• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Konservasi Kelor (Moringa oleifera Lam): Studi Kasus di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Konservasi Kelor (Moringa oleifera Lam): Studi Kasus di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN KONSERVASI KELOR (Moringa oleifera Lam.): STUDI

KASUS DI DESA CIKARAWANG KECAMATAN DRAMAGA

KABUPATEN BOGOR

DEVI DESIAWATI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tinjauan Konservasi Kelor (Moringa oleifera Lam.): Studi Kasus di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Devi Desiawati

(4)

ABSTRAK

DEVI DESIAWATI. Tinjauan Konservasi Kelor (Moringa oleifera Lam.): Studi Kasus di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh ERVIZAL A.M. ZUHUD dan AGUS HIKMAT.

Kelor (Moringa oleifera Lam.) merupakan tumbuhan berguna dari akar hingga daun untuk kesehatan, pangan, dan meningkatkan mutu lingkungan. Penelitian mengenai pemanfaatan kelor oleh masyarakat dan populasi kelor di Indonesia belum pernah dilakukan. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi populasi dan pemanfaatan kelor yang dilakukan oleh masyarakat Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor pada bulan Mei - Juni 2013. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan observasi lapang untuk sensus kelor dan wawancara dengan metode snowball untuk kajian pemanfaatan kelor.

Berdasarkan hasil penelitian, kelor terdapat di semua dusun yang ada di Desa Cikarawang yang dimiliki oleh 24 KK atau sebesar 1,14% dari total KK. Sensus kelor menunjukan bahwa terdapat sebanyak 65 individu kelor di Desa Cikarawang yang ditanam di berbagai tipe habitat. Adapun bentuk pemanfaatan kelor yang dilakukan oleh masyarakat desa antara lain pemanfaatan kelor untuk ritual adat sebesar 34%, pengobatan 42%, pangan 12%, dan untuk pagar sawah 12%.

Kata Kunci: Desa Cikarawang, kelor, Moringa oleifera.

ABSTRACT

DEVI DESIAWATI. Conservation Review of Moringa (Moringa oleifera Lam.): Case Study in Cikarawang Village Dramaga District Bogor. Supervised by ERVIZAL A.M. ZUHUD and AGUS HIKMAT.

Moringa (Moringa oleifera Lam.) is a multifunction plant which is useful from the roof until the leaf for health, as food, an increasing environment quality. Research about the usefulness of moringa by Indonesian people and the existence hasn’t been done. The purpose of this research is to identify usefulness of moringa by the people and the existence of moringa in Cikarawang Bogor. This research was done in Cikarawang Bogor from May to June 2013. The data was collecting by field observation and interviewing by snowball method. Based on the result, moringa could be found at almost all hamlet in Desa Cikarawang which is had by 24 families heads or 1,14% from the totally families heads in the village. The census result showed that 65 individuals of moringa in Cikarawang which is planted in various type of habitat. The usefulness type of moringa which is done by the village people are 34 % for ritual custom, 42% for medicine, 12 % for food and 12 % for hedge of rice field.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEVI DESIAWATI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

TINJAUAN KONSERVASI KELOR (Moringa oleifera Lam.): STUDI

KASUS DI DESA CIKARAWANG KECAMATAN DRAMAGA

(6)
(7)
(8)

Disetujui oleh:

Prof Dr Ir Ervizal A.M. Zuhud, MS Pembimbing I

Dr Ir Agus Hikmat, M Sc F Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi : Tinjauan Konservasi Kelor (Moringa oleifera Lam): Studi Kasus di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor

Nama : Devi Desiawati

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Tinjauan Konservasi Kelor (Moringa oleifera Lam.): Studi Kasus di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2013.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr Ir Ervizal A.M. Zuhud, MS dan Dr Ir Agus Hikmat, MScF sebagai dosen pembimbing. Terima kasih kepada Ibu dan Bapak serta keluarga atas motivasi, kasih sayang, dan doa yang tiada henti mengiringi langkah penulis selama menjalankan studinya. Terima kasih kepada Habiba Macap, S. Hut dan Alya F. Purbahapsari yang telah membantu dalam penelitian ini. Terimakasih kepada Muhammad Syarif dan adik-adikku tersayang yang selalu menghibur dan menjadi motivator bagi penulis sehingga penulis tetap semangat dalam menyelesaikan studinya, dan terima kasih kepada KSHE Anggrek Hitam 46 atas kebersamaan dalam suka dan duka.

Bogor, Agustus 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Manfaat 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat dan Bahan 3

Objek Penelitian 3

Jenis Data 4

Metode Pengumpulan Data 4

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Umum Lokasi penelitian 6

Bioekologi Kelor 9

Karakteristik Responden 10

Tinjauan Pengetahuan Masyarakat dalam Pemanfaatan Kelor 12

Kearifan Lokal Pemanfaatan Kelor 14

Inventarisasi Potensi Kelor 15

Aksi Konservasi Kelor 19

SIMPULAN DAN SARAN 20

Simpulan 21

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21

(11)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan teknik pengumpulan data 4

2 Jumlah penduduk Desa Cikarawang tahun 2012 7

3 Jenis dan persentase mata pencaharian masyarakat Desa Cikarawang

tahun 2012 7

4 Tata guna dan persentase luasan lahan Desa Cikarawang tahun 2012 8 5 Persentase kandungan nutrisi serbuk daun kelor 13 6 Komposisi kandungan nutrisi daun kelor yang dikeringkan 14 7 Jumlah dan penyebaran kelor di Desa Cikarawang 16

8 Kriteria tempat tumbuh kelor 18

DAFTAR GAMBAR

1 Skema lokasi penelitian 3

2 Metode penelitian 5

3 Penggunaan lahan 8

4 Ciri morfologi kelor 9

5 Struktur umur responden 10

6 Persentase jenis kelamin responden 10

7 Tingkat pendidikan responden 11

8 Komposisi pekerjaan responden 11

9 Persentase bentuk pemanfaatan kelor 12

10 Contoh bentuk pemanfaatan daun kelor 13

11 Persentase bagian kelor yang dimanfaatkan 14

12 Denah lokasi kelor berdasarkan dusun 17

13 Persentase tipe habitat kelor 17

14 Persentase cara budidaya kelor 19

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data responden kajian pemanfaatan kelor 23

2 Pemanfaatan kelor masyarakat Desa Cikarawang 24 3 Data invetarisasi populasi kelor di Desa Cikarawang 32

4 Titik penyebaran kelor di Desa Cikarwang 35

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelor (Moringa oleifera Lam.) adalah spesies tumbuhan yang bermanfaat bagi manusia. Kelor hadir dengan berbagai macam manfaat yang berguna bagi manusia di tengah dunia yang sedang terjadi keterpurukan pangan dan kemiskinan. Kelor memiliki banyak sinonim, antara lain Guilandina moringa, Hyperanthera moringa, Moringa nux-ben, dan Moringa pterygosperma (Rollof et al. 2009). Kelor memiliki sebutan yang berbeda-beda di setiap wilayah di Indonesia, seperti kalor atau kalore di Sumatera, marongghi di Madura, kawona atau wona di Sumba, kelo di Ternate dan Tidore, dan sebutan lain di daerah-daerah yang tersebar di Indonesia (Krisnadi 2012). Kelor merupakan spesies tumbuhan asli dari kaki gunung Himalaya Asia Selatan dan timur laut Pakistan (Fahey 2005 diacu dalam Kasolo et al. 2010). Seiring tersebarnya informasi mengenai manfaat kelor, kelor mulai diperkenalkan dan dibudidayakan hampir di seluruh belahan dunia, antara lain di Asia Tenggara, Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Semenanjung Arab. Kelor cocok tumbuh hampir di seluruh wilayah kepulauan di Indonesia. Kelor adalah spesies tumbuhan yang mampu bertahan dalam segala jenis kondisi iklim, seperti dalam iklim kering yang sangat ekstrim, kondisi lingkungan yang bersalju ringan, dan lingkungan tanah yang marjinal (Krisnadi 2012).

Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kelor merupakan tumbuhan yang mengandung berbagai macam nutrisi berguna. Kelor memiliki berbagai macam khasiat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit. Selain itu, kelor juga dapat dijadikan pangan yang memiliki kandungan vitamin dan mineral yang berguna bagi manusia (Johnson dan Pharm 2005). Daun kelor segar sebanyak 100 gram memiliki kandungan nutrisi kalsium yang setara dengan segelas susu, zat besi yang setara dengan 200 gram daging sapi segar, vitamin A yang setara dengan sebuah wortel, vitamin C yang setara dengan sebuah jeruk, dan protein yang setara dengan sebutir telur (Sauveur dan Broin 2010). Biji tumbuhan kelor telah diketahui bermanfaat utuk menjernihkan air keruh yang diakibatkan oleh berbagai kontaminan. Serbuk biji kelor efektif menjadi koagulan untuk menjernihkan air yang keruh tanpa menurunkan pH air dan tidak bersifat toksik sehingga air hasil penjernihan aman untuk dikonsumsi manusia (Amagloh dan Benang 2009).

