• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWAMELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA KOMPETENSI DASAR MENGGUNAKAN PERALATAN KANTOR KELAS X AP 1 DI SMK PELITA NUSANTARA 1 SEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWAMELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA KOMPETENSI DASAR MENGGUNAKAN PERALATAN KANTOR KELAS X AP 1 DI SMK PELITA NUSANTARA 1 SEM"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

NUMBERED HEADS

TOGETHER

(NHT) PADAKOMPETENSI DASAR MENGGUNAKAN

PERALATAN KANTOR KELAS X AP 1 DI SMK PELITA

NUSANTARA 1 SEMARANG

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Diana Reza Pungky NIM 7101411258

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

(2)
(3)
(4)
(5)

You can never quit. Winner never quit,

and quitters never win. (Ted Turner).

Persembahan

Dengan mengucap syukur kehadirat

Allah SWT, kupersembahkan skripsi ini

untuk:

1. Bapak dan Ibu tercinta, yang telah

memberikan kasih sayang,

dukungan, dan doa yang tulus.

2. Almamaterku Universitas Negeri

(6)

mencurahkan segala rahmat, hidayah, karunia, dan inayah-Nya, sehingga

penyusunan skripsi sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi UNNES dapat terselesaikan.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan

dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis

ucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memperoleh

pendidikan di UNNES.

2. Dr. Wahyono, M.M., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

3. Dr. Ade Rustiana, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi yang telah

memberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Dr. Murwatiningsih, M.M., Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan

memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dra. Nanik Suryani, M. Pd., Dosen Penguji I yang telah memberikan

bimbingan, saran, dan masukan dalam pembuatan skripsi ini.

6. Hengky Pramusinto, S.Pd., M.Pd., Dosen Penguji II yang yang telah

(7)

8. Drs. W. Djoko Prasetyo, M.M., Kepala SMK Pelita Nusantara 1 Semarang

yang telah memberikan izin penelitian.

9. Dra. Lilis Sri Sumarsih, Guru Mata PelajaranMengelola Peralatan Kantor

yang bersedia memberikan izin dan membantu jalannya penelitian.

10.Siswa-siswa kelas X AP Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pelita

Nusantara 1 Semarang yang telah terlibat langsung dalam penelitian ini.

11.Nining Wijayanti, Stefhani Tantra Sintara, Fathul Uswatun Khasanah, dan

teman-teman PAP 2011 yang telah bersedia memberikan saran, semangat, dan

doa.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi suatu

hal yang sangat berarti dan tak terlupakan. Harapan penulis, semoga skripsi ini

dapat memberikan informasi dan sumbangan yang berguna bagi dunia pendidikan.

Semarang, 30 Juli 2015

(8)

Semarang”. Skripsi. Pendidikan Ekonomi Administrasi Perkantoran. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing 1: Dr. Murwatiningsih, M.M.

Kata Kunci: Aktivitas Belajar, Hasil Belajar Siswa, Numbered Heads Together (NHT)

Pendidikan merupakan faktor pendukung dalam peningkatan kemajuan dan kualitas karakter suatu bangsa. Tujuan dari proses belajar akan tercapai dengan adanya perubahan tingkah laku dan tercapainya hasil belajar yang optimal. Hasil observasi awal di kelas X AP I menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajarsiswa masih rendah. Hasil belajar siswa kelas X AP 1 menunjukkan sebanyak 70% (21 siswa) dalam kriteria belum tuntas dan 30% (9 siswa) dalam kriteria tuntas di atas KKM yaitu 75. Rendahnya aktivitas dan hasil belajar yang dicapai siswa salah satu faktor penyebabnya adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru selama ini belum mampu meningkatkan gairah belajar para siswa. Permasalahan dalam penelitian ini adalah adakah peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran NHT pada kompetensi dasar menggunakan peralatan kantor.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X AP 1 SMK Pelita Nusantara 1 Semarang yang berjumlah 30 siswa. Prosedur penelitian ini merupakan siklus kegiatan yang terdiri dari dua siklus. Kegiatan setiap siklus dalam penelitian ini meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas menggunakan model pembelajaran NHT. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode tes dan metode non tes pada setiap siklus.

Hasil penelitian diperoleh aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran siklus 1 sebesar 66,96% termasuk dalam kategori cukup aktif dan pada siklus II sebesar 78,44% termasuk dalam kategori aktif. Adapun rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 76,53 dengan ketuntasan klasikal 63,33%. Rata-rata hasil belajar siswa meningkat pada siklus II sebesar 85,47 dengan ketuntasan klasikal mencapai 76,67%.

(9)

Project.Economic Education of Administrative Office. Universitas Negeri Semarang. Advisor 1: Dr. Murwatiningsih, M.M.

Keywords: Learning Activities, Learning Outcomes Students, Numbered Heads Together (NHT)

Education is a factor in supporting the improvement of the quality and progress of the character of a nation. The goal of the learning process will be achieved with a change of behaviour and learning the optimal results. Initial observation result in class X AP 1 indicates that the activity and learning outcomes is still low. Learning outcomes class AP X 1 shows as much as 70% (21 students) in the unresolved criteria and 30% (9 students) in the completed criteria the above entry criteria KKM is 75. The low activity and learning outcomesof students who achieved one contributing factor is the learning model used by a teacher have been unable to improve the students desire to learn. The problem in this research is there any increase in activity and student learning outcomes after applying NHT of the learning methods on learning basic using office equipment.

The subject of this studywas class X AP 1 student of SMK Nusantara 1 SMK Semarang amounting to 30 students. This research procedure is a cyclical activity that consists of two cycles. Every cycle in the study include planning, implementation, observation, and reflection. This classroom action research using of NHT learning metod. Researchers in collecting data using test methods and non test methods in every cycle.

The results obtained learning activities of students in the learning process cycle 1 of 66,96% included in the category are quite active and on cycle II of 78,44% included in the active category. Average of the learning outcomesin the first cycle of 76,53 with the classical mastery learning by 63,33%. The average results of student learning increased in second cycle of 85,47 with a passing grade of 76.67% in the classical style.

