• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Limbah Pendederan Ikan Lele (Clarias sp.) untuk Pendederan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan Gurame (Osphronemus goramy Lac.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Limbah Pendederan Ikan Lele (Clarias sp.) untuk Pendederan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan Gurame (Osphronemus goramy Lac.)"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN LIMBAH PENDEDERAN IKAN LELE (

Clarias

sp.)

UNTUK PENDEDERAN IKAN NILA (

Oreochromis niloticus

) DAN

IKAN GURAME (

Osphronemus goramy

Lac.

)

ACHMAD RIZKI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Limbah Pendederan Ikan Lele (Clarias sp.) untuk Pendederan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan Gurame (Osphronemus goramy Lac.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ACHMAD RIZKI. Pemanfaatan Limbah Pendederan Ikan Lele (Clarias sp.) untuk Pendederan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan Gurame (Osphronemus goramy Lac.). Dibimbing oleh DADANG SHAFRUDDIN dan RIDWAN AFFANDI

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pemanfaatan limbah pendederan ikan lele untuk pendederan ikan nila dan ikan gurame pada sistem pendederan terintegrasi. Pada pendederan terintegrasi limbah dari pendederan ikan lele di bak semen dimanfaatkan untuk pendederan ikan nila (NI) dan gurame (GI) di kolam tanah. Sebagai pembanding (kontrol) di kolam tanah lain dipelihara ikan nila (NK) dan gurame (GK) yang diberi pakan buatan. Padat penebaran ikan lele, nila, dan gurame masing-masing adalah 2000 ekor/m3, 24 ekor/m2, 10 ekor/m2. Ikan lele, nila, dan gurame yang digunakan masing-masing berukuran 0,94 g, 1,21 g, dan 0,22 g. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa limbah pendederan lele yang dihasilkan oleh biomassa lele 644,67 g/m2 pada awal hingga 1399,58 g/m2 pada akhir penelitian dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan ikan nila dan gurame. Hingga hari ke-22 ukuran ikan tetap sama pada pendederan sistem integrasi dan kontrol, sedangkan pada hari ke-28 laju pertumbuhan NI lebih rendah 1,92% dibanding NK, sedangkan pada GI lebih rendah 0,78% dibanding GK. Nilai kelangsungan hidup NI lebih rendah 6,03% dibanding NK, sedangkan pada GI lebih rendah 0,51%dibanding GK.

Kata kunci : limbah, pemanfataan, pertumbuhan, nila, gurame.

ABSTRACT

ACHMAD RIZKI. Utilization of rearing Catfish (Clarias Sp.) Waste for Rearing Tilapia (Oreochromis niloticus) and Giant Goramy (Osphronemus goramy Lac.). Supervised by DADANG SHAFRUDDIN and RIDWAN AFFANDI

This research was aimed to study the utilization of catfish waste for tilapia and giant goramy in an integrated rearing system. In the research, waste from catfish rearing in cemented tank was utilitized for tilapia (NI) and giant goramy (GI) rearing in an earthen pond as integrated rearing. To compare (as a control) in another earthen pond, tilapia (NK) and giant goramy (GK) were reared and fed with artificial feed. Catfish, tilapia and giant goramy stocking density was 2000 fish/m3, 24 fish/m2, 10 fish/m2 respectively. Catfish, tilapia and giant goramy which used had been measured and each size were 0.94 g, 1.21 g, and 0.22 g. The research showed that The wastes produced by the catfish biomass of 644.67 g/m2 at initial and 1399.58 g/m2 at harvest could be used to grow tilapia and giant goramy. Until day 22 fish size remains the same at integrated rearing system and control, while at day 28, the growth rate of NI 1.92% lower than NK, whereas the GI lower 0.78% compared to GK. Survival rate of NI was 6.03% lower than NK, while GI was 0.51% lower than GK.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

PEMANFAATAN LIMBAH PENDEDERAN IKAN LELE (

Clarias

sp.)

UNTUK PENDEDERAN IKAN NILA (

Oreochromis niloticus

) DAN

IKAN GURAME (

Osphronemus goramy

Lac.)

ACHMAD RIZKI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi: Pemanfaatan Limbah Pendederan Ikan Lele (Clarias sp.) untuk Pendederan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan Gurame (Osphron ernus goramy Lac.)

Nama : Achmad Rizki

NIM : C14090061

Disetujui oleh

If Dadang Shafruddin, MSi DEA

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Tanggal Lulus:

(8)

Judul Skripsi : Pemanfaatan Limbah Pendederan Ikan Lele (Clarias sp.) untuk Pendederan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan Gurame (Osphronemus goramy Lac.)

Nama : Achmad Rizki

NIM : C14090061

Disetujui oleh

Ir Dadang Shafruddin, MSi Pembimbing I

Dr Ir Ridwan Affandi, DEA Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei sampai Juni 2013 dengan judul Pemanfaatan Limbah Pendederan Ikan Lele (Clarias sp.) untuk Pendederan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan Gurame (Osphronemus goramy Lac.).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Bapak Ir. Dadang Shafruddin, MSi dan Dr. Ir. Ridwan Affandi, DEA selaku pembimbing, Dr. Ir. Kukuh Nirmala, MSc sebagai pembimbing akademik. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih pula kepada kang Abe, Bu Siti, Bang Aris, Mba Retno yang telah membatu dalam menguji beberapa parameter di laboratorium. Tidak lupa pula penulis menyampaikan terima kasih kepada Ferdianto yang banyak membantu dan menemani dalam suka duka selama penelitian dan Udin yang membantu dalam teknis di lapang. Tidak lupa pula penulis ucapkan terimakasih kepada teman-teman sistekers, malingers, LKI, lab nutrisi, pondok sahabat grup, cibalagung grups, alays grup, the others, m2g, teman-teman BDP 45, 46, dan 47, dan seluruh teman yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah kali ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

METODE ... 2

Rancangan Percobaan ... 2

Prosedur Penelitian ... 2

Analisis Data ... 4

Prosedur Analisis Data ... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8

Hasil ... 8

Pembahasan ... 17

KESIMPULAN DAN SARAN ... 21

Kesimpulan ... 21

Saran ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 21

LAMPIRAN ... 23

(11)
(12)

DAFTAR TABEL

1 Parameter fisika kimia air ... 6

2 Kisaran parameter fisika kimia air pada media budidaya ... 8

3 Analisis plankton pada media budidaya pada awal, pertengahan dan akhir penelitian. ... 9

4 Kebiasaan makan ikan nila... 10

5 Pilihan makanan ikan nila integrasi terhadap plankton... 10

6 Hasil uji identifikasi bakteri ... 12

7 Biomassa ikan pada awal dan akhir penelitian ... 15

8 Rekapitulasi hasil ... 17

DAFTAR GAMBAR

1 Skema percobaan ... 2

2 Kelangsungan hidup NK (nila kontrol), NI (nila integrasi), GK (gurame kontrol), GI (gurame integrasi), dan ikan lele selama penelitian ... 11

3 Kematian ikan lele selama penelitian ... 11

4 Panjang ikan nila (Oreochromis niloticus) selama penelitian... 12

5 Panjang ikan gurame(Osphronemus gouramy Lac.). ... 13

6 Pertumbuhan panjang ikan nila (Oreochromis niloticus.), ikan gurame (Osphronemus goramy Lac.), dan ikan lele (Clarias sp.) selama penelitian ... 13

7 Bobot ikan nila (Oreochromis niloticus.) selama penelitian. ... 14

8 Bobot ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.) selama penelitian. ... 14

9 Laju pertumbuhan bobot harian ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan gurame (Osphronemus goramy Lac), dan ikan lele (Clarias sp.) selama penelitian ... 15

10 Jumlah nitrogen yang terbuang oleh ikan lele integrasi ... 16

11 Aliran nitrogen (N) pada budidaya dengan pendederan lele (a), sistem integrasi (b), dan pendederan nila dan gurame (c) ... 16

12 Efisiensi penyerapan nitrogen pada kedua sistem. ... 17

DAFTAR LAMPIRAN

1 Prosedur pengukuran total nitrogen ... 23

2 Analisis statistik (Uji-t) ... 24

3 Perhitungan aliran nitrogen ... 28

4 Data kualitas air... 30

(13)
(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perikanan budidaya terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan ikan sebagi sumber protein. Ikan lele, nila, dan gurame merupakan komoditas air tawar yang biasa dibudidayakan oleh petani. Peningkatan produksi ikan nila di Indonesia dari tahun 2008 hingga 2012 mencapai 24,38% dengan nilai 684.400 ton pada tahun 2012 (KKP 2013). Ikan gurame merupakan primadona ikan air tawar, pada tahun 2008-2012 produksi ikan gurami meningkat sebesar 17,59% dengan nilai 69.500 ton pada tahun 2012 (KKP 2013). Ikan lele juga merupakan komoditas utama Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Produksi ikan lele selalu meningkat pada tiap tahunnya, pada tahun 2008 berjumlah 114.372 ton, dan pada tahun 2012 yaitu 407.700 ton dengan kenaikan rata-rata 38,53% (KKP 2013).

