• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Konsumsi Air, Asupan Energi dan Protein dengan Daya Tahan Fisik pada Siswa Pusat Pendidikan TNI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara Konsumsi Air, Asupan Energi dan Protein dengan Daya Tahan Fisik pada Siswa Pusat Pendidikan TNI"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI AIR, ASUPAN ENERGI,

DAN PROTEIN DENGAN DAYA TAHAN FISIK PADA SISWA

PUSAT PENDIDIKAN TNI

KUMALAWATI DEWI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

ABSTRAK

KUMALAWATI DEWI. Hubungan antara Konsumsi Air, Asupan Energi dan Protein Dengan Daya Tahan Fisik pada Siswa Pusat Pendidikan TNI. Dibimbing oleh SITI MADANIJAH.

Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan asupan energi dan protein dengan daya tahan fisik, hubungan konsumsi air dengan daya tahan fisik dan hubungan konsumsi suplemen dengan daya tahan fisik. Penelitian ini bersifat cross sectional study di Pusat Pendidikan Zeni (Pusdikzi) dan Pusat Pendidikan Intelijen Strategi (Pusdikintel Strat). Jumlah subjek yang digunakan 107 siswa. Frekuensi minum sebagian besar subjek di Pusdikzi (62.2%) dan di pusdikintel Strat (72.2%) adalah > 8 gelas/hari, waktu minum setelah bangun tidur di Pusdikzi (58.5%) dan di Pusdikintel Strat (53.7%), jenis air putih yang disukai di Pusdikzi yaitu air putih dengan kemasan (55.6%) dengan alasan keamanan/kesehatan (57.4%) dan di Pusdikintel Strat air putih yang disukai yaitu air putih tanpa kemasan (68.9%) dengan alasan keamanan/kesehatan (54.7%). Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara konsumsi energi (p<0.05, r=0.395) dan protein (p<0.05, r=0.588) dengan daya tahan fisik (VO2max), terdapat hubungan yang nyata antara tingkat kecukupan air dengan daya tahan fisik (VO2max) (p<0.05). Hasil dari uji korelasi Rank Spearman terdapat hubungan antara konsumsi suplemen terhadap daya tahan fisik (VO2max) (p <0.05).

Kata kunci: Konsumsi air, konsumsi pangan, siswa TNI, suplemen

ABSTRACT

KUMALAWATI DEWI. Relationship between Water Consumption, Energy and Protein Intake With Physical Endurance on Indonesian Military Student Center. Supervised by SITI MADANIJAH.

The purposes of this study were to analyze the correlation of energy and protein intake with physical endurance, water consumption with physical endurance and supplements with physical endurance. Cross sectional design was applied in this study at Education Center of Engineers (Pusdikzi) and the Education Center for Strategic Intelligence (Pusdikintel Strat) Kodiklat TNI. Total sample are 107 male students. Drinks frequencies in both Pusdikzi (62.2%) and Pusdikintel (72.2%) were > 8 glass/day, prefered drinking time was after wake up in Pusdikzi (58.5%) and in Pusdikintel Strat (53.7%), plain water in Pusdikzi was bottled plain water (55.6%) because it is safe and healthy (57.4%). Subject in Pusdikintel Strat prefered non-bottled plain water (68.9%) because safe and healthy (54.7%). Pearson correlation test result showed that there was significant correlation between energy (p<0.05, r=0.395 ) and protein level intake (p<0.05, r=0.588) with physical endurance (VO2max). There was also significant

correlation between water sufficient level with physical endurance (VO2max)

(p<0.05). Rank Spearman correlation test result showed that there was significant correlation between supplement consumption and physical endurance (VO2max)

(p<0.05.)

(3)

RINGKASAN

KUMALAWATI DEWI. Hubungan antara Konsumsi Air, Asupan Energi dan Protein dengan Daya Tahan Fisik di Pusat Pendidikan TNI. Di bawah bimbingan SITI MADANIJAH.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji hubungan antara konsumsi air, asupan energi dan protein dengan daya tahan fisik di Pusat Pendidikan TNI. Adapun Tujuan khusus dari penelitian ini adalah 1) mengidentifikasi karakteristik contoh; 2) mengidentifikasi status gizi contoh; 3) mengidentifikasi kebutuhan, konsumsi dan kecukupan contoh; 4) mengidentifikasi kebutuhan dan konsumsi air contoh; 5) mengidentifikasi kebiasaan dan konsumsi suplemen contoh; 6) menganalisis hubungan konsumsi dengan daya tahan fisik; 7) menganalisis hubungan konsumsi air dengan daya tahan fisik; 8) menganalisis hubungan konsumsi suplemen dengan daya tahan fisik.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain cross sectional. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi meliputi karakteristik siswa, asupan energi dan protein, konsumsi air, aktivitas fisik, konsumsi suplemen dan tingkat daya tahan fisik. Sedangkan data sekunder meliputi gambaran umum Pusdik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Desember 2012. Populasi contoh dalam penelitian ini adalah siswa yang sedang menjalani pendidikan di Pusdikzi dan di Pusdikintel Strat. Jumlah contoh yang diambil yaitu masing-masing 60 orang dari setiap institusi, namun terdapat beberapa contoh yang mengundurkan diri serta tidak lengkap dalam mengisi kuesioner sehingga jumlah contoh adalah sebesar 54 siswa Pusdikzi dan 53 siswa Pusdikintel Strat sehingga jumlahnya 107 contoh.

Karakteristik siswa yang diamati yaitu meliputi usia, pendidikan dan status gizi. Subjek dalam penelitian ini merupakan siswa dengan pangkat Perwira dan Bintara pendidikan TNI berjenis kelamin laki-laki. Sebaran umur subjek di Pusdikzi (64.8%) berada pada rentang umur dewasa muda dan di Pusdikintel Strat (56.6%) berada pada rentang umur dewasa menengah. Berdasarkan uji beda t-test, kisaran umur di Pusdikzi dan Pusdikintel Strat berbeda nyata (p<0.05).

Pendidikan subjek sebagian besar berada di jenjang pendidikan SMA/SMK. Sebagian besar subjek di Pusdikzi (72.2%) dan di Pusdikintel Strat (66.0%) merupakan lulusan SMA/SMK. Subjek dengan pendidikan S1/S2 di Pusdikintel Strat (18.9%) lebih banyak daripada di Pusdikzi (3.7%). Hal ini dikarenakan siswa yang menjalani pendidikan di Pusdikintel Strat merupakan siswa yang memiliki jabatan minimal Mayor di Kesatuannya. Uji beda Mann-Whitney untuk menunjukkan tingkat pendidikan di Pusdikzi dan Pusdikintel Strat tidak berbeda nyata (p>0.05).

Sebagian besar subjek di Pusdikzi (90.7%) dan Pusdikintel Strat (62.3%) memiliki sebaran status gizi normal. Status gizi berdasarkan IMT subjek di Pusdikzi dan Pusdikintel Strat 23.64+2.25 kg/m2 berada pada kategori normal dengan rataan Indeks Massa Tubuh (IMT) Pusdikintel Strat yang lebih tinggi (IMT=24.5 kg/m2) secara nyata (p<0.05) dibandingkan Pusdikzi (IMT=22.6 kg/m2). Hampir seluruh status gizi subjek Pusdikzi normal (90.7%), sedangkan sepertiga subjek Pusdikintel Strat berada pada status gizi overweight dan 3.7% subjek mengalami obese. Studi Packnett et al. (2012) menunjukkan prajurit militer dengan status gizi berlebih memiliki peluang dalam meninggalkan keanggotaan militer pada satu tahun pertama karena masalah kesehatan.

(4)

dengan 8 gelas sehari. Tidak terdapat perbedaan yang nyata mengenai kebiasaan minum dari dua instansi (p>0.05). Sebagian besar subjek baik di Pusdikzi (58.5%) maupun Pusdikintel Strat (53.7%) memiliki waktu minum setelah bangun tidur sebanyak 1-2 gelas.

Berdasarkan uji beda tidak terdapat perbedaan antara waktu minum di Pusdikzi maupun di Pusdikintel Strat (p>0.05). Sebagian besar subjek di Pusdikzi (55.56%) mengkonsumsi air putih dalam kemasan dengan alasan keamanan dan kesehatan (57.41%). Berdasarkan uji beda t-test tidak ada perbedaan antara jenis air putih yang dikonsumsi dan konsumsi air putih dengan kemasan (p>0.05). Namun terdapat perbedaan yang nyata pada konsusmi air putih tanpa kemasan (p>0.05). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Briawan et al (2011) pada dua kelompok remaja dimana kedua kelompok remaja lebih memilih minuman tanpa kemasan dengan alasan keamanan

Sebagian besar subjek perwira di Pusdikzi (44.44%) dan perwira di Puidikintel (42.31%) serta Bintara di Pusdikintel Strat (51.85%) dan bintara di Pusdikzi (40.74%) memiliki kebiasaan mengkonsumsi suplemen 5—7 kali per minggu. Berdasarkan uji beda terdapat perbedaan yang nyata mengenai kebiasaan konsumsi suplemen di Pusdikzi dan Pusdikintel Strat (p<0.05).

Rata-rata kebutuhan energi di Pusdikzi 2964kkal, dan rata-rata kebutuhan energi di Pusdikintel Strat 2801 kkal. Rataan asupan energi di Pusdikzi (3 977 kkal ) lebih tinggi dibandingkan dengan rataan energi di Pusdikintel Strat (2 769 kkal) dan rata-rata konsumsi protein di Pusdikzi (88.2 g) lebih rendah dibandingkan ata-rata konsumsi protein di Pusdikintel Strat dan (65.3 g).

