• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tinngkat Kepuasan Anggota Koperasi Karyawan Inalum Tanjung Gading Kabupaten Batubara Sumatera Utara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Tinngkat Kepuasan Anggota Koperasi Karyawan Inalum Tanjung Gading Kabupaten Batubara Sumatera Utara."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN ANGGOTA KOPERASI

KARYAWAN INALUM TANJUNG GADING

KABUPATEN BATUBARA SUMATERA UTARA

SKRIPSI

DIANA TRISNAWATI H34086024

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

DIANA TRISNAWATI. Analisis Tinngkat Kepuasan Anggota Koperasi Karyawan Inalum Tanjung Gading Kabupaten Batubara Sumatera Utara.

Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan HARMINI)

Pendirian koperasi menurut UU Perkoperasian, adalah memajukan untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kokalum (Koperasi Karyawan Inalum) merupakan koperasi karyawan dari PT Inalum yang telah berdiri mulai 12 April 1984, ditujukan kepada karyawan PT Inalum sebagai wadah untuk memenuhi segala kebutuhan karyawannya. Pengukuran tingkat kepuasan anggota dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peran koperasi dalam memberikan pelayanan yang terbaik terhadap anggotanya dan sebagai bahan evaluasi untuk pengembangan kinerja pengurus dalam memenuhi kebutuhan anggotanya. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa tingkat kepuasan anggota Kokalum dan merumuskan strategi untuk pengembangan kinerja pengurus Kokalum.

Penelitian dilaksanakan di Koperasi Karyawan Inalum Tanjung Gading Kabupaten Batubara Sumatera Utara, tepatnya di unit usaha toko Kokalum. Dimana unit usaha ini sebagai indikator kepuasan anggota Kokalum, dikarenakan unit usaha ini dapat langsung dinikmati oleh anggota dan merupakan unit usaha terbesar yang dimiliki Kokalum dengan investasi dana terbesar pula. Selain itu, setiap transaksi yang dilakukan menggunakan nomer anggota Kokalum, sehingga perhitungan transaksi setiap akhir bulan masuk dalam perhitungan SHU setiap tahunnya. Besar kecilnya SHU yang diterima anggota setiap tahunnya tergantung dari banyaknya jumlah transaksi yang dilakukan anggota di unit usaha toko Kokalum. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Januari hingga Februari 2011, dengan menggunakan sampel sebanyak 60 orang. Penelitian ini menggunakan metode Gap, analisis Impoertence Performace Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI).

(3)
(4)

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN ANGGOTA KOPERASI

KARYAWAN INALUM TANJUNG GADING

KABUPATEN BATUBARA SUMATERA UTARA

Diana Trisnawati H34086024

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul “Analisis

Tingkat Kepuasan Anggota Koperasi Karyawan Inalum Tanjung Gading

Kabupaten Batubara Sumatera Utara”.

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepuasan atas kinerja

pengurus Koperasi Karyawan Inalum Kabupaten Batubara Sumatera Utara.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat banyak keterbatasan dan kendala

yang dihadapi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun kearah penyempurnaan skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi

semua pihak.

Penulis,

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Gading, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara

pada tanggal 16 April 1987 dari pasangan Ibu Arlina Syahara dan Bapak Sugeng

Supriyadi. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Penulis dididik

dan dibesarkan dalam keluarga yang sederhana dan mengutamakan pendidikan.

Pada tahun 1992 penulis memasuki dunia pendidikan Taman Kanak-kanak

Ikan dan Taman Pendidikan Al-Qur’an Tanjung Gading. Pada tahun berikutnya

masuk Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Asahan, Sumatera Utara dan lulus pada tahun

1999. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) Negeri

2 Air Putih, Sumatera Utara dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2002.

Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah 1

Malang dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di

Program Diploma III pada Program Studi Arsitektur Pertamanan, Fakultas

Pertanian, Universitas Brawijaya Malang. Selama menjalani masa perkuliahan,

penulis aktif dalam kegiatan organisasi kampus pada divisi hubungan internal

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian dan terdaftar menjadi anggota

LSM Insipirasi Sukses Indonesia di luar kampus. Penulis menyelesaikan studinya

pada tahun 2008 dan melanjutkan kuliah ke jenjang sarjana pada Program

Penyelengaraan Khusus Ekstensi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor dan menyelesaikan studinya dengan gelar Sarjana

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril

serta materil kepada penulis dalam penyelesaian karya ilmiah ini, antara lain

sebagai berikut:

1. Ir. Hamini, M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan

kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator pada kolokium penulis yang

telah memberikan banyak masukan dan perbaikan dalam penyusunan proposal

penelitian.

3. Dr. Ir. Suharno, MADEV dan Arief Karyadi, SP selaku dosen penguji pada

ujian sidang penelitian penulis yang telah memberikan banyak perbaikan dan

saran demi kesempurnaan skripsi.

4. Ibu Arlina Syahara dan Bapak Sugeng Supriyadi, selaku orang tua penulis

yang telah mendukung baik dalam hal moril maupun materil dalam pembuatan

skripsi ini. Semoga skripsi ini bisa menjadi persembahan terbaik.

5. Koperasi Karyawan Inalum atas kerjasama, informasi, kesempatan, dan

dukungan yang diberikan selama penelitian dilakukan sehingga sangat

membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

6. Sahabat dan teman-teman (kak Kiki, kak Ida, Etha, Wulan, kak Meka, dan

pasukan Bafak 40) atas semangat, bantuan dan masukan-masukannya selama

proses penelitian hingga skripsi ini selesai, serta seluruh teman-teman yang

tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.

Bogor, Juni 2011

(8)

DAFTAR ISI

2.6. Partisipasi Anggota dalam Koperasi ... 10

2.7. Pelayanan Koperasi ... 11

2.8. Perkembangan Koperasi ... 12

2.9. Analisis Kepuasan Anggota Koperasi di Beberapa Kasus .... 13

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis ... 16

3.1.1. Tinjauan Umum Koperasi ... 16

3.1.2. Konsep Kepuasan ... 16

3.1.3. Kepuasan Konsumen ... 16

3.1.4. Kepuasan Anggota Terhadap Pelayanan Koperasi .... 18

3.1.5. Pelayanan Koperasi Terhadap Anggota ... 19

3.1.6. Kualitas Jasa ... 20

3.1.7. Dimensi Kualitas Pelayanan ... 20

3.1.8. Pentingnya Pengukuran Kualitas Pelayanan ... 22

3.2. KerangkaPemikiran Operasional ... 23

4.4.2. Atribut-atribut Kepuasan Anggota Koperasi ... 27

4.4.3. Analisis Gap ... 31

4.4.4. Metode ImportancePerformanceAnalysis (IPA) ... 32

(9)

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1.Letak Geografis dan Jumlah Anggota Kokalum ... 39

5.2. Struktur Organisasi Kokalum ... 39

5.3. Struktur Modal Kokalum ... 40

5.4. Prestasi Kokalum ... 41

5.5. Unit Usaha Kokalum ... 43

5.6. Unit Usaha Toko Kokalum ... 44

5.7. Ketentuan Pembagian SHU ... 45

VI ANALISIS TINGKAT KEPUASAN ANGGOTA KOKALUM 6.1. Karakteristik Responden Kokalum ... 46

6.1.1. Usia Responden ... 46

6.1.2. Jenis Kelamin Responden ... 47

6.1.3. Status Pernikahan Responden ... 47

6.1.4. Lama Menjadi Karywan PT Inalum dan Anggota Kokalum ... 48

6.2. Analisis Hubungan Kepuasan Anggota terhadap Kinerja Pengurus ... 49

6.2.1. Analisis Gap Kepuasan Anggota Kokalum ... 49

6.2.2. Analisis Kepentingan dan Kinerja Pengurus Kokalum (IPA) ... 57

6.2.3. Analisis Kepuasan Anggota Kokalum (CSI) ... 65

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah Koperasi di Indonesia Tahun 2004 – 2008 (dalam Unit) ... 2

2. Perbedaan Antara Koperasi dengan Perseroan Terbatas ... 8

3. Kriteria Nilai Costumer Satisfaction Index (CSI) ... 37

4. Karakteristik Usia Responden Kokalum ... 45

5. Karakteristik Jenis Kelamin Responden Kokalum ... 46

6. Karakteristik Jumlah Transaksi yang Dilakukan Responden di Unit Usaha Toko ... 48

7. Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden Kokalum ... 48

8. Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata Kepentingan dan Kinerja Dimensi Tangible ... 51

9. Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata Kepentingan dan Kinerja Dimensi Reliability ... 52

10.Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata Kepentingan dan Kinerja Dimensi Responsiveness ... 54

11.Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata Kepentingan dan Kinerja Dimensi Assurance ... 55

12.Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata Kepentingan dan Kinerja Dimensi Emphaty ... 56

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ... 25

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Gambar Perkembangan Anggota Kokalum ... 73

2. Gambar Jumlah Karyawan Kokalum ... 74

3. Laporan Hasil Pemeriksaan Perhitungan SHU Kokalum ... 75

4. Gambar Perkembangan SHU dan Kekayaan Bersih Kokalum ... 76

5. Struktur Organisasi Kokalum ... 77

(13)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Koperasi sebagai salah satu dari pilar pembangunan ekonomi Indonesia

bersama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta, memiliki peran besar

dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pilar ekonomi yang

melandaskan kegiatannya pada azas kekeluargaan sebagaiman tercantum dalam

Undang Undang Dasar pasal 33 ayat 11. Melalui koperasi, anggota yang

bergabung dapat memperoleh yaitu keuntungan dari sisi ekonomi juga

memperoleh pemahaman tentang arti pentingnya kerjasama diantara anggota dan

pengurus, yang secara tidak langsung akan menimbulkan nilai persaudaraan

diantara sesama anggota.

