• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produktivitas Tenaga Pengarit dan Komposisi Hij auan Pakan Domestik di Petemakan Sapi Perah Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produktivitas Tenaga Pengarit dan Komposisi Hij auan Pakan Domestik di Petemakan Sapi Perah Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKTIVITAS TENAGA PENGARIT DAN KOMPOSISI HIJAUAN PAKAN DOMESTIK DI PETERNAKAN SAPI PERAH PONDOK

RANGGON, KECAMATAN CIPAYUNG, JAKARTA TIMUR

ANNISA BAHAR

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA

PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produktivitas Tenaga Pengarit dan Komposisi Hijauan Pakan Domestik di Peternakan Sapi Perah Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

Annisa Bahar

(4)

ABSTRAK

ANNISA BAHAR. Produktivitas Tenaga Pengarit dan Komposisi Hijauan Pakan Domestik di Peternakan Sapi Perah Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Dibimbing oleh M. AGUS SETIANA dan IWAN PRIHANTORO.

Peternakan Pondok Ranggon merupakan salah satu peternakan sapi perah di Jakarta dengan pola penyediaan hijauan pakan tergantung pada padang rumput alam. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis produktivitas tenaga pengarit dan mengidentifikasi komposisi hijauan pakan domestik di peternakan sapi perah Pondok Ranggon. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, analisis komposisi botani dan metode Nell dan Rollinson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas tenaga pengarit dipengaruhi oleh berat badan, umur dan pengalaman. Hasil penelitian menunjukkan, kapasitas mengarit tertinggi diperoleh oleh tenaga pengarit berumur 40 tahun. Komposisi botani di kandang terdiri dari 52.63% rumput, 15.79% legum dan 31.58% rumbah. Jenis rumput yang sering diberikan ke ternak adalah Imperata cylindrica (LINN.) P.Beauv., Pennisetum

polystachyon (L.) Schult., dan Panicum maximum Jacq. Jenis legum yang sering

digunakan adalah Calopogonium mucunoides Desv. dan jenis rumbah yang paling sering digunakan adalah Asystasia coromodeliana Ness., Biden pilosa L. dan

Lantana camara L.

Kata kunci: komposisi hijauan, legum, mengarit, rumbah, rumput

ABSTRACT

ANNISA BAHAR. Labor Productivity of Grass Seekers and Composition of Domestic Forage at Dairy Cattle Farm of Pondok Ranggon, Cipayung District, East Jakarta. Supervised by M. AGUS SETIANA and IWAN PRIHANTORO.

Pondok Ranggon farm is one of the dairy farms in Jakarta where the pattern of availability forage depending on natural pastures. The aim of this experiment were to analyze labor productivity of grass seekers and to identify the composition of domestic forage in the dairy farm of Pondok Ranggon. This experiment used descriptive analysis, composition of botany and Nell and Rollinson method. The result showed that the capacity of grass seekers influenced by body weight, age rumbah that most commonly used were Asystasia coromodeliana Ness., Biden

pilosa L. and Lantana camara L.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

PRODUKTIVITAS TENAGA PENGARIT DAN KOMPOSISI HIJAUAN PAKAN DOMESTIK DI PETERNAKAN SAPI PERAH

PONDOK RANGGON, KECAMATAN CIPAYUNG, JAKARTA TIMUR

ANNISA BAHAR

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Produktivitas Tenaga Pengarit dan Komposisi Hijauan Pakan Domestik di Peternakan Sapi Perah Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur

Nama : Annisa Bahar

NIM : D24090145

Disetujui oleh

Ir M Agus Setiana, MS Pembimbing I

Dr Iwan Prihantoro, SPt MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr Ketua Departemen

(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – April 2013, dengan judul Produktivitas Tenaga Pengarit dan Komposisi Hijauan Pakan Domestik di Peternakan Sapi Perah Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Peternakan sapi perah Pondok Ranggon merupakan salah satu contoh peternakan sapi perah yang berada di daerah perkotaan dan dekat dengan pemukiman penduduk. Lokasi peternakan yang berada di daerah perkotaan yang padat penduduk seperti ini menyebabkan peternakan sapi perah Pondok Ranggon tidak memiliki lahan untuk penanaman hijauan pakan ternak, sehingga para peternak biasanya mencari hijauan di luar kawasan peternakan serta memanfaatkan rumput lapangan. Hingga saat ini kajian mengenai komposisi hijauan yang diberikan peternak dan produktivitas tenaga pengarit di daerah Pondok Ranggon belum dilakukan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik, saran, dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013

(11)
(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

MATERI DAN METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Materi 2

Prosedur Penelitian 2

Pembuatan Herbarium 3

Identifikasi Hijauan Pakan 3

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Keadaan Umum Wilayah Penelitian 5

Penggunaan Lahan Kelurahan Pondok Ranggon 5

Keadaan Umum Peternakan Pondok Ranggon 5

Karakterisitik Peternak 6

Produktivitas Tenaga Pengarit 7

Pola Penyediaan Hijauan Pakan 10

Pola Pemberian Pakan Sapi Perah 10

Moda Penyediaan Hijauan di Pondok Ranggon 12

Kualitas dan Kuantitas Hijauan Pakan 13

Jenis dan Komposisi Botani Hijauan Pakan di Peternakan Pondok Ranggon 14 Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia Nell dan Rollinson 15

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 19

RIWAYAT HIDUP 25

(13)

DAFTAR TABEL

1. Jenis penggunaan lahan di kelurahan Pondok Ranggon 5

2. Karakteristik peternak 7

3. Rataan pemberian pakan sapi perah di Pondok Ranggon 12

4. Moda penyediaan hijauan pakan 13

5. Komposisi botani hijauan pakan sapi perah di Peternakan Pondok Ranggon 15

DAFTAR GAMBAR

1. Prosedur penelitian 3

2. Karakteristik tenaga pengarit 8

3. Hubungan antara umur tenaga pengarit dan bobot tenaga pengarit dengan

kapasitas mengarit 9

4. Hubungan antara umur tenaga pengarit dan pengalaman mengarit dengan

kapasitas mengarit 9

5. Pola pemberian pakan terhadap jumlah ternak 11 6. Pola pemberian pakan terhadap produksi susu 11

DAFTAR LAMPIRAN

(14)