Kelor juga digunakan oleh sebagian orang sebagai pakan bagi hewan ternak dan idustri tekstil. Kelor telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai hal di belahan negara tropis lain. Kelor digunakan sebagai bahan baku obat tradisional dan bahkan menjadi bahan baku obat modern yang telah teruji klinis. Salah satu contoh pemanfaatan kelor secara tradisonal dilakukan di India, yaitu menggunakan kelor sebagai ramuan untuk mengobati diabetes (Jaiswal et al.

(13)

2

Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang termasuk ke dalam desa lingkar kampus IPB Darmaga yang terdapat di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Tumbuhan kelor masih terdapat di desa tersebut di berbagai tipe habitat. Keberadaan kelor di desa tersebut bisa menjadi indikator bahwa terdapat pemanfaatan secara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat desa terhadap tumbuhan kelor. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai keberadaan kelor dan pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat desa. Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengaruh positif sehingga masyarakat termotivasi untuk melakukan pemanfaatan kelor secara berkelanjutan untuk kesehatan dan kemandirian dalam asupan nutrisi bagi masyarakat.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi pemanfaatan kelor oleh masyarakat Desa Cikarawang guna mengetahui aksi konservasinya.

2. Menginventarisasi populasi kelor di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

Manfaat

Data dan informasi hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi data dasar mengenai keberadaan dan pemanfaatan kelor yang ada di Desa Cikarawang. Selain itu, dengan adanya data dan informasi ini, maka dapat dilakukan upaya konservasi kelor khususnya di masyarakat Desa Cikarawang dan umumnya pada masyarakat seluruh Indonesia. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan untuk Pemerintah Desa Cikarawang dalam upaya konservasi kelor di desa tersebut dan menjadikan kelor sebagai salah satu spesies tumbuhan yang dapat dikembangkan sebagai komoditas pertanian.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

(14)

3

Gambar 1 Skema lokasi penelitian

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perlengkapan observasi lapang inventarisasi tumbuhan kelor: pita ukur untuk

mengukur diameter pohon, walking stick untuk mengukur tinggi pohon, GPS untuk penandaan lokasi kelor, kamera untuk mendokumentasikan tumbuhan kelor, papan jalan, alat tulis, dan Software Arc Map Versi 9.3 sebagai alat dalam menganalisis lokasi kelor di atas muka bumi.

2. Perlengkapan wawancara: kuisioner sebagai alat dalam panduan wawancara terhadap masyarakat, alat tulis, dan kamera untuk mendokumentasikan seluruh kegitan wawancara.

3. Perlengkapan kajian literatur: Komputer dan jaringan internet.

Objek Penelitian

(15)

4

Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini disajkani pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan teknik pengumpulan data

No. Jenis Data Uraian Sumber Data Metode

2 Pemanfaatan Kelor 1. Bagian yang dimanfaatkan

Metode penelitian yang digunakan dalam memperoleh data dalam penelitian ini adalah:

Studi literatur

Metode studi literatur yaitu mengkaji berbagai literatur yang memuat informasi mengenai tumbuhan kelor hasil penelitian orang lain, instansi, ataupun lembaga. Literatur yang dibutuhkan antara lain mengenai bioekologi, manfaat, dan kandungan nutrisi kelor.

Wawancara

(16)

5

Observasi Lapang

Metode observasi lapang dilakukan dalam rangka melakukan sensus untuk memperoleh data populasi kelor yang terdapat di Desa Cikarawang.

(a) (b)

Gambar 2 Metode penelitian (a) wawancara responden; (b) observasi lapang

Analisis Data

Data dan informasi yang didapatkan akan dianalisis dengan cara sebagai berikut:

Pemanfaatan Kelor

Persentase Bagian yang Digunakan

Bagian tumbuhan kelor yang dimanfaatkan masyarakat Desa Cikarawang adalah bagian daun, batang, akar, dan buah. Adapun persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung presentase bagian yang digunakan adalah sebagai berikut (Fakhrozi 2009):

Persentase bagian tertentu yang digunakan bagian tertentu seluruh bagian x

Persentase Bentuk Pemanfaatan

Bentuk pemanfaatan kelor di Desa Cikarawang antara lain untuk pangan, ritual adat, pengobatan, dan keperluan pendukung pertanian yaitu sebagai pagar sawah. Persentase bentuk pemanfaatan dapat dihitung dengan cara:

Persentase bentuk pemanfaatan bentuk pemanfaatan tertentu seluruh bentuk pemanfaatan x

Inventarisasi Populasi Kelor

Persentase Tipe Habitat

Tipe habitat tumbuhan kelor berdasarkan data penelitian yang didapatkan adalah kebun, sawah, dan pekarangan. Persentase tipe habitat tumbuhan kelor dianlisis dengan menggunakan rumus (Fakhrozi 2009):

Persentase tipe habitat kelor di habitat tertentu kelor di seluruh habitat x

Presentase Budidaya

Cara budidaya kelor yang terdapat di Desa Cikarawang adalah melalui perbanyakan secara vegetatif dan generatif yaitu dengan stek dan biji. Persentase budidaya kelor dapat dihitung dengan rumus:

(17)

6

Kerapatan Kelor

Kerapatan pohon kelor yang terdapat di seluruh wilayah Desa Cikarawang dapat dihitung sebagai berikut:

erapatan kelor luas kebun ladang kelor di seluruh wilayah desa

sawah x Persentase Kepemilikan Kelor

Kelor di Desa Cikarawang dapat dihitung persentase kepemilikannya berdasarkan jumlah KK yang terdapat di desa tersebut. Persentase kepemilikan kelor dapat dihitung berdasarkan rumus:

Persentase kepemilikan kelor seluruh yang terdapat di desa yang memilik kelor x

Lokasi Kelor

Lokasi kelor di desa ini akan dianalisis menggunakan software Arc Map Versi 9.3 untuk melihat lokasi kelor di permukaan bumi dengan di proyeksikan ke dalam sebuah peta.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Letak Administratif

Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang termasuk ke dalam desa-desa lingkar kampus IPB Darmaga. Desa Cikarawang terletak di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Desa Cikarawang terdiri dari 3 Dusun, 7 RW, dan 32 RT. Masing-masing Dusun terdiri dari beberapa RW, antara lain Dusun 1 terdiri dari 2 RW yaitu RW 1 dan RW 2; Dusun 2 terdiri dari 2 RW yaitu RW 3 dan RW 4; dan Dusun 3 terdiri dari 3 RW yaitu RW 5, RW 6, dan RW 7. Jarak dan waktu tempuh Desa Cikarwang dari ibu kota kecamatan 5 km dengan waktu tempuh 10 menit dan dari ibu kota Kabupaten 35 kmdengan waktu tempuh 45 menit.

Batas-batas administratif wilayah Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Sungai Cisadane

Sebelah Timur : Kel. Situ Gede Kec. Bogor Barat Kota Bogor Sebelah Selatan : Sungai Ciapus

Sebelah Barat : Sungai Ciapus / Sungai Cisadane

Iklim dan Topografi

(18)

7

Sosial dan Ekonomi Masyarakat

Berdasarkan kajian kependudukan desa pada tahun 2012, jumlah penduduk Desa Cikarawang sebanyak 8245 jiwa yang terdiri dari 4205 laki-laki dan 4040 perempuan. Terdapat sebanyak 2114 KK, dengan jumlah keluarga miskin (Gakin) sebanyak 777 KK, dengan persentase 35,3 % dari jumlah total keluarga yang ada di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Adapun rincian dari populasi penduduk Desa Cikarawang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah penduduk Desa Cikarawang tahun 2012

No. Umur (Tahun) Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (Jiwa)

1 0-5 495 560 1.055

Organisasi sosial di Desa Cikarawang yaitu organisasi kelompok tani yang terdiri dari beberapa kelompok, antara lain Kelompok Tani Setia (Dusun 1), Kelompok Tani Hurip (Dusun 2), Kelompok Tani Subur Jaya (Dusun 3), Kelompok Tani Mekar (Dusun 3), dan Kelompok Tani Wanita / KWT (Dusun 2).Mata pencaharian masyarakat Desa Cikarawang antara lain petani, pedagang, PNS, TNI/POLRI, karyawan, dan wirausaha lainnya. Adapun jumlah dan persentase dari masing-masing mata pencaharian disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Jenis dan persentase mata pencaharian masyarakat Desa Cikarawang tahun 2012

