KOSMOTEKTOR
MELI NURFARIDA
A24070042
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
MELI NURFARIDA. Pengembangan Uji Cepat Vigor Benih Jagung
(
Zea mays
L. ) dengan Alat pengukur Laju Respirasi Kosmotektor.
(Dibimbing oleh MOHAMAD RAHMAD SUHARTANTO).
Pengujian vigor benih terdiri dari metode langsung dan tidak langsung.
Metode langsung dapat ditunjukkan oleh kinerja pertumbuhan benih, sedangkan
metode tidak langsung ditunjukkan oleh aktivitas metabolisme benih. Salah satu
pengujian vigor secara tidak langsung adalah dengan metode pengukuran laju
respirasi benih. salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur laju
respirasi adalah kosmotektor, namun penggunaannya selama ini masih terbatas
pada produk hortikultura. Laju respirasi diukur berdasarkan jumlah CO2 yang
dihasilkan (mg CO2/kg/jam).
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode pengujian cepat vigor
benih jagung (Zea mays L.) dengan metode respirasi menggunakan kosmotektor
(alat pengukur laju respirasi). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu
dan Teknologi Benih serta Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor pada bulan Februari-Mei
2011.
Penelitian ini terdiri dari enam kombinasi perlakuan antara lama
pengovenan serta lama pelembaban dengan tingkat vigor benih jagung, yaitu
pengovenan selama 15 menit (O1), 30 menit (O2), 45 menit (O3), pelembaban
selama 10 jam (L1), 15 jam (L2), dan 20 jam (L3) yang diaplikasikan pada empat
taraf vigor benih yang berbeda, yaitu tanpa pengusangan (V1), pengusangan
secara fisik selama 4 hari (V2), 5 hari (V3), dan 6 hari (V4). Semua kombinasi
perlakuan diulang sebanyak tiga kali, sehingga jumlah satuan percobaan adalah 72
satuan. Perlakuan tersebut merupakan perlakuan awal sebelum benih diukur laju
respirasinya dengan kosmotektor. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan,
yaitu analisis regresi linier sederhana dan analisis korelasi regresi untuk
mengetahui dan menduga hubungan antara berbagai peubah viabilitas dan vigor
maksimum, indeks vigor, keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh, dan berat
kering kecambah normal dengan laju respirasi benih. Koefisien korelasi pada
semua parameter tersebut bernilai mendekati satu (≈ 1) yang menggambarkan
terdapat hubungan sangat erat antara parameter viabilitas dan vigor dengan laju
respirasi benih. Terdapat dua metode yang bernilai korelasi nyata yaitu L2
(pelembaban selama 15 jam) dan O3 (pengovenan selama 45 menit). Hasil
analisis nilai standar deviasi menunjukkan bahwa nilai standar deviasi untuk
metode L2 dan O3 masing-masing adalah 3.91 dan 5.30. Metode terbaik antara
kedua perlakuan tersebut dapat ditentukan berdasarkan nilai standar deviasi yang
lebih kecil, karena nilai standar deviasi yang kecil menggambarkan data yang
lebih seragam sehingga metode yang dihasilkan konsisten.
Dari percobaan dapat disimpulkan bahwa kosmotektor dapat digunakan
untuk pengujian cepat vigor secara tidak langsung pada benih jagung (Zea mays
L.) dengan mengukur laju respirasi sebagai tolok ukur vigor benih. Terdapat
korelasi positif antara parameter viabilitas dan vigor benih dengan laju
respirasinya. Perlakuan awal yang terbaik pada pengujian ini adalah L2
(pelembaban selama 15 jam) kemudian benih diinkubasi selama 24 jam dan laju
PENGEMBANGAN UJI CEPAT VIGOR BENIH JAGUNG (Zea mays L.) DENGAN ALAT PENGUKUR RESPIRASI KOSMOTEKTOR
(Developing of Corn Seed (Zea mays. L) Quick Vigor Testing by Respiration Measuring Tools Cosmotector)
Meli Nurfarida1 , M. Rahmad Suhartanto2
1
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
2
Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Abstract
The purpose of this research was to obtain the method of cornseed (Zea mays. L) quick vigor testing by cosmotector (respiration measuring tools). This research was conducted in Seed Science and Technology Laboratory, Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University, Darmaga from February 2011 to May 2011. Simple Regression and Correlation Analysis was follow to conducted the experiment, consisted of six combination treatment between four level of corn seed vigor and the time of seed moistened also seed incubated by oven (60ºC), i.e. O1 : seed incubated by oven during 15 minutes, O2 : seed incubated by oven during 30 minutes, O3 : seed incubated by oven during 45 minutes, L1: seed moistened during 10 hours, L2 : seed moistened during 15 hours, L3 : seed moistened during 20 hours. These treatments were given to trigger the respiration’s rate of corn seed. The result showed that there are positive correlations between vigor and viability parameters with respiration’s rate of corn seed. The method that has a real correlation value was shown by L2 (seed moistened during 15 hours). It can used to detect the status of corn seed vigor and viability by its respiration’s rate.
KOSMOTEKTOR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
MELI NURFARIDA
A24070042
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
Judul :
PENGEMBANGAN UJI CEPAT VIGOR BENIH
JAGUNG (
Zea mays
L.) DENGAN ALAT PENGUKUR
LAJU RESPIRASI KOSMOTEKTOR
Nama : MELI NURFARIDA
NIM
: A24070042
Menyetujui,
Pembimbing
Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, MSi.
NIP. 19630923 198811 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr.
NIP. 19611101 198703 1 003
Penulis dilahirkan di Indramayu, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 28
Januari 1990. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Sarda Sunara dan Ibu
Robiah Adawiyah.
Tahun 2001 penulis lulus dari SD Negeri Karangsong, kemudian pada
tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 2 Sindang, dan pada
tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sindang, Indramayu. Tahun 2007
penulis diterima di IPB melalui jalur USMI dan pada tahun yang sama penulis
diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi anggota UKM Lises
Gentra Kaheman dan UKM KOPMA IPB serta aktif dalam beberapa kepanitiaan.
Tahun 2011 penulis pernah pernah menjadi peserta Program Mahasiswa
Wirausaha (PMW) yang diselenggarakan oleh DPKHA IPB dan pernah menjadi
asisten praktikum mata kuliah Dasar Ilmu dan teknologi Benih di Departemen
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan dan hidayah sehingga penelitian ini dapat diselesaikan
dengan baik. Penelitian “Pengembangan Uji Cepat Vigor Benih Jagung (
Zea-mays L.) dengan Alat Pengukur Laju Respirasi Kosmotektor “ dilaksanakan
terdorong oleh keinginan untuk mengetahui fungsi alat kosmotektor sebagai alat
pengukur laju respirasi benih sehingga diperoleh suatu metode pengujian cepat
vigor benih jagung yang lebih mudah dan lebih cepat untuk dilakukan. Penelitian
ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, MSi. Yang telah memberikan bimbingan dan
arahan yang terkait dengan kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Endang Murniati, MS. dan Dr. Ir. Faiza C. Suwarno, MS. yang telah
bersedia menguji dan memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini.
3. Ibunda Robiah Adawiyah dan Ayahanda Sarda Sunara yang telah
memberikan doa dan kesabarannya serta dukungan baik moril maupun
materil kepada penulis.
4. Kakak (Andi Rida Sunara), Adik (Zahra Ariesha), dan Welly Tris Setiawan
yang telah memberikan motivasi kepada penulis.
5. Ibu Rana Yasmina Rosliany dan Mba Andria Nova Pramudia atas bantuannya
di laboratorium.
6. AGH 44 terutama teman-teman di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih
Okti, Irfan, Lilis, Cutrisni, Nazima, Feni, Neneng, Enen, Evi, Prama, dan
teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga hasil penelitian dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
memerlukan.
