PARTAI POLITIK dan PEMILU
(Suatu Studi Marketing Politik Terhadap Partai Demokrat dalam
Pemilu Legislatif 2009)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Departemen Ilmu Politik
Empu Satrianta Sitepu
040906076
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Yesus Kristus Allah Bapa yang hidup atas rahmat, berkat dan
kesehatan dalam setiap langkah kehidupan yang diberikanNya kepada penulis sehingga tugas
akhir skripsi ini dapat selesai sesuai dengan waktu yang diinginkan oleh penulis.
Tujuan utama penulisan dan penyelesaian skripsi ini adalah sebagai syarat untuk
menyelesaikan pendidikan sarjana di perguruan tinggi. Skripsi ini dibagi atas empat bagian
pokok. Tiap bagian dibagi atas beberapa bab. Dalam bagian satu, berbicara dan membahas
tentang latar belakang permasalahan yang diangkat untuk diteliti dan berisi mengenai
teori-teori yang dipakai untuk mendukung penelitian tersebut.
Sedangkan dalam bagian kedua, uraian mengenai deskripsi obyek penelitian. Disini
yang menjadi obyek penelitian adalah Partai Demokrat yang berisi mengenai sejarah Partai
Demokrat dan yang menyangkut mengenai Partai Demokrat tersebut. Kemudian bab ketiga
berisi mengenai hasil dan pembahasan yang telah diteliti. Bab terakhir adalah berisi mengenai
kesimpulan dan berisi saran-saran yang berhubungan dalam penyelesaian skripsi ini.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan dukungan
dari beberapa pihak. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Drs. Heri Kusmanto, M.A selaku ketua jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik yang juga merupakan dosen wali penulis selama
perkuliahan. Yang selama ini telah banyak memberikan bantuan dan dukungan
kepada penulis.
3. Drs. P. Anthonius Sitepu, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi. Terima
kasih banyak atas waktu, kesabaran dan pemikiran dalam memberikan saran,
petunjuk dan bimbingan dalam penelitian ini, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Warjio, S.S, M.A selaku dosen pembaca yang memberikan dukungan serta
begitu sabar dalam meneliti skripsi penulis.
5. Ayahku tercinta, Ir. Tjipta A. Sitepu, atas kesabaran, dukungan dan doanya
6. Ibuku tercinta, Dra. Prelly B. R. Ginting, yang telah melahirkan saya ke dunia,
dan telah mencintai dan membesarkan dengan penuh kasih sayang. Terima
kasih buat doanya.
7. Ruth Tresia Sari Sembiring, S.Psi yang tercinta, yang selama ini banyak
membantu, mendukung dan mendoakan penulis selama ini. Terima kasih atas
pengertiannya dan pengorbanannya.
8. Adikku (Pingkan Primsa Sitepu, ST dan Agripa Toar Sitepu) yang aku
sayangi, terima kasih atas doanya.
9. Seluruh dosen yang mengajar di jurusan Ilmu Politik yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis.
10. Kepada seluruh pegawai di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik terutama
kepada Abangda Rusdi yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan
kepada penulis selama ini.
11. DR. Layari Sinukaban, S.IP, MBA yang membantu dalam memudahkan
pengambilan data skripsi yang penulis kerjakan ini. Dan juga untuk DPC
Partai Demokrat kota Medan dan DPD Partai Demokrat SUMUT yang telah
menyajikan data kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan saudara-saudara semua. Dan semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
rekan-rekan semua.
Medan, Desember 2010
Penulis
PARTAI POLITIK dan PEMILU
(Suatu Studi Marketing Politik Terhadap Partai Demokrat dalam Pemilu Legislatif 2009)
Nama : E. Satrianta Sitepu NIM : 040906076
Departemen : Ilmu Politik
ABSTRAKSI
Dalam eforia demokrasi sejak era reformasi sistem pemilihan umum (general election system) khususnya sistem kepartaian menggunakan kerangka banyak partai (Multy Party System). Sejak pemilu tahun 1999 kemudian disusul 2004 dan yang terakhir kemarin tahun 2009 kontestan yang mengikuti ajang lima tahunan itu tidak hanya didominasi oleh dua atau tiga partai seperti era orde baru sebelumnya. Banyak kontestan yang bertarung untuk memperebutkan suara masyarakat tentu bukanlah hal mudah dibutuhkan metode,strategi yang brilian untuk menggapai kemenangan khususnya meraih suara yang besar sehingga dapat mencapai kekuasaan itu (power). Untuk hal itu dibutuhkan marketing politik, sebuah cara bagaimana memasarkan partai politik layaknya memasarkan barang.
Dalam hal ini partai Demokrat telah membukt ikan memiliki strategi marketing politik yang cukup efektif untuk meraup suara yang siginifikan khususnya dua pemilu yang terakhir yaitu tahun 2004 dan 2009 untuk hirarki organisasi partai ditingkat bawah yaitu DPC (Dewan Pimpinan Cabang) kota Medan. Skripsi secara gamblang membahas tentang bagaimana marketing politik itu dilakukan, apa kiatnya. Metode penelitian bersifat deskriptif dengan lebih banyak pada studi kepustakaan dan wawancara.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa marketing politik yang dilakukan partai politik menggunakan metode-metode modern seperti direct selling, push marketing, segmentasi yang tentunya disesuaikan dengan posisi Demokrat yang saat itu adalah partai Incumbent. Selain kesiapan partai baik dari pusat hingga daerah dalam konteks konsolidasi organisatoris dan proses kaderisasi yang tak pernah henti merupakan modal lain dalam menunjang kesuksesan partai Demokrat pada pemilu tahun 2009 kemarin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………...i
ABSTRAKSI………...iii
DAFTAR ISI………iv
BAB I PENDAHULUAN………..………...1
1. Latar Belakang Masalah………..………….1
2. Perumusan Masalah………...………12
3. Tujuan Penelitian ………..13
4. Manfaat Penelitian………...13
5. Kerangka Teori…………..………...14
5.1 Marketing Politik (Political Marketing)…..………...15
5.1.1 Bauran Produk Politik (Marketing Strategy)………...21
5.1.2 Proses Pengiriman (Delivery Process)………...22
5.1.2.1 Pull Marketing………..………22
5.1.2.2 Push Marketing……….23
5.2 Partai Politik……….24
5.2.1 Fungsi Partai Politik………24
5.3 Pemilihan Umum (General Election)………...25
6. Metodologi Penelitian…..………..28
6.1 Jenis Penelitian…….………28
6.2 Lokasi Penelitian…..………28
6.3 Teknik Pengumpulan Data…..……….28
6.4 Teknik Analisa Data……….29
BAB II PROFIL PARTAI DEMOKRAT………31
2.1 Sejarah Partai Demokrat……….31
2.2 Pengesahan Partai Demokrat…….……….33
2.3 Visi dan Misi…….……….35
2.3.1 Visi Partai…….………...35
2.3.2 Misi Partai…..……….35
2.4 Agenda Perjuangan Partai Demokrat…….………36
2.5 Demokrat Kota Medan…………...………39
2.5.1 Susunan DPC Demokrat Kota Medan….………40
2.5.2. Daftar Nama-Nama Calon Legislatif Demokrat Kota Medan………43
BAB III ANALISIS MARKETING POLITIK………...48
3.1 Pemilu Legislatif 2009………...48
3.1.1 Dasar Hukum Pemilu Tahun 2009………..49
3.1.2 Kontestan Peserta Pemilu Tahun 2009………52
3.1.3 Statistik Jumlah Suara……….56
3.1.4 Partai Pemenang………..57
3.2 Strategi Umum Marketing Politik Partai Demokrat Kota Medan………..62
3.2.1 Konsolidasi Partai………62
3.2.2 Pemberhasilan Kegiatan Pembangunan ………..68
3.2.3 Pembinaan, Penggalangan dan Pengerahan ………...71
3.2.4 Pendaftaran Pemilih dan Kelembagaan ………..74
3.3 Politikal Marketing DPC Partai Demokrat Medan……….77
3.3.1 Proses Strategi Pemasaran Partai………78
3.3.2 Pemetaan Segmentasi Pasar………80
3.3.3 Pola Komunikasi Politik Partai………...81
3.3.4 Peningkatan Kualitas Kerja Partai………...83
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………85
4.1 Kesimpulan……….85
4.2 Saran………...86
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pemilu legislatif tahun 2009 merupakan pemilu ketiga setelah apa yang kita sebut
bersama sebagai masa reformasi. Ketiga pemilu belakangan ini baik tahun 1999,2004
maupun 2009 dilaksanakan dalam bingkai pemilu demokratis yang dapat disejajarkan
dengan pemilu pertama kali yang diadakan pada tahun 1955 pada masa orde lama. Dengan
mempergunakan sistem multi partai (multy party sistem) sungguh nampak jelas proses
pembangunan politik mengarah pada pembangunan demokrasi secara kelembagaan
(institusionalism) mulai menemukan titik terang saat ini.1
Euphoria demokrasi ini ibarat hadiah atau bonus yang didapatkan oleh bangsa ini
sejak orde baru tumbang pada Mei 1998. Dimana bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa
nilai-nilai demokrasi seperti kebebasan (liberty), Persamaan (equality) menjadi barang yang
sangat mahal di era Soeharto memerintah. Hal ini memang tidak lain disebabkan praktek Dalam prakteknya liberalisasi politik yang sudah dijalankan membawa angin
perubahan khususnya kebebasan dalam mendirikan partai politik. Sejurus kemudian sejak
diadakan pemilu pertama kali yaitu di tahun 1999 sejak era reformasi komposisi dan
konfigurasi partai politik yang menjadi kontestan juga sangat beragam baik dari segi
platform, idiologi perjuangan dan juga basis pendukungnya. Intinya banyak partai
bermunculan bagai jamur dimusim hujan.