(10)

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

2.1 Belajar... 11

2.1.1 Pengertian Belajar ... 11

2.1.2 Unsur-Unsur Belajar ... 12

2.1.3 Ciri-Ciri Belajar ... 13

2.2 Hakikat Pembelajaran ... 14

2.2.1 Pengertian Pembelajaran ... 14

2.2.2 Komponen Pembelajaran ... 15

2.3 Pembelajaran Kooperatif ... 16

(11)

2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan NHT ... 20

2.5 Aktivitas Belajar Siswa ... 21

2.5.1 Pengertian Aktivitas Belajar ... 21

2.5.2 Jenis-Jenis Aktivitas Belajar ... 21

2.5.3 Manfaat Aktivitas dalam Pembelajaran ... 22

2.6 Hasil Belajar Siswa ... 23

2.6.1 Pengertian Hasil Belajar ... 23

2.6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 24

2.7 Uraian Materi Pokok Bahasan ... 25

2.8 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 26

2.9 Kerangka Berpikir ... 28

2.10Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Lokasi dan Subyek Penelitian ... 33

3.2 Faktor yang Diteliti ... 34

3.2.1Aktivitas Belajar ... 34

3.2.2Hasil Belajar ... 34

3.3 Rancangan Penelitian ... 35

3.4 Prosedur Penelitian ... 37

3.4.1Perencanaan ... 37

3.4.2Pelaksanaan ... 38

3.4.3Pengamatan ... 39

3.4.4Refleksi ... 40

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.5.1Metode Tes ... 40

3.5.2Metode Non Tes ... 40

3.6 Instrumen Penelitian ... 42

(12)

3.7 Metode Analisis Data ... 49

3.7.1Analisis Penelitian Tindakan Kelas ... 49

3.7.1.1 Menghitung Nilai Rerata Siswa ... 49

3.7.1.2 Menghitung Ketuntasan Belajar ... 50

3.7.1.3 Lembar Observasi ... 50

3.8 Indikator Keberhasilan ... 51

BAB IV HASIL, PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1 Gambaran Umum SMK Pelita Nusantara 1 Semarang ... 52

4.2 Hasil Penelitian Siklus I ... 53

4.2.1Perencanaan Siklus I ... 53

4.2.2Pelaksanaan Siklus I ... 54

4.2.3Pengamatan Siklus I ... 56

4.2.3.1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 56

4.2.3.2 Hasil Tes Evaluasi Siklus I ... 61

4.3 Hasil Penelitian Siklus II ... 63

4.3.1Perencanaan Siklus II ... 64

4.3.2Pelaksanaan Siklus II ... 64

4.3.3Pengamatan Siklus II ... 66

4.3.3.1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 66

4.3.3.2 Hasil Tes Evaluasi Siklus II ... 71

4.4 Pembahasan ... 73

BAB V PENUTUP ... 78

5.1 Simpulan ... 78

5.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(13)

2.1 Penelitian Terdahulu ... 26

3.1 Rekapitulasi Validitas Uji Coba Soal ... 43

3.2 Rekapitulasi Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal ... 45

3.3 Rekapitulasi Hasil Analisis Daya Pembeda ... 48

3.4 Interval Skor ... 51

4.1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa per Aspek pada Siklus I ... 56

4.2 Kategori Tingkat Aktivitas Siswa Siklus I ... 60

4.3 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Setiap Siklus I ... 60

4.4 Hasil Tes Evaluasi Siklus I ... 61

4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa per Aspek pada Siklus II ... 67

4.6 Kategori Tingkat Aktivitas Siswa Siklus II ... 70

4.7 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswapada Setiap Siklus II ... 70

4.8 Hasil Tes Evaluasi Siklus II ... 71

4.9 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I & II ... 72

(14)
(15)

2. Daftar Responden Uji Coba Soal Kelas X AP 3 ... 83

3. Daftar Nilai Awal Siswa Kelas X AP 1 ... 84

4. Daftar Nilai Awal Siswa Kelas X AP 2 ... 85

5. Daftar Nilai Awal Siswa Kelas X AP 3 ... 86

6. Silabus ... 87

7. RPP Siklus I Pertemuan I ... 92

8. RPP Siklus I Pertemuan II ... 99

9. RPP Siklus II Pertemuan I ... 106

10.RPP Siklus II Pertemuan II ... 112

11.Tabulasi Butir Uji Coba Soal ... 118

12.Tabel Analisis Data Perhitungan Validitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran, dan Reliabilitas Uji Coba Soal ... 120

13.Perhitungan Analisis Uji Coba ... 128

14.Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba ... 137

15.Kisi-Kisi Soal Uji Coba ... 142

16.Soal Uji Coba ... 144

17.Kunci Jawaban Uji Coba Soal ... 154

18.Kisi-Kisi Siklus I ... 155

19.Instrumen/Soal Siklus I ... 157

20.Kunci Jawaban Siklus I ... 162

21.Soal Diskusi Siklus I ... 163

22.Kisi-Kisi Siklus II ... 164

23.Instrumen/Soal Siklus II ... 165

24.Kunci Jawaban Siklus II ... 169

25.Soal Diskusi Siklus II ... 170

26.Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik ... 171

(16)

31.Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Secara Klasikal ... 176

32.Daftar Nilai Kelas X AP 1 ... 177

33.Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Secara Klasikal ... 178

34.Daftar Kelompok ... 179

35.Dokumentasi Foto ... 180

36.Surat Ijin Observasi ... 182

37.Surat Ijin Penelitian ... 183

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung dalam peningkatan

kemajuan dan kualitas karakter suatu bangsa.Kemajuan suatu bangsa dapat

ditandai dengan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga pendidikan

mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya peningkatan mutu sumber

daya manusia di Indonesia.

Sesuai dengan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional dalam

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yang

menyatakan bahwa: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Salah satu lembaga pendidikan yang dapat mewujudkan fungsi dan tujuan

Pendidikan Nasional tersebut adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) karena

di dalam SMK, siswa dapat mengembangkan potensi dan meningkatkan

ketrampilan sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki oleh siswa

masing-masing.

Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama dalam pendidikan di

(18)

tingkah laku dan tercapainya hasil belajar yang optimal. Guru sebagai pendidik

mempunyai peranan yang penting dalam proses belajar mengajar. Melalui proses

belajar mengajar, guru dituntut untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa.

Dalam menyampaikan pelajaran, guru menghadapi siswa dengan karakteristik

yang berbeda-beda sehingga tidak terlepas dari masalah aktivitas dan hasil belajar

siswa.

Aktivitas belajar diperlukan siswa dalam pembelajaran karena pada

dasarnya di dalam proses pembelajaran siswa berbuat atau melakukan kegiatan

untuk mengubah tingkah laku. Sebagaimana dalam Sadirman (2007:97) yang

menyatakan bahwa, “Dalam kegiatan belajar mengajar, subjek dalam hal ini

peserta didik atau siswa harus aktif berbuat”.Oleh karena itu, aktivitas merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam interaksi belajar mengajar.Tanpa

adanya suatu aktivitas maka kegiatan belajar tidak akan berlangsung dengan baik.

Hasil belajar mencerminkan perubahan perilaku yang diperoleh peserta

didik setelah mengalami kegiatan belajar. Salah satu faktor terlaksananya proses

pembelajaran berkualitas adalah tercapainya hasil belajar yang maksimal.

Keberhasilan dalam belajar dapat diukur melalui hasil belajar siswa yang

ditunjukkan dengan tinggi rendahnya hasil pencapaian belajar siswa selama

proses pembelajaran. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi siswa dalam

mendapatkan hasil belajar yang diinginkan.Selain guru dan siswa, karakteristik

materi dan penggunaan model pembelajaran juga merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi hasil belajar.Salah satu faktor sekolah yang mempengaruhi adalah

(19)

Model pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran merupakan komponen

yang sangat penting untuk menunjang proses belajar mengajar, dengan

menggunakan model pembelajaran. Dengan adanya model pembelajaran dalam

kegiatan belajar mengajar, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang

membuat peserta didik bergairah untuk belajar serta menciptakan proses belajar

mengajar yang efektif dan efisien.