Kebutuhan air rata-rata hari kerja di Pusdikzi (3 113.1 mL) lebih tinggi daripada di Pusdikintel Strat (2 922.6 mL). Kebutuhan rata-rata air pada hari kerja dan libur subjek di Pusdikzi sebesar 2962.6 mL, sedangkan kebutuhan air subjek di Pusdikintel Strat sebesar 2 800.6 mL. Rata-rata konsumsi air putih pada contoh di Pusdikzi sebanyak 4161.1 mL per hari, sedangkan pada contoh di Pusdikintel Strat 3456.8 mL per hari. Rata-rata asupan air dari makanan paling banyak dari kelompok serealia, umbi dan hasil olahannya, yaitu sebanyak 613.7 mL di Pusdikzi, dan 503.5 mL di Pusdikintel Strat. Rata-rata total asupan air pada contoh di Pusdikzi yaitu 6524.3 mL lebih tinggi dibandingkan rata-rata total asupan air contoh di Pusdikintel Strat 5532.6 mL.

(5)
(6)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Hubungan antara Konsumsi Air, Asupan Energi dan Protein dengan Daya Tahan Fisik pada Siswa Pusat Pendidikan TNI”adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(7)
(8)

ABSTRAK

KUMALAWATI DEWI. Hubungan antara Konsumsi Air, Asupan Energi dan Protein Dengan Daya Tahan Fisik pada Siswa Pusat Pendidikan TNI. Dibimbing oleh SITI MADANIJAH.

Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan asupan energi dan protein dengan daya tahan fisik, hubungan konsumsi air dengan daya tahan fisik dan hubungan konsumsi suplemen dengan daya tahan fisik. Penelitian ini bersifat cross sectional study di Pusat Pendidikan Zeni (Pusdikzi) dan Pusat Pendidikan Intelijen Strategi (Pusdikintel Strat). Jumlah subjek yang digunakan 107 siswa. Frekuensi minum sebagian besar subjek di Pusdikzi (62.2%) dan di pusdikintel Strat (72.2%) adalah > 8 gelas/hari, waktu minum setelah bangun tidur di Pusdikzi (58.5%) dan di Pusdikintel Strat (53.7%), jenis air putih yang disukai di Pusdikzi yaitu air putih dengan kemasan (55.6%) dengan alasan keamanan/kesehatan (57.4%) dan di Pusdikintel Strat air putih yang disukai yaitu air putih tanpa kemasan (68.9%) dengan alasan keamanan/kesehatan (54.7%). Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara konsumsi energi (p<0.05, r=0.395) dan protein (p<0.05, r=0.588) dengan daya tahan fisik (VO2max), terdapat hubungan yang nyata antara tingkat kecukupan air dengan daya tahan fisik (VO2max) (p<0.05). Hasil dari uji korelasi Rank Spearman terdapat hubungan antara konsumsi suplemen terhadap daya tahan fisik (VO2max) (p <0.05).

Kata kunci: Konsumsi air, konsumsi pangan, siswa TNI, suplemen

ABSTRACT

KUMALAWATI DEWI. Relationship between Water Consumption, Energy and Protein Intake With Physical Endurance on Indonesian Military Student Center. Supervised by SITI MADANIJAH.

The purposes of this study were to analyze the correlation of energy and protein intake with physical endurance, water consumption with physical endurance and supplements with physical endurance. Cross sectional design was applied in this study at Education Center of Engineers (Pusdikzi) and the Education Center for Strategic Intelligence (Pusdikintel Strat) Kodiklat TNI. Total sample are 107 male students. Drinks frequencies in both Pusdikzi (62.2%) and Pusdikintel (72.2%) were > 8 glass/day, prefered drinking time was after wake up in Pusdikzi (58.5%) and in Pusdikintel Strat (53.7%), plain water in Pusdikzi was bottled plain water (55.6%) because it is safe and healthy (57.4%). Subject in Pusdikintel Strat prefered non-bottled plain water (68.9%) because safe and healthy (54.7%). Pearson correlation test result showed that there was significant correlation between energy (p<0.05, r=0.395 ) and protein level intake (p<0.05, r=0.588) with physical endurance (VO2max). There was also significant

correlation between water sufficient level with physical endurance (VO2max)

(p<0.05). Rank Spearman correlation test result showed that there was significant correlation between supplement consumption and physical endurance (VO2max)

(p<0.05.)

(9)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI PANGAN DAN AIR

DENGAN DAYA TAHAN FISIK PADA SISWA PUSAT

PENDIDKAN TNI

KUMALAWATI DEWI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(10)

Judul Skripsi : Hubungan antara Konsumsi Air, Asupan Energi dan Protein dengan Daya Tahan Fisik pada Siswa Pusat Pendidikan TNI

Nama : Kumalawati Dewi NIM : I14104010

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Budi Setiawan, MS Ketua Departemen

(11)
(12)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah penelitian dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2012 ini adalah “Hubungan Konsumsi Air, Asupan Energi dan Protein dengan Daya Tahan Fisik Siswa Pusat Pendidikan TNI” dapat diselesaikan dengan baik.

Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini:

1. Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mengarahkan penulis dalam melakukan penelitian.

2. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dalam perbaikan penulisan.

3. Komandan Pusat Pendidikan Zeni dan Komandan Pusat Pendidikan Intelijen dan Strategi Kodiklat TNI beserta staf anggota yang telah bekerja sama dan membantu proses pengumpulan data.

4. Komisi Pendidikan Departemen Gizi masyarakat IPB yang telah banyak membantu penulis selama menempuh pendidikan.

5. Kedua orang tua Bapak Mumun dan Ibu Wawat Hendrawati serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.

6. Teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi (Alih Jenis Pendidikan) Departemen Gizi Masyarakat Angkatan 4 atas kebersamaan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, sehingga kriti dan saran yang membangun diharapkan bagi kemajuan penulisan. Demikian laporan ini dibuat semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2013

(13)
(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

KERANGKA PEMIKIRAN 4

METODE 4

Desain, Tempat dan Waktu 4

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 7

Definisi Operasional 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Gambaran Umum Pusat Pendidikan TNI 11

Karakteristik Contoh 13

Kebiasaan Minum dan Konsumsi Suplemen 15

Kebutuhan, Konsumsi dan Kecukupan Energi dan Protein Contoh 20

Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Contoh 22

Kebutuhan dan Konsumsi Air Contoh 24

Daya tahan fisik Contoh 29

Hubungan Antar Variabel 31

SIMPULAN DAN SARAN 32

Simpulan 32

Saran 33

DAFTAR PUSTAKA 33

LAMPIRAN 47

(15)
(16)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan cara pengumpulan data 7

2 Kebutuhan energi pria dewasa menurut status 9

3 Kategori daya tahan fisik cooper test berdasarkan nilai volume

oksigen maksimum 10

4 Uji dalam analisis data 11

5 Sebaran contoh menurut umur 14

6 Sebaran contoh menurut pendidikan terakhir 14

7 Sebaran contoh menurut status gizi 15

8 Sebaran contoh menurut kebiasaan minum 15

9 Sebaran contoh menurut waktu minum 16

10 Sebaran contoh menurut jenis air putih yang dikonsumsi 16

11 Sebaran contoh menurut kebiasaan konsumsi suplemen 18

12 Sebaran contoh menurut jenis suplemen 18

13 Sebaran contoh menurut bentuk suplemen yang dikonsumsi 19

14 Sebaran contoh menurut waktu konsumsi suplemen 19

15 Rata-rata kebutuhan energi berdasarkan tingkat kepangkatan 20

16 Rata-rata asupan energi contoh siswa Pusdikzi dan Pusdikintel Strat 21

17 Rata-rata asupan protein contoh siswa Pusdikzi dan Pusdikintel Strat 21

18 Rataan asupan sehari energi contoh menurut pusat pendidikan

(kkal/orang/hari) 22

19 Rataan asupan protein sehari protein contoh menurut pusat

pendidikan (kkal/orang/hari) 22

20 Jenis konsumsi pangan contoh di luar pusdik hari kerja 22

21 Sebaran contoh menurut kecukupan energi 23

22 Sebaran contoh menurut kecukupan protein 23

23 Tingkat kebutuhan air pada contoh berdasarkan pusat pendidikan 24

24 Rata-rata asupan air dari minuman (mL/hari) pada contoh siswa

menurut pusat pendidikan 25

25 Rata-rata asupan air dari makanan (mL/hari) pada contoh siswa

menurut pusat pendidikan Pusdik 26

26 Rata-rata asupan zat gizi makro, energi, dan air metabolik pada

contoh siswa menurut pusat pendidikan 27

27 Asupan air pada contoh siswa mL per hari (%) menurut sumber dan

pusat pendidikan 27

28 Tingkat kecukupan air 28

29 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi 28

30 Sebaran faktor aktivitas fisik menurut hari kerja pendidikan 29

31 Sebaran faktor aktivitas fisik berdasarkan hari libur 29

32 Sebaran contoh menurut tingkat daya tahan fisik 31

33 Hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan daya tahan fisik 31

34 Hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan daya tahan fisik 31

(17)

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan kerangka hubungan konsumsi pangan dan air terhadap daya

tahan fisik pada prajurit TNI 5

2 Teknis penarikan contoh pada siswa Pusat Pendidikan TNI 6

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kategori PAL berdasarkan aktivitas fisik 37

2 Ketentuan standar porsi penyelenggaraan makanan 38

3 Ketentuan jumlah energi dan protein yang dihidangkan 38

4 Asupan air dari kelompok makanan 39

5 Asupan air dari kelompok minuman 40

6 Susunan menu pusat pendidikan zeni dan pusat pendidikan

intelijen strategi 41

7 Hasil uji beda antar variabel 43

8 Hasil uji korelasi Pearson antara tingkat kecukupan energi, protein dan air contoh dengan tingkat daya tahan fisik 43

9 Hasil uji korelasi Rank spearman antara konsumsi suplemen

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Daya tahan fisik merupakan hal terpenting yang harus dimiliki oleh setiap individu. Daya tahan fisik dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah sesuatu yang berasal dari dalam diri seseorang yang bersifat menetap, misalnya genetik, umur, dan jenis kelamin. Sementara faktor eksternal terdiri dari konsumsi pangan dan air, aktivitas fisik, lingkungan, serta gaya hidup. Menurut Moeloek (1984), daya tahan kardiovaskuler merupakan faktor utama dalam kesegaran jasmani. Unsur tersebut merupakan salah satu faktor yang menentukan ketahanan fisik seseorang selain keadaan gizi dan kesehatan.

