• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP .1 Pembentukan database

DAFTAR PUSTAKA

3.4 Metode penelitian .1 Data spasial

3.5.2 Pengembangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP .1 Pembentukan database

Database tambak PT. IYP (db_tambak) dirancang mengikuti model data relasional. Dalam pengelolaan database tambak digunakan perangkat lunak DBMS MySQL.

Dalam pembentukan database untuk sistem informasi, data budidaya tambak PT. IYP dikelompokkan menjadi data fisik tambak, data operasional budidaya,

dan data panen. Data fisik tambak berupa identitas kolam disimpan dalam tabel

kolam (tbl_kolam) dan tabel blok (tbl_blok). Data budidaya yang mencakup data operasional dan panen, didefinisikan dalam beberapa tabel sesuai dengan format

catatan manual data budidaya milik PT. IYP, yakni:

a. data kualitas air (tbl_data_harian),

b. data pakan (tbl_pakan_harian),

Aksesibilitas Kelerengan lahan Salinitas Tekstur tanah Curah hujan Jenis tanah Jarak dari sungai Jarak dari pantai Landuse Pendugaan awal kesesuaian lahan untuk tambak secara biofisik Faktor pembatas :

Keppres 32/1990 dan Surat Edaran Departemen Kehutanan No. 507/ IV-BPPH/ 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung yakni lebar jalur hijau 200 m di sempadan pantai dan 50 m di

sempadan sungai.

Hasil akhir kesesuaian lahan tambak

c. data plankton (tbl_plankton_harian),

d. data sampling (tbl_sampling),

e. data jenis plankton (tbl_jenis_plankton),

f. data jenis pakan (tbl_jenis_pakan),

g. data status anco (tbl_jenis_anco),

h. data waktu pemberian pakan (tbl_waktu),

i. data panen (tbl_panen),

Data non budidaya turut disertakan dalam database, yakni data pengguna sistem informasi (tbl_user), dan data penyusun indeks kesesuaian wilayah

(tbl_curah_hujan dan tbl_ikw).

Dalam database tambak PT.IYP, setiap tabel memiliki kunci primer. Kunci primer dalam setiap tabel pada database tambak PT. IYP adalah nomor data, hal ini dikarenakan nomor input data tidak mengalami pengulangan. Ilustrasi

database tambak PT. IYP dituangkan dalam Gambar 12.

3.5.2.2 Perancangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP

Metode perancangan Sistem Informasi Budidaya Tambak PT.IYP

mengadopsi metodologi klasik yang umum digunakan dalam mengembangkan

sistem informasi atau System Development Life Cycle (SDLC). Metodologi ini mencakup kegiatan analisis kebutuhan, perancangan sistem, pembuatan sistem

dan implementasi rancangan sistem informasi dengan menggunakan bahasa

pemrograman Visual Basic 6.0.

Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP dibangun berdasarkan

kebutuhan terhadap modernisasi pengelolaan, efisiensi, dan kemudahan

penyimpanan data budidaya, otomatisasi penanganan data budidaya, efisiensi waktu pengolahan data budidaya menjadi informasi untuk mengevaluasi kondisi

dirancang secara sederhana, disesuaikan dengan ketersediaan infrastruktur dan

sumber daya manusia dalam PT. IYP, sehingga sistem informasi mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi penanganan data oleh pekerja.

Gambar 12. Format tabel data budidaya dalam database tambak PT. IYP Format Tabel Pakan

Format Tabel Kolam

Dalam perancangan sistem informasi, data budidaya tambak udang PT. IYP

ditransformasikan menggunakan perangkat konseptual untuk menunjukkan hubungan antar individu data budidaya yakni Diagram ER (Entity Relationship) seperti ditunjukkan dalam Gambar 13. Entitas dalam diagram ER mencakup

seluruh individu data budidaya tambak PT. IYP yang terkelompokkan dalam

beberapa tabel (entity set), sedangkan relasi menunjukkan hubungan antar tabel data budidaya. Dalam perancangan Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang

PT. IYP, tingkat relasi yang terdapat dalam tabel adalah satu ke banyak (one to many), yakni satu kolam dapat memiliki banyak data budidaya (data pakan, data kualitas air, data plankton, dan lainnya).