Ikan lele merupakan komoditas yang dipelihara secara intensif (Yi et al. 2003). Budidaya intensif, yakni menebar benih dengan kepadatan tinggi disertai dengan pemberian pakan buatan yang berprotein tinggi. Pada budidaya ikan lele intensif, ikan lele hanya dapat meretensi protein dari pakan sekitar 31,84%-35,15% (Gunadi 2012) dan sisanya terbuang menjadi limbah budidaya dalam bentuk produk ekskresi, residu pakan, dan feses. Menurut Lin dan Diana (1995) metabolit dan sisa pakan dari kegiatan budidaya ikan lele intensif dapat menumbuhkan fitoplankton dan zooplankton yang dapat dimanfaatkan oleh ikan filter feeder.

Ikan nila merupakan ikan omnivora yang cenderung herbivora. Menurut Eliazar (1979) benih nila ukuran 3-5 cm memakan Navicula sp, Diatoma sp, Scenedesmus sp, Rotifera sp, Synedra sp, dan Anabaena sp. Sedangkan benih-benih gurame lebih memilih larva insekta, crustacea, dan zooplankton. Setelah beberapa bulan benih gurame memakan tumbuhan air lunak (Susanto 2009).

Menurut Yi et al.(2003) pada budidaya ikan lele yang terintegrasi dengan ikan nila, ikan nila mendapatkan nutrien dari pemanfaatan pakan alami yang diperoleh dari limbah budidaya ikan lele. Sistem integrasi (budidaya ikan nila yang memanfaatkan limbah dari komoditas utama dan tanpa pemberian pakan buatan) dapat menekan biaya produksi, dikarenakan biaya pakan dapat mencapai 40-70% dari biaya produksi (Surawidjaja 2006), sistem integrasi ini diharapkan dapat menambah keuntungan usaha budidaya ikan lele. Sistem integrasi ini menciptakan budidaya yang ramah lingkungan, dikarenakan limbah dari komoditas utama ditransformasikan menjadi pakan alami yang dapat dimanfaatkan oleh ikan nila, dan air yang telah tereduksi limbahnya dapat digunakan kembali oleh komoditas utama (ikan lele).

(15)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pemanfaatan limbah pendederan ikan lele untuk pendederan ikan nila dan ikan gurame.

METODE

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah uji komperasi dengan dua perlakuan. Perlakuan pertama yaitu pendederan benih ikan nila (NK) dan ikan gurame (GK) yang dilakukan seperti petani pada umumnya (Kontrol) yaitu dipupuk dan diberi pakan. Perlakuan kedua berupa pendederan nila (NI) dan gurame (GI) yang terintegrasi dengan pendederan lele membentuk sistem resirkulasi pada sistem ini limbah pendederan lele dialirkan ke kolam nila dan gurame, perlakuan ini merupakan modifikasi dari Yi et al. 2003 dan Lin 1995. Ilustrasi penempatan perlakuan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Skema percobaan

Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah

(16)

3 Wadah pemeliharaan lele berupa bak tembok. Sebelum ditebari ikan, dinding-dinding bak disikat dan diberi desinfektan klorin dengan dosis 20 mg/L dilanjutkan dengan pengeringan dan pengisian air kembali dengan air yang berasal dari kolam tanah tempat pemeliharaan nila dan gurame. Setelah itu pompa air yang mengisi bak dijalankan terus menerus dengan debit air sebesar 1,5 lpm/m3 dan limpasan air dikembalikan ke kolam pemeliharaan ikan sehingga terjadi integrasi antara bak dan kolam melalui sirkulasi air dari bak ke kolam.

Penebaran

Benih lele yang digunakan pada penelitian ini adalah benih yang memiliki panjang dan bobot rata-rata masing-masing sebesar 4,42 ± 0,26 cm dan 0,94 ± 0,14 g, dengan padat penebaran 2000 ekor/m3. Ikan nila memiliki panjang dan bobot rata-rata 4,12 ± 0,34 cm dan 1,21 ± 0,34 g dengan padat tebar 24 ekor/m2 dan ikan gurame 1,91 ± 0,05 cm dan 0,22 ± 0,05 g dengan padat tebar 10 ekor/m2. Penebaran dilakukan pada sore hari dan dilakukan aklimatisasi suhu ±15 menit.

Pemberian Pakan

Selama pemeliharaan, pakan yang diberikan berupa pakan apung komersil berkadar protein 35,47% untuk ikan lele dan pakan yang berkadar protein 28,57% untuk ikan nila. Pada pendederan lele frekuensi pemberian pakan empat kali sehari, yaitu pukul 08.00, 12.00, 16.00, dan 20.00 WIB dengan pemberian pakan secara ad satiation. Pada kontrol ikan nila di berikan pakan 3 kali sehari dengan Feeding Rate 10% pada awal percobaan hingga hari ke-7 dan 5% pada hari ke-8 hingga akhir percobaan.

Pengelolaan Kualitas Air

Pada perlakuan integrasi air di bak pemeliharaan mendapatkan pengaliran air yang kontinyu dari kolam pemeliharaan nila dan gurame dengan debit air 1,5 lpm/m3air bak. Selanjurnya air yang mengandung limbah dikembalikan ke kolam lele dan gurame secara gravitasi, sehingga diharapkan terbentuk suatu pemelihararn sistem resirkulasi dengan kolam nila dan gurame berperan sebagai biofilter. Setiap minggu air di dalam bak dikuras, hingga tidak ada kotoran yang mengendap di dasar, kemudian digantikan dengan air baru dari kolam nila dan gurame.

(17)

4

Pengamatan

Setiap minggu dilakukan pengukuran ikan untuk mendapatkan data panjang dan bobot ikan, serta pengamatan bakteri pada ikan yang terserang penyakit. Pengukuran kualitas air yang mencakup kekeruhan, pH, alkalinitas, DO, TAN, nitrit, nitrat, dan ortophospat yang dilakukan setiap minggu. Pengukuran dilakukan pada pukul 09.00 WIB, sedangkan untuk suhu pengukuran setiap hari pada pukul 07.00, 12.00, 16.00 dan 20.00 WIB. Selain itu juga dilakukan pengamatan cuaca jika terjadi hujan turun selama pemeliharaan. Pengamatan plankton dilakukan pada awal, tengah, dan akhir pemeliharaan, sedangkan analisis isi lambung dilakukan pada hari ke-21. Proksimat total nitrogen dilakukan pada pakan lele, pakan nila, ikan lele, nila, dan gurame pada awal percobaan dan akhir percobaan, prosedur proksimat total nitrogen dapat dilihat pada Lampiran 1.

Identifikasi bakteri patogen menggunakan ikan lele yang sudah terserang penyakit yang dicirikan adanya luka borok di sekitar tubuh ikan. Sebelum indentifikasi bakteri terlebih dahulu disiapkan cawan petri dan media TSA (Trypticase Soy Agar). Media TSA dibuat dari 4 gram TSA yang dicampurkan dengan 100 mL akuades steril dan selanjutnya dipanaskan hingga media tersebut larut. Kemudian dimasukan ke cawan petri atau tabung dan disterilkan di autoklaf pada suhu 120 0C selama 15 menit. Lalu dinginkan hingga media mengeras.

Identifikasi dilakukan pada ikan yang mati (segar) yaitu dengan menempelkan kawat ose pada luka borok dan ginjal ikan lele, lalu digoreskan pada media TSA. Selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang, kemudian diamati koloni bakteri yang tumbuh pada media TSA keesokan harinya.

Analisis Data Parameter Biologis

Parameter biologis ikan yang diukur selama pemeliharaan adalah kelangsungan hidup, bobot ikan , laju pertumbuhan bobot harian, panjang ikan dan, pertumbuhan panjang.

Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup dihitung dengan menggunakan rumus Effendie (1997), yaitu :

Keterangan : Kelangsungan hidup = Derajat kelangsungan hidup (%)

No = Jumlah pada ikan awal percobaan (ekor) Nt = Jumlah ikan pada akhir percobaan (ekor)

Pertumbuhan Panjang

(18)

5

Keterangan : Lo = Panjang rata-rata ikan pada awal percobaan (cm) Lt = Panjang rata-rata ikan pada waktu t (cm)

Laju Pertumbuhan Bobot Harian

Laju pertumbuhan bobot harian ikan yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus Huisman (1987):

√ ̅̅̅̅

̅̅̅̅̅

Keterangan :

LPH = Laju pertumbuhan harian (%/hari)

̅̅̅̅̅ = Berat pada awal percobaan (g)

̅̅̅̅ = Berat pada akhir waktu t percobaan (g) t = Lama pemeliharaan (hari)

Retensi Nitrogen

Retensi nitrogen dihitung dengan menggunakan rumus Rohmana (2009), yaitu:

Retensi nitrogen(%) =

Keterangan : = Jumlah nitrogen ikan pada awal percobaan (g) = Jumlah nitrogen ikan pada akhir percobaan (g)

= Jumlah nitrogen pakan yang diberikan pada ikan (g)

Efisiensi nitrogen

Efisiensi nitrogen dihitung dengan menggunakan rumus (Rohmana 2009): Efisiensi nitrogen (%) pendederan integrasi =

Efisiensi nitrogen (%) pendederan kontrol =

Keterangan:

