• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Menonton dan Kepuasan Petani terhadap Program Merajut Asa Trans7 di RW 05 Desa Citapen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Menonton dan Kepuasan Petani terhadap Program Merajut Asa Trans7 di RW 05 Desa Citapen"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU MENONTON DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP

PROGRAM MERAJUT ASA TRANS7

DI RW 05 DESA CITAPEN

NURLAILA KUSUMA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perilaku Menonton dan Kepuasan Petani terhadap Program Merajut Asa Trans7 di RW 05 Desa Citapen adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicatumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Nurlaila Kusuma

(4)

ABSTRAK

NURLAILA KUSUMA. Perilaku Menonton dan Kepuasan Petani terhadap Program Merajut Asa Trans7 di RW 05 Desa Citapen. Dibimbing oleh HADIYANTO.

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi perilaku khalayak dalam menonton program acara televisi, serta menganalisis hubungan perilaku menonton dengan tingkat kepuasan khalayak terhadap program Merajut Asa Trans7. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan kuantitatif yang didukung data kualitatif. Hasil penelitian ini menjelaskan pilihan acara yang paling digemari oleh petani adalah program informasi dan hiburan. Petani memiliki durasi menonton televisi yang tergolong rendah, yaitu selama 7.50-45.75 menit/hari, begitu pula dengan durasi menonton program Merajut Asa Trans7 juga tergolong rendah, yaitu selama 1-15 menit. Petani memiliki frekuensi menonton televisi yang rendah, yaitu hanya menonton 1-4 kali dalam seminggu. Frekuensi menonton program Merajut Asa Trans7 juga rendah, yaitu 1-2 kali dalam sebulan. Durasi menonton tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan khalayak. Frekuensi menonton berhubungan dengan tingkat kepuasan khalayak, yaitu kepuasan informasi.

Kata kunci: perilaku menonton, kepuasan menonton

ABSTRACT

NURLAILA KUSUMA. Viewing Behavior and Farmer‟s Satisfaction of Merajut Asa Trans7 Program at the RW 05 Citapen Village. Supervised by HADIYANTO.

This study aims to identify the behavior of the audience watching television, as well as analyzed the relationship between viewing behavior with the level of audiences satisfaction the programs Merajut Asa Trans7. The method was used in this study is a survey method with the quantitative approaches supported by qualitative data. The results of this study explain the choice of the most popular by farmers is the program information and entertainment. Farmers have a low duration of watching television, i.e. during 7.50-45.75 minutes/day, as well as the duration of watching programs Merajut Asa Trans7 also low, i.e. during 1-15 minutes. Farmers have a low frequency of watching television, the only watch 1-4 times a week. Frequency of watching programs Merajut Asa Trans7 also low, i.e. 1-2 times a month. Duration of watching is not associated with the level of audiences satisfaction. Frequency of watching associated with the level of audiences satisfaction, i.e. satisfaction information.

(5)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

PERILAKU MENONTON DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP

PROGRAM MERAJUT ASA TRANS7

DI RW 05 DESA CITAPEN

NURLAILA KUSUMA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Perilaku Menonton dan Kepuasan Petani terhadap Program Merajut Asa Trans7 di RW 05 Desa Citapen

Nama : Nurlaila Kusuma NIM : I34090112

Disetujui oleh

Ir Hadiyanto, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perilaku Menonton dan Kepuasan Petani terhadap Program Merajut Asa Trans7 di RW 05 Desa Citapen ini dengan baik. Penelitian yang ditulis dalam skripsi ini bertujuan untuk mengkaji perilaku menonton dan kepuasan khalayak dalam menonton program acara televisi. Tujuan lainnya ialah menjadi referensi baik bagi semua pihak yang terkait. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Hadiyanto, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, ayahanda Mustofa dan ibunda Khosiah serta kakak dan adikku yang selalu memberi semangat, dukungan, dan doa kepada penulis dengan penuh keikhlasan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman baik di KPM 46 Fina, Zona, Nia, Zela yang selalu memotivasi dan memberi dukungan kepada penulis. Terima kasih kepada semua teman-teman KPM 46 yang telah memberikan dukungan dan semangat serta kebersamaan kepada penulis selama di KPM.

Penulis mengetahui bahwa skripsi ini belumlah sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menghasilkan laporan yang bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Juli 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Kegunaan Penelitian 4

PENDEKATAN TEORITIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Kerangka Pemikiran 10

Hipotesis 12

Definisi Operasional 12

METODE 15

Lokasi dan Waktu Penelitian 15

Teknik Pengambilan Sampel 15

Teknik Pengumpulan Data 16

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 16

Validitas dan Reliabilitas 18

GAMBARAN UMUM STASIUN TV TRANS7 DAN PROGRAM MERAJUT

ASA TRANS7 19

Stasiun TV Trans7 19

Program Merajut Asa Trans7 21

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 23

Gambaran Umum Desa Citapen 23

PERILAKU MENONTON PROGRAM MERAJUT ASA TRANS7 29

Pilihan Acara 29

Durasi Menonton 30

Frekuensi Menonton 31

HUBUNGAN PERILAKU MENONTON DAN TINGKAT KEPUASAN

(10)

Tingkat Kepuasan Menonton Terhadap Program Merajut Asa Trans7 33 Hubungan Durasi Menonton dengan Tingkat Kepuasan Menonton 34 Hubungan Frekuensi Menonton dengan Tingkat Kepuasan Menonton 38

SIMPULAN DAN SARAN 43

Simpulan 43

Saran 43

DAFTAR PUSTAKA 45

LAMPIRAN 47

(11)

DAFTAR TABEL

1 Jenis program, kategori program, dan nama program acara Trans7 20 2 Jumlah dan persentase penduduk Desa Citapen berdasarkan tingkat

pendidikan tahun 2013 23

3 Jumlah dan persentase penduduk Desa Citapen berdasarkan usia dan

jenis kelamin tahun 2013 24

4 Jumlah dan persentase penduduk Desa Citapen berdasarkan

karakteristik individu tahun 2013 26

5 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pilihan acara di Desa

Citapen tahun 2013 29

6 Jumlah dan persentase responden berdasarkan durasi menonton televisi

di Desa Citapen tahun 2013 30

7 Jumlah dan persentase responden berdasarkan durasi menonton program Merajut Asa Trans7 di Desa Citapen tahun 2013 31 8 Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi menonton

televisi di Desa Citapen tahun 2013 32

9 Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi menonton program Merajut Asa Trans7 di Desa Citapen tahun 2013 32 10 Rataan skor tingkat kepuasan menonton di Desa Citapen tahun 2013 33 11 Jumlah dan persentase responden berdasarkan durasi menonton dan

kepuasan informasi di Desa Citapen tahun 2013 34

12 Jumlah dan persentase responden berdasarkan durasi menonton dan kepuasan identitas pribadi di Desa Citapen tahun 2013 35 13 Jumlah dan persentase responden berdasarkan durasi menonton dan

kepuasan integrasi dan interaksi sosial di Desa Citapen tahun 2013 36 14 Jumlah dan persentase responden berdasarkan durasi menonton dan

kepuasan hiburan di Desa Citapen tahun 2013 37

15 Nilai koefisien korelasi dan signifikansi durasi menonton dengan tingkat kepuasan menonton program Merajut Acara Trans7 di Desa

Citapen tahun 2013 37

16 Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi menonton dan

kepuasan informasi di Desa Citapen tahun 2013 38

17 Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi menonton dan kepuasan identitas pribadi di Desa Citapen tahun 2013 39 18 Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi menonton dan

kepuasan integrasi dan interaksi sosial di Desa Citapen tahun 2013 39 19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan frekuensi menonton dan

kepuasan hiburan di Desa Citapen tahun 2013 40

20 Nilai koefisien korelasi dan signifikansi frekuensi menonton dengan tingkat kepuasan menonton program Merajut Acara Trans7 di Desa

(12)

DAFTAR GAMBAR

1 Uses and Gratifications Model 8

2 Kerangka Pemikiran 11

3 Tahapan pengambilan sampel 16

4 Logo Trans7 20

5 Persentase mata pencaharian penduduk di Desa Citapen tahun 2012 25

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lokasi penelitian Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. 47

2 Kerangka sampling 48

3 Kuesioner penelitian 51

4 Hasil uji reliabilitas kepuasan menonton 56

(13)

PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian ini. Subbab latar belakang menjelaskan alasan penelitian ini dilakukan. Subbab perumusan masalah menjelaskan hal-hal apa saja yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Sementara itu, subbab tujuan penelitian mengarahkan untuk menjawab perumusan masalah yang telah dibuat dan mengarahkan pencari data yang dibutuhkan. Subbab yang terakhir dalam bab ini adalah kegunaaan penelitian yang menjelaskan manfaat dari penelitian ini.

