• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komposisi Asam Lemak, Kolesterol, dan Deskripsi Jaringan Fillet Ikan Kakap Merah (Lutjanus argentimaculatus) Segar dan Goreng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komposisi Asam Lemak, Kolesterol, dan Deskripsi Jaringan Fillet Ikan Kakap Merah (Lutjanus argentimaculatus) Segar dan Goreng"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPOSISI ASAM LEMAK, KOLESTEROL, DAN

DESKRIPSI JARINGAN

FILLET

IKAN KAKAP MERAH

(

Lutjanus argentimaculatus

) SEGAR DAN GORENG

WIDYANA AYU KRISTANTINA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

ABSTRAK

WIDYANA AYU KRISTANTINA. Komposisi Asam Lemak, Kolesterol, dan Deskripsi Jaringan Fillet Ikan Kakap Merah (Lutjanus argentimaculatus) Segar dan Goreng. Dibimbing oleh AGOES MARDIONO JACOEB dan PIPIH SUPTIJAH.

Ikan kakap merah (Lutjanus argentimaculatus) merupakan ikan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah menentukan komposisi asam lemak, kolesterol, dan deskripsi jaringan fillet ikan kakap merah segar dan goreng. Ikan kakap merah segar memiliki kadar air 79,31%, abu 1,92%, protein 16,30%, lemak 0,05%, dan karbohidrat 0,23%. Setelah proses penggorengan, kadar air berubah menjadi 62,49%, abu 1,98%, protein 28,40%, lemak 2,17% dan, karbohidrat 5,62%. Asam lemak jenuh yang dominan pada ikan kakap merah yaitu asam miristat (C14:0), asam palmitat (C18:0) dan asam stearat (C18:0). Asam lemak tak jenuh tunggal yang dominan yaitu asam palmitoleat (C16:1) dan asam oleat (C18:1). Asam lemak tak jenuh majemuk yang dominan yaitu asam linoleat (C18:2), linolenat (C18:3), arakidonat (C20:4), EPA (C20:5) dan DHA (C22:6). Kandungan kolesterol fillet kakap merah mengalami perubahan dari 20 mg/ 100 g menjadi 60 mg/ 100 g sesudah proses penggorengan. Jaringan daging ikan kakap merah sebelum penggorengan tampak tidak kompak karena sudah mengalami proses penurunan mutu sedangkan daging ikan kakap merah setelah proses penggorengan tampak lebih kompak.

Kata kunci: asam lemak, ikan kakap merah (Lutjanus argentimaculatus), jaringan daging, kolesterol, proksimat.

ABSTRACT

WIDYANA AYU KRISTANTINA. Composition of Fatty Acid, Cholesterol and Tissues Description Of Fresh and Fried Red Snapper (Lutjanus argentimaculatus) Fillet. Supervised by AGOES MARDIONO JACOEB and PIPIH SUPTIJAH

Red Snapper (Lutjanus argentimaculatus) is a type of fish that usually consumed by people. The aim of this research was to determine the composition of fatty acid, cholesterol and tissues description on fresh and fried of red snapper fillet. Fresh red snapper had mosture content 79.31%, 1.92% ashes, 16.30% protein, 0.05% fat and carbohydrates 0.23%. Then after frying, the mosture changed into 62.49%, ashes 1.98%, protein 28.40%, fat 2.17%, and carbohydrates 5.62%. The highest compound of saturated fatty acid on red snapper were myristic acid (C14:0), palmitic acid (C18:0), and stearic acid (C18:0). The highest compound of monounsaturated fatty acid were palmitoleat acid (C16:1) and oleic acid (C18:1). The highest compound of polyunsaturated fatty acid were linoleic acid (C18:2), linolenat acid (C18: 3), arakidonat acid (C20:4), EPA (C20:5) and DHA (C22:6). Cholesterol content has changed of 20 mg/ 100 g to 60 mg/ 100 g after frying. Tissues structure of fresh red snapper seemed not compact because of decline quality meat, but fried flesh of red snapper seemed more compact.

(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komposisi Asam Lemak, Kolesterol, dan Deskripsi Jaringan Fillet Ikan Kakap Merah (Lutjanus argentimaculatus) Segar dan Goreng adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

KOMPOSISI ASAM LEMAK, KOLESTEROL, DAN

DESKRIPSI JARINGAN

FILLET

IKAN KAKAP MERAH

(

Lutjanus argentimaculatus

) SEGAR DAN GORENG

WIDYANA AYU KRISTANTINA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Komposisi Asam Lemak, Kolesterol, dan Deskripsi Jaringan Fillet Ikan Kakap Merah (Lutjanus argentimaculatus) Segar dan Goreng

Nama : Widyana Ayu Kristantina NIM : C34090034

Program Studi : Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Dr. Ir. Agoes M. Jacoeb, Dipl.- Biol. Pembimbing I

Dr. Pipih Suptijah, MBA Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Ruddy Suwandi MS, M Phil. Ketua Departemen

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan anugerah-NYA penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari hingga Mei 2013 dengan judul Komposisi Asam Lemak, Kolesterol, dan Deskripsi Jaringan Fillet Ikan Kakap Merah (Lutjanus argentimaculatus) Segar dan Goreng.

Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian karya ilmiah ini, terutama kepada :

1. Dr. Ir. Agoes Mardiono Jacoeb, Dipl.- Biol. selaku dosen pembimbing I. 2. Dr. Pipih Suptijah, MBA selaku dosen pembimbing II.

