• Tidak ada hasil yang ditemukan

Land Suitability Evaluation and Shrimp Culture Information System Development of PT. Indonusa Yudha Perwita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Land Suitability Evaluation and Shrimp Culture Information System Development of PT. Indonusa Yudha Perwita"

Copied!
284
0
0

Teks penuh

(1)

PT. INDONUSA YUDHA PERWITA

Aninda Wisaksanti Rudiastuti

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “EVALUASI KESESUAIAN LAHAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI BUDIDAYA TAMBAK UDANG PT. INDONUSA YUDHA PERWITA” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir dari tesis ini.

Bogor, Agustus 2011

Aninda Wisaksanti Rudiastuti

(3)

ANINDA W. RUDIASTUTI. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Pengembangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita. Dibimbing oleh JONSON L. GAOL dan EDDY SUPRIYONO.

Pemilihan lokasi adalah kepentingan mendasar untuk menunjang keberhasilan budidaya. Evaluasi kesesuaian lahan tambak PT. IYP yang masih aktif berproduksi, didasarkan pada ketiadaan informasi kesesuaian lahan, dan banyaknya tambak di Pantura Jawa yang telah gagal serta menyebabkan kerusakan lingkungan. Pengembangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang dilakukan untuk mendukung modernisasi pengelolaan data budidaya tambak PT. IYP. Dalam manajemen budidaya, data teknis berperan penting, sehingga diperlukan proses penanganan yang ringkas dan cepat untuk mendukung proses evaluasi sebagai langkah sehat yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Evaluasi dipermudah oleh sistem informasi yang berperan sebagai media penyimpan, pengaman dan pengolah data budidaya tambak menjadi informasi, sehingga mampu mendukung proses pengambilan keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan tambak PT. IYP, mengembangkan sistem informasi pengelolaan budidaya tambak, dan menganalisis hubungan kesesuaian lokasi usaha dan keberhasilan operasional budidaya tambak

Evaluasi kesesuaian lahan tambak PT. IYP dilakukan dengan pembobotan dan pengharkatan pada multikriteria biofisik dan peraturan mengenai kawasan sempadan pantai. Perancangan sistem informasi diawali dengan analisis terhadap kebutuhan, kemudian dilakukan implementasi dari hasil rancangan sistem informasi dengan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0. Data budidaya dituangkan dalam database dengan model data relasional, dan dikelola dengan menggunakan MySQL. Sistem informasi yang dibangun memiliki aktivitas input data, pemrosesan, dan menghasilkan output berupa informasi dalam bentuk grafik dan tabel. Proses input dan output diawali dengan pemilihan kolam sebagai identitas spasial data budidaya. Pemrosesan data yang dilakukan dalam sistem informasi ini adalah operasi matematis atau kalkulasi, akumulasi data deret waktu, dan perbandingan data antar kolam.

Hasil evaluasi kesesuaian lahan menggambarkan bahwa secara biofisik, lahan tambak PT. IYP terletak dalam kelas “sangat sesuai” dan “cukup sesuai”. Luasan lahan tambak yang berada dalam kelas “sangat sesuai” adlah seluas 11,71 ha (51,26 %) dan kelas “cukup sesuai 11,13 ha (48,74%). Berdasarkan peraturan perlindungan kawasan pesisir yang tertuang dalam Keppres 32/ 1990, lahan tambak PT. IYP kategori kelas “cukup sesuai” berada pada kawasan sempadan pantai. Batas utara lahan tambak PT. IYP berada pada garis pantai dan tidak memiliki jalur hijau selebar 200 m. Kurang tepatnya lokasi menyebabkan tambak terkena dampak abrasi secara terus menerus.

(4)

matematis atau penghitungan dengan formula. Proses akumulasi data deret waktu bertujuan untuk memantau fluktuasi data budidaya khususnya kualitas air (pH, salinitas, DO), perbandingan data antar kolam atau secara spasial dilakukan untuk mengevaluasi kondisi budidaya beberapa kolam produksi (perbandingan padat tebar, hasil panen atau pertumbuhan bobot udang). Operasi matematis atau penggunaan formula digunakan untuk menghasilkan informasi mengenai padat tebar, survival rate (SR), feeding convertion ratio (FCR), hasil sampling, total pakan harian, akumulasi jumlah pakan, pertumbuhan bobot udang harian (ADG), dan nilai produksi/ ha dalam waktu singkat.

Kemampuan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP dalam efisiensi pengolahan data menjadikannya sebagai tool yang efektif dalam proses evaluasi dan pengambilan keputusan. Perbedaan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP dengan metode pengelolaan data secara manual terletak pada beberapa hal yang sekaligus menjadi keunggulan yakni penyimpanan data yang ringkas dalam satu database, sistem informasi dapat bersifat statis dan dinamis, kemudahan dan efisiensi waktu dalam proses updating, manipulasi, penelusuran, serta pengolahan data budidaya menjadi output yang mudah diinterpretasi oleh user, fleksibilitas penggunaan data, kemudahan transmisi data, dan tersedianya fungsi pengamanan data.

Variasi nilai produksi tambak PT. IYP yang dapat ditampilkan secara cepat pada sistim informasi menunjukkan bahwa produksi kolam tambak PT. IYP pada Blok 1 dan 4 lebih rendah dari kolam pada Blok 2 dan 3. Berdasarkan evaluasi kesesuaian lahan, tambak pada Blok 2 dan 3 berada pada kelas “sangat sesuai” sedangkan Blok 1 dan 4 berada pada kelas “cukup sesuai”.

(5)

Culture Information System Development of PT. Indonusa Yudha Perwita. Supervised by JONSON LUMBAN GAOL AND EDDY SUPRIYONO.

Utilization of GIS excess in land suitability analysis and Shrimp Culture Information System development of PT Indonusa Yudha Perwita (PT. IYP) are based on the absence of land suitability information and the lack of computerized data management. The study is designed to evaluate land suitability of PT. IYP’s ponds, to develop information system for aquaculture data management, and to analyze relation of land suitability of ponds and aquaculture operational success. The analysis of land suitability is performed by using multicriteria biophysical, and constraint factors like legislation to protect mangroves as buffer zone along coastline. Information system is built through requirement analysis stages, system design, and system development. The result of land suitability analysis is that 11.13 ha ponds area of PT. IYP located in moderately suitable class, and the rest 11.71 ha is very suitable. Due to government regulation in Keppres no. 32/ 1990, the moderately suitable area is designated as coastal greenbelt of mangrove. Shrimp Culture Information System of PT. IYP is able to provide efficiency, especially in time and data storage. Its capability in data processing, including, spatial comparison, temporal variation, and algebra application (FCR, SR, ADG, etc.), provides efficiency in evaluating shrimp culture activities. Lower yield from ponds locating on moderately suitable area than that from ponds in very suitable land is revealed as relation land suitability of PT. IYP to its production value.

(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang- undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 3 Juni 1985 dari ayah Ir. Thomas Aquinas Gatot R., MM dan ibu Ir. Astuti Nurtjahyati. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara.

(8)

PT. INDONUSA YUDHA PERWITA

Aninda Wisaksanti Rudiastuti

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Mayor Teknologi Kelautan

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Judul : Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Pengembangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita

Nama : Aninda Wisaksanti Rudiastuti NRP : C552080091

Mayor : Teknologi Kelautan (TEK)

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Jonson L.Gaol, M.Si Dr. Ir. Eddy Supriyono, M.Sc

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Djisman Manurung, M.Sc Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(10)
(11)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah berjudul “Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Pengembangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita” berhasil diselesaikan. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Mayor Teknologi Kelautan, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Ir. Jonson L. Gaol, M.Si selaku ketua komisi pembimbing atas segala ilmu, bimbingan, arahan, tuntunan, saran dan motivasi selama masa perkuliahan, penelitian, penyusunan hingga penulisan tesis.

2. Bapak Dr. Ir. Eddy Supriyono, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing atas setiap ilmu khususnya di bidang budidaya, bimbingan, saran, arahan dan motivasi selama penelitian, penyusunan dan penulisan tesis.

3. Bapak Dr. Ir. Vincentius P. Siregar, DEA selaku dosen dan penguji luar komisi atas ajaran, saran serta masukkan dalam penulisan tesis.

4. Bapak Dr. Ir. Djisman M. Manurung, M.Sc selaku koordinator mayor Teknologi Kelautan yang telah memberikan masukkan dalam penulisan tesis

5. Bapak Prof. Dr. Enang Harris atas informasi dan saran mengenai lokasi penelitian

(12)

8. Bapak Chris Ferdian Z. atas segala bantuan, bimbingan dan masukkan dalam menyelesaikan rancangan sistem informasi budidaya tambak. 9. Orang tua tercinta Th. Aq. Gatot R dan Astuti Nurtjahyati, serta adik- adik

penulis Cecilia Dinda dan Severianus Sony, atas segala doa, cinta dan kasih sayang, perhatian, motivasi, kebersamaan serta dukungan atas segala hal dalam kehidupan.