1
rezim otoritarianisme yang diamalkan oleh orde baru pada saat itu. Sehingga kebebasan
masyarakat menjadi terbatas yang pada akhirnya melemahkan kekuatan civil society sebagai
pilar penegak demokrasi sejatinya. Bekerjanya proses input dan output secara berimbang
merupakan nilai plus yang tidak didapatkan pada era Soeharto.2
Patut dicatat memang transformasi politik yang terjadi saat ini bukan khas milik
Indonesia saja namun juga terjadi dibelahan bumi lain. Dunia politik yang selama ini hanya
dimonopoli oleh para Elit Politik telah bergeser menjadi konsumsi publik. Hal ini
ditunjukkan dengan semakin tingginya partisipasi politik masyarakat, media dan juga LSM di
banyak Negara dalam kehidupan politik. Partisipasi politik itu tidak hanya terefleksikan
dalam bentuk partisipasi menyuarakan suara sewaktu pemilu, tetapi dalam semua usaha untuk
mempengaruhi kebijakan publik. Sehingga bentuk-bentuk partisipasi politik dapat berupa
pengerahan massa, pemogokan, demonstrasi jalanan, dan bentuk-bentuk protes lainnya.
3
Intinya pelaksanaan pemilu pasca orde baru bisa dikatakan demokratis jika dilihat dari
tiga kriteria yaitu:
Satu variabel yang cukup penting dari agenda reformasi dan birokrasi adalah
dimulainya era pemilu yang Demokratis yaitu benar-benar bersih, jujur, luber dan rahasia
setidaknya dari kesiapan pemerintah dalam memfasilitasi jalannya Pemilu dengan baik dan
juga ikut serta berbagai unsur atau elemen masyarakat dalam mensukseskan Pemilu itu
sendiri.
4
1. Keterbukaan
2
Untuk pembahasan tentang sistem politik silahkan lihat Budi Winarno,2008,Sistem Politik Indonesia Era Reformasi,Yogyakarta:Medres
3
Firmanzah,2008,mengelola Partai Politik,Jakarta:Yayasan Obor Indonesia., Hal.1. mengenai proses transisis Demokrasi dari Orba menuju Reformasi lihat di Gregorius Sahdan,2004,Jalan Transisi Demokrasi,Bantul:Pondok Edukasi,___Indonesia in transition,2003. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,__ 2004,Indonesia In transition ( re-Thinking Civil Society, region, and crisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
4
Artinya pemilu harus bersifat terbuka bagi warga Negara. Prinsip ini dikenal dengan
hak memilih universal (universal sufferage)
2. Ketepatan
Mengandung arti bahwa segaala proses yang berkaitan dengan pemilu, mulai dari
pendaftaran partai peserta pemilu, verifikasi partai politik, kampanye, pelaksanaan
pemungutan suara sampai penghitungan suara harus dilakukan secara tepat dan
proporsional artinya semua yang terlibat dalam pemilu harus mendapat perlakuan
hokum yang sama.
3. Efektivitas
Artinya jabatan politik harus di isi semata-mata melalui pemilu, tidak dengan
cara-cara lain seperti pengangkatan dan penunjukan.
Tabel 1 parpol peserta pemilu tahun 2004 dan 2009
NO Parpol Tahun 2004 Perolehan suara
1 Partai Golkar 24,480,757
2 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 21,026,629
3 Partai Kebangkitan Bangsa 11,989,564
4 Partai Persatuan Pembangunan 9,248,764
5 Partai Demokrat 8,455,225
6 Partai Keadilan Sejahtera 8,325,020
7 Partai Amanat Nasional 7.303,324
8 Partai Bulan Bintang 2,970,487
9 Partai Bintang reformasi 2,764,998
10 Partai damai sejahtera 2,414,254
12 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 1,424,240
13 Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan 1,31,230,4
14 Partai Nasional Banteng Kemerdekaan 1,230,455
15 Partai Patriot Pancasila 1,073,139
16 PNI Marhaenisme 923,159
17 Partai Persatuan Nahdatul Ummah Indonesia 1895,610
18 Partai Pelopor 878,932
19 Partai Penegak demokrasi Indonesia 855,811
20 PartaiMerdeka 842,541
21 Partai Sarikat Indonesia 679,296
22 Partai Perhimpunan Indonesia Baru 672,952
23 Partai Persatuan Daerah 657.916
24 Partai Buruh Sosial Demokrat 636,397
(www.kpu.go.id )
Dari sekian banyak partai politik yang menjadi kontestan dalam pemilu legislatif
adalah partai demokrat. Partai demokrat sebagai partai bentukan presiden RI ke 6 Soesilo
Bambang Yudhoyono menjadi partai yang sangat fenomenal khususnya bila kita kaitkan
dengan pemilu tahun 2009 yang baru saja selesai. Pada pemilu tahun 2009 ini partai
demokrat tidak hanya menjadi kampiun dalam perolehan suara terbanyak namun juga
kembali menghantarkan ketua dewan penasehatnya SBY untuk kembali menduduki
singgasana kursi kepresidenan untuk yang kedua kalinya sejak tahun 2004 kemarin.
Keberadaan partai Demokrat sebagai partai yang mengusung idiologi kebangsaan
(religius-nasionalis) menawarkan sebuah pemahaman baru bagi kondisi perpolitikan di
kemarin merupakan hal yang menakjubkan sekaligus fantastis bagi sebagian pengamat dan
juga para praktisi politik di tanah air. Walaupun beberapa hasil survey dari beberapa lembaga
riset menunjukkan bahwa aksetabilitas Partai Demokrat Pra-Pemilu tahun 2009 bisa
dikatakan masih dibawah akseptabilitas partai PDI-P ataupun partai Golkar namun fakta
dilapangan Demokrat memiliki poin akseptabilitas melebih dua partai besar tersebut.5
No
Tabel 2. Tingkat akseptabilitas 7 partai politik
Partai Politik Akseptabilitas (%)
1 Partai PDI-P
23,8
2 Partai Golkar
12,0
3 Partai Demokrat
9,6
4 Partai Keadilan Sejahtera
7,4
5 Partai Kebangkitan Bangsa
7,4
6 Partai Amanat Nasional 3,5
7 Partai Hanura 2,3
(Sumber Hasil riset Indobarometer di 33 Provinsi dengan jumlah responden sebanyak 1200)
Walau dibawah dua partai besar yaitu Golkar dan PDI-P namun perolehan suara partai
Demokrat dalam survey pra pemilu juga tidak bisa dipandang enteng. Hal ini memang
terbukti dalam kondisi rill yang sesungguhnya dalam medan pemilu 2009 tepatnya dalam
pemilu legislatif.
5
Sementara dari segi perolehan kursi di DPR Demokrat memperoleh kursi terbanyak
berikut adalah perbandingan jumlah kursi di DPR bagi partai Demokrat dan partai lain:6
No Nama Partai Politik Jumlah Kursi
1
Di era liberalisasi politik seperti saat ini dengan tingkat persaingan merebut
konstituen yang begitu ketat mengharuskan partai-partai politik peserta pemilu harus berpikir
keras bagaimana merebut dan menghimpun suara para konstituen. Dengan kata lain
diperlukan strategi yang tepat untuk memenangkan even pemilihan umum.banyaknya parpol
ini juga menimbulkan kebingungan dalam tataran penilih, dengan banyaknya pilihan otomatis
pemilih harus benar-benar cermat untuk menjatuhkan pilihannya kepada siapa (Partai atau
Calon Legislatif) akan di berikan mandat untuk melaksanakan jalannya pemerintahan.
Hal ini dapat dibuktikan misalnya dari data survei Indo Barometer Desember 2007
yang menguji apakah publik kesulitan atau tidak membedakan partai politik yang ada
seka-rang ini (waktu itu jumlah partai baru 24), baik secara umum maupun dari aspek yang
6
sederhana seperti nama dan lambang ataupun yang kompleks seperti program dan ideologi
partai.Ternyata mayoritas responden (60-70%) menjawab kesulitan.7
Implikasi dari kebingungan rakyat ini bermacam-macam. Pertama, pilihan rakyat
menjadi kurang berkualitas karena mereka bingung membedakan program kerja satu partai
dengan partai lainnya. Padahal, seyogianya pilihan itu didasarkan pada evaluasi dan
preferensi program kerja. Kedua, rakyat yang bingung akan apatis. Apatisme ini bisa
berujung pada keputusan untuk tidak memilih (golput). Tingginya golput akan menurunkan
legitimasi hasil pemilu yang notabene dibiayai uang rakyat yang jumlahnya sangat besar.
