Jenis, Kelimpahan, dan Distribusi Larva dan Juvenil Ikan Di Muara
Sungai Cimaja dan Citiis, Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi,
Jawa Barat
Variety, Abundance, and Distribution of Fish Larvae and Juveniles in Cimaja and Citiis Estuaries, Gulf of Palabuhanratu, Sukabumi, West Java
Nina Ratna Furry C24070021
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK, IPB
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis, kelimpahan, struktur komunitas dan pola distribusi larva ikan yang berkaitan dengan faktor lingkungan di perairan muara Sungai Cimaja dan Citiis, Teluk Palabuhanratu. Pengambilan contoh larva dan juvenil ikan dilakukan atas perbedaan dua tipe habitat, yaitu daerah muara sungai dan daerah laut sekitar muara sungai menggunakan Larvae net dan sirib setiap satu bulan sekali dari Maret-Juli 2011. Jenis larva ikan yang didapatkan selama penelitian berjumlah 3137 individu yang terdiri dari 6 ordo, 12 famili, 10 genus, dan 10 spesies, sedangkan jenis juvenil yang didapatkan berjumlah 184 individu yang terdiri dari 8 ordo, 16 famili, 18 genus, dan 18 spesies yang teridentifikasi. Kelimpahan relatif larva dan juvenil ikan dari jenis Sicyopterus sp. memiliki nilai kelimpahan terbesar di lokasi muara Sungai Cimaja dan Citiis, sedangkan kelimpahan relatif di lokasi laut sekitar muara Sungai secara umum hampir sama. Lokasi laut sekitar muara Sungai memiliki ekosistem yang relatif seimbang dibandingkan dengan lokasi muara sungai. Pola penyebaran jenis larva dan juvenil menurut indeks morisita, diketahui bahwa pola distribusi spesies hampir bersifat acak (<1) namun ada beberapa spesies seperti, Secutor indicius dan Sicyopterus sp. yang bersifat kelompok (>1). Berdasarkan hasil analisis regresi linier antara faktor kelimpahan dengan faktor lingkungan, secara keseluruhan faktor suhu memiliki nilai koefisien korelasi yang negatif terhadap kelimpahan. Rekomendasi terhadap pengelolaan SDI terutama di daerah Teluk Palabuhanratu diantaranya, penentuan daerah konservasi terhadap ikan-ikan yang melakukan migrasi. Selain itu, diharapkan Pemerintah setempat lebih tegas dalam memberikan kebijakan terhadap pembatasan/ pengurangan jumlah penangkapan impun “tradisi nyalawean” oleh masyarakat sekitar Teluk Palabuhanratu. Kata kunci: Larva dan juvenil ikan, parameter biologi, faktor fisika-kimia perairan, Teluk Palabuhanratu.
ABSTRACT
This study aims to determine the variety, abundance, community structure and distribution patterns of larval fish associated with environmental factors in estuary waters Citiis and Cimaja River, Gulf of Palabuhanratu. Sampling larval and juvenile fish is done on two different types of habitats, namely the mouth of the river and the sea area around the estuary of the river using larvae nets and sirib every month from March to July 2011. Type of fish larvae obtained during the study amounted to 3137 individuals consisting of 6 orders, 12 families, 10 genera and 10 species, while the juvenile type obtained amounted to 184 individuals consisting of 8 orders, 16 families, 18 genera and 18 species been identified. Relative abundance of larval and juvenile fish species Sicyopterussp. has the largest abundance value in the location Citiis and Cimaja River estuary, whereas the relative abundance in marine locations around the estuary of the river is generally about the same. Location of marine ecosystems around the estuary of the River has a relatively balanced compared with the location of the river estuary. The pattern of spread of larvae and juveniles according morisita index, it is known that the pattern of species distribution is almost random (<1) but there are some species such as, Secutor indicius and Sicyopterus sp. which is the group (> 1). Based on the results of linear regression analysis between factor abundance with environmental factors, the overall temperature factor has a negative correlation coefficient value of abundance. Recommendations for the management of SDI, especially in the Gulf of Palabuhanratu among other things, the determination of conservation areas to fish migration. In addition, local governments are expected to more assertive in providing policy against limitation / reduction in the number of arrests impun "nyalawean tradition" by people around the Gulf of Palabuhanratu.
Key words: larvae and juvenile fish, biological parameters, physico-chemical factors waters, Gulf of Palabuhanratu.
Jenis
s
, Ke
Sunga
a
i Ci
Va V V V V V V
V riety, Abu
ABSTTRATRRARARARRRRARARARARRRRRRRRARRARRRARARRARRRARARARARARRRRRARARRRRRRRRARRRARRRARARARARARARRARARARARARARARARARARARARARRARARRARRRARARRRRARAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAK Pe Pe Pe Pe Pe
Pe
P P P Pe P Pe Pe Peee Pe Pe Pe
P
P Pe Pe Pe Peee Pe Pe P Pe Pe Pe Peee P Pee P Pe Pee P Pe P Pe Pe P
P
P P P P Pe Peee P Pe Pee Pee Pe Pe P Peenennnnn larva ikkkankkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkaaaaananaaanananaanananaaaananaaanaaananaaanananananananananananananananananananananananann nnnnnnnnnnnnnnnnnnnn y Palabuuhauhahahahahahaaaaaaaaaaaaaaaaaanraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnrnrnrnnnnnnnnrnrnnnnnnnnrnnnnrnnnnnna daerahh mhmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmuammmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
bulan seseseseseeeeeeeeeeeeeekaeeeeeeeeeeeeeeeeeekkkkkkakkkkkakkkkkkkakkkakkakakkakkakkkakakkakakakakkkkakakkkkkkkkkakkkkkakkkkaaaaaaaal individuuu yuuuuuuuuu y y y y y y y y y yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyayyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaanaaaa berjummmlalaaaaaaaaaaaaaaaah aaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh 1 Kelimmpahm ahahaahaaaahahahahahahahahahahahahahahhhhhhhahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaanaaaaaaaaaaaaaa lokasii mimmuammmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmuuuuuuuuuuuuuuuauuuuuuuuuuauuuauar secaraa uauumuuuuuuuuuuuuuuuuuuummmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmumumumumumummmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm m dibanddindnnnnnnnnnnnnnnnnnngknnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnngggggggggggkggggggggkgggggggggggggkggggggggggggkggggggggkgkgggggkgkggkgkgkggkgkgkggkggkgkgkggggggggggggkgkgggkgggkgkgkgkgka diketaahuauuuuuuuuuuuuuuuuuui uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuiiiiiiii iiiiiiiii biiiiiiiii i iiiiiiiii iii ii bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbabbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb indiciuuussssssss s dddddaddddddddadddaddddadddddddddadddadadadadadadadadddadddddaddddadddddddaaaaan faktorr krkeleleeleeleleeeleleleeeleleeleeleleleelelellllllllimllllllllliiimiiiiiiiimimimiiiimiiiiiimiiimimimimimiiiiiimimimimiiiimmmm yang negegegegegegegegegegegeegegegegegegegegegegegegegegegegegeegegegegegegegegeggggggggggggggggaggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggaaaaaaaaaaaaaaaata Palabuuhauhahahahahahaaaaaaaaaaaaaaaaaaaanaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnrnnnrnrnnnrnnrnrnnnnnnnnnnnnnnrnnnnrnnnnna itu, ddihdhhhhhararararararararaarararararaaarararaaraararaaararararararaaraararaarrrrrrrrrrrrrrarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrraaaaapaaaa penguuurananananananannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnggggggggggggggggggggggggggggggggagggggggagagagagggggggggggagggggggn Kata kkunkununununnnnnnnnnnnnncinnnnnnnnnnnnnnnnnnncccciciccciccccccccicccicicccciccccccciccicicicicicicicicicicciccicccicicicciiiiiiiiiiii:
ABSTTRATRARARARARARARARARARRARARARARARRRRRRARRRRARRRARARARARARARARARARRARARARACRRARARRARARARARARRARARARARARARARARARARRARARRARRRRRARARARARARRRARRARARAAAAAAAAAAAAA This ssstudyddddddd a fish assssocia Sampllling la the sea area Type of fis familiiies, 10 of 8 ooorders, fish spppecies whereeeas the same.Locat the loccation knownnn that Secutooor ind analysssis bet correlatataatttiottttttttttttttttttttioioiioioiioioiioiioiioioioiiioiioioioioioioioioioioiioooooooooooooooooooooooonnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn nnnnnnnnnnnnnnnnccc Gulf oofofofffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff Pffffffffffffffffffffff P PPPPPPPPPPPPPPPPPaPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPalaaaal additiioonononononoononononnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn,,,,,,,,,,,,,, , ,,, , ,,, ,,lllllollllllllllllllllllllllolllllololllllllllllolllolc in thee nennnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnumnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnumumumumuumumumumuumumumumuumuumuumumuuumumumumuumumbuumumumumumumumumumumumumumumumumumuumumumumuuumummmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmbbbb
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumberdaya ikan di laut sangat tergantung pada sumberdaya larva ikan. Seperti diketahui bahwa pada tahap awal daur hidup, ikan mempunyai mortalitas yang tinggi karena kepekaan terhadap predator, ketersediaan makanan, dan juga perubahan lingkungan yang terjadi di alam (critical period). Dengan terganggunya tahap-tahap awal dari kehidupan ikan maka hal ini memberi dampak negatif bagi populasi ikan. Apabila pada tahap larva sudah terjadi penangkapan yang berlebih, maka kedepannya akan berdampak pada stok ikan yang berumur dewasa menjadi lebih sedikit (Olii 2003).