Tujuan pendirian Koperasi, menurut UU Perkoperasian, adalah

memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada

umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka

mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945. Koperasi yang memiliki fungsi dan peran

berbeda dengan sektor swasta, bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya

melalui pelayanan yang diberikan oleh pengurus kepada anggota. Identitas ganda

yang dimiliki anggota yaitu sebagai pemilik sekaligus pengguna atau pelanggan,

mengharuskan koperasi tetap menjaga hubungan baik diantara anggota dan

melaksanakan tugas untuk menjalankan usaha yang diamanatkan oleh anggota

kepada pengurus koperasi agar dapat memenuhi kebutuhan anggota.

Perkembangan jumlah unit koperasi menunjukkan bahwa koperasi dapat

bertahan dan berkembang disaat perekonomian Indonesia mengalami krisis dan

persaingan yang semakin ketat antara koperasi dengan badan usaha lainnya.

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa potensi koperasi secara nasional cukup

besar, sehingga koperasi sangat penting dan strategis dalam mengantisipasi

perekonomian ke depan, terutama memperkuat struktur perekonomian nasional

sekarang ini.

1

(14)

Secara kuantitatif jumlah koperasi di Indonesia cukup banyak, berdasarkan

data Departemen Koperasi & UKM pada tahun 2006, tetapi yang aktif hanya

mencapai 28,55 persen sedangkan yang menjalani Rapat Anggota Tahunan (RAT)

hanya 35,42 persen koperasi saja. Dilihat dari segi kualitas, keberadaan koperasi

masih perlu upaya untuk ditingkatkan mengikuti tuntutan lingkungan dunia usaha

dan lingkungan kehidupan kesejahteraan para anggotanya. Hal tersebut dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Koperasi di Indonesia Tahun 2006 – 2008

No. Keterangan Tahun (Unit)

2006 2007 2008

1. Koperasi aktif 93.402 104.999 108.930

2. Koperasi tidak aktif 37.328 44.794 46.034

3. Jumlah koperasi 130.730 149.793 154.964

Sumber: Laporan Analisis Kinerja Koperasi Depkop (2010) (Diolah)

Tabel 1 menunjukkan bahwa perkembangan koperasi mengalami

peningkatan cukup signifikan. Jumlah koperasi di Indonesia periode 2006–2008,

menurut Kementrian Koperasi dan UKM (2009) dari tahun ke tahun jumlah

mengalami peningkatan, hal ini juga diikuti dengan peningkatan koperasi aktif

dan tidak aktif. Dilihat dari data tersebut jumlah koperasi tidak aktif mencapai 40

sampai 50 persen dari jumlah koperasi aktif, hal ini menjelaskan banyaknya

koperasi yang masih memerlukan pembinaan lebih lanjut. Hal ini juga diduga

cukup memberikan pengaruh besar terhadap pengembangan dan pertumbuhan

koperasi di suatu daerah yang juga mengandalkan kebijakan pemerintah daerah

dalam upaya memberdayakan ekonomi rakyat di daerahnya.

Koperasi karyawan (kopkar) di Indonesia sudah dikenal sangat luas

dengan terminologi koperasi fungsional yang hidup di lingkungan perusahaan.

Keberadaannya merupakan manifestasi dari upaya penciptaan nilai tambah

ekonomi di kalangan karyawan berpenghasilan rendah, sekaligus sebagai

implementasi dari esensi koperasi sebagai alat pemerataan pendapatan. Meskipun

keberadaannya sangat tergantung pada komitmen perusahaan, namun kopkar

bukan perpanjangan tangan, apalagi alat penekan bagi kepentingan perusahaan.

Kopkar justru subjek dan mitra usaha perusahaan. Dunia perkoperasian juga

(15)

dengan sebutan kopkar, bahkan Departemen Tenaga Kerja tidak membedakan

antara keduanya, namun terdapat perbedaan substantif.

Koperasi pekerja adalah sebuah bangun usaha produktif. Para anggotanya

berposisi sebagai pekerja, pemilik dan sekaligus majikan. Hasil koperasi pekerja

tidak dikonsumsi oleh anggotanya sendiri, tapi dipasarkan. Karenanya, koperasi

pekerja sering disebut sebagai koperasi produksi (production co-operative). Sedangkan kopkar adalah istilah umum yang lebih dulu kita kenal. Koperasi ini

beranggotakan karyawan-karyawan perusahaan dan melakukan kegiatan yang

hasilnya dikonsumsi oleh anggotanya sendiri, seperti barang-barang konsumsi,

kredit, perumahan dan sejenisnya. Koperasi ini digolongkan sebagai koperasi

konsumsi. Sebagai patokan, awal keberadaan kopkar di perusahaan swasta kiranya

dapat mengacu pada saat lahirnya UU No 12 tahun 1967 tentang Pokok-pokok

Perkoperasian, dalam UU yang merupakan revisi terhadap UU No 14 Tahun 1965,

penjelasan pasal 17 tentang jenis koperasi dimungkinkan tumbuhnya

koperasi-koperasi fungsional. Istilah fungsional sebenarnya tidak dikenal dalam dunia

perkoperasian yang hanya mengenal istilah koperasi konsumen, produsen dan

kredit2.

Kokalum (Koperasi Karyawan Inalum) merupakan koperasi karyawan dari

PT Inalum yang telah berdiri mulai 12 April 1984, ditujukan kepada karyawan PT

Inalum sebagai wadah untuk memenuhi segala kebutuhan karyawannya. Koperasi

karyawan ini mendapatkan predikat sebagai Koperasi Fungsional Terbaik Tingkat

I Nasional pada tahun 1990. Koperasi yang sebagian besar beranggotakan

karyawan PT Inalum ini memiliki organisasi dan pelayanan terbaik bagi

kesejahteraan anggota dan masyarakat (Laporan RAT Kokalum 2011).

1.2. Perumusan Masalah

Partisipasi dalam organisasi yang ditandai oleh hubungan identitas, dapat

diwujudkan jika pelayanan oleh pengurus koperasi sesuai dengan kebutuhan

daripada anggotanya. Oleh karena kebutuhan yang berubah-ubah dari para

anggotanya maupun unit usaha yang dijalankan koperasi, dan tantangan

lingkungan, maka pelayanan yang diberikan koperasi pun harus secara terus

2

(16)

menerus disesuaikan untuk mewujudkan penyesuaian yang berkelanjutan dari

pelayanan tersebut pada kebutuhan anggota. Anggota harus mampu dan mau

untuk mempengaruhi dan mengontrol manajemen. Rapat Umum Anggota dapat

menjadi sarana dalam menentukan strategi dalam mengontrol manajemen untuk

memenuhi segala kebutuhan anggota, karena identitas anggota dalam koperasi

tidak hanya sebagai konsumen atau pelanggan, tapi juga sebagai pemilik.

Koperasi Karyawan Inalum yang berlokasi di kawasan Perumahan

Karyawan PT Inalum, memiliki keanggotaan yang terdiri dari anggota biasa dan

anggota luar biasa. Anggota biasa adalah anggota Kokalum yang bertempat

tinggal di kawasan Perumahan Karyawan PT Inalum dan dapat melakukan

transaksi sewaktu-waktu di unit usaha toko Kokalum, sedangkan anggota luar

biasa merupakan anggota Kokalum yang berasal dari karyawan PT Inalum tetapi

tidak bertempat tinggal di Perumahan Karyawan PT Inalum. Secara keseluruhan

jumlah karyawan Inalum mencapai 2033 orang, tetapi hanya 1556 orang yang

terdaftar menjadi anggota Kokalum, dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.