3. Dr. Ir. Nurjanah, MS selaku dosen penguji.

4. Staf dosen dan administrasi Departemen Teknologi Hasil Perairan, Institut Pertanian Bogor.

5. Bapak Tjipto Basuki, Ibu Sri Wicamari, dan adik Yosafat yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis.

6. Teman kost di Wisma Gladys, atas pengertian, semangat dan dukungan yang diberikan.

7. Teman seperjuangan Rezki Kamila, serta teman-teman THP 46 (Alto), THP 45, 47, dan 48 atas segala bantuan dan motivasinya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dalam penyempurnaan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN v

PENDAHULUAN 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur Analisis Penelitian 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Karakteristik Bahan Baku 6

Rendemen ikan kakap merah (L. argentimaculatus) 7 Komposisi Kimia Ikan Kakap Merah (L. argentimaculatus) 7 Asam Lemak Fillet Ikan Kakap Merah (L. argentimaculatus) 9 Kandungan Kolesterol Fillet Ikan Kakap Merah 13 Jaringan Daging Ikan Kakap Merah (L. argentimaculatus) 14

KESIMPULAN DAN SARAN 15

Kesimpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 19

(11)

DAFTAR TABEL

1. Ukuran dan bobot rata-rata ikan kakap merah (L. argentimaculatus) 6 2. Komposisi kimia fillet ikan kakap merah segar dan goreng 8 3. Komposisi asam lemak fillet kakap merah segar dan goreng 10

DAFTAR GAMBAR

1. Diagram alir porsedur penelitian 3

2. Ikan kakap merah (Lutjanus argentimaculatus) 6 3. Diagram pie rendemen ikan kakap merah (L. argentimaculatus) 7

4. Kandungan SFA fillet kakap merah 11

5. Kandungan MUFA fillet kakap merah 11

6. Kandungan PUFA fillet ikan kakap merah 12

DAFTAR LAMPIRAN

(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumberdaya perikanan Indonesia memiliki potensi yang sangat baik untuk berkontribusi di dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya, salah satunya adalah ikan kakap merah. Ikan kakap merah (Lutjanus argentimaculatus) merupakan salah satu jenis ikan demersal yang banyak terdapat di perairan laut Indonesia. Ikan ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Produksi ikan kakap merah di Indonesia tahun 2007 sebesar 116.994 ton dengan rata-rata kenaikan sebesar 4,83% tiap tahunnya untuk komoditas ekspor. (Statistik Kelautan dan Perikanan 2008). Teknik pengolahan yang biasanya dilakukan pada ikan kakap merah oleh masyarakat Indonesia adalah penggorengan.

Menggoreng merupakan salah satu proses memasak bahan pangan secara cepat dan praktis, dengan menggunakan media minyak atau lemak panas (Pudja 2007). Metode ini banyak digunakan oleh masyarakat karena makanan yang digoreng memiliki sifat sensorik yang unik dan menarik, namun penggunaan minyak yang berulang akan berdampak pada nilai gizi. Bahan pangan yang diolah dengan panas biasanya akan mengalami kerusakan kandungan gizi, terutama lemak, protein, mineral, dan vitamin. Gizi yang terdapat dalam bahan pangan peka terhadap pH larutan, oksigen, cahaya, dan panas atau kombinasinya (Ketaren 2005). Proses pengolahan dapat mempengaruhi komposisi gizi, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menentukan kandungan asam lemak, kolesterol, dan deskripsi jaringan fillet ikan kakap merah segar dan goreng.

Perumusan Masalah

Ikan kakap merah (L. argentimaculatus) merupakan komoditi hasil perairan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Beberapa studi menunjukkan proses pemanasan terhadap produk perikanan dapat mempengaruhi kadar air, protein, lemak, dan karbohidrat yang terdapat dalam ikan, oleh karena itu diperlukan informasi mengenai kandungan gizi ikan kakap merah sebelum dan setelah pengolahan.

Tujuan Penelitian

(13)

2

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai komposisi asam lemak, kolesterol, dan deskripsi jaringan fillet ikan kakap merah (L. argentimaculatus) sebelum dan setelah penggorengan.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah pengambilan contoh, pengukuran morfometrik dan rendemen, analisis proksimat, analisis asam lemak, analisis kolesterol, deskripsi jaringan, serta penulisan laporan.

METODE

Penelitian dilaksanakan bulan Februari sampai Mei 2013. Preparasi bahan baku, perhitungan rendemen dan morfometrik dilakukan di Laboratorium Karakteristik dan Penanganan Bahan Baku Hasil Perairan. Penggorengan di Laboratorium Preservasi dan Pengolahan Hasil Perairan. Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan preparat jaringan dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan. Analisis proksimat, analisis asam lemak, dan analisis kolesterol dilakukan di Laboratorium Terpadu Pascasarjana IPB, Baranangsiang, Bogor.

Bahan

Bahan baku yang digunakan adalah ikan kakap merah (L. argentimaculatus) dan minyak goreng komersial. Bahan yang digunakan untuk analisis proksimat meliputi akuades, HCl 0,1 N, NaOH 40%, katalis selenium, H2SO4, H3BO3 2%,

kertas saring, kapas bebas lemak, pelarut heksana, bromcresol green 0,1%, dan methyl red 0,1%. Bahan yang digunakan untuk analisis asam lemak adalah NaOH 0,5 N dalam metanol, BF3, NaCl jenuh, n-heksana, dan Na2SO4 anhidrat. Bahan

yang digunakan untuk analisis kolesterol yaitu petroleum benzen, alkohol, FeCl3.6H2O, danH2SO4 pekat.

Alat

(14)

3 Prosedur Analisis Penelitian

Sampel yang digunakan diukur morfometrik dan rendemen tubuh (daging, kepala, tulang, kulit, dan jeroan). Analisis yang dilakukan yaitu analisis proksimat, asam lemak, dan kolesterol. Diagram alir metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Diagram alir porsedur penelitian

Preparasi bahan Baku

Ikan kakap merah (L. argentimaculatus) dianalisis morfometriknya, meliputi bobot total, panjang total, panjang baku, lebar, dan tinggi badan. Daging, jeroan, tulang, dan sisik dipisahkan dan dihitung rendemennya.

Penggorengan

Penggorengan dilakukan dengan memasukkan sampel dalam panci penggorengan yang berisi 3 L minyak dan dipanaskan dengan suhu 130°C selama 5 menit, kemudian didinginkan selama 5 menit pada suhu ruang. Sebelum dan sesudah proses penggorengan dilakukan penimbangan untuk mengetahui penyusutan bobot daging ikan kakap merah.