No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase(%)

(19)

8

Tata Guna Lahan

Luas seluruh wilayah Desa Cikarawang adalah 226.56 ha. Tanah di Desa Cikarawang diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori berdasarkan tingkat kesuburan, tingkat erosi, dan peruntukan lahan. Kategori tingkat keseburan dibagi ke dalam sangat subur, subur , kesuburan sedang. Luasan tanah dengan tingkat kesuburan sangat subur seluas 42.90 ha (18.93%), tanah subur seluas 45.17 ha (19.94%), dan tanah dengan kesuburan sedang yaitu seluas 84.02 ha (61.13%). Akan tetapi, dibalik kesuburan tersebut desa ini rentan terhadap erosi. Kelas erosi di desa ini dibagi menjadi tanah dengan kelas erosi ringan sebesar 3.5%, tanah dengan erosi sedang sebesar 6.1%, dan tanah dengan erosi berat sebesar 1.7% dari luasan wilayah desa (Deryanti 2010). Erosi yang terjadi di desa ini disebabkan oleh letak geografis desa yang diapit oleh 2 sungai yaitu sungai Cisadane dan sungai Ciapus.

Jenis peruntukan lahan di Desa Cikarawang antara lain lahan untuk pertanian, lahan pemukiman, lahan kuburan, jalan, danau, dan peruntukan lainnya. Lahan pertanian adalah lahan dengan proporsi paling besar yaitu lebih dari setengah total luas kawasan desa. Luasan lahan pertanian yang paling ini dapat dijadikan sebagai salah satu faktor pendukung untuk budidaya kelor di desa tersebut dan menjadikan kelor sebagai salah satu komoditas pertanian Desa Cikarawang. Data mengenai luasan dan tataguna lahan desa disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Tata guna dan persentase luasan lahan di Desa Cikarawang tahun 2012

No. Guna Lahan Luas (ha) Persentase (%)

1 Persawahan 128.11 56.55

2 Perkebunan/ladang 35.23 15.55

3 Pemukiman 51.46 22.71

4 Tanah Wakaf/Makam 1.60 0.71

5 Jalan 7.50 3.31

6 Danau / Kolam 2.50 1.10

7 Lain-lain 0.16 0.07

Desa Cikarawang terdapat dua buah danau atau yang biasa masyarakat sebut dengan nama setu/situ yaitu Setu Burung dan Setu Panjang. Kedua danau ini sangat berperan penting sebagai sumber air irigasi bagi pertanian desa. Selain danau, Lahan di Desa Cikarawang dimanfaatkan untuk sirkulasi jalan antara lain jalan lingkungan, jalan desa, dan jalan kecamatan, dan jalan kabupaten.

(a) (b)

(20)

9

Bioekologi Kelor

Taksonomi Kelor

Kelor merupakan tumbuhan berpembuluh yang dapat menghasilkan biji yang terdapat dalam buah. Tumbuhan ini merupakan spesies tumbuhan dikotil atau berkeping dua. Adapun taksonomi kelor adalah sebagai berikut (Krisnadi 2012):

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil) Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Capparales Famili : Moringaceae Genus : Moringa

Spesies : Moringa oleifera Lam.

Morfologi Kelor

Kelor merupakan tumbuhan berhabitus pohon yang tingginya mencapai hingga 12 meter. Kelor memiliki percabangan batang simpodial yaitu batang pokok sulit ditentukan karena pertumbuhannya akan berhenti dan dikalahkan oleh pertumbuhan cabangnya. Batang kelor dibalut oleh kulit batang yang berwarna abu-abu keputihan yang permukaannya sedikit kasar. Daun kelor merupakan jenis daun majemuk berganda yang letak daunnya berselang-seling. Daun kelor memiliki batang yang panjang dan mudah lepas dari cabangnya. Anak daun berbetuk bulat lonjong seperti bentuk telur. Panjang anak daun berkisar antara 1-2 cm, lebar 1-2 cm, daun tipis lemas, tepi daun rata, susunan pertulangan menyirip, dan permukaan atas maupun bawah daun halus.

Gambar 4 Ciri morfologi kelor (a) batang kelor; (b) daun kelor; (c) buah kelor

Penyebaran Kelor

Kelor merupakan tumbuhan asli kaki bukit Himalaya Asia Selatan. Kelor dibudidayakan dan telah beradaptasi dengan baik di luar daerah asalnya. Kelor menyebar dan telah diintroduksi di negara-negara lain seperti Pakistan, Nepal, Afghanistan, Bangladesh, Sri Lanka, Brazil, Florida, Meksiko, Peru, hingga sampai ke negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Kelor di habitat aslinya tumbuh secara liar, namun seiring dengan berkembangnya informasi mengenai manfaat dan khasiatnya, sehingga kelor mulai dibudidayakan untuk dimanfaatkan (Krisnadi 2012).

(21)

10

Karakteristik Responden

Struktur Umur

Berdasarkan data dari hasil penarikan contoh pada responden, dapat diketahui bahwa umur responden yang memanfaatkan kelor cukup beragam. Hal ini menunjukan bahwa pemanfaatan kelor tidak hanya terjadi di orang-orang umur tua saja, namun pada umur-umur produktif pun telah terjadi kegiatan pemanfaatan kelor untuk berbagai macam keperluan. Hal ini menunjukan bahwa adanya keberlanjutan informasi dari generasi tua kepada generasi produktifmengenai pemanfaatan kelor.

Gambar 5 Struktur umur responden

Jenis Kelamin

Responden terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan perbandingan jumlah yang hampir seimbang. Sebesar 53% responden berjenis kelamin peremuan dan sebesar 47% berjenis kelamin laki-laki. Pemanfaatan kelor di Desa Cikarawang tidak didominasi oleh jenis kelamin tertentu. Hal ini dikarenakan pemanfaatan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan memiliki kecendrungan yang sama dalam memanfaatkan kelor. Laki-laki memanfaatkan kelor cenderung untuk keperluan adat dan pengobatan, sementara perempuan menggunakan kelor untuk keperluan pangan dan pengobatan.

(22)

11

Tingkat Pendidikan

Aprollita (2008) menyatakan bahwa tingkat pendidikan dibedakan berdasarkan jangka menempuh pendidikan.Hal ini dikategorikan kedalam pendidikan rendah (≤6 tahun), sedang (7-11 tahun), dan tinggi (12-21 tahun). Mayoritas responden merupakan masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah yaitu sebanyak 20 orang lulusan Sekolah Dasar. Masyarakat desa yang umumnya memanfaatkan kelor adalah masyarakat dengan golongan umur yang terbilang tua. Mayoritas golongan umur tua hanya mengenyam pendidikan dasar, hal ini dikarenakan akses pendidikan pada zaman dulu masih sulit dan masyarakat lebih memilih untuk bekerja daripada bersekolah. Adapun masyarakat yang mengenyam pendidikan sampai Sekolah Menengah Atas hanya beberapa orang saja dan hal ini didukung oleh perekonomian keluarga yang mampu menyekolahkan anakanya pada zaman dulu.

Gambar 7 Tingkat pendidikan responden

Pekerjaan

Berdasarkan hasil wawancara, responden yang diwancarai didominasi oleh responden yang bekerja sebagai petani. Hal ini disebabkan mayoritas masyarakat desa berprofesi sebagai petani. Hal ini juga didukung oleh sebagian besar lahan di Desa Cikarawang adalah lahan persawahan sehingga berpeluang besar bagi masyarakat untuk bertani.

(23)

12

Tinjauan Pengetahuan Masyarakat dalam Pemanfaatan Kelor

Bentuk Pemenfaatan Kelor

Pemanfaatan kelor di Desa Cikarawang terbagi ke dalam beberapa bentuk pemanfaatan antara lain pemanfaatan untuk pangan, obat, ritual adat, dan pagar sawah. Bentuk pemanfaatan yang paling dominan adalah berupa pengobatan sebesar 42%. Kelor digunakan oleh masyarakat desa sebagai obat berbagai macam penyakit antara lain sakit panas, mata rabun, obat diabetes, campak, dan obat darah tinggi.