Ketiga, akan sulit bagi partai, terutama yang baru ikut Pemilu 2009, untuk mendapatkan suara
signifikan di tengah kerumunan partai yang begitu banyak. Jangankan dipilih, untuk dikenal
saja sudah cukup sulit. Apalagi jika partai tersebut tidak memiliki dana yang cukup untuk
sosialisasi dari tidak memiliki jaringan yang mengakar. Padahal, berdasarkan pengalaman
survei dan pemilu sebelumnya, pengenalan merupakan syarat dasar partai politik untuk
mendapatkan dukungan.8
Seiring dengan perkembangan masyarakat yang menjadi lebih terbuka dan adanya
persaingan yang semakin tinggi diantara para kontestan pemilihan umum, keniscayaan
pemasaran politik (political marketing) bagi partai-partai politik yang menjadi kontestan Cara yang penulis maksudkan adalah strategi atau marketing politik. Marketing
politik menjadi semakin penting saat ini mengingat kebutuhan perolehan suara untuk pemilu
kian menjadi sulit saat ini.
Perspektif Marketing Politik
7
Diakses melalui pukul 19.30 wib
8
dalam pemilihan umum tersebut dianggap sangat tepat untuk memenangkan pemilihan
umum.
Didunia barat, marketing politik diyakini sebagai metode dan instrumen yang dapat
membantu politisi dan partai politik untuk dapat bersaing dan memenangkan persaingan.
Secara konsep, marketing politik tidak jauh berbeda dengan marketing yang digunakan dalam
dunia bisnis. Perbedaanya dalam dunia bisnis yang dijual adalah produk berupa barang, jasa
sedang dalam dunia politik yang dijual adalah visi misi serta program kepada masyarakat luas
dengan target dapat dipilih sebagai pemenang. Dan agar jualan laris manis maka dalam hal
ini mereka (partai politik) harus memahami dan mengenal audiensnya. Sehingga bisa
membidik target secara tepat dan cermat. Dalam domain politik marketing menawarkan
perpspektif alternatif yang menawarkan penggunaan yang membantu untuk mengefisienkan
serta efektif dalam membangun dalam hubungan dua arah dengan konstituen dan masyarakat.
Berkembangnya pusat perhatian partai politik terhadap pembangunan strategi marketing
politik merupakan alternatif yang dapat membantu bersaing dalam iklim politik yang penuh
persaingan terbuka dan transparan ketika berhadapan (vis avis) dengan konstituen yang
berasal dari beragam idiologi, agama serta etnisitas.
Marketing politik sejatinya dapat mempermudah bagaimana menggarap dan menjual
produk politik yang akan dipasarkan. Dalam hal ini setiap segmentasi pasar tentu memiliki
strategi yang berbeda dalam aplikasinya. Oleh sebab itulah keniscayaan marketing politik
sangat dibutuhkan untuk kondisi pemilihan di era persaingan yang sangat kompetitif saat ini.
Adapun dalam perspektif marketing dalam dunia politik memiliki beberapa tujuan
Pertama, Menjadikan pemilih sebagai subyek dan bukan sebagai obyek politik
Kedua, Menjadikan permasalahan yang dihadapi pemilih adalah langkah awal dalam
menyusun program kerja yang ditawarkan dalam kerangka masingmasing ideologi partai
(Dermody & Scullion, 2001)
Ketiga, Marketing politik tidak menjamin sebuahkemenangan, tapi menyediakan tools
bagaimana menjaga hubungan dengan pemilih untuk membangun kepercayaan dan
selanjutnya
memperoleh dukungan suara (O’Shaughnessy, 2001)
Sebagai subjek akademik konsep marketing politik dari Amerika. Namun dalam
konteks Indonesia setidaknya menjadi keniscayaan setidaknya ada lima faktor yang membuat
marketing politik bisa berkembang di Indonesia:9
1. Sistem multi partai yang memungkinkan siapa saja boleh mendirikan partai politik
dan konsekuensinya menyebabkan persaingan tajam antar partai politik.
2. Pemilih telah lebih bebas menentukan pilihannya disbanding pemilu sebelumnya,
sehingga syarat bagi penerapan marketing politik terpenuhi.
3. Partai-partai lebih bebas menentukan platform dan identitas organisasinya.
4. Pemilu merupakan momentum sejarah yang penting dalam perjalanan bangsa
sehingga pihak-pihak yang berkeptingan terutama para elit politk akan berusaha keras
untuk ambil bagian.
5. Sistem pemilihan anggota parlemen ,DPRD,dan presiden dilakukan secara langsung
yang selanjutnya diikuti oleh pemilihan Gubernur,Walikota dan Bupati
Pergantian sistem pemilu dari model lama ke model baru berarti adalah perubahan
paradigma. Pada situasi obyektif yangberubah paradigma acuannya pun tentu harus diubah
9
arena ruang pembelajaran politik tidak sesempit dulu. Kini ada banyak paradigma baru antara
lain: 10
1. Partai politik mendapatkan kebebasannya
2. Rakyat menggunakan hak pilih lebih bebas
3. Rakyat memilih langsung terhadap anggota DPR, DPD, presiden dan wakil
presiden serta Gubernur, Walikota dan Bupati.
4. Sirkulasi dan seleksi kepemimpinan politik terjadi terus menerus secara periodik
dan mendorong peningkatan partisipasi secara menyeluruh
5. Pengalihan wewenang dari pusat kedaerah (desentralisasi) yang memacu
reformasi struktur kekuasaan lokal lebih dinamis
6. Mekanisme yang efektif pengelolaan sumber-sumber legitimasi kekuasaan (berisi
komponen Poleksosbud) menjadi ajang penguatan bagi proses pembangunan
karakter Nasional masyarakat Indonesia ke depan.
Sebagai tambahan juga dikarenakan semakin berkembangnya zaman yang menuntut
adanya pendekatan-pendekatan baru dalam mengeksekusi perubahan selera pemilih. Dengan
adanya strategi politik yang dianggap mampu mengakomodir rancangan konstruktif yang
hendak dilakukan oleh partai politik untuk merbut simpati dari konstituennya serta juga
masyarakat secara umum.
Diperkirakan sampai beberapa kali Pemilu di Indonesia Pemilu akan senantiasa dikuti
banyak partai. Dalam kondisi seperti itu para pemilih tidak akan mampu mengingat begitu
banyak nama partai, proses awal yang penting bagi pemilh sebelum ia menetapkan
pilihannya. Konon lagi untuk mengetahui program-program utama dan dan nama-nama para
10
kandidat yang ditawarkan suatu partai. Dengan demikian mayoritas partai-partai yang ikut
pemilu akan sulit dikenal pemilih apalagi membedakannya dengan partai lain.11
Cukup beralasan untuk mengatakan bahwa partai-partai politik tidak gampang
mencapai sasaran objektif dengan cara-cara kampanye dan kegiatan kehumasan yang
konvensional. Tantangan besar khususnya akan dihadapi partai-partai baru. Tanpa langkah
terobosan partai-partai baru akan sulit meraih suara bahkan hanya sadar untuk dikenal baik
oleh para pemilih. Langkah-langkah terobosan itu hanya bisa dilakukan dengan strategi yang
jitu termasuk didalamnya menerapkan marketing politik.12
Dalam sistem pemilu yang baru ini secara tekhnis pemilih akan mencoblos tanda
partai dan nama calon legislatif. Keadaan ini menyebabkan model persaingan menjadi
kompleks dan strategi untuk memenangkan suara dengan sendirnya juga akan lebih rumit.
Institusi partai memiliki strategi agar para pemilih mencoblos tanda gambar partai. Sementara
itu masing-masing calon yang diajukan sebuah partai juga bersaing dengan kawan separtai
sehingga setiap calon akan berusaha keras agar lebih menjatuhkan pilihan padanya. Sedang
partai memerlukan strategi untuk memperoleh suara sebanyak-banyaknya.13
11
Adman Nursal.Op.Cit., Hal 10. 12
Adman Nursal.Ibid., Hal.10 13
Ibid Hal. 13
Namun yang perlu dipahami bahwa marketing politik saat ini menjadi trendsetter bagi
acuan setiap kontestan pemilu baik itu bersifat perorangan ataupun partai politik. Itulah
sebabnya penulis sangat tertarik untuk meneliti tentang marketing politik partai Demokrat.