Teluk Palabuhanratu merupakan daerah pengkapan ikan (fishing ground) dan juga daerah asuhan anak-anak ikan (nursery ground). Pada umumnya daerah penangkapan ikan tidak ada yang bersifat tetap, akan berubah sesuai kondisi kegiatan penangkapan. Pemahaman terhadap faktor-faktor fisika dan kimia laut dan pengaruhnya terhadap perkembangan biota laut merupakan suatu kebutuhan yang penting dalam rangka pengelolaan sumberdaya hayati perairan laut (Anwar 2008). Faktor fisika-kimia laut, seperti pola arus, salinitas, suhu dan kekeruhan dipandang sebagai faktor abiotik pada ekosisitem laut yang memiliki banyak kegunaan dalam proses kelangsungan hidup ikan, seperti kelimpahan dan distribusinya.
Kondisi perairan sangat menentukan kelimpahan dan penyebaran organisme di dalamnya, akan tetapi setiap organisme memiliki kebutuhan dan preferensi lingkungan yang berbeda untuk hidup yang terkait dengan karakteristik lingkungannya. Nikolsky (1963) in Anwar (2008) menyatakan bahwa setidaknya ada tiga alasan utama bagi ikan untuk memilih tempat hidup yaitu 1) yang sesuai dengan kondisi tubuhnya, 2) sumber makanan yang berlimpah, 3) sesuai untuk memijah dan berkembang biak.
Teluk Palabuhanratu dipilih sebagai lokasi penelitian karena teluk ini dianggap masih sangat potensial sebagai daerah pemijahan dan penangkapan ikan yang intensif, dan memiliki karakteristik perairan yang khas dengan berbagai macam sumberdaya ikan, sehingga diharapkan mampu memberikan interpretasi tentang 1.111.
Seppperti
yannng ti
perrurururururururururrururuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuubabbbababbbabbababababbababbbababbababababababababababababababababbbabababababababbabababababababababbbabababababbabababababaaaaaaahaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
tahhahaaaaaappppppppppppppppppppppppp-ppppppppppppppppppppppppppppp----ttttttt
poppupuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuluuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuullllllllllllllllllllllllllllllllalllllllllalalalalllllllllllllalllalll s
maaakakakakakakakaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa k
lebbih bhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh hhhhhh hhh h hhh hhh hhhssssssssssssssssssssssssssssess
juggagaa daaaaa d d ddddddddddddddddddddddddddd
pennanaanaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnngnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnngngnngngngnnnnnngnngngngnnnnnnnnnnnngnnnnnnnnnnnnnnnnnnngnnngnngk
pennanaangaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnngnngnngnngnnnnnngnnnngnnnnnnngnnnnnngnngngngngngngnngngngnngnngngnnngngngnngnnnnnnnggggggggk
penngnggggggggggggggggggggggggggargggggggggggggggggggggggggggggggaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaraaaaaaraaaraaaaaaaaaararaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa u
pennnttttttintiiiiiininiiiniiiininininininiiniiininiinininiiiininininiinininininininininininininiiniiininininiiniininiiniiiniiniininiinnnnnnnnngnnnnnnnnnnnnnnngggg
Fakkktttttttotooooooorooooooooooooooooooooooooooorooooooooooororororororoooooooooooooooor
sebbbaaagaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggagggggggggggaggggggagaggggggggaggggggggggggggggggggggaggggaggg i
proososssssssssssssssssessssssssssssssssssssssseseseeseeseseeseseseseseseseseeeseeseseeeseeseseseseseseeeseseseseseseseeseseseseseseseseseseseeseseseseeesessssssssssssssssssss
di dala
linngkun
linngkun
adaaa tig
dennngan
meemiemimmjjjjjjjjajaaa
diaanananananananaananananananananananaanaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggga
yanngngnngngnggg iiiiiiiiiiiiiiiiiiiniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnn
2
2
keberadaan larva ikan. Selain itu, informasi tentang larva ikan di perairan Indonesia khususnya Teluk Palabuhanratu belum banyak diketahui. Menurut Westhaust (2002) and Unesco (1975) in Wagiyo (2007) studi larva berguna untuk prediksi stok, melindungi dan memperkaya lingkungan serta ekploitasi yang optimal pada suatu perairan bahkan dapat diketahui mengenai suatu area dan musim memijah, kelimpahan stok dan interaksi yang dapat mempengaruhi stok itu sendiri.
1.2. Perumusan Masalah
Sifat dasar sumberdaya ikan adalah milik bersama (common property), yang pemanfaatannya dapat digunakan pada waktu bersamaan oleh lebih dari satu individu (open acces). Sifat dasar inilah yang memudahkan keluar masuknya individu dalam upaya pemanfaatan sumberdaya ikan. Mengingat sumberdaya ikan memiliki sifat yang terbatas dan dapat rusak, perlu dilakukan pengelolaan yang dapat menjamin pemanfaatan sumberdaya yang dimanfaatkan tersebut berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Keadaan di atas tidak hanya terjadi pada sumberdaya ikan yang telah dewasa tetapi juga terjadi pada sumber daya larva ikan, padahal telah diketahui bahwa larva ikan merupakan awal dari daur hidup ikan, dimana pada tahap ini tingkat mortalitas tinggi karena peka terhadap predator dan perubahan lingkungan seperti suhu, salinitas bahkan ketersediaan makanan di alam. Dengan demikian pada tahap ini pula yang menentukan kelangsungan hidup dari satu spesies maupun populasi ikan tersebut.
Secara biologi fase larva akan banyak ditemui di daerah pesisir, selain karena adanya naluri dari induk ketika memijah, juga dipengaruhi oleh ketersediaan makanan. Faktor-faktor biologi yang terjadi pada larva di daerah pesisir, seperti kelimpahan spesies, struktur komunitas, kepadatan populasi, serta kekayaan jenis. Pemahaman terhadap faktor-faktor fisika dan kimia laut dan pengaruhnya terhadap perkembangan biota laut merupakan suatu kebutuhan yang penting dalam rangka pengelolaan sumberdaya hayati perairan laut. Faktor fisika-kimia laut, seperti pola arus, salinitas, dan kekeruhan dipandang sebagai faktor abiotik pada ekosisitem laut yang memiliki banyak kegunaan dalam proses kelangsungan hidup ikan, seperti pertumbuhan dan distribusinya. Artinya jika salah satu di atara variabel lingkungan kebbberad
khuuususn
anddd Un
meeelindu
perrrairan
kelllimpa
1.222............................
pemmammamamamamamamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaanfaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
inddividvivivivvvvivivivvvivvvvivvvvivvivivvivivivivivvvivvvvvivvvvvvvivivvvvivivivivvivivivivivivivivivvivivivivivivivivivivivivivvviviviviviviviviviviviviviviviviidiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiddddddddddddddddddddddddd
inddividvvivivivivivvvivivvvivivvivivivivvivvvivivviviviviviviviviviviviviviviviviviviviviiiiiidiiiiiiiiiiiiddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
meeemimmmimmimimimimimimmimimimimmmimimimimimmimimimimimimmimmmmimimimimimimmmmiiiliiiiiilllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll
dappapaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaat aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaattttttttttttttttttttttttttt t ttttttttttttttmmmmmmmm
dann benbebebebbebbbbbbbbbebbebebebbbbbbbbebbebbbbbebbbbebbebbebebebbbbbbbbbebbbbbbbbbebebbebebebebbebebbbbbebebebebebebebebebebebebebebebbbbebebebbbbbebebbbebbbebebbbebebebbbebbbbeeeer
tetaapipipippipipipipipipipipippipipipippppppipipipipipipipipipipipipipipipipipipipipipipipipipipippippipipipipiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii j j j j jju
ikaaannnnnn m m m mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmme
tinnggin gigigigigigigigigigigiggiggggggigiggigigigigigigigigigigigigiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
sallinilnnnninnnnnnninininnnnininnninininnnnninnnininninnninnininnnninnininininininininininininininininininninininnininininininininininiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttttttttttttttttttttttttttttttttttatattattatttattttttttttttttttt
pulla aaaaaaaaaaa yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyayyyyyyyy
terrrsebu
adaaanya
maaakana
kelllimpa
Pemmmaha
perrkrkrkrkrkrkkkkkkkkkkkkkkkkkemkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkemememeemeememememeememememeeemememeemememememeeemeemeemeememmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
penngngngnngngngngngngngngngngngngngngngngngngngngngnggggggggggggggggggggggggggggggeggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggeeeeeeeeeeeeeeeeleeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeleeeeeeeleleleeleeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeo
aruususususssssssssssssssssssssssssssss, ssssssssssssssssssssssssssssssssss,,, , ssssssssssssssssssssasssssssssssss
yanngnngngngngngngngngngngggggggggggggggggggg mgggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg m m
berubah maka secara berantai akan menyebabkan perubahan bagi variabel lingkungan lainnya (Gambar 1).
Hal inilah yang ingin di kaji yaitu untuk melihat sejauh mana keterkaitan antara komponen-komponen itu dengan pola distribusi dan pertumbuhan larva ikan.
= hubungan langsung
= ruang lingkup penelitian
Gambar 1. Kerangka perumusan masalah
1.3. Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis, kelimpahan, struktur komunitas dan pola distribusi larva dan juvenil ikan yang berkaitan dengan faktor lingkungan di perairan Muara Sungai Cimaja dan Citiis , Teluk Palabuhanratu.
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya larva dan juvenil ikan di Muara Sungai Cimaja dan Citiis, Teluk Palabuhanratu.
berrrubah
linngkun
antttara k
1.333.
kommmuni
linngggkuggggggggggggggkunnnn
pemmmamamammmamammmammmmmammamamamamammmammanmmmammmmmmmamammammammmamammmmmmmamamamamamamammamamamamamammamamamamamammmamamammmamamamammamammamamammmmamammaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnfnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
4
4
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kondisi Umum Teluk Palabuhanratu
Palabuhanratu merupakan salah satu lokasi penting bagi perikanan tangkap di Indonesia yang memiliki kondisi geografis yang cukup menunjang. Secara geografis, Palabuhanratu terletak pada posisi 6o57’-7o07’ LS dan 106o22’-106o33’ BT. Perairan Palabuhanratu merupakan daerah penangkapan utama bagi nelayan, selain itu perairan ini berhadapan langsung dengan Samudera Hindia (Prayitno 2006 inAmbarwati 2008).