PENDAHULUAN

DKI Jakarta merupakan kota metropolitan dengan pembangunan yang pesat setiap tahunnya yang berdampak langsung terhadap berkurangnya lahan terbuka yang beralih fungsi menjadi berbagai macam jenis bangunan. Dibalik pesatnya pembangunan di Ibukota, masih terdapat kawasan peternakan yang berbasis sapi perah. Peternakan sapi perah Pondok Ranggon terletak pada koordinat 06 21.435’ lintang selatan dan 106 54.391’ bujur timur. Kawasan peternakan Pondok Ranggon berbatasan langsung dengan jalan Munjul Raya Kecamatan Cipayung (sebelah utara), perikanan ikan arwana dan perkemahan pramuka Cibubur (sebelah barat), Kabupaten Bekasi (sebelah selatan), dan Tempat Pemakaman Umum (sebelah timur).

Usaha peternakan sapi perah sangat bergantung pada ketersediaan pakan terutama hijauan yang nilainya mencapai 60-70% dari biaya produksi. Mengingat tingginya biaya tersebut, perlu adanya perhatian tentang penyediaan pakan yang baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Menurut McDowell (1972) hasil ternak melibatkan banyak aspek kompleks dan salah satu faktor yang menentukan baik buruknya pertumbuhan ternak ruminansia adalah pakan.

Dalam usaha peternakan, lahan memiliki peranan penting dalam penyediaan pakan ternak seperti rumput dan limbah pertanian (Suparini 2000). Pembangunan peternakan pada masa mendatang akan dihadapkan pada masalah keterbatasan sumberdaya alam sebagai basis penyediaan pakan (Kasryno 1998). Pada saat ini, penyediaan hijauan makanan ternak di Jakarta cukup sulit didapat karena ketersediaan lahan yang sedikit dan produktivitas hijauan sangat tergantung pada musim. Seiring dengan bertambahnya penduduk di Jakarta setiap tahunnya, ketersediaan lahan hijau semakin berkurang dikarenakan kebutuhan yang lebih penting yaitu pemukiman penduduk. Kondisi tersebut menuntut peternak untuk mencari hijauan ke daerah lain hingga ke luar daerah Jakarta. Pola mengarit ke luar daerah ini mengakibatkan waktu peternak akan lebih banyak untuk mencari hijauan daripada mengurus ternaknya.

Tingginya minat beternak sapi perah di Pondok Ranggon semakin menuntut pakan asal hijauan yang semakin tinggi. Permasalahan lain yang dihadapi yaitu umumnya peternak tidak memiliki lahan khusus penyedia hijauan seperti kebun rumput potong. Hingga saat ini penyediaan hijauan sangat bergantung pada padang rumput alam yang ketersediaanya semakin menurun. Potensi wilayah dalam menyediakan hijauan makanan ternak dan kebutuhan untuk mencukupi pakan ternak perlu diketahui agar dapat diusahakan pemanfaatan sumber daya hijauan secara optimal dengan memperhatikan kesinambungan penyediaan sepanjang tahun (Rukmana 2005). Potensi hijauan makanan ternak yang terdapat di Pondok Ranggon cukup beragam dan komposisi hijauan pakan domestik ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh para peternak. Hingga saat ini kajian mengenai komposisi hijauan yang diberikan peternak dan produktivitas tenaga pengarit di daerah Pondok Ranggon belum dilakukan.

(15)

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kawasan usaha ternak sapi perah Pondok Ranggon Kecamatan Cipayung, Kotamadya Jakarta Timur. Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada bulan Februari April 2013.

Materi

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel hijauan pakan segar yang terdapat di kandang dan daerah sekitar, timbangan, kantong plastik, kamera, global positioning system (GPS) device, alat tulis, alkohol 70%, kertas koran, kardus, tali, dan kuisioner.

Prosedur Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang menggambarkan situasi atau keadaan berdasarkan data-data faktual dengan teknik survei dan observasi langsung di kawasan peternakan sapi perah Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Kotamadya Jakarta Timur. Responden dari penelitian ini adalah peternak sapi perah di Pondok Ranggon, dimana pemilihan responden ini menggunakan teknik sensus terhadap 22 peternak sapi perah yang berada di kawasan tersebut. Pengamatan dan pengukuran terhadap 19 peternak dari total 22 peternak yang berada dikawasan ini hanya dilakukan terhadap peternak atau buruh yang mengarit di area terbuka dalam penyediaan hijauan pakan.

(16)

3

Gambar 1 Prosedur penelitian

Pembuatan Herbarium

Herbarium hijauan pakan dibuat dengan metode Stone (1983) yaitu eksplorasi koleksi tumbuhan meliputi bunga dan buah (fertil) diproses untuk spesimen herbarium koleksi kering. Herbarium kering dibuat dengan cara mengambil satu helai tiap jenis hijauan kemudian disemprotkan alkohol 70% pada seluruh bagian tanaman, setelah seluruh bagian disemprot merata hijauan tersebut ditempatkan pada kertas koran yang ditutup secara rapat dan dipadatkan dengan menggunakan kardus, lalu diikat dengan tali.

Identifikasi Hijauan Pakan

(17)

4

rumput (Poaceae/Gramineae), kacangan (Leguminoseae), dan rumbah (selain keduanya).

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil survei dan observasi di lapangan serta data sekunder dilakukan beberapa analisis, yaitu: analisis deskriptif, analisis identifikasi hijauan pakan, analisis komposisi botani hijauan pakan, dan analisis kapasitas tampung menurut Nell dan Rollinson (1974).

