• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI KELAS X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI KELAS X"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI

KEANEKARAGAMAN HAYATI KELAS X

skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi

Oleh

Arie Yuni Kurnianingrum 4401408025

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(2)
(3)
(4)

iv

ABSTRAK

Kurnianingrum, Arie Yuni. 2013. Pemanfaatan Lingkungan Sekolah dengan Pembelajaran Kontekstual pada Materi Keanekaragaman Hayati Kelas X. Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Dr. Ir. Amin Retnoningsih, M.Si. dan Dra. Chasnah.

Pembelajaran biologi semester genap tahun ajaran 2011/2012 kelas X SMA Negeri 1 Jekulo Kudus menunjukkan bahwa guru tidak memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran dan sumber belajar. Lingkungan sekolah berupa taman, lapangan serta sawah dan kebun sangat potensial dimanfaatkan untuk pembelajaran keanekaragaman hayati karena terdapat beberapa bentuk keanekaragaman gen, jenis dan ekosistem. Diperlukan suatu pendekatan yang efektif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa serta memberi kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi lingkungan sekolah sehingga hasil belajar yang diperoleh lebih bermakna. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas pemanfaatan lingkungan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual pada pembelajaran keanekaragaman hayati kelas X. Penelitian ini dilakukan dengan metode one-shot case study. Penelitian dilaksanakan di kelas X SMA Negeri 1 Jekulo Kudus pada semester gasal tahun pelajaran 2012/2013. Sampel penelitian diambil secara acak yaitu kelas X-4, X-9 dan X-10. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran materi keanekaragaman hayati dengan pendekatan pembelajaran kontekstual. Variabel terikat penelitian ini adalah hasil belajar dan aktivitas siswa. Siswa melaksanakan observasi tentang keanekaragaman gen di pasar tradisional dan pengamatan ekosistem taman, lapangan, kebun dan sawah di lingkungan sekolah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga kelas mencapai ketuntasan belajar klasikal 89, 47% (kelas X-4), 89,47% (kelas X-9) dan 94,74% (kelas X-10). Pembelajaran kontekstual dengan pemanfaatan lingkungan sekolah membuat siswa merasa tertarik dan lebih aktif. Nilai keaktifan siswa kelas X–4 mencapai nilai 8 dalam konversi pada skala 11 dan termasuk kriteria tinggi. Nilai keaktifan siswa kelas X–9 dan X–10 mencapai nilai 7 dalam konversi pada skala 11 dan termasuk kriteria cukup tinggi. Permasalahan yang ditemui adalah siswa tidak membaca materi terlebih dahulu, masalah ini dapat diatasi dengan selalu memotivasi siswa untuk mempersiapkan materi terlebih dahulu.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan lingkungan sekolah dengan pembelajaran kontekstual efektif diterapkan pada materi keanekaragaman hayati kelas X. Efektivitas pembelajaran ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa.

(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pemanfaatan Lingkungan Sekolah dengan Pembelajaran Kontekstual pada Materi

Keanekaragaman Hayati Kelas X” sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan biologi. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari beberapa pihak penulis tidak dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas Negeri Semarang.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian ini.

4. Dra. Endah Peniati, M.Si selaku dosen wali yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama kuliah.

5. Dr. Ir. Amin Retnoningsih, M.Si. selaku dosen pembimbing I dan Dra. Chasnah selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dukungan, nasehat serta berbagai pengetahuan kepada penulis sampai penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Dr. drh. R. Susanti, M.P. selaku dosen penguji utama yang telah memberikan arahan, masukan, saran dan petunjuk sehingga penulis dapat menyempurnakan skripsi ini.

7. Kartono, M.Pd. selaku Kepala SMA Negeri 1 Jekulo Kudus yang telah memberi ijin dalam melakukan penelitian di SMA tersebut.

(6)

vi

9. Ibu, Almarhum Bapak, Kakak dan teman-teman yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa yang tak ada hentinya.

10. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Semoga Allah Ta’ala memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran, kritik, dan masukan yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Besar harapan penulis semoga laporan hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi almamater Universitas Negeri Semarang.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Penegasan Istilah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 5

B. Hipotesis ... 9

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 10

B. Populasi dan Sampel ... 10

C. Variabel Penelitian ... 10

D. Rancangan Penelitian... 10

E. Prosedur Penelitian ... 11

F. Data dan Metode Pengumpulan Data ... 12

(8)

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 18

B. Pembahasan ... 23

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 32

B. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi tingkat kesukaran ... 14

Tabel 2 Rekapitulasi tingkat kesukaran ... 14

Tabel 3 Klasifikasi daya pembeda ... 15

Tabel 4 Rekapitulasi daya pembeda ... 15

Tabel 5 Rekapitulasi validitas butir soal ... 15

Tabel 6 Rekapitulasi reliabilitas butir soal ... 16

Tabel 7 Rekapitulasi soal yang dipakai ... 16

Tabel 8 Skala 11 (Acuan Penentuan Nilai Aktivitas Siswa) ... 17

Tabel 9 Hasil belajar siswa pada 3 kelas ... 18

Tabel 10 Nilai rata-rata LKS dan tugas... 18

Tabel 11 Hasil observasi keaktifan siswa pada 3 kelas... 19

Tabel 12 Data hasil angket kepuasan siswa terhadap pembelajaran ... 20

Tabel 13 Data hasil keterlaksanaan pembelajaran kontekstual ... 21

Tabel 14 Data hasil keterlaksanaan metode pembelajaran ... 21

Tabel 15 Data observasi pengamatan terhadap kinerja guru ... 22

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus ... 38

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 39

Lampiran 3. LKS dan Jawaban ... 54

Lampiran 4. Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 62

Lampiran 5. Soal Uji Coba dan Jawaban ... 64

Lampiran 6. Analisis Hasil Soal Uji Coba ... 77

Lampiran 7. Soal Evaluasi dan Jawaban ... 87

Lampiran 8. Analisis Hasil Evaluasi Siswa ... 96

Lampiran 9. Penilaian Model Ekosistem Dua Dimensi ... 99

Lampiran 10. Lembar Jawab Soal Uji Coba Siswa... 100

Lampiran 11. Lembar Jawab Soal Pre-test Siswa ... 101

Lampiran 12. Lembar Jawab Soal Post-test Siswa ... 102

Lampiran 13. Lembar Jawab LKS ... 103

Lampiran 14. Laporan Observasi Siswa ... 105

Lampiran 15. Lembar Refleksi Siswa ... 116

Lampiran 16. Lembar Observasi Aktivitas Siswa... 117

Lampiran 17. Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa ... 120

Lampiran 18. Lembar Pengamatan Kinerja Guru ... 121

Lampiran 19. Angket Keterlaksanaan Metode Pembelajaran ... 123

Lampiran 20. Angket Keterlaksanaan Pendekatan CTL ... 124

Lampiran 21. Angket Kepuasan Siswa Terhadap Pembelajaran ... 125

Lampiran 22. Lembar Tanggapan Guru Terhadap Pembelajaran ... 127

Lampiran 23. Dokumentasi ... 129

Lampiran 24. Surat Ijin Observasi ... 132

Lampiran 25. Surat Ijin Penelitian ... 133

(12)
(13)

A.Latar Belakang

Pembelajaran biologi mengutamakan pemberian pengalaman secara langsung. Guru bertindak sebagai fasilitator untuk siswa. Pelaksanaan pembelajaran diharapkan dapat membuat siswa mengembangkan berbagai keterampilan yang dimiliki untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

Materi keanekaragaman hayati meliputi konsep keanekaragaman gen, jenis dan ekosistem. Konsep keanekaragaman gen meliputi variasi pada makhluk hidup yang sejenis, keanekaragaman jenis meliputi berbagai variasi pada makhluk serta keanekaragaman ekosistem meliputi variasi ekosistem sebagai habitat makhluk hidup. Keanekaragaman hayati banyak ditemukan di lingkungan sekitar siswa.