Gambar 13. Diagram ER Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT.IYP

Sesuai dengan aktivitas sistem informasi pada umumnya, dalam Sistem

Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP terdapat aktivitas input, pemrosesan data, dan menghasilkan output. Mekanisme input dan output data menggunakan

peta tata letak tambak yang terhubungkan dengan tabel data kolam (tbl_kolam)

dan data blok (tbl_blok) dalam database tambak. Penggunaan peta tata letak tambak adalah sebagai gambaran posisi setiap kolam sebagai sumber dan kunci

pengelompokkan data budidaya.

Input data dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP disesuaikan dengan penggolongan data dalam database. Terdapat dua jenis proses input yakni input formasi datadan input data.Input formasi data bertujuan untuk memudahkan proses input data, dimana data yang dimasukkan dalam formasi data adalah data yang penggunaannya berulang. Data yang dimasukkan

dalam formasi data antara lain kolam, waktu pakan, jenis pakan, dan spesies plankton. Input data dikelompokkan menjadi lima menu input yakni input data fisik yang terbagi dalam data identitas kolam blok, input data operasional yang terbagi atas data kualitas air, data pakan, data sampling, data plankton, dan data

panen.

Langkah pemrosesan data dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang

PT. IYP terbagi menjadi tiga jenis, yakni:

a. Operasi matematis atau kalkulasi (dengan formula)

b. Akumulasi data deret waktu (variasi temporal)

c. Perbandingan data antar kolam (variasi spasial)

Seluruh aktivitas dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP

yang menyangkut input keseluruhan data, pemrosesan hingga output yang dihasilkan secara terperinci dirangkumkan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Pemrosesan data budidaya dalam Sistem Informasi Pengelolaan Budidaya Tambak PT. IYP (a) dan (b)

(a) Pemrosesan data berdasarkan deret waktu dan spasial

Input Proses Output Keterangan

Data kualitas air (pH, salinitas, DO, suhu, TOM, Alkalinitas, dan lainnya)

Akumulasi data deret waktu atau perbandingan secara spasial Tabel kumpulan informasi, grafik time series, dan grafik perbandingan spasial Data jumlah plankton

Data hasil panen

Data sampling (pertumbuhan udang) Data akumulasi jumlah pakan Data hasil evaluasi (FCR, SR, ABW,

ADG, padat tebar, dan lainnya)

(b) Pemrosesan data dengan operasi matematis (formula)

Input Proses Hasil (Output) Keterangan

Data jumlah benur dan luas kolam (Data

panen)

Jumlah benur/ luas area

Padat tebar (ekor /m²)

Data jumlah benur dan jumlah udang

(Data panen)

(Jumlah udang saat panen/ Jumlah benur

yang ditebar)* 100%

Survival rate (%SR)

Data jumlah akumulatif pakan dan

hasil panen Jumlah pakan (kg)/ Jumlah panen (kg) Feeding conversion ratio (FCR) Data pertumbuhan

bobot udang (Data sampling) Σ(hasil sampling ke -i)/n Rataan bobot udang hasil sampling (gr) i = 1,2,3,...dst; n= banyaknya pengulangan sampling Data pakan Σ (bobot pakan 1(jam

ke- i) + bobot pakan 2(jam ke- i))

Total pakan harian (kg) i = pukul 08.00; 12.00; 16.00; 20.00; 24.00 Akumulasi jumlah pakan (kg) z = hari pembesaran udang (1,2,3,...,m) Data size udang

(Data panen)

1000 gr/ (size udang) Rataan bobot udang ABW (gr) Data ABW (Data

panen)

ABW/ DOC (jumlah hari pembesaran) Rata- rata pertumbuhan bobot udang harian ADG (gr/hari) Data panen dan luas

kolam

(Hasil panen/luas kolam) * 10000

Nilai produksi/ ha (kg/ha)

Mekanisme output pada Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP didasarkan pada kolam sebagai alamat data. Hal ini untuk mempermudah pengelola tambak melakukan kontrol dan evaluasi baik secara temporal maupun

spasial. Output sistem informasi dituangkan dalam dua bentuk, yakni: a. Tabel

Informasi dalam bentuk tabel mencakup kumpulan seluruh data budidaya

yang telah diinput dan yang telah diproses dengan algoritma. Tabel hasil sistem informasi dapat dicetak atau disimpan dalam bentuk *.txt.

b. Grafik

Output grafik bertujuan untuk memudahkan interpretasi data, sehingga dapat mempersingkat waktu pengambilan keputusan. Terdapat dua tipe grafik yakni

grafik satu kolam untuk menunjukkan variasi temporal, serta grafik antar kolam

untuk menampilkan variasi data secara spasial (antar kolam).