Pemilihan model pembelajaran akan menjadikan proses pembelajaran

lebih variatif, inovatif sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas

siswa, sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat (Trianto, 2007:8-9). Oleh

karena itu, pemilihan penggunaan model-model pembelajaran harus disesuaikan

dengan karakteristik materi, siswa, dan metodologi pembelajaran dalam proses

pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk

meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa adalah dengan

menggunakan model pembelajaran yang menarik dan memberikan suasana yang

tidak monoton.

Kompetensi mengelola peralatan kantor merupakan suatu standar

kompetensi produktif dalam program keahlian kejuruan administrasi perkantoran.

Salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa adalah kompetensi

dasar menggunakan peralatan kantor. Karakteristik kompetensi dasar

menggunakan peralatan kantor bersifat praktik sehingga siswa dituntut untuk

mampu menguasai kompetensi dasar tersebut sebagai bekal pada saat melakukan

Praktik Kerja Industri (Prakerin) di dunia usaha ataupun industri. Namun, pada

(20)

menyediakan macam-macam peralatan kantor. Sehingga mata pelajaran

mengelola peralatan kantor yang sebenarnya mudah dipahami menjadi sulit bagi

siswa untuk menguasai materi tersebut.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMK Pelita Nusantara 1

Semarang pada tanggal 10 Maret 2015 pada kelas X AP 1 yang berjumlah 30

siswa, diperoleh informasi mengenai proses pembelajaran dan model

pembelajaran yang digunakan pada mata pelajaran mengelola peralatan kantor.

Pada proses pembelajaran dapat diketahui bahwa siswa yang memperhatikan

penjelasan dari guru mengenai materi yang disampaikan sebanyak 10 siswa atau

33,33%, sedangkan 20 siswa lainnya tidak memperhatikan penjelasan dari guru

dan mengobrol dengan temannya. Siswa yang aktif bertanya dan mengeluarkan

pendapat mengenai materi yang dijelaskan oleh guru sebanyak 5 siswa dengan

presentase 16,67% dan 25 siswa lainnya hanya diam melihat temannya bertanya

dan mengeluarkan pendapat. Sedangkan siswa yang mendengarkan materi pada

saat guru menjelaskan pelajaran sebanyak 15 siswa atau 50%, siswa yang berani

mengangkat tangan saat bertanya atau berani maju ke depan sebanyak 4 siswa

atau 13,33%, dan siswa yang mencatat atau menulis penjelasan dari guru

sebanyak 13 siswa atau 43,33%. Proses pembelajaran dengan kondisi tersebut

menyebabkan siswa cenderung pasif. Selain itu pemilihan metode pembelajaran

yang digunakan oleh guru selama ini sudah baik, namun kurang sesuai dengan

kondisi kesulitan belajar siswa.

Kondisi tersebut berdampak pada hasil belajar siswa apabila di dalam

(21)

pelajaran. Proses pembelajaran di kelas dengan siswa yang cenderung pasif,

menyebabkan kurangnya penguasaan siswa terhadap materi tersebut. Dampaknya

masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal

yang ditentukan oleh sekolah yaitu sebesar ≥ 75.Hal tersebut dapat dilihat pada

tabel nilai ulangan harian semester genap kelas X AP sebagai berikut:

Tabel 1.1

Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas X AP Kelas Jumlah

siswa

Tuntas Tidak Tuntas

Jumlah

Siswa Persentase

Jumlah

Siswa Persentase

X AP 1 30 9 30% 21 70%

X AP 2 30 12 40% 18 60%

X AP 3 31 14 45,16 % 17 54,84%

Sumber: Lampiran 3, 4, dan 5

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kelas X AP 1 pada ulangan

harian 1 kompetensi dasar melakukan prosedur pengadaan peralatan kantor

sebanyak 9 siswa (30%) dalam kategori tuntas dan 21 siswa (70%) dalam kategori

tidak tuntas. Pada hasil belajar tersebut dapat diketahui bahwa persentase

ketuntasan siswa yang paling rendah terdapat pada kelas X AP 1. Untuk

mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu bentuk tindakan yang harus

dilakukan untuk menemukan bentuk tindakan, metode dan strategi mengajar yang

dapat mengoptimalkan proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan peralatan kantor.

Setiap karakteristik pembelajaran memiliki metode pembelajaran yang

berbeda-beda. Karakteristik pembelajaran yang menekankan pada keterampilan

pengetahuan (kognitif) membutuhkan metode pembelajaran yang berbeda dengan

(22)

Kompetensi dasar menggunakan peralatan kantor mempunyai karakteristik

pembelajaran yang lebih menekankan keterampilan (psikomotorik). Oleh karena

itu diperlukan suatu peran guru dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai

perencana pengajaran, pengelola pengajaran, penilai hasil belajar, motivator

belajar, dan sebagai pembimbing. Salah satu peran guru sebagai perencana adalah

mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan kesulitan belajar siswa.

Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk dapat mempengaruhi pola

interaksi siswa yang bertujuan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam

menelaah materi pelajaran sehingga dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa

pada materi tersebut.Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model

pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu.Prinsip dasar

pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling

mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.Pembelajaran kooperatif

dapat membantu siswa yang kurang pandai belajar dengan suasana yang

menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa

yang terbiasa bersikap kurang aktif di dalam pembelajaran akan terpaksa

berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.

Salah satu pembelajaran kooperatif yang dipilih dalam mengobati masalah

di atas adalah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together(NHT) yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan

melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di

depan kelas. Model pembelajaran NHT merupakan sistem pembagian nomor

(23)

mempresentasikan hasil diskusi.Fase pertama dalam model pembelajaran NHT

adalah dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Masing-masing siswa

dalam kelompok diberi nomor untuk memudahkan kinerja kelompok, mengubah

posisi kelompok, menyusun materi, mempresentasikan dan mendapat tanggapan

dari kelompok lain.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa selain itu dengan penerapan model

pembelajaran NHT proses belajar mengajar akan efektif. Peran guru sebagai

fasilitator akan mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar sehingga guru

dapat mengontrol siswa selama pembelajaran berlangsung dan memberikan

bantuan secara langsung kepada siswa yang merasa kesulitan.

Berbagai tinjauan empiris telah membuktikan bahwa pembelajaran dengan

model pembelajaran NHT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

siswa.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Latifah Nurul Hidayah

dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan Peralatan Kantor Melalui

Model Pembelajaran Kooperarif Tipe NHT.Hasilnya menyatakan bahwa

pembelajaran dengan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan aktivitas

belajar siswa diikuti dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Pada siklus I,

aktivitas siswa mencapai 70,48% dan meningkat pada siklus II sebesar 79,92%.