Analisis deskriptif

Data survei dan observasi yang diperoleh terhadap responden masing-masing dari peternak dan buruh pengarit di daerah Pondok Ranggon diolah secara deskriptif meliputi gambaran keadaan umum di daerah penelitian, serta menggambarkan karakteristik peternak dan tenaga pengarit yang meliputi, umur, pengalaman (beternak atau mengarit), pekerjaan, dan pendidikan. Selain itu, analisis deskriptif dalam penelitian ini untuk menggambarkan komposisi hijauan yang dikonsumsi ternak, waktu dan jarak tempuh ke tempat mengarit, moda transportasi yang digunakan dalam mengarit, serta kapasitas mengarit per satuan waktu dan areal jelajah dalam mengarit.

Analisis komposisi botani hijauan pakan

Menurut metode dry weight rank (Mannetje dan Haydock 1963), untuk menganalisis komposisi botani, data ditabulasikan untuk mendapatkan perbandingan antara spesies yang menempati peringkat pertama, kedua dan ketiga. Kemudian setiap peringkat tersebut dikalikan dengan koefisien sebagai berikut: tempat pertama dikalikan 8.04; tempat kedua dikalikan 2.41; dan tempat ketiga dikalikan 1. Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis-jenis hijauan yang ada dikandang.

Analisis kapasitas daya tampung Nell dan Rollinson

Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) merujuk pada metode Nell dan Rollinson (1974) yang merupakan metoda komparatif yang membatasi hanya pada sumber-sumber hijauan pakan yang tercatat luas atau ukurannya dalam laporan statistik. Potensi penyediaan hijauan dari sumber-sumber tersebut dikonversikan terhadap potensi padang rumput permanen setelah mengalami serangkaian penelitian empirik dengan perhitungan sebagai berikut:

Daya dukung lahan (ST)

Potensi ijauan makanan ternak k K ta un -1

Konsumsi ternak per ari k K -1 ari-1 365 ta un

Analisis KPPTR Efektif (ST) = Daya dukung lahan – Popriil

Keterangan: Popriil adalah populasi riil ternak ruminansia (ST) pada tahun tertentu.

(18)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Wilayah Penelitian

Kelurahan Pondok Ranggon merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Cipayung yang berbatasan dengan Markas besar Tentara Nasional Indonesia (Mabes TNI) Cilangkap (utara), desa Harja Mukti Kecamatan Cimanggis (selatan), Kelurahan Cilangkap dan Kelurahan Munjul (barat), dan Desa Jati Sampurna Kecamatan Sunter (timur).

Kelurahan Pondok Ranggon merupakan wilayah dengan ketinggian 36 m dpl, mempunyai curah hujan rata-rata 2 000 mm tahun-1, serta suhu rata-rata 32 C. Pondok Ranggon mempunyai luas wilayah 366 ha dengan jumlah penduduk 24 962 jiwa (Profil Kelurahan Pondok Ranggon 2012).

Penggunaan Lahan Kelurahan Pondok Ranggon

Penggunaan lahan di Kelurahan Pondok Ranggon meliputi perumahan, perkantoran, rekreasi, sekolah, sarana ibadah, pemakaman, jalur hijau dan lain-lain. Luas Perumahan adalah 210 ha lebih luas dari lahan lainnya, sehingga lahan yang dapat digunakan sebagai sumber hijauan pakan di Kelurahan Pondok Ranggon meliputi jalur hijau sebesar 0.54% dan pemakaman sebesar 18.56%.

Tabel 1 Jenis penggunaan lahan di Kelurahan Pondok Ranggon

Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

Perumahan 210.0 56.47

Sumber : Kantor Kelurahan Pondok Ranggon (2012)

Kondisi ini menggambarkan luas lahan hijau yang sangat terbatas. Hal ini dikarenakan maraknya pembangunan pemukiman dan bangunan lainnya sehingga lahan untuk sumber hijauan pakan berkurang. Menurut Saefulhakim dan Nasoetion (1995) penggunaan lahan merupakan suatu proses yang dinamis, perubahan yang terus menerus sebagai hasil dari perubahan pada pola dan besarnya aktivitas manusia sepanjang waktu.

Keadaan Umum Peternakan Pondok Ranggon

(19)

6

tanah di Pondok Ranggon bergelombang dengan curah hujan rata-rata per tahun antara 1000 2000 mm tahun-1 (Anggraeni 2010). Temperatur dan kelembaban udara harian berkisar 24 35 C dan 65 91% (Dewayani 2012).

Peternak di Pondok Ranggon secara turun-temurun telah melakukan kegiatan berternak secara tradisional sejak di daerah Kuningan, Jakarta Selatan. Peternak di daerah ini telah memiliki struktur organisasi yang bernama Kelompok Tani Ternak Swadaya Pondok Ranggon yang berdiri sejak tahun 1993. Saat ini jumlah peternak sapi perah di Pondok Ranggon telah mencapai 22 orang peternak Kawasan peternakan sapi perah Pondok Ranggon mempunyai luas sebesar 11 ha dari 30 ha yang telah disediakan oleh pemerintah sesuai dengan SK Gubernur No. 300 tahun 1986.

Ternak sapi perah merupakan ternak ruminansia yang paling banyak dipelihara di kawasan ini karena jika dikembangkan dengan baik dapat menghasilkan keuntungan. Salah satu keuntungan dalam usaha ternak sapi perah adalah memberikan jaminan pendapatan (Sudono 1999). Bangsa sapi yang dipelihara yaitu Fries Holstein, Bangsa sapi tersebut adalah sapi perah yang produksi susunya paling tinggi dengan kadar lemak susu yang rendah dibandingkan dengan bangsa-bangsa sapi perah lainnya didaerah tropis maupun subtropis (Sudono et al. 2003). Sebagai usaha sampingan, peternak juga memelihara domba, kambing perah, kerbau, sapi potong, dan ayam.