Gambar 9 Persentase bentuk pemanfaatan kelor

Sementara pemanfaatan daun kelor untuk pangan terbilang masih rendah dibandingkan dengan pemanfaatan lainnya. Hanya sebesar 12% masyarakat yang menggunakan daun kelor untuk kepentingan pangan. Intensitas penggunaan daun kelor sebagai bahan olahan berkisar anatara 2 – 4 kali pengolahan tiap bulan. Adapun rata-rata banyaknya daun kelor untuk setiap kali pengolahan yaitu sebanyak 5 tangkai daun kelor. Daun kelor untuk pangan diolah dalam bentuk sayur bening. Kandungan nutrisi pada daun kelor dapat menjadi solusi alternatif bagi kasus malnutrisi yang terdapat di Desa Cikarawang. Bedasarkan hasil penelusuran dokumen kesehatan Desa Cikarawang, terdapat kasus balita dengan berat badan di bawah garis merah sebanyak 9 balita. Hal ini bisa saja mengarah kepada gizi buruk bila dibiarkan secara terus-menerus. Sehingga perlu dilakukan sosialisasi manfaat kelor sebagai bahan pangan yang banyak mengandung nutrisi yang baik bagi tumbuh kembang anak. Selain itu, kelor juga dapat menjadi salah satu solusi bagi pemenuhan kebutuhan pangan keluarga miskin yang terdapat di desa tersebut. Di Desa Cikarawang terdapat sebanyak 777 keluarga miskin. Kelor merupakan panganan tanpa perlu dibeli namun mampu menyediakan sumber nutrisi yang baik bagi kecukupan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.

(24)

13 Tabel 5 Persentase kandungan nutrisi serbuk daun kelor

No. Nutrisi

Persentase nutrisi 25 gram serbuk daun kelor untuk

batita (%)

Persentase nutrisi 50 gram serbuk daun kelor untuk

ibu hamil (%)

1 Protein 42 21

2 Kalsium 125 84

3 Magnesium 61 54

4 Potassium 41 22

5 Zat Besi 71 94

6 Vitamin A 310 162

7 Vitamin C 22 9

Sumber: Doeer dan Cameron (2005)

Terdapat beberapa cara pengolahan kelor yang dilakukan oleh masyarakat Desa Cikarawang. Cara pengolahan kelor untuk keperluan pangan adalah dengan sayur bening. Sementara cara pengolahan kelor untuk keperluan pengobatan adalah dengan cara diresbus dan diremas lalu dicampur minyak kelapa. Adapun cara pengoalahan kelor untuk keperluan ritual adat adalah dengan cara merebus daun kelor lalu dipadukan dengan bahan-bahan lain yaitu cabe bakar, bawang bakar, tomat bakar, dan terasi bakar.

Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui pengetahuan masyarakat desa mengenai kelor hanya sebatas pada pemanfaatan yang bersifat sederhana. Pengetahuan itu antara lain masyarakat mengetahui bahwa kelor dapat digunakan sebagai bahan pangan, ritual adat, dan obat. Adapun sumber pengetahuan ini adalah didapatkan oleh masyarakat desa secara turun-temurun dari nenek moyang.

(a) (b) (c)

Gambar 10 Contoh bentuk pemanfaatan daun kelor (a) kelor digunakan untuk ritual adat; (b) kelor digunakan sebagai bahan pangan/ sayur bening; (c) kelor digunakan untuk obat panas

Bagian yang dimanfaatkan

(25)

14

Gambar 11 Persentase bagian kelor yang dimanfaatkan

Penggunaan daun yang paling dominan pada masyarakat Desa Cikarawang untuk keperluan obat dan pangan di desa tersebut didasarkan pada pengetahuan yang mereka peroleh secara turun-temurun sehingga menimbulkan keyakinan bahwa kelor benar-benar dapat menyembuhkan penyakit yang diderita dan tidak beracun untuk dimakan sesuai dengan pengalaman nenek moyang. Secara ilmiah pemanfaatan daun kelor paling banyak digunakan daripada bagian lainnya karena daun merupakan bagian dari tumbuhan kelor yang paling banyak mengandung nilai gizi. Moyo et al. (2011) menyebutkan bahwa kandungan gizi pada kelor begitu lengkap yang disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Komposisi kandungan nutrisi pada daun kelor yang dikeringkan No. Kandungan Nutrisi Persentase (%) Standard Error

1 Moisture 9.533 0.194

2 Crude protein 30.29 1.480

3 Fat 6.50 1.042

4 Ash 7.64 0.433

5 Neutral detergent fibre 11.40 0.425 6 Acid detergent fibre 8.49 0.348 7 Acid detergent lignin 1.8 2.204 8 Acid detergent cellulose 4.01 0.101 9 Condensed tannins 3.12 0.104 10 Total polyphenols 2.02 0.390 Sumber: Moyo et al. (2011)

Kearifan Lokal Pemanfaatan Kelor

Keraf (2002) diacu dalam Stanis et al. (2007) menyebutkan bahwa kerarifan lokal/ tradisional adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman, atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Kearifan lokal didefinisikan sebagai kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus.

67% 11%

3%

16% 3% Daun

Batang

Buah

(26)

15

Cerita Rakyat

Pemanfaatan kelor muncul dari cerita perwayangan dahulu kala, cerita ini sampai kepada generasi sekarang melalui cerita lisan secara turun-temurun. Terdapat dua tokoh wayang sakti yang turun dari kahyangan ke muka bumi. Tokoh pewayangan ini bernama Togog dan Semar. Pertama kali menginjakan kaki ke bumi Togog langsung menanam satu spesies tumbuhan sebagai tanda bahwa dia pernah menginjakan kaki di bumi. Tumbuhan tersebut adalah kelor. Setelah menanam kelor, Togog pun kembali lagi ke kahyangan. Tak lama kejadian itu, turun pula ke bumi adik dari Togog yaitu Semar. Semar merasa betah di bumi dan dia tak kembali lagi ke kahyangan. Semar pun menetap di bumi hingga suatu saat dia mendapati temannya yang sudah tua renta dan sakit parah sulit sekali meninggal. Teman Semar susah meninggal karena dia memiliki ilmu kebatinan semasa mudanya. Semar melakukan semedi untuk berkomuniksi dengan Togog yang berada di kahyangan, dalam semedi itu Semar mendapatkan petunjuk dari Togog agar dia mengambil tumbuhan kelor yang pertama kali Togog tanam di bumi. Semar mengambil setangkai daun kelor, lalu Semar memukul-mukulkan daun kelor tersebut pada tubuh temannya yang sedang sakit parah itu sambil membaca doa-doa. Tak lama setelah dipukul-pukulkan kelor pada tubuh temannya itu, maka temannya pun langsung meninggal.

Rasulan

Rasulan adalah sebuah kegiatan ritual adat berupa upacara adat sebelum dilaksanakannya suatu pesta pernikahan atau hajatan. Dalam ritual adat terdapat penggunaan kelor sebagai salah satu syarat utama dalam upacara adat ini. Adapun bahan-bahan yang menjadi syarat dalam ritual ini adalah segenggam daun kelor yang telah direbus, bawang merah yang dibakar, cabe merah bakar, terasi bakar, rebus telur ayam kampong, dan nasi congcot (nasi yang berbentuk kerucut). Setelah bahan-bahan disiapkan, maka bahan-bahan itu akan dibacakan bacaan-bacaan doa oleh sesepuh kampung tersebut. Adapun maksud dari acara ini adalah memohon keselamatan kepada Tuhan agar acara yang dimaksud dapat berjalan lancar dan selamat.

Nadzar

Nadzar merupakan acara ritual adat yang diperoleh secara turun-temurun sebagai bukti rasa terima kasih dan menepati janji dengan apa yang dijanjikan pada waktu seseorang sakit. Ketika seseorang tersebut telah sembuh dari sakit, maka dia harus menepati janjinya dengan cara menyiapkan bahan-bahan yang menjadi syarat dalam ritual ini, yaitu segemgam daun kelor yang telah direbus, bawang merah yang dibakar, cabe merah bakar, terasi bakar, rebus telur ayam kampong, dan nasi congcot (nasi yang berbentuk kerucut). Setelah bahan-bahan siap maka akan dibacakan doa-doa oleh sesepuh sebagai tanda terimaksih kepada Tuhan atas kesembuhan yang telah diberikan.