Terbentuknya koperasi di kawasan PT Inalum bertujuan agar koperasi dapat

berperan penting untuk karyawan PT Inalum dalam memenuhi segala kebutuhan

dan membantu peningkatkan kesejahteraan anggota.

Pengukuran tingkat kepuasan anggota dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana peran koperasi dalam memberikan pelayanan yang terbaik terhadap

anggotanya dan sebagai bahan evaluasi untuk pengembangan kinerja pengurus

dalam memenuhi kebutuhan anggotanya, karena semakin anggota merasa puas

maka semakin aktif juga anggota dalam mendukung setiap kegiatan usaha

koperasi dan semakin tinggi pula loyalitas anggota dalam mengajak karyawan lain

untuk menjadi anggota Kokalum. Dilihat data dilapang, anggota Kokalum masih

banyak yang berperan sebagai konsumen dan belum menyadari hak-haknya

sebagai pemilik. Hal ini ditunjukkan dalam Rapat Anggota Tahunan yang selalu

diadakan tepat waktu oleh Kokalum dan hanya dihadiri oleh beberapa anggota,

walaupun semua anggota dapat mengetahui hasil rapat dari laporan pengurus dan

pengawas Kokalum, tetapi seharusnya semua anggota ikut andil dalam segala

keputusan dalam menetapkan strategi perkembangan Kokalum yang bertujuan

(17)

Penelitian ini hanya dibatasi pada tingkat kepuasan anggota terhadap

kinerja pengurus Kokalum khususnya di unit usaha toko. Hal ini dikarenakan unit

usaha ini merupakan unit usaha terbesar yang dimiliki Kokalum dengan investasi

dana terbesar dibanding keenam unit usaha lainnya (Lampiran 3). Setiap transaksi

yang dilakukan menggunakan nomer anggota Kokalum, sehingga perhitungan

transaksi setiap akhir bulan masuk dalam perhitungan SHU setiap tahunnya. Besar

kecilnya SHU yang diterima anggota setiap tahunnya tergantung dari jumlah

transaksi yang dilakukan anggota di unit usaha toko Kokalum. Besarnya SHU

yang diperoleh anggota menunjukkan tingkat keaktifan anggota dalam kegiatan

Kokalum, dan SHU anggota yang berfluktuasi menunjukkan masih banyaknya

anggota yang tidak aktif (Lampiran 4). Pengukuran tingkat kepuasan ini dapat

menjadi bahan evaluasi dan pertimbangan Kokalum sebagai strategi manajemen

pengembangan koperasi kedepannya, serta penetapan kebijakan mengenai

pelayanannya agar dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan anggota Kokalum.

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dianalisis adalah sejauh

mana tingkat kepuasan anggota terhadap kinerja pengurus Koperasi Karyawan

Inalum?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka adapun tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Menganalisis tingkat kepuasan anggota terhadap kinerja pengurus Koperasi

Karyawan Inalum.

2. Merumuskan alternatif strategi perbaikan kinerja pengurus Koperasi

Karyawan Inalum.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan evaluasi atas kinerja yang

telah dilakukan serta informasi bagi Kokalum pada khususnya unit usaha toko

Kokalum dalam menetapkan kebijakan mengenai pelayanan agar dapat terfokus

memenuhi kebutuhan dan kepentingan anggota, sehingga dapat menjadi dasar

upaya untuk meningkatkan kepuasan anggota dan meningkatkan jumlah anggota

Kokalum. Bagi mahasiswa sebagai sarana refrensi dan media informasi dalam

(18)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tujuan Koperasi

Tujuan utama pendirian koperasi adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan ekonomi anggotanya, dan untuk mencapai tujuan itu koperasi

berpegang pada asas dan prinsip-prinsip ideal tertentu. Semua kegiatan yang

dilakukan koperasi diharapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat pada umumnya dan anggota pada khususnya. Berdasarkan tujuan

koperasi tersebut, maka koperasi memiliki peran penting dalam perekonomian

Indonesia, karena koperasi tidak hanya merupakan satu-satunya bentuk

perusahaan secara konstusional sesuai dengan susunan perekonomian yang

hendak dibangun, tetapi juga dinyatakan sebagai soko guru perekonomian

nasional (Baga 2009).

2.2. Prinsip-prinsip Koperasi

Prinsip-prinsip koperasi adalah pedoman bagi koperasi-koperasi dalam

melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam praktik sekaligus kerangka kerja yang

memberdayakan sumber-sumber kekuatan yang membuat koperasi maju

kedepannya (Baga 2009). Prinsip-prinsip koperasi mengatur hubungan antara

koperasi dengan anggotanya, hubungan antar sesama anggota koperasi, pola

kepengurusan organisasi koperasi serta mengenai tujuan yang ingin dicapai oleh

koperasi sebagai lembaga ekonomi yang berasaskan kekeluargaan.

Berpangkal dari nilai-nilai kemanusiaan itulah dasar koperasi kekuatan

koperasi dalam menompang komunitas koperasi dan diterima sebagai ekspresi

moral serta budaya masyarakat. Pada bulan September 1995 di Manchester,

Inggris, International Cooperatives Alliance (ICA) yang merupakan aliansi koperasi internasional yang mewadahi seluruh koperasi yang ada di dunia

mengadakan rapat anggota dan merumuskan prinsip-prinsip koperasi yaitu:

1. Keanggotaan Bersifat Terbuka

Koperasi adalah organisasi yang bersifat sukarela dan terbuka bagi semua

orang yang bersedia menggunakan jasa-jasanya serta bersedia menerima tanggung

jawab keanggotaan tanpa membedakan jenis kelamin, latar belakang sosial, ras,

(19)

2. Pengawasan Demokratis oleh Anggota

Koperasi merupakan organisasi demokrasi yang diawasi oleh para

anggotanya, secara aktif menetapkan kebijakan dan membuat keputusan. Pria dan

wanita yang dipilih sebagai wakil anggota bertanggung jawab kepada rapat

anggota.

3. Pertisipasi Anggota dalam Kegiatan Ekonomi

Para anggota memberi kontribusi permodalan koperasi secara adil dan

melakukan pengawasan secara demokratis terhadap modal tersebut. Anggota

merupakan pemilik sekaligus pengguna yang memenuhi kebutuhannya melalui

koperasi.

4. Pendidikan, Pelatihan dan Penerangan

Koperasi memberikan pendidikan dan pelatihan bagi para anggota,

wakil-wakil anggota yang dipilih oleh rapat anggota serta para manajer dan karyawan

agar mereka dapat melakukan tugasnya lebih efektif bagi perkembangan

koperasinya. Mereka memberikan penerangan kepada masyarakat umum tentang

hakikat perkoperasian dan manfaat koperasi.

5. Otonomi dan Kemandirian

Koperasi adalah organisasi otonom, menolong diri sendiri yang diawasi

oleh para anggotanya. Apabila koperasi mengadakan perjanjian dengan organisasi

lain termasuk pemerintah atau memupuk modal dari luar, koperasi melakukannya

berdasarkan persyaratan yang menjamin pengawasan demokratis oleh para

anggotanya dan mempertahankan otonomi koperasi itu sendiri.

6. Kerjasama antar Koperasi

Koperasi melayani para anggotanya secara kolektif dan memperkuat

gerakan koperasi dengan bekerja sama melalui organisasi koperasi tingkat lokal,

regional, nasional dan internasional.

7. Kepedulian antar Koperasi

Koperasi melakukan kegiatan untuk mengembangkan masyarakat

sekitarnya secara berkelanjutnya melalui kebijakan-kebijakan yang diputuskan

(20)

2.3. Ciri-ciri Koperasi

Koperasi merupakan salah satu lembaga ekonomi yang diharapkan dapat

memperjuangkan kepentingan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi

anggota-anggotanya, serta warga masyarakat sekitarnya. Koperasi memiliki ciri-ciri

khusus yang membedakannya dengan bentuk-bentuk perusahaan yang lain.