Ilustrasi aktivitas dalam Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP

ditampilkan dalam Gambar 14.

Gambar 14. Aktivitas Sistem Budidaya Tambak Udang PT. IYP

3.5.2.3 Evaluasi Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang PT. IYP

Evaluasi sistem informasi dilakukan dengan cara membandingkan sistem informasi yang dihasilkan dengan sistem perekaman data secara manual yang

selama ini berlangsung di PT. Indonusa Yudha Perwita. Dari hasil evaluasi dapat

diperoleh kelebihan dan kekurangan dari sistem informasi ini yang digunakan

untuk pengembangan selanjutnya.

3.5.3 Pemanfaatan sistem informasi dalam pengkajian kesesuaian lahan dengan keberhasilan operasional budidaya tambak PT. IYP

Puncak dari kegiatan budidaya adalah panen, dan hal tersebut dijadikan

sebagai suatu gambaran keberhasilan pengelolaan dalam masa pembesaran.

Pengkajian hubungan keberhasilan operasional dengan kesesuaian lokasi

dilakukan dengan melihat output Sistem Informasi Budidaya Tambak Udang (SIBTU) PT.IYP berupa data panen atau nilai produksi dari setiap kolam tambak

pada waktu yang berbeda. Nilai produksi dari setiap kolam yang berada pada

lahan dengan status kesesuaian berbeda dapat memberikan gambaran

hubungan kesesuaian lokasi usaha terhadap hasil yang diperoleh.

Secara keseluruhan, sistematika dari penelitian ini digambarkan dalam

Gambar 15. Diagram alir penelitian

Salinitas Aksesibilitas

Data Spasial

PT. INDONUSA YUDHA PERWITA

Jarak sumber air

Curah hujan

Data Budidaya

Evaluasi kesesuaian lahan posisi tambak PT. Indonusa Yudha

Perwita Kualitas tanah

Landuse

Penggunaan SIBTU PT. IYP dalam evaluasi data budidaya dan

keberhasilan operasional Pembobotan dan pemberian skor

terhadap kriteria penyusun kesesuaian lahan tambak

Faktor pembatas dalam kesesuaian

lahan

Hasil akhir Kelas Kesesuaian Lahan

Budidaya Tambak

Aplikasi sistem informasi berbasis spasial

“SIBTU PT. INDONUSA YUDHA

PERWITA”

Hubungan kesesuaian lokasi dan keberhasilan operasional tambak

Data Budidaya : Data fisik Data operasional

Data panen

Output data panen dari Sistem Informasi Peta tata letak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi umum wilayah pesisir Indramayu

Kabupaten Indramayu yang terletak di pantai utara pulau Jawa, pada pada posisi geografis 107°55’00” – 108°7’30” BT dan 6°15’00” - 6°22’30” LS dengan garis pantai sepanjang 114,1 km. Kabupaten Indramayu memiliki luas wilayah

204.011 ha, terbagi kedalam 31 kecamatan, 310 desa dan 8 kelurahan.

Kabupaten Indramayu berbatasan dengan Laut Jawa, kabupaten Majalengka,

Sumedang, Cirebon, dan Subang.

Pesisir utara Pulau Jawa khususnya kabupaten Indramayu sangat rentan

dengan permasalahan abrasi yang mengancam keberlangsungan tambak di

pesisir. Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu (2007)

dari 25,8 km panjang pantai dipesisir kecamatan Sukra hingga Kandanghaur,

sekitar 5,114 km diantaranya telah terkena abrasi yang cukup signifikan. Hal ini

didukung oleh hasil penelitian Hadikusumah (2009) di Eretan, Indramayu

mengenai karakteristik gelombang yang menjadi pemicu mundurnya garis pantai

1,5 m/tahun.