Kegiatan pembelajaran biologi semester genap tahun ajaran 2011/2012 kelas X SMA Negeri 1 Jekulo Kudus menunjukkan bahwa guru tidak memanfaatkan lingkungan sebagai media dan sumber pembelajaran. Media pembelajaran adalah pengantar atau perantara informasi dari sumber kepada penerima (Sanjaya, 2006). Media pembelajaran merupakan salah satu bentuk sumber belajar atau sumber informasi bagi siswa. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai (Sanjaya, 2006).

SMA 1 Jekulo Kudus memiliki lingkungan yang dapat dioptimalkan penggunaannya oleh guru terutama untuk mengenalkan konsep keanekaragaman hayati. Lingkungan yang terdiri dari taman sekolah, lapangan sekolah serta lingkungan sekitar berupa lapangan, sawah dan kebun memiliki potensi sebagai sumber belajar keanekaragaman hayati karena terdapat beberapa bentuk keanekaragaman gen, jenis dan ekosistem.

(14)

kurang maksimal antara lain ditunjukkan dengan minimnya kemampuan siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat. Rata-rata hasil belajar biologi pada materi keanekaragaman hayati semester genap tahun ajaran 2010/2011 kelas X sebesar 69,48. Rata-rata hasil belajar masih berada di bawah standar yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75. Usaha untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa perlu dilakukan antara lain menggunakan pendekatan pembelajaran yang efektif. Pendekatan tersebut diharapkan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi lingkungan sekolah sehingga hasil belajar yang diperoleh lebih bermakna.

(15)

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah pemanfaatan lingkungan sekolah menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual efektif diterapkan pada materi keanekaragaman hayati siswa kelas X?

C.Penegasan Istilah

Untuk menghindari adanya penafsiran yang salah terhadap judul penelitian ini, maka perlu diberi penegasan istilah sebagai berikut :

1. Lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah adalah lokasi di sekolah maupun di sekitarnya. Lingkungan sekolah dapat dijadikan sebagai media dan sumber belajar. Media merupakan pengantar informasi dari sumber kepada penerima. Media belajar digunakan untuk memudahkan proses pembelajaran (Sutrisno et al, 2006). Sumber belajar ada yang dirancang khusus untuk pembelajaran (by design) dan ada yang tidak dirancang khusus, tetapi dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran (by utilization) (Santyasa, 2007b). Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan lingkungan sekolah adalah taman sekolah, lapangan, sawah, kebun dan pasar yang berada di dekat sekolah.

2. Pembelajaran kontekstual

(16)

3. Materi keanekaragaman hayati

Materi keanekaragaman hayati yang dimaksud adalah materi yang diajarkan pada kelas X SMA semester gasal tahun ajaran 2012/2013. Materi ini terdiri dari beberapa konsep antara lain keanekaragaman gen, jenis dan ekosistem.

D.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas pemanfaatan lingkungan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual pada pembelajaran keanekaragaman hayati siswa kelas X.

E.Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa, untuk memberikan kontribusi bagi guru dalam memilih pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa serta memberikan informasi bagi sekolah mengenai pendekatan pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran biologi di sekolah.

(17)

1. Media pembelajaran

Pengertian media adalah pengantar atau perantara informasi dari sumber kepada penerima (Sanjaya, 2006). Media memiliki fungsi utama sebagai pembawa pesan atau informasi serta fungsi khusus. Fungsi khusus media antara lain memperoleh gambaran yang jelas tentang hal-hal yang sukar diamati secara langsung, mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati, membandingkan sesuatu dengan mudah, dapat melihat secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung secara cepat, mengamati suatu obyek secara serempak dan dapat belajar sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing (Santyasa, 2007a). Lingkungan sekolah dapat berperan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran yang mengantarkan dan menyediakan informasi kepada siswa dan berfungsi secara khusus dengan menggambarkan obyek pembelajaran secara jelas. Media pembelajaran memiliki fungsi lain untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. Suasana yang kondusif diharapkan membuat siswa mampu mengoptimalkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki (Sutrisno et al 2006).

Menurut Sanjaya (2006), berdasarkan sifatnya media pembelajaran dibedakan menjadi 3 yaitu :

a. Media auditif, media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara.

b. Media visual, media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara.

(18)

2. Sumber belajar

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai (Sanjaya, 2006). Sumber belajar ada yang dirancang khusus untuk pembelajaran (by design) dan ada yang tidak dirancang khusus, tetapi dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran (by utilization) (Santyasa, 2007b).

Sumber belajar dapat diperoleh dari manapun yang mengandung unsur pembelajaran. Lingkungan sekolah adalah lingkungan terdekat yang dapat digunakan siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar. Sumber belajar yang baik dapat menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan membuat pendidikan lingkungan lebih nyata (Sumarmi, 2008).

3. Pembelajaran kontekstual sebagai pendekatan pembelajaran biologi

Pembelajaran kontekstual sebagai pendekatan pembelajaran memiliki pengertian yang dikemukakan oleh beberapa pakar. Marsigit (2007) berpendapat bahwa pendekatan dalam proses pembelajaran mencakup beberapa hal antara lain kerjasama antar siswa dalam pembelajaran, kecakapan hidup, aktivitas dalam pembelajaran dan proses interaktif yang berorientasi pada pengembangan kurikulum dan silabi, otonomi guru dan siswa. serta pembelajaran kontekstual. Menurut Smith (2006), pembelajaran kontekstual merupakan sebuah proses instruksional yang inovatif dan dapat membantu siswa menghubungkan pengetahuan yang dipelajari ke dalam konteks kehidupan sehingga pengetahuan tersebut dapat diterapkan. Menurut Sanjaya (2006), pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

(19)

berdasarkan pengalaman. Inkuiri atau menyelidiki adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Bertanya dalam pembelajaran kontekstual dilakukan baik oleh guru maupun siswa. Bertanya merupakan refleksi keingintahuan setiap individu. Melalui pertanyaan, guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya. Masyarakat belajar merupakan sekelompok orang (siswa) yang terikat dalam kegiatan belajar, tukar pengalaman, dan berbagi pengalaman. Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memeragakan sesuatu sebagai contoh. Penilaian autentik dimaksudkan untuk ngumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Refleksi pada prinsipnya adalah pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kegiatan yang sudah dilakukan.

(20)

Menurut Sanjaya (2006), pembelajaran kontekstual sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran biologi memiliki kelebihan dan kekurangan antara lain :

a. Kelebihan

1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan nyata. Siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. 2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep

kepada siswa karena pembelajaran kontekstual menganut aliran konstruktivisme, di mana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri.

b. Kelemahan

1) Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam pembelajaran kontekstual, guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya.

2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

4. Materi keanekaragaman hayati kelas X

(21)

meliputi konsep keanekaragaman gen, jenis dan ekosistem. Konsep keanekaragaman gen meliputi variasi pada makhluk hidup yang sejenis, keanekaragaman jenis meliputi berbagai variasi pada makhluk serta keanekaragaman ekosistem meliputi variasi ekosistem sebagai habitat makhluk hidup.

Materi ini memiliki standar kompetensi (SK) yaitu memahami manfaat keanekaragaman hayati dengan kompetensi dasar (KD) yang digunakan adalah KD 3.1 yaitu mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen, jenis dan ekosistem melalui kegiatan pengamatan.

Kerangka berpikir penelitian ini disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema ringkasan kerangka berpikir

B.Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah pemanfaatan lingkungan sekolah menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual efektif diterapkan pada pembelajaran keanekaragaman hayati siswa kelas X.

Pembelajaran masih di dalam kelas Lingkungan sekolah belum dimanfaatkan

Aktivitas siswa kurang maksimal

Hasil belajar < 75 Pemanfaatan

lingkungan sekolah dengan pembelajaran kontekstual

Aktivitas siswa meningkat

(22)

10

A.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMA Negeri 1 Jekulo Kudus. Penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013.

B.Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Jekulo yang terdistribusi ke dalam 10 kelas. Sampel penelitian ada tiga kelas yang diambil secara acak (random sampling) yaitu kelas X – 4, X – 9 dan X – 10.

C.Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran materi keanekaragaman hayati dengan pendekatan pembelajaran kontekstual. Variabel terikat penelitian ini adalah hasil belajar dan aktivitas siswa.