Dalam pemilu tahun 2009 kemarin peserta atau kontestan partai politik yang
mengikuti pemilu berjumlah 38 partai yang dinyatakan resmi oleh KPU untuk mengikuti
perhelatan akbar demokrasi lima tahunan itu. Diantara beragam partai tersebut setidaknya
Sama seperti partai partai lain setidaknya partai Demokrat juga memasang strategi
bagaimana melalui pemilu tahun 2009 kemarin dengan gilang gemilang. Termasuk tentunya
mengadakan konsolidasi sampai tingkat bawah dengan mode top-down
Gambar 1. Alur Kewenangan Partai Politik
DPP ( Dewan Pimpinan Pusat)
DPD ( Dewan Pimpinan Daerah)
DPC ( Dewan Pimpinan Cabang)
Dalam penulisan skripsi ini penulis akan mengkaji bagaimana konsep Marketing
Politik dilaksanakan pada tataran tingkat Kota sebagai penopang Propinsi dan Dewan Pusat.
Untuk lokasi akan ditentukan di Partai Demokrat khususnya DPC Partai Demokrat Kota
Medan.
2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan penjelasan tentang pentingnya sebuah penelitian
dilakukan, seberapa pentingnya penelitian tersebut misalnya bagi perkembangan ilmu
pengetahuan atau hanya sekedar menjawab permasalahan yang ada. Masalah yang diteliti
biasanya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya yang tegas dan jelas. Pada prinsipnya juga
ruang lingkup masalah yang akan dipecahkan harus dibatasi untuk mengambil kesimpulan
(konklusi) yang pasti (defenitif).14
14
Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi perumusan masalah dalam skripsi
atau penelitian ini adalah: “Bagaimana upaya yang dilakukan oleh partai Demokrat untuk
meraih suara terbanyak dalam Pemilu tahun 2004 kemarin khusunya untuk daerah Medan”.
3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini ialah:
1. Sebagai tugas akhir dalam menempuh pendidikan strata 1 untuk memporeh gelar
kesarjanaan.
2. Untuk mengetahui konsep-konsep marketing politik yang diaplikasikan oleh DPC
Partai Demokrat dalam mengarugi Pemilu tahun 2009
3. Untuk mengetahui kunci sukses DPC Partai Demokrat dalam mensuplai perolehan
suara yang signifikan bagi Parta Demokrat.
4. Manfaat Penelitian
Sedang manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:
1. Bagi Penulis penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis untuk melihat
penerapan konsep-konsep ilmu politik dalam kehidupan praktis dimasyarakat.
2. Secara akademis diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan mahasiswa
Departemen Ilmu Politik untuk dapat menjadi sumber rujukan bagi
pengembangan kegiatan ilmiah khususnya berkaitan dengan pengembangan
konsep-konsep marketing politik.
3. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran
mengenai konsep-konsep dalam pengembangan marketing politik.
4. Secara aplikatif diharapkan dapat membentuk sebuah pola baru dalam penerapan
5. Kerangka Teori
Dalam melakukan sebuah penelitian agar dapat menjawab permasalahan
penelitian yang telah didesain diperlukan sebuah acuan dalam menganalis fenomena yang
terjadi. Acuan tersebut ialah teori. Landasan teori menguraikan jalan pikiran menurut
kerangka yang logis.15
Menurut Adman Nursal marketing politik adalah serangkaian aktifitas terencana,
strategis tapi juga taktis berdimensi jangka panjang dan jangka pendek untuk menyebarkan
makna politik pada para pemilih.
Sebuah kerangka teori juga dibutuhkan sebagai pisau analisis dan menjadi kompas
dalam sebuah penelitian agar dapat sinkron terhadap permasalahan yang sudah dirumuskan
dalam masalah penelitian.
5.1 Marketing Politik (Political Marketing)
16
15
Ibid., Hal. 23. 16
Adman Nursal,2004, Political Marketng strategi Memenangkan Pemilu: Suatu Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR,DPD dan Presiden,Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.,Hal.23
Sedang bagi Firmanzah marketing politik marupakan
metode dan konsep aplikasi marketing dalam politik, dalam konteks politik dilihat sebagai
seperangkat metode yang dapat memfasilitasi kontestan (individu, partai politik) dalam
memasarkan inisiatif politik, gagasan, isu politik, idiologi partai, karaktrerisitik pemimpin
masyarakat.17
Selain itu marketing Politik bisa diartikan sebagai variasi dari kebijakan komunikasi
pemasaran untuk mempromosikan seorang atau proyek politik dengan menggunakan model
teknik pemasaran komersial sebagai mewakili seperangkat metode yang dapat digunakan
oleh organisasi-organisasi politik untuk pencapaian tujuan dalam hal program politik atau
dalam mempengaruhi perilaku para pemilih dengan melakukan proganda. Gambar 1. Kerangka konseptual marketing politik Adman Nursal
18
Dalam logika pemasaran kampanye politk yang dilakukan dalam marketing politk
ini lebih menekankan penciptaan pendidikan politik masyarakat dengan menempatkan
masyarakat sebagai subjek politik. Bukan lagi hanya sekedar objek politik saja yang dapat
kita lihat pada pemilu-pemilu konvensional dimana setelah pemilu berakhir yanhg terjadi
17
Firmanzah,2007,Marketing Politik,Jakarta:Yayasan Obor Indonesia., Hal.21. 18
adalah terputusnya hubungan antara masyarakat dan partai politik atau Caleg yang tentunya
berujung pada antipasti dan apolitis masyarakat terhadap politik.
Bagi Nurzal sendiri marketing politik meliputi 3 unsur yaitu strategi pemasaran,
bauran produk politik dan proses perantara (delivery process).
1. Strategi Pemasaran (Marketing Strategy )
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang akanditerapkan dalam kampanye
atau lebih mudahnya dapat disebut sebagai guiding principle atau the big idea ini dapat
diartikan sebagai pendekatan yang diambil untuk menuju pada suatau kondisi tertentu pada
saat ini yang dibuat berdasarkan analisis masalahdan tujuan yang telah ditetapkan.19
Sedang menurut Philip Kolter pemasaran dapat dimaknai sebagai kegiatan manusia
yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.
Dalam
konteks pemilu tujuan dari setiap stretagi bukanlah kemenangan yang dangkal tapi
perdamaian yang mendasar dalam istilah poliitk perdamaian ini berarti penerangan
program-program yang tepat dalam reformasi.
20
Berdasarkan defenisi strategi pemasaran dalam domain politik hubungan dengan
kontestan politik, maka seorang calon legislatif sejatinya harus mempersiapkan
langkah-langkah fenomena input politik yang menurut David Easton berupa tuntutan (Demand) yang Pada
dasarnya strategi pemasaran merupakan proses menyusun nilai-nilai inti yang sesuai dengan
aspirasi pemilih dan sumber daya kontestan yang diupasarkan. Strategi pemasaran dalam
domain politik merupakan perencanaan sebagai langkah-langkah adaptasi terhadap semua
gejala yang terjadi untuk dapat memahami apa yang dibutuhkan masyarakat dan apa aspirasi
yang diperjuangkan kontestan.
19
Venus Antar,2004. Manajemen Kampanye: Panduan Teorotis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi,Bandung ; Simbiosa Rekatama. Hal. 15.
20
akan dikonversikan menjadi sebuah kebijakan publik.21
Menurut pandangan Rhenald Khasali segmentasi pada pemasaran politik mencakup
lima tujuan yang identik dengan pemasaran produk komersial:
Dalam hal ini strategi pemasaran
yang akan dibangun calon legislatif sebegai pembentukan citra politk yang memerlukan
upaya-upaya berupa informasi yang berhubungan dengan kondisi yang riil tejadi di
masyarakat seperti kondisi perilaku pemilih dan kebutuhan-kebutuhan yang mernjadi
permasalahan diluar organisasi calon legislatif. Dengan sendirinya seorang calon legislatif
semakin mempermudah mengeksekusi konstituen untuk membentuk nilai-nilai ini yang
ditransferkan melalui sosialisasi dan kampenye.sedang nilai-nilai inti disebut positioning
berdasarkan analisis dan penelitian segmentasi dan targeting politik.
Segmentasi perspektif political marketing bertujuan untuk mengenal lebih jauh
(identifikasi) kelompok-kelompok. Dalam domain politik, segmentasi bagi calon legislatif
untuk mendeteksi dan menyederhanakan struktur masyarakat melalui identifikasi setiap
kelompok yang menjadi penyusun utama suatu psyarakat guna mencari peluang,
menggerogoti segmen pemimpin pasar, pumuskan pesan-pesan komunikasi, melayani lebih
baik, dan menganalisis perilaku konsumen.
22
1. Mendesain substansi tawaran partai atau kandidat secara lebih responsif 1 terhadap
segmen yang berbeda. Ini tidak lain karena melakukan segmentasi berarti juga
mendalami kepentingan, aspirasi, dan persoalan-persoalan politik yang menjadi
perhatian setiap segmen. Substansi tawaran patai dikembangkan berdasarkan analisis
mendalam segmen-segmen yang diproyeksikan menjatuhkan pilihan kepada kontestan
yang dipasarkan.
21
David Easton,1988, Kerangka Kerja Analisa Sistem Politik. Jakarta: Bina Aksara., Hal. 165. 22
2. Menganalisis preferensi pemilih karena dengan pemahaman terhadap karakter setiap
segmen pemilih memungkinkan pemasar mengetahui kecenderungan pilihan politik
setiap segmen. Secara tidak langsung segmentasi juga berarti proses mengenal
kekuatan pesaing.