Musim sangat berpengaruh terhadap kondisi hidrodinamika perairan teluk. Pada periode Musim Timur (Mei-Agustus) gelombang dan arus relatif lebih tenang dibandingkan pada periode musim barat (November-Februari), diantara Musim Timur dan Musim Barat terjadi periode peralihan (Wyrtki 1961 in Anwar 2008) yang disebut Musim Peralihan Timur (Maret-April) dan Musim peralihan Barat (September-Oktober).
Kondisi Teluk Palabuhanratu banyak dipengaruhi oleh kondisi oseanografi Samudera Hindia seperti adanya pengaruh angin yang besar. Wyrtki (1961) in Anwar (2008) mengemukakan bahwa keadaan angin di Palabuhanratu sesuai dengan sifat laut dan tercatat kecepatannya sebesar 1-7.5 cm/dtk pada Bulan September sampai Desember yang bergerak kearah barat. Selanjutnya dikatakan bahwa perairan Teluk Palabuhan Ratu mempunyai suhu permukaan laut pada musim barat berkisar 29-30oC dan pada musim timur 26-27oC.
Salinitas di perairan Teluk Palabuhanratu dipengaruhi oleh keadaan musim dengan faktor utama adanya masukan massa air sungai yang bermuara. Transpor massa air sungai yang terutama pada musim barat mengakibatkan turunnya salinitas perairan pantai Teluk Palabuhanratu. Namun demikian di perairan teluk bagian tengah nilai perbedaan salinitas permukaan laut pada musim timur dan musim barat relatif kecil. Hasil pengukuran memperlihatkan nilai salinitas rata pada periode Agustus Oktober dan Mei-Juli masing-masing sebesar 32.96‰ dan 32.33‰ (Pariwono et al.1988).
2...1.
di Indo
geooograf
BTTT. PeP
selllaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaainaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiinininininininiininininiiniiiiininiiniiiniiiniiniiniininiininininininininininininininiiinininininiinininiiniiinininiinininininnnnnnnnnnnnnnnnnnnn i i i i i i i i iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
inAmAmAmAmAmAmAmAmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmbmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmbbbbb
Paddadaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa paaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa p p p p p ppppppppppppppppe
dibbbaaaaaaandndndndndndndndndndndndndndndndnnnndndndndndndndndndndndndndndndndndndndndndnddddddddddddddddddddddddddddddddddddi
Timmumummuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuurrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr r r rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr rrrrrrrr
yannngggggggggggggggggggg dggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg d d d d ddddddddddddddd
(Seepepppppppppppppppteppppppppppppppppppppttettetetttetetetetetetetetttetetettetetttetettettettettettetetettetetetetetetetetetetettetetetetttetttteteteteteteteeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeem
Sammumumumumumumumumumummumumumumumumumumumuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuddddddddddddddddddddddddedd
Annnwawawawwawwawawawawwawawawawwawwwawwwawawawawawawawawawawawwawawawawawawawawaaaaaaaaaaaraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr r
sifafafat t lallllllllllllllllllllllllalalalalallalllalllllllll
sammpmpmpmpmpmpmpmpmpmpmpmpmpppppppppppppppppppppppappppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Teelukkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk kkkkkkk P
29--30oC
dennngan
maaassa a
perrrairan
tennngah
rellalaatiaaaaaaaaaaaaaaatitittititititittititttitititititittitititittttttitittttititiif iiiiiiiiif ff fffff ff fffffffffff fff f fffffffffff f
Agggggggggggggggggggggggggusuuuuuuusuuususuusususususuususuusuusuuuususususuuusuuususuususuususususususususususususususuusususuususuuusuususssssssssssssssssssssssssssssssssssssttttttttttttttttttttttttttttttttttttuttttututttttttttttttttttttttutttutut
2.2. Biologi Larva Ikan
Istilah iktioplankton muncul setelah beberapa ahli mulai membedakannya dengan plankton berdasarkan istilah ichthyes untuk ikan. Jadi, iktioplankton sebenarnya berasal dari kata ichthyes (ikan) dan plankton (pengembara) yang artinya ikan yang masih bersifat palnktonis. Di dalam golongan plankton, organisme ini dikategorikan sebagai meroplankton atau plankton sementara, dimana hanya sebagian dari hidupnya bersifat sebagai plankton. Adapun setelah dewasa mereka menjalani kehidupan sebagai perenang-perenang yang aktif yang sudah masuk dalam kategori nekton (Olii 2003). Mengingat pentingnya iktioplankton ini bagi kegiatan perikanan, lokasi penemuan telur dan larva ikan merupakan petunjuk dimana dan berapa luas daerah pemijahan (spawning ground) jenis ikan tertentu.
Iktioplankton menurut Mantiri (1995) in Olii (2003), adalah organisme ikan yang masih berada pada stadia telur dan larva. Namun ada juga yang menggunakan istilah ini pada ikan yang sudah berada pada stadia juvenil yang masih bersifat planktonis. Iktioplankton sebagai tahapan awal perkembangan sejak dari stadia telur, larva dan juvenil ikan merupakan awal dari daur hidup ikan. Menurut Nontji (2008) larva ikan yang baru saja menetas umumnya bebrbentuk transparan, belum bisa mencari makanan sendiri serta fungsi mulut dan saluran pencernaannya belum berkembang dengan sempurna. Pada saat seperti itu, larva ikan masih bergantung pada cadangan makanan yang berupa kuning telur. Pada tahap ini tingkat mortalitas tinggi karena peka terhadap predator dan perubahan lingkungan seperti suhu, salinitas bahkan ketersediaan makanan di alam. Dengan demikian pada tahap ini pula yang menentukan kelangsungan hidup satu spesies maupun populasi ikan tersebut.
Perkembangan larva secara garis besar dibagi menjadi dua tahap, yaitu prolarva dan post larva. Tahap prolarva ditandai dengan masih adanya kuning telur, tubuhnya transparan dengan beberapa butir pigmen yang belum diketahui fungsinya, sirip dada dan sirip ekor sudah ada namun belum sempurna bentuknya, sirip perut hanya bentuk tonjolan saja, sistem pernafasan dan pencernaan serta peredaran darah belum sempurna. Tahap postlarva mulai dari hilangnya kantung kuning telur sampai terbentuknya organ-organ baru dan penyempurnaan organ-organ tersebut sehingga pada masa akhir postlarva secara morfologi sudah menyerupai induknya.
2.222.
dennngan
sebbbenar
ikaaan ya
dikkkateg
sebbabaagiggggggggggggggggggggggggiggggggggggggggggga
meenjenjnnjnjnjnjnjnnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnnjnjnnjnnnnnnnnnjnjnnjnnnnnnjnnjnjnnjnjnjnjnjnnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjnjjaljjjjjjjjjjjjjjjjjjalalalalalalalalalalaalaalaalalalalaaalaalaalalalalalalalaalalalalalalalalalalalalaalalalalalaalalalaaalalalalalalalalalallllllllllllllllllllaaaaaaaaaaa
dalllaaaaam ammmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm mm mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
keggigiiiatiiiiatataataataaaaaatataaaatatataaaaaataataaaaataaaaaataatataatatatatatatatatatatatatataatatatatatatatatatatatatatatataataatatatatatatatatatatatatattattttttttttttttaaaaaaaa
dimmamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnannnnnnnnnannnnnnnnnnnnnnnn
yanngnggggggggggggg mgggggggggggggggggg m m m m m m m m m m m mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
istiilaiaaaaaaaaaaaaaaaaaaahaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
plaanannnnnnktktktktktkkktktkktkkkkkktkktkktkkktkkkktkktkkktktktkktktkkkktkktktktktkkktkktkkktktktktktktktktktktkktktkktktkktktktkkktktktkktkktkkktktktkktkktktkkkktkkttttttottttttttoooo
larrva aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaa aaa aa aa aaaaaaaaaaadddddddddddddddddddddddadddddddddddd
larrva aaaaa aaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaa aaaaaaaaaaaa a a aaaaa a a iikiii
meencencncncncccccccccccccccccccccccacccccccccccccccccccccccccccaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
berrkrkkkkkemememeemeeeeemeeememeememeemeeeeemeeemeemememememememememememememememeemememememmmmmmmmmmmmmmm
paddadaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa caaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa c c c c c c c c c c cccccccccccccccccccccccccca
tinnggin iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
salllinita
pulla ya
terrrsebu
prooolarv
tubbbuhny
siriiiip ippppppppppppppppppppppppppppppppppppppp ppppp pppp pppppppppp p pppp ddddadddddddddaddddddddaddddddddddadadadadadddddadddadadddddddddadaddad
hannynynynynynynynynynynynynynynnynynnynynynnnynnynynynynynynynynynynynynynynynynynynynynynynynynynynynynynyyyayyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa a aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaab
belluluuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuumuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuummmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm mmmmmmmmmmmmmmmmmmmm mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmms
terrbrbbbbbbbbbbbbbbbbbbbenbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbeneneneneeneeeneneeeneneeneeeneneeeneeeeneneeneeneneneneneneneneneneneneneeneneeneneneneeeeneneneeeeeneneneenenenennntunnnnnnnnnnnnntuttt
6
6
Ikan dalam mengawali daur hidupnya akan melalui tiga tahap, yaitu telur, larva dan juwana (Hoar dan Randall 1987) in Anwar 2008). Diantaranya terdapat dua tahap transisi antara telur dan larva dan antara larva dan juwana, yaitu tahap yolk sac, dan tahap transformasi larva. Dalam tahap telur, dibagi kedalam tiga sub divisi yaitu awal, tengah, dan akhir. Pada tahap larva juga di bagi menjadi 3 sub divisi, yaitu preflexion, plexion dan postflexion larva. Leis dan Ewart (2000) mendefinisikan preflexion adalah tahap awal perkembangan sirip ekor dimana tulang hipural rata atau kebawah. Flexion adalah pembengkokan tulang hipural ke atas, sedangkan postflexion adalah tahap perkembangan bentuk sirip ekor hingga terbentuk semua kelengkapan meristik luar dan sirip ekor mulai dapat digerakan dengan baik.