Daya tahan fisik yang baik harus memiliki status gizi yang baik pula. Status gizi yang baik diperoleh dari konsumsi sesuai kebutuhan gizi. Konsumsi yang tidak sesuai dengan kebutuhan zat gizi akan berdampak buruk terhadap status gizi (Sholichin 2005). Salah satu upaya pemenuhan zat gizi ialah pemenuhan energi untuk berjalannya aktivitas dengan baik. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara konsumsi energi dengan pengeluaran energi maka berakibat pada gangguan gizi sehingga tidak dapat melakukan aktivitas fisik dengan baik (Aminah 2012). Oleh karena itu perlu pemenuhan gizi yang cukup dalam rangka memenuhi kebutuhan energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air.

Asupan air dibutuhkan tubuh untuk menjaga kondisi homeostatis karena adanya cairan tubuh yang terbuat akibat aktivitas fisik baik yang ringan, sedang maupun berat.Kebutuhan air berbeda-beda pada setiap individu, bergantung pada usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, suhu dan kelembaban lingkungan, serta aktivitas fisik (Praboprastowo & Dwiriani 2004). Kurangnya asupan air berpotensi menyebabkan terjadinya dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu keadaan terjadi kehilangan cairan hipotonik yaitu volume air yang keluar lebih besar dari jumlah natrium yang keluar (Santoso et al 2011).

Menurut Hardinsyah (2011), tingkat dehidrasi yang berbeda dapat menimbulkan efek yang beragam pada tubuh kita. Misalnya, kekurangan cairan 1% saja bisa menimbulkan rasa haus, kekurangan cairan 2-3% pada tubuh dapat meningkatkan suhu tubuh, rasa haus, dan gangguan stamina, kekurangan cairan 4% dapat menurunkan kemampuan fisik hingga 25%, dan kekurangan cairan 7% atau lebih, bisa mengakibatkan seseorang kehilangan kesadaran.

Minuman adalah sumber asupan utama cairan tubuh, namun tubuh juga mendapat asupan air dari sumber lain seperti dari makanan dan hasil metabolisme. Selain dari minuman, asupan makanan juga perlu diperhatikan pemenuhannya. Asupan makanan tidak hanya untuk menghilangkan rasa lapar ataupun untuk memenuhi selera, tetapi juga harus mencukupi kebutuhan gizi. Kebutuhan gizi seseorang dapat dilihat dari mutu pangan yang dikonsumsinya.

(19)

2

mempertahankan dan melindungi sekitar 796 penduduk. Maka dari itu, kemampuan dan kesehatan fisik personil TNI diperlukan agar mampu menjalani kewajibannya dengan baik.

Pusat pendidikan TNI merupakan salah satu institusi yang melaksanakan fungsinya sebagai penyelenggara pendidikan dan latihan wajib militer. Institusi ini berperan dalam mempersiapkan dan mendidik para prajurit dan calon prajurit TNI. Mereka dihadapkan pada aktivitas pengglembengan fisik, mental dan keterampilan, dimana keadaan gizi menjadi salah satu faktor penting yang menentukan kesigapan dan kesiagaan dalam melaksanakan aktivitas keprajuritan (Kusnan 2006). Aktivitas siswa TNI dipengaruhi oleh peraturan yang berlaku di Pusat Pendidikan, sehingga membentuk pola aktivitas yang khas.Kebutuhan energi ini bergantung pada banyaknya otot yang bergerak, lamanya dan beratnya aktivitas (Almatsier 2006). Daya tahan fisik mempunyai arti penting bagi anggota TNI, antara lain meningkatkan fungsi organ tubuh, sosial emosional, sportivitas, dan semangat kompetisi.

Penelitian yang dilakukan oleh Sholichin (2005) terhadap Prajurit TNI AD Zeni menunjukkan bahwa konsumsi energi dan protein mereka lebih besar dibandingkan angka kecukupan. TKE mereka mencapai 129% sementara TKP mencapai 121.9%. Hal ini mengindikasikan bahwa prajurit TNI membutuhkan energi dan protein yang tinggi untuk membentuk otot tubuh dan menjalankan aktifitas fisik selama pendidikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Montain dan Young (2003) pada militer menyatakan bahwa kehilangan masa otot 2% karena underfeeding disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh kemudian dehidrasi (2-3%) dan menurunkan juga daya tahan fisik serta nilai VO2max. Kebanyakan orang dewasa mencapai tingkat

dehidrasi satu kali atau lebih selama seminggu dimana rata-rata pria mengalami 1.59% dehidrasi (Amstrong et al 2012). Latihan dengan lingkungan panas dan situasi stres yang berkepanjangan menyebabkan peningkatan keluaran keringat yang dapat menyebabkan dehidrasi (2-8%) (Sawka & Montain 2000).

Pentingnya pemenuhan zat gizi makro, terutama energi, protein, serta air berkaitan dengan daya tahan fisik pada siswa TNI perlu dikaji. Hal ini terkait dengan pentingnya daya tahan fisik bagi seorang prajurit TNI yang disesuaikan dengan konsumsi makanan dan minumannya sehari-hari. Berdasarkan uraian di atas, dan masih terbatasnya penelitian mengenai kecukupan air terhadap personil militer. Oleh karena itu, peneliti tetarik untuk melaksanakan penelitian mengenaihubungan antara konsumsi air, asupan energi dan proteindengandaya tahan fisik pada siswa pusat pendidikan TNI.

Perumusan Masalah

(20)

3 untuk berjalannya aktivitas dengan baik, apabila terjadi ketidak seimbangan antara konsumsi energi dengan pengeluaran energi maka dapat mengakibatkan gangguan gizi sehingga tidak dapat melakukan aktivitas fisik dengan baik (Aminah 2012). Asupan air dibutuhkan tubuh untuk menjaga kondisi homeostatis karena adanya cairan tubuh yang mengakibatkan pada hasil aktivitas fisik baik yang ringan, sedang maupun berat. Perbedaan aktivitas di Pusdikzi dan Pusdikintel Strat dapat berpengaruh pada kebutuhan, asupan dan tingkat kecukupan air.

Penelitian yang dilakukan oleh Montain danYoung (2003) pada militer menyatakan bahwa kehilangan masa otot 2% karena underfeeding disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh kemudian dehidrasi (2-3%) dan menurunkan juga daya tahan fisik serta nilai VO2max. Kebanyakan orang dewasa mencapai tingkat

dehidrasi satu kali atau lebih selama seminggu dimana rata-rata pria mengalami 1.59% dehidrasi (Amstrong et al 2012). Latihan dengan lingkungan panas dan situasi stres yang berkepanjangan menyebabkan peningkatan keluaran keringat yang dapat menyebabkan dehidrasi (2-8%) (Sawka & Montain 2000).

Pentingnya pemenuhan zat gizi makro, terutama energi, protein, serta air berkaitan dengan daya tahan fisik pada siswa TNI perlu dikaji. Hal ini terkait dengan pentingnya daya tahan fisik bagi seorang prajurit TNI yang disesuaikan dengan konsumsi makanan dan minumannya sehari-hari. Berdasarkan uraian di atas, dan masih terbatasnya penelitian mengenai kecukupan air terhadap personil militer. Oleh karena itu, peneliti tetarik untuk melaksanakan penelitian mengenai hubungan antara konsumsi air, asupan energi dan protein dengan daya tahan fisik pada siswa pusat pendidikan TNI.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini, yaitu menganalisis konsumsi air, asupan energi dan protein kaitannya dengan daya tahan fisik siswa Pusat Pendidikan TNI. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu : 1. Mengidentifikasi karakteristik contoh 2. Mengidentifikasi status gizi contoh

3. Mengidentifikasi kebutuhan, konsumsi, serta kecukupan energi dan protein contoh

4. Mengidentifikasi kebutuhan dan konsumsi air contoh 5. Mengidentifikasi kebiasaan dan konsumsi suplemen contoh

6. Menganalisis hubungan tingkat kecukupan energi dan protein dengan daya tahan fisik

(21)

4

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai konsumsi pangan dan air terhadap daya tahan fisik pada prajurit TNI. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi pihak yang terkait dalam mempertimbangkan hal-hal yang perlu diatur mengenai konsumsi pangan dan air sebagai upaya peningkatan kualitas prajurit TNI pada khusunya, institusi pendidikan lainnya maupun institusi terkait lainnya.