Sedangkan ketuntasan hasil belajar kognitif siswa pada siklus I sebesar 67,50%

dan meningkat pada siklus II sebesar 85%. Hasil penelitian ini menunjukkan

dengan menerapkan model pembelajaran NHT mampu meningkatkan hasil belajar

(24)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar SiswaMelalui Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada Kompetensi Dasar Menggunakan Peralatan Kantor Kelas X AP 1 di SMK Pelita Nusantara 1 Semarang.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan

yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.2.1Apakah penerapan model pembelajaran NHT mampu meningkatkan aktivitas belajar kompetensi dasar menggunakan peralatan kantor pada siswa

kelas X AP 1 SMK Pelita Nusantara 1 Semarang?

1.2.2Apakah penerapan model pembelajaran NHTmampu meningkatkan hasil belajar kompetensi dasar menggunakan peralatan kantor pada siswa kelas X

AP 1 SMK Pelita Nusantara 1 Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1.3.1Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kompetensi dasar menggunakan

peralatan kantor pada siswa kelas X AP 1 SMK Pelita Nusantara 1

(25)

1.3.2Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa kompetensi dasar menggunakan peralatan

kantor pada siswa kelas X AP 1 SMK Pelita Nusantara 1 Semarang.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai

pihak, antara lain:

1.4.1Manfaat Teoritis

Secara teoritis manfaat teoritis dilakukannya penelitian ini adalah dapat

memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya pada aspek pembelajaran.

1.4.2Manfaat Praktis

1. Bagi Siswa

Memberikan pengalaman belajar baru, nyaman, dan dapat meningkatkan

aktivitas belajar siswa serta tidak menyebabkan kebosanan bahkan

menambah kerjasama antar siswa, mampu mengkonstruksi sendiri

pembelajarannya sehingga lebih antusias dalam proses pembelajaran.

2. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan guru guna penyempurnaan dan perbaikan dalam

proses pembelajaran dengan mengoptimalkan penggunaan model

(26)

3. Bagi Sekolah

Memberikan informasi mengenai model pembelajaran yang dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Belajar

2.1.1Pengertian Belajar

Hamalik (2009:36) mengemukakan bahwa, Belajar adalah suatu proses,

suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.Belajar bukan hanya mengingat,

akan tetapi lebih luas dari pada itu yakni mengalami”. Menurut R. Gagne dalam

Slameto (2010:13) memberikan dua definisi belajar yaitu, “(1) Belajar adalah

suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,

kebiasaan, dan tingkah laku, (2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang diperoleh dari intruksi”. Rifa’I dan Anni (2011:82)

menyatakan bahwa, “Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku

manusia dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan

oleh seseorang”.

Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari

pengalaman dan latihan. Hilgard dalam Sanjaya (2011:112) mengungkapkan:

“Learning is the prosess by wich an activity originates or changed through

training procedurs (weather in the laboratory or in the natural enveronment) as distinguished from change by factors not atributable to training.” Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik

(28)

Berdasarkan definisi-definisi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa

belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu dalam perubahan

tingkah lakunya baik melalui kegiatan-kegiatan, latihan, dan pengalaman tertentu

sehingga memiliki kecakapan, keterampilan, dan pengetahuan serta pemahaman

baru tentang hal-hal yang dipelajari.

2.1.2Unsur-Unsur Belajar

Gagne dalam Rifa’I dan Anni (2011:84-85) menyatakan bahwa, “Belajar

merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat pelbagai unsur yang

saling-mengkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku”. Unsur-unsur belajar

menurut Rifa’I dan Anni adalah sebagai berikut:

a. Peserta didik. Istilah peserta didik dapat diartikan sebagai peserta didik, warga

belajar, dan peserta pelatihan yang sedang melakukan kegiatan belajar.

b. Rangsangan (stimulus). Peristiwa yang merangsang penginderaan pembelajar disebut stimulus. Agar peserta didik mampu belajar optimal, ia harus

memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminati.

c. Memori. Memori yang ada pada peserta didik berisi pelbagai kemampuan

yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari

kegiatan belajar sebelumnya.

d. Respon. Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori disebut respon.

Peserta didik yang sedang mengamati stimulus akan mendorong memori

memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon dalam peserta didik

diamati pada akhir proses belajar yang disebut dengan perubahan perilaku atau

(29)

Keempat unsur belajar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: kegiatan

belajar akan terjadi pada diri pesera didik apabila terdapat interaksi antara

stimulus dengan isi memori, sehingga perilakunya berubah dari waktu sebelum

dan setelah adanya stimulus tersebut. Apabila terjadi perubahan perilaku, maka

perubahan perilaku tersebut menjadi indikator bahwa peserta didik telah

melakukan kegiatan belajar.

2.1.3Ciri-Ciri Belajar

Edi Suardi dalam Djamarah (2010:39) menyatakan bahwa, “Ciri-ciri belajar

adalah sifat atau keadaan khas yang dimiliki oleh perbuatan belajar”. Beberapa

ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut:

a. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam

suatu perkembangan tertentu.

b. Ada suatu prosedur (jalan interaksi) yang direncanakan,didesain untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

c. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang

khusus. Materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk

mencapai tujuan.

d. Ditandai dengan aktivitas anak didik. Aktivitas anak didik baik secara fisik

maupun secara mental.

e. Kegiatan belajar mengajar guru berperan sebagai pembimbing. Peranannya

sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberi

(30)

f. Kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin. Disiplin dalam hal ini

diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa yang

ditaati oleh guru maupun siswa.

g. Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, setiap tujuanakan

diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu sudah harus dicapai.

h. Evaluasi. Evaluasi harus guru lakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya

tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan.

2.2 Hakikat Pembelajaran 2.2.1Pengertian Pembelajaran

Briggs dalam Rifa’I dan Anni (2011:193) berpendapat bahwa,

“Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik

sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan dalam

berinteraksi berikutnya dengan lingkungan”. Menurut Gagne dalam Rifa’I dan

Anni (2011:192), “Pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa aksternal

peserta didik digunakan untuk mendukung proses internal belajar”.

Rusman (2010:13) mengungkapkan bahwa, “Pembelajaran berpusat pada

peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan

proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran”.

Menurut Trianto (2009:17), “Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai

produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup”.

Berdasarkan berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

(31)

dengan guru untuk mendukung siswa tersebut dalam memproses suatu informasi

dengan usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.2.2Komponen Pembelajaran

Rifa’I dan Anni (2011:194-196) mengemukakan bahwa

komponen-komponen pembelajaran antara lain:

1. Tujuan

Tujuan yang secara eksplisit diupayakan pencapainnya melalui kegiatan pembelajaran adalah instructional effect biasanya itu berupa pengetahuan dan keterampilan atau sikap yang dirumuskan secara eksplisit dalam TPK semakin spesifik dan operasional.