Perbandingan koperasi dengan Perseroan Terbatas dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Koperasi dengan Perseroan Terbatas

Keterangan Perseroan Terbatas Koperasi

Tujuan Keuntungan yang besar Pelayanan untuk

kesejahteraan, tidak Modal Uang lebih penting daripada orang Orang lebih penting

Pembagian surplus Berdasarkan saham Berdasarkan jasa/

partisipasi Keanggotaan Boleh dipindahkan, pemilik tidak

sama dengan pelangggan

Tidak boleh dipindahkan, pemilik sama dengan pelanggan Watak organisasi Badan ekonomi murni, bebas nilai Perkumpulan

perusahaan tidak bebas nilai

Hak suara Sesuai besar saham Satu orang satu

suara

Sumber: Baga (2009)

Tabel diatas dapat menjelaskan secara mendasar perbedaan antara koperasi

dengan Perseroan Terbatas (PT). Ciri-ciri koperasi dapat ditinjau dari beberapa

segi yaitu:

1. Segi pelakunya

Koperasi adalah organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang

yang pada umumnya memiliki kemampuan ekonomi terbatas yang secara sukarela

menyatukan dirinya dalam koperasi, sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi

ekonomi mereka. Dengan latar belakang tersebut dapat disaksikan bahwa koperasi

pada dasarnya adalah suatu bentuk perusahaan alternatif, yang didirikan oleh

warga masyarakat golongan ekonomi lemah dan arena keterbatasan ekonomi

tersebut tidak mampu melibatkan diri dalam kerjasama ekonomi melalui

(21)

bahwa koperasi didirikan juga oleh golongan ekonomi lemah yang memiliki

kemampuan ekonomi terbatas sebagai media untuk menjalin kerjasama ekonomi

dengan pelaku-pelaku ekonomi lain yang lebih kuat. Alasan tersebut menjadikan

koperasi memiliki kecenderungan yang sangat kuat untuk menjadi perusahaan

yang tumbuh dan mengakar pada masyarakat lapisan bawah.

2. Segi tujuan

Koperasi pada dasarnya bertujuan untuk memperjuangkan kepentingan

dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi para anggotanya. Anggota koperasi

secara keseluruhan terdiri dari warga kelompok masyarakat yang berbeda-beda,

maka tujuan koperasi secara khusus akan ditentukan oleh permasalahan ekonomi

yang dihadapi para anggotanya.

3. Segi hubungannya dengan negara

Sebagai salah satu pelaku ekonomi, peranan koperasi dalam perekonomian

suatu negara akan sangat ditentukan oleh sistem perekonomian dan sistem politik

yang dianut oleh negara bersangkutan. Namun demikian, apabila melihat

perkembangan koperasi di banyak negara dapat menjukkan bahwa keberadaan

koperasi pada umumnya sangat besar manfaatnya bagi perkembangan

perekonomian negara-negara tersebut. Oleh karena itu, biasanya koperasi

mendapat perhatian dan dukungan yang lebih oleh pemerintah.

2.4. Definisi Anggota Koperasi

Keanggotaan koperasi termasuk salah satu unsur penting yang menentukan

dalam kemajuan organisasi koperasi. Tanpa anggota koperasi tidak akan dapat

berdiri ataupun melaksanakan kegiatan usahanya. Oleh karena itu kedudukan

anggota dalam koperasi adalah suatu keharusan yang memiliki peran ganda, yaitu

sebagai pemilik dan pelanggan sesuai hak dan kewajibannya. Kegiatan usaha

koperasi pada dasarnya adalah kegiatan yang diputuskan oleh anggota dan

diselenggarakan untuk kepentingan anggota sendiri (Baga 2009).

Anggota koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi dan

keanggotaan yang dicatat dalam buku daftar anggota. Kedudukan sebagai pemilik,

anggota koperasi adalah pemodal koperasi dan karena itu harus memberikan

kontribusi modalnya kepada koperasi, sesuai dengan ketentuan dalam anggaran

(22)

Kedudukan anggota sebagai pengguna jasa atau pelanggan dari koperasi,

anggota harus berpartisipasi aktif dalam kegiatan usaha koperasi. Kegiatan usaha

koperasi pada dasarnya adalah kegiatan yang diputuskan oleh anggota dan

diselenggarakan untuk anggota sendiri.

2.5. Bentuk Partisipasi

Partisipasi anggota merupakan input dalam rangka pengembangan

koperasi, karena mengingat di dalam bentuk dan jenis partisipasi anggota selalu

diikuti dengan keterlibatan mental, fisik, emosional secara nasional dari anggota

dalam mendukung pengembangan koperasi. Oleh karena itu partisipasi akan

menentukan dan mempengaruhi tingkat perkembangan koperasi.

Partisipasi anggota dalam permodalan menentukan keberhasilan dari

koperasi, peningkatan modal hendaknya berasal dari anggota bukan dari luar

sebagai pemicu perkembangan koperasi. Modal yang berasal dari anggota harus

jauh lebih besar jumlahnya dari modal luar anggota, sehingga keterlibatan anggota

akan menjadi lebih baik. Modal tersebut dapat berupa uang, atau kesediaan

anggota menanggung kewajiban yang dibebankan dari koperasi. Bentuk

partisipasi anggota dalam permodalan dapat dilakukan dengan cara memberikan

sumbangan modal kepada koperasi dengan cara yang adil.

2.6. Partisipasi Anggota dalam Koperasi

Pertisipasi anggota adalah keterlibatan aktif anggota dalam segala kegiatan

koperasi. Partisipasi ini menyangkut empat hal yaitu partisipasi dalam

pengambilan keputusan, partisipasi dalam pelaksanaan, partisipasi dalam

memperoleh manfaat dan partisipasi dalam evaluasi. Mengenai siapa yang

berpartisipasi lebih banyak ditentukan oleh karakteristik anggota seperti umur,

jenis kelamin, status dalam keluarga, pendidikan penghasilan dan sebagainya.

Selanjutnya bagaimana timbul dan berlangsungkannya partisipasi dapat dilihat

dari dasar partisipasinya, bentuk partisipasinya, lingkup partisipasinya maupun

efek dari partisipasinya (Pudjiastuti 1992).

Jika partisipasi dilakukan, kebijakan koperasi tidak akan berdasar pada

perkiraan atau kekhawatiran mengenai apa yang sekiranya diinginkan oleh

anggotanya, akan tetapi berdasarkan pada kebutuhan masing-masing anggota itu

(23)

anggota atau penerima manfaat, manajemen organisasi dan program. Partisipasi

anggota dalam pelayanan yang diberikan koperasi akan terwujud apabila ketiga

kesesuian itu terjalin di antara anggota, program dan organisasi yang ada (Arifin

2000). Dimensi partisipasi anggota terhadap koperasi diuraikan sebagai berikut:

1. Anggota dalam kedudukan sebagai pemilik, anggota memberikan kontribusi

terhadap pembentukan dan pertumbuhan koperasinya dalam bentuk kontribusi

keuangan dan melalui usaha-usaha pribadinya serta mengambil bagian di

dalam penetapan keputusan-keputusan dan proses pengawasan terhadap tata

kehidupan koperasi.

2. Anggota di dalam kedudukannya sebagai pelanggan, memanfaatkan berbagai

pelayanan yang disediakan oleh koperasi untuk menunjang

kepentingan-kepentingan ekonomi mereka sendiri.

Ciri-ciri anggota yang berpartisipasi aktif pada koperasi adalah sebagai

berikut:

1) Selalu menghadiri rapat

2) Bersedia dipilih, mengorbankan tenaga, pikiran dan waktunya jika dipilih

menjadi pengurus

3) Menganggap koperasi sebagai milik bersama, merasa bangga menjadi anggota

dan turut bertanggung jawab atas kemajuan koperasi serta selalu mengikuti

perkembangan koperasi

4) Apabila ada pertanyaan, tidak segan-segan mengemukakan melalui pegawai

koperasi dan tidak membicarakannya pada orang lain di luar koperasi

5) Selalu berusaha mengajak temen-temennya untuk menjadi anggota koperasi

6) Menyimpan pada koperasi dengan teratur dan selalu membayar hutangnya

tepat pada waktunya

2.7. Pelayanan Koperasi

Koperasi melakukan pelayanan kepada non anggota sudah menjadi trend

cukup luas sekarang ini. Sejumlah bukti empirik menunjukkan bahwa koperasi

yang maju adalah yang melayani lebih banyak kepada anggota. Jadi koperasi

harus melakukan suatu revitalisasi agar kembali lagi kepada nilai-nilai kualitas

(24)

1. Kepemimpinan: pemimpin koperasi harus visioner dan mampu menuntun koperasi dalam menetapkan arah, nilai-nilai koperasi dan kinerja yang

diharapkan. Selain itu pemimpin koperasi harus memahami bagaimana

berkomunikasi dengan anggota, karyawan dan mengulang kinerja koperasi

yang dipimpin. Pemimpin dituntut menciptakan suatu kondisi kondusif

menjadi mendorong kinerja koperasi yang optimal.

2. Fokus Sumber Daya Manusia (SDM): semua pengelola, karyawan dan

anggota harus fokus pada kinerja yang akan dicapai, dan dapat menyesuaikan

diri terhadap perubahan lingkungan dan organisasi. Fokus SDM ini mencakup

tiga hal yaitu sistem kerja, pembelajaran dan motivasi kerja, kesejahteraan

dan kepuasan pekerja.