Karakteristik Peternak

Karakteristik peternak di Pondok Ranggon dibedakan berdasarkan umur peternak, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan pengalaman beternak. Berdasarkan Tabel 2, sebagian besar peternak di Pondok Ranggon berumur antara 25 70 tahun. Peternak berumur lebih dari 55 tahun memiliki persentase paling besar yaitu sebesar 40.91%. Umur tersebut merupakan umur yang cukup sulit untuk mendapat pengarahan dalam mengembangkan usaha ternaknya. Menurut Soekartawi (1988), makin muda umur peternak biasanya mempunyai semangat ingin tahu mengenai hal-hal yang belum diketahui. Beberapa bukti menunjukkan bahwa peternak-peternak yang relatif lebih tua kurang menerima perubahan dari pada mereka yang muda, namun bukan berarti bahwa mereka tidak mau menerima perubahan orang lain.

Tingkat pendidikan peternak di Pondok Ranggon sebagian besar adalah lulusan SMA (54.54%), sedangkan lulusan SD, D2, dan S1 masing-masing sebanyak 27.27%, 4.55%, dan 13.64%. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum peternak memiliki pendidikan yang relatif cukup tinggi. Tingkat pendidikan berkaitan dengan ilmu pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan keahlian peternak dalam menjalankan usaha ternaknya. Meskipun tingkat pendidikan tergolong cukup tinggi, peternak di Pondok Ranggon tidak menerapkan teknologi/mekanisasi dan masih bersifat tradisional.

(20)

7

Tingkat pengalaman beternak di Pondok Ranggon relatif lama yaitu lebih dari 20 tahun yang merupakan warisan keluarga secara turun menurun. Pengalaman beternak sapi perah akan sangat membantu peternak dalam menghadapi permasalahan yang biasa dihadapi dalam memelihara ternak tersebut. Seorang yang memiliki pengalaman tinggi diharapkan dengan cepat mencari solusi permasalahan yang dihadapi dibanding peternak sapi perah dengan pengalaman yang rendah.

Produktivitas Tenaga Pengarit

(21)

8

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2 Karakteristik tenaga pengarit. (a) hubungan antara banyak pengarit dengan banyak ternak, (b) hubungan antara bobot badan tenaga pengarit dengan kapasitas pengarit, (c) hubungan antara umur tenaga pengarit dengan kapasitas mengarit, (d) hubungan antara pengalaman mengarit dengan kapasitas mengarit

Banyaknya tenaga pengarit meningkat seiring banyaknya jumlah ternak. Pengaruh ini dimodelkan dalam bentuk persamaan linear. Berdasarkan model tersebut dapat diambil kesimpulan berupa satu tenaga pengarit bertanggung jawab terhadap 7.02 ST dengan R2 sebesar 55.28% (Gambar 2a). Menurut Makin (2011) untuk efisiensi penggunaan tenaga kerja sebaiknya 5 7 ekor sapi dewasa cukup ditangani oleh seorang tenaga kerja, semakin banyak sapi yang dipelihara dalam suatu peternakan makin efisien tenaga yang dibutuhkan.

Banyaknya kapasitas mengarit meningkat seiring besar bobot badan pengarit (pada selang 38.7 kg sampai 70 kg). Pengaruh ini dimodelkan dalam persamaan linear. Berdasarkan model tersebut dapat diasumsikan jika tenaga pengarit mempunyai bobot 50 kg, maka tenaga pengarit tersebut mampu mengarit hingga 220.28 kg. Model ini mempunyai nilai R2 sebesar 61.95% (Gambar 2b).

Berdasarkan hubungan antara umur tenaga pengarit dengan kapasitas mengarit. Umur tenaga pengarit dengan kapasitas mengarit mempunyai hubungan kuadratik, yang artinya banyaknya kapasitas mengarit akan mencapai puncaknya pada umur tertentu. Berdasarkan penelitian ini, tenaga pengarit memiliki kapasitas mengarit tertinggi pada umur 40 tahun dengan kapasitas mengarit sebesar 420 kg

(22)

9

hari-1 (Gambar 2c). Hasil penelitian Triyono (1990) mengungkapkan bahwa dengan meningkatnya umur maka produktivitas peternak akan menurun, karena kondisi fisik peternak yang semakin tua.

Lamanya pengalaman mengarit juga meningkatkan banyak kapasitas mengarit. Pengaruh ini dimodelkan dalam persamaan linear. Berdasarkan model tersebut dapat diasumsikan jika seseorang mempunyai pengalaman mengarit selama satu tahun, maka orang tersebut mampu mengarit hingga 291.99 kg. Model ini mempunyai nilai R2 sebesar 13.45% (Gambar 2d). Menurut Simanjuntak (1985), orang yang baru mulai bekerja atau kurang pengalaman biasanya mempunyai produktivitas kerja yang rendah.

0 badan tenaga pengarit dengan kapasitas mengarit.

(23)

10

Berdasarkan Gambar 3, semakin tua umur tenaga pengarit dan kecilnya bobot badan tenaga pengarit mengakibatkan rendahnya kapasitas dalam mengarit. Semakin muda umur tenaga pengarit dengan bobot badan yang ideal (55 65 kg) dapat menigkatkan produktivitasnya dalam mengarit. Hal ini dikarenakan perbedaan kemampuan fisik tenaga pengarit yang dipengaruhi oleh umur serta bobot badan. Berdasarkan Gambar 4, semakin tua umur tenaga pengarit dengan pengalaman mengarit yang kurang mengakibatkan rendahnya produktivitas dalam penyediaan hijauan. Sehingga semakin muda umur seseorang dengan pengalaman mengarit yang cukup, dapat mengarit dengan jumlah yang banyak.

Tenaga pengarit di Peternakan Pondok Ranggon memiliki kapasitas mengarit dengan rata-rata 345 ± 134.97 kg hari-1. Kapasitas mengarit ini tergolong cukup tinggi. Hasil penelitian Setiana (2011) menunjukkan kapasitas peternak dalam mengarit sebesar 150 200 kg hari-1.