10. Teman- teman yang telah memberikan banyak dukungan, bantuan, dan saran dalam proses penelitian dan penulisan tesis ini, khususnya Anggi Afif Muzaki, Daniel Siahaan, Indra Verdian Karif, I. Rizki, Abie Ariyo, Yohan S.,Fina Mariany, dan Mbak Mufida. Motivator dan pemberi semangat, Franky Hamonangan Sitinjak.

11. Rekan mayor Teknologi Kelautan angkatan 2008, Pak Paharuddin, Pak Vito Yuwono, Pak Yuliyanto, Pak Jusron Ali R., Pak Aguinaldo Hendrik Suikeno, Pak Juni W., Zulham, atas motivasi dan dukungannya.

12. Keluarga besar Sekolah Pasca Sarjana Mayor Teknologi Kelautan 2008 atas pengalaman, kebersamaan, dan persahabatan selama masa studi. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu di bidang kelautan dan perikanan.

Bogor, Agustus 2011

(13)

xiii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 2

1.3 Tujuan penelitian ... 3

1.4 Manfaat penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Budidaya tambak ... 5

2.2 Sistem budidaya tambak udang intensif ... 5

2.3 Udang vannamei ... 6

2.3.1 Klasifikasi udang vannamei ... 7

2.4 Pengembangan lokasi budidaya tambak di pesisir ... 8

2.5 Kesesuaian lokasi usaha tambak ... 9

2.5.1 Sumber air dan kualitasnya ... 10

2.5.2 Karakteristik tanah ... 11

2.5.3 Topografi ... 12

2.5.4 Curah hujan ... 13

2.5.5 Pasang surut ... 13

2.6 Data ... 14

(14)

xiv

2.9 Sistem informasi ... 16

2.10 Sistem Informasi Geografis ... 17

2.10.1 Komponen SIG ... 18

3.4.3 Data kualitas sumber air budidaya ... 29

3.4.4 Data budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita ... 30

3.5 Metode pengolahan dan analisis data ... 30

3.5.1 Evaluasi kesesuaian lahan tambak PT. Indonusa Yudha Perwita... 31

3.5.2 Pengembangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP... 33

3.5.2.1 Pembentukan database... 33

3.5.2.2 Perancangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP... 34

3.5.2.3 Evaluasi Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP... 40

(15)

xv

4.2 Tambak udang PT. Indonusa Yudha Perwita ... 43

4.2.1 Sejarah singkat tambak PT. Indonusa Yudha Perwita ... 44

4.2.2 Kegiatan budidaya udang vannamei di PT. Indonusa Yudha Perwita ... 44

4.2.3 Tahapan kegiatan budidaya udang vannamei ... 46

4.3 Karakteristik biofisik pesisir Kecamatan Patrol, Indramayu .. 53

4.4 Kesesuaian lahan budidaya tambak di kecamatan Patrol .... 55

4.5 Evaluasi kesesuaian lahan tambak PT. Indonusa Yudha Perwita ... 58

4.6 Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP ... 64

4.6.1 Aktivitas Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP ... 66

4.6.2 Evaluasi Sistem Budidaya Tambak Udang PT. IYP ... 78

4.7 Pemanfaatan sistem informasi dalam pengkajian kesesuaian lahan dengan keberhasilan operasional tambak PT. Indonusa Yudha Perwita ... 81

V. SIMPULAN DAN SARAN ... .. 83

5.1 Simpulan ... .. 83

5.2 Saran ... .. 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(16)

xvi

Halaman

1. Kualitas air tambak udang ... 11

2. Hubungan antara tekstur tanah dengan kelayakannya sebagai lahan tambak ... 12

3. Alat penelitian ... 26

4. Data penelitian ... 26

5. Matriks kesesuaian lahan budidaya tambak ... 32

6. Pemrosesan data budidaya dalam Sistem Informasi Pengelolaan Budidaya Tambak PT. IYP (a) dan (b)... 38

7. Jadwal kegiatan harian dalam kegiatan budidaya ... 51

8. Luas kelas kesesuaian lahan tambak PT. IYP ... 58

9. Faktor penyusun kesesuaian lahan tambak PT. IYP ... 58

(17)

xvii

Halaman

1. Diagram alir perumusan masalah ... 4

2. Udang vannamei (L.vannamei) ... 8

3. Data, proses dan informasi ... 14

4. Kunci primer dan kunci asing dalam hubungan antar relasi ... 16

5. Komponen sistem informasi dalam aktivitas sistem informasi .. 17

6. Skema proses perencanaan dengan SIG ... 18

7. Komponen Sistem Informasi Geografis ... 19

8. Tipe data Sistem Informasi Geografis ... 20

9. Lokasi penelitian ... 24

10. Peta tata letak tambak PT. Indonusa Yudha Perwita ... 25

11. Skema integrasi seluruh kriteria dan faktor pembatas dalam penentuan kesesuaian lahan budidaya tambak ... 33

12. Format tabel data budidaya dalam database tambak PT. IYP ... 35

13. Diagram ER Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP ... 36

14. Aktivitas sistem informasi pengelolaan budidaya tambak PT. IYP ... 39

15. Diagram alir penelitian ... 41

16. Kolam dalam masa pembuangan air dan pengeringan (a), Saluran pembuangan di tengah kolam (b)... 48

17. Proses pemasangan kincir... 49

18. Vitamin udang dalam masa pembesaran di tambak PT. IYP (a) Wheat Gluten, TOP S, Pro 2; (b) BioVit Aquatic... 51

19. Kesesuaian lahan tambak Kecamatan Patrol, Indramayu ... 57

(18)

xviii 22. Kondisi bagian depan tambak yang terkikis abrasi... 63

23. Sistem Informasi Pengelolaan Budidaya Tambak PT. IYP ... 65 24. Alur proses input dan output Sistem Informasi Budidaya

Tambak Udang PT. IYP... 66 25. Layar menu input formasi data dalam Sistem Informasi

Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita... 68 26. Menu input lima jenis data budidaya dalam Sistem Informasi

Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita... 70 27. Evaluasi proses budidaya periode Maret- Juli 2009

menggunakan Sistem Informasi Budidaya

Tambak Udang PT. IYP ... 73 28. Evaluasi data kualitas air budidaya periode Maret- Juli 2009

berdasarkan Sistem Informasi Budidaya Tambak

(19)

xix

Halaman

1. Stasiun pengambilan data kualitas air pesisir Kabupaten

Indramayu ... 91

2. Stasiun pengambilan data kualitas sumber air budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita ... 92

3. Metode pengukuran dan foto alat pengambilan data

10. Peta penggunaan lahan (Landuse) Kecamatan Patrol ... 105

11. Peta kualitas tanah Kecamatan Patrol ... 105

12. Peta aksesibilitas dan buffer jalan ... 107

13. Grafik ramalan pasang surut air laut di stasiun Cirebon ... 107

14. Peta kesesuaian lahan Kecamatan Patrol dengan faktor pembatas ... 108

15. Panduan penggunaan Sistem Informasi BudidayaTambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita ... 109

16. Tabel output Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. Indonusa Yudha Perwita ... 133

17. Tabel hasil produksi kolam tambak PT. Indonusa Yudha Perwita ... 135

(20)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Usaha budidaya udang di Indonesia diawali dengan budidaya udang windu (Penaeus monodon) dan udang putih (Penaeus merguiensis). Introduksi udang vannamei dilakukan pertama kali pada tahun 2001. Introduksi udang vannamei dilakukan dengan maksud membangkitkan kembali usaha pertambakan udang karena budidaya udang windu masih banyak menemui kendala. Udang vannamei dipilih sebagai komoditi budidaya salah satunya adalah karena sifat Spesific Patogen Free (SPF). Hasil produksi budidaya udang vannamei menurut data statistik perikanan tahun 2009 dalam Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2009) mencapai 170.969 ton dan merupakan jenis udang dengan tingkat produksi tertinggi dibandingkan dengan jenis udang lainnya.

Usaha budidaya tambak tersebar hampir diseluruh daerah pesisir dengan tingkat pemanfaatan yang berbeda. Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2005), tingkat pemanfaatan lahan di Jawa Barat untuk budidaya air payau mencapai taraf 91,11%. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2009) hingga tahun 2009 tingkat pemanfaatan lahan untuk tambak di Indonesia mencapai 606.680 ha atau 57,91% dari seluruh lahan budidaya.