Latar Belakang

Televisi memegang peran penting dalam menyediakan informasi yang cepat sehingga televisi banyak diminati. Kemajuan teknologi televisi dan sistem satelit komunikasi telah mempunyai jangkauan yang luas dalam mengatasi jarak, ruang, dan waktu. Di Indonesia, sistem penyiaran televisi berada langsung dibawah kendali atau kontrol serta pengaturan dari pemerintah, untuk digunakan sebagai instrumen penyebarluasan kebijakan pemerintah demi tujuan pembinaan bangsa. Proses atau cara pengendalian dapat dilihat melalui berbagai kebijakan (Wahyuni 2000). Menurut UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, lembaga penyiaran adalah penyelenggara penyiaran, baik lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sekarang ini lebih banyak terdapat lembaga penyiaran swasta yang bersifat komersial, seperti SCTV, MNC TV, ANTV, Indosiar, Trans7, Metro TV, Trans TV, dan Global TV. Kemunculan berbagai macam stasiun televisi tersebut menambah pilihan bagi khalayak dalam menggunakan media massa untuk mengakses informasi yang mereka butuhkan. Namun, besarnya persaingan antara stasiun televisi dalam mendapatkan khalayak, khususnya stasiun televisi swasta, tidak diikuti dengan program acara yang berkualitas. Jika dilihat dari fungsinya, media penyiaran adalah sebagai kontrol dan perekat sosial. Selain itu, media penyiaran berfungsi menjadi sarana bagi kebudayaan sekaligus ekonomi. Seperti yang dikatakan Mahfudz Siddiq bahwa isi siaran memiliki efek besar bagi kehidupan masyarakat. Beliau juga menyinggung terlalu banyaknya porsi tayangan hiburan yang disajikan ke masyarakat, padahal masyarakat juga membutuhkan tayangan yang edukatif dan informatif (KPI 2013)1. Hal ini didukung oleh penelitian Hadiyanto (2004) yang menyatakan motif-motif menonton televisi yang utama adalah hiburan dan memperoleh informasi. Oleh karena itu, dibutuhkan program acara informasi yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan khalayak dalam mencari informasi.

1

(14)

2

Salah satu program acara informasi yang ada sekarang ini adalah Merajut Asa milik Trans7. Menurut website Trans7, Merajut Asa Trans7 mengangkat tentang permasalahan yang terjadi di masyarakat kecil dan memberikan solusi sehingga permasalahan tadi menjadi teratasi. Program acara ini terbagi menjadi tiga segmen yang masing-masing terdiri dari pengenalan masalah yaitu penuturan beberapa orang narasumber tentang problem yang mereka alami sehingga membuat kehidupan mereka semakin sulit. Segmen berikutnya, tentang upaya seorang narasumber (tokoh utama) yang tergerak untuk melakukan suatu usaha memecahkan masalah yang terjadi dengan segala suka dukanya. Terakhir tentang kisah keberhasilan dari tokoh tersebut dalam mencari solusi dari masalah dan manfaatnya yang dirasakan oleh masyarakat yang lain. Lokasi liputan program acara ini di pelosok-pelosok desa seluruh Indonesia.

Episode Merajut Asa Trans7 yang ditayangkan tanggal 5 Oktober 2012mengangkat kisah seorang mantan camat yang mempelopori gerakan penghijauan di Desa Bumiaji, Kota batu, Jawa Timur. Daerah perbukitan ini terdapat lokasi mata air Sungai Berantas. Pada tahun 2003, tempat ini dilanda bencana banjir bandang yang disebabkan oleh alih fungsi lahan Perhutani menjadi ladang rakyat. Agar bencana ini tidak berulang kembali, tokoh tersebut menanam tanaman jenis bambu di sepanjang aliran sungai. Selanjutnya, ia bersama warga menanam jenis tanaman keras, seperti kopi di sela-sela ladang yang mereka garap. Selain itu, ia juga menyempatkan diri untuk memberi pendidikan lingkungan hidup pada anak-anak di sekitar daerahnya2.

Program Merajut Asa Trans7 sudah sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam UU No 32 Tahun 2002 pasal 5 huruf f, yaitu penyiaran diarahkan untuk menyalurkan pendapat umum serta mendorong peran aktif masyarakat dalam pembangunan nasional dan daerah serta melestarikan lingkungan hidup. Program tersebut mendorong peran aktif masyarakat untuk melestarikan lingkungan hidup dengan menayangkan tokoh inspiratif yang peduli dengan lingkungan sekitar. Kemudian, Peraturan KPI tentang Pedoman Perilaku Penyiaran Tahun 2012 pasal 22 juga menyebutkan bahwa lembaga penyiaran wajib menjalankan dan menjunjung tinggi idealisme jurnalistik yang menyajikan informasi untuk kepentingan publik dan pemberdayaan masyarakat, membangun dan menegakkan demokrasi, mencari kebenaran, melakukan koreksi dan kontrol sosial, dan bersikap independen. Dengan demikian, program acara televisi yang dibutuhkan oleh khalayak adalah program acara yang mengandung unsur pemberdayaan masyarakat, terutama masyarakat desa yang masih bekerja dibidang pertanian. Serta program acara yang berisi cara melestarikan lingkungan sekitarnya, seperti program Merajut Asa Trans7.

Hadirnya program Merajut Asa Trans7 menambah pilihan acara bagi khalayak. Khalayak memiliki banyak pilihan acara yang dapat ditonton sesuai dengan keinginan dan kebutuhan yang dirasakannya. Menurut West dan Turner (2008), teori kegunaan dan gratifikasi menyatakan bahwa orang secara aktif mencari media tertentu dan muatan (isi) tertentu untuk menghasilkan kepuasan atau hasil tertentu. Pemirsa dapat dilihat sebagai individu yang aktif dan memiliki tujuan, mereka bertanggung jawab dalam pemilihan media yang akan mereka

2

(15)

3 gunakan dalam hal memenuhi kebutuhannya dan individu ini tahu apa yang dibutuhkannya dan bagaimana memenuhinya.

Adanya kebutuhan yang berbeda dari setiap khalayak akan mempengaruhi perilaku mereka dalam memilih program acara televisi yang dianggap sesuai dengan minat dan kebutuhan. Menurut DeFleur dan Lowery (1994), perilaku menonton adalah kebiasaan dan tindakan dalam menonton siaran televisi karena dorongan dalam dirinya untuk menonton televisi. Perilaku menonton mencakup tiga aspek, yaitu pilihan acara, durasi menonton, dan frekuensi menonton. Perilaku menonton akan meningkat ketika semua kebutuhan terpenuhi. Hal ini didukung oleh penelitian Badriah (2003) yang menyatakan semakin tinggi durasi remaja menonton program acara hiburan maka akan semakin terpenuhi semua kebutuhan baik informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, maupun hiburan. Setelah khalayak menonton program acara televisi yang sesuai dengan apa yang dibutuhkannya maka akan menghasilkan kepuasan tersendiri bagi khalayak. Kepuasan khalayak terhadap program acara televisi akan mempengaruhi khalayak dalam menonton program acara yang sama pada waktu yang berbeda.

Merajut Asa Trans7 adalah program acara pengembangan masyarakat dan pelestarian lingkungan sekitar yang mengangkat kisah-kisah masyarakat kecil, seperti petani, nelayan, dan usaha mikro yang sedang mengalami permasalahan. Tujuan dari program ini adalah untuk memberikan motivasi kepada penonton, khususnya masyarakat kecil yang berada di pedesaan terutama yang bekerja di bidang pertanian agar tidak menyerah pada keadaan dan ikut melestarikan lingkungan. Petani merupakan khalayak yang membutuhkan tokoh inspiratif yang dapat memberikan solusi dalam mengatasi beragam masalah pertanian serta dapat melestarikan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor karena berdasarkan hasil penjajagan, daerah tersebut masih terdapat lahan pertanian dan warga yang tergolong sebagai petani. Melalui pemilihan program Merajut Asa Trans7 yang ditonton oleh petani dapat dilihat kepuasan khalayak dalam menonton yang didasari oleh perilaku khalayak dalam memilih program yang sesuai dengan kebutuhannya.