Nlele = jumlah nitrogen yang diretensi ikan lele (g) Nnila = jumlah nitrogen yang diretensi ikan nila (g) Ngurame = jumlah nitrogen yang diretensi ikan gurame (g) Npakan = jumlah nitogen pakan yang diberikan pada ikan (g)

Fisika Kimia Air

(19)

6

Tabel 1 Parameter fisika kimia air

Parameter Satuan Peralatan Metode pengukuran Waktu pengukuran

Suhu oC Thermometer In Situ Setiap Hari

Kekeruhan Ntu Turbidimeter Eks situ Satu minggu sekali DO mg/l DO meter In Situ Satu minggu sekali

pH pH meter Eks situ Satu minggu sekali

Alkalinitas mgCaCO3/l eq Titrasi Eks situ Awal, tengah, akhir TAN mg/l Spektrometer Eks situ Satu minggu sekali Nitrit mg/l Spektrometer Eks situ Satu minggu sekali Nitrat mg/l Spektrometer Eks situ Satu minggu sekali Ortophosphat mg/l Spektrometer Eks situ Satu minggu sekali

Identifikasi Plankton

Metode pengamatan plankton menggunakan Sedgwick-Rafter, mikroskop, dan buku identifikasi plankton (Needham dan Needham 1962). Sedgwick-Rafter Cell adalah suatu alat yang memiliki ukuran panjang 50 mm, lebar 20 mm, dan tinggi 1 mm (Odum 1971). Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan menggunakan plankton net dengan mess size 30 mikron.

Kelimpahan Plankton

Nilai kelimpahan plankton dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Odum 1971).

Keterangan: N = Jumlah Plankton (sel/l) Vd = Volume air yang disaring (l) Vt = Volume air tersaring (ml)

Vs = Volume air pada Sedgwick-Rafter Cell (ml) Fp = Faktor pengenceran

n = Jumlah jenis plankton (sel)

Indeks Dominansi

Nilai indeks dominansi (Odum 1971) digunakan untuk mengetahui ada tidaknya genus tertentu yang mendominasi suatu komunitas. Nilai indeks dominansi Simpson dihitung dengan rumus :

∑ ( )

Keterangan: c = Indeks dominansi Simpson ni = Jumlah jenis ke-i

N = Jumlah total individu S = Jumlah taksa/jenis

(20)

7

Indeks Keragaman

Penentuan tingkat keragaman organisme fitoplankton digunakan indeks keanekaragaman Shannon-weaner (Odum 1971):

Keterangan: H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Weaner Pi = ni/N

ni = Jumlah individu genus ke-i N = Jumlah total individu n = Jumlah genus

i = 1,2,3,...,n

Analisis Kebiasaan Makanan Ikan

Analisis kebiasaan makan ikan dilihat dari isi lambung palsu ikan nila. Analisis ini menggunakan metode index of Preponderance (Indek Bagian Terbesar) (Effendie 1997)dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan : Vi = Persentase volume satu macam makanan

Oi = Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan

= Jumlah Vi x Oi dari semua macam makanan

IP = Index of Preponderance

Penentuan Indeks Pilihan

Analisis ini menggunakan metode index of Electivity (Indeks Pilihan) (Effendie 1997) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan : ri = Jumlah relatif macam-macam organisme yang dimakan pi = Jumlah relatif macam organisme dalam perairan

E = Indeks pilihan

Prosedur Analisis Data

(21)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Fisika Kimia Air

Fisika kimia air yang diamati yaitu suhu, kekeruhan, pH, alkalinitas,DO, amonia, nitrit, nitrat, dan ortophospat. Berikut merupakan kisaran nilai kualitas air dari beberapa parameter yang diuji pada media budidaya yang disajikan pada Tabel 2 dan Lampiran 4.

Tabel 2 Kisaran parameter fisika kimia air pada media budidaya

Parameter Satuan NK NI Lele

Suhu oC 29,9 ± 2,2 (26-34)

29,9 ± 2,2 (26-34)

29,3 ± 2 (25-33) Kekeruhan ntu 76 ± 12

(61-88)

82 ± 26 (47-110)

52 ± 10 (30-66)

pH 7,42-7,62 7,55-8,08 7,28-7,75

Alkalinitas mg/l CaCo3 195 ± 40 (152-232)

181 ± 37 (152-232)

-

DO mg/l 4,49 ± 2,22 (2,4-7,6)

5,18 ± 2,23 (3,2-8,1)

3,81 ± 2,13 (1-7,7) TAN mg/l 0,93 ± 1,23

(0,26-3,11)

0,86 ± 0,88 (0,10-2,32)

1,32 ± 1,09 (0,26-3,27) Amonia mg/l 0,03 ± 0,04

(0,005-0,09)

0,05 ± 0,04 (0,003-0,11)

0,04 ± 0,04 (0,006-0,11) Nitrit mg/l 0,70 ± 0,84

(0,04-1,86)

0,46 ± 0,40 (0,05-1,00)

-

Nitrat mg/l 0,51 ± 0,70 (0,096-1,75)

0,40 ± 0,53 (0,09-1,32)

-

Ortophospat mg/l 0,83 ± 0,25 (0,61-1,14)

0,61 ± 0,31 (0,18-1,04)

-

Keterangan : NK : air kolam nila kontrol NI: air kolam nila integrasi

Lele : air bak lele

Bedasarkan Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa nilai rataan suhu pada NK dan NI sama. Rataan kekeruhan pada media NI lebih tinggi dibanding NK. Kisaran pH tertinggi terdapat pada NK dan terendah pada media lele yaitu. Rataan alkalinitas, DO, nitrit, nitrat, dan ortophospat NK lebih tinggi dibanding NI. Rataan TAN pada NI lebih rendah dibandingkan dengan NK.

Analisis Plankton

(22)

9 Tabel 3 Analisis plankton pada media budidaya pada awal, pertengahan dan akhir

penelitian.

0rganisme Nila Kontrol Nila Integrasi Δ Ratarata -Awal Tengah Akhir Rata

rata Awal Tengah Akhir Rata

rata Fitoplankton

Pediastrum sp 53550 81525 15625 50233 62525 85850 42175 63517 13283

Scenedesmus sp 32150 22450 13500 22700 26575 61150 160500 82742 60042

Asterococus sp 11775 1375 2100 5083 11375 3300 550 5075 -8

Chlorella sp 6325 1150 7500 4992 2300 6025 4250 4192 -800

Tetraedron sp 2275 2275 300 1617 5375 425 475 2092 475

Oocystis sp 1100 0 500 533 1025 675 500 733 200

Navicula sp 50 0 50 33 125 225 300 217 183

Actinastrum sp 550 575 2650 1258 0 8400 1300 3233 1975

0scillatoria sp 200 500 0 233 325 0 0 108 -125

Westela sp 0 28583 22145 16909 0 61225 26265 29163 12254

Colastrum sp 0 2850 0 950 0 0 0 0 -950

Phacuss p 50 50 4400 1500 75 50 1325 483 1017

Spirulina sp 0 0 0 0 0 0 175 58 58

Kelimpahan Fitoplankton

(sel/l) 108025 141333 68770 106043 109700 227325 237815 191613 85571 Indeks

Dominansi 0,3502 0,3997 0,2123 0,3208 0,3972 0,2898 0,4995 0,3955 0,0747 Indeks

Keragaman 1,2900 1,2298 1,3706 1,2968 1,2013 1,3915 0,9979 1,1969 -0,1 Zooplankton

Moina sp 158 19 60 79 109 23 0 44 -35

Branchionus sp 331 56 1975 787 335 26 200 187 -600

Nauplius sp 154 71 1875 700 816 147 750 571 -129

Cyclop sp 45 267 1850 721 162 542 1000 568 -153

Insekta 0 0 50 17 0 0 0 0 -17

Kelimpahan Zooplankton

(sel/l) 688 414 5810 2304 1.421 737 1950 1370 -934 Indeks

Dominansi 0,3384 0,4671 0,3213 0,3756 0,4038 0,5816 0,4214 0,4689 0,0933 Indeks

Keragaman 1,2037 0,9981 1,1844 1,1287 1,1034 0,7735 0,9435 0,9401 -0,188

Keterangan : Δ Rata-rata adalah selisih antara rata-rata nila integrasi dengan nila kontrol.

Berdasarkan Tabel 3 diatas kelimpahan fitoplankton nila integrasi lebih tinggi 85571 sel/l dibandingkan dengan nila kontrol.