(21)

Travaglia 1995). Kelebihan SIG sebagai sistem informasi berbasis keruangan pun dapat digunakan sebagai dasar dalam membangun sistem informasi pengelolaan budidaya. Sistem informasi pengelolaan budidaya tambak udang dapat memudahkan proses manajemen dan evaluasi budidaya untuk pengambilan keputusan.

1.2 Perumusan masalah

(22)

Manajemen budidaya mencakup semua aspek teknis, seperti penggunaan air dan kualitasnya, komoditi budidaya, proses produksi, hingga identifikasi dan pemecahan masalah produksi. Penanganan data budidaya secara konvensional menyebabkan proses evaluasi data membutuhkan waktu lama. Hal tersebut tentunya cukup menghambat, mengingat evaluasi bukanlah hal utama yang sangat diperlukan, namun merupakan suatu langkah sehat yang sangat membantu dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas (Meade 1989). Proses evaluasi terhadap kegiatan budidaya akan dipermudah dengan adanya suatu sistem informasi. Sistem informasi berperan sebagai pengaman data dari setiap kolam tambak, dan sebagai alat pemroses data budidaya menjadi suatu informasi yang mendukung proses pengambilan keputusan.

Penggunaan SIG untuk mengevaluasi kembali suatu lokasi budidaya tambak, sekaligus sebagai acuan dalam pengelolaan data budidaya belum banyak dilakukan, sehingga perlu dicoba untuk diterapkan pada tambak yang masih berproduksi. Selama menjalankan proses produksi, PT. IYP belum memiliki informasi mengenai kesesuaian lahan untuk lokasi tambaknya, selain itu, metode pengelolaan data budidaya pun masih dilakukan secara manual. Perumusan masalah dituangkan dalam diagram alir pada Gambar 1.

1.3 Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

- Mengevaluasi kesesuaian lokasi budidaya tambak udang PT. IYP

- Mengembangkan sistem pengelolaan data budidaya tambak PT. IYP

(23)

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh adalah :

- Informasi kesesuaian lokasi budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita

- Sistem informasi pengelolaan budidaya tambak yang dihasilkan dapat digunakan sebagai tool dalam manajemen, evaluasi, serta early warning system usaha budidaya tambak.

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budidaya tambak

Budidaya tambak merupakan kegiatan pemeliharaan untuk memperbanyak (reproduksi), menumbuhkan serta meningkatkan mutu biota akuatik di dalam suatu kolam, dan agar dapat diperoleh suatu hasil yang optimal maka perlu disiapkan suatu kondisi tertentu yang sesuai bagi komoditas yang akan dipelihara (Effendi 2009). Dahuri et al. (1997) menyatakan bahwa agar budidaya perairan dapat berkelanjutan dan optimal, maka pemilihan lokasi harus dilakukan secara benar dan menurut pada kaidah- kaidah ekologis dan ekonomi.

2.2 Sistem budidaya tambak udang intensif

Sistem budidaya udang yang diterapkan di Indonesia ada beberapa tingkatan yaitu tradisional, semi intensif dan sistem intensif. Perbedaan yang menonjol dari ketiga tingkatan tersebut adalah pada segi pengaturan lingkungan hidup, jenis pakan, padat tebar, modal dan luas lahan, serta pengendalian hasil.

(25)

Usaha peningkatan produksi udang vannamei dapat dilakukan melalui pemberian pakan yang tepat baik secara kualitas maupun secara kuantitas, yang merupakan syarat untuk mendukung pertumbuhan udang (Tahe 2008). Pakan buatan berkualitas tinggi dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisional dari spesies yang dibudidayakan, dimana pemberian pakan secara menyeluruh ada dibawah pengawasan manusia. Budidaya udang intensif dilakukan dengan teknik yang canggih dan memerlukan input biaya yang besar, sebagai imbangan dari vannamei berasal dari Perairan Amerika Tengah. Negara di Amerika Tengah dan Selatan seperti Ekuador, Venezuela, Panama, Brasil, dan Meksiko sudah lama membudidayakan jenis udang yang juga dikenal dengan nama pacific white shrimp.

Vannamei banyak diminati, karena memiliki banyak keunggulan antara lain, relatif tahan penyakit, pertumbuhan cepat (masa pemeliharaan 100 - 110 hari), padat tebar tinggi, sintasan pemeliharaan tinggi dan Feed Convertion Ratio rendah (Hendrajat et al. 2007). Tingkat kelulushidupan vannamei dapat mencapai 80 - 100% (Duraippah et al. 2000), dan menurut Boyd dan Clay (2002), tingkat kelulushidupannya mencapai 91%. Berat udang ini dapat bertambah lebih

(26)

sekitar 1 gram/ minggu. Udang betina tumbuh lebih cepat daripada udang jantan (Wyban et al. 1995).

Udang vannamei termasuk hewan omnivora yang mampu memanfaatkan pakan alami yang terdapat dalam tambak seperti plankton dan detritus yang ada pada kolom air sehingga dapat mengurangi input pakan berupa pelet. Kandungan protein pada pakan untuk udang vannamei relatif lebih rendah dibandingkan udang windu. Menurut Briggs et al. (2004), udang vannamei membutuhkan pakan dengan kadar protein 20-35%.

(27)

Gambar 2. Udang vannamei (L.vannamei)

2.4 Pengembangan lokasi budidaya tambak di pesisir

Upaya pembukaan lahan budidaya tambak beserta pengembangannya seharusnya memperhatikan peraturan seperti tertuang dalam UU no. 5/1990 Bab I Pasal 5 yaitu :

a. perlindungan sistem penyangga kehidupan

b. pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya

c. pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Pertimbangan bagi lahan pesisir untuk usaha pertambakan ditentukan oleh kualitas dan karakteristik tanah kolam, kualitas dan kuantitas sumber air (asin dan tawar), kemudahan pengisian dan pembuangan air khususnya dengan memanfaatkan pasang surut, topografi, kondisi klimatologi daerah pesisir dan hulu (Pillay dan Kutty 2005).

(28)

yang berorientasi pada optimalisasi produksi menjadi salah satu penyebab tingginya tingkat kegagalan akibat terjangkit virus dan penyakit atau kualitas udangnya terus menurun (Nurdjana 2005).

2.5 Kesesuaian lokasi usaha tambak

Kesesuaian lahan (land suitability) merupakan kecocokan (adaptability) suatu lahan untuk tujuan penggunaan tertentu, melalui penentuan nilai (kelas) lahan serta pola tata guna tanah yang dihubungkan dengan potensi wilayahnya, sehingga dapat diusahakan penggunaan lahan yang lebih terarah berikut usaha pemeliharaan kelestariannya (Hardjowigeno 2001). Kapetsky dan Travaglia (1995) menekankan bahwa investor yang tertarik dalam bidang pengembangan budidaya juga membutuhkan informasi spasial khususnya pada saat pemilihan lokasi dari beberapa alternatif pilihan lokasi yang memiliki perbedaan karakteristik biofisik dan sosial ekonomi. Penilaian kesesuaian lahan merupakan suatu penilaian secara sistematik dari lahan dan menggolongkannya ke dalam kategori berdasarkan persamaan sifat atau kualitas lahan yang mempengaruhi kesesuaian lahan bagi suatu usaha tertentu (Bakosurtanal 1996).

Menurut Rossiter (1996), evaluasi kesesuaian lahan sangat penting dilakukan karena lahan memiliki sifat fisik, sosial, ekonomi dan geografi yang bervariasi atau dengan kata lain lahan diciptakan tidak sama. Adanya variasi sifat tersebut dapat mempengaruhi penggunaan lahan yang sesuai, diantaranya untuk budidaya tambak.

(29)

Pertanian dan Menteri Kehutanan Nomor KB.550/264/Kpts/4/1984 dan Nomor 082/Kpts-II/1984, yang menyebutkan bahwa lebar sabuk hijau mangrove adalah 200 m. Surat Keputusan tersebut kemudian dijabarkan melalui Surat Edaran Nomor 507/IV-BPHH/1990 tentang penentuan lebar sabuk hijau hutan mangrove, yaitu sebesar 200 meter di sepanjang pantai dan 50 m disepanjang tepi sungai. Keputusan tersebut diperkuat dengan Keputusan Presiden No.32 tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung, yakni lebar jalur hijau (m) adalah 130 x rata- rata tunggang air pasang purnama (tidal range).