Bogor, Agustus 2011
Halaman
Hubungan antara Daya Berkecambah dengan Laju Respirasi... 17
Hubungan antara Potensi Tumbuh Maksimum dengan Laju Respirasi... 18
Hubungan antara Indeks Vigor dengan Laju Respirasi ... 19
Hubungan antara Keserempakan Tumbuh dengan Laju Respirasi... 20
Hubungan antara Kecepatan Tumbuh dengan Laju Respirasi... 21
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Nilai Tengah Daya Berkecambah (DB), Potensi Tumbuh
Maksimum (PTM), Indeks Vigor (IV), Keserempakan Tumbuh
(KST), Kecepatan Tumbuh (KCT), dan Berat Kering Kecambah
Normal (BKKN) Benih Jagung ... 15
2. Nilai Tengah Laju Respirasi Benih Jagung (Zea mays L.) ... 16
3. Persamaan Regresi antara Daya Berkecambah dengan Laju
Respirasi Benih Jagung (Zea mays L.) ... 17
4. Persamaan Regresi antara Potensi Tumbuh Maksimum dengan
Laju Respirasi Benih Jagung (Zea mays L.) ... 18
5. Persamaan Regresi antara Indeks Vigor dengan Laju Respirasi
Benih Jagung (Zea mays L.) ... 19
6. Hubungan Keserempakan Tumbuh dengan Laju Respirasi Benih
Jagung (Zea maysL.) ... 20
7. Hubungan Kecepatan Tumbuh dengan Laju Respirasi Benih
Jagung (Zea maysL.) ... 22
8. Hubungan Berat Kering Kecambah Normal dengan Laju
Respirasi Benih Jagung (Zea maysL.) ... 23
9. Nilai Tengah dan Nilai Standar Deviasi Laju Respirasi Benih
Nomor Halaman
1. Alat Kosmotektor Tipe XP-314 ... 8
DAFTAR LAMPIRAN
4. Garis Regresi Nilai Keserempakan Tumbuh Benih Jagung pada
Empat Tingkat Vigor yang Berbeda ... 29 Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan O1 (Pengovenan selama
15 Menit)... 31
8. Garis Regresi antara Nilai Daya Berkecambah dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan O2 (Pengovenan selama
30 Menit) ... 31
9. Garis Regresi antara Nilai Daya Berkecambah dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan O3 (Pengovenan selama
45 Menit) ... 32
10. Garis Regresi antara Nilai Daya Berkecambah dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan L1 (Pelembaban selama
10 Jam) ... 32
11. Garis Regresi antara Nilai Daya Berkecambah dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan L2 (Pelembaban selama
15 Jam) ... 33
12. Garis Regresi antara Nilai Daya Berkecambah dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan L2 (Pelembaban selama
13. Garis Regresi antara Nilai Potensi Tumbuh Maksimum dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan O1 (Pengovenan selama
15 Menit)... 34
14. Garis Regresi antara Nilai Potensi Tumbuh Maksimum dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan O2 (Pengovenan selama
30 Menit) ... 34
15. Garis Regresi antara Nilai Potensi Tumbuh Maksimum dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan O3 (Pengovenan selama
45 Menit) ... 35
16. Garis Regresi antara Nilai Potensi Tumbuh Maksimum dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan L1 (Pengovenan selama
10 jam) ... 35
17. Garis Regresi antara Nilai Potensi Tumbuh Maksimum dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan L2 (Pengovenan selama
15 jam) . ... 36
18. Garis Regresi antara Nilai Potensi Tumbuh Maksimum dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan L3 (Pengovenan selama
x
25. Garis Regresi antara Nilai Keserempakan Tumbuh dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan O1 (Pengovenan selama
15 Menit) ... 40
26. Garis Regresi antara Nilai Keserempakan Tumbuh dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan O2 (Pengovenan selama
30 Menit) ... 40
27. Garis Regresi antara Nilai Keserempakan Tumbuh dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan O3 (Pengovenan selama
45 Menit) ... 41
28. Garis Regresi antara Nilai Keserempakan Tumbuh dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan O3 (Pengovenan selama
45 Menit) ... 41
29. Garis Regresi antara Nilai Keserempakan Tumbuh dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan L2 (Pelembaban selama
15 Jam) ... 42
30. Garis Regresi antara Nilai Keserempakan Tumbuh dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan L3 (Pelembaban selama
20 Jam) ... 42
31. Garis Regresi antara Nilai Kecepatan Tumbuh dan Laju Respirasi
Benih Jagung pada Perlakuan O1 (Pengovenan selama 15 Menit) ... 43
32. Garis Regresi antara Nilai Kecepatan Tumbuh dan Laju Respirasi
Benih Jagung pada Perlakuan O2 (Pengovenan selama 30 Menit) ... 43
33. Garis Regresi antara Nilai Kecepatan Tumbuh dan Laju Respirasi
Benih Jagung pada Perlakuan O3 (Pengovenan selama 45 Menit) ... 44
34. Garis Regresi antara Nilai Kecepatan Tumbuh dan Laju Respirasi
Benih Jagung pada Perlakuan L1 (Pelembaban selama 10 Jam)... 44
35. Garis Regresi antara Nilai Kecepatan Tumbuh dan Laju Respirasi
Benih Jagung pada Perlakuan L2 (Pelembaban selama 15 Jam)... 45
36. Garis Regresi antara Nilai Kecepatan Tumbuh dan Laju Respirasi
Benih Jagung pada Perlakuan L3 (Pelembaban selama 20 Jam)... 45
37. Garis Regresi antara Nilai Berat Kering Kecambah Normal dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan O2 (Pengovenan
38. Garis Regresi antara Nilai Berat Kering Kecambah Normal dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan O2 (Pengovenan
selama 30 Menit) ... 46
39. Garis Regresi antara Nilai Berat Kering Kecambah Normal dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan O3 (Pengovenan
selama 45 Menit) ... 47
40. Garis Regresi antara Nilai Berat Kering Kecambah Normal dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan L1 (Pelembaban
selama 10 Jam) ... 47
41. Garis Regresi antara Nilai Berat Kering Kecambah Normal dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan L2 (Pelembaban
selama 15 Jam) ... 48
42. Garis Regresi antara Nilai Berat Kering Kecambah Normal dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan L3 (Pelembaban
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung (Zea mays L. ) merupakan salah satu serealia yang strategis dan
bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena
posisinya sebagai sumber utama karbohidrat setelah beras. Peningkatan jumlah
penduduk dan pesatnya sektor industri membuat permintaan jagung di Indonesia
terus meningkat (Purwanto, 2007). Tahun 2008 tercatat produksi jagung
meningkat sebesar 22,8% dibandingkan tahun 2007 yaitu dari 13,3 juta ton
menjadi 16,3 juta ton. Peningkatan tersebut terus menurun berturut-turut pada
tahun 2009 dan 2010, produksi jagung hanya naik sebesar 8,04% dan 2,19%
(BPS, 2010). Kendala tersebut terjadi karena kurangnya penggunaan benih
bermutu sehingga mengakibatkan produktivitas yang rendah.
Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas jagung di Indonesia
adalah dengan penggunaan benih bermutu. Menurut Mugnisjah (2007), benih
bermutu tinggi diantaranya mencakup viabilitas dan vigor benih. Sadjad (1993)
menyebutkan bahwa pengujian vigor benih dapat dilakukan untuk mengetahui
kemampuan benih tumbuh normal pada kondisi lingkungan suboptimum.
Pengujian vigor benih dapat dilakukan dengan beberapa prosedur, salah
satunya adalah uji respirasi yang mengukur konsumsi oksigen serta pelepasan
karbondioksida (Justice dan Bass, 2002). Uji respirasi dikategorikan sebagai uji
vigor tidak langsung karena pengukuran dilakukan terhadap sifat-sifat benih yang
telah terbukti berkorelasi dengan aspek pemunculan bibit di lapang (ISTA 2007).
Laju respirasi jaringan atau organ hidup ditentukan dengan mengukur banyaknya
CO2 yang terbentuk atau gas O2 yang diserap per satuan berat segar
jaringan/organ per satuan waktu (Mugnisjah, 2007). Banyaknya CO2 yang
terbentuk dapat diukur menggunakan alat kosmotektor melalui inkubasi benih
dalam wadah.
Penelitian tentang respirasi yang telah dilakukan sebelumnya
meng-gunakan metode titrasi, menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Woodstosk dan
Grabe (1967) menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara laju respirasi
menujukkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara respirasi dengan
daya kecambah benih jagung, kacang hijau, kacang kedelai, kacang tunggak,
kacang buncis, dan kacang tanah, sedangkan Yulinda (2000) menunjukkan bahwa
terdapat korelasi positif antara laju respirasi dengan parameter viabilitas benih
jagung, kedelai, dan kacang hijau.
Pengujian vigor benih dengan metode respirasi sudah banyak dilakukan,
namun diperlukan pengembangan metode baru yang lebih mudah dan lebih cepat
dilakukan. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur laju respirasi
adalah kosmotektor, tetapi penggunaannya selama ini masih terbatas pada produk
hortikultura. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mendapatkan metode pengujian
cepat vigor benih jagung dengan mengembangkan metode respirasi menggunakan
alat kosmotektor.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode pengujian cepat vigor
benih jagung (Zea mays L.) dengan metode respirasi menggunakan alat pengukur
laju respirasi kosmotektor.
Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah :
1. Alat kosmotektor dapat digunakan untuk uji cepat vigor benih jagung (
Zea-mays L.) dengan melihat hubungan antara berbagai parameter vigor dan viabilitas benih dengan laju respirasinya.
2. Semakin tinggi vigor dan viabilitas benih maka semakin tinggi laju
TINJAUAN PUSTAKA
Vigor Benih
Vigor adalah sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan
tingkat potensi aktivitas dan kinerja benih atau lot benih selama perkecambahan
dan munculnya kecambah (ISTA, 2007). Copeland dan McDonald (2001)
menambahkan kinerja tersebut adalah (1) proses dan reaksi kimia selama
perkecambahan seperti reksi enzim dan aktivitas respirasi, (2) rata-rata
keseragaman perkecambahan benih dan pertumbuhan kecambah, (3) rata-rata
keseragaman munculnya kecambah dan pertumbuhannya di lapang, dan (4)
kemampuan muunculnya kecambah pada kondisi lingkungan yang sub optimum.
Definisi vigor berdasarkan AOSA (1983) adalah suatu indikator yang
dapat menunjukkan bagaimana benih tumbuh pada kondisi lapang yang
bervariasi. Vigor merupakan gabungan antara umur benih, ketahanan, kekuatan,
dan kesehatan benih yang diukur melalui kondisi fisiologisnya, yaitu pengujian
stress atau melalui analisis biokomia.
Sadjad et al. (1999) mengemukakan bahwa benih vigor yang mampu
menumbuhkan tanaman normal pada kondisi alam suboptimum dikatakan
memiliki Kekuatan Tumbuh. Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT) mengindikasikan
vigor benih yang dapat menghadapi lahan pertanian yang kondisinya
sub-optimum, sedangkan benih yang tetap mampu menumbuhkan tanaman normal
pada kondisi lapang sub optimum meskipun kondisi penyimpanannya
sub-optimum, dapat dikatakan bahwa benih tersebut memiliki Vigor Daya Simpan
(VDS) yang tinggi. Parameter Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT) dapat diungkapkan
oleh kelompok tolok ukur masing-masing, diantaranya yaitu Kecepatan Tumbuh
(KCT), Keserempakan Tumbuh (KST), dan Vigor Biokimia (VKTBiokimia).
Berbagai Metode Pengujian Vigor Benih
Uji vigor dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Uji vigor
dikategorikan langsung jika cekaman lingkungan yang diharapkan terjadi di
lapang diperlakukan di laboratorium. Uji vigor dikategorikan tidak langsung, jika
lapang diukur, misalnya laju respirasi/reaksi tetrazolium topografik dan uji
konduktivitas (ISTA, 2007). Justice dan Bass (2002) menambahkan bahwa uji
respirasi dapat dilakukan dengan mengukur konsumsi oksigen serta pelepasan
karbondioksida.
Metode pengujian vigor yang ideal berdasarkan ISTA (2007) memiliki
beberapa karakteristik, yaitu : murah, pelaksanaannya cepat, mudah dilakukan,
objektif (dapat distandarisasi dengan mudah dan terhindar dari interpretasi
subjektif), reproducible (dapat diulang), dan berkorelasi erat dengan pemunculan
bibit di lapang. Beberapa metode pengujian vigor menurut AOSA (1983), yaitu :
seedling growth and evaluation test, uji stres (accelerated aging, cold test, dan cool germination tes), uji biokimia (tetrazolium test).
Berbagai penelitian mengenai alternatif metode pengujian vigor untuk
benih jagung telah banyak dilakukan. Miguel dan Filho (2002) melakukan
penelitian tentang bocoran potasium untuk menduga kualitas benih jagung
berdasarkan potensi fisiologisnya. Jumlah bocoran potasium diukur menggunakan
fotometer setelah benih dilembabkan selama 30, 60, 90, 120, 150, dan 180 menit
pada suhu 25ºC. Hasilnya menunjukkan bahwa metode ini dapat digunakan untuk
menentukan kualitas lot benih berdasarkan kualitas fisiologisnya setelah
dibandingkan dengan berbagai metode uji vigor lainnya, yaitu uji daya
berkecambah, uji indeks vigor, accelerated ageing test, uji konduktivitas listrik,
uji daya tumbuh, dan cold test.
Arief (2009) selanjutnya melakukan penelitian tentang bocoran kalium
sebagai indikator vigor benih jagung. Hasilnya menunjukkan bahwa bocoran
kalium berkorelasi negatif dengan bobot kering kecambah, daya berkecambah,
keserempakan tumbuh, dan kecepatan tumbuh. Bocoran kalium berkorelasi positif
dengan daya hantar listrik air rendaman benih dan gula pereduksi. Disamping itu,
bocoran kalium berkorelasi dengan beberapa variabel pertumbuhan vegetatif awal
5
Kemunduran Benih
Suseno (1975) menyatakan bahwa kemunduran benih merupakan turunnya
kualitas, sifat, atau vitalitas benih yang mengakibatkan rendahnya vigor dan
jeleknya pertanaman hasil. Benih mencapai kualitas maksimumnya pada
kematangan fisiologis, dan dari waktu itu sampai ditanaman hanya kemunduran
yang terjadi. Justice dan Bass (2002) menambahkan, beberapa faktor yang
mempengaruhi laju kemunduran benih dintaranya adalah : jenis benih, berat dan
bagian benih yang terluka, kelembaban dan suhu lingkungan di lapangan,
penanganan panen, dan kondisi penyimpanan benih.
Proses kemunduran benih dapat diidentifikasi melalui sejumlah perubahan
fisiologis dan biokimia yang terjadi jika vigor benih berkurang atau hilang.
Manifestasi fisiologis dari kemunduran benih diantaranya yaitu perubahan warna
benih, perkecambahan yang berkurang dan jumlah kecambah abnormal yang
meningkat. Sedangkan manifestasi biokimia dari kemunduran benih, diantaranya
yaitu metabolisme respirasi yang berkurang (Mugnisjah, 2007). Gejala biokimia
pada benih yang mengalami kemunduran diantaranya terjadi
perubahan-perubahan dalam aktivitas enzim respirasi. Perubahan-perubahan-perubahan dalam respirasi
selama imbibisi dari biji yang menua biasanya dicerminkan dari rendahnya
konsumsi O2dan tingginya kuosien respirasi (KR=CO2/O2). Perubahan-perubahan
ini menjadi jelas setelah menurunnya viabilitas benih dan telah disarankan pula
penggunaannya sebagai indeks deteriorasi (Suseno ,1975).
Pengujian Vigor Benih dengan Metode Respirasi
Menurut Justice dan Bass (2002) definisi respirasi adalah suatu proses
oksidasi-reduksi yang dijumpai pada semua sel hidup, yang menghasilkan
senyawa-senyawa dan melepaskan energi yang sebagian digunakan untuk
berbagai proses kehidupan. Proses respirasi benih terdiri dari tiga tahap, yaitu
perombakan cadangan makanan, terbentuknya hasil perantara atau hasil akhir, dan
pelepasan energi yang umumnya dalam bentuk panas.
Faktor- faktor yang mempengaruhi respirasi benih diantaranya adalah
kadar air dan suhu. Proses pernafasan benih akan meningkat apabila suhu naik,
pernafasan membentuk energi biologi dalam bentuk ATP, kemudian terjadilah
proses-proses anabolisme sehingga terjadi proses perkecambahan dan
pertumbuhan. Derajat absorbsi oksigen atau pengeluaran CO2 oleh benih, dalam
teknologi benih dikaitkan dengan indikasi kekuatan (vigor) benih untuk tumbuh
(Sadjad, 1975).
Uji respirasi merupakan salah satu metode uji vigor benih yang dapat
diketahui melalui jumlah O2yang dikonsumsi atau CO2yang dihasilkan. Uji vigor
dengan metode ini telah banyak dilakukan. Cantrell et al. (1971) melakukan
penelitian tentang hubungan antara respirasi dengan vigor benih jagung selama
masa perkecambahan. Laju respirasi benih jagung diukur pada waktu yang
berbeda selama masa perkecambahan benih dan perkembangan kecambah.
Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif dengan nilai yang sangat
tinggi (r = +0.93) antara laju respirasi yang diukur selama 24 jam dengan vigor
kecambah pada benih jagung.