D.Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah One-Shot Case Study. Perlakuan diberikan pada suatu kelompok unit percobaan tertentu, kemudian diadakan pengukuran terhadap variabel terikat (Arikunto, 2009). Pola rancangan penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Rancangan penelitian One-shot Case Study Keterangan :

X : Pengajaran biologi dengan penerapan OLP menggunakan media belajar papan klasifikasi pada materi klasifikasi tumbuhan.

O : Hasil belajar siswa ranah kognitif (tes tertulis dan LKS) dan aktivitas siswa dari hasil observasi.

(23)

E.Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam melakukan penelitian meliputi:

1. Melakukan observasi awal untuk identifikasi masalah pada pembelajaran keanekaragaman hayati melalui pengamatan dan wawancara dengan guru mata pelajaran biologi.

2. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi silabus (Lampiran 1), RPP (Lampiran 2), LKS (Lampiran 3) dan soal uji coba serta kunci jawabannya (Lampiran 5).

3. Menyusun lembar observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

4. Menyusun alat evaluasi berupa soal post-test (Lampiran 12) untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang telah dipelajari.

5. Menyusun perangkat uji coba soal tes dengan langkah-langkah: a. Pembatasan materi yang akan digunakan untuk tes

b. Menentukan tipe tes

c. Membuat kisi-kisi soal (Lampiran 4) d. Menentukan jumlah butir soal dan tipe soal

e. Menentukan batas waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes 6. Melaksanakan tes uji coba

Setelah perangkat tes disusun, langkah selanjutnya adalah mengujicobakan pada siswa di luar sampel penelitian. Tujuan uji coba ini adalah untuk mengetahui apakah soal layak digunakan sebagai alat pengambilan data atau tidak. Indikatornya adalah dengan menghitung validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya pembeda. Pada penelitian ini obyek uji coba dipilih siswa kelas XI IPA 4 yang telah mendapat materi pelajaran keanekaragaman hayati.

7. Menganalisis tes hasil uji coba (Lampiran 6)

8. Menentukan tiga kelas sebagai sampel penelitian menggunakan teknik acak. 9. Berdasarkan hasil analisis pada poin 7, ditentukan butir-butir tes yang dapat

(24)

11. Melaksanakan rencana pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan menggunakan pendekatan kontekstual (Lampiran 2) :

a. melakukan observasi keanekaragaman gen di pasar tradisional secara berkelompok (constructivism, inquiry) dan menuliskan hasil pengamatan pada LKS (authentic assesment),

b. melakukan pengamatan keanekaragaman jenis dan ekosistem di lingkungan sekolah dan sekitarnya (constructivism, inquiry), menuliskan hasil pengamatan dan mengerjakan LKS (authentic assesment),

c. membuat model ekosistem dua dimensi (modelling),

d. melaksanakan presentasi dan diskusi hasil pengamatan (learning community) serta saling memberi pertanyaan (questioning),

e. membuat refleksi kegiatan (reflection). 12. Melaksanakan post-test.

13. Menyusun dan menganalisis hasil penelitian.

F. Data dan Metode Pengumpulan Data

1. Sumber data

Sumber data penelitian ini adalah siswa dan guru SMA Negeri 1 Jekulo Kudus. Data yang diambil ada 2 macam yaitu data utama meliputi penilaian aspek kognitif berupa hasil belajar siswa serta aspek afektif dan psikomotor berupa aktivitas siswa, dan data pendukung.

2. Jenis data

Jenis data yang diperoleh terdiri atas : a. Hasil belajar siswa

b. Aktivitas siswa

c. Tanggapan kepuasan siswa

d. Keterlaksanaan pembelajaran kontekstual e. Keterlaksanaan metode pembelajaran f. Kinerja guru

(25)

3. Cara pengambilan data

Data yang digunakan dalam penelitian ini masing-masing diambil dengan cara sebagai berikut :

a. Data tentang hasil belajar siswa diperoleh dari hasil post-test di akhir proses pembelajaran. Selain itu juga diambil data rata-rata nilai LKS dan tugas kelompok membuat model ekosistem.

b. Data aktivitas siswa diambil secara klasikal melalui lembar observasi aktivitas siswa.

c. Data tanggapan kepuasan siswa diambil dengan angket kepuasan siswa. d. Data keterlaksanaan pembelajaran kontekstual diambil melalui lembar

pengamatan yang diisi oleh observer.

e. Data keterlaksanaan metode pembelajaran diambil melalui angket yang diisi oleh siswa.

f. Data kinerja guru diambil melalui lembar pengamatan yang diisi observer. g. Data tanggapan guru diambil dengan menggunakan wawancara.

G.Metode dan Analisis Data

Setelah memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian, data tersebut dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

1. Tes uji coba

Setelah diadakan tes uji coba, instrumen yang digunakan dalam tes uji coba tersebut dianalisis untuk mengetahui kelayakan instrumen yang telah diujicobakan tersebut. Adapun hal-hal yang harus dianalisis dari tes uji coba tersebut adalah :

a. Tingkat kesukaran, yaitu persentase jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar. Soal yang digunakan adalah soal dengan tingkat kesukaran pada interval

(26)

Keterangan :

P = tingkat kesukaran (Tabel 1)

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta

Tabel 1 Klasifikasi tingkat kesukaran

Interval P Kriteria

0,00 < P ≤ 0,30 Sukar 0,30 < P ≤ 0,70 Sedang

0,70 < P ≤ 1,00 Mudah

* Menurut Arikunto (2009)

Pada soal uji coba sebanyak 50 soal, ada 18 soal masuk dalam kriteria soal mudah, 23 soal masuk dalam kriteria soal sedang dan 9 soal dengan kriteria sukar (Tabel 2).

Tabel 2 Rekapitulasi tingkat kesukaran Kriteria Nomor Soal

Mudah 1, 4, 5, 24, 25, 26, 32, 33, 36, 38, 39, 41, 42, 45, 46, 47, 48, 50

Sedang 2, 3, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 27, 28, 30, 31, 34, 43, 44 Sukar 6, 11, 16, 17, 29, 35, 37, 40, 49

b. Daya pembeda, yaitu kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Soal yang digunakan adalah soal dengan daya pembeda pada interval 0,20<D≤1,00 dengan kriteria Cukup sampai Sangat Baik. Indeks diskriminasi (D) adalah angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda yang dihitung dengan rumus (Arikunto, 2009) :

Keterangan :

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

(27)

Tabel 3 Klasifikasi daya pembeda

Interval D Kriteria

D ≤ 0,00 Sangat jelek

0,00 < D ≤ 0,29 Jelek 0,30 < D ≤ 0,59 Cukup 0,60 < D ≤ 0,69 Baik

0,70 < D ≤ 1,00 Sangat Baik * Menurut Arikunto (2009)

Uji coba 50 soal diperoleh 18 soal termasuk kriteria baik, 13 soal termasuk kriteria cukup dan 19 soal termasuk kriteria jelek (Tabel 4).

Tabel 4 Rekapitulasi daya pembeda Kriteria Nomor Soal

Baik 11, 12, 13, 15, 18, 20, 22, 29, 30, 32, 33, 36, 37, 38, 40, 43, 46, 47 Cukup 1, 2, 3, 6, 7, 10, 21, 23, 35, 41, 45, 48, 49

Jelek 4, 5, 8, 9, 14, 16, 17, 19, 24, 25, 26, 27, 28, 31, 34, 39, 42, 44, 50

c. Validitas, yaitu validitas butir soal ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi biserial (Arikunto, 2010) :

Keterangan:

rpbis = koefisien korelasi biserial

Mp = rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya

Mt = rerata skor total

St = standar deviasi dari skor total P = proporsi siswa yang menjawab benar q = proporsi siswa yang menjawab salah

Harga r yang diperoleh dikonsultasikan dengan r tabel product moment dengan taraf kesalahan 5%. Jika harga r hitung > r tabel product moment, maka item soal yang diuji bersifat valid dan dapat digunakan.

Uji coba 50 soal diperoleh 31 soal yang dinyatakan valid dan 19 soal tidak valid (Tabel 5).