KERANGKA PEMIKIRAN

Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan sumberdaya manusia yang berperan dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam usahanya mempertahakan NKRI dari berbagai ancaman, dibutuhkan sumberdaya manusia yang berkualitas tinggi dengan dukungan kesehatan yang optimal. Kesehatan yang optimal tersebut dapat dicapai dengan terpenuhinya status gizi yang baik.

Konsumsi pangan dipengaruhi oleh beragam faktor, baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor tidak langsung yang mempengaruhi salah satunya adalah kebijakan konsumsi pangan di sebuah institusi. Kebijakan ini yang mempengaruhi ketersediaan pangan dalam suatu institusi.Ketersediaan dari pangan dan air akan mempengaruhi konsumsi, baik dari jumlah dan jenis pangan, serta frekuensi makan.

Salah satu faktor langsung yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah aktivitas fisik. Konsumsi pangan sendiri akan mempengaruhi tingkat kecukupan energi, protein dan air yang dibutuhkan oleh tubuh. Kecukupan energi, protein, dan air tersebut yang kemudian mempengaruhi daya tahan fisik. Selain itu daya tahan fisik juga dipengaruhi dari kebiasaan konsumsi suplemen, gaya hidup dan riwayat kesehatan. Secara sistematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

METODE

Desain, Tempat dan Waktu

(22)

5

Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang diteliti : Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Bagan kerangka hubungan konsumsi pangan dan air terhadap daya tahan fisik pada prajurit TNI

Penyelenggaraan makanan

Karakteristik Siswa:

- Usia

- Pendidikan

- Status Gizi

Konsumsi - Konsumsi Energi - Konsumsi Protein - Konsumsi Air

Tingkat kecukupan Protein Aktivitas Fisik

Riwayat Kesehatan Daya tahan fisik

Kebiasaan konsumsi Suplemen

Kebiasaan Konsumsi minuman

Tingkat kecukupan Air Tingkat Kecukupan

Energi

(23)

6

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Pemilihan contoh di Pusat Pendidikan Zeni (Pusdikzi) dan Pusat Pendidikan Intelijen Strategi (Pusdikintel Strat) Kodiklat TNI dilakukan secara stratified random sampling berdasarkan kepangkatan. Contoh merupakan siswa yang sedang menjalani pendidikan di Pusat Pendidikan Zeni (Pusdikzi) dan Pusat Pendidikan Intelijen Strategi (Pusdikintel Strat) Kodiklat TNI. Contoh berjenis kelamin laki-laki dan berusia dewasa (18-64 tahun).

= 64.59

Estimasi drop out 10% maka  64.59 x 1.1 = 71 orang

Populasi siswa pusat pendidikan adalah siswa yang sedang menjalani masa pendidikan bulan Oktober-Desember 2012 di Pusdikzi dan Pusdikintel Strat pada siswa perwira dan bintara, yaituPusdikzi 95 siswa dan Pusdikintel Strat 100 siswa. Jumlah contoh yang diambil yaitu masing-masing 60 orang dari setiap institusi, namun terdapat beberapa contoh yang mengundurkan diri serta tidak lengkap dalam mengisi kuesioner sehingga jumlah contoh adalah sebesar 54 siswa Pusdikzi dan 53 siswa Pusdikintel Strat sehingga jumlahnya 107 contoh.Jumlah contoh yang diambil saat penelitian lebih banyak dari contoh minimal. Hal ini dilakukan sebagai pertimbangan untuk melibatkan seluruh siswa dan mengantisipasi jika terjadi dropout. Penarikan contoh dilakukan dengan perhitungan jumlah contoh minimal dengan rumus Lameshow (1997). Teknis penarikan contoh dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Teknis penarikan contoh pada siswa Pusat Pendidikan TNI Siswa Pusdikzi Kodiklat Siswa Pusdikintel Strat Strat

95 siswa 100 siswa

40 bintara 55 perwira 50 bintara 50 perwira

(24)

7 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data karakteristik responden (nama, umur, tingkat pendidikan, tingkat kepangkatan), konsumsi pangan (recall 2x24 jam), konsumsi air dan suplemen (recall), aktivitas fisik (recall 2x24 jam) dan antropometri (berat badan dan tinggi badan). Data sekunder meliputi data keadaan umum pusdiklat TNI, menu makanan, data daya tahan fisik siswa, dan jadwal kegiatan siswa. Jenis dan cara pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data

No Data Jenis Data Cara dan Alat

- Jadwal pendidikan siswa

- Jadwal harian siswa

- Peraturan dan tata tertib siswa

Sekunder Mengacu pada arsip

Pengolahan dan Analisis Data

Tahapan pengolahan data terdiri dari, editing, coding, entry, cleaning, dan analyzing. Pengolahan dan analisis data menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical Package for Sosial Science (SPSS) versi 16.0 for Windows. Data karakteristik responden (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan) ditabulasi kemudian dianalisis secara deskriptif.

Pembagian kelompok umur berdasarkan WNPG 2004 yakni pada dewasa muda (18-29 tahun), dewasa menengah (30-49 tahun) dan dewasa tua (50-69 tahun). Tingkat pendidikan dikelompokkan menjadi SMA/SMK Sederajat, Diploma/Akademi, S-1 dan S-2. Tingkat kepangkatan contoh berdasarkan Mabesad TNI AD (2012) yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi Bintara dan Perwira. Penilaian status gizi dikelompokkan berdasarkan WHO (2000) yakni underweight (IMT<18.50kg/m2), normal (18.50-24.99 kg/m2), overweight (≥25.00-29.99 kg/m2), dan obese (IMT≥30 kg/m2).

(25)

8

berasal dari minuman dikelompokan menjadi dua golongan, yaitu air putih dan selain air putih (air berwarna dan berasa). Air minuman selain air putih dikelompokkan menjadi delapan, yaitu teh, kopi, susu, sirup, jus, minuman karbonasi, minuman isotonik, dan lainnya. Data konsumsi air minuman dihitung berdasarkan DaftarKomposisi Bahan Makanan (DKBM 2008). Air dari minuman selain air putih dihitung dengan koreksi berat padatan zat gizi yang dikandungnya. Air yang berasal dari makanan diperoleh berdasarkan data food recall 2 x 24 jam yang terdiri dari tiga waktu makan utama dan dua waktu selingan. Air yang berasal dari makanan dibagi ke dalam 11 kelompok makanan berdasarkan Daftar Kode Bahan Makanan yang digunakan oleh Riskesdas 2010, yaitu (1) serealia, umbi dan olahannya; (2) kacang-kacangan, biji-bijian, dan olahannya; (3) daging dan olahannya; (4) telur dan olahannya; (5) ikan, hasil perikanan dan olahannya; (6) sayuran dan olahannya; (7) buah-buahan; (8) olahan susu; (9) minyak dan lemak; (10) serba serbi; (11) makanan jajanan.

Konsumsi cairan yang berasal dari makanan dikonversikan ke dalam kandungan air dengan menggunakan DKBM (2008). Konversi dihitung menggunakan rumus (Hardinsyah&Briawan 1994) sebagai berikut:

Keterangan :

KGij : kandungan air dalam bahan makanan j Bj : berat makanan j yang dikonsumsi (g)

Gij : kandungan air dalam 100 g BDD bahan makanan j BDDj : bagian bahan makanan j yang dapat dimakan

Data asupan air juga diperoleh dari hasil metabolisme zat gizi pangan (karbohidrat, protein, lemak) yang dikonsumsi (air metabolik). Menurut Verdu (2009), 1 gram karbohidrat, lemak dan protein masing-masing menghasilkan 0.55 mL, 1.07 mL, dan 0.40 mL air, sehingga diperoleh rumus perhitungan air metabolik sebagai berikut :

Kebutuhan energi contoh dihitung berdasarkan rumus perhitungan kebutuhan energi dari Institute of Medicine (IOM) dalam Mahan and Stump (2008) yang didasarkan pada Oxford Equation. Kebutuhan energi berdasarkan pengeluaran energi (total energy expenditure) individu dalam satu hari berdasarkan faktor aktivitas fisik. Kebutuhan air untuk pria dewasa adalah 1 mL/kkal.

Kgij = (Bj/100) X Gij X (BDDj/100)

(26)

9 Tabel 2 Kebutuhan energi pria dewasa menurut status

Status Gizi Rumus Perhitungan Kebutuhan Energia Kebutuhan

Energi Normal

(IMT 18.5-24.99 kg/m2)

EER = TEE

TEE = 662 – (9.53xU) + PA x (15.91 x BB x 539.6

TB)a Keterangan

PA = 1.00 untuk 1.0 ≤ PAL < 1.4 PA = 1.11 untuk 1.4 ≤ PAL < 1.6 PA = 1.25 untuk 1.6 ≤ PAL < 1.9

PA = 1.48 untuk 1.9 ≤ PAL 2.5

TEE + 10% TEE

Overweight and Obese (IMT > 25.00 kg/m2)

EER = TEE

TEE = 1086 – (10.1 x U) + PA x ( 13.7 x BB + 416

x TB)a

PA = 1.0 untuk 1.0 ≤ PAL ≤ 1.4 PA = 1.12 untuk 1.4 ≤ PAL < 1.6 PA = 1.29 untuk 1.6 ≤ PAL < 1.9 PA = 1.59 untuk 1.9 ≤ PAL < 2.5

TEE + 10% TEE

Sumber : Mahan and Stump (2008)

keterangan : U = umur (tahun)

BB = berat badan (kg)

TB = tinggi badan (m)

EER = Estimated Energy Requirementatau Estimasi Kebutuhan Energi (Kal) TEE = Total Energy Expenditureatau Total Pengeluaran Energi (Kal)

PA = Koefisien Physical Activity (aktifitas fisik)

Kebutuhan protein dihitung berdasarkan WNPG (2004) dengan memperhatikan kelompok usia, yaitu 0.8g/kg BB/hari. Kebutuhan lemak dihitung berdasarkan WNPG (2004), yaitu 20% dari kebutuhan energi untuk pria dewasa. Kebutuhan karbohidrat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Tingkat kecukupan air menggambarkan seberapa besar asupan air memenuhi kebutuhan air harian. Berikut adalah perhitungan tingkat pemenuhan kebutuhan air:

(27)

10

(FAO/WHO/UNU 2001). Jenis aktivitas yang dapat dilakukan dikategorikan menjadi 27 kategori berdasarkan PAR dapat dilihat pada Lampiran 1.