4.2 Tambak udang PT. Indonusa Yudha Perwita

Usaha budidaya tambak PT. Indonusa Yudha Perwita berlokasi di Desa

Patrol Lor, Kecamatan Patrol, Kabupaten DATI II Indramayu, Jawa Barat. Lokasi

lahan tambak termasuk di wilayah pesisir Pantura. Tambak PT. Indonusa Yudha

Perwita sebelumnya memiliki luasan lebih dari 25 ha, namun saat ini luas lahan

berkurang menjadi  22 ha, akibat terkikis abrasi. Lokasi kegiatan budidaya berada di pantai yang langsung berbatasan dengan laut tanpa adanya jalur

sempadan pantai, kelerengan lahan relatif datar dengan kemiringan 0-3%, dan

memanfaatkan hak guna usaha atas lahan yang diperuntukkan sebagai

sebagai tambak yang masih produktif, sejak saat didirikan pada tahun 1985 oleh

pemilik pertama hingga saat ini. Kondisi yang berbeda jika dibandingkan dengan usaha sejenis di daerah yang sama yang mengalami kegagalan usaha.

4.2.1 Sejarah singkat tambak PT. Indonusa Yudha Perwita

PT. Indonusa Yudha Perwita (PT. IYP) dibeli oleh Sri Prakash dengan kondisi

tambak hanya memiliki kolam blok A,B,C pada tahun 1990 (Lampiran 4),

kemudian berkembang dengan pembuatan kolam blok D, E, dan F (Gambar 10).

Pada awalnya komoditi yang dibudidayakan adalah udang windu, kemudian di

tahun 2002 terjadi penggantian komoditi menjadi udang vannamei. Usaha

tambak di Desa Patrol Lor, Kecamatan Patrol telah berdiri dan beroperasi sejak

tahun 1985, namun pengelolaan bukan dilakukan oleh PT. IYP.

Terdapat 36 kolam tambak yang masih digunakan sebagai media

pembesaran dalam PT. IYP hingga tahun 2010, awalnya terdapat 49 tambak,

akan tetapi karena adanya pengaruh abrasi, maka kolam pada blok A (A1-A7)

dan blok B (B1-B5) terkikis dan tidak dapat digunakan. Blok B mengalami

pengurangan luas karena abrasi, sehingga berubah fungsi menjadi kolam

penampungan air laut. Kolam C1 pun tidak digunakan sejak tahun 2008 karena

dalam riwayat penggunaannya selalu menghasilkan produksi yang rendah, hal ini

diduga karena kolam tersebut terkena rembesan buangan limbah domestik dari mess karyawan dan perusahaan, mengingat letak kolam sangat berdekatan

dengan saluran pembuangan dari mess.

4.2.2 Kegiatan budidaya udang Vannamei di PT. Indonusa Yudha Perwita

Budidaya udang vannamei marak dilakukan sejak pemerintah memberikan

izin resmi masuknya spesies ini ke Indonesia pada tahun 2002. Keunggulannya

sebagai jenis SPF membuat PT. Indonusa Yudha Perwita beralih dan mengganti

komoditi budidaya dari udang windu menjadi udang vannamei.

Dalam proses budidaya udang vannamei dibutuhkan media pembesaran

yakni air dengan kadar salinitas tertentu yang optimal untuk pertumbuhan udang

vannamei. Kemudahan akses sumber air sangat penting, dan hal ini dipengaruhi

oleh posisi tambak.

a. Sumber air tawar

Sumber air tawar yang digunakan PT Indonusa Yudha Perwita adalah air

tanah. Pemakaian dua sumur bor dilakukan sejak tahun 1992. Sumur bor

pertama digunakan untuk kebutuhan domestik perusahaan, dan yang kedua

untuk pengisian kolam budidaya. Sumur bor untuk kebutuhan domestik memiliki

salinitas 0-1‰, sedangkan untuk kebutuhan kolam tambak memiliki salinitas >3‰. Air pompa yang digunakan untuk tambak tidak dikhawatirkan menyebabkan intrusi yang parah atau penurunan muka tanah karena menurut

pemilik tambak, air tawar digunakan hanya saat musim kemarau untuk menjaga

kadar salinitas air tambak (menghindari peningkatan salinitas drastis akibat

presipitasi yang tinggi).