3. Menemukan peluang perolehan suara. Mengetahui preferensi pilihan setiap segmen
dan kekuatan pesaing akan menghantarkan pemasar untuk menemukan suatu peluang
yang dapat diraih secara lebih efektif dan efisien.
4. Menentukan strategi komunikasi yang efektif dan efisien. Agar efektif dan efisien,
perlu diterapkan pendekatan komunikasi yang berbeda untuk setiap segmen.
Segmentasi sangat diperlukan program kerja calon legislatif, terutama cara
berkomunikasi dan membangun interaksi dengan masyarakat. Tanpa segmentasi, calon
legislatif akan kesulitan dalam penyusunan pesan politik, program kerja, kampanye politik,
sosialisasi politik, dan produk politik. Dalam orientasi pasar, kondisi real yang dihadapi
masyarakat adalah sumber utama dalam penyusunan program kerja. Dari kondisi masyarakat
yang nyata itulah program kerja akan diiplementasikan. Dengan kata lain kondisi real
masyarakat tersebut merupakan la yang akan dikembangkan untuk menciptakan program
pemasaran oleh calon legislatif untuk memberikan pengaruh dan minat masyarakat sebagai
referensi politik berdasarkan karakter pasar yang dibidik.
Segmentasi dapat dilakukan dengan banyak pendekatan.para pemasar dapat memilih
salah satu pendekatan tersebut atau mengkombinasikan beberapa kaitan sebagai kerangka
menyusun strategi pemasaran. Berikut beberapa teknik dan metode untuk mengklasifikasikan
dan mengelompokkan masyarakat.23
23
Firmanzah,Op Cit.,Hal. 193.
Pertama, geografi. Masyarakat dapat disegmentasi
berdasarkan geografis dan Brapatan (density) populasi. Kedua, demografi. Masyarakat dapat
bias sosial. Masing-masing kategori memiliki karakteristik yang berbeda tentang politik satu
dengan yang lain. Sehingga perlu untuk dikelompokkan berdasarkan kriteria demografi.
Ketiga, psikografi. Memberikan tambahan metode entasi berdasarkan geografi. Dalam
metode ini, segmentasi dilakukan kebiasaan, pola hidup, dan perilaku yang mungkin terkait
dalam isu-politik. Keempat, perilaku. Masyarakat dapat dibedakan dan dikelompokkan
idasarkan proses pengambilan keputusan, intensitas ketertarikan dan keterlibatan dengan isu
politik, loyalitas, dan perhatian terhadap permasalahan politik. Masing-masing kelompok
memiliki perilaku yang berbeda-beda, sehingga perlu untuk diidentifikasi. Kelima,
sosial-budaya. Pengelompokan masyarakat dilakukan melalui karakteristik sosial dan sosial-budaya.
Klasifikasi seperti, suku, etnis, dan ritual spesifik seringkali membedakan intensitas,
kepentingan, dan perilaku terhadap isu-isu politik. Keenam, sebab-akibat. Selain yang bersifat
statis, metode ini mengelompokkan masyarakat berdasarkan perilaku yang muncul dari
isu-isu politik. Sebab akibat ini melandaskan metode pengelompokkan berdasarkan perspektif
pemilih (voters).
Targeting atau menetapkan sasaran adalah memilih salah satu atau beberapa segmen
yang akan dibidik untuk mencapai sasaran obyektif (segmentasi dasar) Sebelum menentukan
target sasaran pasar, terlebih dahulu dimulai wilayah pemilihan dengan cara melihat jumlah
total pemilih di suatu pemilih dan jumlah kursi yang diperebutkan untuk mengetahui berapa
minimal yang harus diperoleh untuk mendapatkan sebuah kursi dan menganalisis sebaran
para pemilih secara geografis, bagaimana cara mengakses pemilih secara efisien dan efektif,
dan melakukan evaluasi sebelum menentukan satu atau sejumlah segmen pasar sasaran calon
legislatif. Segmen-segmen pasar yang dipilih itu dapat dikelompokkan menjadi dua yakni
segmen inti dan segmen plasma. Segmen inti adalah segmen yang menjadi sasaran utama
calon legislatif yang memiliki kepentingan dan aspirasi cocok dengan jati diri calon legislatif
diri calon legislatif tetapi calon legislatif pesaing juga berpotensi untuk mengakomodasikan
kepentingan aspirasi mereka.
Untuk menetapkan segmen-segmen yang menjadi sasaran, terdapat tiga strategi
(diadaptasi dari Kotler dan Amstrong, 1994). Pertama, strategi serba sama (undifferentiated
marketing strategy). Strategi ini, dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan setiap segmen.
Strategi ini diterapkan untuk meraih pemilih sebanyak mungkin dengan merancang suatu
pemasaran untuk membidik sebagian besar pemilih. Strategi ini bertujuan untuk meraih
sumber daya strategis yang sangat besar. Tanpa sumber daya strategis yang memadai, strategi
ini dapat mengakibatkan resiko besar karena tidak dapat menggarap seluruh pemilih secara
optimal. Kedua, strategi pemasaran serbaneka (a differentiated marketing strategy). Prinsip
dasar strategi ini merancang beberapa program pemasaran untuk segmen-segmen yang
berbeda. Dengan cara ini, maka diharapkan sebuah peserta pemilu memiliki posisi kuat di
setiap segmen. Ketiga, strategi pemasaran terpusat (concentrated wig strategy). Dengan
strategi ini, sebuah partai membidik satu atau beberapa segmen pasar. Prinsipnya, lebih baik
merangkul sebagian pasar yang satu atau sejumlah segmen dari pada memperoleh pasar yang
sedikit dari segmen pasar yang luas. Strategi pemasaran terpusat ini biasanya dilakukan bila
sumber daya partai sangat terbatas. Bila satu atau beberapa segmen itu mempunyai preferensi
yang kuat dengan calon legislatif pesaing, maka calon legislatif akan kehilangan pemilih.
Positioning dalam marketing politik didefenisikan sebagai semua aktifitas
menanamkan kesan dan menancapkan citra tertentu kedalam benak para pemilih agar tawaran
produk politik dari suatu kontestan memiliki posisi khas, jelas dan meaningful.24
24
Adman Nursal,Op.Cit.,Hal.137
Sedangkan
menurut pandangan Rhenald Kasali, dapat didefenisikan sebagai strategi komunikasi untuk
memasuki jendela otak pemilih agar sebuah kontestan pemilu mengandung arti tertentu yang
hubungan asosiatif25
David Kurtz dan Kenneth Clow dalam bukunya servis marketing mengungkapkan
bauran produk merupakan kombinasi "jasa" yang ditawarkan la kelompok sasaran.
. Dalam positioning, strategi komunikasi seperti yang dikemukakan
Rhenald Kasali merupakan atribut produk dan jasa yang dihasilkan akan direkam dalam
bentuk image yang terdapat dalam sistem kognitif konsumen.Dengan demikian konsumen
akan dengan mudah mengidentifikasi sekaligus pakan produk dan jasa yang dihasilkan oleh
suatu perusahaan dengan produk atau jasa lainnya. Semakin tinggi image yang direkam
dalam konsumen, semakin mudah pula mereka mengingat image produk dan jasa
bersangkutan. Menanamkan dan menempatkan image dalam benak masyarakat hanya
terbatas pada produk dan jasa.
5.1.1 Bauran Produk Politik
26
Produk yang ditawarkan institusi politik merupakan sesuatu yang jelas, dimana
pemilih akan menikmatinya setelah sebuah partai atau seseorang terpilih. Produk politik
dimaksud oleh Nursal dapat diartikan sebagai gagasan politik/kebijakan politik.
Jasa
dalam marketing politik dapat diartikan sebagai produk politik yang diperlukan oleh
lingkungan masyarakat. Produk politik tersebut dapat berupa gagasan politik, kebijakan partai
personal, ataupun kandidat figur politik untuk membentuk serangkaian tindakan poltis
tertentu di dalam pikiran para pemilih.
27
25
Adman Nursal.Ibid, Hal. 152-153
Makna dan
hakekat kebijakan merupakan suatu keputusan yang dilaksanakan oleh individu, kelompok
pemerintahan yang berwenang untuk kepentingan masyarakat (public interest). Kepentingan
masyarakat ini merupakan yang utuh dari perpaduan dan kristalisasi pendapat-pendapat,
keinginan-keinginan dan tuntutan-tuntutan (demands) dari rakyat.