2.3. Distribusi Larva Ikan
Mengetahui distribusi iktioplankton sangat penting, tidak hanya dalam pengertian proses ekologis, namun terhadap implikasi praktis penilaian kelimpahannya (Brodeur and Rugen 1993) in Olii (2003). Selanjutnya dikatakan bahwa iktioplankton memiliki pola distribusi vertikal berdasarkan migrasinya yang di bagi atas 2 tipe. Migrasi tipe I dikenal sebagai pola distribusi yang lebih umum dimana iktioplankton naik ke permukaan pada malam hari. Migrasi tipe II merupakan pola distribusi yang tidak umum dan merupakan kebalikan dari migrasi tipe I di mana iktioplankton naik ke lapisan permukaan pada siang hari. Pada dasarnya pola distribusi ini sangat di pengaruhi oleh cahaya, namun menurut mereka predator dapat juga mengubah pola distribusi vertikal iktioplankton.
Demikian halnya ukuran tubuh, peningkatan kemampuan berenang dan kapasitas perkembangan larva dikatakan merupakan pengontrol posisi vertikal golongan ini (Fortier and Leggett 1983) in Olii (2003). Secara umum seperti yang dikemukakan beberapa ahli, distribusi iktioplankton di tentukan oleh faktor-faktor tingkah laku seperti pergerakan berdasarkan waktu dan cahaya (Mantiri 1993) in Olii (2003); faktor-faktor fisik seperti sirkulasi air pasang surut (Laprise and Dodson 1989) in Olii (2003), temperatur, salinitas dan turbiditas (Able 1978; Dodson et al.1989) inOlii (2003); dan faktor ketersediaan makanan.
larrva d
duaaa tah
saccc, da
yaiiitu aw
yaiiitu p
meeendef
hippupuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuurauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuurarararararrarararararrrarararararrarararrararararararararararararararararararararaalaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaalllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll lll llllllllllllllllllllll lll
sedddaaaaaangannnnnnnnnngngnnngnnnngnnngnnngngnnngngngngngngngngngngngngngngngngngnngnngngnngngngggggggk
terrbenr eneeeneneneeneeneneeeneeneneeneeneneneeneneneneneneneneneeneenenenennnnnnnnnnnnnnnnnnntuttttt
denngngggggggggggggggggggggganggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggaanaaaanaaaaaaaaanaananaaaaaaaaaaaaaaaaaaanaaaaaananaaaaaaaaaanaananananananaananaanaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan
2.333.
penngngggggggggggggggggggggggggggggergggggggggggggggggggggggggggggggggeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeereeeerereeereeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee t
kelllimmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmpammmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmpppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
bahhwhwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwawwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaa
di bbbbagbaagagaaaaaaagaagagaagagagagagagagagagagagagagagagagagaaagagagagagagagagagagggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggi
dimmamaanaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnanannnnnnnnnnannnnnnnnnnnnn
meerueuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuupuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppapppppppppppppppppppppppppp
tipe IIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII
dasssarny
preeedato
kapppasit
gollonga
dikkkemu
tinngnggkagggggggggggggggggggggggkkakkakkakahhhhhhhhhhhhhhhh
Oliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii (iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((222222222222222222222222222222222222222222222222222222020222222222222222222222
1989888989898898988989898889898989898888989888989888989898889898989889898989898988989898988989898989889898889889898989899999999999999999) 999999999999999999)))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))))) ))) ) )))))))))) )))))) ) )))))))))))) ))))))))))))))) )
2.4. Identifikasi Larva
Larva merupakan salah satu organisme yang menjadi kajian ekologi, sehingga harus dijaga kelestariannya. Sebagai langkah awal diperlukan kegiatan identifikasi terhadap organisme tersebut. Identifikasi menurut Mayr (1971) inLaily (2006) adalah menempatkan atau memberikan identitas suatu individu melalui prosedur deduktif ke dalam suatu takson dengan menggunakan kunci determinasi. Kunci determinasi adalah kunci jawaban yang digunakan untuk menetapkan identitas suatu individu. Kegiatan identifikasi bertujuan untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi yang sangat bervariasi dan memasukkannya ke dalam suatu takson. Selain itu untuk mengetahui identitas atau nama suatu individu atau spesies dengan cara mengamati beberapa karakter atau ciri morfologi spesies tersebut dengan membandingkan ciri-ciri yang ada sesuai dengan kunci determinasi.
Leis and Ewart (2000) menjelaskan terdapat empat macam cara untuk mengidentifikasi larva ikan diantaranya menggunakan literatur, metode seri atau bertahap, metode biokimia dan metode pemeliharaan. Metode dengan menggunakan literatur untuk proses identifikasi larva ikan adalah dengan menggunakan sumber bacaan untuk menentukan jenis dari spesies ikan. Metode seri atau bertahap adalah metode yang paling umum digunakan. Selain itu metode ini membutuhkan banyak bahan, biasanya dari berbagai metode pengumpulan untuk mendapatkan berbagai ukuran. Metode seri ini memiliki kelemahan, yaitu kemungkinan tercampurnya larva-larva ikan saat pengumpulan sehingga dapat mengarah pada kesalahan dalam proses mengidentifikasi. Metode biokimia dapat digunakan bersama dengan metode seri dalam hal identifikasi. Namun, metode ini kurang praktis jika dilakukan di lapangan, tetapi metode biokimia ini memiliki kontribusi pengidentifikasian spesies secara benar. Metode pemeliharaan yaitu dilakukannya proses pemeliharaan ikan pada tahap larva hingga menjadi ikan dewasa.
2.5. Salinitas
Hardjojo and Djokosetyanto (2005) in Hartamii (2008) menyatakan bahwa salinitas adalah berat garam dalam gram per kilogram air laut serta merupakan ukuran keasinan air laut dengan satuan pro mil (%o). Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air, setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua 2.444.
sehhhingg
ideeentifi
(200006)
prooosedu
Kuuunci
ideenennnnnnnnnnnnnnnnnnnntinnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnntititititititititititittittitittitttittititititittitititititititititititititittittititititittitititittitititititiiiiiiiiiiiitatatatatatattatatatatattatatattatttattttattatattatattatatatatatatatatatatatattatatatatattattatatatttatatatatatatatataaaaaaaaaaaaa
meengengngngngngngggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeneeeeeeeeeeeeeee
suaatatttu u uuuuu u uuuuuuuuuuuuuuu uuuu u uu uu u uuu u uu u uu u uu uuuuuuu ttttt
speesesssieieieieieieieieiieieieieieieieieiieiieiiieieiiieiiieieieiieieieiiiieieieieieieieieieieieieieieiieieieieieieieieiieieieieiieieieieieieieieiieieieeeeeeseeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeess ssss
terrsebr ebebebebebebebebebebebebeebebebebebeebebebebeebebebebebebebebebebebbbbbubbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
meengengngngngngngngngngngngngngnggggggggggggggggggigggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiididiidiiiiiidiiiiiiiiiiiiiiiid
berrtahrahahaaaahaahahaahahaahaahahahahaaaahahaahaahaahahahaahaahaahaaahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahhhhahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhaaaa
liteeraerararrararaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaattttuttttttttttttttttttttttttuttutututututttutttututtttttttttuuu
baccacaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaanaaaaaanaaanaanaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaanaaaaaaaanananananaaananaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
meetoeooooooooooooooooooodoooooooooooooooooooodddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddedddddddddddddddddddddddddddddddddd
bahhahaanaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn,n,n,nnnnnnnn,n,n,nnnnnnnnnn,nnn
ukuururrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrraaaaaaaaaaaaaaaaaaanaaaaaaanaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaanaaaaaanaaaaaaaaaanananananananaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaanaaana
larrvaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa-aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa--l---llllllllllllllllllllllllllllllall
proooses
serrri da
lapppanga
secccara
paddda ta
2.555.........
sallililililillilillilliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnninininnininninininninnnnninninnninnninnninnininininnininnininininininininininininninininninininininininninitanininininininiiiiiiiiiiiiiittttttttttattttttttttttttttttttttttttttttatatattttttttttttttttttttttttttttt
ukuuranu anaaananaaanaanaaanaanananaanaananananaananananaananananaananananaaanannnnnnnnnn
8
8
bromida dan iodida digantikan oleh klorida, dan semua bahan organik telah dioksidasi (Effendi 2003). Nilai salinitas perairan laut biasanya 30%o-40%o. Pada perairan hipersalin, nilai salinitas dapat mencapai kisaran 40%o-80%o. Pada perairan pesisir, nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh masukan air tawar dari sungai.
Salinitas di perairan Palabuhanratu berkisar antara 32,33%-35,96 %odengan tingkat tertinggi terjadi pada bulan Agustus, September, dan Oktober dan terendah terjadi bulan Mei, Juni, dan Juli (Pariwono et al. 1988). Menurut Djunarsjah (2005), para ahli oseanografi membagi pola salinitas dalam arah vertikal menjadi empat lapisan :
1. Well-mixed surface zone, dengan ketebalan 50 - 100 m (salinitas seragam) 2. Halocline, zona dimana salinitas berubah dengan cepat sesuai dengan
bertambahnya kedalaman
3. Zona di bawah Halocline sampai ke dasar laut, dengan salinitas yang relatif homogen
4. Zona Berkala (Occasional Zone), pada kedalaman 600-1000 m, dimana terdapat nilai salinitas minimum
Sebaran salinitas secara horizontal. yaitu dari perairan pantai ke laut lepas nilai salinitas semakin meningkat.
Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan, dan aliran air sungai. Di perairan lepas pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan pengadukan lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen sampai kedalaman 50-70 meter atau lebih tergantung dari intensitas pengadukan. Di lapisan dengan salinitas homogen suhu juga biasanya homogen, baru di bawahnya terdapat lapisan dengan degradasi densitas yang besar yang menghambat pencampuran antara lapisan atas dengan lapisan bawah (Nontji 1993).
Salinitas lautan di daerah tropik lebih tinggi karena evaporasi lebih tinggi, sedangkan pada lautan di daerah beriklim sedang salinitasnya rendah karena evaporasi lebih rendah. Di daerah pantai dan laut yang tertutup sebagian, salinitas lebih bervariasi dan mungkin mendekati nol dimana sungai-sungai besar mengalirkan air tawar (Nybakken 1988).
brooomid
dioooksid
perrrairan
perrrairan
sunnngai.
tinnngkat
terjrjrjjjjjjjjadjjjjjjjjadaadadadadadadadadadadadadadaaaadaaaaaaaaaadadaaadaadadadadadadadadadadadadadadadadadadaadadadadadadadadaadadadadadadadadadadaddddddddddddddiiiiiiiiiiii iiiiiiii iiiiiiiiiiiiiiii iiii ii ii iiiii iii i i iiii iiii iiiiiii ii ii
parraraaaaaa a a a a aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah
lappisapsssasassasasasasasasasasasassasasasasasasasassaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan nnnnn
1. 1. 1. 1. 1. 1 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1 1. 1. 1 1. 1 1 1 1 1 1 1. 1. 1 1. 1. 1. 1 1 1 1 1 1 1. 1. 1.. 1. 1. 1. 1. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1. 1. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1... 1 1. 2. 2. 2. 2 2 2. 2. 2 2 2 2 2. 2 2. 2. 2. 2 2. 2. 2 2. 2. 2. 2 2 2 2 2 2. 2 2 2 2 2. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2. 3. 3. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3. 3. 3 3 3 3 3 3 3. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4. 4. 4. 4. 4. 4. 4. 4. 4. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4. 4. 4. 4. 4. 4 4 4 4. 4 4 4 4. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4. 4 4 4 4 4 4 4. 4 4... 4...
Sebbabaaaaaaaaaaaaaraaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrarararrrrararararrrrrrrrrrrrrrrrr n
salllininininininininninitaninininininininininiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttttttttttttttttttttttttttttttatatattttttattttattattttttttttttt
sirkkulkuuuuuuuuuuluuulululululuululuululuululululuuululuuuluuuuuluulululululuululululululululululululululululululululululululullaslllllllllllllllllllllllllllllllllaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
yannng d
meeembe
darrri int
hommmoge
yannng m
19993).
seddadadaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaangaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaanngngngngngnngnngnnnnnnngngnnnngnnngnngngngngngngnnngnngngnngnnnngngnnngngngngnnngngngngnnngnngnnnnnnnnngnnnngngkggggggggggggk
evaapapapapapapapapapaapapaaapapapapaapapaapapapapapapapapapapapapapapapappppppppppppppppppppppppoppppppppppppppppppppppppppppppppoooooooooooooooooooooooooooooooooooooooorororoooooooooroooooooooooooooooroora
lebbibiiiiiiiiiiiiiihhhhhhhhh hhhhhhhhhhhhhhh
2.6. Arus
Arus berperan dalam transportasi ikan dan larva di laut. Adanya arus yang berlawanan akan menjadi perangkap bagi keberadaan makanan ikan di laut. Arus merupakan hal yang sangat penting kaitannya dengan iklim, arus juga membawa organisme plankton dalam jumlah yang besar dari tempat asalnya secara periodik (Davis 1955 in Anwar 2008). Pola aliran arus juga menentukan pola karakteristik penyebaran nutrien, transport sedimen, plankton, ekosistem laut dan geomorfologi pantai. Pada daerah teluk, pola aliran air lebih didominasi oleh pasang surut dan angin.
Di daerah teluk, jenis arus yang dibangkitkan oleh gaya pasang surut sangat dominan dibandingkan dengan arus yang dibangkitkan oleh gaya gesek angin dengan permukaan air. Dwiponggo (1972) in Anwar (2008). mengemukakan bahwa jenis jenis ikan tertentu akan bergerak mengikuti arus pada waktu pasang naik ke arah pantai. Laevastu and Hayes (1981) in Anwar (2008) mengungkapkan bahwa ikan-ikan besar menggunakan arus untuk mendeteksi medan geoelectrocity bagi perjalanan migrasi mereka. Ikan demersal juga melakukan hal yang sama yaitu antara arus pasut dan migrasinya. Arus juga berperan dalam distribusi pemindahan telur, larva dan ikan kecil selain itu arus merupakan faktor pembatas bagi beberapa spesies. Karakter arus bervariasi dari tahun ketahun dan berperan penting dalam migrasi musiman dan siklus hidup dari ikan pelagis dan semi pelagis.
Arus sangat mempengaruhi penyebaran ikan, Laevastu and Hayes (1982) in Anwar (2008) menyatakan, bahwa: 1) penyebaran ikan oleh arus mengalihkan telur dan anak anak ikan dari spawning ground (daerah pemijahan) ke nursery ground (daerah pembesaran) dan ke feeding ground (tempat mencari makan); 2) Migrasi ikan dewasa dapat disebabkan oleh arus, sebagai alat orientasi ikan dan sebagai pola rute alami; 3) Tingkah laku diurnal ikan dapat disebabkan oleh arus, khususnya arus pasang surut; 4) Arus dapat secara langsung mempengaruhi pengelompokan makanan atau faktor lain yang membatasinya (suhu); 5) Arus juga mempengaruhi lingkungan alami ikan, dengan demikian secara tidak langsung mempengaruhi kelimpahan ikan tertentu dan sebagai pembatas distribusi geografisnya.
Menurut Hinckley et al. (1991) in Olii (2003), arus selalu berhubungan dengan kedalaman. Perubahan arah arus yang kompleks susunannya terjadi sesuai 2.666.
berrrlawa
meeerupa
orggganis
(Davis
pennnyeb
panntntntntnntntntntntntntntntntntntnntntntaintntntntntnntntntntntntntntntntntntntntntntntntntntntntntntntntntntntntnntttttttttttttttttttaiaiaaiaiaiaiaiaiaiaiaiaiaaiaiaaaiaiaaiaiaiaiaiaiaiaiaiaiaiaiaiaiaiaiaiaiaiaaiaiaiaiaiaiaaiaiaiaiaiaiaiaiaii.iiiiiiiiiiiii...
anggigiiiiiin.nnnnnnnnnnnn.nnnn.nnn.nnn.nnnn.nn.n.n.nn.nnn.n.n.n.n.n.nnn.nnnnnn.n..
dommmimimimimimimmimimimimimmimmiminmimimimimimimimimimimiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
denngngggggggggggggggggganggggggggggggggggggggggaanaaaanaaaaaaaaaaaaaaanaaaaanaananaaaanaanaaaanaaaanananaanaaaanaaanaaanaanaaaann
jennnis ss ssss s ssss ss s s sssssss jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjejjjjjjjjjjjjjjjjjj
araaahhhhhh p p p p p pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppa
ikaanannnnn---i---iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiikiiiiiiiiiiikiiiiiiiikikiikiiiiiiiiiiiiiikiiiiiiiiikikiiikikik
perrjalraalalalaalaaaaaaaaaaalalaaalaaalalaaalaaaalalalalalaaalalalalalaalalalalalalalallllllllllllllllllllllllllllaaaaaaaaaaaanaaa
anttataaaaararararararrararrrrrrararrrararrrararrrarrrrrarararrrararararrararararararrararararararararararararararrararararararrararararararaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa a
teluur,urr,r,rrr,rr,rr,,r,r,rr,r,r,r,rr,r,,,, ,,,,, l llla
speeesssssssieieieieieieieiieieieieieiieieieieieieieieiieieieieieieiiiiiieieeeeeeeeeeseeeeeeeeeeeeeeeessssss
migrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrraaaaaaaaaaaaaaaaaasaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasaaaaaaaaaasasasasasasaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa i
Annnwar
dannn ana
(daaaerah
ikaaan de
ruttte ala
passsang
maakaakakkkkakanannnnannananana
linngggggggggggggggggggggggkuggggggggggggggggggggggggggkkukukukukkukkkkukukkkukkkukukukkkukkkkukkukukukkkkukkukukkukkukkukkkukkkkkukkukkukukukukukkukukkkukkukukukukkkkkukukukukkukukkukukukkkkukukukkukukkkukukukkukukuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuun
kellillililililililililililililililililililililillilillililliliiiiiiiiiiiiiiiiiimpiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiimpmpmpmmmpmpmpmpmpmpmpmpmpmmpmmpmmmmmmmpmmmmmmmmmmmmmmmmmmpmpmpmpmpmpmmmpmpmpmpmmmmpmpmpmpmmmpmpmmmpmpmpmmmmpmmmpmpmpmmmmpmpmpmppppppppppppa
10
10
dengan makin bertambahnya kedalaman perairan. Pada umumnya tenaga angin yang diberikan pada lapisan permukaan air dapat membangkitkan timbulnya arus permukaan yang mempunyai kecepatan sekitar 2% dari kecepatan angin itu sendiri. Kecepatan arus ini akan berkurang cepat sesuai dengan makin bertambahnya kedalaman perairan dan akhirnya angin menjadi tak berpengaruh sama sekali terhadap kecepatan arus (Hutabarat and Evans 1986 in Olii 2003). Selanjutnya mengemukakan bahwa pada kedalaman dibawah 100 meter kecepatan arus sangat lambat sehingga iktioplankton di daerah ini kemungkinan tidak hanyut jauh dari wilayah dimana mereka dipijahkan, sedangkan pada kedalaman di atas 50 meter dari kolom air, arus semakin cepat sehingga iktioplankton akan mudah terbawa oleh arus.