Beberapa komponen penting yang harus diperhatikan guna mewujudkan keberhasilan usaha tambak yaitu pasokan air, topografi, tipe tanah, vegetasi, elevasi, serta pengaruh aliran sungai dan banjir (Rabanal et al. 1976, diacu dalam Abdurrahman 2004). Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan kesesuaian lokasi tambak, antara lain:

2.5.1 Sumber air dan kualitasnya

(30)

Diluar kuantitas pasokan air yang cukup, kualitas air perlu diperhatikan dalam usaha tambak. Persyaratan mutu air tambak untuk budidaya udang ditampilkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kualitas air tambak udang

No Parameter Satuan

Sumber: (*)Boyd (1991); (**)Wyban dan Sweeny (1991); (***)Effendi (2003); (****)Amri dan Kanna (2008)

2.5.2 Karakteristik tanah

Tanah yang baik untuk pertambakan adalah liat berpasir atau liat berlumpur. Tanah tambak umumnya terbentuk dari hasil endapan (alluvial), sehingga kesuburannya sangat ditentukan oleh jenis dan kualitas material yang diendapkannya (Afrianto dan Liviawaty 1991). Kualitas tanah tambak berperan penting dalam usaha budidaya tambak, bukan hanya karena pengaruhnya terhadap produktivitas maupun kualitas air yang berada diatasnya, namun juga karena faktor kesesuaiannya untuk konstruksi pematang dan selokan disekitar tambak (Pillay dan Kutty 2005).

(31)

berlumpur (silty clay), lempung berliat (clay loam), lempung liat berlumpur (silty clay loam) dan liat berpasir (sandy clay) lebih sesuai untuk konstruksi tambak. Hal ini dikarenakan tekstur tersebut memiliki luas permukaan yang lebih besar dan dengan demikian dapat menyerap lebih banyak nutrien dan menahan kemudian melepaskan kembali untuk pembentukan bahan organik dalam tambak (Pillay dan Kutty, 2005). Karakteristik tekstur tanah ditunjukkan dalam Tabel 2. Pada tambak udang intensif diperlukan dasar tambak yang kompak dan keras agar kualitas dasar tambak dapat dipertahankan selama periode pemeliharaan.

Tabel 2. Hubungan antara tekstur tanah dengan kelayakannya sebagai lahan tambak

Tekstur tanah Permeabilitas Kepadatan Kelayakan Liat (Clay) Kedap air Cukup Sangat baik Liat berpasir (Sandy

clay) Kedap air Baik Baik

Lempung (Loam) Semi kedap air Sedang Sedang Silty Semi kedap air Jelek - baik Jelek

Peaty Kedap air Jelek Buruk

Sumber: Afrianto dan Liviawaty (1991)

2.5.3 Topografi

(32)

2.5.4 Curah hujan

Daerah yang ideal untuk dijadikan lahan tambak adalah daerah dengan curah hujan 2000 mm/ tahun dengan bulan kering 2 -3 bulan. Apabila curah hujan melebihi 2000 mm/ tahun dan tidak terdapat bulan kering atau hujan sepanjang tahun, maka akan menimbulkan masalah besar. Kondisi seperti ini sangat penting untuk diperhatikan, agar tambak dapat berproduksi lebih baik dan stabil, untuk memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan mineralisasi bahan organik, dan menghilangkan bahan toksik seperti H2S, serta untuk menumbuhkan pakan alami dalam tambak, maka perlu dilakukan pengeringan dasar tambak secara rutin menjelang penebaran benur, yang mana semua hal tersebut memerlukan bulan kering (Soeseno 1988)

2.5.5 Pasang surut

Dua hal yang berkenaan dengan pasang surut adalah proses pemasukkan dan pembuangan air dalam proses produksi tambak. Pola pasang surut air akan mempengaruhi tipe dan manajemen tambak serta biaya operasinya. Agar kelancaran pengelolaan terjamin baik perlu diperhatikan agar tambak terletak pada lokasi dimana pasang- surutnya menguntungkan (Poernomo 1992).

(33)

usaha tambak dengan sistem pompa akan lebih ekonomis daripada tambak yang bergantung pada pasang surut.

2.6 Data

Data merupakan sekumpulan fakta mentah yang mewakili kejadian yang berlangsung dalam organisasi atau lingkungan fisik sebelum ditata dan diatur ke dalam bentuk yang dapat dipahami dan digunakan orang (Laudon dan Laudon 1998). Data dapat diolah lebih lanjut untuk menjadi sesuatu yang lebih bermakna, dan selanjutnya disimpan dalam database.

2.7 Informasi

Informasi memiliki pengertian berbeda dengan data. Informasi merupakan hasil olahan data sehingga lebih bermakna. Hoffer et al. (2005) menyatakan bahwa informasi adalah data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakannya. Informasi dapat sangat berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau di masa mendatang (Davis 1999). Pemrosesan data menjadi sebuah informasi (Gambar 3) dapat melalui beberapa tahap seperti peringkasan, pererataan, penyajian dalam bentuk grafik, atau pemrosesan lainnya, dengan tujuan memudahkan interpretasi bagi pengguna (Kadir 2009).

Gambar 3. Data, proses, dan informasi

(34)

2.8 Database

Database adalah kumpulan terorganisir dari data yang secara nalar saling berkaitan (Hoffer et al. 2005). Menurut Prahasta (2009) database atau basis data adalah kumpulan data non-redundant yang saling terkait satu sama lainnya, dalam usaha membentuk bangunan informasi yang penting (enterprise) dan dapat digunakan bersama oleh sistem aplikasi yang berbeda. Penerapan database dalam suatu sistem informasi dinamakan database sistem, yaitu sebuah sistem informasi yang mengintegrasikan kumpulan data yang saling berhubungan, dan membuatnya tersedia untuk beberapa aplikasi (Kadir 2008). Komponen- komponen utama dalam sebuah sistem database adalah perangkat keras (hardware), sistem operasi, database, sistem pengelola database (DBMS), pemakai (user), dan aplikasi (perangkat lunak) lainnya (optional) (Fathansyah 2002).

Database dikelola dengan perangkat lunak yang memungkinkan pengguna memakai, memelihara dan mengakses sumberdaya data secara efisien yakni DBMS atau Database Management System. Kelebihan penggunaan DBMS adalah mengurangi duplikasi data dan untuk keamanan data (Mulyanto 2009). Kecenderungan peningkatan penggunaan DBMS adalah dalam pengelolaan data SIG dan data non-spasial. Hampir semua Sistem Informasi Geografis yang bersifat komersil turut menyertakan beberapa bentuk dari DBMS (Aronoff 1991).

2.8.1 Database Relasional

(35)

beberapa kelebihan, antara lain cenderung mudah diakses, fleksibel, mudah dikembangkan strukturnya, serta operasi penambahan atau pengurangan yang diberlakukan tidak menyebabkan anomali atau perubahan hubungan antar tabel (Prahasta 2009).

Kadir (2009) mengungkapkan bahwa setiap tabel dalam database model relasional dapat berhubungan yang dibentuk melalui mekanisme kunci primer (primary key) dan kunci asing (foreign key). Kunci primer berperan sebagai identitas yang unik dari setiap record, sedangkan kunci asing adalah kolom yang berperan sebagai penghubung dengan kunci primer di tabel lain (Mulyanto 2009). Ilustrasi hubungan antar tabel dalam model database relasional ditunjukkan dalam Gambar 4.

Gambar 4. Kunci primer dan kunci asing dalam hubungan antar relasi

2.9 Sistem Informasi

(36)

manusia, perangkat keras, perangkat lunak, data, dan jaringan. Sistem Informasi memiliki beberapa aktivitas yaitu input, proses, output, penyimpanan, dan pengendalian. Input merupakan proses memasukkan data. Pemrosesan dalam sistem informasi adalah melakukan pengolahan data dengan operasi matematika. Aktivitas output memberikan hasil dalam bentuk laporan, gambar, grafik, berkas, audio maupun video. Mekanisme penyimpanan dalam sistem informasi adalah aktivitas menyimpan data dan informasi secara teratur untuk

digunakan kemudian (O’Brien 2005). Komponen sistem informasi dalam aktivitas

sistem informasi dituangkan dalam Gambar 5.

Sumber: O’Brien (2005)

Gambar 5. Komponen sistem informasi dalam aktivitas sistem informasi

(37)

dengan menggunakan sejumlah perangkat konseptual yakni model ER (Entity Relationship) sehingga menjadi suatu diagram relasi antar entitas (Prahasta 2009).

2.10 Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem Informasi Geografi adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi bereferensi geografis (Aronoff 1991). Definisi SIG menurut Burrough (1986), serta Kapetsky dan Travaglia (1995) adalah integrasi dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang didesain untuk mencapai efisiensi guna memperoleh, menyimpan, memanipulasi, mengambil kembali, menganalisis, menampilkan dan melaporkan semua bentuk informasi bereferensi geografis untuk memenuhi suatu tujuan tertentu. SIG merupakan sistem yang mampu mendukung (proses) pengambilan keputusan (terkait aspek) spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi lokasi dengan karakteristik- karakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut (Gistut 1994, diacu dalam Prahasta 2009). Perencanaan dengan SIG berkaitan dengan kondisi dunia nyata di awal dan akhir proses, hal ini diilustrasikan pada Gambar 6.