Tabel 5 Rekapitulasi validitas butir soal

Nomor Soal yang Valid Nomor Soal yang Tidak Valid 1, 2, 3, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 15, 18, 20,

21, 22, 23, 29, 30, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 43, 45, 46, 47, 48, 49

(28)

d. Reliabilitas dihitung dengan teknik korelasi KR-21 (Arikunto, 2010) :

Keterangan :

M = rata-rata skor total k = jumlah butir soal Vt = variasi skor total

Harga r yang diperoleh dikonsultasikan dengan r tabel product moment dengan taraf kesalahan 5%. Jika r hitung > r tabel product moment maka instrumen yang dicobakan bersifat reliabel dan dapat digunakan.

Uji coba 50 soal diperoleh 39 soal yang dinyatakan reliabel dan 11 soal tidak reliabel sesuai dengan perhitungan di atas (Tabel 6).

Tabel 6 Rekapitulasi reliabilitas butir soal

Nomor Soal yang Reliabel Nomor Soal yang Tidak Reliabel 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 20,

21, 22, 23, 26, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50

5, 9, 14, 16, 19, 24, 25, 31, 34, 39, 42

Dari analisis soal uji coba (Lampiran 6), diambil 30 soal yang memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai soal post-test (Tabel 7).

Tabel 7 Rekapitulasi soal yang dipakai

Nomor Soal yang Dipakai

1, 2, 3, 6, 10, 11, 12, 13, 15, 18, 20, 21, 22, 23, 29, 30, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 43, 45, 46, 47, 48, 49

2. Hasil belajar berupa post-test.

3. Data nilai hasil belajar dianalisis untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar. a. Nilai akhir siswa (evaluasi/ post-test) digunakan rumus

(29)

c. Tingkat ketuntasan secara klasikal dihitung dengan teknik analisis persentase.

d. Untuk mengukur nilai rata-rata kelas digunakan rumus.

4. Data tentang nilai aktivitas siswa dihitung dengan persentase kemudian dikonversi dalam bentuk nilai dengan menggunakan skala 11 (Tabel 8).

Tabel 8 Skala 11 (Acuan Penentuan Nilai Aktivitas Siswa) No. Tingkat

Penguasaan Batas Atas Batas Bawah Nilai Kriteria

1. 95% - 100 % 100% x SM 95% x SM 10 Sangat tinggi

2. 85% - 94% 94% x SM 85% x SM 9 Tinggi

3. 75% - 84% 84% x SM 75% x SM 8 Tinggi

4. 65% - 74% 74% x SM 65% x SM 7 Cukup tinggi

5. 55% - 64% 64% x SM 55% x SM 6 Cukup tinggi

6. 45% - 54% 54% x SM 45% x SM 5 Rendah

7. 35% - 44% 44% x SM 35% x SM 4 Rendah

8. 25% - 34% 34% x SM 25% x SM 3 Rendah

9. 15% - 24% 24% x SM 15% x SM 2 Rendah

10. 5% - 14% 14% x SM 5% x SM 1 Sangat rendah

11. 0% - 4% 4% x SM 0% x SM 0 Sangat rendah

* Menurut Rofieq (2008) SM:Skor Maksimal

5. Data hasil angket tanggapan siswa dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membuat rekapitulasi hasil angket tentang tanggapan siswa. b. Menghitung persentase jawaban siswa.

(30)

18

A.Hasil Penelitian 1. Hasil belajar siswa

Hasil belajar siswa diperoleh dari hasil akhir siswa yaitu nilai post-test (Tabel 9).

Tabel 9 Hasil belajar siswa pada 3 kelas

No. Kelas ketiga kelas telah mencapai batas ketuntasan klasikal yang ditetapkan. Rata-rata nilai post-test sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan menunjukkan bahwa siswa mampu melaksanakan pembelajaran dengan baik.

Nilai rata-rata LKS berupa observasi pasar dan pengamatan lingkungan sekitar sekolah serta tugas membuat model ekosistem dua dimensi yang disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Nilai rata-rata LKS dan tugas

No. Kelas Nilai LKS Nilai tugas Rata-rata nilai LKS dan Tugas

1. X – 4 82,34 85 83,67

2. X – 9 81,46 80 80,73

3. X – 10 84,66 80 82,33

(31)

memacu siswa untuk merasa tertarik dengan pembelajaran yang dilaksanakan. Authentic assesment berupa model ekosistem dua dimensi yang dipresentasikan di depan kelas. Nilai tugas dan presentasi ditunjukkan pada Lampiran 12. Empat kelompok di kelas X – 4 membuat model dengan gambar yang lengkap dan dipresentasikan dengan baik. Semua kelompok di kelas X – 9 dan X – 10 membuat model dengan keterangan yang kurang lengkap tetapi dipresentasikan dengan baik.

2. Aktivitas siswa

Aktivitas siswa dalam penelitian ini dinilai secara klasikal meliputi semua kegiatan siswa selama proses pembelajaran yang dikaitkan dengan pembelajaran kontekstual. Persentase keaktifan siswa dikonversi pada skala 11 (Rofieq, 2008) dan disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Hasil observasi keaktifan siswa pada 3 kelas

No. Kelas Persentase Konversi Nilai Kriteria

1. X - 4 80,00 8 Tinggi

2. X – 9 72,50 7 Cukup tinggi

3. X - 10 65,50 7 Cukup tinggi

Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai aktivitas siswa minimal mencapai angka 7. Siswa kelas X – 4 tergolong siswa yang aktif dengan kriteria tinggi dan kelas X – 9 serta X – 10 memiliki keaktifan dengan kriteria cukup tinggi sesuai kriteria Rofieq (2008). Siswa mengalami peningkatan keaktifan dengan pelaksanaan observasi pasar dan pengamatan di luar kelas, tidak malu bertanya dan mampu berpikir kritis.

3. Angket kepuasan siswa

(32)

Tabel 12 Hasil angket kepuasan siswa terhadap pembelajaran

1. Tertarik mengikuti pembelajaran 92,10 89,47 92,10

2. Membaca materi dahulu 47,37 39,47 65,79

3. Menemukan pemecahan masalah 78,95 84,21 86,84

4. Memahami konsep dengan model dua dimensi 78,95 86,84 94,74

5. Meningkatkan keaktifan 94,74 100,0 92,10

6. Memberikan manfaat bagi kehidupan 94,74 100,0 97,37

7. Soal evaluasi sesuai pembelajaran 77,28 84,21 89,47

8. Bertanya dan mengemukakan pendapat 71,05 76,32 78,95

9. Setuju jika hasil kegiatan dipresentasikan dan

didiskusikan 94,74 97,37 100,0

10. Setuju jika menulis refleksi di setiap akhir

pembelajaran 77,28 84,21 100,0

Sepuluh pertanyaan pada Tabel 12 dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu 1) tidak puas, 2) cukup puas dan 3) puas. Kategori tidak puas ditemukan pada pertanyaan tentang persiapan siswa membawa materi terlebih dahulu. Siswa tidak mau membaca materi terlebih dahulu sejak pertemuan pertama sampai ke 5. Kategori cukup puas ditemukan pada pertanyaan tentang menemukan pemecahan masalah, pemahaman konsep dengan model dua dimensi, mengerjakan soal evaluasi sesuai pembelajaran, bertanya dan mengemukakan pendapat, serta pendapat setuju atau tidaknya diadakan penulisan refleksi pada akhir pembelajaran. Kategori puas ditemukan pada pertanyaan tentang ketertarikan mengikuti pelajaran, peningkatan keaktifan, manfaat bagi kehidupan, serta setuju jika hasil pembelajaran dipresentasikan dan didiskusikan.

4. Keterlaksanaan pembelajaran kontekstual

(33)

Tabel 13 Hasil keterlaksanaan pembelajaran kontekstual

No. Komponen CTL Bentuk Kegiatan Ya Tidak 1. Constructivism

Membangun pengetahuan

berdasarkan penemuan dan pengalaman

 ×

2. Inquiry Menyelidiki masalah  ×

3. Modeling Membuat model  ×

4. Questioning Bertanya  ×

5. Learning Community Berkelompok, berdiskusi,

presentasi  ×

6. Reflection Membuat refleksi

pembelajaran  ×

7. Authentic Assesment Penilaian autentik  ×

Tabel 13 menunjukkan bahwa semua komponen CTL terpenuhi pada kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Permasalahan ditemukan melalui pengamatan antara lain komponen constructivism dan questioning. Komponen constructivism yang belum dipenuhi dapat dilihat pada ketidakmampuan siswa untuk mengaitkan hal yang ditemukan sendiri di luar kelas dengan materi yang dipelajari di dalam kelas. Komponen questioning belum dipenuhi dengan sempurna karena siswa yang bertanya hanya siswa tertentu.