2.7. Suhu
Suhu merupakan ukuran panas atau dinginnya benda (Blundell dan Blundell 2006 in Withamana 2009). Sverdrup et al. (1942) in Holiludin (2009) menyatakan bahwa suhu merupakan salah satu parameter fisik laut yang penting. Hal ini karena suhu secara langsung mempengaruhi laju fotosintesis fitoplankton dan proses fisiologi hewan, terutama metabolisme dan siklus reproduksi. Secara tidak langsung, suhu juga mempengaruhi daya larut oksigen yang digunakan dalam proses respirasi organisme laut.
Suhu permukaan laut umumnya dipengaruhi oleh kondisi meteorologis. Faktor metereologis yang berperan adalah curah hujan, penguapan, kelembaban, suhu udara, kecepatan angin, dan intensitas radiasi matahari. Oleh sebab itu, suhu di permukaan air mengikuti pola musiman. Suhu air laut bervariasi tergantung pada kedalaman, sirkulasi massa air, turbulensi, kondisi geografis, dan jarak dari sumber panas seperti gunung berapi di bawah air, dimana suhu akan menurun seiring kedalaman (Krisnoto 2007).
Menurut Soegiarto and Birowo (1975) )in Anwar (2008), suhu permukaan di perairan Indonesia berkisar antara 28-30oC dan di daerah upwelling suhunya dapat turun mencapai 25oC dan secara horizontal suhu permukaan laut di perairan Indonesia memiliki variasi tahunan yang rendah, namun variasi tersebut masih menunjukkan perubahan musiman. Perubahan ini dipengaruhi oleh posisi matahari dan pengaruh massa air di daerah lintang tinggi.
dennngan
dibbberik
perrrmuk
Keeecepa
kedddalam
terrrhada
meeengem
lammbmbmbmbmbmbmbmbmbmmbmbmmbmbmmbmbmbmbmbmbmbmbmbmbmbmbmbmbmbmmbmbmbmbmbmbmbmbmbmbmbmbmbmbmbmbmbmbmmbmbmbmbmbmbmbmbmbmbmbmbmbmbbbbbbatbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbatatatatatatatatatatatatataaatatataatatataataatatataaaatatatatatatatatatatatatatatatataatatatatatat atatatatatataatttttttttttttttttt
willalaaayaaaayyyayyyayyyyyayyyayyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyayayyayayayayyayayayayayayyyayayayayayayayyayyayayyayayyayaaaaaaaaah
kollooooooomommmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm m mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
2.777.
2000066666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666 iiiiiiiiiiiiiiiiiniiiii
bahhwhwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwawwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
suhhuhuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu s
fisiioliololololololllllllllllllllllllllllllolllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllloooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooogoooooooooooooooooooooooooooooooo
suhhuhuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu j j j j j j j j j j j j j j jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjujjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjuuuuuuu
orggagaaniaaaaaaaannninnninnninnnininnnininininininninininniiiiis
S S S S S S
meeteeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeereeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeerrrerrerrrrrrrrerrrrrrrrrrrrerrererererererererererererrerrerrrreeeeeeeeeeo
udaaara,
perrrmuk
kedddalam
pannnas
kedddalam
M
perrararraraaaaaaaaaaaaaaaairaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiiiriiriririririririririririririiririririrrrrrrranrrrrrrrrrrrrraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaanananaaaaaaaaaaaaaaaa
turrurururuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuun uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuunnn nn nnn nnnnn nnnnnnnn nnnnnnnnn nn nnnnn nnnnnnnn n n nnnnn n nnnn n m
Inddododdododddododododoooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooonnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnennnnnnnnnenennnnnnnnnnnnenennnnenenennnnnnnnnnnnnnnnnnnnennnnnes
meenuennunnunnunnnnnnnnnunununnunununnnnnununununnununununnunnunnnnnunnnuunuuuunjnjnnnnnnn
2.8. Kekeruhan
Kekeruhan merupakan sifat fisik air yang tidak hanya membahayakan ikan tetapi juga menyebabkan air tidak produktif karena menghalangi masuknya sinar matahari untuk fotosintesa. Kekeruhan ini disebabkan air mengandung begitu banyak partikel tersuspensi sehingga merubah bentuk tampilan menjadi berwarna dan kotor. Adapun penyebab kekeruhan ini antara lain meliputi tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar secara baik dan partikel-partikel kecil tersuspensi lainnya. Tingkat kekeruhan air di perairan mempengaruhi tingkat kedalaman pencahayaan matahari, semakin keruh suatu badan air maka semakin menghambat sinar matahari masuk ke dalam air. Pengaruh tingkat pencahayaan matahari sangat besar pada metabolisme makhluk hidup dalam air, jika cahaya matahari yang masuk berkurang maka makhluk hidup dalam air terganggu, khususnya makhluk hidup pada kedalaman air tertentu, demikian pula sebaliknya (Hardjojo and Djokosetiyanto 2005; Alaerts and Santika 1987 in Hartami 2008).
Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung yang terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil daripada sediment, seperti tanah liat, bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme dan lain sebagainya (Hardjojo and Djokosetiyanto 2005 in Hartami 2008). Padatan tersuspensi dan kekeruhan memiliki korelasi positif yaitu semakin tinggi nilai padatan tersuspensi maka semakin tinggi pula nilai kekeruhan. Akan tetapi, tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Air laut memiliki nilai padatan terlarut yang tinggi, tetapi tidak berarti kekeruhannya tinggi pula (Effendi 2003).
2.888.
tetaapi j
maaataha
bannnyak
dannn kot
bahhhan-b
lainnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnynnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnynynnynynynnynynynynynynynynynynnynynnynynynynnnynynynynnnynynynynynynynynynynynynynynynynynynynynnynynynnynynynynnynynynyyyyyyyyyyyayyyyyyyyyyyyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
penncnccahccccccccccccccccccccaaaaaaahahaahaaahaaahaaaaahahaaahaahahaaahahahahahahahahahahahahahahhhhhhhhhhhhhhhhh
sinnanaaar rr rrrrr rr rrrrrr rr r rr rrrrr r rr rrrrr mmmmmm
besssaaaaaar arrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr rrrrrrrrrrrrr r rrrrrrrpppppppppppppppppppp
berrkrkkkkkkkkururuuuruuurururuuuruuuuuruuuuuuuuruuuuuruururuururuuuruuurururururuurururuuruurururuuururuuururrrrrrrrrra
paddadaa kaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa k k k k k k k k k k k k kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkke
2000505555555555555555555555; 55555555555555555555555555;; ;;;;;; ;;;;;;;;;;;; ;; ;; ;; ;; ; ; ;;; ;;;;;; ;;;;AAAA
terrlarrarararararaararrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrruuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuutuuuuuuuuuuuuuuuuu
ukuururrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrraaaaaaaanaaaaaaaanaaanaaanaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaanaaaaaaaanananananaaananaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
orggagaanaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnninnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnninnnnnnininininnnnnnininnnnnnnnnnnnnnnnnk
Djookokkkkkkkkkkkkkkkokkkkkkkkkkkkkkkkkkkkooooooooooooooooooooooooooooooooooooosooooooooooooo
korrereeeeeeeeeeeeeeeeeelaeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeelllallalallalllalalalllalalllallllalalalalallallllllllalallalallallallallalalallalalalalalalalalalalalallallalalalallalllalalallllllalalalaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasss
pullaaaaaaaaaaaaaaaaa naaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa n nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnni
dennngan
12
12
3. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Juli 2011 dalam selang waktu 1 bulan sekali. Pengambilan contoh dilakukan sebanyak 5 kali (19 Maret 2011, 2 April 2011, 30 April 2011, 30 Mei 2011, dan 3 Juli 2011). Studi pendahuluan sudah dilaksanakan pada Bulan Desember 2010 untuk survey dan penetapan stasiun penelitian. Pengambilan contoh ke-1 dan ke-2 dilakukan di muara sungai Cimandiri dan Cikeueus, namun karena berbagai hal yang tidak mendukung penelitian, lokasi di pindah pada pengambilan contoh ke-3 hingga ke-5 di muara Sungai Cimaja dan Citiis, Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Gambar 2. Peta lokasi penelitian, memperlihatkan aliran sungai-sungai yang ber-muara ke Teluk Palabuhanratu. Kotak dan lingkaran berwarna adalah lokasi pengambilan contoh
3.111.
1 bbbulan
Apppril 2
dillaksksk a
pennenenenneneneneneneneneneneneneneneneneneneneneneneneneneneneneneneneneneneneneneeeeeeeeeelieeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeelililililililililililililililililililillililililililililililililiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttttititttittttttitttttttttttttttttttittititittitttitititititttititttitttitttitttititttitttittiiii
dannn CiCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCiCCCCCCCCCCCiCiCCCCCCCCiCCCCCCCCCCCCCCCCCCCiCCiCCCCCCCCiCk
di pininininiinininininiininininiiniiniininiininininiiiinininiinininininininininininininininininininininininiininininininiinnnnnnnnnnnnnnndnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnddddddddddddddddddddd
Cittiistisisisisisisisisssssssssssssssssssssssssss, ssssssssssssssssssssssssssssss,,,,,,,,,,T
3.2. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva dan juvenil ikan, formalin 4%, dan alkohol 70%. Sedangkan alat yang digunakan adalah buku identifikasi larva dan juvenil ikan, alat tulis, perahu nelayan, kamera, life jacket, Global Positioning System (GPS) untuk menentukan posisi stasiun pengamatan, termometer untuk mengukur suhu, turbidimeter untuk mengukur kekeruhan, handrefraktometer untuk pengukuran salinitas, saringan, timbangan digital, penggaris, mikroskop binokuler (Olympus CH2O) perbesaran 4 kali, alat bedah, water sampler,larvae net (mesh size 350-500 μm, diameter 60 cm), waring (bukaan mulut 1 x 1 m), sirib, dan dino lite(Lampiran 12).