Data konsumsi pangan yang diperoleh dari hasil recall 2x24 jam kemudian dikonversikan untuk menentukan zat gizi contoh yaitu energi dan protein. Data konsumsi dihitung dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) 2007. Selanjutnya besar energi yang dikonsumsi selama sehari pada tiap-tiap hari dijumlahkan dan dirata-rata. Asupan energi pada masing-masing contoh Pusat Pendidikan kemudian dibandingkan menggunakan uji independent sample t-test.

Tingkat kecukupan air, energi dan protein dapat diperoleh dengan membagi konsumsi energi dan protein dengan angka kebutuhan energi dan protein. Hasil tingkat kecukupan energi dan protein dapat dikategorikan menjadi lima (Depkes 2003) yakni (1) defisit tingkat berat (<70%) (2) defisit tingkat sedang (70-79%) (3) defisit tingkat ringan (80-89%), (4) normal (90-119%) dan (5) kelebihan (>120%).

Tingkat daya tahan fisik tubuh dapat diukur dengan cara mengukur volume oksigen yang dapat dikonsumsi selama berolahraga pada kapasitas maksimum. Metode untuk mengukur volume oksigen adalah dengan metode Cooper Test (Riyadi 2007). Metode ini dilakukan dengan melakukan lari selama 12 menit pada lintasan lari 400 m, setelah waktu habis dilakukan pengukuran jarak yang dicapai. Pengukuran nilai daya tahan fisik berdasarkan volume oksigen yang dapat dikonsumsi pada pria dewasa dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Nilai VO2Max yang sudah dihitung kemudian dikategorikan menjadi baik sekali, baik, cukup, kurang, dan kurang sekali sesuai dengan kriteria umur dan jenis kelamin. Kategori daya tahan fisik Cooper Test berdasarkan nilai volume oksigen maksimum dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Kategori daya tahan fisik cooper test berdasarkan nilai volume oksigen maksimum

Kategori 13-19 20-29 Usia (Tahun) 30-39 40-49

Baik Sekali >51.0 >46.5 >45 >43.8

Baik 45.2-50.9 42.5-46.4 41.0-44.9 39.0-43.7

Cukup 38.4-45.1 36.5-42.4 35.5-40.9 33.6-38.9

Kurang 35.0-38.3 33.0-36.4 31.5-35.4 30.2-35.5

Kurang Sekali <35.0 <33.0 <31.5 <30.2

Sumber : Cooper (1982)

(28)

11 tahan fisik dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Uji yang dilakukan dalam analisis data tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4 Uji dalam analisis data

No Variabel Jenis Uji

1 Karakteristik contoh, asupan energi dan protein

dan kebiasaan minum

Uji beda t-test independent sample

dan Mann Whitney

2 Daya tahan fisik – tingkat kecukupan Energi dan

Protein

Uji korelasi Pearson

3 Daya tahan fisik – tingkat kecukupan air Uji korelasi Pearson

4 Daya tahan fisik – konsumsi suplemen Uji korelasi Rank Spearman

Definisi Operasional

Contoh adalah siswa Pusat Pendidikan Zeni dan siswa Pusat Pendidikan Intelijen Kodiklat TNI yang berjenis kelamin laki-laki dalam masa pendidikan Kebiasaan konsumsi suplemen adalah tindakan contoh dalam memilih dan atau

mengkonsumsi suplemen meliputi jenis dan bentuk suplemen, frekuensi konsumsi dan kegunaan suplemen.

Jumlah dan jenis pangan adalah jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi oleh contoh selama 2 X 24 jam.

Frekuensi makan adalah tingkat keseringan konsumsi pangan oleh contoh yang diukur dengan satuan kali perminggu.

Kebutuhan air adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh tubuh setelah dikoreksi kebutuhan energi contoh.

Asupan air adalah jumlah air yang masuk ke dalam tubuh contoh yang diperoleh dari tiga sumber, yaitu air dari minuman, air dari makanan, dan air hasil metabolisme

Air dari makanan adalah air yang terkandung di dalam makanan yang dikonsumsi sehingga memberikan kontribusi asupan air bagi contoh.

Air dari minuman adalah air yang diperoleh dari minuman yang memberikan kontribusi asupan air bagi contoh

Air metabolik adalah air yang berasal dari hasil metabolisme zat gizi (karbohidrat, protein, lemak) di dalam tubuh sampel yang memberikan kontribusi asupan air.

Daya tahan fisik adalah kemampuan fisik seseorang untuk melakukan kegiatan/aktifitas fisik sehari-hari tanpa merasa kelelahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Pusat Pendidikan TNI

(29)

12

(Pusdikbekang), Pusat Pendidikan Latihan Tempur (Puslatpur), Pusat Pendidikan Keuangan (Pusdikku), Pusat Pendidikan Infantri (Pusdif), Pusat Pendidikan Zeni (Pusdikzi) dan Pusat Pendidikan Intelijen dan Strategi (Pusdikintel Strat). Pusdikzi bertugas menyelenggarakan Pendidikan Kecabangan Zeni dalam rangka mendukung tugas TNI AD dengan melaksanakan tugas operasi pendidikan, pengembangan pendidikan, dan pelaksanakan fungsi organik militer (Pusdikzi 2012). Pusdikintel Strat Kodiklat TNI merupakan pelaksana dengan tugas pokok melaksanakan fungsi utama dengan menyelenggarakan pendidikan intelijen secara terpusat dan melaksanakan fungsi organik militer dengan menyelenggarakan pembinaan satuan dalam rangka mendukung tugas pokok (Pusdikintel Strat 2012). Pusat Pendidikan Zeni

Pusat pendidikan Zeni Komando Doktrin Pendidikan dan Latihan berada di Jalan Sudirman No. 35 Bogor yang berkedudukan langsung di bawah Komandan Kodiklat TNI AD sebagai badan pelaksana Kodiklat TNI AD. Tugas pokok Pusdikzi, yaitu menyelenggarakan pendidikan Kecabangan Zeni dalam rangka mendukung tugas pokok Kodiklat TNI AD. Pusdikzi menyelenggarakan tiga fungsi, yaitu fungsi utama, fungsi organisasi militer, dan fungsi organik pembinaan (Mabes TNI AD 2003).

Fungsi utama terdiri dari operasi pendidikan yang meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan di bidang perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Fungsi utama yang kedua adalah pengembangan pendidikan yang meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan di bidang perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan operasi pendidikan. Fungsi organisasi militer meliputi segala usaha, pekerjaan, dan kegiatan dibidang pengamanan, latihan, satuan, personel, logistik, anggaran ketatausahaan dan urusan dalam rangka mendukung tugas pokok Pusdikzi. Fungsi organik pembinaan meliputi segala usaha, pekerjaan, dan kegiatan dibidang perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan untuk mendukung tugas pokok Pusdikzi (Mabes TNI AD 2003).

Pusat pendidikan Zeni (Pusdikzi) Kodiklat TNI AD menyelenggarakan tiga macam pendidikan, yaitu pendidikan pertama (Dikma), pendidikan pembentukan (Diktuk), dan pendidikan pengembangan umum (Dikbangum) atau pendidikan pengembangan spesialisasi (Dikbangspes). Pendidikan pertama (Dikma) ialah suatu pendidikan bagi masyarakat umum yang belum pernah mengenyam pendidikan kemiliteran. Peserta Dikma minimal adalah lulusan Sekolah Menengah Atas atau sederajat. Pendidikan pembentukan (Diktuk) yaitu pendidikan dalam membentuk prajurit Tamtama menjadi prajurit Bintara dan prajurit Bintara menjadi prajurit Perwira. Adapun Dikbangum merupakan pendidikan karir, misalnya slapa, yaitu pendidikan bagi Kapten yang ingin menjadi Mayor. Pendidikan Dikbangspes merupakan pendidikan pengembangan spesialisasi terhadap keahlian yang ingin dimiliki dalam bidang kemiliteran dalam bentuk kursus.

(30)

13 Syarat peserta Dikma pada penelitian kali ini adalah peserta perwira pertama dengan pangkat letnan dua.

Contoh bintara dalam penelitian ini adalah siswa Dikbangpes yang merupakan contoh dengan lulusan minimal SMA dengan pendidikan militer yang berasal dari Sekolah Kecabangan Bintara (Secaba). Jenis kursus Dikbangpes yang sedang dijalani pada penelitian kali ini adalah kursus bintara dekstruksi (Susba Dekstruksi) dan kursus bintara pembekalan air dan listrik (Susba Bek Air Listrik). Syarat peserta Dikbangpes pada penelitian kali ini adalah peserta bintara pertama dengan pangkat sersan dua.