Komposisi Makan Ikan Nila

(23)

10

Tabel 4 Kebiasaan makan ikan nila

No Jenis IP (%)

Nila kontrol Nila integrasi Δ 1. Actinastrum sp 0,0094 0,2077 0,1983 2. Asterococcus sp 0,0006 0,0000 -0,0006 3. Chlorella sp 0,5852 6,3713 5,7861 4. Coelastrum sp 0,0012 0,0089 0,0078 5. Detritus 0,0000 21,4056 21,4056 6. Navicula sp 0,0877 0,5715 0,4837 7. Osilatoria sp 0,0000 0,0176 0,0176 8. Oocytis sp 0,0042 0,0030 -0,0012 9. Pediastrum sp 0,0458 2,6527 2,6069 10. Pelet 92,5828 0,0000 -92,5828 11. Phacus sp 0,0002 0,0000 -0,002 12. Scenedesmus sp 3,2394 68,4010 65,1616 13. Spirogyra sp 0,0704 0,2396 0,1693 14. Tetraedron sp 0,0017 0,0960 0,0944 15. Tumbuhan air 3,3715 0,0127 -3,3588 16. Westela sp 0,0000 0,0123 0,0123

Keterangan : Δ adalah selisih antara nila integrasi dengan nila kontrol

Indeks Pilihan Makanan Ikan Nila Integrasi

Berikut merupakan tabel 5 indeks pilihan makanan ikan nila integrasi terhadap fitoplankton

Tabel 5 Pilihan makanan ikan nila integrasi terhadap plankton No Jenis fitoplankton pi (%) ri (%) E (%)

1 Actinastrum sp 2,09 0,26 -0,78 2 Asterococus sp 0,83 0,00 -1,00 3 Chlorella sp 2,21 8,11 0,57 4 Coelastrum sp 0,00 0,01 1,00 6 Navicula sp 0,11 0,73 0,73 7 Oocystis sp 0,25 0,00 -0,97 8 Oscillatoria sp 0,00 0,02 1,00 9 Pediastrum sp 27,52 3,38 -0,78 10 Phacussp 0,30 0,00 -1,00 11 Scenedesmus sp 47,65 87,04 0,29 12 Spirogyra sp 0,00 0,30 1,00 13 Spirulina sp 0,04 0,00 -1,00 14 Tetraedron sp 0,19 0,12 -0,23 15 Westela sp 18,81 0,02 -1,00

Total 100 100

(24)

11 Bedasarkan tabel 6 diatas bahwa Actinastrum sp, Asterococus sp, Oocystis sp, Pediastrum sp, Phacuss sp, Spirulina sp, Tetraedron sp, Westela sp.Memiliki nilai indeks pilihan kurang dari 0.

Kelangsungan Hidup

Perlakuan nila kontrol memiliki nilai kelangsungan hidup yang lebih tinggi 6,03% dibandingkan nilai kelangsungan hidup nila integrasi, sedangkan pada gurame hilai ini relatif sama, gurme kontrol lebih tinggi 0,51%. Kelangsungan hidup yang lebih rendah terjadi pada lele yaitu 35,62%. (Gambar 2)

Gambar 2 Kelangsungan hidup NK (nila kontrol), NI (nila integrasi), GK (gurame kontrol), GI (gurame integrasi), dan ikan lele selama penelitian

Kematian ini akibat adanya serangan penyakit pada awal-awal pemeliharaan yang diikuti dengan kematian mulai dari hari ke 5 hingga hari ke 18 (Gambar 3)

Gambar 3 Kematian ikan lele selama penelitian

Identifikasi Bakteri Patogen

Berikut merupakan hasil uji identifikasi bakteri yang diambil dari luka borok ikan lele.

85,97

79,94

96,94 96,43

35,62 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

NK NI GK GI Lele

K e lan g su n g an h id u p ( % ) 0 10 20 30 40 50 60

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829

M o rtali tas le le (% )

Waktu pemeliharaan (hari ke-)

(25)

12

Tabel 6 Hasil uji identifikasi bakteri

Jenis Uji Identifikasi Luka Borok

Pewarnaan gram Negatif

Bentuk koloni Basil

Oksidatif Fermentatif Fermentatif

Katalase Positif

Oksidase Positif

Motilitas Positif

Jenis bakteri Aeromonas hydrophila

Berdasarkan hasil uji identifikasi jenis bakteri yang didapatkan adalah Aeromonas hydrophila yang menyebabkan penyakit Motile Aeromonas Septicemia.

Panjang Ikan

Panjang ikan pada saat penebaran rata-rata 4,12 ± 0,34 cm Setelah melewati masa pemeliharaan meningkat menjadi 7,15 ± 1,21 pada kontrol dan 6,05 ± 0,69 pada integrasi. Panjang ikan integrasi dengan nila kontrol hingga hari ke-22 tidak berbeda (P>0.05). Perbedaan baru terlihat pada akhir penelitian, yakni nila kontrol lebih panjang dibanding nila integrasi (P<0.05) (Gambar 4).

.

Gambar 4 Panjang ikan nila (Oreochromis niloticus) selama penelitian

Panjang ikan gurame (Osphronemus goramy Lac.) disajikan pada Gambar 5 dan Lampiran 2.

4,12

5,09 5,62

6,21

7,15

4,12

5,03 5,36

6,01 6,05

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00

1 8 15 22 29

Pan

ajn

g

r

ata

-r

ata

(c

m

)

Waktu pemeliharaan (hari ke-)

Nila kontrol Nila integrasi

(26)

13

Gambar 5 Panjang ikan gurame(Osphronemus gouramy Lac.).

Panjang gurame kontrol dan integrasi tersebut tidak berbeda pada hari ke-15,dan 29 (P>0.05). Perbedaan terlihat pada hari ke-8 dan 22 berbeda (P<0.05), yaitu gurame kontrol lebih panjang dengan panjang 2,88 ± 0,19 cm.

Pertumbuhan Panjang

Pertumbuhan panjang ikan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Pertumbuhan panjang ikan nila (Oreochromis niloticus.), ikan gurame (Osphronemus goramy Lac.), dan ikan lele (Clarias sp.) selama

penelitian

Berdasarkan Gambar 6 diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan panjang nila kontrol lebih tinggi 1,1 cm dibandingkan nila integrasi. Dan pertumbuhan panjang gurame kontrol lebih tinggi 0,18 cm dibandingkan gurame integrasi.

1,91

2,16 2,30

2,50

2,88

1,91

2,25 2,33

2,55 2,70

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50

1 8 15 22 29

Pan jan g r ata -r ata (c m )

Waktu pemeliharaan (hari ke-)

Gurame kontrol Gurame integrasi

a a

a

b

a a

a a

a b

3,03

1,93

0,97 0,79

4,05 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50

(27)

14

Bobot Ikan

Pada akhir penelitian ikan nila kontrol lebih berat dibanding nila integrasi (P<0.05), yakni berat nila kontrol dan nila integrasi masing-masing 6.92 ± 3,52 g dan 4.15 ± 1,14 g (Gambar 7 dan Lampiran 2)

Gambar 7 Bobot ikan nila (Oreochromis niloticus.) selama penelitian.

Bobot gurame (Osphronemus gouramy Lac.) disajikan pada Gambar 8 dan Lampiran 2. Pada awal pemeliharan bobot rata-rata benih 0.22 ± 0,05 meningkat menjadi 0,68 ± 0,15 g pada nila gurame kontrol dan 0,55 ± 0,17 g pada nila integrasi.

Gambar 8Bobot ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.) selama penelitian.

Berdasarkan analisis uji nilai tengah bobot gurame kontrol dan integrasi tidak berbeda pada hari ke-1, 15, dan 22 (P>0.05). Perbedaan terdapat pada hari ke-8 dan 29 (P<0.05).

Laju Pertumbuhan Bobot Harian

Laju pertumbuhan bobot harian nila maupun gurame pada kontrol lebih tinggi 1,92% pada nila dan 0,78% dibanding pada integrasi (Gambar 9).

1,21

2,52 3,38

4,41

6,92

1,21

2,24 2,65

3,85 4,15

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00

1 8 15 22 29

B o b o t rata -r ata (g)

Waktu Pemeliharaan (hari ke-) Nila kontrol Nila integrasi

a a

a a

a

b

a

a

a b

0,22

0,30 0,34

0,45

0,68

0,22

0,34 0,37

0,46 0,55 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00

1 8 15 22 29

B o b o t rat a -r at a (g)

Waktu pemeliharaan (hari ke-)

Gurame kontrol Gurame integrasi

a

a

a

(28)

15

Gambar 9 Laju pertumbuhan bobot harian ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan gurame (Osphronemus goramy Lac), dan ikan lele (Clarias sp.) selama penelitian

Biomassa

Biomassa pada pada penelitian kali ini diamati pada awal dan akhir percobaan dan dinyatakan dalam satuan berat per meter persegi (g/m2).

Tabel 7 Biomassa ikan pada awal dan akhir penelitian

Biomassa Nila kontrol Nila integrasi Gurame kontrol Gurame integrasi Lele

Awal 29,04 29,04 5,38 5,38 644,67

Akhir 142,84 79,56 15,70 12,65 1399,58

Δ 113,80 50,52 10,33 7,28 754,91

Keterangan : Δ adalah selisih antara biomassa akhir dengan biomassa awal Berdasarkan Tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa Δ biomassa nila dan gurame kontrol lebih tinggi 63,28 g/m2 dan 3,05 g/m2 dibandingkan dengan nila dan gurame integrasi.

Jumlah nitrogen

Jumlah nitrogen yang terbuang oleh ikan lele menurun drastis pada hari ke-12. Lalu mulai relatif meningkat secara fluktuatif pada hari ke 16 hingga hari ke-29.

6,46

4,54

4,03

3,25

6,43

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00

Nila kontrol Nila integrasi Gurame kontrol

Gurame integrasi

Lele

LP

H

(%

/h

ar

(29)

16

Gambar 10 Jumlah nitrogen yang terbuang oleh ikan lele integrasi

Efisiensi Nitrogen

Efisiensi nitrogen pada penelitian kali ini pada akhir pengamatan yaitu selama 29 hari. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 3. Berikut merupakan data efisiensi nitrogen yang didapatkan.