3.3. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Kegiatan di lapangan terbagi menjadi dua tempat, yaitu daerah laut sekitar muara sungai dan muara Cimaja ke arah sungai dan Citiis itu sendiri. Selain pengambilan larva dan juvenil di kedua lokasi tersebut, ikan contoh juga diperoleh dari hasil tangkapan bagan.
Kegiatan di lapangan untuk daerah laut sekitar muara sungai Cimaja dan Citiis, meliputi penentuan titik lokasi penelitian dengan menggunakan GPS, pengambilan contoh larva dan juvenil ikan di muara Cimaja dan Citiis ke arah laut menggunakan Larvae net dan waring, dengan cara menyisir kolom perairan secara horizontal menggunakan perahu selama 10-15 menit pada kecepatan ± 2 knot di tiga stasiun, pada waktu pagi hari (03.00-07.00 WIB). Kemudian sampel larva dikumpulkan dan diawetkan dengan formalin 4%. Selain itu, mengambil contoh air lokasi penelitian dengan menggunakan water sampler, dan mengukur faktor fisik lingkungan perairan secara langsung (suhu) dengan munggunakan termometer. Selanjutnya, untuk kegiatan di daerah muara Cimaja dan Citiis ke arah sungai, meliputi penentuan titik lokasi penelitian menggunakan GPS, pengukuran suhu menggunakan termometer, pengambilan air contoh untuk menganalisis salinitas dan kekeruhan menggunakan botol contoh, serta pengambilan sampel larva dan juvenil di daerah muara Cimaja dan Citiis ke arah sungai yang dilakukan secara langsung menggunakan sirib, dengan cara menyisir perairan tersebut dengan jarak 5 meter, 3.222.
forrrmali
ideeentifi
Glooobal
terrrmom
hannndref
penngngngngngngnngngnnngngngnngngngngngngnngngngngngngngngngngngngngnngngngngngngngngngngngnnngngngngngngngngnngngngggagggggggggggggggggggggggggggggagagagagagggagagagagagagagagagagggggagagagagaggaggaggggaggagagagagagagagagagagaggagagagagagagaggagagagagagagaggagagagaggaaaaaaaaaaaaaaa
waateaeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeerrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr r r r r rrrrrrrrrrrrrrssssss
muuluuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuutuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuutttttttttttttttttttttttttttttt ttttttttt ttttttt ttttttt1
3.333.
lappapaaaangngnnnnngngngnnngngngngnngngngnnnnngngnnnngngnngngngngngngngngngngnngngngngngngnngngngnnnnngnnnngngggggggggggggggggggggggggga
muuaruarararararrrrrrrrrrrrrrrrrrrrra rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa a a aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
juvveveenieeeeeennnninnnnnninnnnnninnnninninnnnnnninnnnnnninninininininininnnininnnninininnininininininnninininiiiliiiiiiiiil llll
baggagaaaaaaaaaaaaaaaaaan.aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.n.nn.nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
Cittiistisisisisisisiss, sssssssssssssssss, ,, , ,
penngnggggggggggggggggggggggggamggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaamamamamamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
meengengngngngnnnnnnngnngnngngngnngngnngngnngngngngngngngngngngngngngngngngggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggugggggggggggggggggggggggg
horrrizon
staaasiun,
dikkkump
lokkkasi p
linngkun
Sellanju
meelielilillilipuippppppppppppppppppppppppupupupuuuuuuuuuuuutttt
meengenngngnnngnnnngngngngngngnnngnnngnnngnnnngngnnngngnnngngnngngngngnngngnnngngngngnngngngngngngngngngngnngnngngngngngngngnggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggugggggggggggggggggggggggggg
kekkkekekekekkekekekkekkkekkkekkekekkkkkkkekekekekkekekkekekekkkkekkekekekekekekekekekekekekekekekekkekkkekekekekekkkekekekekekeeereeeeeeeeeeeeeeeeeeerrrrururrururrururrurrurrrrrrrrrrururururururrururururururururrururururururururrurururruruuuuuuuuuuuuuh
di ddddddddddddddddddddddddddddaeaeaeaeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeerr
14
14
selama 30 menit di setiap lokasi pada waktu siang hingga sore hari (14.55-17.40 WIB).
Kegiatan di laboratorium sendiri yaitu, mengganti formalin 4% dengan alkohol 70% pada setiap botol contoh larva yang diawetkan sebelumnya, serta pengukuran panjang-bobot sampel larva ikan yang telah diawetkan. Kemudian diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi larva ikan (Allen 1999; Leis and Ewart 2000; Okiyama 1988; Fischer 1974). Proses identifikasi untuk jenis ikan yang masih stadia larva dan juvenil berbeda. Identifikasi ikan yang masih stadia larva dilakukan dengan cara membandingkan tinggi badan dengan panjang total larva, setelah itu dapat ditentukan larva tersebut masuk ke dalam grup mana. Setelah diperoleh grup, tubuh larva ikan dilihat menggunakan mikroskop, untuk melihat pigmen tubuh, bentuk mata, bentuk mulut, usus, dll menggunakan buku identifikasi Leis and Ewart (2000) dan Okiyama (1988). Identifikasi ikan yang sudah stadia juvenil tidak jauh berbeda dengan stadia larva, hanya saja pada stadia juvenil tidak menggunakan mikroskop untuk proses identifikasi, karena bentuk tubuh sudah hampir menyerupai bentuk tubuh ikan dewasa. Identifikasi ikan stadia juvenil dilakukan dengan cara melihat bentuk tubuh, bentuk mulut, dan menghitung sirip (D, P, V, A, dan C) menggunakan buku identifikasi Allen (1999) dan Fischer (1974). Setelah proses identifikasi, larva dan juvenil ikan di dokumentasikan menggunakan Dino litedi Laboratorium Biomikro 1, MSP, FPIK, IPB. Selanjutnya pengukuran contoh air yang telah di ambil pada lokasi penelitian untuk mengukur salinitas yang menggunakan handrefraktometer dan kekeruhan menggunakan turbidimeter yang dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan (Proling) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Parameter fisika kimia perairan yang diukur selama penelitian tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengukuran parameter fisika kimia perairan
No Parameter Satuan Alat/ metode
A Fisika
1. Suhu °C Termometer
2. Kekeruhan NTU Turbidimeter
B Kimia
1. Salinitas ‰ Handfraktometer
selllama
WIIIB).
alkkkohol
pennnguk
diiident
anddd Ew
yanngngngngngngnngngnnngngngnngngngnngngngnngngngngngngngngngngngngngngngngngngngngnngnngngnngngngngngngngngngngngnggggggg mggggggggggggggggggggg m m m m m m m m m mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
larrva aaaaaaaaaaaaaaaaa a aaaaa aa aaa a aa ddddddd
larrva,aa,aa,a,a,a,a,a,a,aaa,aa,aaa,a,aa,a,a,a,a,a,aa,a,a,a,a,a,a,a,a,aaa,a,,,,,,,,,,, s
dippepeeerorrororrorrorrrororororororororrrorrorororrrrorrrrrrorrorrororrrororororororororororororororororororororororrorororororororororororoooooooooooooooooooooooooooooooool
piggmgmmmmmmmmmmmmmmmmenmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeneeeeeeeeeeeeeeeeeeeneneeneeeeeeeeeeeeneeeeeeeee
Leisss aaaaaaaaaaaaaaaaaaaanaaaaaaaaaaaaaa
juvveveeeenininininninnininnnnnninininninninnninnnnnnnninnninininnininninininininininininnininnininininnninninininnnnininnnininniiiiiiiiiiiiiiill ll
meengengngngngnggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggugggggggggggggggggg
hammmpmpmpmpmpmpmpmpmpppppppppppppppppppppipppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiririririririiriiiiiiiii
dillakukukkkukkkukkukukukkukukkukkukukukukukkukukukukkkukkkukukkukkukukukukukukukukukukukukukukukukukukukukukukukukkukukukukukukukukukukukuuuuuuuukuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuukkkkk
(D, PPPPPPPPPPPPPPPPP,P,PPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP,P,PPPPP,PPPP,PPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP,PP
(1997497474747474747474747474747444444444444444444)444444444444444444444444444444444444444444444444).)))))
meengengngngngngngngngngngngngngnnnngngnngngngngngngngngngngngngngngngngngngngngngggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggugggg
penngnggggggggggggggggggggggggggggggukgggggggggggggggggggggggggggggggggguukuukuuukuuuuuuukukuuuukuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuukuuuuukuukukukukukuukukukuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuukuk
salllinita
turrrbidim
Perrraira
paddda Ta
Taaabbel 1
Analisis Data
3.3.1. Kekayaan spesies (Species Richness) The Menhinick diversity index:
ܦܯ݁݊ ݄݅݊݅ܿ݇ ൌ ܵ ξܰ
Keterangan:
S = jumlah spesies yang dicatat N = jumlah individu yang tercatat.
Catatan: sama dengan Margalef, keragaman Menhinick indeks mencoba untuk membakukan jumlah spesies oleh jumlah individu yang didapat.