Metode respirasi selain digunakan untuk mendeteksi vigor benih jagung,
pada beberapa penelitian sebelumnya dapat juga digunakan untuk mendeteksi
status vigor dan deteriorasi benih lain, diantaranya benih kedelai, benih gandum,
benih kapas (Gossypiura hirsutum L.), dan benih kubis (Brassica). Pendugaan
kapasitas respirasi pada benih kedelai dilakukan dengan metode titrasi, seperti
penelitian yang telah dilakukan oleh Kusumadewi (1988) tentang tolok ukur status
viabilitas benih kedelai dengan kapasitas respirasinya. Hasilnya menunjukkan
bahwa kapasitas respirasi benih dapat mendeteksi viabilitas total, vigor daya
simpan, dan vigor kekuatan tumbuh. Tatipata et al. (2004) dalam penelitiannya
tentang kajian fisiologi dan biokimia deteriorasi penyimpanan benih kedelai,
menambahkan bahwa laju respirasi dapat digunakan untuk menduga kemunduran
benih kedelai dengan semaikin mundurnya benih maka semakin rendah pula laju
respirasinya.
Penelitian Kittock dan Law (1967) pada benih gandum, menunjukkan
bahwa terdapat nilai korelasi yang positif antara daya berkecambah dengan laju
respirasinya. Selain itu terdapat korelasi positif pula antara vigor dengan reduksi
tetrazolium serta laju respirasi benih gandum pada benih dengan umur yang
7
Penelitian lainnya yang menggunakan metode respirasi, dilakukan oleh
Woodstock et al. (1983) pada benih kapas. Benih kapas yang mengalami
kemunduran dapat dideteksi dengan laju pengambilan O2 dan nilai kuosien
respirasinya. Laju respirasi pada pengambilan O2 semakin menurun dan nilai
kuosien respirasi semakin meningkat pada benih kapas yang mengalami
deteriorasi setelah diimbibisi selama 7.5 jam.
Bettey dan Savage (1996) melakukan penelitian mengenai aktivitas enzim
respirasi selama perkecambahan pada lot benih kubis dengan vigor berbeda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa laju konsumsi oksigen benih mengalami
peningkatan selama proses imbibisi yang diikuti oleh peningkatan laju
perkecambahan. Peningkatan konsumsi oksigen menunjukkan peningkatan
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih
serta Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut
Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor pada bulan Februari-Mei 2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung varietas
NT-10, kertas merang, aquades, kain strimin, label, dan solatif.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kosmotektor tipe XP-314
dan toples inkubasi (Gambar 1), germinator tipe IPB 72-1, alat pengepres kertas
IPB 75-1, mesin pengusangan cepat (MPC) fisik, oven 105°C, oven 60°C,
desikator, termohigro-meter, dan timbangan digital.
Gambar 1. Alat Kosmotektor Tipe XP-314
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari enam kombinasi perlakuan antara lama
pengovenan serta lama pelembaban dengan vigor benih jagung. Vigor benih
jagung terdiri empat taraf, yaitu tanpa pengusangan (V1), pengusangan secara
fisik selama 4 hari (V2), pengusangan secara fisik selama 5 hari (V3), dan
pengusangan secara fisik selama 6 hari (V4). Empat taraf vigor tersebut kemudian
diberi perlakuan awal, yaitu pengovenan selama 15 menit (O1), pengovenan
9
jam (L1), pelembaban selama 15 jam (L2), dan pelembaban selama 20 jam (L3).
Perlakuan pengovenan dan pelembaban benih dilakukan sebagai perlakuan awal
sebelum prngukuran laju respirasi. Semua kombinasi perlakuan diulang sebanyak
tiga kali, sehingga jumlah satuan percobaan adalah 72 satuan.
Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu analisis regresi linier
sederhana dan analisis korelasi regresi. Pendekatan pertama dengan analisis
regresi linier sederhana bertujuan untuk mengetahui dan menduga hubungan
antara berbagai peubah viabilitas dan vigor benih dengan peubah laju respirasi
benih, dari analisis tersebut akan diperoleh persamaan regresi yaitu :
y = a + bx
Keterangan :
y = Peubah laju respirasi benih (Peubah tetap)
a = Titik potong garis dengan sumbu y
b = Kemiringan garis
x = Peubah viabilitas dan vigor benih (Peubah bebas)
Pendekatan kedua adalah analisis korelasi regresi antara berbagai peubah
viabilitas dan vigor dengan peubah laju respirasi benih. Sumbu x adalah peubah
viabilitas dan vigor benih, sedangkan sumbu y adalah peubah laju respirasi benih.
Nilai koefisien korelasi (r) digunakan untuk melihat keeratan hubungan. Nilai
koefisien korelasi yang mendekati 1 (r ≈ 1) menggambarkan adanya keeratan
hubungan atau korelasi antara antara berbagai peubah viabilitas dan vigor dengan
laju respirasi benih. Viabilitas dan vigor benih dapat dideteksi melalui persamaan
Pelaksanaan Penelitian
Pembuatan Lot Benih
Satu lot (kelompok) benih jagung dibagi menjadi empat lot baru kemudian
diberi taraf perlakuan vigor yang berbeda pada setiap lot, terdiri perlakuan tanpa
pengusangan (V1), pengusangan secara fisik selama 4 hari (V2), pengusangan
secara fisik selama 5 hari (V3), dan pengusangan secara fisik selama 6 hari (V4).
Penderaan dengan Metode Pengusangan Cepat Fisik
Penderaan dengan metode pengusangan cepat fisik benih dilakukan untuk
memperoleh beragam status viabilitas dan vigor benih. Benih jagung yang didera,
dipaparkan secara merata di dalam kain strimin kemudian diuapkan dalam Mesin
Pengusangan Cepat (MPC) fisik pada suhu 40-450C dengan kondisi RH yang
tinggi ( mendekati 100%) selama 4 hari (V2), 5 hari (V3), dan 6 hari (V4). Setelah
benih mengalami penderaan, kadar air benih meningkat (Lampiran 1). Benih
selanjutnya dipaparkan pada suhu ruang selama lima hari dengan tujuan kadar air
benih mencapai kesetimbangan sehingga kadar air pada semua perlakuan
penderaan dapat seragam dan tidak menjadi faktor yang mempengaruhi dalam
pengujian viabilitas serta vigor benih.
Pengujian Viabilitas dan Vigor Benih dengan Indikasi Langsung
Pengujian viabilitas dan vigor (indikasi langsung) digunakan sebagai
pembanding dengan pengujian respirasi benih (indikasi tidak langsung). Benih
jagung yang telah didera kemudian dikelompokkan berdasarkan lot, lalu
dikecambahkan pada kertas merang melalui metode UKD-dp pada Alat
Pengecambah Benih (APB) tipe 72-1. Pengecambahan dilakukan tiga ulangan
untuk masing-masing taraf vigor. Setiap ulangan menggunakan 50 butir benih
jagung, yaitu 25 butir untuk daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, dan
berat kering kecambah normal, 25 butir untuk indeks vigor, keserempakan
11
Pengukuran Laju Respirasi dengan Kosmotektor
Empat lot benih jagung yang memiliki taraf vigor berbeda kemudian
diberi perlakuan pengovenan dan pelembaban (Gambar 2). Perlakuan pengovenan
dilakukan pada suhu 60ºC selama 15 menit (O1), 30 menit (O2), dan 30 menit
(O3). Sebelum dimasukkan ke dalam oven, benih dilembabkan selama 10 jam
menggunakan kertas stensil basah untuk mengimbibisi benih sehingga memicu
laju respirasi benih, karena benih tidak akan terukur laju respirasinya jika dalam
keadaan kering. Benih yang telah dilembabkan, ditimbang sebanyak 40 gram
(±100 butir) dan dimasukkan ke dalam toples lalu ditutup rapat kemudian di
masukkan ke dalam oven bersuhu 60ºC selama 15 menit (O1), 30 menit (O2), dan
45 menit (O3) yang dilakukan sebanyak tiga ulangan untuk setiap perlakuan.
Setelah dikeluarkan dari oven, benih diinkubasi selama 24 jam untuk dilakukan
pengukuran laju respirasi berdasarkan jumlah CO2yang dihasilkan.
Perlakuan pelembaban dilakukan selama 10 jam (L1), 15 jam (L2), dan
20 jam (L3). Benih dilembabkan dengan kertas stensil yang basah untuk
mengimbibisi air agar dapat memacu laju respirasi benih. Benih yang telah
dilembabkan, ditimbang sebanyak 40 gram (±100 butir) sebanyak tiga ulangan
untuk setiap perlakuan dan dimasukkan ke dalam toples lalu ditutup rapat
kemudian diinkubasi selama 24 jam untuk dilakukan pengukuran laju repsirasi
berdasarkan jumlah CO2yang dihasilkan menggunakan alat kosmotektor.