Perumusan Masalah

Berbagai program acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi menambah pilihan khalayak dalam menonton. Seperti program Merajut Asa Trans7 yang merupakan salah satu program acara informasi dan menjadi pilihan khalayak. Banyaknya permasalahan sosial yang ada di lingkungan sekitar membuat khalayak khususnya masyarakat kecil yang berada di desa agar tidak menyerah pada keadaan dan tetap melestarikan lingkungan. Khalayak membutuhkan sebuah tayangan yang dapat memberikan informasi dan motivasi mengenai lingkungan sekitarnya. Pemilihan program acara di televisi tergantung dengan kebutuhan khalayak terhadap suatu tayangan, begitupun dalam memilih program Merajut Asa Trans7. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu dikaji, yaitu:

(16)

4

2. Bagaimana hubungan perilaku menonton dengan tingkat kepuasan petani dalam menonton program Merajut Asa Trans7?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi perilaku petani dalam menonton program acara televisi. 2. Menganalisis hubungan perilaku menonton dengan tingkat kepuasan petani

dalam menonton program Merajut Asa Trans7.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjadi sarana untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman mengenai penggunaan media oleh khalayak dan kepuasan khalayak terhadap suatu program.

2. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini dapat dijadikan sumber rujukan untuk penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan media oleh khalayak dan kepuasan khalayak terhadap suatu program.

(17)

PENDEKATAN TEORITIS

Bab ini menjelaskan tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan definisi operasional. Bahan pustaka yang dirujuk berasal dari beberapa sumber berupa buku dan hasil penelitian sebelumnya. Beberapa bahan pustaka yang dijelaskan dalam bab ini adalah perilaku khalayak menonton televisi, kepuasan khalayak dalam menonton televisi, teori use and gratifications, dan televisi. Subbab kerangka pemikiran menjelaskan variabel-variabel yang diuji dalam penelitian ini. Subbab hipotesis penelitian menjelaskan proposisi yang diuji dalam penelitian ini dan subbab definisi operasional menjelaskan kriteria dan standar pengkategorian masing-masing variabel yang diuji.

Tinjauan Pustaka

Perilaku Khalayak Menonton Televisi

Perilaku menonton adalah kebiasaan dan tindakan dalam menonton siaran televisi karena dorongan dalam dirinya untuk menonton televisi. Menurut DeFleur dan Lowery (1994), perilaku menonton televisi mencakup tiga aspek, yaitu (1) pilihan acara yang ditonton; (2) durasi menonton; dan (3) frekuensi menonton. Perilaku khalayak dalam menonton juga dipengaruhi oleh karakteristik khalayak. (1) Pilihan acara yang ditonton dalam sehari adalah banyaknya jenis acara

televisi yang disaksikan oleh khalayak dalam satu hari. Pilihan acara yang ditonton dipengaruhi oleh karakteristik khalayak. Kusumah (2010) menyatakan bahwa tingkat pendidikan khalayak memengaruhi pilihan acara yang ditonton.

(2) Durasi menonton adalah lamanya waktu yang digunakan oleh khalayak dalam menonton program acara televisi. Hasil penelitian Badriah (2003) menyatakan durasi menonton dengan kepuasan informasi memiliki hubungan nyata dan searah baik di desa maupun di kota. Semakin tinggi durasi menonton maka semakin tinggi kepuasan informasi remaja akan program acara hiburan baik di desa maupun di kota.

(3) Frekuensi menonton adalah tingkat keseringan khalayak dalam menonton sebuah program acara. Penelitian Andremica (2010) menyatakan frekuensi menonton memiliki hubungan nyata dengan kepuasan hiburan. Hal ini menunjukkan semakin tinggi frekuensi menonton maka semakin tinggi kepuasan hiburan responden dalam menonton program berita TV One.

Kepuasan Khalayak dalam Menonton Televisi

(18)

6

peneliti “kegunaan dan kepuasan” justru membalikkan pertanyaan itu menjadi apa yang orang lakukan dengan media?

Menurut Effendy (1993), mengenai kebutuhan biasanya orang merujuk kepada hirarki kebutuhan yang ditampilkan oleh Abraham Maslow (1954). Ia membedakan lima perangkat kebutuhan dasar, yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan cinta, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kemudian, kebutuhan yang menarik perhatian para peneliti uses and gratifications adalah kebutuhan cinta, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.

Maslow dalam Daryanto (2010) hanya bertolak dari asumsi dasar, yaitu: (1) Manusia selalu mempunyai kebutuhan untuk berkembang dan maju.

(2) Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih pokok terlebih dahulu sebelum berusaha memenuhi kebutuhan lainnya. Artinya, kebutuhan yang lebih mendasar harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan tambahan yang lebih tinggi mulai mengendalikan perilaku seseorang.

Hal penting dari pemikiran Maslow dalam Daryanto (2010) adalah kebutuhan yang telah dipenuhi (sebagian atau keseluruhan) akan berhenti daya motivasinya. Kemudian, motivasinya berpindah ke upaya untuk memenuhi kebutuhan lainnya yang lebih tinggi. Pemahaman tentang adanya hubungan yang erat antara perilaku dan kebutuhan adalah penting. Paling tidak untuk dapat menciptakan kepuasan atau mengurangi ketidakpuasan individu.

Sementara itu, Katz et al. dalam Effendy (1993) mengelompokkan kebutuhan terhadap media atas lima kelompok sebagai berikut:

(1) Cognitif needs, kebutuhan akan pengetahuan.

(2) Afective needs, berhubungan dengan upaya untuk memperkuat pengalaman-pengalaman emosional dan aestetik.

(3) Integrative need, berhubungan untuk memperkuat rasa percaya diri, kestabilan kredibilitas seseorang.

(4) Need relating, untuk memperkuat kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. (5) Needs related to escape or tension release need, dihubungkan dengan upaya

untuk melarikan diri dari situasi yang tidak menyenangkan atau melepaskan diri dari tekanan.

McQuail (1991) menyatakan penyebab penggunaan media terletak dalam lingkungan sosial atau psikologis yang dirasakan sebagai masalah dan media digunakan untuk menanggulangi masalah itu (pemuasan kebutuhan). Sehingga kebutuhan, motif, penggunaan media, dan fungsi media saling berhubungan sedemikian rupa sehingga menciptakan upaya pemenuhan kebutuhan dan memberikan kepuasan kepada khalayak.

Program acara televisi yang ditonton oleh khalayak diharapkan dapat memenuhi kebutuhan mereka. Terpenuhinya kebutuhan khalayak akan menghasilkan kepuasan sehingga khalayak akan selalu menonton program acara tersebut pada waktu yang berbeda. Khalayak menonton program acara televisi karena televisi memiliki aspek-aspek yang dapat memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan kepada khalayak.

(19)

aspek-7 aspek pemenuhan kebutuhan lain, seperti pemenuhan kebutuhan identitas pribadi, integritas dan interaksi sosial, serta hiburan. Semakin tinggi durasi menonton maka semakin terpenuhi kebutuhan pemenuhan kebutuhan identitas pribadi, integritas dan interaksi sosial, serta hiburan responden dalam menonton program acara hiburan.

Penelitian Andremica (2010) menunjukkan bahwa frekuensi menonton memiliki hubungan positif nyata dengan tingkat kepuasan hiburan. Artinya, semakin tinggi frekuensi responden menonton maka tingkat kepuasan hiburan dalam menonton program berita TV One juga akan semakin tinggi. Responden menyaksikan suatu berita tertentu yang sedang hangat dibicarakan, maka biasanya muncul rasa penasaran sehingga membuat mereka terus-menerus mengikuti perkembangan berita tersebut, misalnya berita terkait dengan tokoh masyarakat atau artis yang sedang naik daun sehingga responden bukan hanya memeroleh kepuasan informasi tetapi juga kepuasan hiburan.

Penelitian tersebut membuktikan bahwa durasi khalayak menonton dapat memengaruhi tingkat kepuasan khalayak dalam menonton program acara televisi. Semakin lama durasi menontonnya, semakin tinggi tingkat kepuasan khalayak dalam menonton televisi. Selain itu, frekuensi menonton juga dapat memengaruhi tingkat kepuasan khalayak dalam menonton program acara televisi. Semakin sering frekuensi menonton maka semakin tinggi juga tingkat kepuasaan khalayak dalam menonton televisi.