b. Sumber air laut

Air laut diambil dengan pompa yang disambungkan dengan pipa sepanjang

150 meter ke arah kolam penampungan pertama. Pemeliharaan terhadap air

laut yang baru dipompakan kedalam kolam penampungan dilakukan pada kolam B1 – B5 dilakukan dengan penyaringan bertahap dan penyebaran ikan bandeng sebagai biofilter. Kualitas air tawar dan air laut yang digunakan dalam proses

4.2.3 Tahapan kegiatan budidaya udang vannamei

Kegiatan budidaya udang vannamei dalam tambak PT. Indonusa Yudha Perwita dilakukan dalam beberapa tahapan yang dimulai dari persiapan, proses

pembesaran hingga panen. Penjelasan tahap demi tahap yang dilakukan dalam

kegiatan budidaya antara lain:

1. Persiapan Lahan

Lama waktu yang dibutuhkan setelah masa panen menuju persiapan kolam

sebelum proses tebar benih adalah 3 bulan, dengan 1,5 bulan pertama

digunakan untuk pengeringan kolam. Persiapan lahan adalah waktu yang

dibutuhkan dalam tahapan ini yaitu 1 sampai dengan 2 bulan dengan rincian

sebagai berikut :

a. Pengangkatan lumpur dasar dan pengeringan dasar tambak

Setelah melewati masa pembudidayaan, kondisi tambak mengalami

perubahan yaitu dengan adanya lumpur yang mengendap di dasar kolam.

Endapan lumpur tersebut berasal dari lumpur yang terbawa air masuk dan yang

berasal dari sisa pakan yang tidak termakan oleh udang. Untuk menanggulangi

hal tersebut, perlu dilakukan pembuangan air, pengeringan, dan pengerukan

lumpur untuk mempertahankan kedalaman air selama masa pemeliharaan

berikutnya sesuai dengan yang disyaratkan (Gambar 16). Selanjutnya dilakukan

perataan pada pelataran tengah kolam agar permukaannya melandai ke arah

pintu air. Pengerukan dasar tambak bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah

agar kemampuan tanah untuk menghasilkan ganggang biru yang membentuk

klekap dapat senantiasa dipertahankan. Kondisi tanah yang aerob sangat

membantu dalam proses mineralisasi yang dibutuhkan oleh klekap. Selain itu, proses pengeringan dan pengangkatan lumpur berfungsi untuk menghalau gas

beracun seperti metana, amonia, dan H2S dari tanah, sekaligus memberantas

b. Pemberian kapur I

Setelah melewati masa pengeringan, tahap selanjutnya yaitu proses pemberian kapur yang berfungsi antara lain sebagai penyedia kapur dalam

proses pergantian kulit, pemberantasan hama dan penyakit, mempercepat

proses penguraian bahan organik serta untuk mempertahankan kondisi pH tanah

tambak. Dosis pemberian kapur adalah  500 kg/ha. Teknik pengapuran dilakukan dengan penyebaran kapur secara merata menggunakan alat sehingga

kapur dan tanah dasar dapat teraduk dan kapur dapat masuk sedalam 10 cm.

Setelah pemberian kapur, lahan dibiarkan selama 1 minggu.

c. Cangkul balik tanah dan Pengapuran II

Setelah diberi kapur dan dibiarkan selama seminggu, tahap selanjutnya

adalah mencangkul balik tanah yaitu proses pembalikan tanah dasar untuk memperoleh unsur hara baru yang berasal dari lapisan tanah yang lebih dalam,

sehingga diperoleh kualitas tanah dasar tambak yang baik untuk

pembudidayaan. Setelah proses cangkul balik tanah, kemudian dilakukan

pengapuran kembali sebanyak  200kg/ ha. d. Perataan Tanah

Tahap akhir dalam persiapan lahan adalah proses perataan tanah yaitu

proses perataan permukaan pelataran tambak khususnya pada bagian tengah,

untuk memudahkan lumpur terkumpul ditengah kolam yang terhubung dengan

. (a) (b)