26
http/ 27
Partai politik modern merupakan fenomena baru dalam sistem politik. Oleh Weber
dalam bukunya Economie et Societe(1959) menekankan aspek profesionalisme dalam dunia
modern. 28 selanjutnya partai politik dapat diartikan sebagai atau didefenisikan sebagai
organisasi publik yang bertujuan untuk membawa pemimpinnya untuk berkuasa dan
memungkinkan para pendukungnya untuk mendapat keuntungan dari dukungan tersebut.29
Di sisi lain Ranney dan Kendal (1956) mendefenisikan partai politik sebagai grup atau
kelompok masyarakat yang memiliki tingkat otonomi tinggi untuk mencalonkan dan terlibat
dalam pemilu dengan harapan mendapatakan serta menjalankan kontrol terhadap birokrasi
dan kebijakan publik.30
28
Firmanzah,Op.Cit., Hal 66. 29
Firmanzah. Ibid., Hal.66 30
Firmanzah. Ibid., Hal 68
Dalam domain marketing politik tentang bauran produk politik, sebuah politik adalah
platform partai yang berisikan identitas ideologi, konsep, program kerja sebuah institusi
politik. Harrop (1990) melihat sebenarnya politik dapat dikategorikan sebagai kontribusi
institusi penyedia jasa organization), sehingga produk politiknya pun dapat dilihat sebagai
jasa. partai politik
5.1.2 Proses Pengiriman (Delivery Process)
5.1.2.1 Pull Marketing
Pendekatan pull marketing terdiri dari dua cara penggunaan media yang menentukan
pembentukan citra sebuah kontestan yakni:
Penyampaian produk politik melalui media tanpa pembayaran berkaitan dengan
kebutuhan media massa dengan berita. Keuntungan utama penyampaian produk politik ini
adalah tingginya kredibilitas informasi.
-Paid Media
Pemakaian media melalui pemasangan iklan-iklan melalui radio, media cetak,
websites, dan media luar ruang. Pemakaian media tersebut menjadi prioritas partai politik dan
kontestan dalam menyampaikan produk politiknya untuk menjangkau masyarakat hingga
kepelosok pedesaan.
5.1.2.2 Push Marketing
Pada dasarnya push marketing adalah usaha agar produk politik dapat tumbuh para
pemilih secara langsung atau dengan cara yang lebih personal.31
Adanya pihak-pihak, baik perorangan maupun kelompok, yang (influence)
besar terhadap para pemilih. Pihak-pihak yang ialah komponen yang menjadi prioritas dalam
mendulang perolehan suatu wilayah dikarenakan kedekatan emosional kelompok tersebut
masyarakat. Sehingga memberikan efek langsung dalam keterdukungan terhadap kontestan.
Strategi push marketing ini bertujuan untuk image politik yang positif dilingkungan Langsung memungkinkan
setiap pemilih melibatkan dirinya secara dengan produk-produk politik. Produk politik yang
menjadi agenda parpol dan anggota legislatif dikombinasikan penyampaiannya melalui
kandidat calon yang mengadakan kontak langsung dengan lapisan masyarakat sehingga
menimbulkan keterikatan dan ketertarikan hubungan antara kontestan dan sang calon atau
partai. Dalam strategi ini, partai politik dan kontestan berusaha mendapatkan dukungan
melalui stimulan yang diberikan pemilih.
31
masyarakat sehingga kepercayaan masyarakat terhadap parpol dan calon legislatif yang
dipilihnya bisa terjaga.
5.2 Partai Politik
Partai politik merupakan sarana bagi warga Negara untuk turut serta atau
berpartisipasi dalam proses pengelolaan Negara.32 Partai politik pertama sekali lahir di
Negara-negara Eropa Barat dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang
perlu diperhatikan serta diikut sertakan dalam proses politik.33
Dalam literatur ilmu politik terdapat beragam definisi tentang partai politik misalnya,
Carl J. Friedrich menuliskan :34
Sedang menurut Sartori :
Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan kekuasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan mengikuti berdasarkan penguasaan ini memberikan kemanfaatan kepada anggota partainya kemanfaatan……….
35
- Sebagai sarana komunikasi politik
Partai politik adalah suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum dan melalui pemilihan umum itu, mampu menempatkan calonnya untuk menduduki jabatan publik.
5.2.1 Fungsi Partai Politik
Adapun fungsi partai politik secara umum dapat dibagi kedalam lima:
32
Miriam Budiarjo,Op.Cit Hal.397. 33
Miriam Budiarjo,Ibid., Hal. 398 34
Carl Fredrich dalam Miriam Budiarjo., Hal 404 35
Proses ini dinamakan penggabungan kepentingan (interest aggregation). Sesudah
digabungkan pendapat dan aspirasi tadi diolah dan dirumuskan kedalam bentuk yang
lebih teratur.
- Sebagai Sarana Sosialisasi Politik
Maksudnya sebagai suatu proses yang melaluinya seseorang memperoleh sikap dan
orientasi terhadap fenomena politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat
dimana ia berada.
- Sebagai Sarana Rekrutmen Politik
Funsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan baik kepemimpinan
internal partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas.
- Sebagai Sarana Pengatur Konflik (Conflict Management)
Dalam fungsi ini partai dapat menjadi penghubung psikologis dan organisasional
antara warga Negara dengan pemerintahnya, selain itu partai juga melakukan
konsolidasi dan artikulasi tuntutan yang beragam dan yang berkembang dalam
masyarakat.
5.3 Pemilihan Umum (General Election)
Didalam studi ilmu politik pemilihan umum dapat dikatakan sebuah aktifitas politik
dimana pemilihan umum merupakan lembaga sekaligus juga praktis politik yang
memungkinkan terbentuknya sebuah pemerintahan perwakilan.36
36
.S. Haris,Menggugat Pemilihan Umum orde Baru,Sebuah Bunga Rampai, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan PPW-LIPI,1998,Hal 7
diselenggrakan dalam
suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap
mencerminkan dengan akurat partisipasi serta aspirasi masyarkat. Sekalipun demikian,
dilengkapi dengan pengukuran beberapa kegiatan lain yang lebih bersifat berkesinambungan
seperti partisipasi dalam kegiatan partai, lobbying dan sebagainya.37
37
Miriam Budiarjo,Op.Cit., Hal.461
Dalam politik dikenal berbagai macam-macam sistem pemilihan umum dengan
berbagai variasinya, akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok:
- Single-member constituency (suatu daerah pemilihan memilih satu wakil biasanya disebut
sistem distrik).
- Multi-member Constituency (satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil biasanya
dinamakan sistem perwakilan berimbang atau sistem proporsional).
Keuntungan dan kelemahan kedua sistem:
- Keuntungan Sistem Distrik
1. Sistem ini lebih mendorong ke arah integrasi partai-partai politik karena kursi yang
diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu.
2. Fragmentasi partai dan kecenderungan membentuk partai baru dapat di banding malahan
sistem ini bisa mendorong kearah penyederhanaan partai secara alami dan tanpa paksaan
3. Karena kecilnya distrik maka wakil yang terpilih dapat dikenal komunitasnya, sehingga
hubungan dengan konstituen lebih erat. Dengan demikian si wakil akan lebih cenderung
untuk memperjuangkan kepentingan distriknya. Lagi pula kedudukannya terhadap
pimpinan partainya akan lebih independen, karena faktor kepribadian seseorang
merupakan faktor penting dalam kemenangannya dan kemenangan partai. Sekalipun
4. Bagi partai besar sistem ini menguntungkan karena melalui distortion effect dapat meraih
suara dari pemilih-pemilih lain sehingga memperoleh kedudukan mayoritas.
5. Lebih mudah bagi suatu partai untuk mencapai kedudukan mayoritas dalam parlemen,
sehingga tidak perlu diadakan koalisi dengan partai lain.
6. Sistem ini sederhana dan murah untuk diselenggarakan.
- Kelemahan Sistem Distrik
1. Sistem ini kurang memperhatikan kepentingan partai-partai kecil dan golongan minoritas
apalagi jika golongan-golongan ini terpencar dalam berbagai distrik dalam masyarakat
yang plural karena terbagi dalam kelompok etnis, religius dan tribal
2. Sistem ini dianggap kurang efektif dalam masyarakat yang plural karena terbagi dalam
kelompok etnis, religius dan tribal
3. Ada kemungkinan si wakil cenderung untuk lebih memperhatikan kepentingan distrik serta
warga distriknya.
-Keuntungan Sistem Proporsional
1. Sistem proporsional dianggap representatif, karena jumlah kursi partai dalam parlemen
sesuai dengan jumlah suara masyarakat yang diperoleh dalam pemilu
2. Sistem dianggap lebih demokratis dalam arti lebih egalitarian
-Kelemahan Sistem Proporsional
1. Sistem ini kurang mendorong partai-partai untuk berintegrasi
2. Sistem mempermudah fragmentasi partai
6. Metodologi Penelitian
6.1 Jenis Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian Penelitian metode
deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan dengan cermat fenomena atau kenyataan
sosial dengan jalan mendeskripsikan atau menggambarkan sejumlah variabel yang berkenaan
dengan masalah yang diteliti.38
Dalam metode penelitian yang bersifat deskriptif ini memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:39
a. Menguatkan perhatian pada masalah-masalah yang pada saat penelitian dilakukan
atau masalah-masalah yang bersifat aktual
b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya.
6.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota
Medan.