Toples yang digunakan untuk inkubasi benih, berbentuk bulat, bervolume
300 ml dan berteutup datar. Tutupnya telah dilubangi terlebih dahulu dengan
diameter 1 cm sebanyak dua buah lalu diberi sekrup dan selang penutup untuk
dihubungkan dengan selang kosmotektor . Ketika benih diinkubasi, pinggiran
tutup toples dan dan selang penutup pada tutup toples dilapisi plastik wrap dan
isolasi untuk mengurangi kebocoran gas. Setelah benih diinkubasi selama 24 jam,
kemudian dilakukan pengukuran jumlah CO2 dengan kosmotektor. Selang
penutup yang ada pada tutup toples dilepas lalu ditutup menggunakan ujung ibu
jari untuk mencegah keluarnya gas CO2, kemudian masukkan selang kosmotektor.
Tunggu beberapa saat sampai skala persentase CO2terukur pada kosmotektor, lalu
Pengamatan
Tolok ukur yang diamati adalah sebagai berikut :
1. Daya berkecambah (DB)
Pengukuran daya berkecambah (%) dihitung berdasarkan perbandingan
jumlah kecambah normal pada hitungan pertama dan kedua yang
dibandingkan dengan jumlah total benih yang ditanam. Hitungan pertama
adalah 4 hari setelah pengecambahan dan hitungan kedua adalah 7 hari
setelah pengecambahan, dengan rumus sebagai berikut :
DB % =∑ kecambah normal hitungan I + hitungan II
∑benih yang dikecambahkan x 100%
2. Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah kecambah normal dan
kecambah abnormal pada hari terakhir pengamatan, dengan rumus sebagai
berikut :
PTM(%) =∑ kecambah tumbuh (normal+abnormal)
∑benih yang dikecambahkan x 100%
3. Indeks Vigor (IV)
Pengamatan dilakukan terhadap jumlah kecambah normal pada hitungan
pertama (Hari ke-4), dan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
IV(%)=∑ kecambah normal hitungan I
∑benih yang dikecambahkan x 100%
4. Keserempakan Tumbuh (KST)
Pengamatan keserempakan tumbuh diukur berdasarkan kecambah normal
kuat (KNK) dibagi jumlah benih yang ditanam. Pengamatan dilakukan pada
hari antara pengamatan I dan pengamatan II . KNK adalah kecambah yang
memiliki kinerja kuat diantara kecambah yang tumbuh normal (KST) dapat
dihitung dengan rumus :
KST (%) =
∑ kecambah normal kuat
13
5. Kecepatan Tumbuh (KCT)
Kecepatan tumbuh diukur berdasarkan jumlah tambahan perkecambahan
setiap hari atau etmal selama kurun waktu perkecambahan. Pengamatan
dilakukan setiap hari setelah munculnya kecambah normal hari pertama
pengamatan hingga hari terakhir pengamatan. Kecepatan tumbuh dihitung
dengan rumus :
Keterangan : t = Waktu pengamatan
N = presentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
tn = waktu akhir pengamatan
6. Berat Kering Kecambah Normal (g)
Pengukuran berat kering kecambah normal dilakukan di akhir pengamatan.
Caranya dengan membuang bagian endosperma dari kecambah normal dan
dioven selama 3 x 24 jam pada suhu 60 ºC, kemudian dimasukkan ke dalam
desikator, setelah dingin ditimbang berat keringnya.
7. Respirasi Benih
Respirasi dihitung berdasarkan jumlah CO2 yang dihasilkan selama proses
respirasi, dihitung dengan rumus :
L =V × K × 1.76 W × B Keterangan:
L = Laju respirasi (mg CO2/kg/jam)
V = Volume udara bebas dalam toples (volume toples-volume bahan) dalam ml
K = Kadar CO2setelah inkubasi (%) - kadar CO2sebelum inkubasi (0,03%)
W = Waktu inkubasi (jam)
B = Bobot bahan (kg)
Gambar 2. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian 1 Lot Benih Jagung Hibrida
Varietas NT-10
Pembuatan Empat Lot Benih :
1. Benih tidak diusangakan (disimpan di ruang AC) 2. Pengusangan Cepat Fisik selama 4 Hari
3. Pengusangan Cepat Fisik selama 5 hari 4. Pengusangan Cepat Fisik selama 6 Hari
Penyamaan Kadar Air Benih
(Benih dipaparkan pada suhu ruang selama 5 Hari)
Analisis Viabilitas dan
Pelembaban selama 10 Jam Pelembaban Benih
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan Lot Benih
Pembuatan lot benih dilakukan untuk memperoleh beragam tingkat vigor
yang berbeda. Lot benih didapat dengan perlakuan penderaan terhadap benih
jagung melalui Metode Pengusangan Cepat fisik. Pada tahap ini, penderaan
dilakukan menggunakan mesin pengusangan cepat (MPC) fisik dengan lama
waktu penderaan selama 4, 5, dan 6 hari pada suhu 40-450C dengan kelembaban
tinggi (≈100%).
Metode Pengusangan Cepat secara fisik dapat memberikan keragaman
viabilitas dan vigor pada lot benih jagung. Keragaman lot kemudian digunakan
untuk mengelompokkan benih berdasarkan status viabilitas dan vigornya, dan
diperoleh hasil benih dengan waktu pengusangan selama 4 hari sebagai vigor 2
(V2), pengusangan selama 5 hari sebagai vigor 3 (V3), dan pengusangan selama 6
hari sebagai vigor 4 (V4). Nilai tengah status viabilitas dan vigor yang diperoleh,
dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai tengah diperoleh dari rataan tiga ulangan pada
V1 94.67 99.11 32.89 96.44 21.27 2.81
V2 62.44 71.78 20.22 46.00 12.04 1.29
V3 46.44 60.00 3.33 35.33 9.47 0.53
V4 19.33 30.00 0.00 4.11 2.23 0.28
Keterangan : V1 : Benih jagung disimpan pada ruang AC dengan suhu 16ºC; V2 : Benih jagung diusangkan secara fisik selama 4 hari; V3: Benih jagung diusangkan secara fisik selama 5 hari; V4: Benih jagung diusangkan secara fisik selama 6 hari;
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa benih yang diusangkan selama empat
hari (V2), lima hari (V3), dan enam hari (V4) mengalami kemunduran
terlihat pada semua parameter pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa lot benih
jagung mengalami penurunan viabilitas dan vigor secara linear.
Selama proses penderaan, benih menyerap uap air dari lingkungan yang
lembab sehingga kadar air benih meningkat. Viabilitas setelah melalui penderaan
fisik pada benih yang mempunyi vigor tinggi akan tetap memiliki total kecambah
normal yang tinggi, sedangkan lot benih yang mempunyai vigor rendah total
kecambah normalnya akan berkurang.
Garis regresi menunjukkan penurunan yang linier pada tolok ukur daya
berkecambah, potensi tumbuh maksimum, indeks vigor, keserempakan tumbuh,
kecepatan tumbuh, serta berat kering kecambah normal pada keempat tingkat
vigor yang berbeda (Lampiran 1 sampai 6).
Tabel 2. Nilai Tengah Laju Respirasi Benih Jagung (Zea maysL.)
Tingkat Vigor
Pengovenan Pelembaban
15 menit 30 menit 45 menit 10 jam 15 jam 20 jam
...………mg CO2/kg/jam………...
V1 42.47 27.33 38.48 27.77 65.11 42.24
V2 42.46 21.19 35.86 32.88 47.22 52.82
V3 18.36 8.47 10.35 19.63 44.66 35.92
V4 27.55 25.66 9.41 21.16 20.10 37.58
Keterangan : V1 : Benih jagung disimpan pada ruang AC dengan suhu 16ºC; V2 : Benih jagung diusangkan secara fisik selama 4 hari; V3: Benih jagung diusangkan secara fisik selama 5 hari; V4: Benih jagung diusangkan secara fisik selama 6 hari;
Nilai tengah laju respirasi benih jagung pada Tabel 2, menunjukkan
terdapat perbedaan laju respirasi pada keempat vigor benih yang berbeda
meskipun nilainya cenderung fluktuatif dan hanya pada perlakuan pengovenan 45
menit (O3) dan pelembaban 15 jam (L2) yang menunjukkan penurunan laju
respirasi yang linier. Nilai tengah laju respirasi pada perlakuan pengovenan 15
menit (O1) dan 30 menit (O2) menurun secara linier pada V1 sampai V3, namun
laju respirasi meningkat kembali pada V4, sedangkan perlakuan pelembaban 10
jam (L1) dan 20 jam (L2) laju respirasinya meningkat dari pada V2 dan menurun
17
Hubungan antara Daya Berkecambah dengan Laju Respirasi
Daya berkecambah merupakan salah satu tolok ukur viabilitas potensial
benih. Viabilitas potensial benih merupakan kemampuan benih untuk tumbuh
menjadi tanaman normal dalam keadaan lingkungan yang optimum. Hubungan
antara daya berkecambah dengan laju respirasi benih jagung dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Persamaan Regresi antara Daya Berkecambah dengan Laju Respirasi
Benih Jagung (Zea mays L.)