Teori Use and Gratifications

Menurut West dan Turner (2008), Teori Kegunaan dan Gratifikasi (Uses and Gratification Theory) menyatakan bahwa orang secara aktif mencari media tertentu dan muatan (isi) tertentu untuk menghasilkan kepuasan atau hasil tertentu.

Uses and Gratification Theory menganggap orang aktif karena mereka mampu untuk mempelajari dan mengevaluasi berbagai jenis media untuk mencapai tujuan komunikasi. Menurut McQuail (1991), penyebab penggunaan media terletak dalam lingkungan sosial atau psikologis yang dirasakan sebagai masalah dan media digunakan untuk menanggulangi masalah itu (pemuasan kebutuhan). Sehingga kebutuhan, motif, penggunaan media, dan fungsi media saling berhubungan sedemikian rupa sehingga menciptakan upaya pemenuhan kebutuhan dan memberikan kepuasan kepada khalayak.

Katz, Blumler dan Gurevitch (1974) dalam West dan Turner (2008), menyatakan bahwa terdapat lima asumsi dasar Uses and Gratifications Theory, yaitu:

(1) Khalayak aktif dan penggunaan medianya berorientasi pada tujuan. Khalayak memilih di antara berbagai jenis media untuk memperoleh kepuasan yang berbeda.

(2) Inisiatif dalam menghubungkan kepuasan kebutuhan pada pilihan media tertentu terdapat pada anggota khalayak. Khalayak memiliki banyak otonomi dalam proses komunikasi massa.

(20)

8

(4) Orang mempunyai cukup kesadaran diri akan penggunaan media mereka, minat, dan motif sehingga dapat memberikan sebuah gambaran yang akurat mengenai penggunaan tersebut kepada para peneliti.

(5) Penilaian mengenai nilai isi media hanya dapat dinilai oleh khalayak.

Penelitian yang menggunakan uses and gratifications model memusatkan perhatian pada kegunaan isi media untuk memperoleh gratifikasi atau pemenuhan kebutuhan. Dalam persoalan ini, pendekatan uses and gratifications model

menyajikan alternatif lain dalam memandang hubungan antara isi media dengan komunikan dan pengkategorian isi media menurut fungsi. Katz (1974) dan Dennis McQuail (1975) dalam Ardianto E, Karlinah S, Komala L (2007) menggambarkan logika yang mendasari penelitian uses and gratifications model sebagai berikut:

Gambar 1 Uses and Gratifications Model

Sumber: Ardianto E, Karlinah S, Komala L (2007)

Setiap individu berharap bahwa konsumsi atau penggunaan media massa tertentu akan memenuhi sebagian kebutuhannya itu. Hal ini menuntunya pada kegiatan menonton program televisi tertentu, membaca isi majalah tertentu dan sebagainya. Dalam contoh ini, penggunaan media dapat dikatakan merupakan alternatif fungsional bagi interaksi yang sesungguhnya. Model-model kegunaan dan gratifikasi dirancang untuk menggambarkan proses penerimaan dalam komunikasi massa dan menjelaskan penggunaan media oleh individu atau kelompok-kelompok individu. Model-model ini menyajikan kerangka bagi sejumlah studi yang berbeda-beda termasuk Katz dan Gurevitch (1994) dalam

Ardianto E, Karlinah S, Komala L (2007) yang menggunakan riset kegunaan dan gratifikasi untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan berbagai media dilihat dari fungsi dan karakteristik lainnya. Penelitian ini menghasilkan sebuah model sederhana yang memperhatikan bagaimana sebagian besar media itu memiliki kesamaan.

Televisi

Menurut Riswandi (2009), televisi merupakan media yang dapat mendominasi komunikasi massa karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Hal tersebut membuat banyak khalayak lebih memilih televisi dalam mengakses informasi dan sebagai sarana hiburan. Televisi memiliki berbagai macam fungsi. Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yaitu memberikan informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada televisi (Ardianto 2007). Menurut Hofmann (1999), saat ini televisi tidak dilihat lagi sebagai sarana

(21)

9 pendidikan (dalam arti pendidikan formal) dan juga tidak seharusnya (meskipun

de facto demikian) sebagai alat promosi perdagangan. Lima fungsi yang diungkapkan oleh Hofmann (1999) yang pada umumnya diakui adalah:

(1) Pengawasan situasi masyarakat dan dunia

Fungsi ini sering disebut informasi. Namun, di sini istilah informasi sengaja tidak dipakai supaya tidak timbul salah paham seakan-akan fungsi televisi adalah saluran penerangan bagi penguasa untuk memberi informasi kepada rakyat sesuai dengan kepentingan pemerintah. Fungsi televisi yang sebenarnya adalah mengamati kejadian di dalam masyarakat dan kemudian melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan.

(2) Menghubungkan satu dengan yang lain

Menurut Neil Postman, televisi tidak berkesinambungan. Akan tetapi, televisi yang menyerupai sebuah mosaik dapat saja menghubungkan hasil pengawasan satu dengan hasil pengawasan lain secara jauh lebih gampang daripada sebuah dokumen tertulis.

(3) Menyalurkan budaya

Televisi tidak hanya mencari, tetapi juga ikut memperkembangkan kebudayaan. Kebudayaan yang diperkembangkan oleh televisi merupakan tujuan tanpa pesan khusus didalammya. Fungsi ini dilihat sebagai pendidikan. (4) Hiburan

Saat ini hiburan semakin diakui sebagai kebutuhan manusia. Tanpa hiburan manusia tidak dapat hidup wajar. Hiburan itu merupakan rekreasi, artinya berkat hiburan manusia menjadi segar untuk kegiatan-kegiatan lainnya. (5) Pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat

Dalam keadaan darurat, televisi harus proaktif memberi motivasi dan menganjurkan supaya orang mau dibantu secara preventif.

Televisi sudah banyak mengalami perkembangan yang ditandai dengan kemunculan berbagai stasiun televisi. Kemunculan berbagai stasiun televisi ini dapat menambah pilihan bagi khalayak dalam menonton program acara yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Menurut Morissan (2005), undang-undang penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi menggunakan istilah „siaran‟ yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun, program berasal dari Bahasa Inggris programme atau dalam penulisan gaya Amerika program yang berarti acara atau rencana. Bagian yang paling bertanggung jawab dalam mengelola program atau acara pada suatu stasiun penyiaran adalah departemen program.

Menurut Morissan (2005), berbagai jenis program dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu:

(1) Program informasi (berita)

Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak. Daya tarik program ini adalah informasi. Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a. Berita keras (hard news) yaitu segala informasi penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang segera untuk diketahui khalayak. Istilah lain dari berita keras adalah

(22)

10

b. Berita lunak (soft news) adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepht), tetapi tidak bersifat harus segera ditayangkan. Istilah lain dari berita lunak misalnya

news magazine, current affair, dan lain-lain.

Infotainment juga merupakan salah satu bentuk program berita. Namun demikian, fungsi infotrainment sebenarnya lebih besar sebagai hiburan bagi khalayak.

(2) Program hiburan

Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur khalayak dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan. Program hiburan dapat dibagi menjati tiga bagian yaitu:

a. Program drama adalah pertunjukkan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Program televisi yang termasuk dalam drama adalah sinema elektronik (sinetron) dan film.

b. Program permainan atau game show merupakan suatu bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu ataupun kelompok (tim) yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu. Program ini pun dapat dirancang dengan melibatkan khalayak. Program permaianan dibagi menjadi tiga jenis yaitu quiz show, ketangkasan, reality show. c. Program musik dapat ditampilkan dalam dua format, yaitu videoklip atau

konser. Program musik berupa konser dapat dilakukan di lapangan (outdoor) ataupun di dalam studio (indoor). Program musik di televisi saat ini sangat ditentukan dengan kemampuan artis menarik khalayak tidak saja dari kualitas suara, tetapi juga berdasarkan bagaimana mengemas penampilannya agar menjadi lebih menarik.

Penyiaran program acara sangat dibutuhkan penataan acara yang tepat. Hal ini dikarenakan stasiun televisi harus menyajikan berbagai menu program acara secara berkesinambungan tanpa terputus dan pengelola program acara harus memiliki strategi menata program acara. Menentukan jadwal penayangan suatu program acara ditentukan atas dasar perilaku khalayak, yaitu rotasi kegiatan mereka dalam satu hari dan juga kebiasaan untuk menonton televisi pada jam tertentu. Pada prinsipnya, siaran televisi harus dapat menemani aktivitas apapun dari khalayak dan pada umumnya khalayak memiliki perilaku yang sama pada setiap bagian hari, apakah pagi, siang atau malam hari (Morissan 2005).