2. Subyek belajar

Subyek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama karena berperan sebagai subyek sekaligus obyek. Sebagai subyek karena peserta didik adalah individu yang melakukan proses belajar-mengajar. Sebagai obyek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subyek belajar.

3. Materi pelajaran

Materi pelajaran juga merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran, karena materi pelajaran akan memberi warna dan bentuk dari kegiatan pembelajaran. Materi pelajaran yang komprehensif, terorganisasi secara sistematis dan dideskprisikan dengan jelas akan berpengaruh juga terhadap intensitas proses pembelajaran.

4. Strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penerapan strategi pembelajaran pendidik perlu memilih model-model pembelajaran yang tepat, metode mengajar yang sesuai, dan teknik-teknik mengajar yang menunjang pelaksanaan metode mengajar. 5. Media pembelajaran

Media pembelajaran adalah alat/wahana yang digunakan pendidik dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran. 6. Penunjang

(32)

2.3 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) 2.3.1Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran

kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar

sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa

pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang

pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman

yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap

pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi

secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya (Trianto, 2007: 41-42).

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar

menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan

hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa. Pembelajaran kooperatif

adalah tipe pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok

yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu

mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.

Karakteristik pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2006: 244) ialah

sebagai berikut:

1. Pembelajaran secara tim, pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran

secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu,

(33)

2. Didasarkan pada manajemen kooperatif, dalam pembelajaran kooperatif

memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran efektif.

3. Kemauan untuk bekerjasama, keberhasilan pembelajaran kooperatif

ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip

kerjasama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif.

4. Keterampilan bekerja sama, kemauan untuk bekerjasama itu kemudian

dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam

keterampilan bekerjasama.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif (Cooperative Learning) mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah, menyelesaikan

suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama dengan

aturan-aturan tertentu yang telah disepakati. Serta secara sadar menciptakan

interaksi sehingga menimbulkan suasana yang menyenangkan karena siswa

merasa termotivasi oleh teman-temannya.

2.3.2Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif

Unsur-unsur yang berkaitan dengan pembelajaran kooperatif Wena

(2009:190) mengemukakan sebagai berikut:

1. Saling Ketergantungan Positif

Dalam sistem pembelajaran kooperatif, guru dituntut untuk mampu

menciptakan suasana belajar yang mendorong agar siswa merasa saling

(34)

2. Interaksi Tatap Muka

Semua anggota kelompok berinteraksi saling berhadapan, dengan

menerapkan ketrampilan bekerja sama untuk menjalin hubungan sesama

anggota kelompok.

3. Akuntabilitas Individu

Kooperatif adalah pembelajaran dalam bentuk kelompok, maka setiap

anggota harus belajar dan menyumbangkan pikiran demi keberhasilan

pekerjaan kelompok. Kondisi belajar yang demikian akan mampu

menumbuhkan tanggung jawab (akuntabilitas) pada masing-masing individu

siswa.

4. Ketrampilan Menjalin Hubungan Antar Pribadi

Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya

memperoleh teguran dari guru tetapi juga teguran dari sesama siswa. Teguran

tersebut secara perlahan pasti akan membuat siswa berusaha untuk menjaga

hubungan antar pribadi.

2.4 Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

2.4.1Pengertian Model Pembelajaran Numbered Heads Together(NHT)

Model pembelajaran NHT atau penomoran berpikir bersama merupakan

jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi

siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional seperti

mengacungkan tangan terlebih dahulu kemudian ditunjuk oleh guru untuk

(35)

kali dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak

siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan

mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2007:62).

2.4.2Tahap-Tahap NHT

Tahap-tahap dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Trianto

(2007:62-63) sebagai berikut:

1. Fase 1 Penomoran

Guru dalam fase ini membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada

setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1- 5.

2. Fase 2 Mengajukan Pertanyaan

Guru mengajukansebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat

bervariasi. Pertanyaan dapat berupa amat spesifik dan dalam bentuk kalimat

tanya. Misalnya, ”Ada berapa macam mesin pengganda dokumen?” atau

berbentuk arahan, misalnya, ”Pastikan setiap orang mengetahui 3 macam

mesin pengganda dokumen”.

3. Fase 3 Berpikir Bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan

meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

4. Fase 4 Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai

mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh

(36)

Wijaya (2010:49) menyatakan bahwa, ”Dalam model pembelajaran NHT

interaksi siswa dengan siswa lebih besar dibandingkan interaksi siswa dengan

guru”. Hal ini menyebabkan siswa lebih banyak belajar antar sesama siswa

daripada belajar dari guru, sehingga siswa yang merasa tidak bisa dan takut bila

harus bertanya menjadi berani bertanya karena yang dihadapi temannya sendiri.

Dengan demikian siswa akan termotivasi belajar dan menjadi lebih paham

terhadap suatu materi, sehingga hasilbelajar siswa meningkat.

2.4.3Kelebihan dan Kekurangan Numbered Heads Together (NHT)

Menurut Hill dalam Tryana (2008) menyebutkan kelebihan dari model

pembelajaran NHT yaitu dapat meingkatkan prestasi belajar siswa, mampu

memperdalam pemahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar,

mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan

siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri

siswa, mengembangkan keterampilan untuk masa depan, sedangkan kekurangan

dari model pembelajaran NHT yaitu kemungkinan nomor yang sudah dipanggil

akan dipanggil lagi oleh guru, tidak semua anggota kelompok dipanggil guru, dan

waktu yang dibutuhkan banyak.

2.5 Aktivitas Belajar Siswa 2.5.1Pengertian Aktivitas Belajar

Slameto (2010:10) menyatakan bahwa, “Bagi sebagian orang aktivitas

belajar sering dirasakan sebagai sesuatu yang membosankan, tidak menarik,

(37)

cemas, takut, dan khawatir akan menghambat terjadinya proses berpikir dan daya

ingat yang baik”.

“Dalam kegiatan belajar mengajar, subjek dalam hal ini peserta didik atau

siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat

diperlukan adanya aktivitas dalam pembelajaran. Tanpa aktivitas, proses belajar

tidak mungkin berlangsung dengan baik” (Sardiman, 2007:97).

Oemar Hamalik (2009:90) menyatakan bahwa, “Pendidikan modern lebih

menitik beratkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar sambil

bekerja.Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan

ketrampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai”. Sehubungan dengan

hal tersebut, sistem pembelajaran dewasa ini sangat menekankan pada

pendayagunaan asas keaktifan (aktivitas) dalam proses belajar dan pembelajaran

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Menurut beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar

siswa merupakan segala bentuk kegiatan yang dilakukan siswa baik di sekolah

yang mendukung kegiatan lainnya yang melibatkan fisik dan mental secara

bersama-sama. Banyak jenis aktivitas belajar siswa tidak cukup hanya

mendengrkan atau mencatat seperti yang terdapat di sekolah-sekolah tradisional.