Gambar 11 Aliran nitrogen (N) pada budidaya dengan pendederan lele (a), sistem integrasi (b), dan pendederan nila dan gurame (c)

0 5 10 15 20 25

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Ju

m

lah

n

itr

o

g

e

n

(

g

r)

(30)
[image:30.595.102.495.51.838.2]

17

Gambar 12Efisiensi penyerapan nitrogen pada kedua sistem.

Berdasarkan Gambar 12 diatas dapat dilihat bahwa efisisensi nitrogen sistem integrasi lebih tinggi yaitu 52,86%.

Rekapitulasi

Berikut merupakan hasil rekapitulasi dari beberapa parameter sebagai perbandingan pada sistem kontrol dengan sistem integrasi yang disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Rekapitulasi hasil

No Parameter Sistem kontrol Sistem Integrasi Δ

NK GK NI GI NI GI

1. Kelimpahan fitoplankton (sel/l) 106.043 ± 36.322 191.613 ± 71.133 85570 2. Kelimpahan zooplankton (sel/l) 2.304 ± 3.040 1.370± 608 -973 3. Kebiasaan makan nila(%) Pelet 93 Fitoplankton 79 - 4. Retensi nitrogen(%) 48,34 2 13,13 0,77 -35,21 -1,23

5. Limbah nitrogen (%) 49,66 47,14 2,52

6. Efisiensi nitrogen(%) 50,34 52,86 2,52

7. Kelangsungan hidup (%) 85,97 96,94 79,94 96,43 -6,03 -0,51 8. Laju pertumbuhan harian(%) 6,46 4,03 4,54 3,25 -1,92 -0,78 9. Pertumbuhan panjang mutlak(cm) 3,03 0,97 1,93 0,79 -1,1 -0,18 10. Δ Biomassa /m2/ (g/m2) 113,80 10,33 50,52 7,28 -63,27 -3,05

Keterangan : Δ adalah selisih antara sistem integrasi dengan sistem kontrol.

Pembahasan

Kisaran suhu pada media pemeliharaan ikan nila berkisar antara 29,9 ± 2,2 o

C. Menurut Lawson (1995) kisaran suhu optimal untuk budidaya nila adalah 28-30 oC. Kisaran ini diluar batas optimum pada ikan namun kisaran tersebut masih dapat ditoleransi ikan. Suhu tertinggi terdapat pada siang hari yaitu pada pukul 14.00 dan 16.00 (Lampiran 4). Menurut Taufik (2012), perubahan suhu diakibatkan oleh perubahan suhu udara dan penetrasi sinar matahari. Kisaran pH

50,34 52,86

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

Kontrol Integrasi

E

fi

si

e

n

si

n

itr

o

g

e

n

(

%

(31)

18

tertinggi terdapat pada kolam nila kontrol yaitu 7,55-8,08 dan terendah pada media lele integrasi yaitu 7,28-7,75. Kisaran ini masih layak untuk budidaya. kisaran pH yang baik untuk budidaya adalah 6,5-9. Titik letal asam dan basa untuk ikan adalah ph 4 dan 11 (Boyd 1982).

Bedasarkan hasil alkalinitas yang didapat pada kolam kontrol berkisar 195 ± 40mg/l CaCO3. Pada kolam integrasi berkisar 181 ± 37mg/l. Menurut Effendi

(2003) Nilai alkalinitas yang baik berkisar antara 30-500 mg/l CaCO3. Maka

kisaran alkalinitas pada kolam selama pemeliharaan dalam kisaran yang baik. Kisaran nilai DO pada kolam nila kontrol lebih rendah dibandingkan kolam nila integrasi yaitu 5,18 ± 2,23 mg/l. Popma dan Lovshin (1996) dalam Maryam (2010) menyatakan bahwa ikan nila dapat bertahan hidup pada perairan dalam kadar oksigen terlarut (DO) lebih rendah dari 0.5 mg/l, namun DO minimum yang harus dipertahankan dalam pemeliharaan ikan nila harus lebih tinggi dari 3 mg/l. Swinge dalam Boyd (1990) menyatakan bahwa jika kadar oksigen terlarut kurang dari 0,3 mg/l dalam waktu yang lama akan menyebabkan ikan mati. Hal ini menunjukan bahwa kisaran DO masih layak.

Selama pemeliharaan nilai TAN dan amonia pada kolam nila kontrol relatif lebih stabil sedangkan pada kolam nila integrasi lebih berfluktuatif hal ini diduga dikarenakan adanya masukan limbah dari media pendederan lele. Amonia Bebas yang tidak terionisasi bersifat toksik terhadap organisme akuatik (Effendi 2003). Kisaran amonia pada nila integrasi lebih tinggi dibandingkan kolam nila kontrol yaitu 0,05 ± 0,04 mg/l. Menurut Effendi (2003) kadar amonia pada perairan tawar sebaiknya tidak lebih dari 0,02 mg/l. Jika kadar amonia bebas lebih dari 0,2 mg/l, perairan bersifat toksik bagi beberapa ikan (Sawyer dan McCarty 1978 dalam Effendi 2003). Maka kisaran amonia selama pemeliharaan masih dapat ditolerir oleh ikan. Kisaran amonia pada nila integrasi lebih besar dibandingkan kontrol hal ini diduga dikarenakan adanya masukan limbah dari pendederan lele.

Kisaran nitrit tertinggi selama pemeliharaan kali ini ialah 0,70 ± 0,84 mg/l. Kisaran nitrit ini masih dapat ditolerir oleh ikan. Menurut Effendi 2003 untuk budidaya, kadar nitrit 10 mg/l masih dapat ditolerir. Nitrat (NO3-N) adalah bentuk

utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil (Effendi 2003). Kisaran nitrat tertinggi terdapat pada media nila kontrol yaitu 0,51 ± 0,70 mg/l. Nitrat tidak bersifat toksik terhadap organisme akuatik (Effendi 2003). Menurut Boyd (1990) bahwa konsentrasi nitrat yang baik untuk budidaya berkisar 0,1-3 mg/l.

Nilai ortophospat pada kolam nila integrasi lebih rendah dibandingkan kolam nila kontrol yaitu 0,83 ± 0,25 mg/l. Hal ini diduga karena kelimpahan fitoplankton pada kolam integrasi lebih besar maka penyerapan ortophospat lebih besar pula. Menurut Edward dan Tarigan (2003), fosfat (PO4-P) dan nitrat (NO3

-N) merupakan zat hara yang dibutuhkan oleh fitoplankton untuk pertumbuhannya. Nilai nitrit, nitrat, dan ortophospat pada kolam nila integrasi lebih rendah dibandinkan kontrol hal ini diduga karena kelimpahan fitoplankton pada nila integrasi lebih tinggi maka pemanfaatan zat hara akan dibutuhkan lebih banyak.

(32)

19 integrasi memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol yang diduga dikarenakan kelimpahan plankton pada integrasi lebih tinggi 85571 sel/l dibandingkan kontrol. Kelimpahan fitoplankton pada nila integrasi lebih tinggi dikarenakan adanya masukan limbah dari pendederan lele yang kaya akan nutrien untuk tumbuhnya fitoplankton.

Limbah budidaya lele secara intensif efektif dalam menumbuhkan pakan alami, pakan alami ini akan dimanfaatkan oleh benih ikan yang bersifat filter feeder. Ikan nila lebih memanfaatkan fitoplankton dan sebagian detritus, sedangkan benih gurame lebih memanfaatkan zooplankton yang berada di perairan.

Menurut Tjahjo dan Purnamaningtyas (2006) makanan utama adalah kelompok makanan yang mempunyai nilai indeks preponderan lebih dari 25%, makanan pelengkap memiliki nilai indeks preponderan sebesar 5-25%, dan makanan tambahan adalah kelompok makanan yang mempunyai nilai indeks preponderan kurang dari 5%. Berdasarkan hasil yang didapatkan maka makanan utama pada ikan nila kontrol ialah pelet dengan nilai 92,58% dan sisanya merupakan makanan tambahan. Sedangkan pada kolam integrasi makanan utama ikan nila adalah Scenedesmus sp (68,40%), Scenedesmus sp memiliki rataan kelimpahan tertinggi pada kolam integrasi. Makanan pelengkap adalah detritus (21,40%), dan sisanya merupakan makanan tambahan.

Menurut Effendi (1997) nilai indeks pilihan dengan nilai lebih besar dari nol berarti ada pilihan dan bila perbandingan tersebut kurang dari satu berarti makanan tersebut tidak digemari benar oleh ikan pemangsa. Berdasarkan Tabel 6 diatas terdapat 8 jenis fitoplankton (Actinastrum sp, Asterococus sp, Oocystis sp, Pediastrum sp, Phacuss sp, Spirulina sp, Tetraedron sp, Westela sp) pada perairan yang tidak digemari oleh ikan nila tersebut, dan terdapat 7 jenis fitoplankton (Chlorella sp, Coelastrum sp, Navicula sp, Oscillatoria sp, Scenedesmus sp, Spirogyra sp) yang dipilih oleh ikan nila integrasi.