Inventarisasi Populasi Kelor

Penyebaran Kelor

(27)

16

semua dusun yang ada di Desa Cikarawang yang dimiliki oleh 24 KK atau sebesar 1,14% dari total KK yang terdapat di desa tersebut. Hasil sensus kelor menunjukan bahwa tercatat sebanyak 65 individu kelor di Desa Cikarawang yang ditanam di berbagai tipe habitat. Berdasarkan hasil ini dapat diketahui bahwa keberadaan kelor di desa tersebut hanya terdapat 0.40 individu pohon per ha. Tentunya keberadaan kelor di desa ini masih sangat minim karena minat yang kurang untuk menanam kelor. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan akan manfaat kelor yang begitu besar. Lokasi dan jumlah kelor setiap tingkat pertumbuhan disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah dan penyebaran kelor di Desa Cikarawang

No. Lokasi Tingkat Pertumbuhan Jumlah

Pohon Tiang Pancang Anakan

Keberadaan kelor di Desa Cikarawang tersebar di semua dusun antara lain Dusun 1 terdapat sebanyak 41 individu yang tebagi kepada RW 1 sebanyak 3 individu kelor, RW 2 terdapat sebanyak 38 indivdu kelor. Di Dusun 2 terdapat sebnyak 6 individu kelor yang terbagi kepada RW 3 sebanyak 5 individu dan RW 4 sebanyak 1 individu kelor. Di Dusun 3 kelor terdapat di RW 5 sebanyak 3 individu, RW 6 sebanyak 13 individu, dan RW 7 sebanyak 2 individu. Berdasarkan hasil sensus diketahui bahwa kelor paling banyak ditemukan di Dusun 1. Hal ini dikarenakan kelor merupakan tumbuhan hasil budidaya oleh masyarakat di lahan persawahan dan Dusun 1 merupakan lokasi yang memiliki luasan sawah paling besar diantara dusun lainnya, sehingga peluang ditanamnya kelor di Dusun 1 lebih besar daripada di dusun lainnya. Sedangkan, di Dusun lain jumlah kelor yang ditanam lebih sedikit, hal ini disebabkan selain luasan sawah yang lebih kecil juga disebabkan oleh penanaman kelor yang ditanam di pekarangan, kebun, dan tepi jalan.

Kelor di Desa Cikarawang tumbuh dengan baik karena adanya aktivitas pemeliharaan yang dilakukan oleh pemilik. Adapun pemeliharaan yang dilakukan berupa pemangkasan batang. Intensitas pemangkasan batang ini terbilang sering karena pertumbuhan cabang kelor yang relatif cepat. Kelor yang lokasinya di pinggir jalan, kegiatan pemangkasan lebih sering dilakukan daripada kelor yang terdapat di kebun dan persawahan. Hal ini dilakukan karena kelor yang berada di tepi jalan dapat mengganggu keselamatan pengguna jalan dan dapat menimbulkan gangguan pada kabel listrik. Pemeliharaan berupa pemangkasan memang perlu dilakukan terhadap tumbuhan kelor yang tingginya sudah menjulang. Hal ini didasrkan pada kayu tumbuhan kelor bersifat lembut dan rapuh sehingga mudah roboh (Radovich 2009) .

(28)

17 pengelolaan kelor di desa tersebut. Adapun peta lokasi keberadaan kelor di desa tersebut dapat dilihat pada Gambar 12.

Keterangan : Lokasi Kelor

Gambar 12 Denah lokasi kelor di Desa Cikarawang

Kondisi Habitat

Habitat ditemukan kelor terdiri dari sawah, pekarangan, kebun, dan tepi jalan. Kelor yang terdapat di pekarangan sebagian besar ditanam oleh kaum ibu karena perempuan lebih sering berada di rumah dan menata pekarangan. Sebesar 66% masyarakat lebih banyak menanam kelor di lahan pesawahan. Hal ini terkait dengan luasan sawah di Desa Cikarwang lebih dari setengah penggunaan lahan yang ada. Sehingga peluang ditanamnya kelor di persawahan lebih besar daripada menanam kelor di habitat lain seperti pekarangan, kebun, dan tepi jalan.

Gambar 13 Persentase tipe habitat kelor 66%

14%

15% 5%

Sawah

Pekarangan

Kebun

(29)

18

Radovich (2009) menyatakan bahwa kriteria tempat tumbuh kelor yang disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Kriteria tempat tumbuh kelor

No. Kategori Kriteria

1 Ketinggian Terendah: Setara laut

Tertinggi: 1500 mdpl. 2 Curah Hujan Rata-rata Tahunan Terendah: 250 mm

Tertinggi: 4000 mm

5 Suhu Rata-rata Tahunan Terendah:150C Tertinggi: 300C

6 Toleransi Suhu Minimum Mampu bertahan di suhu 00C

Suhu di Desa Cikarawang berkisar antara 200C –300C dan ketinggian sekitar 193 mdpl. Selain itu, curah hujan di desa ini berkisar antara 3500 – 4000 mm/tahun. Berdasarkan kriteria Radovich (2009), Desa Cikarawang merupakan lokasi yang cocok untuk pertumbuhan kelor, sehingga budidaya kelor di desa ini dapat tumbuh dengan baik. Suhu yang terlalu lembab dan sinar matahari yang kurang dapat menjadikan pertumbuhan yang tidak bagus bagi kelor. Lahan tempat menanam kelor terdiri dari lahan milik pribadi dan lahan garapan milik orang lain. Sebesar 72.31% masyarakat menanam kelor di lahan miliknya sendiri, sementara sisanya sebesar 27.69% masyarakat menanam di lahan garapan milik orang lain atau pemerintah. Peluang masyarakat menanam kelor di lahan sendiri lebih besar karena sebagian besar pemilik kelor memiliki lahan sendiri untuk menanam kelor.

Cara Budidaya

Palada dan Chang (2003) memaparkan cara budidaya kelor melalui 2 teknik yaitu perbanyakan menggunakan biji dan stek batang. Adapun langkah kerja dari cara budidaya tersebut adalah:

1. Perbanyakan dengan Biji

Biji kelor disiapkan, lalu siapkan juga lahan dengan sinar matahari yang cukup untuk menanam, lalu buat gudukan-gudukan tanah di lahan. Buat lubang sedalam 2 cm dan jarak 3 – 5 m antar lubang di gundukan tanah yang dibuat di ladang. Setelah lubang siap, maka taburkan sebanyak 2 – 3 biji kelor dilubang tersebut, lalu timbun biji tersebut dengan tanah, campuran kompos/pupuk (opsional), dan siram dengan air secukupnya.

2. Perbanyakan dengan Stek Batang

(30)

19 Berdasarkan hasil observasi lapang, diketahui bahwa seluruh kelor yang terdapat di desa ini merupakan hasil budidaya masyarakat melalui 2 cara yaitu perbanyakan secara generatif melalui biji dan perbanyakan secara vegetatif melalui stek batang. Kelor di desa ini hampir seluruhnya ditanam oleh masyarakat melalui stek batang. Hal ini disebabkan stek batang merupakan cara paling sederhana dalam budidaya kelor yang tidak memerlukan banyak perlakuan dan mudah untuk dilakukan daripada budidaya dengan biji. Perbanyakan kelor dengan biji sebesar 2% dari total budidaya kelor. Perbanyakan kelor melalui biji terbilang sulit dan riskan. Ada beberapa tahap yang dilalui sebelum kelor siap tanam di lapang, seperti tahap persemaian, tahap penyapihan, dan tahap terakhir penanaman.

Gambar 14 Persentase cara budidaya kelor

Aksi Konservasi Kelor

Berdasarkan Tri Stimulus AMAR Pro-Konservasi, upaya konservasi kelor perlu dilakukan di seluruh wilayah Indonesai. Hal ini didasarkan bahwa kelor merupakan tumbuhan serbaguna dan banyak memberikan manfaat, antara lain manfaat dalam aspek kesehatan, manfaat dalam aspek kecukupan nutrisi, dan manfaat bagi peningkatan kualitas lingkungan. Di Desa Cikarawang telah terjadi konservasi kelor berupa pemanfaatan dan pengawetan kelor dengan cara menanam kelor di beberapa lokasi yang terdapat di lahan desa. Zuhud et al.

(2007) menyebutkan bahwa masyarakat tradisional memiliki sikap dan perilaku pro-konservasi alam. Sikap dan perilaku pro-konservasi alam dipengaruhi oleh 3 stimulus AMAR yaitu stimulus alamiah, stimulus manfaat, dan stimulus rela.