Daging sampel segar dan goreng masing-masing dihaluskan, dimasukkan dalam alumunium foil dan dimasukkan lagi ke dalam plastik kemudian ditutup rapat serta diberi kode sehingga siap untuk dianalisis.

Ikan Kakap Merah (L. argentimaculatus)

Pengukuran bobot dan morfometrik

Preparasi

Rendemen Daging Rendemen kepala, kulit,

tulang, dan jeroan

Menggoreng (Suhu 130 °C, 5 menit)

1. Analisis Proksimat 2. Analisis Asam Lemak 3. Analisis Kolesterol 4. Analisis Histologi

(15)

4

Penghitungan Rendemen

Metode yang digunakan untuk perhitungan rendemen ini berdasarkan pada bobot contoh dan bobot total sampel yang digunakan. Perumusan matematika rendemen adalah sebagai berikut:

Analisis Proksimat (SNI 01-2891-1992 dalam BSN 1992)

Analisis proksimat merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui komposisi kimia suatu bahan yang meliputi, analisis kadar air, lemak, protein, abu, dan karbohidrat dengan by difference.

Analisis Asam Lemak (AOAC 2005 butir 996.06)

Metode analisis asam lemak yang digunakan memiliki prinsip mengubah asam lemak menjadi turunannya, yaitu metil ester sehingga dapat terdeteksi oleh alat kromatografi.

a. Tahap Ekstraksi

Terlebih dahulu diperoleh asam lemak dengan metode soxhlet dan ditimbang sebanyak 0,02-0,03 g lemak dalam bentuk minyak.

b. Pembentukan Methyl Ester

Tahap metilasi dimaksudkan untuk membentuk senyawa turunan dari asam lemak menjadi metil esternya. Asam-asam lemak diubah menjadi ester-ester metil atau alkil yang lainnya sebelum disuntikkan ke dalam kromatografi gas.

Metilasi dilakukan dengan merefluks lemak di atas penangas air dengan menambahkan 1 mL NaOH 0,5 N ke dalam metanol dan dipanaskan pada suhu 80°C selama 20 menit. Selanjutnya ditambahkan 2 mL BF3 20% kemudian

dipanaskan kembali pada suhu 80°C selama 20 menit dan didinginkan dengan cara didiamkan pada suhu ruang. Tahap selanjutnya, 2 mL NaCl jenuh dan 1 mL isooktan ditambahkan pada sampel, dihomogenkan, lalu heksana dipipet ke dalam tabung reaksi yang berisi 0,1 g Na2SO4 anhidrat dan dibiarkan 15 menit. Larutan

disaring dengan mikrofilter untuk memisahkan fase cairnya sebelum diinjeksikan ke dalam kromatografi gas. Sebanyak 1 μL sampel diinjeksikan ke dalam gas chromatography. Asam lemak yang ada dalam metil ester akan diidentifikasi oleh flame ionization detector (FID) atau detektor ionisasi nyala dan respon yang ada akan tercatat melalui kromatogram (peak).

c. Identifikasi Asam Lemak

Identifikasi asam lemak dilakukan dengan menginjeksi metil ester pada alat kromatografi gas dengan kondisi sebagai berikut: jenis Kolom : Cyanopropil methyl sil, panjang kolom : 6 m, diameter dalam : 0,25 mm, tebal lapisan film :

0,25 μm, laju alir N2 : 20 mL/ menit, laju alir H2 : 30 mL/ menit, Laju alir udara :

200-250 mL/ menit, suhu injektor : 220°C, suhu detektor : 240°C, dan suhu terprogram : 125 - 225°C.

(16)

5

Analisis Asam Lemak Bebas (SNI 01-3555-1994 dalam BSN 1994)

Analisis asam lemak bebas dilakukan dengan menimbang 2-5 g sampel ke dalam Erlenmeyer 250 mL kemudian ditambah 50 mL etanol 95%. Sebanyak 3-5 tetes indikator pp dan titer ditambah dengan larutan standar NaOH 0,1 N hingga warna merah muda tetap (tidak berubah selama 15 menit) selanjutnya dilakukan penetapan duplo lalu hitung kadar asam lemak bebas dalam contoh.

Analisis Kolesterol

Analisis kolesterol dilakukan menggunakan metode Bohac et al. (1988). Sampel ditimbang sebanyak ± 0,1 g dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambah dengan 5 mL larutan petroleum benzen dan 3 mL akuades, kocok selama 10-15 menit dan diamkan hingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas dipindahkan dengan menggunakan mikropipet ke tabung reaksi lain, kemudian diuapkan dalam air panas. Sampel ditambahkan FeCl3.6H2O, dan H2SO4 pekat,

kocok hingga homogen. Absorbansi sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer. Kadar kolesterol dalam daging kakap merah dihitung sebagai berikut:

Pengamatan Jaringan (Angka et al. 1984)

Preparat jaringan disiapkan dengan metode parafin. Tahapannya terdiri dari fiksasi, dehidrasi, clearing, impregnasi, embedding, blocking, trimming, pemotongan jaringan, pewarnaan, serta perekatan jaringan menggunakan mounting agent.

Fiksasi dilakukan dalam larutan BNF (Buffer Normal Formalin) selama lebih dari 24 jam. Dehidrasi dilakukan dengan perendaman jaringan dalam alkohol pada suhu ruang dengan perincian : Alkohol 70% selama 24 jam, alkohol 80% selama 2 jam, alkohol 90% selama 2 jam, alkohol 95% selama 2 jam, alkohol 95% selama 2 jam, alkohol 95% selama 2 jam, dan alkohol 100% selama 12 jam.