Kerangka Pemikiran

(23)

11 membutuhkan tayangan yang edukatif dan informatif. Motif-motif menonton televisi yang utama adalah untuk hiburan dan memperoleh informasi. Oleh karena itu, dibutuhkan program acara informasi yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan petani dalam mencari informasi. Salah satu program acara informasi yang ditayangkan di televisi adalah program Merajut Asa Trans7.

Hadirnya program Merajut Asa Trans7 menambah pilihan program acara bagi petani. Petani memiliki banyak pilihan program acara yang dapat ditonton sesuai dengan keinginan dan kebutuhan yang dirasakannya. Pemirsa dapat dilihat sebagai individu yang aktif dan memiliki tujuan, mereka bertanggung jawab dalam pemilihan media yang akan mereka gunakan dalam hal memenuhi kebutuhannya dan individu ini tahu apa yang dibutuhkannya dan bagaimana memenuhinya. Adanya kebutuhan yang berbeda dari setiap petani akan mempengaruhi perilaku mereka dalam memilih program acara televisi yang dianggap sesuai dengan minat dan kebutuhan.

Perilaku menonton adalah kebiasaan dan tindakan dalam menonton siaran televisi karena dorongan dalam dirinya untuk menonton televisi. Perilaku petani dalam menonton dapat dilihat dari pilihan acara, durasi menonton, dan frekuensi menonton. Perilaku menonton ini diduga dapat mempengaruhi tingkat kepuasan petani dalam menonton untuk memenuhi kebutuhannya. Tingkat kepuasan petani dalam menonton dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan petani dalam hal informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial serta kebutuhan akan hiburan. Berdasarkan uraian sebelumnya maka dijelaskan keterkaitan antara beberapa variabel sehingga dapat menggambarkan kajian mengenai perilaku petani dalam menonton dengan tingkat kepuasan petani dalam menonton televisi. Keterkaitan antar variabel tersebut dapat dilihat dalam kerangka pemikiran pada Gambar 2.

(24)

12

Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara perilaku menonton (durasi menonton, frekuensi menonton) dengan tingkat kepuasan petani terhadap program Merajut Asa Trans7.

Definisi Operasional

1. Perilaku menoton adalah tindakan yang dilakukan oleh khalayak dalam menyaksikan program acara televisi. Perilaku menonton program acara televisi dilihat dari pilihan acara, durasi menonton, dan frekuensi menonton. a. Pilihan acara merupakan program acara televisi yang ditonton oleh

responden. Pengukuran menggunakan skala nominal dengan dua kategori, yaitu:

(1) Program acara informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak, yang meliputi berita, infotaiment, talk show, dan dokumenter.

(2) Program acara hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur khalayak dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan, yang meliputi sinetron, permainan, dan pertunjukan. b. Durasi menonton adalah lamanya waktu yang digunakan oleh responden

dalam menonton acara televisi, yang meliputi:

(1) Durasi menonton televisi adalah lamanya waktu yang digunakan oleh responden dalam menyaksikan acara televisi perhari. Diukur berdasarkan rata-rata jumlah jam menonton perhari. Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan dua kategori, yaitu: Rendah : 7.50-45.75 menit/hari

Tinggi : 45.76-95.00 menit/hari

(2) Durasi menonton program Merajut Asa Trans7 adalah lamanya waktu yang digunakan oleh responden dalam menyaksikan program Merajut Asa Trans7 dalam sekali tayang pada episode terakhir yang disaksikan oleh responden. Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan dua kategori, yaitu:

Rendah : 1-15 menit Tinggi : 15-30 menit

c. Frekuensi menonton adalah intensitas atau tingkat keseringan responden dalam menyaksikan acara televisi dalam satu periode, yang meliputi: (1) Frekuensi menonton televisi adalah intensitas atau tingkat keseringan

responden dalam menyaksikan acara televisi dalam satu minggu. Diukur berdasarkan rata-rata tingkat keseringan menonton selama seminggu. Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan dua kategori, yaitu:

Rendah : 1-4 kali menonton dalam seminggu Tinggi : 5-7 kali menonton dalam seminggu

(25)

13 Trans7 selama satu bulan terakhir. Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan dua kategori, yaitu:

Rendah : 1-2 kali menonton dalam sebulan Tinggi : 3-4 kali menonton dalam sebulan

2. Tingkat kepuasan petani terhadap program Merajut Asa Trans7 adalah terpenuhinya kebutuhan responden dalam menonton program Merajut Asa Trans7 yang dilihat dari kebutuhan informasi, kebutuhan identitas pribadi, kebutuhan integrasi dan interaksi sosial, dan kebutuhan hiburan. Variabel ini diukur menggunakan skala interval dengan lima kategori, yaitu:

Sangat Tidak Puas, skor 1 Tidak Puas, skor 2

Cukup Puas, skor 3 Puas, skor 4

Sangat Puas, skor 5

Berdasarkan data yang diperoleh, rataan skor minimum dalam tingkat kepuasan petani terhadap program Merajut Asa Trans7 adalah 2.00 dan rataan skor maksimum adalah 5.00, sehingga jarak intervalnya adalah (5.00-2.00)/2 = 1.5. Oleh karena itu, dapat diketahui skor untuk tingkat kepuasan petani terhadap program Merajut Asa Trans7, sebagai berikut:

Skor 2.00-3.50 = rendah Skor 3.51-5.00 = tinggi

Skor untuk masing-masing tingkat kepuasan petani terhadap program Merajut Asa Trans7 dijelaskankan sebagai berikut:

a. Kepuasan informasi adalah terpenuhinya kebutuhan responden mengenai berita tentang peristiwa dan kondisi lingkungan sekitar, pencarian bimbingan, memuaskan rasa ingin tahu dan minat, rasa damai melalui penambahan pengetahuan.

Kepuasan informasi rendah : skor 2.00-3.50 Kepuasan informasi tinggi : skor 3.51-5.00

b. Kepuasan identitas pribadi adalah terpenuhinya kebutuhan responden dalam menunjang nilai-nilai pribadi, identifikasi diri dengan nilai-nilai lain (dalam media), dan peningkatkan pemahaman tentang diri sendiri. Kepuasan identitas pribadi rendah : skor 2.00-3.50

Kepuasan identitas pribadi tinggi : skor 3.51-5.00

c. Kepuasan integrasi dan interaksi sosial adalah terpenuhinya kebutuhan responden akan kondisi lingkungan dan keadaan orang lain, identifikasi diri dengan orang lain, menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial, menjalankan peran sosial, berhubungan dengan orang lain.

Kepuasan integrasi dan interaksi sosial rendah : skor 2.00-3.50 Kepuasan integrasi dan interkasi sosial tinggi : skor 3.51-5.00 d. Kepuasan hiburan adalah terpenuhi kebutuhan responden dalam

melepaskan diri dari permasalahan, bersantai, memperoleh kenikmatan jiwa dan ekstetis, serta mengisi waktu.

(26)
(27)

METODE

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif untuk memperkaya analisis. Pendekatan kuantitatif yang digunakan adalah penelitian survei. Pendekatan kualitatif dilakukan melalui pendekatan lapang secara langsung. Data kuantitatif digunakan untuk memperoleh data mengenai perilaku menonton dan kepuasan menonton. Sementara itu, data kualitatif digunakan untuk memperoleh informasi mengenai perilaku menonton televisi.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RW 05 Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan sebagai berikut:

(1) Menurut keterangan penduduk pada observasi awal, di RW 05 program yang ditayangkan oleh Trans7 dapat dilihat dengan jernih dan jelas tanpa ada gangguan sinyal. Serta di RW 05 sudah banyak penduduk yang memiliki televisi dibandingkan dengan RW lainnya di Desa Citapen.

(2) Mayoritas penduduk RW 05 bermata pencaharian sebagai petani, yang sesuai dengan sasaran program Merajut Asa Trans7.

Lokasi ini diharapkan dapat menjelaskan perilaku menonton dan kepuasan petani terhadap program Merajut Asa Trans7 di Desa Citapen. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2013. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, perbaikan proposal, pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian.

Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer (Singarimbun dan Effendi 1989). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk RW 05 Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Unit analisa dalam penelitian ini adalah individu. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik

purposive sampling. Menurut Riduwan (2009), teknik purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu.