Kelangsungan hidup nila kontrol lebih tinggi 6,03% dibandingkan dengan nila lntegrasi. Kematian ikan nila diduga karena rendahnya asupan gizi dari pakan alami. Pada penelitian Solestiawati (2013) ikan nila yang tidak diberi pakan pada sistem IMTA (Integrated Multi Thropic Aquaculture) memiliki kelangsungan hidup yang lebih rendah walaupun kelimpahan fitoplankton lebih tinggi dibandingkan sistem IMTA yang di beri pakan buatan, diduga ada kaitannya gizi dari pakan untuk mendukung nilai kelangsungan hidup. Pakan yang dikonsumsi oleh ikan dengan gizi yang baik sebagian dicerna dan diabsorbsi untuk kelangsungan hidup, dan digunakan dalam memenuhi proses pemeliharaan tubuh dan pergerakan (Utomo et al. 2005).

(33)

20

motil. Namun penyakit ini tidak menyebabkan wabah penyakit pada benih nila dan gurame.

Ukuran ikan nila (panjang maupun bobot) cenderung tidak berbeda hingga hari ke-22. Hal ini menunjukan dengan sistem integrasi tanpa pemberian pakan memiliki ukuran yang sama dengan kontrol, karena pakan alami yang tumbuh dengan adanya limbah masih mencukupi. Namun ukuran ikan nila (panjang maupun bobot) berbeda pada hari ke-29, hal ini menunjukan pertumbuhan pada nila integrasi lebih rendah dibanding kontrol. Pada parameter laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang, dan Δ biomassa nila kontrol memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan nila integrasi. Hal ini diduga dikarenakan ikan nila kontrol yang diberi pakan mendapatkan kuantitas pakan yang lebih banyak dibandingkan dengan nila integrasi, dapat dilihat pada nilai rasio antara volume lambung dibandingkan bobot tubuh nila kontrol memiliki nilai yang lebih tinggi (Lampiran 6).

Pakan alami yang kurang diduga karena menurunnya limbah dari pendederan lele. Hal ini disebabkan banyaknya kematian ikan lele yang terserang penyakit dan nafsu makan yang rendah, sehingga limbah dari pendederan lele yang akan menjadi nutrien untuk menumbuhkan pakan alami berkurang (Gambar 12). Seperti pada penelitian Lin dan Diana (1995) pada jumlah lele yang lebih banyak akan menghasilkan pertumbuhan nila yang lebih besar.

Hal yang sama terdapat pada penelitian Maesaroh (2004) pada ikan patin yang hanya memanfaatkan pakan alami dan pemberian pakan 1% menghasilkan pertumbuhan lebih rendah dibanding perlakuan yang diberi pakan 3% dan 5%. Begitu juga pada Solestiawati (2013) pada sistem IMTA ikan nila yang tidak diberi pakan memberikan pertumbuhan lebih rendah daripada yang diberi pakan walaupun kelimpahan plankton pada perlakuan tanpa pemberian pakan lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan yang diberi pakan.

Ukuran ikan gurame (panjang maupun bobot) berbeda pada hari ke-8. Hal ini diduga karena zooplankton pada sistem integrasi jauh lebih banyak dibandingkan kontrol. Dan pada hari ke-15 dan 22 tidak berbeda. Pertumbuhan yang tidak berbeda ini diduga karena jumlah pakan alami pada kedua perlakuan memiliki jumlah yang tidak terlalu jauh. Dan pada hari ke-29 panjang rata-rata memiliki nilai yang berbeda perlakuan kontrol lebih besar 0,18 cm dibandingkan gurame integrasi. Dan gurame kontrol memiliki nilai laju pertumbuhan bobot, pertumbuhan panjang, dan biomassa akhir yang lebih besar dibandingkan dengan gurame integrasi. Hal ini diduga pertumbuhan kontrol lebih tinggi dikarenakan zooplankton pada kontrol memiliki kelimpahan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan sistem integrasi yaitu 5.810 sel/ml.

(34)

21 nilai yang lebih tinggi 52,86% dibandingkan budidaya dengan nila yang diberi pakan pada umumnya dengan nilai 50,34%.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Limbah pendederan lele dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan benih nila dan gurame. Pada penlitian ini ukuran nila dan gurame dapat menyamai kontrol hingga hari ke-22. Penambahan ikan nila dan gurame dalam sistem integrasi dapat mereduksi limbah nitrogen dari pendederan lele sebesar 13,9%.

Saran

Kajian lebih lanjut mengenai sistem integrasi ini masih perlu dilakukan antara lain : perbaikan teknik budidaya lele yang mampu menekan kematian lele yang tinggi, agar kuantitas limbah yang diperlukan pada sistem integrasi terpenuhi sehingga benih yang dipelihara (nila dan gurame) dapat mencapai ukuran yang diinginkan. Kedua yaitu kajian tentang perbandingan antara biomassa ikan lele sebagai sumber limbah dan biomassa nila sebagai biota yang memanfaatkan sehingga limbah yang dihasilkan dimanfaatkan secara maksimal. Ketiga yaitu kajian tentang rekayasa lingkungan agar menumbuhkan jenis-jenis fitoplankton yang disukai dan dapat dimanfaatkan oleh ikan nila.

DAFTAR PUSTAKA

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan (ID).2013. Data Statistik Perikanan Budidaya [internet]. [diunduh Juni 2013]. Tersedia pada: http:// www.kkp.go.id.

Boyd C. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. New York (US): Elsevier Scientific Publishing Company.

Boyd CE. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Alabama (US): Universitas Aubern.

Edward T MS. 2003. Pengaruh Musim terhadap Fluktuasi Kadar Fosfat dan Nitrat di Laut Banda. Makara Sains. 7 (2): 82-89.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusantara.

Eliazar H. 1979. Pengaruh Pemberian Sampah Pasar Terhadap Pertumbuhan Beberapa Organisme Makanan Ikan Nila, Tilapia Nilotica Linn.[skripsi].Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(35)

22

Huisman EA. 1987. Principles of Fish Production. Departement of Fish Culture and Fisheries, Nedherland:Wageningen Agricultural University.

Irianto A. 2005.Patologi Ikan Telesostei. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Junaidi. 2012. Titik Persentase Distribusi t d.f. =1-200 [internet]. [diunduhJuni 2013]. Tersedia pada:http://antonjael.files.wordpress.com/2012/12/tabel-t-DB-1-200-a1.pDB.

Kordi MG, Tancung AB. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Jakarta: Rineka Cipta.

Lawson TB. 1995. Fundamentals of Aquacultural Engineering. New York (US): Chapman & Hall.

Lin CK, Diana JS. 1995. Co-culture of catfish (Clarias macrocephalus_C. gariepinus) and tilapia (Oreochromis niloticus) in ponds. Aquat. Living Resour. 8, 449– 454.

Maesaroh E. 2004. Berbagi tingkat pemberian pakan pada ikan patin (Pangasius hypopthalmus) dalam karamba di Sungai Ciomas, Bogor.[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Maryam S. 2010. Budidaya Super Intensif Ikan Nila Merah Oreochromis sp. dengan teknologi Bioflok: Profil Kualitas Air, Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Needham JG, Needham PR. 1962. Fresh-Water Biology. London: Holden-day. Inc.

Odum EP. 1971. Fundamentals of Ecology 3rded WB. Philadelphia (US): Sounders Company.

Rohmana D. 2009. Konversi limbah budidaya ikan lele, Clarias sp. Menjadi biomassa bakteri heterotrof untuk perbaikan kualitas air dan makanan udang galah Macrobrachium rosenbergii.[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Solestiawati O. 2013. Kualitas air dan produksi budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan feeding rate berbeda pada sistem IMTA (Integrated Multi Trophic Aquaculture). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Surawidjaja EH. 2006. Akuakultur berbasis “throphic level”: revitalisasi untuk ketahanan pangan, daya saing ekspor dan kelestarian lingkungan [orasi ilmiah]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.

Susanto H. 2009. Budidaya ikan di pekarangan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Tjahjo DWH, dan Purnamaningtyas SR. 2006. Kebiasaan pakan dan strategi makan udang galah hasi penebaran di Waduk Darma.[Prosiding]. Prosiding Seminar Nasional Ikan IV.

Utomo NBP, Kumalasari F, Mokoginta I. 2005. Pengaruh Cara Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Konversi Pakan dan Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio) Di Karamba Jaring Apung Waduk Jatiluhur.Jurnal Akuakultur Indonesia. 4 (1): 63-67

(36)

23

LAMPIRAN

Lampiran 1 Prosedur pengukuran total nitrogen

A. Tahap oksidasi

1. Timbang bahan sebanyak 0,5-1 g ditimbang menggunakan aluminium foil, masukkan bahan ke dalam labu kjeldahl.

2. Tambahkan 3 g katalis dan 10 ml H2SO4 pekat untuk mempercepat

penguraian. Panaskan ke dalam rak oksidasi/digestion selama 3-4 jam sampai terjadi perubahan warna menjadi hijau bening.

3. Dinginkan, setelah dingin lalu encerkan dengan akuades hingga volume 100 ml menggunakan gelas ukur. Lalu masukkan ke dalam erlenmeyer dan didestilasi.