2.5.2Jenis-Jenis Aktivitas Belajar

Paul D. Dierich dalam Hamalik (2009:90-91) membagi kegiatan belajar

menjadi 8 kelompok aktivitas belajar, sebagai berikut:

(38)

b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan siaran radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.

f. Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun.

g. Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat pada semua kegiatan tersebut di atas dan bersifat tumpang tindih.

Aktivitas belajar murid menurut Usman (2009:22), dapat digolongkan ke

dalam beberapa hal sebagai berikut:

1) Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen, dan demonstrasi.

2) Aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, menyanyi.

3) Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan penjelasan dari guru, ceramah, pengarahan.

4) Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam atletik, menari, melukis. 5) Aktivitas menulis (writing activities) seperti mengarang, membuat

makalah, membuat surat.

Jadi dengan klasifikasi aktivitas seperti diuraikan di atas, menunjukkan

bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Belajar merupakan

suatu proses yang ditandai adanya perubahan dari seseorang. Aktivitas merupakan

(39)

2.5.3Manfaat Aktivitas dalam Pembelajaran

Hamalik (2009:91) mengungkapkan bahwa penggunaan asas aktivitas dalam

proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu, antara lain:

a. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri; b. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa;

c. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok;

d. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual; e. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan

kekeluargaan, musyawarah, dan mufakat;

f. Membina dan memupuk kerja sama antara sekolah dan masyarakat, hubungan antara guru dan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam pendidikan siswa;

g. Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme;

h. Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.

2.6 Hasil Belajar Siswa 2.6.1Pengertian Hasil Belajar

Sudjana (2011:22) mengatakan bahwa, “Hasil belajar adalah kemampuan

-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Hal itu

sejalan dengan pengertian Rifa’I dan Anni (2011:85) yang menyatakan bahwa,

“Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah

mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut

tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar”.

Sugandi (2006:63) dalam bukunya teori pembelajaran menyatakan bahwa,

“Hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan “apa yang harus

(40)

kedalaman, kompleksitas (secara bergradasi) dan digambarkan secara jelas serta

dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu”. Jadi hasil belajar yaitu

perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar

dan hasil belajar yang dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu.

Klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom dalam Sudjana

(2011:22) secara garis besar membagi menjadi tiga ranah, yaitu:

a. Ranah kognitif. Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sistesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah

dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

b. Ranah afektif. Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni:

penerimaan, jawaban, atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c. Ranah psikomotoris. Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan

reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, ketepatan,

gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif serta interpretatif.

2.6.2Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto (2010:54)

sebagai berikut:

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri manusia

yang berpengaruh terhadap belajar yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis,

(41)

psikologis: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan

kesiapan belajar. Faktor kelelahan yaitu kelelahan jasmani dan rohani.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternalmerupakan faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang

berpengaruh terhadap belajar, dikelompokan menjadi tiga faktor, yaitu (1)

faktor keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,

suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. (2) faktor sekolah:

metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan

siswa, disiplin sekolah, pelajaran, dan waktu sekolah, standar pelajaran,

keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. (3) faktor masyarakat:

kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman gaul dan kehidupan

masyarakat.

2.7 Uraian Materi Pokok Bahasan

Kompetensi Mengelola Peralatan Kantor merupakan suatu standar

kompetensi produktif dalam program keahlian kejuruan administrasi

perkantoran.Standar kompetensi ini merupakan materi dasar yang harus dikuasai

oleh siswa sebagai bekal untuk siswa SMK pada saat Praktik Kerja Industri

(Prakerin). Berdasarkan silabus pada standar kompetensi mengelola peralatan

kantor terdapat beberapa kompetensi dasar yaitu melakukan prosedur pengadaan

peralatan kantor, menggunakan peralatan kantor, dan memelihara peralatan

(42)

Menggunakan peralatan kantor merupakan kegiatan yang berhubungan

dengan pengelolaan peralatan kantor di dalam dunia kerja. Peralatan kantor

mempunyai peranan yang penting di dalam dunia kerja sehingga peralatan kantor

hanya ditangani secara khusus oleh profesional yang betul-betul mampu

menangani peralatan kantor dengan baik.

2.8 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Setelah peneliti melakukan kajian pustaka tentang judul penelitian yang

dilakukan oleh peneliti, ada beberapa hasil penelitian yang relevan yang dikaji

[image:42.595.113.510.398.758.2]

oleh peneliti. Adapun penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Tahun Penulis Judul Hasil Penelitian

1 2013 Latifah Nurul Hidayah

Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan Peralatan Kantor Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe NHT

Penggunaan model pembelajaran NHT pada pembelajaran

menggunakan peralatan

kantor dapat

meningkatkan hasil belajar sisiwa dengan rata-rata nilai kelas pada siklus I sebesar 70,75 dan pada siklus II meningkat sebesar 79,13.

2 2013 Sinta

Purnamasari

Penggunaan Model

NHT dalam

Meningkatkan Hasil Belajar

Mengidentifikasi Persyaratan Personil Administrasi Kantor

(43)

3 2013 Nur Khasanah

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Permasalahan Tenaga Kerja Indonesia dengan Numbered Head Together (NHT)

Penggunaan metode

Numbered Head Together ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, rata-rata nilai pada siklus I sebesar 70,88 dan pada siklus II nilai rata-rata sebesar 77,63. 4 2012 Karyadi,

Joko Widodo, Muhsin

Keefektifan Metode Pembelajaran

Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan

Peningkatan hasil belajar dengan menggunakan metode pembelajaran

Numbered Heads Together terlihat pada nilai rata-rata sebelum dilakukannya siklus I sebesar 68.62 kemudian meningkat pada siklus I sebesar 76,74 dan pada siklus II nilai rata-rata menjadi 82,80.

5 2010 Todd Haydon, Lawrence Maheady, William Hunter

Effect of Numbered Heads Together on the Daily Quiz Scores and On-Task Behavior of Students with Disabilities

Peningkatan nilai kuis meningkat sebesar 29,23 dan 28% untuk ketiga siswa yang diteliti dengan menggunakan metode pembelajaran NHT. Sedangkan untuk perilaku pemberian tugas, menunjukkan bahwa ketiga siswa mengalami peningkatan nyata sebesar 60%. 6 2006 Larry

Maheady, Ph.D., Jean Michielli-Pendl, MsEd, Gregory F.

The Effects of Numbered Heads Together with and Without an Incentive Package on the Science Test

Performance of a

Hasil investigasi menunjukkan bahwa NHT dengan insentif lebih efektif daripada

(44)

Harper, Ph.D., Barbara Mallette, Ph.D.