Pengambilan sampel dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

(1) Seluruh penduduk RW 05 Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor diberikan angket sederhana berisi kebiasaan menonton, khususnya terhadap program Merajut Asa Trans7, dan kesediaan untuk menjadi responden. Hal ini dilakukan karena peneliti belum mengetahui profil populasi.

(28)

16

menjadi responden. Dipilih penduduk yang bermata pencaharian di bidang pertanian untuk dijadikan sampel penelitian, karena sesuai dengan isi acara program Merajut Asa Trans7. Kemudian didapatkan sebanyak 46 orang buruh tani yang bersedia menjadi responden penelitian (Lampiran 3).

Gambar 3 Tahapan pengambilan sampel

Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari sumber asli atau subyek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi. Data primer yang dikumpulkan meliputi data kuantitatif dan kualitatif. Data primer kuantitatif diperoleh dari wawancara terstruktur kepada responden dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang terdiri dari pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang sudah disertai alternatif jawabannya. Selain data kuantitatif, kuesioner juga dilengkapi pertanyaan terbuka untuk menggali data kualitatif, yaitu pertanyaan berupa isian yang tidak disertai pilihan jawaban. Data sekunder adalah data yang tidak dikumpulkan langsung dari sumbernya melainkan menggunakan data yang sudah dikumpulkan pihak lain. Data sekunder dikumpulkan melalui Studi Pustaka dan data didapatkan dari Kantor Desa Citapen mengenai gambaran umum desa dan sumber-sumber sekunder mengenai Trans7, baik melalui website resmi Trans7 maupun Kantor Pusat Trans7 untuk mengetahui profil Trans7 dan profil program Merajut Asa Trans7.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu pertama, melakukan pengkodean pada berbagai jenis pertanyaan, baik tertutup, terbuka, maupun semi terbuka, kemudian memasukkan data ke buku kode atau lembaran data (code sheet). Kedua,

membuat tabel frekuensi atau tabel silang. Ketiga, mengedit yakni mengoreksi Seluruh penduduk

RW 05 diberi angket

Terdapat 86 orang menonton dan bersedia menjadi respoden

(29)

17 kesalahan-kesalahan yang ditemui setelah membaca tabel frekuensi atau tabel silang (Singarimbun dan Effendi 2008). Data hasil kuesioner terhadap responden kemudian diolah secara statistik deskriptif dengan menggunakan software Statistic Program for Social Sciences (SPSS) for Windows versi 17.0 dan Microsoft Excel 2007.

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan beberapa teknik, antara lain: (1) Tabel frekuensi digunakan untuk menganalisis data primer, yaitu perilaku

menonton dan tingkat kepuasan menonton.

(2) Tabulasi silang, untuk menerangkan hubungan antarvariabel dengan metode analisa sederhana, yaitu hubungan antara perilaku menonton dengan kepuasan menonton.

(3) Uji korelasi rank Spearman untuk melihat hubungan nyata antarvariabel dengan data berbentuk ordinal dan data interval yang diubah menjadi data ordinal. Uji ini digunakan untuk menentukan hubungan antara kedua variabel (variabel independen dan variabel dependen) yang ada dalam penelitian ini, yaitu menguji hubungan antara perilaku menonton program Merajut Asa Trans7 (skala ordinal), seperti durasi menonton dan frekuensi menonton dengan tingkat kepuasan petani terhadap program Merajut Asa Trans7 (skala interval), seperti kepuasan informasi, kepuasan identitas pribadi, kepuasan integrasi dan identitas pribadi, dan kepuasan hiburan. Menurut Siegel (1985), rumus korelasi rank Spearman adalah sebagai berikut:

Keterangan:

= koefisien korelasi rank spearman N = jumlah data atau sampel

= determinan

Menurut Hasan (2009), koefisien korelasi adalah bilangan yang digunakan untuk mengukur derajat hubungan, meliputi kekuatan hubungan dan bentuk/arah hubungan. Untuk kekuatan hubungan, nilai korelasi berada di antara -1 dan +1. Untuk bentuk/arah hubungan, nilai koefisien korelasi dinyatakan dalam positif (+) dan negatif (-). Jika koefisien korelasi bernilai positif maka variabel-variabel berkorelasi positif, artinya jika variabel X naik/turun maka variabel Y juga naik/turun. Jika koefisien berkorelasi bernilai negatif maka variabel-variabel berkorelasi negatif, artinya jika variabel X naik/turun maka variabel Y akan turun/naik.

(30)

18

signifikansi 0.10 maka kemungkinan mengambil keputusan yang salah adalah sepuluh persen, dan seterusnya.

Penentuan kriteria pengujian dilakukan dengan cara membandingkan nilai kritis (nilai alpha tabel dari distribusinya) dengan nilai uji statistiknya. Hipotesis nol (Ho) diterima jika nilai uji statistiknya berada di luar nilai kritisnya. Hipotesis nol (Ho) ditolak jika nilai uji statistiknya berada dalam nilai-nilai kritis.

Validitas dan Reliabilitas

Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan pada instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sementara, reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih (Singarimbun dan Effendi 2008). Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner. Dalam kuesioner tersebut menyangkut beberapa pernyataan yang berkaitan dengan variabel yang akan diuji. Pengujian validitas dan reliabilitas ini akan dilakukan kepada sepuluh orang responden di luar lokasi penelitian tetapi memiliki karakteristik yang sama dengan responden sebenarnya.

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan metode korelasi

(31)

GAMBARAN UMUM STASIUN TV TRANS7 DAN PROGRAM

MERAJUT ASA TRANS7

Stasiun TV Trans7

Profil Trans7

Menurut website Trans7, komitmen Trans7 adalah menyajikan tayangan berupa informasi dan hiburan yang bertujuan untuk menghiasi layar kaca di ruang keluarga pemirsa Indonesia. Trans7 berdiri karena adanya kerjasama strategis antara para group dan Kelompok Kompas Gramedia (KKG). Kemudian, pada tanggal 4 Agustus 2006 Trans7 lahir sebagai sebuah stasiun televisi swasta dengan menyajikan tayangan yang mengutamakan kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh hiburan, serta kepribadian yang aktif.

Sebelumnya, Trans7 bernama TV7, TV7 berdiri dengan izin dari Departemen Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor 809/BH.09.05/III/2000. Pada 22 Maret 2000, keberadaan TV7 telah diumumkan dalam Berita Negara Nomor 8687 sebagai PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Namun, pada 15 Desember 2006, TV7 baru melakukan re-launching

menjadi Trans7. Karena itu, tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari lahirnya Trans7. Trans7 berada di bawah naungan PT. Trans Corpora yang merupakan bagian dari manajemen para group yang saat ini telah berubah nama menjadi CT Corp.

Akhir tahun 2012, Trans7 dapat menjadi televisi yang maju bersama dengan Trans TV dan Detikcom dalam media CT Corp yang berada di bawah payung TRANSMEDIA. Di samping itu, Trans7 mempunyai program-program

in-house productions yang bersifat informatif, kreatif, dan inovatif3. Visi dan Misi Trans7

Visi Trans7 dalam jangka panjang, yaitu menjadi stasiun televisi terbaik di Indonesia maupun di Asean. Kemudian, Trans7 mempunyai komitmen selalu memberikan yang terbaik bagi stakeholders dengan menayangkan program yang berkualitas dan mempertahankan moral serta budaya kerja yang dapat diterima

stakeholders. Sementara itu, misi yang dimiliki Trans7 adalah menjadi wadah ide dan aspirasi yang bertujuan untuk mengedukasi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Selanjutnya, Trans7 berkomitmen untuk menjaga keutuhan bangsa serta nilai-nilai demokrasi dengan memperbaharui kualitas tayangan yang bermoral dan dapat diterima masyarakat serta mitra kerja.

Logo Trans7

Logo Trans7 memiliki bentuk empat sisi persegi panjang yang berarti merefleksikan ketegasan, memiliki karakter yang kuat, serta kepribadian bersahaja yang akrab dan mudah beradaptasi. Warna biru yang terdapat pada logo memiliki arti hangat tetapi bersinar kuat melambangkan keindahan batu safir yang tak lekang oleh waktu dan menepatkan Trans7 pada posisi yang terhormat di antara batu-batu berlian lainnya. Perpaduan nama Trans7 yang apik dan mudah diingat

3

(32)

20

diharapkan dapat membawa Trans7 ke tengah masyarakat Indonesia dan pemirsa setianya.

