• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemenuhan Syarat Label dan Kesesuaian Klaim Siklamat pada Minuman Ringan di Sekolah Dasar wilayah DKI Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemenuhan Syarat Label dan Kesesuaian Klaim Siklamat pada Minuman Ringan di Sekolah Dasar wilayah DKI Jakarta"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PEMENUHAN SYARAT LABEL DAN

KESESUAIAN KLAIM SIKLAMAT PADA MINUMAN RINGAN DI SEKOLAH DASAR WILAYAH DKI JAKARTA

RITA ASTUTI

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pemenuhan Syarat Label dan Kesesuaian Klaim Siklamat pada Minuman Ringan di Sekolah Dasar Wilayah DKI Jakarta” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

(4)

ABSTRAK

RITA ASTUTI. Pemenuhan Syarat Label dan Kesesuaian Klaim Siklamat pada Minuman Ringan di Sekolah Dasar Wilayah DKI Jakarta. Dibimbing oleh DEDI FARDIAZ dan NUGROHO INDROTRISTANTO.

Label pangan berfungsi sebagai informasi dari produsen ke konsumen serta sebagai bahan pertimbangan konsumen untuk menentukan pilihan. Siklamat seringkali ditambahkan dalam produk minuman ringan. Tujuan penambahan siklamat salah satunya adalah untuk menekan biaya produksi, karena siklamat mempunyai tingkat rasa manis yang lebih tinggi dibandingkan sukrosa juga harganya lebih murah. Namun dalam penerapannya masih banyak produsen yang belum menerapkan praktek penggunaan pemanis yang tepat, misalnya dengan penambahan pemanis yang tidak sesuai batas maksimumnya. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat pemenuhan label kemasan terhadap PP No 69 Tahun 1999 serta mengkaji kesesuaian klaim antara jenis pemanis yang digunakan yang tercantum pada label kemasan dengan kandungan pemanis yang digunakan setelah dilakukan pengujian di laboratorium. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode yang digunakan adalah metode survei. Pengolahan data menggunakan tabulasi data serta pembuatan diagram dan histogram. Adapun unsur yang diamati yaitu teknis pencantuman label, teknis penulisan label, keterangan minimum label, keterangan lain pada label, dan keterangan yang dilarang dicantumkan dengan persentase secara berurutan adalah sebesar 93.10, 97.41, 98.45, 96.98 dan 89.14%. Pengujian pemanis buatan siklamat pada sampel menunjukkan hasil bahwa kesesuaian terhadap label secara kualitatif diperoleh persentase sebesar 96.97% untuk minuman ready to drink dan 100% untuk minuman serbuk. Analisis terhadap 116 sampel minuman ringan dari 16 lokasi pengambilan sampel memenuhi tingkat rata-rata aturan pelabelan mencapai rata-rata sebesar 95.02%.

(5)

ABSTRACT

RITA ASTUTI. Compliance with Mandatory Labelling and The Suitability Claims of Cyclamate on Softdrink in Elementary School area DKI Jakarta. Supervised by DEDI FARDIAZ and NUGROHO INDROTRISTANTO.

Food labelling has function as information from producers to consumers as well as consideration of consumer to make a choice. Cyclamate are often added to soft drinks products. The purpose of adding cyclamate is to reduce the cost of production, because the artificial sweetener has a sweetness level higher and also cheaper. However, in practice there are still many manufacturers who have not applied a proper practice of the use of sweeteners, for example, with the addition of a sweetener that does not match the maximum limit. Therefore, this study aimed to assessing the compliance label on PP No. 69 Year 1999, and also assess the suitability of the claims between the type of sweetener that was used and sweetener that was listed on the label after conducting laboratory analysis. This study is a descriptive research method which using survey method. Data processing used data tabulation, charting, and histogram. The technical elements were observed labelling, technical writing labels, the minimum label information, other information on the label, and the prohibited information by the percentage listed in a sequence are at 93.10, 97.41, 98.45, 96.98 and 89.14%. The result of cyclamate sweetener analysis in the sample showed that conformity level upon label qualitatively was 96.97% for drink "ready-to-drink" and 100% for beverages powder. The analysis of 116 samples of soft drinks from 16 sampling locations met the average level of labeling rules at an average of 95.02%.

(6)
(7)

PEMENUHAN SYARAT LABEL DAN

KESESUAIAN KLAIM SIKLAMAT PADA MINUMAN RINGAN DI SEKOLAH DASAR WILAYAH DKI JAKARTA

RITA ASTUTI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pemenuhan Syarat Label dan Kesesuaian Klaim Siklamat pada Minuman Ringan di Sekolah Dasar wilayah DKI Jakarta

Nama : Rita Astuti

NIM : F24100036

Disetujui oleh

Prof.Dr.Dedi Fardiaz, MSc. Nugroho Indrotristanto, S.TP, MSc

Pembimbing I Pembimbung II

Diketahui oleh

Dr.Ir.Feri Kusnandar, MSc. Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi tugas akhir ini berhasil diselesaikan. Data dari penelitian ini diperoleh selama penulis magang di Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia pada bulan Februari hingga Juli 2014. Tema yang dipilih adalah Pemenuhan Syarat Label dan Kesesuaian Klaim Siklamat pada Minuman Ringan di Sekolah Dasar wilayah DKI Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayahanda Rizal Ritonga, SP dan Ibunda Mahmiatun S.Pd, M.Pd, serta abang-abang tercinta, Jamil Handy, S.H, Irfan Azhari, S.TP, Hafiz Ihsan, S.Sos, terima kasih atas doa, kasih sayang dan dukungannya.

2. Bapak Prof.Ir.Dedi Fardiaz, M.Sc selaku dosen pembimbing utama yang selalu memberikan saran, pengarahan, dan bimbingan selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Prof.Dr. Winiati P. Rahayu selaku dosen penguji pada sidang akhir sarjana atas kesediannya menjadi dosen penguji dan evaluasi serta saran yang diberikan kepada penulis.

4. Bapak Nugroho Indrotristanto, S.TP, M.Sc selaku pembimbing lapang serta penguji yang selalu memberikan saran dan bimbingannya selama kegiatan magang.

5. Bapak Drs. Halim Nababan, MM selaku Direktur Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Badan POM RI yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan magang di Badan POM RI.

6. Ibu Susi, Ibu Rina Puspitasari, Ibu Citra, Ibu Irma dan seluruh keluarga besar Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Badan POM RI atas bimbingannya selama pelaksanaan magang.

7. Hendy Saputro yang telah memberikan dukungan, doa dan semangatnya.

8. Teman-teman magang saya yang bersama-sama yang sering menjadi tempat diskusi yaitu Irma, Ghita, Nizza, Nurul, Anjani, Zackuary, Adiguna.

9. Melly, Kartika, Adilla, Frisca, Mutiara, Mala, Striwicesa selaku sahabat yang membantu baik untuk tukar pendapat dan memberikan masukan yang sangat berarti. 10.Teman-teman ITP 47 dan Keluarga Besar IMMAM Bogor yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Terima kasih atas bantuan dan pangalaman yang telah diberikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat dijadikan acuan para pembaca untuk penelitian lainnya.

Bogor, Agustus 2014

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujian Penelitian 2

METODOLOGI 2

Waktu dan Tempat 2

Kerangka Pemikiran 3

Metode Penelitian 3

Tahapan Penelitian 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Sebaran Contoh Minuman Ringan yang Diteliti 6

Teknis Pencantuman Label 8

Tulisan pada Label 8

Keterangan Minimum Label 9

Keterangan Lain pada Label 10

Keterangan yang Dilarang untuk Dicantumkan pada Label 12

Tingkat Pemenuhan Pelabelan Rata-rata 13

Pemenuhan Pelabelan Berdasarkan Kategori Pangan 14

Pemenuhan Pelabelan Berdasarkan Jenis Nomor Pendaftaran 14 Kesesuaian Penggunaan Siklamat yang Tercantum pada Label dengan Hasil

Pengujian secara Kualitatif 15

Kesesuaian Penggunaan Siklamat yang Tercantum pada Label dengan Hasil

Pengujian Secara Kuantitatif 16

Pemenuhan Batas Maksimum Penggunaan Siklamat terhadap Beberapa

Peraturan yang Berlaku 17

SIMPULAN DAN SARAN 19

Simpulan 19

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 20

RIWAYAT HIDUP 22

DAFTAR TABEL

1 Sebaran jumlah sekolah dasar yang menjadi tempat pelaksanaan survei 4 2 Jumlah merek dan varian rasa contoh minuman ringan yang ditemukan

di Setiap sekolah dasar yang tersebar di wilayah DKI Jakarta 7 3 Jumlah produk yang memenuhi syarat unsur keterangan minimum label 9 4 Jumlah produk yang memenuhi syarat unsur keterangan lain label 11 5 Jumlah produk yang memenuhi syarat unsur keterangan yang dilarang 12 6 Tingkat pemenuhan rata-rata syarat label kemasan minuman ringan

di beberapa sekolah dasar wilayah DKI Jakarta 13

7 Perbandingan kadar siklamat pada label minuman ringan dengan kadar

siklamat setelah dilakukan pengujian 17

8 Tingkat pemenuhan sampel terhadap peraturan yang berlaku tentang

batas maksimum penggunaan siklamat 18

(12)

DAFTAR GAMBAR

1 Tahapan Penelitian 5

2 Persentase nama produk pada minuman serbuk 7

3 Persentase nama produk pada minuman ready to drink 8

4 Tingkat pemenuhan label berdasarkan kategori pangan 14 5 Tingkat pemenuhan unsur label berdasarkan jenis nomor pendaftaran 15 6 Tingkat kesesuaian klaim pada label dengan hasil uji laboratorium

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Minuman ringan merupakan minuman yang sangat diminati masyarakat khususnya anak-anak. Menurut data dari Badan Pengawas Obat dan Makanan dari tahun 2009 hingga 2014 produk minuman ringan baik minuman serbuk maupun minuman ready to drink yang terdaftar di Badan POM mencapai 6931 produk (BPOM 2014a). Industri minuman lebih menyukai menggunakan pemanis sintetis karena selain harganya yang relatif murah, tingkat kemanisan pemanis sintetis jauh lebih tinggi dari pemanis alami (Cahyadi 2008). Namun dalam penerapannya masih banyak produsen minuman yang belum menerapkan praktek penggunaan pemanis yang tepat, misalnya dengan penambahan pemanis yang melebihi batas maksimumnya dan penggunaan pemanis buatan namun tidak dicantumkan pada label kemasan sehingga dapat menyesatkan konsumen.

Pengetahuan konsumen mengenai produk pangan bersumber dari label produk tersebut. Fungsi label pangan ini adalah sebagai sumber informasi dari produsen ke konsumen, mengikat transaksi (jadi apabila ada yang tidak sesuai dengan yang dicantumkan, prosedurnya dapat dituntut), serta sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen untuk menentukan pilihan. Label pangan adalah keterangan mengenai pangan yang berbentuk tulisan, gambar, maupun kombinasi keduanya yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan, dicetak atau merupakan bagian dari kemasan (Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999). Labelisasi dapat diartikan bahwa label yang terdapat pada kemasan harus mencantumkan isi atau kandungan yang sebenarnya dari produk yang diperdagangkan.

Salah satu aspek keamanan pangan adalah jaminan bahwa pangan yang dikonsumsi memenuhi standar dan persyaratan penggunaan bahan tambahan pangan. Misalnya penggunaan siklamat pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) tidak boleh melebihi batas maksimum yang diizinkan. Studi ini diharapkan dapat mengetahui dampak dari penerapan peraturan mengenai penggunaan pemanis buatan pada produk minuman ringan di Indonesia khususnya yang dijual pada sekolah dasar sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai dasar penentuan kebijakan atau regulasi lebih lanjut.

CAC mengatur maksimum penggunaan siklamat pada produk minuman ringan yaitu sebesar 400 mg/kg produk. Di Indonesia penggunaan siklamat diizinkan. Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor : HK.00.05.5.1.4547 Tahun 2004 menetapkan batas maksimum penggunaan siklamat pada minuman sebesar 1000 mg/kg sedangkan untuk peraturan yang terbaru yaitu Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor 14 Tahun 2014 ditetapkan batas maksimum penggunaan siklamat pada minuman ringan sebesar 350 mg/kg. Nilai ADI untuk siklamat ditetapkan 11 mg/kg berat badan (JECFA 2001). Hasil survei di Malang oleh Badan POM tahun 2004, terkait dengan paparan siklamat dalam PJAS adalah 2,4 kali lipat dari ADI yang berlaku di Indonesia (11 mg/kg BB). Maka dapat diprediksi paparan siklamat pada anak-anak di Indonesia cukup tinggi. Banyak faktor yang menjadi penyebab dipakainya siklamat secara melebihi batas. Penyebab-penyebab ini dapat ditinjau dari aspek sosial, ekonomi termasuk infrastruktur yang masih lemah (Suratmono 2009).

(14)

2

makanan. Penyusunan kebijakan tentang keamanan pangan membutuhkan kajian ilmiah sebagai dasar dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu BPOM berkeinginan untuk melakukan kajian untuk memonitor pemenuhan syarat pelabelan pangan serta kesesuaian klaim pada label produk minuman ringan khususnya dari aspek pemanis buatan siklamat untuk melihat efektivitas penerapan peraturan pemerintah sebagai bahan masukan terhadap regulasi yang ada saat ini.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat pemenuhan syarat label produk minuman ringan berdasarkan Peraturan Pemerintah No 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan serta mengkaji kesesuaian klaim antara jenis pemanis buatan yang digunakan yang tercantum pada label kemasan minuman ringan dengan hasil uji secara kualitatif dan kuantitatif di laboratorium.

Perumusan Masalah

Permasalahan yang sering dihadapi yaitu praktik penggunaan pemanis buatan yang tidak benar yang mengakibatkan pemanis buatan diatas batas maksimum yang telah ditetapkan pemerintah dan dikhawatirkan adanya produsen yang mencoba menutupi penggunaan pemanis buatan dengan tidak mencantumkan adanya pemanis buatan atau berbedanya jumlah kadar pemanis buatan yang dicantumkan pada label kemasan dengan hasil uji laboratorium. Oleh karena itu penting untuk dikaji pemenuhan syarat pelabelan dan kesesuaian klaim kandungan pemanis buatan yang digunakan pada minuman ringan yang tercantum pada label dengan kandungan pemanis buatan yang digunakan setelah dilakukan pengujian di laboratorium

Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat :

1. Memberikan interpretasi yang lebih luas terhadap kejujuran produsen dalam pencantuman informasi pada label terkait pencantuman klaim pemanis buatan. 2. Memberikan pemahaman yang lebih baik serta prioritas dalam menentukan

kebijakan dalam perlindungan masyarakat terhadap bahaya pangan bagi petugas pengawas obat dan makanan.

3. Mengetahui tingkat pemenuhan syarat setiap unsur label produk minuman ringan 4. Mengetahui efektivitas penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999

tentang Iklan dan Label Pangan khususnya para produsen dan pedagang minuman ringan dalam produk PJAS.

METODOLOGI Waktu dan Tempat

(15)

3

Kerangka Pemikiran

Penelitian ini terdiri dari penelitian utama serta penelitian tambahan dan dilakukan dengan metode survei yang termasuk ke dalam metode deskriptif (Zulnaidi 2007). Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Jenis metode survei yang digunakan yaitu survei catatan atau sering disebut dengan survey of records, karena dalam penelitiannya banyak menggunakan sumber-sumber yang berupa catatan atau informasi nonreaksi (Sukmadinata 2010).

Metode deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan objek dalam penelitian dapat berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya (Zulnaidi 2007). Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual (Sugiyono 2011).

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan metode survei dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data primer menggunakan alat bantu check sheet serta dilakukan content analysis (analisis isi) terhadap syarat unsur label kemasan minuman ringan. Analisis isi merupakan teknik analisis yang merupakan pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media. Tipe penelitian ini tergolong dalam penelitian deskriptif karena peneliti bertujuan mengukur tingkat pemenuhan syarat label kemasan terhadap regulasi yang berlaku serta mengkaji kesesuain klaim pemanis yang digunakan yang tercantum pada label dengan hasil uji laboratorium.

Tahapan Penelitian

Penelitian yang dilakukan selama kegiatan magang di Badan POM ini antara lain melaksanakan berbagai kegiatan yang diberikan selama magang di Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan dan melaksanakan tugas khusus magang yaitu penelitian Pemenuhan Syarat Label dan Kesesuaian Klaim Siklamat pada Minuman Ringan di Sekolah Dasar Wilayah DKI Jakarta, serta melaporkan dan menganalisis data hasil penelitian. Adapun penjelasan mengenai tahapan penelitian yang digunakan sebagai berikut,

a. Pengumpulan Data

(16)

4

Tabel 1. Sebaran jumlah sekolah dasar yang menjadi tempat pelaksanaan survei (BPOM 2014b)

Kotamadya Jumlah Sekolah

Jakarta Barat Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Utara Jakarta Pusat 3 6 2 2 3

Jumlah 16

Penentuan lokasi sampel ini dilakukan dengan metode √n, dimana n adalah jumlah Sekolah Dasar di wilayah DKI Jakarta yang telah di intervensi keamanan pangan dalam rangka Aksi Nasional PJAS Tahun 2012-2013. Sebaran jumlah lokasi survei setiap kotamadya dilakukan dengan pembagian secara proporsional sesuai dengan jumlah Sekolah Dasar yang telah di intervensi di kotamadya tersebut.

b. Analisis Laboratorium Pemanis Buatan Siklamat

Analisis Siklamat dilakukan oleh Pusat Riset Obat dan Makanan RI. Adapun alat yang digunakan dalam pengujian adalah seperangkat HPLC dengan kolom Aligent RP-C18 (4.6 mm x 150 mm) , kolom fase balik, detektor UV, syringe (penyuntik sampel), corong pisah 250 mL, timbangan, dan membran filter 0.45 µm. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain sampel minuman ringan, akuades, H2SO4 6N, sikloheksan, NaClO

3%, NaHCO3 1%, dan NaSO4.

Sampel ditimbang sebanyak ± 5 gram, dimasukkan ke dalam corong pisah 250 mL, ditambahkan akuades sebanyak 40 mL, 20 H2SO4 6N, 10 mL sikloheksan dan 2

mL NaClO 3%, larutan dikocok selama 1 menit sehingga terbentuk dua fase, fase yang dibawah dibuang kemudian ditambahkan 25 mL NaHCO3 1%, dikocok selama 1 menit

sehingga terbentuk dua fase dan fase dibawah kemudian dibuang. Selanjutnya ditambahkan 100 mg NaSO4, dikocok hingga homogen, fase jernih kemudain disaring

dengan membran filter 0.45 µm dan ditampung dalam vial. Diinjeksikan ke alat HPLC. Sampel dengan jenis serbuk dilarutkan terlebih dahulu dengan akuades hingga 200 mL lalu dilakukan perlakuan seperti diatas ( BPOM 2011).

c. Pengamatan dan Analisis Data

Analisis data hasil pengamatan informasi label produk minuman kemasan dilakukan dengan content analysis (analisis isi). Analisis isi yang pertama adalah untuk membandingkan kesesuaian konten label produk dengan ketentuan regulasi yang berlaku saat ini yang dikenal dengan istilah Legal Analysis Research (Whitney 1951). Analisis isi yang kedua yaitu untuk membandingkan kesesuaian klaim pemanis buatan khususnya siklamat yang digunakan tercantum pada label dengan hasil uji laboratorium secara kualitatif dan kuantitatif oleh tim ahli Pusat Riset Obat dan Makanan RI. Pada penelitian ini, label produk minuman ringan akan dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Unsur-Unsur Label yang diamati yaitu teknis pencantuman label, tulisan pada label, keterangan minimum label, keterangan lain pada label dan keterangan yang dilarang untuk dicantumkan.

Tingkat pemenuhan persyaratan label rata-rata untuk setiap unsur atau kelompok unsur dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Gunanta 2007)

(17)

5

Keterangan:

TPP : tingkat pemenuhan kriteria rata-rata unsur atau kelompok unsur Ui : jumlah merk yang memenuhi persyaratan unsur label ke-i m : jumlah seluruh merek produk minuman ringan

n : jumlah unsur label

Analisis tingkat kesesuaian klaim pemanis buatan yang tercantum pada label kemasan dengan hasil uji laboratorium dihitung dalam bentuk persentase. Tahapan dari penelitian ini dijelaskan pada Gambar 1.

Gambar 1. Tahapan penelitian Mulai

Pengujian sampel Tabulasi data

Pembuatan laporan Analisis data Kegiatan survei

Penentuan metode dan lokasi survei

Pembuatan check sheet

(18)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebaran Contoh Minuman Ringan yang Diteliti

Total minuman ringan yang diperoleh dari hasil pengumpulan contoh pada penelitian ini adalah 39 minuman ready to drink dan 77 minuman serbuk yang berasal dari 16 Sekolah Dasar yang berlokasi di beberapa kotamadya di wilayah DKI Jakarta. Minuman yang diteliti hanya 2% dari total minuman yang terdaftar di Badan POM yaitu sekitar 6931 produk. Semua minuman ringan diteliti baik serbuk maupun ready to drink dengan berbagai varian rasa, kemasan dan ukuran. Pada merek yang sama namun memiliki varian rasa yang berbeda tetap diteliti karena pada setiap varian rasa tentunya penggunaan pemanis buatan juga akan berbeda. Kemasan yang merupakan tempat label ditemui pada produk minuman ringan adalah cup plastik, botol plastik, karton tetra pack, dan kemasan aluminium foil dengan ukuran yang bervariasi seperti 120, 200, 600 mL. Merek dan varian rasa yang sama yang terdapat di beberapa tempat pengambilan contoh, hanya satu merek contoh yang diambil untuk mewakili, namun jika terdapat merek yang sama tetapi varian rasa berbeda maka akan tetap diambil sebagai contoh. Jumlah merek dan varian rasa contoh minuman ringan yang dicatat pada setiap Sekolah Dasar dapat dilihat pada Tabel 2.

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa minuman ringan dengan bentuk serbuk paling banyak ditemukan di Sekolah Dasar N dan untuk minuman ready to drink paling banyak ditemukan di Sekolah Dasar P. Kedua sekolah tersebut berada di daerah Jakarta Pusat. Setiap sekolah sebenarnya menjual minuman ringan yang beragam, namun survei ini bersifat saling melengkapi sehingga apabila pada hari survei sebelumnya telah ditemukan produk tersebut, maka untuk hari berikutnya tidak akan diamati lagi untuk sampel yang sama. Oleh karena itu pada Sekolah Dasar yang berada di daerah Jakarta Pusat lebih banyak sampel yang tercatat karena pada survei ini daerah Jakarta Pusat merupakan daerah pertama dikunjungi pada saat pelaksanaan survei.

Pada Gambar 2 dan Gambar 3 dapat dilihat persentasi jenis/kelompok produk yang ditemukan. Pada minuman serbuk terdapat 10 kelompok produk yang diamati. Minuman serbuk instan merupakan kelompok produk yang paling banyak ditemukan yaitu sekitar 27.27%. Pada minuman ready to drink terdapat 13 kelompok produk yang diamati. Minuman teh merupakan nama produk yang paling banyak ditemukan yaitu sekitar 28.21%.

(19)

7

Tabel 2. Jumlah merek dan varian rasa contoh minuman ringan yang dicatat di setiap sekolah dasar yang tersebar di wilayah DKI Jakarta (BPOM 2014b).

Tempat survei

Jumlah merek yang dicatat

Serbuk Ready to drink Sekolah Dasar A

Sekolah Dasar B Sekolah Dasar C Sekolah Dasar D Sekolah Dasar E Sekolah Dasar F Sekolah Dasar G Sekolah Dasar H Sekolah Dasar I Sekolah Dasar J Sekolah Dasar K Sekolah Dasar L Sekolah Dasar M Sekolah Dasar N Sekolah Dasar O Sekolah Dasar P

2 11 3 5 3 2 6 3 7 4 1 2 4 16 8 0 1 1 2 1 1 2 1 5 3 1 3 1 3 4 3 7 Total jumlah minuman ringan yang di teliti 77 39

(20)

8

Gambar 3. Persentase nama produk pada minuman ready to drink (BPOM 2014b)

Teknis Pencantuman Label

Label pada minuman ringan biasanya langsung dicantumkan pada kemasannya misalnya pada minuman ringan yang memiliki kemasan karton tetrapack atau kemasan aluminiun foil. Namun pada kemasan botol plastik atau botol kaca biasanya label ditempelkan pada bagian luar kemasan. Hasil pengamatan terhadap label minuman ringan menunjukkan bahwa tingkat pemenuhan syarat kelompok unsur teknis pencantuman label adalah 93.10%. Sebanyak 75 minuman serbuk dan 33 minuman ready to drink telah memenuhi syarat teknis pencantuman label. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua produsen minuman ringan telah menaati peraturan yang telah ditetapkan khususnya dari segi teknis pencantuman label.

Namun dua produk minuman serbuk dan enam minuman ready to drink yang diteliti belum menaati peraturan yang berlaku. Adapun penyebabnya adalah label yang dicantumkan berupa stiker yang mudah lepas. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Pasal 27 ayat 1 menyebutkan bahwa tanggal, bulan dan tahun kedaluwarsa wajib dicantumkan secara jelas pada label, namun pada produk diamati masih ada penulisan tanggal kedaluwarsa yang tidak jelas dengan penulisan tanggal diatas tumpukan tulisan keterangan lainnya sehingga susah untuk dibaca dan terdapat pula penulisan tanggal kedaluwarsa yang mudah dihapus apabila digosok dengan menggunakan tangan. Hal ini tentunya menyalahi aturan yang berlaku. Label pada kemasan yang benar adalah label yang dicantumkan langsung pada kemasan sehingga tidak mudah lepas atau luntur dan tanggal kedaluwarsa harus dicantumkan dengan jelas.

Tulisan Pada Label

(21)

9

tidak memenuhi Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 khususnya pada pasal 13 ayat 1 dan 2 yang tertulis sebagai berikut:

a. Pasal 13 ayat 1 : “Bagian utama label sekurang-kurangnya memuat tulisan tentang keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dengan teratur, tidak berdesak-desakan, jelas dan mudah dibaca”.

b. Pasal 13 ayat 2 : “Dilarang menggunakan latar belakang baik berupa gambar, warna maupun hiasan lainnya, yang dapat mengaburkan tulisan pada bagian utama Label sebagaiaman yang dimaksud pada ayat 1”.

Berdasarkan pada pasal tersebut maka penulisan label pada kemasan harus mudah dibaca, menggunakan warna tulisan yang berlawanan dengan warna latar, tidak berdesak-desakan sehingga mudah dibaca. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada produk minuman ready to drink ditemukan 3 produk dari merek yang sama masih belum sesuai dengan aturan pelabelan yaitu dengan menuliskan keterangan yang sangat kecil dan berdesakan dan pada salah satu produk tersebut menggunakan warna tulisan yang hampir sama dengan warna latar label kemasan sehingga sulit untuk dibaca.

Keterangan Minimum Label

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 pada pasal 3 ayat 2 menyebutkan bahwa keterangan minimum label sekurang-kurangnya memuat :

1. nama produk; 2. daftar bahan;

3. berat bersih atau isi bersih;

4. nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia; dan

5. tanggal, bulan dan tahun kadaluwarsa.

Jumlah produk minuman ringan yang memenuhi syarat unsur keterangan minimum label, baik serbuk maupun ready to drink dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah produk yang memenuhi syarat unsur keterangan minimum label (BPOM 2014b)

No Unsur label

Jumlah produk yang memenuhi

Persentase

(%) Persentase Keseluruh

an (%) Serbuk RTD Serbuk RTD

1 Nama produk pangan 77 35 100.00 89.74 96.55

2 Daftar bahan 76 38 98.70 97.44 98.28

3 Berat bersih/ Isi bersih 77 39 100.00 100.00 100.00 4 Nama dan alamat produsen 75 38 97.40 97.44 97.41 5 Tanggal kedaluwarsa 77 39 100.00 100.00 100.00

Rata-rata 99.22 96.92 98.45

(22)

10

mencapai 100%, diikuti pencantuman daftar bahan 98.28% kemudian pencantuman nama dan alamat produsen sebanyak 97.41% dan yang paling rendah adalah pemenuhan terhadap pencantuman nama produk sebesar 96.55%. Adapun kesalahan yang ditemukan berdasarkan pengamatan yaitu tidak dicantumkannya salah satu unsur minimum label pada kemasan. Kesalahan lainnya yaitu untuk keterangan daftar bahan pada salah satu produk tidak lengkap, hanya dituliskan kata “dan lain-lain”.

Pemenuhan kriteria kelompok unsur minimum label merupakan kelompok unsur yang memiliki rata-rata pemenuhan tertinggi dibandingkan dengan kelompok unsur lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar produk minuman ringan yang beredar di wilayah DKI Jakarta telah memenuhi aturan pencantuman keterangan minimum label.

Keterangan Lain pada Label

Tabel 4 menunjukkan pemenuhan keterangan lain pada label, pada unsur keterangan tentang iradiasi pangan, keterangan tentang pangan rekayasa genetika, keterangan tentang pangan sintesis mencapai pemenuhan 100% karena minuman ringan bukan merupakan pangan dengan jenis tersebut sehingga tidak perlu dicantumkan keterangan tersebut pada label. Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa secara umum pemenuhan syarat unsur keterangan lain pada label tergolong baik dimana rata-ratanya secara keseluruhan jenis sampel mencapai 96.98%. Persentase untuk minuman ready to drink adalah sebesar 96.41% dan untuk minuman serbuk sebesar 96.36%. Pada dasarnya keterangan lain pada label tidak wajib untuk dicantumkan, namun menjadi wajib dicantumkan karena alasan atau sebab-sebab tertentu. Terdapat beberapa unsur yang tidak dapat dipenuhi oleh beberapa produk. Pada penelitian ini, untuk unsur keterangan lain dengan kondisi tertentu yang dicantumkan maka memenuhi syarat unsur label. Sedangkan, unsur yang dicantumkan namun tidak memenuhi syarat pemenuhan unsur dianggap belum memenuhi syarat unsur label.

Tabel 4 menunjukkan bahwa pemenuhan terendah terdapat pada pencantuman kode produksi. Berdasarkan Pasal 31 ayat (1) menyatakan bahwa kode produksi pangan olahan wajib dicantumkan pada label, wadah atau kemasan pangan, terletak pada bagian yang mudah dilihat dan dibaca sedangkan ayat (2) menyatakan kode produksi sekurang-kurangnya dapat memberikan penjelasan mengenai riwayat produksi pangan yang bersangkutan. Pada pasal tersebut dijelaskan bahwa keterangan kode produksi dapat menjadi wajib pada pangan olahan, namun pada penelitian ini masih terdapat 23 produk yang belum mencantumkan kode produksinya atau kode produksi belum memberikan penjelasan tentang riwayat produksi pangan.

(23)

11

Tabel 4. Jumlah produk yang memenuhi syarat unsur keterangan lain label (BPOM 2014b)

No Unsur label

Jumlah produk yang memenuhi

Persentase

(%) Persentase Keseluruh

an (%) Serbuk RTD Serbuk RTD

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nomor pendaftaran pangan Kode produksi

Keterangan tentang gizi Manfaat pangan bagi kesehatan

Pernyataan halal

Keterangan tentang iradiasi pangan

Keterangan tentang pangan rekayasa genetika

Keterangan tentang pangan sintesis

Keterangan tentang pangan olahan tertentu

Keterangan tentang bahan tambahan pangan 77 56 76 77 74 77 77 77 76 75 39 37 39 39 32 39 39 39 39 34 100.00 72.73 98.70 100.00 96.10 100.00 100.00 100.00 98.70 97.40 100.00 94.87 100.00 100.00 82.05 100.00 100.00 100.00 100.00 87.18 100.00 80.17 99.14 100.00 97.14 100.00 100.00 100.00 99.14 93.97

Rata-rata 96.36 96.41 96.98

Tabel 4 menunjukkan bahwa pemenuhan paling tinggi terhadap keterangan lain pada label yaitu pemenuhan terhadap unsur label nomor pendaftaran pangan, manfaat pangan bagi kesehatan, keterangan iradiasi pangan, keterangan pangan rekayasa dan keterangan pangan sintesis yang mencapai pemenuhan maksimal 100%. Hal ini disebabkan untuk beberapa keterangan ini tidak dicantumkan dan tidak ada alasan yang mengharuskan untuk keterangan ini dicantumkan sehingga masih dianggap memenuhi peraturan yang ditetapkan.

Pemenuhan selanjutnya yang sangat baik karena mencapai 99.14% yaitu keterangan tentang gizi dan keterangan tentang olahan tertentu. Hanya terdapat masing-masing satu produk yang tidak memenuhi karena produk tersebut tidak mencantumkan kandungan gizi namun mengklaim bahwa produknya “diperkaya kalsium”. Sedangkan terdapat juga satu produk yang tidak memenuhi keterangan tentang pangan olahan yaitu dengan tidak mencantumkan saran penyajiannya pada label kemasan, tentunya hal ini merupakan pelanggaran karena sesuai Pasal 39 ayat (1) yang menyatakan bahwa pada label untuk pangan olahan yang memerlukan penyiapan dan atau penggunaannya dengan cara tertentu, wajib dicantumkan keterangan tentang cara penyiapan dan atau penggunaannya dimaksud. Karena apabila tidak dicantumkan dikhawatirkan akan membahayakan konsumen apabila penyiapan atau penggunaannya tidak sesuai dengan cara yang diharapkan.

(24)

12

Keterangan yang Dilarang untuk Dicantumkan pada Label

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 juga menjelaskan keterangan yang dilarang untuk dicantumkan pada label pangan. Keterangan ini berkaitan dengan kebenaran informasi yang dicantumkan pada label. Adapun keterangan yang dilarang untuk dicantumkan yaitu keterangan yang tidak benar dan menyesatkan berupa gambar maupun tulisan, pangan dapat berfungsi sebagai obat, mencantumkan nama dan lembaga yang menganalisis produk pangan, keterangan bahwa pangan mengandung zat gizi lebih unggul dari produk pangan lain, keterangan pangan terbuat dari bahan baku alamiah padahal hanya sebagian atau tanpa bahan baku alamiah dalam proses pembuatannya, keterangan pangan terbuat dari bahan segar apabila terbuat dari bahan jadi/setengah jadi. Tabel 5 menunjukkan keterangan-keterangan beserta tingkat pemenuhannya.

Tabel 5. Jumlah produk yang memenuhi syarat unsur keterangan yang dilarang (BPOM 2014b).

No Unsur label

Jumlah produk yang

memenuhi

Persentase

(%) Persentase Keseluruh

an (%) Serbuk RTD Serbuk RTD

1 2 3 4 5 6

Keterangan yang tidak benar dan menyesatkan Pangan dapat berfungsi sebagai obat

Mencantumkan lembaga yang menganalisis produk pangan

Keterangan bahwa pangan mengandung zat gizi lebih unggul dari produk pangan lain

Keterangan Pangan terbuat dengan tanpa (sebagian) bahan baku alamiah

Keterangan pangan terbuat dari bahan segar apabila terbuat dari bahan setengah jadi/jadi 25 77 77 77 77 77 28 39 39 39 39 39 32.47 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 71.79 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 45.69 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Rata-rata 86.49 94.36 89.14

(25)

13

pangan. Sedangkan untuk keterangan yang menyesatkan yaitu pernyatan yang berkaitan dengan hal-hal seperti sifat, harga, bahan, mutu dan komposisi.

Tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat 52 produk minuman serbuk dan 11 produk minuman ready to drink yang mencantumkan keterangan yang tidak benar dan menyesatkan. Adapun kesalahan ini diakibatkan oleh pencantuman gambar buah terutama buah asli dan segar yang dicetak pada label minuman sari buah dan minuman rasa buah. Buah hanya dapat dicantumkan oleh produk yang tergolong jenis sari buah, sementara itu untuk jenis minuman sari buah dan minuman rasa buah tidak dapat dilakukan pencantuman gambar yang dimaksud (Anggraini dan Shofiani 2008). Pelanggaran pencantuman gambar buah ini terkait dengan komposisi yang terkandung oleh jenis minuman sari buah dan minuman rasa buah. Kandungan gizi yang terkandung tentunya berbeda dengan buah aslinya. Minuman sari buah sekurangnya harus mengandung 35% sari buah sedangkan untuk minuman rasa buah sekurangnya mengandung 10% sari buah (BPOM 2006). Kesalahan lain yang dilakukan antara lain yaitu menuliskan kata-kata “pilihan” pada label, tentunya hal ini akan mengelabui konsumen agar tertarik untuk membeli produk tersebut.

Tingkat Pemenuhan Pelabelan Rata-rata

Sebaran rata-rata tingkat pemenuhan syarat unsur dan kelompok unsur pelabelan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 6. Adapun urutan pemenuhan pelabelan dari yang terendah hingga tertinggi yaitu keterangan yang dilarang dicantumkan (89.14%), teknis pencantuman label (93.10%), keterangan lain pada label (96.98%), tulisan pada label (97.41%), keterangan minimum label (98.45%). Berdasarkan hasil ini maka pemenuhan pelabelan rata-rata untuk minuman ringan di sekolah dasar wilayah DKI Jakarta adalah 95.02%.

Tabel 6. Tingkat pemenuhan rata-rata syarat label kemasan minuman ringan di beberapa sekolah dasar wilayah DKI Jakarta (BPOM 2014b).

Kelompok unsur Jumlah unsur TPP (%)

Teknis pencantuman label 1 93.10

Tulisan pada label 1 97.41

Keterangan minimum label 5 98.45

Keterangan lain pada label 10 96.98

Keterangan yang dilarang dicantumkan 6 89.14

Rata-rata 95.02

Keterangan: TPP: tingkat pemenuhan kriteria rata-rata unsur atau kelompok unsur

(26)

14

drink sebanyak 11 produk dari 39 produk masih mencantumkan keterangan yang tidak benar dan menyesatkan.

Pemenuhan Label Berdasarkan Kategori Pangan

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.00.05.53.4040 Tahun 2006 tentang kategori pangan, maka pangan dikelompokkan dalam 16 kategori pangan. Adapun kategori pangan yang digunakan dalam objek penelitian ini hanya dua kategori pangan yaitu kategori 1 dan kategori 14. Kategori 1 yaitu untuk produk-produk susu dan analognya, kategori 14 yaitu untuk minuman, tidak termasuk produk susu. Pada penelitian ini jumlah kategori pangan 1 yang diteliti sebanyak 7 produk dan untuk kategori pangan 14 sebanyak 109 produk. Pemenuhan berdasarkan kategori pangan dapat dilihat pada Gambar 4. Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa untuk pangan kategori 1 pemenuhan label yang paling rendah adalah untuk kelompok teknis pencantuman label yaitu sebesar 57.14% dan yang tertinggi adalah kelompok tulisan pada label dan keterangan lain pada label yakni mencapai 100% sedangkan untuk pangan kategori 14 adalah kelompok keterangan yang dilarang untuk dicantumkan yaitu sebesar 89.14% dan yang tertinggi adalah kelompok keterangan minimum label yakni sebesar 98.35%. Gambar 4 di bawah ini secara lengkap menjelaskan pemenuhan label berdasarkan kategori pangan.

Gambar 4. Tingkat pemenuhan label berdasarkan kategori pangan (BPOM 2014b).

Pemenuhan Label Berdasarkan Jenis Nomor Pendaftaran

(27)

15

Dari Gambar 5 dapat dilihat persentase pemenuhan label produk minuman ringan berdasarkan jenis nomor pendaftaran pangan. Pemenuhan terendah untuk produk dengan jenis pendaftaran MD adalah untuk kelompok unsur keterangan yang dilarang, sedangkan untuk produk dengan jenis nomor pendaftaran P-IRT adalah untuk kelompok unsur teknis pencantuman label. Hal ini menunjukkan bahwa hampir sebagian besar produk dengan jenis nomor pendaftaran MD telah memenuhi aturan pelabelan pangan, namun masih saja ditemukan beberapa produk yang belum memenuhi aturan. Oleh karena itu masih sangat perlu bagi pemerintah untuk meningkatkan sosialisasi pelabelan pangan khususnya untuk industri skala rumah tangga tentang label pangan untuk unsur kelompok keterangan minimum label dan teknis pencantuman label dan diperlukannya juga pengawasan yang ketat dan berkelanjutan khususnya untuk pangan yang telah memiliki nomor pendaftaran pangan agar pangan yang beredar di pasaran masih memiliki kualitas yang sama dengan pada saat pendaftaran pangan. Selain itu, pemberian sanksi yang tegas juga harus diterapkan untuk produksen yang tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan pleh pemerintah.

Gambar 5. Tingkat pemenuhan unsur label berdasarkan jenis nomor pendaftaran pangan (BPOM 2014b).

Kesesuaian Penggunaan Siklamat yang Tercantum pada Label dengan Hasil Pengujian Secara Kualitatif

Pengujian kadar pemanis pada penelitian ini hanya dilakukan pada satu jenis pemanis, yaitu siklamat. Hal ini dilakukan mengingat siklamat merupakan pemanis buatan yang paling banyak digunakan dalam minuman ringan yang dijual di Sekolah Dasar setelah dilakukan survei. Sampel yang diuji sebanyak 33 minuman ready to drink dan 30 minuman serbuk. Jumlah sampel yang diuji pada laboratorium ini hanya sekitar 54% dari seluruh jumlah sampel yang diamati labelnya dan seluruhnya merupakan kategori pangan nomor 14 atau kategori pangan minuman tanpa produk susu atau olahannya. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan alat yang tersedia.

(28)

16

mengandung siklamat. Berdasarkan hasil pengujian secara kualitatif di laboratorium menyatakan bahwa pada sampel minuman ready to drink ditemukan ketidaksesuaian, yaitu terdapat satu sampel yang ternyata mengandung siklamat namun dalam labelnya tidak dicantumkan bahwa minuman tersebut mengandung siklamat. Sedangkan untuk minuman serbuk hasil menunjukkan bahwa keterangan yang tercantum label semua sampel sesuai dengan hasil pengujian.

Gambar 6. Tingkat kesesuaian klaim pada label dengan hasil uji laboratorium secara kualitatif (BPOM 2014b).

Gambar 6 menunjukkan bahwa untuk sampel jenis minuman serbuk persentase kesesuaian mencapai 100% dan untuk minuman ready to drink persentasenya sebesar 96.97%. Hasil ini tergolong sangat baik karena hasil keseluruhan diatas 95%. Namun masih ditemukan satu sampel minuman ready to drink yang tidak sesuai dengan hasil uji. Sampel tersebut tidak mencantumkan mengandung siklamat namun setelah dilakukan pengujian ternyata kandungan siklamat dinyatakan positif. Adapun produk yang tidak sesuai tersebut terdaftar dalam produk MD. Hasil ini menunjukkan bahwa masih ditemukannya praktek pelabelan yang tidak tepat. Hasil ini juga menunjukkan bahwa masih sangat dibutuhkannya pengawasan yang lebih intensif terhadap produk-produk yang beredar di pasaran. Kesesuaian klaim dengan hasil uji laboratorium ini masih ditinjau secara kualitatif.

Kesesuaian Kadar Siklamat yang Tercantum pada Label dengan Hasil Pengujian Secara Kuantitatif

(29)

17

yang positif mengandung siklamat dan pada minuman serbuk terdapat 29 sampel yang mengandung siklamat. Namun tidak semua sampel mencantumkan kadar siklamat dalam labelnya.

Adapun perbandingan kadar siklamat dari hasil uji dengan kadar yang tercantum pada label bervariasi. Beberapa sampel menunjukkan bahwa kadar yang tercantum pada label lebih tinggi daripada kadar hasil uji dan beberapa sampel juga menunjukkan hasil yang lebih rendah. Persentase perbandingan kadar hasil uji dengan kadar yang tercantum pada label dapat dilihat pada Tabel 7.

Sampel minuman ready to drink yang diuji sebanyak 33 sampel sedangkan minuman serbuk sebanyak 30 sampel. Sampel yang menunjukkan hasil positif sebanyak 11 sampel untuk ready to drink dan 29 sampel untuk minuman serbuk. Tabel 7 menunjukkan sampel yang memiliki kadar siklamat hasil uji sekitar satu kali lebih besar dari kadar pada label sebanyak 54.54% untuk minuman ready to drink dan 62.07% untuk minuman serbuk. Sampel yang memiliki kadar siklamat hasil uji lebih kecil dari kadar pada label sebanyak 9.09% minuman ready to drink dan 34.48% untuk minuman serbuk, sedangkan sisa lainnya tidak mencantumkan kadar siklamat pada labelnya sehingga tidak dapat dilakukan perbandingan terhadap hasil uji.

Tabel 7. Perbandingan kadar siklamat pada label minuman ringan dengan kadar siklamat setelah dilakukan pengujian (BPOM 2014b).

Keterangan Minuman ringan Persentase (%) RTD Serbuk RTD Serbuk

Tidak mencantumkan kadar 4 1 36.36 3.45

Kadar hasil uji lebih besar dari label 6 18 54.54 62.07 Kadar hasil uji lebih kecil dari label 1 10 9.09 34.48 Jumlah positif mengandung siklamat 11 29 33.34 96.67

Sampel yang menunjukkan bahwa kadar siklamat hasil uji lebih kecil dari pada yang tercantum pada label tentu lebih baik dibandingkan dengan sampel yang memiliki kadar siklamat hasil uji lebih besar. Hal ini dikarenakan apabila yang tercantum pada label ternyata lebih kecil dari hasil uji maka akan merugikan konsumen karena konsumen hanya mengetahui informasi tentang produk dari label kemasan, tentunya yang akan masuk ke dalam tubuh juga tentunya akan lebih besar.

Pemenuhan Batas Maksimum Penggunaan Siklamat terhadap Beberapa Peraturan yang Berlaku

(30)

18

Penelitian ini melakukan perbandingan kadar siklamat baik yang tercantum pada label maupun yang telah diuji terhadap batas maksimum penggunaan siklamat yang telah ditetapkan. Peraturan yang menjadi pembanding adalah kedua peraturan diatas, baik yang terdahulu maupun yang terbaru. Tingkat pemenuhan sampel terhadap peraturan yang berlaku tentang batas maksimum penggunaan siklamat dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Tingkat pemenuhan sampel terhadap peraturan yang berlaku tentang batas maksimum penggunaan siklamat (BPOM 2014b).

Jenis Minu man Keterangan Informasi data siklamat Per.KBPOM Tahun 2004

Per.KBPOM No 4 tahun 2014

Jumlah Persenta

se (%) Jumlah

Persenta se (%)

Serbuk Memenuhi Label 28 96.55 9 31,03

Hasil Uji 28 96.55 2 6.89

Tidak memenuhi

Label 0 0.00 19 65.52

Hasil Uji 1 3.45 27 93.11

Tidak mencantumkan

Label 1 3.45 1 3.45

Hasil Uji - - - -

RTD Memenuhi Label 7 63.64 6 54.54

Hasil Uji 11 100.00 5 45.45

Tidak memenuhi

Label 0 0.00 1 9.09

Hasil Uji 0 0.00 6 54.54

Tidak mencantumkan

Label 4 36.36 4 36.36

Hasil Uji - - - -

Tabel 8 menunjukkan bahwa sampel minuman serbuk yang memenuhi Peraturan Kepala Badan POM RI No HK.00.05.5.1.4547 Tahun 2004 sebanyak 96.55% berdasarkan informasi kadar siklamat yang tertera pada label dan hasil uji, sedangkan yang tidak memenuhi sebanyak 0% berdasarkan informasi pada label dan 3.45% berdasarkan hasil uji. Sampel minuman ready to drink yang memenuhi Peraturan Tahun 2004 sebanyak 100% pada hasil uji dan 63.64% berdasarkan informasi pada label, sisanya 36.36% sampel tidak mencantumkan kadar siklamat sehingga tidak dapat dilakukan perbandingan.

Perbandingan terhadap Peraturan Kepala Badan POM RI No 4 Tahun 2014 menunjukkan bahwa sampel minuman serbuk yang memenuhi hanya 31.03% berdasarkan informasi pada label dan 6.89% berdasarkan hasil uji. Sedangkan yang tidak memenuhi sebanyak 65.52% berdasarkan label dan 93.11% jika dilihat dari kadar hasil uji. Sampel minuman ready to drink yang memenuhi sebanyak 54.54% berdasarkan informasi pada label dan 45.45% berdasarkan hasil uji.

Kadar siklamat yang dilihat dari informasi pada label maupun dari hasil uji sebagian besar telah memenuhi peraturan pada Tahun 2004, hanya saja masih ditemukan satu produk yang melebihi batas maksimum penggunaan siklamat yaitu pada minuman serbuk dengan jenis pendaftaran MD. Jika dibandingkan dengan peraturan yang terbaru maka masih banyak sampel yang belum memenuhi, baik yang serbuk maupun yang ready to drink. Hal ini dapat terjadi karena produk yang dijadikan sampel di launching sebelum peraturan yang terbaru ditetapkan. Peraturan terbaru menjadi lebih ketat dibandingkan dengan peraturan sebelumnya.

[image:30.595.83.492.197.419.2]
(31)

19

lebih tinggi dari sukrosa, sehingga dengan menggunakan natrium siklamat dalam jumlah sedikit sudah terasa manis. Kecenderungan konsumen yang memilih untuk membeli produk dengan harga yang lebih murah menjadi peluang bagi para produsen untuk menggunakan pemanis natrium siklamat. Dengan demikian untung yang diperoleh akan lebih besar tanpa menghiraukan bahayanya.

Natrium siklamat memiliki nilai kalori 0 kkal/g dan ADI (acceptable daily intake) 11 mg/kg berat badan. Batas maksimum penggunaan natrium siklamat yang dihitung berdasarkan nilai ADI yaitu untuk anak-anak yang memiliki berat badan 20 kg adalah 220 mg/anak per hari dan untuk orang dewasa yang memiliki berat badan rata-rata 55 kg adalah 605 mg/orang per hari. Jika diasumsikan seorang anak yang memiliki berat badan 20 kg mengonsumsi minuman yang mengandung siklamat sebesar 100 mg siklamat dalam 200 mL minuman ringan, maka batas anak tersebut mengkonsumsi minuman tersebut dalam sehari hanya 2 cup saja. Hal ini dikarenakan siklamat yang dapat dikonsumsi setiap hari tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan pada berat badan 20 kg hanya 220 mg/anak per hari, sehingga apabila anak tersebut mengonsumsi melebihi ADI tubuhnya dikhawatirkan akan menimbulkan efek buruk bagi kesehatan pada jangka waktu panjang. Rasa manis yang dihasilkan Dari penggunaan siklamat tanpa disertai adanya aftertaste rasa pahit sehingga menjadi dasar dari penggunaan natrium siklamat (Lestari 2011).

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Analisis label dari 116 produk minuman ringan, yang terdiri dari 77 minuman serbuk dan 39 minuman ready to drink yang diambil dari 16 Sekolah Dasar yang tersebar di DKI Jakarta memiliki pemenuhan pelabelan rata-rata sebesar 95.02%. Adapun unsur yang diamati yaitu teknis pencantuman label, teknis penulisan label, keterangan minimum label, keterangan lain pada label, dan keterangan yang dilarang dicantumkan dengan persentase secara berurutan adalah sebesar 93.10, 97.41, 98.45, 96.98 dan 89.14%. Pemenuhan rata-rata pelabelan berdasarkan jenis nomor pendaftaran adalah MD 95.93%, ML 100% dan P-IRT sebesar 82.61%.

(32)

20

Saran

Seiring semakin banyaknya produk pangan yang berkembang maka diperlukan analisis label pada produk pangan lainnya. Pemeriksaan yang teliti dan berkelanjutan juga perlu dilakukan oleh pihak yang berwenang sehingga ketika produk tersebut telah memiliki nomor pendaftaran pangan telah memenuhi aturan yang telah ditetapkan. Sebaiknya perlu dilakukan analisis kadar pemanis buatan lainnya untuk berbagai produk pangan baik pangan yang mencantumkan mengandung ataupun tidak mengandung pemanis buatan sehingga dapat dibuktikan keaslian klaim pada label. Kajian seperti ini sebaiknya dilakukan juga untuk produk lainnya yang mungkin dapat merugikan konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini I dan Shofiani D. 2008. Klasifikasi dan Pelabelan Minuman Buah [internet]. [diunduh 2014 Juni 6]. tersedia pada: http://www.foodreview.biz

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2003. Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.52.4040 tentang Kategori Pangan. Jakarta

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004. Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.5.1.4547 tentang Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan Dalam Produk Pangan. Jakarta

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2011. Metode Analisis PPOMN. Tidak dipublikasikan. Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional. Jakarta

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2014a. Database Registrasi Berdasarkan Nama Produk Pangan [internet]. [diunduh 2014 April 23]. tersedia pada: www.pom.go.id

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2014b. Kajian Food Authenticity Pemanis Buatan pada Minuman Ringan di Sekolah Dasar wilayah DKI Jakarta. Tidak dipublikasikan. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan. Badan POM. Jakarta

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2014c. Keputusan Kepala Badan POM Nomor 4 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis. Jakarta

Cahyadi, W. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Edisi kedua. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

CAC/GL 03-1989.1989. Guidelines for Simple Evaluation of Food Additives Intake. Codex Alimentarius Commision

Gunanta P. 2007. Mempelajari Pemenuhan Syarat Label dari Beras Berlabel di Beberapa Swalayan di Jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

JECFA.2001. Guidelines for the Preparation og Working Papers on Intake of Food Additives for the Joint FAO/WHO Expert Committte on Food Additives. Geneva. Switzerland

Lestari D. 2011. Analisis adanya Kandungan Pemanis Buatan (Sakarin dan Siklamat) pada Jamu Gendong di Pasar Gubug Grobokan [skripsi]. Semarang (ID): Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang

Pemerintah RI. 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Jakarta

(33)

21

Sukmadinata N S. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda

Supranto J. 1991. Metode Riset (Aplikasinya dalam pemasaran). Jakarta: LP FEUI

Suratmono. 2009. Penggunaan Data Hasil Pengujian untuk Meningkatkan Pengaturan Keamanan Pangan: Studi Kasus Siklamat pada Pangan Jajanan Anak Sekolah [Tesis]. Bogor(ID): Teknologi Pangan

Whitney FL. 1951. The Elements of Research. New Jersey: Prentice-Hall, inc. Englewood Cliffts

(34)

22

RIWAYAT HIDUP

(35)

Gambar

Tabel 1. Sebaran jumlah sekolah dasar yang menjadi tempat pelaksanaan survei (BPOM 2014b)
Gambar 1. Tahapan penelitian
Tabel 2. Jumlah merek dan varian rasa contoh minuman ringan yang dicatat di setiap sekolah dasar yang tersebar di wilayah DKI Jakarta (BPOM 2014b)
Gambar 3. Persentase nama produk pada minuman ready to drink (BPOM 2014b)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui berapa besar kontribusi yang positif dari power lengan dan power tungkai terhadap hasil teknik angkatan selangkangan..

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap komitmen organisasi dengan menggunakan kepuasan kerja karyawan sebagai

Hasil uji aktivitas antibakteri yang menunjukkan efek sinergis antara ekstrak etanol daun sirih kombinasi dengan amoksisilin terhadap bakteri Staphylococcus aureus..

Third was to find historical reflection in the Florens characteristics with the treatments of the white people toward the black people reactions in the 17th century.. The writer

Tabel 1.10 merupakan implementasi dari program variasi produk yang dilakukan oleh Rumah Talas dan program variasi produk tersebut merupakan salah satu program

Tujuan dalam penelitian ini yaitu mengetahui gambaran workplace bullying dan kematangan emosi karyawan, serta mengetahui ada tidaknya pengaruh kematangan emosi

Butir indikator ke-19 yang berbunyi “ Guru tidak menggunakan konteks sama sekali atau ketika konteks digunakan masalahnya adalah soal cerita yang sudah umum dikerjakan di

The low level of women's participation in Bumirejo in gender responsive budget planning actually could not be separated from woman legal culture, i.e.: the