Pola Penyediaan Hijauan Pakan

Sebagian besar peternak di peternakan Pondok Ranggon beternak secara intensif dan menyediakan hijauan dengan cara cut and carry (dipotong dan diangkut) kemudian diberikan pada ternak yang berada di kandang. Penyediaan hijauan pakan dilakukan hampir setiap harinya pada pukul 07.30 12.00 WIB. Hijauan merupakan hal penting bagi ternak sapi perah, oleh karena itu peternak harus menyediakan hijauan dalam jumlah yang cukup. Namun tidak semua peternak memiliki kebun rumput potong. Berdasarkan hasil wawancara kepada peternak, mayoritas peternak di Pondok Ranggon menggunakan tanaman liar dalam menyediakan hijauan pakan. Beberapa peternak lainya juga membeli dari sesama peternak dengan harga Rp5 000 Rp7 000 per ikat (± 25 30 kg). Tanaman liar diperoleh dari mengarit rumput, legum dan rumbah di sawah, pekarangan kosong, dan rawa.

Pola Pemberian Pakan Sapi Perah

(24)

11

Pola pemberian pakan terhadap produksi susu disajikan pada Gambar 6. Berdasarkan gambar tersebut, dapat diketahui bahwa produksi susu di Peternakan Sapi Perah Pondok Ranggon mempunyai rata-rata produksi susu sebesar 9.125 ± 1.48 liter hari-1 dimana produksi susu tersebut tergolong rendah. Produksi susu yang rendah ini disebabkan mutu ternak rendah ataupun makanan yang diberikan baik kualitas maupun kuantitasnya kurang baik (Sudono et al. 2003)

Berdasarkan rataan pemberian pakan sapi perah di peternakan pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar peternak lebih banyak memberikan ampas tahu dengan rataan 31.14 ± 5.99 kg ekor-1 hari-1 dibandingkan dengan pemberian

Produksi Susu (liter ekor-1)

Hijauan (kg)

Konsentrat + Ampas tahu (BK)

Gambar 5 Pola pemberianpakan terhadap jumlah ternak.

(25)

12

Tabel 3 Rataan pemberian pakan sapi perah di Pondok Ranggon

Bahan pakan Pemberian (kg ekor

Sumber : Dewayani (2012) dengan perhitungan Sutardi (1981); BK = bahan kering, PK = protein kasar, TDN = total digestible nutrient.

Pemberian PK dan TDN pakan oleh peternak sebesar 1.79 ± 0.47 dan 6.38 ± 2.08 kg ekor-1 hari-1. Pemberian tersebut diatas jumlah kebutuhan yang diperlukan sebesar 1.22 dan 6.3 kg ekor-1 hari-1. Pemberian BK pakan di Pondok Ranggon sebesar 9.20 ± 3.04 kg ekor-1 hari-1. Hasil penelitian Dewayani (2012) menunjukkan kebutuhan BK dapat dihitung berdasarkan rataan produksi susu 9.28 kg ekor-1 hari-1 dan bobot badan 387.90 kg menurut Sutardi (1981) yaitu sebesar 9.22 kg ekor-1 hari-1. Dilihat dari pemberian pemberian bahan kering pada sapi perah dengan bobot badan rata-rata 387.90 ternyata hanya 2.37% dari bobot badan. Konsumsi BK pakan tersebut masih lebih rendah bila dibandingkan pendapat Despal et al. (2008) menyatakan bahwa sapi yang berproduksi tinggi dapat mengkonsumsi BK pakan 3.6 4% bobot hidupnya. Sulitnya memperoleh hijauan pakan ternak di daerah ini menyebabkan rasio pemberian hijauan dan konsentrat pada sapi perah dalam bentuk kering hanya sebesar 38.56 : 61.42. Hasil perbandingan rasio hijauan dan konsentrat ini tidak jauh beda dengan penelitian Putra (2004) dimana rasio hijauan dan konsentrat 40.85 : 59.15. Menurut Sudono (1999), untuk memperoleh ransum yang murah dan koefisien cerna yang tinggi dapat digunakan pakan hijauan sebanyak-banyaknya 60% dari bahan kering dan sisanya 40% berasal dari konsentrat. Pada musim kemarau peternak kesulitan mendapatkan hijauan sehingga sebagai gantinya peternak memberikan konsentrat dalam jumlah lebih banyak.

Moda Penyediaan Hijauan di Pondok Ranggon

Moda penyediaan hijauan di Pondok Ranggon terbagi atas 3 jenis alat angkut yaitu gerobak, pick-up, dan truk dengan presentase kepemilikan sebesar gerobak (29%), pick-up (53%), truk (12%) dan becak motor (6%). Manajemen penyediaan hijauan pakan dilakukan dengan pemberian secara langsung sebagian hasil mengarit dan sebagian lainnya diberikan keesokan harinya. Peralatan yang dibawa peternak atau buruh pengarit dalam mencari hijauan antara lain: sepatu boots, pengikat rumput, dan sabit.

(26)

13

ditempuh dalam mencari hijauan, moda truk nyata (p<0.05) lebih jauh dibandingkan gerobak dan pick-up. Umumnya, lokasi pencarian hijauan pakan pada moda truk berada di lokasi Gunung Putri dan Depok. Moda pick-up

pencarian hijauan dilakukan lokasi Krangggan, Cipayung, Cilangkap dan sekitar alternatif Cibubur. Sedangkan untuk moda gerobak pencarian hijauan di lokasi yang cukup dekat yaitu daerah sekitar Pondok Ranggon (Lampiran 2). Berdasarkan kapasitas hijauan, moda truk nyata (p<0.05) lebih banyak membawa hijauan dibandingkan gerobak dan pick-up. Luasan peternak atau buruh dalam mengarit pada moda truk nyata (p<0.05) lebih luas dibandingkan gerobak dan pick up. Berdasarkan jumlah ternak, moda truk nyata lebih banyak dari gerobak dan pick up. Berdasarkan waktu efektif mengarit, moda truk nyata (p<0.05) lebih lama dari gerobak dan pick-up.