3. Fokus Pelanggan (customer and market focus): koperasi harus mampu merumuskan kepada pelanggan dan menjadi suatu koperasi yang berkinerja

baik. Koperasi harus memahami harapan pelanggan dan pasar.

4. Data, Informasi dan Analisa: data dan analisa bertujuan untuk memperbaiki

kinerja dan daya saing koperasi. Kunci manfaat penggunaan data dan

informasi terletak pada bagaimana membuat data dan informasi tersedia dan

akurat. Penilaian dikelompokkan dalam dua hal yaitu pengukuran dan analisis

kinerja koperasi dan manajemen pengetahuan.

5. Hasil Usaha (business result): kunci penilaian seberapa baik hasil usaha yang dicapai adalah evaluasi dari pelanggan (anggota) terhadap barang dan jasa,

kinerja keuangan, pemasaran, struktur pengawasan, pengendalian, tanggung

jawab sosial yang sudah dilaksanakan oleh koperasi dibandingkan dengan

pesaingnya atau koperasi lain yang sejenis.

2.8. Perkembangan Koperasi

Pada saat ini koperasi Indonesia masih tertinggal dengan koperasi negara

lain. Dilihat dari usia koperasi Indonesia yang sudah berdiri lebih dari satu abad,

seharusnya koperasi mulai tumbuh dan berkembang dalam menggerakkan sektor

ekonomi rakyat. Koperasi di Indonesia tidak berkembang dikarenakan karena

banyaknya koperasi yang selalu berharap pada bantuan pemerintah, sehingga pada

saat pemerintah mengurangi subsidi untuk koperasi, mengakibatkan sebagian

(25)

Perkembangan koperasi yang belum menunjukkan kemeningkatan yang

dilihat dari rendahnya tingkat partisipasi anggota dapat dilihat dari lima indikator.

Adapun indikator tersebut antara lain, yang pertama adalah kontribusi modal,

dimana anggota koperasi menyertakan modal pertamanya, namun pada penyertaan

modal berikutnya tidak dilakukan.

Indikator yang kedua adalah pemanfaat pelayanan, anggota koperasi

kurang memanfaatkan fungsi koperasi sebagai penyedia layanan kebutuhan

anggota sendiri. Misalnya, jika koperasi tersebut merupakan koperasi yang

menyediakan kebutuhan konsumsi anggota, maka selain anggota tersebut

memberikan modal, anggota koperasi tersebut wajib juga membeli kebutuhannya

dari koperasi.

Indikator ketiga adalah pengambilan keputusan. Melalui mekanisme rapat

anggota tahunan, seharusnya anggota menjadi terdidik dan terbiasa dalam

mengambil keputusan. Sehingga dominasi pengurus dan pemerintah dalam

pengambilan keputusan koperasi menjadi berkurang. Indikator keempat adalah

fungsi pengawasan, anggota wajib mengawasi koperasinya agar dapat berjalan

sesuai dengan ketetapan yang telah diputuskan bersama. Adapun indikator yang

terakhir adalah penanggungan risiko, sebagai organisasi perdagangan, koperasi

berisiko terhadap untung dan rugi. Jadi bukan untung saja yang dibagikan kepada

anggota, tapi jika ada sisa hasil usaha yang sifatnya rugi, ini juga harus dibagi

oleh setiap anggota koperasi tersebut.

2.9. Analisis Kepuasan Anggota Koperasi di Beberapa Kasus

Penelitian tentang kepuasan anggota koperasi telah banyak dilakukan

sebelumnya. Penelitian yang sama sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Bay

(2009), dengan judul Analisis Tingkat Kepuasan Anggota terhadap Kualitas

Pelayanan Koperasi Unit Desa Sialang Makmur Kabupaten Pelawan. Perbedaan

dengan penelitian ini terletak pada lokasi dimana penelitian dilakukan. Penelitian

ini dilakukan di Koperasi Karyawan Inalum Tanjung Gading, Kabupaten

Batubara, Sumatera Utara.

Beberapa penelitian tentang analisis kepuasan anggota koperasi adalah

Rusandi (2004), dengan judul Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap

(26)

Palapa (2006), yang berjudul Analisis Evaluasi Kinerja Koperasi Puspa Anggrek

di Kabupaten Tangerang; Panjaitan (2009), dengan judul Analisis Tingkat

Kepuasan Anggota terhadap Kualitas Pelayanan Koperasi Unit Desa Mandiri

Cipanas Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat; Boestommy (2010), dengan

judul Analisis Hubungan Loyalitas Anggota dengan Kualitas Pelayanan Koperasi

(Studi Kasus KUD Sumber Alam Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga,

Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat).

Hasil dari beberapa penelitian tersebut menunjukkan adanya kepuasan

anggota terhadap pelayanan yang diberikan koperasi, tetapi pada penelitian Palapa

menunjukkan anggota masih belum cukup puas dengan pelayanan yang diberikan

koperasi. Beberapa penelitian ini memiliki persamaan indikator, yaitu sama-sama

menggunakan lima dimensi dalam menentukan kualitas jasa (tangible, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty), dalam menganalisis data Bay dan Palapa menggunakan metodelogi IPA dan CSI. Panjaitan menggunakan uji signifikasi

perbedaan yang ada, Boestommy menggunakan rank spearman, sedangkan Rusnandi menggunakan model gap dan CSI.

Pada penelitian Bay (2008), hasil dengan menggunakan analisis IPA

menunjukkan bahwa kemampuan KUD SM dalam menumbuhkan kepercayaan

(dimensi assurance) dan keyakinan anggota merupakan dimensi yang dianggap paling penting oleh responden. Dimensi reliability (konsistensi kerja) dari KUD merupakan kinerja yang dianggap paling memuaskan oleh responden. Melalui

pengukuran CSI diperoleh persentase kepuasan anggota sebesar 86,60 persen

(sangat puas). Rusnandi (2004), hasil penelitian ini menunjukkan loyalitas

anggota K2O dipengaruhi oleh variabel tangible, reliability, responsiveness,

assurance dan emphaty sebesar 57,6 persen. Sedangkan pengaruh variabel lain di luar tingkat variabel-variabel di atas adalah sebesar 42,4 persen. Hal tersebut

menunjukkan pengaruh yang signifikan antara variabel tangible, reliability,

responsiveness, assurance dan emphaty terhadap loyalitas anggota K2O. Penelitian Palapa (2006), terdapat analisis rasio keuangan koperasi sebagai salah

satu indikator tingkat kepentingan dan kepuasan anggota koperasi, dari rasio

rentabilitas Koperasi Puspa Anggrek memiliki rasio rata-rata SHU terhadap total

(27)

organisasi Koperasi Puspa Anggrek yang pelaksanaannya belum sepenuhnya

sesuai dengan desain organisasi yang ada, kondisi ini menunjukkan koperasi

masih menitikberatkan pada perbaikan usaha dan keuangan daripada memenuhi

kebutuhan anggota.

Pada Panjaitan (2009) yang memiliki dua karakteristik responden yaitu,

responden A dan B, pada dimensi tangible menunjukkan hasil yang berbeda. Responden A sudah merasa puas dengan pelayanan yang diberikan koperasi,

tetapi responden B merasa tidak puas. Sedangkan pada dimensi reliability dan

responsivenes, baik responden A dan B merasa tidak puas akan pelayanan yang dilakukan oleh pihak koperasi. Boestommy (2010), berdasarkan hasil uji korelasi

rank spearman diperoleh variabel pelayanan yang memiliki hubungan signifikan dengan loyalitas anggota, yaitu menepati janji. Sedangkan variabel lain tidak

memiliki hubungan yang signifikan dengan loyalitas anggota koperasi.

Berdasarkan kesimpulan dari beberapa penelitian terdahulu yang diacu

membantu peneliti dalam menentukan metode analisis, atribut-atribut dan

indikator yang berkolerasi dalam perhitungan tingkat kepuasan anggota koperasi.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah gap (servqual gaps model), IPA dan CSI dengan indikator penelitian terdapat pada unit usaha toko Kokalum.

Hal ini dikarenakan unit usaha toko merupakan unit usaha pertama dan terbesar

milik Kokalum yang merupakan ciri utama dari koperasi karyawan ini.