Sumber: Modifikasi Aronoff (1991)

(38)

2.10.1 Komponen SIG

SIG memiliki empat rangkaian kemampuan dasar untuk menangani data bereferensi geografis yaitu input data, manajemen data, manipulasi dan analisis data, dan output (Prahasta 2009). Definisi input data adalah mengkonversi data dari format awal menjadi format yang dapat diterima dan digunakan dalam SIG. Manajemen data mencakup fungsi - fungsi yang diperlukan untuk menyimpan dan mengambil kembali data dari basis data. Manipulasi dan analisis data menentukan informasi yang dapat diperoleh melalui SIG. Output merupakan keluaran yang dihasilkan atau fungsi pelaporan dari SIG yang lebih baik dalam mutu, ketelitian dan kemudahan penggunaan. Output yang dihasilkan dapat berbentuk peta, tabel, nilai atau teks dalam format hardcopy atau softcopy (Aronoff 1991).

Menurut Gistut (1994), diacu dalam Prahasta (2001), Sistem Informasi Geografis memiliki beberapa komponen seperti perangkat keras, perangkat lunak,data dan informasi geografi, pengguna serta manajemen (Gambar 7).

Sumber: Gistut (1994), diacu dalam Prahasta (2001) Gambar 7. Komponen Sistem Informasi Geografis

(39)

2.10.2 Format data SIG

Pada dasarnya terdapat dua jenis sistem SIG yakni sistem vektor dan raster. Kedua sistem ini membedakan bagaimana data spasial direpresentasikan dan disimpan yaitu data raster atau data vector (Nath et al. 2000). Dalam sistem vektor dan raster, digunakan „sistem koordinat geografis’ untuk menampilkan ulang suatu bentuk ruang (Aronoff 1991). Pembedaan jenis data SIG dituangkan dalam Gambar 8.

Gambar 8. Tipe data Sistem Informasi Geografis

Nath et al. (2000) memaparkan bahwa data spasial dengan format vektor

didefinisikan dan direpresentasikan sebagai “titik”, “garis”, dan “poligon”. Lokasi

pompa di tambak direpresentasikan sebagai titik, sungai atau jalan sebagai garis, sedangkan poligon umum digunakan untuk menggambarkan area seperti ladang. Pada data raster, ruang direpresentasikan oleh grid yang seragam, dimana setiap sel memiliki deskriptor unik berdasarkan sistem koordinat (Gambar 8).

(40)
(41)

III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Oktober 2010. Lokasi penelitian berada di tambak udang vannamei milik PT. Indonusa Yudha Perwita (PT. IYP), Desa Patrol Lor, Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat. Peta kecamatan Patrol ditunjukkan dalam Gambar 9, dengan peta tata letak tambak PT. IYP ditunjukkan pada Gambar 10.

3.2 Alat dan data penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian, beserta spesifikasi, sumber dan fungsinya dijabarkan dalam Tabel 3. Seluruh data penelitian dicantumkan dalam Tabel 4.

3.3 Metode pengumpulan data

Data penelitian terbagi atas data primer dan data sekunder. Data primer diukur pada saat survey lapangan, mencakup data kualitas sumber air budidaya, kualitas air pesisir, posisi geografis serta dokumentasi kegiatan budidaya, kondisi tambak dan pesisir. Data sekunder berupa data spasial yang digunakan dalam penyusunan kesesuaian lahan tambak, dan data budidaya tambak milik PT. IYP. Pengelompokkan data secara terperinci dituangkan dalam Tabel 4.

(42)
(43)
(44)

Tabel 3. Alat penelitian

Alat Spesifikasi Fungsi

Perangkat keras (hardware)

Komputer dan kelengkapannya Media input, pengolahan data dan pencetak output

GPS Garmin 12XL Pengambilan data posisi

geografis

Refraktometer Atago Pengukuran nilai salinitas

pH meter Tupech Pengukur pH perairan

DO meter/

Termometer Pengukur suhu perairan

Test kit Aqua BASE Pengukur alkalinitas

Test kit Aqua NITE Pengukur konsentrasi nitrat

Test kit Aqua AM Pengukur konsentrasi amoniak

Aerator Aerasi sampel air untuk

pengukuran BOD5

(45)

Tabel 4. Data penelitian

Data GeoEye Google Earth 2010

(46)
(47)

3.4 Metode penelitian

3.4.1 Data spasial

Citra Landsat 7 ETM+ terkoreksi radiometrik dan geometrik, diklasifikasi, kemudian digunakan dalam survey lapangan. Penggabungan hasil analisis citra dengan survey lapangan digunakan untuk memperbaharui dan mengkoreksi seluruh peta kriteria penyusun kesesuaian lahan untuk tambak. Hasil survey lapangan berupa posisi geografis digunakan dalam proses registrasi data Google Earth guna pembuatan ulang layout tata letak tambak.

3.4.2. Data kualitas air pesisir

Pengambilan data kualitas air dikawasan pesisir kecamatan Patrol, mencakup salinitas dan suhu. Data salinitas pesisir digunakan untuk memperoleh sebaran salinitas kecamatan Patrol, sebagai salah satu kriteria dalam penentuan kesesuaian lahan tambak. Sebaran stasiun pengambilan data kualitas air pesisir dilampirkan dalam Lampiran 1.

3.4.3 Data kualitas sumber air budidaya

(48)

3.4.4 Data budidaya tambak PT. IYP

Catatan data budidaya tambak PT. IYP mencakup data kualitas air, data pakan, data plankton, data sampling dan data panen. Keseluruhan data budidaya dari laboratorium dan kantor PT. IYP, digunakan untuk membangun database Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP.

3.5 Metode pengolahan dan analisis data

3.5.1 Evaluasi kesesuaian lahan tambak PT. Indonusa Yudha Perwita

Penentuan kesesuaian lahan untuk lokasi tambak PT. IYP menggunakan kriteria biofisik sebagai faktor pendukung kemudian dievaluasi dengan faktor pembatas yakni regulasi pemerintah mengenai kawasan sempadan pantai dan sungai. Kriteria kesesuaian lahan budidaya tambak mengacu pada matriks dalam Tabel 5, sedangkan kelas kesesuaian dibagi menjadi 4 (FAO 1976), yakni:

Kelas S1  Sangat Sesuai

Kawasan ini didefinisikan sebagai kawasan tanpa faktor pembatas yang serius untuk suatu penggunaan lahan tambak secara lestari, atau hanya memiliki pembatas yang kurang berarti dan atau tidak berpengaruh nyata dalam keberlangsungan usaha tambak.

Kelas S2  Cukup Sesuai

Kawasan ini tergolong memiliki faktor pembatas yang agak serius sebagai lokasi usaha tambak yang lestari. Pembatas tersebut dapat mengurangi produktivitas lahan atau keuntungan yang diperoleh. Dibutuhkan suatu strategi masukan yang lebih untuk mengusahakan lahan kelas ini agar menjadi lebih produktif.

Kelas S3  Sesuai Bersyarat

(49)

apabila dilakukan dengan introduksi teknologi yang lebih modern dalam menjalankan usaha tambak.

Kelas N  Tidak Sesuai

Kawasan ini memiliki penghambat serius yang menjadikannya tidak mungkin untuk dijadikan kawasan usaha tambak.

Penentuan nilai kesesuaian lahan tambak dilakukan dengan metode pembobotan dan pengharkatan (skor). Pemberian bobot dilakukan terhadap setiap parameter atau kriteria penyusun kesesuaian lahan, sedangkan skor diberikan pada masing- masing variabel dari kriteria tersebut. Sistem pemberian skor mengacu pada Kapetsky dan Nath (1997) yakni pemberian skor 4 untuk kriteria yang sangat sesuai (S1), skor 3 untuk kriteria cukup sesuai (S2), skor 2 untuk kriteria sesuai marjinal atau sesuai bersyarat (S3), dan skor 1 untuk kriteria yang tidak sesuai permanen (N). Nilai kesesuaian lahan diperoleh melalui penjumlahan dari hasil perkalian bobot dan skor seluruh kriteria penyusun kesesuaian lahan. Secara matematis, nilai kesesuaian lahan dituliskan dalam rumus:

N =

Keterangan : N = Nilai total kesesuaian lahan Wi = Bobot (weight)

Si = Nilai (skor)

(50)

Tabel 5. Matriks kesesuaian lahan budidaya tambak

(51)

Gambar 11. Skema integrasi seluruh kriteria dan faktor pembatas dalam penentuan kesesuaian lahan budidaya tambak

3.5.2 Pengembangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP

3.5.2.1 Pembentukan database

Database tambak PT. IYP (db_tambak) dirancang mengikuti model data relasional. Dalam pengelolaan database tambak digunakan perangkat lunak DBMS MySQL.