B. Tahap destilasi

1. Beberapa tetes H2SO4 dimasukkan ke dalam labu, sebelumnya labu diisi

dengan akuades sampai setengahnya untuk menghindari kontaminasi oleh ammonia lingkungan, kemudian didihkan selama 10 menit.

2. Erlenmeyer yang berisi 10 ml H2SO4 0,05 N dan 2 tetes larutan indikator

disimpan di bawah pipa pembuangan kondensor dengan cara dimiringkan sehingga ujung pipa tenggelam dalam cairan.

3. Masukkan 5 ml larutan sampel ke dalam tabung destilasi dan melalui corong tersebut masukkan kedalamnya 10 ml NaOH 30% lalu ditutup. 4. Campuran alkalin dalam labu destilasi disuling menjadi uap air selama 10

menit setelah terjadi pengembunan pada kondensor.

5. Labu erlenmeyer diturunkan sehingga kondensor berada di leher labu, diatas permukaan larutan. Bilas kondensor dengan akuades selama 1-2 menit.

C. Tahap titrasi

1. Larutan hasil destilasi dititrasi dengan NaOH 0,05 N hingga berubah warna.

2. Catat volume titran

3. Lakukan prosedur yang sama terhadap blanko.

Perhitungan

Persentase kadar nitrogen dihitung berdasrkan rumus berikut:

Total nitrogen (%) = 100

S

20 F Vs) (Vb * [{0,0007

    

Keterangan: Vs = ml 0,05 N titran NaOH untuk sampel Vb = ml titran NaOH untuk blanko

F = faktor koreksi dari 0,05 larutan NaOH S = bobot sampel

(37)

24

Lampiran 2Analisis statistik (Uji-t) Panjang nila hari ke-8

Dua contoh uji-T dan Selang kepercayaan: NK; NI

Dua contoh T untuk NK vs NI N Rataan StDev Rataan SE NK 50 5,092 0,538 0,076 NI 50 5,034 0,386 0,055

Perbedaan = mu (NK) - mu (NI) Estimasi untuk perbedaan: 0,0580

Sk 95% untuk perbedaan: (-0,1280; 0,2440)

Uji-T untuk perbedaan = 0 (vs tidak =): nilai-T = 0,62 nilai-P = 0,537 DB = 88

Panjang nila hari ke-15

Dua contoh uji-T dan Selang kepercayaan: NK; NI

Dua contoh T untuk NK vs NI N Rataan StDev Rataan SE NK 50 5,620 0,914 0,13 NI 50 5,360 0,583 0,083

Perbedaan = mu (NK) - mu (NI) Estimasi untuk perbedaan: 0,260

Sk 95% untuk perbedaan: (-0,045; 0,565)

Uji-T untuk perbedaan = 0 (vs tidak =): Nilai-T= 1,70 Nilai-P= 0,094 DB = 83

Panjang nila hari ke-22

Dua contoh uji-T dan Selang kepercayaan: NK; NI

Dua contoh T untuk NK vs NI N Rataan StDev Rataan SE NK 50 6,21 1,11 0,16 NI 50 6,014 0,607 0,086

Perbedaan = mu (NK) - mu (NI) Estimasi untuk perbedaan: 0,198

Sk 95% untuk perbedaan: (-0,158; 0,554)

Uji-T untuk perbedaan = 0 (vs tidak =): Nilai-T= 1,11 Nilai-P= 0,271 DB = 76

Panjang nila hari ke-29

Dua contoh uji-T dan Selang kepercayaan: NK; NI

(38)

25

Perbedaan = mu (NK) - mu (NI) Estimasi untuk perbedaan: 1,100

Sk 95% untuk perbedaan: (0,707; 1,493)

Uji-T untuk perbedaan = 0 (vs tidak =): Nilai-T= 5,58 Nilai-P= 0,000 DB = 78

Panjang gurame hari ke-8

Dua contoh uji-T dan Selang kepercayaan: GK; GI

Dua contoh T untuk GK vs GI N Rataan StDev Rataan SE GK 30 2,157 0,133 0,024 GI 30 2,247 0,136 0,025

Perbedaan = mu (GK) - mu (GI) Estimasi untuk perbedaan: -0,0900

Sk 95% untuk perbedaan: (-0,1595; -0,0205)

Uji-T untuk perbedaan = 0 (vs tidak =): Nilai-T= -2,59 Nilai-P= 0,012 DB = 57

Panjang gurame hari ke-15

Dua contoh uji-T dan Selang kepercayaan: GK; GI

Dua contoh T untuk GK vs GI N Rataan StDev Rataan SE GK 30 2,303 0,133 0,024 GI 30 2,327 0,146 0,027

Perbedaan = mu (GK) - mu (GI) Estimasi untuk perbedaan: -0,0233

Sk 95% untuk perbedaan: (-0,0954; 0,0488)

Uji-T untuk perbedaan = 0 (vs tidak =): Nilai-T= -0,65 Nilai-P= 0,520 DB = 57

Panjang gurame hari ke-22

Dua contoh uji-T dan Selang kepercayaan: GK; GI

Dua contoh T untuk GK vs GI N Rataan StDev Rataan SE GK 30 2,500 0,186 0,034 GI 30 2,547 0,211 0,039

Perbedaan = mu (GK) - mu (GI) Estimasi untuk perbedaan: -0,0467

Sk 95% untuk perbedaan: (-0,1495; 0,0562)

Uji-T untuk perbedaan = 0 (vs tidak =): Nilai-T= -0,91 Nilai-P= 0,367 DB = 57

Panjang gurame hari ke-29

Dua contoh uji-T dan Selang kepercayaan: GK; GI

(39)

26

N Rataan StDev Rataan SE GK 30 2,880 0,251 0,046 GI 30 2,697 0,187 0,034

Perbedaan = mu (GK) - mu (GI) Estimasi untuk perbedaan: 0,1833

Sk 95% untuk perbedaan: (0,0688; 0,2979)

Uji-T untuk perbedaan = 0 (vs tidak =): Nilai-T= 3,21 Nilai-P= 0,002 DB = 53

Bobot nila hari ke-8

Dua contoh uji-T dan Selang kepercayaan: NK; NI

Dua contoh T untuk NK vs NI N Rataan StDev Rataan SE NK 50 2,517 0,848 0,12 NI 50 2,236 0,547 0,077

Perbedaan = mu (NK) - mu (NI) Estimasi untuk perbedaan: 0,281

Sk 95% untuk perbedaan: (-0,003; 0,565)

Uji-T untuk perbedaan = 0 (vs tidak =): Nilai-T= 1,97 Nilai-P= 0,053 DB = 83

Bobot nila hari ke-15

Dua contoh uji-T dan Selang kepercayaan: NK; NI

Dua contoh T untuk NK vs NI N Rataan StDev Rataan SE NK 50 3,38 1,55 0,22 NI 50 2,647 0,951 0,13

Perbedaan = mu (NK) - mu (NI) Estimasi untuk perbedaan: 0,736

Sk 95% untuk perbedaan: (0,225; 1,248)

Uji-T untuk perbedaan = 0 (vs tidak =): Nilai-T= 2,87 Nilai-P= 0,005 DB = 81

Bobot nila hari ke-22

Dua contoh uji-T dan Selang kepercayaan: NK; NI

Dua contoh T untuk NK vs NI N Rataan StDev Rataan SE NK 50 4,41 2,07 0,29 NI 50 3,85 1,20 0,17

Perbedaan = mu (NK) - mu (NI) Estimasi untuk perbedaan: 0,562

Sk 95% untuk perbedaan: (-0,110; 1,235)

(40)

27

Bobot nila hari ke-29

Dua contoh uji-T dan Selang kepercayaan: NK; NI

Dua contoh T untuk NK vs NI N Rataan StDev Rataan SE NK 50 6,92 3,52 0,50 NI 50 4,15 1,41 0,20

Perbedaan = mu (NK) - mu (NI) Estimasi untuk perbedaan: 2,776

Sk 95% untuk perbedaan: (1,703; 3,848)

Uji-T untuk perbedaan = 0 (vs tidak =): Nilai-T= 5,17 Nilai-P= 0,000 DB = 64

Bobot gurame hari ke-8

Dua contoh uji-T dan Selang kepercayaan: GK; GI

Dua contoh T untuk GK vs GI N Rataan StDev Rataan SE GK 30 0,3010 0,0460 0,0084 GI 30 0,3397 0,0577 0,011

Perbedaan = mu (GK) - mu (GI) Estimasi untuk perbedaan: -0,0387

Sk 95% untuk perbedaan: (-0,0657; -0,0116)

Uji-T untuk perbedaan = 0 (vs tidak =): Nilai-T= -2,87 Nilai-P= 0,006 DB = 55

Bobot gurame hari ke-15

Dua contoh uji-T dan Selang kepercayaan: GK; GI

Dua contoh T untuk GK vs GI N Rataan StDev Rataan SE GK 30 0,3447 0,0625 0,011 GI 30 0,3740 0,0690 0,013

Perbedaan = mu (GK) - mu (GI) Estimasi untuk perbedaan: -0,0293

Sk 95% untuk perbedaan: (-0,0634; 0,0047)