Stimulus alamiah yaitu suatu rangsangan yang berasal dari nilai-nilai kebenaran dari alam mengenai keberlanjutan sumberdaya alam hayati yang sesuai dengan karakter bioekologinya (Zuhud et al. 2007). Stimulus alamiah merupakan hal penting dalam membangun sikap konservasi yang kemudian akan menghasilkan suatu aksi konservasi. Stimulus alamiah yang dapat merangsang masyarakat dalam melakukan konservasi kelor adalah informasi penting mengenai keberadaan kelor di alam. Desa Cikarawang merupakan suatu wilayah yang memiliki karakteristik lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan kelor. Selain itu, Desa Cikarawang merupakan desa yang lahannya didominasi oleh lahan pertanian

98% 2%

Stek

(31)

20

sehingga hal ini dapat dijadikan peluang besar untuk upay budidaya kelor oleh petani di desa tersbut.

Stimulus manfaat adalah rangsangan yang didasarkan pada kepentingan manusia seperti manfaat ekonomi, manfaat pengobatan, manfaat ekologis dan biologis (Zuhud et al. 2007). Stimulus manfaat dari kelor berdasarkan hasil penelitian adalah masyarakat memiliki dorongan untuk konservasi kelor karena masyarakat tahu bahwa kelor memiliki nilai manfaat untuk pengobatan dan pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat. Namun, pada dasarnya pemanfaatan yang dilakukan masih begitu sederhana sehingga perlu penyampaian informasi lebih lanjut mengenai manfaat kelor bagi kesehatan dan pangan.

Stimulus rela adalah stimulus yang berkaitan dengan nilai-nilai kebaikan yang akan mendapatkan ganjaran dari sang pencipta. Stimulus rela akan timbul ketika masyarakat telah mengetahui stimulus alamiah dan mafaat kelor. Hal ini juga berkaitan dengan nilai budaya, nilai agama, nilai kearifan, dan nilai kepuasan yang menjadikan seseorang rela melakukan suatu tindakan. Stimulus manfaat dan alamiah kelor yang ada di Desa Cikarawang hendaknya mampu membangun stimulus rela pada masyarakat Desa Cikarawang untuk melakukan aksi konservasi kelor. Selain itu, stimulus rela yang berkaitan dengan konservasi kelor di Desa Cikarawang adalah adanya budaya masyarakat yang menggunakan kelor di acara ritual adat. Selain itu, terdapat cerita rakyat mengenai kelor yang berkembang di masyarakat secara turun-temurun. Hal ini seharusnya disebarluaskan kepada masyarakat desa sehingga masyarakat terdorong dan rela untuk melakukan konservasi kelor.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Pemanfaatan kelor yang dilakukan masyarakat Desa Cikarawang masih tergolong rendah karena pengetahuan masyarakat mengenai manfaat kelor yang masih rendah pula. Hal ini ditunjukan dengan pemanfaatan kelor yang hanya digunakan untuk beberpa keperluan antara lain untuk keperluan pangan sebesar 12%, pengobatan sebesar 42%, ritual adat sebesar 34%, dan untuk keperluan pagar sawah sebesar 12%.

(32)

21

Saran

1. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang manfaat kelor sebagai bahan pangan yang memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dan baik bagi kesehatan perlu ditingkatkan. Kegiatan penyadartahuan mengenai manfaat pangan kelor ini dapat dilakukan melalui upaya penyuluhan atau tindakan sosialisasi lainnya. Kelor dapat dijadikan salah satu alternatif pangan untuk mengatasi permasalahan gizi buruk dan pangan masyarakat Desa Cikarawang. Dengan demikian, pemerintah desa hendaknya dapat menghimbau kepada masyarakat agar memanfaatkan kelor sebagai bahan pangan yang memiliki nilai nutrisi yang tinggi dan mudah didapat.

2. Budidaya kelor di desa cikarawang masih terbilang rendah, sehingga perlu peningkatan upaya budidaya kelor di desa tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Amagloh FK, Benang A. 2009. Effectiveness of Moringa oleifera seed as coagulant for water purification. African Journal of Agricultural Research

4(1): 119-123.

Aprollita. 2008. Kemandirian pembudidaya ikan patin di kolam lahan gambut di Desa Tangkit Baru, Kec. Kumpe Ulu, Kab. Muaro Jambi, Provinsi Jambi [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Deryanti T. 2010. Konservasi tumbuhan obat keluarga (Toga) untuk kesehatan masyarakat secara mandiri (Studi kasus di Kampung Carang Pulang, Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Doerr B, Cameron L. 2005. Moringa leaf powder. USA: Echo Technical Note. Fakhrozi I. 2009. Etnobotani masyarakat Suku Melayu Tradisional di sekitar

Taman Nasional Bukit Tiga Puluh: Studi kasus di Desa Rantau Langsat Kec. Batang Gangsal, Kab. Indragiri Hulu, provinsi Riau [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Jaiswal D, Rai PK, Kumar A, Mehta S, Watal G. 2009. Effect of Moringa oleifera

Lam. leaves aqueous extract therapy on hyperglycemic rats. Journal of Ethnopharmacology 123(3): 392-396.

Johnson BC, Pharm B. 2005. Clinical Perspectives on the Health Effects of Moringa oleifera: A Promising Adjunct for Balanced Nutrition and Better Health. California: KOS Health Publications.

Kasolo JN, Bimenya GS, Ojok L, Ochhieng J, Okeng JWO. 2010. Phytochemicals and uses of Moringa oleifera leaves in Ugandan rural communities.

Journal of Medicinal Plants Research 4(9): 753-757.

Krisnadi AD. 2012. Kelor Super Nutrisi. Blora (ID): Pusat Informasi dan Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia Lembaga Swadaya Masyarakat – Media Peduli Lingkungan (LSM-MEPELING).

(33)

22

Palada MC, Chang LC. 2003. Suggested Cultural Practices for Moringa. Taiwan: Asian Vegetable Research and Development Center.

Radovich T. 2009. Farm and Forestry Production and Marketing profile for Moringa (Moringa oleifera). http://agroforestry.net/scps [21 Jun 2013] Roloff A, Weisgerber H, Lang U, Stimm B. 2009. Moringa oleifera Lam. 1785.

Weinheim: WILEY-VCH Verlag GmbH and Co.

Sauveur AS, Broin M. 2010. Growing and processing moringa leaves. Ghana: Moringa Association of Ghana.

Stanis S, Supriharyono, Bambang AZ. 2007. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut melalui pemberdayaan kearifan lokal di Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Pesisir Laut 2(2): 67-82.

(34)

23

Lampiran 1 Data responden kajian pemanfaatan kelor

No. Nama Jenis

Kelamin

Umur

(Tahun) Pendidikan Pekerjaan

1 Sutirta L 48 SMA Wirausaha

2 Wartini P 45 SMP Ibu Rumah Tangga

3 Mariani P 45 SMP Ibu Rumah Tangga

4 Asep L 43 SMA PNS

5 Laya P 56 SMA PNS

6 Tawi L 42 SD Wirausaha

7 Anih P 42 SD Petani

8 Anip L 66 SD Petani

9 Sani P 56 SD Pedagang

10 Armah P 55 SD Ibu Rumah Tangga

11 Ulung L 50 SD Petani

12 Muhtar L 56 SMA Karyawan

13 Resna L 63 SD Petani

14 Karni P 60 SD Pedagang

15 Sahen P 60 SD Ibu Rumah Tangga

16 Mani P 42 SD Ibu Rumah Tangga

17 Mastam L 50 SD Petani

18 Madsani L 81 SD Petani

19 Ade P 32 SD Buruh

20 Aan P 42 SD Ibu Rumah Tangga

21 Mimin P 40 SD Petani

22 Adung L 45 SLTA Petani

23 Niah P 47 SD Petani

24 Ujang L 42 SD Petani

25 Minah P 45 SMP Buruh

26 Enap P 66 SD Ibu Rumah Tangga

27 Sainan L 58 SMA PNS

28 Satibi L 53 SD Petani

29 Iwan L 35 SMA Wirausaha

(35)

24 Lampiran 2 Pemanfaatan kelor masyarakat Desa Cikarawang

*No. Bagian

Sediakan bahan-bahan antara lain daun kelor, bawang, tomat dan garam. Masak air hingga mendidih lalu masukan bawang, tomat, garam, dan daun kelor, biarkan hingga daun kelor matang.

Turun-Letakkan daun kelor dibawah bantal Turun-temurun diiringi dengan bacaan mantra yang dibacakan oleh sesepuh. Obat Obat Panas Segemgam daun kelor dihancurkar lalu tambahkan

1 gelas air, aduk hingga rata lalu disaring dan siap untuk diminum.

Turun-temurun

(36)

25 Lampiran 2 Pemanfaatan kelor masyarakat Desa Cikarawang (lanjutan)

*No. Bagian kelor-bayam. Masak hingga daun kelor-bayam layu dan siap untuk disajikan.