3.4.2. Kepadatan populasi
Kepadatan populasi menunjukkan rataan individu suatu jenis larva ikan perstasiun dari seluruh contoh yang diamati, yaitu menggunakan rumus:
ܦ ൌ σ ܺ݅݊
Keterangan:
∑Xi = jumlah total individu jenis larva i n = luas seluruh stasiun contoh.
Kepadatan populasi (Ind/m2) yang didapatkan akan digunakan untuk menganalisis tingkat keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi serta pola penyebaran spesies larva.
3.4.3. Kelimpahan larva dan juvenil ikan
Kelimpahan larva ikan yang didefinisikan sebagai banyaknya larva ikan persatuan luas daerah pengambilan contoh dihitung dengan menggunakan rumus:
ܰ ൌܸ݊ ݐݏݎ
Keterangan:
N = Kelimpahan Larva ikan ( ind/m3) n = Jumlah Larva ikan yang tercacah (ind) Vtsr = Volume air tersaring (Vtsr = l x t x v)
l : Luas bukaan mulut saringan
t : lama waktu penarikan saringan (menit) v : Kecepatan tarikan (m/menit).
Annnalis 3.333.1.
Keeeteran
S N
Caataatatatatatatatattatatatatatatatatatatatatatttatatatatatatatatatatatttatataaaataaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaatatattattattatatatatattatatattatatattatatatatatatatatatatatatatatatatatatatatatatataaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
meembembmbmmbmbmbmbmmbmbmbmbmbmbmbmmbmbmmbmbmbmbmbmbmbmbmbmbmbmmbmbmbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbaaaaaaaa
3.44.242222222222222222222222.2222222222222222222222222222222222222222222222222222222222............................
perrsrsstatttatttatatattatatatatatatatatatttatttatttatatatatatatatatatatatatatttattatttattatatatataaaaaaaaaaaaasssssss
Keeteeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeraeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeerrrarararararararararrrarrrrrrrrarrrararararrarararararararararararararrarararraraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan
∑XXXiii n
meengengngggggggggggggggggagggggggggggggggggggggaaaaaaaaaaaanaaaa
pennynyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyebyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeebeeeeeeeeebeeeeeeeeeebeebeeeeeeeeeeeebeeebeeeee
3.444.3.
perrrsatu
Keeeteran
16
16 3.4.4. Struktur komunitas ikan
Indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi digunakan untuk mengetahui pengaruh kualitas lingkungan terhadap komunitas larva ikan. Pengaruh kualitas lingkungan terhadap kelimpahan ikan selalu berbeda-beda tergantung pada jenis ikan, karena tiap jenis ikan memiliki adaptasi dan toleransi yang berbeda terhadap habitatnya. Indeks tersebut digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih rinci tentang komunitas ikan. Indeks keanekaragaman dikemukakan oleh Shannon-Wiener inAnwar (2008), yang dirumuskan sebagai berikut:
ܪ′ ൌሺ݈݅݃ʹܲ݅
ݏ
݅ൌͳ
ሻ
Keterangan:
H’ = Indeks keaneragaman Shannon-Wiener S = Jumlah jenis (spesies)
ni = jumlah total individu jenis larva i N = jumlah seluruh individu dalam total n Pi=݊݅
ܰ = sebagai proporsi jenis ke-i
Indeks Keseragaman digunakan untuk melihat keseragaman dari suatu komunitas (Basmi 1999) dengan rumus:
ൌ ′
;
dengan Hmaxൌln S Keterangan:E : Indeks Keseragaman
H’ : Indeks Diversitas atau Keanekaragaman S : Jumlah spesies
Nilai Indeks Keseragaman berkisar antara 0-1. Bila indeks ini mendekati 0 (nol) maka keseragaman antar spesies di dalam komunitas larva rendah, yang menggambarkan kekayaan individu yang dimiliki masing-masing spesies sangat jauh berbeda. Sebaliknya jika mendekati 1 maka keseragaman antar spesies dapat dikatakan merata atau jumlah individu dalam spesies relatif sama (Limd 1979 in Basmi 1999).
Indeks dominansi digunakan untuk memperoleh informasi mengenai jenis ikan yang mendominasi pada suatu komunitas pada tiap habitat indeks dominansi yang dikemukakan oleh Simpson yaitu (Ludwig and Reynold 1988) in Anwar (2008):
3.444.4.
meeenget
kuaaalitas
jennnis ik
terrrhada
lebbbih r
Shhanaananananananananaanananaanaananananaananananananananaanananananananananananananananananananananaanannnnonnnnnnnnnnnnnnnnnnonononnonnonononnononnnononononnononnononnnnonnnonononnnnonononononnonononononononononononononononononnonoooooooooooooo
Keeteeeeeeeeeeeeeeeeeeeeraeeeeeeeeeeeeeeeeeeerararrrarrrrrrrarrrrrarrararrrrararararrarararrrrrarrararrrarrarararararararararrararrarararrrrrrarrrrrrrarrarararrraranaaaaaaaa
H’ S ni N Pi===݊݅݊݅݊݅݊݅݊݊݊݊݊݊݅݊݊݊݊݊݅݊݅݊݅݊݅݊݊݅݊݅݊݅݊݅݊݅݊݊݅݊݅݊݅݊݅݅݅݅݅݅݅݅݅
ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ ܰ
kommumumumumumumumumumumummumumuuuuuuuuuuuuuuuuuunuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuninnnnnnnn
Keeteeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeereeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeerrrrrrarrrrararrrrararrrrrrrrarrrrrrrrrrrrrrararrrarrrrrrrarrrararararararrrrrrrrrrrrrrararrrrarran E H’ S
(noool) m
meeengga
jauuuh be
dikkkatak
Baasmasmsmsmsmsmsmsmsmsmsmsmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii i iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
ikaanannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn y y y y y y y yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyya
yanngngngngnngngngngngnggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg d d d ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
ܥ ൌ ݅ʹ ݏ
݅ൌͳ
Keterangan:
C = Indeks dominansi Simpson S = Jumlah jenis (spesies)
ni = jumlah total individu jenis larva i N = jumlah seluruh individu dalam total n Pi=݊݅
ܰ = sebagai proporsi jenis ke-i
Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan dominansi spesies ikan yaitu:
Mendekati 0 = indeks semakin rendah atau dominansi oleh satu spesies ikan. Mendekati 1 = indeks besar atau cenderung dominansi oleh beberapa spesies ikan.
3.4.5. Pola pemencaran/ distribusi populasi
Pola penyebaran larva dan juvenil ikan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan indeks morisita (Iδ). Indeks ini tidak dipengaruhi oleh stasiun
pengambilan contoh dan sangat baik untuk membandingkan pola pemencaran populasi (Brower et al.1990inAnwar 2008). Rumus yang dipergunakan adalah:
ܫߜ ൌ ݊σ ܺ݅ܰሺܰ െ ͳሻʹെ ܰ
Keterangan:
Iδ = indeks distribusi Morisita
N = jumlah seluruh individu dalam total n n = jumlah seluruh stasiun pengambilan contoh
∑Xi2 = kuadrat jumlah larva jenis i per stasiun untuk total n stasiun
Nilai indeks morisita yang diperoleh diinterpretasikan sebagai berikut: Iδ< 1, pemencaran individu cenderung acak
Iδ= 1, pemencaran individu bersifat merata
Iδ> 1, pemencaran individu cenderung berkelompok.
Untuk menguji kebenaran nilai indeks di atas, digunakan suatu uji statistik, yaitu sebaran Chi-Kuadrat dengan persamaan:
ݔʹൌ ݊ σ ܺʹ ܰ െ ܰ
Keeeteran
C === Ind S === Jum ni === jum N === jum Pi===݊݅
ܰ ܰ
yaiiitu:u:uuuuu:u:uu:u:u:u:u:uuuuu:uuu:uuuuuuuuuu::::::::
Meendendndndndndndndndndndndnnndndnndndndndndndndndndnddddddddddddddddddddddddddddedddddddddddddddddddddddddddddddddddddddeeekee
Meendendndndndndndndndndndndndndndndndndndndndndndndnndndndndndndndndndndndndndndndndndnnnddddddddddddddddddekddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee
3.444.5.55555555555555555555555555555.555555.55555555.5.55.555555.
denngngggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaanaaanaananaaaaaaanaaaaaaaaaaaaaanaaaaaaaa
penngngggggggggggggggggggggggaggggggggggggggggggggggggggaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaamaaamamamamamamamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
poppupuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuulauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuullalalalllallllalalallllalllllllalllllalallllallllllalllalalalallalalalalalalallalalalalalalalalallalallllalallllllalalalalalaaaaaas
Keeteeeeeeeeeeeeeeeeeraeeeeeeeeeeeeeeeeeeeerarrrrrarrrrrrarrrrarrrrrrrrrrrrrrrararrrarrrrrarrrrrrrrarararrararrrararrararrarararrarrrrrrrrrrrrrararrrrrrrrrarar n
Iδ N n ∑XXXi2
Nilllai in
Iδ< 1, Iδ= 1, Iδ> 1,
18
18 keterangan:
x2 = Chi-Kuadrat
n = jumlah pengamatan
∑X2 = jumlah kuadrat larva jenis I yang ditemukan pada tiap stasiun N = jumlah seluruh Individu
Nilai Kuadrat dari perhitungan di atas dibandingkan dengan nilai Chi-Kuadrat tabel statistik dengan selang kepercayaan 95% (α= 0,05). Apabila nilai X2 hitung lebih kecil dibandingkan dengan nilai X2 tabel maka tidak berbeda nyata yang berarti pola sebaran jenisnya bersifat acak.
3.4.6. Hubungan kelimpahan larva dan juvenil ikan dengan karakteristik fisika, kimia perairan
Untuk melihat keterkaitan antara pola distribusi/ penyebaran dengan parameter lingkungan, digunakan analisis r