5. Kinerja guru

Hasil observasi kinerja guru diperoleh dari angket keterlaksanaan metode pembelajaran yang diisi oleh siswa pada akhir pembelajaran serta lembar observasi kinerja guru yang diisi oleh observer di akhir penelitian pada tiga kelas (Tabel 14 dan 15).

Tabel 14 Hasil keterlaksanaan metode pembelajaran

(34)

Tabel 15 Hasil observasi pengamatan terhadap kinerja guru

No. Pertemuan ke- Jumlah Skor Persentase Kriteria

1. I 58 96,67 Sangat baik siswa dan observer mendapatkan persentase 75% dengan kriteria sangat baik. Persentase pada angket dan hasil observasi pengamatan menunjukkan bahwa respon siswa dan observer sejalan yaitu merasa puas dengan kinerja guru.

6. Tanggapan guru

Tanggapan guru diperoleh dari hasil wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran (Tabel 16).

Tabel 16 Hasil wawancara tanggapan guru

Pertanyaan Tanggapan

1. Pembelajaran yang telah

dilakukan

- Metode cukup bagus, guru belum pernah melakukan observasi pasar untuk materi keanekaragaman .

2. Aktivitas siswa saat proses

- Minat siswa untuk kegiatan pembelajaran meningkat dari biasanya.

4. Ketertarikan guru menggunakan strategi ini untuk diterapkan pada materi lain dan alasannya

- Guru tertarik, karena berpusat pada siswa dan bisa memanfaatkan lingkungan sekolah. Guru akan menggunakan pembelajaran ini untuk materi lain.

5. Pembelajaran dengan strategi ini bila dibandingkan dengan stategi yang diterapkan sebelumnya

- Sangat berbeda jika dibandingkan dengan pembelajaran yang umum, karena pembelajaran ini berpusat pada siswa.

6. Penggunaan strategi ini dapat mencapai hasil yang diinginkan

- Dapat mencapai hasil belajar yang batas ketuntasannya sudah ditentukan oleh sekolah.

7. Kecocokan penggunaan pendeka-tan kontekstual diterapkan pada materi keanekaragaman hayati

- Cocok diterapkan pada materi ini karena pendekatan kontekstual mengajak siswa untuk mempelajari materi dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

8. Kelebihan dari strategi yang telah dilakukan dalam pembelajaran konsep keanekaragaman hayati

- Minat dan keaktifan siswa jadi lebih meningkat. Kerjasama dalam kelompoknya juga jadi lebih baik.

9. Kekurangan dari strategi yang telah dilakukan

- Waktu untuk ke pasar hanya dapat dilakukan akhir pekan dan pengelolaan kelas harus lebih baik.

10.Pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran

(35)

Hasil tanggapan guru menunjukkan bahwa guru pengampu mata pelajaran tertarik menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan pemanfaatan lingkungan karena dirasa bagus, mampu meningkatkan minat, aktivitas, kemampuan kognitif, psikomotor serta afektif. Guru juga ingin menerapkan pembelajaran ini pada materi lain yang cocok sehingga lebih dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi lingkungan sekitar sekolah. Kendala yang dihadapi pada penelitian ini adalah kesulitan manajemen waktu karena keterbatasan jam pelajaran serta kesulitan pengelolaan kelas dengan jumlah siswa yang banyak.

B.Pembahasan

(36)

Berdasarkan hasil observasi, siswa aktif dan mampu berkomunikasi dengan baik selama melakukan pengamatan karena aktivitas tersebut dilakukan secara berkelompok di luar ruangan. D’Amato dan Krasny (2009) berpendapat bahwa pembelajaran luar ruangan menciptakan situasi belajar yang monoton menjadi menyenangkan karena adanya kelompok sosial. Melalui pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang terbentuk, perkembangan mental siswa menjadi matang.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran dipengaruhi beberapa faktor antara lain metode pembelajaran, minat siswa dan peran guru sendiri. Hasil penelitian Komalasari (2011) menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran kontekstual mampu meningkatkan keaktifan siswa dan meningkatkan kompetensi kemasyarakatan sehingga siswa mampu dan mau bekerja dalam kelompok. Hall dan Kidman (2004) menambahkan bahwa peran guru besar dalam peningkatan keaktifan siswa. Guru harus memiliki kemampuan pengelolaan kelas yang baik, mengembangkan pembelajaran yang menyenangkan dan memahami karakteristik siswa untuk membantu kerjasama dan hubungan antar siswa. Hasil penelitian Chopra dan Chabra (2013) di sebuah sekolah alternatif menunjukkanbahwa guru menjadi fasilitator utama untuk pengelolaan kelas secara baik dan menyenangkan. Hal tersebut akan membuat siswa merasa nyaman dan semakin aktif dalam pembelajaran.

Minat dari dalam diri siswa merupakan salah satu hal yang mendasari keaktifan siswa. Siswa yang memiliki minat besar dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan perhatian dan peran aktifnya di dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Purwanto dan Ngalim (2002), minat menjadi alasan utama yang dapat menjelaskan perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung.

(37)

belajar yang cukup baik dan ada siswa yang aktif tapi tidak mencapai batas tuntas. Hal ini dijelaskan oleh penelitian Komalasari (2011) yang menyebutkan bahwa siswa dengan aktivitas belajar tinggi belum tentu mencerminkan bahwa siswa tersebut memahami materi yang dibahas. Siswa banyak bertanya, menulis, dan berinteraksi dengan siswa lainnya karena siswa tersebut belum paham. Hal ini menyebabkan siswa tidak tuntas belajar walaupun memiliki tingkat aktivitas belajar yang tinggi.

Siswa yang aktif akan lebih banyak memahami materi sehingga hasil belajar meningkat. Hasil belajar merupakan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas dari suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan (Winkel, 2009). Metode pembelajaran yang diterapkan pada suatu kelas dapat mempengaruhi aktivitas siswa dalam kelas tersebut. Aktivitas siswa belajar siswa dapat ditingkatkan melalui kegiatan pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif sehingga hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai.

Hasil belajar siswa secara individu telah mencapai standar yang ditetapkan yaitu ≥ 75. Secara klasikal ketiga kelas dinyatakan tuntas belajar

karena jumlahnya ≥ 75%. Siswa kelas X-4 yang tergolong aktif dan hasil belajar yang paling tinggi memiliki ketuntasan yang kurang maksimal. Hal ini karena siswa kelas X-4 banyak yang menjadi aktivis sekolah sehingga beberapa siswa tidak masuk ketika dilaksanakan post-test karena ada acara sekolah.

Peningkatan hasil belajar siswa diperoleh karena siswa mendapatkan pengetahuan tentang keanekaragaman hayati serta pengalaman observasi secara langsung. Siswa mampu mengaitkan antara materi yang ada di buku teks dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitar yaitu taman, sawah, kebun dan pasar. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Setiawan (2007) yang menunjukkan bahwa pelaksanaan kerja kelompok membuat siswa lebih mudah memahami materi dengan saling bertukar informasi dengan kelompok lain.

(38)

akademik, kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar (Karmana, 2011). Pelaksanaan observasi pasar ini juga dianggap siswa mampu membuat pemahaman mereka lebih baik. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Sekarlangit (2012) yang mengungkapkan bahwa pasar tradisional dapat digunakan sebagai sumber belajar biologi pada materi keanekaragaman hayati dengan potensi antara lain memiliki jenis tanaman bunga yang banyak dan memiliki variasi bunga yang beragam baik berbeda spesies maupun variasi dalam satu spesies. Penggunaan pasar sebagai sumber belajar biologi, dapat membuat siswa mengaitkan antara materi yang didapatkan dalam buku dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekolah.