6.3 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang menunjang dalam pembahasan atau isi tentang
bagaimana marketing politik Partai Demokrat maka penulis mempergunakan beberapa
tekhnik dalam upaya mengumpulkan data, yaitu:
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
38
Sanapiah Faisal,1997, Format-Format Peneltian social: Dasar-dasar dan Aplikasi,Jakarta: Rajawali Press., Hal. 20. Untuk pemahaman lebih lanjut tengan metode Deskripsi lihat Rianto Adi,2004, Metodologi Penelitian social dan hukum, Jakarta: Granit
39
Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber umumnya
data nya bersifat dokumen, tertulis teknik ini juga dikenal studi dokumen atau literature
study40
Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data yang diperoleh langsung
dari sumber atau objek yang diteliti. Bentuknya bisa berupa wawancara atau mengadakan
dialog dengan pihak atau sumber yang bisa memberikan informasi berkaitan dengan
permasalahan penelitian yang diteliti
yang bisa diperoleh melalui perpustakaan, surat kabar, buku, majalah atau dokumen
lainnya. Untuk data yang dikumpulkan bersifat sekunder.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
41
BAB II: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
untuk data yang dikumpulkan bersifat primer.
6.4 Teknik Analisa Data
Sesuai dengan metode penelitian dalam menganalisa data, data yang digunakan
penulis adalah jenis data kualitatif. Metode kualitatif dapat diartikan sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif bisa berupa ucapan, tulisan dan perilaku yang
diamati. Untuk selanjutnya data-data yang terkumpul akan dieksplorasi secara mendalam
yang pada akhirnya akan menghasilkan kesimpulan untuk menjawab masalah dalam
penelitian.
7. Sistematika Penulisan
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, landasan teori, hipotesis, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
40
Rianto Adi,2004, Metodologi Penelitian social dan hukum, Jakarta: Granit., hal.61. 41
Bab ini berisi tentang gambaran umum dari obyek/lokasi penelitian. Penulis akan
memaparkan lokasi penelitian, dimana peneliti mengambil lokasi penelitian adalah Dewan
Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota Medan.
BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Bab ini berisikan data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan mengenai penerapan
strategi politikal marketing yang diterapkan oleh Partai Demokrat dalam Pemilu Legislatif
Tahun 2009.
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan analisis data dan saran dari hasil yang diperoleh melalui
BAB II
PROFIL PARTAI DEMOKRAT
2.1. Sejarah Partai Demokrat
Partai Demokrat didirikan atas inisiatif saudara Susilo Bambang Yudhoyono yang
terilhami oleh kekalahan terhormat saudara Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilihan
Calon wakil Presiden dalam Sidang MPR tahun 2001 pada sidang Susilo Bambang
Yudhoyono.
Dari perolehan suara dalam pemilihan cawapres dan hasil pooling public yang
menunjukkan popularitas yang ada pada diri Susilo Bambang Yudhoyono (selanjutnya
disebut SBY), beberapa orang terpanggil nuraninya untuk memikirkan bagaimana sosok SBY
bisa dibawa menjadi Pemimpin Bangsa dan bukan direncanakan untuk menjadi Wakil
Presiden RI tetapi menjadi Presiden RI untuk masa mendatang. Hasilnya adalah beberapa
orang diantaranya saudara Vence Rumangkang menyatakan dukungannya untuk mengusung
SBY ke kursi Presiden, dan bahwa agar cita-cita tersebut bisa terlaksana, jalan satu-satunya
adalah mendirikan partai politik. Perumusan konsep dasar dan platform partai sebagaimana
yang diinginkan SBY dilakukan oleh Tim Krisna Bambu Apus dan selanjutnya tehnis
administrasi dirampungkan oleh Tim yang dipimpin oleh saudara Vence Rumangkang. Juga
terdapat diskusi-diskusi tentang perlunya berdiri sebuah partai untuk mempromosikan SBY
menjadi Presiden, antara lain: pada tanggal 12 Agustus 2001 pukul 17.00 diadakan rapat yang
dipimpin langsung oleh SBY di apartemen Hilton. Rapat tersebut membentuk tim pelaksana
yang mengadakan pertemuan secara marathon setiap hari. Tim itu terdiri dari : (1). Vence
Rumangkang, (2). Drs. A. Yani Wahid (Alm), (3). Achmad Kurnia, (4). Adhiyaksa Dault,
diadakan diskusi-diskusi untuk pendirian sebuah partai bagi kendaraan politik SBY dipimpin
oleh Drs. A. Yani Wachid (Almarhum). Pada tanggal 19 Agustus 2001, SBY memimpin
langsung pertemuan yang merupakan cikal bakal pendirian dari Partai Demokrat. Dalam
pertemuan tersebut, saudara Vence Rumangkang menyatakan bahwa rencana pendirian partai
akan tetap dilaksanakan dan hasilnya akan dilaporkan kepada SBY.42
Selanjutnya pada tanggal 20 Agustus 2001, saudara Vence Rumangkang yang dibantu
oleh saudara Drs. Sutan Bhatoegana berupaya mengumpulkan orang-orang untuk
merealisasikan pembentukan sebuah partai politik. Pada akhimya, terbentuklah Tim 9 yang
beranggotakan 10 (sepuluh) orang yang bertugas untuk mematangkan konsep-konsep
pendirian sebuah partai politik yakni: (1) Vence Rumangkang; (2) Dr. Ahmad Mubarok,
MA.; (3) Drs. A. Yani Wachid (almarhum); (4) Prof. Dr. Subur Budhisantoso; (5) Prof. Dr.
Irzan Tanjung; (6) RMH. Heroe Syswanto Ns.; (7) Prof. Dr. RF. Saragjh, SH., MH.; (8) Prof.
Dardji Darmodihardjo; (9) Prof. Dr. Ir. Rizald Max Rompas; dan (10) Prof. Dr. T Rusli
Ramli, MS. Disamping nama- nama tersebut, ada juga beberapa orang yang sekali atau dua
kali ikut berdiskusi. Diskusi Finalisasi konsep partai dipimpin oleh Bapak SBY.
43
Untuk menjadi sebuah Partai yang disahkan oleh Undang- Undang Kepartaian
dibutuhkan minimal 50 (lima puluh) orang sebagai pendirinya, tetapi muncul pemikiran agar
jangan hanya 50 orang saja, tetapi dilengkapi saja menjadi 99 (sembilan puluh sembilan)
orang agar ada sambungan makna dengan SBY sebagai penggagas, yakni SBY lahir tanggal 9
bulan 9. Pada tanggal 9 September 2001, bertempat di Gedung Graha Pratama Lantai XI,
Jakarta Selatan dihadapan Notaris Aswendi Kamuli, SH., 46 dari 99 orang menyatakan
bersedia menjadi Pendiri Partai Demokrat dan hadir menandatangani Akte Pendirian Partai
42
43
Demokrat. 53 (lima puluh tiga) orang selebihnya tidak hadir tetapi memberikan surat kuasa
kepada saudara Vence Rumangkang. Kepengurusanpun disusun dan disepakati bahwa
Kriteria Calon Ketua Umum adalah Putra Indonesia asli, kelahiran Jawa dan beragama Islam,
sedangkan Calon Sekretaris Jenderal adalah dari luar pulau jawa dan beragama Kristen.
Setelah diadakan penelitian, maka saudara Vence Rumangkang meminta saudara Prof. Dr.
Subur Budhisantoso sebagai Pejabat Ketua Umum dan saudara Prof. Dr. Irsan Tandjung
sebagai Pejabat Sekretaris Jenderal sementara Bendahara Umum dijabat oleh saudara Vence
Rumangkang.
Pada malam harinya pukul 20.30, saudara Vence Rumangkang melaporkan segala
sesuatu mengenai pembentukan Partai kepada SBY di kediaman beliau yang saat itu sedang
merayakan hari ulang tahun ke 52 selaku koordinator penggagas, pencetus dan Pendiri Partai
Demokrat. Dalam laporannya, saudara Vence melaporkan bahwa Partai Demokrat akan
didaftarkan kepada Departemen Kehakiman dan HAM pada esok hari yakni pada tanggal 10
September 2001.44
Pada tanggal 10 September 2001 jam 10.00 WIB Partai Demokrat didaftarkan ke
Departemen Kehakiman dan HAM RI oleh saudara Vence Rumangkang, saudara Prof. Dr.
Subur Budhisantoso, saudara Prof. Dr. Irsan Tandjung, saudara Drs. Sutan Bhatogana MBA,
saudara Prof. Dr. Rusli Ramli dan saudara Prof. Dr. RF. Saragih, SH, MH dan diterima oleh
Ka SUBDIT Pendaftaran Departemen Kehakiman dan HAM. Kemudian pada tanggal 25
September 2001 terbitlah Surat Keputusan Menkeh & HAM Nomor M.MU.06.08.-138
tentang pendaftaran dan pengesahan Partai Demokrat. Dengan Surat Keputusan tersebut
Partai Demokrat telah resmi menjadi salah satu partai politik di Indonesia dan pada tanggal 9 2.2 Pengesahan Partai Demokrat
44
Oktober 2001. Departemen Kehakiman dan HAM RI mengeluarkan Lembaran Berita Negara
Nomor : 81 Tahun 2001 Tentang Pengesahan. Partai Demokrat dan Lambang Partai
Demokrat.