Perhitungan SHU anggota yang dilihat dari besar dan seringnya anggota

melakukan transaksi di unit toko ini, menunjukkan alasan mengapa unit ini

menjadi ciri utama dari Kokalum. Perhitungan kepuasan anggota Kokalum ini

juga dilihat dari lima dimensi kepuasan, yaitu tangible, reliability, responsiveness,

assurance dan emphaty dengan atribut-atribut tingkat kepentingan dan kinerja menurut persepsi responden pada setiap dimensinya. Hasil dari penelitian ini

nantinya akan membantu pengurus koperasi dalam menetapkan strategi untuk

memperbaiki kinerja koperasi sehingga kepuasan anggota dapat terpenuhi dan

(28)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis memberikan beberapa teori dalam upaya

pemecahan masalah yang akan diteliti secara deduktif. Oleh karena itu, pada

bagian ini akan dijelaskan beberapa konsep yang menggambarkan kerangka

pemikiran yang digunakan dalam penelitian.

3.1.1. Tinjauan Umum Koperasi

ICA diacu dalam Panjaitan (2009) mendefinisikan koperasi sebagai

perkumpulan otonom dari orang-orang yang bergabung secara sukarela untuk

memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya mereka yang sama

melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis, sehingga

melalui makna yang terkandung dalam definisi tersebut dinyatakan bahwa

koperasi merupakan bentuk lembaga ekonomi yang unik dan berbeda dengan

bentuk-bentuk lembaga ekonomi umumnya seperti Perseroan Terbatas (PT). Nilai

lebih ini bisa diberikan baik dari segi kualitas pelayanan maupun harga yang dapat

dijangkau oleh anggota, karena hakekatnya anggota yang bergabung dengan

koperasi memiliki tujuan untuk memperbaiki kondisi ekonominya masing-masing

(Nasution 2008).

3.1.2. Konsep Kepuasan

Kepuasan adalah perasaan senang atau tidak senang atau kecewa

seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesan

terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya. Kepuasan merupakan

fungsi dari kinerja dan harapan. Jika kinerja berada di bawah harapan berarti

pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan berarti pelanggan amat puas

atau senang (Kotler 2005).

3.1.3. Kepuasan Konsumen

Menurut Rangkuti (2008) kepuasan konsumen merupakan respon

konsumen terhadap kesesuain antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja

aktual yang dirasakan setelah pemakaian. Kepuasan konsumen ditentukan oleh

(29)

beberapa tahapan layanan tersebut. Ketidakpuasan yang diperoleh pada tahap

awal pelayanan menimbulkan persepsi berupa mutu pelayanan yang buruk untuk

tahapan selanjutnya, sehingga konsumen merasa tidak puas dengan pelayanan

serta keseluruhan.

Menurut Kotler (2005) terdapat empat perangkat dalam melacak dan

mengukur kepuasan konsumen diantaranya sebagai berikut:

1. Sistem keluhan dan saran, perusahaan yang fokus pada pelanggan akan

memberikan kemudahan bagi pelanggannya untuk memberikan kritik dan

saran. Sistem yang digunakan tiap perusahaan bisa saja berbeda seperti

layanan telepon bebas pulsa maupun menggunakan situs web dan e-mail

untuk komunikasi dua arah yang cepat.

2. Survei kepuasaan konsumen, perusahaan yang responsif akan mengukur

kepuasan pelanggan secara langsung melalui survei berkala dengan bertanya

langsung atau mengirim daftar pertanyaan konsumen yang ditetapkan sebagai

responden. Survei ini juga berguna untuk mengajukan pertanyaan tambahan

mengenai keinginan konsumen untuk membeli ulang dan mengukur

kesediaan konsumen untuk merekomendasikan produk suatu perusahaan

kepada orang lain.

3. Belanja siluman, perusahaan dapat membayar orang untuk berperan sabagai

pembeli guna melaporkan titik kuat dan titik lemah yang sering dialami

sewaktu membeli produk perusahaan dan pesaingnya. Pembelanja siluman

juga dapat menyampaikan masalah tertentu untuk menguji apakah staf

penjualan perusahaan dapat mengatasi situasi tersebut dengan baik atau tidak.

4. Survei kepuasan pelanggan, sebagai besar riset kepuasan pelanggan dilakukan

dengan menggunakan metode survei, baik survei melalui pos, telepon, e-mail,

website maupun wawancara langsung.

Analisis pelanggan yang hilang (lost costumer analysis), analisis pelanggan yang hilang penting dilakukan untuk mempelajari alasan konsumen

berhenti membeli atau berganti pemasok. Perusahaan juga perlu mengetahui

seberapa besar tingkat kehilangan tersebut. Jika tingkat kehilangan pelanggan

(30)

3.1.4. Kepuasan Anggota Terhadap Pelayanan Koperasi

Menurut Sembel (2003) kualitas pelayanan adalah penentu suksesnya

suatu usaha dibidang jasa, termasuk koperasi. Koperasi yang sukses adalah

koperasi yang bisa terus menerus memberikan kepuasan kepada pelanggan

mereka. Hal tersebut dikarenakan jika anggota merasa puas, maka secara tidak

langsung akan mempengaruhi perekonomian koperasi.

Faktor-faktor yang dapat memuaskan pelanggan bisa diberikan dalam

bentuk pelayanan. Pelayanan yang diberikan dapat berupa bukti fisik, ketepatan

janji, pengetahuan dan keahlian, kesopanan dan keramahan, serta kejujuran dan

kepercayaan. Sehingga jika menggunakan variabel tersebut dapat dilakukan dalam

mengukur kepuasan terhadap faktor pelayanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas pelayanan secara langsung dapat dirasakan oleh anggota koperasi

(Simanjuntak 2005), yaitu:

1. Penampilan

Penampilan merupakan bukti fisik (tangible) yang dapat dilihat oleh anggota. Pada umumnya personal dan fisik karyawan bagian kantor depan (resepsionis) menentukan persyaratan seperti: berwajah menarik, badan tegap atau tidak

cacat, tutur bahasa baik dan sopan, berpenampilan menarik dan percaya diri.

Hal tersebut dilakukan agar pelanggan, dalam hal ini adalah anggota koperasi

merasa nyaman melihat keadaan fisik karyawan saat melakukan transaksi.

2. Menepati Janji

Pengurus dan karyawan koperasi harus selalu menepati janji kepada anggota.

Demikian juga dengan waktu, bila penyedia layanan tidak menepati janji maka

anggota akan merasa kecewa.

3. Kesedian Melayani

Setiap pengurus dan karyawan koperasi harus melayani kebutuhan bahkan

terhadap setiap keluhan anggota. Hal tersebut dikarenakan selain

melaksanakan tugas koperasi yang merupakan motif pelayanan.

4. Pengetahuan dan Keahlian

Sebagai syarat untuk melayani dengan baik, petugas harus mempunyai

pengetahuan dan keahlian, dimana petugas pelayanan harus memiliki tingkat

(31)

5. Kesopanan dan Keramahtamahan

Pengurus dan karyawan koperasi dituntut harus bersikap sopan, ramah, sabar,

serta bertutur kata yang baik dalam melayani anggota.

6. Kejujuran dan Kepercayaan

Setiap anggota koperasi pasti menginginkan kejujuran dari pengurus dan

karyawan. Jujur dalam bentuk aturan, pembiayaan sehingga dapat

meningkatkan kepercayaan anggotanya.

7. Biaya

Pemantapan pengurus dalam pelayanan diperlukan dalam penentuan

pembiayaan, dimana disesuaikan dengan daya beli masyarakat dan transparasi

biaya pengeluaran.

8. Tidak Rasial

Pengurusan pelayanan dilarang membeda-bedakan kesukuan, agama dan

politik.

Kualitas pelayanan perlu ada sebagai penentu suksesnya suatu usaha di

bidang jasa, seperti halnya koperasi. Koperasi yang sukses dalam bidang jasa

adalah koperasi yang bisa terus menerus memberikan kepuasan pada setiap

pelayanan kepada anggota (Sembel 2003). Sehingga apabila kebutuhan yang

diharapkan oleh anggota terpenuhi maka dalam jangka panjang akan memberikan

keuntungan yang lebih tinggi. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk

melihat kepuasan pelanggan yaitu: (1) Pelanggan yang merasa puas bersedia

membayar uang yang lebih untuk kesenangan tambahan yang mereka nikmati; (2)

Pelanggan yang merasa puas akan lebih setia pada merek yang disukainya

daripada pelanggan yang tidak puas; (3) Pelanggan yang puas berlaku sebagai

salesman atau penjual, dan mereka bercerita kepada orang lain atau sanak keluarga (Lele 1995 diacu dalam Bay 2009).

3.1.5. Pelayanan Koperasi Terhadap Anggota

Koperasi merupakan perkumpulan otonom dari orang-orang yang

bergabung secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi,

sosial dan budaya mereka yang sama melalui perusahaan yang dimiliki dan

(32)

Pelayanan adalah aktivitas yang dilakukan seseorang atau sekelompok

orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur, dan metode

tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan orang lain sesuai dengan haknya. Hal

ini menjelaskan bahwa pelayanan adalah suatu bentuk sistem, prosedur atau

metode tertentu yang diberikan kepada pelanggan, agar kebutuhan pelanggan

dapat terpenuhi sesuai dengan harapan mereka (Munir 1991).

