat, Negara dan Tuhan.

Semua yang dilakukan dalam belajar bekerja, berkarya berpolitik bahkan dalam

berperang haruslah didasarkan pada semangat pengabdian. Mengabdi artinya

menempatkan diri sebagai orang yang melayani. Pengabdian adalah perjuangan.

Ukuran kebahagian seorang pejuang adalah jika merasa berhasil mempertahankan

prinsip-prinsip perjuangannya hingga titik darah penghabisan.

2.5 Demokrat Kota Medan

DPC Demokrat Kota Medan merupakasa salah satu cabang dari Partai Demokrat

yangberkedudukan di daerah tingkat dua (DATI II) yang membawahi ranting untuk tingkat

kelurahan dan ligkungan. DPC Partai Demokrat kota medan didirikan pada tahun 2004

dengan landasan berpikir untuk melengkapi perjuangan dan pembentukan partai Demokrat di

kota Medan46

Oleh sebab itu keberadaan DPC Demokrat kota Medan bisa dikatakan cukup sentral

dalam mengeksiskan partai Demokrat di kota Medan khususnya dan di Sumatera utara .

Dalam dua kali pemilihan umum tahun 2004 dan 2009 DPC Partai Demokrat kota

Medan menyumbangkan angka yang cukup fantastis untuk pemilu legislatif tahun 2009.

Partai Demokrat Kota Medan menghantarkan Demokrat menjadi yang terdepan dalam

memperoleh perolehan suara terbanyak mengalahkan partai Golkar dan PDI-P yang dalam

pemilu tahun 2004 merajai daerah Medan.

46

Gambar

Tabel 1 parpol peserta pemilu tahun 2004 dan 2009
Tabel 2. Tingkat akseptabilitas 7 partai politik
Gambar 1. Alur Kewenangan Partai Politik
Gambar 1. Kerangka konseptual marketing politik Adman Nursal
+2

Referensi

Dokumen terkait

Melihat hasil dari perolehan suara dalam pemilihan umum legislatif tahun 2014 di kabupaten karo yang dimenangkan oleh Partai Demokrat, tentu strategi pemenangan partai dalam

pengobatan gratis, fooging merupakan pendekatan yang dilakukan Caleg..   Partai Demokrat terus menerus dan kegiatan tersebut dapat menarik simpatik warga masyarakat dan

Teori yang digunakan merupakan kerangka kerja marketing politik milik Adman Nursal yang terdiri atas tahapan-tahapan yang diantaranya adalah pemahaman lingkungan

Pemilu 1999 diikuti oleh 48 partai politik, yaitu: Partai Indonesia Baru, Partai Kristen Nasional Indonesia, Partai Nasional Indonesia – Supeni, Partai Aliansi Demokrat

Apresiasi dan simpati masyarakat terhadap kebijakan populis pemerintah menjelang pemilu inilah, salah satu hal yang dapat mengubah pre- ferensi masyarakat terhadap partai

Apresiasi dan simpati masyarakat terhadap kebijakan populis pemerintah menjelang pemilu inilah, salah satu hal yang dapat mengubah pre- ferensi masyarakat terhadap partai

Skripsi yang berjudul “Strategi Pemenangan Partai Demokrat Dalam Pemilu Legislatif Kabupaten Karo 2014” ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana

Pemetaan Ideologi Partai-partai Politik Peserta Pemilu 2014 No Urut Nama Partai Asas/Ideologi Identifikasi Positioning 1 Partai Nasional Demokrat Nasdem Pancasila