Proses clearing dimulai dari perendaman sampel dalam clearing agent. Jaringan direndam dalam alkohol : xilol (1:1) selama 30 menit yang dilanjutkan dengan tahap impregnasi dan embedding. Impregnasi adalah perendaman jaringan ke dalam xilol:parafin (1:1) dalam gelas piala selama 45 menit. Embedding adalah perendaman jaringan di dalam parafin cair, yakni parafin I, parafin II, parafin III masing-masing selama 45 menit. Kedua proses ini berlangsung di dalam oven pada suhu 60°C.

Parafin cair dituangkan ke dalam cetakan berukuran 2 x 2 x 2 cmhingga memenuhi sekitar 1/8 bagian cetakan dan dibiarkan hingga sedikit membeku. Jaringan disusun dalam cetakan dan dituangi parafin cair hingga material jaringan terendam, selanjutnya dibiarkan membeku dalam suhu ruang selama 24 jam. Blok parafin dikeluarkan dari cetakan lalu ditrimming menggunakan silet.

(17)

6

permukaan air hangat (45-50°C). Pita-pita parafin kemudian direkatkan pada gelas obyek dan dibiarkan hingga mengering.

Proses pewarnaan dilakukan menggunakan hematoksilin dan eosin. Pewarnaan diawali dengan perendamaan gelas obyek ke dalam xilol I dan xilol II masing-masing selama 2 menit, dilanjutkan perendaman dalam alkohol absolut 100%, 95%, 90%, 80%, 70%, dan 50% masing-masing selama 2 menit. Setelah itu, dibilas dengan akuades selama 2 menit. Kemudian obyek direndam dalam pewarna hematoksilin selama 7 menit dan dicuci dengan air mengalir. Obyek direndam kembali dalam pewarna eosin selama 3 menit dan dicuci dengan akuades. Preparat jaringan kemudian direndam dalam alkohol 50%, 70%, 85%, 90%, 100%, xilol I, xilol II masing-masing selama 2 menit.

Proses selanjutnya adalah penutupan gelas obyek dengan pemberian mounting agent atau Canada Balsam pada gelas obyek dan ditutupi dengan gelas penutup kemudian dikeringkan selama 24 jam. Pengamatan preparat awetan dilakukan dengan mikroskop cahaya Olympus CX41 dengan perbesaran 400x.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Bahan Baku

Sampel ikan kakap merah yang digunakan memiliki ciri bentuk tubuh pipih, posisi mulut terminal, sirip ekor tegak, jumlah sirip lengkap (dorsal, pektoral, ventral, anal, caudal). Ikan kakap merah yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Ikan kakap merah (Lutjanus argentimaculatus)

Ukuran dan bobot rata-rata ikan kakap merah sampel dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Ukuran dan bobot rata-rata ikan kakap merah (L. argentimaculatus) No Parameter Satuan Nilai (x ± st dev) Nilai (x ± st dev)*

1 Panjang total cm 38,67 ± 1,67 33,63 ± 1,63

2 Panjang baku cm 23,33 ± 2,88 25,63 ± 1,43

3 Tinggi cm 10,50 ± 1,38 12,00 ± 0,70

4 Lebar cm 4,83 ± 0,41 4,38 ± 0,22

5 Bobot total g 900,83 ± 82,71 557,75 ± 42,51

Ket : data diperoleh dari 6 sampel (Lampiran 1) *Saraswati (2013)

(18)

7 Proses pertumbuhan ikan, panjang dan lebar akan berkolerasi dengan berat ikan. Metusalach (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan suatu biota dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal adalah habitat, musim, suhu perairan, jenis makanan yang tersedia, dan faktor lingkungan lainnya sedangkan faktor internal adalah umur, ukuran, jenis kelamin, kebiasaan makan, dan faktor biologis lainnya.

Rendemen ikan kakap merah (L. argentimaculatus)

Rendemen adalah persentase bagian bahan baku yang dapat dimanfaatkan. Rendemen merupakan parameter penting untuk mengetahui nilai ekonomis dan pemanfaatan suatu bahan atau produk. Rendemen kakap merah meliputi daging, tulang, sisik, dan jeroan yang nilainya disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Diagram pie rendemen ikan kakap merah (L. argentimaculatus) Rendemen daging sebesar 39% menunjukkan ikan kakap merah memiliki rendemen daging yang cukup tinggi. Penelitian Pattipeilohy (2006) menunjukkan ikan laut memiliki rendemen daging yang beragam yaitu 63,5% pada ikan tuna (Thunnus sp.), 44,5% pada ikan bawal hitam (Parastromateus niger) dan 34,4% pada ikan kurisi (Parascolopsis sp.). Rendemen daging ikan bervariasi tergantung dari jenis, ukuran, bentuk tubuh, umur dan musim penangkapan ikan.

Bagian tubuh yang dapat dimanfaatkan dari ikan kakap tidak hanya daging. Penelitian Sumbono (2011), Sartika (2009) dan Setiawan (2009) menunjukkan tulang dan kulit ikan kakap merah dapat diolah menjadi gelatin. Ali et al. (2011) menyatakan sisik ikan kakap merah dapat diekstrak menjadi kolagen.

Perlakuan penggorengan menyebabkan terjadinya penyusutan atau kehilangan berat (lost) sebesar 24% dari bobot daging. Proses penggorengan menyebabkan terjadinya pengurangan kadar air pada daging kakap merah. Keluarnya air dari jaringan daging akan menyebabkan komponen zat gizi lain juga berkurang yaitu protein, lemak, vitamin dan mineral sehingga nilai rendemen daging juga akan susut.

Komposisi Kimia Ikan Kakap Merah (L. argentimaculatus)

(19)

8

Tabel 2 Komposisi kimia fillet ikan kakap merah segar dan goreng

Uji Satuan Segar Goreng 62,49%. Penurunan kadar air yang terkandung dalam produk akibat perlakuan penggorengan disebabkan oleh terlepasnya molekul air dalam bahan. Hal ini berhubungan dengan suhu yang diberikan, semakin meningkat suhu maka jumlah rata-rata molekul air menurun dan mengakibatkan molekul berubah menjadi uap dan akhirnya terlepas dalam bentuk uap air (Winarno 2008). Penguapan air akan semakin besar dengan semakin besarnya luas permukaan serta dengan semakin besarnya kandungan lemak. Terbebasnya air dalam jaringan dan terjadinya penyerapan medium minyak untuk mengisi kekosongan jaringan daging menyebabkan teksturnya menjadi lembek (Suwandi 1990).