Rasa menyenangkan atau tidak menyenangkan yang diterima anggota

menjadi anggota koperasi tergantung dari pelayanan yang diberikan koperasi

kepada anggotanya. Jika pelayanan koperasi buruk kepada anggotanya maka akan

menyebabkan rasa tidak menyenangkan, sehingga anggota akan tidak

berpartisipasi aktif kepada koperasi.

3.1.6. Kualitas Jasa

Menurut Supranto (2001) kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia

jasa merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik. Aplikasi kualitas

sebagai sifat dengan penampilan produk atau kinerja merupakan bagian utama

strategi perusahaan dalam rangka meraih keunggulan yang berkesinambungan,

baik sebagai pemimpin pasar ataupun sebagai strategi untuk terus tumbuh.

Keunggulan suatu produk jasa adalah tergantung dari keunikan serta kualitas yang

diperlihatkan oleh jasa tersebut, apakah sudah sesuai dengan yang dilakukan dan

diinginan.

3.1.7. Dimensi Kualitas Pelayanan

Koperasi sebagai sebuah lembaga bisnis yag bertujuan untuk

mensejahterakan anggota, harus memperhatikan pelayanan yang diberikan agar

kepuasan pelanggan tecapai. Kualitas pelayanan adalah sebuah tingkat

kemampuan dari sebuah koperasi dalam memberikan segala yang menjadi

harapan pelanggan dalam memenuhi kebutuhannya (Siagian 1998)

Salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan koperasi adalah

kemampuan koperasi dalam memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan.

Sehingga ini akan dapat mempertahankan koperasi dan mencapai kesuksesan

dalam menghadapi persaingan. Salah satu pendekatan kualitas pelayanan yang

(33)

diinginkan pelanggan dengan layanan yang sesungguhnya diharapkan (expected service).

Zeithaml et.al. (1996) dalam Umar (2003), mengemukakan lima dimensi

dalam menentukan kualitas jasa, yaitu:

1. Tangible atau bukti fisik yaitu kemampuan perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak pelanggan. Penampilan dan kemampuan sarana

dan prasarana fisik serta lingkungan sekitar perusahaan adalah bukti nyata dari

pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Dimensi tangible terdiri dari gedung, teknolongi yang digunakan serta penampilan pegawainya.

2. Reliability atau kehandalan yaitu kemampuan perusahaan memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan kepada pelanggan secara akurat dan

terpercaya. Dimensi reliability terdiri dari ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan, ketersediaan apa yang dibutuhkan pelanggan,

memberikan perhatian kepada pelanggan.

3. Responsiveness atau ketanggapan yaitu kemampuan perusahaan untuk membantu dan memberikan pelayanan secara cepat dan tepat kepada

pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. Variable yang termasuk

dalam dimensi ini adalah kecepatan pelayanan dan pemberian informasi.

4. Assurance atau jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan, keramahan dan kemampuan para pengurus untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan

kepada perusahaan.

5. Emphaty yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan perusahaan kepada pelanggan dengan berupaya

memahami keinginan pelanggan.

Penentuan kualitas pelayanan pada koperasi adalah perusahaan atau

koperasi dan anggota sebagai pelanggan. Menurut Suratman (2002) kualitas

pelayanan pada koperasi adalah standar mutu dari segala usaha atau kegiatan yang

dilakukan koperasi dalam melayani kebutuhan/ keperluan anggota. Pelayanan

koperasi ditunjukkan dengan peran aktif koperasi menyediakan semua bentuk

pelayanan yang ditetapkan pada rapat anggota. Pelayanan yang dimaksud di

dalam koperasi adalah pelayanan terhadap produk dan jasa sesuai dengan jenis

(34)

Bentuk-bentuk pelayanan terhadap produk dan jasa secara tidak langsung di koperasi

adalah:

1) Koperasi dengan fungsi pemasaran, maka pelayanan koperasi kepada anggota

dalam bentuk menerima/ menampung hasil produksi dan memasarkannya.

2) Koperasi dengan fungsi pengadaan (penyediaan barang/ jasa), maka pelayanan

koperasi kepada anggota dalam bentuk menyediakan barang dan jasa yang

dibutuhkan oleh anggota.

3) Koperasi dengan fungsi simpan pinjam, maka pelayanan koperasi kepada

anggota dalam bentuk mempermudah prosedur peminjaman uang.

4) Koperasi dengan fungsi produksi dan anggota sebagai pekerja di dalam

koperasi, maka pelayanan koperasi dapat menunjang kegiatan operasional

produksi.

Koperasi diukur untuk mengetahui kepuasan anggotanya terhadap kualitas

pelayanan yang diberikan pengurus dan karyawan. Anggota harus mendapat

pelayanan yang baik, karena selain hak dari setiap anggota juga merupakan ciri

dari koperasi sebagai lembaga pelayanan. Kepuasan anggota dapat diukur

menggunakan metode IPA, CSI dan SERVQUAL.

3.1.8. Pentingnya Pengukuran Kualitas Pelayanan

Pengukuran kualitas jasa dipandang sangat penting bagi koperasi, dimana

dapat berguna untuk mengukur kesenjangan antara harapan dan persepsi

pelanggan tentang jasa yang diberikan koperasi. Sehingga dapat segera dilakukan

koreksi terhadap kinerja pengurus jika pelayanan yang diberikan kurang

memuaskan pelanggan.

Pengalaman pengguna jasa dapat dikategorikan ke dalam tiga kriteria,

yaitu apa yang dapat dirasakan (technical quality), bagaimana cara penyampaian jasa (functional quality), dan ditambah dengan kesannya dalam benak konsumen atau sesudah mengkonsumsi/ menggunakan jasa. Apabila harapannya sesuai

dengan apa yang dirasakan setelah menggunakan jasa tersebut, berarti kualitas

jasa itu baik. Dengan kata lain, apabila kesan yang ditimbulkan positif, berarti

pelanggan merasa puas atau cukup puas. Apabila yang dirasakan pelanggan masih

(35)

Hal diatas menegaskan bahwa kualitas jasa dapat diukur dari tingkat

kepuasan pelanggan, yang ditentukan oleh penilaiannya terhadap jasa tersebut

(total perceived quality). Citra kualitas pelayanan yang baik bukan berdasarkan sudut pandang atau persepsi penyedia jasa, melainkan melalui sudut pandang atau

persepsi pelanggan.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Menurut Baga (2009) koperasi dapat berhasil apabila telah memenuhi

kriteria aspek mikro dan makro. Kriteria aspek mikro adalah hal yang berkaitan

dengan fungsi dan aspek pendukungnya, yaitu untuk memenuhi kebutuhan

anggota sehingga dapat mensejahterakan anggota. Sedangkan kriteria aspek

makro dapat dilihat dari peranannya dalam pembangunan perekonomian nasional.

Anggota memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan arah dan

kebijakan pengembangan koperasi, maka itu perlu melihat kepentingan anggota

terhadap koperasi. Nasution (2008) menyatakan bahwa untuk meningkatkan

partisipasi anggota dalam pengembangan koperasi maka perlu diperhatikan

beberapa hal syarat agar pengembangan koperasi dapat dilaksanakan, diantaranya

adalah kebutuhan bersama, persoalan adanya manfaat koperasi/ kepercayaan

anggota terhadap koperasi dan kesediaan/ keinginan anggota bekerjasama dengan

pihak lain.

Diawali dari adanya fluktuasi prestasi dan tujuan berdirinya Kokalum.

Kokalum berfungsi sebagai wadah penyedia untuk memenuhi segala kebutuhan

karyawan PT Inalum. Tetapi dilihat dari jumlah anggota Kokalum, terdapat lebih

dari 30 persen karyawan Inalum yang belum terdaftar menjadi anggota Kokalum,

data ini diperoleh dari catatan laporan RAT Kokalum.

Terdapat lima tingkat dimensi yang digunakan untuk mengukur tingkat

kepuasan anggota, yakni dimensi tangible, reliability, responsiveness, assurance, emphaty. Penelitian ini mencoba mencari besarnya tingkat kepuasan anggota Koperasi Karyawan Inalum, Tanjung Gading, Kabupaten Batubara, Sumatra Utara

terhadap pelayanan yang diberikan oleh pengurus koperasi. Hal ini dapat

dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya yaitu melihat gap atau kesenjangan

kepuasan anggota. Menurut Umar (2003) kepuasan konsumen/ anggota akan

(36)

ini adalah Kokalum sesuai dengan yang dipersepsikan konsumen/ anggota.