Diverse Group of Sixth Graders

teknik insentif dalam meningkatkan kinerja siswa pada kuis kimia sehari-hari. Pada awal NHT diperkenalkan rata-rata nilai meningkat 80,3%, ketika paket insentif ditambahkan ke NHT, rata-rata kelas meningkat lagi sebesar 88,6%. Rata-rata kelas tidak pernah mencapai 80% selama awal kondisi

Hasil penelitian di atas mendukung bahwa peningkatan aktivitas dan hasil

belajar siswa masih perlu dilakukan. Mengacu pada penelitian-penelitian di atas,

maka penulis mencoba menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) untuk dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

2.9 Kerangka Berpikir

Belajar merupakan suatu proses usaha dalam melakukan aktivitas dan

mendapatkan pengalaman yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan perilaku. Anni (2011:2) menyatakan bahwa, “Belajar merupakan

proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala

sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan”. Tujuan dari proses belajar akan tercapai

dengan adanya perubahan tingkah laku dan tercapainya hasil belajar yang optimal.

Hasil belajar dapat dicapai setelah siswa mengalami aktivitas belajar sehingga

(45)

Berdasarkan observasi yang dilaksanakan di SMK Pelita Nusantara 1

Semarang kelas X program keahlian administrasi perkantoran dapat dilihat bahwa

siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami berbagai macam peralatan

kantor, sehingga membuat siswa kurang termotivasi dan kurang aktif. Sebagian

besar siswa menganggap bahwa materi yang dipelajarinya sulit untuk dipahami.

Siswa yang kurang paham dan belum mengerti tentang apa yang dijelaskan oleh

guru, masih takut untuk menyampaikan pendapat maupun bertanya kepada guru.

Kondisi tersebut mengakibatkan siswa cenderung pasif. Selain itu pemilihan

model pembelajaran yang digunakan guru belum tepat untuk mengatasi kondisi

kesulitan belajar siswa.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi siswa dalam mendapatkan hasil

belajar yang diinginkan.Selain guru dan siswa, karakteristik materi dan

penggunaan model pembelajaran juga merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi hasil belajar.Model pembelajaran yang dipilih harus mampu

meningkatkan motivasi belajar siswa dan tidak menimbulkan kejenuhan.Oleh

karena itu, guru harus mampu membuat variasi atau kombinasi model mengajar

yang inovatif yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai

dengan karakteristik kompetensi dasar menggunakan peralatan kantor, guru

memerlukan model pembelajaran yang dapat memicu keaktifan siswa dan

menuntut tingkat pemahaman siswa yang masih kurang.

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif pilihan yang

tepat dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, karena pada prinsipnya model

(46)

kompetensi secara kelompok dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai

tujuan bersama, sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar dan rasa percaya

diri siswa.

Trianto (2007:62) menyatakan bahwa, ”Model pembelajaran NHT pertama

kali dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak

siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek

pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut”. Model pembelajaran NHT

diduga dapat meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa, sebab dalam

pelaksanaannya siswa dituntut mempelajari dan memahami materi terlebih dahulu

kemudianberdiskusi dan mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang mereka

pahami. Pembagian kelompok didasarkan dari tingkat kepintaran siswa, dalam

satu kelompok terdiri dari anggota yang bervariatif mulai dari yang pintar dan

yang kurang pintar.

Proses diskusi dilaksanakan dengan tanya jawab soal yang diberikan oleh

guru. Proses tanya jawab dilakukan untuk memastikan apakah semua anggota

kelompok sudah memahami jawaban dari soal yang diberikan oleh guru, apabila

ada salah satu anggota yang belum memahami maka anggota siswa yang pintar

membantu menjelaskan sehingga semua anggota kelompok memahami soal

tersebut. Hal ini dilakukan karena semua siswa dituntut untuk siap karena mereka

tidak tahu nantinya siapa yang akan ditunjuk oleh guru sesuai nomor anggota

yang sudah diberikan oleh guru. Guru menunjuk nomor salah satu anggota

kelompok untuk menjawab pertanyaan, kemudian guru memanggil siswa lain

(47)

temannya tersebut. Harus siapnya siswa dalam materi tersebut menjadikan siswa

lebih mudah dalam memahami materi yang mereka pahami sendiri dan dapat

meningkatkan keaktifan siswa dilihat dari mencari sumber sendiri, proses diskusi

dan dari siswa mempresentasikan hasil diskusi mereka dan menanggapinya.

Pemilihan model pembelajaran NHT ini diharapkan tujuan pembelajaran pada

kompetensi dasar menggunakan peralatan kantor tercapai sehingga aktivitas

belajar meningkat dan ketuntasan belajar siswa juga akan meningkat.

Secara sistematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat

[image:47.595.74.573.372.680.2]

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Meningkatkan hasil belajar siswa Siswa menjadi lebih aktif

Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

Guru

a. Pembelajaran didominasi oleh guru

b. Metode pembelajaran yang digunakan masih konvensional

Siswa

a. Siswa kesulitan memahami materi b. Siswa pasif dan kurang

antusias

c. Hasil belajar rendah

Materi

a. Mengetahui pengertiaan aiphone, etika bertelepon, langkah-langkah melakukan panggilan telepon

b. Mengetahui cara pengoperasian mesin

(48)

2.10 Hipotesis

“Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian sampai terbukti data terkumpul” (Sugiyono, 2008:71).

Berdasarkan permasalahan yang ada pada siswa kelas X AP 1 SMK Pelita

Nusantara 1 Semarang maka hipotesis tindakan pada penelitian ini antara lain:

1. Penerapan model pembelajaran NHT diduga mampu meningkatkan aktivitas

belajar kompetensi dasar menggunakan peralatan kantor pada siswa kelas X

AP 1 SMK Pelita Nusantara 1 tahun ajaran 2014/2015?

2. Penerapan model pembelajaran NHT diduga mampu meningkatkan hasil

belajar kompetensi dasar menggunakan peralatan kantor pada siswa kelas X

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Subyek Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Pelita Nusantara I Semarang yang terletak di Jalan Slamet Riyadi No. 40,

Semarang. Lokasi penelitian ini cukup strategis karena jauh dari jalan raya

sehingga terhindar dari kebisingan kendaraan bermotor. SMK Pelita Nusantara I

Semarang merupakan salah satu sekolah yang banyak diminati karena memiliki

akreditasi “A” di kota Semarang. SMK Pelita Nusantara I Semarang ini memiliki

empat program keahlian yaitu program keahlian Administrasi Perkantoran,

Akuntansi, Pemasaran, dan Teknik Komputer dan Jaringan.

Penelitian ini akan dilakukan pada siswa kelas X AP 1 dengan program

keahlian Administrasi Perkantoran Tahun Pelajaran 2014/2015. Adapun jumlah

siswa kelas X AP I adalah sebanyak 30 siswa, dimana keseluruhan siswa adalah

perempuan. Pemilihan kelas X AP I berdasarkan pertimbangan bahwa kelas X AP

I merupakan salah satu kelas yang siswanya mempunyai aktivitas dan hasil belajar

yang rendah pada standar kompetensi mengelola peralatan kantor dibanding

(50)

3.2 Faktor yang Diteliti 3.2.1Aktivitas Belajar

Faktor yang diteliti dalam penelitian ini salah satunya adalah aktivitas siswa

dalam mengikuti kegiatan belajar di dalam kelas. Penerapan model pembelajaran

NHT diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa di dalam kelas. Indikator

untuk mengukur aktivitas belajar siswa mengacu pada pendapat Usman (2009:22)

yang menggolongkan aktivitas ke dalam beberapa hal sebagai berikut:

a. Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen, dan demonstrasi.

b. Aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, menyanyi.

c. Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan penjelasan dari guru, ceramah, pengarahan.

d. Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam atletik, menari, melukis. e. Aktivitas menulis (writing activities) seperti mengarang, membuat makalah,

membuat surat.