Tabel 4 Moda penyediaan hijauan pakan

Peubah Jenis alat angkut

Kapasitas hijauan (kg) 310.25 ± 231.42b 859.00 ± 377.17b 2382.00 ± 195.16a

Jumlah ternak (ekor) 28.75 ± 17.59b 43.88 ± 12.27b 151.00 ± 41.01a

Waktu efektif mengarit

(menit) 94.52 ± 8.50b 184.44 ± 107.09b 308.50 ± 115.26a

abc huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf p< 0.05

Kecepatan mengarit peternak dan buruh pengarit sangat tergantung dari pengetahuan tentang jenis hijauan dan ketersediaan di alam. Peternak yang mengarit sendiri cenderung akan memilih-milih hijauan yang akan diambilnya sehingga akan memakan waktu yang cukup lama. Sedangkan buruh pengarit cenderung tidak memilih dalam mengarit, mereka lebih secepat mungkin memenuhi alat angkutnya. Menurut Setiana (2011) kecepatan mengarit ditentukan oleh umur, perawakan dan keterampilan peternak.

Kualitas dan Kuantitas Hijauan Pakan

(27)

14

hijauan lainnya. Imperata cylindrica (alang-alang) mempunyai kadar protein kasar 5.25% dan TDN sebesar 44.4% (Sutardi 1981). Berdasarkan hasil wawancara kepada peternak dan tenaga pengarit, jenis hijauan yang bagus untuk menghasilkan produksi susu ternaknya adalah rumput benggala yang sering disebut mereka sulanjana. Menurut hasil penelitian Purbajanti et al. (2007), rumput benggala yang dipotong dengan ketinggian 10 cm mempunyai kadar protein kasar 10.50% dan serat kasar 36.68%.

Penggunaan jenis legum di Peternakan Pondok Ranggon sebesar 15.79% dirasakan kurang dalam memenuhi kebutuhan nutrisi sapi perah terutama protein. Hal itu dikarenakan kurangnya pengetahuan peternak terhadap jenis dan kualitas hijauan sehingga hanya mengandalkan hijauan yang ada saja. Kandungan nilai protein dari tanaman leguminosa sangat tinggi dibandingkan dengan tanaman rumput-rumputan. Selain itu, leguminosa juga mempunyai kandungan serat kasar yang lebih rendah dibanding rumput sehingga kecernaannya akan lebih tinggi (Sumarsono 2002).

Selain perlunya pengetahuan tentang jenis hijauan, peternak dan tenaga pengarit juga perlu mengetahui waktu pemotongan hijauan yang baik. Tenaga pengarit di Pondok Ranggon biasanya memilih rumput-rumput yang tinggi dan sudah berbunga dimana kualitas rumput tersebut rendah dibanding sebelum berbunga.

Jenis dan Komposisi Botani Hijauan Pakan di Peternakan Pondok Ranggon

Komposisi botani hijauan pakan dengan metode dry weight rank menurut Mannetje dan Haydock (1963) di peternakan Pondok Ranggon disajikan pada Tabel 5. Jenis hijauan yang diberikan terbagi menjadi tiga yaitu rumput (10 spesies), legum (3 spesies), dan rumbah (6 spesies) (Lampiran 3).

Berdasarkan peringkat, hijauan yang diberikan pada sapi perah di Peternakan Pondok Ranggon adalah rumput dengan jumlah frekuensi pemberian sebesar 52.63%, diikuti oleh rumbah dengan frekuensi sebesar 31.58%, dan legum sebesar 15.79%. Sedangkan jika dilihat dari spesies, frekuensi tertinggi yang diberikan pada sapi perah adalah alang-alang (Imperata cylindrica (LINN.) P.Beauv.) sebesar 36.41%, rumput ekor kucing (Pennisetum polystachyon (L.) Schult.) 22.93%, peringkat ketiga adalah dan rumput benggala (Panicum

maximum Jacq.) 19.06%. Hal ini dapat dikatakan bahwa sapi perah di Peternakan

Pondok Ranggon lebih menyukai jenis hijauan rumput.

Berdasarkan wawancara dengan peternak, beberapa jenis hijauan yang disukai ternak adalah sebagai berikut: Pennisetum purpureum Schum (Rumput gajah), Oplimenus compositus (L.) Beauv (Tembelekan), Paspalum conjugatum

Berg (Jukut pahit), Echinochloa colona (L.) Link (Rumput bulu ayam),

Calopogonium mucunoides Desv. (Kalopo), dan Asystasia coromodeliana Ness.

(28)

15

Tabel 5 Komposisi botani hijauan pakan sapi perah di Peternakan Pondok Ranggon

No. Jenis hijauana Nama lokal Kelompok hijauan

Komposisi botani (%)

1. Imperata cylindrica

(LINN.) P.Beauv. Alang-alang Rumput 36.41

2. Pennisetum polystachyon

Schum. Rumput gajah Rumput 3.63

5. Oplismenus compositus (L.)

Beauv. Tembelekan Rumput 1.21

6. Paspalum conjugatum

Berg. Jukut pahit Rumput 0.97

7. Rottboellia exaltata L.F. Jukut kikisan Rumput 0.80

8. Echinochloa colona (L.)

Link.

Rumput bulu

ayam Rumput 0.80

9. Rhynchelytrum roseum

(Ness)Stapf & C.E. Hubb Rumput natal Rumput 0.40 10. Ottochloa nodosa (Kunth.)