Pusat Pendidikan Intel

Pusat Pendidikan Intelijen dan Strategi (Pusdikintel Strat) Komando Doktrin Pendidikan dan Latihan (Kodiklat) TNI berada di Jalan Semeru Bogor. Pusat Pendidikan Intelijen Strategi berada dibawah Komando Kodiklat TNI sejak 5 Januari 2011 Berdasarkan Peraturan Panglima TNI Nomor : Perpang/3/I/201. Pusdikintel Strat berfungsi sebagai penyelenggara pendidikan dan latihan intelijen strategis yang aktual maupun perkiraan ke depan baik untuk jangka pendek, menengah maupun jangka panjang kepada Panglima TNI dan Departemen Pertahanan (Pusdikintel Strat 2012).

Jenis pendidikan di Pusdikintel Strat terbagi menjadi dua, yaitu pendidikan perwira dan pendidikan bintara. Pendidikan yang dilakukan merupakan pendidikan pengembangan spesialisasi dalam bentuk kursus. Salah satu pendidikan perwira yang sedang dijalani pada penelitian kali ini adalah Kursus Perwira Intel, sedangkan untuk pendidikan bintara adalah Kursus Bintara Intel.

Peserta Sussarpa pada contoh perwira dalam penelitian kali ini merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas dan perguruan tinggi dengan pendidikan militer yang dapat berasal dari Akademi Militer (Akmil), Sekolah Kecabangan Perwira (Secapa) dan Akmil PK. Syarat minimal peserta Dikma pada penelitian kali ini adalah perwira pertama dengan pangkat letnan dua. Peserta Sussarba pada contoh bintara dalam penelitian kali ini merupakan contoh dengan lulusan minimal SMA dengan syarat minimal yakni bintara pertama dengan pangkat sersan dua (Pusdikintel Strat 2012).

Karakteristik Contoh

Umur

(31)

14

Umur merupakan salah satu faktor penentu status gizi seseorang, selain pengukuran tinggi badan dan berat badan. Apabila terjadi kesalahan dalam penentuan umur, maka akan terjadi kesalahan dalam interpretasi status gizi seseorang (Supariasa 2001).Sebaran contoh menurut umur dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Sebaran contoh menurut umur

Umur (tahun)

Pusdikzi Pusdikintel Strat

Bintara Perwira Total Bintara Perwira Total

n % n % n % n % n % n %

18-29 21 77.7 14 51.8 35 64.8 14 51.8 9 34.6 23 43.4

30-49 6 22.2 13 48.1 19 35.2 13 48.1 17 65.3 30 56.6

Total 27 100 27 100 54 100 27 100 26 100 53 100

Pendidikan Terakhir

Pendidikan terakhir contoh yang akan menentukan tingkat pendidikan di pusat pendidikan. Siswa bintara merupakan lulusan SMA/SMK sementara siswa perwira merupakan lulusan Akademi/Sarjana. Berdasarkan Tabel 6, pendidikan subjek sebagian besar berada pada jenjang pendidikan SMA/SMK. Sebagian besar subjek di Pusdikzi (72.2%) dan di Pusdikintel Strat (66.0%) merupakan lulusan SMA/SMK. Contoh dengan pendidikan S1/S2 di Pusdikintel Strat (18.9%) lebih banyak daripada di Pusdikzi (3.7%) karena siswa yang menjalani pendidikan di Pusdikintel Strat merupakan siswa yang memiliki jabatan minimal Mayor di Kesatuannya.

Uji beda Mann-Whitney menunjukkan bahwa sebaran tingkat pendidikan contoh tidak berbeda nyata (p<0.05). Menurut Khomsan (2002), tingkat pendidikan berpengaruh terhadap jenis pengetahuan gizi contoh dan makanan. Selain itu, tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap jenis pekerjaan yang akan menentukan pangkat dan pendapatan. Siswa yang berpendidikan terakhir SMA/SMK memiliki pangkat Bintara sementara yang berpendidikan terakhir Diploma/Akademi dan Sarjana memiliki pangkat Perwira.

Tabel 6 Sebaran contoh menurut pendidikan terakhir

Pendidikan Lama

(thn)

Pusdikzi Pusdikintel Strat

Bintara Perwira Total Bintara Perwira Total

(32)

15 contoh mengalami obese. Studi Packnett et al (2012) menunjukkan prajurit militer dengan status gizi berlebih memiliki peluang dalam meninggalkan keanggotaan militer pada satu tahun pertama karena masalah kesehatan. Sebaran contoh menurut status gizi tersaji pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran contoh menurut status gizi

Status Gizi

Pusdikzi Pusdikintel Strat

Bintara Perwira Total Bintara Perwira Total

n % n % n % n % n % n %

Normal 22 81.5 27 100 49 90.7 18 66.6 15 55.4 33 62.3

Overweight 5 18.5 0 0 5 9.3 9 33.4 9 33.2 18 33.9

Obese 0 0 0 0 0 0.0 0 0 2 7.4 2 3.8

Total 27 100 27 100 54 100 27 100 26 100 53 100

Penilaian status gizi berfungsi untuk mengetahui apakah seseorang atau kelompok orang mempunyai gizi yang baik atau tidak. Almatsier (2003) menyatakan bahwa status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Menurut Supariasa et al (2001), status gizi seseorang dipengaruhi oleh faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi meliputi asupan makanan dan kesehatan atau infeksi. Sedangkan faktor-faktor tidak langsung antara lain kebiasaan makan, pemeliharaan kesehatan, daya beli serta lingkungan fisik dan sosial.

Kebiasaan Minum dan Konsumsi Suplemen

Kebiasaan Minum

Kebiasaan minum contoh dipengaruhi oleh aktivitas fisik yang relatif tinggi. Berdasarkan Tabel 8, frekuensi minum sebagian besar contoh di Pusdikzi (62.2%) dan di Pusdikintel Strat (72.2%) adalah > 8 kali sehari. Tidak terdapat perbedaan yang nyata mengenai kebiasaan minum dari kedua Pusdik (p>0.05). Kebiasaan minum di Pusdikzi dan di Pusdikintel Strat sudah baik berdasarkan ketentuan PUGS yang menyarankan untuk minum minimal 2 L sehari atau setara dengan 8 gelas sehari.

Tubuh tidak memiliki ketentuan untuk penyimpanan air, sehingga jumlah air yang hilang setiap 24 jam harus diganti untuk menjaga kesehatan dan efisiensi tubuh. Asupan air pada pria dewasa + 3.7 liter dan 2.7 liter untuk perempuan dewasa berdasarkan pada ukuran tubuh (Mahan & Stump 2008).

Tabel 8 Sebaran contoh menurut kebiasaan minum

Kebiasaan Minum

Pusdikzi Pusdikintel Strat

Bintara Perwira Total Bintara Perwira Total

n % n % n % n % n % n %

Selalu 19 70.4 74.1 19 39 72.2 17 62.9 16 61.5 33 62.2

Sering 7 25.9 22.2 7 13 24.1 8 29.6 8 30.8 8 15.1

Kadang-kadang

1 3.7 3.7 1 2 3.7 1 3.7 2 7.7 2 3.8

(33)

16

Kebiasaan Minum

Pusdikzi Pusdikintel Strat

Bintara Perwira Total Bintara Perwira Total

n % n % n % n % n % n %

Total 27 100 100 27 54 100 27 100 26 100 53 100

Berdasarkan Tabel 9, sebagian besar contoh baik di Pusdikzi (58.5%) maupun Pusdikintel Strat (53.7%) memiliki waktu minum setelah bangun tidur. Berdasarkan uji beda tidak terdapat perbedaan antara waktu minum di Pusdikzi maupun di Pusdikintel Strat (p>0.05). Kebiasaan waktu minum setelah bangun tidur disebabkan sebagian besar contoh merasa haus ketika bangun tidur. Air yang dikonsumsi adalah air putih kurang lebih sebanyak 1-2 gelas. Minuman selain air putih yang sering dikonsumsi contoh, yaitu teh, kopi, minuman berkarbonasi, dan minuman elektrolit pada siang atau sore hari.

Tabel 9 Sebaran contoh menurut waktu minum

Waktu

Pusdikzi Pusdikintel Strat

Bintara Perwira Total Bintara Perwira Total

n % n % n % n % n % n % mengkonsumsi air putih dalam kemasan dengan alasan keamanan dan kesehatan (57.4%). Menurut contoh, air dalam kemasan lebih terjamin dari segi kesehatannya daripada yang sudah disediakan institusi. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Margolang (2009) dimana sebesar 39% responden mengkonsumsi air minum dalam kemasan (AMDK) dengan alasan untuk menjaga kesehatan. Hal ini dipengaruhi pendidikan dan kesejahteraan responden yang relatif tinggi sehingga mereka minum tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar (rasa haus) melainkan adanya ekspektasi yang lebih, yaitu untuk menjaga kesehatan.

Tabel 10 Sebaran contoh menurut jenis air putih yang dikonsumsi

Jenis Air Putih

Pusdikzi Pusdikintel Strat

Bintara Perwira Total Bintara Perwira Total

(34)

17

Jenis Air Putih

Pusdikzi Pusdikintel Strat

Bintara Perwira Total Bintara Perwira Total

n % n % n % n % n % n %

Berbeda dengan Pusdikzi, sebagian besar contoh di Pusdikintel Strat (67.92%) mengkonsumsi air putih tanpa kemasan dengan alasan keamanan dan kesehatan (67.92%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Briawan et al (2011) pada dua kelompok remaja dimana kedua kelompok remaja lebih memilih minuman tanpa kemasan dengan alasan keamanan. Berdasarkan uji beda tidak ada perbedaan antara jenis air putih yang dikonsumsi (p>0.05), konsumsi air putih dengan kemasan (p>0.05), dan konsumsi air putih tanpa kemasan (p>0.05).