Dalam pembentukan database untuk sistem informasi, data budidaya tambak PT. IYP dikelompokkan menjadi data fisik tambak, data operasional budidaya, dan data panen. Data fisik tambak berupa identitas kolam disimpan dalam tabel kolam (tbl_kolam) dan tabel blok (tbl_blok). Data budidaya yang mencakup data operasional dan panen, didefinisikan dalam beberapa tabel sesuai dengan format catatan manual data budidaya milik PT. IYP, yakni:

a. data kualitas air (tbl_data_harian), b. data pakan (tbl_pakan_harian),

Aksesibilitas

(52)

c. data plankton (tbl_plankton_harian), d. data sampling (tbl_sampling),

e. data jenis plankton (tbl_jenis_plankton), f. data jenis pakan (tbl_jenis_pakan), g. data status anco (tbl_jenis_anco),

h. data waktu pemberian pakan (tbl_waktu), i. data panen (tbl_panen),

Data non budidaya turut disertakan dalam database, yakni data pengguna sistem informasi (tbl_user), dan data penyusun indeks kesesuaian wilayah (tbl_curah_hujan dan tbl_ikw).

Dalam database tambak PT.IYP, setiap tabel memiliki kunci primer. Kunci primer dalam setiap tabel pada database tambak PT. IYP adalah nomor data, hal ini dikarenakan nomor input data tidak mengalami pengulangan. Ilustrasi database tambak PT. IYP dituangkan dalam Gambar 12.

3.5.2.2 Perancangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP

Metode perancangan Sistem Informasi Budidaya Tambak PT.IYP mengadopsi metodologi klasik yang umum digunakan dalam mengembangkan sistem informasi atau System Development Life Cycle (SDLC). Metodologi ini mencakup kegiatan analisis kebutuhan, perancangan sistem, pembuatan sistem dan implementasi rancangan sistem informasi dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0.

(53)

dirancang secara sederhana, disesuaikan dengan ketersediaan infrastruktur dan sumber daya manusia dalam PT. IYP, sehingga sistem informasi mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi penanganan data oleh pekerja.

Gambar 12. Format tabel data budidaya dalam database tambak PT. IYP Format Tabel Pakan

Format Tabel Kolam

(54)

Dalam perancangan sistem informasi, data budidaya tambak udang PT. IYP ditransformasikan menggunakan perangkat konseptual untuk menunjukkan hubungan antar individu data budidaya yakni Diagram ER (Entity Relationship) seperti ditunjukkan dalam Gambar 13. Entitas dalam diagram ER mencakup seluruh individu data budidaya tambak PT. IYP yang terkelompokkan dalam beberapa tabel (entity set), sedangkan relasi menunjukkan hubungan antar tabel data budidaya. Dalam perancangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP, tingkat relasi yang terdapat dalam tabel adalah satu ke banyak (one to many), yakni satu kolam dapat memiliki banyak data budidaya (data pakan, data kualitas air, data plankton, dan lainnya).

Gambar 13. Diagram ER Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT.IYP

(55)

peta tata letak tambak yang terhubungkan dengan tabel data kolam (tbl_kolam) dan data blok (tbl_blok) dalam database tambak. Penggunaan peta tata letak tambak adalah sebagai gambaran posisi setiap kolam sebagai sumber dan kunci pengelompokkan data budidaya.

Input data dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP disesuaikan dengan penggolongan data dalam database. Terdapat dua jenis proses input yakni input formasi data dan input data. Input formasi data bertujuan untuk memudahkan proses input data, dimana data yang dimasukkan dalam formasi data adalah data yang penggunaannya berulang. Data yang dimasukkan dalam formasi data antara lain kolam, waktu pakan, jenis pakan, dan spesies plankton. Input data dikelompokkan menjadi lima menu input yakni input data fisik yang terbagi dalam data identitas kolam blok, input data operasional yang terbagi atas data kualitas air, data pakan, data sampling, data plankton, dan data panen.

Langkah pemrosesan data dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP terbagi menjadi tiga jenis, yakni:

a. Operasi matematis atau kalkulasi (dengan formula) b. Akumulasi data deret waktu (variasi temporal) c. Perbandingan data antar kolam (variasi spasial)

(56)

Tabel 6. Pemrosesan data budidaya dalam Sistem Informasi Pengelolaan Budidaya Tambak PT. IYP (a) dan (b)

(a) Pemrosesan data berdasarkan deret waktu dan spasial

Input Proses Output Keterangan

Data kualitas air (pH, salinitas, DO, suhu, TOM, Alkalinitas, dan lainnya)

Data hasil evaluasi (FCR, SR, ABW, ADG, padat tebar, dan lainnya)

(b) Pemrosesan data dengan operasi matematis (formula)

Input Proses Hasil (Output) Keterangan

Data pakan Σ (bobot pakan 1(jam

ke- i) + bobot pakan

(57)

Mekanisme output pada Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP didasarkan pada kolam sebagai alamat data. Hal ini untuk mempermudah pengelola tambak melakukan kontrol dan evaluasi baik secara temporal maupun spasial. Output sistem informasi dituangkan dalam dua bentuk, yakni:

a. Tabel

Informasi dalam bentuk tabel mencakup kumpulan seluruh data budidaya yang telah diinput dan yang telah diproses dengan algoritma. Tabel hasil sistem informasi dapat dicetak atau disimpan dalam bentuk *.txt.

b. Grafik

Output grafik bertujuan untuk memudahkan interpretasi data, sehingga dapat mempersingkat waktu pengambilan keputusan. Terdapat dua tipe grafik yakni grafik satu kolam untuk menunjukkan variasi temporal, serta grafik antar kolam untuk menampilkan variasi data secara spasial (antar kolam).

Ilustrasi aktivitas dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP ditampilkan dalam Gambar 14.

(58)

3.5.2.3 Evaluasi Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP

Evaluasi sistem informasi dilakukan dengan cara membandingkan sistem informasi yang dihasilkan dengan sistem perekaman data secara manual yang selama ini berlangsung di PT. Indonusa Yudha Perwita. Dari hasil evaluasi dapat diperoleh kelebihan dan kekurangan dari sistem informasi ini yang digunakan untuk pengembangan selanjutnya.

3.5.3 Pemanfaatan sistem informasi dalam pengkajian kesesuaian lahan dengan keberhasilan operasional budidaya tambak PT. IYP

Puncak dari kegiatan budidaya adalah panen, dan hal tersebut dijadikan sebagai suatu gambaran keberhasilan pengelolaan dalam masa pembesaran. Pengkajian hubungan keberhasilan operasional dengan kesesuaian lokasi dilakukan dengan melihat output Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang (SIBTU) PT.IYP berupa data panen atau nilai produksi dari setiap kolam tambak pada waktu yang berbeda. Nilai produksi dari setiap kolam yang berada pada lahan dengan status kesesuaian berbeda dapat memberikan gambaran hubungan kesesuaian lokasi usaha terhadap hasil yang diperoleh.

(59)
(60)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi umum wilayah pesisir Indramayu

Kabupaten Indramayu yang terletak di pantai utara pulau Jawa, pada pada

posisi geografis 107°55’00” – 108°7’30” BT dan 6°15’00” - 6°22’30” LS dengan

garis pantai sepanjang 114,1 km. Kabupaten Indramayu memiliki luas wilayah 204.011 ha, terbagi kedalam 31 kecamatan, 310 desa dan 8 kelurahan. Kabupaten Indramayu berbatasan dengan Laut Jawa, kabupaten Majalengka, Sumedang, Cirebon, dan Subang.

Pesisir utara Pulau Jawa khususnya kabupaten Indramayu sangat rentan dengan permasalahan abrasi yang mengancam keberlangsungan tambak di pesisir. Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu (2007) dari 25,8 km panjang pantai dipesisir kecamatan Sukra hingga Kandanghaur, sekitar 5,114 km diantaranya telah terkena abrasi yang cukup signifikan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Hadikusumah (2009) di Eretan, Indramayu mengenai karakteristik gelombang yang menjadi pemicu mundurnya garis pantai 1,5 m/tahun.

4.2 Tambak udang PT. Indonusa Yudha Perwita

Usaha budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita berlokasi di Desa Patrol Lor, Kecamatan Patrol, Kabupaten DATI II Indramayu, Jawa Barat. Lokasi lahan tambak termasuk di wilayah pesisir Pantura. Tambak PT. Indonusa Yudha Perwita sebelumnya memiliki luasan lebih dari 25 ha, namun saat ini luas lahan

berkurang menjadi  22 ha, akibat terkikis abrasi. Lokasi kegiatan budidaya

(61)

sebagai tambak yang masih produktif, sejak saat didirikan pada tahun 1985 oleh pemilik pertama hingga saat ini. Kondisi yang berbeda jika dibandingkan dengan usaha sejenis di daerah yang sama yang mengalami kegagalan usaha.