Gambar 4 Logo Trans7 Program Acara Trans7

Jenis program acara Trans7 dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu program informasi dan program hiburan. Data selengkapnya mengenai jenis program acara Trans7 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis program, kategori program, dan nama program acara Trans7 Jenis

program

Kategori program Nama program

Informasi Berita Redaksi Pagi, Redaksi Siang, Redaksi Sore, Redaksi Malam, Redaksi Kontroversi, Redaksi Siang Akhir Pekan

Infotainment Selebrita Pagi, Selebrita Siang, Seleb Expose

Current affair Selamat Pagi, Mata Lelaki, Warna, Indonesiaku, Brownies, Tau Gak Sih, Wolipop, CCTV

Magazines dan

documentary

Dua Dunia, Komunitas Unik, Jam Malam, Orang Pinggiran, Khazanah, Ragam Indonesia, Merajut Asa, Khalifah, Kontroversi, On The Spot, Spotlite, Jejak Petualang, Jejak Si Gundul, Mancing Mania, Dunia Binatang, Laptop Si Unyil, Si Bolang, She Can Tupperware, Jejak Petualang, serta Fish dan Chef

Talk show Bukan Empat Mata, Pas Mantab, Hitam Putih Hiburan Musik Kuku Bima Ener-G! Konser7

Drama Theater7, Wind Chill, Jump, The Thing, Seven Pounds, Carrossel

Permainan Ga Nyangka dan 5 Juta 5 Menit

Reality show Ups Salah, Makan Besar, Merry Me, Sing n Run, Party Kejutan, Tugas Pertama, JKT 48 Missions

Sport MotoGP, Superbike, pertandingan Liga Spanyol, Sport7, One Stop Football, Galeri Sepak Bola Indonesia, Highlights Otomotif, Highlights MotoGP

Pertunjukan Opera Van Java, Iseng Banget, Oesman 77, Mr. Bean

(33)

21

Data dari website Trans74 menunjukkan program informasi terdiri atas berita, infotainment, current affair, magazines dan documentary, serta talk show.

Infotainment adalah berita yang menyajikan informasi orang-orang terkenal.

Current affair adalah informasi yang terkait dengan suatu berita penting yang muncul sebelumnya, namun dibuat secara lengkap dan mendalam. Magazines

merupakan feature dengan durasi lebih panjang terdiri dari satu atau beberapa topik, lebih menekankan aspek menarik sedangkan documentary merupakan program informasi yang mempunyai tujuan untuk pembelajaran dan pendidikan dan disajikan lebih menarik.

Talk show adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh pembawa acara. Sementara itu, program hiburan terdiri atas musik, drama, permainan, reality show,

sport, dan pertunjukan. Reality show merupakan program yang menyajikan suatu keadaan yang nyata dengan cara sealamiah mungkin tanpa rekayasa.

Program Merajut Asa Trans7

Merajut Asa Trans7 merupakan program acara yang menceritakan kisah dari tokoh-tokoh yang peduli terhadap kelestarian lingkungan di sekitarnya. Kisah tersebut mengangkat tentang permasalahan yang terjadi di lingkungan dan tokoh yang diceritakan mempunyai cara untuk mengatasi masalah yang terjadi. Program acara tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi kepada penontonnya, khususnya masyarakat kecil yang berada di pedesaan agar tidak menyerah pada keadaan dan ikut melestarikan lingkungan. Target khalayak yang menonton program acara ini adalah perempuan. Lokasi liputan Merajut Asa Trans7 adalah pelosok-pelosok desa di seluruh Indonesia.

Program Merajut Asa Trans7 tayang perdana pada tanggal 14 September 2012. Saat ini Merajut Asa Trans7 tayang setiap hari Jumat pukul 17.00 WIB dengan durasi tayang 30 menit termasuk iklan. Program acara ini termasuk ke dalam program informasi, terdiri dari tiga segmen. Segmen pertama yaitu deskripsi masalah yang dihadapi dan diceritakan oleh beberapa orang narasumber. Segmen kedua yaitu tokoh utama yang memiliki upaya untuk menemukan solusi dari masalah yang terjadi. Segmen terakhir, tokoh utama tersebut menemukan solusi dan manfaatnya dirasakan oleh masyarakat disekitarnya.

Sebagai contoh salah satu tayangan Merajut Asa Trans7 adalah episode ketiga Merajut Asa Trans7 yang tayang pada tanggal 19 Oktober 2012. Program ini mengambil tempat di Desa Padas, Kecamatan Padas, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Seorang pria bernama Saekan yang tergerak untuk melakukan gerakan penghijauan sejak tahun 1980-an di daerah tersebut. Alasannya melakukan penghijauan karena di daerah perbukitan itu sulit sekali mendapatkan air bersih. Beliau mengaku pernah tidak mandi selama lima hari karena pada musim kemarau di daerah tersebut sungai benar-benar mengering.

Saekan mulai menanam jenis tanaman Kluwekdi daerah perbukitan tersebut. Jenis tanaman ini diambilnya karena akarnya yang bisa menyimpan air, daunnya tidak disukai ternak, dan juga bentuknya lebar yang dapat mengurangi penguapan

4

(34)

22

air dari permukaan tanah. Pengetahuan ini diperoleh berdasarkan pengalaman sehari-hari. Setelah sepuluh tahun dirinya meninggalkan wilayah tersebut dan kembali ke daerah asalnya, ternyata usahanya membuahkan hasil. Beliau menemukan aliran air bersih di sekitar areal penghijauannya. Selain itu, wilayah tersebut sudah tampak berbeda dengan wilayah di sekitarnya, sehingga tampak paling hijau dan rimbun.

(35)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Umum Desa Citapen

Desa Citapen termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar 268.66 ha dengan jumlah penduduk sebanyak 8 431 jiwa. Secara administratif, Desa Citapen terbagi atas dua dusun, tujuh Rukun Warga (RW), dan 26 Rukun Tetangga (RT). Lokasi wilayah Desa Citapen dapat dilihat pada Lampiran 1. Desa Citapen berbatasan dengan Desa Banjarsari di sebelah Utara, Desa Bojongjengkol dan Desa Tegalwaru di sebelah Timur, Desa Cicadas di sebelah Selatan, dan Desa Cibadak di sebelah Barat.

Sarana dan prasarana yang ada di Desa Citapen, yaitu fasilitas pemerintahan desa, prasarana perhubungan, kesehatan, sarana pendidikan, dan peribadatan. Sarana kesehatan yang dimiliki berupa puskesmas sebanyak satu buah, BKIA Rumah bersalin sebanyak satu buah, poliklinik sebanyak satu buah, serta posyandu sebanyak sepuluh buah. Selanjutnya, sarana pendidikan umum yang terdapat di Desa Citapen hanya terdapat TK dan SD, yaitu TK berjumlah satu buah dan SD sebanyak dua buah. Akan tetapi, sebesar 29.95 persen penduduk di Desa Citapen sudah ada yang menamatkan SLTP dan SLTA. Data selengkapnya mengenai tingkat pendidikan penduduk di Desa Citapen dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah dan persentase penduduk Desa Citapen berdasarkan tingkat

pendidikan tahun 2013

Tingkat pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Tidak tamat SD 125 1.75

Tamat SD 4 825 67.60

Tamat SLTP 1 130 15.83

Tamat SLTA 1 008 14.12

Akademi 23 0.32

S1 27 0.38

Total 7 138 100.00

Sumber: Data monografi Desa Citapen (2013)

Sebagian besar penduduk Desa Citapen beragama Islam, yaitu sebanyak 8 409 jiwa (99.89%). Komposisi penduduk tersebut menyebabkan Desa Citapen hanya memiliki sarana peribadatan untuk umat agama Islam karena hampir seluruh penduduknya beragama Islam sedangkan umat agama lain hanya sebagian kecilnya saja. Hampir setiap RW di Desa Citapen memiliki masjid, beberapa diantaranya juga memiliki mushola lebih dari satu. Total masjid yang terdapat di Desa Citapen adalah sebanyak 13 buah sedangkan total mushola di Desa Citapen adalah sebanyak 26 buah.