Gambar 16. Kolam dalam masa pembuangan air dan pengeringan (a), Saluran pembuangan di tengah kolam (b)

2. Pengisian Kolam

Kegiatan pengisian air kolam meliputi kegiatan pengambilan air yang berasal dari laut dengan menggunakan pompa submersible masuk kedalam kolam penampungan/ resevoir, yang terdiri dari dua kolam. Setelah kolam

penampungan/ reservoir terisi, kemudian air laut tersebut sebagian ada yang

dipompakan ke dalam saluran primer, tetapi ada juga yang langsung

dipompakan kedalam kolam yang telah siap. Kolam diisi oleh air laut setinggi  50 cm, diukur pH dan nilai salinitasnya. Nilai salinitas dan pH disesuaikan

dengan standar air dari pembenihan (hatchery). Selanjutnya, dipasang kincir sebanyak 4 buah per kolam, dan selanjutnya kincir tersebut di uji coba (Gambar

(a) (b)

(c)

Gambar 17. Proses pemasangan kincir (a,b,c)

3. Desinfektan

Kegiatan desinfektan adalah kegiatan untuk mencegah timbulnya penyakit

setelah pengisian air kolam. Sebelum dilakukan pemberian kaporit, terlebih

dahulu dilakukan pengaktifan kincir air, untuk memudahkan pencampuran kaporit

didalam air kolam dan lebih merata. Pemberian kaporit dengan dosis 35 ppm/ha

dilakukan dalam kurun waktu 10 hari. Penggunaan desinfektan lainnya

ditambahkan sesuai kebutuhan untuk mengendalikan hama udang yaitu sejenis

Saponin. Saponin yang digunakan adalah saponin yang telah direndam dan

dibiarkan selama 1 hari. Selanjutnya dilakukan pemupukan, air kolam diberi TSP.

TSP diberikan sehari setelah masa pemberian kaporit dan saponin selama 10

hari. Dosis TSP yang diberikan adalah 3 – 5 kg per kolam, disesuaikan dengan ukuran kolam.

4. Fermentasi dan kontrol kualitas air kolam

Proses yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan plankton dengan bantuan fermentasi bahan- bahan seperti bekatul, tepung ikan dan tepung

kedelai yang telah direndam selama tiga hari dalam wadah drum berisi air.

Campuran bahan- bahan tersebut kemudian ditaburkan kedalam kolam dengan

ditambahkan bakteri pengurai jenis lactobacillus sp. untuk mendukung fermentasi. Setelah kegiatan tersebut kemudian dilakukan kontrol beberapa

parameter penting yang diperlukan dalam budidaya udang yaitu pH air, salinitas

air, transparansi dan plankton. Setelah seluruh kondisi tersebut sesuai kemudian

tahap selanjutnya yaitu siap masuk benur (tebar).

5. Penebaran benur

Proses penebaran dilakukan dengan menggunakan benih udang (benur

larva) PL 10 dengan padat penebaran rata- rata per kolam >70 ekor/ meter.

Sebelum dilakukan penebaran, terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi temperatur

dan salinitas. Pada proses penebaran awal digunakan salinitas 25 - 30‰, hal ini dilakukan agar proses aklimatisasi (adaptasi terhadap suhu dan salinitas)

dengan kondisi benur dari hatchery tidak susah. Hal ini bertujuan untuk menekan tingkat mortalitas benur.

6. Pembesaran

Periode pembesaran diawali saat benur masuk ke dalam kolam tambak,

pemberian pakan merupakan hal yang utama selama periode pembesaran,

selain itu pemberian vitamin pun penting dilakukan. Pada saat benur berumur 7

hari – 3 bulan, diberikan vitamin tambahan yakni Wheat Gluten, vitamin C, vitamin TOP S, Pro2, dan Biovit (Gambar 18).

Penggunaan probiotik sangat membantu merubah bahan organik dan amonia

yang ada dalam air tambak. Probiotik lebih lanjut berguna dalam manajemen