Kadar Abu

Kadar abu ikan kakap merah segar hasil analisis adalah 1,92% bb dan mengalami peningkatan pada fillet goreng menjadi 1,98% bb. Abu merupakan residu anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi komponen organik bahan pangan. Kadar abu dari suatu bahan pangan menunjukkan total mineral yang terkandung dalam bahan pangan tersebut (Winarno 2008). Kandungan mineral dalam suatu bahan dapat meningkat ketika proses penggorengan karena minyak mengandung natrium atau kalium < 1 ppm (Choe dan Min 2007). Minyak kelapa sawit juga mengandung fosfor, besi, dan cuprum (Hasibuan dan Nuryanto 2011). Kandungan abu dan komponennya tergantung pada jenis bahan dan proses pengabuannya (Sudarmadji dan Suhardi 1989 dalam Jacoeb et al. 2008).

Kadar Protein

(20)

9 Kadar Lemak

Kadar lemak fillet kakap merah segar sebesar 0,05% bb dan mengalami peningkatan pada fillet goreng menjadi 2,17% bb. Puwastien et al. (1999) dalam penelitiannya terhadap ikan kakap merah (L. malabaricus) menunjukkan kadar lemak ikan kakap merah berubah dari 0,5% pada ikan kakap merah segar menjadi 10,9% setelah proses penggorengan. Lemak merupakan senyawa organik yang terdapat di alam yang tidak larut dalam air tetapi dapat larut dalam pelarut organik non polar dan merupakan komponen utama dalam jaringan adiposa (Arvanitoyannis et al. 2010).

Proses penguraian lemak dan minyak dapat menyebabkan perubahan sensoris pada makanan misalnya warna dan aroma. Kerusakan lemak dan minyak dapat menurunkan nilai gizi serta menyebabkan penyimpangan rasa dan bau pada lemak yang bersangkutan. Kandungan lemak fillet kakap merah segar dan goreng berbeda karena pada proses penggorengan ada pengaruh suhu dengan memakai minyak. Proses penggorengan dapat menambah kandungan lemak dan memperbesar penguapan (Winarno 2008).

Karbohidrat

Analisis by difference menunjukkan bahwa kandungan karbohidrat fillet kakap merah segar berdasarkan basis basah adalah 3,60% dan fillet goreng adalah 5,62%. Karbohidrat pada analisis komposisi kimia (proksimat) dihitung secara by difference. Kandungan karbohidrat pada ikan biasanya sangat sedikit yaitu berkisar antara 0,1-1% (Nurjanah dan Abdullah 2010). Kandungan karbohidrat yang cukup besar pada ikan kakap merah menandakan bahwa ikan ini dapat menyumbang kebutuhan energi yang besar. Karbohidrat berfungsi mencegah timbulnya ketosis, pemecahan protein tubuh yang berlebihan, kehilangan mineral, dan membantu metabolisme lemak dan protein (Winarno 2008).

Asam Lemak Fillet Ikan Kakap Merah (L. argentimaculatus)

(21)

10

(22)

11 Asam lemak jenuh (SFA) merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal pada rantai hidrokarbonnya. Diagram batang profil asam lemak jenuh pada fillet kakap merah segar dan goreng dengan tiga kandungan tertinggi penggorengan disebabkan oleh tercampurnya asam palmitat yang berasal dari minyak. Kandungan asam palmitat minyak kelapa sawit sekitar 42,6% (Abiona et al. 2011). Asam palmitat merupakan komponen utama dalam asal lemak jenuh yaitu 53-65% dari total asam lemak jenuh (Ozugul dan Ozugul 2007). Kandungan asam palmitat yang meningkat sesuai dengan penelitian Alireza et al. (2010) yaitu asam palmitat pada minyak dapat meningkat setelah proses deep frying.

Asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) merupakan asam lemak yang mengandung ikatan rangkap sebanyak satu pada rantai hidrokarbonnya. Diagram batang profil asam lemak tak jenuh tunggal pada fillet kakap merah segar dan goreng dengan dua kandungan tertinggi disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Kandungan MUFA fillet kakap merah, segar, goreng Asam lemak tak jenuh tunggal yang dominan pada fillet ikan kakap merah adalah asam oleat (C18:1), palmitoleat (C16:1). Kandungan asam oleat pada fillet

(23)

12

kakap merah mengalami kenaikan 8 kali lipat setelah penggorengan. Perubahan ini disebabkan adanya percampuran asam oleat yang berasal dari minyak goreng. Kandungan asam oleat minyak kelapa sawit ± 30,91% (Chedoloh et al. 2011).

Asam lemak tak jenuh majemuk (PUFA) merupakan asam lemak yang mengandung ikatan rangkap lebih dari satu pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak tak jenuh majemuk yang dominan pada fillet kakap merah (L. argentimaculatus) adalah asam linoleat (C18:2), linolenat (C18:3), arakidonat (C20:4), EPA (C20:5) dan DHA (C22:6). Kandungan PUFA pada fillet kakap merah segar dan goreng dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Kandungan PUFA fillet ikan kakap merah, segar, goreng Kandungan asam linoleat meningkat 26 kali setelah proses penggorengan disebabkan oleh tercampurnya asam linoleat yang berasal dari minyak goreng dan penurunan kadar air. Kandungan asam linoleat pada minyak kelapa sawit sebesar 9,23%. Hasil penelitian Chedoloh et al. (2011) terhadap ikan kakap (L. johnii) menunjukkan pola yang sama, yaitu PUFA yang dominan dalam ikan kakap (L. johnii) adalah asam arakidonat (C20:4), asam linoleat (C18:2) dan asam linolenat (C18:3), EPA, dan DHA.