Uji-T untuk perbedaan = 0 (vs tidak =): Nilai-T= -1,73 Nilai-P= 0,090 DB = 57

Bobot gurame hari ke-22

Dua contoh uji-T dan Selang kepercayaan: GK; GI

Dua contoh T untuk GK vs GI N Rataan StDev Rataan SE GK 30 0,4477 0,0893 0,016 GI 30 0,464 0,112 0,021

Perbedaan = mu (GK) - mu (GI) Estimasi untuk perbedaan: -0,0167

Sk 95% untuk perbedaan: (-0,0692; 0,0358)

(41)

28

Bobot gurame hari ke-29

Dua contoh uji-T dan Selang kepercayaan: GK; GI

Dua contoh T untuk GK vs GI N Rataan StDev Rataan SE GK 30 0,675 0,172 0,031 GI 30 0,547 0,149 0,027

Perbedaan = mu (GK) - mu (GI) Estimasi untuk perbedaan: 0,1283

Sk 95% untuk perbedaan: (0,0450; 0,2117)

Uji-T untuk perbedaan = 0 (vs tidak =): Nilai-T= 3,08 Nilai-P= 0,003 DB = 56

Lampiran 3Perhitungan aliran nitrogen

Tabel hasil proksimat

Sampel air (%)

Protein (%)

Protein kering

(%)

Total N (%)

Pakan lele 8,72 35,47297 38,86162 5,675676

Pakan nila 12,01 28,5728 32,47439 4,571648

Gurame kontrol 80,37 12,74272 64,91609 2,038835

Gurame integrasi 81,36 12,28527 65,92391 1,965643

Nila kontrol 79,21 12,15037 58,43612 1,944059

Nila integrasi 79,30 12,69278 61,32673 2,030844

lele integrasi 79,53 11,40104 55,7071 1,824167

Gurame awal 81,86 11,76527 64,87341 1,882443

Lele awal 82,62 10,01144 57,61623 1,601831

Nila awal 78,38 12,24481 56,63071 1,95917

Contoh perhitungan (b):

Pakan lele yang dihabiskan selama pemeliharaan yaitu sebesar 9898,32 g dan total nitrogen dari pakan lele adalah 5,68%.

Nitrogen pakan lele (g) = jumlah pakan g x total nitrogen % Nitrogen pakan lele (g) = 9898,32 g x 5,68%

Nitrogen pakan lele (g) = 561,7966 g

(42)

29 Nitrogen lele = ((12596,19 g + 4498,443 g)1,82%)-(5802 g x 1,60%)

Nitrogen lele = 218,8964 g

Retensi nitrogen lele =

Retensi nitrogen lele =

Retensi nitrogen lele = 38,96%

Biomassa nila awal ialah 2032,8 g dengan total nitrogen 1,96%, biomassa nila akhir ialah 5569,421 g dengan total nitrogen 2,03%, dan biomassa nila yang mati ialah 23,66 dengan total nitrogen 2,03%.

Nitrogen nila = ((5569,421 g + 23,66 g)2,03%)-(2032,8 g x 1,96%) Nitrogen nila = 73,76076 g

Retensi nitrogen nila =

Retensi nitrogen nila =

Retensi nitrogen nila = 13,13%

Biomassa gurame awal ialah 156,80 g dengan total nitrogen 1,88%, biomassa gurame akhir ialah 396 g dengan total nitrogen 1,97%, dan biomassa gurame mati ialah 0,2 g dengan total nitrogen 1,97%.

Nitrogen gurame = ((396 g + 0,2 g)1,97%)-(156,80 g x 1,88%) Nitrogen gurame = 4,3055 g.

Retensi nitrogen gurame =

Retensi nitrogen gurame =

Retensi nitrogen gurame = 0,77%

Terbuang Ket TN= total nitrogen

(43)

30

Lampiran 4Data fisika kimia air Suhu 2 jam sekali pada hari ke-2

.

Kekeruhan

26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

S

u

h

u

(

oC)

Bak 3 Bak 4 Bak 6 Nila Kontrol Nila Integrasi

0 20 40 60 80 100 120

1 8 9 22 29

K

e

ke

ru

h

an

(n

tu

)

Waktu pemeliharaan (Hari ke-)

(44)

31

pH

Alkalinitas

DO

7 7,2 7,4 7,6 7,8 8 8,2

1 8 15 22 29

pH

Nila kontrol Nila integrasi lele

0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250

1 15 29

A

lkal

in

itas

(m

g

/l

CaCo

3)

Waktu pemeliharaan (hari ke-)

Nila kontrol Nila integrasi

0 1 2 3 4 5 6

1 8 15 22 29

D

O

(m

g

/l

)

(45)

32

Total amonia nitrogen

Amonia

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50

1 8 15 22 29

TA

N

(

m

g

/l

)

Waktu pemeliharaan (hari ke-)

Nila kontrol Nila integrasi

0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16 0,18 0,2

1 8 15 22 29

A

m

o

n

ia (

m

g

/l

)

Waktu pemeliharaan (Hari ke-)

(46)

33

Nitrit

Nitrat

Orthophospat

0 0,5 1 1,5 2

1 8 15 22 29

N

itr

it

(m

g

/l

)

Waktu pemeliharaan (Hari ke-)

Nila Kontrol Nila integrasi

0 0,5 1 1,5 2

1 8 15 22 29

N

itr

at

(

m

g/

l)

Waktu pemeliharaan (Hari ke-)

Nila Kontrol Nila integrasi

0 0,5 1 1,5 2

1 8 15 22 29

Or

to

p

h

o

sp

at

(m

g

/l

)

Waktu pemeliharaan (Hari ke-)

(47)

34

Lampiran 5 Volume isi lambung nila

No

Rasio Volume lambung : bobot

tubuh (ml/gr)

Nk NI

1 3,38 2,57

2 3,98 3,70

3 3,70 2,70

4 2,56 1,76

5 4,22 1,97

6 4,49 1,28

7 5,84 2,53

8 5,77 2,82

9 2,33 3,25

10 2,88 4,45

(48)

35

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 15 Januari 1991 dari Ayah Achmad Sukardjo dan Ibu Salmah. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui yaitu SMAN 88 Jakarta dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima masuk IPB melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB (UTMI) pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah magang di Balai Besar Budidaya Air Tawar Sukabumi, Jawa Barat pada tahun 2010 dan Balai Budidaya Air Payau Situbondo, Jawa Timur pada tahun 2011. Penulis pernah mengikuti kegiatan IPB Goes to field ke Kabupaten Brebes, Jawa Tengah (2011). Tahun 2012 penulis melakukan praktek lapangan akuakultur di PT Nuansa Ayu Karamba, Pulau Seribu komoditas Bandeng.

Penulis pernah menjadi pengurus himpunan Mahasiswa Akuakultur Institut Pertanian Bogor divisi PSDM periode 2010-2011 sebagai anggota dan periode 2011-2012 sebagai Ketua divisi PSDM, Himpunan Mahasiswa Akuakultur Intitut Pertanian Bogor, serta kepanitian acara Aquaculture Festival sebagai Badan Pengawas Harian pada Tahun 2012. Selain itu penulis pernah menjadi asisten praktikum Manajemen Budidaya Air Tawar (2013) dan Marikultur (2013)

Tugas akhir dalam pendidikan tinggi pada jenjang S1 ini diselesaikan

Gambar

Gambar  1 Skema percobaan
Tabel 2 Kisaran parameter fisika kimia air pada media budidaya
Tabel 3 Analisis plankton pada media budidaya pada awal, pertengahan dan akhir    penelitian
Tabel 4  Kebiasaan makan ikan nila
+7

Referensi

Dokumen terkait

Samsung R&amp;D Institute Indonesia untuk mendukung tercapainya penerimaan pengguna KB SRIN berdasarkan hasil penelitian terdiri dari 3 area yang utama yaitu

Pada mata kuliah ini mahasiswa akan belajar memahami hukum-hukum dasar fisika, Medan Listrik; Potensial Listrik; Arus Listrik; Medan magnet; Gaya Gerak Listrik

Jika perbandingan antara hasil pengenceran tertinggi dan terendah hasilnya lebih dari 2 maka yang dilaporkan hanya hasil yang terkecil..  Jika digunakan dua cawan petri (duplo)

Sama juga seperti db.local tadi pada db.127 yang telah kita ubah menjadi ip-ke-domain ini udah ada script defaultnya, yang perlu kita edit hanyalah Tulisan yang di BLOCK PUTIH

Dari hasil wawancara dengan ibu Sri Utami, petugas Bimpas diperoleh keterangan bahwa mereka yang belum bisa baca dan tulis diajari membaca dan menulis sampai mereka bisa dan

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan manusia dengan akal dan fikiran serta memberikan rahmat dan hidaya-Nya kepada penulis sehingga dapat menuangkan

Pada bait (1) terungkap sebuah nilai keilmuan yaitu bahwa dalam kehidupan bermasyarakat jangan hanya pintar berbicara tetapi harus dibuktikan dengan hasil

Namun demikian, tidak ada peristiwa yang dikenal dengan sebutan ‘pilar se- jarah’ dapat direkonstruksi secara tepat dari novel atau karya sastra lainnya.. Per- tanyaan