Hasil belajar dalam penelitian ini memperkuat hasil belajar penelitian-penelitian lain yang telah dilakukan. Zubaidah (2008) mengungkapkan bahwa pembelajaran kontekstual mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan motivasi siswa. Pemanfaatan lingkungan dapat menciptakan suasana yang kondusif sehingga lebih memacu minat dan motivasi. Kurniastuti (2006) menambahkan bahwa pembelajaran kontekstual pada pokok bahasan ekosistem juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA. Hal ini dikuatkan dengan pemanfaatan lingkungan pada materi keanekaragaman hayati yang dapat diterapkan pada materi ekosistem. Penggunaan pendekatan kontekstual juga diterapkan pada ilmu lain. Hasil penelitian Satriani et al (2012) menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual dalam keterampilan menulis, mampu mendorong siswa dan memberi motivasi untuk menulis. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual efektif dalam peningkatan kemampuan dengan pengalaman secara nyata. Suryanti et al (2006) menambahkan bahwa dengan pembelajaran kontekstual mampu mengatasi kesulitan dan meningkatkan pemahaman siswa dalam materi panas dengan pendekatan inkuiri kelompok kooperatif. Hasil penelitian Tati et al (2009) menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual efektif diterapkan pada pokok bahasan turunan dan meningkatkan nilai rata-rata siswa sehingga mencapai batas ketuntasan minimal.

(39)

ketuntasan minimal. Ketuntasan klasikal juga dapat mencapai kriteria yang ditetapkan sekolah. Beberapa siswa yang belum dapat mencapai batas ketuntasan minimal karena faktor yang diamati secara langsung sebagai berikut :

1. Minat siswa yang kurang besar pada materi keanekaragaman hayati. Materi keanekaragaman hayati merupakan materi yang sangat kompleks karena mempelajari segala aspek keanekaragaman mulai dari keanekaragaman pada tingkat gen sampai ekosistem makhluk hidup yaitu tumbuhan dan hewan. 2. Kurang memperhatikan petunjuk pelaksanaan kegiatan sehingga masih tidak

paham dengan kegiatan yang harus dilakukan.

3. Siswa merasa materi keanekaragaman hayati masih sulit karena materi ini meliputi kenekaragaman gen, jenis dan ekosistem yang sangat luas cakupannya.

4. Ada siswa yang tidak mengikuti kegiatan observasi pasar karena rumahnya yang terlalu jauh dari sekolah.

Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan beberapa solusi antara lain :

1. Minat yang kurang besar dapat diatasi dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan membuat siswa lebih terlibat secara aktif pada proses pembelajarannya. Penelitian Tukimin dan Salamah (2011) menunjukkan bahwa pembelajaran yang menyenangkan dapat diaplikasikan lewat PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif dan Menyenangkan). Salah satu aspek yang diterapkan pada PAKEM adalah pembelajaran dengan menggunakan media visual yang lebih baik.

(40)

3. Kesulitan materi yang terlalu luas dapat diatasi oleh guru. Guru meminta siswa mempersiapkan pengetahuan awal yaitu membaca materi di rumah dan mengadakan pre-test sebelum pembelajaran dimulai.

4. Lokasi yang tidak dapat dijangkau diatasi dengan cara memilih lokasi yang dekat sekolah dan dapat dijangkau semua siswa. Permasalahan ini juga dapat diatasi dengan pemilihan lokasi oleh siswa sendiri.

Ketuntasan klasikal yang dicapai menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kontekstual dengan memanfaatkan lingkungan sekolah mampu menyamakan pemahaman siswa pada tiga kelas yang berbeda. Hasil penelitian Setiawan (2007) menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual pada subyek penelitian yang memiliki karakteristik sama mampu meningkatkan hasil belajar. Pencapaian nilai rata-rata hasil belajar siswa di tiga kelas penelitian hampir sama sebab pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual dengan pemanfaatan lingkungan sekolah memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk memperoleh pengalaman nyata dan mengembangkan gagasan-gagasannya (Kurniastuti, 2006). Siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri secara aktif tentang fenomena-fenomena alam yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dapat mendalami konsep dan menyusun pengetahuannya sendiri dan berinteraksi dengan lingkungannya dengan melakukan eksplorasi.

(41)

dengan keterangan yang kurang lengkap dengan menuliskan komponen ekosistem kurang lengkap. Keterangan gambar sudah lengkap. Presentasi yang dilaksanakan siswa sudah baik, jelas dan mampu menjawab beberapa pertanyaan.

Tanggapan kepuasan siswa merupakan balikan dari siswa terhadap pembelajaran. Siswa pada tiga kelas penelitian menyatakan tertarik mengikuti pembelajaran dengan penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan pemanfaatan lingkungan pada materi keanekaragaman hayati. Beberapa siswa tidak menyukai suasana kelas pada saat proses pembelajaran. Hal ini kemungkinan terjadi karena kondisi siswa yang belum terbiasa dengan sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hasil penelitian Smith (2006) menunjukkan bahwa alternatif pemecahan yang dapat dilakukan adalah guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang dimiliki dan guru menempatkan diri sebagai motivator dan fasilitator yang baik. Sebagian besar siswa pada tiga kelas juga menyatakan kepuasan terhadap pembelajaran karena mereka mampu memahami konsep keanekaragaman hayati, memberikan manfaat bagi kehidupan, mampu mengerjakan soal evaluasi dengan benar, mampu mengemukakan pendapat, serta mampu mempresentasikan hasil kegiatan.

(42)

Guru meminta siswa untuk membaca materi terlebih dahulu sehingga siswa memiliki kemampuan awal yang cukup untuk mengikuti pembelajaran.

Angket keterlaksanaan CTL pada penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang diterapkan sudah memenuhi semua komponen CTL yaitu konstruktivisme, inkuiri, membuat model, bertanya, masyarakat belajar, membuat refleksi dan penilaian autentik. Keterlaksanaan CTL ini didukung penelitian Satriani et al (2012) yang menunjukkan beberapa kelebihan dalam menggunakan CTL. Kelebihan tersebut yaitu (1) mendorong siswa dalam menulis; (2) meningkatkan motivasi siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam kelas menulis; (3) membantu siswa mengembangkan tulisan mereka; (4) membantu siswa memecahkan masalah mereka; (5) menyediakan cara untuk siswa berdiskusi dan berinteraksi dengan teman mereka; dan (6) membantu siswa merangkum dan merefleksikan pelajaran. Kekurangan yang dapat diamati adalah siswa belum mampu mengajukan pertanyaan (questioning) dengan baik. Siswa yang mengajukan pertanyaan hanya terbatas pada siswa tertentu. Komponen lain yang belum dipenuhi adalah constructivism yaitu siswa masih kebingungan mengaitkan pengetahuan yang ditemukan sendiri dengan materi yang dipelajari di buku teks. Masalah ini dapat diatasi dengan motivasi dan bimbingan dari guru untuk mengaitkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dengan materi di buku teks (Mariati dan Riska, 2012).

Faktor yang mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar siswa tidak hanya pada faktor minat dan motivasi. Faktor lain yang berpengaruh antara lain cara mengajar guru, karakter guru, suasana kelas yang tenang dan nyaman dan fasilitas belajar yang digunakan. Guru mempunyai peranan sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator dan fasililator, serta evaluator (Aritonang, 2008). Guru dapat memilih dan melaksanakan peranan di atas yang dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa untuk mencapai hasil yang baik.

(43)

umum kinerja guru dalam pembelajaran sangat baik. Guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai rencana pembelajaran yang telah disusun. Kekurangan yang ditemukan melalui pengamatan, terkadang guru belum memberikan apersepsi yang sinkron dengan materi yang dibahas. Guru diharapkan selalu berusaha memaksimalkan kinerja, karena guru merupakan kunci keberhasilan pembelajaran yang mampu mengelola komponen-komponen pembelajaran yang lain, sehingga dapat memaksimalkan kualitas PBM.

(44)

32

A. Simpulan

Pemanfaatan lingkungan sekolah menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual efektif diterapkan pada keanekaragaman hayati kelas X. Efektivitas ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa.