(36)

24

rentang usia 65–69 tahun, yaitu 1.31 persen. Komposisi penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk Desa Citapen berdasarkan usia dan jenis kelamin tahun 2013

Kelompok usia

Jumlah (jiwa)

Jumlah Persentase (%) Laki-laki Perempuan

0 – 4 490 456 946 11.25

5 – 9 475 450 925 10.98

10 – 14 415 447 862 10.25

15 – 19 565 441 1 006 11.96

20 – 24 398 416 814 9.68

25 – 29 355 325 680 8.08

30 – 34 207 284 491 5.84

35 – 39 326 287 613 7.29

40 – 44 278 252 530 6.30

45 – 49 226 162 388 4.61

50 – 54 213 199 412 4.90

55 – 59 175 107 282 3.35

60 – 64 79 62 141 1.68

65 – 69 69 41 110 1.31

70 – 74 128 83 211 2.51

Total 4 399 4 012 8 411 100.00

Sumber: Data monografi Desa Citapen (2013)

Wilayah di Desa Citapen digunakan untuk pemukiman dan pekarangan seluas 110.37 ha dan sawah seluas 140 ha. Melihat kondisi tersebut, menyebabkan sebagian penduduk di Desa Citapen bermata pencaharian di bidang pertanian, yaitu sebanyak 589 jiwa. Pekerjaan ini dilakukan setiap hari, kecuali hari Jumat karena pada hari itu banyak petani yang mengikuti pengajian pada pagi hari dan setelah itu sebagian petani laki-laki melaksanakan ibadah shalat Jumat. Walaupun tidak ada musim tanam, petani tetap pergi bekerja untuk membersihkan sawah atau kebun. Lahan pertanian yang mereka kerjakan sebagian besar bukan milik mereka, tetapi milik orang Jakarta.

(37)

25

Gambar 5 Persentase mata pencaharian penduduk di Desa Citapen tahun 2012

Sumber: BPS (2012)

Karakteristik Individu

Karakteristik individu yang diamati dalam penelitian ini terdiri atas jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan tambahan, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga. Tabel 4 menunjukkan bahwa persentase responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan, yaitu sebesar 60.87 persen. Perbedaan tersebut terjadi karena jumlah penduduk di Desa Citapen berdasarkan jenis kelamin, memang lebih banyak jumlah laki-laki dibandingkan dengan perempuan dapat dilihat pada Tabel 3.

Responden yang diamati dalam penelitian ini dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu usia muda kurang dari 36 tahun, usia menengah antara 36 sampai 48 tahun, dan usia tua lebih dari 48. Tabel 4 memperlihatkan bahwa sebanyak 39.13 persen responden termasuk kategori usia muda dan sebanyak 34.78 persen responden termasuk kategori usia menengah, sisanya sebanyak 26.09 persen reponden berusia tua. Berdasarkan data usia tersebut maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar reponden termasuk dalam usia produktif.

Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh. Dalam penelitian ini, responden dibagi ke dalam tiga kategori berdasarkan tingkat pendidikan, antara lain SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), dan SMA (Sekolah Menengah Atas). Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 46 responden yang diamati, sebagian besar hanya menempuh pendidikan sampai SD (Sekolah Dasar), yaitu sebesar 78.26 persen. Kondisi ekonomi keluarga menyebabkan tingkat pendidikan responden hanya sampai SD. Selain itu, sarana pendidikan di desa belum terlalu banyak seperti pernyataan dari salah satu reponden sebagai berikut.

“orang tua bapak mah dulu gak mampu nyekolahin sampai tinggi,

biayanya mahal terus sodara bapak banyak juga yang butuh biaya

sekolah.” (To, 70 tahun)

Tabel 4 membedakan responden ke dalam empat kategori berdasarkan jenis pekerjaan tambahan yaitu tukang bangunan, pengemudi sepeda motor, pedagang,

(38)

26

dan juru masak. Sebesar 13.04 persen responden mempunyai pekerjaan tambahan sebagai tukang bangunan. Persentase tukang bangunan merupakan yang terbesar dibandingkan dengan jenis pekerjaan lainnya. Namun, lebih banyak responden yang tidak mempunyai pekerjaan tambahan, yaitu sebesar 71.74 persen. Responden tersebut hanya bekerja sebagai buruh tani saja di lahan milik orang lain. Data selengkapnya mengenai karakteristik individu responden penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah dan persentase penduduk Desa Citapen berdasarkan karakteristik individu tahun 2013

Karakteristik

individu Kategori Jumlah

Persentase (%)

Jenis kelamin Perempuan 18 39.13

Laki-laki 28 60.87 Pendapatan sedang (Rp504 810 ≤

pendapatan ≤ Rp865 190) 28 60.87 Pendapatan tinggi (> Rp865 190) 11 23.91 Jumlah tanggungan

keluarga

Rendah (≤ 4 orang) 27 58.70

Tinggi (> 4 orang) 19 41.30

Tingkat pendapatan responden dikategorikan menjadi pendapatan rendah, sedang, dan tinggi. Penggolongan tingkat pendapatan keluarga dilakukan menggunakan rumus sebaran normal. Responden pada kategori pendapatan rendah adalah petani dengan penghasilan < Rp504 810. Responden yang termasuk dalam kategori pendapatan sedang adalah petani dengan penghasilan Rp504 810 ≤ pendapatan ≤ Rp865 190, sedangkan responden dengan tingkat penghasilan > Rp865 190 termasuk dalam kategori pendapatan tinggi. Sebagian besar reponden termasuk dalam kategori pendapatan sedang, yaitu sebesar 60.87 persen. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya reponden yang mempunyai pekerjaan tambahan, responden tersebut hanya bekerja sebagai buruh tani.

(39)

27 yang mempunyai tanggungan keluarga lebih dari empat orang. Tabel 4 menunjukkan sebagian besar responden termasuk dalam kategori rendah, yaitu sebesar 58.70 persen. Artinya, mayoritas reponden mempunyai tanggungan empat orang atau kurang. Hal ini memperlihatkan responden di Desa Citapen tidak terlalu banyak mempunyai tanggungan keluarga.

Jumlah tanggungan keluarga yang rendah juga disebabkan oleh mayoritas usia responden berada pada usia muda, yaitu kurang dari 36 tahun. Biasanya pada kategori usia tersebut responden hanya menanggung istri dan anak. Sebaliknya, pada kategori usia menengah dan usia tua, responden menanggung lebih banyak anggota keluarga. Karena terdapat anggota keluarga yang sudah menikah tetapi masih menjadi tanggungan responden. Hal ini disebabkan oleh anggota keluarga yang sudah menikah masih tinggal dalam satu rumah. Selain itu, keterbatasan ekonomi yang dimiliki anggota keluarga baru tersebut menjadikan banyak tanggungan responden seperti pernyataan dari salah satu reponden sebagai berikut.

“yang tinggal di rumah ada sembilan orang, ada anak, mantu, cucu, istri, semuanya masih jadi tanggungan saya. Kasihan lihat anak kerjanya jarang-jarang, jadi kalau buat makan, rumah sama-sama

(40)

Gambar

Gambar 2.
Tabel 1  Jenis program, kategori program, dan nama program acara Trans7
Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk Desa Citapen berdasarkan usia dan jenis kelamin tahun 2013
Gambar 5  Persentase mata pencaharian penduduk di Desa Citapen
+6

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengaplikasikan numerasi lintas kurikulum, guru sebagai ujung tombak pengajaran di sekolah sudah seharusnya dibekali dengan pelatihan literasi numerasi, baik itu bagi

Sesuai dengan masalah yang diajukan, hasil kajian terhadap penerapan pendekatan komunikatif yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran berpidato bahasa Bali pada

Kebijakan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah yang paling baik adalah memacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi sekaligus efektif dalam mengurangi jumlah penduduk

Konversi dari energi listrik menjadi energi mekanik (motor) maupun sebaliknya berlangsung melalui medan magnet, dengan demikian medan magnet disini selain berfungsi sebagai

Agar lebih efektif, media buku ilustrasi yang disuguhkan pada anak usia tersebut dominan dengan ilustrasi yang warnanya disesuaikan dengan psikologi anak yaitu warna-warna

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pedagang jajanan terhadap penggunaan pewarna metanil yellow adalah lamanya berdagang, akses yang mudah, tingkat pengetahuan yang rendah,

Dalam kertas kerja ini, perbincangan hanya difokuskan pada kaedah-kaedah tafsir yang digunakan oleh mufassirin (ahli-ahli tafsir) khususnya dalam mentafsir atau

Hasil proses robust pada software SSMT 2000 ditampilkan dalam software MT-Editor berupa grafik apparent resistivity dan phase , dimana setiap titik respon