4.2.1 Sejarah singkat tambak PT. Indonusa Yudha Perwita

PT. Indonusa Yudha Perwita (PT. IYP) dibeli oleh Sri Prakash dengan kondisi tambak hanya memiliki kolam blok A,B,C pada tahun 1990 (Lampiran 4), kemudian berkembang dengan pembuatan kolam blok D, E, dan F (Gambar 10). Pada awalnya komoditi yang dibudidayakan adalah udang windu, kemudian di tahun 2002 terjadi penggantian komoditi menjadi udang vannamei. Usaha tambak di Desa Patrol Lor, Kecamatan Patrol telah berdiri dan beroperasi sejak tahun 1985, namun pengelolaan bukan dilakukan oleh PT. IYP.

Terdapat 36 kolam tambak yang masih digunakan sebagai media pembesaran dalam PT. IYP hingga tahun 2010, awalnya terdapat 49 tambak, akan tetapi karena adanya pengaruh abrasi, maka kolam pada blok A (A1-A7) dan blok B (B1-B5) terkikis dan tidak dapat digunakan. Blok B mengalami pengurangan luas karena abrasi, sehingga berubah fungsi menjadi kolam penampungan air laut. Kolam C1 pun tidak digunakan sejak tahun 2008 karena dalam riwayat penggunaannya selalu menghasilkan produksi yang rendah, hal ini diduga karena kolam tersebut terkena rembesan buangan limbah domestik dari mess karyawan dan perusahaan, mengingat letak kolam sangat berdekatan dengan saluran pembuangan dari mess.

4.2.2 Kegiatan budidaya udang Vannamei di PT. Indonusa Yudha Perwita

(62)

sebagai jenis SPF membuat PT. Indonusa Yudha Perwita beralih dan mengganti komoditi budidaya dari udang windu menjadi udang vannamei.

Dalam proses budidaya udang vannamei dibutuhkan media pembesaran yakni air dengan kadar salinitas tertentu yang optimal untuk pertumbuhan udang vannamei. Kemudahan akses sumber air sangat penting, dan hal ini dipengaruhi oleh posisi tambak.

a. Sumber air tawar

Sumber air tawar yang digunakan PT Indonusa Yudha Perwita adalah air tanah. Pemakaian dua sumur bor dilakukan sejak tahun 1992. Sumur bor pertama digunakan untuk kebutuhan domestik perusahaan, dan yang kedua untuk pengisian kolam budidaya. Sumur bor untuk kebutuhan domestik memiliki salinitas 0-1‰, sedangkan untuk kebutuhan kolam tambak memiliki salinitas

>3‰. Air pompa yang digunakan untuk tambak tidak dikhawatirkan

menyebabkan intrusi yang parah atau penurunan muka tanah karena menurut pemilik tambak, air tawar digunakan hanya saat musim kemarau untuk menjaga kadar salinitas air tambak (menghindari peningkatan salinitas drastis akibat presipitasi yang tinggi).

b. Sumber air laut

(63)

4.2.3 Tahapan kegiatan budidaya udang vannamei

Kegiatan budidaya udang vannamei dalam tambak PT. Indonusa Yudha Perwita dilakukan dalam beberapa tahapan yang dimulai dari persiapan, proses pembesaran hingga panen. Penjelasan tahap demi tahap yang dilakukan dalam kegiatan budidaya antara lain:

1. Persiapan Lahan

Lama waktu yang dibutuhkan setelah masa panen menuju persiapan kolam sebelum proses tebar benih adalah 3 bulan, dengan 1,5 bulan pertama digunakan untuk pengeringan kolam. Persiapan lahan adalah waktu yang dibutuhkan dalam tahapan ini yaitu 1 sampai dengan 2 bulan dengan rincian sebagai berikut :

a. Pengangkatan lumpur dasar dan pengeringan dasar tambak

(64)

b. Pemberian kapur I

Setelah melewati masa pengeringan, tahap selanjutnya yaitu proses pemberian kapur yang berfungsi antara lain sebagai penyedia kapur dalam proses pergantian kulit, pemberantasan hama dan penyakit, mempercepat proses penguraian bahan organik serta untuk mempertahankan kondisi pH tanah

tambak. Dosis pemberian kapur adalah  500 kg/ha. Teknik pengapuran

dilakukan dengan penyebaran kapur secara merata menggunakan alat sehingga kapur dan tanah dasar dapat teraduk dan kapur dapat masuk sedalam 10 cm. Setelah pemberian kapur, lahan dibiarkan selama 1 minggu.

c. Cangkul balik tanah dan Pengapuran II

Setelah diberi kapur dan dibiarkan selama seminggu, tahap selanjutnya adalah mencangkul balik tanah yaitu proses pembalikan tanah dasar untuk memperoleh unsur hara baru yang berasal dari lapisan tanah yang lebih dalam, sehingga diperoleh kualitas tanah dasar tambak yang baik untuk pembudidayaan. Setelah proses cangkul balik tanah, kemudian dilakukan

pengapuran kembali sebanyak  200kg/ ha.

d. Perataan Tanah

(65)

. (a) (b)

Gambar 16. Kolam dalam masa pembuangan air dan pengeringan (a), Saluran pembuangan di tengah kolam (b)

2. Pengisian Kolam

Kegiatan pengisian air kolam meliputi kegiatan pengambilan air yang berasal dari laut dengan menggunakan pompa submersible masuk kedalam kolam penampungan/ resevoir, yang terdiri dari dua kolam. Setelah kolam penampungan/ reservoir terisi, kemudian air laut tersebut sebagian ada yang dipompakan ke dalam saluran primer, tetapi ada juga yang langsung

dipompakan kedalam kolam yang telah siap. Kolam diisi oleh air laut setinggi 

50 cm, diukur pH dan nilai salinitasnya. Nilai salinitas dan pH disesuaikan dengan standar air dari pembenihan (hatchery). Selanjutnya, dipasang kincir sebanyak 4 buah per kolam, dan selanjutnya kincir tersebut di uji coba (Gambar

(66)

(a) (b)

(c)

Gambar 17. Proses pemasangan kincir (a,b,c)

3. Desinfektan

(67)

4. Fermentasi dan kontrol kualitas air kolam

Proses yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan plankton dengan bantuan fermentasi bahan- bahan seperti bekatul, tepung ikan dan tepung kedelai yang telah direndam selama tiga hari dalam wadah drum berisi air. Campuran bahan- bahan tersebut kemudian ditaburkan kedalam kolam dengan ditambahkan bakteri pengurai jenis lactobacillus sp. untuk mendukung fermentasi. Setelah kegiatan tersebut kemudian dilakukan kontrol beberapa parameter penting yang diperlukan dalam budidaya udang yaitu pH air, salinitas air, transparansi dan plankton. Setelah seluruh kondisi tersebut sesuai kemudian tahap selanjutnya yaitu siap masuk benur (tebar).

5. Penebaran benur

Proses penebaran dilakukan dengan menggunakan benih udang (benur larva) PL 10 dengan padat penebaran rata- rata per kolam >70 ekor/ meter. Sebelum dilakukan penebaran, terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi temperatur dan salinitas. Pada proses penebaran awal digunakan salinitas 25 - 30‰, hal ini dilakukan agar proses aklimatisasi (adaptasi terhadap suhu dan salinitas) dengan kondisi benur dari hatchery tidak susah. Hal ini bertujuan untuk menekan tingkat mortalitas benur.

6. Pembesaran

Periode pembesaran diawali saat benur masuk ke dalam kolam tambak, pemberian pakan merupakan hal yang utama selama periode pembesaran, selain itu pemberian vitamin pun penting dilakukan. Pada saat benur berumur 7 hari – 3 bulan, diberikan vitamin tambahan yakni Wheat Gluten, vitamin C, vitamin TOP S, Pro2, dan Biovit (Gambar 18).

(68)

Super PS dilakukan pada awal budidaya sampai umur 2 bulan. Aplikasi pemberian probiotik dilakukan sesuai kebutuhan tambak. Waktu yang dibutuhkan dalam pembesaran udang adalah 3.5 sampai 4 bulan. Jadwal kegiatan dalam masa pembesaran tertuang dalam Tabel 7.