B. Saran

(45)

Anggraito U, A Nugroho & D Palupi. 2006. Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Kerja Ilmiah melalui Pembentukan Kelompok Kooperatif STAD dalam Penilaian Autentik. Jurnal penelitian pendidikan 1 (22): 37-43.

Arikunto S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. _______. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka

Cipta.

Aritonang KT. 2008. Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur 7 (10): 17-21.

Chopra V & S Chabra. 2013. Digantar In India : A Case Study For Joyful Learning. Journal of Unschooling and Alternative Learning 7 (13):28-44

D’Amato LG & ME Krasny. 2009. Outdoor Adventure Education: Applying Transformative Learning Theory in Addressing Instrumental and Emancipatory EE Goals. Journal of Environmental Education 5 (7): 12-13. Gita IN. 2007. Implementasi Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan

Prestasi Belajar Matematika Siswa di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 1 (1):26-34.

Hall C & J Kidman. 2004. Teaching and Learning: Mapping the Contextual Influences. International Education Journal 5 (3):331-343.

Hariyanti E. 2006. Ujicoba Model Pembelajaran Luar Ruang Mata Pelajaran IPA. On line at http://www.depdiknas.go.id/ujicobamodel.html [ accesed 3 Februari 2012 ]

Hasruddin. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Pendekatan Kontekstual. Jurnal Tabularasa PPS Unimed 6 (1):48-60.

(46)

Karmana IW. 2011. Strategi Pembelajaran, Kemampuan Akademik, Kemampuan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar Biologi. Jurnal Ilmu Pendidikan 17 (5):378-386.

Komalasari K. 2011. Kontribusi Pembelajaran Kontekstual untuk Pengembangan Kompetensi Kewarganegaraan Peserta Didik SMP di Jabar. Mimbar 27 (1):47-55.

Kurniastuti. 2006. Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan Ekosistem melalui Pendekatan Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Doro Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2004/2005 (Skripsi). Semarang : Unnes.

Mariati MR & CN Riska. 2012. Penerapan Model Apprentice Training Yang Berwawasan Konstruktivisme Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia. Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu 13 (2):66-69.

Marsigit. 2007. Mathematics Teachers’ Professional Development through Lesson

Study in Indonesia. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education 3 (2):141-144.

Munir & AA Patak. 2007. Maximizing the Use of “Speed Up English 6” Textbook through Contextual Teaching and Learning. Journal of English Education and Literature 5 (2):28-34.

Purwanto & Ngalim M. (2002). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rofieq A. 2008. Teknik Pemberian Skor dan Nilai Hasil Tes. Bandung. On line at http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/PRODI._ILMU_KOMPUTER/196603 252001121MUNIR/Multimedia/Multimedia_Bahan_Ajar_PJJ/Asesmen_Pe mbelajaran/assessmen_pembelajaran_6.pdf [diakses tanggal 9 April 2012].

Sanjaya W. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media. Santyasa IW. 2007a. Landasan Konseptual Media Pembelajaran. Workshop

MediaPembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri Banjar Angkan. Universitas Pendidikan Ganesha. Klungkung 10 Januari 2007.

(47)

Satriani I, E Emilia & MH Gunawan. 2012. Contextual Teaching and Learning Approach to Teaching Writing. Indonesian Journal of Applied Linguistics 2 (1):10-22.

Sekarlangit TSKLP. 2012. Identifikasi Tanaman Bunga Di Pasar Bunga Dongkelan Sebagai Sumber Belajar Untuk Penyusunan Modul Materi keanekaragaman Hayati di SMA (Skripsi). Yogyakarta : UNY.

Setiawan IGAN. 2007. Penerapan Pengajaran Kontekstual Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi siswa Kelas X SMA Laboratorium Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 2 (1):42-59.

Smith BP. 2006. Contextual Teaching and Learning Practices in The Family and Consumer Sciences Curriculum. Journal of Family and Consumer Sciences Education 24 (1):14-27.

Sulianto J. 2011.Keefektifan Model Pembelajaran Kontekstual Dengan Pendekatan Open Ended dalam aspek Penalaran dan Pemecahan Masalah. Jurnal Ilmu Pendidikan 17 (6):454-458.

Sumarmi. 2008. Sekolah Hijau Sebagai Alternatif Pendidikan Lingkungan Hidup Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual. Jurnal Ilmu Pendidikan 5 (1):19-25.

Sunyono. 2006. Peningkatan Aktivitas Psikomotor Siswa Melalui Metode Eksperimen Berwawasan Lingkungan. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran 13 (1):33-42.

Suryanti, W Wahono & A Rokhim. 2006. Pembelajaran Kontekstual Sebagai Upaya Mengatasi Kesulitan siswa Kelas V SD Laboratorium Unesa dalam Memahami Materi Panas. Jurnal Pendidikan Dasar 7 (1):50-60.

Sutrisno, T Dermawan & Sugiyono. 2006. Profil Pemanfaatan Media Pembelajaran Dalam Menciptakan Perkuliahan yang Kondusif di Universitas Negeri Malang. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran 13 (1):54-62.

Syawiji. 2009. Metode Outdoor Learning dan Peningkatan Minat Belajar Aritmetika Sosial. Jurnal Pendidikan 9 (1): 30-46.

(48)

Tukimin & Salamah. 2011. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Model PAKEM Dengan Menggunakan Alat Peraga Murah (APM) Pada Siswa Kelas VI SDN Kedungpucang Bener Purworejo Tahun Pelajaran 2008/2009. Jurnal Sosialita 3 (1):50-62

Winkel WS. 2009. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia.

(49)
(50)
(51)

Lampiran 1.

SILABUS Sekolah : SMA Negeri 1 Jekulo Kudus

Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Semester : X/1

Standar Kompetensi : 3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati

Kompetensi

Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator

Penilaian Alokasi

(52)

Kudus, September 2012 Peneliti

Arie Yuni Kurnianingrum NIM. 4401408025

- Membuat model ekosistem 2D (dua dimensi) berupa potongan gambar yang ditempel di karton. - Melakukan diskusi tentang model ekosistem yang dibuat dan tentang peran keanekaragaman hayati bagi kehidupan.

4. Mendeskripsikan jenis organisme khas daerah / wilayah

5. Menjelaskan

faktor-faktor yang

menentukan keanekaragaman ekosistem

6. Menjelaskan peran keanekaragaman

(53)

Lampiran 2.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA Negeri 1 Jekulo Kudus

Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Semester : X/1 Pertemuan ke- : 1 dan 2

Standar Kompetensi : 3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati Kompetensi Dasar : 3.1 Mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen,

jenis, ekosistem melalui kegiatan pengamatan Indikator : 1. Mengidentifikasi keanekaragaman gen, jenis dan

ekosistem pada makhluk hidup Alokasi waktu : 3 x 45 menit

I. Tujuan Pembelajaran

a. Setelah melakukan observasi, siswa dapat mengidentifikasi keanekaragaman gen yang ada pada satu jenis.

b. Setelah melakukan pengamatan, siswa dapat mengidentifikasi keanekaragaman jenis dan ekosistem pada makhluk hidup.

c. Setelah mempelajari KD 3.1, siswa dapat merumuskan perbedaan antara keseragaman dan keberagaman.

Karakter siswa yang diharapkan :

Rasa Ingin Tahu Jujur

Kerja Keras Tanggung Jawab

II. Materi Ajar

Keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi tiga tingkat, yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis dan keanekaragaman ekosistem.

1. Keanekaragaman Gen

(54)

Pada manusia, sifat rambut lurus, hidung mancung, mata lebar, warna kulit ditentukan oleh gen.

Gen adalah materi yang mengendalikan sifat atau karakter.

Sifat-sifat yang ditentukan oleh gen disebut genotipe, yang disebut juga sebagai pembawaan.

Di antara sesama tumbuhan satu jenis terdapat variasi. Variasi dalam satu jenis menghasilkan varietas.

Antar varietas dalam satu jenis masih dapat melakukan perkawinan secara alami dan menghasilkan keturunan yang fertil.

Variasi antar individu satu jenis tidak hanya terdapat pada tumbuhan tetapi juga pada hewan. Misalnya warna bulu pada berbagai ras ayam beraneka ragam. Keanekaragaman gen dapat memunculkan varietas. Misalnya ada varietas padi PB, rojolele dan varietas padi tahan wereng.