Perlakuan Awal Persamaan Regresi Nilai r
Pengovenan selama 15 menit y = 18.3 + 0.258 x 0.68 Angka yang diikuti oleh tanda (*) adalah nyata pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil analisis regresi dan korelasi pada pada Tabel 3, terlihat
bahwa hubungan antara tolok ukur daya berkecambah dengan laju respirasi benih
jagung pada semua perlakuan berkorelasi positif, artinya semakin tinggi daya
berkecambah benih jagung maka semakin tinggi pula laju respirasinya. Nilai daya
berkecambah yang tinggi menunjukkan bahwa benih memiliki viabilitas potensial
yang tinggi karena mampu memanfaatkan cadangan makanan untuk berkecambah
normal pada kondisi optimum, namun hanya satu perlakuan yang korelasinya
nyata yaitu pada perlakuan L2 (pelembaban selama 15 jam). Nilai korelasi
perlakuan L2 sebesar 0.98, artinya peubah laju respirasi (sumbu y) dipengaruhi
oleh peubah daya berkecambah (sumbu x) sebesar 98 %. Nilai korelasi yang
mendekati satu (r ≈ 1) menunjukkan hubungan yang sangat erat antara daya
berkecambah dengan laju respirasi benih jagung. Persamaan regresi menyatakan
hubungan antara peubah daya berkecambah (sumbu x) dengan peubah laju
respirasinya (sumbu y). Garis regresi pada Lampiran 7 sampai 12 menunjukkan
bahwa semakin tinggi nilai DB maka semakin tinggi laju respirasinya.
Hasil penelitian Yulinda (2000) menunjukkan bahwa terdapat korelasi
kacang hijau. Benih jagung yang memiliki nilai daya berkecambah sebesar
97.33% nilai laju respirasinya sebesar 200.58 mg CO2, sedangkan benih jagung
dengan nilai daya berkecambah 62.67% nilai laju respirasinya sebesar 184.79 mg
CO2.
Hubungan antara Potensi Tumbuh Maksimum dengan Laju Respirasi
Potensi tumbuh maksimum merupakan tolok ukur viabilitas total benih.
Viabilitas total benih dapat mendeteksi daya hidup benih yang ditunjukkan oleh
gejala hidup benih melalui melalui gejala metabolismenya. Hubungan antara
potensi maksimum dengan laju respirasi benih jagung dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Persamaan Regresi antara Potensi Tumbuh Maksimum dengan Laju
Respirasi Benih Jagung (Zea maysL.)
Perlakuan Awal Persamaan Regresi Nilai r
Pengovenan selama 15 menit y = 15.4 + 0.265 x 0.64 Angka yang diikuti oleh tanda (**) adalah nyata pada taraf 1%.
Berdasarkan hasil analisis regresi dan korelasi pada Tabel 4, terlihat bahwa
hubungan antara potensi tumbuh maksimum dengan laju respirasi benih jagung
menunjukkan korelasi positif pada semua perlakuan, tetapi hanya perlakuan L2
(pelembaban selama 15 jam) yang koefisien korelasinya bernilai sangat nyata.
Nilai korelasi pada perlakuan L2 sangat mendekati 1 (r ≈ 1) yaitu 0.99, artinya
peubah laju respirasi (sumbu y) dipengaruhi oleh peubah potensi tumbuh
maksimum (sumbu x) sebesar 99 %. Nilai tersebut menggambarkan hubungan
yang sangat erat antara tolok ukur potensi tumbuh maksimum dengan laju
respirasi benih jagung. Tanda positif menunjukkan hubungan yang berbanding
lurus antara kedua peubah. Potensi tumbuh maksimum benih jagung yang tinggi
menunjukkan kemampuan daya hidup benih yang tinggi pula, karena gejala
metabolisme benih dalam perombakan cadangan makanan untuk pertumbuhan
kecambah tetap tinggi meskipun energi yang ada di dalam benih digunakan untuk
19
Persamaan regresi menyatakan hubungan antara peubah potensi tumbuh
maksimum benih jagung (sumbu x) dengan peubah laju respirasinya (sumbu y).
Garis regresi pada Lampiran 13 sampai 18 menunjukkan bahwa semakin tinggi
nilai potensi tumbuh maksimum benih jagung, maka semakin tinggi pula laju
respirasinya.
Hubungan antara Indeks Vigor dengan laju Respirasi
Indeks vigor merupakan salah satu tolok ukur vigor kekuatan tumbuh
benih (VKT). Menurut Copeland dan McDonald (2001) nilai indeks vigor benih
adalah nilai perkecambahan pada hitungan pertama, yang merupakan salah satu
tolok ukur yang dapat digunakan untuk menentukan vigor benih. Semakin rendah
nilai perkecambahan pada hitungan pertama mengindikasikan semakin rendahnya
vigor benih. Menurut Justice dan Bass (2002) kehilangan vigor dapat dianggap
sebagai suatu tahap perantara dari kehidupan benih, yaitu antara awal dan akhir
proses kemunduran. Hubungan antara indeks vigor dengan laju respirasi benih
jagung dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Persamaan Regresi antara Indeks Vigor dengan Laju Respirasi Benih
Jagung (Zea mays L.)
Perlakuan Awal Persamaan regresi Nilai r
Pengovenan selama 15 menit y = 23.3 + 0.667 x 0.86
Pengovenan selama 30 menit y = 16.9 + 0.268 x 0.48
Pengovenan selama 45 menit y = 9.57 + 0.989 x 0.96*
Pelembaban selama 10 jam y = 21.1 + 0.300 x 0.75
Pelembaban selama 15 jam y = 29.3 + 1.06 x 0.88
Pelembaban selama 20 jam y = 38.2 + 0.281 x 0.57
Keterangan : x = peubah daya berkecambah benih dan y = peubah laju respirasi benih. Angka yang diikuti oleh tanda (*) adalah nyata pada taraf 5%.
Tabel 5 menunjukkan bahwa hubungan antara indeks vigor dengan laju
respirasi benih jagung menunjukkan korelasi positif pada semua perlakuan, tetapi
korelasinya yang nyata hanya pada perlakuan O3, berbeda dengan tolok ukur daya
berkecambah dan potensi tumbuh maksimum yang korelasinya nyata pada
perlakuan L2. Korelasi positif menunjukkan hubungan yang berbanding lurus
antara kedua peubah, semakin tinggi indeks vigor maka semakin tinggi pula laju
Nilai korelasi pada perlakuan O3 (pengovenan selama 45 menit) sangat
mendekati satu (r ≈1) yaitu sebesar 0.96, artinya peubah laju respirasi (sumbu y)
dipengaruhi oleh peubah indeks vigor (sumbu x) sebesar 96 %. Nilai tersebut
menggambarkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara tolok ukur indeks
vigor dengan laju respirasi benih jagung pada perlakuan O3. Benih yang indeks
vigornya tinggi berarti memiliki vigor kekuatan tumbuh yang tinggi karena tetap
memiliki kemampuan untuk berkecambah secara normal pada hitungan pertama
meskipun, energi atau cadangan makanan digunakan untuk berespirasi.
Garis regresi pada Lampiran 19 sampai 24 menunjukkan bahwa semakin
tinggi nilai indeks vigor benih jagung, maka semakin tinggi pula laju respirasinya.
Hubungan antara Keserempakan Tumbuh dengan laju Respirasi
Keserempakan tumbuh merupakan salah satu tolok ukur parameter vigor
daya simpan (VDS) benih. Menurut Sadjad et al.(1999), benih yang tetap mampu
menumbuhkan tanaman normal pada kondisi lapang sub optimum meskipun
kondisi penyimpanannya sub optimum (penyimpanan terbuka), dapat dikatakan
bahwa benih tersebut memiliki vigor daya simpan yang tinggi.
Benih dengan kapasitas respirasi tertinggi akan mempunyai vigor daya
simpan tertinggi pula. Diduga benih tersebut paling sedikit mengonsumsi oksigen
selama disimpan, sehingga mempunyai laju kemunduran yang sekecil mungkin.
Hubungan antara parameter vigor daya simpan (VDS) pada tolok ukur
keserempakan tumbuh dengan laju respirasi benih jagung dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Hubungan Keserempakan Tumbuh dengan Laju Respirasi Benih Jagung (Zea maysL.)