Kandungan asam arakidonat mengalami penurunan 5 kali setelah proses penggorengan. Hal ini disebabkan oleh dekomposisi oksidatif pada asam lemak tidak jenuh selama proses pemanasan lebih mudah terjadi karena ikatan rangkapnya lebih mudah diserang oleh oksigen (Winarno 2008). Kandungan EPA dan DHA pada fillet kakap merah mengalami penurunan 4 kali akibat penggorengan. Asam lemak esensial seperti DHA dan EPA sensitif terhadap sinar, suhu dan oksigen, hal inilah yang menyebabkan kandungan DHA dan EPA pada fillet kakap merah mengalami penurunan. Arias et al. (2003) menyatakan kandungan DHA pada Sardine pilchardus mengalami penurunan setelah dilakukan pengolahan dengan panas. Asam lemak linolenat merupakan prekursor asam lemak omega-3 yang dijumpai dalam tubuh manusia yaitu EPA (eicosapentaenoic acid) dan DHA (docosahexaenoic acid). Kandungan EPA dan DHA setelah proses penggorengan mengalami perubahan setelah penggorengan.

(24)

13 Kandungan asam lemak bebas pada fillet segar berdasarkan hasil penelitian adalah 13,43% dan pada fillet goreng berubah menjadi 4,14%. Nilai ini cukup tinggi dibandingkan dengan SNI 01-3741-1995 yang menetapkan batas maksimal kandungan asam lemak bebas minyak sebesar 0,3% (BSN 1995). Aro et al. (2000) menyatakan terjadi penurunan FFA pada ikan herringBaltic akibat penggorengan. Menurut Weber et al. (2008), perubahan ini disebabkan karena saat proses pemanasan terjadi penurunan aktivitas enzim lipase yang akan mencegah terlepasnya asam lemak bebas.

Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat sebagai trigliserida. Pembentukan asam lemak bebas terjadi karena proses hidrolisis dan oksidasi minyak yang disebabkan oleh keberadaan radikal bebas serta penguraian ikatan rangkap selama pemanasan (Paul dan Mittal 1997). Minyak goreng merupakan medium penggoreng bahan makanan yang berfungsi sebagai penghantar panas. Minyak akan mengalami pemanasan yang menyebabkan perubahan fisika-kimia sehingga berpengaruh terhadap minyak tersebut dan bahan yang digoreng. Salah satu indikator kerusakan minyak adalah asam lemak bebas. Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi dan hidrolisis enzim selama pengolahan dan penyimpanan (Aminah dan Isworo 2010).

Kandungan Kolesterol Fillet Ikan Kakap Merah

Kandungan kolesterol fillet ikan kakap merah segar sebesar 20 mg/ 100 g. Hasil ini lebih rendah dibandingkan penelitian Saraswati (2013) dan Mathew et al. (1999) yaitu sebesar 95,5 mg/ 100 g. Pada fillet ikan kakap merah goreng kandungan kolesterol mengalami perubahan menjadi 60 mg/ 100 g. Zivkovic et al. (2002) menyatakan kandungan kolesterol pada ikan dipengaruhi oleh spesies, jenis kelamin, musim, nutrisi pakan dan kandungan asam lemak tak jenuh majemuk.

Kolesterol merupakan substrat yang tidak larut air untuk pembentukan beberapa zat esensial, yaitu sintesis asam empedu yang penting untuk penyerapan lemak serta hormon testosteron, estrogen, progesteron dan kortisol. Kolesterol diproduksi dalam tubuh terutama oleh hati, tetapi jika produksi kolesterol berlebihan dapat meningkatkan risiko penyumbatan pembuluh arteri (Colpo 2005). Terdapat tiga kelas utama lipoprotein, yaitu low density lipoprotein (LDL), high density lipoproteins (HDL), dan very low density lipoprotein (VLDL) yang ditemukan dalam serum tubuh (NCEP 2002).

(25)

14

Jaringan Daging Ikan Kakap Merah (L. argentimaculatus)

Analisis jaringan daging ikan kakap merah dilakukan untuk melihat perbedaan struktur daging ikan kakap sebelum dan sesudah penggorengan. Struktur daging ikan kakap merah segar dapat dilihat pada Gambar 7 sedangkan struktur daging ikan kakap goreng dapat dilihat pada Gambar 8 dan 10.

Gambar 7 Struktur jaringan daging ikan kakap merah segar

Gambar 8 Struktur jaringan daging ikan kakap merah goreng

Gambar 9 Struktur jaringan kulit ikan kakap merah segar

Gambar 10 Struktur jaringan daging ikan kakap merah goreng

Gambar 7 menunjukkan daging ikan kakap merah sebelum penggorengan telah terjadi proses penurunan kesegaran ikan (rigor mortis) yang disebabkan aktivitas bakteri dan enzim. Susunan jaringan daging ikan kakap merah terlihat tidak kompak dan terputus-putus. Gambar 8 dan 10 menunjukkan struktur daging ikan kakap merah lebih kompak dan rapat dibandingkan sebelum penggorengan. Hal ini menunjukkan pemasakan ikan dengan penggorengan mampu menghambat proses penurunan mutu ikan. Gambar 9 merupakan penampang jaringan pada kulit ikan kakap merah segar. Struktur kulit ikan tidak berbeda dengan kulit vertebrata lainnya, yaitu terdiri dari dua lapisan utama yakni epidermis luar dan dermis dalam.