Colla Borang Kacangan 0.40

14. Asystasia coromodeliana

Ness. Ara sungsang Rumbah 4.27

15. Biden pilosa L. Ajeran Rumbah 3.23

16. Lantana camara L. Bunga pagar Rumbah 0.97

17. Borrearia latifolia (Aubl.)

K.Sch. Kentangan Rumbah 0.97

18. Mikania micrantha H.B.K Sembung

rambat Rumbah 0.80

19. Musa paradisiaca L. Daun pisang Rumbah 0.40

a

Sumber : Soerjani et al. (1987), Isely (1962), Backer (1973).

Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia Nell dan Rollinson

(29)

16

tersebut. Kondisi ini menuntut peternak/buruh pengarit untuk mencari hijauan keluar daerah Pondok Ranggon.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Produktivitastenagapengarit cenderung berkorelasi positif terhadap bobot badan, umur, dan pengalaman mengarit. Komposisi hijauan pakan didominasi oleh rumput. Rumput yang dominan digunakan adalah alang-alang (Imperata

cylindrica (LINN.) P.Beauv.), rumput ekor kucing (Pennisetum polystachyon (L.)

Schult.), dan rumput benggala (Panicum maximum Jacq.).

Saran

Perlunya realisasi lahan khusus dari dinas peternakan untuk budidaya rumput dengan produktivitas tinggi agar ketersediaannya tidak bergantung pada alam yang cenderung fluktuatif serta perlunya penyediaan lumbung pakan hijauan diluar Pondok Ranggon.

DAFTAR PUSTAKA

Acker D. 1971. Animal Science and Industry. Prentice Hall, Inc. New Jersey (US) : Englewood Cliffs .

Anggraeni L. 2010. Evaluasi usaha sapi perah dalam aspek financial berdasarkan skala usaha yang berbeda (studi kasus pada kelompok tani ternak sapi perah swadaya Pondok Ranggon di Jakarta Timur) [skripsi]. Purwokerto (ID): Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Dewiyani N. 2012. Hubungan antara produksi dan kualitas susu sapi perah dengan faktor yang mempengaruhi (studi kasus di Pondok Ranggon, Jakarta Timur) [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Isely D. 1962. Weed Identification and Control in The North Central States. USA (US) : Lowa State Univ Pr.

Kantor Kelurahan Pondok Ranggon. 2012. Profil Kelurahan Pondok Ranggon

Tahun 2012. Jakarta (ID): Kecamatan Cipayung. Kota administrasi Jakarta

(30)

17

Kasryno. 1998. Strategi dan kebijaksanaan penelitian dalam menunjang pembangunan peternakan. Laporan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor (ID) : Badan Litbang Pertanian.

Makin M. 2011. Tata Laksana Peternakan Sapi Perah. Yogyakarta (ID) : Graha Ilmu.

Mannetje L, Haydock KP. 1963. The dry weight rank method for the botanical analysis of pasture. J Br Grassl Soc. 18 (4): 268–275.

McDowell RE. 1972. Improvement of livestock production in warm climates. San Fransisco (US) : Freeman.

Nell AJ, Rollinson DHL. 1974. The Requirement and Availability of Livestock

Feed in Indonesia. Jakarta (ID): UNDP Project INS/72/009.

Purbajanti ED, Anwar S, Widyati S, Kusmiyati F. 2007. Kandungan protein dan serat kasar Rumput Benggala (Panicum maximum) dan Rumput Gajah

(Pennisetum purpureum) pada cekaman stres kering. Anim Prod. 11 (2) :

109-115.

Putra AR. 2004. Kondisi teknis peternakan sapi perah rakyat di Kelurahan Pondok Ranggon Kecamatan Cipayung Jakarta Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rukmana HR. 2005. Rumput Unggul : Hijauan Makanan Ternak. Yogyakarta (ID) : Kanisius.

Saefulhakim RS, Nasoetion LI. 1995a. Kebijaksanaan pengendalian konversi sawah beririgasi teknis. Di dalam : Prosiding Pertemuan Pembahasan dan

Komunikasai Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor. Bogor (ID) :

Penelitian Tanah IPB.

Setiana MA. 2011. Komposisi hijauan pakan domba dan kapasitas mengarit di kebun sawit Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi [Internet]. [diunduh 2013 Agst 1]. Tersedia pada: http://massetiana.staff.ipb.ac.id/2012/06/15/ komposisi-hijauan-pakan-domba-dan-kapasitas-mengarit-di-kebun-sawit-kecamatan-cibadak-kabupaten-sukabumi/#more-113

Simanjuntak YLR. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Ed ke-2. Jakarta (ID) : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Soerjani M, Kostermans AJGH, Tjitrosoepomo G. 1987. Weed of Rice in

Indonesia. Jakarta (ID): Balai Pustaka.

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta (ID) : UI Pr. Stone BC. 1983. A guide to collecting Pandanaceae (Pandanus, Freycinetia,

Sararanga). Ann Missouri Bot Gard. 70 : 137-14.

Sudono A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Sapi Perah. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Sudono A, Rosdiana RF, Setiawan BS. 2003. Beternak Sapi Perah secara

Intensif. Jakarta (ID) : Agromedia Pustaka.

Sumarsono. 2002. Ketahanan sentro (Centrosema pubescens Benth) dalam pertanaman campuran dengan (Centrosema pubescens Benth) yang menerima pupuk fosfat dan kotoran ternak. JPPT. 27 (2) : 76-82.

Suparini. 2000. Pengkajian potensi wilayah Kabupaten Bogor sebagai wilayah pengembangan sapi potong [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Sutardi T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. (ID) : Insititut

(31)

18

(32)

19

Lampiran 1 Peta kawasan Peternakan Sapi Perah Pondok Ranggon, Jakarta Timur

Sumber : http://maps.google.co.id/maps

(33)

20

Lampiran 3 Perhitungan komposisi botani di Peternakan Pondok Ranggon

Komponen Jenis Hijauan Rank 1 Rank 2 Rank 3

Jumlah rank dikalikan dengan angka konstanta 8.04; 2.41; 1.