Perlakuan Awal Persamaan regresi Nilai r
Pengovenan selama 15 menit y = 23.8 + 0.195 x 0.63
Pengovenan selama 30 menit y = 18.0 + 0.058 x 0.26
Pengovenan selama 45 menit y = 8.21 + 0.337 x 0.82
Pelembaban selama 10 jam y = 21.7 + 0.0813 x 0.51
Pelembaban selama 15 jam y = 23.0 + 0.467 x 0.97*
Pelembaban selama 20 jam y = 39.4 + 0.059 x 0.30
21
Tabel 6 menunjukkan bahwa pada semua perlakuan terdapat hubungan
yang berkorelasi positif antara keserempakan tumbuh benih jagung dengan laju
repirasinya. Artinya semakin tinggi keserempakan tumbuh benih maka semakin
tinggi pula laju respirasinya. Korelasi positif yang bernilai nyata hanya pada
perlakuan L2 (pelembaban selama 15 jam), sedangkan pada lima perlakuan yang
lainnya nilai korelasi tidak ada yang nyata. Nilai korelasi pada perlakuan L2
sangat mendekati satu (r ≈ 1) yaitu sebesar 0.97, artinya peubah laju respirasi
dipengaruhi oleh peubah keserempakan tumbuh sebesar 97% dan menggambarkan
terdapat hubungan yang erat antara keserempakan tumbuh dengan laju respirasi
benih jagung.
Persamaan garis regresi menyatakan hubungan antara peubah
keserempakan tumbuh (sumbu x) dengan peubah laju respirasi benih (sumbu y).
Garis regresi menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai keserepakan tumbuh
benih, maka semakin tinggi pula laju respirasinya (Lampiran 25 sampai 30).
Hubungan antara Kecepatan Tumbuh dengan laju Respirasi
Kecepatan tumbuh merupakan tolok ukur bagi parameter vigor kekuatan
tumbuh. Rendahnya nilai kecepatan tumbuh mengindikasikan bahwa vigor benih
telah mengalami penurunan. Menurut sadjad (1993), peubah kecepatan tumbuh
(KCT) yang tinggi mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh, karena benih yang
cepat tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang yang sub optimum. KCT
diukur dengan jumlah tambahan perkecambahan setiap hari atau etmal dalam
kurun waktu perkecambahan pada kondisi optimum.
Kecepatan tumbuh benih jagung yang semakin tinggi dengan semakin
meningkatnya laju respirasi, mengindikasikan bahwa benih memiliki vigor
kekuatan tumbuh yang tinggi pula. Benih tetap dapat mempertahankan vigornya
sehingga kecepatan tumbuhnya tetap tinggi meskipun laju respirasi meningkat.
Hubungan antara parameter vigor kekuatan tumbuh (VKT) pada tolok ukur
Tabel 7.Hubungan Kecepatan Tumbuh dengan Laju Respirasi Benih Jagung (Zea maysL.)
Perlakuan Awal Persamaan regresi Nilai r
Pengovenan selama 15 menit y = 21.9 + 0.956 x 0.63
Pengovenan selama 30 menit y = 18.0 + 0.236 x 0.22 Angka yang diikuti oleh tanda (*) adalah nyata pada taraf 5%.
Tabel 7 menunjukkan bahwa pada semua perlakuan terdapat hubungan
korelasi yang positif antara kecepatan tumbuh dengan laju respirasinya. Artinya
semakin tinggi kecepatan tumbuh benih jagung maka semakin tinggi pula laju
repirasinya. Hubungan yang memiliki nilai korelasi nyata hanya pada perlakuan
L2 (pelembaban selama 15 jam) dengan nilai r yang sangat mendekati 1 (r ≈ 1)
yaitu 0.98, artinya bahwa variabel laju respirasi (sumbu y) dipengaruhi oleh
variabel kecepatan tumbuh (sumbu x) sebesar 98 %. Nilai korelasi yang tinggi
menggambarkan terdapat hubungan yang erat antara tolok ukur kecepatan tumbuh
dengan laju respirasi benih jagung.
Garis regresi pada Lampiran 31 sampai 36 menunjukkan bahwa semakin
tinggi nilai kecepatan tumbuh benih, maka semakin tinggi pula laju respirasinya.
Hubungan antara Berat Kering Kecambah Normal dengan Laju Respirasi
Berat kering kecambah normal merupakan tolok ukur viabilitas potensial .
Benih yang memiliki viabilitas potensial tinggi, akan memiliki berat kering
kecambah normal yang tinggi pula. Reaksi-reaksi yang terjadi selama
metabolisme benih tidak terhambat oleh respirasi dan tetap tersedia energi untuk
pertumbuhan kecambah sehingga kecambah dapat tumbuh dan berkembang secara
normal.
Hubungan antara parameter berat kering kecambah normal dengan laju
23
Tabel 8. Hubungan Berat Kering Kecambah Normal dengan Laju Respirasi Benih
Jagung (Zea maysL.)
Perlakuan Awal Persamaan regresi Nilai r
Pengovenan selama 15 menit y = 23.0 + 7.95 x 0.76
Pengovenan selama 30 menit y = 16.1 + 3.69 x 0.49
Pengovenan selama 45 menit y = 8.70 + 12.1 x 0.71
Pelembaban selama 10 jam y = 21.5 + 3.15 x 0.34
Pelembaban selama 15 jam y = 26.7 + 14.3 x 0.88
Pelembaban selama 20 jam y = 39.1 + 2.44 x 0.37
Keterangan : x = peubah daya berkecambah benih dan y = peubah laju respirasi benih.
Hubungan antara berat kering kecambah normal dengan laju respirasi
benih jagung menunjukkan hubungan korelasi yang positif pada semua perlakuan
(Tabel 8), artinya semakin tinggi laju respirasi maka semakin tinggi pula berat
kering kecambah normal jagung, tetapi korelasinya tidak ada yang bernilai nyata.
Perlakuan L2 (Pelembaban selama 15 jam) menunjukkan nilai korelasi yang
tertinggi dan mendekati satu (r ≈ 1) yaitu 0.88. Nilai tersebut berarti bahwa
variabel laju respirasi (sumbu y) dipengaruhi oleh variabel berat kering kecambah
normal (sumbu x) sebesar 88 %, menggambarkan terdapat hubungan yang erat
antara berat kering kecambah normal dengan laju respirasi benih jagung.
Persamaan garis regresi menyatakan hubungan antara peubah berat kering
kecambah normal (sumbu x) dengan peubah laju respirasi benih (sumbu y). Garis
regresi pada Lampiran 37 sampai 42, menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai
berat kering kecambah normal maka semakin tinggi pula laju respirasinya.
Nilai Standar Deviasi Laju Respirasi
Persamaan regresi linier dan korelasi pada benih jagung menunjukkan
bahwa laju respirasi berkorelasi positif dengan daya berkecambah (DB), potensi
tumbuh maksimum (PTM), indeks vigor (IV), kecepatan tumbuh (KCT),
keserempakan tumbuh (KST), dan berat kering kecambah normal (BKKN) dengan
nilai keeratan yang tinggi (r ≈ 1), meskipun tidak semua korelasi menunjukkan
nilai yang nyata. Tolok ukur daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum,
kecepatan tumbuh, dan keserempakan tumbuh menunjukkan nilai korelasi yang
nyata pada perlakuan L2 (pelembaban selama 15 jam), sedangkan pada tolok ukur
selama 45 menit), dan pada tolok ukur berat kering kecambah normal tidak ada
perlakuan yang bernilai korelasi nyata.
Terdapat dua perlakuan yang korelasinya nyata pada tolok ukur
pengamatan yang berbeda, yaitu perlakuan L2 dan O3. Perlakuan yang terbaik
adalah perlakuan yang memiliki nilai standar deviasi laju respirasi yang lebih
kecil, sehingga standar deviasi antara kedua perlakuan dibandingkan untuk
menentukan metode atau perlakuan yang terbaik dan konsisten (Tabel 8).
Tabel 9. Nilai Tengah dan Nilai Standar Deviasi Laju Respirasi Benih Jagung (Zea mays L.)
Perlakuan Awal Nilai Tengah (mg CO2/kg/jam) Standar deviasi
Pengovenan selama 15 menit 32.71 5.03
Pengovenan selama 30 menit 20.66 3.61
Pengovenan selama 45 menit 23.52 5.30
Pelembaban selama 10 jam 25.34 5.79
Pelembaban selama 15 jam 44.27 3.91
Pelembaban selama 20 jam 42.14 0.51
Tabel 9 menunjukkan bahwa perlakuan L2 ( pelembaban selama 15 jam)
memilki nilai standar deviasi yang lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan O3
(pengovenan selama 45 menit). Nilai standar deviasi L2 adalah 3.91 sedangkan
nilai standar deviasi O3 adalah 5.30. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada
perlakuan L2, data laju respirasi lebih seragam dan memiliki keragaman data yang
kecil sehingga data lebih konsisten. Menurut Walpole (1997), semakin besar nilai
standar deviasi maka keragaman data yang diperoleh semakin besar dan bervariasi
pada masing-masing ulangannya.