Semakin kecil gap yang terdapat antara persepsi dengan penyampaian jasa atas

(pelayanan), maka semakin tinggi kepuasan yang dirasakan konsumen/ anggota.

Sebaliknya, semakin besar gap yang diperoleh antara nilai persepsi konsumen/

anggota terhadap penyampaian jasa atau pelayanan yang dilakukan

mendefinisikan kurangnya kepuasan yang dirasakan konsumen/ anggota. Analisis

IPA digunakan untuk mengetahui bagaimana anggota menilai kinerja yang telah

diberikan oleh pengurus Kokalum dan indeks kepuasaan anggota (CSI) digunakan

untuk mengetahui kepuasan anggota terhadap pelayanan yang diberikan. Tujuan

dari analisis ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan anggota terhadap

kinerja/ pelayanan yang diberikan pengurus Koperasi Karyawan Inalum, Tanjung

Gading, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara.

Hasil analisis ini akan diperoleh nilai rata-rata tingkat kepentingan dan

kinerja pengurus pada setiap atribut di lima dimensi kepuasan yang dapat

menentukan tingkat kepuasan anggota Kokalum. Hasil nilai rata-rata dihitung

kembali untuk memperoleh gap antara tingkat kepentingan anggota kokalum

dengan kinerja pengurus menurut persepsi responden. Selain itu hasil nilai

rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja ini juga akan dianalisis menggunakan metode

IPA dan CSI, yang hasil akhirnya akan menjawab besarnya tingkat kepuasan

anggota terhadap kinerja pengurus Kokalum. Tujuan dari analisis ini adalah untuk

menghasilkan data kuantitatif yang akan dideskripsikan dalam bentuk kepuasan/

ketidakpuasan anggota terhadap pelayanan dari Kokalum. Analisis ini digunakan

karena Kokalum khususnya pada unit usaha toko merupakan bentuk pelayanan

barang dan jasa yang meorentasikan pelayanan jasa Kokalum dalam memenuhi

kepuasan anggota.

Penelitian ini nantinya akan memberikan alternatif strategi yang akan

bermanfaat bagi pengurus Koperasi Karyawan Inalum, Tanjung Gading,

Kabupaten Batubara, Sumatera Utara sebagai pertimbangan perbaikan terhadap

kinerja yang selama ini dilakukan dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan

anggotanya. Secara ringkas kerangka operasional penelitian dapat dilihat pada

(37)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Tingkat Kepuasan Anggota Koperasi Karyawan Inalum, Tanjung Gading, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara.

Adanya Karyawan PT Inalum yang tidak menjadi Anggota Kokalum dan

adanya anggota yang tidak aktif

Kinerja Pengurus Kokalum

 Gap (membandingkan skor kepentingan/ harapan dengan kinerja)

 Metode IPA  CSI

Perbedaan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Anggota Atribut Pelayanan

berdasarkan 5 dimensi:

1. Tangible 2. Releability 3. Responsiveness 4. Assurance 5. Emphaty

Kepentingan Anggota

Rekomendasi alternatif strategi untuk mempertahankan/ memperbaiki

(38)

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian mengenai analisis tingkat kepuasan anggota

koperasi dilakukan di Koperasi Karyawan Inalum Tanjung Gading, Kabupaten

Batubara, Sumatra Utara dan pemilihan lokasi yang dilakukan secara sengaja atau

purposive oleh peneliti. Mempertimbangkan bahwa Koperasi Karyawan Inalum merupakan koperasi berprestasi yang bertahan selama satu dekade lebih, dan

pernah meraih predikat sebagai koperasi terbaik tingkat nasional. Waktu

penelitian dilakukan dimulai pada bulan Januari sampai dengan bulan Februari

2011.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada

pihak pengurus koperasi dan pengisian kuisioner kepada responden. Data

sekunder diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku yang relevan dengan

topik yang diteliti. Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa

pertanyaan kepada pihak pengurus koperasi. Data sekunder pada penelitian ini

diperoleh dari studi kepustakaan serta penelusuran dari penelitian terdahulu,

atapun mencari informasi dari website yang berkaitan dengan penelitian ini.

4.3. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dari anggota dilakukan dengan cara

convinience sampling dimana peneliti memiliki kebebasan untuk memilih siapa saja yang mereka temui. Metode ini dipilih berdasakan keadaan lapang, dimana

anggota yang merupakan karyawan PT Inalum dengan segala kesibukannya sulit

untuk ditemui, jadi setiap anggota yang ditemui baik yang sedang melakukan

transaksi di unit usaha toko ataupun yang langsung ditemui di rumah-rumah akan

menjadi responden pada penelitian ini. Responden pada penelitian ini bersifat

homogen, karena sebagian besar anggota Kokalum merupakan karyawan PT

Inalum dan memiliki karakteristik yang sama. Banyaknya responden yang

diambil sebanyak 60 orang karena pendapat Gay dalam Umar (2003), ukuran

(39)

Responden merupakan anggota Kokalum yang sedang melakukan transaksi di unit

usaha toko dan yang bertempat tinggal di kawasan Perumahan Karyawan PT

Inalum. Pengambilan sampel dan wawancara dilakukan selama bulan Januari

sampai dengan Februari 2011.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif

mengenai gambaran umum pelaksanaan kinerja Kokalum yang akan dianalisis

secara deskriptif. Data kuantitatif dengan menggunakan análisis gap, IPA dan

CSI.

4.4.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif memberikan informasi mengenai sekumpulan data dan

gagasan untuk keperluan análisis selanjutnya meliputi, upaya penelusuran dan

pengungkapan informasi dari anggota. Analisis deskriptif digunakan untuk

mengindentifikasi karakteristik umum anggota Koperasi Karyawan Inalum,

Tanjung Gading, Kabupaten Batubara, Sumatra Utara dari hasil pengisian

kuisioner. Data yang diperoleh untuk ditabulasikan ke dalam bentuk tabel.

4.4.2. Atribut-atribut Kepuasan Anggota Koperasi

Mutu jasa diukur secara kuantitatif dalam bentuk kuisioner yang

pertanyaannya berasal dari dimensi-dimensi mutu jasa (Umar 2003).

Atribut-atribut yang digunakan berdasarkan dimensi-dimensi kualitas jasa, yaitu:

1. Tangibles, atau bukti fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pelanggan. Penampilan dan kemampuan

sarana dan prasarana fisik serta keadaan lingkungan sekitar koperasi adalah

bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa yang meliputi:

gedung, teknologi yang digunakan serta penampilan pegawainya. Pada

koperasi atribut-atribut pada dimensi ini bisa juga digunakan untuk mengkur

kualitas pelayanan, antara lain:

1) Pakaian seragam karyawan: karyawan koperasi sebaiknya memakai

pakaian seragam dalam memberi pelayanan kepada anggota, karena selain

memberikan nilai estetika juga merupakan identitas yang dimiliki oleh

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Tingkat Kepuasan Anggota  Koperasi  Karyawan  Inalum,  Tanjung  Gading,  Kabupaten  Batubara,  Sumatera Utara
Tabel 3. Kriteria Nilai Costumer Satisfaction Index (CSI)
Tabel  12.  Hasil  Perhitungan  Nilai  Rata-rata  Kepentingan  dan  Kinerja  Dimensi
Gambar 2. Digram Kartesius Importance Performance Analysis
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian dilihat dari manfaat sosial yang dirasakan anggota koperasi adalah terjalinnya hubungan baik dengan sesama anggota maupun pengurus, kepuasan terhadap

kesempatan ini penulis mengangkat topik ini dengan judul ” Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Anggota Yang Menggunakan Jasa Koperasi Pada Koperasi

Berkat rahmat dan hidayah-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan Anggota (Studi Pada Koperasi

Fenomena / fakta keluhan Anggota terhadap pelayanan di Koperasi Swadharma BNI Cianjur yang bersumber dari angket yang dibagikan kepada anggota sebelum dilaksanakan RAT

Dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja karyawan mempengaruhi kepuasan anggota pada Koperasi Karyawan Angkasa Pura Supadio Pontianak tetapi kinerja bukan merupakan

Partisipasi anggota dalam pelayanan yang diberikan oleh koperasi akan. terwujud jika terjalin kesesuaian antara anggota, program dan organisasi

South Pacific Viscose mengenai kinerja pelayanan manajemen Koperasi dengan cara melayani kebutuhan setiap anggota koperasi seoptimal mungkin agar dapat menimbulkan

Berdasarkan indikator yang digunakan untuk mengukur bagaimana kualitas pelayanan yang dilakukan dalam upaya meningkatkan kepuasan anggota maka dapat dikatakan bahwa kualitas pelayanan