Konsumsi Suplemen

(35)

18

Tabel 11 Sebaran contoh menurut kebiasaan konsumsi suplemen

Kebiasaan

Pusdikzi Pusdikintel Strat

Bintara Perwira Total Bintara Perwira Total

n % n % n % n % n % n % Pusdikintel Strat (47.2%) memiliki kebiasaan konsumsi suplemen 5-7 kali/minggu. Beberapa suplemen pangan diyakini dapat mengubah prestasi secara langsung karena contoh hanya mengkonsumsi suplemen apabila merasa membutuhkan asupan suplemen. Contoh mengkonsumsi suplemen dalam kondisi setelah sakit dan aktivitas yang tinggi. Berdasarkan uji beda terdapat perbedaan yang nyata mengenai kebiasaan konsumsi suplemen di Pusdikzi dan Pusdikintel Strat (p<0.05).

Penelitian yang dilakukan oleh Hardinsyah et al (2001) menunjukkan bahwa frekuensi konsumsi suplemen pada orang dewasa umumnya jarang. Konsumsi suplemen tidak diperlukan apabila asupan dari makanan sudah mencukupi dari kebutuhan gizi. Menurut Depkes (1997), alasan dasar seseorang menggunakan suplemen, khususnya atlit, yaitu kurangnya konsumsi zat-zat gizi yang dibutuhkan dari konsumsi makanan. Khomsan (2004) juga menyatakan bahwa seseorang tidak memerlukan suplemen pangan jika keanekaragaman konsumsi dapat terpenuhi. Suplemen hanya menjadi kebutuhan bagi orang yang pola makannya tidak teratur, nafsu makan kurang baik, atau baru sembuh dari penyakit.

Tabel 12Sebaran contoh menurut jenis suplemen

Jenis Supplement

Pusdikzi Pusdikintel Strat

Bintara Perwira Total Bintara Perwira Total

(36)

19 yang dikonsumsi contoh memiliki kegunaan sebagai penghilang rasa lelah, penambah tenaga, penambah zat besi, serta untuk daya tahan tubuh.

Tabel 13 Sebaran contoh menurut bentuk suplemen yang dikonsumsi

Bentuk Supplement

Pusdikzi Pusdikintel Strat

Bintara Perwira Total Bintara Perwira Total

n % n % n % n % n % n %

Tablet 17 62.9 14 51.9 31 57.4 10 37.0 14 53.9 24 45.3

Kapsul 9 33.4 12 44.4 21 38.9 14 51.9 9 34.6 23 43.4

Sirup/cairan 1 3.7 1 3.7 2 3.7 3 11.1 3 11.5 6 11.3

Serbuk 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Total 27 100 27 100 54 100 27 100 26 100 53 100

Berdasarkan Tabel 13, sebagian besar contoh di Pusdikzi memilih mengkonsumsi suplemen dalam bentuk tablet (57.4%) dan kapsul (38.9%). Sementara di Pusdikintel Strat, contoh yang memilih mengkonsumsi suplemen berbentuk tablet sebanyak 45.3% dan kapsul 43.4%. Pemilihan bentuk suplemen tablet dan kapsul berdasarkan kemudahan, baik dalam penyimpanan maupun dalam konsumsinya. Penelitian Hardinsyah (2001) mengenai bentuk suplemen yang lebih banyak dikonsumsi pada pria dewasa adalah dalam bentuk cair (51.3%), disusul dengan bentuk kapsul/tablet (22.3%) serta bubuk (16.7%). Berdasarkan uji beda tidak terdapat perbedaan yang nyata mengenai bentuk suplemen yang dikonsumsi di Pusdikzi dan Pusdikintel Strat (p>0.05).

Tabel 14 Sebaran contoh menurut waktu konsumsi suplemen

Waktu Konsumsi Supplement

Pusdikzi Pusdikintel Strat

Bintara Perwira Total Bintara Perwira Total

n % n % n % n % n % n %

Sebelum beraktifitas

11 40.7 9 33.3 20 37.0 9 33.3 10 38.5 19 35.8

Saat jam makan 1 3.7 1 3.7 2 3.7 1 3.7 0 0.0 1 1.9

Saat akan tidur 13 48.2 14 51.9 27 50.0 13 48.2 12 46.2 25 47.2

Lainnya 2 7.4 3 11.1 5 9.3 4 14.8 4 15.4 8 15.1

Total 27 100 27 100 54 100 27 100 26 100 53 100

(37)

20

Kebutuhan, Konsumsi dan Kecukupan Energi dan Protein Contoh

Kebutuhan Energi dan Protein Contoh

Kebutuhan contoh untuk energi dan protein berdasarkan kepangkatan di Pusdikzi lebih tinggi daripada di Pusdikintel Strat. Rata-rata kebutuhan energi di Pusdikzi, yaitu 2964 kkal/hari dan protein 52 g/hari, sedangkan rata-rata kebutuhan energi di Pusdikintel Strat yaitu sebesar 2801 kkal/hari dan protein 56 g/hari.Rata-rata kebutuhan energi Bintara di Pusdikzi (2922 kkal) lebih tinggi daripada kebutuhan energi Bintara di Pusdikintel Strat (2363 kkal). Sama halnya dengan kebutuhan energi Perwira di Pusdikzi yang lebih tinggi (3005 kkal) dari Perwira di Pusdikintel Strat (2784 kkal).

Salah satu faktor penyebab perbedaan kebutuhan energi dan protein pada kedua institusi adalah usia dimana contoh di Pusdikintel Strat kebanyakan lebih tua dibandingkan Pusdikzi. Selain itu, aktivitas fisik yang tinggi di Pusdikzi juga menyebabkan kebutuhan zat gizi yang lebih banyak. Berdasarkan uji beda independent sample t-test, diketahui bahwa kebutuhan energi (p>0.05) dan protein (p>0.05) contoh Pusdikzi dibandingkan contoh Pusdikintel Strattidak berbeda nyata. Tabel rata-rata kebutuhan energi dan protein berdasarkan tingkat kepangkatan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Rata-rata kebutuhan energi berdasarkan tingkat kepangkatan

Kebutuhan Energi

Pusdikzi

Rataan Pusdikintel Strat Rataan

Bintara Perwira Bintara Perwira

Hari kerja 3084 3142 3113 2550 2852 2924

Hari libur 2759 2868 2813 2176 2715 2677

Rataan 2922 3005 2963 2363 2784 2801

Asupan Energi dan Protein

(38)

21 Tabel 16 Rata-rata asupan energi contoh siswa Pusdikzi dan Pusdikintel Strat

Jenis Hari Pusdikzi Rataan Pusdikintel Strat Rataan p

Bintara Perwira Bintara Perwira

Hari kerja 3971 3983 3977 2926 2606 2769 0.000

Hari libur 2321 2257 2289 2176 2347 2260 0.841

Rataan 3148 3120 3133 2551 2476 2514 0.000

Sumber asupan protein dari dalam Pusdik berasal dari ayam (Pusdikzi 110 g/orang/hari) dan ikan (Pusdikintel Strat 75.0 g/orang/hari). Rata-rata asupan protein dari dalam Pusdikzi (112.7 g) yang lebih tinggi daripada di Pusdikintel Strat (78.6 g). Konsumsi rataan sumber protein terbesar pada asupan luar pusdik disumbang terbesar pada minuman dan cemilan basah. Jenis minuman dominan pada contoh pusdikzi dan pusdikintel strat adalah kopi (32.1 dan 66.1 g/orang/hari) dan susu sapi (131.1 dan 200 g/orang/hari ). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sholichin (2005) dimana rata-rata konsumsi energi dan protein contoh lebih besar dari tingkat kecukupan energi (129%) dan protein (121.9%) contoh. Rata-rata asupan protein contoh dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Rata-rata asupan protein contoh siswa Pusdikzi dan Pusdikintel Strat

Jenis Hari Pusdikzi

Rataan Pusdikintel Strat Rataan p

Bintara Perwira Bintara Perwira

Hari kerja 112.6 112.8 112.7 80.7 76.5 78.6 0.000

Hari libur 60.9 66.8 63.8 49.3 54.9 52.0 0.184

Rataan 86.8 89.8 88.2 65.0 65.7 65.3 0.000

Berdasarkan uji beda independent sample t-test, asupan energi dan protein pada hari kerja berbeda nyata (p<0.05) namun tidak terdapat perbedaan antara asupan energi dan protein pada hari libur (p>0.05). Hal tersebut dilihat dari tingkat aktivitas yang berbeda pada hari kerja dan hari libur dimana aktivitas yang tinggi dapat berakibat pada konsumsi yang tinggi.

Asupan dalam dan luar pusdik hari kerja

(39)

22

Tabel 18 Rataan asupan sehari energi contoh berdasarkan pusat pendidikan (kkal/orang/hari)

Bintara Perwira Bintara Perwira

Hari kerja 3971 3983 3977 2926 2606 2769 0.000

Hari libur 2321 2257 2289 2176 2347 2260 0.841

Rataan 3148 3120 3133 2551 2476 2514 0.000

Tabel 19 Rataan asupan protein sehari protein contoh berdasarkan pusat pendidikan (kkal/orang/hari)

Bintara Perwira Bintara Perwira

Hari kerja 112.6 112.8 112.7 80.7 76.5 78.6 0.000

Hari libur 60.9 66.8 63.8 49.3 54.9 52.0 0.184

Rataan 86.8 89.8 88.2 65.0 65.7 65.3 0.000

Jenis makanan luar pusdik yang sering dikonsumsi adalah makanan sepinggan (mie goreng, soto daging, gado-gado, nasi goreng) serta minuman (kopi, susu, minuman elektrolit). Jenis jajanan makanan sepinggan lebih banyak ditemukan pada contoh Pusdikzi, sedangkan cemilan kering (roti, biskuit, marie, kacang sukro putih) lebih banyak ditemukan pada contoh Pusdikintel Strat. Konsumsi luar pusdik jenis jajanan minuman dilakukan oleh sebagian besar contoh pada kedua pusdik, terutama konsumsi minuman kopi, susu dan minuman isotonik. Jenis konsumsi pangan contoh di luar pusdik pada hari kerja tersaji pada Tabel 20.