Selanjutnya pada tanggal 17 Oktober 2002 di Jakarta Hilton Convention Center
(JHCC), Partai Demokrat dideklarasikan dan dilanjutkan dengan Rapat Kerja Nasional
(Rakemas) Pertama pada tanggal 18-19 Oktober 2002 di Hotel Indonesia yang dihadiri
Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) seluruh Indonesia.
STRUKTUR ORGANISASI
2.3. VISI dan MISI
2.3.1 Visi Partai
Dalam menjalankan sebuah organisasi maka diperlukan sebuah cara pandang
bagaimana seharusnya (idealita) organisasi berjalan kedepan. Cara pandang (way of view)
akan menjadi rumusan yang akan menjiwai program kerja dari organisasi. Cara pandang
organsasi dituangkan dalam VISI. Dalam hal ini VISI Parai Demokrat ialah “bersama
masyarakat luas berperan mewujudkan keinginan luhur rakyat Indonesia agar mencapai
pencerahan dalam kehidupan kebangsaan yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur,
menjunjung tinggi semangat Nasionalisme, Humanisme dan Internasionalisme, atas dasar
ketakwaan kepada Tuhan yang maha Esa dalam tatanan dunia baru yang damai, demokratis
dan sejahtera”.45
1. Memberikan garis yang jelas agar partai berfungsi secara optimal dengan peranan
yang signifikan di dalam seluruh proses pembangunan Indonesia baru yang dijiwai
oleh semangat reformasi serta pembaharuan dalam semua bidang kehidupan
kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan kedalam formasi semula sebagaimana
telah diikrarkan oleh para pejuang, pendiri pencetus Proklamasi kemerdekaan
berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan titik berat kepada upaya
mewujudkan perdamaian, demokrasi (Kedaulatan rakyat) dan kesejahteraaan. 2.3.2 Misi Partai
Untuk menjalankan visi dengan sukses maka perlu dibuat langkah-langkah yang harus
dilakukan untuk mencapai program yang di jiwai oleh VISI itu. Untuk itu MISI partai
demokrat antara lain:
45
2. Meneruskan perjuangan bangsa dengan semangat kebangsaan baru dalam
melanjutkan dan merevisi strategi pembangunan Nasional sebagai tumpuan sejarah
bahwa kehadiran Partai Demokrat adalah melanjutkan perjuangan generasi-generasi
sebelumnya yang telah aktif sepanjang sejarah perjuangan bangsa Indonesia, sejak
melawan penjajah merebut Kemerdekaan, merumuskan Pancasila dan UUD 1945,
mengisi kemerdekaan secara berkesinambungan hingga memasuki era reformasi.
3. Memperjuangkan tegaknya persamaan hak dan kewajiban Warga negara tanpa
membedakan ras, agama, suku dan golongan dalam rangka menciptakan masyarakat
sipil (civil society) yang kuat, otonomi daerah yang luas serta terwujudnya
representasi kedaulatan rakyat pada struktur lembaga perwakilan dan
permusyawaratan.
2.4 Agenda Perjuangan Partai Demokrat
Dalam melakukan perubahan terhadap kondisi bangsa maka dalam hal ini partai
Demokrat memiliki agenda yang harus dilaksanakan antara lain:
a. Recovery
Yaitu pemulihan keadaan, pemberhentian anarki dan memfungsikan kembali institusi
agar ketertiban dan keamanan msyarakat terjadi dan roda perekonomian rakyat dalam
kehidupan seharu-hari berjalan lancar, serta dimungkinkannya melakukan perubahan
berstruktur.
b. Reformasi
Harus ada keberanian mengubah paradigma lama ke pada paradigma baru yang
konsep perubahan yang menjamin kesinambungan pembangunan bangsa. Globalisasi
yang sudah berjalan merupakan sebuah keniscayaan yang harus diimbangi dengan
keberanian untuk proteksi dan lokalisasi dengan semangat memelihara yang masih
baik dan hanya menerima gagasan baru dari dunia global yang sudah benar-benar
teruji kebaikannya. Hanya bangsa yang bisa menghargai kebudayaannya yang
sanggup eksis dalam dunia global. Bangsa yang tidak menghargai kekayaan budaya
sendiri akan dilindas tanpa ampun oleh roda globalisasi yang akan menjadikan bangsa
itu menjadi kuli di negeri sendiri.
c. Rekonsiliasi
Bahwa tark ulur kepentingan antar kekautan adalah merupakan bagaian dari dinamika
bangsa. Setiap kali terjadi konflik yang mengarah pada disintegrasi bangsa harus
segera dilakukan rekonsiliasi berdasar prinsip yang adil, konstruktif dan berwawasan
kedepan. Rekonsiliasi tidak boleh mengabaikan penegakan hukum dan tidak boleh
bertentangan dengan rasa keadilan masyarakat. Partai Demokrat mengagendakan
semangat rekonsiliasi akan terus dikembangkan mulai dari internal partai, antar partai
dan selanjutnya rekonsiliasi antar elemen bangsa.
d. Sosialisasi Bersih, Sederhana dan Mengabdi
Dalam menjalankan agenda perjuangan dibutuhkan strategi pembudayaan yang tepat
sesuai dengan watak bangsa. Kebudayaan adalah konsep, ide dan gagasan dan
keyakinan yang memandu bangsa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Nilai
budaya sebuah bangunan misalnya bukan pada bendanya tetapi pada konsep yang
melatarbelakangi berdirinya gedung itu. Begitu pun dengan nilai budaya institusi
Untuk itu Partai Demokrat ingin mensosialisasikan pembangunan bangsa dan
semangat pembudayaan BSM (bersih, sederhana dan mengabdi).
e. Bersih
Artinya tiadanya faktor-faktor yang tidak semestinya ada. Budaya bersih mencakup
bersih dari kotoran sampah, bersih dari pikiran buruk dan bersih dari perbuatan buruk.
Membersihkan Negara dari korupsi dibutuhkan konsep yang bersih (dari kepentingan
subjektif), aparat yang bersih (dari track record yang buruk) dan tindakan yang bersih
(dari kolusi). Budaya bersih harus disosialisasikan ke seluruh lapisan jajaran
pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan, sampai merasuk ke batin setiap warga
Negara.
f. Sederhana
Sederhana artinya mengkonsumsi sesuai dengan standar kebutuhan universal. Orang
boleh memiliki banyak tetapi menggunakannya sekedar yang dibutuhkannya.
Kebiasaan mengkonsumsi atau menggunakan melebihi standar kebutuhan itulah yang
mendorong orang melakukan prilaku menyimpang, yaitu membeli apa yang tidak
diperlukan oleh orang lain. Banyak orang kaya hidup sederhana, dan tak jarang orang
miskin justru hidup mewah. Kesederhanaan bisa dijalankan dalam berfikir, dalam
bekerja, dalam berpakaian dalam kehidupan sehari-hari dan juga dalam berpolitik.
Budaya sederhana akan mengokohkan ketahanan mental aparat dari godaaan suap dan
akan menenteramkan masyarakat banyak dari kecemburuan sosial dan prilaku anarki.
Partai Demokrat akan berjuang membudayakan kesederhanaan. Dimulai dari partai
g. Mengabdi
Bahwa hidup adalah pengabdian, untuk diri, keluarga, masyarakat, Negara dan Tuhan.
Semua yang dilakukan dalam belajar bekerja, berkarya berpolitik bahkan dalam
berperang haruslah didasarkan pada semangat pengabdian. Mengabdi artinya
menempatkan diri sebagai orang yang melayani. Pengabdian adalah perjuangan.
Ukuran kebahagian seorang pejuang adalah jika merasa berhasil mempertahankan
prinsip-prinsip perjuangannya hingga titik darah penghabisan.
2.5 Demokrat Kota Medan
DPC Demokrat Kota Medan merupakasa salah satu cabang dari Partai Demokrat
yangberkedudukan di daerah tingkat dua (DATI II) yang membawahi ranting untuk tingkat
kelurahan dan ligkungan. DPC Partai Demokrat kota medan didirikan pada tahun 2004
dengan landasan berpikir untuk melengkapi perjuangan dan pembentukan partai Demokrat di
kota Medan46
Oleh sebab itu keberadaan DPC Demokrat kota Medan bisa dikatakan cukup sentral
dalam mengeksiskan partai Demokrat di kota Medan khususnya dan di Sumatera utara .
Dalam dua kali pemilihan umum tahun 2004 dan 2009 DPC Partai Demokrat kota
Medan menyumbangkan angka yang cukup fantastis untuk pemilu legislatif tahun 2009.
Partai Demokrat Kota Medan menghantarkan Demokrat menjadi yang terdepan dalam
memperoleh perolehan suara terbanyak mengalahkan partai Golkar dan PDI-P yang dalam
pemilu tahun 2004 merajai daerah Medan.
46