Pemanasan membuat protein bahan terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya menurun. Energi panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen yang ada pada struktur alami protein tapi tidak memutuskan ikatan kovalennya yang berupa ikatan peptida. Proses ini biasanya berlangsung pada kisaran suhu yang sempit (Ophart 2003). Hal ini terjadi karena suhu tinggi dapat

Miomer pecah

Sel darah mioseptum

Mioseptum

Sel darah

epidermis

Miomer

Longitudinal miomer

(26)

15 meningkatkan energi kinetik dan menyebabkan molekul penyusun protein bergerak atau bergetar sangat cepat sehingga mengacaukan ikatan molekul tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Asam lemak yang terkandung pada fillet ikan kakap merah terdiri dari kelompok asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh tunggal dan asam lemak tak jenuh majemuk. Asam lemak jenuh yang dominan yaitu asam miristat (C14:0), asam palmitat (C18:0) dan asam stearat (C18:0). Kandungan asam palmitat pada fillet kakap merah mengalami kenaikan 3 kali lipat setelah digoreng. Asam lemak tak jenuh tunggal yang dominan yaitu asam palmitoleat (C16:1) dan asam oleat (C18:1). Kandungan asam oleat pada fillet kakap merah segar mengalami peningkatan 8 kali setelah penggorengan. Peningkatan kandungan asam lemak disebabkan karena tercampurnya asam lemak yang terkandung pada minyak goreng. Asam lemak tak jenuh majemuk yang dominan yaitu asam linoleat (C18:2), linolenat (C18:3), arakidonat (C20:4), EPA (C20:5) dan DHA (C22:6). Kandungan asam linoleat mengalami kenaikan 26 kali setelah penggorengan. Asam arakidonat, EPA, dan DHA mengalami penurunan setelah penggorengan disebabkan karena sensitif terhadap sinar, suhu dan oksigen.

Kandungan kolesterol pada fillet kakap merah mengalami peningkatan 3 kali setelah proses penggorengan. Struktur jaringan pada daging ikan kakap merah sebelum proses penggorengan tampak tidak kompak karena sudah mengalami proses penurunan mutu sedangkan daging ikan kakap merah setelah proses penggorengan tampak lebih kompak.

Saran

(27)

16

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Arlington: The Association of Official Analytical Chemist, Inc.

Abiona OO, Awojide SH, Anifowoshe AJ, Babalola OB. 2011. Comparative study on effect of frying process on the fatty acid profile of vegetable oil and palm oil. E-International Scientific Research Journal. 3(3): 210-219. Ali M, Noor NM, Leksono YS. 2011. Ekstraksi kolagen dari sisik ikan kakap

merah (Lutjanus sp.). Prosiding Seminar Nasional Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan II; 9 Agustus 2010.

Alireza S, Tan CP, Hamed M, Man CYB. 2010. Effect of frying process on fatty acid composition and iodine value of selected vegetable oils and their blends. International Food Researh Journal. 17: 295-302.

Aminah S, Isworo J. 2010. Praktek Penggorengan Dan Mutu Minyak Goreng Sisa Pada Rumah Tangga di Rt V Rw III Kedungmundu Tembalang Semarang. Prosididng Seminar Nasional UNIMUS 2010.

Almatsier S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Angka SL, Mokoginta I, Dana D. 1984. Pengendalian Penyakit Ikan Histologi

dan Hematologi Ikan-ikan Air Tawar yang Dibudidayakan. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Institut Pertanian Bogor.

Arias MT, Pontes E, Linares G. 2003. Cooking-freezing-reheating (CFR) of sardine (Sardine pilchardus) fillets, effect of different cooking dan reheating procedures on the proximate dan fatty acid composition. Food Chemistry. 83: 349-356.

Aro T, Tahvonen R, Mattila T, Nurmi J, Sivonen T, Kallio H. 2000. Effects of season and processing on oil content and fatty acids of Baltic herring (Clupea harengus membras). Journal of Agricultural and Food Chemistry. 48: 6085–6093.

Arvanitoyannis IS, Varzakas TH, Kiokias S, Labropoulos AE. 2010. Lipids, fats, dan oils. Di dalam:Yildiz F, editor. Advances in Food Biochemistry. London: CRC Press. Taylor & Francis Group.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1992. SNI 01-2891-1992. Cara Uji Makanan dan Minuman. Jakarta : Dewan Standarisasi Nasional.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1994. SNI 01-3555-1994. Cara Uji Minyak dan Lemak. Jakarta : Dewan Standarisasi Nasional.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1995. SNI 01-3741-1995. Standar Mutu Minyak Goreng. Jakarta : Dewan Standarisasi Nasional.

Bohac CE, Rhee KS, Cross HR, Ono K. 1988. Assessment of methodologies for colorimetric cholesterol assay of meats. Journal of Food Science. 53(6): 1642–1644.

Chedoloh R, Karrila TT, Pakdeechaunan P. 2011. Fatty acid composition of important aquatic animals in Southern Thailand. International Food Research Journal. 18: 783-790.

(28)

17 Colpo A. 2005. LDL cholesterol: bad cholesterol or bad science. Journal of

American Physicians dan Surgeons. 10(3): 83-89.

Devi WS, Sarojnalini C. 2012. Impact of different cooking methods on proximate and mineral composition of Amblypharyngodon mola of Manipur. International Journal of Advanced Biological Research. 2(4): 641-645. Hasibuan HA, Nuryanto E. 2011. Kajian kandungan P, Fe, Cu, dan Ni pada

minyak sawit, minyak inti sawit, dan minyak kelapa selama proses rafinasi. Jurnal Standardisasi. 13(1): 67-71.

Jacoeb AM, Hamdani M, Nurjanah. 2008. Perubahan komposisi kimia dan vitamin daging udang ronggeng (Harpiosquilla raphidea) akibat perebusan. Buletin Teknologi Hasil Perikanan. 11(2): 76-89.

Kandemir S, Polat N. 2007 Seasonal variation of total lipid and total fatty acid in muscle and liver of rainbow trout (Oncorhynchus mykiss W 1792) reared in derbent dam lake. Tukish Journal of Fisheries and Aquatic Science. 7: 27-31.

Ketaren S. 2005. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-Press.

Mathew S, Ammu K, Nair V, Devadasan K. 1999. Cholesterol content of Indian fish and shellfish. Food Chemistry 66: 455-461.