Hasil perbandingan antara nilai standar deviasi dari perlakuan L2 dan O3
menyimpulkan bahwa metode L2 memiliki data laju respirasi yang lebih seragam
dibandingkan dengan metode O3, sehingga metode L2 dapat digunakan dalam
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kosmotektor dapat digunakan sebagai alat untuk pengujian cepat vigor
secara tidak langsung pada benih jagung (Zea mays L.) dengan mengukur laju
respirasi sebagai tolok ukur vigor benih. Semakin tinggi vigor benih jagung (Zea
mays L.) maka semakin tinggi pula laju respirasinya. Perlakuan awal yang terbaik pada pengujian ini adalah L2 yaitu pelembaban benih jagung selama 15 jam
kemudian benih diinkubasi selama 24 jam dan laju respirasinya diukur dengan
kosmotektor. Parameter viabilitas dan vigor benih jagung yang terdiri dari daya
berkecambah, potensi tumbuh maksimum, indeks vigor, kecepatan tumbuh dan
keserempakan tumbuh dapat dideteksi berdasarkan nilai korelasi yang nyata
dengan laju respirasinya.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh lama pengovenan
dan lama pelembaban pada tingkat variasi waktu yang lebih banyak terhadap laju
Arief, R. 2009. Bocoran Kalium sebagai Indikator Vigor Benih Jagung. Prosiding Seminar Nasional. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. 313-319.
Association of Official Seed Analysts. 1983. Seed Vigor Testing Handbook. The Seed Vigor Test Committee of The Association of Official Seed Analysts. Contribution No.32.
Badan Pusat Statistik. 2010. Produksi dan produktivitas tanaman pangan.
http://www.bps.go.id[ 11 Januari 2011].
Bettey, M. and W.E.F. Savage. 1996. Respiratory enzyme activities during
germination in Brassica seed lots of differing vigour. Cambridge Journals
6:165-174
Cantrell, R.P., H.F. Hodges, and W.F. Keim. 1971. Relationship between plant
respiration and seedling vigor in Zea mays L. Crop Science 12(2):214-216.
Copeland, L.O. and M.B. McDonald. 2001. Principles of Seed Science and Technology. Fourth Edition. Kluwer Academic. London. 408 p.
International Seed Testing Association. 2007. International Rules of Seed Testing. International Seed Testing Association. Zurich.
Justice, O.L. dan L.N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. (diterjemahkan dari: Principles and Seed Storage Practices, penerjemah: R. Roesli). PT Raja GrafindoPersada. Jakarta. 387 hal.
Kittock, D.L. and A.G. Law. 1967. Relationship of seedling vigor to respiration and tetrazolium chloride reduction by germinating wheat seeds. Agronomy Journal 60(3):286-288
Kusumadewi, N. 1988. Studi Perbandingan antara Berbagai Tolok ukur Viabilitas Benih dengan kapasitas Respirasi Kasus Benih Kedelai. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 52 hal.
Miguel, M.V.C. and Filho, J.M. 2002. Potassium leakage and maize seed physiological potential. Scientica Agricola 59(2):315-319.
27
Muhamad, S.M. 1981. Respirasi, Hubungannya dengan Daya Kecambah Biji pada
Berbagai Macam Biji Kacang-kacangan (Glycine max, Phaseolus radiatus,
Vigna sinensis, Phaseolus vulgaris, dan Arachis hypogea). Laporan Hasil Penelitian. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 30 hal.
Purwanto, S. 2007. Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Pengembangan Produksi Jagung. Direktorat Budidaya Serealia, Direktorat Jendral Tanaman Pangan. Maros. 6 hal.
Sadjad, S. 1975. Proses metabolisme perkecambahan benih II, hal. 58-77. Dalam
Sadjad (Ed). Dasar-dasar Ilmu dan Teknologi benih, Capita Selecta.
Departemen Agronomi dan Hortikultura. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
. 1993. Dari Benih kepada Benih. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 144 hal.
, E. Murniati, dan S. Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari Komparatif ke Simulatif.. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 186 hal.
Suseno, H. 1975. Fisiologi dan biokimia kemunduran benih. Dalam Sadjad (Ed.).
Dasar-dasar Ilmu dan Teknologi Benih, Capita Selecta. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 238 hal.
Tatipata, A., P. Yudono, A. Purwantoro, dan W. Mangoendidjojo. 2004. Kajian aspek fisiologi dan biokimia deteriorasi benih kedelai dalam penyimpanan. Jurnal Ilmu Pertanian 11(2):76-87.
Walpole, R. E. 1997. Pengantar Statistika Edisi ke-3 (diterjemahkan dari :
Introduction to Statistics 3rd Edition, penerjemah : B. Sumantri). PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 510 hal.
Woodstock, L.W. and D.F. Grabe. 1967. Relationship between seed respiration
during imbibitions and subsequent seedling growth in Zea mays L. Plant
Physiology 42(8): 1071-1076.
______________, K. Furman, and H.R. Leffler. 1983. Relationship between weathering deterioration and germination, respiratory metabolism, and mineral leaching from cottonseeds. Crop Science 25(3):459-466.
Yulinda, R. 2000. Studi Pengukuran Respirasi dengan Metoda Titrasi sebagai
Tolok Ukur Viabilitas Benih Jagung (Zea mays), Kedelai (Glycine max)
dan Kacang Hijau (Phaseolus radiatus). Skripsi. Jurusan Budidaya
LAMPIRAN
Lampiran 1. Garis Regresi Nilai Daya Berkecambah Benih Jagung pada Empat Tingkat Vigor yang Berbeda
Lampiran 2. Garis Regresi Nilai Potensi Tumbuh Maksimum Benih Jagung pada Empat Tingkat Vigor yang Berbeda
Lampiran 3. Garis Regresi Indeks Vigor Benih Jagung pada Empat Tingkat Vigor yang Berbeda
30
Lampiran 5. Garis Regresi Kecepatan Tumbuh Benih Jagung pada Empat Tingkat Vigor yang Berbeda
Lampiran 6. Garis Regresi Berat Kering Kecambah Normal Benih Jagung pada Empat Tingkat Vigor yang Berbeda
Lampiran 7. Garis Regresi antara Nilai Daya Berkecambah dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan O1 (Pengovenan selama 15 Menit)
Lampiran 8. Garis Regresi antara Nilai Daya Berkecambah dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan O2 (Pengovenan selama 30 Menit)
y = 0.257x + 18.34
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00
La
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00
32
Lampiran 9. Garis Regresi antara Nilai Daya Berkecambah dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan O3 (Pengovenan selama 45 Menit)
Lampiran 10. Garis Regresi antara Nilai Daya Berkecambah dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan L1 (Pelembaban selama 10 Jam)
y = 0.437x - 0.870
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00
La
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00
Lampiran 11. Garis Regresi antara Nilai Daya Berkecambah dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan L2 (Pelembaban selama 15 Jam)
Lampiran 12. Garis Regresi antara Nilai Daya Berkecambah dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan L3 (Pelembaban selama 20 Jam)
y = 0.574x + 12.26
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00
La
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00
34
Lampiran 13. Garis Regresi antara Potensi Tumbuh Maksimum dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan O1 (Pengovenan selama 15 Menit)
Lampiran 14. Garis Regresi antara Potensi Tumbuh Maksimum dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan O2 (Pengovenan selama 30 Menit)
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00
La
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00
Lampiran 15. Garis Regresi antara Potensi Tumbuh Maksimum dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan O3 (Pengovenan selama 45 Menit)
Lampiran 16. Garis Regresi antara Potensi Tumbuh Maksimum dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan L1 (Pelembaban selama 10 Jam)
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00
La
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00
36
Lampiran 17. Garis Regresi antara Potensi Tumbuh Maksimum dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan L2 (Pelembaban selama 15 Jam)
Lampiran 18. Garis Regresi antara Potensi Tumbuh Maksimum dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan L3 (Pelembaban selama 20 Jam)
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00
La
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00
Lampiran 19. Garis Regresi antara Indeks Vigor dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan O1 (Pengovenan selama 15 Menit)
Lampiran 20. Garis Regresi antara Indeks Vigor dan Laju Respirasi Benih Jagung pada Perlakuan O2 (Pengovenan selama 30 Menit)