Tabel 20 Jenis konsumsi pangan contoh di luar pusdik hari kerja

Jenis Konsumsi Luar Pusdik Pusdikzi Pusdikintel Strat

Makanan Sepinggan nasi goreng, mie goreng, soto

daging, gado-gado

mie goreng, bubur

Makanan Cemilan Kering Roti roti, biskuit marie, kacang

sukro putih

Makanan Cemilan Basah bakwan, tempe goring, pisang

goring

Minuman susu sapi, kopi, susu kedelai

minuman bersoda, jamu, minuman elektrolit, sari buah

susu sapi, kopi

Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Contoh

Kecukupan Energi dan Protein Contoh

(40)

23 pusdik berbeda nyata ( p<0.05). Perbedaan tingkat kecukupan dari kedua Pusdik dilihat dari usia dan aktivitas dari kedua Pusdik yang berbeda.

Berdasarkan penelitian Rachmawati et al (2005) pada Taruna Akademi Kepolisian Semarang, belum terdapat keseimbangan antara konsumsi energi dengan pengeluaran energi taruna. Energi yang dikonsumsi lebih besar daripada yang dikeluarkan.

Tabel 21 Sebaran contoh menurut kecukupan energi

Tingkat Kecukupan

Pusdikzi Pusdikintel Strat

Bintara Perwira Total Bintara Perwira Total

N % n % n % n % n % n %

Defisit tingkat berat 1 3.7 0 0.0 1 1.8 1 3.7 3 11.5 4 7.5

Defisit tingkat sedang 1 3.7 2 7.4 3 5.6 4 14.8 4 15.4 8 15.2

Defisit tingkat ringan 0 0.0 0 0.0 0 0.0 10 3.7 9 34.6 19 35.8

Normal 19 70.4 23 85.2 42 77.8 11 40.7 8 30.8 19 35.8

Lebih 6 22.2 2 7.4 8 14.8 1 3.7 2 7.7 3 5.7

Total 27 100 27 100 54 100 27 100 26 100 53 100

Berdasarkan Tabel 22 tingkat kecukupan protein di Pusdikzi (96.2%) berada pada kategori lebih dan di Pusdikintel Strat (62.3%) berada pada kategori normal. Penelitian yang dilakukan pada atlet pencak silat provinsi Bali memiliki tingkat kecukupan protein yang berlebih (Widiastuti 2009). Berdasarkan uji beda, tingkat kecukupan protein Pusdikzi tidak berbeda nyata dengan Pusdikintel Strat (p>0.05). Protein merupakan komponen yang memungkinkan otot berkontraksi, sehingga dapat terjadi gerakan. Dalam bentuk antibodi dan komponen lain dalam sistem kekebalan, protein melindungi dari infeksi oleh organisme asing (Marks & Dawn 2000).Hal ini terkait dengan standar porsi di Pusdikzi lebih besar daripada di Pusdikintel Strat. Steenhuis dan Vermeer (2009) menyatakan bahwa besar porsi mengakibatkan peningkatan asupan energi.

Tabel 22 Sebaran contoh menurut kecukupan protein

Tingkat Kecukupan

Pusdikzi Pusdikintel Strat

Bintara Perwira Total Bintara Perwira Total

n % n % n % n % n % n %

Defisit tingkat berat 0 0.0 0 0 0 0.0 0 0.0 1 3.8 1 1.9

Defisit tingkat sedang 1 3.7 0 0 1 1.9 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Defisit tingkat ringan 0 0.0 0 0 0 0.0 3 11.1 2 7.7 5 9.4

Normal 0 0.0 1 3.7 1 1.9 15 55.6 18 69.2 33 62.3

Lebih 26 96.3 26 96.3 52 96.2 9 33.3 5 19.2 14 26.4

Total 27 100 27 100 54 100 27 100 26 100 53 100

(41)

24

pada atlet pencak silat provinsi Bali (n=26 orang) ditemukan 85.6% atlet memiliki kecukupan protein yang berlebih (Widiastuti 2009).

Berdasarkan tingkat kebutuhan, asupan dan tingkat kecukupan energi contoh disimpulkan tidak terdapat perbedaan. Kebutuhan energi (p>0.05) dan protein (p>0.05) contoh Pusdikzi dibandingkan contoh Pusdikintel Strat tidak berbeda nyata. Konsumsi energi tidak berbeda nyata (p>0.05) namun terdapat perbedaan pada konsumsi protein di Pusdikzi dan Pusdikintel Strat (p<0.05). Tingkat kecukupan energi contoh sebagian besar berada pada sebaran defisit ringan dan berat. Berdasarkan uji beda Mann Whitney, tingkat kecukupan energi dan protein berbeda nyata ( p<0.05).

Kebutuhan dan Konsumsi Air Contoh

Kebutuhan Air Contoh

Air adalah komponen tunggal terbesar dari tubuh. Saat lahir, air menyumbang sekitar 75% sampai 85% dari total berat badan tubuh, proporsi ini menurun sesuai dengan usia dan tingkat kegemukan. Air menyumbang 60% sampai 70% dari total berat badan orang dewasa kurus dan 45% sampai 55% dari berat badan total orang dewasa gemuk. Total air tubuh pada atlet lebih tinggi daripada non atlet dan menurun secara signifikan dengan usia karena massa otot berkurang. Kekurangan air di dalam tubuh dapat menyebabkan dehidrasi (Mahan & Stump 2008).

Kehilangan 20% dari cairan tubuh (dehidrasi) dapat menyebabkan kematian, kehilangan hanya 10% menyebabkan gangguan yang parah (Mahan & Stump 2008). Menurut Water for Health (2010), dehidrasi ringan dari 1-2% dapat mengurangi seperempat dari kapasitas kerja fisik. Kekurangan air tubuh sebesar 4-5% dapat menurunkan kinerja 20-30% (Proboprastowo & Dwiriani 2004).

Kebutuhan air rata-rata hari kerja di Pusdikzi (3113.1 mL) lebih tinggi daripada di Pusdikintel Strat (2922.6 mL). Tabel 23 menunjukkan bahwa rata-rata kebutuhan air contoh di Pusdikzi sebesar 2962.6 mL, sedangkan kebutuhan air contoh di Pusdikintel Strat sebesar 2800.6 mL. Kebutuhan air dipengaruhi oleh usia dan aktifitas fisik, dimana di Pusdikzi berdasarkan kategori usia lebih banyak pada kategori dewasa muda sedangkan di Pusdikintel Strat berada pada kategori dewasa madya dan dilihat dari aktifitas di Pusdikzi memiliki aktifitas yang lebih tinggi daripada di Pusdikintel Strat. Menurut penelitian Adyas (2012) pada sampel pria dewasa muda memiliki rata-rata kebutuhan air sebesar 3369.2+417.2 mL, dan pada dewasa madya rata-rata sebesar 3214.4+399.5 mL.

Tabel 23 Tingkat kebutuhan air pada contoh berdasarkan pusat pendidikan

Zat Gizi Pusdikzi Pusdikintel Strat

Bintara Perwira Rata-rata Bintara Perwira Rata-rata

Keb Air

(mL)

Kerja 3083.9 3142.2 3113.1 2993.2 2852.0 2922.6

Libur 2758.6 2867.6 2813.1 2642.6 2714.6 2678.6

Gambar

Gambar 1 Bagan kerangka hubungan konsumsi pangan dan air terhadap daya tahan fisik
Gambar 2 Teknis penarikan contoh pada siswa Pusat Pendidikan TNI
Gambaran Umum
Tabel 2 Kebutuhan energi pria dewasa menurut status
+7

Referensi

Dokumen terkait

LUKISAN MERUPAKAN SUATU KARYA SENI / YANG MENJADI MEDIA CURAHAN PERASAAN DARI SANG PELUKIS // LAIN LAGI YANG. DIALAMI OLEH JAYA

‘’Analisis Pengaruh Cash Position, Return On Assets, Debt To Equity Ratio, Firm Size, dan Growth Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang terdaftar

Gambar 1 Pemberian Penjelasan Dalam Pengisian Formulir Food Recall 24 jam Pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan... Menunjukkan Food Model

teaching reading comprehension were: (1) the teachers were over serious to prepare students to face the final examination; (2) they tent to teach grammar,

1.. konsep-konsep dari materi yang diajarkan. Kegagalan tersebut dapat berasal dari faktor intern dalam diri siswa ataupun faktor ekstern yang berasal dari

hasil penelitian ini berupa aplikasi terapi mata berbasis android.. Hasil dari penelitian ini adalah di dapat dari hasil kuesioner

Kondisi suhu ( lihat Gambar 9) dan kelembaban ( lihat Gambar 8) di dalam ruang inkubasi relatif stabil pada nilai set poin (suhu 25 °C dan kelembaban 75 %) meski suhu

Panitia Pengadaan Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi Kegiatan di Lingkungan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Kuantan Singingi Tahun Anggaran 2013 (Bidang Permukiman