Metusalach. 2007. Pengaruh fase bulan dan ukuran tubuh terhadap rendemen, kadar protein, air dan abu daging kepiting rajungan, Portunus spp. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. 17(3): 233-239. [NCEP] National Cholesterol Education Program. 2002. Detection, Evaluation,

and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults. Bethesda: NCEP Press.

Nurjanah, Abdullah A. 2010. Cerdas Memilih Ikan dan Mempersiapkan Olahannya. Bogor: IPB Press.

Ophart, CE. 2003. Virtual Chembook. Illinois: Elmhurst College Press.

Ozugul Y, Ozugul F. 2007. Fatty acid profiles of commercially important fish species from the mediterranean, agean dan black seas. Food Chemistry. 100(4): 1634-1638.

Ozyurt G, Duysak O, Akamca E, Tureli C. 2006. Seasonal changes of fatty acids of cuttlefish Sepia officinalis L. (mollusca: cephalopoda) in the north eastern mediterranean sea. Food Chemistry. 95(3): 382-385.

Pattipeilohy F. 2006. Pengolahan fish burger dengan memanfaatkan ikan rucah. Ichthyos. 6(1): 27-34.

Paul S, Mittal GS. 1997. Regulating the use of degraded oil/fat/in deep-fat/oil food frying. Critical Rev in Food Science and Nutrient. 37(7): 635-662. Pudja I. 2007. Model perubahan serapan minyak pada kentang selama

penggorengan. AGROTEKNO. 13(1): 20-24.

(29)

18

Sartika A. 2009. Pengaruh suhu dan lama proses menggoreng (deep frying) terhadap pembentukkan asam lemak trans. Makara Sains. 13(1): 23-28. Setiawan IH. 2009. Karakterisasi mutu fisika kimia gelatin kulit ikan kakap merah

(Lutjanus sp.) hasil proses perlakuan asam [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Statistik Kelautan dan Perikanan. 2008. Statistik perikanan tangkap Indonesia. Jakarta : Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Sumbono A. 2011. Efek perlakuan asam dan basa terhadap rendemen dan sifat fisik gelatin ikan kakap merah (Lutjanus campechanus) dari perairan laut Papua [tesis]. Surabaya: Fakultas Pasca Sarjana, Institut Teknologi Sepuluh November.

Suwandi R. 1990. Pengaruh proses penggorengan dan pengukusan terhadap sifat fisiko-kimia protein ikan mas (Cyprinus carpio). [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Tabee E. 2008. Lipid and phytosterol oxidation in vegetable oils and fried potato products. [tesis]. Swedia: Swedish University of Agricultural Science. Turkkan AU, Cakli S, Kilinc B. 2008. Effects of cooking methods on the

proximate composition and fatty acid composition of seabass (Dicentrarchus labrax, Linnaeus, 1758). Food and Bioproducts Processing. 86: 163–166.

Weber J, Vivian CB , Cristiane PR, Andre´, Tatiana E. 2008. Effect of different cooking methods on the oxidation, proximate and fatty acid composition of silver catfish (Rhamdia quelen) fillets. Food Chemistry. 106: 140–146. Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: Embrio Press.

(30)

19 Lampiran 1 Data ukuran dan bobot ikan kakap merah (Lutjanus argentimaculatus)

Panjang total (cm)

Panjang baku

(cm) Lebar (cm)

Tinggi (cm)

bobot total (g)

40 34 5 13 930

37 30 4 10 800

37 30 5 10 850

38 30 5 11 1005

41 37 5 10 890

39 39 5 9 840

38,67 ± 1,63 33,33 ± 3,98 4,83 ± 0,41 10,50 ± 1,38 885,83± 73,38

(31)

20

Lampiran 3 Kromatogram asam lemak daging ikan kakap merah segar sampel

(32)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jombang, pada tanggal 28 September 1991 dan merupakan anak pertama dari dua bersudara pasangan Tjipto Basuki dan Sri Wicamari. Penulis menyelesaikan pendidikan formal sekolah dasar pada tahun 2003 di SDN Ploso 1, Jombang. Pada tahun 2006, penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP 2 Jombang dan pada tahun 2009, penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Jombang. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Program Studi Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Gambar

Gambar 1.
Tabel 3 Kandungan asam lemak fillet kakap merah segar dan goreng
Gambar 5 Kandungan MUFA  fillet kakap merah,      segar,       goreng
Gambar 6 Kandungan PUFA fillet ikan kakap merah,      segar,       goreng
+2

Referensi

Dokumen terkait

tawas 4% terhadap pemeriksaan laboratorium aktifrtas proses hematopoiesis yang berupa kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah eritrosit dan jumlah retikulosit, hasilnya dapat

Puji syukur kepada Tuhan Yesus yang telah memberikan penyertaan, tuntunan, pertolongan dan kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

Terimakasih juga kepada komunitas Black Canal (BC) yakni Bg Ivan, Bg Ken, Bg Boim, Zube, Aziz, Gopas, Roy Sinaga, Ranto Damanik, dan teman- teman yang lain yang tak

Koefisien regresi untuk variabel CA/CL sebesar -10.4085 dan bertanda negatif, yang menunjukkan bahwa variabel CA/CL berpengaruh negatif terhadap financial distress

Data (1) berdasarkan percakapan antara Ustazah dan santri terlihat bahwa jawaban-jawaban yang diberikan kepada ustazah melampaui kebutuhan.Artinya, prinsip kerja Grice

Berdasarkan uji paired sample T-test didapatkan nilai ρ value tekanan darah sistolik maupun diastolik 0,001 kurang dari nilai α 5% (0,05) maka H0 ditolak,

Setelah itu, 'epala Bagian Sumber aya Manusia bersama dengan 'epala Sub Bagian 'epegawaian dan 'epala Sub Bagian (engembangan menetapkan skala prioritas

Jenis pelayanan dasar, indikator kinerja, nilai SPM dan batas waktu pencapaian bidang Pemerintahan Dalam Negeri, sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan