PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
NUMBERED HEADS
TOGETHER
(NHT) PADAKOMPETENSI DASAR MENGGUNAKAN
PERALATAN KANTOR KELAS X AP 1 DI SMK PELITA
NUSANTARA 1 SEMARANG
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Diana Reza Pungky NIM 7101411258
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
You can never quit. Winner never quit,
and quitters never win. (Ted Turner).
Persembahan
Dengan mengucap syukur kehadirat
Allah SWT, kupersembahkan skripsi ini
untuk:
1. Bapak dan Ibu tercinta, yang telah
memberikan kasih sayang,
dukungan, dan doa yang tulus.
2. Almamaterku Universitas Negeri
mencurahkan segala rahmat, hidayah, karunia, dan inayah-Nya, sehingga
penyusunan skripsi sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi UNNES dapat terselesaikan.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan
dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis
ucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memperoleh
pendidikan di UNNES.
2. Dr. Wahyono, M.M., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
3. Dr. Ade Rustiana, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi yang telah
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Dr. Murwatiningsih, M.M., Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan
memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dra. Nanik Suryani, M. Pd., Dosen Penguji I yang telah memberikan
bimbingan, saran, dan masukan dalam pembuatan skripsi ini.
6. Hengky Pramusinto, S.Pd., M.Pd., Dosen Penguji II yang yang telah
8. Drs. W. Djoko Prasetyo, M.M., Kepala SMK Pelita Nusantara 1 Semarang
yang telah memberikan izin penelitian.
9. Dra. Lilis Sri Sumarsih, Guru Mata PelajaranMengelola Peralatan Kantor
yang bersedia memberikan izin dan membantu jalannya penelitian.
10.Siswa-siswa kelas X AP Jurusan Administrasi Perkantoran SMK Pelita
Nusantara 1 Semarang yang telah terlibat langsung dalam penelitian ini.
11.Nining Wijayanti, Stefhani Tantra Sintara, Fathul Uswatun Khasanah, dan
teman-teman PAP 2011 yang telah bersedia memberikan saran, semangat, dan
doa.
12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi suatu
hal yang sangat berarti dan tak terlupakan. Harapan penulis, semoga skripsi ini
dapat memberikan informasi dan sumbangan yang berguna bagi dunia pendidikan.
Semarang, 30 Juli 2015
Semarang”. Skripsi. Pendidikan Ekonomi Administrasi Perkantoran. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing 1: Dr. Murwatiningsih, M.M.
Kata Kunci: Aktivitas Belajar, Hasil Belajar Siswa, Numbered Heads Together (NHT)
Pendidikan merupakan faktor pendukung dalam peningkatan kemajuan dan kualitas karakter suatu bangsa. Tujuan dari proses belajar akan tercapai dengan adanya perubahan tingkah laku dan tercapainya hasil belajar yang optimal. Hasil observasi awal di kelas X AP I menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajarsiswa masih rendah. Hasil belajar siswa kelas X AP 1 menunjukkan sebanyak 70% (21 siswa) dalam kriteria belum tuntas dan 30% (9 siswa) dalam kriteria tuntas di atas KKM yaitu 75. Rendahnya aktivitas dan hasil belajar yang dicapai siswa salah satu faktor penyebabnya adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru selama ini belum mampu meningkatkan gairah belajar para siswa. Permasalahan dalam penelitian ini adalah adakah peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran NHT pada kompetensi dasar menggunakan peralatan kantor.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X AP 1 SMK Pelita Nusantara 1 Semarang yang berjumlah 30 siswa. Prosedur penelitian ini merupakan siklus kegiatan yang terdiri dari dua siklus. Kegiatan setiap siklus dalam penelitian ini meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas menggunakan model pembelajaran NHT. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode tes dan metode non tes pada setiap siklus.
Hasil penelitian diperoleh aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran siklus 1 sebesar 66,96% termasuk dalam kategori cukup aktif dan pada siklus II sebesar 78,44% termasuk dalam kategori aktif. Adapun rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 76,53 dengan ketuntasan klasikal 63,33%. Rata-rata hasil belajar siswa meningkat pada siklus II sebesar 85,47 dengan ketuntasan klasikal mencapai 76,67%.
Project.Economic Education of Administrative Office. Universitas Negeri Semarang. Advisor 1: Dr. Murwatiningsih, M.M.
Keywords: Learning Activities, Learning Outcomes Students, Numbered Heads Together (NHT)
Education is a factor in supporting the improvement of the quality and progress of the character of a nation. The goal of the learning process will be achieved with a change of behaviour and learning the optimal results. Initial observation result in class X AP 1 indicates that the activity and learning outcomes is still low. Learning outcomes class AP X 1 shows as much as 70% (21 students) in the unresolved criteria and 30% (9 students) in the completed criteria the above entry criteria KKM is 75. The low activity and learning outcomesof students who achieved one contributing factor is the learning model used by a teacher have been unable to improve the students desire to learn. The problem in this research is there any increase in activity and student learning outcomes after applying NHT of the learning methods on learning basic using office equipment.
The subject of this studywas class X AP 1 student of SMK Nusantara 1 SMK Semarang amounting to 30 students. This research procedure is a cyclical activity that consists of two cycles. Every cycle in the study include planning, implementation, observation, and reflection. This classroom action research using of NHT learning metod. Researchers in collecting data using test methods and non test methods in every cycle.
The results obtained learning activities of students in the learning process cycle 1 of 66,96% included in the category are quite active and on cycle II of 78,44% included in the active category. Average of the learning outcomesin the first cycle of 76,53 with the classical mastery learning by 63,33%. The average results of student learning increased in second cycle of 85,47 with a passing grade of 76.67% in the classical style.
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
SARI ... viii
ABSTRACT ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 11
2.1 Belajar... 11
2.1.1 Pengertian Belajar ... 11
2.1.2 Unsur-Unsur Belajar ... 12
2.1.3 Ciri-Ciri Belajar ... 13
2.2 Hakikat Pembelajaran ... 14
2.2.1 Pengertian Pembelajaran ... 14
2.2.2 Komponen Pembelajaran ... 15
2.3 Pembelajaran Kooperatif ... 16
2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan NHT ... 20
2.5 Aktivitas Belajar Siswa ... 21
2.5.1 Pengertian Aktivitas Belajar ... 21
2.5.2 Jenis-Jenis Aktivitas Belajar ... 21
2.5.3 Manfaat Aktivitas dalam Pembelajaran ... 22
2.6 Hasil Belajar Siswa ... 23
2.6.1 Pengertian Hasil Belajar ... 23
2.6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 24
2.7 Uraian Materi Pokok Bahasan ... 25
2.8 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 26
2.9 Kerangka Berpikir ... 28
2.10Hipotesis ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
3.1 Lokasi dan Subyek Penelitian ... 33
3.2 Faktor yang Diteliti ... 34
3.2.1Aktivitas Belajar ... 34
3.2.2Hasil Belajar ... 34
3.3 Rancangan Penelitian ... 35
3.4 Prosedur Penelitian ... 37
3.4.1Perencanaan ... 37
3.4.2Pelaksanaan ... 38
3.4.3Pengamatan ... 39
3.4.4Refleksi ... 40
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 40
3.5.1Metode Tes ... 40
3.5.2Metode Non Tes ... 40
3.6 Instrumen Penelitian ... 42
3.7 Metode Analisis Data ... 49
3.7.1Analisis Penelitian Tindakan Kelas ... 49
3.7.1.1 Menghitung Nilai Rerata Siswa ... 49
3.7.1.2 Menghitung Ketuntasan Belajar ... 50
3.7.1.3 Lembar Observasi ... 50
3.8 Indikator Keberhasilan ... 51
BAB IV HASIL, PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN ... 52
4.1 Gambaran Umum SMK Pelita Nusantara 1 Semarang ... 52
4.2 Hasil Penelitian Siklus I ... 53
4.2.1Perencanaan Siklus I ... 53
4.2.2Pelaksanaan Siklus I ... 54
4.2.3Pengamatan Siklus I ... 56
4.2.3.1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 56
4.2.3.2 Hasil Tes Evaluasi Siklus I ... 61
4.3 Hasil Penelitian Siklus II ... 63
4.3.1Perencanaan Siklus II ... 64
4.3.2Pelaksanaan Siklus II ... 64
4.3.3Pengamatan Siklus II ... 66
4.3.3.1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 66
4.3.3.2 Hasil Tes Evaluasi Siklus II ... 71
4.4 Pembahasan ... 73
BAB V PENUTUP ... 78
5.1 Simpulan ... 78
5.2 Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 80
2.1 Penelitian Terdahulu ... 26
3.1 Rekapitulasi Validitas Uji Coba Soal ... 43
3.2 Rekapitulasi Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal ... 45
3.3 Rekapitulasi Hasil Analisis Daya Pembeda ... 48
3.4 Interval Skor ... 51
4.1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa per Aspek pada Siklus I ... 56
4.2 Kategori Tingkat Aktivitas Siswa Siklus I ... 60
4.3 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Setiap Siklus I ... 60
4.4 Hasil Tes Evaluasi Siklus I ... 61
4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa per Aspek pada Siklus II ... 67
4.6 Kategori Tingkat Aktivitas Siswa Siklus II ... 70
4.7 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswapada Setiap Siklus II ... 70
4.8 Hasil Tes Evaluasi Siklus II ... 71
4.9 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I & II ... 72
2. Daftar Responden Uji Coba Soal Kelas X AP 3 ... 83
3. Daftar Nilai Awal Siswa Kelas X AP 1 ... 84
4. Daftar Nilai Awal Siswa Kelas X AP 2 ... 85
5. Daftar Nilai Awal Siswa Kelas X AP 3 ... 86
6. Silabus ... 87
7. RPP Siklus I Pertemuan I ... 92
8. RPP Siklus I Pertemuan II ... 99
9. RPP Siklus II Pertemuan I ... 106
10.RPP Siklus II Pertemuan II ... 112
11.Tabulasi Butir Uji Coba Soal ... 118
12.Tabel Analisis Data Perhitungan Validitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran, dan Reliabilitas Uji Coba Soal ... 120
13.Perhitungan Analisis Uji Coba ... 128
14.Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba ... 137
15.Kisi-Kisi Soal Uji Coba ... 142
16.Soal Uji Coba ... 144
17.Kunci Jawaban Uji Coba Soal ... 154
18.Kisi-Kisi Siklus I ... 155
19.Instrumen/Soal Siklus I ... 157
20.Kunci Jawaban Siklus I ... 162
21.Soal Diskusi Siklus I ... 163
22.Kisi-Kisi Siklus II ... 164
23.Instrumen/Soal Siklus II ... 165
24.Kunci Jawaban Siklus II ... 169
25.Soal Diskusi Siklus II ... 170
26.Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik ... 171
31.Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Secara Klasikal ... 176
32.Daftar Nilai Kelas X AP 1 ... 177
33.Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Secara Klasikal ... 178
34.Daftar Kelompok ... 179
35.Dokumentasi Foto ... 180
36.Surat Ijin Observasi ... 182
37.Surat Ijin Penelitian ... 183
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung dalam peningkatan
kemajuan dan kualitas karakter suatu bangsa.Kemajuan suatu bangsa dapat
ditandai dengan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga pendidikan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya peningkatan mutu sumber
daya manusia di Indonesia.
Sesuai dengan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yang
menyatakan bahwa: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Salah satu lembaga pendidikan yang dapat mewujudkan fungsi dan tujuan
Pendidikan Nasional tersebut adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) karena
di dalam SMK, siswa dapat mengembangkan potensi dan meningkatkan
ketrampilan sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki oleh siswa
masing-masing.
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama dalam pendidikan di
tingkah laku dan tercapainya hasil belajar yang optimal. Guru sebagai pendidik
mempunyai peranan yang penting dalam proses belajar mengajar. Melalui proses
belajar mengajar, guru dituntut untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa.
Dalam menyampaikan pelajaran, guru menghadapi siswa dengan karakteristik
yang berbeda-beda sehingga tidak terlepas dari masalah aktivitas dan hasil belajar
siswa.
Aktivitas belajar diperlukan siswa dalam pembelajaran karena pada
dasarnya di dalam proses pembelajaran siswa berbuat atau melakukan kegiatan
untuk mengubah tingkah laku. Sebagaimana dalam Sadirman (2007:97) yang
menyatakan bahwa, “Dalam kegiatan belajar mengajar, subjek dalam hal ini
peserta didik atau siswa harus aktif berbuat”.Oleh karena itu, aktivitas merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam interaksi belajar mengajar.Tanpa
adanya suatu aktivitas maka kegiatan belajar tidak akan berlangsung dengan baik.
Hasil belajar mencerminkan perubahan perilaku yang diperoleh peserta
didik setelah mengalami kegiatan belajar. Salah satu faktor terlaksananya proses
pembelajaran berkualitas adalah tercapainya hasil belajar yang maksimal.
Keberhasilan dalam belajar dapat diukur melalui hasil belajar siswa yang
ditunjukkan dengan tinggi rendahnya hasil pencapaian belajar siswa selama
proses pembelajaran. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi siswa dalam
mendapatkan hasil belajar yang diinginkan.Selain guru dan siswa, karakteristik
materi dan penggunaan model pembelajaran juga merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajar.Salah satu faktor sekolah yang mempengaruhi adalah
Model pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran merupakan komponen
yang sangat penting untuk menunjang proses belajar mengajar, dengan
menggunakan model pembelajaran. Dengan adanya model pembelajaran dalam
kegiatan belajar mengajar, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang
membuat peserta didik bergairah untuk belajar serta menciptakan proses belajar
mengajar yang efektif dan efisien.
Pemilihan model pembelajaran akan menjadikan proses pembelajaran
lebih variatif, inovatif sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas
siswa, sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat (Trianto, 2007:8-9). Oleh
karena itu, pemilihan penggunaan model-model pembelajaran harus disesuaikan
dengan karakteristik materi, siswa, dan metodologi pembelajaran dalam proses
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa adalah dengan
menggunakan model pembelajaran yang menarik dan memberikan suasana yang
tidak monoton.
Kompetensi mengelola peralatan kantor merupakan suatu standar
kompetensi produktif dalam program keahlian kejuruan administrasi perkantoran.
Salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa adalah kompetensi
dasar menggunakan peralatan kantor. Karakteristik kompetensi dasar
menggunakan peralatan kantor bersifat praktik sehingga siswa dituntut untuk
mampu menguasai kompetensi dasar tersebut sebagai bekal pada saat melakukan
Praktik Kerja Industri (Prakerin) di dunia usaha ataupun industri. Namun, pada
menyediakan macam-macam peralatan kantor. Sehingga mata pelajaran
mengelola peralatan kantor yang sebenarnya mudah dipahami menjadi sulit bagi
siswa untuk menguasai materi tersebut.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMK Pelita Nusantara 1
Semarang pada tanggal 10 Maret 2015 pada kelas X AP 1 yang berjumlah 30
siswa, diperoleh informasi mengenai proses pembelajaran dan model
pembelajaran yang digunakan pada mata pelajaran mengelola peralatan kantor.
Pada proses pembelajaran dapat diketahui bahwa siswa yang memperhatikan
penjelasan dari guru mengenai materi yang disampaikan sebanyak 10 siswa atau
33,33%, sedangkan 20 siswa lainnya tidak memperhatikan penjelasan dari guru
dan mengobrol dengan temannya. Siswa yang aktif bertanya dan mengeluarkan
pendapat mengenai materi yang dijelaskan oleh guru sebanyak 5 siswa dengan
presentase 16,67% dan 25 siswa lainnya hanya diam melihat temannya bertanya
dan mengeluarkan pendapat. Sedangkan siswa yang mendengarkan materi pada
saat guru menjelaskan pelajaran sebanyak 15 siswa atau 50%, siswa yang berani
mengangkat tangan saat bertanya atau berani maju ke depan sebanyak 4 siswa
atau 13,33%, dan siswa yang mencatat atau menulis penjelasan dari guru
sebanyak 13 siswa atau 43,33%. Proses pembelajaran dengan kondisi tersebut
menyebabkan siswa cenderung pasif. Selain itu pemilihan metode pembelajaran
yang digunakan oleh guru selama ini sudah baik, namun kurang sesuai dengan
kondisi kesulitan belajar siswa.
Kondisi tersebut berdampak pada hasil belajar siswa apabila di dalam
pelajaran. Proses pembelajaran di kelas dengan siswa yang cenderung pasif,
menyebabkan kurangnya penguasaan siswa terhadap materi tersebut. Dampaknya
masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
yang ditentukan oleh sekolah yaitu sebesar ≥ 75.Hal tersebut dapat dilihat pada
tabel nilai ulangan harian semester genap kelas X AP sebagai berikut:
Tabel 1.1
Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas X AP Kelas Jumlah
siswa
Tuntas Tidak Tuntas
Jumlah
Siswa Persentase
Jumlah
Siswa Persentase
X AP 1 30 9 30% 21 70%
X AP 2 30 12 40% 18 60%
X AP 3 31 14 45,16 % 17 54,84%
Sumber: Lampiran 3, 4, dan 5
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kelas X AP 1 pada ulangan
harian 1 kompetensi dasar melakukan prosedur pengadaan peralatan kantor
sebanyak 9 siswa (30%) dalam kategori tuntas dan 21 siswa (70%) dalam kategori
tidak tuntas. Pada hasil belajar tersebut dapat diketahui bahwa persentase
ketuntasan siswa yang paling rendah terdapat pada kelas X AP 1. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu bentuk tindakan yang harus
dilakukan untuk menemukan bentuk tindakan, metode dan strategi mengajar yang
dapat mengoptimalkan proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan peralatan kantor.
Setiap karakteristik pembelajaran memiliki metode pembelajaran yang
berbeda-beda. Karakteristik pembelajaran yang menekankan pada keterampilan
pengetahuan (kognitif) membutuhkan metode pembelajaran yang berbeda dengan
Kompetensi dasar menggunakan peralatan kantor mempunyai karakteristik
pembelajaran yang lebih menekankan keterampilan (psikomotorik). Oleh karena
itu diperlukan suatu peran guru dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai
perencana pengajaran, pengelola pengajaran, penilai hasil belajar, motivator
belajar, dan sebagai pembimbing. Salah satu peran guru sebagai perencana adalah
mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan kesulitan belajar siswa.
Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk dapat mempengaruhi pola
interaksi siswa yang bertujuan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam
menelaah materi pelajaran sehingga dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa
pada materi tersebut.Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu.Prinsip dasar
pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling
mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.Pembelajaran kooperatif
dapat membantu siswa yang kurang pandai belajar dengan suasana yang
menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa
yang terbiasa bersikap kurang aktif di dalam pembelajaran akan terpaksa
berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.
Salah satu pembelajaran kooperatif yang dipilih dalam mengobati masalah
di atas adalah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together(NHT) yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan
melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di
depan kelas. Model pembelajaran NHT merupakan sistem pembagian nomor
mempresentasikan hasil diskusi.Fase pertama dalam model pembelajaran NHT
adalah dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Masing-masing siswa
dalam kelompok diberi nomor untuk memudahkan kinerja kelompok, mengubah
posisi kelompok, menyusun materi, mempresentasikan dan mendapat tanggapan
dari kelompok lain.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa selain itu dengan penerapan model
pembelajaran NHT proses belajar mengajar akan efektif. Peran guru sebagai
fasilitator akan mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar sehingga guru
dapat mengontrol siswa selama pembelajaran berlangsung dan memberikan
bantuan secara langsung kepada siswa yang merasa kesulitan.
Berbagai tinjauan empiris telah membuktikan bahwa pembelajaran dengan
model pembelajaran NHT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Latifah Nurul Hidayah
dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan Peralatan Kantor Melalui
Model Pembelajaran Kooperarif Tipe NHT.Hasilnya menyatakan bahwa
pembelajaran dengan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa diikuti dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Pada siklus I,
aktivitas siswa mencapai 70,48% dan meningkat pada siklus II sebesar 79,92%.
Sedangkan ketuntasan hasil belajar kognitif siswa pada siklus I sebesar 67,50%
dan meningkat pada siklus II sebesar 85%. Hasil penelitian ini menunjukkan
dengan menerapkan model pembelajaran NHT mampu meningkatkan hasil belajar
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar SiswaMelalui Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada Kompetensi Dasar Menggunakan Peralatan Kantor Kelas X AP 1 di SMK Pelita Nusantara 1 Semarang.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan
yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.2.1Apakah penerapan model pembelajaran NHT mampu meningkatkan aktivitas belajar kompetensi dasar menggunakan peralatan kantor pada siswa
kelas X AP 1 SMK Pelita Nusantara 1 Semarang?
1.2.2Apakah penerapan model pembelajaran NHTmampu meningkatkan hasil belajar kompetensi dasar menggunakan peralatan kantor pada siswa kelas X
AP 1 SMK Pelita Nusantara 1 Semarang?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1.3.1Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kompetensi dasar menggunakan
peralatan kantor pada siswa kelas X AP 1 SMK Pelita Nusantara 1
1.3.2Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa kompetensi dasar menggunakan peralatan
kantor pada siswa kelas X AP 1 SMK Pelita Nusantara 1 Semarang.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, antara lain:
1.4.1Manfaat Teoritis
Secara teoritis manfaat teoritis dilakukannya penelitian ini adalah dapat
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya pada aspek pembelajaran.
1.4.2Manfaat Praktis
1. Bagi Siswa
Memberikan pengalaman belajar baru, nyaman, dan dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa serta tidak menyebabkan kebosanan bahkan
menambah kerjasama antar siswa, mampu mengkonstruksi sendiri
pembelajarannya sehingga lebih antusias dalam proses pembelajaran.
2. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan guru guna penyempurnaan dan perbaikan dalam
proses pembelajaran dengan mengoptimalkan penggunaan model
3. Bagi Sekolah
Memberikan informasi mengenai model pembelajaran yang dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Belajar
2.1.1Pengertian Belajar
Hamalik (2009:36) mengemukakan bahwa, “Belajar adalah suatu proses,
suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.Belajar bukan hanya mengingat,
akan tetapi lebih luas dari pada itu yakni mengalami”. Menurut R. Gagne dalam
Slameto (2010:13) memberikan dua definisi belajar yaitu, “(1) Belajar adalah
suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan, dan tingkah laku, (2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang diperoleh dari intruksi”. Rifa’I dan Anni (2011:82)
menyatakan bahwa, “Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku
manusia dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan
oleh seseorang”.
Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari
pengalaman dan latihan. Hilgard dalam Sanjaya (2011:112) mengungkapkan:
“Learning is the prosess by wich an activity originates or changed through
training procedurs (weather in the laboratory or in the natural enveronment) as distinguished from change by factors not atributable to training.” Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik
Berdasarkan definisi-definisi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu dalam perubahan
tingkah lakunya baik melalui kegiatan-kegiatan, latihan, dan pengalaman tertentu
sehingga memiliki kecakapan, keterampilan, dan pengetahuan serta pemahaman
baru tentang hal-hal yang dipelajari.
2.1.2Unsur-Unsur Belajar
Gagne dalam Rifa’I dan Anni (2011:84-85) menyatakan bahwa, “Belajar
merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat pelbagai unsur yang
saling-mengkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku”. Unsur-unsur belajar
menurut Rifa’I dan Anni adalah sebagai berikut:
a. Peserta didik. Istilah peserta didik dapat diartikan sebagai peserta didik, warga
belajar, dan peserta pelatihan yang sedang melakukan kegiatan belajar.
b. Rangsangan (stimulus). Peristiwa yang merangsang penginderaan pembelajar disebut stimulus. Agar peserta didik mampu belajar optimal, ia harus
memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminati.
c. Memori. Memori yang ada pada peserta didik berisi pelbagai kemampuan
yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari
kegiatan belajar sebelumnya.
d. Respon. Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori disebut respon.
Peserta didik yang sedang mengamati stimulus akan mendorong memori
memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon dalam peserta didik
diamati pada akhir proses belajar yang disebut dengan perubahan perilaku atau
Keempat unsur belajar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: kegiatan
belajar akan terjadi pada diri pesera didik apabila terdapat interaksi antara
stimulus dengan isi memori, sehingga perilakunya berubah dari waktu sebelum
dan setelah adanya stimulus tersebut. Apabila terjadi perubahan perilaku, maka
perubahan perilaku tersebut menjadi indikator bahwa peserta didik telah
melakukan kegiatan belajar.
2.1.3Ciri-Ciri Belajar
Edi Suardi dalam Djamarah (2010:39) menyatakan bahwa, “Ciri-ciri belajar
adalah sifat atau keadaan khas yang dimiliki oleh perbuatan belajar”. Beberapa
ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut:
a. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam
suatu perkembangan tertentu.
b. Ada suatu prosedur (jalan interaksi) yang direncanakan,didesain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang
khusus. Materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk
mencapai tujuan.
d. Ditandai dengan aktivitas anak didik. Aktivitas anak didik baik secara fisik
maupun secara mental.
e. Kegiatan belajar mengajar guru berperan sebagai pembimbing. Peranannya
sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberi
f. Kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin. Disiplin dalam hal ini
diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa yang
ditaati oleh guru maupun siswa.
g. Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, setiap tujuanakan
diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu sudah harus dicapai.
h. Evaluasi. Evaluasi harus guru lakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya
tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan.
2.2 Hakikat Pembelajaran 2.2.1Pengertian Pembelajaran
Briggs dalam Rifa’I dan Anni (2011:193) berpendapat bahwa,
“Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik
sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan dalam
berinteraksi berikutnya dengan lingkungan”. Menurut Gagne dalam Rifa’I dan
Anni (2011:192), “Pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa aksternal
peserta didik digunakan untuk mendukung proses internal belajar”.
Rusman (2010:13) mengungkapkan bahwa, “Pembelajaran berpusat pada
peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan
proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran”.
Menurut Trianto (2009:17), “Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai
produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup”.
Berdasarkan berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
dengan guru untuk mendukung siswa tersebut dalam memproses suatu informasi
dengan usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.2.2Komponen Pembelajaran
Rifa’I dan Anni (2011:194-196) mengemukakan bahwa
komponen-komponen pembelajaran antara lain:
1. Tujuan
Tujuan yang secara eksplisit diupayakan pencapainnya melalui kegiatan pembelajaran adalah instructional effect biasanya itu berupa pengetahuan dan keterampilan atau sikap yang dirumuskan secara eksplisit dalam TPK semakin spesifik dan operasional.
2. Subyek belajar
Subyek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama karena berperan sebagai subyek sekaligus obyek. Sebagai subyek karena peserta didik adalah individu yang melakukan proses belajar-mengajar. Sebagai obyek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subyek belajar.
3. Materi pelajaran
Materi pelajaran juga merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran, karena materi pelajaran akan memberi warna dan bentuk dari kegiatan pembelajaran. Materi pelajaran yang komprehensif, terorganisasi secara sistematis dan dideskprisikan dengan jelas akan berpengaruh juga terhadap intensitas proses pembelajaran.
4. Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penerapan strategi pembelajaran pendidik perlu memilih model-model pembelajaran yang tepat, metode mengajar yang sesuai, dan teknik-teknik mengajar yang menunjang pelaksanaan metode mengajar. 5. Media pembelajaran
Media pembelajaran adalah alat/wahana yang digunakan pendidik dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran. 6. Penunjang
2.3 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) 2.3.1Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran
kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar
sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa
pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang
pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman
yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap
pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi
secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya (Trianto, 2007: 41-42).
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar
menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan
hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa. Pembelajaran kooperatif
adalah tipe pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok
yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.
Karakteristik pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2006: 244) ialah
sebagai berikut:
1. Pembelajaran secara tim, pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran
secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu,
2. Didasarkan pada manajemen kooperatif, dalam pembelajaran kooperatif
memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran efektif.
3. Kemauan untuk bekerjasama, keberhasilan pembelajaran kooperatif
ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip
kerjasama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif.
4. Keterampilan bekerja sama, kemauan untuk bekerjasama itu kemudian
dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam
keterampilan bekerjasama.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif (Cooperative Learning) mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah, menyelesaikan
suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama dengan
aturan-aturan tertentu yang telah disepakati. Serta secara sadar menciptakan
interaksi sehingga menimbulkan suasana yang menyenangkan karena siswa
merasa termotivasi oleh teman-temannya.
2.3.2Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
Unsur-unsur yang berkaitan dengan pembelajaran kooperatif Wena
(2009:190) mengemukakan sebagai berikut:
1. Saling Ketergantungan Positif
Dalam sistem pembelajaran kooperatif, guru dituntut untuk mampu
menciptakan suasana belajar yang mendorong agar siswa merasa saling
2. Interaksi Tatap Muka
Semua anggota kelompok berinteraksi saling berhadapan, dengan
menerapkan ketrampilan bekerja sama untuk menjalin hubungan sesama
anggota kelompok.
3. Akuntabilitas Individu
Kooperatif adalah pembelajaran dalam bentuk kelompok, maka setiap
anggota harus belajar dan menyumbangkan pikiran demi keberhasilan
pekerjaan kelompok. Kondisi belajar yang demikian akan mampu
menumbuhkan tanggung jawab (akuntabilitas) pada masing-masing individu
siswa.
4. Ketrampilan Menjalin Hubungan Antar Pribadi
Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya
memperoleh teguran dari guru tetapi juga teguran dari sesama siswa. Teguran
tersebut secara perlahan pasti akan membuat siswa berusaha untuk menjaga
hubungan antar pribadi.
2.4 Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
2.4.1Pengertian Model Pembelajaran Numbered Heads Together(NHT)
Model pembelajaran NHT atau penomoran berpikir bersama merupakan
jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional seperti
mengacungkan tangan terlebih dahulu kemudian ditunjuk oleh guru untuk
kali dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak
siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan
mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2007:62).
2.4.2Tahap-Tahap NHT
Tahap-tahap dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Trianto
(2007:62-63) sebagai berikut:
1. Fase 1 Penomoran
Guru dalam fase ini membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada
setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1- 5.
2. Fase 2 Mengajukan Pertanyaan
Guru mengajukansebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat
bervariasi. Pertanyaan dapat berupa amat spesifik dan dalam bentuk kalimat
tanya. Misalnya, ”Ada berapa macam mesin pengganda dokumen?” atau
berbentuk arahan, misalnya, ”Pastikan setiap orang mengetahui 3 macam
mesin pengganda dokumen”.
3. Fase 3 Berpikir Bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
4. Fase 4 Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai
mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh
Wijaya (2010:49) menyatakan bahwa, ”Dalam model pembelajaran NHT
interaksi siswa dengan siswa lebih besar dibandingkan interaksi siswa dengan
guru”. Hal ini menyebabkan siswa lebih banyak belajar antar sesama siswa
daripada belajar dari guru, sehingga siswa yang merasa tidak bisa dan takut bila
harus bertanya menjadi berani bertanya karena yang dihadapi temannya sendiri.
Dengan demikian siswa akan termotivasi belajar dan menjadi lebih paham
terhadap suatu materi, sehingga hasilbelajar siswa meningkat.
2.4.3Kelebihan dan Kekurangan Numbered Heads Together (NHT)
Menurut Hill dalam Tryana (2008) menyebutkan kelebihan dari model
pembelajaran NHT yaitu dapat meingkatkan prestasi belajar siswa, mampu
memperdalam pemahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar,
mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan
siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri
siswa, mengembangkan keterampilan untuk masa depan, sedangkan kekurangan
dari model pembelajaran NHT yaitu kemungkinan nomor yang sudah dipanggil
akan dipanggil lagi oleh guru, tidak semua anggota kelompok dipanggil guru, dan
waktu yang dibutuhkan banyak.
2.5 Aktivitas Belajar Siswa 2.5.1Pengertian Aktivitas Belajar
Slameto (2010:10) menyatakan bahwa, “Bagi sebagian orang aktivitas
belajar sering dirasakan sebagai sesuatu yang membosankan, tidak menarik,
cemas, takut, dan khawatir akan menghambat terjadinya proses berpikir dan daya
ingat yang baik”.
“Dalam kegiatan belajar mengajar, subjek dalam hal ini peserta didik atau
siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat
diperlukan adanya aktivitas dalam pembelajaran. Tanpa aktivitas, proses belajar
tidak mungkin berlangsung dengan baik” (Sardiman, 2007:97).
Oemar Hamalik (2009:90) menyatakan bahwa, “Pendidikan modern lebih
menitik beratkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar sambil
bekerja.Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan
ketrampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai”. Sehubungan dengan
hal tersebut, sistem pembelajaran dewasa ini sangat menekankan pada
pendayagunaan asas keaktifan (aktivitas) dalam proses belajar dan pembelajaran
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar
siswa merupakan segala bentuk kegiatan yang dilakukan siswa baik di sekolah
yang mendukung kegiatan lainnya yang melibatkan fisik dan mental secara
bersama-sama. Banyak jenis aktivitas belajar siswa tidak cukup hanya
mendengrkan atau mencatat seperti yang terdapat di sekolah-sekolah tradisional.
2.5.2Jenis-Jenis Aktivitas Belajar
Paul D. Dierich dalam Hamalik (2009:90-91) membagi kegiatan belajar
menjadi 8 kelompok aktivitas belajar, sebagai berikut:
b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan siaran radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.
f. Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat pada semua kegiatan tersebut di atas dan bersifat tumpang tindih.
Aktivitas belajar murid menurut Usman (2009:22), dapat digolongkan ke
dalam beberapa hal sebagai berikut:
1) Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen, dan demonstrasi.
2) Aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, menyanyi.
3) Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan penjelasan dari guru, ceramah, pengarahan.
4) Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam atletik, menari, melukis. 5) Aktivitas menulis (writing activities) seperti mengarang, membuat
makalah, membuat surat.
Jadi dengan klasifikasi aktivitas seperti diuraikan di atas, menunjukkan
bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Belajar merupakan
suatu proses yang ditandai adanya perubahan dari seseorang. Aktivitas merupakan
2.5.3Manfaat Aktivitas dalam Pembelajaran
Hamalik (2009:91) mengungkapkan bahwa penggunaan asas aktivitas dalam
proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu, antara lain:
a. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri; b. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa;
c. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok;
d. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual; e. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan
kekeluargaan, musyawarah, dan mufakat;
f. Membina dan memupuk kerja sama antara sekolah dan masyarakat, hubungan antara guru dan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam pendidikan siswa;
g. Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme;
h. Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.
2.6 Hasil Belajar Siswa 2.6.1Pengertian Hasil Belajar
Sudjana (2011:22) mengatakan bahwa, “Hasil belajar adalah kemampuan
-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Hal itu
sejalan dengan pengertian Rifa’I dan Anni (2011:85) yang menyatakan bahwa,
“Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah
mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut
tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar”.
Sugandi (2006:63) dalam bukunya teori pembelajaran menyatakan bahwa,
“Hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan “apa yang harus
kedalaman, kompleksitas (secara bergradasi) dan digambarkan secara jelas serta
dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu”. Jadi hasil belajar yaitu
perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar
dan hasil belajar yang dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu.
Klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom dalam Sudjana
(2011:22) secara garis besar membagi menjadi tiga ranah, yaitu:
a. Ranah kognitif. Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sistesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah
dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
b. Ranah afektif. Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni:
penerimaan, jawaban, atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
c. Ranah psikomotoris. Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan
reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, ketepatan,
gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif serta interpretatif.
2.6.2Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto (2010:54)
sebagai berikut:
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri manusia
yang berpengaruh terhadap belajar yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis,
psikologis: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan
kesiapan belajar. Faktor kelelahan yaitu kelelahan jasmani dan rohani.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternalmerupakan faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang
berpengaruh terhadap belajar, dikelompokan menjadi tiga faktor, yaitu (1)
faktor keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,
suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. (2) faktor sekolah:
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, pelajaran, dan waktu sekolah, standar pelajaran,
keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. (3) faktor masyarakat:
kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman gaul dan kehidupan
masyarakat.
2.7 Uraian Materi Pokok Bahasan
Kompetensi Mengelola Peralatan Kantor merupakan suatu standar
kompetensi produktif dalam program keahlian kejuruan administrasi
perkantoran.Standar kompetensi ini merupakan materi dasar yang harus dikuasai
oleh siswa sebagai bekal untuk siswa SMK pada saat Praktik Kerja Industri
(Prakerin). Berdasarkan silabus pada standar kompetensi mengelola peralatan
kantor terdapat beberapa kompetensi dasar yaitu melakukan prosedur pengadaan
peralatan kantor, menggunakan peralatan kantor, dan memelihara peralatan
Menggunakan peralatan kantor merupakan kegiatan yang berhubungan
dengan pengelolaan peralatan kantor di dalam dunia kerja. Peralatan kantor
mempunyai peranan yang penting di dalam dunia kerja sehingga peralatan kantor
hanya ditangani secara khusus oleh profesional yang betul-betul mampu
menangani peralatan kantor dengan baik.
2.8 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Setelah peneliti melakukan kajian pustaka tentang judul penelitian yang
dilakukan oleh peneliti, ada beberapa hasil penelitian yang relevan yang dikaji
[image:42.595.113.510.398.758.2]oleh peneliti. Adapun penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Tahun Penulis Judul Hasil Penelitian
1 2013 Latifah Nurul Hidayah
Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan Peralatan Kantor Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT
Penggunaan model pembelajaran NHT pada pembelajaran
menggunakan peralatan
kantor dapat
meningkatkan hasil belajar sisiwa dengan rata-rata nilai kelas pada siklus I sebesar 70,75 dan pada siklus II meningkat sebesar 79,13.
2 2013 Sinta
Purnamasari
Penggunaan Model
NHT dalam
Meningkatkan Hasil Belajar
Mengidentifikasi Persyaratan Personil Administrasi Kantor
3 2013 Nur Khasanah
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Permasalahan Tenaga Kerja Indonesia dengan Numbered Head Together (NHT)
Penggunaan metode
Numbered Head Together ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, rata-rata nilai pada siklus I sebesar 70,88 dan pada siklus II nilai rata-rata sebesar 77,63. 4 2012 Karyadi,
Joko Widodo, Muhsin
Keefektifan Metode Pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan
Peningkatan hasil belajar dengan menggunakan metode pembelajaran
Numbered Heads Together terlihat pada nilai rata-rata sebelum dilakukannya siklus I sebesar 68.62 kemudian meningkat pada siklus I sebesar 76,74 dan pada siklus II nilai rata-rata menjadi 82,80.
5 2010 Todd Haydon, Lawrence Maheady, William Hunter
Effect of Numbered Heads Together on the Daily Quiz Scores and On-Task Behavior of Students with Disabilities
Peningkatan nilai kuis meningkat sebesar 29,23 dan 28% untuk ketiga siswa yang diteliti dengan menggunakan metode pembelajaran NHT. Sedangkan untuk perilaku pemberian tugas, menunjukkan bahwa ketiga siswa mengalami peningkatan nyata sebesar 60%. 6 2006 Larry
Maheady, Ph.D., Jean Michielli-Pendl, MsEd, Gregory F.
The Effects of Numbered Heads Together with and Without an Incentive Package on the Science Test
Performance of a
Hasil investigasi menunjukkan bahwa NHT dengan insentif lebih efektif daripada
Harper, Ph.D., Barbara Mallette, Ph.D.
Diverse Group of Sixth Graders
teknik insentif dalam meningkatkan kinerja siswa pada kuis kimia sehari-hari. Pada awal NHT diperkenalkan rata-rata nilai meningkat 80,3%, ketika paket insentif ditambahkan ke NHT, rata-rata kelas meningkat lagi sebesar 88,6%. Rata-rata kelas tidak pernah mencapai 80% selama awal kondisi
Hasil penelitian di atas mendukung bahwa peningkatan aktivitas dan hasil
belajar siswa masih perlu dilakukan. Mengacu pada penelitian-penelitian di atas,
maka penulis mencoba menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) untuk dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
2.9 Kerangka Berpikir
Belajar merupakan suatu proses usaha dalam melakukan aktivitas dan
mendapatkan pengalaman yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan perilaku. Anni (2011:2) menyatakan bahwa, “Belajar merupakan
proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala
sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan”. Tujuan dari proses belajar akan tercapai
dengan adanya perubahan tingkah laku dan tercapainya hasil belajar yang optimal.
Hasil belajar dapat dicapai setelah siswa mengalami aktivitas belajar sehingga
Berdasarkan observasi yang dilaksanakan di SMK Pelita Nusantara 1
Semarang kelas X program keahlian administrasi perkantoran dapat dilihat bahwa
siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami berbagai macam peralatan
kantor, sehingga membuat siswa kurang termotivasi dan kurang aktif. Sebagian
besar siswa menganggap bahwa materi yang dipelajarinya sulit untuk dipahami.
Siswa yang kurang paham dan belum mengerti tentang apa yang dijelaskan oleh
guru, masih takut untuk menyampaikan pendapat maupun bertanya kepada guru.
Kondisi tersebut mengakibatkan siswa cenderung pasif. Selain itu pemilihan
model pembelajaran yang digunakan guru belum tepat untuk mengatasi kondisi
kesulitan belajar siswa.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi siswa dalam mendapatkan hasil
belajar yang diinginkan.Selain guru dan siswa, karakteristik materi dan
penggunaan model pembelajaran juga merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajar.Model pembelajaran yang dipilih harus mampu
meningkatkan motivasi belajar siswa dan tidak menimbulkan kejenuhan.Oleh
karena itu, guru harus mampu membuat variasi atau kombinasi model mengajar
yang inovatif yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai
dengan karakteristik kompetensi dasar menggunakan peralatan kantor, guru
memerlukan model pembelajaran yang dapat memicu keaktifan siswa dan
menuntut tingkat pemahaman siswa yang masih kurang.
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif pilihan yang
tepat dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, karena pada prinsipnya model
kompetensi secara kelompok dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai
tujuan bersama, sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar dan rasa percaya
diri siswa.
Trianto (2007:62) menyatakan bahwa, ”Model pembelajaran NHT pertama
kali dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak
siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut”. Model pembelajaran NHT
diduga dapat meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa, sebab dalam
pelaksanaannya siswa dituntut mempelajari dan memahami materi terlebih dahulu
kemudianberdiskusi dan mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang mereka
pahami. Pembagian kelompok didasarkan dari tingkat kepintaran siswa, dalam
satu kelompok terdiri dari anggota yang bervariatif mulai dari yang pintar dan
yang kurang pintar.
Proses diskusi dilaksanakan dengan tanya jawab soal yang diberikan oleh
guru. Proses tanya jawab dilakukan untuk memastikan apakah semua anggota
kelompok sudah memahami jawaban dari soal yang diberikan oleh guru, apabila
ada salah satu anggota yang belum memahami maka anggota siswa yang pintar
membantu menjelaskan sehingga semua anggota kelompok memahami soal
tersebut. Hal ini dilakukan karena semua siswa dituntut untuk siap karena mereka
tidak tahu nantinya siapa yang akan ditunjuk oleh guru sesuai nomor anggota
yang sudah diberikan oleh guru. Guru menunjuk nomor salah satu anggota
kelompok untuk menjawab pertanyaan, kemudian guru memanggil siswa lain
temannya tersebut. Harus siapnya siswa dalam materi tersebut menjadikan siswa
lebih mudah dalam memahami materi yang mereka pahami sendiri dan dapat
meningkatkan keaktifan siswa dilihat dari mencari sumber sendiri, proses diskusi
dan dari siswa mempresentasikan hasil diskusi mereka dan menanggapinya.
Pemilihan model pembelajaran NHT ini diharapkan tujuan pembelajaran pada
kompetensi dasar menggunakan peralatan kantor tercapai sehingga aktivitas
belajar meningkat dan ketuntasan belajar siswa juga akan meningkat.
Secara sistematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
[image:47.595.74.573.372.680.2]digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Meningkatkan hasil belajar siswa Siswa menjadi lebih aktif
Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Guru
a. Pembelajaran didominasi oleh guru
b. Metode pembelajaran yang digunakan masih konvensional
Siswa
a. Siswa kesulitan memahami materi b. Siswa pasif dan kurang
antusias
c. Hasil belajar rendah
Materi
a. Mengetahui pengertiaan aiphone, etika bertelepon, langkah-langkah melakukan panggilan telepon
b. Mengetahui cara pengoperasian mesin
2.10 Hipotesis
“Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti data terkumpul” (Sugiyono, 2008:71).
Berdasarkan permasalahan yang ada pada siswa kelas X AP 1 SMK Pelita
Nusantara 1 Semarang maka hipotesis tindakan pada penelitian ini antara lain:
1. Penerapan model pembelajaran NHT diduga mampu meningkatkan aktivitas
belajar kompetensi dasar menggunakan peralatan kantor pada siswa kelas X
AP 1 SMK Pelita Nusantara 1 tahun ajaran 2014/2015?
2. Penerapan model pembelajaran NHT diduga mampu meningkatkan hasil
belajar kompetensi dasar menggunakan peralatan kantor pada siswa kelas X
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Subyek Penelitian
Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Pelita Nusantara I Semarang yang terletak di Jalan Slamet Riyadi No. 40,
Semarang. Lokasi penelitian ini cukup strategis karena jauh dari jalan raya
sehingga terhindar dari kebisingan kendaraan bermotor. SMK Pelita Nusantara I
Semarang merupakan salah satu sekolah yang banyak diminati karena memiliki
akreditasi “A” di kota Semarang. SMK Pelita Nusantara I Semarang ini memiliki
empat program keahlian yaitu program keahlian Administrasi Perkantoran,
Akuntansi, Pemasaran, dan Teknik Komputer dan Jaringan.
Penelitian ini akan dilakukan pada siswa kelas X AP 1 dengan program
keahlian Administrasi Perkantoran Tahun Pelajaran 2014/2015. Adapun jumlah
siswa kelas X AP I adalah sebanyak 30 siswa, dimana keseluruhan siswa adalah
perempuan. Pemilihan kelas X AP I berdasarkan pertimbangan bahwa kelas X AP
I merupakan salah satu kelas yang siswanya mempunyai aktivitas dan hasil belajar
yang rendah pada standar kompetensi mengelola peralatan kantor dibanding
3.2 Faktor yang Diteliti 3.2.1Aktivitas Belajar
Faktor yang diteliti dalam penelitian ini salah satunya adalah aktivitas siswa
dalam mengikuti kegiatan belajar di dalam kelas. Penerapan model pembelajaran
NHT diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa di dalam kelas. Indikator
untuk mengukur aktivitas belajar siswa mengacu pada pendapat Usman (2009:22)
yang menggolongkan aktivitas ke dalam beberapa hal sebagai berikut:
a. Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen, dan demonstrasi.
b. Aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, menyanyi.
c. Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan penjelasan dari guru, ceramah, pengarahan.
d. Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam atletik, menari, melukis. e. Aktivitas menulis (writing activities) seperti mengarang, membuat makalah,
membuat surat.
3.2.2Hasil belajar
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar setelah adanya
tindakan. Aktivitas siswa diharapkan meningkat dengan penerapan model
pembelajaran NHT, begitu juga dengan hasil belajar siswa. Hasil belajar diukur
3.3 Rancangan Penelitian
Penelitian yang akan digunakan peneliti adalah penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research), Arikunto (2009:3) menyebutkan, “Penelitian
Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama”. Dalam penelitian ini akan melibatkan komponen yang ada di dalam
kelas, yaitu guru pengampu program keahlian Administrasi Perkantoran dengan
kompetensi dasar menggunakan peralatan kantor, serta teknik pembelajaran yang
terangkum dalam proses pembelajaran di dalam kelas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran dan
meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya siswa program keahlian
Administrasi Perkantoran pada kompetensi dasar menggunakan peralatan kantor
sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam penelitian ini peneliti
bertindak sebagai pengamat dan pelaksanaan akan berkolaborasi dengan
melibatkan guru untuk bersama-sama melakukan penelitian.
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus
II. Arikunto (2009:16) menyatakan bahwa, “Penelitian tindakan pada umumnya
terdapat empat langkah pada setiap siklus, yaitu: perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi”. Siklus I bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa dalam mempelajari kompetensi dasar menggunakan peralatan kantor
dengan menggunakan model pembelajaran NHT. Selanjutnya refleksi pada siklus
I dapat digunakan sebagai penyempurna untuk tahapan siklus II. Pelaksanaannya
Gambar 3.1 menunjukkan bahwa pertama, sebelum melaksanakan tindakan,
terlebih dahulu peneliti merencanakan secara seksama jenis tindakan yang akan
dilakukan. Kedua, setelah rencana disusun dengan matang, barulah peneliti
mengamati proses pelaksanaan tindakan tersebut dilaksanakan. Ketiga, bersamaan
dengan dilaksanakannya tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan
tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkannya. Keempat, berdasarkan hasil
pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi atau tindakan yang
telah dilakukan. Oleh sebab itu jika hasil refleksi menunjukkan perlunya
dilakukan perbaikan atas tindakan yang dilakukan, maka rencana tindakan perlu
disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak sekedar
Apabila belum berhasil dilanjut ke siklus berikutnya
Pelaksanaan Pengamatan
SIKLUS II Perencanaan
Refleksi
Pengamatan
Pelaksanaan SIKLUS I
Perencanaan
[image:52.595.106.532.108.411.2]Refleksi
mengulang apa yang tidak diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya sampai
masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara optimal.
3.4 Prosedur penelitian 3.4.1Perencanaan
Tahap ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-langkah yang akan
dilakukan oleh peneliti untuk memecahkan masalah. Rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan pada tahap ini adalah:
1) Menyusun perangkat pembelajaran RPP tiap siklus yang di dalamnya
menggunakan model pembelajaran NHT.
2) Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk menyampaikan materi
pelajaran.
3) Membuat lembar pengamatan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa.
4) Menyiapkan materi yang akan diajarkan.
5) Menyusun alat evaluasi yaitu soal tes pilihan ganda untuk mengetahui hasil
belajar siswa dalam pembelajaran dengan model NHT.
3.4.2Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi
atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Tahap ini
meliputi pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan, pembelajaran
dilaksanakan sesuai dengan tahapan-tahapan model pembelajaran NHT. Adapun teknis pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1) Guru mengkondisikan kelas dan memberikan apersepsi.
3) Guru memberikan informasi-informasi tentang langkah-langkah model
pembelajaran NHT.
4) Membagi siswa dalam 6 kelompok (jumlah siswa 30, masing-masing
kelompok terdiri dari 5 siswa) yang bersifat heterogen.
5) Guru menerapkan langkah-langkah menerapkan model pembelajaran
NHTsesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun.
6) Guru menjelaskan aspek-aspek aktivitas yang dinilai dalam diskusi siswa.
7) Guru menjelaskan secara rinci mengenai materi pelajaran dengan menekankan
langkah kerja model pembelajaran NHT, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a) Guru meminta siswa bergabung dalam kelompok yang telah dibentuk pada
pertemuan sebelumnya.
b) Guru membagikan lembar diskusi yang berupa pertanyaan yang
berhubungan dengan peralatan kantor.
c) Guru menyarankan kepada siswa unrtuk mencari sumber belajar lain di
perpustakaan ataupun di internet agar siswa dapat memperoleh teori yang
lebih banyak dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
d) Siswa saling bertukar pikiran, menganalisis dan menjawab pertanyaan
pada lembar diskusi.
e) Siswa harus mampu menjawab pertanyaan didasarkan pada materi yang
telah diterima.
f) Siswa diminta untuk menyusun laporan diskusi masing-masing kelompok