(34)

21

Lampiran 4 Jenis hijauan pakan yang terdapat di kandang

Imperata cylindrica (LINN.) P.Beauv. Pennisetum polystachyon (L.) Schult.

Panicum maximum Jacq. Echinochloa colona (L.) Link.

Calopogonium mucunoides Desv. Centrosema pubescens Benth.

(35)

22

Mikania micrantha H.B.K Rhynchelytrum roseum (Ness)Stapf &

C.E. Hubb

Paspalum conjugatum Berg. Lantana camara L.

Ottochloa nodosa (Kunth.) Dandy Rottboellia exaltata L.F.

(36)

23

Lampiran 5 Kapasitas daya tampung ternak metode Nell dan Rollinson (1974)

Lahan Luas lahana (ha) Potensi (ha)

Sawah 32 9.6

Jalur hijau 2 15.0

Pemakaman 69 103.5

Total 103 128.1

Sumber : Data Kelurahan Pondok Ranggon (2012); aKesetaraan potensi HMT 15 ton BK

.

Perhitungan konversi satuan ternak

Sapi = (837 1) + (155 0.5) + (108 0.25) = 941.5 ST

Konversi ke dalam padang rumput permanen = 8.54 ha 15 ton BK - - = 128.1 ton BK -

a a dukun Konsumsi ternak Potensi K k K 365 ta

12 .1 1 K k K

6.29 k K 365 ta

. 55

KPPTR Efektif = Daya Dukung – Populasi Riil = 0.0558 ST – 941.5 ST

= 941.4442 ST

Lampiran 6 Gambar moda penyediaan hijauan pakan di Peternakan Pondok Ranggon

Gerobak Becak motor

(37)

24

Lampiran 7 Manajemen pemeliharaan sapi perah di Pondok Ranggon

Kegiatan pembersihan dan pemerahan susu di kandang

(38)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 12 Agustus 1991 di Bandar Lampung. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Baharuddin SSos dan Ibu Puji Wahyuni. Penulis menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Jakarta pada tahun 2003 hingga 2006 kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 31 Jakarta pada tahun 2006 yang diselesaikan pada tahun 2009. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SNMPTN) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010. Selama kuliah penulis pernah berpartisipasi sebagai anggota panitia dalam Meet Cowboy 47 tahun 2011. Penulis pernah mengikuti magang di Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor pada tahun 2012. Selain itu, Penulis juga berpartisipasi sebagai anggota dalam Pekan Kreativitas Mahasiswa di bidang Penelitian (PKM-P) yang mendapatkan dana pada tahun 2012 dengan judul Pemberian Tepung Daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa – sinensis L.) dan Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Dalam Ransum Ayam Broiler Sebagai Bahan Antibakteri Escherichia coli”.

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillaahirabbil„aalamiin. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada

Allah SWT atas segala rahmat serta nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dengan penuh rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih yang sangat besar kepada Bapak Baharuddin, Mama Puji, dan kakak-kakak (Raisa dan Rachel) tercinta atas segala doa, dukungan dan kasih sayang yang selalu diberikan. Terima kasih penulis sampaikan kepada Ir M Agus Setiana, MS selaku pembimbing skripsi sekaligus pembimbing akademik dan kepada Dr Iwan Prihantoro, SPt MSi selaku pembimbing skripsi atas masukan, semangat dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Kukuh Budi Satoto, MS selaku dosen penguji seminar pada 20 Juni 2013, Ir Asep Tata Permana, MSc dan Bramada Winiar Putra, SPt MSi selaku dosen penguji sidang serta Dilla Mareistia Fassah, SPt MSc selaku panitia sidang pada 11 September 2013 atas masukan dan koreksi dalam skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Falahin selaku Ketua Kelompok Tani Ternak Swadaya Pondok Ranggon atas izin penelitian dan para peternak serta semua pihak yang telah membantu dalam penelitian. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman terdekat (Syukrio, Ary, Deva dan Anit) yang selalu memberikan semangat dan keceriaan kepada penulis, teman-teman seperjuangan (Alvi dan Jodi), keluarga besar Agrostologi dan seluruh keluarga besar Nutritiousz 46 atas semua dukungannya.

Gambar

Gambar 1  Prosedur penelitian
Tabel 2 Karakteristik peternak
Gambar 2  Karakteristik tenaga pengarit. (a) hubungan antara banyak pengarit
Gambar 3 Hubungan antara umur tenaga pengarit dan bobot
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil nilai pre tes dapat dilihat pada tabel 4.3, nilai pre tes siswa kelas III SD Al Fatah Surabaya dapat disimpulkan bahwa pemakaian metode ceramah dalam

Adanya hubungan antara kenyamanan terhadap tingkat kepatuhan menggunakan APD dikarenakan pada saat dilakukan wawancara sebagian besar karyawan mengeluhkan

Berdasarkan beberapa eksperimen yang telah dilakukan dan perhitungan hasil penilaian oleh responden dengan menggunakan metode MOS, maka dapat disimpulkan bahwa

tebal pelat untuk menahan gaya geser pada sistem flat slab sebesar 50 cm sedangkan pada tipe two way slab with beam dibutuhkan tinggi balok 75 cm dengan tambahan

Dengan menggunakan program Assembly mikrokontroler, data yang diterima dari Miniatur. (Sensor level ketinggian air pintu air) ADC Mikrokontroler AT89S51 PC Server

Dalam langkah ini dilakukan kajian sumber-sumber pustaka dengan cara mengumpulkan data atau informasi yang berkaitan dengan masalah penyebaran virus influenza dengan vaksinasi

Berdasarkan survey pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 13 Januari 2014 terhadap 31 siswa-siswi di SMP Muhammadiyah 1 Kartasura , prevalensi status gizi siswa-siswi

Analisis Univariat yang dilakukan pada variabel Kemampuan toilet training pada anak todler menunjukkan bahwa kemampuan toilet training pada anak usia todler sebagian