4 Daun Obat Obat Panas Daun kelor diremas hingga hancur lalu masukan ke dalam piring. Tambahkan minyak kelapa secukupnya, aduk hingga merata kemudian balurkan ke seluruh tubuh. tetesan air dari batang muda tersebut diteteskan ke mata.

Sediakan bahan-bahan antara lain daun kelor, jagung, bawang, tomat dan garam. Masak air hingga mendidih lalu masukan bawang, tomat, garam, jagung, dan daun kelor, biarkan hingga

Obat Obat Mata Daun kelor diremas hingga mengeluarkan air/sari daun, lalu teteskan sari daun tersebut ke mata.

(37)

Turun-26 Lampiran 2 Pemanfaatan kelor masyarakat Desa Cikarawang (lanjutan)

*No. Bagian menghilangkan bau menyengat dari daun kelor, seduh selama 1-2 menit dengan air panas lalu tiriskan. Kemudian panaskan air hingga mendidih lalu masukan bawang, cabe merah, garam dan daun kelor yang telah ditiriskan, biarkan beberapa menit hingga matang.

Dokter

Buah Obat Obat

Diabetes

Buah muda disayur seperti biasa Turun-temurun

Tanam pohon di sekeliling rumah atau di halaman rumah 9 Daun Obat Obat Panas Daun diremas lalu tambahkan minyak kelapa, aduk

hingga rata, lalu balurkan ke seluruh badan.

Turun-temurun Ritual adat Rasulan Daun kelor diseduh dengan air panas hingga layu dan

tiriskan lalu letakkan di piring. Siapkan bawang merah, terasi, cabe merah yang telah dibakar, nasi congcot, dan telur ayam kampung sebagai pelengkap ritual.

(38)

Turun-27 Lampiran 2 Pemanfaatan kelor masyarakat Desa Cikarawang (lanjutan)

*No. Bagian

Daun direbus, lalu air rebusannya diminum Turun-temurun campur dengan air hangat, saring kedalam gelas.

(39)

28 Lampiran 2 Pemanfaatan kelor masyarakat Desa Cikarawang (lanjutan)

*No. Bagian merah, bawang putih, tomat, dan garam.

Turun-17 Daun Obat Obat Panas Daun diremas-remas lalu ditambah minyak kelapa,

aduk hingga merata, lalu balurkan keseluruh tubuh.

(40)

Turun-29 Lampiran 2 Pemanfaatan kelor masyarakat Desa Cikarawang (lanjutan)

*No. Bagian

20 Daun Ritual adat Penangkal Daun kelor diremas, lalu campur dengan air cucian beras, aduk hingga rata, lalu ciprat-cipratkan ke

Kelor ditanam sekeliling sawah untuk dijadikan pembatas dengan sawah lain yang ada disekitarnya. 22 Daun Obat Obat Panas Daun kelor diremas hingga hancur lalu masukan ke dalam piring. Tambahkan minyak kelapa secukupnya, aduk hingga merata kemudian balurkan ke seluruh tubuh. tetesan air dari batang muda tersebut diteteskan ke mata.

(41)

30 Lampiran 2 Pemanfaatan kelor masyarakat Desa Cikarawang (lanjutan)

*No. Bagian

Kelor ditanam sekeliling sawah sebagai pembatas dengan sawah orang lain.

Daun Ritual adat Peluruh Ilmu Kebatinan/ susuk

Serangkaian daun kelor digibas-gibaskan kepada orang sakit yang diindikasikan memakai sususk/ punya ilmu kebatinan sehingga meninggalnya sulit.

Turun-Kelor ditanam sekeliling sawah sebagai pembatas dengan sawah orang lain.

28 Daun Ritual adat Rasulan Daun kelor diseduh dengan air panas hingga layu dan tiriskan lalu letakkan di piring. Siapkan bawang merah, terasi, cabe merah yang telah dibakar, nasi congcot, dan telur ayam kampong.

(42)

31 Lampiran 2 Pemanfaatan kelor masyarakat Desa Cikarawang (lanjutan)

*No. Bagian yang digunakan

Bentuk Pemanfaatan

Nama Produk

Cara Penggunaan Sumber

Pengetahuan

Keterangan

29 Daun Ritual adat Rasulan Daun kelor diseduh dengan air panas hingga layu dan tiriskan lalu letakkan di piring. Siapkan bawang merah, terasi, cabe merah yang telah dibakar, nasi congcot, dan telur ayam kampong sebagai pelengkap ritual.

Turun-temurun

30 Daun Raitual adat Rasulan Daun kelor diseduh dengan air panas hingga layu dan tiriskan lalu letakkan di piring. Siapkan bawang merah, terasi, cabe merah yang telah dibakar, nasi congcot, dan telur ayam kampong sebagai pelengkap ritual.

Turun-temurun

(43)

32 Lampiran 3 Data invetarisasi populasi kelor di Desa Cikarawang

Pemilik No. Lokasi Tingkat Berbuah Habitat Satus Lahan Cara

Tanam Pemeliharaan Keterangan

Satibi 1 RT.1 RW.1 Pohon √ Sawah Milik Sendiri Stek Pemangkasan Ø=21 t=8

2 RT.1 RW.1 Pohon √ Sawah Milik Sendiri Stek Pemangkasan Ø=22 t=8

Mastam 3 RT.4 RW.1 Pohon √ Pekarangan Milik Sendiri Stek Pemangkasan dan penyiangan

Ø=32 t=8

Ade 4 RT.1 RW.2 Pohon Pekarangan Milik Sendiri Stek Pemangkasan Ø=20 t=3.5

5 RT.1 RW.2 Pohon Pekarangan Milik Sendiri Stek Pemangkasan Ø=20.5 t=3

Mimin 6 RT.2 RW.2 Pohon Sawah Milik Sendiri Stek Pemangkasan Ø=39 t=4

7 RT.2 RW.2 Pohon Sawah Milik Sendiri Stek Pemangkasan Ø=22.5 t=2.5

8 RT.2 RW.2 Pohon Sawah Milik Sendiri Stek Pemangkasan Ø=21 t=2.5

9 RT.2 RW.2 Anakan Sawah Milik Sendiri Stek

10 RT.2 RW.2 Anakan Sawah Milik Sendiri Stek

11 RT.2 RW.2 Anakan Sawah Milik Sendiri Stek

Niah 12 RT.2 RW.2 Anakan Sawah Milik Sendiri Stek

13 RT.2 RW.2 Tiang Sawah Milik Sendiri Stek Pemangkasan

14 RT.2 RW.2 Tiang Sawah Milik Sendiri Stek Pemangkasan

15 RT.2 RW.2 Pohon Sawah Milik Sendiri Stek Pemangkasan Ø=25 t=6

16 RT.2 RW.2 Pohon √ Sawah Milik Sendiri Stek Pemangkasan Ø=32 t=6

Sainan 17 RT.2 RW.2 Anakan Sawah Milik Sendiri Stek

18 RT.2 RW.2 Anakan Sawah Milik Sendiri Stek

19 RT.2 RW.2 Anakan Sawah Milik Sendiri Stek

20 RT.2 RW.2 Anakan Sawah Milik Sendiri Stek

21 RT.2 RW.2 Anakan Sawah Milik Sendiri Stek

(44)

33 Lampiran 3 Data invetarisasi populasi kelor di Desa Cikarawang (lanjutan)

Pemilik No. Lokasi Tingkat Berbuah Habitat Satus Lahan Cara

Tanam Pemeliharaan Keterangan

Ujang 23 RT.2 RW.2 Pohon Sawah Milik Sendiri Stek Pemangkasan

24 RT.2 RW.2 Anakan Sawah Milik Sendiri Stek

25 RT.2 RW.2 Anakan Sawah Milik Sendiri Stek

26 RT.2 RW.2 Anakan Sawah Milik Sendiri Stek

27 RT.2 RW.2 Anakan Sawah Milik Sendiri Stek

28 RT.2 RW.2 Pohon √ Sawah Milik Sendiri Stek Pemangkasan Ø=24 t=4

29 RT.2 RW.2 Pohon Sawah Milik Sendiri Stek Pemangkasan Ø=20 t=4

30 RT.2 RW.2 Pohon Sawah Milik Sendiri Stek Pemangkasan Ø=20 t=4

31 RT.2 RW.2 Pohon Sawah Milik Sendiri Stek Pemangkasan Ø=21 t=4

32 RT.2 RW.2 Pohon Sawah Milik Sendiri Stek Pemangkasan Ø=22 t=4

33 RT.2 RW.2 Pohon Sawah Milik Sendiri Stek Pemangkasan Ø=24 t=4

34 RT.2 RW.2 Pohon Sawah Milik Sendiri Stek Pemangkasan Ø=20 t=4

35 RT.2 RW.2 Pohon Sawah Milik Sendiri Stek Pemangkasan Ø=20 t=4

Halimah 36 RT.2 RW.2 Pohon √ Sawah Milik Orang Lain Stek Pemangkasan Ø=30 t=7

Ratna 37 RT.2 RW.2 Pohon √ Sawah Milik Orang Lain Stek Pemangkasan Ø=26 t=11

38 RT.2 RW.2 Pohon √ Sawah Milik Orang Lain Stek Pemangkasan Ø=24 t=8

Sendi 39 RT.2 RW.2 Pohon √ Sawah Milik Orang Lain Stek Pemangkasan Ø=33 t=7

40 RT.2 RW.2 Anakan Sawah Milik Orang Lain Stek

41 RT.2 RW.2 Anakan Sawah Milik Orang Lain Stek

Madsani 42 RT.3 RW.3 Pancang Sawah Milik Orang Lain Stek Pemangkasan 43 RT.3 RW.3 Pancang Sawah Milik Orang Lain Stek Pemangkasan