3.2.2Hasil belajar

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar setelah adanya

tindakan. Aktivitas siswa diharapkan meningkat dengan penerapan model

pembelajaran NHT, begitu juga dengan hasil belajar siswa. Hasil belajar diukur

(51)

3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian yang akan digunakan peneliti adalah penelitian tindakan kelas

(Classroom Action Research), Arikunto (2009:3) menyebutkan, “Penelitian

Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa

sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara

bersama”. Dalam penelitian ini akan melibatkan komponen yang ada di dalam

kelas, yaitu guru pengampu program keahlian Administrasi Perkantoran dengan

kompetensi dasar menggunakan peralatan kantor, serta teknik pembelajaran yang

terangkum dalam proses pembelajaran di dalam kelas.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran dan

meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya siswa program keahlian

Administrasi Perkantoran pada kompetensi dasar menggunakan peralatan kantor

sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam penelitian ini peneliti

bertindak sebagai pengamat dan pelaksanaan akan berkolaborasi dengan

melibatkan guru untuk bersama-sama melakukan penelitian.

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus

II. Arikunto (2009:16) menyatakan bahwa, “Penelitian tindakan pada umumnya

terdapat empat langkah pada setiap siklus, yaitu: perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan, dan refleksi”. Siklus I bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal

siswa dalam mempelajari kompetensi dasar menggunakan peralatan kantor

dengan menggunakan model pembelajaran NHT. Selanjutnya refleksi pada siklus

I dapat digunakan sebagai penyempurna untuk tahapan siklus II. Pelaksanaannya

(52)

Gambar 3.1 menunjukkan bahwa pertama, sebelum melaksanakan tindakan,

terlebih dahulu peneliti merencanakan secara seksama jenis tindakan yang akan

dilakukan. Kedua, setelah rencana disusun dengan matang, barulah peneliti

mengamati proses pelaksanaan tindakan tersebut dilaksanakan. Ketiga, bersamaan

dengan dilaksanakannya tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan

tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkannya. Keempat, berdasarkan hasil

pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi atau tindakan yang

telah dilakukan. Oleh sebab itu jika hasil refleksi menunjukkan perlunya

dilakukan perbaikan atas tindakan yang dilakukan, maka rencana tindakan perlu

disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak sekedar

Apabila belum berhasil dilanjut ke siklus berikutnya

Pelaksanaan Pengamatan

SIKLUS II Perencanaan

Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaan SIKLUS I

Perencanaan

[image:52.595.106.532.108.411.2]

Refleksi

(53)

mengulang apa yang tidak diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya sampai

masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara optimal.

3.4 Prosedur penelitian 3.4.1Perencanaan

Tahap ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-langkah yang akan

dilakukan oleh peneliti untuk memecahkan masalah. Rencana kegiatan yang akan

dilaksanakan pada tahap ini adalah:

1) Menyusun perangkat pembelajaran RPP tiap siklus yang di dalamnya

menggunakan model pembelajaran NHT.

2) Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk menyampaikan materi

pelajaran.

3) Membuat lembar pengamatan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa.

4) Menyiapkan materi yang akan diajarkan.

5) Menyusun alat evaluasi yaitu soal tes pilihan ganda untuk mengetahui hasil

belajar siswa dalam pembelajaran dengan model NHT.

3.4.2Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi

atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Tahap ini

meliputi pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan, pembelajaran

dilaksanakan sesuai dengan tahapan-tahapan model pembelajaran NHT. Adapun teknis pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

1) Guru mengkondisikan kelas dan memberikan apersepsi.

(54)

3) Guru memberikan informasi-informasi tentang langkah-langkah model

pembelajaran NHT.

4) Membagi siswa dalam 6 kelompok (jumlah siswa 30, masing-masing

kelompok terdiri dari 5 siswa) yang bersifat heterogen.

5) Guru menerapkan langkah-langkah menerapkan model pembelajaran

NHTsesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun.

6) Guru menjelaskan aspek-aspek aktivitas yang dinilai dalam diskusi siswa.

7) Guru menjelaskan secara rinci mengenai materi pelajaran dengan menekankan

langkah kerja model pembelajaran NHT, dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a) Guru meminta siswa bergabung dalam kelompok yang telah dibentuk pada

pertemuan sebelumnya.

b) Guru membagikan lembar diskusi yang berupa pertanyaan yang

berhubungan dengan peralatan kantor.

c) Guru menyarankan kepada siswa unrtuk mencari sumber belajar lain di

perpustakaan ataupun di internet agar siswa dapat memperoleh teori yang

lebih banyak dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik.

d) Siswa saling bertukar pikiran, menganalisis dan menjawab pertanyaan

pada lembar diskusi.

e) Siswa harus mampu menjawab pertanyaan didasarkan pada materi yang

telah diterima.

f) Siswa diminta untuk menyusun laporan diskusi masing-masing kelompok

Gambar

Tabel 1.1 Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas X AP
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Gambar 3.1 Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas menurut Arikunto
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran 16 Instrumen Lembar Observasi Guru Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Siklus 1 Pertemuan kedua...165. Lampiran 17 Instrumen Lembar Observasi

Disamping itu juga dibutuhkan kerjasama antara guru, orang tua, masyarakat sekolah, dan siswa agar saling membantu dalam proses pembelajaran, agar setiap individu dapat diterima

Penelitian mengumpulkan data-data jenis pajak dan distribusi daerah, kemudian mencari kontribusi dan pertumbuhan setiap jenis pajak dan distribusi daerah terhadap

Sehubungan dengan penaw aran yang masuk kurang dari 3 (tiga), dan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga untuk penaw aran paket pekerjaan

Pokja Barang/Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya akan melakukan klarifikasi dan/atau verifikasi kepada penerbit

Hasil pungutan retribusi masuk pintu gerbang disetor Kaliurang atau retribusi masuk Candi Gebang, Candi Kalasan, Candi Sambisari, Candi Sari dan Komplek Keraton Ratu Boko ke

Untuk mendukung hal tersebut, maka kegiatan penelitian dan pengembangan pembuatan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) dapat dimanfaatkan sebagai salah satu kebutuhan untuk

Guru Taman Kanak-kanan dalam pembelajaran seni tari, disamping harus menguasai bentuk-bentuk tarian dan ketrampilan dalam