(a) (b)

Gambar 18. Vitamin udang dalam masa pembesaran di tambak PT. IYP (a) Wheat Gluten, TOP S, Pro 2; (b) BioVit Aquatic

Tabel 7. Jadwal kegiatan harian dalam kegiatan budidaya

(69)

Kontrol anco adalah proses pemeriksaan pakan yang diletakkan pada anco, hal ini bertujuan untuk mengkontrol nafsu makan udang. Banyaknya pakan yang diberikan dalam anco adalah 3% dari jumlah total pakan yang diberikan pada pengurangan jumlah pakan pada jadwal pemberian pakan berikutnya.

Jumlah pakan yang diberikan bergantung pada umur dan kondisi udang. Jumlah pakan untuk malam hari lebih rendah, hal ini disesuaikan dengan sifat udang vannamei yang aktif makan di siang hari, sehingga pemberian pakan dimalam hari lebih dititikberatkan pada faktor keamanan. Pada usaha budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita, terdapat tiga jenis pakan yang diperoleh dari PT Gold Coin Indonesia:

a) Supreme 960 untuk benur umur 0 – 12 hari

b) Supreme 960+ Supreme 961 untuk umur > 12 hari c) Supreme 961+ Supreme 962 untuk > dua minggu d) Setelah 35 hari menggunakan pellet Supreme 933P

(70)

Kegiatan panen dilakukan dalam dua metode yakni panen total dan panen parsial. Panen total dilakukan saat size udang sudah layak panen. Panen parsial bertujuan meminimalisir efek dari kandungan oksigen terlarut yang rendah dan mengganggu pertumbuhan udang. Kondisi kekurangan oksigen diseluruh kolam akibat kondisi kolam yang padat. Panen parsial dilakukan dengan melihat data oksigen terlarut harian dan size udang, pada saat kadar oksigen terlarut tercatat sangat rendah dan size udang sudah cukup memenuhi permintaan pasar, maka keputusan panen parsial diambil.

8. Pasca Panen

Proses penanganan udang sebelum sampai kekonsumen adalah sortir sesuai ukuran, pencucian beberapa kali dengan air bersih atau air es, kemudian packing dalam keranjang yang telah dilapisi serpihan es batu. Penanganan udang hasil panen harus dilakukan dengan cepat karena kualitas udang cepat menurun setelah dipanen. Keterlambatan penanganan udang mengakibatkan udang tidak dapat diterima dipasaran sebagai komoditas ekspor.

4.3 Karakteristik biofisik pesisir kecamatan Patrol, Indramayu

(71)

Variasi curah hujan pada periode 2006 – 2010 adalah 1010,0 – 1836,0 mm/ tahun, dengan nilai curah hujan rata- rata 1364,8 mm/ tahun. Jumlah hari hujan yang tercatat dalam periode 2006 – 2010 berkisar 61 – 92 hari. Data curah hujan dilampirkan dalam Lampiran 9.

Penggunaan lahan di wilayah Patrol masih didominasi oleh sawah, pemukiman serta tambak (Lampiran 10). Jenis tanah pada lokasi penelitian berjenis aluvial sehingga cocok untuk usaha pertanian dan budidaya karena kandungan endapan mineralnya, sedangkan tekstur tanah berkisar pada clay, silty clay dan clay loam, yang mendukung kegiatan pertambakan. Pesisir utara kabupaten Indramayu khususnya daerah Patrol memiliki kelerengan yang cenderung datar yakni 0 - 3% (Tim Survei Tanah Pusat Penelitian Tanah dan Agro Klimat 1990). Kondisi kualitas tanah dan kelerengan lahan di kecamatan Patrol digambarkan dalam Lampiran 11.

Wilayah Patrol memiliki aksesibilitas yang baik, terutama dengan adanya jalur Pantura. Keberadaan jalur Pantura serta jalan pendukung lainnya akan memudahkan suatu usaha tambak dalam menjangkau pasar, konsumen atau penyedia kebutuhan operasional budidaya. Aksesibilitas di kecamatan Patrol dicantumkan dalam Lampiran 12.

(72)

4.4 Kesesuaian lahan budidaya tambak di kecamatan Patrol

Berdasarkan seluruh faktor biofisik yang dimiliki oleh daerah Patrol, maka diperoleh hasil kesesuaian lahan tambak untuk daerah Kecamatan Patrol seperti ditampilkan dalam Gambar 19. Variasi hasil akhir kesesuaian lahan untuk kecamatan Patrol ditentukan oleh keragaman dari setiap kriteria seperti terlampir dalam Lampiran 6 – 12. Dari keseluruhan kriteria yang digunakan dalam penentuan kesesuaian lahan, terdapat beberapa kriteria yang menjadi penentu, dan beberapa kriteria yang tidak berpengaruh dalam variasi kesesuaian lahan. Kriteria biofisik yang tidak memberikan pengaruh nyata dalam variasi hasil kesesuaian lahan secara spasial adalah data yang bersifat homogen yakni curah hujan, kelerengan, dan tekstur tanah. Data curah hujan yang digunakan dalam metode pembobotan bersifat homogen karena terdiri atas nilai rata- rata curah hujan untuk kecamatan Patrol yakni 1364,8 mm/tahun. Demikian halnya dengan kelerengan dan tekstur tanah, kelerengan seluruh daerah Patrol adalah datar yakni 0 – 3%, sedangkan tekstur tanah keseluruhan daerah penelitian adalah clay. Kehomogenan data curah hujan, kelerengan dan tekstur tanah, tidak menyebabkan perubahan dalam variasi nilai akhir kesesuaian, sehingga dapat dilewatkan dalam proses pembobotan untuk penentuan kesesuaian lahan tambak di daerah Patrol.

(73)

tanah dan jarak dari pantai memiliki pengaruh yang lebih rendah dalam perbedaan hasil akhir kesesuaian lahan karena bobot yang lebih rendah dari parameter landuse. Daerah dengan jenis tanah alluvial dan berjarak 300 – 4000 m menjadi daerah yang sangat sesuai hingga cukup sesuai, sedangkan diluar kriteria tersebut merupakan daerah yang kurang sesuai atau tidak sesuai sebagao lahan tambak. Variasi hasil kesesuaian lahan untuk budidaya tambak turut dipengaruhi oleh parameter jarak dari sungai, aksesibilitas, dan salinitas. Daerah dengan aksesibilitas < 1000 m dan berjarak 50 – 1000 m dari sungai, menjadi daerah yang sangat sesuai atau cukup sesuai sebagai lahan tambak. Sebaran salinitas turut mempengaruhi hasil kesesuaian lahan, karena adanya variasi nilai salinitas di pesisir kecamatan Patrol, khususnya daerah muara sungai yang cenderung memiliki kisaran salinitas rendah.

(74)
(75)

4.5 Evaluasi kesesuaian lahan tambak PT. Indonusa Yudha Perwita

Berdasarkan hasil overlay layout tata letak tambak PT. Indonusa Yudha Perwita (PT. IYP) (Gambar 10) terhadap hasil kesesuaian lahan untuk tambak di kecamatan Patrol (Gambar 19), diperoleh informasi kesesuaian lahan untuk tambak PT. IYP secara biofisik, seperti dicantumkan dalam Gambar 20. Melalui Gambar 20, diketahui bahwa lokasi tambak PT. IYP terletak dalam kelas sangat sesuai dan cukup sesuai. Tambak PT. IYP dengan luasan 22,8541 ha terbagi dalam dua kelas dengan luas masing- masing kelas kesesuaian tercantum dalam dalam Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa luasan lahan tambak yang berada dalam kelas sangat sesuai yakni 11,7154 ha (51,2620%), lebih besar dari kelas cukup sesuai yang memiliki luasan 11,1386 ha (48,7380%).

Tabel 8. Luas kelas kesesuaian lahan tambak PT. IYP

Kelas Luasan (ha) Persentase (%)

Sangat sesuai 11,7154 51,2620

Cukup sesuai 11,1386 48,7380

Total 22,8541 100

Hal yang menyebabkan perbedaan kelas kesesuaian lahan untuk tambak PT. IYP dapat diketahui melalui perbedaan faktor dari setiap kriteria penyusun kesesuaian lahan tambak. Setiap faktor kriteria yang menyusun kelas sangat sesuai dan cukup sesuai untuk lokasi tambak PT. IYP tertuang dalam Tabel 9.

Tabel 9. Faktor penyusun kesesuaian lahan tambak PT. IYP

No Kriteria Kelas Sangat Sesuai Kelas Sesuai

1 Landuse Sawah Sawah

(76)

Gambar

Tabel 1. Kualitas air tambak udang
Tabel 2. Hubungan antara tekstur tanah dengan kelayakannya sebagai lahan
Gambar 5. Komponen sistem informasi dalam aktivitas sistem informasi
Gambar 7. Komponen Sistem Informasi Geografis
+7

Referensi

Dokumen terkait