(45)

34 Lampiran 3 Data invetarisasi populasi kelor di Desa Cikarawang (lanjutan)

Pemilik No. Lokasi Tingkat Berbuah Habitat Satus Lahan Cara

Tanam Pemeliharaan Keterangan

Adon 45 RT.4 RW.3 Tiang Kebun Milik Sendiri Stek Pemangkasan

Karni 46 RT.5 RW.3 Pohon Pekarangan Milik Sendiri Stek Pemangkasan Ø=20 t=4

Sahen 47 RT.1 RW.4 Pohon Kebun Milik Pemerintah Stek Pemangkasan Ø=21.9 t=4.5

Anih 48 RT.1 RW.5 Pohon √ Sawah Milik Sendiri Stek Pemangkasan Ø=29.5 t=12

Oji 49 RT.3 RW.5 Pohon Sawah Milik Sendiri Stek Pemangkasan Ø=23 t=4

50 RT.3 RW.5 Tiang Sawah Milik Sendiri Stek Pemangkasan

Aji 51 RT.2 RW.6 Tiang Tepi Jalan Milik Pemerintah Stek Pemangkasan

Sumiati 52 RT.3 RW.6 Pohon Pekarangan Milik Sendiri Stek Pemangkasan Ø=25 6=8

Sani 53 RT.3 RW.6 Pohon √ Pekarangan Milik Sendiri Stek Pemangkasan Ø=20 t=7

Muchtar 54 RT.3 RW.6 Pohon Pekarangan Milik Sendiri Stek Pemangkasan Ø=22.3 t=11

Resna 55 RT.4 RW.6 Pohon √ Kebun Milik Orang Lain Stek Ø=21 t-12

56 RT.4 RW.6 Tiang Kebun Milik Orang Lain Stek Ø=12 t=10

57 RT.4 RW.6 Pancang Kebun Milik Orang Lain Stek 58 RT.4 RW.6 Pancang Kebun Milik Orang Lain Stek 59 RT.4 RW.6 Pancang Kebun Milik Orang Lain Stek

63 RT.4 RW.6 Anakan Kebun Milik Orang Lain Stek

64 RT.4 RW.6 Anakan Kebun Milik Orang Lain Stek

65 RT.4 RW.6 Anakan Kebun Milik Orang Lain Stek

Aam 60 RT.4 RW.6 Pohon Pekarangan Milik Sendiri Stek Ø=29 t=3.5

(46)

35

Lampiran 4 Titik penyebaran kelor di Desa Cikarwang

*No. Y X Ketinggian

1 9275975 692304,3 190

10 9276160 691816,3 186

11 9276160 691817,3 188

12 9276170 691796,1 189

13 9276162 691797,4 185

14 9276191 691799,9 189

15 9276184 691796,6 190

16 9276186 691797,9 187

17 9276134 691776,9 186

18 9276133 691776,4 183

19 9276132 691775,2 187

20 9276130 691775,8 188

21 9276102 691771,8 188

22 9276101 691771,2 184

23 9276100 691769,2 189

24 9276097 691769,9 187

25 9276097 691769,7 186

26 9276097 691769 189

27 9276096 691768,3 187

28 9276095 691768 183

29 9276092 691767,5 187

3 9276347 692218,1 203

30 9276087 691767,3 190

31 9276085 691767,1 188

32 9276080 691767,2 182

33 9276077 691766,9 186

34 9276074 691766,4 182

35 9276072 691766,6 186

36 9276067 691754,9 188

37 9276005 691782,4 186

38 9276001 691781,7 184

39 9276047 691821,8 189

4 9276145 691879,4 189

40 9276051 691813 188

41 9276049 691816,2 188

42 9276681 691148,5 177

43 9276688 691147,7 178

44 9276342 691144 185

46 9276193 691289,3 178

47 9276175 691148 187

(47)

36

Lampiran 4 Titik penyebaran kelor di Desa Cikarwang (lanjutan)

No. Y X Ketinggian

49 9275998 690236,1 169

5 9276142 691878,2 187

50 9275995 690243,7 165

51 9275558 691070 165

52 9275751 691221 182

53 9275767 691313,7 184

54 9275786 691278,2 185

55 9275594 691293,2 183

56 9275602 691292,7 181

57 9275608 691293 183

58 9275613 691292,4 180

59 9275612 691277,5 183

6 9276161 691818,3 188

60 9275579 691352,6 184

61 9275925 691573 184

62 9275927 691565,6 184

63 9275612 691276,8 181

64 9275614 691275 182

65 9275615 691272,1 183

7 9276130 691800,9 185

8 9276126 691801,1 186

9 9276160 691818 185

45 9276338 691296,9 186

2 9275974 692306 201

(48)
(49)

38

38

(50)

39

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 19 Februari 1989 dari ayah bernama Dede Sugandi (Alm) dan ibu bernama Wati. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara, adik pertama bernama Muhamad Sidik Permana dan adik kedua bernama Maya Sari. Tahun 2009 penulis lulus dari MA Negeri 2 Kota Bogor dan pada tahun yang sama penulis mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan penulis berhasil masuk IPB diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (DKSHE), Fakultas Kehutanan, IPB.

Selama menempuh pendidikan di DKSHE, penulis merupakan anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi (HIMAKOVA) Kelompok Pemerhati Flora (KPF) dan Kelompok Pemerhati Herpetofauna (KPH). Selain itu, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kehutanan sebagai Anggota Bidang KASMAS (2010/2011). Penulis pernah mengikuti kegiatan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Resort Bukit Tapan, Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi – Sumatera Barat pada tahun 2011. Selain itu, penulis juga pernah melaksanakan praktek dan kegiatan lapangan antara lain Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Kesatuan Pemangkuan Hutan Cikeong dan Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu pada tahun 2011, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat pada tahun 2012, dan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten pada tahun 2013.

(51)

Gambar

Gambar 1 Skema lokasi penelitian
Tabel 1 Jenis dan teknik pengumpulan data
Gambar 2 Metode penelitian (a) wawancara responden; (b) observasi lapang
Tabel 2 Jumlah penduduk Desa Cikarawang tahun 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Desa Prangat Baru juga memiliki beberapa lahan yang ditujukan untuk.. keperluan khusus, di antaranya adalah lahan pekarangan seluas delapan puluh

Limbah kandang sapi potong dan kotoran sapinya adalah bahan baku utama pupuk organik (kompos). Namun, pembuatan pupuk organik berbahan baku limbah kandang masih

Rasul menjalankan tugasnya dengan metode bi al-hikmah, dimana metode ini dilakukan rasul selama berdakwah, tidak hanya sembunyi-sembunyi tetapi juga pada

Dari perbedaan tersebut terlihat jelas bahwa pria dan wanita memiliki gaya berkomunikasi yang bertolak belakang satu sama lain, sehingga pasangan yang menikah, khususnya

Dari hasil data angket yang menggunakan analisis prosentasi dapat diketahui mean dari variabel Y (Karakter Siswa) yakni 81,47 yang masuk dalam nilai interval 63–82,

Simpulan penelitian ini adalah pendekatan kontekstual dengan media kartu warna dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan keterampilan menulis pantun

the Charlotte Bronte’s Jane Eyre and social background of English society at. the first half of the 19 th

Bentuk konflik peran ganda yang dirasakan oleh buruh bangunan wanita yang sudah menikah paling banyak dirasakan pada Time-based conflicy (tuntutan akan waktu