Perpaduan antara genotipe dengan lingkungan menghasilkan sifat yang tampak dari luar, yang dikenal sebagai fenotipe.

Genotipe juga dapat berubah karena perkawinan atau persilangan.

2. Keanekaragaman Jenis

Keanekaragaman jenis adalah perbedaan-perbedaan pada berbagai jenis atau spesies makhluk hidup di suatu tempat.

Di lingkungan sekitar kita dapat dijumpai berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Di dalam satu famili rumput misalnya, dapat dijumpai rumput teki dan rumput gajah.

Di dalam golongan burung dapat dijumpai itik, ayam, bebek, angsa, merpati dan burung parkit.

Sangat mudah menentukan keanekaragaman jenis karena antar jenis terdapat perbedaan sifat yang jelas.

III. Pendekatan dan Media Pembelajaran

(55)

Media Pembelajaran: 1. Lingkungan Sekolah 2. Lembar Kerja Siswa

IV. Langkah-Langkah Pembelajaran Pertemuan ke-1 ( 2 x 45 menit)

No Kegiatan Pembelajaran Metode/

Teknik

Alokasi Waktu 1. Kegiatan Pendahuluan

- Guru memperkenalkan diri kepada siswa dan menjelaskan tentang alur pembelajaran yang akan dilaksanakan selama beberapa pertemuan. - Siswa dikondisikan untuk mengikuti pretes.

- Guru menginformasikan materi yang akan dibahas serta memberitahukan tujuan dan manfaat dari pembelajaran yang dilakukan.

Tanya jawab

- Apersepsi : “Keanekaragaman gen apa sajakah yang bisa kalian temukan di pasar?”

B. Tahap Elaborasi

- Guru mengingatkan siswa tentang tugas yang diberikan pada minggu sebelumnya

(constructivism, inquiry) :

1) Siswa yang dibagi dalam enam kelompok melakukan observasi di pasar tradisional terdekat tentang keanekaragaman gen yang telah ditentukan oleh guru, antara lain kelompok buah, sayur berupa daun, sayur berupa buah, padi, ikan dan ayam/burung.

Tanya jawab

Tanya jawab

2 menit

(56)

2) Tiap kelompok mengikuti prosedur dan menuliskan hasil pengamatan di LKS I. 3) Tiap kelompok memotret kegiatan serta

keanekaragaman gen sebagai bukti

pelaksanaan dengan menberi tanggal pada foto, kemudian di tempel pada satu buku atau album dan diberi keterangan.

4) Tugas dikumpulkan pada pertemuan ketiga. - Guru menjelaskan keanekaragaman gen, jenis

dan ekosistem.

C. Tahap Konfirmasi

- Siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan menyimpulkan materi yang telah disampaikan oleh guru (questioning).

- Siswa membuat refleksi tentang kegiatan pembelajaran (reflection).

3. Kegiatan Penutup

- Guru memberi tugas setiap kelompok untuk membuat model ekosistem 2D (dua dimensi) berupa potongan gambar komponen ekosistem tersebut dan ditempel di kertas karton. Setiap kelompok membuat model ekosistem yang berbeda dari kelompok lain (modelling). - Tugas dikumpulkan pada pertemuan keempat. - Guru menutup pembelajaran.

(57)

Pertemuan ke-2 (1 x 45 menit)

No Kegiatan Pembelajaran Metode/

Teknik

Alokasi Waktu 1. Kegiatan Pendahuluan

- Guru menginformasikan materi yang akan dibahas serta memberitahukan tujuan dan manfaat dari pembelajaran yang dilakukan.

Tanya jawab 2 menit

2. Kegiatan Inti

A. Tahap Eksplorasi

- Guru memberi arahan kepada siswa tentang pelaksanaan kegiatan pengamatan di

lingkungan sekolah.

B. Tahap Elaborasi

- Siswa bekerja dalam kelompok untuk

melakukan kegiatan seperti yang tertera dalam LKS II berupa pengamatan (constructivism, inquiry).

- Tiap kelompok diminta menemukan

keragaman jenis makhluk hidup yang ada di taman, lapangan dan sawah (inquiry).

- Tiap kelompok mengamati faktor apa sajakah yang berperan dalam kehidupan pada

ekosistem lapangan dan sawah (inquiry). - Hasil pengamatan ditulis di LKS II.

- Siswa membuat laporan sementara berdasarkan hasil kerja kelompok (constructivism).

- Siswa kembali ke dalam kelas.

C. Tahap Konfirmasi

- Siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan menyimpulkan materi yang telah disampaikan

(58)

V. Sumber Pembelajaran

Buku IPA Biologi 1 SMP Kelas X, Istamar Syamsuri dkk, Erlangga, Jakarta, 2007

VI. Penilaian

Penilaian meliputi :

1. Hasil belajar berupa post test (ranah kognitif)

2. Aktivitas siswa saat proses pembelajaran (ranah psikomotor)

Kudus, September 2012 Peneliti

Arie Yuni Kurnianingrum NIM. 4401408025

oleh guru (questioning).

- Siswa membuat refleksi tentang kegiatan pembelajaran hari ini (reflection).

Membuat refleksi

7 menit

3. Kegiatan Penutup

- Guru meminta siswa mempersiapkan presentasi hasil pengamatan.

- Guru menutup pembelajaran.

(59)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMA Negeri 1 Jekulo Kudus Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/Semester : X/1 Pertemuan ke- : 3

Standar Kompetensi : 3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati Kompetensi Dasar : 3.1 Mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen,

jenis, ekosistem melalui kegiatan pengamatan Indikator : 1. Membandingkan ciri keanekaragaman hayati

pada tingkat gen, jenis dan ekosistem

2. Merumuskan konsep keseragaman dan keberagaman

3. Mendeskripsikan jenis organisme khas daerah / wilayah

Alokasi waktu : 2 x 45 menit

I. Tujuan Pembelajaran

a. Setelah melakukan pengamatan, siswa dapat menemukan perbadingan keanekaragaman pada tingkat gen, jenis dan ekosistem.

b. Setelah diskusi, siswa dapat merumuskan konsep keseragaman dan keberagaman.

c. Setelah melakukan observasi, siswa dapat mendeskripsikan jenis organisme khas daerah/wilayahnya.

Karakter siswa yang diharapkan :

Rasa Ingin Tahu Jujur

Kerja Keras Tanggung Jawab

II. Materi Ajar

Keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi tiga tingkat, yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis dan keanekaragaman ekosistem.

3. Keanekaragaman Ekosistem

Gambar

Gambar 1. Skema ringkasan kerangka berpikir
Tabel 3  Klasifikasi daya pembeda
Tabel 8  Skala 11 (Acuan Penentuan Nilai Aktivitas Siswa)
Tabel 12 Hasil angket kepuasan siswa terhadap pembelajaran
+3

Referensi

Dokumen terkait

A ct iv it y -base d co st in g (A BC) system s first accu m u late overh ead costs for each of th e activities of an organ ization , an d th en assign th e costs of activities

Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa strategi yang dilakukan oleh perempuan kepala keluarga miskin dalam memenuhi kebutuhan pendidikan adalah

Cukup mudah untuk berjualan di Ekiosku.com Jual Beli Online Aman Menyenangkan tinggal klik menu &#34;jadi penjual&#34; saja dan isikan data diri anda, data kios yang akan

Tabel 3 menunjukkan bahwa potensi tumbuh maksimum benih sengon pada perlakuan lama perendaman memiliki kemampuan yang berbeda dalam meningkatkan potensi tumbuh

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Penjumlahan dan Pengurangan melalui penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pairs

Program Penilaian Poster Sains dan Teknologi Islam (ISnT) dan Islamic Civilization, Science and Technology Coursework Evaluation (i-CiviST) merupakan satu program penilaian

Data primer ialah data yang dimana cara perolehannya dari sumber yang pertama dan dilakukan sendiri oleh peneliti secara langsung (Eko Putro Widoyoko, 2014). Data

Maka jelaslah jika dalam penelitian ini dimana pembelajaran pada mata kuliah Telaah Kurikulum dan Perangkat Pembelajaran yang menerapkan pendekatan terpadu dan